Post on 27-Jul-2018
1
ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BMT
(Studi pada BMT Tanjung Sejahtera dan BMT Al-Kautsar)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh
Faridha Fani
104046101642
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
2
ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BMT
(Studi pada BMT Tanjung Sejahtera dan BMT Al-Kautsar)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh:
Faridha Fani
NIM : 104046101642
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Euis Nurlaelawati, MA Drs. Ahmad Yani, M.Ag
NIP. 150.277.992 NIP. 150.269.678
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/ 2008 M
3
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 November 2008
Faridha Fani
4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Faridha Fani
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 07 Oktober 1986
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. X Kebon Baru No.6 RT014/012
Semper Barat-Cilincing Jakarta Utara 14130
No. Telepon : (021) 94024916/081319363727
Latar Belakang Pendidikan
1. SDN Semper Barat 06 PT (Lulus tahun 1998)
2. SMP N 231 Jakarta (Lulus tahun 2001)
3. SMA N 75 Jakarta (Lulus tahun 2004)
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2004 – Sekarang)
Jakarta, 18 Oktober 2008
Faridha Fani
104046101642
5
KATA PENGANTAR
� ا���ر ��� ا� ا�
Alhamdulillah, Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, penguasa
alam semesta, yang senantiasa melimpahi berkat, rahnat serta nikmat-Nya dalam
kehidupan penulis. Shalawat serta Salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut-Nya. Semoga kita sebagai umatnya
mendapat syafaat di akhir zaman nanti. Amin…
Sejak penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa Perbankan Syariah di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta banyak sekali pengetahuan dan pengalaman yang sangat
berharga. Dan Alhamdulillah rasa syukur yang tiada henti, meskipun penulis
mengalami banyak halangan dan rintangan, akhirnya dapat menyelesaikan penelitian
dan penulisan skripsi ini.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad. Amin Suma, SH, MH, MM, selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak Ah. Azharuddin Lathief, M.Ag, MH,
selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Muamalat.
3. Ibu Dr. Euis Nurlaelawati, M.A dan Bapak Drs. Ahmad Yani, M.Ag, atas
kesediaannya memberikan waktu, perhatian dan saran kepada penulis untuk
6
membimbing dan mengarahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
4. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan bekal berbagai ilmu
pengetahuan kepada penulis selama menjalani perkuliahan.
5. Pimpinan Perpustakaan yang telah memberikan fasilitas dan menyediakan
referensi untuk mengadakan studi perpustakaan.
6. Orang tuaku tercinta, Bapak dan Mama yang tidak pernah bosan
menghadiahkan doanya untuk kesehatan dan keberhasilan penulis.
7. Bapak dan Ibu yang mencurahkan kasih sayang dengan setulus hati. Terima
kasih untuk setiap malam yang digunakan untuk mendoakan kami. Teriring
doa semoga Ibu di alam sana turut berbahagia atas keberhasilan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan kehangatan dan keceriaan.
9. Denny Febrianto yang selalu mengingatkan untuk tidak bermalas-malasan.
Terima kasih atas kesetiaan dan kebersamaan kita. Semoga Allah SWT
meridhoi.
10. Ibu Tri Muhamida Sulastri dan segenap karyawan PT Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Tanjung Priuk terima kasih atas peluang kerja dan kesempatan
memperoleh pengalaman yang tidak dapat dinilai dengan materi. Semoga
kerja sama antara penulis dan Bank Syariah Mandiri dapat dilanjutkan
kembali.
7
11. Bapak Yunus Hanafi, Bapak Wawan dan segenap pegawai BMT Tanjung
Sejahtera yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data
penelitian ini.
12. Mas Budi dan segenap pegawai BMT Al-Kautsar yang telah membantu
penulis dalam melakukan penelitian.
13. Para sahabatku, Winda, Reni, Ii, Dita dan Echa yang telah memberikan
semangat, saran dan doa. Semoga persahabatan kita terjalin selamanya.
14. Seluruh rekan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya PS C
Angkatan 2004 yang telah menemani hari-hariku selama kuliah.
15. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah
memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan jenjang S-1 di UIN Syarif Hidayatullah.
Hanya kepada Allah, penulis memanjatkan doa. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
Jakarta, 18 Oktober 2008
Penulis
8
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar iii
Daftar Isi vi
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7
D. Tinjauan Kajian Terdahulu 8
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan 10
F. Sistematika Penulisan 12
BAB II TINJAUAN UMUM
A. Pengertian Analisis Kelayakan Pembiayaan 14
B. Tujuan Analisis Kelayakan Pembiayaan 15
C. Prinsip analisis Kelayakan Pembiayaan 16
D. Jenis Analisis Kelayakan Pembiayaan 17
E. Pengertian Pembiayaan Mudharabah 21
F. Landasan Hukum Pembiayaan Mudharabah 22
9
G. Rukun dan Syarat Pembiayaan Mudharabah 24
H. Jenis-jenis Pembiayaan Mudharabah 28
BAB III Objek Penelitian
I. BMT Tanjung Sejahtera
A. Sejarah Berdirinya BMT Tanjung Sejahtera 29
B. Visi dan Misi BMT Tanjung Sejahtera 30
C. Prinsip Utama Operasional BMT Tanjung Sejahtera 31
D. Tujuan dan Fungsi BMT Tanjung Sejahtera 33
E. Produk-produk BMT Tanjung Sejahtera 34
F. Struktur Organisasi BMT Tanjung Sejahtera 37
II. BMT Al-Kautsar
A. Sejarah Berdirinya BMT Al-Kautsar 38
B. Visi dan Misi BMT Al-Kautsar 39
C. Prinsip dan Tujuan BMT Al-Kautsar 40
D. Produk-produk BMT Al-Kautsar 40
E. Struktur Organisasi BMT Al-Kautsar 42
F. Strategi Pemasaran BMT Al-Kautsar 44
10
BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan
A. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Mudharabah 49
B. Analisis Kelayakan Pembiayaan Mudharabah 55
C. Proses Pengawasan dan Pembinaan bagi Nasabah Pembiayaan 60
D. Kendala yang Dihadapi dan Solusinya 64
BAB V Kesimpulan Dan Saran Penelitian
A. Kesimpulan Hasil Penelitian 67
B. Saran-saran Hasil Penelitian 68
Daftar Pustaka 69
Lampiran-Lampiran
11
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1 Produk-produk BMT Tanjung Sejahtera 32
2. Tabel 3.2 Bussiness Plan BMT Tanjung Sejahtera 34
3. Tabel 4.1 Data BMT dan Assetnya 45
4. Tabel 4.2 Data Realisasi Pembayaan BMT TJ Sejahtera Tahun 2005 61
12
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 3.1 Grafik Perkembangan Anggota BMT TJ. Sejahtera 33
2. Gambar 3.2 Struktur Organisasi BMT Al-Kautsar 39
3. Gambar 4.1 Siklus Pembiayaan Mudharabah 46
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai khalifah di bumi ini telah dibekali cipta, rasa dan karsa
sebagaimana telah diciptakan Allah SWT menjadi makhluk yang paling sempurna.
Dalam menjalani kehidupan, manusia dituntut untuk menjaga keseimbangan dalam
melaksanakan kewajiban kepada Sang Pencipta secara vertikal dan kepada sesama
makhluk secara horizontal.
Hubungan secara vertikal dilandasi keimanan dan disempurnakan dengan
ketaqwaan atas segala yang telah ditentukan Allah SWT dan Rosulullah SAW.
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu bertaqwa kepada Allah dengan
ketaqwaan yang sungguh-sungguh”. Menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya menjadi wujud ketaqwaan manusia demi mencapai keridhaan-
Nya untuk mencapai kebaikan di dunia dan akhirat.
Hubungan secara horizontal dipraktekkan dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan yang bukan hanya kepada sesama manusia tapi juga pada makhluk
lain yaitu tumbuhan, hewan dan lingkungan sekitar dengan cara memelihara dan
menjaganya. Hubungan antara manusia dan sesama makhluk lainnya disebut juga
“hablum minan naas” yang juga mengandung nilai-nilai ibadah.
Manusia memiliki kebutuhan hidup yang harus dipenuhi demi menjaga
fitrahnya. Seorang muslim memandang kebutuhan untuk mencapai kesejahteraan di
dunia dan akhirat serta mementingkan kesejahteraan sosial (kemaslahatan). Menurut
14
Al-Ghazali, kesejahteraan dari suatu masyarakat tergantung kepada pencarian dan
pemeliharaan lima tujuan dasar yaitu agama (Ad-Diin), jiwa (Nafs), keturunan (Nasl),
kekayaan (Maal) dan akal (Aql)1.
Islam memuat ajaran yang universal dan komprehensif. Ajaran Islam tidak
hanya menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan akidah, ibadah dan akhlak
melainkan juga mengatur segi kehidupan muamalah. Islam menekankan umatnya
untuk bekerja keras mencari rizki di atas bumi ini. Kegiatan perekonomian
merupakan suatu kebutuhan hidup yang tidak terelakkan. Islam memberikan
kebebasan kepada manusia untuk melakukan berbagai transaksi muamalah selama
masih berada dalam koridor syariah dan tidak ada dalil yang mengharamkannya.
Larangan kuat terhadap praktek riba telah disampaikan secara jelas dalam al-
qur’an karena riba menimbulkan kerusakan di masyarakat baik secara ekonomi, sosial
dan moral. Dengan demikian, setiap kegiatan muamalah tidak boleh mengandung
unsur ribawi. Terkait hal itu, Majlis Ulama Indoensia (MUI) mengelurakan fatwa
tentang harmanya riba, dan sejak dikeluarkannya fatwa Dewan Syariah Nasional
(DSN) MUI tentang pengharaman riba tersebut, banyak masyarakat mulai merubah
pola kegiatan ekonomi khususnya di bidang perbankan dengan beralih dari perbankan
konvensional menuju perbankan syariah.
1 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta:IIIT, 2003), hal.98.
15
Lembaga keuangan syariah pertama di Indonesia adalah Bank Muamalat
Indonesia yang langkah awal berdirinya pada MUNAS IV MUI tanggal 22-25
Agustus 1990 di Hotel Syahid dan mulai beroperasi pada bulan Mei 19922.
Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama di Indonesia semakin
diakui karena telah terbukti mampu bertahan di tengah goncangan krisis tahun 1998.
Sejak itulah, keberadaan lembaga keuangan syariah terus berkembang di masyarakat.
Lembaga keuangan syariah baik bank maupun non bank berfungsi sebagai
lembaga intermediary antara pihak surplus fund dengan pihak defisit fund dituntut
untuk dapat mengalirkan Dana Pihak Ketiga (DPK) ke sektor riil. Namun, fungsi
tersebut belum sepenuhnya dipraktekkan oleh bank-bank, khususnya bank syariah.
Mereka lebih dominan memberikan pembiayaan berbasis jual beli (murabahah), yang
memberikan return besar dengan tingkat resiko lebih kecil, dari pada pembiayaan
modal kerja (mudharabah) dengan sistem bagi hasil.
Lembaga keuangan baik dengan sistem syariah maupun konvensional, yang
telah ada belum mampu dijangkau oleh pengusaha mikro karena persyaratan dan
prosedur yang ditawarkan dinilai terlalu rumit. Jika hal ini terus dibiarkan,
konglomerasi ekonomi akan berkembang tanpa batas, kesenjangan sosial akan
semakin menganga dan malapetaka nasional akan semakin tak terhindari3.
2 Syafei Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yogyakarta:PT.Dfhana Bhakti Prima Yasa,
1992), hal.84.
3 Baihaqi Abdul Majid dan Syaifudin A.Rasyid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem
Syariah :Perjanjian Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia, (Jakarta:Pinbuk, 2000), hal.188.
16
Pada bulan Juni 2002 di Jakarta mulai muncul lembaga keuangan mikro yang
biasa disebut BMT (Baitul Maal wat Tamwil) atau padanan kata dari Balai-usaha
Mandiri Terpadu. BMT adalah lembaga keuangan lingkup mikro yang beroperasi
berdasarkan prinsip syariah dengan kegiatan utamanya adalah baitul maal dan baitul
tamwil.
Baitul maal berasal dari kata “bait” yang artinya rumah dan “maal” artinya
harta, dimaksudkan sebagai Lembaga Amil Zakat (LAZ) sesuai dengan UU No.
38/1999 yaitu menerima titipan zakat, infaq dan shodaqah serta mengoptimalkan
pendistribusiannya sesuai dengan peraturan dan amanahnya. Sedangkan kata ‘at-
tamwil’ yang artinya pengembangan harta, maksudnya melakukan kegiatan
pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas
ekonomi pengusaha kecil dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang
pembiayaan kegiatan ekonominya4.
Dana yang terhimpun selanjutnya disalurkan melalui berbagai produk
pembiayaan. Masyarakat dan pengusaha kecil yang memiliki kemampuan berusaha
namun mengalami kendala permodalan dapat mengajukan permohonan pembiayaan.
Sistem dan prosedur yang dipakai tentunya berbeda dengan yang ada di perbankan
konvensional. Pihak BMT perlu mengembangkan konsep baru dalam pemberian
pembiayaan kepada Usaha Kecil Mikro (UKM), dimulai dari ketentuan persyaratan
hingga proses analisis kelayakan pembiayaan tersebut.
4 Pinbuk, BMT sebagai Alternatif Model LKM, (Jakarta:Pinbuk, 2000), hal.7.
17
Produk pembiayaan di BMT menggunakan sistem bagi hasil dengan adanya
kesepakatan antara pihak pemilik modal (BMT) dengan pihak peminjam. Konsep
tersebut dikenal dengan pembiayaan mudharabah dan telah dicantumkan dalam Fatwa
Dewan Syariah Nasional No.07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
Mudharabah (Qiradh)5. Tentunya pembiayaan mudharabah tersebut berbeda dengan
prosedur pemberian kredit di bank konvensional. Tidak adanya unsur riba dalam
setiap kegiatan usaha BMT membuat pihak peminjam tidak terbebani oleh persentase
bunga yang memberatkan.
Hubungan kerja sama yang terjalin antara pihak pemilik modal (BMT) dan
pihak peminjam adalah dalam bentuk kemitraan. Dalam setiap kegiatan bisnis atau
usaha selalu terdapat resiko, maka dengan hubungan kemitraan diharapkan resiko
yang besar dapat ditanggung bersama (risk sharing). Tentunya pihak-pihak yang
bermitra akan menanggung resiko secara proporsional sesuai dengan modal dan
keuntungan yang diperoleh.
Prosedur dan ketentuan yang berlaku di BMT harus dimodifikasi agar tidak
memberatkan UKM dalam mengajukan pembiayaan. Pola pengelolaan usaha yang
masih sederhana dan dengan latar belakan pendidikan yang minim menyebabkan
Pengusaha Kecil Mikro (PKM) kesulitan dalam hal manajemen dan pencatatan
keuangan. Karena itu, BMT tidak dapat melakukan analisis kelayakan pembiayaan
secara kuantitatif menggunakan laporan keuangan. Untuk tetap menjaga likuiditas
5 DSN-MUI BI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional Edisi Ketiga, (Ciputat:CV.Gaung
Persada, 2006), hal.39.
18
dan aspek prudential dari pemberian pembiayaan, pihak BMT melakukan analisis
kelayakan terhadap UKM secara kualitatif berdasarkan prinsip dasar yang berlaku
dalam pemberian pembiayaan.
Banyak BMT yang mengalami kegagalan ditengah usahanya karena pihak
peminjam sebagian besar adalah PKM dengan tingkat kelayakan yang rendah
sehingga seringkali dana yang mereka pinjam, melalui pembiayaan mudharabah,
tidak dapat dikembalikan. Hal ini terjadi karena analisis kelayakan terhadap kegiatan
UKM tidak dapat dilihat dari aspek kuantitatif berupa cashflow maupun laporan
keuangan lainnya. Oleh karena itu diperlukan seorang account officer yang mampu
melakukan suatu analisis kualitatif berdasarkan aspek terkait baik secara internal
maupun eksternal.
Melihat keadaan tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
tentang proses analisis kelayakan pembiayaan dan prosedur pemberian pembiayaan
mudharabah di BMT dan menuangkannya dalam skripsi yang berjudul “Analisis
Kelayakan Pembiayaan Mudharabah pada BMT (Studi di BMT Tanjung Sejahtera
dan BMT al-Kautsar Jakarta)”. Kedua BMT tersebut dipilih atas beberapa
pertimbangan seperti lokasi, tahun pendirian, pertumbuhan dan perkembangan BMT.
Penelitian ini secara spesifik membahas proses analisis tersebut hingga
kegiatan pengawasan kepada nasabah pembiayaan mudharabah di BMT. Hal tersebut
sangat penting untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha nasabah dalam
kemampuannya mengembalikan dana pinjaman dan mencegah terjadinya side
streaming (penggunaan dana yang menyimpang dari tujuan) dan perbuatan yang
19
berkaitan dengan moral hazard sehingga pembiayaan yang diberikan dapat
menguntungkan kedua pihak.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam skripsi ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian pada kajian
dasar mengenai praktek pembiayaan mudharabah, proses analisis studi kelayakan
hingga pengawasan terhadap usaha yang dibiayai melalui pembiayaan mudharabah
pada BMT. Adapun beberapa rumusan masalah yang diangkat oleh penulis yaitu:
1. Bagaimana prosedur pengajuan pembiayaan mudharabah di BMT?
2. Bagaimana proses analisis kelayakan pembiayaan mudharabah di BMT?
3. Bagaimana tindak lanjut dari pihak BMT setelah memberikan pembiayaan
kepada nasabahnya?
4. Apa saja kendala yang dihadapi account officer dalam menangani pembiayaan
mudharabah di BMT?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Penelitian ini dilakukan untuk tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui prosedur dan persyaratan pengajuan pembiayaan
mudharabah di BMT.
2. Untuk mendapatkan penjelasan mengenai proses analisis kelayakan
pembiayaan mudharabah di BMT.
20
3. Untuk mengetahui kendala faktor penyebab timbulnya pembiayaan
bermasalah di BMT.
4. Untuk memberikan solusi dalam upaya menanggulangi pembiayaan
bermasalah.
Penelitian ini memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca dalam
penambahan wawasan dan pengetahuan dari sisi keilmuan dan pengalaman lapangan
tentang praktek pembiayaan mudharabah di BMT.
Manfaat bagi BMT yang menjadi objek penelitian yaitu terevaluasi dan
diketahuinya kelebihan dan kekurangan dari praktek pembiayaan mudharabah dalam
upaya peningkatan kinerja BMT. Dan hasil ini dapat dijadikan oleh BMT lain sebagai
studi perbandingan dalam upaya mengembangkan usahanya.
Manfaat bagi perpustakaan yaitu penambahan referensi dan khazanah
perpustakaan dalam menyediakan sumber pengetahuan dan informasi khususnya
mengenai ekonomi islam.
D. Tinjauan Kajian Terdahulu
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait masalah ini. Salah satunya adalah
skripsi yang berjudul ’Permasalahan dan Resiko Pemberian Pembiayaan Mudharabah
kepada Pengusaha Kecil (Studi Kasus BPRS Harta Insan Karimah Ciledug)’ yang
ditulis oleh Khairunnisa NIM 0046119550 Tahun 2004. Dalam skripsinya,
Khairunnisa menjelaskan tentang mekanisme pembiayaan mudharabah di BPRS
Harta Insan Karimah yang diawali dengan pengisian formulir pembiayaan dan
21
melampirkan beberapa persyaratan. Kemudian Kharunnisa melanjutkannya dengan
analisa pembiayaan berdasarkan formulir permohonan dan analisa nasabah dari aspek
5C dan realisasi pembiayaan setelah pengambilan keputusan pembiayaan yang
sebelumnya dirundingkan antara account officer dan komite pembiayaan.
Menurutnya, permasalahan yang berkaitan dengan pemberian pembiayaan
mudharabah dilihat dari sisi pengusaha yaitu UKM memiliki tingkat kelayakan yang
masih rendah akibat keterbatasan pada aspek pemasaran, teknis produksi, manajemen
dan organisasi. Dari sisi perbankan, masih terdapat keterbatasan kemampuan Sumber
Daya Insani (SDI). Adapun tindakan yang ditempuh untuk mengatasi pembiayaan
bermasalah adalah restructure, reschedule, penyitaan barang jaminan dan write off.
Dengan detail, penulis selanjutnya membahas prosedur awal pengajuan
pembiayaan mudharabah, proses analisis kelayakan pembiayaan dan tindakan yang
ditempuh untuk mengatasi pembiayaan bermasalah di BPRS Harta Insan Karimah.
Penelitian lain terkait isu itu adalah skripsi yang ditulis oleh Lilis
Salisatunnisa tentang BMT sebagai Mitra Pengusaha Kecil dan Menengah (Studi
Kasus pada BMT Fajar Shiddiq Jakarta), pada tahun 2004. Hasil dari penelitian yang
dilakukan oleh Salisatunnisa adalah bahwa BMT merupakan lembaga keuangan
syariah (miniatur bank syariah) yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana
zakat, infaq dan shadaqah di samping kegiatan komersialnya seperti jual beli.
Keberadaan BMT Fajar Shiddiq di pasar regional Tanah Abang sangat membantu
dalam permodalan Pengusaha Kecil Menengah (PKM) di sekitarnya. Dalam skripsi
ini pembahasan terfokus pada peran BMT dalam membantu masalah permodalan
22
yang dihadapi PKM (Pegusaha Kecil Menengah) melalui berbagai produk
pembiayaan yang tersedia di BMT tersebut.
Namun apa yang saya akan teliti berbeda dengan kedua penelitian di atas.
Perbedaannya adalah terletak pada tempat penelitian yang saya pilih, yaitu BMT, dan
juga fokus dari penelitian yang dilanjutkan hingga proses monitoring (pengawasan)
terhadap nasabah setelah diberikan pembiayaan.
F. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini adalah sebagai berikut :
1. Library Research ( studi kepustakaan )
Library research adalah kegiatan penelusuran referensi-referensi baik berupa
buku, skripsi, tesis, disertasi, ensiklopedia dan sumber lain guna memperoleh
pengetahuan, informasi serta data kepustakaan yang berkaitan dengan judul penelitian
baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Field Research ( penelitian lapangan )
Field research kegiatan penelitian yang dilakukan penulis langsung di
lembaga tertentu melalui metode tertentu untuk mendapatkan data dan informasi yang
berkaitan dengan objek penelitian guna menjawab permasalahan yang diangkat oleh
penulis. Berikut ini kegiatan yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian lapangan :
23
a. Observasi
Penulis memperhatikan perilaku seorang account officer dalam
melakukan kegiatan analisis kelayakan pembiayaan. Penulis
memperhatikan persiapan, kegiatan survey dan penyusunan laporan
survey. Observasi yang dilakukan penulis adalah observasi partisipasi
sebab penulis ikut terlibat dalam kegiatan yang dilakukan account
officer.
b. Wawancara
Wawancara merupakan proses interaksi dan komunikasi yang
dilakukan untuk memperoleh data maupun informasi tertentu. Penulis
mengajukan pertanyaan kepada pihak-pihak yang terkait dalam
pemberian pembiayaan mudharabah seperti customer service, account
officer dan manajer pembiayaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
dirangkum dalam pedoman wawancara.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan secara empiris
menggunakan data primer dengan teknik pengumpulan data melalui observasi dan
wawancara. Proses analisis data yang dilakukan penulis adalah analisis data secara
deskriptif-kualitatif.
Adapun teknik penulisan skripsi ini berdasarkan buku Pedoman Penulisan
Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2007 dengan beberapa pengecualian antara lain :
24
1. Dalam daftar pustaka, Al-Qur’an ditulis pada urutan pertama sebagai tanda
penghormatan.
2. Terjemahan al-qur’an dan hadits ditulis 1 (satu) spasi walaupun kurang dari
enam baris.
G. Sistematika Penulisan
Merujuk pada semua yang dituliskan diatas dan metode yang digunakan serta
dalam rangka memudahkan penulisan skripsi, maka pembahasan dibagi menjadi 5
(lima) bab yang disusun sebagai berikut:
Bab I (pendahuluan), bab ini berisi tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusah masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode
penelitian dan teknik penulisan serta sistematika penulisan.
Bab II (tinjauan umum), bab ini berisi penjelasan tentang analisis kelayakan
pembiayaan dan pembiayaan mudharabah. Dalam bab ini penulis menyajikan
pengertian, landasan hukum dan ketentuan dasar pembiayaan mudharabah serta
pengertian, tujuan, jenis dan proses analisis kelayakan pembiayaan.
Bab III ( gambaran umum BMT ), dalam bab ini penulis menjelaskan tentang
pengertian dan ruang lingkup BMT, sejarah singkat BMT, visi, misi dan motto BMT,
struktur organisasi dan produk BMT serta perkembangan BMT.
25
Bab IV (hasil penelitian dan pembahasan) berisi hasil penelitian di BMT
mengenai prosedur dan persyaratan pengajuan permohonan pembiayaan mudharabah,
proses analisis kelayakan pembiayaan di BMT, proses monitoring setelah pemberian
pembiayaan serta kendala yang dihadapi serta solusi dalam menghadapi kendala
tersebut.
Bab V ( penutup ), bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan diakhiri
dengan saran-saran dari penulis.
26
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG ANALISIS KELAYAKAN
DAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH
A. Pengertian Analisis Kelayakan Pembiayaan
Lembaga keuangan seperti bank, baik konvensional maupun syariah, dan
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) telah dikenal masyarakat memiliki
fungsi sebagai perantara antara pihak surplus fund dan defisit fund. Dana yang telah
dihimpun oleh lembaga keuangan tersebut harus diputar ke sektor yang potensial
untuk dapat menghasilkan keuntungan bagi pihak terkait. Penyaluran Dana Pihak
Ketiga (DPK) harus dilakukan secara terencana dan memperhatikan aspek kehati-
hatian sebab setiap kegiatan usaha yang dilakukan seseorang tentunya mengandung
resiko kerugian, untuk itu diperlukan suatu proses penelitian untuk mengetahui
tingkat resiko yang akan terjadi.
Analisis kelayakan pembiayaan adalah suatu kegiatan penelitian secara
mendalam terhadap suatu usaha untuk mengetahui layak tidaknya usaha tersebut
dijalankan dan menentukan seberapa besar keuntungan dan kerugian yang akan
timbul dari usaha tersebut. Pembiayaan yang diberikan kepada suatu usaha
merupakan sumber pendapatan besar dalam operasional lembaga keuangan. Namun
selain dapat mendatangkan keuntungan, pembiayaan juga mengandung tingkat resiko
yang bervariasi dan dapat mengganggu likuiditas lembaga keuangan tersebut.
27
B. Tujuan Analisis Kelayakan Pembiayaan
Analisis kelayakan pembiayaan yang dilakukan sebelum mengambil
keputusan pembiayaan memiliki beberapa tujuan sebagai berikut6 :
1. Menghindari resiko kerugian
Kerugian yang akan terjadi di masa depan merupakan suatu ketidakpastian,
ada kerugian yang dapat diramalkan dan ada pula kerugian yang terjadi diluar
perkiraan pengusaha. Analisis kelayakan dilakukan untuk meminimalisasi
resiko yang terjadi.
2. Memudahkan perencanaan
Segala informasi yang didapatkan dari hasil analisis kelayakan pembiayaan
digunakan dalam proses perencanaan sampai operasional usaha yang akan
dilakukan.
3. Memudahkan pengawasan
Pengawasan dilakukan terhadap pelaksanaan usaha agar tidak keluar dari
rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan dilakukan terhadap kegiatan usaha
secara menyeluruh dan dapat difokuskan kepada beberapa sektor yang
dianggap kritis.
4. Memudahkan pengendalian
Apabila dalam proses pengawasan ditemukan penyimpangan, maka harus
segera dikendalikan agar tujuan usaha untuk mendapatkan keuntungan dapat
tercapai.
1Kasmir dan Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis, (Jakarta: Kencana), h. 19.
28
C. Prinsip Analisis Kelayakan Pembiayaan
Prinsip analisis kelayakan pembiayaan adalah pedoman-pedoman yang harus
diperhatikan dalam melakukan analisis kelayakan usaha7. Secara umum, prinsip
tersebut berdasarkan pada 5C, antara lain :
1. Character adalah sifat atau karakter dari pihak pengelola usaha. Analisis
sering kali dilakukan dengan metode wawancara langsung kepada mudharib
dan orang-orang di sekitar lingkungannya.
2. Capacity adalah kemampuan mudharib dalam menjalankan usaha dan
mengembalikan modal yang diberikan shahibul maal.
3. Capital adalah modal yang diperlukan untuk menjalankan usaha tersebut.
Terdiri dari tangible asset seperti dana dan material pendukung usaha. Tapi
terdapat intangible asset yang penting untuk dimiliki pengusaha yaitu
manajemen, keahlian dan sistem teknologi.
4. Collateral adalah jaminan yang diberikan mudharib kepada shahibul maal.
Jaminan tersebut biasanya senilai atau lebih besar dari modal usaha.
5. Condition adalah keadaan usaha mudharib yang dilihat dari pangsa pasar,
trend, prospek usaha bahkan kondisi politik dan ekonomi.
Lembaga Keuangan Syariah memiliki beberapa pendekatan yang digunakan
dalam melakukan analisis kelayakan pembiayaan antara lain8 :
7Muhammad, Manajemen Pembiayaaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN), h.60.
8Ibid
29
1. Pendekatan Jaminan, artinya account officer memperhatikan kuantitas dan
kualitas jaminan yang dimiliki oleh mudharib.
2. Pendekatan karakter, artinya analisis kelayakan pembiayaan dilakukan untuk
mengetahui sifat dan karakter mudharib dengan cara mencermati dengan
sungguh-sungguh serta melakukan wawancara dengan orang di
lingkungannya.
3. Pendekatan studi kelayakan usaha, artinya account officer mempertimbangkan
keadaan usaha mudharib dan prospeknya di masa yang akan datang.
4. Pendekatan fungsi LKS, artinya upaya pengaturan terhadap likuiditas dana
yang dimiliki dengan pembiayaan yang dilakukan.
D. Jenis Analisis Kelayakan Pembiayaan
Analisis pembiayaan dilakukan terhadap 2(dua) macam data dan informasi
antara lain :
1. Analisis kuantitatif
Analisis kuantitatif adalah proses analisis terhadap kondisi suatu usaha
berdasarkan data atau informasi yang berbentuk angka. Proses analisis
dilakukan terhadap beberapa dokumen keuangan seperti laporan keuangan,
cash flow, neraca, laporan laba/rugi, dll. Dalam melakukan analisis
kuantitatif, terdapat beberapa metode penghitungan analisis rasio antara lain:
30
a. Rasio likuiditas yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Terdapat 2 (dua) cara
perhitungan untuk mengetahui rasio likuiditas antara lain9 :
• Current ratio = harta lancar x 100%
hutang lancar
• Quick ratio = harta lancar – persediaan x 100%
hutang lancar
b. Rasio leverage yaitu rasio yang menunjukkan sejauhmana perusahaan
dibiayai oleh hutang. Rasio ini juga menunjukkan indikasi tingkat
keamanan dari para pemberi pinjaman.10
Debt to Equity Ratio (DER) = Total Kewajiban x 100%
Modal Sendiri
c. Rasio aktivitas yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan dan efektivitas
manajemen dalam mengelola sumber-sumber yang dimilikinya.
Perhitungan rasio ini dilakukan untuk mengetahui perputaran aktiva yang
dapat menghasilkan penjualan.11
Asset Turn Over = Penjualan Bersih x 100%
Total Aktiva
9 Jopie jusuf, Analisis Kredit Untuk Account Officer, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama), h.51.
10 Ibid, h.55
11 Ibid, h.59
31
d. Rasio rentabilitas yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba.12
Gross Profit Margin = Laba Kotor x 100%
Penjualan
Net Profit Margin = Laba Bersih x 100%
Penjualan
e. Rasio coverage yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban kreditnya.
EBIT Coverage Ratio = Laba sebelum bunga dan pajak x 100%
Beban bunga
2. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif adalah analisis terhadap suatu usaha berdasarkan kondisi
non numerik. Hasil analisis kualitatif memberi gambaran yang utuh mengenai
debitor dan pengaruhnya terhadap resiko kredit yang diberikan kepada
kreditor. Proses analisis kualitatif menggunakan dua variable besar yaitu
variable internal dan variable eksternal.
12
Ibid, h.66
32
a. Variable internal adalah faktor-faktor yang berada di dalam kendali suatu
usaha. Peneliti harus memperhatikan beberapa faktor dalam variable
internal, antara lain :
• Manajemen
• Organisasi
• Perusahaan
• Produksi
• Pemasaran
• Sumber Daya Manusia
• Sistem informasi
• Teknologi
b. Varible eksternal adalah faktor-faktor yang berada di luar kendali suatu
usaha tetapi dapat mempengaruhi kegiatan operasionalnya. Beberapa
variable eksternal yang telah sering muncul adalah :
• Bencana alam
• Trend masyarakat
• Kondisi keamanan
• Kebijakan pemerintah
33
E. Pengertian Pembiayaan Mudharabah
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya pada saat jangka waktu
tertentu dengan tambahan pemberian bunga. Pengertian tersebut berlaku bagi
perbankan konvensional dengan penetapan sistem bunga.
Dalam dunia perbankan syariah sistem bunga digantikan dengan sistem bagi
hasil, dengan demikian pengertian pembiayaan dalam perbankan syariah dapat
diartikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya pada saat
jangka waktu tertentu dengan adanya imbalan berdasarkan bagi hasil yang telah
disepakati. Secara sederhana pembiayaan adalah pendanaan yang diberikan suatu
pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun lembaga13
.
Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan14
.
Pengertian memukul atau berjalan ini dianalogikan seperti orang yang bekerja dalam
menjalankan usahanya. Menurut ulama fiqh, mudharabah atau qiradh adalah
13 Ibid., Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h.19.
14 Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press), h.95.
34
� ی����� وی��ن ا���� ���آ�أن� � �� ی# �" ا�!�� ا�� ا�
“Pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pekerja (pedagang) untuk
diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu menjadi milik bersama dan dibagi
menurut kesepakatan bersama.15
Secara terminologi, mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak
dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola dengan pembagian keuntungan usaha menurut
kesepakatan bersama yang telah dituangkan dalam kontrak, apabila terjadi kerugian
ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian
pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian
pengelola maka yang bertanggung jawab atas kerugian tersebut adalah pihak
pengelola.
F. Landasan Hukum
Ketetapan diperbolehkannya pembiayaan mudharabah terdapat di dalam
sumber-sumber hukum islam, yaitu al-qur’an dan hadits.
1. Al-Qur’an
� ا� .… $� � .…و+*�ون ی$���ن �( ا)رض ی&�%�ن
“…..Dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian
karunia Allah SWT …..”(Al-Muzzammil:20)
15 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalat,(Jakarta: Gaya Media Pratama), h.176.
35
��, ی� أی�5 ا�4ی� + ,�ا � ت3آ�2ا أ �ا��� �,�� ���&�1� إ� أن ت��ن ت��رة .� ت�اض
�! و� ت�2�9ا أن��67 إن ا� آ�ن ��� ر
“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil)
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan sukarela diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (An-Nisa:29)
2. Hadits
Pembiayaan mudharabah telah dipraktekkan sejak zaman Rosulullah SAW,
hal tersebut diperkuat dengan hadits yang dijadikan landasan hukum pembiayaan
mudharabah. Adapun beberapa hadits tersebut antara lain :
�ن �#ن� ا��&�س �� .&# ا�!B2C اذاد�" ا�!�ل $�ر�< اش��ط .2( ;�&� أن : آ
� ذ� �یI� �� 26�ا و:ی,Hل �� وادی�، و: ی���ي �� دا�< ذات آ&# ر1&<،��ن �
Jوا�� و��2 �3ج�ز ��1 ر��ل ا� ;2( ا� .2�ش M2&� ،�!ان( �( (ض�&Cا� Jروا
) ا) و�P .� ا�� .&�س
“Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia
menyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni
lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia
(mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan itu didengar Rosulullah,
beliau membenarkannya”.(HR Thabrani dari Ibnu Abbas)16
16 Ibid, DSN-MUI, h.40
36
ا�&" ا�( أج� وا�!�9رض< : UVث �5� ا�&�آ<:أن ا�,&( ;2( ا� .2� وا�� و��R �2ل
"&2� � W&2��� )رواJ ا�� �ج� .� ;5B(و*P2 ا�&� ����
“Dari Shalih bin Shuhaib r.a bahwa Rosulullah SAW bersabda, Tiga hal yang
di dalamnya terdapat keberkahan : Jual beli secara tangguh, muqarradhah
(mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga
bukan untuk dijual”. (HR Ibnu Majah)17
3. Fatwa No.07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah.18
Dalam
fatwa tersebut disebutkan bahwa pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang
disalurkan oleh LKS kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.19
G. Rukun dan Syarat Pembiayaan Mudharabah
Rukun adalah segala sesuatu yang harus diikutsertakan untuk menentukan sah
atau tidaknya suatu kegiatan. Berikut ini adalah rukun pembiayaan mudharabah dan
syarat-syarat yang berkaitan dengan rukun mudharabah tersebut :
1. Penyedia dana (shahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cakap hukum.
2. Pernyataan ijab qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan
kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad) dengan memperhatikan
hal-hal berikut20
:
17
Ibid, h.41
18Ibid, h.39.
14Ibid, h.43
15Ibid, h.44
37
a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan
kontrak (akad).
b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.
c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi atau dengan
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
3. Modal ialah sejumlah uang dan/ atau asset yang diberikan oleh penyedia dana
kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut21
:
a. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.
b. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal
diberikan dalam bentuk asset, maka asset tersebut harus dinilai pada
waktu akad.
c. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus diserahkan kepada
mudharib, baik secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan
kesepakatan dalam kontrak (akad).
4. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari
modal, dengan syarat :
a. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan
hanya untuk satu pihak.
b. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan
dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk
21Ibid, h.45
38
persentasi (nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan. Jika terjadi
perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan.
c. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah
dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali
diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian atau pelanggaran
kesepakatan.
5. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib) sebagai perimbangan (muqabil)
modal yang disediakan oleh penyedia dana, dengan memperhatikan hal-hal
berikut22
:
a. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib tanpa campur tangan
penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan
pengawasan.
b. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola
sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan
mudharabah yaitu profit.
c. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah islam dalam
tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah dan harus
mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktivitas itu.
22 Ibid, h.46
39
Terdapat perbedaaan pendapat di kalangan ulama mengenai mudharabah antara lain :
a. Rukun dan syarat
Menurut ulama Hanafiyah yang menjadi rukun dalam akad mudharabah hanya
ijab dan qabul. Jika pemilik modal telah melafalkan ijab qabul maka akad itu
telah memenuhi rukunnya dan akad tersebut sah.23
Sedangkan menurut jumhur ulama, rukun mudharabah tidak hanya terbatas
pada ijab qabul tetapi juga hal-hal yang telah diungkap penulis di halaman
sebelumnya.
b. Sifat akad mudharabah
Menurut Imam Malik dalam akad mudharabah apabila perdagangan telah
dimulai, maka akadnya bersifat mengikat kedua pihak dan tidak boleh
dibatalkan secara sepihak.24
Menurut Imam Abu Hanifah, Imam Asy-Syafi’i dan Imam Ahmad Ibn Hanbal
menyatakan bahwa akad mudharabah brsifat tidak mengikat karena pekerja
melakukan tindakan hukum pada milik orang lain dengan seizinnya. Salah
satu pihak dapat membatalkan akad dengan ketentuan harus memberitahukan
kepada pihak lainnya terlebih dahulu.
23 Ibid, Haroen, Fiqh Muamalat, h.178.
24 Ibid, h.179.
40
Kontrak yang disepakati kedua pihak mengakibatkan beberapa implikasi, yaitu25
:
1. Mudharib berstatus sebagai pemegang amanah dari modal yang telah
diberikan oleh shahibul maal. Jika terjadi kerugian yang bukan disbabakan
kelalaian, kecurangan maupun penyelewengan akad maka kerugian tersebut
sepenuhnya ditanggung oleh shohibul maal. Namun jika kerugian tersebut
terjadi akibat kecurangan dan kelalaian mudharib, maka ia harus mengganti
100% modal tersebut.
2. Mudharib berhak mendapatkan laba berdasarkan nisbah yang telah disepakati
dalam kontrak.
H. Jenis-jenis Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah terbagi menjadi 2 (dua) jenis berdasarkan tujuan
alokasi pembiayaan kepada nasabah. Adapun kedua jenis pembiayaan mudharabah
tersebut adalah :
1. Mudharabah mutlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan
mudharib dimana tidak ada batasan tertentu mengenai usaha yang akan
dikelola mudharib.
2. Mudharabah muqayyadah adalah bentuk kerja sama antara shohibul maal dan
mudharib dimana shahibul maal menentukan batasan usaha yang akan
dijalankan mudharib, baik dari segi jenis, waktu maupun tempat usaha.
25Muhammad, Manajemen Pembiayaan, h.108.
41
BAB III
GAMBARAN UMUM
I. BMT TANJUNG SEJAHTERA
A. Sejarah Berdirinya
Berawal diselenggarakannya pertemuan para pedagang di wilayah
Kecamatan Koja pada hari Selasa, tanggal 24 Mei 2005 bertempat di musholla AL-
AROFAH Jl. Manggar No. 09 Rt 03 / 011 pada pukul 09.00 s/d 12.00 Kelurahan
Tugu Utara Kecamatan Koja, dan pertemuan kedua di rumah bapak ASMARUDIN
pada pukul 13.00 s/d 15.30 Kelurahan Tugu Selatan Jl. Bendungan Melayu No. 12.
Kelurahan Tugu Selatan, Kec koja, Jakarta Utara. Di bawah pimpinan Yunus Hanafi
Sya’roni S.Ag .
Dari pertemuan tersebut terjadilah kesepakatan untuk merubah nasib secara
bersama-sama dengan cara membuat kelompok-kelompok pengusaha kecil dan
dilakukan pendampingan oleh inisiatornya. Dari kesepakatan tersebut terbentuklah 17
kelompok pengusaha kecil dan melakukan pertemuan secara rutin terjadwal sepekan
sekali dan tersusun kepengurusan kecil terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara
setiap kelompok dengan beragam nama setiap kelompoknya. Adapun aktifitas
pertemuannya adalah :
1. Melakukan zikir qolbiah untuk mengisi kebutuhan jiwa dengan siraman
rohani.
2. Bermusyawarah mencari terobosan bisnis untuk meningkatkan kesejahteraan.
42
3. Mengumpulkan simpanan anggota untuk menambah kas dan modal untuk
memberikan pembiayaan bagi anggota yang kurang modal.
4. Membayar angsuran bagi yang sudah mendapatkan pembiayaan.
Pada tanggal 6 dan 7 Desember akhir tahun 2005 dilaksanakan program
pelatihan aliansi mitra permodalan BMT – Baitul Maal Muamalat (BMM) – Bank
Muamalat Indonesia (BMI) dibawah pendampingan MIKROFIN INDONESIA. Maka
pada tanggal 1 Januari 2006 mulailah aktifitas kantor dan pada tangal 20 Februari
2006 rapat anggota untuk kepengurusan dan legalitas pendirian koperasi jasa
keuangan dengan nama Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah BMT TANJUNG
SEJAHTERA dan dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah Nomor : 511/BH/MENEG.1/VII/2006 disambut gembira
oleh para anggotanya sebagai titik awal untuk beraktifitas secara produktif yang legal.
Adapun lokasi dari BMT Tanjung Sejahtera beralamat di Pasar Lontar Jalan
Manggar No. 8 Tugu Utara-Koja dan telah memiliki beberapa kantor cabang di
daerah Pademangan-Ancol dan di Pasar Cilincing
B. Visi dan Misi
BMT Tanjung Sejahtera memiliki visi dan misi yang hendak dicapai. Visi BMT
Tanjung Sejahtera adalah “Mewujudkan lembaga keuangan mikro syariah yang
amanah, profesional dan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas ibadah
anggotanya yang tersebar di wilayah Jakarta Utara.”
43
Misi BMT Tanjung Sejahtera adalah membangun dan mengembangkan
tatanan perekonomian dan struktur masyarakat madani yang adil berkemakmuran –
berkemajuan, serta makmur – maju berkeadilan berlandaskan syari’ah dan Ridho
Allah SWT, dengan melakukan usaha-usaha sebagai berikut :
1. Memurnikan penerapan nilai Islam dalam dunia usaha.
2. Menjalankan usaha yang menguntungkan bagi semua pihak.
3. Membangun kepercayaan masyarakat terhadap sistem ekonomi syari’ah.
4. Meningkatkan profesionalisme kinerja pengelola.
5. Memberikan akses permodalan bagi masyarakat pengusaha kecil.
C. Prinsip Utama Operasional BMT Tanjung Sejahtera
Dalam melaksanakan usahanya, BMT berpegang teguh pada prinsip utama
sebagai berikut :
1. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan mengimplementasikan
pada prinsip-prinsip Syariah dan muamalah Islam ke dalam kehidupan nyata.
2. Keterpaduan, yakni nilai –nilai spiritual dan moral menggerakkan dan
mengarahkan etika bisnis yang dinamis, produktif, proqresif adil dan
berakhlaq mulia.
3. Kekeluargaan, yakni mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi. Semua pengelola pada tiap tingkatan, pengurus pada semua lininya
serta anggota, dibangun rasa kekeluargaan, sehingga akan tumbuh rasa saling
melindungi dan menanggung.
44
4. Kebersamaan, yakni kesatuan pola pikir, sikap dan cita-cita antar semua
elemen BMT. Antara pengelola dengan pengurus harus memiliki satu visi dan
bersama–sama anggota untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial.
5. Kemandirian, yakni mandiri di atas semua golongan politik. Mandiri berarti
juga tidak tergantung dengan dana-dana pinjaman dan bantuan tetapi
senantiasa produktif untuk menggalang dana masyarakat sebanyak-
banyaknya.
6. Profesionalisme, yakni semangat kerja yang tinggi, dilandasi dengan dasar
keimanan. Kerja yang tidak hanya berorentasi pada kehidupan dunia saja,
tetapi juga kenikmatan dan kepuasan ruhani dan akherat. Kerja keras, kerja
ikhlas, kerja cerdas, kerja mawas dan kerja tuntas yang dilandasi dengan bekal
pengetahuan (Knowledge) yang cukup, ketrampilan yang terus di tingkatkan
(Skill) serta niat dan ghirah yang kuat (Attitude). Semua itu dikenal dengan
kecerdasan emosional, spiritual, dan intelektual. Sikap profesionalisme
dibangun dengan semangat untuk terus belajar demi mencapai tingkat standar
kerja yang tinggi.
7. Istiqomah, Konsisten, konsekwen kontinuitas / berkelanjutan tanpa henti dan
tanpa pernah putus asa. Setelah mencapai suatu tahap, maka maju lagi ke
tahap berikutnya dan hanya kepada Allah SWT kita berharap.
45
D. Tujuan dan Fungsi BMT Tanjung Sejahtera
Para pendiri BMT Tanjung Sejahtera memiliki beberapa hal yang dijadikan
tujuan pendirian BMT, yaitu pertama keberadaan BMT bertujuan untuk
meningkatkan kualitas usaha ekonomi masyarakat umum dan secara khusus mampu
meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Tujuan BMT Tanjung Sejahtera yang kedua
adalah BMT didirikan untuk membangun ekonomi umat islam agar meninggalkan
transaksi keuangan dengan sistem riba dan beralih ke sistem keuangan syariah.
Dalam upaya mencapai tujuannya, BMT Tanjung Sejahtera melakukan
beberapa kegiatan yang termasuk ke dalam fungsi BMT. Berikut ini beberapa fungsi
BMT Tanjung Sejahtera di tengah masyarakat :
1. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong dan
mengembangkan potensi serta kemampuan potensi ekonomi anggota, kelompok
anggota dan daerah kerjanya.
2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Insani (SDI) anggota dan Kelompok
Usaha Masyarakat (Pokusma) menjadi lebih profesional dan islami sehingga
semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi persaingan global.
3. Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan anggota.
4. Menjadi perantara keuangan ( financial intermediary ), antara agniya sebagai
shohibul Maal dengan dhu’afa sebagai mudhorib, terutama untuk dana-dana
sosial seperti zakat, infaq, sedekah, wakaf, hibah, dll.
46
5. Menjadi perantara keuangan ( financial intermediary ) antara pemilik dana
(shohibul maal), baik sebagai pemodal maupun penyimpan dengan pengguna
dana (mudhorib) untuk mengembangkan usaha produktif.
E. Produk – Produk BMT Tanjung sejahtera dan Perkembangannya
BMT Tanjung Sejahtera memiliki beberapa produk jasa layanan keuangan
syariah untuk memenuhi kebutuhan transaksi keuangan masyarakat. Produk-produk
tersebut dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu produk penghimpunan dana dan produk
penyaluran dana. Masing-masing produk memiliki karakteristik tersendiri sesuai
tujuannya. Produk penghimpunan dana yang terdapat di BMT Tanjung Sejahtera
adalah
Tabel 3.1
Produk-produk BMT Tanjung Sejahtera
No Produk Penghimpunan Dana Produk Penyaluran Dana
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tabungan Mudharabah Umum
Tabungan Pendidikan
Tabungan Haji/Umrah
Tabungan Hari Raya
Tabungan Qurban
Tabungan Walimah
Investasi Deposito Berjangka
Pembiayaan Mudharabah.
Pembiayaan Musyarakah.
Pembiayaan Qordhul Hasan
Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan Ijarah
Pembiayaan IMBT
47
Gambar 3.1
Grafik Perkembangan Jumlah Anggota
BMT Tanjung Sejahtera Tahun 2008
Grafik diatas menggambarkan perkembangan jumlah anggota BMT Tanjung
Sejahtera sejak bulan Januari tahun 2008 hingga November 2008. Jumlah anggota
tersebut adalah keseluruhan anggota dari produk-produk BMT Tanjung Sejahtera.
Dalam kurun waktu 11 bulan terdapat peningkatan sekitar 200 anggota. Jumlah
anggota BMT Tanjung Sejahtera di bulan November 2008 telah mencapai lebih dari
1200 orang.
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
jan mart mei juli sept nov
jumlahanggota
48
Tabel 3.2
Business Plan BMT Tanjung Sejahtera
Aspek 2005 2006 2007 2008
Pembukaan Cabang 1 Pusat 1 Kankas 3 kankas 7 kankas
Total Asset 50 juta 200 juta 1 M 5 M
Total Income 0 juta 15 juta 30 juta 100 juta
Total Anggota 217 orang 600 orang 1000 orang 5000 orang
Total SDM 2 orang 4 orang 18 orang 35 orang
Tabel tersebut berisi pencapaian kerja dari target yang ditetapkan BMT
Tanjung Sejahtera. Perkembangan BMT dapat dilihat dari tahun ke tahun sejak 2005
hingga 2008 dari berbagai aspek. Dalam hal keberadaan kantor BMT Tanjung
Sejahtera di tahun 2005 hanya terdapat 1 lokasi kantor BMT Tanjung Sejahtera yang
beralamat di Ps. Lontar Jalan Manggar No.8 Tugu Utara-Koja. Di tahun 2006 telah
dibuka 1 lokasi kantor kas (kankas) di daerah PLTU Ancol. Keberadaan kantor BMT
Tanjung Sejahtera terus meningkat di tahun 2007 sebanyak 3 kankas hingga akhir
tahun 2008 ini jumlah kankas bertambah sampai 7 lokasi kankas.
Seiring dengan bertambahnya lokasi BMT Tanjung Sejahtera, asset yang
dimiliki juga bertambah tiap tahunnya. Total asset sebesar 50 juta di tahun 2005
bertambah menjadi 200 juta di tahun 2006 dan menjadi 1 M di tahun 2007. Hingga
akhir 2008, total asset ditargetkan mencapai 5 M.
49
Dari keseluruhan lokasi kantor BMT Tanjung Sejahtera diperoleh pendapatan
yang juga terus meningkat. Diawal pendirian hingga tahun 2006 pendapatan yang
diperoleh sebesar 15 juta. Angka tersebut terus bertambah hingga di tahun 2007
mencapai 30 juta dan ditargetkanmencapai 100 juta di tahun 2008.
Peningkatan jumlah anggota seperti terlihat dalam gambar 3.1 diikuti pula
oleh tersedianya SDM di BMT Tanjung Sejahtera. Di awal pendiriannya SDM yang
tersedia hanya 2 orang dan bertambah menjadi 4 orang di tahun 2006. Jumlah SDM
terus ditambah di tahun 2007 sebanyak 18 orang dan 35 orang di tahun 2008.
F. Struktur Organisasi
Setiap lembaga memiliki struktur organisasi sebagai acuan dalam
melaksanakan program kerja dan operasional lembaga tersebut. Setiap komponen
dari struktur tersebut memiliki tugas dan wewenang masing-masing. Pembagiannya
diatur agar tidak terjadi pemberian tugas dan wewenang yang tumpang tindih. Berikut
ini beberapa komponen dari struktur organisasi BMT Tanjung Sejahtera :
Kedudukan tertinggi dalam struktur organisasi BMT adalah Dewan Pengawas
Syariah (DPS) yang bertugas menentukan kehalalan produk keuangan dan mengawasi
operasionalnya di BMT. Posisi ini dipegang oleh Ust. Drs. H. Abdul Wahid Sya’roni.
Selanjutnya adalah pengawas operasional yang bertugas memantau kegiatan
operasional di seluruh kantor BMT Tanjung Sejahtera. Beberapa orang yang bertugas
sebagai pengawas operasional adalah Lely Sofyan, Nur Aini dan Muhammad Sholeh.
50
Dibawah pengawas operasional terdapat pengurus dan pengelola BMT .
Pengurus BMT diibaratkan sebagai direktur di masing-masing kantor kas. Pengurus
BMT Tanjung Sejahtera adalah Khoyrun Insanna, Yunus Hanafi dan Resmi Trias
Martiningsih. Sedangkan komponen pengelola BMT Tanjung Sejahtera di lokasi
pasar lontar terdiri dari :
1. Manager Pembiayaan : Wawan, SHI
2. Ka.bag. Adm dan Keuangan : Sari Yasaroh, A.Md
3. Customer Service : Nuraini
4. Teller : Rohman Purba
5. Funding Officer : Saefullah, Siti Rohana, Desi Astuti
II. BMT Al-Kautsar
A. Sejarah Singkat
BMT Al-Kautsar adalah lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) yang
bergerak dalam kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dan mengelolanya
kembali melalui pembiayaan kepada UKM dan sektor informal lainnya. BMT Al-
Kautsar berdiri pada tanggal 12 Juli 1996 atas gagasan dari Bapak H.Abdul Mannan,
SE, MM selaku pengurus Yayasan dan Pondok Pesantren Hidayatullah kantor
perwakilan DKI Jakarta.
BMT Al-Kautsar adalah unit usaha yang berbentuk Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) sebagai institusi formal dan legal di bawah pembinaan dan
pengawasan Bank Indonesia (BI) melalui pola hubungan bank dan Kelompok
51
Swadaya Masyarakat (KSM) serta partner dari Pusat Kajian Strategis Pembangunan
(PKSP) beralamat di Jalan Tanjung lengkong No.4 Bidara Cina-Jati Negara Jakarta
Timur sesuai izin operasional PINBUK DKI serta legalitas kooperasi No. 003/PKSP-
PHBK/VII/1993 dan BI PINBUK No. 10/PINBUK-DKI/XII/1998, Badan Hukum
(BH) No.639/BH/KW.K9/II/1999
BMT Al-Kautsar melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat
dengan menyediakan beberapa produk tabungan yang variatif. Dana tersebut
termasuk ke dalam himpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang kemudian disalurkan
untuk pembiayaan bagi pedagang dan UKM. Hubungan yang terjalin antara BMT dan
nasabah adalah hubungan mitra kerja dengan sistem bagi hasil dan pengelolaannya
dilakukan dengan sistem syariah. BMT Al-Kautsar juga menjaga kehati-hatian dalam
menyalurkan DPK untuk menjaga kepercayaan nasabah funding.
B. Visi dan Misi
Dalam pendirian BMT Al-Kautsar, ditentukan pula visi dan misi sebagai
dasar mencapai keberhasilan BMT. Visi BMT Al-Kautsar adalah “menjadikan
lembaga keuangan mikro yang professional, amanah dan dapat memebrikan serta
mengayomi kepada masyarakat kecil dan menengah”.
Adapun Misi BMT Al-Kautsar adalah “ meningkatkan taraf hidup pedagang
kecil dan meminimalisir dalam jeratan rentenir meskipun belum semaksimal
mungkin”.
52
C. Prinsip dan Tujuan
Prinsip yang dipegang teguh oleh BMT Al-Kautsar dan seluruh jajaran
pengurus serta pegawainya yaitu menjaga nilai-nilai integritas, transparansi serta
prudent banking dalam penghimpunan dana, penyaluran dana dan pelayanan dengan
sistem mitra kekeluargaan.
Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah :
1. menggalang kekuatan ekonomi masyarakat untuk mencapai kesejahteraan
2. membebaskan PKM dari jeratan rentenir
3. meningkatkan taraf hidup dan pendapaatn para PKM
4. memasyarakatkan etika bisnis yang berdasarkan syariah
5. membantu dan menyantuni kaum dhuafa melalui penyaluran ZIS
6. melakukan pembinaan kepada pedagang dan PKM
D. Produk-Produk BMT Al-Kautsar
BMT Al-Kautsar memiliki 2 (dua) jenis produk keuangan, sama halnya
dengan BMT Tanjung sejahtera dan BMT-BMT lain. Kedua jenis produk tersebut
antara lain :
1. Produk penghimpunan dana sesuai kebutuhan investasi masyarakat yang
terdiri dari :
a. Tabungan Muamalah merupakan simpanan praktis bagi setiap muslim
karena dapat dilakukan penarikan sewaktu-waktu.
53
b. Tabungan haji dan umroh merupakan tabungan yang diperuntukkan
bagi kaum muslimin yang akan menunaikan ibadah haji dan umroh.
Tabungan ini tidak dapat dilakukan penarikan sampai pada saat
pelunasan biaya ibadah haji dan umroh.
c. Tabungan qurban merupakan tabungan yang dipersiapkan untuk
melakukan qurban saat hari raya sehingga penarikannya dilakukan
menjelang Idul Adha. BMT Al-Kautsar uga menyediakan pengadaan
hewan qurban tersebut dan bersedia menyalurkan kepada mustahik.
d. Tabungan pendidikan merupakan tabungan untuk mempersiapkan
dana pendidikan bagi nasabah dan ahli warisnya. Tabungan ini dapat
ditarik pada saat tahun ajaran baru.
2. Produk penyaluran dana yang ditawarkan BMT Al-Kautsar antara lain :
a. Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan modal kerja kepada
UKM. Pihak BMT (shahibul maal) menyediakan dana 100% untuk
dikelola oleh mudharib yang tentunya akan memberikan keahlian dan
bertanggung jawab atas modal yang diberikan dengan pembagian
keuntungan sesuai nisbah dan jangka waktu yang disepakati bersama.
b. Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan dengan sistem jual beli
dengan pengembalian berupa cicilan/angsuran dalam jangka waktu
tertentu dengan keuntungan bagi BMT berasal dari margin yang
diketahui nasabah.
54
c. Pembiayaan musyarakah adalah pembiayaan kerja sama antara bmt
dan nasabah yang keduanya sama-sama memberikan modal dana.
Pencampuran modal tersebut digunakan untuk mengelola proyek
usaha yang layak dengan pembagian keuntungan dan kerugian sesuai
kesepakatan.
Pelayanan lain yang tersedia di BMT Al-Kautsar adalah penerimaan dan
penyaluran ZIS bagi nasabah maupun masyarakat umum yang ingin membersihkan
hartanya.
E. Struktur Organisasi dan Keanggotaan
Secara garis besar organisasi adalah tempat atau wadah persekutuan antara
dua orang atau lebih yang melakukan kerja sama yang diatur dengan tertib untuk
mencapai tujuan dalam aturan kerja sama hubungan organisasi secara vertikal dan
horizontal.
55
Gambar 3.2
Struktur Organisasi BMT Al-Kautsar
Pengawas
H. Abdul Mannan, SE, MM
Direktur
H. M. Dahlan, SE
Operasional
M. Abdullah Said, SE
Keuangan
Syamsul Bahri, SE
Pembiayaan
Budi Sudirja
Administrasi
Syamsul Bahri, SE
Humas
Budi Sudirja, SE
Pemasaran
Edy H, A.Md
Teller 1
Nur Holid
Teller 2
Ashari
56
F. Strategi Pemasaran BMT Al-Kautsar
Hal penting yang harus diperhatikan dalam setiap kegiatan ekonomi adalah
pemasaran. Kegiatan pemasaran harus direncanakan dengan matang dan
berkelanjutan untuk menjaga eksistensi dan keberadaan BMT di tengah masyarakat.
Strategi yang ditempuh dalam kegiatan pemasaran oleh BMT adalah Marketing Mix
yang menggunakan instrument 4 P (price, produk, place and promotion).
1. Price ( Harga)
Kegiatan perdagangan menggunakan instrument harga dalam memasarkan
suatu produk. Pedagang harus berani memberikan harga yang bersaing dengan
pedagang lain. Dalam lingkup lembaga keuangan, harga diartikan sebagai
tingkat suku bunga (lembaga keuangan konvensional) atau nisbah bagi hasil
(Lembaga Keuangan Syariah). LKS maupun LKMS harus memberikan
penawaran bagi hasil yang tinggi untuk menarik minat nasabah agar
menyalurkan dananya. Dari sisi pembiayaan, LKS dan LKMS menyesuaikan
nisbah bagi hasil pembiayaan dengan kemampuan mudharib dalam
mengembalikan pembiayaan tersebut.
2. Product (Produk)
BMT menyediakan berbagai produk penghimpunan dana dan pembiayaan
yang beragam sesuai dengan kebutuhan masyarakan akan jasa pelayanan
keuangan.
57
3. Place (Lokasi)
Pengurus harus cermat dalam memilih lokasi yang strategis untuk kantor
BMT. Pemukiman dan pasar tradisional menjadi sasaran utama prospek BMT.
4. Promotion (Promosi)
BMT Al-Kautsar memiliki beberapa strategi promosi yang telah
dikembangkan, yaitu :
a. Pemasaran internal
Kegiatan pemasaran produk BMT tidak hanya dilakukan oleh bagian
marketing saja tetapi juga meliputi seluruh pegawai dengan metode personal
selling. Jadi setiap pegawai mengemban tugas untuk menjual produk BMT
kepada siapapun khususnya orang terdekat.
b. Pemasaran interaktif
Kegiatan pemasaran dilakukan oleh seorang Custumer Servic (CS)
dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan nasabah dan cross selling
seluruh produk yang dimiliki BMT. CS sebagai tulang punggung keberhasilan
kegiatan pemasaran sebab CS memegang image BMT untuk menjadikan
BMT sebagai LKMS yang professional.
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BMT merupakan salah satu Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang
telah berkembang di Jakarta dan kota besar lainnya. Keberadaan BMT di tengah
masyarakat merupakan sub stitusi dari bank syariah karena sebagian besar Usaha
Kecil Mikro (UKM) belum dapat memasuki bank syariah. Dalam satu dasawarsa
pertama (1995 – 2005), di Indonesia telah tumbuh dan berkembang lebih dari 3.300
BMT, dengan asset lebih dari Rp 1,7 triliun, melayani lebih dari 2 juta penabung dan
memberikan pinjaman terhadap 1,5 juta pengusaha mikro dan kecil. BMT sebanyak
itu telah mempekerjakan tenaga pengelola sebanyak 21.000 orang.26
Faktor prosedural menjadi penghambat kemajuan UKM dalam mengajukan
pembiayaan. UKM memiliki potensi yang cukup tinggi dalam perekonomian, jika
ingin mempercepat pertumbuhan ekonomi maka para pelaku ekonomi harus
memperhatikan UKM. Bank Syariah belum banyak membuka kesempatan bagi UKM
untuk mendapatkan pembiayaan karena UKM dianggap tidak bankable, padahal
banyak UKM yang memiliki usaha yang visible untuk dikembangkan.
BMT memiliki fungsi yang sama dengan bank yaitu sebagai lembaga
intermediary antara surplus fund dan defisit fund. Produk-produk yang ditawarkan
terdiri dari produk funding (penghimpunan dana) dan lending (penyaluran dana)
dengan skala lebih kecil dan prosedural lebih mudah dari bank syariah. Walaupun
26http://www.pkesinteraktif.com
59
prosedur pengajuan pembiayaan di BMT lebih sederhana, pihak BMT tetap
memberikan persyaratan dan melakukan analisis sebelum dilakukan realisasi
pembiayaan. Keberadaan BMT sangat dekat dengan masyarakat sehingga di beberapa
daerah seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur banyak terdapat BMT yang berkembang
secara pesat. Hal ini menimbulkan semangat dan optimisme yang tinggi akan
perkembangan BMT di wilayah Jakarta.
Tabel 4.1
Data BMT dan Assetnya
NO NAMA BMT TOTAL ASSET
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
BMT Dinar (Karang Anyar)
BMT Ben Taqwa (Jawa Tengah)
BMT Bina Usaha Sejahtera (Jawa Tengah)
BMT MMU (Pasuruan Jatim)
BMT Marhamah (Wonosobo)
BMT Baitur Rahman (Bontang, Kaltim)
BMT Tumang (Boyolali)
BMT PSU (Malang)
31 milyar
30 milyar
28 milyar
17 milyar
13 milyar
6 milyar
4 milyar
5 milyar
Keberhasilan suatu BMT tidak dapat dilihat dari besarnya pembiayaan yang
direalisasikan. Tetapi perlu diingat, pihak BMT juga harus memperhatikan aspek
prudential banking (kehati-hatian) dalam memberikan pembiayaan. Peneliti telah
60
melakukan rangkaian kegiatan penelitian yang terkait dengan proses analisis
kelayakan pembiayaan mudharabah di BMT Tanjung sejahtera dan Al-Kautsar.
Berikut ini gambaran umum tentang siklus pembiayaan mudharabah di kedua BMT
tersebut
Gambar 4.1
Siklus Pembiayaan Mudharabah
Nasabah
Keterangan :
1. Nasabah menyerahkan berkas pengajukan permohonan pembiayaan kepada
Customer Service (CS).
2. Berkas permohonan pembiayaan diberikan kepada account officer setelah
diperiksa kelengkapannya.
3. Account Officer melakukan analisis kelayakan dan survei lapangan terhadap
usaha nasabah. Kemudian data yang diperoleh akan dibahas dalam rapat
komite pembiayaan untuk menentukan keputusan.
4. Jika permohonan diterima maka segera dilakukan akad antara BMT dan
nasabah setelah disepakati jangka waktu dan nisbah bagi hasil.
Customer
Service (CS)
Account
Officer (AO)
Komite
Pembiayaan Teller
61
5. Pencairan dana sesuai permohonan yang diterima.
6. Nasabah melakukan pengembalian pinjaman dengan sistem angsuran.
Selanjutnya penulis akan memberikan penjelasan lebih rinci tentang proses pengajuan
pembiayaan hingga pencairannya. Berikut ini adalah pemaparan hasil penelitian
tentang prosedur dan analisis kelayakan pembiayaan mudharabah di BMT Tanjung
Sejahtera dan BMT Al-Kautsar.
A. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Mudharabah
Proses awal pengajuan pembiayaan mudharabah adalah pemberian penjelasan
oleh customer service (CS) kepada calon mudharib tentang persyaratan dan sistem
bagi hasil yang diterapkan di BMT. Berikut ini beberapa persyaratan pengajuan
pembiayaan mudharabah di BMT Tanjung Sejahtera yang harus dipenuhi oleh calon
mudharib yaitu :
1. Plafond pembiayaan mudharabah yang diajukan antara Rp. 500.000,- sampai
Rp. 500.000.000,-.
2. Calon mudharib telah memiliki rekening tabungan di BMT Tanjung Sejahtera.
3. Jumlah tabungan calon mudharib minimal 30% dari nilai plafond yang
diajukan.
4. Tidak pernah memiliki tunggakan di BMT Tanjung Sejahtera.
5. Mengisi aplikasi permohonan pembiayaan.
62
6. Melengkapi berkas yang dibutuhkan antara lain foto kopi KTP suami-istri,
foto kopi Kartu Keluarga (KK), foto kopi akta nikah dan foto kopi data
penghasilan.
7. Jaminan untuk pembiayaan < Rp.10.000.000,- adalah BPKB kendaraan
bermotor sedangkan untuk pembiayaan > Rp.10.000.000,- adalah sertifikat
atau Akte Jual Beli (AJB) tanah maupun bangunan.
BMT Tanjung Sejahtera memiliki kebijakan internal tentang beberapa
nasabah yang diprioritaskan dalam pemberian pembiayaan yaitu nasabah yang pernah
melakukan pembiayaan dan kolektibilitasnya selama pengembalian pembiayaan
termasuk dalam kategori lancar.27
Persyaratan yang telah disebutkan diatas tidak jauh berbeda dengan
persyaratan yang ditetapkan oleh BMT Al-Kautsar. Di BMT Al-kautsar permohonan
plafond pembiayaan tidak boleh melebihi Rp. 20.000.000,- dan calon mudharib harus
menyerahkan pas foto ukuran 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar. Hal lain yang menjadi
perbedaan dalam persyaratan pengajuan pembiayaan antara BMT Tanjung Sejahtera
dan BMT Al-Kautsar adalah di BMT Al-Kautsar tidak ditetapkan adanya jaminan
berupa sertifikat maupun surat berharga lainnya. Pihak BMT Al-Kautsar
mengedepankan analisis kelayakan terhadap usaha mudharib sebab masih banyak
calon mudharib yang usahanya menguntungkan tetapi mereka tidak memiliki harta
27Hasil wawancara dengan Nuraini, Customer Service BMT Tj.Sejahtera, Rabu 27 Agustus 2008
63
yang bisa dijadikan jaminan. Biasanya calon mudharib menjaminkan usahanya
tersebut jika terjadi hal-hal yang tidak menguntungkan.28
Setelah semua berkas dan persyaratan dilengkapi, calon mudharib dapat
langsung menyerahkannya kepada customer service. Pada saat penyerahan berkas
pengajuan pembiayaan, calon mudharib akan dijelaskan tentang prosedur pemberian
pembiayaan mudharabah. Customer service juga harus memberitahukan tentang
sistem bagi hasil antara mudharib sebagai mudharib dan BMT sebagai shahibul
maal, sebab banyak nasabah yang belum mengetahui tentang sistem bagi hasil,
mereka menganggap BMT masih menggunakan persentase bunga terhadap
pengembalian pinjaman.
Setelah berkas pengajuan pembiayaan diserahkan, CS akan memberikan tanda
terima berkas pengajuan dan mencatat ke dalam daftar survei dan memberikan berkas
permohonan pembiayaan tersebut kepada account officer untuk segera dilaksanakan
rangkaian kegiatan survei, seluruh data yang diperoleh dikumpulkan ke dalam
rekapitulasi hasil survei yang nantinya akan dibahas dalam rapat komite pembiayaan
untuk menentukan keputusan pembiayaan. BMT Al-Kautsar memiliki kebijakan
internal tentang jumlah-jumlah tertentu yang ditetapkan sebagai kewenangan pejabat
untuk meluluskan suatu permohonan pembiayaan calon mudharib. Ada jumlah
nominal tertentu yang cukup disetujui oleh Account Officer dan ada jumlah nominal
tertentu yang harus disetujui oleh jajaran Direksi.
28Hasil wawancara dengan Budi Sudirja, Manajer Pembiayaan BMT Al-Kautsar, Senin 2 Sept 2008
64
Rapat komite pembiayaan terdiri dari account officer, funding officer dan
manajer pembiayaan. Hasil keputusan komite pembiayaan harus segera
diinformasikan kepada calon mudharib. Jika pengajuan pembiayaan tersebut
direalisasikan, langkah selanjutnya adalah penentuan kesepakatan nisbah bagi hasil
dan pelaksanaan akad pembiayaan mudharabah. Mudharib dapat memilih sistem
angsuran sesuai jangka waktu yang disepakati misalnya harian, mingguan atau
bulanan. Kemudian dapat dilakukan kesepakatan antara calon mudharib dan pihak
BMT untuk menentukan nisbah bagi hasil dari keuntungan usaha tersebut.
Persentase nisbah bagi hasil yang disepakati kedua belah pihak dimasukkan
ke dalam akad pembiayaan mudharabah. Akad tersebut bersifat mengikat kedua pihak
sesuai ketentuan yang berlaku sampai jangka waktunya habis. Setelah dilakukan ijab
kabul dan penandatanganan akad oleh kedua belah pihak, plafond pembiayaan yang
diajukan dapat segera dicairkan. Pencairan pembiayaan dilakukan oleh teller setelah
memperoleh memo atau instruksi pencairan dari manajer pembiayaan. Rangkaian
proses pengajuan hingga pencairan pembiayaan di BMT Tanjung sejahtera
berlangsung sekitar 3-5 hari. Sedangkan di BMT Al-Kautsar seluruh prosesnya
berlangsung sekitar 2 minggu. Proses pengajuan hingga pencairan pembiayaan
mudharabah di BMT Al-Kautsar terjadi lebih lama karena Sumber Daya Manusia
(SDM) di BMT tersebut masih terbatas dan lokasi usaha calon mudharib cukup jauh
dari kantor BMT. Beberapa lokasi usaha mudharib antara lain Pasar Jati Negara,
Pasar Mainan Prumpung dan Pasar Tanah Abang.
65
Mudharib yang telah menerima pencairan pembiayaan mudharabah dapat
segera mamanfaatkan dana tersebut sesuai dengan kebutuhan usahanya. Mudharib
juga diberikan arahan tentang perhitungan pembagian keuntungan bagi BMT dan
nasabah. Dalam sistem bagi hasil terdapat (dua) pola perhitungan, pertama profit
sharing (pembagian keuntungan). Profit sharing digunakan dengan cara membagi
laba bersih yang diperoleh mudharib. Pola perhitungan bagi hasil yang kedua adalah
revenue sharing (pembagian pendapatan). Hasil yang dibagikan berdasarkan
persentase nisbah adalah total pendapatan mudharib tanpa dikurangi dengan biaya-
biaya. Pola revenue sharing masih banyak digunakan di bank-bank syariah dengan
alasan untuk menghindari kecurangan mark up biaya oleh mudharib.
Bagi hasil yang berlaku di BMT Tanjung sejahtera ini adalah murni profit
sharing. Nisbah bagi hasil yang telah disepakati berlaku untuk pembagian
keuntungan yang diperoleh nasabah. Berikut ini rumus perhitungan bagi hasil di
BMT Tanjung Sejahtera :
Profit = TR – TC
Keterangan :
TR = Total Revenue atau total pendapatan/omzet
TC = Total Cost atau biaya produksi
Dana pembiayaan yang telah dicairkan harus segera dialokasikan untuk usaha
yang telah direncanakan. Nasabah dilarang menggunakan dana tersebut di luar
kebutuhan usahanya, apalagi jika dana tersebut dipergunakan untuk kepentingan
66
pribadi. Penyalahgunaan alokasi dana (side streaming) dapat menyebabkan rusaknya
akad pembiayaan mudharabah.
Jika operasional usaha telah berjalan maka pengembalian pembiayaan
mudharabah melalui pembayaran angsuran dapat dilakukan sesuai jangka waktu yang
tertulis pada akad. Pembayaran angsuran pembiayaan mudharabah di BMT Tanjung
Sejahtera hanya berlaku bagi profit atau keuntungan yang di dapat mudharib. Jadi,
pokok modal pembiayaan mudharabah tetap digunakan oleh mudharib sampai
berakhirnya jangka waktu perjanjian pembiayaan mudharabah.
Contoh perhitungannya sebagai berikut :
Jika nisbah yang disepakati 45 % untuk nasabah dan 55 % untuk BMT maka
45% x net profit = keuntungan untuk mudharib
55% x net profit = keuntungan untuk BMT/angsuran
Berbeda dengan BMT Tanjung sejahtera, pihak BMT Al-Kautsar
menggunakan sistem revenue sharing (pembagian pendapatan) dengan jumlah
angsuran yang dibayarkan adalah pokok dan bagi hasilnya. Contoh : pembiayaan
sebesar Rp. 2.000.000,- dengan nisbah bagi hasil 55:45 dengan angsuran harian
selama 100 hari maka perhitungannya adalah :
Revenue/pendapatan = Price (harga) x Quantity (jumlah barang)
Angsuran harian = 55% x revenue
100 hari
67
B. Analisis Kelayakan Pembiayaan Mudharabah
Sebelum membahas bagaimana proses analisis kelayakan pembiayaan, penulis
akan memberikan gambaran tentang hal-hal yang harus dimiliki seorang account
officer antara lain :
1. kemampuan menggali informasi dari calon mudharib dan lingkungannya
2. mengetahui harga dan situasi pasar
3. kemampuan membaca karakter seseorang
4. memahami prosedur dan peraturan pembiayaan di BMT
5. memahami sistem peraturan dan perizinan
Setelah berkas pengajuan dicatat ke dalam daftar survei, customer service
memberikannya kepada Account Officer (AO) untuk segera dilakukan proses analisis
kelayakan pembiayaan, agar tidak terjadi kesalahan pemberian pembiayaan yang
dapat merugikan BMT. Proses analisis kelayakan pembiayaan dilakukan secara
kualitatif berdasarkan gambaran usaha secara langsung. Proses tersebut dimulai
dengan memeriksa legalitas berkas pengajuan. Pada aplikasi permohonan pembiayaan
harus ditandatangani oleh suami-istri sehingga tidak dibenarkan mengajukan
pembiayaan tanpa diketahui oleh suami/istri.
68
Jika legalitas berkas telah memenuhi syarat, langkah selanjutnya adalah survei
lapangan terhadap calon mudharib dan keadaan usahanya. Kegiatan survei baik di
BMT Tanjung Sejahtera maupun BMT Al-Kautsar tersebut mengacu pada prinsip
umum 5 C antara lain :
1. Character (Karakter)
Account officer melakukan penilaian terhadap karakter dari calon mudharib.
Proses penilaian tersebut dilakukan dengan cara wawancara langsung
terhadap calon mudharib dan orang-orang di lingkungan usahanya. Hasil dari
wawancara tersebut dapat menunjukkan sifat calon mudharib, apakah calon
mudharib tersebut dapat dipercaya dan bertanggung jawab terhadap
pembiayaan yang akan diberikan.
2. Capacity (Kemampuan)
Penilaian dilakukan oleh account officer untuk mengetahui tingkat
kemampuan calon mudharib dalam mengembalikan pinjaman. Penilaian
tersebut dapat dilihat dari kondisi usaha calon mudharib meliputi jumlah
omzet per hari dan volume penjualannya. Account officer juga melihat mutasi
dari rekening tabungan calon mudharib untuk mengetahui frekwensi
menabungnya.
3. Capital (Modal)
Dalam melakukan survei lapangan, account officer melihat kegiatan usaha
dari calon mudharib. Penilaian dilakukan terhadap modal usaha yang selama
ini digunakan, asset yang dimiliki dan yang paling penting adalah komoditi
69
usahanya harus halal dan legal. Walaupun semua aspek penilaian memenuhi
syarat tetapi terdapat komoditi barang yang tidak halal, maka BMT tidak
dapat memberikan pembiayaan terhadap usaha tersebut.
4. Collateral (Jaminan)
Dalam sebuah pengajuan pembiayaan di BMT, jaminan menjadi aspek
komplementer yang turut disertakan. Disebut sebagai komplementer karena
tidak semua calon mudharib wajib mencantumkan. Jika calon mudharib
memiliki asset seperti kendaraan atau tanah maka BPKB dan sertifikatnya
menjadi barang jaminan. Account officer memeriksa legalitasnya juga melihat
langsung barang jaminan sehingga dapat diketahui harga perolehan dari
jaminan tersebut. Calon mudharib di BMT sebagian besar adalah UKM
sehingga BMT tidak dapat memaksakan adanya jaminan dalam pengajuan
pembiayaan. Jika calon mudharib tidak memiliki asset yang dapat dijaminkan
maka usahanya tersebut yang dijadikan jaminan oleh BMT.
5. Condition (Keadaan)
Account officer melihat kegiatan usaha calon mudharib dan keadaan
lingkungannya. Penilaian dilakukan terhadap usahanya apakah sesuai dengan
keadaan perekonomian masyarakat sekitar, apakah memiliki letak yang
strategis, apakah kegiatan usahanya masih diminati masyarakat dan memiliki
market share yang cukup besar. Penilaian ini termasuk kedalam analisis
eksternal karena melihat keadaan di luar usaha nasabah.
70
Aspek lain yang diperhatikan dalam melakukan analisis kualitatif yaitu
melihat variable internal usaha tersebut antara lain :
a. Pola manajemen yang digunakan UKM dalam menjalankan usahanya.
Meskipun masih sederhana hal ini dapat terlihat dari pencatatan pemasukan
dan pengeluaran sehari-hari. Keuangan usaha jangan sampai tercampur
dengan keuangan rumah tangga.
b. Kemampuan pengorganisasian atau pembagian kerja dan tugas masing-
masing pekerja.
c. Sumber Daya Manusia (SDM) yang dipekerjakan untuk usaha tersebut.
d. Sistem promosi yang digunakan untuk menarik minat masyarakat
Berikut ini penulis akan memberikan sebuah hasil observasi terhadap kasus
dari nasabah BMT Tanjung Sejahtera yang melibatkan seorang ibu pemilik warung
makan dalam mengajukan pembiayaan mudharabah di BMT Tanjung Sejahtera
untuk kebutuhan modal membuka cabang baru warung makannya. Plafond yang
diajukan senilai Rp. 10.000.000,- untuk seluruh kebutuhan pembukaan cabang baru
warung makan tersebut. Dari pengajuan permohonan tersebut dilakukan analisis
kelayakan pembiayaan mudharabah dengan melakukan kegiatan survei lapangan oleh
Account Officer dan wawancara yang disaksikan langsung oleh penulis sebagai
observer. Hasil dari kegiatan survey lapangan tersebut yaitu :
71
1. Character (Karakter)
Dari hasil wawancara tersebut diperoleh informasi antara lain ibu tersebut
berasal dari Tegal, Jawa Tengah dengan logat bicara daerah yang masih
kental. Pada saat diwawancarai, ibu tersebut terlihat antusias dan terbuka
menceritakan tentang kondisi keluarga dan awal beliau menjalankan
usahanya. Usaha tersebut merupakan usaha keluarga yang dibangun bersama
suami dan anak-anaknya.
2. Capacity (Kemampuan)
Ibu tersebut memiliki rekening tabungan di BMT Tanjung Sejahtera dengan
saldo rata-rata perbulan Rp. 200.000,- selama 3 bulan. Dilihat dari mutasi
rekening tabungan tersebut beliau dianggap mampu mengembalikan
pembiayaan dengan sistem angsuran harian atau mingguan.
3. Capital (Modal)
Warung makan pertama yang telah dijalankan oleh ibu tersebut berjalan
cukup maju di sebuah kios milik sendiri yang juga digunakan sebagai tempat
tinggal beliau dan keluarganya. Makanan yang disediakan di warung tersebut
adalah asli makanan Indonesia yang terjamin kehalalannya. Peralatan yang
digunakan sudah cukup memadai untuk kegiatan memasak sehari-hari.
Warung makan tersebut buka 24 jam nonstop dengan omzet Rp. 1.000.000
sampai Rp.1.200.000 per hari.
72
4. Collateral (Jaminan)
Ibu tersebut hanya memberikan jaminan berupa BPKB motor Supra X tahun
2006 karena tidak ada lagi surat-surat berharga yang dapat dijadikan jaminan..
5. Condition (Keadaan)
Account officer melihat letak kios tempat sasaran pembukaan cabang baru
warung makan tersebut sangat strategis yaitu di samping pasar lontar dengan
sekelilingnya adalah pemukiman penduduk yang cukup ramai.
Setelah penulis melakukan observasi terhadap kasus tersebut, dapat diperoleh
kesimpulan bahwa kegiatan survei untuk mengetahui kelayakan usaha yang dilakukan
di BMT berlangsung sederhana namun tetap mengacu pada prinsip 5C dalam analisis
kelayakan pembiayaan. Jika bank-bank syariah masih mewajibkan adanya jaminan
dalam pemberian pembiayaan, hal tersebut tidak berlaku di BMT. Pihak BMT
menjadikan jaminan sebagai instrument tambahan untuk menjaga keamanan dana
pembiayaan mudharabah tersebut.
C. Proses Pengawasan dan Pembinaan bagi Nasabah Pembiayaan
Jika seluruh rangkaian analisis kelayakan pembiayaan selesai dilaksanaakan
dan akad mudharabah telah disepakati kedua belah pihak maka realisasi pembiayaan
dapat segera dicairkan. Nasabah dapat menggunakan dana tersebut semaksimal
mungkin untuk keperluan usahanya. Namun tugas BMT tidak berhenti sampai disini,
pihak BMT perlu melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap nasabah
pembiayaan tersebut.
73
Proses pengawasan sangat penting dilakukan oleh BMT terhadap nasabah
pembiayaan, adapun tujuan dilakukannya proses pengawasan tersebut adalah :
1. mencegah terjadinya penyalahgunaan dana pinjaman (side streaming)
2. mengawasi keberhasilan usaha nasabah
3. mengetahui tingkat kolektibilitas nasabah dalam mengembalikan dana
4. mempererat hubungan silaturahmi dan kekeluargaan antara BMT dan nasabah
Dalam hal pengawasan nasabah pembiayaan mudharabah, penulis
memperoleh hasil penelitian yang sama antara Pihak BMT Tanjung Sejahtera dan
BMT Al-Kautsar dalam melakukan pengawasan terhadap usaha mudharib selama
jangka waktu pembayaran angsuran. Proses pengawasan dilakukan oleh seorang
funding officer yang telah ditunjuk dengan cara sebagai berikut :
1. melihat kelancaran pembayaran angsuran mudharib.
2. melihat mutasi rekening tabungan mudharib.
3. mendatangi tempat usaha mudharib sewaktu-waktu tanpa ada konfirmasi
terlebih dahulu untuk mengetahui volume penjualan dan tingkat keramaian
usaha tersebut.
Selain pengawasan, pihak BMT juga melakukan kegiatan pembinaan kepada
nasabah pembiayaan untuk mencapai tujuan sebagai berikut :
1. memberikan wawasan dan pengetahuan baik dari sisi keagamaan, sistem
ekonomi syariah dan kewirausahaan
2. melatih nasabah untuk melakukan tertib administrasi dan akuntansi
3. mengembangkan usaha nasabah ke tingkat kesuksesan yang lebih baik
74
Setiap BMT memiliki langkah dan strategi tersendiri untuk melakukan
pembinaan terhadap nasabah pembiayaan mudharabah. Peneliti menemukan hal yang
berbeda antara BMT Tanjung Sejahtera dan BMT Al-Kautsar. Adapun upaya
pembinaan yang dilakukan di BMT Tanjung Sejahtera seperti :
1. Pengajian rutin setiap bulan yang diadakan di BMT. Pengajian ini
diperuntukkan bagi seluruh pegawai BMT dan beberapa mudharib yang
dipilih secara bergiliran. Kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan
keagamaan dan meningkatkan keimanan agar sikap istiqomah berjalan di jalur
syariah tetap dijaga oleh pegawai dan mudharib.
2. Pelatihan entrepreneurship dan training motivasi yang diselenggarakan atas
kerjasama antara BMT, PINBUK dan BMI.
3. Membuka jaringan usaha nasabah untuk pengembangan pemasaran.
BMT Tanjung Sejahtera terus berusaha agar kegiatan operasionalnya
mengacu pada standar yang telah ditetapkan BI tanpa mengabaikan peran penting
BMT dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan pembiayaan modal kerja dengan
proses dan prosedur yang mudah. BMT sangat menjaga kepercayaan dan
kenyamanan nasabah dalam bertransaksi, hal tersebut guna mencapai perkembangan
yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
75
Tabel 4.2
Data Realisasi Pembiayaan BMT TJ. Sejahtera Tahun 2008
No. Bulan Jumlah Nasabah Nominal
1. Januari 8 orang 29.000.000
2. Februari 14 orang 120.500.000
3. Maret 12 orang 72.150.000
4. April 20 orang 320.200.000
5. Mei 13 orang 335.633.000
6. Juni 7 orang 76.700.000
7. Juli 12 orang 201.300.000
8. Agustus 11 orang 263.000.000
TOTAL 1.418.483.000
BMT Al-Kautsar juga memiliki upaya pembinaan terhadap nasabah
pembiayan mudharabah untuk memberikan pengetahuan dan wawasan kepada
mudharib agar mereka memiliki bekal yang cukup untuk mengembangkan usahanya.
Hal tersebut diwujudkan dengan cara melakukan pembinaan berupa pelatihan
maupun talk show. Pelatihan tersebut dilaksanakan atas kerjasama BMT Al-Kautsar
dengan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dan pihak perbankan maupun organisasi
ekonomi syariah lainnya.
76
Pada awalnya mudharib tidak tertarik mengikuti kegiatan tersebut karena
mereka menganggap “waktu adalah uang” sehingga lebih baik berdagang dari pada
mengikuti pelatihan. BMT Al-Kautsar kemudian mencari cara untuk menarik minat
mudharib mengikuti pelatihan yaitu dengan memberikan door prise bagi mereka yang
menghadirinya. Kegiatan pelatihan dirancang sedemikian rupa bersifat semi formal
agar para mudharib merasa nyaman mengikutinya. Cara tersebut cukup berhasil
karena sampai sekarang mereka sangat antusias untuk menghadiri pelatihan yang
dilaksanakan.
D. Kendala yang Dihadapi dan Solusinya
Setiap pekerjaan memiliki tingkat kesulitan dan kendala tersendiri yang harus
bisa dihadapi dengan cermat, begitupun dengan seorang account officer di BMT.
Walaupun masih dalam lingkup mikro dan sederhana, seringkali ditemui berbagai
kendala dalam proses analisis kelayakan hingga pengambilan keputusan pembiayaan
khususnya di BMT. Keberadaan BMT sangat dekat dengan masyarakat sehingga
hubungan yang terjalin antara BMT dan nasabah lebih erat dibandingkan pada
lembaga keuangan lainnya. Hal tersebut menjadi tantangan bagi account officer dan
komite pembiayaan dalam menjaga professionalisme kerja. Jangan sampai keputusan
pembiayaan diambil berdasarkan hubungan pribagi maupun emosional. Berikut ini
kendala yang dihadapi dalam proses analisis kelayakan pembiayaan di BMT Tanjung
Sejahtera :
77
1. Internal BMT Tanjung Sejahtera29
a. Pengajuan pembiayaan yang setiap hari masuk ke BMT Tanjung
Sejahtera cukup banyak.
b. Banyaknya pekerjaan yang dimiliki oleh masing-masing pegawai
sehingga tidak tersedia waktu luang untuk lebih fokus dalam
menyelesaikan pekerjaan.
c. Terbatasnya sarana dan prasarana yang tersedia di BMT.
2. Eksternal BMT Tanjung Sejahtera30
a. Nasabah banyak yang berasal dari kalangan menengah ke bawah
sehingga diperlukan kesabaran dan kreatifitas dalam memberikan
penjelasan khususnya tentang sistem bagi hasil.
b. Banyak nasabah yang menganggap jika memiliki hubungan
silaturahmi dengan salah seorang pegawai maka permohonan
pembiayaan pasti diterima.
Dari kendala-kendala yang dihadapi tersebut, solusi yang dilakukan adalah :
1. memberikan target waktu penyelesaian setiap pekerjaan.
2. menerapkan job description bagi setiap pegawai sehingga dapat terlihat
kinerja perorangan dan menghindari adanya tugas rangkap.
3. menambah sarana dan prasarana secara bertahap dan terencana
29Hasil wawancara dengan Bapak Wawan, Manajer Pembiayaan BMT Tanjung Sejahtera, Jum’at 12
September 2008
30Hasil wawancara dengan Nuraeni, Customer Service BMT Tanjung Sejahtera, Jum’at 12
September 2008
78
Beberapa kendala yang dihadapi dalam melakukan analisis kelayakan
pembiayaan di BMT Al-Kautsar antara lain :
1. Minimnya SDM yang dimiliki oleh BMT Al- Kautsar sehingga terjadi
rangkap tugas bagi tiap pegawai.
2. Lokasi kantor yang belum memadai. Saat ini BMT Al-Kautsar berada di Jl.
Tanjung Lengkong Bidara Cina-Jati Negara dan 1 (satu) kantor cabang di
Radio Dakta Bekasi.
3. Tidak adanya kendaraan operasional yang dapat digunakan untuk mencapai
nasabah yang letaknya cukup jauh dari daerah Jakarta Timur.
4. Sistem teknologi yang belum memadai sehingga pencatatan masih dilakukan
secara manual.
Walaupun terdapat kendala-kendala tersebut operasional BMT masih dapat
berjalan. Namun pihak BMT terus mencari solusi dan berupaya mencari jalan keluar
bagi setiap masalah yang dihadapi demi meningkatkan kinerja BMT Al-Kautsar.
Berikut ini beberapa cara sebagai solusi menghadapi kendala tersebut antara lain :
1. Pegawai diwajibkan mengikuti training dan pelatihan tentang sistem
operasional BMT secara keseluruhan.
2. Pembagian tugas dilakukan secara fleksible.
3. Pencarian calon pegawai diutamakan laki-laki dan memiliki kendaraan untuk
dapat menjangkau nasabah di luar daerah Jakarta Timur.
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan rangkaian kegiatan penelitian, penulis dapat memberikan
kesimpulan sebagai berikut :
1. BMT sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang
keberadaannya sangat dekat dengan masyarakat dan berperan aktif dalam
upaya meningkatkan perekonomian rakyat melalui pembiayaan
mudharabah. UKM dapat memperoleh pembiayaan modal kerja dengan
prosedur dan persyaratan yang lebih mudah dari bank syariah.
2. Proses analisis kelayakan pembiayaan yang dilakukan oleh account officer
baik di BMT Tanjung Sejahtera maupun BMT Al-Kautsar bersifat analisis
kualitatif dan sudah memenuhi standar dalam kehati-hatian pemberian
pembiayaan dengan memperhatikan aspek 5 C.
3. Kedua BMT melakukan kegiatan pengawasan dan pembinaan terhadap
kondisi usaha yang dibiayai untuk menjaga kolektibilitas dan terus
mengembangkan usaha tersebut.
4. Masing-masing BMT menghadapi kendala berbeda dalam proses analisis
kelayakan pembiayaan. BMT Tanjung Sejahtera menghadapi kendala baik
secara internal maupun eksternal dan sampai saat ini pihak BMT berusaha
80
untuk menangani kendala tersebut. BMT Al-Kautsar memiliki kendala
internal yang cukup sulit yaitu masalah SDM, lokasi dan sarana prasarana.
B. Saran
Konsep BMT di Indonesia sudah bergulir lebih satu dekade. Konsep ini telah
banyak mengalami pembuktian-pembuktian dalam ‘mengatasi’ dan mengurangi
kemiskinan. Peran lembaga ini untuk mengurangi angka kemiskinan sangat strategis,
mengingat lembaga perbankan belum mampu menyentuh sektor riil dan UKM secara
maksimal. Untuk terus mengembangkan BMT, penulis memberikan beberapa saran
antara lain :
1. BMT-BMT di DKI Jakarta memerlukan satu wadah komunikasi dan
silaturahmi untuk mempererat mata rantai BMT seperti yang terjadi di
daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
2. BMT Tanjung Sejahtera dan BMT Al-Kautsar terus mengembangkan
penyaluran pembiayaan kepada UKM dengan prosedur dan proses analisis
kelayakan pembiayaan yang sesuai dengan kapasitas UKM.
3. Pihak BMT Al-Kautsar perlu menyediakan SDM yang memadai untuk
menunjang kegiatan operasional BMT.
4. Pihak BMT Tanjung Sejahtera terus memasyarakatkan keberadaannya
sehingga masyarakat meninggalkan pinjaman dari rentenir.
81
DAFTAR PUSTAKA
Al-qur’anul Karim, Jakarta : Al-Huda.
Abdul Majid, Baihaki dan A.Rasyid, Saifudin. Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan
Sistem Syariah:Perjanjian Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia. Jakarta :
PINBUK. 2000.
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah dari teori ke Praktik. Jakarta : Gema
Insani Press. 2001.
_____________. Apa dan Bagaimana Bank Islam. Yogyakarta : Dfhana Bhakti Prima
Yasa.1992.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada, Edisi 1.Cet 3.2004
DSN. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional Ed. Ketiga. Ciputat : CV.Gaung
Persada. 2006.
Hamidi, Muhammad Luthfi. Jejak-jejak Ekonomi Syariah. Jakarta : Senayan Abadi
Publishing. 2003.
Haroen, Nasrun. Fiqh Muamalah. Jakarta : Gaya Media Pratama, 2000
Http://www.one.indoskripsi.com
Http://www.pkes interaktif.com
Jusuf, Jopie. Analisis Kredit untuk Account Officer. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka
Utama. 2006
Karim, Adiwarman. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta : III. 2003
82
_______________. Bank Iskam (Analisis Fiqh dan Keuangan), PT RajaGrafindo
Persada, Edisi kedua, Cet. 2. 2004
________________. Bank Islam (Analisis Fiqh dan Keuangan), Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, Edisi kedua, Cet. ke 2, 2004
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Ed.Keenam. Jakarta : PT.Raja
Grafindo Persada, 1999
________________. Dasar-dasar Perbankan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
Edisi pertama, Cet. ke 3, 2004
Kasmir dan Jakfar. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Kencana, 2000
Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta : UPP AMK
YKPN. 2005
PINBUK. BMT sebagai Alternatif Model LKM. Jakarta : PINBUK. 2000
Sutrisno, Noer. Peranan Perbankan sebagai Sumber Pembiayaan Usaha Golongan
Ekonomi Lemah dan Koperasi. Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional
Departemen Kehakiman. 1998
Sjahdeini, Sutan Remy. Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia. Jakarta : PT.Pustaka Utama Grafiti. 1999
Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum, Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta :
Fakultas Syariah dan Hukum. 2007
83