Post on 07-Dec-2015
description
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bilirubin merupakan produk utama pemecahan sel darah merah oleh sistem
retikuloendotelial. Peningkatan kadar bilirubin merupakan salah satu masalah
tersering pada bayi baru lahir dan pada umumnya merupakan suatu keadaan transisi
normal atau fisiologis yang lazim terjadi pada 60-70% bayi aterm dan pada hampir
semua bayi preterm. Pada kebanyakan kasus, kadar bilirubin yang menyebabkan
ikterus tidak berbahaya dan tidak memerlukan pengobatan, namun demikian pada
beberapa kasus hiperbilirubinemia tersebut dapat berhubungan dengan beberapa
penyakit, seperti : penyakit hemolitik, kelainan metabolik dan endokrin, kelainan hati,
infeksi(Satrio Wibowo, 2010).
Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan
sklera dan kulit akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih(Sukadi,
2008). Bilirubin dianggap patologis bila kadarnya dalam darah ≥ 12 mg% pada bayi
aterm dan ≥ 10 mg% pada bayi prematur, atau peningkatan kadar 0,2mg/jam atau
4mg/hari(Sarwono et al,1994). Ikterus dapat ditemukan selama minggu pertama
kehidupan pada sekitar 60% bayi aterm dan 80% bayi prematur(Nelson, 2007).
Angka kejadian ikterus ternyata berbeda-beda untuk beberapa negara, klinik, dan
waktu yang tertentu. Hal ini kemungkinan besar disebabkan perbedaan dalam
pengelolaan BBL yang pada akhir-akhir ini mengalami banyak kemajuan(Sarwono,
2005. hlm.752).
Di Amerika Serikat, dari 4 juta bayi baru lahir setiap tahunnya sekitar 65%
mengalami ikterus. Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998
menemukan sekitar 75% bayi baru lahir mengalami ikterus pada minggu pertama. Di
Indonesia, diperoleh data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan.
Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan
Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003, menemukan prevalensi ikterus
pada bayi baru lahir sebesar 58% untuk kadar bilirubin di atas 5 mg/dL dan 29,3%
dengan kadar bilirubin di atas 12 mg/dL pada minggu pertama kehidupan(Admin,
2007).
Ikterus pada bayi dapat dibedakan dua macam, fisiologis dan patologis. Ikterus yang
jadi pada saat lahir atau 24 jam pertama kehidupan, mungkin sebagai akibat
eritroblastosis foetalis, sepsis, penyakit inklusi sitomegalik, rubella atau
toxoplasmosis kongenital(Nelson, 2007).
Hal ini bisa diakibatkan oleh pemecahan eritrosit yang berlebihan, gangguan
clearance metabolism, gangguan konjugasi atau gangguan eksresi bersama
air(Sarwono et al, 1994). Ikterus yang baru timbul pada hari ke-2 atau ke-3, biasanya
bersifat fisiologis, tetapi dapat pula merupakan manifestasi ikterus yang lebih parah
yaitu hyperbilirubinemia neonates.(Nelson, 2007)
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan ataupun masalah yang dapat
dirumuskan adalah bagaimanakah gambaran bayi baru lahir dengan
hiperbilirubinemia di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan pada
Januari 2011 sehingga Desember 2011.
1.3Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran bayi baru lahir yang menderita
hiperbilirubinemia di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan dari
Januari 2011 sehingga Desember 2011.
1.3.2 Tujuan khusus
1)Mengetahui jumlah bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia
2)Mengetahui distribusi jenis kelamin pada bayi baru lahir dengan
hiperbilirubinemia.
3)Mengetahui usia gestasi bayi baru lahir dengan
hiperbilirubinemia.
4)Mengetahui berat badan lahir pada bayi baru lahir dengan
hiperbilirubinemia.
5)Mengetahui cara partus pada ibu yang melahirkan bayi yang
menderita hiperbilirubinemia.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1.4.1. Untuk Rumah Sakit
Dapat dipakai sebagai informasi atau masukan dalam meningkatkan
pelayanannya khususnya pada bayi baru lahir dengan
hiperbilirubinemia.
1.4.2. Untuk Peneliti Lain
Dapat dipakai sebagai sumber informasi untuk melakukan penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.