Post on 12-Jan-2017
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kosmetik
Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan
yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-
bahan alami yang terdapat disekitarnya. Sekarang kosmetik dibuat manusia tidak
hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan
kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).
Kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
220/MenKes/Per/X/1976 tanggal 6 september 1976 menyatakan bahwa kosmetika
adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan,
dipercikkan, atau disemprotkan, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan
atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara,
menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat
(Wasitaatmadja, 1997).
2.1.1. Penggolongan kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit
1. Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetic)
Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk di
dalamnya:
a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser), misalnya: sabun,
cleansing cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).
b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (mosturizer), misalnya:
mosturizer cream, night cream, anti wrinkel cream.
Universitas Sumatera Utara
c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya: sunscreen cream, sunscreen
foundation dan sun block cream/lotion.
d. Kosmetik untuk menipiskan kulit (peeling), misalnya: scrub cream
yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengamplas
(abrasiver).
2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)
Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga
menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek
psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confident). Dalam kosmetik
riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar (Tranggono, 2007).
2.1.2. Kosmetik Dekoratif
Kosmetik dekoratif hanya melekat pada alat tubuh yang dirias dan tidak
bermaksud untuk diserap kedalam kulit serta merubah secara permanen kekurangan
(cacat) yang ada. Dengan demikian kosmetik dekoratif akan terdiri atas bahan dasar
dengan pelengkap bahan pembuat stabil dan parfum (Wasitaatmadja, 1997).
Kekhasan kosmetik dekoratif adalah bahwa kosmetik ini bertujuan semata-
mata untuk mengubah penampilan, yaitu agar tampak lebih cantik dan noda-noda
atau kelainan pada kulit tertutupi. Kosmetik dekoratif tidak perlu menambah
kesehatan kulit. Kosmetik ini dianggap memadai jika tidak merusak kulit
(Tranggono, 2007).
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.1 Pembagian Kosmetik Dekoratif
Kosmetik dekoratif dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu :
1. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan
pemakaiannya sebentar, misalnya bedak, lipstik, pemerah pipi, eye shadow,
dan lain-lain.
2. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu lama
baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, dan pengeriting
rambut (Tranggono, 2007).
2.1.3. Zat Pewarna dalam kosmetik
Zat warna telah dikenal manusia sejak 2500 tahun sebelum masehi, zat
warna pada masa itu digunakan oleh masyarakat China, India dan Mesir, mereka
membuat zat warna alam dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, binatang dan mineral
untuk mewarnai serat, benang dan kain. Peningkatan mutu sumber daya manusia dan
teknologi saat ini menjadikan zat warna kian berkembang dengan pesat. Keterbatasan
zat warna alam membuat industri tekstil menggunakan zat warna buatan (sintetik)
sebagai pewarna bahan tekstil, karena zat warna sintetik lebih banyak memiliki
warna, tahan luntur dan mudah cara pemakaiannya ketimbang zat warna alam yang
kian sulit diperoleh (Zainuddin,2012).
Zat warna yang sudah lama dikenal dan digunakan, misalnya daun pandan
atau daun sirsak untuk warna hijau dan kunyit untuk warna kuning. Kini dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologitelah ditemukan zat warna sintetis,
karena penggunaanya lebih praktis dan harganya lebih murah (Cahyadi, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.12.10.12459 Tahun 2010 tentang Persyaratan Teknis Kosmetika, zat
pewarna adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk memberi dan/atau
memperbaiki warna pada kosmetika.
Zat warna dapat digolongkan menjadi 4 jenis yaitu :
1. Berdasarkan asalnya dibagi menjadi dua yaitu zat warna alam dan zat warna
sintetis.
2. Berdasarkan penyusunannya dibagi menjadi dua yaitu zat warna pigmen dan
lakes.
3. Berdasarkan kelarutannya dibagi menjadi dua yaitu zat warna larut dalam
pelarut lemak/minyak dan zat warna larut dalam air.
4. Berdasarkan sifat keasamannya dibagi menjadi dua yaitu zat warna bersifat
asam dan zat warna bersifat basa (Sardjimah, 1996).
Adapun jenis-jenis zat pewarna yang terdapat dalam kosmetik adalah :
a. Zat warna alam yang larut
Zat warna jenis ini sebenarnya lebih aman bagi kulit, namun pada produk-
produk kosmetik saat ini, zat warna alam sudah jarang digunakan. Zat warna
alam larut ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya yaitu kekuatan
pewarnanya relatif lemah, tidak tahan lama dan relatif mahal. Beberapa
contoh zat warna alam yang larut yaitu alkalain, carmine, ekstrak klorofil
daun-daun hijau, henna, carrotene, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
b. Zat warna sintetis yang larut
Zat warna sintetis adalah zat warna yang dihasilkan melalui proses sintetis
senyawa kimia tertentu. Adapun sifat-sifat zat warna sintetis antara lain :
1) Intensitas warnanya sangat kuat, sehingga dalam jumlah sedikit sudah
memberikan corak warna yang kuat.
2) Larut dalam air, minyak, alkohol, atau salah satu darinya.
3) Daya lekat terhadap rambut, kulit, dan kuku berbeda-beda. Zat warna
untuk rambut dan kuku biasanya daya rekatnya lebih kuat dari pada zat
warna untuk kulit.
4) Beberapa bersifat toksik, sehingga perlu hati-hati menggunakan produk
kosmetik yang mengandung zat warna jenis ini (Mulyawan, 2013).
c. Pigmen-pigmen alam
Alam memiliki pigmen-pigmen alam yang sudah umum digunakan dalam
kosmetik. Pigmen-pigmen alam itu adalah pigmen warna yang terdapat pada
tanah, contohnya aluminium silikat. Gradasi warna yang terdapat pada
aluminium silikat sangat dipengaruhi oleh kandungan besi oksida atau
mangan oksidanya, misalnya: kuning, cokelat, cokelat tua, merah bata dan
sebagainya. Keunggulan pigmen-pigmen alam sebagai zat pewarna adalah zat
warna ini murni dan sama sekali tidak berbahaya. Sementara kelemahannya
yaitu warna yang dihasilkan tidak seragam. Sangat bergantung pada sumber
asalnya dan tingkat pemanasannya. Pigmen-pigmen ini pada pemanasan yang
kuat menghasilkan pigmen-pigmen baru.
Universitas Sumatera Utara
d. Pigmen-pigmen sintetis
Warna yang dihasilkan dari pigmen sintetis lebih terang dan cerah. Pigmen –
pigmen sintetis yang digunakan dalam industri kosmetik misalnya: besi
oksida sintetis yang menghasilkan warna sintetis (kuning, coklat, merah dan
warna violet), zinc oxide dan titanium oxide (pigmen sintetis putih), bismuth
oxychloride untuk warna putih mutiara, cobalt hijau untuk pigmen hijau yang
kebiruan, cadmium sulfide dan prussian blue.
Penentuan mutu suatu bahan dapat diamati dengan warna. Warna hasil
produksi suatu bahan sangat berpengaruh bagi pemakainya. Sebagai contoh, warna
suatu kosmetika sangat berperan secara psikologis bagi pemakainya sebagai
pembentuk kecantikan. Adapun maksud dan tujuan pemberian warna pada suatu
bahan, baik obat maupun kosmetika bahkan makanan adalah supaya bahan atau hasil
produksi itu menarik bagi pemakainya, menghindari adanya pemalsuan terhadap
hasil suatu pabrik dan menjaga keseragaman hasil suatu pabrik (Sudarmadji, 2003).
Di negara maju, suatu zat pewarna buatan harus melalui berbagai prosedur
pengujian sebelum dapat digunakan sebagai pewarna. Zat pewarna yang diizinkan
penggunannya disebut permitted color atau certified color. Zat warna yang akan
digunakan harus menjalani pengujian dan prosedur penggunaannya yang disebut
proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini meliputi pengujian kimia, biokimia,
toksikologi dan analisis media terhadap zat warna tersebut (Yuliarti, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Bahan Pewarna Sintetis yang Diizinkan di Indonesia.
Pewarna Nomor Indeks Warna (C.I.No)
Batas Maksimum Penggunaan
Amaran Amaranth : CI Food Red 9 16185 Secukupnya Biru Berlian Brilliant blue FCF: CI 42090 Secukupnya
Eritrosin Food red 2 Erithrosin : CI 45430 Secukupnya Hijau FCF Food red 14 Fast green FCF :
CI 42053 Secukupnya
Hijau S Green FCF : CI Food Green 3
Green S : Cl.Food
44090 Secukupnya
Indigotin Green 4 Indigo : CI.Food
73015 Secukupnya
Ponceau 4R Blue I Ponceau 4R:CI
16255 Secukupnya
Kuning Food red 7 74005 Secukupnya Kuinelin Quieneline yellow
CI.Food yellow 13 15980 Secukupnya
Kuning CFC Sunset yellow FCF CI.Food yellow 3
- Secukupnya
Riboflavina Riboflavina 19140 Secukupnya Tartrazine Tartrazine Secukupnya
Sumber : Peraturan Menkes RI, Nomor 722/Menkes/Per/IX/88
Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan pemberian
asam sulfat atau asam nitrat yang seringkali terkontaminasi oleh arsen atau logam
berat lain yang bersifat racun.Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum
mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa antara dulu yang kadang-
kadang berbahaya dan seringkali tertinggal dalam proses akhir, atau terbentuk
senyawa-senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang dianggap aman,
ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,0004 % dan timbal tidak
boleh lebih dari 0,0001,sedangkan logam berat lainnya tidak boleh ada (Cahyadi,
2009).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Zat Warna Tertentu yang Dinyatakan Sebagai Bahan Berbahaya
Dalam Obat, Makanan dan Kosmetika.
Nama Nomor Indeks Warna (C.I.No)
Jingga K1 (C.I. Pigment Orange 5,D&C Orange No. 17) 12075 Merah K3 (C. I Pigment Red 53,D&C Red No. 8) 15585 Merah K4 (C. I. Pigment Red 53 : 1,D&C Red No. 9) 15585 : 1 Merah K10 (Rhodamine B, D&C Red No. 9,C.I. Food Red 15)
45170
Merah K11 45170:1 Sumber : Kep Dirjen POM 00386/C/SK/II/90
2.2. Logam Berat dalam Kosmetika
Logam berat yang terkandung dalam kosmetik umumnya merupakan zat
pengotor (impuritis) pada bahan dasar pembuatan kosmetik. Pada umumnya, logam
berat dapat dijumpai di alam seperti terkandung di dalam tanah, air, dan batuan.
Bahan-bahan alam tersebut digunakan sebagai bahan dasar atau pigmen dalam
industri kosmetik. Kandungan logam berat dalam kadar yang berlebih dalam
kosmetik baik yang ditambahkan dengan sengaja ataupun tidak sengaja sangat tidak
dibenarkan karena logam berat tersebut akan kontak dengan kulit secara berulang
dan apabila terabsorbsi, logam berat akan masuk ke dalam darah dan menyerang
organ-organ tubuh sehingga menimbulkan gangguan kesehatan. Adanya risiko logam
berat ini tertelan (kontaminasi dari tangan) atau terhirup memungkinkan timbulnya
gangguan kesehatan lainnya. Logam berat yang perlu diwaspadai sering terkandung
dalam kosmetik diantaranya adalah timbal, arsen, kadmium, dan merkuri (BPOM RI,
2011).
Universitas Sumatera Utara
2.2.1. Timbal
Timbal secara alami terdapat di kerak bumi. Timbal dapat berada di
lingkungan akibat proses alami (misal: erosi) ataupun kegiatan industri manusia
(misal: pengeboran minyak atau akibat penambangan emas). Timbal kemudian
digunakan sebagai bahan pembuatan batu baterai, solder, pipa, produk perunggu,
pigmen pada cat, dan peralatan militer. Pada kosmetik, timbal sering ditemukan pada
lipstik, eye shadow, dan eye liner. Kandungan timbal dalam kosmetik dapat
diakibatkan oleh kontaminasi dari bahan baku yang digunakan atau penggunaan
pigmen yang mengandung timbal. Timbal dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit,
tertelan atau kontak dengan mata kemudian masuk ke dalam peredaran darah dan
terakumulasi dalam jaringan, terutama tulang. Selain itu, timbal juga dapat
terakumulasi di hati, ginjal, pankreas, dan paru-paru.
Di dalam tubuh, timbal merupakan neurotoksin yang terbukti dapat
menyebabkan tingkat IQ rendah dan menimbulkan masalah perilaku seperti
meningkatnya agresivitas. Bayi, balita, anak-anak, janin, dan ibu hamil merupakan
kelompok yang paling rentan mengalami keracunan timbal akibat paparan kronis
rendah. Timbal sangat mudah menembus plasenta dan dapat ditransfer melalui air
susu ibu (ASI). Pada paparan kronis tingkat rendah, timbal dapat mempengaruhi
ginjal, sistem kardiovaskuler, darah, sistem kekebalan tubuh, serta sistem saraf pusat
dan perifer. Pada paparan kronis tingkat tinggi, timbal dapat menyebabkan
keguguran, perubahan hormon, mengurangi kesuburan pada pria dan wanita,
gangguan menstruasi, menurunnya daya ingat, serta gangguan pada saraf,
Universitas Sumatera Utara
persendian, otot, jantung, dan ginjal. Waktu paruh timbal di dalam tubuh adalah dua
sampai enam minggu, namun dibutuhkan waktu 25 sampai 30 tahun untuk
menghilangkan separuh kandungan timbal yang tersisa dalam tubuh (BPOM RI,
2011).
2.2.2. Merkuri
Merkuri merupakan unsur yang relatif terkonsentrasi pada daerah vulkanik
dan daerah endapan mineral dari bijih logam berat. Pada umumnya merkuri
digunakan sebagai fungisida dan pada beberapa industri termasuk pada proses
penambangan emas. Merkuri seringkali disalahgunakan dalam kosmetik, terutama
pada krim pemutih dan bedak. Pemakaian kosmetik yang mengandung merkuri dapat
menimbulkan iritasi kulit, bintik-bintik hitam, penipisan kulit, dan dalam jangka
panjang dapat menyebabkan kanker kulit. Merkuri pada kosmetik ini dapat diserap
oleh kulit dan diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh. Efek toksisitas merkuri
terutama pada organ ginjal dan susunan saraf pusat. Merkuri di dalam darah akan
mengendap di dalam ginjal yang mengakibatkan gagal ginjal. Merkuri juga akan
menyerang sistem saraf pusat sehingga menimbulkan gangguan sistem saraf seperti
tremor, insomnia, pikun, gangguan penglihatan, ataksia (gerakan tangan tidak
normal), gangguan emosi, dan depresi (BPOM RI, 2011).
Merkuri tergolong bahan teratogenik atau bahan yang dapat menimbulkan
kerusakan pada janin dan gangguan pertumbuhan bayi. Merkuri yang terdapat dalam
tubuh ibu yang sedang hamil dapat mengalir ke janin yang dikandungnya dan
terakumulasi sehingga mengakibatkan gangguan pada janin bahkan dapat
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan keguguran. Merkuri juga dapat masuk ke tubuh anak melalui ASI,
sehingga mengakibatkan kerusakan otak, retardasi mental, kebutaan, dan bisu, selain
itu dapat juga terjadi gangguan pencernaan dan gangguan ginjal (BPOM RI, 2011).
2.2.3. Kadmium
Kadmium berada di lingkungan secara alami dan dapat terbentuk melalui
proses alami seperti kebakaran hutan, emisi vulkanik gunung berapi, dan pelapukan
tanah serta bebatuan. Sebagian besat kadmium berasal dari hasil aktivitas manusia,
terutama hasil produksi logam, pembakaran bahan bakar, transportasi, dan
pembuangan limbah padat dan juga limbah lumpur. Kegunaan kadmium adalah
untuk membuat baterai nikel-kadmium, sebagai pigmen pada keramik glasir,
polyvinyl chloride (PVC), dan plastik. Pada kosmetik, kadmium dapat ditemukan
pada lip gloss, eye liner, produk krim tubuh dan rambut. Kadmium tersebut dapat
diserap ke dalam tubuh melalui kontak dengan kulit yang kemudian dapat
terakumulasi di ginjal dan hati. Waktu paruh kadmium di dalam tubuh adalah 10 -12
tahun setelah paparan (BPOM RI, 2011).
Paparan tingkat tinggi kadmium secara oral dapat menyebabkan iritasi perut
parah yang menyebabkan muntah dan diare. Sementara itu, paparan kadmium secara
berulang dalam dosis rendah dapat menyebabkan kerusakan ginjal, deformitas
tulang, dan tulang mudah patah. Kadmium memberi efek signifikan pada ovarium
dan saluran reproduksi morfologi bahkan dengan dosis yang sangat rendah. Paparan
kadmium selama kehamilan dapat mengakibatkan bobot lahir rendah atau kelahiran
Universitas Sumatera Utara
prematur. Sedangkan paparan kadmium jangka panjang secara inhalasi dapat
menyebabkan kanker paru-paru dan kanker prostat pada manusia (BPOM RI, 2011).
2.2.4. Arsen
Arsen merupakan logam yang secara alami terdapat di kerak bumi dan secara
alami dapat masuk ke dalam sumber air tanah. Di industri, arsen digunakan dalam
berbagai produk seperti tekstil, pengawet, pigmen warna, pestisida. Selain itu, arsen
dapat juga ditemukan dari hasil pembakaran bahan bakar fosil, terutama batubara,
dan pembuangan limbah. Arsen yang terkandung pada produk kosmetik seperti eye
shadow dapat memungkinkan terjadinya penyerapan logam berat tersebut melalui
kulit. Di dalam darah, arsen akan didistribusikan ke seluruh tubuh dan dapat
ditemukan di hati, ginjal, paru-paru, dan limpa. Waktu paruh arsen di dalam tubuh
adalah dua sampai 40 hari. Arsen cenderung terakumulasi dalam rambut, kuku, dan
kulit (BPOM RI, 2011) .
Badan Internasional untuk Riset Kanker / International Agency for Research
on Cancer (IARC) menyatakan bahwa kanker termasuk kedalam senyawa
karsinogenik. Paparan jangka panjang arsen dapat menimbulkan kanker kulit,
penebalan atau perubahan warna kulit, penurunan produksi sel darah, kerusakan
pembuluh darah, gangguan sistem kekebalan tubuh, mati rasa pada tangan dan kaki,
mual dan diare. Paparan jangka panjang akibat menghirup produk yang mengandung
arsen dapat gangguan kulit, peredaran darah dan gangguan saraf perifer, peningkatan
risiko kanker paru-paru, saluran pencernaan dan kanker sistem kemih (BPOM RI,
2011).
Universitas Sumatera Utara
2.3. Lipstik
Lipstik adalah produk kosmetik yang paling luas digunakan. Lipstik
merupakan pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang (roll up) yang
terbentuk dari minyak, lilin dan lemak (Wasitaatmadja,1997).
Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat
dari campuran lilin dan minyak, dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikehendaki. Suhu lebur lipstik
ideal yang sesungguhnya diatur hingga suhu mendekati suhu bibir, bervariasi antara
36-38oC. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca
di sekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi,
yang dianggap lebih sesuai diatur pada suhu lebih kurang 62oC, biasanya berkisar
antara 55-75oC (Depkes RI, 1985).
Lipstik memiliki fungsi dan manfaat untuk memberikan warna indah bagi
bibir sesuai yang diinginkan sehingga tampilan bibir tampak lebih cantik dan cerah.
Lipstik yang baik adalah lipstik yang tidak hanya mempercantik warna bibir akan
tetapi juga mampu memberikan nutrisi dan melembabkan bibir. Sehingga bibir
menjadi lebih sehat dan tidak kering (Muliyawan, 2013).
2.3.1. Sejarah Lipstik
Lipstik adalah kosmetik paling provokatif. Pemulas bibir ini sanggup
membangun kepercayaan diri pemakainya. Masyarakat mengenal sejak 5000 tahun
silam. Lipstik mengukir sejarah panjang sejak masa prasejarah hingga mencapai
bentuknya saat ini. Dalam perjalanannya, lipstik tak hanya mengambil peran penting
Universitas Sumatera Utara
perwujudan kata cantik, tapi juga berbagai simbol yang penuh kontroversi (Illiyan,
2010).
Ikon kecantikan wanita pada Zamannya Cleopatra, ratu paling terkenal di
Mesir yang menghancurkan kumbang merah untuk memberikan nuansa merah
dibibirnya. Di Cina, para selir kaisar menekan-nekan kelopak bunga yang berwarna
merah untuk memberikan kesan merah di bibir. Tradisi ini kemudian menginspirasi
manusia untuk menemukan formula yang tepat untuk mempercantik diri
(Muliyawan, 2013).
Pada abad ke-16, ratu Inggris Elizabeth I dan wanita-wanita di pengadilan
mempercantik warrna bibir mereka dengan mengoleskan campuran sulfida merkuri
merah dan cairan lilin dari lebah. Ini merupakan awal dikenalnya lipstik. Adapun
lipstik yang berfungsi menebalkan warna bibir mulai dipasarkan pada tahun 1915.
Pada masa keemasan islam, lipstik padat yang mengandung parfum dan bahan-bahan
bermanfaat lainnya ditemukan oleh tabib Arab Andalusian dan ahli kimia Abu Al-
Qasim (Muliyawan, 2013).
Ilmu kosmetik terus berkembang mendukung industri kosmetik yang
mengalami kemajuan dari tahun ke tahun. Demikian dengan industri lipstik .
berbagai model dan jenis lipstik ditemukan untuk menunjang penampilan wanita.
Tahun 1930, Max factor memperkenalkan lip gloss kemudian disusul oleh Hazel
Bishop seorang ahli kimia dari Amerika yang mengembangkan lipstik yang tidak
mudah menempel, tidak berantakan, dan tahan lama pada tahun 1950 (Muliyawan,
2013).
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Komposisi Lipstik
Bahan-bahan utama pada lipstik adalah :
a. Lilin
Lilin berperan penting dalm pengerasan lipstik. Misalnya : carnauba wax,
paraffin waxes, ozokerite, beewax, candellila wax, spermaceti, ceeresine.
Semuanya berperan pada kekerasan lipstik.
b. Minyak
Fase minyak dalam lipstik dipilih terutama berdasarkan kemampuannya
melarutkan zat-zat eosin. Misalnya : minyak castor, tetrahydrofurfuril
alcohol, fatty acid alkylolamides, dihydric alcohol, beserta monoethers dan
monofatty acid esternya, isopropyl myristate, isopropyl palmitate, butyl
stearate, parafin oil.
c. Lemak
Misalnya : krim kakao, minyak tumbuhan yang sudah dihidrogenasi
(misalnya: hydrogenated castrol oil), cetyl alcohol, oleyil alcohol, lanolin.
d. Acetoglycerides
Direkomendasikan untuk memperbaiki sifat thixotropik batang lipstik
sehingga meskipun temperatur berfluktuasi, kepadatan lipstik konstan.
e. Zat-zat pewarna
Zat pewarna yang dipakai secara universal di dalam lipstik adalah zat warna
eosin yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat warna untuk lipstik, yaitu
kelekatan pada kulit dan kelarutannya di dalam minyak. Pelarut terbaik untuk
Universitas Sumatera Utara
eosin adalah castrol oil. Tetapi furfuryl alkohol beserta ester-esternya
terutama stearat dan ricinoleat memiliki daya melarutkan eosin yang lebih
besar. Fatty acid alkylomides, jika dipakai sebagai pelarut eosin, akan
memberikan warna yang sangat intensif pada bibir.
f. Surfaktan
Surfaktan kadang-kadang ditambahkan dalam pembuatan lipstik untuk
memudahkan pembahasan dan dispersi partikel-partikel pigmen warna yang
padat.
g. Antioksidan
h. Bahan pengawet
Bahan pewangi (fragrance) atau lebih tepat bahan pemberi rasa segar
(flavoring), harus mampu menutupi bau dan rasa kurang sedap dari lemak-
lemak dalam lipstik dan menggantinya dengan bau dan rasa yang
menyenangkan (Tranggono, 2007).
2.3.3. Jenis Lipstik
Berdasarkan bentuknya, lipstik dibagi dalam beberapa jenis yaitu :
1. Sherr/gloss
Lipstik jenis ini adalah lipstik yang ringan dan menciptakan efek mengkilap
pada bibir. Lipstik ini bening (transparan). Ketika digunakan pada bibir,
warnanya tidak terlalu menonjol, namun cenderung memberikan efek
mengkilap pada warna alami bibir. Lipstik ini cocok digunakan untuk
aktifitas sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
2. Matte
Lipstik jenis ini kandungan minyaknya lebih sedikit dan mengandung pigmen
yang banyak menyerap cahaya. Sehingga, ketika diaplikasikan pada bibir
tidak menimbulkan kilap. Salah satu kelebihan lipstik ini adalah warnanya
dapat bertahan lama di atas bibir dan tidak mudah menempel pada gelas atau
sendok saat bersantap. Kekurangan lipstik ini adalah agak sulit menempel
pada bibir yang kering.
3. Satin
Aplikasi lipstik jenis ini memberikan hasil antara glossy dan matte (tidak
mengkilap), efek glossy yang dihasilkan tidak terlalu mengkilap, namun
warna tetap keluar.
4. Cream
Lipstik jenis ini cocok digunakan di daerah yang beriklim dingin. Untuk
daerah tropis seperti Indonesia menggunakan lipstik ini kurang cocok. Hasil
polesan terasa lembut di bibir namun agak matte.
5. Transferproof
Lipstik jenis ini mulai banyak diminati saat ini. Sifatnya awet dan tidak
mudah menempel di baju atau pipi ketika bersentuhan dengan bibir yang
menggunakan lipstik ini, membuat lipstik ini lebih diminati. Sifat tahan lama
pada lipstik ini muncul karena menggunakan teknologi silikon non volatil
(Muliyawan, 2013).
Universitas Sumatera Utara
2.3.4. Persyaratan Lipstik
Persyaratan lipstik yang dituntut oleh masyarakat antara lain :
1. Melapisi bibir secara mencukupi
2. Dapat bertahan dibibir dalam jangka waktu lama
3. Cukup melekat pada bibir tetapi tidak sampai lengket
4. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir
5. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya
6. Memberikan warna yang merata pada bibir
7. Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuknya
8. Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak bopeng atau
berbintik-bintik, atau memperlihatkan hal lain yang tidak menarik
(Tranggono, 2007).
2.4. Rhodamin B
Rhodamin B adalah zat warna sintetis berbentuk serbuk kristal, berwarna
hijau atau ungu kemerahan, tidak berbau, dan dalam larutan berwarna merah terang
berfluorensi. Rhodamin B semula digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang
berkembang untuk berbagai keperluan seperti sebagai pewarna kertas dan tekstil.
Rhodamin B seringkali disalahgunakan untuk pewarna pangan dan pewarna
kosmetik, misalnya sirup, lipstik, pemerah pipi, dan lain-lain. Pewarna ini terbuat
dari dietillaminophenol dan phatalic anchidria dimana kedua bahan baku ini sangat
toksik bagi manusia. Biasanya pewarna ini digunakan untuk pewarna kertas, wol,
dan sutra (Djarismawati, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Rhodamin B adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pewarna
dasar dalam tekstil dan kertas. Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang di
Indonesia melalui Peraturan Menkes RI No.722/Menkes/Per/IX/88 (Hamdani,2012).
Rumus Molekul dari Rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl dengan berat
molekul sebesar 479.02 g/mol. Rhodamin B berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu
kemerah – merahan, sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah
kebiru-biruan dan berfluorensi dalam larutan. Rhodamin B juga merupakan zat yang
larut dalam alkohol, air, HCl, dan NaOH. Rhodamin B ini biasanya dipakai dalam
pewarnaan kertas, di dalam laboratorium digunakan sebagai pereaksi untuk
identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th (Valen, 2012).
Gambar 2.1. Struktur Rhodamin B
Rhodamin B adalah salah satu pewarna sintetis yang tertua dan banyak
digunakan sebagai aditif warna dalam kosmetik, makanan, farmasi dan juga
digunakan sebagai pewarna dalam industri tekstil dan industri plastik (J.Chin, 2011).
Universitas Sumatera Utara
Nama-nama lain dari rhodamin B diantaranya sebagai berikut :
1. Acid Bruliant Pink B
2. ADC Rhodamine B
3. Aizen Rhodamine BH
4. Aizen Rhodamine BHC
5. Akiriku Rhodamine B
6. Briliant Pink B
7. Calcozine Rhodamine BL
8. Calcozine Rhodamine BX
9. Calcozine Rhodamine BXP
10. Cerise Toner
11. 9-(orto-Karboksifenil)-6-(dietilamino)-3H-xantin-3-ylidene]dietil ammonium
klorida
12. Cerise Toner X127
13. Certiqual Rhodamine
14. Cogilor Red 321.10
15. Cosmetic Briliant Pink Bluish D conc
16. Edicol Supra Rose B
17. Elcozine rhodamine B
18. Geranium Lake N
19. Hexacol Rhodamine B Extra
20. Rheonine B
Universitas Sumatera Utara
21. Symulex Magenta
22. Takaoka Rhodmine B
23. Tetraetilrhodamine (Depkes, RI, 2006)
Sifat racun yang terdapat dalam rhodamin B tidak hanya disebabkan oleh
senyawa organiknya tetapi juga oleh senyawa anorganik yang terdapat dalam
rhodamin B itu sendiri, bahkan jika rhodamin B terkontaminasi oleh senyawa
anorganik lain seperti timbal dan arsen. Dengan terkontaminasinya rhodamin B
dengan kedua unsur tersebut, menjadikan pewarna ini berbahaya. Di dalam rhodamin
B sendiri terdapat ikatan dengan klorin ( Cl ) dimana senyawa klorin ini merupakan
senyawa anorganik yang reaktif dan juga berbahaya. Rekasi untuk mengikat ion
klorin disebut sebagai sintesis zat warna (Hamdani, 2012).
Selain terdapat ikatan rhodamin B dengan klorin terdapat juga ikatan
konjugasi. Ikatan konjugasi dari rhodamin B inilah yang menyebabkan rhodamin B
bewarna merah. Ditemukannya bahaya yang sama antara rhodamin B dan klorin
membuat adanya kesimpulan bahwa atom klorin yang ada pada rhodamin B yang
menyebabkan terjadinya efek toksik bila masuk ke dalam tubuh manusia (Hamdani,
2012).
Penyebab lain senyawa ini begitu berbahaya jika masuk ke dalam tubuh yaitu
senyawa tersebut adalah senyawa radikal. Senyawa radikal adalah senyawa yang
tidak stabil. Dalam struktur, rhodamin b mengandung klorin (senyawa halogen), sifat
halogen adalah mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang tinggi, maka dengan
demikian senyawa tersebut merupakan senyawa radikal yaitu akan berusaha
Universitas Sumatera Utara
mencapai kestabilan dalam tubuh dengan berikatan dengan senyawa-senyawa dalam
tubuh sehingga pada akhirnya akan memicu kanker pada manusia (Putri, 2011).
2.4.1. Jalur Pemaparan Rhodamin B
Jalur pemaparan adalah alur masuknya zat kimia ke dalam tubuh. Jalur
pemaparan ada berbagai jenis dan tipe pemaparan itu sendiri dapat mempengaruhi
toksisitas zat kimia. Ada tiga jalur pokok pemaparan yaitu melalui kulit (dermal),
melalui paru-paru (inhalasi) dan melalui saluran pencernaan (ingesti)
(Widyastuti,2005).
Kulit merupakan jalur pemaparan yang paling umum dari suatu zat. Jika zat
kimia tidak dapat menembus kulit, toksisitasnya akan bergantung pada derajat
absorpsi yang berlangsung. Semakin besar absorpsinya, semakin besar kemungkinan
zat tersebut untuk mengeluarkan efek toksiknya. Zat kimia lebih banyak diabsorpsi
melalui kulit yang rusak atau tergores daripada melalui kulit yang utuh. Begitu
menembus kulit, zat tersebut akan memasuki aliran darah dan terbawa keseluruh
bagian tubuh (Widyastuti, 2005).
Rhodamin B yang masuk melalui saluran pencernaan akan mengakibatkan
iritasi dan mengakibatkan gejala keracunan dengan urine yang berwarna merah
maupun merah muda. Rhodamin B juga dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui saluran pernafasan dan mengakibatkan iritasi pada saluran pernafasan. Selain
dapat masuk melalui saluran pencernaan dan pernafasan, Rhodamin B juga dapat
masuk ke dalam tubuh manusia melaui kulit, Dimana jika terpapar pada bibir dapat
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan bibir akan pecah-pecah, kering, dan gatal. Bahkan, kulit bibir
terkelupas (Yuliarti, 2007).
2.4.2. Efek Toksik Rhodamin B
Semua zat berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya, yang biasa disebut
sebagai efek toksik atau efek yang merugikan. Biasanya, yang menentukan toksik
atau tidaknya suatu zat adalah dosis atau kadar zat kimia tersebut. Efek yang
merugikan dapat didefinisikan sebagai perubahan abnormal yang tidak diinginkan
atau berbahaya akibat pemaparan terhadap zat kimia. Organ tubuh yang spesifik
dapat menjadi sasaran zat kimia tertentu atau beberapa bagian tubuh secara
bersamaan akan terpengaruh. Akibat yang ditimbulkan efek merugikan tersebut
bergantung tidak hanya pada zat kimia ketika seseorang terpapar, tetapi juga tipe
paparan dan derajat paparan (Widyastuti, 2005).
Zat warna rhodamin B dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata dan
saluran pernafasan dan merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker).
Efek kronis Rhodamin B dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pada hati (Cahyadi, 2008).
Rhodamin B menimbulkan 2 dampak negatif bagi tubuh manusia antara lain :
1. Dampak Akut Rhodamin B
Bila terpapar Rhodamin B dalam jumlah besar maka dalam waktu singkat
akan terjadi gejala akut keracunan rhodamin B yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Jika tertelan melalui makanan akan mengakibatkan iritasi pada saluran
pencernaan dan mengakibatkan gejala keracunan dengan air kencing
yang berwarna merah ataupun merah muda.
b. Jika terhirup dapat mengakibatkan iritasi pada saluran pernapasan dengan
gejala seperti batuk, sakit tenggorokan, sulit bernapas, dan sakit dada.
c. Jika mengenai kulit maka kulit pun akan mengalami iritasi.
d. Jika terkena mata juga akan mengalami iritasi yang ditandai dengan mata
kemerahan dan timbunan cairan atau udem pada mata.
2. Dampak Kronis Rhodamin B
Bahaya utama terhadap kesehatan pemakaian dalam waktu lama (kronis)
dapat menyebabkan radang kulit dan alergi. Penggunaan rhodamin B pada
makanan dalam waktu yang lama akan dapat mengakibatkan gangguan fungsi
hati maupun kanker (Yuliarti, 2007).
Iritasi kulit dan alergi kulit merupakan kondisi yang paling lazim ditemui
akibat paparan terhadap kulit. Iritasi adalah kondisi pada kulit yang muncul akibat
kontak berkepanjangan dengan zat kimia tertentu. Setelah beberapa waktu, kulit akan
mengering, terasa nyeri, mengalami pendarahan dan pecah-pecah. Walaupun iritasi
kulit umumnya terjadi setalah pemaparan terhadap suatu zat kimia, efek yang paling
dikhawatirkan adalah efek sistematik. Setelah terabsorpsi melalui kulit dan
memasuki sirkulasi sistemik, zat kimia dapat menjalar kemana saja di dalam tubuh
dan merusak organ serta sistem tubuh. Efek kronis seperti kanker yang ditimbulkan
suatu zat kimia biasanya bersifat irreversibel yaitu menetap atau bahkan meluas
Universitas Sumatera Utara
walaupun paparan sudah berhenti. Efek ini dapat terlihat sampai 10 atau 20 tahun
kemudian setelah paparan (Widyastuti, 2005).
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Sakamoto di Jepang tahun 1991,
Efek Rhodamin B pada kosmetik adalah pada proliferasi dari fibroblas yang diamati
pada kultur sistem. Rhodamin B pada takaran 25 mikrogram/ml dan diatasnya secara
signifikan menyebabkan pengurangan sel setelah 72 jam dalam kultur. Studi ini
menghasilkan bahwa 50 mikrogram/ml dalam Rhodamin B menyebabkan
berkurangnya jumlah sel setelah 48 jam dan lebih. Studi ini juga menyarankan bahwa
zat warna Rhodamin B menghambat proliferasi tanpa mengurangi penggabungan sel.
Gabungan [3H] timidine dan [14C] leusin dalam fraksi asam tidak terlarut dari
membran sel secara signifikan dihambat oleh 50 mikrogram/ml Rhodamin B.
Rhodamin B secara signifikan mengurangi jumlah sel. Rhodamin B mengurangi
jumlah sel vaskuler endothelial pada pembuluh darah sapi dan sel otot polos pada
pembuluh darah hewan berkulit duri setelah 72 jam dalam kultur. Sehingga tidak
berlebihan jika studi ini menyimpulkan bahwa rhodamine B menghambat proses
proliferasi lipo fibroblast pada manusia (Sakamoto, 1991).
2.5. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo,2003).
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang
diketahui berkenaan dengan hal /mata pelajaran (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2002).
Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa
dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan
lingkungan dan alam sekitarnya. Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi,
keterampilan, informasi, akidah, dan pikiran-pikiran (Adlany, 2010).
Dalam pengetahuan sangat mungkin terdapat dua aspek yang berbeda, antara
lain:
1. Hal-hal yang diperoleh. Pengetahuan seperti ini mencakup tradisi,
keterampilan, informasi, pemilkiran-pemikiran, dan akidah-akidah yang
diyakini oleh seseorang dan diaplikasikan dalam semua kondisi dan dimensi
penting kehidupan. Misalnya pengetahuan seseorang tentang sejarah
negaranya dan pengetahuannya terhadap etika dan agama dimana
pengetahuan-pengetahuan ini nantinya ia bisa aplikasikan dan menjadikannya
sebagai dasar pembahasan.
2. Realitas yang terus berubah. Sangat mungkin pengetahuan itu diasumsikan
sebagai suatu realitas yang senantiasa berubah dimana perolehan itu tidak
pernah berakhir. Pada kondisi ini, seseorang mengetahui secara khusus
perkara- perkara yang beragam, kemudian ia membandingkan perkara
tersebut satu sama lain dan memberikan pandangan atasnya, dengan
Universitas Sumatera Utara
demikian, ia menyiapkan dirinya untuk mendapatkan pengetahuan-
pengetahuan baru yang lebih global (Adlany, 2010).
2.5.1. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu :
1. Tahu
Tahu adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat mengingat sesuatu yang
telah dipelajari sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.
2. Paham
Paham diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang mampu
menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
4. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam
komponen-komponen yang masih dalam satu struktur organisasi dan masih
ada kaitannya satu sama lain, misalnya mengelompokkan dan membedakan.
5. Sintesis
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Universitas Sumatera Utara
6. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
materi atau objek (Notoatmodjo, 2003).
2.5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman
orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan
seseorang.
2. Tingkat pendidikan
Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki
pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih rendah.
3. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun, baik keyakinan yang
positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih
dahulu.
4. Fasilitas
Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
5. Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan
seseorang. Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia
mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik.
6. Sosial budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi
pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu (Notoatmodjo,
2003).
2.5.3. Pengukuran Tingkat Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat
alat tes/kuesioner tentang objek pengetahuan yang mau diukur, selanjutnya dilakukan
penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai
satu dan jika salah diberi nilai nol. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan
jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan
100% dan hasilnya berupa presentase dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:
N = (Sp/Sm) x 100%
Keterangan:
N = Nilai pengetahuan
Sm = Skor tertinggi maksimum
Sp = Skor yang didapat
Universitas Sumatera Utara
2.6. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003).
Sikap (attitude) adalah kesiapan seseorang untuk bertingkah laku atau
merespon sesuatu baik terhadap rangsangan positif maupun rangsangan negatif dari
suatu objek rangsangan. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan
tetapi merupakan faktor predisposisi bagi seseorang untuk berperilaku (Sarwono,
2003).
Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, bersepsi dan merasa dalam
menghadapi objek, ide, situasi dan nilai. Sikap bukan perilaku tetapi merupakan
kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap.
Objek sikap dapat berupa benda, orang, tempat, gagasan, situasi, atau kelompok
(Rahmat, 1992).
Sikap merupakan ukuran besarnya pengaruh atas pengalaman subjektif.
Anggapan yang mendasari adalah bahwa melalui pengalaman-pengalaman yang
spesifik terjadi harapan-harapan, atau dengan kata lain hal-hal yang pernah dialami
akan mempunyai suatu arti dan nilai tertentu (Yahya, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu
terhadap berbagai objek psikologi yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap adalah :
1. Pengalaman Pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan
menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai
tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang
berkaitan dengan objek psikologis.
2. Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari. Kebudayaan telah
menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah.
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya karena
kebudayaan yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi
anggota kelompok masyarakat asuhannya.
3. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang
ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting , seseorang
yang kita harapkan persetujuannya, seseorang yang tidak ingin ingin
dikecewakan atau seseorang yang berarti khusus.
Universitas Sumatera Utara
4. Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,
radio, surat kabar, majalah, dan sebagainya mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan kepercayaan orang lain. Adanya informasi baru mengenai
sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap
terhadap hal tersebut.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lemabaga agama sebagai suatu sistem mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam individu.
6. Pengaruh emosi dalam individu
Kadang-kadang bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi
yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian merupakan sikap yang sementara
dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula
merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama (Azwar, 1995).
Sikap mempunyai struktur yaitu sebagai berikut :
a. Komponen kognitif ; kepercayaan individu pemilik sikap
b. Komponen afektif ; perasaan yang menyangkut aspek emosional
c. Komponen konatif ; aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan
sikap yang dimilikinya (Azwar, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden
terhadap suatu objek. Secara langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-
pertanyaan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden (Notoatmodjo,
2003).
2.7. Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Pengukuran perilaku
dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-
kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu. Pengukuran
juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau
kegiatan responden (Notoatmodjo, 2003).
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya
diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau
disikapinya (dinilai baik) (Notoatmodjo, 2003).
Tindakan mempunyai beberapa tingkatan yaitu :
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
Universitas Sumatera Utara
2. Respon terpimpin (Guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencapai peringkat tiga.
4. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003).
Universitas Sumatera Utara
2.8. Kerangka Konsep
Ada
Lipstik Pemeriksaan Laboratorium Rhodamin B
Tidak ada
Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pedagang Kosmetik
Universitas Sumatera Utara