Post on 27-Oct-2015
Bukti Kerasulan Nabi Muhammad Saw
Tanpa bukti yang jelas, sebuah pengakuan tidak bisa dibenarkan. Semua
orang sepakat dengan kaidah ini.
Seorang yang mengaku sebagai rasul atau utusan Allah juga harus dengan
bukti. Muhammad Saw termasuk di antara manusia yang mengaku rasul yang
diutus Allah Tuhan semseta alam kepada segenap manusia. Seperti halnya
para nabi dan rasul sebelumnya, dia juga membawa bukti kerasulan berupa
mukjizat-mukjizat yang tidak bisa ditandingi dan ditiru oleh orang lain,
seperti: memperbanyak makanan yang sedikit sebagaimana yang terjadi saat
perang Khandaq (Jawami’ussirah, Ibnu Hazam), mengeluarkan air bersih dari
sela-sela jemarinya (riwayat Imam Bukhari, Malik, Ahmad dan Baihaqi),
suara tangis tongkatnya yang di dengar oleh para sahabatnya, menghilang dari
penglihatan Ummu Jamil saat ingin mencelakainya, dan sebagainya.
Dari sekian mukjizat nabi Muhammad Saw., ada satu mukjizat yang paling
besar yaitu kitab suci Al-Qur’an. Di antara alasannya:
1) Di dalam beberapa ayat, Al-Qur’an menantang semua ummat manusia
untuk membuat yang semisal dengan Al-Qur’an, namun tidak ada yang bisa
melakukannya sampai saat ini walau hanya satu surah yang paling pendek.
(QS. Al-Baqarah: 23, QS. Al-Isra’: 88, dan QS. Yunus: 38).
2) Bahasa Al-Qur’annya yang tinggi namun sangat indah, susunannya
menakjubkan, isinya padat dan sejalan dengan perkembangan masa, tidak ada
pertentangan dan kekeliruan di dalamnya. Semuanya membuktikan bahwa Al-
Qur’an memang benar-benar firman Allah Swt yang tidak ada keraguan di
dalamnya.
3) Keabadian Al-Qur’an. Al-Qur’an yang sekarang adalah Al-Qur’an yang
dahulu. Tidak ada perubahan kata bahkan huruf di dalamnya. Itu karena Allah
Swt benar-benar menjaganya dari perubahan, seperti yang dijanjikan-Nya di
dalam QS. Al-Hijr: 9.
4) Mukjizat ilmiahnya yang terus-menerus terungkap.
5) Mukjizat Al-Qur’an ini tidak hanya disaksikan oleh orang-orang yang
hidup di masa turunnya, tapi juga oleh generasi sesudahnya hingga akhir
zaman.
Selain mukjizat, kerasulan nabi Muhammad Saw juga bisa dilihat dari bukti-
bulti berikut:
A. Riwayat Hidupnya
Dr. Sa’id Shawabi di dalam buku al-Mu’iin ar-Raa’iq Min Siirati Khairi al-
Khalaaiq, Cairo menjelaskan: “…Seandainya Muhammad saw tidak
mempunyai mukjizat selain sejarah perjalanan hidupnya, itu sudah cukup
(sebagai bukti kerasulannya).” Dia juga menilai bahwa riwayat perjalanan
hidup Muhammad saw adalah bukti kerasulannya yang paling besar.
Orang yang mempelajari dan menghayati cara bicara, sifat-sifat, prilaku dan
kenyataan hidup yang dilalui oleh Muhammad saw sejak masa lahir hingga
akhir hayatnya akan yakin bahwa dia adalah rasul utusan Allah.
Peristiwa yang terjadi di malam kelahirannya, tumbuh dewasanya dalam
keadaan yatim di tengah-tengah penduduk negeri yang tidak bisa tulis baca
yang menyembah patung-patung yang mereka buat sendiri,
ketidakmampuannya dalam hal tulis baca, dan kebutaanya terhadap Alkitab
(taurat dan Injil)… Semuanya menjadi bukti kerasulan dan kebenaran yang
dia ajarkan.
Karena ketulusan, kejujuran dan kebaikan akhlaknya, penduduk Makkah telah
memberinya gelar Al-Amien (yang terpercaya).
Inilah pengakuan penduduk Makkah di bukit Shafa, menjelang detik-detik
pendeklarasiannya sebagai rasul utusan Allah kepada ummat manusia: “Kami
tidak pernah mendapatkanmu kecuali benar.” (Imam Bukhari, Muslim dan
Tirmidzi dari Ibnu Abbas).
B. Beberapa saksi dan Peristiwa Ajaib di Masa Pra Kerasulan (irhash)
Antara lain:
1. Peristiwa yang mengiringi malam kelahiran Muhammad saw.
a. Kesaksian pedagang Yahudi Makkah dan Yahudi penduduk YatsribBerikut intisari riwayat Hakim dari Aisyah ra: “Ada seorang pedagang Yahudi yang tinggal di Makkah. Pada malam kelahiran Rasulullah, dia bertanya di perkumpulan orang-orang Quraisy: Apakah ada anak yang lahir di antara kalian malam ini? Mereka menjawab: kami tidak tahu….Si Yahudi menjelaskan: Pada malam ini lahir Nabi terakhir ummat ini, Ahmad (yang terpuji). Kalau kalian salah, berarti dia (lahir) di Palestina. Di antara dua pundaknya ada tahi lalat hitam kekuningan….Setelah mereka pulang ke rumah masing-masing, sebahagian dapat kabar bahwa di malam itu lahir seorang anak dari Abdullah bin Abdul Muthalib yang diberi nama Muhammad.Besoknya mereka bersama si Yahudi mendatangi bayi tersebut. Saat melihat tahi lalat di belakangnya si Yahudi langsung pingsan. Setelah siuman, orang-orang Quraisy bertanya: Ada apa denganmu? Jawabnya: Kenabian telah hilang dari bani Israel, al-Kitab telah lepas dari tangan mereka….Tentang kesaksian Yahudi Yatsrib, Ibnu Ishak meriwayatkan dengan nara sumber dari Hassan bin Tsabit: “Saat saya masih kecil berusia tujuh atau delapan tahun dan sudah punya ingatan, seorang Yahudi berteriak keras di bangunan yang tinggi di Yatsrib (sekarang Madinah): “Hai orang-orang Yahudi…!”Setelah orang-orang berkumpul, mereka bertanya: “Ada apa, kenapa?“ Jawabnya: “Malam ini telah muncul bintang tanda kelahiran Ahmad.”Ibnu Ishak bertanya kepada anak Hassan bin Tsabit: “Berapa usia Hassan bin Tsabit saat kedatangan Rasulullah saw ke Madinah?” Dia menjawab: 60 tahun, dan Rasulullah saw di waktu itu 53 tahun.b. Peristiwa di Persia.Makhzum bin Hani’ meriwayatkan dari ayahnya: Di malam kelahiran Rasulullah saw, istana Kisra hancur, empat belas berandanya runtuh, api Persia (sembahan orang-orang Majusi) yang tidak pernah padam selama seribu tahun menjadi padam, danau Sawah menyurut….2. Keberkahan hidup Halimah Assa’diyahDia adalah ibu susuan Muhammad saw. Air susunya yang semula sangat sedikit menjadi deras, himar kendaraannya yang lambat menjadi cepat, kambing gembalaannya memiliki air susu yang banyak, tanahnya juga menjadi subur dan cepat berbuah (HR. Ibnu Hibban dan Hakim dalam sebuah hadits yang panjang).3. Pembedahan dadanya oleh malaikat Jibril di saat kecilDi dalam Hadits shohih yang diriwayatkan oleh Muslim dari Anas disebutkan: Saat sedang bermain dengan anak-anak, Jibril datang mengambil Muhammad lalu membantingnya dan membedah dadanya. Kemudian dia menegluarkan segumpal darah darinya sambil berkata: "Ini adalah bagian dari syetan…" Lalu dia mencucinya di dalam bejana emas berisi air zam-zam. Kemudian menyatukan dan mengembalikannya ke tempat semula.4. Awan menaungi perjalanannyaRahib Bahira terheran-heran melihat sebuah kafilah dagang yang datang dari
Makkah, kafilah ini sudah sering lewat, tapi kali ini tidak seperti biasanya. Di atas mereka ada awan yang menaungi perjalanan mereka. Ketika mereka berhenti di bawah sebuah pohon, awan itu pun berhenti. Pendeta ini memandangi rombongan ini seakan mencari sesuatu dari mereka. Dia mendekat, lalu memegang tangan Muhammad saw yang masih anak-anak sambil berkata: “Ini adalah pemimpin dunia dan rasul Tuhan semesta alam, Allah mengutusnya sebagai rahmat bagi alam semesta”Beberapa sesepuh Quraisy bertanya: “Engkau tahu dari mana?”“Saat kalian datang, pohon dan batu menunduk sujud. Kedua-duanya tidak sujud (kepada manusia) selain kepada seorang nabi. Dan saya juga mengetahui dia (sebagai nabi) dari khatam an-nubuwah yang ada di pundaknya….” (HR. Tirmidzi dan Hakim).Keajaiban awan ini sangat masyhur dan telah disaksikan oleh banyak orang termasuk Maisarah di saat pergi bersama Muhammad saw ke daerah Syam membawa dagangan Khadijah, demikian juga Khadijah, pembantu-pembantu wanitanya, dan lainnya.5. Rahim Khadijah yang berusia 40 tahun menjadi suburNabi Muhammad saw menikah di usia yang ke 25 dengan Khadijah yang berusia 40 tahun. Seperti biasanya, usia 40 tahun adalah batas masa kesuburan perempuan. Namun ketika menikah dengan Muhammad saw, justru rahim Khadijah ra menjadi semakin subur. Dari hasil perkawinan yang berkah ini, lahir 6 orang anak yaitu: Qasim, Ummu kultsum, Ruqayyah, Zainab, Fathimah. dan Abdullah (Kitab Fathul Bari, Ibnu Hajar dan Sirah Nabawiyah, Ibnu Katsir).
C. Tanda Kenabian yang Ada di Antara Dua PundaknyaTanda kenabian yang satu ini disebut dengan khatam an-nubuwah yang dia bawa sejak lahir. Khatam an-nubuwah artinya stempel kenabian. Di dalam riwayat Hakim disebutkan tanda ini adalah tahi lalat berwarna hitam kekuning-kuningan. Sebahagian ulama mengatakan disitu tertulis " الله رسول "محمد(Muhammad rasul utusan Allah).Selain keajaiban awan, tanda ini telah membuat pendeta Bahira menyuruh Abu Thalib yang sedang berdagang di Syam untuk segera membawa Muhammad saw pulang ke Makkah. Sebab, dia khawatir jika orang-orang Yahudi yang mengetahuinya akan membunuhnya karena iri. (Uyuun al-Atsar, juz 1).Tanda ini juga yang dicari oleh seorang shahabat berkebangsaan Persia, Salman Alfarisy atas wasiat dari seorang pendeta kristen Umuriyah, Wilayah Romawi. (Siirah Nabawiyah Juz 1, Ibnu Katsier).Tanda ini pula yang diselidiki oleh Tanukhi atas perintah raja Romawi Timur, yang pada akhirnya membuatnya masuk Islam (HR. Ahmad).
D. Kabar Para Nabi dan Kitab-kitab SebelumnyaBerita kerasulan Muhammad saw yang disampaikan oleh pedagang Yahudi di Makkah, penduduk Yahudi Madinah, pendeta Bahira di wilayah Syam dan pendeta Waraqah bin Naufal di Makkah mengisayaratkan adanya kabar tersebut dari kitab dan para nabi dahulu. Tanda-tanda kerasulan Muhammad saw yang
diselidiki oleh Salman Al-Farisy atas wasiat seorang pendeta kristen Umuriyah dan oleh Tanukhi, utusan raja Romawi Timur di saat itu, juga semakin memperjelas masalah ini. Namun karena disinyalir kitab-kitab terdahulu ini telah banyak dirubah oleh tangan-tangan manusia, berita kerasulan tersebut hampir tidak ditemukan lagi sekarang ini.Tentang adanya pemberitaan dari Nabi Isa as, Allah Swt menegaskan di dalam Al-Qur’an:“Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata: Wahai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah rasul utusan Allah kepada kalian, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang sesudahku yang namanya Ahmad (Muhammad).” (QS. Ash-Shaf: 6).
Isnin, 2009 Ogos 03
Nabi Muhamad s.a.w menjadi Rasul
Pada malam 17 Ramadhan, bertepatan dengan 6 Agustus tahun 610 M, beliau
menerima wahyu pertama di gua Hira. Malaikat Jibril datang kepada beliau
menyampaikan wahyu yang pertama, yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5.
Ketika itu Nabi Muhammad saw berusia 40 tahun 6 bulan 10 hari menurut tahun
Qamariyah.
Waraqah bin Naufal, paman Khadijah mengetahui betul bahwa kejadian itu adalah
peristiwa benar, sebagaimana yang pernah diturunkan Allah kepada nabi Musa as.
Siti Khadijah mempunyai peranan yang besar dalam membantu Nabi Muhammad saw
baik dengan jiwa maupun dengan harta bendanya.
Stelah menerima wahyu yang kedua, yaitu surat Al-Muddatsir ayat 1-7, beliau mulai
berdakwah menyiarkan agama Islam secara sembunyi-sembunyi.
Orang-orang terdahulu yang pertama-tama masuk Islam yang lebih dikenal dengan
As-Saabiqunal Awwaluun, diantaranya ialah :
· Siti Khadijah
· Ali bin Abu Thalib.
· Zaid bin Haritsah.
· Abu Bakar Ash-Siddiq.
· Utsman bin Affan.
· Zuber bin Awwam.
· Sa’ad bin Abi Waqas.
· Abdur Rahman bin Auf.
· Thalhah bin Ubaidillah.
· Abu Ubaidillah bin Jarrah.
· Arqam bin Abil Arqam.
· Fatimah binti Khaththab.
Nabi Muhammad saw berdakwa secara terang-terangan setelah menerima wahyu,
surat Al-Hijr ayat 94.
Dakwah Nabi saw mendapatkan reaksi yang sangat keras dari kaum kafir Quraisy.
Pada tahun ke 5 kenabian terjadi peristiwa hijrah ke Habsyah (Ethiopia). Hijrah ke
Ethiopia yang pertama, sebanyak 10 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Sedang
yang kedua, sebanyak 83 orang laki-laki dan 17 orang perempuan. Sementara Nabi
Muhammad saw tetap tinggal di Mekkah.
Faktor yang mendorong orang Quraisy menentang agama Islam dan kaum Muslimin
di antaranya adalah :
· Persaingan perebutan kekuasaan.
· Karena Islam mengajarkan persamaan hak dan derajat (al-musawah) di antara
manusia yang membedakan hanyalah ketakwaan.
· Taklid kepada nenek moyang mereka.
· Mempertahankan status quo.
Pada tahun 10 dari kenabian, pama beliau Abu Thalib meninggal dunia, lalu disusul
oleh istri beliau Khadijah meninggal pada tahun itu juga. Maka tahun itu disebut
Amul Huzni, yaitu tahun kesedihan Nabi Muhammad saw.
Mekkah dipandang Nabi tidak lagi sesuai untuk dijadikan pusat dakwah, maka beliau
hijrah ke Thaif.
Di Thaif Nabi mendapatkan sambutan yang sangat kasar dan biadab, maka Nabi
memutuskan kembali Ke Mekkah.
Pada saat Nabi Muhammad saw menghadapi ujian yang maha berat itu, beliau diisra’
dan dimi’rajkan oleh Allah swt. Yaitu, dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil
Aqsha di Palestina, terus naik ke langit tujuh, lalu ke Sidratul Muntaha menghadap ke
hadirat Allah swt.
Peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun kesebelas dari kerasulan
nabi Muhammad saw.
Dalam Isra’ Mi’raj itu, Nabi Muhammad saw diperlihatkan tanda-tanda kebesaran
Allah, sehingga kekuatan batin beliau menjadi sangat tangguh dan memandang ujian
yang dilancarkan kepada beliau itu sangat kecil. Di samping itu peristiwa Isra’ Mi’raj
menjadi ujian berat terhadap keimanan mereka, apakah mereka beriman pada Nabi
atau sebaliknya dengan peristiwa luar biasa dan sangat menakjubkan itu yang secara
rasional di luar jangkauan mereka.
Buah dari peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw, mendapatkan perintah shalat
lima waktu dalam sehari semalam.
Nabi MUHAMMAD saw
MUHAMMAD
Nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah Swt. adalah Nabi Muhammad s.a.w.
Ia dipilih menjadi nabi dan rasul pada usia 40 tahun. Ia menyampaikan risalah kenabian
kepada kaumnya selama 22 tahun 2 bulan dan 22 hari. Muhammad dilahirkan di Mekah.
Kakeknya, Abdul Muttalib, menamainya Muhammad (orang terpuji), sebuah nama yang
belum pernah digunakan dan dikenal sebelumnya. Ketika lahir, Muhammad telah
menjadi anak yatim.
Ayahnya, Abdullah, wafat sebelum ia lahir. Ketika berusia 6 tahun, Muhammad sudah
menjadi yatim piatu.
Ibunya, Aminah binti Wahab, meninggal dunia dalam perjalanan pulang dari Yatsrib,
setelah berziarah ke kuburan suaminya. Kemudian, Muhammad diasuh oleh Abdul
Muttalib.
Sebelum Muhammad berusia 8 tahun, kakeknya wafat. Pamannya, Abi Talib, lalu
mengambil alih tanggung jawab mengasuh Muhammad.
TANDA KENABIAN
Sejak bayi, tanda-tanda kenabian telah tampak pada diri Muhammad. Pada usia 5 bulan ia
sudah bisa berjalan, dan pada usia 9 bulan sudah pandai berbicara.
Pada usia 2 tahun, ia sudah bisa dilepas bersama anak-anak Halimah binti Abi Dua'ib, ibu
susunya, untuk menggembala kambing. Pada usia inilah ia didatangi oleh dua malaikat.
Mereka membuka baju Muhammad, membelah dadanya dan menyiramkan air ke
dalamnya untuk mencuci hatinya agar senantiasa bersih.
Kemudian mereka menutup dada Muhammad kembali tanpa bekas ataupun luka.
TAHUN GAJAH
Ada suatu peristiwa yang mendahului kelahiran Muhammad. Peristiwa itu menjadi
pertanda bahwa Allah Swt. melindungi agama yang akan dibawa Muhammad. Tahun
terjadinya peristiwa itu disebut Tahun Gajah, karena pada tahun itu pasukan gajah yang
dipimpin Abrahah, penguasa Habasyah (kini Ethiopia), menyerbu kota Mekah untuk
menghancurkan Ka'bah. Abrahah ingin mengambil alih peranan kota Mekah dengan
Ka'bahnya sebagai pusat perekonomian dan peribadatan bangsa Arab. Sebelumnya,
Abrahah sudah membangun al-Qulles, sebuah rumah ibadah megah di Yaman, sebagai
pengganti Ka'bah.
BUHAIRAH
Pada usia 12 tahun, Muhammad mengikuti kafilah pamannya ke Suriah. Sepanjang
perjalanan di gurun, mereka dinaungi awan sehingga tidak kepanasan.
Di Busra, kafilah ini bertemu dengan seorang pendeta Kristen bernama Buhairah yang
meyakini bahwa Muhammad adalah calon nabi yang ditunjuk Allah Swt.
AL-AMIN
Muhammad tumbuh menjadi seorang pemuda yang jujur dan berbudi pekerti luhur.
Melalui Hilful-Fudul dan kegiatannya membantu pamannya berdagang, nama
Muhammad makin terkenal sebagai seorang yang terpercaya.
Karena kejujurannya, ia mendapat gelar al-Amin, yang berarti orang yang terpercaya.
Para pemimpin Mekah juga pernah mempercayai Muhammad untuk menyelesaikan
perselisihan mereka, dengan memimpin peletakan Hajar Aswad, saat perbaikan Ka'bah
yang rusak akibat
banjir.
HILFUL-FUDUL
Pada usia 15 tahun, saat terjadi Perang Fijar antara suku Kuraisy dan suku Hawazin,
Muhammad membantu mempersiapkan anak panah untuk paman-pamannya yang hendak
berperang.
Akibat perang ini, para pemimpin beberapa suku Kuraisy mengadakan rapat untuk
menetapkan aturan perlindungan untuk mencegah kelaliman terhadap penduduk kota
maupun pendatang asing. Mereka sepakat membuat sebuah organisasi ...
Gua Hira, tempat tetirah Nabi Muhammad, tampat dimana wahyu Pertama
diturunkan
Gua Hira tempat diturunkannya Wahyu Ilahi Yang Maha Sakti, kalimat yang
membuat iblis berputus asa untuk menyesatkan manusia, kalimat yang dengannya
alam semesta berguncang. Al-Quran, susunan kalimatnya yang mengandung
makna yang banyak, makna lahir dan makna batin, telah membuat tercengang
manusia-manusia manapun di jagat raya, yang mengakui kebenarannya, akan
mengikutinya, sedangkan yang tidak mengakuinya harus tunduk atas
kebenarannya, dan bagi mereka yang menolak, dengan cara apapun akan sia-sia
dan celaka.
Pada suatu malam di bulan Ramadhan tahun 610 Masehi, yang kelak disebut nabi
Muhammad SAW sebagai malam Lailah al-Qadr (lailatu qadar), Jibril (Ruh Al-Qudus)
diutus Allah, Tuhan Semesta Alam, Rabbul ‘Aalamin, menyampaikan kalimat-Nya
kepada Al-amin yang berada di Gua Hira. Muhammad SAW telah mempersiapkan
dirinya selama empat puluh tahun untuk memikul tugas yang maha berat ini, ia telah
menjadi manusia pembelajar secara alamiah sebelum kenabian dan kerasulan ditetapkan
padanya.
Jibril datang kepadanya dengan membawa beberapa kalimat Allah. Ialah kalimat pertama
yang dikemukakan dalam Al-quran sebagai berikut (QS 96:1-5)
“Bacalah dengan [ menyebut] nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Paling Pemurah. Yang mengajari [manusia] dengan perantaraan kalam (pena).
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Ayat pertama ini merupakan perintah Allah S.W.T yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad S.A.W melalui Malaikat Jibril untuk “Membaca” atau “Iqra”. Apa yang
dibaca dan apa maksudnya “membaca” berhubungan dengan Allah S.W.T sebagai
Pencipta makhluk atau ar-Rabb. Jadi, kalau umat Islam tidak membaca tanda-tanda (ayat-
ayat) Kekuasaan Allah SWT sebagai Pencipta makhluk berarti telah melanggar satu
perintah agung dari Allah SWT langsung. Turunnya 5 ayat surat al-‘Alaq ini dengan
tegas menyatakan tentang program atau rencana yang akan diamanatkan kepada Nabi.
Karena itu, surat ke-1 sampai ke-5 surat al-‘Alaq dengan perintah “Iqra” atau “Baca”
secara langsung menyatakan bahwa dasar-dasar kebenaran al-Haqq bagi manusia untuk
menjalani kehidupan yang benar sebagai suatu agama yang mengikat yang nanti akan
disampaikan Muhammad berhubungan dengan proses belajar yang terus menerus
tentang kehidupan dimana di dalamnya terdapat proses atau tatacara pengkajian,
pengetahuan, kebijaksanaan, dan penggunaan pena (kalam) untuk menulis. Pena atau
Qalam, yang kelak namanya menjadi salah satyu nama surat dalam Al Qur’an yaitu
suraka Al-Qalam (QS 68), karena itu pengertiannya sangat penting bagi Umat Islam.
Kenapa demikian? Karena dengan menuliskan ilmu pengetahuan tentang Kekuasaan
Allah maka ilmu akan terikat, menjadi buku, kitab, dan akhirnya nanti akan dapat
diajarkan kepada generasi manusia selanjutnya. Jadi, betapa dahsyatnya perintah Allah
SWT yang pertama kali diterima Nabi Muhammad SAW itu karena berhubungan dengan
“membaca”, “menulis”, dan perintah belajar secara terus menerus supaya manusia bisa
selamat baik di dunia maupun di akhirat.
Muhammad, pembawa berita bahagia, merupakan manusia teladan sepanjang masa, ia
adalah manusia dalam wujud dimana asma-asama, sifat-sifat, dan perbuatan Ilahiah
dinyatakan sebagai suatu adab dan akhlak bagi manusia sebagai makhluk berpikir, bukan
binatang tanpa akal, Ia adalah utusan Tuhan yang kepadanya ummat manusia
memohonkan syafaat. Tidak satupun mahkluk yang mencapai kesempurnaan yang dapat
dicapai Muhammad dengan kehambaannya dihadapan Allah SWT bukan dengan
kesombongan yang dapat menabiri kemuliaan wujud manusianya. Sejak kecil ia telah
memperlihatkan ketulusan, kejujuran, manusia yang seumur hidupnya tidak pernah
berbohong, yang tidak pernah menghianati janji, dan sayang kepada kaum yang miskin,
lemah dan papa. Ia bagaikan raja bagi kaum dhuafa maupun bagi para penguasa dunia,
dan ditakuti para dajjal yang matahatinya buta.
Malaikat Jibril menyelesaikan tugasnya menyampaikan wahyu pertama itu, dan
Muhammad pun turun dari Gua Hira menuju rumah Khodijah dengan rasa takut amat
sangat. Tubuhnya masih menggigil ketakutan ketika sampai di rumah dan di sambut
dengan istrinya Khadijah. Namun, saat itu Jiwa agung Nabi Muhammad telah disinari
cahaya wahyu. Beliau merekam di hatinya apa yang didengarnya dari malaikat Jibril.
Setelah kejadian ini, Jibril menyapanya, “Wahai Muhammad! Engkau Rosul Allah dan
akulah Jibril.”
Muhammad menerima kalimat Ilahi secara bertahap, secara berangsur-angsur. Fakta
sejarah mengakui bahwa di antara wanita, Khodijah adalah wanita yang pertama
memeluk Islam, dan pria pertama yang memeluk Islam adalah syayidina Ali k.w.j.
Suatu saat, ketika dirasakan waktunya tiba untuk mengungkapkan siapa dirinya,
Muhammad mengadakan perjamuan makan dengan kerabatnya. Selesai makan, beliau
berpaling kepada para sesepuh keluarganya dan memulai pembicaraan dengan memuji
Allah dan memaklumkan keesaan-Nya. Lalu beliau berkata, “Sesungguhnya, pemandu
suatu kaum tak pernah berdusta kepada kaumnya. Saya bersumpah demi Allah yang tak
ada sekutu bagi-Nya bahwa saya diutus oleh Dia sebagai Rosul-Nya, khususnya kepada
Anda sekalian dan umumnya kepada seluruh penghuni dunia. Wahai kerabat saya! Anda
sekalian akan mati. Sesudah itu, seperti Anda tidur, Anda akan dihidupkan kembali dan
akan menerima pahala menurut amal Anda. Imbalannya adalah surga Allah yang abadi
(bagi orang lurus) dan neraka-Nya yang kekal(bagi orang yang berbuat jahat). Lalu beliau
menambahkan,Tak ada manusia yang pernah membawa kebaikan untuk kaumnya
ketimbang apa yang saya bawakan untuk Anda. Saya membawakan kepada Anda rahmat
dunia maupun Akhirat. Tuhan saya memerintahkan kepada saya untuk mengajak Anda
kepada-Nya. Siapakah diantara Anda sekalian yang akan menjadi pendukung saya
sehingga ia akan menjadi saudara, washi (penerima wasiat), dan khalifah (pengganti)
saya?.”
Ketika pidato Nabi mencapai titik ini, semua terpaku, sel-sel kelabu otak masing-masing
yang hadir mendadak membeku, kebisuan total melanda pertemuan itu. Ali, remaja
berusia lima belas tahun, memecahkan kebisuan itu. Ia bangkit seraya berkata dengan
mantap, “Wahai Nabi Allah, saya siap mendukung Anda.”
Nabi menyuruhnya duduk. Nabi mengulang tiga kali ucapannya, tapi tak ada yang
menyambut kecuali Ali yang terus melontarkan jawaban yang sama. Beliau lalu berpaling
kepada kerabatnya seraya berkata, “Pemuda ini adalah saudara, washi, dan khalifah saya
diantara kalian. Dengarkanlah kata-katanya dan ikuti dia”. Ali kemudian sering disebut
Karamallahu Wajhah (KWJ) yang maksudnya seseorang yang tidak pernah menyembah
berhala ataupun memakan makanan dari hasil untuk sesembahan berhala.
Peristiwa diatas membuktikan heroisme spiritual dan kebenaran Ali tanpa keraguan.
Karena, dalam pertemuan di mana orang-orang tua dan berpengalaman tenggelam dalam
keraguan dan keheranan, ia menyatakan dukungan dan pengabdian dengan keberanian
sempurna dan mengungkapkan permusuhannya terhadap musuh Nabi tanpa menempuh
jalan politisi yang mengangkat diri sendiri. Kendati waktu itu ia yang termuda diantara
yang hadir, pergaulannya yang lama dengan Nabi telah menyiapkan pikirannya untuk
menerima kenyataan, melihat bukti hidup tentang kemuliaan akhlak yang nyata,
menyelaminya, dan mematuhinya, sementara para sesepuh bangsa ragu-ragu untuk
menerimanya.
Setelah berdakwah kepada kaum kerabatnya, Nabi berdakwah terang-terangan kepada
kaum Quraisy. Muhammad, berbekal kesabaran, keyakinan, kegigihan, dan keuletan
dalam berdakwah terus-menerus dan tidak menghiraukan orang-orang musyrik yang terus
mencemoohnya, menghardiknya, mengejeknya bahkan suatu ketika memuncak menjadi
ingin membunuhnya.
Banyak cara yang dilakukan kaum Quraisy untuk menghentikan Muhammad. Suatu saat
Abu Tholib sedang duduk bersama keponakannya. Juru bicara rombongan yang
mendatangi rumah Abu Tholib membuka pembicaraan dengan berkata, “Wahai Abu
Tholib! Muhammad mencerai-beraikan barisan kita dan menciptakan perselisihan
diantara kita. Ia merendahkan kita dan mencemooh kita dan berhala kita. Jika ia
melakukan itu karena kemiskinan dan kepapaannya, kami siap menyerahkan harta
berlimpah kepadanya. Jika ia menginginkan kedudukan, kami siap menerimanya sebagai
penguasa kami dan kami akan mengikuti perintahnya. Bila ia sakit dan membutuhkan
pengobatan, kami akan membawakan tabib ahli untuk merawatnya.”
Abu Tholib berpaling kepada Nabi seraya berkata, “Para sesepuh anda datang untuk
meminta Anda berhenti mengkritik berhala supaya mereka pun tidak mengganggu
Anda.” Nabi menjawab, “Saya tidak menginginkan apa pun dari mereka. Bertentangan
dengan empat tawaran itu, mereka harus menerima satu kata dari saya, yang dengan itu
mereka dapat memerintah bangsa Arab dan menjadikan bangsa Ajam sebagai pengikut
mereka”. Abu Jahal bangkit sambil berkata, “Kami siap sepuluh kali untuk
mendengarnya”. Nabi menjawab, “Kalian harus mengakui keesaan Tuhan”.
Kata-kata tak terduga dari Nabi ini laksana air dingin ditumpahkan ke ceret panas.
Mereka demikian heran, kecewa, dan putus asa sehingga serentak mereka berkata,
“Haruskah kita mengabaikan 360 Tuhan (berhala) dan menyembah kepada satu Allah
saja?”
Orang Quraisy meninggalkan rumah Abu Tholib dengan wajah dan mata terbakar
kemarahan. Mereka terus memikirkan cara untuk mencapai tujuan mereka. Dalam ayat
berikut, kejadian itu dikatakan,
“Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan dari
kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata, Ini adalah seorang ahli sihir
yang banyak berdusta. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu
saja ? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.Dan
pergilah pemimpin-pemimpin mereka [seraya berkata],Pergilah kamu dan
tetaplah [menyembah] tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal
yang dikehendaki. Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang
terakhir ini; ini(mengesakan Allah) tidak lain kecuali dusta yang diada-adakan.”
Banyak sekali contoh penganiayaan dan penyiksaan kaum Quraisy. Tiap hari Nabi
menghadapi penganiayaan baru. Misalnya, suatu hari Uqbah bin Abi Muith melihat Nabi
bertawaf, lalu menyiksanya. Ia menjerat leher Nabi dengan serbannya dan menyeret
beliau ke luar masjid. Beberapa orang datang membebaskan Nabi karena takut
pembalasan dari Bani Hasyim. Dan masih banyak lagi.
Nabi menyadari dan prihatin terhadap kondisi kaum Muslim. Kendati beliau mendapat
dukungan dan lindungan Bani Hasyim, kebanyakan pengikutnya budak wanita dan pria
serta beberapa orang tak terlindung. Para pemimpin Quraisy menganiaya orang-orang ini
terus-menerus , para pemimpin terkemuka berbagai suku menyiksa anggota suku mereka
sendiri yang memeluk Islam. Maka ketika para sahabatnya meminta nasihatnya
menyangkut hijrah, Nabi menjawab, “Ke Etiopia akan lebih mantap. Penguasanya kuat
dan adil, dan tak ada orang yang ditindas di sana. Tanah negeri itu baik dan bersih, dan
Anda boleh tinggal di sana sampai Allah menolong Anda.”
Pasukan musyrik Quraisy kehabisan akal untuk menghancurkan Muhammad. Mereka
melakukan propaganda anti Muhammad, diantaranya mereka memfitnah Nabi, bersikeras
menjuluki Nabi Gila, larangan mendengarkan Al-Quran, menghalangi orang masuk
Islam, sehingga Allah mengabadikan perkataan orang-orang keji ini dan menunjukkan
sesatnya perkataan mereka, dalam Al-Quran Allah berfirman
“Demikianlah, tiada seorang rosul pun yang datang kepada orang-orang yang
sebelum mereka selain mengatakan,Ia adalah seorang tukang sihir atau orang
gila. Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu ?
Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.”
Kaum Quraisy pun gagal melakukan berbagai macam cara untuk menghalangi usaha
Muhammad, dan menghalangi orang-orang untuk mengikuti agama Tuhan Yang Esa.
Mereka pun melakukan blokade ekonomi yang membuat banyak kaum muslim, terutama
kaum wanita dan anak-anak kelaparan. Nabi dan para pengikutnya masuk ke Syiib Abu
Tholib, yang diikuti pendamping hidupnya, Khodijah, dengan membawa serta Fatimah
AS. Orang-orang Quraisy mengepung mereka di Syiib itu selama tiga tahun. Dan
akhirnya tahun-tahun blokade itu pun berakhir. Dan keluarlah Nabi bersama keluarga dan
sahabatnya dari pengepungan.
Allah telah menetapkan kemenangan bagi mereka, dan Khodijah pun berhasil pula keluar
dari pengepungan dalam keadaan amat berat dan menderita. Beliau telah hidup dengan
kehidupan yang menjadi teladan Istimewa bagi kalangan kaum wanita. Namun, ajal
Khodijah sudah dekat. Allah telah memilihnya untuk mendampingi Rosulullah SAW, dan
dia telah berhasil menunaikan tugas dengan baik. Khodijah akhirnya meninggal pada
tahun itu juga. Yakni, pada saat kaum Muslim keluar dari blokade orang-orang Quraisy,
tahun kesepuluh sesudah Kenabian.
Pada tahun yang sama, paman Rosul (Abu Tholib) meninggal dunia, yang sekaligus
sebagai pelindung dakwa Muhammad. Sungguh Nabi mengalami kesedihan yang amat
berat. Beliau kehilangan Khodijah, dan juga pamannya yang menjadi pelindung, dan
pembelanya. Itu sebabnya, maka tahun ini dinamakan Am Al-Huzn (Tahun Duka cita).
Bukan hanya Rosul yang terpukul hatinya, Fatimah az Zahra, yang belum kenyang
mengenyam kasih sayang seorang ibu dan kelembutan belaiannya, ikut pula
menanggungnya. Kedukaan menyelimuti dan menindihnya di tahun penuh kesedihan itu.
Fatimah kehilangan ibundanya, berpisah dari orang yang menjadi sumber cintanya dan
kasih sayangnya. Acap kali dia bertanya kepada ayahandanya, “Ayah, kemana Ibu?”
Kalau sudah begini, tangisnya pecah, air matanya meleleh, dan kesedihan menerpa
hatinya. Rosul merasakan betapa berat kesedihan yang ditanggung putrinya.
Setelah wafatnya Abu Tholib kaum Kafir Quraisy semakin berani menganggu
Muhammad. Akhirnya Muhammad berhijrah ke Yastrib. Peristiwa hijrahnya Nabi ke
Yastrib merupakan momen awal dari lahirnya Umat Islam yang lebih terorganisir.
Penduduk Yastrib bersedia memikul tanggung jawab bagi keselamatan Nabi. Di bulan
Robiul Awwal tahun ini, saat hijrahnya Nabi terjadi, tak ada seorang muslim pun yang
tertinggal di Mekah kecuali Nabi, Ali dan Abu Bakar, dan segelintir orang yang ditahan
Quraisy atau karena sakit, dan lanjut usia.
Kaum Quraisy yang berada di Mekah akhirnya membuat kesepakatan untuk membunuh
Muhammad di malam hari. Masing-masing suku mempunyai wakil, sehingga Bani
Hasyim tidak dapat menuntut balas atas kematian Muhammad. Mereka mengira
Muhammad dapat dihancurkan hanya dengan cara seperti ini, seperti urusan duniawi
mereka. Jibril datang memberitahu Nabi tentang rencana kejam kaum kafir itu. Al-Quran
merujuk pada kejadian itu dengan kata-kata,
“Dan [ingatlah] ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya
terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau
mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya
itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.”
Ali berbaring melewati cobaan yang mengerikan demi keselamatan Islam menggantikan
Nabi, sejak sore. Ia bukan orang tua yang lanjut usia, tapi seorang anak muda yang begitu
berani mengorbankan nyawanya untuk sang Nabi, ia, yang bersama Khodijah adalah
orang yang pertama-tama beriman kepada Nabi, dialah orang yang rela berkorban untuk
Nabi. Kepada Ali Nabi berkata, “Tidurlah di ranjang saya malam ini dan tutupi tubuh
Anda dengan selimut hijau yang biasa saya gunakan, karena musuh telah bersekongkol
membunuh saya. Saya harus berhijrah ke Yastrib.” Ali menempati ranjang Nabi sejak
sore. Ketika tiga perempat malam lewat, empat puluh orang mengepung rumah nabi dan
mengintipnya melalui celah. Mereka melihat keadaan rumah seperti biasanya, dan
menyangka bahwa orang yang sedang tidur di kamar itu adalah Nabi.