Post on 13-Mar-2019
vi
DAKWAH DAN TAREKAT
( ANALISIS MAJLIS TAKLIM AL- IDRISIYYAH MELALUI TAREKAT
DI BATU TULIS GAMBIR JAKARTA PUSAT )
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos. I)
Oleh
NANANG MUHAMMAD RIDWAN
NIM: 103051028589
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
vii
ABSTRAK
Nanang Muhammad Ridwan
Dakwah dan Tarekat (Analisis Majlis Taklim Al-Idrisiyyah Melalui Tarekat di Batu Tulis Gambir Jakarta Pusat.
Tarekat Idrisiyah adalah salah satu organisasi atau aliran yang didalamnya
mengamalkan dan melaksanakan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dibawa
dan di contohkan oleh Rasulallah Saw serta dikerjakan oleh para sahabatnya,
tabi’in, tabi’at dan turun temurun sampai kepada guru-guru tarekat. Dan Tarekat
Idrisiyah mulai berdiri dan berkembang di Indonesia sejak tahun 1930-an, dan
orang yang pertama kali memperkenalkan tarekat ini adalah Syekh Akbar Abdul
Fatah yang mendapatkan Kekholifahan dari Syekh Ahmad Syarif as-Sanusi al-
Khatabi di Jabal Abu Qubais, Mekkah.
Majlis Taklim Al-Idrisiyah adalah salah satu Zawiyah atau cabang dari
Tarekat Idrisiyah yang paling besar dan paling tua diantara Zawiyah-zawiyah yang lainya, dan sebagai Sekertariat Pusat Tarekat Idrisiyah di wilayah
Jabodetabek. Melalui majlis taklim inilah ajaran-ajaran dan aktivitas dakwah tarekat idrisiyah dilaksanakan dan di sebarkan kepada masyarakat luas.
Pada saat seorang da’i (Syekh) akan menyampaikan dakwahnya, maka sangatlah dibutuhkan strategi dalam menyampaikan dakwahnya tersebut, baik
melalui metode dakwahnya, materi-materi dakwahnya, dan melalui media apa dalam menyampaikan dakwahnya. Sehingga targer yang dituju akan tercapai.
Penelitian ini ingin mengetaui lebih jauh bagaimana dakwah yang
dilakukan tarekat Idrisiyah melalui ajaran-ajaran dan aktivitas-aktivitas dakwah di
Majlis Taklim Al-Idrisiyah yang berada di Jln. Batutulis XIV, No.4-5, Kelurahan
Kebon Kelapa, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat. Melalui wawancara dan
observasi di ketahui bahwa dakwah tarekat Idrisiyah melalui ajaran-ajaran dan
aktivitas dakwah yang dilakukan di Majlis taklim Al-Idrisiyah sangatlah efektif,
karena ajaran dan aktivitas dakwah Tarekat Idrisiyah bersifat Logis, sesuai dengan
nalar, dan ajaranya bisa diterima oleh setiap kalangan, baik dari kalangan bawah,
menengah, sampai kalangan atas. Sehingga banyak orang yang tertarik, dan pada
akhirnya mereka masuk dan menjadi pengikut tarekat. Subyek yang diteliti adalah
bagaimana dakwah tarekat Idrisiyah melalui ajaran-ajaran dan aktivitas-
aktivitasnya yang dilakukan di Majlis Taklim A-Idrisiyah.
viii
KATA PENGANTAR
��� ا ا���� ا�����
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan berbagai nikmat yang tak terkira banyaknya serta kemudahan
dari berbagai kesulitan yang penulis hadapi dalam penyelesaian skripsi ini yang
berjudul “Dakwah Dan Tarekat” (Analisis Majlis Taklim Al-Idrisiyah melalui
Tarekat di Batu Tulis Gambir Jakarta Pusat). Sehingga dengan syafa’atnya
semua kesulitan-kesulitan itu dapat penulis lalui dengan penuh kesabaran dan
kebijakan mencari solusi. Dan penulis sadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagai mana yang diharapkan.
Shalawat dan salam semoga terlimpahkan ke junjungan Nabi Muhammad
Saw, Rasulullah yang senantiasa di tawashuli oleh umatnya di setiap desahan
nafas dan kedipan mata serta dalam sebanyak bilangan luasnya ilmu Allah. Nur
beliau senantiasa menerangi setiap pengikutnya yang selalu dahaga akan
spiritualitas dan senantiasa mengharapkan syafa’atnya di yaum al-hisab melalui
ketaatannya mengikuti para penerus beliau, al-ulama waratsat al-anbiya.
Penulis menyadari kedhaifan serta kekhilafan diri penulis di dalam
penyelesaian skripsi ini, karena itu banyak sekali keterlibatan pihak-pihak lain
yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu penulis
menghaturkan banyak terimakasih kepada semua pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung yang membantu serta mendorong selesainya skripsi ini.
Perkenankanlah penulis secara khusus dengan rasa hormat menyampaikan
terimakasih yang tulus dan mendalam kepada:
ix
1. Bapak Dr. H. Murodi M.A, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi.
2. Bapak Dr. Arief Subhan, M.Ag. Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs.
Mahmud Djalal. M.A, Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum, dan
Dr. Study Rizal LK. M.A Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
3. Bapak Dr. Wahidin Saputra M.A dan Ibu Umi Musyarrofah M.A, Selaku
Ketua dan Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4. Bapak Dr. Study Rizal L.K. M.A selaku Dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak meluangkan waktu, fikiran dan tenaganya kepada penulis
untuk memberikan arahan dan bimbingannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan
ilmu serta berbagai macam pengalaman dan wawasan mereka selama
penulis menuntut ilmu. Dan tidak lupa kepada seluruh staf dan karyawan,
juga para staf perpustakaan Fakultas maupun Universitas yang telah
memberikan pelayanan kepada penulis selama menjalani Studi di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Segenap keluarga besar Yayasan Tarekat Al-Idrisiyah yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk penulis dalam memberikan data dan
informasinya yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
x
7. Orang tua tercinta, Ayahanda A. Fauzi Qosim dan Ibunda Tati Nurhayati,
goresan tinta tidak dapat mewakili kata terimakasih penulis sebagai dua
insan yang sungguh tak kenal balas jasanya, membantu penulis baik moril
maupun materil dalam hidup ini, yang setiap hembusan nafasnya mengalir
do’a untuk kebahagiaan penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini dan menyelesaikan Studi di Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Kakek dan Nenek di Kampung yang telah membantu penulis baik moril
maupun materil serta doa’ dan kasih sayangnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi di UIN. Semoga Kakek dan Nenek di kampung
diberikan umur panjang dan sehat wal’afiat.
9. Adik-adikku tercinta Budi Rahman Hakim, Resti Nurfitriyana, Fika
Patmasari, Ilma Sidika damayanti, dan si Bungsu Annaba. Semoga kelak
kalian semuanya menjadi orang yang berguna bagi Bangsa, Agama,
Negara.
10. Keluarga Besar Yayasan Amal Abadi Beasiswa ORBIT yang telah
memberikan Beasiswa Pendidikan kepada penulis selama Dua Tahun,
dengan beasiswa tersebut, alhamdulillah penulis sangat terbantu dalam
biaya kuliah di UIN. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini dan menyelesaikan Studi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
xi
11. Teman-teman seperjuangan KPI D Angkatan 2003, Arif, Ikhsan, Doni,
Saeful, Erna, Rahmat dan semua teman-teman kelas yang tak bisa penulis
sebutkan satu persatu terimakasih atas kebersamaan dalam suka dan duka.
12. Teman-teman KBM-Galuh Jaya, Kang Uep, Kang Jajang, Erma, Irfan,
Dalang, Atep dan semua teman-teman Galuh yang tak bisa penulis
sebutkan satu persatu, terimakasih atas kebersamaanya.
13. Ka Azam dan Istri tercintanya “Teh Cucun” yang telah banyak membantu
penulis dalam proses pengeditan penulisan sripsi ini. Semoga kalian
menjadi keluarga yang bahagia, Sakinah, Mawahdah, Warohmah.”Amien”
Akhirnya, hanya doa’ serta harapan yang bisa penulis panjatkan, semoga
semua pengorbanan dan bantuan yang mereka berikan kepada penulis dalam
penyelesaian skripsi ini dibalas dengan pahala yang melimpah oleh Allah Swt.
Dan penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari harapan dan
kesempurnaan, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Ciputat, 14 April 2008 M
Penulis
xii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................. 7
D. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 8
E. Metodologi Penelitian .............................................................. 9
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 12
BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................... 13 A. ............................................................................................Tin
jauan Umum Tentang Dakwah ................................................. 13
1.........................................................................................Pen
gertian Dakwah .................................................................. 13
2.........................................................................................Un
sur-unsur Dakwah .............................................................. 15 B. ............................................................................................Tin
jauan Umum Tentang Tarekat .................................................. 20 1.........................................................................................Pen
gertian Tarekat ................................................................... 20 2.........................................................................................Tuj
uan Tarekat ........................................................................ 21 3.........................................................................................Ma
cam-macam Tarekat ........................................................... 22
BAB III GAMBARAN UMUM MAJLIS TAKLIM AL-IDRISIYAH ...... 30 A. Majlis Taklim Al-Idrisiyah ....................................................... 30
1. Latar belakang Berdirinya Majlis Taklim Al-Idrisiyah ....... 30
2. Tujuan Majlis Taklim Al-Idrisiyyah ................................... 31
B. Struktur Organisiasi Majlis Taklim Al-Idrisiyah ...................... 32 C. Sejarah Lahir dan Berdirinya Tarekat Idrisiyah di
Indonesia ................................................................................. 35 D. Ajaran-ajaran Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim
Al-Idrisiyyah ............................................................................ 37 E. Sarana dan Prasarana Majlis Taklim Al-Idrisiyah...................... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................. 61
xiii
A. Unsur-Unsur Dakwah Pada Tarekat Idrisiyah ........................... 61
B. Aktivitas Dakwah Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim
Al-Idrisiyah. ............................................................................ 73
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah Melalui Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyah. ...................... 77
BAB V PENUTUP .................................................................................... 80
A. ............................................................................................Kesimpulan .................................................................................... 80
B. ............................................................................................Sar
an.............................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
LAMPIRAN ..................................................................................................
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya
untuk menyiarkan ajaran Islam kepada seluruh umat manusia sebagai
rahmatan lil-alamin. Islam dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan
kesejahteraan manakala ajaranya dijadikan pedoman hidup dan dilaksanakan
secara konsisten dan konsekuen. Dan usaha penyiaran Islam dalam realitas
ajarannya melalui dakwah.
Perjalanan dakwah Islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad
Saw, beserta para sahabat dan pengikutnya dari zaman Pra teknologi sampai
era globalisasi saat ini, tengah mengalami sebuah perubahan, baik pengertian
maupun persepsi masyarakat tentang dakwah Islam secara definitif.
Pada hakekatnya dakwah merupakan upaya mempengaruhi seseorang
dalam bertindak dan berprilaku, melalui dakwah diharapkan akan mampu
merubah kepribadian seseorang baik secara individu maupun kolektif.
Dakwah Islam dan perubahan sosial merupakan unsur yang sangat mempunyai
pengaruh satu sama lainnya.
Dakwah untuk saat ini, tidak lagi diartikulasikan secara praktis dan
simpel sebagai salah satu kegiatan dalam penyampaian sebuah ajaran agama
melalui ceramah, tablihg, maupun khutbah. Namun dewasa ini, dakwah dapat
xv
dilakukan dengan berbagai macam cara sesuai dengan keahlian dan
keterampilan para pelaku dakwah.
Islam telah mewajibkan kaum muslimin untuk mengembangkan
dakwah islamiyah di setiap waktu dan kesempatan. Kaum muslimin wajib
berusaha merubah keadaan mereka, terutama tatkala kekufuran telah
merajalela dan Islam telah lenyap dari kehidupan.
Di samping itu, Syaikh Mustofa Al-Galaya seperti dikutip oleh H.
Amura menyebutkan dalam bukunya, Al-Islam Ruhul Madaniyah bahwa
dakwah adalah “kehidupan agama, tidak akan berdiri agama tanpa dakwah,
serta kebaikannya harus disebarluaskan”.1
Dakwah Islam yang dilakukan Rasulullah kepada umatnya sangat
bijaksana dan patut untuk di contoh, sebab tiap kali beliau melangsungkan
dakwahnya, ia selalu melihat kondisi serta situasi yang sesuai dengan
kebijakan umat (mad`u) serta berbicara pada bidang yang mereka pahami.
Telah menjadi Sunnatullah bahwa manusia mempunyai pola berfikir yang
berbeda, mulai dari tingkat kecerdasan, perasaan, tabiat, sikap, sifat, tingkah
laku, serta keinginan dan bakatnya.
Landasan inilah yang mengharuskan Nabi Muhammad Saw untuk
mengambil langkah dalam memilih metode yang sesuai dengan obyeknya.
1 Amura, Tentang Unsur Dakwah Dalam Film, Perfilman di Indonesia Pada Masa Orde
Baru, (Lembaga Komunikasi Islam, Jakarta, tt), h. 115
xvi
Sebagaimana Fathiyakan mengatakan bahwa “untuk mempengaruhi suatu
obyek harus memilih metode yang sesuai dengan taraf kecerdasan”.2
Sebagai umatnya wajib untuk meneruskan dakwah Nabi Muhammad
Saw, yaitu dengan mengajak manusia untuk selalu mengerjakan yang ma`ruf
dan meninggalkan yang munkar, sesuai dengan ajaran Islam. Muhammad
Ahmad Al-Dawi mengatakan:
Merupakan kewajiban untuk sebagian manusia untuk melaksanakan
dakwah, mengajak kepada jalan yang ma`ruf dan mencegah segala
kemunkaran. Dalam berdakwah memang membutuhkan ketangguhan serta
kekuatan hingga ajaran agama tidak tersia-siakan dan mencelakakan
manusia, sebab hakikat dakwah yang sebenarnya adalah membina dan
mempersatukan seluruh umat manusia serta menyelamatkan mereka dari
kesengsaraan dunia dan akhirat. 3
Menyadari akan pentingnya dakwah sebagai pembinaan umat manusia
ke arah tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat kelak, maka sudah
selayaknya kegiatan dakwah harus mendapat perhatian serta penanganan yang
khusus dan serius dengan menggunakan metode dan sarana-sarana yang dapat
diterima oleh sasaran dakwah dimaksud.
Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa kegiatan dakwah harus
terus dapat berkembang dan dikemas dengan berbagai macam metode serta
sarana yang khusus agar lebih efektif demi tercapainya tujuan dakwah,
sehingga dakwah dapat diterima di semua kalangan.
Salah satu sarana dakwah adalah Tarekat, yang dikembangkan dengan
metode dakwah bil lisan, bil hall dan bil qalam, sebagai alat dalam
2 Fathiyakan, Bagaimana Kita Memanggil Kepada Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1997)
Cet. Ke-1 h. 36 3 Muhammad Ahmad Al – Dawi, Buku Pintar Para Da`i, (Surabaya: Dua Ilmu. 1991)
Cet. Ke-2, h. 6.
xvii
mengkomunikasikan nilai-nilai ajaran Islam. Tarekat merupakan salah satu
media alternatif dalam berdakwah, jelas tidak tabu dan tidak bertentangan
dengan ajaran Islam, sebab ajaran tarekat memuat kalimat-kalimat zikir yang
selalu mengingatkan jamaahnya kepada Allah.
Dari sekian banyak metode, sarana, dan media yang digunakan dalam
berdakwah, maka dengan ini penulis tertarik untuk membahas serta mengkaji
secara rinci tentang dakwah Islam melalui kegiatan ajaran dan pengamalan
tarekat.
Tarekat berasal dari kata bahasa Arab Thariqat yang artinya jalan,
keadaan, aliran dalam garis sesuatu, seperti dalam al-Qur`an surat al-Jin ayat
16:
��� اس���م�ا �� وأن � )16: ا�*� ()'&� م�ء �#س��"�ه� ا� ��ی�
Artinya : “ Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan
itu (agama Islam), benar–benar kami akan memberi minum
kepada mereka air yang segar ( rizqi yang banyak )”. ( Q.S : 72 :
16 ).
Yang dimaksud jalan di sini adalah jalan untuk mendekatkan diri
kepada Allah Taqarrabun Ilallah, berupa suatu perbuatan yang ditentukan dan
dicontohkan Rasulullah, dikerjakan oleh para tabi’in kemudian diteruskan
secara turun temurun sampai kepada guru tarekat.4 Agar dapat mendekatkan
diri pada Tuhan Yang Maha Suci, ruh manusia harus lebih dahulu disucikan.
Sufi-sufi besar kemudian merintis jalan tersebut sebagai media untuk
penyucian jiwa yang dikenal dengan nama tariqat (jalan).
4 Budi Munawar Rahman dan Asep Usman Ismail, Cinta di Tempat Matahari Terbit,
Ulumul Qur`an No 8 Vol. 2 ( 1991 ) h. 100
xviii
Jalan dalam terekat itu antara lain terus menerus berada dalam naungan
zikir atau ingat selalu kepada Tuhan dan terus menerus menghindarkan diri
dari sesuatu yang melupakan Tuhan.5
Dengan demikian kiranya dapat diketahui bahwa yang dimaksud
dengan :
Tarekat adalah jalan yang bersifat spiritual bagi seorang sufi yang di
dalamnya memuat amalan-amalan ibadah yang dapat mempertemukan
seorang hamba dengan Tuhannya dengan menyebut nama Allah serta
sifat-sifatnya yang disertai dengan penghayatan yang mendalam. Amalan
dalam tarekat ini di tujukan untuk memperoleh hubungan sedekat mungkin
dengan Tuhan. 6
Sebagai awal munculnya tarekat, tashawuf pada waktu itu telah
mencapai tujuan zaman keemasannya pada abad ketiga dan keempat Hijriyah.
Dari zaman inilah timbul beberapa tarekat yang menurut Hujwiri dalam
kitabnya Kasyf al-Mahjub ada 10 :
1. Al – Muhasibiyyah dinisbatkan kepada Al-Harist ibn As’ad Al-Muhasibi
2. Al – Qassariyyah dinisbatkan kepada Hamdan ibn Ahmad al-Qassar
3. Al – Taufuriyyah dinisbatkan kepada Abu Yazid taifur ibn Isa al-Bistami
4. Al – Junaydiyyah dinisbatkan kepada Abu Qasim al-Junayd al-Bagdadi
5. Al – Nurriyyah dinisbatkan kepada Abu Husein al-Nurri
6. As – Sahliyah dinisbatkan kepada Sahl ibn Abdullah al-Tasturri
7. Al – Hakimiyyah dinisbatkan kepada Abdullah Muhammad ibn al-Hakimi
8. Al – Kharazjiyyah dinisbatkan kepada Abu said al – Kharaz
9. Al – Khaffiyyah dinisbatkan kepada Abu Abdullah Mahmud ibn Khaff
5 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta 200) h. 270
6 Ibid, h. 271
xix
10. Al – Sayriyyah dinisbatkan kepada Abu Abbas al – Sayyar.
Tarekat di atas adalah sebagian tarekat yang termashur pada zaman
keemasan Islam. Mereka telah mewariskan banyak petuah kerohanian yang
sangat berharga bagi kehidupan kesuffian dan juga berbeda dengan penafsiran
yang dikenal dengan penafsiran lahiriyah seperti yang terdapat di kalangan
fuqoha dan ulama kalam.
Selanjutnya tarekat yang dimaksud penulis adalah Tarekat Idrisiyah,
kegiatan tarekat Idrisiyah dirasakan keberadaannya bukan hanya di Kota-kota,
tapi juga sampai ke wilayah pedesaan. Pengikut tarekat inipun sangat
bervariasi mulai dari kalangan Cendikiawan, Pengusaha dan Politisi, laki-laki
dan perempuan, tua dan muda, serta meliputi banyak profesi lainnya
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
sebuah penelitian ilmiah yang akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan
judul “Dakwah dan Tarekat” (Analisis Majlis Taklim Al-Idrisiyah Melalui
Tarekat di Batu Tulis Gambir Jakarta Pusat ).
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Melihat banyak dan maraknya bentuk tarekat yang berkembang pada
saat ini, maka penulis hanya memfokuskan dan memberi arah yang tepat
dalam penulisan skripsi ini, pada Unsur-unsur dakwah pada Tarekat Idrisiyah,
aktivitas dakwah Tarekat Idrisiyah di majlis taklim Al-Idrisiyah Batu tulis
Gambir Jakarta Pusat.
Adapun perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
xx
1. Bagaimana unsur-unsur Dakwah pada Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim
Al-Idrisiyah?
2. Bagaimana aktivitas Dakwah Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-
Idrisiyah Batu tulis Gambir Jakarta Pusat?
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dakwah Terekat Idrisiyah di
Majlis Taklim Al-Idrisiyah?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk memberikan kejelasan tentang bagaimana unsur-unsur Dakwah
pada Tarekat Idrisiyah, Bagaimana aktivitas dakwah Tarekat Idrisiyah di
Majlis Taklim Al-Idrisiyah, dan apa saja faktor pendukung dan penghambat
dakwah Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyah Batu tulis Gambir
Jakarta Pusat.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
a. Kegunaan Akademis
Kajian tentang dakwah melalui tarekat ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi positif bagi perkembangan dakwah Islam dewasa
ini, khususnya bagi mahasiswa untuk terus menerus mengembangkan dan
melakukan penelitian lanjutan. Sehingga apabila hal itu dilakukan,
xxi
tentunya akan memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi
perkembangan dakwah Islam yang lebih aktual.
b. Kegunaan Praktis
Harapan penulis, dengan dilakukannya penelitian ini dapat
menambah ilmu dan memperluas wawasan tentang bagaimana kita dapat
menerapkan ajaran-ajaran Islam secara totalitas dan murni dalam
kehidupan sehari-hari, tanpa harus ketinggalan zaman walaupun telah
berada di zaman yang penuh dengan kemajuan teknologi dan informasi.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis telah mengadakan
tinjauan pustaka di perpustakaan yang terdapat di Fakultas Dakwah maupun di
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah.
Menurut pengamatan penulis, dari hasil observasi yang telah penulis
lakukan ternyata ada dua orang yang telah melakukan penelitian dan penulisan
tentang dakwah tarekat, yaitu:
1. Yulianah, KPI angkatan Tahun 2000 yang menulis skripsi dengan judul:
“Tarekat Sebagai Media Dakwah”(Studi Tarekat Hizib Nadhatul Wathon
di Pondok Pesantren Ash-Shaulatiayyah Nahdatul Wathon, Larangan
Cileduk ).
2. Fahmi, KPI angkatan 2002 yang menulis skripsi dengan judul: Dakwah
Islam Melalui Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Pondok Pesantren
Zawiyah Al-Khoeriyah Ciampea Bogor Jawa Barat.
xxii
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwasannya belum ada
seorang penulispun yang membahas dan menuliskan skripsi seperti penulis buat,
yaitu tentang Dakwah yang dilakukan Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-
Idrisiyah. Dan skripsi ini tentu berbeda dengan skripsi yang lainya.
Untuk itulah penulis tertarik untuk membahas dan mengkaji secara rinci
mengenai Tarekat Idrisiyah yang berkaitan dengan proses Dakwah yang telah
berkembang seluruh aktivitas kegiatannya, yang selanjutnya dapat disimpulkan
dengan judul: “Dakwah dan Tarekat” (Analisis Majlis Taklim Al-Idrisiyah
Melalui Tarekat di Batu Tulis Gambir Jakarta Pusat )
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini penulis
menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Bogdan dan
Taylor yang dikutip dari buku “Metodologi Penelitian Kualitatif”, metode
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis, dan perilaku yang dapat diamati.7 Deskriptif
yaitu suatu metode yang membahas permasalahan dengan cara
memaparkan atau menguraikan terlebih dahulu dengan pokok masalah
secara teoritis.
2. Lokasi Penelitian
7 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002), Cet 17, h. 3
xxiii
Jln. Batutulis XIV, No.4-5, Kelurahan Kebon Kelapa, Kecamatan Gambir,
Jakarta Pusat.
3. Teknik Pengumpulan Data.
a. Obeservasi.
Observasi berarti pengamatan dan pencatatan dengan sistematik
terhadap fenomena yang diselidiki.8 Dalam hal ini penulis melakukan
pengamatan secara langsung terhadap fenomena yang ada di Majlis
Taklim Al-Idrisiyah sebagai upaya memperkecil kemungkinan yang dapat
menghambat pelaksanaan penelitian.
b. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil tatap muka antara sipenanya
dengan si penjawab. Penulis menggunakan tekhnik wawancara berbentuk
wawancara mengenai Dakwah Tarekat Idrisiyah, dalam hal ini penulis
mewawancarai salah satu Pengurus Majlis Taklim Al-Idrisiyah yaitu Ustd.
Tatang Akhyar MD dan Pengurus Yayasan Al-Idrisiyah yaitu Ustd
Lukmana S.ag. Maksud dari wawancara ini adalah untuk mengetahui
bagaimana Dakwah yang dilakukan Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-
Idrisiyah, baik dari ajaran-ajaranya, aktivitas dakwahnya, dan yang
lainnya. Terutama untuk melengkapi data guna menjawab rumusan
masalah yang peneliti ajukan.
8 Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, (Yogyakarta : Andi Ofset, 1992), Cet. ke-2, h. 129
xxiv
Wawancara semacam ini dilakukan sedemikian rupa, sehingga
narasumber berbicara terus menerus, sedangkan pewawancara duduk
mendengarkan dengan baik dan diselingi dengan sesekali mengajukan
pertanyaan.9 Wawancara ini bersifat bebas dan terbuka. Peneliti bertanya
kepada narasumber, kemudian dapat dijawab secara bebas tanpa terikat
pada pola-pola tertentu.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan tertulis tentang berbagai kegiatan
atau peristiwa pada waktu yang lalu. Data-data diperoleh melalui
dokumen-dokumen yang berupa catatan formal, buku-buku, artikel,
majalah, Koran, dan bahan informasi lainya yang memiliki relefansi
dengan masalah penelitian serta dapat memperkaya dan mempertajam
analisa analisis ini.
Sumber-sumber data yang terdapat dalam penelitian ini berasal dari
sumber tertulis10 seperti buku-buku yang pernah diterbitkan oleh Yayasan
Tarekat Al-Idrisiyah yaitu: Buku yang berjudul Biografi Tokoh-tokoh Al-
Idrisiyah, Hadiqotur Riyahin, Mengenal Tarekat Idrisiyah Sejarah dan
Ajaranya, Haramnya Tembakau, dan buku Memahami Argumentasi Cadar
atau Burgho. Melalui Koran atau majalah yang membahas tentang
Aktivitas dakwah Tarekat Idrisiyah dan pemahaman-pemahaman
mengenai ajaran-ajaran Tarekat Idrisiyah. Ataupun melalui Web site resmi
Tarekat Idrisiyah yaitu “www.al-idrisiyyah.com”.
d. Analisa Data
9 Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. h. 137-138
10 Ibid, h. 161.
xxv
Analisa data dalam penelitian ini lebih bersifat deskriftif kualitatif,
yaitu setelah data dikategorisasikan dan diklasifikasikan sesuai aspek data
yang terkumpul lalu diinterpretasikan secara logis. Dengan demikian akan
tergambar sejauh manakah keefektifan dakwah yang diselenggarakan
melalui tarekat, dengan melihat data-data yang diperoleh penulis melalui
observasi dan wawancara, setelah itu disusun dalam laporan penelitian.
Selanjutnya di dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan
buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah ( penulisan Skripsi, Tesis dan
Disertasi) yang berlaku untuk seluruh UIN, STAIN, Pertais dan sejenisnya
yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and
Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan
dalam penulisan ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan penulisan
ini ke dalam lima bab. Dimana masing-masing bab dibagi ke dalam sub-sub
dengan rincian sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN, memuat: Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan
Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, Sistematika
Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORITIS, memuat : Pengertian Dakwah, Unsur-
unsur Dakwah, yakni Dai’, Mad’u, Metode dakwah, Materi
Dakwah dan Media Dakwah. Pengertian Tarekat, Tujuan Tarekat
dan Macam-macam Tarekat.
xxvi
BAB III GAMBARAN UMUM MAJLIS TAKLIM AL-IDRISIYAH,
memuat: Majlis Taklim Al-Idrisiyah, Latar belakang Berdirinya
Majlis Taklim Al-Idrisiyah, Tujuan Majlis Taklim Al-Idrisiyyah
Sruktur Organisasi, Sejarah lahir dan berdirinya Tarekat Idrisiyah
di Indonesia, Ajaran-ajaran Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim
Al-Idrisiyah, dan Sarana dan Prasarana Majlis Taklim Al-
Idrisiyah.
BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN, memuat tentang :
Unsur-unsur Dakwah Pada Tarekat Idrisiyah, Aktivitas Dakwah
Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyah, Faktor
Pendukung dan Penghambat Dakwah Tarekat Idrisiyah di Majlis
Taklim Al- Idrisiyah.
BAB V PENUTUP: Kesimpulan dan Saran.
xxvii
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Tinjauan Umum Tentang Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Secara etimologis kata dakwah berasal dari Bahasa Arab, yaitu dari
kata da’a, yad’u, da’watan, yang mengandung arti panggilan, ajakan, atau
seruan.11
Sedangkan dalam kamus Al-Munir diambil dari kata memanggil ia,
menyeru ia akan dia.12
Sedangkan secara terminologi pengertian dakwah yang dikemukakan
oleh Para Ulama adalah sebagai berikut:
a. Menurut pendapat Toha Yahya Oemar, Dakwah adalah mengajak
manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan
perintah tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia dan
akherat.13
b. Pendapat Bakhial Khauli yang dikutip oleh Ghazali Darussalam,
“Dakwah adalah satu proses menghidupkan peraturan-peraturan Islam
dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan
yang lain.14
11 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1998), h. 127
12
Ahmad Warsan Munawar, Al-Munir: Kamus Arab-Indonesia, ( Surabaya: Progresif,
1993 ), Cet. Ke 1, h. 27.
13
Toha Yahya Oemar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), Cet. Ke 5, h. 1
14
Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, (Malaysia: Nur Niaga, 1996),
Cet 1. h. 10
xxviii
c. Menurut Jamaluddin Kafie, Dakwah adalah sebagai suatu strategi
menyampaikan nilai-nilai Islam kepada ummat manusia demi taat
kehidupan yang imani dan realitas hidup yang Islami.15
d. Prof. Dr. M. Quraish Shihab mendefinisikan bahwa Dakwah adalah
sebagai seruan atau ajakan kepada keinsyafan, atau mengubah situasi
kepada situasi yang lebih baik dan sempurna.baik terhadap pribadi
maupun kelompok serta kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan
tata hidup bersama dalam rangka pembangunan bangsa dan umat
manusia.16
e. Adapun menurut Asmuni Syukir, pengertian dakwah adalah sebagai
berikut:
1. Dakwah adalah usaha atau proses yang diselenggarakan dengan
sadar dan terencana.
2. Usaha yang dilakukan adalah mengajak manusia kejalan Allah,
memperbaiki situasi yang lebih baik.
3. Usaha tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan tertentu,
yakni hidup bahagia sejahtera di dunia maupun di akhirat. 17
Dari pengertian Dakwah tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwasanya dakwah adalah usaha untuk menyeru atau mengajak manusia
kepada jalan yang di ridhoi oleh Allah SWT, melalui cara atau methode
15
Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Indah, 1993), h. 29
16
Quraish Syihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Pesan Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, ( Bandung: Mizan, 1998), Cet ke-17, H. 194.
17 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Islam, Surabaya, 1983), h. 21
xxix
tertentu supaya terwujud suatu pengamalan ajaran-ajaran Islam dengan baik
dan benar agar mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akherat.
2. Unsur-unsur Dakwah
Berbicara tentang dakwah tidak akan lepas dengan apa yang disebut
dengan unsur-unsur dakwah. Adapun unsur-unsur dakwah terdiri dari:
a. Da’i
Da’i adalah orang yang melakukan dakwah.18
Atau dapat diartikan
sebagai orang yang menyampaikan pesan dakwah kepada orang lain
(mad’u). Seorang dapat dikatakan da’i apabila secara keilmuan ia sudah
menguasai tentang ajaran-ajaran Islam. Dari segi wawasan, intelektual,
pengamalan spiritual, sikap mental dan kewibawaannya. Seorang yang
disebut da’i biasanya akan terlebih matang ilmunya dibandingkan dengan
mad’unya.19
Menurut Siti Muriah, da’i dibedakan menjadi dua bagian yaiu :
a. Da’i dalam pengertian umum yakni seluruh pribadi muslim
menjadi da’i dalam dakwah Islamiyah.
b. Da’i dalam pengertian khusus yakni seseorang atau sekelompok
orang yang menekuni ajaran Islam kemudian menyampaikan
ajaran tersebut dalam bentuk penerangan, pendidikan serta
peringatan-peringatan dengan tujuan agar orang yang menerima
(mad’u) benar-benar dapat berbuat atau bertingkah laku sesuai
dengan petunjuk al-Qur’an dan as-Sunnah.20
18
Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: PT Ikhtiar Bar Van ouve, 1992), jilid. 2, h. 137
19
Asep Muhyidin, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: Pustaka setia, 2002) h.
125
20
Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2000),
Cet. Ke-1, h. 24
xxx
b. Mad’u
Mad’u dapat diartikan sebagai orang atau kelompok yang lazim
disebut dengan jama’ah yang sedang menuntut ajaran agama dari seorang
da’i..
Menurut A. Hasanuddin objek dakwah atau mad’u adalah orang
yang diseru, dipanggil, diundang, atau diajak.21 Sedangkan menurut
Mashyur Amin objek dakwah terfokus hanya pada perorangan, keluarga,
masyarakat, dan umat manusia seluruhnya.22
Seorang da’i akan
menjadikan mad’u sebagai objek bagi transpormasi keilmuan yang
dimilikinya.
c. Metode dakwah
Kata metode berasal dari bahasa Yunani, yakni “Methodus yang
mengandung arti cara atau jalan”.23 Di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia kata metode mengandung arti “cara yang teratur dan berfikir
baik-baik untuk maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya), cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan”.24
21 A. Hasanudin, Rhetorika Dakwah dan Publisitas dalam Kepemimpinan, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1982), h. 38
22
M. Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta : al-Amin Press,
1997), h. 11
23
Prent, Kamus Latin-Indonesia, (Jogjakarta: Kanisius, 1969), h. 232
24
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1986), Cet.
Ke-9, h.649
xxxi
Methode dakwah artinya cara-cara yang dipergunakan oleh seorang
da’i untuk menyampaikan materi dakwah. Adapun metode dakwah yang
sering dilakukan da’i dalam berdakwah anatara lain :
1) Dakwah bi al-Hikmah
Metode Hikmah mengadung makna yang sangat luas. Kata al-
Hikmah sendiri di dalam al-Qur’an dalam berbagai bentuk ditemukan
sebanyak 208 kali. Secara harifyah kata hikmah mengandung makna
“kebijaksanaan yang sedemikian rupa”, sehingga pihak objek dakwah
mampu melaksanakan apa yang di dakwahkan, atas kemauan sendiri tidak
ada paksaan, konflik, maupun rasa tertekan”.25
Dalam kegiatan dakwah
metode hikmah muncul dalam berbagai bentuk, yakni “Mengenal Strata
Mad’u, kapan harus berbicara, kapan harus diam, mencari titik temu,
toleran tanpa kehilangan shibghah, memilih kata yang tepat, cara berpisah,
uswatun hasanah, dan lisanul hal.”26
Dakwah dengan metode bil hikmah dapat memancing seseorang
untuk mau mengikuti. Setiap mad’u akan terlena karena kebijaksanaan
seorang da’i dalam menyampaikan ajaran Islam dan mengajak kepada
kebenaran.
2) Dakwah bi al-Mau’idzoh hasanah atau Nasehat yang baik.
Berdakwah dengan memberikan nasehat-nasehat atau
menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga
25
Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta : Pustaka Panji Mas, 1983), h. 321
26
M. Yunan Yusuf , Dalam Seminar dan Launching Buku Optimalisasi Dakwah dalam
Meningkatkan Reguinitas Umat, (Jakarta : Rahmat Semesta, Februari 2004), h.7
xxxii
nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati
mad’u.27
Nasehat-nasehat dakwah yang disampaikan kepada mad’u harus
dapat dirasakan bukan atas paksaan dari orang lain, akan tetapi lahir dari
keinginan diri untuk mau berubah ke arah yang lebih baik.
3) Dakwah bi al-Mujaddalah
Mujaddalah yaitu “bertukar pikiran untuk mendorong agar berpikir
secara tepat dan benar dengan cara yang lebih baik”.28
Beberapa bentuk
metode mujadalah antara lain dakwah dengan lisan, tulisan, seni, dan bil-
hal. Dakwah dengan lisan berupa ceramah, seminar, symposium, diskusi,
khutbah, saresehan, dan lain-lain. Dakwah dengan tulisan berupa buku,
majalah, surat kabar, spanduk, pamplet, dan lain-lain.
d. Media dakwah
Media dakwah merupakan separangkat alat yang dipergunakan
untuk menyampaikan materi dakwah. Menurut Hamzah Yakub, macam-
macam media dapat digolongkan menjadi lima jenis yaitu lisan, tulisan,
lukisan, audio visual dan akhlak”.29 Setelah menyiapkan materi dan objek,
langkah selanjutnya adalah mempersiapkan media, media apa yang hendak
dipergunakan oleh da’i untuk menyampaikan isi pesan materinya. Apakah
media mimbar, cetak atau media elektronik dan lain sebagainya, sesuai
dengan bidang dan kehaliannya.
27
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana 2004), cet. Ke 1. h. 136
28
Said bin Ali al-Qhatani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta : Gema Insani Press,
1994), Cet. Ke-1, h. 10
29
Hamzah Yakub, Publisistik Islam ; Tekhnik Dakwah dan Leadership, (Bandung : CV.
Di Ponogoro, 1982), Cet. Ke-2, h. 13
xxxiii
e. Materi Dakwah
Materi dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan oleh
da’i pada mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi materi
dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Sebab semua ajaran Islam yang
sangat luas itu bisa dijadikan materi dakwah islam. Akan tetapi, ajaran
Islam yang dijadikan materi dakwah pada garis besarnya dapat
dikelompokan sebagai berikut:
a. Aqidah yang meliputi rukun iman
b. Syari’ah yang meliputi: Ibadah (Shalat, Zakat, Puasa, haji) dan
Muamallah (Hukum perdata dan hukum publik)
c. Akhlak, yaitu meliputi: akhlak terhadap khalik dan akhlak terhadap
makhluk.30
Adapun sumber materi dakwah adalah bersumber pada al-Qur’an dan
Al-Hadits, karena keduanya sudah diyakini kebenaranya bagi setiap tindakan
manusia. Oleh karena itu, materi dakwah juga meliputi hampir semua bidang
kehidupan manusia.31 Sehingga bisa dipastikan tidak ada satu bagianpun dari
aktifitas muslim yang terlepas dari materi-materi dakwah tersebut.
30
Aziz, Ilmu Dakwah, h. 94
31
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Cahaya Media Pratama, 1997), Cet. Ke-
18, h. 43
xxxiv
B. Tinjauan Umum Tentang Tarekat
1. Pengertian Tarekat
Secara etimologis kata tarekat menurut bahasa Indonesia memiliki
banyak arti yaitu jalan, cara, aturan atau petunjuk.32 Sedangkan menurut
istilah, Tarekat berarti perjalanan seorang salik (Pengikut tarekat) menuju
Tuhan dengan cara mensucikan diri atau perjalanan yang harus di tempuh oleh
seseorang untuk dapat mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Tuhan.33
Banyak para ahli yang telah mengemukakan definisinya masing-
masing tentang tarekat, sebagaimana yang dikutip oleh KH. Noer Iskandar Al-
Basrani, MA:
a. Harun Nasution
Tarekat adalah jalan yang harus ditempuh seorang sufi dengan tujuan
berada sedekat mungkin denganTuhan.
b. E. St. Harahap Tarekat adalah jalan menuju kebenaran, ilmu kebajikan agama,
persaudaraan dalam kebaktian pada kerohanian. c. Abu Bakar Atceh
Tarekat artinya jalan petunjuk dalam pelaksanaan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi dan
dikerjakan oleh sahabat dan tabi’in, secara turun temurun sampai kepada guru-guru, sambung menyambung dan rantai berantai.
d. Syekh Al-Jurjani
Tarekat adalah jalan atau tingkah laku tertentu bagi orang-orang yang
berjalan (beribadah) kepada Allah dengan melalui perantara (manajil)
dan meningkat kepada tingkatan yang lebih tinggi (maqomat).34
32
Poerwadarminta, Kamus Indonesia, (Jakarta : Balai Kota 1982), h. 20
33
Ensikopedi Islam, (Jakarta. PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve, vol. 4, 1997), h. 66
34
Noer Iskandar Al-Basrani, Tashawuf Tarekat dan Para Sufi, (Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 1996), Cet. Ke 1, h. 91
xxxv
2. Tujuan Tarekat
Tujuan tarekat adalah mengingat kepada Allah Swt yang dilakukan
secara terus menerus (istiqamah) di setiap waktu dan kesempatan agar
apresiasi cinta seseorang kepada Tuhanya dapat terealisasikan melalui zikir
(mengingat Allah).
Sedangkan tujuan yang lainnya adalah sebagai berikut :
a. Dapat melatih jiwa dan memerangi hawa nafsu serta dapat
membersihkan diri dari sifat-sifat tercela dan diisi dengan sifat-sifat
terpuji melalui perbaikan budi pekerti dalam berbagai seginya.
b. Selalu dapat mewujudkan rasa ingat kepada Allah Dzat yang Maha
Besar dan Maha Kuasa atas segala-galanya melalui jalan wirid dan
zikir yang serta dibarengi dengan bertafakur yang secara terus menerus
dilakukan.
c. Akan timbul rasa takut yang hadir dalam diri seeorang akan perbuatan
yang selalu menyebabkan lupa kepada Allah.
d. Dapat melihat rahasia dibalik tabir cahaya Allah dan Rosul-Nya secara
terang benderang.
e. Akan memperoleh pengetahuan tentang hal-hal yang sebenarnya
menjadi tujuan hidup yang hakiki yaitu Makrifatullah.35
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwasanya dengan
bertarekat seseorang akan memperoleh hasil berupa ketenangan jiwa serta
mendapat bimbingan langsung dari Mursyidnya melalui ziki-zikir yang selalu
35 Ibid h. 10
xxxvi
dilantunkan di setiap waktu dan kesempatan. Dengan begitu seluruh rahasia
tabir kehidupan yang menjadi rahasia Allah akan tersingkap secara bertahap.
3. Macam-macam Tarekat
Menurut Jumhur Ulama pada abad sekarang ini terdapat 41 macam
tarekat, masing-masing mempunyai Syekh, kaifiat, zikir, dan upacara ritual.
Di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Tarekat Qadiriyyah
Tarekat ini didirikan oleh Syeikh Abdul Qadir Zailani. Nama
lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad Muhyiddin Abdul Qadir bin Musa
bin Abdullah bin Husna Al-Jailani. Pengikut tarekat Qadiriyah memegang
prinsip tasamuh, toleransi, sebab Syeikh Abdul Qadir Jailani menegaskan
kepada mereka: “kita tidak hanya mengajak diri sendiri tetapi juga mengajak
semua mahkluk Allah supaya seperti kita”.
Pokok Tarekat Qadiriah ada lima yaitu :
1) Tinggi cita-cita
2) Menjaga segala yang haram
3) Memperbaiki hidmat Tuhan
4) Melaksankan tujuan baik
5) Memperbesar karunia Tuhan 36
36
Abu Bakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat: Kajian Historis tentang Mistik (Solo,
Ramadhani, 1998) , h. 5
xxxvii
b. Tarekat Syadziliah
Tarekat ini didirikan oleh Syeikh Abu Hasan bin Abdul Jabbar bin
Hormuz Asy Syadizili Al Magribi Al Husaini Al Idrisi, keturunan Hasan bin
Ali bin Abi Thalib.
Pokok ajaran tarekat ini adalah :
1) Taqwa kepada Tuhan secara lahir dan batin
2) Mengikuti sunah dalam perkataan maupun perbuatan
3) Mecegah dengan menggantungkan nasib kepada manusia
4) Rela dengan pemberian Tuhan dalam sedikit maupun banyak
5) Berpegang kepada Tuhan pada siang dan malam.37
c. Tarekat Tijaniah
Tarekat ini didirikan oleh Sayyid Abu Abas Ahmad bin Muhammad
bin Mukhtar bin Ahmad Syarif At Tijani. Tarekat ini menganut prinsip
tasamuh dan toleransi. Ajaran terekat Tijaniah ini amat sederhana diantaranya
berupa wirid yang ringan dan wadhifah (ajaran) yang mudah dipraktekkan
oleh para pengikutnya. Menurut keterangan Fazlur Rahman, terekat Tijaniah
menyederhanakan sebagian besar upacara keagamaan dan memberi penekanan
yang lebih besar terhadap niat dan semua perbuatan yang baik. Dan ini pula
yang membantu keberhasilannya menarik simpati para calon dan pengikut.38
37
Ibid. h.11
38
Noer Iskandar Al-Basrany, Tasawuf Tarekat dan Para Sufi, (Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 1996), Cet. Ke-1, h. 94
xxxviii
d. Tarekat Sanusiah
Terekat ini didirikan oleh Syeikh Abu Ahmad bin Ali Sanusi. Dasar
terekat ini adalah ajaran Islam dan lapangan kerjanya mendidik umat supaya
dapat mengendalikan hawa nafsu untuk keselamatannya dari dunia dan
akhirat.39
e. Tarekat Rifai’iah
Tarekat ini didirikan oleh Syeikh Abu Ahmad bin Abu Al Hasan Ar-
Rifa’i. Beliau adalah kemenakan dari Abdul Qadir al-Jailani dan kelahiran
tarekatnya pun hampir bersamaan dengan kelahiran Tarekat Qadiriyah.
Adapun tentang ajaran Tarekat Rifa’iyah ini, Sayyid Mahmud Abu al-
Fadl al-Manufi menerangkan bahwa Tarekatnya dibina atas tiga dasar yaitu :
1) Tidak meminta (sesuatu)
2) Tidak menolak dan
3) Tidak menunggu.
Al-Sya’rani meriwayatkan bahwasanya ajaran Tarekat Rifa’iyah
tentang asketisme. Ini adalah landasan hal (egnosis) yang diridhai dan maqam
yang disunnahkan.40
f. Tarekat Sahwardiah
Tarekat ini didirikan oleh Syeikh Abu Hasan bin Al Sahrawardi (490-
563 H) dan anak saudaranya Syihabudin Abu Hafidz al-Shuhwardi al-Bagdadi
(536-632).
39
Ibid, h. 93
40 Ibid, h. 94
xxxix
Shuhrawardi adalah seorang penganut aliran Sunni, sehingga
pandangannya berbeda dengan tasawuf falsafi. Baginya ma’rifah adalah
menaruh kebenaran kepada perbuatan Allah. Ia diawali dengan menaruh
amalan-amalan kemudian meningkat ke ahwal, dapat meningkatkan kecintaan
kepada Allah Swt. Suatu cinta yang bergerak tiap detik dan hidupnya
sepanjang masa. Jiwa dan badan bergerak dan berdiri dengan Allah dan sujud
dihadapan-Nya. Jika hati sudah bersujud dan jiwa sudah tesungkar, maka
terjadilah Mahabbah (kecintaan) antara Allah dengan manusia. Seluruh bagian
badannya, tergetar dan hidup merasakan kelezatannya dengan berzikir kepada
Allah.41
g. Tarekat Sammaniyah
Tarekat ini didirikan oleh Syekh Muhammad Samman atau dikenal
dengan nama Syekh Siddiq al-Madani (1189-1720) di Madinah.
Tentang ajaran Sammaniyah ini oleh Abu Bakar Atjeh disebutkan
diantaranya :
1. Memperbanyak shalat dan zikir
2. Berlemah lembut kepada fakir miskin
3. Jangan mencintai dunia
4. Menukarkan akal Basyariyah (kemanusian) dengan akal
Rabbaniyah (ketuhanan)
41
Ibid, h. 95
xl
5. Bertauhid kepada Allah dalam Dzat, Sifat, dan Af’al
(perbuatanya).42
h. Tarekat Mu’tabarrah al-Nahdliyah
Terekat ini pada dasarnya bukanlah nama sebuah aliran tarekat
sebagaimana institusi-institusi tarekat lainnya. Ia merupakan nama sebuah
badan fedarasi di bawah organisasi massa Indonesia bernama Jam’iyyah
Nahdlatul Ulama.
Mengingat berdirinya badan federasi tersebut pada dasarnya adalah
atas prakarsa para ulama pimpinan tarekat, terutama yang duduk dalam
kepemimpinan NU, maka menjadi sebuah kebiasaan bahwa pimpinan tertinggi
badan federasi itu selalu para kiyai ternama selain menjadi Mursyid tarakat
tertentu, juga memimpin pesantren besar ternama pula. Pada waktu itu mereka
yang duduk dalam pimpinan tertinggi badan federasi antara lain :
1. K.H. Baidlawi
2. K.H. Ma’sum
3. K.H. Hafidh
(Ketiganya adalah pemimpin pesantren Lasem, Rembang, Jawa
Tengah)
4. K.H. Muslih (Mranggen, Semarang)
5. K.H. Adlan Ali (Tebuireng, Jombang Jawa Tengah)
6. K.H. Arwani (Kudus, Jawa Tengah).43
42
Abu Bakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat: (Solo, Ramadhani, 1998) , h. 7
43 Noer Iskandar Al-Basrany, Tasawuf Tarekat dan Para Sufi, h. 97
xli
Sekarang ini, ketua umum badan federasi tersebut diduduki oleh Habib
Luthfi, Pekalongan, Jawa Barat.
i. Tarekat Naqsabandiyah
Tarekat ini didirikan oleh Syekh Bahauddin an-Naqsabandy. Dasar
tarekat ini adalah :
1) Memegang teguh I’tiqad Ahlusunnah
2) Membiasakan rukhsah dan membiasakan kesungguhan
3) Senantiasa muqorabah
4) Meninggalkan kebimbangan dunia dari selain Allah
5) Hudur terhadap Allah
6) Mengisi diri (tahalli) dengan segala sifat-sifat yang berfaedah dari ilmu
agama
7) Mengihlaskan zikir
8) Menghilangkan kealfaan terhadap Allah
9) Berakhlak seperti Nabi Muhammad
Syarat-syarat untuk memasuki tarekat ini adalah :
1) I’tiqad yang sah
2) Taubat yang sungguh-sungguh
3) Menunuaikan hak orang
4) Memperbaiki kezaliman
5) Mengalah dalam perselisihan
6) Teliti dalam beradab dan sunnah
7) Memilih amal menurut syariat yang sah
xlii
8) Menjauhakan diri dari yang munkar dan bid’ah44
j. Tarekat Haddadiah
Tarekat ini didirikan oleh Syekh Abdullah Ba’lawi Haddad. Ia lahir di
Tarim, sebuah kota yang terletak di Hadramaut (1044). Ia pengarang Ratib
Haddad dan dianggap sah sebagai seorang wali qutub dan Arifin dalam ilmu
tasawuf. Ia juga banyak mengarang kitab-kitab dalam ilmu tasawuf, di
antaranya adalah kitab yang berjudul Nasahidud Diniyah (Naseha-nasehat
Agama), dan Mu’awanah fi suluk Thariq Akhirah (Panduan Mencapai Hidup
Akhirat)45
k. Tarekat Idirisiyah
Tarekat ini adalah salah satu organisasi tarekat yang mulai
berkembang di Indonesia sejak tahun 1930. Orang yang pertama
memperkenalkanya adalah Syekh Akbar Abdul Fatah (1884-1947), satu-
satunya murid asal Indonesia yang mendapatkan bimbingan langsung dari
Syekh Akbar Ahmad Syarif as-Sanusi al-Khatabi di Jabal Abu Qubais,
Mekkah. Tarekat Idrisiyah pertama kali di dirikan oleh Syarif Ahmad bin
Idris’ Ali al-Mashishi al-Yamkhi al-Hasmi (1760-1837 M) pada awal abad 19
M. Tidak sebagaimana lazimnya, penamaan Idrisiyah bukanlah disandarkan
pada nama pendirinya, melainkan pada nama ayah dari pendirinya. Bahkan
bila dirunut lebih jauh lagi, Tarekat Idrisiyah sudah tumbuh sejak abad ke-18
M dengan peletak dasarnya adalah Syekh Abdul Aziz Ad-Dabbagh (1717 M).
44
Ibid, h. 84
45 Ibid, h. 99
xliii
Sebelum dinamakan Tarekat Idrisiyah, Tarekat Idrisiyah bernama
Tarekat Sanusiah yang didirikan oleh Muhammad Ali As-Sanusi. Dari beliau,
tongkat kepemimpinan Tarekat Sanusiah kemudian dilimpahkan kepada
putranya yang bernama Muhammad Al-Mahdi. Pada periode berikutnya,
Muhammad Al-Mahdi menyerahkan mandat kepada keponakanya yang
bernama Syekh Akbar Syarif As-Sanusi. Dari beliaulah Syekh Akbar Syekh
Abdul Fatah menerima pengajaran sekaligus mandat ”Khalifah” Tarekat
Sanusiah kemudian di bawa ke Indonesia oleh Abdul Fatah tahun 1930.
dikarenakan dan mengingat kondisi politik Indonesia pada saat itu tidak
kondusif untuk pengembangan dakwah Tarekat Sanusiah yaitu adanya
kecurigaan dari penjajah Belanda pada nama Sanusiah oleh karena
kesamaanya dengan gerakan perlawanan terhadap penjajahan bangsa barat
(Prancis) di Al-Jazair. Kemudian K.H. Abdul Fatah mengganti nama Tarekat
Sanusiah menjadi Tarekat Idrisiyah. Selanjutnya Bendera Tarekat Idrisiyah
inilah yang kemudian dikibarkan Syekh Abdul Fatah di Indonesia.46
46
Pengurus Yayasan Al-Idrisiyah, Mengenal Tarekat Idrisiyah, Sejarah dan Ajarannya,
(Jakarta : Al-Idirsiyah, 2003), h. 90
xliv
BAB III
GAMBARAN UMUM MAJLIS TAKLIM AL-IDRISIYAH
A. Majlis Taklim Al-Idrisiyah
1. Latar belakang Berdirinya Masjid Taklim Al-Idrisiyah
Majlis Taklim Al-Idrisiyah ini adalah salah satu cabang (Zawiyah) dari
Tarekat Idrisiyah yang paling besar dan paling tua di antara Zawiyah-zawiyah
yang lainya, dan sebagai Sekertariat Pusat Tarekat Idrisiyah di wilayah
Jabodetabek. Karena majlis taklim ini dirintis dan didirikan oleh Syekh Akbar
Abdul Fattah sebagai pembawa Tarekat Idrisiyah yang di bawah dari Jabal
Abi Gubais Mekkah Pada Tahun 1930. Majlis Taklim Al-Idrisiyah terletak di
wilayah Jakarta Pusat, tepatnya di Jln. Batutulis XIV, No 4-5, Juanda 3,
Kelurahan Kebon Kelapa, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat. Sedangkan pusat
dari Tarekat Idrisiyah itu sendiri bertempat di Pondok Pesantren Fathiyyah Al-
xlv
Idrisiyah (FADRIS), JL. Raya Ciawi, No 79, Pagendingan, Jatihurip,
Cisayong, Tasikmalaya, Jawa barat.47
Pada awal mulanya didirikan majlis taklim al-Idrisiyah ini berbentuk
bangunan rumah sederhana dan kecil, yang dijadikan tempat pengajian di
kalangan keluarga Syekh Akbar Abdul Fattah. Yang di tempati Majlis Taklim
Al-Idrisiyyah ini dulu merupakan hasil wakaf dari Para murid-murid Syekh
Akbar Abdul Fattah yang simpati dan setia kepada beliau. Dan kebanyakan
dari mereka adalah para Tokoh-tokoh dan jawara-jawara yang berpengaruh di
wilayah tersebut.
Sementara sebagian tokoh-tokoh dan para jawara yang pada awal
mulanya menolak ajaran tarekat Idrisiyah, seiring dengan waktu semakin
banyaknya jamaah tarekat Idrisiyah yang berdatangan dari berbagai daerah
dan wilayah ke Batutulis, dan pada akhirnya tokoh-tokoh dan jawara yang ada
di sekitar Batutulis bersimpati dan bergabung menjadi murid Syekh Akbar
Abdul Fattah.48
2. Tujuan Majlis Taklim dan Dzikir Al-Idrisiyyah
Tujuan berdirinya majlis taklim al-Idrisiyah adalah untuk
menyampaikan ajaran-ajaran Islam secara murni dan totalitas, dan sebagai
media untuk berdakwah dan ibadah yaitu menyampaikan nilai-nilai dakwah
47
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Tatang Akhyar MD Wakil Ketua Harian Majlis
Taklim Al-Idrisiyah, Jakarta 18 Juli 2007. 48
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Tatang Akhyar MD Wakil Ketua Harian Majlis
Taklim Al-Idrisiyah, Jakarta 18 Juli 2007.
xlvi
kepada orang banyak dan mengajak kepada manusia untuk beribadah kepada
Allah SWT melalui pendekatan dan ajaran Tarekat Idrisiyah.49
Pada intinya berdirinya majlis taklim dan Dzikir Al-Idrisiyah adalah
sebagai syi’ar dakwah, karena penyampaian dakwah pada masa dahulu
tantangannya berbeda dengan dakwah sekarang. Dan pada zaman dahulu
masih jarang ada majlis taklim. Walaupun ada, jaraknya sangat jauh sampai
puluhan kilometer bahkan ratusan kilometer yang berada di Jakarta. Walaupun
sudah ada masjid, belum tentu masjid tersebut ada majlis taklimnya. Selain itu
juga, tujuan lain dari didirikannya majlis taklim al-Idrisiyah ini adalah ingin
mengembangkan nilai-nilai agama dari sisi pendekatan yang berbeda. Dengan
menggunakan pendekatan tashawuf. Walaupun pada akhirnya sekarang
dikembalikan lagi kepada khittohnya (asalnya). Ilmu tashawuf itu adalah
Dinul Islam sendiri, dan Dinul Islam itu sendiri adalah rangkaian birokrasi
Ilahiah ( Sistem kepeminpinan yang berada di tarekat Idrisiyah).50
B. Struktur Organisiasi Majlis Taklim dan Dzikir Al-Idrisiyah
Organisasi merupakan kekuatan ummat yang disusun dalam kesatuan
dan berbentuk persatuan mental maupun spiritual serta fisik maupun materil di
bawah satu komando satu pimpinan, sehingga akan dapat melaksanakan tugas
49
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Tatang Akhyar MD Wakil Ketua Harian Majlis
Taklim Al-Idrisiyah, Jakarta 18 Juli 2007. 50
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Tatang Akhyar MD Wakil Ketua Harian Majlis
Taklim Al-Idrisiyah, Jakarta 18 Juli 2007.
xlvii
dengan lebih terarah, jelas motivasi, arah dan targetnya serta jelas tahapan
kegiatanya.51
Begitu pula dengan majlis taklim al-Idrisiyah yang dibawah naungan
Yayaan Tarekat Al-Idrisiyah, untuk menunjang kelancaran jalannya setiap
kegiatan dan pengelolaan yang ada di majlis taklim yang dimaksud, maka
dibentuklah struktur organisasi sebagai media kepengurusanya.
Dengan demikian, jika organisasi kepengurusan telah dibuat dan
diberlakukan untuk setiap pihak yang bersangkutan melalui wadah
musyawarah, maka kecil kemungkinan dalam pelaksanaan setiap kegiatan
akan mendapatkan kesulitan yang lebih besar.
Adapun struktur organisasi dari majlis taklim al-Idrisiyyah adalah
sebagai berikut:
SRUKTUR ORGANISASI MAJLIS TAKLIM
AL-IDRISIYAH 52
51
Tutty Alawiyah AS. Strategi Dakwah di Lingkungan Masjid Taklim. ( Bandung :
Mizan, 1997), Cet. Ke-1. h. 64 52 Dokumentasi Yayasan Al-Idrisiyah
Ketua Ir. Irfan Budiono
Sekretaris Faisal M. Daud
Almon Kalbuadi
Bendahara Abdullah Sidik
Romdoni S.Kom
Wakil Ketua Tabib Tatang Akhyar, MD
Kabid Peribadatan dan Dakwah
Akhmad Sholeh, S.Ag
Kabid Pendidikan dan Pengembangan SDM
TB. Tatang Akhyar. MD
Kabid Perekonomian dan Kesejahteraan
Herizal, S.E
Kabid Umum Cecep Syarif Hidayatullah
DKM Ruslan
Keanggotaan dan Kaderisasi
Luthfi M.Ag
Kozis Almon Kalbuadi, S.T
Pelayanan Masyarakat Drs. Hayumi Jam’un
xlviii
STRUKTUR YAYASAN AL-IDRISIYYAH.53
53 Dokumentasi Yayasan Al-Idrisiyah
Majlis Taklim M. Fakhrurrozi, M.T
Pendidikan Ir. Ubun Bunyamin
Koperasi / Tenaker Yuki Ariawan
Humas / Hal Drs. Hayumi Jam’un
Media Elektronik
UU. Fatah Husain
Pemuda ORSB Dedi Sukmono Hartono
Jufri Imanto Subandi
Wakaf & Invent dan Aset
M. Yahya Sidik
Media Cetak
Zuftazani, B.A
Wira Usaha
Romdhoni
xlix
C. Sejarah Lahir dan Berdirinya Tarekat Idrisiyah.
Tarekat Idrisiyah adalah salah satu organisasi tarekat yang mulai
berkembang di Indonesia sejak tahun 1930-an. Orang yang pertama
memperkenalkanya tarekat ini adalah Syekh Akbar Abdul Fatah (1884-1947),
satu-satunya murid asal Indonesia yang mendapatkan bimbingan langsung dari
Syekh Ahmad Syarif as-Sanusi al-Khatabi di Jabal Abu Qubais, Mekkah.54
Sebelum dinamakan tarekat Idrisiyah, tarekat Idrisiyah bernama
tarekat Sanusiah yang didirikan oleh Muhammad Ali as-sanusi. Dari beliau,
tongkat kepemimpinan Tarekat Sanusiah kemudian dilimpahkan kepada
putranya yang bernama Muhammad Al-Mahdi. Pada periode berikutnya,
54
Yayasan Al-Idrisiyah, Mengenal Tarekat Idrisiyah, Sejarah dan Ajaranya, (Jakarta:Al-
Idrisiyah 2003) h. 90
l
Muhammad Al-Mahdi menyerahkan mandat kepada keponakannya yang
bernama Syekh Akbar Syarif As-Sanusi. Dari Syekh Akbar Syarif As-Sanusi
itulah, Syekh Akbar Syekh Abdul Fattah menerima pengajaran sekaligus
mandat”Khalifah”55
Tarekat Sanusiah kemudian dibawa ke Indonesia oleh K.H. Abdul
Fatah tahun 1932. Dia menerimanya dari Syekh Ahmad Syarif as-
Sanusi(1875-1933) di Jabal Abu Qubais (Mekkah). Kemudian mengingat
kondisi politik Indonesia pada saat itu tidak kondusif untuk pengembangan
Dakwah tarekat Sanusiah, yaitu adanya kecurigaan dari penjajah Belanda
terhadap nama Sanusiah oleh karena kesamaannya dengan gerakan
perlawanan terhadap penjajahan bangsa barat (Prancis) di Al-Jazair. Hal ini
sesuai dengan pendapat Prof. Husnul Aqib Suminto dalam bukunya yang
berjudul Politik Islam Hindia Belanda yang menulis:
Sejak lama dikalangan masyarakat Belanda di Indonesia telah terdapat rasa
ketakutan terhadap tarekat, karena mereka yakin bahwa gerakan tarekat
akan bisa di pergunakan oleh peminpin-peminpin panatik sebagai basis
kekuatan untuk memberontak. Kehkawatiran semacam ini nampak jelas
pada peristiwa Cilegon Banten 1888 dan peristiwa Garut 1919.56
Juga seperti yang diungkapkan Snouck Hurgroneye, penasehat
Pemerintah wilayah jajahan dalam wawasan agama, sebagaimana dikutip
Delier Noor :
55 Ibid.h. 92
56 Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda ( Jakarta : LP3ES, 1986 ). H. 64
li
Syekh dan pengikut-pengikutnya itu merupakan musuh yang sangat
berbahaya bagi kekuasaan Belanda, sekurang-kurangnya sama bahayanya
dengan orang-orang golongan Sanusi terhadap kekuasaan Prancis di Al-
zajair.57
Kemudian K.H. Abdul Fatah mengganti nama tarekat Sanusiah
menjadi tarekat Idrisiyah. Bendera tarekat Idrisiyah inilah yang kemudian
dikibarkan Syekh Akbar Abdul Fatah di Indonesia.58
D. Ajaran-ajaran Tarekat Idrisiyyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyah
Mengingat Tarekat itu sendiri merupakan bentuk praktis tashawuf,
maka aktifitas tarekat lebih dominan atau hanya menitik beratkan pada ajaran
dan praktek Sufistik
Adapun ajaran-ajaran Tarekat Idrisiyah yang dilaksanakan di Majlis
Taklim Al-Idrisyah adalah sebagai berikut:
1. Dimensi Eksoterik (satu fiqih)
Setiap aliran terekat mempunyai ciri khas dalam ajaran-ajarannya.
Ajaran tarekat Idrisiyah tidak hanya mengajarkan acara-acara ritual guna
ma`rifat kepada Allah, seperti dzikir, suluk atau yang lainnya, tetapi juga
menekankan pada masalah fiqh Islam bahkan dapat dikatakan tarekat ini telah
57
Delier Noor, Gerakan Modern Islam di Indonesia, ( Jakarta: LP3ES, 1994). h. 24
58
Untuk mendapatkan menyeluruh tentang sejarah dan berdirinya Tarekat Idrisiyah, bisa
di lihat dalam Buku Biografi Tokoh-tokoh Al-Idrisiyyah karangan Lukmana S Ag. Atau di Web
site resmi www.al-idrisiyyah.com tentang Tokoh Tarekat.
lii
membangun mazhab sendiri (satu fiqh, satu dzikir). Di antara ajaran tarekat
Idrisiyah dalam dimensi Eksoterik (Nahiyah Dhawahiri) adalah:
a. Pandangan Terhadap Mazhab
Sebagai pewaris tarekat Sanusiyah dan Idrisiyah, pendapat-pendapat
yang dianut oleh jama`ah tarekat Idrisiyah sebagian berasal dari pemikiran-
pemikiran yang dirintis dan dikembangkan oleh Ahmad bin Idris dan
Muhammad bin Ali as-Sanusi. Keduanya juga menyeru umat, terutama para
ulama, untuk melakukan ijtihad dan tidak bertaklid kepada mazhab yang
manapun.
Imam mazhab dalam tarekat Idirsiyah adalah Syeikh Akbar. Bahkan
Syekh Akbar bukan hanya imam dalam masalah syari`at
(fiqhiyyah/ushuliyyah) saja, namun juga secara lebih luas dalam masalah
thariqat dan haqiqat. Prinsip yang dipegang dalam menyelesaikan
permasalahan fiqh adalah Al-Muhafadatu ala qaulil qadim wal-akhdu bil qauli
syekh (mengakui pendapat/ijtihad ulama terdahulu namun mengambil
pendapat/ijtihad Syekh mursyid sekarang). Pendapat syekh merupakan
pendapat atau ijtihad yang harus diamalkan namun pendapat syeikh tersebut
tentunya banyak merujuk kepada pendapat ulama terdahulu.59
Mazhab-mazhab yang dirujuk tarekat Idrisiyah mencapai 18 buah,
selain mazhab yang empat (Maliki, Hanafi, Syafi’i dan Hambali). Akan tetapi
yang dipentingkannya adalah pertimbangan keserasiannya (relevansi dan
kontekstualitasnya) dengan permasalahan yang dicarikan jawabannya, tanpa
12
Salim B. Pili, Tarekat Idrisiyah”Sejarah dan Ajarannya” (Tesis) (Yogyakarta: IAIN
Sunan kalijaga 1998) h. 126-127
liii
membedakan apakah pendapat tersebut berasal dari mazhab ini atau itu.
Sebagai hasil ijtihad kebenaran suatu pendapat tidak tergantung kepada
masyhur tidaknya mazhab tersebut dalam suatu mazhab tertentu, serta tidak
pula membatalkan atau dibatalkan oleh hasil ijtihad imam-imam mazhab
lainnya. Lebih lanjut, pendapat-pendapat yang telah di pilih sebelumnya itu
sewaktu-waktu dapat pula di tinggalkan untuk kemudian digantikan dengan
pendapat lainnya manakala terjadi ‘illa-‘illat (masakah-masalah) tertentu.60
Di tinjau dari ilmu Fiqih, pandangan dan sikap demikian di namakan
tafliq (elektik) dan intiqal (berpindah-pindah dari satu mazhab ke mazhab
yang lainnya dalam suatu masalah). Kendati telah menolak pendapat yang
menganggap Tarekat Idrisiyah ber-tafliq dan ber-intiqol. Syekh Akbar
Muhammad Dahlan menyatakan, ketika membahas suatu permasalahan ia
tidak hanya merujuk pendapat saja, melainkan juga bersama dalil-dalil dan
cara istinbath mereka. Jadi dengan kata lain, yang diambil itu bukan hasil
ijtihadnya (Fiqih)-nya saja, melainkan metodologinya (Ushul Fiqih)-nya.61
b. Salat Sunnah Berjamaah dan Digabungkan
Apabila di kalangan umum kaum muslimin salat sunnah yang
dilaksanakan secara berjamaah tertentu kepada Salat dua hari raya (I‘daini)
tarawih, shalat istisqo, sholat gerhana, (kusf dan khusf).
Di kalangan tarekat Idrisiyah, salat-salat rawatib, witir, tasbih, dan
shalat hajat juga dilaksanakan secara berjama`ah. Tujuan utamanya disamping
60
Ibid, h. 128 61
Yayasan Al-Idrisiyah, Mengenal Tarekat al-Idrisiyyah, Sejarah dan Ajarannya.
(Jakarta : al-Idrisiyah 2003), hal. 103-104
liv
mengharapkan ganjaran berjama`ah, juga untuk mendidik murid-murid awam
(baru) agar membiasakan salat-salat sunnah tersebut.62
Adapun kitab yang dijadikan bahan rujukan para ulama tarekat
Idrisiyah antara lain bersumber dari: Khazinatul-Asrar karya Sayyid
Muhammad Haq an-Nazili, halaman 38, Fawaidul-Makkiyah karangan Sayyid
Alwi bin Assegaf, halaman 150, Bughzatul-Mustarsyidiin karangan Sayyid
Abdurrahman bin Muhammad bin Husein bin Umar, halaman 67, Syarah
Safinatun-Naja karangan Syekh Nawawi al-Bantani, halaman 87, Ibanatul-
Ahkam karangan Hasan Sulaiman an-Nury, juz II halaman 34.63
Disamping salat-salat sunnah yang dijama`ahkan, ada sepuluh macam
shalat sunnah yang lain dalam satu niat. Pelaksanaan dua salat dalam satu niat
ini dinamakan “tadakhal”, shalat-shalat yang boleh di gabungkan
pelaksanaannya tersebut adalah:
1. Salat sunnah tahiyyat al-masjid
2. Salat sunah Ihram
3. Salat sunnah thawaf
4. Salat sunnah Wudhu
5. Salat sunnah Ghaflah (karena kelupaan)
6. Salat sunnah Istikharah
7. Salat sunnah Hajat
8. Salat sunnah Zawal
9. Salat sunnah Qudum (datang dari suatu perjalanan)
62
Ibid, h. 63
63 Ibid, h. 64
lv
10. Salat sunnah Safar (akan berpergian).64
c. Salat Jum`at
Syekh Akbar mengambil pendapat Imam Malik yang mengatakan
bahwa waktu pelaksanaan salat jum`at itu dari waktu shalat Dzuhur sampai
sekitar pukul lima sore. Dengan demikian bagi seorang muslim yang karena
alasan tertentu, seperti tidak diizinkan meninggalkan kesibukan kerja yang
mempertahankan nafkah hidupnya, salat Jum`at dapat dilaksanakan usai jam
kantor. Dengan mengumpulkan beberapa teman sekerja yang sama-sama
belum melaksanakan shalat Jum’at, shalat Jum`at dilaksanakan sebagaimana
lazimnya, ada khutbah dan jama`ahnya.65
Pendapat Imam Malik di atas di pegang untuk memberi kesempatan
bagi banyak umat yang demi mencari nafkah, tak dapat meninggalkan pasar,
kantor pabrik, perusahaan tempat mereka kerja pada saat pelaksanaan salat
Jum`at. Dari pada tidak melaksanakan salat Jum`at sama sekali, atau harus
mendapatkan sanksi diberhentikan dari kerja (PHK).
d. Tata Cara Berpakaian
a). Pakaian Jama`ah Pria
Salah satu ciri khas pakaian yang dikenakan jama`ah tarekat Idrisiyah
adalah celana panjang, jubah atau ghamis, dan peci semua berwarna putih,
ditambah selempang atau selendang berwarna hijau. Mereka menganggap
sunnah penyeragaman putih-putih ini dikenakan manakala menunaikan shalat,
64
Ibid, h. 64-65 65
Dewi Nurjulianti, “Menelusuri Tarekat Idrisiyah di Pagendingan, Tasikmalaya”
dalam jurnal `Ulumul Qur`an no. 1 vol V (tahun 1994). H. 102
lvi
wirid dan dzikir. Disamping menjadi identitas yang membedakan komunitas
lain, yang paling utama adalah karena ada hadits yang memerintahkan
pemakaiannya dan mengabarkan bahwa Rasulullah saw memakai pakaian
putih-putih tersebut dan juga bila terkena kotoran akan segera kelihatan jelas.
Dalil-dalil Naqlinya antara lain sebagai berikut:
1. Al-Qur`an, surat al-`Araf (7): 31
ت��:�ا و9 وا8���ا وآ��ا م�*' آ45 �"' زی"2�� 01وا ءادم ی��"-
. ا���:�� یA@? 9 إن�>
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
2. Pendapat-pendapat para ulama tentang pakaian, celana, ghamis, peci,
sorban, dan selempang di rujuk dari kitab-kitab: Bughyatul-Mustarsyidin,
halaman 86-87, Irsyadul-`Ibad, halaman 49, dan Utsmu-Ainain, halaman
103.66
Selain pakaian putih para pria juga disunnahkan memelihara jenggot.
Hal ini berdasarkan hadits dari Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh Bukhari,
serta beberapa hadits senada riwayat Muslim, memerintahkan kaum muslimin
untuk memelihara jenggot dan mencukur kumis tipis-tipis sebagai ciri
pembeda (identitas) dari kaum musyrikin:
66
Uwes Fatoni, Pengaruh Perilaku Keagamaan Penganut Tarekat Terhadap Interaksi
Sosialnya Dengan Masyarakat (Studi Tarekat Idrisiyah Pagendingan Tasikmalaya) (Tesis)
(Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati 2005), h. 105
lvii
“Dari Umar r.a, Rasulullah saw bersabda : “Bedakanlah (penampilan
kalian dari ) kaum musyrikin, panjangkan jenggot kalian dan cukurlah
kumis tipis-tipis. (HR. Bukhori).”
Keterangan pendapat para imam mazhab yang empat dan para ulama
lainya tentang masalahan memelihara jenggot ini di rujuknya dari kitab
Bughyatul-Mustarsyidin karya Muhammad bin Husain bin Umar halaman 20
dan kitab al-Ibad fi Mudhari al-Ibtida’ karya Dr. Mahfudz, halaman 408.67
b). Pakaian Wanita
Kaum wanita jama’ah tarekat Idrisiyah boleh memakai busana dengan
model seperti busana muslimah sekarang asal tidak tembus pandang dan tidak
pula memperlihatkan lekuk tubuh mereka. Bagi kalangan tarekat Idrisiyah,
aurat wanita meliputi seluruh tubuhnya termasuk muka, dada dan kedua
telapak tangan. Karena itu jemaah wanita tarekat Idrisiyah untuk menutupi
seluruh tubuhnya dengan mengenakan cadar (burgho).
Cadar di kalangan wanita Idrisiyah di kenal dengan nama burgho’
(burqu’) atau jilbab.68 Dan inilah salah satu ciri khas dari ajaran tarekat
Idrisiyah. Dalam bahasa Arab terdapat banyak kata lain yang semakna dengan
kata niqab (cadar), yaitu burqu’, bukhnuk, lifanu, waswasu dan junnah.
Dasar pemakaian cadar atau Burgho bagi mukminat tercantum dalam:
67
Ibid, h. 106 68
Pemakaian cadar telah menjadi identitas wanita Tarekat Idrisiyah. Pemikiran tentang
cadar atau Burqho’ ini telah terangkum dalam satu buku Memahami Argumentasi Cadar atau
Burqho’ (Jakarta: Idrisiyah, 2001)
lviii
1. Al-Qur’an surat al-Ahzab (33): 59
�C?ی�أی ?-D�"5 ا�& Eزواج#� Eء و�"�ت��م"�� ونG�ی'ن�� ا ��C��� م�
��CD����ج E�أن أدن� ذ �:�Iذی� :�� یG> وآ�ن ی�را ا���K( ���ر.
“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu
dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka
lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha penyayang.”
2. Hadits tentang kisah al-ifki, aisyah menutup wajahnya dengan jilbab.
Riwayat bukhari dan Muslim.
3. Pendapat ulama yang menyatakan bahwa aurat wanita adalah seluruh
badannya, termasuk wajah dan kedua telapak tangannya diambil dalam
kitab safinah an-naja halaman 49 serta kitab sulam at-taufiq halaman 66.69
e. Hukum Merokok
Merokok adalah prilaku yang sangat biasa dan tampak wajar bagi
kehidupan keseharian masyarakat di Indonesia, juga di negeri Islam lainnya.
secara sosial, seorang pria dewasa merokok dapat temui di tempat-tempat
umum dan lingkungan kerja. Bahkan dalam perspektif agama Islam, yakni
secara umum hanya dihukumi sebagai makruh (dibenci) dan tidak masuk
dalam kategori haram. Tetapi lain halnya dengan ajaran tarekat Idrisiyah yang
mengandung pilar-pilar kemaslahatan duniawi dan ukhrawi. Di antara
ajarannya adalah menganjurkan para penganutnya untuk berusaha belajar
tidak merokok, merokok bagi tarekat Idrisiyah hukumnya adalah haram.
Disamping merugikan kesehatan dan orang lain, juga berakibat jauhnya ridha
69
Mengenal Thariqat Idrisiyyah Sejarah dan Ajaranya, (Jakarta : al-Idrisiyah 2003), h.
54-60
lix
Allah. Hal tersebut tidak selaras dengan firman Allah Ta’ala yang
mengatakan:
�C?0ی� ی�أی�5 ��"2� أم�ا2�� ت#آ��ا �� ءام"�ا ا�L�D��� ��ت*�رة ت�2ن أن إ� ��
ر��� �2� آ�ن ا���> إن� أنK�2� ت����ا و�� م"2� ت�اضArtinya : “Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri, sesungguhnya
Allah Maha penyayang kepada dirimu sendiri” (An-Nisa’ : 29)
Dan juga firman-Nya:
� إ�� �#ی'ی2� ت���ا و�� ا���> س5�D :- وأنK��ا2�C�"�ا ا���وأ� �> إن�ا�� ?@Aی
��"�A�ا Artinya :“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah
kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan dan
berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berbuat baik”. (al-Baqarah: 195).
Menurut Dr. Kartono Muhammad, Setiap batang rokok yang di bakar,
akan mengeluarkan 4000 jenis bahan kimia. 40 diantaranya bersifat
karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) seperti nikotin, gas karbon
monoksida, nitroogen oksida, hydrogen sianida serta ammonia.70
Dan terdapat 7 alasan menurut penganut tarekat Idrisyah sehingga
menyebabkan rokok diharamkan :
1. Memabukan dan membahayakan
2. Menyia-nyiakan harta dan memubadzirkannya
3. Menganggap kotor baunya/baunya tidak enak
4. Menyakiti orang lain dengan sebab bau yang tidak enak
5. Berlebih-lebihan
70 Kartono Muhammad, “Merokok dan Kesehatan” dalam Harian Pelita, (22 September
2000).
lx
6. Melalaikan Dzikir kepada Allah Ta’ala
7. Sangat dikhawatirkan Su’ul Khatimah (jelek akhir hayatnya).71
Pada tanggal 27-30 November 1976 para ulama tarekat Idrisiyah dari
Jawa dan Sumatera menyelenggarakan acara musyawarah di Pesantren Fadris
Pagendingan yang menghasilkan keputusan bahwa hukum merokok adalah
haram.
f. Hukum Bunga Bank
Syekh Akbar M. Daud Dahlan menyatakan bahwa bunga bank adalah
halal. Hal ini bertentangan dengan fatwa yang telah dikeluarkan oleh MUI
(Majelis Ulama Indonesia) yang menyatakan bahwa bungan bank itu haram,
karena dianggap riba. Alasan Syekh Akbar menyatakan bahwa bunga bank
adalah halal karena 3 hal:
1. Idrisiyyah sepakat bahwa riba yang berlipat ganda adalah haram. Kategori
bunga bank yang didefinisikan oleh para ulama sebagai riba tidak relevan dengan kondisi ilmu perekonomian sekarang, karena uang dimasa
sekarang sudah menjadi komoditi yang diperdagangkan, bunga bank merupakan buah dari hasil hubungan perdaganagan, karena uang yang ada
di bank dikaryakan dalam berbagai bentuk usaha yang dilakukan bank.
Maka menurut beliau bunga bank masuk ke dalam kategori jual beli.
2. Nilai dan fungsi uang di zaman sekarang berbeda dengan masa dahulu
(zaman Nabi saw). Pada masa dahulu uang apabila disimpan dalam jangka
waktu yang lama tidak mengalami perubahan, sedangkan sekarang uang
yang ditanam dalam bentuk modal (invest) akan berkembang sesuai
dengan naik turunnya pendapatan yang dihasilkan dari pengembangan
uang yang disimpan.
3. Pengertian riba yang diharamkan menurut al-Qur’an adalah yang berlipat
ganda (adha’fan mudha’afah). Kapasitas berlipat disini setara dengan
100% atau lebih. Alasan riba pada zaman Nabi Saw haram adalah karena
sifatnya memberatkan. Bunga bank disatu sisi tidak memberikan perkara
71
Hukum Haramnya Merokok atau Tembakau Telah Terangkum Dalam Satu Buku
“Tinjauan mengenai Haramnya Tembakau” (Jakarta: Idrisiyah, 2001)
lxi
yang memberatkan kepada para nasabah, bahkan memberikan
keuntungan.72
Menurut kalangan jema’ah tarekat Idrisiyyah, keuntungan lebih besar
yang di peroleh Bank dari Nasabahnya bukanlah dasar unsur merugikan bagi
pihak nasabah. Merupakan hal yang wajar jika pihak Bank yang bertindak
aktif dalam memutarkan atau mengembangkan uang itu sebagai modal usaha
mempunyai peran yang lebih besar dalam menentukan persentase keuntungan
(fee) yang di kategorikan sebagai bunga. Namun hakekat sebenarnya adalah
berupa jasa investasi nasabah.
Para ulama terdahulu dan sekarang memang telah sepakat bahwa yang
namanya riba itu adalah haram. Namun yang menjadi permasalahan di sini
adalah apakah bunga Bank itu dikategorikan sebagai Riba? Nabi sebenarnya
mengungkapkan kepada kita bahwa riba yang dianggap sebagai pinjaman
yang mengandung pertambahan nilai itu sebenarnya diberlakukan bagi
kebutuhan yang bersifat konsumtif seperti makanan. Berbeda dengan aplikasi
pinjaman uang (modal) yang bersifat Produktif (untuk usaha), bukanlah di
kategorikan sebagai Riba.
Ekses riba (sebagaimana yang dilarang oleh al-Qur’an) itu
memberatkan pihak yang meminjam (memegang harta), namun pada
kenyataanya pihak peminjam dan pemegang modal didasari oleh rasa suka
sama suka yang keduanya saling menguntungkan. Tarekat Idrisiyah melihat
72 Uwes Fatoni, Pengaruh Perilaku Keagamaan Penganut Tarekat, h. 109-110
lxii
Bunga Bank itu diformulasikan sebagai jasa investasi bagi nasabah, sehingga
istilah Bunga titak sama dengan Riba.73
2. Dimensi Esoteris (Satu Dzikir)
a. Guru dan Murid
Guru (mursyid) adalah pemandu awal dan langsung bagi murid dalam
menempuh dalam ruhaninya. Melalui mata rantai spiritual (silsilah)-nya, guru
akan mengantarkan murid-muridnya menuju bimbingan Rasulullah yang
menjadikan utama mereka. Dengan demikian memiliki bimbingan guru secara
tak langsung atau hakikinya adalah memiliki hubungan ruhani dengan Nabi
Muhammad saw.
Mursyid di tarekat Idirsiyah dikenal dengan gelar “Syekh Akbar”.
Gelar Syekh Akbar yang diletakan di depan nama adalah gelar kehormatan
yang diberikan oleh Rasulullah SAW kepada Sultan Auliya pilihan pda
zamannya, bukan semata-semata ungkapan pujian atas suatu kelebihan dari
murid-muridnya. Kalimat Syekh Akbar merupakan Dakwah Mursyidah, yang
diungkapkan seperti mengajak semua manusia untuk mencari tahu siapakah
yang dikatakan sebagai ‘Syekh Akbar’ itu dan siapakah Guru Mursyid
sebenarnya (haqiqi), yang merupakan pilihan Rasulullah SAW pada setiap
zamannya. Sehingga meskipun ia berada di belahan bumi manapun, maka
73 Lihat dalam situs www.al-idrisiyyah.com dalam bagian bunga Bank
lxiii
hendaknya ia mencarinya agar senantiasa mendapat petunjuk dan tidak
tersesat.74
Menyebut kata ‘Syekh Akbar’ berarti menyebut semua Guru dalam
silsilah Tarekat. Ketika seorang murid meneriakkan “Madad” (tolong Syekh
Akbar) maka secara langsung berarti ia memohon pertolongan kepada Allah
SWT, sebab dalam sekejap setiap Syekh yang mendengar panggilan muridnya
itu akan meneriakkan kalimat tersebut kepada Gurunya masing-masing,
hingga yang rantai penyampaiannya sambung menyambung dari guru
pertamanya hingga terakhir.
Oleh karena itu gelar Syekh Akbar bukan berarti ia adalah Syekh yang
Paling Agung (terbesar), tetapi maknanya adalah seorang Syekh yang
senantiasa merasakan seluruh gerakan nafasnya berada dalam genggaman
Allah yang maha besar (Akbar). Selanjutnya Syekh tersebut belajar untuk taat
dan memahami segala perintah Allah Yang Maha Besar.
Bagi jama’ah tarekat Idrisiyah hubungan antara murid dan Guru adalah
jauh lebih utama dari pada hubungan antara anak dan orang tua. Hal ini
menurut Syekh Akbar, sebab orang tua adalah jalan yang melaluinya kita
turun dari surga ke bumi. Sedangkan guru adalah jalan yang melaluinya
murid-murid naik dari bumi ke surga. Sebaiknya guru pun demikian, baginya
murid-murid yang berbakti dan saleh, yang mahabbah dan taslim adalah lebih
utama dari pada anak kandungnya sendiri, karena hubungan keturunan ini
74
Ceramah Syekh Akbar M. Daud Dahlan tanggal 15 juli 2007 di Majlis Taklim Al-
Idrisiyah Batu tulis, Jakarta Pusat.
lxiv
hanya berlangsung di dunia saja, sementara di akhirat tidak ada hubungan
orang tua dan anak. Masing-masing mempertanggungjawabkan amalnya.
Perilaku penganut Tarekat Idrisiyah berdasarkan pada Tatakrama, etika
dan akhlak sahabat kepada Nabi dan Akhlak sahabat kepada sahabat yang lain.
Dalam Tarekat, Syekh Akbar diumpamakan sebagai Rasul, dan Para Murid
sebagai para Sahabat Nabi.75
Akhlak penganut tarekat Idrisiyah dengan Syekh Akbar biasanya
berdasarkan konsep fana fi syekh yakni melebur dengan diri Syekh. Seorang
yang mendapat legitimasi spiritual diyakini sebagai warasat al-anbiya,
pewaris para Nabi pada zamannya. Oleh karenanya Jama’ah Idrisiyah
senantiasa mengikuti prilaku Syekh Akbar. Diantara prilaku yang tampak jelas
dalam sikap hidup seorang murid, ialah meniru lahiriah syekh dalam konteks
ibadah. Berpakaian seperti syekh, melakukan ritual peribadatan seperti yang
dianjurkan syekh. Para jamaa’ah meleburkan karakter syekh dengan sifatnya,
sehingga dapat menghilangkan watak buruk para murid masa lalu.76
Hubungan antara murid dengan syekh Akbar dan antara murid dengan
murid yang lain (Ikwan) diatur dalam akhlak kepada Syekh Akbar dan akhlak
sesama Ikhwan.
a. Akhlak kepada Syekh Akbar
1. Menghormati dan mengagungkan Syekh Akbar baik lahir maupun
batin.
2. Tidak boleh menentang Syekh Akbar
3. Mendahulukan Syekh Akbar daripada yang lain.
75
M. Wahyuni Nafis, Rekontruksi dan Renungan Relijius Islam, (Jakarta; Paramadina,
1996) h. 302 76
Mokhtar Andre, “Wali Zaman di Tengah Kerusakan Moral Manusia” dalam Tabloid
Muslim (Jakarta) Edisi kedua, Bulan Mei 2005 h. 3
lxv
4. Tidak boleh banyak bicara pada Syekh Akbar
5. Tidak boleh menduduki sajadah atau tempat yang disediakan untuk
Syekh Akbar.
6. Tidak boleh mengabaikan perintah Syekh Akbar. 7. Tidak boleh bepergian, menikah, dan melakukan perbuatan-perbuatan
kecuali atas izin Syekh Akbar. 8. Tidak boleh mengganggu kesibukan Syekh Akbar.
9. Tidak boleh menceritakan satu kebaikan dihadapan lawan yang memusuhi Syekh Akbar.
10. Menjaga hubungan baik dengan Syekh Akbar baik pada waktu hadir maupun ghaib
11. Tidak boleh berdekatan terus dengan orang yang membenci syekh
Akbar.
12. Selalu mengingat (rabithah) Syekh Akbar di dalam hati dalam keadaan
apa saja barokahnya akan menyebar
13. Yakin bahwa semua barokah itu bisa dihasilkan melalui perantara
Syekh Akbar.
14. Tidak boleh mengunjungi Syekh Akbar kecuali dalam keadaan suci.
15. Tidak boleh melakukan Kholwat kecuali atas izhin Syekh Akbar
16. Bersikap baik sangka terhadap keadaan semua Syekh Akbar.
17. Tidak boleh memberi beban apapun kepada Syekh Akbar.
b. Akhlak dengan sesama Anggota Tarekat (Ikhwan)
1. Berjabat tangan pada saat bertemu atau berpisah 2. Tidak boleh saling bermusuhan dan memutuskan tali persaudaraan
3. Mencintai terhadap orang yang tua maupun yang muda 4. Tidak boleh mementingkan diri sendiri dan mengabaikan orang lain
5. Mencintai semua Ikhwan satu tarekat seperti mencintai diri sendiri. 6. menjenguk Ikhwan yang sakit
7. Berprasangka baik terhadap sesama ikhwan satu tarekat dan mencari kerelaannya
8. Tidak saling bersaing dalam masalah duniawi
9. Saling membantu dalam berdzikir kepada Allah
10. Saling menolong dalam kasih saying
11. Saling menjaga aib sesama ikhwan
12. Saling berlapang dada terhadap apa yang terjadi pada Ikhwan
13. Mencintai orang yang mencintai ikhwan
14. Memberi pelayanan baik terhadap sesame ikhwan
15. Tidak memberi beban yang berat pada ikhwan.77
b. Bai’at
77
Uwes Fatoni, Pengaruh Perilaku Keagamaan Penganut Tarekat, h. 115-117
lxvi
Untuk bergabung menjadi anggota tarekat seseorang haruslah terlebih
dahulu mengadakan perjanjian dengan gurunya. Perjanjian tersebut lazim
disebut bai’at (pentahbisan, inisiasi), atau ikrar setia. Di kalangan jama’ah
tarekat Idrisiyah, perjanjian dikenal dengan sebutan “talqin” dan “Ijazah”.78
Ketika upacara talqin berlangsung, Guru duduk berhadapan-hadapan
dengan murid, bersalaman atau meletakan tangannya di atas tangan murid
(bila seorang, bila lebih dari seorang, cukup dengan bersalaman saja).
Kemudian membaca surat al-Fatihah, istighfar, dzikir dan shalawat, masing-
masing satu kali, kemudian secara lisan guru menyampaikan ajaran yang
harus menjadi amalan sehari-hari bagi si murid. Apabila yang akan menjadi
murid tersebut perempuan maka upacara talqin dilaksanakan oleh isteri Syekh
Akbar.79
c. Silsilah
Silsilah bagi seorang Syekh atau guru tarekat merupakan syarat
terpenting untuk mengajarkan atau memimpin suatu tarekat. Mereka yang
akan menggabungkan diri kepada suatu tarekat hendaklah mengetahui
sungguh-sungguh nisbah atau hubungan guru-gurunya itu sambung-
menyambung satu sama lain sampai kepada Nabi Muhammad.80
Walaupun tarekat ini silsilahnya sampai Rasulullah SAW, namun ia
tidak seperti tarekat-tarekat lainnya, dimana setelah Rasulullah selalu
78
Hadiqah al-Riyahin, (Tasikmalaya: Idrisiyyah, 2001) h. 67 79
Peneliti pernah menghadiri dan memperhatikan salah satu prosesi talqin jama’ah
Idrisiyah yang baru di Talqin/di bai’at di Majlis Taklim Al-Idrisiyyah, (Batutulis 15 Juli 2007).
80
Abu Bakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat, (Solo: Ramadhan, 1985), Cet. Ke-3, h. 97
lxvii
menghubungkan silsilahnya kepada Ali bin Abi Thalib atau sahabat-sahabat
lainnya, tarekat ini menghubungkan silsilahnya dengan Nabi Khidir As.81
Menurut Syekh Akbar, Nabi Khidir As sampai sekarang belum
meninggal dan masih suka membimbing murid-murid Tarekat Idrisiyah atau
orang lain yang dikehendakinya. Ia suka menampakan diri sebagai manusia
biasa dan memberikan bimbingan kepada seseorang yang sedang mengalami
kesulitan atau menemuinya apabila sedang fana.
Silsilah Tarekat Idrisiyah selengkapnya:
1. Syekh Akbar M. Daud Dahlan
2. Syekh Akbar Muhammad Dahlan
3. Syekh Akbar Abdul Fatah
4. Ahmad Syarif as-Sanusi
5. Muhammad al-Mahdi
6. Muhammad bin ‘Ali as-Sanusi
7. Ahmad bin Idris
8. Abdul Mawahib Abd. Wahab at-Tazi 9. Abdul `Aziz Ibnu Mas`ud ad-Dabbagh
10. Sayyidina khidir As 11. Sayyidina Muhammad Saw.
Selain dari silsilah Tarekat, Syekh Akbar M. Daud Dahlan juga
memiliki silsilah nasab (keturunan) dari Nabi Muhammad Saw. Silsilah Nabi
beliau adalah sebagai berikut:
1. K.H.M. Daud Dahlan
2. K.H. Muhammad Dahlan
3. K.H. Abdul Fattah
4. H. Syarief
5. Haji Umar
6. Embok
7. Atok Ranang
8. Pangeran Derajat
9. Syarif Hidayatullah
81
Ceramah Syekh Akbar Muhammad Daud Dahlan tanggal 15 Juli 2007 di Majlis Ta’lim
Al-Idrisiyah.
lxviii
10. Ali Nur Alim
11. Jamaluddin al-Husein
12. Syekh Jamaluddin
13. Abdullah Kamuddin 14. Abdul Malik
15. Alwi Amir Faqih 16. Muhammad
17. Ubaidillah 18. Ahmad al-Muhajir
19. Isa al-Basri 20. Muhammad Nagib Idris
21. Qasim al-Kamil
22. Ja’far Sadiq
23. Muhammad al-Bakir
24. Zainal Abidin
25. Husein as-Sabti
26. Fatimah az-Zahra Ra
27. Muhammad Saw.82
d. Dzikir dan Wirid
Dalam agama Islam setiap orang mukmin diperintahkan untuk
berdzikir sebanyak-banyaknya atau bahkan setiap saat wajib berdzikir kepada
Allah. Dalam al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 41. Allah berfirman:
�C?0ی� ی�أی�> اذآ�وا ءام"�ا ا���ا ذآ�ا ا���Oآ P�A4D2�ة وس� ���Qوأ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Berdzikirlah (dengan menyebut
nama Allah), dan berdzikir dengan sebanyak-banyaknya. Dan
bertasbihlah kepadanya diwaktu Pagi, siang, dan Malam.” ( Al-
Ahzab : 41-42)
Dzikir menurut tuntutan Syariat Islam dan Al-Qur’an menyebut
namanya dan mengingat Allah dalam setiap keadaan. Tujuanya adalah untuk
menjalani ikatan bathin (kejiwaan) antara hamba dengan Allah (Hablullah),
sehingga timbul jiwa muraqqobah (merasa dekat dan diawasi oleh Allah swt).
Maka dengan berdzikir iman seseorang menjadi hidup, terjalin rasa kedekatan
82
Syekh Akbar Muhammad Daud Dahlan, Hadiqah ar-Riyahin, (Tasikmalaya, 2001), h.
15
lxix
dengan Allah. Rasa dekat ini akan menjadi kendali yang paling kuat dan
efektif untuk mengendalikan hawa nafsu sehingga tidak terjerumus ke lembah
kenistaan.83
Bagi Tarekat Idrisiyah, Dzikir menempati tempat yang paling penting.
Seperti halnya setiap Tarekat memiliki ciri tertentu dalam komposisi berdzikir
serta methodenya.
Adapun proses Berdzikir dengan Dzikir Jahar yang dilakukan Jema’ah
Tarekat Idrisiyah ketika Penulis mengikuti pengajian dan kegiatan Berdzikir
setelah melaksanakan Sahalat berjamaah di Majlis taklim Al-Idrisiyah adalah
sebagai berikut:
1. Sebelum membaca wirid mereka membaca berbagai doa, yaitu
diantaranya doa Tawashul yaitu memohon kepada allah dengan
perantara guru-guru sesuai dengan silsilah keguruan Tarekat Idrisiyah,
kemudian membaca Al-Fatihah 5 x, doa, membaca Ayat Kursi, disambung membaca surat Al-Ikhlas 11 x, al-Falak, Annas. Setelah itu
membaca Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu akbar yang masing-masing 33 x.
2. Membaca Istigfar Awsat: “Astagfirullaha al-azhim waatubuilaih” 10x. 3. Membaca Istigfar Shaghir: “Astagfirullaha al-azhim waatubu ilaih”
100x
4. Membaca kalimat dzikir yang paling utama, yaitu: “ La iaha illaallah
Muhammadarrosulullah fi kulli lamhatin wa nafasin ‘adadu ma
wasi’ahu ‘ilmullah” sebanyak 300 x. Setelah itu disambung dengan
membaca Lailahaillallah, Allah. Allah. Allah, allah, allah, allah, hu,
hu, hu, hu, yahu, yahu, yahu, Lahua ialhu. Dan jumlah bilanganya
tidak di tentukan. Kemudian membaca Sholawat Ummiyah:
“Allahumma sholli ala sayyidina muhammadin an-nabiyyial- Ummiyyi
wa-ala alihi wa-shahbihi wa-sallam” sebanyak 5 x. dan berbagai doa
dan pujian lagi.
5. Membaca Asma-alHusna, disambung doa Asma-alHusna dan doa
Ikhtitam.84
83
Simun. Tashawuf dan Perkembanganya dalam Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1997. Cet. Ke 2. hal 114. 84
Bacaan ini mengikuti pedoman wirid yang telah di tetapkan oleh Syekh Akbar dalam
Buku Hadiqoh ar-riyahin (Tasikmalaya 2001) hal. 90
lxx
Yang di maksud dengan dzikir jahri disini adalah dengan suara keras
yang biasanya dilaksanakan di masjid-masjid khusus jama’ah Idrisiyah
(biasanya di Masjid al-Fatah) secara berjama’ah seusai shalat shubuh, ashar,
maghrib, dan isya dalam keadaan demikian jama’ah duduk melingkar dan
dipimpin oleh salah seorang jama’ah atau oleh Syekh Akbar langsung. Mula-
mulanya duduk untuk membaca al-Qur’an dan Istighfar. Setelah membaca
dzikir semuanya Jamaah berdiri. Dan ketika berdiri itulah, seluruh jemaah
mengikuti irama berdzikir yang di iringi lantunan sholawat dengan musik
sambil menggerakan seluruh anggota tubuhnya, meliuk-liuk seperti penari.
Pada keadaan demikian, konsentrasi benar-benar tertuju kepada Allah.
Semakin lama, lantunan dzikir semakin keras dan ada sebagian jemaah dzikir
yang berguling-guling sambil menjerit histeris seperti orang yang tidak
sadarkan diri. Dan dzikir Jahri inilah salah satu ciri khas dzikir yang
dilakukan oleh tarekat Idrisiyah yang berbeda dengan dzikir tarekat-tarekat
yang lainya. Dan ketika pemimpin dzikir membacakan shalawat, maka
semuanya duduk kembali.85
Dzikir dengan jahri ini dimaksudkan untuk melatih murid terbiasa
melakukan dzikir yang sesungguhnya (dzikir sirri atau dzikir qalbi) dan
merupakan puncak dari segala bentuk dzikir. Adanya suara keras bukan
karena tuhan yang disebut-sebut tidak mendengar, melainkan karena justru
sesungguhnya hati manusia yang keras, yang tidak mendengar dan menyadari
keagungan-Nya. Kerasnya hati manusia itu bisa lebih keras dari batu granat.
85
Penulis Pernah Mengikuti proses Berdzikir yang dilakukan Jemaah Tarekat Idrisiyah di
Majlis Taklim Al-Idrisiyah (Jakarta 15 Juli 2007)
lxxi
Karena itu lafadz dzikir yang dibaca bersama-sama tersebut diharapakan dapat
melunakannya dan efek tersebut dirasakan cukup menunjang semangat
berdzikir, terutama bagi murid pemula.
Adapun dasar melakukan Dzikir Jahar adalah sesuai dengan Firman
Allah dalam surat Annisa, ayat :103
: ا�"��ء .... (ج"��2� و��� و&�Iدا &��م� ا���> :�ذآ�وا ا�T���ة &R: ���Sذا103(
Artinya: “Maka jika engkau telah melakukan sholat, maka berdzikirlah
kepada Allah dengan keadaan berdiri, duduk, dan berbaring.” (An-
Nisa : 103)86
Selain melakukan dzikir jahar yang dilakukan bersama-sama, Pengikut
Tarekat Idrisiyah yang telah ditalqin harus melaksanakan kewajiban wirid
harian sebagai berikut:
1) Membaca al-Qur’an satu juz satu hari satu malam. Apabila tidak mampu
maka boleh diganti dengan surat al-Fatihah 25 x.
2) Membaca istighfar 100 X
��XIا� أسKY�� ا3) Membaca 300 X
��� ا <Iد م� وس'� ZKون �A� 45آ -: 9ا�> ا9� ا مA�' رس�ل ا4) Shalawat Ummiyah, 100 X
'�Aس�4'ن� م ��� �4�Q ��C�م4-4ا� وDAQ> وس��� و��� ا�> نD-4 ا
5) Dilanjutkan dengan peningkatan taqwa kepada Allah.87
86
. Yayasan Al-Idrisiyah, Mengenal Tharekat Al-Idrisiyah, Sejarah dan Ajaranya, (
Jakarta : Al-Idrisiyah 2003 ) h.45
lxxii
Tambahan lafadz “fi kulli lamhatin wa nafasin ‘adadu ma wasi’ahu
‘ilmullah” (dalam setiap tarikan nafas membilang betapa luasnya ilmu Allah)
merupakan ciri khas dzikir tarekat Idrisiyah, yang diterima oleh Ahmad bin
Idris langsung dari rohani Nabi Muhammad Saw, yang datang bersamanya
dengan Nabi Khidir As.
Dzikir ini merupakan formula terbaik mengatasi segala bentuk dzikir
lainnya. Di antara fadhilah dzikir “fi kulli lamhatin wa nafasin ‘adadu ma
wasi’ahu ‘ilmullah” bagi yang mengamalkannya secara istiqamah adalah:
1) Diberi pahala sebanyak pahala makhluk yang bernafas
2) Dapat menyamai derajat amalan para sahabat periode pertama (as-sabaqun
al- awalun)
3) Diberi kekuatan dalam melaksanakan ibadah-ibadah lainnya
4) Dapat membukakan hijab/pintu alam gaib, atau merupakan alat untuk
mencapai kasyf (tingkat mukasyafah).88
Pelaksanaan wirid dan dzikir di atas waktunya sangat leluasa. Dalam
sehari semalam bisa dengan menyelsaikannya sekaligus ba’da subuh, ba’da
ashar, ba’da isya atau tengah malam sekaligus. Bisa juga dengan mencicilnya
setiap ba’da salat sedikit demi sedikit.
Karena itu cara mengerjakan Dzikir dengan cara khafi biasanya
dilakukan manakala murid Idrisiyah setelah melakukan ibadah shalat wajib di
masjid umum atau rumah-rumah mereka. Sedangkan dzikir sirr dilaksanakan
87
Bacaan ini mengikuti pedoman wirid yang telah di tetapkan oleh Syekh Akbar dalam
Buku Hadiqoh ar-Riyahin (Tasikmalaya 2001) hal. 90. 88
Yayasan Al-Idrisiyah, Mengenal Tharekat Al-Idrisiyah, Sejarah dan Ajaranya, (
Jakarta : Al-Idrisiyah 2003 ) h.45
lxxiii
setiap hari pada aktivitas sehari-hari, di tempat kerja mereka, ditengah
kemacetan lalu lintas atau lainnya.89
e. Madad
Kata madad berasal dari bahasa Arab “madadun” yang berarti
pertolongan; bantuan. Kata madud di tarekat Idrisiyah diletakan mendahului
nama Syekh Mursyid mereka. Misalnya : “Madad Syekh Akbar” (Syekh
Akbar adalah sebutan untuk Syekh mursyid Tarekat Idrisiyah).90
Rangkaian kata tersebut digunakan oleh para murid tarekat pada awal
mula melaksanakan suatu pekejaan, seperti akan shalat, bekerja, bepergian.
Kalimat tersebut adalah untuk membuat atau menolong mereka dalam
mengerjakan pekerjaan yang akan mereka lakukan.
Dasar hukum yang mereka gunakan adalah:
Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 186:
��Dدي س#E� وإذا -4"� د��ن إذا ا�'�اع د��ة أج�@ &�ی@ :Rن4-
ی8�'ون �I��C� �- وG��م"�ا �- :����*��Dا
Artinya : “Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu, tentang aka,
maka (jawablah), bahwasanya aku dekat. Aku mengabulkan
permohonan yang mendo’a apabila ia berdo’a kepadaku, maka
memohonlah kepadaku-Ku dan berimanlah kepada-Ku agar aku
selalu berada dalam kebenaran”.
Jika menginginkan sesuatu diwajibkan memohon kepada Allah. Para
sufi menganggap tidak semua manusia dapat mencapai Allah. Perantara
dipercayakan kepada wali-wali Tarekat untuk menjabatnya. Termasuk K.H.
89
Hadiqah al-Riyahin, (Tasikmalaya 2001). h. 20 90
Yayasan Al-Idrisiyah, Mengenal Thariqat al-Idrisiyah, ( Jakarta : Al-Idrisiyah 2003 )
h. 25
lxxiv
Muhammad Daud Dahlan saat ini menjadi perantara bagi murid-muridnya
untuk memohon kepada Allah.
“Madad Syekh Akbar” saat ini banyak digunakan oleh murid-murid
Tarekat Idrisiyah terutama pada saat-saat murid Tarekat Idrisiyah mendapat
kesulitan, dengan keyakinan akan mendapat pertolongan dari guru mereka.
E. Sarana dan Prasarana Majlis Taklim Al-Idrisiyah
Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat diperlukan untuk
mencapai suatu tujuan, tanpa adanya sarana dan prasarana, maka maksud dan
tujuan yang ingin di capai tidak akan terlaksana. Misalnya seperti: sarana fisik
masjid untuk beribadah, sarana fisik madrasah untuk lembaga pendidikan
adalah gedung-gedung atau suatu tempat yang diperlukan untuk
penyelenggaraan pendidikan dan penyampaian untuk berdakwah.91
Begitupun dengan majlis taklim al-Idrisiyah itu sendiri yang memiliki
sarana dan prasarana yang dapat menunjang dalam pengembangan misi
dakwah Islam. Yaitu memiliki Masjid Agung Al-Fattah sebagai tempat atau
sarana untuk beribadah dan menuntut ilmu. Sekertariat sebagai tempat untuk
konsolidasi para pengurus Yayasan, memiliki TPA dan Madrasah Ibtidaiyyah
sebagai sarana pendidikannya. Dan dari segi Ekonomi, Majlis Taklim A-
Idrisiyyah memiliki tempat-tempat usaha seperti, Qini Market (Warung serba
ada), Qini Phone (Telepon umum tunggu), Qini Fresh (Air isi ulang), Qini Art
91
Soegarda Poerbakawatja. Et al, Ensiklopedi Pendidikan, ( Jakarta: PT. Gunung Agung,
1981), Cet. Ke-2. hal 320-321
lxxv
(Galeri Seni). Kemajuan ini di tunjang dengan bantuan dari beberapa Bank
dan Koperasi yang siap membantu.
Majlis taklim Al-Idrisiyah mempunyai beberapa Cabang (Zawiyah)
seperti yang berada di Daerah Serpong, Bogor, Cileduk, Bekasi, Tangerang,
dan Depok (JABODETABEK). Masing-masing cabang memiliki Masjid dan
Majlis Taklim yang bernama Masjid Al-Fattah, karena dinisbatkan dari
pendirinya yaitu Syekh Akbar Abdul Fattah.92
92
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Tatang Akhyar MD Wakil Ketua Harian Majlis
Taklim Al-Idrisiyah, Jakarta 18 Juli 2007.
lxxvi
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Unsur-unsur Dakwah Pada Tarekat Idrisiyah
1. Dai’ ( Syekh Mursyid Tarekat Idrisiyah )
Dai’ adalah orang yang melaksanakan dan menyampaikan dakwah
baik secara lisan maupun tulisan dan perbuatan baik secara individu,
kelompok, atau berbentuk organisasi atau lembaga.93
Begitu juga dengan tarekat, tarekat Idrisiyah memiliki dai’ atau
seorang pemimpin yang didikenal dengan gelar ”Syekh Akbar” ( Syekh
Mursyid Tarekat Idrisiyah ). Gelar Syekh akbar yang diletakan di depan nama
adalah gelar kehormatan yang diberikan oleh Rasulullah SAW kepada Sultan
Auliya pilihan pada zamannya, bukan semata-semata ungkapan pujian atas
suatu kelebihan dari murid-murid atau pengikutnya. Tugas dan kewajiban
seorang syekh adalah membimbing murid-muridnya atau jemaahnya baik
secara lahiriah, maupun bathiniyah.94
Sebagai jalan yang di tempuh untuk mendekatkan diri kepada Allah,
orang yang melakukan tarekat tidak dibenarkan meninggalkan Syariat, bahkan
pelaksanaan tarekat merupakan pelaksanaan syariat agama. Oleh karena itu
melakukan tarekat tidak bisa sembarangan orang, orang yang bertarekat harus
dibimbing oleh guru yang disebut Mursyid (Pembimbing) atau Syekh Akbar,
93
Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Predana Media, 2004), Cet. Ke-1, h. 75
94
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan Al-
Idrisiyyah, , Jakarta, 19-Maret-2008.
lxxvii
Syekh inilah yang bertanggung jawab terhadap murid-muridnya yang
melakukan atau mengikuti tarekat. Ia mengawasi murid-muridnya dalam
kehidupan lahiriah serta rohaniah dan dalam pergaulan sehari-hari, bahkan ia
menjadi perantara antara murid dengan tuhan dalam beribadah. Karena itu,
seorang Syekh haruslah sempurna dalam ilmu Syariat, dan hakekat menurut
Al-Qur’an, Sunnah, dan Ijmak.
Syekh mursyid adalah pemandu awal dan langsung bagi murid dalam
menempuh dalam ruhaninya. Melalui mata rantai spiritual (silsilah)-nya,
Syekh akan mengantarkan murid-muridnya menuju bimbingan Rasulullah
yang menjadikan utama mereka. Dengan demikian memiliki bimbingan guru
secara tak langsung atau hakikinya adalah memiliki hubungan ruhani dengan
Nabi Muhammad Saw.
Seorang guru mursyid (Syekh) harus merupakan soerang yang
memiliki sifat irsyad.95 Ia harus memiliki ilmu syariat dan haqikat secara
lengkap. Pemikiran dan tutur kata serta prilakunya dalam banyak hal harus
mencerminkan akhlak yang terpuji.96
Adapun kedudukan dan fungsi seorang Syekh Mursyid adalah sebagai
berikut:
a. Seorang syekh merupakan syarat yang tidak boleh tiada bagi murid
tarekat. Menurut Al-Ghazali, yang tidak mempunyai seorang Syekh
sebagai penuntun jalanya, maka syetan akan menjadi
syekhnya/gurunya.
95
Said Hawwa, Jalan Rohani. (Bandung: Mizan 1998), h. 236
96
Ahmad Purwadaksi, “Tarekat dan Masa depan” dalam Rekontruksi dan Renungan
Religius Islam, (Jakarta : Paramadina, 1996) h. 305
lxxviii
b. Seorang Syekh merupakan jalan pintas dalam mencapai tujuan, Syekh
mempersingkat jalan bagi murid-muridnya untuk menguasai ilmu dan
penyempurnaan jiwa,.
c. Seorang Syekh menyelamatkan murid-murid dari kesalah pahaman, yang timbul dari kecenderungan pribadi mereka dalam menapaki
pendakian Rohani. d. Seorang Syekh, melalui majlisnya memberikan keteladanan moral dan
spiritual serta merambatkan ilmunya kedalam hati. Bagi murid yang mengikuti majlis taklim, tentu akan menghasilkan banyak
kemaslahatan, baik dalam hal Duniawi, maupun Ukhrowi. e. Dengan mengikuti pendidikan dari ahlinya tertentu murid akan
menemukan metode yang mudah untuk menguasai ilmu sesuai dengan
potensi dan kecenderungan-kecenderungan pribadi.97
Sesuai dengan peran dan tanggung jawabnya yang besar, Seorang
mursyid dituntut untuk memiliki persyaratan sebagai berikut:
1. Selain menguasai ilmu-ilmu lahir (Fiqih, hadits, kalam, dan
seterusnya) dan Ilmu bathin (Tashawuf) juga harus menunjukan
kesalahan pribadinya. Seorang Syekh mestilah seorang yang “ahli
amal”.
2. Telah mengalami dan melaksanakan perjalanan rohani dari awal
sampai akhir, kemudian kembali lagi dari awal agar bisa berfungsi sebagaimana pemandu jalan bagi muridnya.
3. Dapat mengetahui langsung bakat dan potensi yang berbeda-beda dari para murid serta perkembangan yang berlagsung dalam perjalanan
muridnya. 4. Pandai menyimpan rahasia para murid yang berkenaan dengan urusan
duniawi maupun pengalaman-pengalaman spiritual yang ditemuinya selama menjalankan pendidikan.
5. Tidak menyuruh murid-muridnya, kecuali terhadap sesuatu yang layak
dikerjakan.
6. Memberikan petunjuk untuk memperbaiki keadaan murid-muridnya.
7. Mengetahui dengan baik sifat-sifat hati, penyakit-penyakit serta cara
penyembuhanya.
8. Memiliki sifat bijaksana, lapang dada, ikhlas dan santun terhadap
sesame muslim, terutama murid-muridnya.98
97
Salim B. Pili, Tarekat Idrisiyah”Sejarah dan Ajaranya” (Tesis) (Yogyakarta: IAIN
Sunan kalijaga 1998) h. 34-35
98 Ibid, h. 36
lxxix
2. Mad’u ( Jemaah Tarekat Idrisiyah )
Mad’u adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia
yang menerima dakwah, baik secara individu, maupun secara kelompok, baik
manusia yang beragama Islam, maupun Non-Islam.99
Begitu pula dalam tarekat, mad’u dalam tarekat Idrisiyah di sebut
murid atau Jemaah tarekat. Sebelum murid memutuskan untuk berbai’at
kepada seorang guru mursyid, ia terlebih dahulu memiliki ilmu yang
meyakinkan atau yang disebut “ilmu yakin” bahwa kepada siapa ia hendak
berhidmat adalah benar-benar seorang mursyid yang mampuh
membimbingnya mencapai tujuan.100
Ketentuan-ketentuan dasar dan umum bagi murid terhadap guru
mursyidnya adalah sebagai berikut:
1) Setelah resmi menjadi murid, murid harus menyerahkan dirinya
kepada guru secara total tanpa syarat apapun terhadap guru, ia mesti berlaku laksana mayit ditangan pemandinya agar sang guru dapat
membuat kelahiran rohani kembali dalam tingkatan yang lebih sempurna dan langgeng.
2) Tidak boleh berguru kepada syekh lain dan tidak meninggalkanya sebelum mata hatinya terbuka.
3) Hendaklah murid senantiasa mengikat syekh, terutama ketika hendak
melaksanakan amalan (wiridan dan dzikir).
4) Murid hendaknya selalu berbaik sangka (husnudzan) terhadap
syekhnya.
5) Tidak boleh memberi apalagi menjual hadiah dari guru kepada orang
lain.101
99
Aziz, Ilmu Dakwah. h. 90
100
Sayyid Hussein Nashr, Tashawuf dulu dan Kini, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2002), h.
68
101 Salim B. Pili, Tarekat Idrisiyah”Sejarah dan Ajaranya”, h. 37-39
lxxx
Adapun adab atau akhlak murid/jemaah tarekat terhadap Syekh
mursyid (Syekh Akbar) antara lain:
18. Menghormati dan meng-agungkan Syekh Akbar baik lahir maupun
batin. 19. Tidak boleh menentang Syekh Akbar
20. Mendahulukan Syekh Akbar daripada yang lain. 21. Tidak boleh banyak bicara pada Syekh Akbar
22. Tidak boleh menduduki sajadah atau tempat yang disediakan untuk Syekh Akbar.
23. Tidak boleh mengabaikan perintah Syekh Akbar.
24. Tidak boleh bepergian, menikah, dan melakukan perbuatan-perbuatan
kecuali atas izin Syekh Akbar.
25. Tidak boleh mengganggu kesibukan Syekh Akbar.
26. Tidak boleh menceritakan satu kebaikan dihadapan lawan yang
memusuhi Syekh Akbar.
27. Menjaga hubungan baik dengan Syekh Akbar baik pada waktu hadir
maupun ghaib
28. Tidak boleh berdekatan terus dengan orang yang membenci syekh
Akbar.
29. Selalu mengingat (rabithah) Syekh Akbar di dalam hati dalam keadaan
apa saja barokahnya akan menyebar
30. Yakin bahwa semua barokah itu bisa dihasilkan melalui perantara Syekh Akbar.
31. Tidak boleh mengunjungi Syekh Akbar kecuali dalam keadaan suci. 32. Tidak boleh melakukan Kholwat kecuali atas izin Syekh Akbar
33. Bersikap baik sangka terhadap keadaan semua Syekh Akbar 34. Tidak boleh memberi beban apapun kepada Syekh Akbar.102
Adapun mengenai jemaah majlis taklim Al-Idrisiyah, menurut Ustd.
Lukmana murid atau Jemaah Tarekat Idrisiyah yang mencakup wilayah
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (JABODETABEK) yang
mengikuti dan menghadiri pengajian di majlis taklim Al-Idrisiyah ini
berjumlah 1000 orang lebih, Data tersebut berdasarkan data ketika
pelaksanaan kegiatan-kegiatan atau iven-iven besar yang diadakan di majlis
taklim ini seperti perayaan maulid nabi, isra’ mi’raj, dan hari-hari besar Islam
102
Uwes Fatoni, “Pengaruh Perilaku Keagamaan Penganut Tarekat Terhadap Interaksi
Sosialnya Dengan Masyarakat” (Studi Tarekat Idrisiyah di Pagendingan Tasikmalaya), (Tesis)
(Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati 2005), h. 115-116
lxxxi
lainya.103
Namun ketika pengajian rutin yang diadakan di majlis taklim yang
diadakan pada malam jum’at dan hari Minggu yang kebetulan jadwal Syekh
Akbar ceramah di Jakarta, jumlah jemaah yang hadir dalam pengajian tersebut
sekitar 400 orang. Dan apabila pengajian tersebut bukan jadwal Syekh Akbar
yang memberikan ceramah karena Syekh Akbar mengisi pengajian yang di
Tasikmalaya, maka murid atau Jamaah yang hadir dalam pengajian tersebut
sekitar 200 orang.104
Maka dapat disimpulkan apabila pengajian di Majlis
Taklim A-Idrisiyah ini di hadiri dan di isi oleh Syekh Akbar, maka murid atau
jemaah yang hadir akan banyak. dan apabila pengajian bukan jadwal Syekh
Akbar yang mengisi ceramah, maka jemaah yang hadir berkurang.
Dan untuk jumlah Jemaah Laki-laki di Majlis Taklim Al-Idrisiyah ini
berjumlah sekitar 550 Orang atau sekitar 55% dari jumlah keseluruhan. Dan
untuk jumlah Jemaah Perempuan sekitar 450 Orang atau sekitar 45%.105
Adapun klasifikasi jemaah Majlis Taklim Al-Idrisiyah dapat di bagi
menjadi dua bagian, dapat di lihat dari segi pendidikan dan dari segi ekonomi.
1. Klasifikasi jemaah majlis taklim al-Idrisiyah dari segi pendidikan.
Jemaah majlis taklim al-idrisiyah yang berpendidikan S1 sampai
dengan S3 sekitar 20%, yang berpendidikan SMU sekitar 60%, dan 20%
103
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan Al-
Idrisiyyah, Jakarta, 19-Maret-2008.
104
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan Al-
Idrisiyyah, Jakarta, 19-Maret-2008.
105
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan Al-
Idrisiyyah, Jakarta, 19-Maret-2008.
lxxxii
berpendidikan SMU ke bawah. Jadi dapat disimpulkan, mayoritas daripada
Jemaah Majlis Taklim Al-Idrisiyah adalah berpendidikan SMU.
2. Klasifikasi Jemaah Majlis Taklim Al-Idrisiyah dari segi Ekonomi.
Sekitar Tahun 1950 sampi tahun 2000 mayoritas jemaah majlis
taklim al-Idrsiyah 80% adalah berprofesi sebagai wiraswasta, pedagang
kecil, buruh, tukang kredit (Menengah ke bawah). Dan 20% adalah yang
berprofesi sebagai Karyawan, Pengusaha, dan Guru (Menengah ke atas).
Adapun dari tahun 2000 sampai sekarang ada peningkatan yang cukup
signifikan dari segi ekonomi di kalangan jamaah majlis taklim sekitar 60%
dari kalangan menengah, dan 40% dari kalangan menengah ke bawah.106
3. Materi Dakwah
Materi Dakwah tarekat Idrisiyah yang disampaikan oleh Syekh Akbar
yang menjadi aekon (utama) dalam pengajian di Majlis Taklim Al-Idrisiyah
antara lain:
1. Materi Birokrasi Ilahiyyah (Kesadaran akan adanya seorang pemimpin
dalam Islam)
2. Materi tentang bagaimana menyikapi tentang berbagai persoalan yang
terjadi di tengah-tengah kehidupan ummat, baik itu ummat Muslim
maupun non muslim. Baik mengenai permasalahan-permasalahan yang
aktual dan faktual yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
106
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan Al-
Idrisiyyah, , Jakarta, 19-Maret-2008.
lxxxiii
3. Mengusung ide-ide dinul Islam. Tidak diperuntukan hanya untuk
ummat Islam aja, akan tetapi diluar islam juga, karena agama islam itu
sifatnya adalah”Kaafa linnas”.107
Selain Syekh Akbar yang memberikan materi dakwah di majlis taklim
ini, ada ustad/ajengan yang di utus oleh Syekh Akbar untuk memberikan
ceramah di majlis taklim ini. Materi yang disampaikan oleh ustad/ajengan
yaitu megembangkan materi-materi yang Syekh Akbar sampaikan melalui
disiplin Ilmu yang mereka kuasai, seperti melalui pendekatan Ilmu tasawuf,
fiqih, tauhid, akhlak dan sebagainya. Dan masing-masing ustad/ajengan
memiliki ciri khas tersendiri dalam penyampaian dakwahnya sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan dari pada jamaah dan murid-murid tarekat
Idrisiyah.
Materi-materi dakwah yang disampaikan di majlis taklim ini
keseluruhannya mencakup tentang keislaman, dan di majlis taklim ini juga
membahas tentang Ekonomi keislaman dan Ekonomi kerakyatan. Karena
kenapa, supaya para jemaah atau murid dalam menyikapai kehidupan di dunia
ini supaya menjadi orang atau ummat yang berada tangan yang di atas (orang
Dermawan/orang yang banyak Sedekah) dari pada menjadi Ummat yang
berada tangan yang di bawah (pengemis).
Dan untuk materi-materi baik yang disampaikan oleh Syekh Akbar
maupun oleh ustad dalam pengajian di majlis taklim ini tidak tersusun atau
terjadwal di setiap pengajianya. Akan tetapi, materi-materi yang disampaikan
107
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan Al-
Idrisiyyah, Jakarta, 19-Maret-2008.
lxxxiv
di Majlis taklim ini berdasarkan kebutuhan dan perkembangan dari pada
kehidupan Masyarakat dan para jamaah Tarekat Idrisiyah itu sendiri.108
4. Metode Dakwah
Adapun metode dakwah tarekat Idrisiyah yang dilakukan di majlis
taklim al-Idrisiyah adalah sebagai berikut:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah sangat sesuai dengan model penyampaian
informasi/pesan dakwah yang bersifat pengetahuan yang sifatnya
memberikan Ilmu agama secara dokrin.109
Metode ceramah ini cara penyampaian materi dakwah dalam
bentuk uraian dan penjelasan secara lisan oleh da’i kepada mad’unya.
Dengan metode ceramah ini, da’i memberikan penjelasan tentang
materi dakwah yang sedang di bahas, sedangkan jema’ah duduk,
melihat, mendengarkan dan menyimak apa-apa yang disampaikan oleh
da’i.
Metode ceramah ini yang paling sering digunakan Syekh Akbar
atau ustad dalam menyampaikan materi dakwah di majlis taklim al-
idrisiyah. Metode ceramah yang di aplikasikan di majlis taklim al-
Idrisiyah ini bersifat edukatif yang menitik beratkan kepada arahan-
arahan, ajaran-ajaran dan nasehat yang baik, sehingga mudah di
pahami dan di mengerti oleh para jemaah.
108
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan Al-
Idrisiyyah, Jakarta, 19-Maret-2008.
109
M. Bakhri Ghazali, Dakwah Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu
Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet. Ke-1, h. 24
lxxxv
b. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab lebih akurat apabila digunakan sebagai
pendalaman materi dalam kegiatan pengajian. Dalam kegiatan
sedikimian rupa terjalin hubungan yang mantap antara da’i dengan
mad’unya, yang utama sekali adalah masalah pemahaman ajaran
agama secara lengkap.110
Dalam metode ini mad’u bertanya tentang sesuatu masalah yang
dirasa belum dimengerti ketika da’i menjelaskan materi, dan
menjawab atas pertanyaan mad’u adalah da’i yang menyampaikan
materi tersebut. Metode tanya jawab ini diaplikasikan untuk melayani
kebutuhan jemaah atau mad’u dan menjelaskan tentang hal-hal yang
berkenaan dengan materi yang sedang di bahas, juga untuk
mengurangi kesalahpahaman jamaah.111 Dai’ dalam menyampaikan
materi dengan metode tanya jawab di selingi dengan metode ceramah,
agar mudah dipahami dan dimengerti oleh jemaah.
Adapun metode tanya jawab yang di gunakan di Majlis Taklim
Al-Idrisiyah hanya dilakukan ketika ceramah yang disampaikan oleh
ustad atau ajengan saja, akan tetapi ketika ceramah yang di sampaikan
oleh Syekh Akbar maka mad’u atau para jamaah tidak diperkenankan
untuk bertanya, dengan alasan dikhawatirkan banyak dari pada jemaah
atau madu’ yang banyak bertanya dan mengakibatkan tidak akan
110
Ibid, h. 24
111
Asmuni Sy ukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.
124
lxxxvi
fokusnya terhadap pembahasan yang disampaikan oleh Syekh
Akbar.112
Dan apabila ada dari sebagian jemaah atau madu’ yang kurang
mengerti atau kurang faham dari ceramah yang disampaikan oleh
Syekh Akbar, maka jemaah/madu’ tersebut bisa mempertanyakan
melalui pengurus atau ustad yang di percayakan oleh Syekh Akbar.
Dan apabila pertanyaan tersebut tidak bisa terjawab oleh
ustad/pengurus, maka pengurus tersebut akan menyampaikan kepada
Syekh Akbar. Dan Syekh akbar akan menyampaikan permasalahan
atau pertanyaan-pertanyaan yang belum bisa terjawab tersebut bukan
diwaktu pengajian berlangsung, akan tetapi disampaikan di waktu
khusus di luar pengajian yang disediakan untuk jemaah yang ingin
menanyakan tentang permasalahan-permasalahan yang tidak bisa
dipahami dan diperselisihkan.113
c. Metode Mudzakaroh (Diskusi)
Diskusi yang dimaksud di sini yaitu metode di dalam
mempelajari atau menyampaikan bahan-bahan materi dengan cara
mendiskusikanya. Metode ini hanya digunakan antara jema’ah dengan
jema’ah atau murid dengan murid tarekat Idrisiyah yang membahas
tentang masalah-masalah keilmuan atau kehidupan.
112
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan Al-
Idrisiyyah, Jakarta, 19-Maret-2008.
113
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan Al-
Idrisiyyah, Jakarta, 19-Maret-2008.
lxxxvii
d. Metode mengajak untuk Beramal
Maksud dari metode ini adalah Para Pengurus dan Syekh Akbar
mengajak dan menganjurkan kepada Murid-murid dan Para Jama’ah
untuk berlomba-lomba memperbanyak beramal, dengan cara
menyisihkan sebagian hartanya untuk di jalan allah. Dan pengurus
Majlis Taklim menyediakan medianya seperti Lembaga ZIS (Zakat,
Infaq dan Sedekah), dan GAWAT (Gerakan Wakaf Tunai).114
5. Media Dakwah
Media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai
alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media dakwah ini
dapat berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu dan
sebagainya.115
Pengertian media adalah sarana yang dapat dipergunakan oleh
komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada
komunikan, apabila si komunikan jauh tempatnya, banyak jumlahnya, atau
kedua-duanya.116
Begitu juga dalam tarekat Idrisiyah, untuk menyampaikan misi
dakwah tarekat ada beberapa media atau tempat yang dapat digunakan,
diantaranya adalah:
114
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan Al-
Idrisiyyah, , Jakarta, 19-Maret-2008.
115
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya, 1983), h. 163
116
Onang Ujana Efendi, Kamus Komunikasi, (Bandung : CV. Mandiri Maju, 1989),
h.220.
lxxxviii
1) Melalui Mading (majalah dinding). Mading tersebut bertempat di depan
Majlis Taklim Al-Idrisiyah, berfungsi untuk memberikan informasi kepada
Para Jamaah dan simpatisan.
2) Melalui buku-buku yang di buat dan di cetak oleh pengurus Yayasan
tarekat al-Idrisiyah.
3) Mengirimkan beberapa artikel-artikel ke beberapa wartawan media, baik
majalah, koran, ataupun surat kabar.
4) Melalui website resmi tarekat Idrisiyah (www.al-idrisiyyah.com), ataupun
melalui relasi e_mail berbagai jemaah yang berada di wilayah Jabodetabek
maupun di luar dari jemaah tarekat Idrisiyah.117
B. Aktivitas Dakwah Tarekat Idrisiyah Di Majlis Taklim Al-Idrisiyah.
Dakwah Islam yang dilakukan melalui ajaran tarekat identik dengan
sebuah majlis taklim, namun tidak semua majlis taklim dapat dikatakan
sebagai pusat penyebaran dakwah Islam melalui tarekat. Walaupun demikian,
tarekat dan majlis taklim selalu mengemban misi yang sama, yakni
menyebarkan, mengembangkan dan melestarikan tradisi Islam dijaman
Rasulullah saw, hanya saja dalam tarekat lebih menekankan pada sebuah
aturan-aturan yang dikemas melalui sistem tertentu yang harus dipatuhi serta
dilaksanakan oleh pengikutnya sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh
guru tarekat (Syekh mursyidnya).
117
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan Al-
Idrisiyyah, Jakarta, 19-Maret-2008.
lxxxix
Adapun aktivitas dakwah melalui pengamalan serta ajaran yang
dilakukan tarekat Idrisiyah di majlis taklim al-Idrisiyyah adalah sebagai
berikut:
1) Mengadakan pengajian mingguan rutin yang dilaksanakan pada malam
jum’at dan hari minggu. Adapun yang mengikuti dan menghadiri
pengajian tersebut bukan hanya para murid dari jemaah tarekat saja,
melainkan dari warga sekitar yang simpati dan tertarik untuk mengikuti
pengajian tersebut. Dan waktu pelaksanaan pengajiannya yaitu pada
malam jum’at dilaksanakan pada pukul 19.30 (ba’da isya)-sampai pukul
11.30, sedangkan pelaksanaan Pengajian pada hari Minggu dilaksanakan
dari pukul 09.00-sampai 02.00 siang.118
Adapun ritual acara dalam pengajian di Majlis taklim Al-Idrisiyah ini
adalah sebagi berikut:
1. Bertawashul atau hadiyyah kepada Nabi muhammad saw, keluarga
nabi, para sahabat, guru-guru mursyid terdahulu, kebaikan dan
kesehatan Syekh akbar dan jemaah tarekat Idrisiyyah.
2. Dilanjut dengan ceramah atau siraman rohani yang disampaikan oleh
Syekh Akbar.
3. Setelah ceramah Syekh akbar selesai, dilanjut dengan berdzikir
bersama yang dipimpin langsung oleh Syekh Akbar atau oleh ajengan
atau ustad yang ditunjuk langsung oleh Syek Akbar untuk memimpin
dzikir tersebut.
118
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan Al-
Idrisiyyah, , Jakarta, 19-Maret-2008.
xc
Adapun proses dzikir yang berlangsung di majlis taklim ini
ketika Penulis mengikuti pengajian di majlis taklim ini adalah sebagai
berikut:
a. Sebelum membaca wirid mereka membaca berbagai doa, yaitu
diantaranya doa Tawashul yaitu memohon kepada Allah dengan
perantara guru-guru sesuai dengan silsilah keguruan Tarekat
Idrisiyah, kemudian membaca Al-Fatihah 5 x, doa, membaca Ayat
Kursi, disambung membaca surat Al-Ikhlas 11 x, al-falak, Annas.
Setelah itu membaca Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu akbar
yang masing-masing 33 x.
b. Membaca istigfar Awsat: “Astagfirullaha al-azhim wa atubuilaih”
10x.
c. Membaca Istigfar Shaghir: “astagfirullaha al-azhim waatubu ilaih”
100x
d. Membaca kalimat dzikir yang paling utama, yaitu: “La iaha
illaallah Muhammadarrosulullah fi kulli lamhatin wa nafasin
‘adadu ma wasi’ahu ‘ilmullah” sebanyak 300 x. Setelah itu
disambung dengan membaca Lailahaillallah, Allah. Allah. Allah,
allah, allah, allah, hu, hu, hu, hu, yahu, yahu, yahu, Lahua ialhu.
Dan jumlah bilanganya tidak di tentukan. Kemudian membaca
Sholawat Ummiyah: Allahumma sholli ala sayyidina muhammadin
an-nabiyyial- Ummiyyi wa-ala alihi wa-shahbihi wa-sallam”
sebanyak 5 x. dan berbagai doa dan pujian lagi.
xci
e. Membaca Asma-alHusna, disambung doa Asma-alHusna dan doa
Ikhtitam.119
4. Setelah acara dzikir selesai, dilanjut dengan shalat dzuhur berjamaah.
5. Sebelum acara pengajian selesai, para jemaah bermushafahah
(Bersalam-salaman) dengan Syekh Akbar sambil mencium tangan,
kening dan ada juga sebagian Murid yang mencium kaki Syekh
Mursyidnya. Dengan maksud meminta berkah dan keshalehan dari
Syekh Mursyidnya (Syekh Akbar).
2) Mengistikomahkan (rutinitas) berdzikir berjamaah di masjid Al-Fattah
setelah melakukan sholat wajib setiap ba’da magrib sampai isya, dan
Ba’da Subuh sampai Sholat sunnah Isyrok.
3) Selain dakwah internal yang dilakukan tarekat Idrisiyah, juga dilakukan
secara personal yaitu mengajak teman-teman atau rekan kerja daripada
murid-murid tarekat Idrisiyah untuk mengikuti dan mengetahui bagaimana
sebenarnya ajaran Tarekat Idrisiyyah. Dan pada akhirnya banyak dari
mereka yang tertarik dan masuk menjadi Murid Tarekat Idrisiyah.
4) Mengadakan acara tabligh dan dzikir akbar setiap peringatan hari-hari
besar Islam, seperti peringatan muharram, isra mi’raj, dan maulid nabi
yang dihadiri oleh murid jemaah tarekat dari wilayah/zawiyah-zawiyah
yang ada di Jabodetabek dan masyarakat sekitar majlis taklim.
5) Mengadakan tadabbur alam (safari dakwah) ke tempat-tempat rekreasi
atau alam bebas seperti pantai pangandaran, pantai carita sukabumi, dan
119
Penulis pernah menghadiri dan mengikuti proses berdzikir di Majlis Taklim A-
Idrisiyah (Batu tulis, 20 Maret-2008).
xcii
pantai pulau seribu Jakarta, dengan mengadakan kegiatan Tabligh dan
Dzikir Akbar yang di ikuti oleh para jamaah tarekat dari berbagai wilayah
(Zawiyah), bukan hanya dari zawiyah Jabodetabek saja, akan tetapi dari
berbagai zawiyah yang tersebar di Pulau Jawa.
6) Memberikan konsultasi agama dengan melayani masyarakat atau jamaah
tarekat itu sendiri yang ingin mengkonsultasikan masalahnya terutama hal-
hal yang bersifat spiritual.120
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah Tarekat Idrisiyah di Majlis
Taklim Al-Idrisiyah.
Dalam melakukan sebuah kegiatan, baik yang menyangkut dengan
persoalan keagamaan maupun sosial kemasyarakatan, tentunya tidak terlepas
dari dua faktor yang saling bertentangan, yaitu faktor pendukung dan faktor
penghambat. Seiring kegiatan dimaksud berlangsung, diantaranya adalah:
1. Faktor Pendukung.
a) Ajaran tarekat Idrisiyah bersifat Logis, sesuai dengan Nalar. Dan
ajaranya bisa diterima oleh setiap kalangan, baik dari kalangan bawah,
menengah, sampai kalangan atas.
b) Respon yang baik dari masyarakat setempat dalam memberikan
dukunganya berupa moril maupun materil dalam setiap kegiatan yang
dilakukan Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyyah.
120
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan Al-
Idrisiyyah, Jakarta, 19-Maret-2008.
xciii
c) Ajaran Tarekat Idrisiyah tidak menafikan (Meninggalkan) kegiatan
dan aktivitas Duniawi, yang kebanyakan orang beranggapan
bahwasanya ajaran tarekat akan melupakan urusan dunia dan Ortodok.
Akan tetapi di tarekat Idrisiyah beranggapan urusan dunia penting
untuk bekal nanti ke akherat. Akan tetapi orang tersebut harus bisa
mempertanggung jawabkan apa yang dihadapi dan dilakuknya,
sehingga banyak orang yang tertarik untuk masuk Tarekat Idrisiyah.
d) Tarekat Idrisiyah mendapatkan dukungan Strategis dan dikenal baik
oleh Tokoh-tokoh masyarakat sekitar dan Aparat Pemerintahan.
Bahkan dari mereka ada yang menjadi murid Tarekat Idrisiyyah.
e) Tarekat Idrisiyyah Memiliki Cabang atau Jawiyah-jawiyah di berbagai
daerah sebagai syiar Dakwah ajaran Tarekat.
f) Tarekat Idrisiyah memiliki Sarana Pendidikan baik itu sekolah,
madrasah, dan Pondok pesantren yang berada di Tasikmalaya. Dan ini
salah satu Faktor pendukung Dakwah Tarekat.
g) Ada Donatur dari para Jamaah dan simpatisan yang selalu membantu
dalam setiap melakukan kegiatan Dakwah Tarekat.121
2. Faktor Penghambat:
a) Jauhnya jarak rumah para jama’ah dengan Majlis Taklim sehingga
sedikit menyulitkan para Jamaah untuk berkonsulidasi Dakwah
Idrisiyyah di Majlis taklim.
121
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan Al-
Idrisiyyah, Jakarta, 19-Maret-2008.
xciv
b) Faktor belum meratanya ekonomi di kalangan Jemaah Tarekat
Idrisiyyah, sehingga ketika ada kegiatan atau Syiar Dakwah Tarekat
banyak para jemaah yang tidak bisa ikut dikarenakan keterbatasan
ekonomi mereka.
c) Ada Sebagian masyarakat di sekitar lingkungan majlis taklim yang
kurang empati dan menjaga jarak terhadap kegiatan tarekat, sehingga
mereka enggan untuk ingin tau dan bergaul dengan sekitar.
d) Kurangnya SDM (Sumber daya Manusia) yang berkualitas di Majlis
taklim ini, dikarenakan banyak Murid yang berkualitas tersebar di
berbagai daerah atau Zawiyah-zawiyah.
e) Karena dilingkungan Majlis Taklim masih banyak dikuasai oleh orang-
orang Cina dan Non-Muslim, sehingga ajaran tarekat tidak bisa masuk
kepada mereka.122
122
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan Al-
Idrisiyyah, Jakarta, 19-Maret-2008.
xcv
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, sebagai upaya dari hasil pembahasan dalam
penulisan skripsi ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Unsur-unsur dakwah pada tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyah:
a. Dai’ (Syekh Mursyid Tarekat Idrisiyah). Peminpin dalam Tarekat
Idrisiyah didikenal dengan gelar ”Syekh Akbar”, Tugas dan kewajiban
seorang syekh adalah membimbing murid-muridnya atau jemaahnya
baik secara lahiriah, maupun bathiniyah.
b. Mad’u (Jemaah Tarekat Idrisiyah). Mad’u dalam tarekat Idrisiyah di
sebut murid atau Jemaah tarekat, jemaah majlis taklim Al-Idrisiyah
yang mencakup wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan
Bekasi (JABODETABEK) yang mengikuti dan menghadiri pengajian
di majlis taklim Al-Idrisiyah ini berjumlah 1000 orang lebih, data
tersebut berdasarkan data ketika pelaksanaan kegiatan-kegiatan atau
iven-iven besar yang diadakan di majlis taklim ini seperti perayaan
Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, dan hari-hari besar Islam lainnya.
c. Materi dakwah, materi dakwah tarekat Idrisiyah yang disampaikan
oleh Syekh Akbar yang menjadi aekon (utama) dalam pengajian di
Majlis Taklim Al-Idrisiyah antara lain: 1. Materi Birokrasi Ilahiyyah
(Kesadaran akan adanya seorang pemimpin dalam Islam). 2. Materi
xcvi
tentang bagaimana menyikapi tentang berbagai persoalan yang terjadi
di tengah-tengah kehidupan ummat, baik itu ummat Muslim maupun
non muslim. Baik mengenai permasalahan-permasalahan yang aktual
dan faktual yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. 3. Mengusung
ide-ide dinul Islam. Tidak diperuntukan hanya untuk ummat Islam aja,
akan tetapi di luar Islam juga, karena agama Islam itu sifatnya
adalah”Kaafa linnas”.
d. Metode Dakwah yang di gunakan tarekat Idrisiyah yang dilakukan di
majlis taklim al-Idrisiyah adalah sebagai berikut: a. Metode Ceramah.
b. Metode Tanya Jawab. c. Metode Mudzakaroh (Diskusi), d. Metode
mengajak untuk ber’amal.
e. Media Dakwah. Media Dakwah yang dapat digunakan tarekat
Idrisiyah, untuk menyampaikan misi dakwah tarekat Aantara lain: a.
Melalui Mading (majalah dinding). b.Melalui buku-buku yang di buat
dan di cetak oleh pengurus Yayasan tarekat al-Idrisiyah. c.
Mengirimkan beberapa artikel-artikel ke beberapa wartawan media,
baik majalah, koran, ataupun surat kabar. d. Melalui website resmi
tarekat Idrisiyah (www.al-idrisiyyah.com), ataupun melalui relasi
e_mail berbagai jemaah yang berada di wilayah Jabodetabek maupun
di luar dari jemaah tarekat Idrisiyah.
2. Aktivitas-aktivitas Dakwah melalui pengamalan serta ajaran yang
dilakukan Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyyah adalah sebagai
berikut: Mengadakan Pengajian mingguan rutin yang dilaksanakan pada
xcvii
malam Jum’at dan hari Minggu. Mengistikomahkan berdzikir berjamaah
di Masjid Al-Fattah setelah melakukan sholat wajib setiap ba’da Magrib
sampai Isya, dan Ba’da Subuh sampai Sholat sunnah Isyrok. Mengadakan
acara Tabligh dan Dzikir Akbar setiap peringatan Hari-hari besar Islam,
seperti peringatan Muharram, Isra Mi’raj, dan Maulid Nabi. Mengadakan
Tadabbur alam (Safari Dakwah) ke tempat-tempat Rekreasi atau alam
bebas seperti pantai Pangandaran, pantai Carita Sukabumi, dan pantai
Pulau seribu Jakarta, dengan mengadakan kegiatan Tabligh dan Dzikir
Akbar yang di ikuti oleh para jamaah tarekat Idrisiyah dari berbagai
Zawiyah. Dan memberikan konsultasi agama dengan melayani masyarakat
atau jemaah tarekat itu sendiri yang ingin mengkonsultasikan masalahnya
terutama hal-hal yang bersifat spiritual. Dakwah melalui Aktivitas dan
Ajaran-ajaran dalam tarekat ini merupakan langkah dalam dakwah Islam
untuk membina menuntun dan membimbing seluruh jemaah dan
pengikutnya kepada jalan yang lurus. Sesuai dengan Motto Tarekat
Idrisiyah itu sendiri yaitu “Membimbing ke jalan yang lurus”
3. Adapun faktor pendukung dan Penghambat dalam kegiatan dakwah
melalui Tarekat Idrisiyah di Majlis taklim Al-Idrisiyah adalah sebagai
berikut: Ajaran Tarekat Idrisiyah bersifat logis, sesuai dengan nalar, dan
ajarannya bisa diterima oleh setiap kalangan, baik dari kalangan bawah,
menengah, sampai kalangan atas. Respon yang baik dari masyarakat
setempat dalam memberikan dukunganya berupa moril maupun materil
dalam setiap kegiatan yang dilakukan Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim
Al-Idrisiyyah. Ajaran Tarekat Idrisiyah tidak menafikan (Meninggalkan)
xcviii
kegiatan dan aktivitas duniawi yang kebanyakan orang beranggapan
bahwa ajaran tarekat akan melupakan urusan dunia dan ortodok, akan
tetapi di tarekat Idrisiyah beranggapan bahwa urusan dunia penting untuk
bekal menuju akherat, akan tetapi orang tersebut harus bisa
mempertanggung jawabkan apa yang dihadapi dan dilakukannya, sehingga
banyak orang yang tertarik untuk masuk Tarekat Idrisiyah. Tarekat
Idrisiyah mendapatkan dukungan strategis dan dikenal baik oleh tokoh-
tokoh masyarakat sekitar dan Aparat Pemerintahan, bahkan dari mereka
ada yang menjadi murid Tarekat Idrisiyyah. Tarekat Idrisiyah memiliki
sarana pendidikan baik itu sekolah, madrasah, dan pondok pesantren yang
berada di Tasikmalaya. Dan ini salah satu faktor pendukung Dakwah
Tarekat. Adapun faktor penghambatnya: Belum meratanya ekonomi di
kalangan Jemaah Tarekat Idrisiyyah, sehingga ketika ada kegiatan atau
Syiar Dakwah Tarekat banyak para jemaah yang tidak bisa ikut
dikarenakan keterbatasan ekonomi, Sebagian masyarakat di sekitar
lingkungan majlis taklim yang kurang empati dan menjaga jarak terhadap
kegiatan tarekat, sehingga mereka enggan untuk ingin tau dan bergaul
dengan sekitar, Kurangnya SDM yang berkualitas di Majlis taklim ini,
dikarenakan banyak murid yang berkualitas tersebar di berbagai daerah
atau Zawiyah-zawiyah, Dilingkungan Majlis Taklim masih banyak
dikuasai oleh orang-orang Cina dan Non-Muslim, karena letak Majlis
taklim berada di tengah-tengah kota sehingga ajaran tarekat tidak bisa
masuk kepada mereka.
xcix
4. Antara dakwah, tarekat, dan Majlis taklim mempunyai peranan yang
sangat penting untuk melanjutkan risalah Nabi Muhammad saw. Dari
unsur dimaksud di atas adalah satu paket saran dan sumber yang saling
berkaitan dalam melestarikan serta mengembangkan nilai-nilai ajaran serta
syi’ar Islam.
B. Saran-saran
Tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada para dai’ dan ulama
khususnya kepada Pimpinan Tarekat Idrisiyah dan Pengurus Majlis Taklim
Al-Idrisiyah, penulis ingin menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepada seluruh ulama-ulama tarekat, lebih khusus tarekat Idrisiyah harus
lebih dapat memberikan pemahaman agama melalui ajaran-ajaranya
kepada khalayak yang dituangkan baik secara lisan maupun tulisan.
2. Kepada para para jemaah dan murid-murid tarekat Idrisiyah kiranya dapat
mengembangkan serta mengaplikasikan nilai-nilai ajaran serta syi’ar Islam
dalam kehidupan sehari-hari guna terciptanya kehidupan sejahtera, aman,
damai, dan sentosa.
3. Dalam mengaplikasikan nilai-nilai ajaran Islam, tarekat Idrisiyah kiranya
dapat disebarluaskan kepada masyarakat tanpa adanya diskriminasi serta
dapat menghargai segala perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat. Selanjutnya berhasil atau tidaknya dakwah yang
dilakukan melalui terekat Idrisiyah kiranya dapat dikembalikan hasilnya
kepada Allah Swt.
c
DAFTAR PUSTAKA
Akhyar MD, Tatang, Wakil Ketua Harian Majlis Taklim Al-Idrisiyah, Wawancara
Pribadi (Jakarta 18 Juli 2007)
Alawiyah AS, Tutty. Strategi Dakwah di Lingkungan Masjid Taklim. ( Bandung : Mizan, 1997), Cet. Ke-1.
Amin, M. Masyhur, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta : al-Amin
Press, 1997).
Amura, Tentang Unsur Dakwah Dalam Film, Perfilman di Indonesia Pada Masa
Orde Baru, (Lembaga Komunikasi Islam, Jakarta, tt)
Andre, Mokhtar, “Wali Zaman di Tengah Kerusakan Moral Manusia” dalam
Tabloid Muslim (Jakarta) Edisi kedua, Bulan Mei 2005
Atjeh, Bakar, Abu, Pengantar Ilmu Tarekat, (Solo: Ramadhan, 1985), Cet. Ke-3
Aziz, Ali, Moh., Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana 2004), cet. Ke 1.
Basrani, Iskandar, Noer, Tashawuf Tarekat dan Para Sufi, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1996), Cet. Ke 1, h. 91
Dahlan, Daud, Muhammad, Syekh Akbar, Hadiqah ar-Riyahin, (Tasikmalaya,
2001)
Darussalam, Ghazali, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, (Malaysia: Nur Niaga, 1996), Cet 1.
Daudy, Ahmad, Kuliah Ilmu Tasawuf. ( Bulan Bintang : Jakarta, 1997 )
Dawi, Ahmad, Muhammad, Buku Pintar Para Da`i, (Surabaya: Dua Ilmu. 1991)
Cet. Ke-2
Efendi, Uchjana, Onong, Kamus Komunikasi, (Bandung : CV. Mandiri Maju,
1989).
Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: PT Ikhtiar Bar Van ouve, 1992), jilid. 2,
Fathiyakan, Bagaimana Kita Memanggil Kepada Islam, (Jakarta : Bulan Bintang,
1997) Cet. Ke-1
ci
Fatoni, Uwes, “Pengaruh Perilaku Keagamaan Penganut Tarekat Terhadap
Interaksi Sosialnya Dengan Masyarakat” (Studi Tarekat Idrisiyah di
Pagendingan Tasikmalaya), (Tesis) (Bandung: IAIN Sunan Gunung
Djati 2005)
Ghazali, Bakhri, M., Dakwah Komunikatif Membangun kerangka dasar Ilmu
Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet. Ke-1.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Reseach, (Yogyakarta : Andi Ofset, 1992), Cet. ke-2,
Hajir, M., Metodologi Penelitian, (Jakarta : Ghalis Indonesia, 1985).
Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta : Pustaka Panji Mas, 1983)
Hasanudin, A., Rhetorika Dakwah dan Publisitas dalam Kepemimpinan,
(Surabaya: Usaha Nasional, 1982)
Hawwa, Said, Jalan Rohani. (Bandung: Mizan 1998)
Kafie, Jamaluddin, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Indah, 1993)
Kartono, Muhammad, “Merokok dan Kesehatan” dalam Harian Pelita, (22
September 2000).
Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan Al-Idrisiyyah, Wawancara Pribadi,
(Jakarta, 19-Maret-2008 )
Moleong, J., Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), Cet ke-17
Muhyidin, Asep, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: Pustaka setia, 2002)
Munawar, Warsan, Ahmad, Al-Munir: Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya:
Progresif, 1993 ), Cet. Ke 1
Muriah, Siti, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta : Mitra Pustaka,
2000), Cet. Ke-1
Nafis, M. Wahyuni, Rekontruksi dan Renungan Relijius Islam, (Jakarta;
Paramadina, 1996)
Nashr, Hussein, Sayyid, Tashawuf dulu dan Kini, (Jakarta : Pustaka Firdaus,
2002)
Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf, (PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta 200)
cii
Noor, Delier, Gerakan Modern Islam di Indonesia, ( Jakarta: LP3ES, 1994).
Nurjulianti, Dewi, “Menelusuri Tarekat Idrisiyah di Pagendingan, Tasikmalaya”
dalam jurnal `Ulumul Qur`an no. 1 vol V (tahun 1994).
Oemar, Yahya, Toha, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), Cet. Ke 5
Pengurus Yayasan Al-Idrisiyah, Mengenal Tarekat al-Idrisiyyah, Sejarah dan
Ajarannya. (Jakarta : al-Idrisiyah 2003)
Pili, B., Salim, Tarekat Idrisiyah”Sejarah dan Ajaranya” (Tesis) (Yogyakarta:
IAIN Sunan kalijaga 1998)
Poerbakawatja, Soegarda. Et al, Ensiklopedi Pendidikan, ( Jakarta: PT. Gunung
Agung, 1981), Cet. Ke-2.
Poerwadarminta, Kamus Indonesia, (Jakarta : Balai Kota 1982)
Prent, Kamus Latin-Indonesia, (Jogjakarta: Kanisius, 1969)
Purwadaksi, Ahmad, “Tarekat dan Masa Depan” Dalam Rekontruksi dan
Renungan Religius Islam, (Jakarta : Paramadina, 1996)
Qhatani, Said bin Ali, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta : Gema Insani Press, 1994), Cet. Ke-1
Rahman, Munawar, Budi dan Ismail, Asep, Cinta di Tempat Matahari Terbit,
Ulumul Qur`an No 8 Vol. 2 ( 1991 )
Simun, Tashawuf dan Perkembanganya Dalam Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997. Cet. Ke 2.
Suminto, Aqib, Politik Islam Hindia Belanda ( Jakarta : LP3ES, 1986 ).
Syihab, Quraish, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Pesan Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1998), Cet ke-17
Syukir, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas,
1983)
Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Cahaya Media Pratama, 1997), Cet.
Ke-18
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1986), Cet. Ke-9
ciii
Yakub, Hamzah, Publisistik Islam ; Tekhnik Dakwah dan Leadership, (Bandung :
CV. Di Ponogoro, 1982), Cet. Ke-2
Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, ( Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1998)
Yusuf, M. Yunan , Dalam Seminar dan Launching Buku Optimalisasi Dakwah
dalam Meningkatkan Reguinitas Umat, (Jakarta : Rahmat Semesta,
Februari 2004)
www.al-idrisiyyah.com
civ
Lampiran
Hasil Wawancara
Responden : Tatang Akhyar, MD.
Jabatan : Wakil Ketua Harian Majlis Taklim Al-Idrisiyah
Hari/Tgl : Rabu 18 Juli 2007
Tempat : Kantor Sekertariat Yayasan Al-Idrisiyah
1. Tanya : Bagaimana latar belakang berdirinya Majlis Taklim Al-Idrisiyah
di Batu tulis ini?
Jawab : Awalnya tidak terlepas dari sosok kehadiran Syekh Akbar Abdul
Fattah sebagai pendiri Tarekat Idrisiyah yang di bawa dari Jabal Abi
Gubais mekah. Sebenarnya beliau sudah memiliki beberapa Majlis Taklim
di Jakarta dan beliau sudah menjadi mualim kalo kata orng jakarta. Hal ini
bisa dirujuk dari berbagai ungkapan-ungkapan dari tokoh-tokoh ulama dan
masyarakat yang pernah disinggahi diantaranya mesjid Al-Ma’mur Tanah
Abang, mereka mengakui bahwasanya syekh Akbar Abdul Fattah pernah
mengajar disana, dan dari berbagai keterangan dari jemaah senior
bahwasanya Abdul Fattah telah memiliki banyak majlis taklim di Jakarta,
dan beliau Pindah-pindah mencari tempat yang cocok untuk dijadikan
pusat kegiatan Dakwahnya. Kronologisnya, setelah perjalanan beliau dari
Jabal Abi qubais Mekkah dalam pencarian guru mursyid, beliau
menghubungkan kembali majlis taklim yang pernah beliau bina di jakarta.
Sehingga dari sinilah ada beberapa persepsi kapan berdirinya dan
masuknya ajaran Al-idrisiyah di indonesia, ada yan mempunyai persepsi
sebelum tahun 1930, mengingat sebelum taun itu Syek Abdul Fatah
pernah mengajar di jakarta. Ada juga itu setelah mendekati wafatnya
syekh Ahmad Syarif As-sanusi sekitar taun 1930/32. Sebelum menjadi
Masjid Al-fattah dan Majlis Taklim ini berbentuk bangunan Rumah
sederhana dan kecil kemudian dijadikan tempat pengajian dikalangan
keluarga Abdul Fattah. Tempat ini dulu adalah hasil wakaf dari murid-
murid beliau yang setia. Justru yng simpati kepada beliau adalah Tokoh-
tokoh yang berpengaruh diwilayah tersebut, istilah sekarang Preman
cv
kampungnyalah, malah mereka yang sangat bersimpati Karena murid-
murid beliau datang dari berbagai daerah dan wilayah datang kesini dan
mereka menetap dan mereka menetapi tanah wakap ini. Sedangkan yang
kita tau proses untuk mendirikan sebuah Jawiyah membutuhkan proses
waktu yang cukup lama, dan tidak sebentar. Disamping sepak terjang
beliau yang suka Nomaden atau pindah-pindah dan pada Akhirnya beliau
menetap disini di Batutulis. Dan diperkirakan berdirinya Majlis Taklim
Al-Idrisiyah di Batutullis ini berdiri pada tahun 1930-1934.
2. Tanya : Apa yang menjadi tujuan berdirinya Majlis Taklim Al-Idrisiyah
ini?
Jawab : Pada intinya berdirinya Majlis Taklim Al-Idrisiyah adalah
Sebagai Syiar Dakwah, karena dakwah pada masa dahulu tantanganya
berbeda dengan Dakwah yang sekarang, dan dahulu masih jarang ada
majlis Taklim, walaupun ada jaraknya puluhan kilometer bahkan ratusan
kilometer dii Jakarta ini.belum ada Majlis taklim dan masjid, adapun
masjid juga belum tentu ada majlis taklimnya. Selain itu juga, tujuan
lainya adalah ingin mengembangkan nilai-nilai agama dari sisi pendekatan
yang berbeda. Dengan menggunakan pendekatan Tashawuf. Walaupun
pada akhirnya sekarang di kembalikan pada Khittohnya ilmu Tashawuf itu
adalah Dinul Islam sendiri. Dan dinul islam sendiri adalah rangkaian
Birokrasi Ilahiah.
3. Tanya : Dimana Letak Majlis Taklim Al-Idrisiyyah ini?
Jawab : Sepintas Majlis taklim Al-idrisiyah ini tidak terlihat dari pinggir
jalan raya jalan Juanda 3 atau dari Jln Ayam Wuruk, tapi kalau orang
mengetahui misalkan dimana Harmoni yang dulu ada Duta Merlin dan
sekarang di ganti oleh Supermal Carefur, lalu dari Jln Juanda 3 yang
mengarah ke Pasar Baru, Mesjid Al-Fatah ini dulu sudah terlihat dari
pinggir jalan. Tapi kalo sekarang sudah di tertutupi oleh gedung-gedung
tingkat yang menutupi Masjid Al-Fattah ini.dan situasi Pengajian pada
malam jum’at yang diadakan tengah malam dan memakai ritual Dzikir
yang keras, itupun tidak diketahui oleh masyaraakt sekitar apalagi yan
cvi
jauh di pinggiur jalan mereka tidak akan tau bahwasannya disini pada jam
12 malam tengah setiap malam jum’at itu ada pengaijian di Batutulis. Dan
untuk lebih ditailnya letak Majlis Taklim Al-Idrisiyah ini adalah Jln
Batutulis 14, No.5, Juanda III, Kelurahan Kebon kelapa Kecamatan
Gambir, Jakarta Pusat.dan letaknya satu Ring dengan Istana Negara. Kalau
dari arah ke pasar baru turunya di Juanda 3, dan kalo jalur jakarta kota atau
dari arah blok M turun di Hayam wuruk atau di Harmoni.
4. Tanya : Apa saja sarana dan prasarana yang dimiliki Majlis Taklim Al-
Idrisiyah?
Jawab : Majlis Taklim Al-Idrisiyah ini mempunyai anak Cabang atau
Zawiyah seperti di Serpong, Cileduk, Tangerang, Bogor dan Depok. Dan
masing-masing zawiyah memiliki Masjid Al-Fattah juga dan hampir
semua Masjid yang ada di zawiah-zawiyah bernama Masjid Al-Fattah
yang di nisbatkan dari pendirinya yaitu Syekh Akbar Abdul Fattah. Dan
hanya dua Masjid Taklim yang Aktif di Jabodetabek di Serpong dan di
Batutulis ini. Sarana dan prasarananya seperti Mesjid, Majlis Taklim,
Termpat-tempat Usaha, Koperasi, Lembaga keuangan seperti KOZIS,
Gerakan Wakaf Tunai (GAWAT), Forum Majlis Taklim di lingkungan
Warga Batutulis itu juga yang mengaktifkan dari jemaah kita. Lalu adanya
ling persahabatann, mitra kerja dakwah kita dengan unsur-unsur
Pemerintahan, kepolisian. Dan kita sering dilibatkan dan diundang dalam
setiap iven-iven acara, Itu menandakan mereka merespon dengan
kehadiran kita. Dan dilingkunag kita sendiri mereka sangat merespon
dengan keberadaan kita.dan disini juga memiliki Yayasan AL-Idrisiyah
yang memiliki Akya Notaris landasan hukum Organisasi. Dan memiliki
TPA sebagai sarana pendidikanya. Dan untuk pembinaan Jemaah kita
sering mengadakan Pengajian di Daerah-daerah/ Zawiayah-zawiyah kita
ang berada di JABODETABEK, lampung dan Palembang selama 1 bulan
sekali secara keliling/bergilir.
cvii
Responden
( Tatang Akhyar MD )
Hasil Wawancara
Responden : Ustd. Lukmana S.ag
Jabatan : Sekertaris Umum Yayasan Al-Idrisiyah
Hari/Tgl : Rabu 19 Maret 2008
Tempat : Kantor Sekertariat Yayasan Al-Idrisiyah
1. Tanya : Siapakah Da’i atau Pemimpin dalam Tarekat Idrisiyah?
Jawab : Tarekat Idrisiyah memiliki dai’ atau seorang Pemimpin yang
di dikenal dengan gelar ”Syekh Akbar” ( Syekh Mursyid Tarekat Idrisiyah ).
Gelar Syekh akbar yang diletakan di depan nama adalah gelar kehormatan
yang diberikan oleh Rasulullah SAW kepada Sultan Auliya pilihan pada
zamannya, bukan semata-semata ungkapan pujian atas suatu kelebihan dari
murid-murid atau pengikutnya. Dan Pemimpin atau Syekh di Tarekat Idrisiyah
bernama Syekh Akbar Muhammad Daud Dahlan.
2. Tanya : Apa saja tugas dan kewajiban seorang Syekh Mursyid dalam
Tarekat?
Jawab : Tugas dan kewajiban seorang syekh adalah membimbing
murid-murid atau jemaahnya baik secara lahiriah, maupun bathiniyah. Syekh
Mursyid adalah pemandu awal dan langsung bagi murid dalam menempuh
dalam ruhaninya. Melalui mata rantai spiritual (silsilah)-nya, Syekh akan
mengantarkan murid-muridnya menuju bimbingan Rasulullah yang
menjadikan utama mereka. Dengan demikian memiliki bimbingan guru secara
tak langsung atau hakikinya adalah memiliki hubungan ruhani dengan Nabi
Muhammad Saw.
cviii
3. Tanya : Berapa Jumlah Jemaah/Murid Tarekat Idrisiyah di Majlis
Taklim Al-Idrisiyah ini?
Jawab : Jemaah Tarekat Idrisiyah yang mencakup wilayah Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (JABODETABEK) yang mengikuti
dan menghadiri Pengajian di Majlis Taklim Al-Idrisiyah ini berjumlah
1000 orang lebih, Data tersebut berdasarkan data ketika pelaksanaan
kegiatan-kegiatan atau Iven-iven besar yang diadakan di majlis taklim ini
seperti Perayaan Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, dan hari-hari besar Islam
lainya. Namun ketika pengajian rutin yang diadakan di Majlis Taklim
yang diadakan pada malam Jum’at dan hari Minggu yang kebetulan jadwal
Syekh Akbar ceramah di Jakarta, jumlah jemaah yang hadir dalam
pengajian tersebut sekitar 400 orang. Dan apabila pengajian tersebut bukan
jadwal Syekh Akbar yang memberikan ceramah karena Syekh Akbar
mengisi pengajian yang di Tasikmalaya, maka murid atau Jemaah yang
hadir dalam pengajian tersebut sekitar 200 orang. Namun apabila dari
Jemaah majlis taklim ini yang sudah tidak pernah hadir dalam pengajian di
majlis taklim ini masih tercatat sebagai Jemaah Tarekat Idrisiyah.
4. Tanya : Berapa Jumlah Jemaah Laki-laki dan Perempuan yang ada di
Majlis Taklim ini?
Jawab : Untuk jumlah jemaah laki-laki di Majlis Taklim ini berjumlah
sekitar 55% dari 1000 jemaah, Diperkirakan sekitar 550 Orang. Dan untuk
Jumlah Jemaah Perempuanya sekitar 45% diperkirakan Berjumlah 450
Orang.
5. Tanya : Bagaimana Klasifikasi Jemaah Majlis taklim Al-Idrisiyah dari
segi Pendidikan/Akademis?
Jawab : Jemaah Majlis Taklim Al-idrisiyah yang berpendidikan S1
sampai dengan S3 sekitar 20%, yang berpendidikan SMU sekitar 60%, dan
20% berpendidikan SMU ke bawah.
cix
6. Tanya : Bagaimana Klasifikasi Jemaah Majlis Taklim Al-Idrisiyah
dari segi Ekonomi?
Jawab : Kalau dahulu sekirat Tahun 40-tahun 2000 kebanyakan
Jemaah Al-Idrisiyah 80% berprofesi sebagai Wiraswasta, Pedagang kecil,
buruh, tukang kredit. Dan 20% adalah Karyawan, Pengusaha, atau Guru.
Dan dari Tahun 2000 sampai Sekarang dari kalangan menengah sekitar
60% dan Dari kalangan menengah ke bawah sekitar 40%. Maksud dari
kalangan menengah kebawah pengertianya adalah untuk kebutuhan
sandang dan pangan serta biaya sekolah anak pas-pasan (Hidupnya apa
adanya).
7. Tanya : Apa saja Materi-materi Dakwah yang disampaikan oleh
Syekh Akbar atau Ajengan/Ustad yang ada di Majlis Taklim ini?
Jawab : Materi dakwah Tarekat Idrisiyah yang di sampaikan oleh
Syekh Akbar yang menjadi Aekon (Utama) dalam pengajian di Majlis Taklim
Al-Idrisiyah yaitu:
4. Materi Birokrasi Ilahiyyah (Kesadaran akan adanya seorang Pemimpin
dalam Islam)
5. Materi tentang bagaimana menyikapi tentang berbagai persoalan yang
terjadi di tengah-tengah kehidupan ummat, baik itu ummat Muslim
maupun Non muslim. Baik mengenai permasalahan-permasalahan
yang Aktual dan Faktual yang terjadi di tengah-tengah Masyarakat.
6. Mengusung ide-ide Dinnul Islam. Tidak diperuntukan hanya untuk
ummat Islam aja, akan tetapi diluar islam juga, karena agama islam itu
sifatnya adalah”Kaafa linnas”.
Adapun Materi dakwah yang disampaikan oleh Ustad/Ajengan di Majlis
Taklim ini yaitu megembangkan materi-materi yang Syekh Akbar
sampaikan melalui disiplin Ilmu yang mereka kuasai, seperti melalui
pendekatan Ilmu Tashawuf, Fiqih, Tauhid, Akhlak dan sebagainya. Dan
masing-masing ustad/ajengan memiliki ciri khas tersendiri dalam
cx
penyampaian dakwahnya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dari
pada jamaah dan murid-murid Tarekat Idrisiyah.
Dan materi-materi dakwah yang disampaikan di Majlis taklim ini
keseluruhannya mencakup tentang Keislaman, dan di majlis taklim ini
juga membahas tentang Ekonomi keislaman dan Ekonomi kerakyatan.
Karena kenapa, supaya para jemaah atau murid dalam menyikapai
kehidupan di dunia ini supaya kita menjadi orang atau ummat yang berada
tangan yang di atas (orang Dermawan/orang yang banyak Sedekah) dari
pada menjadi Ummat yang berada tangan yang di bawah (Pengemis).
Dan untuk materi-materi baik yang disampaikan oleh Syekh Akbar
maupun oleh Ustad dalam pengajian di majlis taklim ini tidak tersusun
atau terjadwal di setiap pengajianya. Akan tetapi, materi-materi yang
disampaikan di Majlis taklim ini berdasarkan kebutuhan dan
perkembangan dari pada kehidupan Masyarakat dan para jamaah Tarekat
Idrisiyah itu sendiri.
8. Tanya : Apa saja Metode Dakwah yang digunakan di Majlis Taklim
ini?
Jawab : Metode Dakwah yang dilakukan di Majlis taklim ini
kebanyakan adalah 1. Metode Komunikasi satu arah atau Metode
Ceramah. Karena kenapa, kalau ada tanya jawab dalam ceramah Syekh
Akbar maka dikhawatirkan tidak akan fokus terhadap pembahasan yang
disampaikan oleh Syekh Akbar. Karena kalau di buka seasen Pertanyaan
maka berapa banyak orang yang akan bertanya nanti. Dan kalau ada dari
Jemaah yang ingin bertanya, maka akan disediakan Medianya, Yaitu:
Mempertanyakan lewat pengurus /ustad Apabila pertanyaan tidak bisa
terjawab oleh pengurus atau ustad tersebut, maka pengurus akan
menyampaikan kepada Syekh Akbar. Karena di majlis taklim ini ada
tahapan-tahapanya. Dan Syekh Akbar akan menyampaikan permasalahan
atau pertanyaan-pertanyaan itu bukan diwaktu pengajian berlangsung,
akan tetapi disampaikan diwaktu khusus di luar pengajian yang disediakan
cxi
atau di Pasilitasi untuk menanyakan tentang perkara-perkara atau
permasalahan-permasalahan yang tidak bisa dipahami atau di
perselisihkan. 2. Metode Tanya Jawab. Metode ini hanya dilakukan antara
Murid/Jemaah dengan Para Ustad/Ajengan saja ketika Ustad sedang
menyampaikan ceramah. 3. Metode Mudzakaroh (Diskusi) yaitu yang
dilakukan antara Jemaah dengan jemaah yang membahas tentang
permasalahan-permasalahan keilmuan ataupun kehidupan. 4. Methode
Mengajak Untuk Beramal. Maksudnya Pengurus atau Syekh Akbar
menganjurkan kepada Murid atau Jemaah untuk banyak-banyak beramal.
Dan para pengurus menyediakan Medianya seperti ZIS (Zakat,Infaq dan
sedekah), dan GAWAT (Gerakan Wakaf Tunai).
9. Tanya : Melalui Media apa saja Dakwah yang dilakukan Tarekat
Idrisiyah di Majlis Taklim ini?
Jawab : 1. Melalui MADING (Majalah Dinding). Mading tersebut
bertempat di depan Majlis Taklim Al-Idrisiyah, berfungsi untuk
memberikan Informasi kepada Para Jamaah dan simpatisan. 2. Melalui
Buku-buku yang di buat dan di cetak oleh Pengurus Yayasan Tarekat Al-
Idrisiyah. 3. Mengirimkan beberapa Artikel-artikel ke beberapa Wartawan
media, baik Majalah, Koran, ataupun Surat kabar. 4. Melalui Website
resmi Tarekat Idrisiyah (www.al-idrisiyyah.com), ataupun melalui relasi
E_mail berbagai jemaah yang berada di wilayah Jabodetabek maupun di
luar dari jemaah tarekat Idrisiyah
10. Tanya : Apa saja kegiatan Atau aktivitas-aktivitas Dakwah Tarekat
Idrisiyah di Masjd Taklim Al-Idrisiyah ini?
Jawab : Aktivitas dakwah Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim ini
antara lain: 1. Mengadakan Pengajian mingguan rutin yang dilaksanakan
pada malam Jum’at dan hari minggu. Adapun yang mengikuti dan
menghadiri Pengajian tersebut bukan hanya para murid dari jemaah tarekat
cxii
saja, melainkan dari warga sekitar yang simpati dan tertarik untuk
mengikuti pengajian tersebut. Dan waktu pelaksanaan pengajiannya yaitu
pada malam Jum’at dilaksanakan pada Pukul 19.30 (ba’da Isya)-sampai
pukul 11.30, sedangkan pelaksanaan Pengajian pada hari Minggu
dilaksanakan dari Pukul 09.00-sampai 02.00 siang.
2. Mengistikomahkan (rutinitas) berdzikir berjamaah di masjid Al-Fattah
setelah melakukan sholat wajib yaitu setiap ba’da Magrib sampai Isya, dan
Ba’da Subuh sampai Sholat sunnah Isyrok.
3. Selain Dakwah internal yang dilakukan tarekat Idrisiyah, juga dilakukan
secara personal yaitu mengajak teman-teman atau rekan kerja daripada
murid-murid tarekat Idrisiyah untuk mengikuti dan mengetahui bagaimana
sebenarnya ajaran Tarekat Idrisiyyah. Dan pada akhirnya banyak dari
mereka yang tertarik dan masuk menjadi Murid Tarekat Idrisiyah.
4. Mengadakan acara Tabligh dan Dzikir Akbar setiap peringatan Hari-
hari besar Islam, seperti peringatan Muharram, Isra Mi’raj, dan Maulid
Nabi yang dihadiri oleh Murid jemaah tarekat dari wilayah/zawiyah-
zawiyah yang ada di Jabodetabek dan Masyarakat sekitar Majlis Taklim.
5. Mengadakan Tadabbur alam (Safari Dakwah) ke tempat-tempat
Rekreasi atau alam bebas seperti pantai Pangandaran, pantai Carita
Sukabumi, dan pantai Pulau seribu Jakarta, dengan mengadakan kegiatan
Tabligh dan Dzikir Akbar yang di ikuti oleh para jamaah tarekat dari
berbagai wilayah (Zawiyah), bukan hanya dari zawiyah Jabodetabek saja,
akan tetapi dari berbagai zawiyah yang tersebar di Pulau Jawa dan luar
Jawa.
6. Memberikan konsultasi agama dengan melayani masyarakat atau
jemaah tarekat itu sendiri yang ingin mengkonsultasikan masalahnya
terutama hal-hal yang bersifat spiritual.
11. Tanya : Apa saja faktor pendukung Dakwah Tarekat Idrisiyah di
Majlis Taklim Al-Idrisiyah ini?
cxiii
Jawab : 1. Ajaran Tarekat Idrisiyah bersifat Logis, sesuai dengan
Nalar. Dan ajaranya bisa diterima oleh setiap kalangan, baik dari kalangan
bawah, menengah, sampai kalangan atas.
2. Respon yang baik dari masyarakat setempat dalam memberikan
dukunganya berupa moril maupun materil dalam setiap kegiatan yang
dilakukan Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyyah.
3. Ajaran Tarekat Idrisiyah tidak menafikan (Meninggalkan) kegiatan dan
aktivitas Duniawi, yang kebanyakan orang beranggapan bahwasanya
ajaran tarekat akan melupakan urusan dunia dan Ortodok. Akan tetapi di
tarekat Idrisiyah beranggapan urusan dunia penting untuk bekal nanti ke
akherat. Akan tetapi orang tersebut harus bisa mempertanggung jawabkan
apa yang dihadapi dan dilakuknya, sehingga banyak orang yang tertarik
untuk masuk Tarekat Idrisiyah
4. Tarekat Idrisiyah mendapatkan dukungan Strategis dan dikenal baik
oleh Tokoh-tokoh masyarakat sekitar dan Aparat Pemerintahan. Bahkan
dari mereka ada yang menjadi murid Tarekat Idrisiyyah.
5. Tarekat Idrisiyah memiliki Sarana Pendidikan baik itu sekolah,
madrasah, dan Pondok pesantren yang berada di Tasikmalaya. Dan ini
salah satu Faktor pendukung Dakwah Tarekat.
6. Ada Donatur dari para Jamaah dan simpatisan yang selalu membantu
dalam setiap melakukan kegiatan Dakwah Tarekat
12. Tanya : Apa saja faktor Penghambat Dakwah Tarekat Idrisiyah di
Majlis Taklim Al-Idrisiyah ini?
Jawab :
f) Jauhnya jarak rumah para jama’ah dengan Majlis Taklim sehingga
sedikit menyulitkan para Jamaah untuk berkonsulidasi Dakwah
Idrisiyyah di Majlis taklim.
g) Faktor belum meratanya ekonomi di kalangan Jemaah Tarekat
Idrisiyyah, sehingga ketika ada kegiatan atau Syiar Dakwah Tarekat
cxiv
banyak para jemaah yang tidak bisa ikut dikarenakan keterbatasan
ekonomi mereka.
h) Ada Sebagian masyarakat di sekitar lingkungan majlis taklim yang
kurang empati dan menjaga jarak terhadap kegiatan tarekat, sehingga
mereka enggan untuk ingin tau dan bergaul dengan sekitar.
i) Kurangnya SDM (Sumber daya Manusia) yang berkualitas di Majlis
taklim ini, dikarenakan banyak Murid yang berkualitas tersebar di
berbagai daerah atau Zawiyah-zawiyah.
j) Karena dilingkungan Majlis Taklim masih banyak dikuasai oleh orang-
orang Cina dan Non-Muslim, sehingga ajaran tarekat tidak bisa masuk
kepada mereka.
13. Tanya : Apa saja solusi yang digunakan Tarekat Idrisiyah dalam
Penghambat Dakwah Tarekat di Majlis Taklim Al-Idrisiyah?
Jawab :
a) Mengenai masalah jauhnya jarak antara tempat tinggal para jama’ah
dengan Majlis Taklim Al-Idrisiyah, maka di tempat daerah jemaah
tersebut mengadakan pengajian rutin yang pengajiannya di isi oleh
Syekh Akbar secara bergiliran.
b) Lemahnya ekonomi merupakan salah satu penghambat dari Syiar
Dakwah, maka dari pada itu Syekh Akbar menganjurkan kepada
jemaahnya untuk mencari dunia (harta), melalui bidang usaha atau
sebagainya, akan tetapi harus diseimbangkan dengan urusan Akhirat.
c) Adapun tentang sebagian masyarakat di lingkungan Majlis Taklim
yang kurang empati terhadap kegiatan-kegiatan dakwah tarekat di
Majlis Taklim ini, Syekh akbar tidak memaksakan mereka untuk
mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan di Majlis Taklim ini, akan
tetapi jemaah tarekat tetap berhubungan baik dengan mereka.
d) SDM (Sumber daya manusia) yang berkualitas merupakan salah satu
faktor pendukung dan penunjang dalam syiar Islam. Itulah yang
cxv
sedang di upayakan oleh Tarekat Idrisiyah untuk mencetak murid atau
jemaah yang berkualitas dengan cara meningkatkan program
pendidikan melalui Pondok Pesantren, Sekolah dan Madrasah yang
berada di Tasikmalaya.
e) Adapun mengenai tentang banyaknya orang-orang Cina atau orang-
orang non-Muslim yang berada di sekitar Majlis Taklim ini,
dikarenakan letak wilayah majlis taklim ditengah perkotaan, akan
tetapi jemaah tarekat Idrisiyah tetap berhubungan baik dengan mereka,
Selagi tidak ada yang dirugikan.
Responden
(Ustd. Lukmana S.ag )
cxvi