Post on 01-Sep-2020
1
Eksplorasi Etnomatematika
Pada Kesenian Tari Sekapur Sirih Kepulauan Riau
Sebagai Sumber Belajar Matematika Sesuai Kurikulum 2013
Zainudin Ahmad Yani1, Nur Izzati
2, Alona Dwinata
3
zainudinahmadyani0@gmail.com
Program studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Kurangnya pengetahuan siswa terhadap budaya di daerahnya membuat budaya
tersebut menjadi punah, untuk menjaga agar tidak punah budaya tersebut harus
dilestrasikan sehingga diperlukan suatu penelitian dengan tujuan mengeksplorasi
etnomatematika kesenian tari sekapur sirih Kepulauan Riau yang dapat dijadikan
sumber belajar matematika sesuai kurikulum 2013. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif etnografi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
metode wawancara, observasi dan dokumentasi menggunakan instrument utama
yaitu peneliti sendiri dengan instrument pendamping berupa lembar wawancara
dan lembar observasi. Penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1). Terdapat dua aktivitas matematika dalam
kesenian tari sekapur sirih Kepulauan Riau yaitu aktivitas mengukur dan aktivitas
mendesain. 2). Terdapat empat konsep matematika sekolah yang dapat dijadikan
sebagai sumber belajar berupa LKPD yaitu konsep bangun datar, sudut, refleksi
dan kekongruenan.
Kata Kunci: etnomatematika, kesenian tari sekapur sirih Kepulauan Riau,
sumber belajar matematika.
2
PENDAHULUAN
Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan budaya. Dalam
menjaga dan melestarikan budaya sendiri dapat dilakukan dengan cara
menjadikan budaya sebagai sumber belajar di sekolah, sehingga budaya dapat
melekat pada siswa dan terjaga kelestarian budaya tersebut. Tujuan dari
pendidikan yakni salah satunya adalah melestarikan dan selalu meningkatkan
budaya itu sendiri, dengan adanya kaitan antara pendidikan dengan budaya dapat
meningkatkan cinta budaya terhadap siswa.
Menurut Joesoef (1982) kebudayaan dapat diartikan sebagai semua yang
berkaitan dengan budaya. Dalam konteks budaya dapat dibedakan menjadi tiga
aspek, yaitu: 1) budaya yang universal, berkaitan dengan nilai-nilai yang berlaku
dimana saja yang berkembang bersamaan dengan perkembangan kehidupan
masyarakat dan ilmu pengetahuan/teknologi. 2) budaya nasional, yaitu nilai-nilai
yang berlaku dalam masyarakat Indonesia secara nasional. 3) budaya lokal yang
kenal dan eksis di kalangan masyarakat setempat (Wahyuni, dkk 2013: 114)
Sardjiyo dan Pannen (2005: 83) mengatakan bahwa pembelajaran berbasis
budaya merupakan suatu model pendekatan pembelajaran yang lebih
mengutamakan aktivitas siswa dengan berbagai ragam latar belakang budaya yang
dimiliki, diintegrasikan dalam proses pembelajaran bidang studi tertentu,dan
dalam penilaian hasil belajar dapat menggunakan beragam perwujudan penilaian.
Pembelajaran berbasis budaya dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu belajar
tentang budaya, belajar dengan budaya, dan belajar melalui budaya. Pembelajaran
berbasis budaya merupakan suatu strategi yang dapat menciptakan lingkungan
belajar dan perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya
sebagai ke dalam proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis budaya
berlandaskan pada pengakuan terhadap budaya sebagai bagian yang fundamental
(mendasar dan penting) bagi pendidikan sebagai ekspresi dan komunikasi suatu
gagasan dan perkembangan pengetahuan.
Namun, dikalangan pelajar pada saat ini budaya tidak lagi di lestarikan
bahkan masih ada pelajar yang tidak mengetahui budaya di daerah asalnya,
dengan masuknya budaya asing di Indonesia membuat budaya lokal tak lagi di
hiraukan. Sehingga pelestarian budaya menjadi problematika yang harus dicari
solusinya agar budaya selalu terjaga nilainya khsususnya bagi generasi muda
sebagai penerus warisan budaya.
Dalam usaha menjaga kelestarian budaya, pembelajaran berbasis budaya
dapat dilakukan dengan cara mengintegrasikan atau mengorelasikan budaya
dengan materi pembelajaran. Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep
pelajaran karena sangat dekat dengan budaya sekitar kesehariannya. Salah satu
mata pelajaran yang bisa dikaitkan dengan budaya adalah matematika. Ada
banyak konsep matematis yang sebenarnya dapat digali melalui budaya itu sendiri
yang saat ini dikenal dengan etnomatematika.
Salah satu kesenian tradisional yang dapat dieksplor nilai matematisnya
adalah kesenian tari sekapur sirih. Kesenian tari sekapur sirih merupakan kesenian
tari tradisional yang berasal dari Kepulauan Riau. Keberadaan kesenian tari
sekapur sirih telah menjadi salah satu seni tradisi bagi masyarakat melayu
Kepulauan Riau, hingga kini telah di bakukan oleh Lembaga Adat Melayu
provinsi Kepulauan Riau. Menurut kebiasaan, pertunjukan kesenian tari sekapur
3
sirih ditarikan oleh penari perempuan yang berjumlah ganjil dengan salah satu
penari sebagai pembawa tepak yang berisikan kapur dan daun sirih.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi etnomatematika
yang ada pada kesenian tari sekapur sirih dan menjadikan hasil eksplorasi
etnomatematika pada kesenian tari sekapur sirih sebagai sumber belajar sesuai
kurikulum 2013.
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
etnografi. Penelitian ini dilakukan di Kota Tanjungpinang provinsi Kepulauan
Riau pada tanggal 6-15 April 2019 dengan prosedur penelitian sebagai berikut:
1. Memilih situasi sosial
2. Melakukan observasi dan wawancara
3. Mencatat hasil observasi dan wawancara
4. Melakukan analisis domain
5. Melakukan observasi terfokus
6. Melakukan analisis taksonomi
7. Melakukan analisis komponensial
8. Melakukan analisis tema budaya
9. Penulisan hasil temuan.
Dalam pemilihan subjek penelitian peneliti menggunakan teknik
Purposuve Sampling di mana peneliti menentukan subjek berdasarkan profesi atau
kebisaan subjek terhadap data yang dibutuhkan, dalam penelitian ini peneliti
memilih Bapak Syafaruddin dan anggota tari dari sanggar seni Kledang sebagai
subjek penelitian.
Bagian ini harus menyajikan informasi teknis yang jelas yang memungkinkan
percobaan dapat dilakukan kembali. Metode yang telah dipublikasikan
sebelumnya harus ditulis sebagai pustaka, hanya modifikasi yang relevan yang
harus dijelaskan.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik
observasi, wawancara dan dokumentasi. Instrument pada penelitian ini
menggunakan instrument human instrument di mana peneliti sendiri yang menjadi
instrument utama dengan bantuan lembar observasi dan lembar wawancara,
sedangkan teknik analisis data yang dilakukan mengacu pada model Spradley
yaitu, analisis domain, analisis taksonomi, analisis kompnensial, dan tema budaya.
HASIL
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 10 April di Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata kota Tanjungpinang, informan memberikan informasi
mengenai kesenian tari sekapur sirih Kepulauan Riau sebagai berikut.
Kesenian tari sekapur sirih memiliki beberapa pola lantai yang memiliki
filosofi tersendiri yaitu.
a. Pola lantai menjunjung tepak
Pola lantai ini mencerminkan kehangatan. Pada masyarakat Melayu,
terutama yang berkaitan dengan tata cara penyambutan tamu. Proses penyambutan
tamu tersebut diawali dengan cara membersihkan rumah, kemudian pemilik
rumah biasanya berdiri di tangga rumah. Ketika para tamu datang, mereka
4
berusaha menyambut dengan cara yang ramah dan penuh kehangatan. Gerak tari
pada pola lantai ini adalah junjung tepak berlari kecil, dan tapak sapudi.
b. Pola lantai jermal buka
Jermal merupakan sejenis perkakas atau alat untuk menangkap ikan
dikalangan masyarakat Melayu. Jermal bersifat statis dan terbuka berbagai hal
yang masuk ke dalamnya. Pemilik jermal bertugas membersihkan benda-benda
yang tidak baik, seperti sampah atau rumput laut yang hanyut. Pola lantai jermal
buka ini menggambarkan sikap budaya Melayu yang memiliki keterbukaan
terhadap setiap budaya yang datang dari luar. Setiap orang yang masuk ke tanah
Melayu tentunya akan membawa budaya mereka masing-masing. Budaya yang
baik pasti akan dapat beradaptasi dengan budaya Melayu. Wujud persaudaraan itu
ditunjukan dengan suguhan sirih pinang sebagai lambang persaudaraan dan
penghormatan. Gerak tari dalam pola lantai ini menunjukan sikap hormat dan
lemah lembut orang Melayu terhadap tamu yang digambarkan dengan gerak
salam buka, racik pinang, dan ragam puteri.
c. Pola lantai layang-layang
Pola lantai Layang-layang menggambarkan kehidupan masyarakat Melayu
yang tidak pernah lupa dengan asalnya, terutama dengan adat dan budaya. Adat
orang Melayu yang selalu ingat dengan jati dirinya menyebabkan mereka berani
mengatakan “Tak Melayu Hilang di Bumi”. Pola lantai ini juga menggambarkan
beberapa anggota tubuh manusia yang perlu dijaga seperti kepala, kedua tangan,
anggota badan, serta kaki. Bagi orang Melayu, kehormatan ini adalah yang paling
utama serta mampu menjaga dan bertanggungjawab atas dirinya sendiri. Gerak
tari pada pola lantai ini menggambarkan masyarakat Melayu yang
bertanggungjawab. Selain itu, setiap masalah juga harus dihadapi dengan kepala
dingin. Gerak tari pada pola lantai ini juga menggambarkan ragam gerak dari
sauk.
d. Pola lantai pagar negeri
Pagar negeri adalah suatu upaya melindungi negeri dari serangan yang
datang dari luar. Pada masa dahulu, musuh yang datang selalu nyata, akan tetapi
pada saat ini musuh yang datang tidak kasat mata. Musuh saat ini adalah pengaruh
dari budaya asing yang merusak sendi-sendi budaya yang dimiliki oleh setiap
daerah. Oleh karena itu, masyarakat harus mampu membuat pagar yang kokoh
dengan mengedepankan budaya sendiri. Pola lantai ini melambangkan bahwa
masyarakat harus selalu menjaga halaman rumah dari pengaruh yang tidak baik.
Masyarakat Melayu biasanya akan menolak budaya lain, mereka merasa budaya
tersebut kurang baik bagi masyarakat setempat. Gerak tari pada pola lantai ini
mencerminkan bagaimana orang Melayu menjaga budayanya, serta
membersihkan unsur yang dapat merusak budayanya yang telah dijaga selama ini.
Gerak tari yang dibawakan adalah petik kembar dan pagar negeri.
e. Pola lantai kubah kembar
Pola lantai kubah kembar sebagai pelambang kuatnya pengaruh islam
dalam kebudayaan Melayu. Islam menjadi landasan hidup bagi orang Melayu,
sehingga Melayu diidentikkan dengan islam. Masyarakat Melayu selalu
berlandaskan adat yang berpedomankan sara’, serta sara’ memiliki pedoman
berupa Al-Qur’an. Pada ragam ini menggambarkan bahwa masyarakat Melayu
selalu melakukan seleksi terhadap berbagai pengaruh yang datang dari luar.
Ragam gerak tari yang dipakai antara lain, ragam seri beni dan ragam simpang.
5
f. Pola lantai jermal tutup
Pola lantai ini sebagai penegasan bahwa masyarakat Melayu menyaring
berbagai bentuk budaya yang datang ke dalam daerah Kepulauan Riau. Pada
prinsipnya, masyarakat Melayu sangat terbuka kepada siapa saja, serta
berpedoman pada pribahasa “dimana bumi di pijak, disitu langit di junjung”.
Gerak tari yang digunakan antara lain sauk di tempat dan salam penutup.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada 06 April 2019 di Laman
Boenda Tanjungpinang bersama anggota tari sanggar seni Kledang peneliti
melihat secara langsung objek yang sedang diteliti yaitu tari sekapur sirih yang
ditarikan oleh sanggar seni kledang, berikut hasil observasi peneliti tentang pola
lantai tari sekapur sirih Kepulauan Riau.
(a). Hasil Observasi (b). Hasil Dokumentasi
Gambar 1 Pola Lantai Menjujung Tepak
Pada pola lantai menjunjung tepak penari mengambil posisi masing-
masing dengan pola dua baris berbanjar dimana tiap-yiap banjar terdiri dari tiga
orang dan satu orang di depan diantara dua banjar tersebut. Jarak antara banjar
satu dengan banjar dua adalah 3 langkah kaki atau ±150cm, dan jarak penari
berderet kebelakang adalah 1 langkah atau ±50cm, kemudian jarak penari paling
depan yang berada diantara barisan adalah 1 langkah atau ±50 cm.
(a). Hasil Observasi (b). Hasil Dokumentasi
Gambar 2 Pola Lantai Jermal Buka
6
Pada pola lantai jermal buka peneliti melihat bahwa penari mengambil
posisi dari merisik menuju salam buka dengan berputar, ketika penari sudah
sampai pada posisi ini penari merapikan posisi dengan gerak merisik. Pola lantai
yang di bentuk penari berupa bangun datar segitiga dimana susunan penarinya
sebagai berikut, satu penari sebagai titik tengah di paling depan kemudian di
lanjutkan penari berikutnya di sebelah kiri dan kanan masing-masing diarah
diagonal penari paling depan, jarak penari palig depan ke penari berikutnya adalah
2 langkah atau ±100 cm, posisi penari paling belakang sejajar 4 baris dengan
masing-masing jarak 2 langkah kaki atau ±100 cm, penari sebelah kiri memiliki
pola lantai cerminan dari sebelah kanan.
(a). Hasil Observasi (b). Hasil Dokumentasi
Gambar 3 Pola Lantai Layang-Layang
Pada pola lantai salam buka menuju pola lantai layang-layang penari
menggunakan gerak merisik hitungan 1x8 sampai terbentuknya pola lantai layang-
layang. Susunan penari pada pola lantai ini adalah sebagai berikut, satu penari di
paling depan sebagai tengah, dua penari digaris diagonal penari tengah masing-
masing disebelah kanan dan kiri, dan empat penari lainya berbaris berbanjar
sejajar dengan pengari paling depan dan di belakang dari dua penari setelahnya.
(a). Hasil Observasi (b). Hasil Dokumentasi
Gambar 4 Pola Lantai Pagar Berduri
Pada pola lantai pagar negeri ukuran jarak masing-masing penari ialah 3
langkah atau ±150cm di mana posisi depan terdapat 3 oarang penari, tengah 1
7
oarang penari dan posisi belakang 3 orang penari dimana posisinya membentuk
zig-zag.
(a). Hasil Observasi (b). Hasil Dokumentasi
Gambar 5 Pola Lantai Kubah Kembar
Pada pola lantai kubah kembar ini membentuk huruf W, dimana jarak
masing-masing penari adalah 3 langkah atau ±150cm, posisi penari pada bagian
kiri adalah tiga penari dan bagian kanan tiga penari dimana satu penari berada di
tengah.
(a). Hasil Observasi (b). Hasil Dokumentasi
Gambar 6 Pola Lantai Jermal Tutup
Pada pola lantai jermal tutup formasi penari membentuk huruf V dimana
jarak tiap-tiap penari adalah 2 langkah atau ±100cm dari titik pusat dan penari
lainnya berbaris membentuk diagonal. Titik pusat berpatokan pada penari paling
depan, penari sebelah kanan merupakan cerminan penari sebelah kiri.
Berdasarkan data yang telah di peroleh selanjutnya data di analisis
menggunakan model Spradley yaitu analisis domain, taksonomi, komponensial
dan tema budaya. Pada teknik analisis domain, peneliti menemukan dua domain
pada kesenian tari sekapur sirih yaitu aktivitas mengukur dan aktivitas mendesain.
Selanjutnya pada tahapan analisis taksonomi peneliti menjabarkan dari analisis
domain, yang dikatakan aktivitas mengukur pada penelitian ini adalah saat penari
menentukan jarak atau posisi antar penari agar sesame penari tidak saling
bersinggungang saat bergerak dan agar penari yang dibelakang dapat terliat oleh
8
penonton, sedangkan aktivitas mendesain terdapat pada pola lantai yang terdapat
pada kesenian tari sekapur sirih. Berikut adalah hasil eksplorasi etnomatematika
yang terdapat pada kesenian tari sekapur sirih Kepulauan Riau.
1. Bangun Datar
Berdasarkan hasil analisis data, bangun datar pada kesenian tari sekapur sirih
Kepulauan Riau terdapat pada pola lantainya. Konsep bangun datar biasanya telah
diajarkan di jenjang Sekolah Dasar dengan penerapan pembelajaran yang
menuntut siswa untuk menemukan suatu bangun datar dalam kehidupan sehari-
hari. Berikut macam-macam bangun datar yang terdapat pada pola lantai tari
sekapur sirih Kepulauan Riau.
Tabel 1 Bangun Datar pada Pola Lantai Tari Sekapur Sirih
N
o
Pola Lantai Etnomatematika Keterangan
1
Pola lantai
menjunjung tepak.
Bangun datar yang terdapat
pada pola lantai menjunjung
tepak adalah:
Peregi panjang
Segitiga
Pada pola lantai
menjunjung tepak
terdapat dua buah
bangun datar yaitu
persegi panjang dan
segitiga.
Menurut definisi
persegi panjang adalah
bangun datar segi
empat yang keempat
sudutnya siku-siku
dan sisi-sisinya
berhadapan sama
panjang.
Sedangkan definisi
segitiga adalah bangun
datang yang bentuk
oleh tiga garis lurus
yang saling
berpotongan dan tiga
buah titik sudut yang
jumlahnya 180º.
2
Pola gerak tapak
sapudi
Bangun datar yang terdapat
pada pola lantai jermal buka
adalah:
Segitiga sama sisi
Pada pola lantai
menjunjung tepak
terdapat bangun datar
yaitu persegi segitiga.
definisi segitiga
adalah bangun datang
yang bentuk oleh tiga
garis lurus yang saling
berpotongan dan tiga
buah titik sudut yang
jumlahnya 180º.
9
3
Pola lantai layang-
layang
Bangun datar yang terdapat
pada pola lantai layang-
layang adalah:
Layang-layang
Pada pola lantai
layang-layang
terdapat bangun datar
layang-layang.
Menurut definisi
layang-layang adalah
bangun datar 2
dimensi yang dibentuk
oleh 2 pasang rusuk
yang masing-masing
pasangan sama
panjang dan saling
membentuk sudut.
4
Pola lantai pagar
negeri
Bangun datar yang terdapat
pada pola lantai pagar negeri
adalah:
Jajar genjang
Pada pola lantai
pagar negeri terdapat
bangun datar jajar
genjang.
Menurut definisi
jajar genjang adalah
segi empat dengan
sisi-sisi berhadapan
sama panjang atau
sejajar, serta memiliki
susut-susut
berhadapan sama
besar, jumlah sudut
yang berdekatan 180º,
kedua diagonalnya
saling berpotongan di
tengah-tengah.
5
Pola lantai kubah
kembar
Pada pola lantai kubah
kembar terdapat
bangun datar yaitu dua
buah segitiga.
definisi segitiga
adalah bangun datang
yang bentuk oleh tiga
garis lurus yang saling
berpotongan dan tiga
buah titik sudut yang
jumlahnya 180º.
6
Pola lantai jermal
tutup
Bangun datar yang terdapat
pada pola lantai jermal buka
adalah:
Pada pola lantai
jermal tutup terdapat
bangun datar yaitu
persegi segitiga.
definisi segitiga
adalah bangun datang
yang bentuk oleh tiga
garis lurus yang saling
berpotongan dan tiga
buah titik sudut yang
10
Segitiga sama sisi jumlahnya 180º.
2. Sudut
Berdasarkan hasil analisis yang peneliti lakukan, penenliti menemukan
konsep geometri berupa sudut pada pola gerak tangan penari. Menurut definisi,
sudut adalah suatu daerah yang dibentuk dari dua buah garis lurus yang bertemu
di suatu titik pangkal yang sama dan titik tersebut bisa disebut sebagai titik vertex.
Sudut memiliki beberapa jenis diantaranya, sudut lancip, sudut siku-siku, sudut
tumpul, sudut lurus. Jenis-jenis sudut dapat dilihat pada gambar 4.32.
Sudut lancip Sudut siku-siku Sudut tumpul Sudut lurus
Antara 0º - 89º Tepat 90º Antara 90º - 179º Tepat 180º
Gambar 4.32 Jenis-Jenis Sudut
Tabel 4.4 adalah etnomatematika yang terdapat pada pola gerak tari sekapur sirh
Kepulauan Riau yang memiliki konsep geometri sudut.
Tabel 2 Konsep Geometri Sudut pada Pola Gerak
No Pola Gerak Etnomatematika Jenis Sudut
1
Pola gerak menjunjung
tepak.
Pola gerak penari
memiliki ukuran
tepat 90º
Siku-siku
2
Pola gerak penari
Lancip
11
Pola gerak tapak sapudi memiliki ukuran <
90º
3
Pola gerak salam buka
Pola gerak penari
memiliki ukuran <
90º
Lancip
4
Pola gerak meracik
pinang
Pola gerak penari
memiliki ukuran
tepat 90º
Siku-siku
5
Pola gerak puteri
Pola gerak penari
memiliki ukuran
besar dari 90º dan
kecil dari 180º
Tumpul
12
6
Pola gerak pancung sauk
Pola gerak penari
memiliki ukuran
<90º.
Lancip
3. Refleksi ( Pencerminan )
Berdasarkan hasil analisis yang peneliti lakukan, peneliti menemukan konsep
transformasi geometri berupa refleksi pada pola gerak tangan penari dan pola
lantai. Menurut definisi, refleksi atau pencerminan adalah suatu jenis transformasi
geometri yang menghasilkan bayangan melalui cermin dari suatu objek.
Sedangkan sifat-sifat refleksi pada garis adalah, besar bayangan = besar benda,
jarak bayangan terhadap cermin = jarak benda terhadap cermin, garis yang
menghubungkan benda dan bayangan tegak lurus terhadap cermin.
Tabel 3 Refleksi pada Pola Lantai dan Pola Gerak Tari Sekapur Sirih
No Pola Lantai/ Pola Gerak Etnomatematika Keterangan
1
Pola lantai jermal buka.
Dikatakan
refleksi karena
pola lantai
penari bagian
kanan dan kiri
memiliki
kesamaan
bentuk, ukuran
dan jarak.
2
Pola lantai kubah kembar
Dikatakan
refleksi karena
pola lantai ini
membentuk
sebuah garis
yang sama besar
pada sayap
kanan dan kiri.
13
3
Pola lantai jermal tutup
Dikatakan
refleksi karena
pola lantai ini
membentuk
sebuah garis
yang sama besar
pada sayap
kanan dan kiri.
4
Pola gerak puteri
Dikatakan
refleksi karena
pada pola gerak
ini penari
melakukan
gerak tangan
yang
membentuk
suatu sudut, di
mana gerak
tangan ini
dilakukan oleh
tangan kiri dan
tangan kanan
secara
bersamaan.
Tabel 3membuktikan bahwa adanya konsep transformasi geometri berupa
refleksi pada kesenian tari sekapur sirih Kepulauan Riau yang dapat dijadikan
sebagai sumber belajar.
4. Kekongruenan
Kekongruenan adalah suatu bangun datar yang mana sudut-sudutnya dan sisi-
sisinya memiliki kesesuain yang sama besar serta memiliki sebuah perbandingan
yang sama. Setelah melalui tahap analisis data, peneliti menemukan konsep
kekongruenan pada kesenian tari sekapur sirih Kepulauan Riau yang ditunjukkan
pada tabel 4.6.
Tabel 4 Kekongruenan pada Pola Lantai Tari Sekapur Sirih
No Pola Lantai Etnomatematika Keterangan
1
Pola lantai kubah kembar
Dikatakan
kongruen karena
pada pola lantai
kubah kembar ini
dapat membentuk 2
buah segitiga yang
memiiki panjang
sisi dan sudut yang
sama besar.
14
2
Pola lantai pagar negeri
Dikatakan
kongruen karena
pada pola lantai
pagar negeri ini
dapat membentuk 2
buah segitiga yang
memiiki panjang
sisi dan sudut yang
sama besar.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan adanya konsep matematika pada kesenian
tari sekapur sirih yang dapat dijadikan sumber belajar matematika sesuai
kurikulum 2013 yang berupa LKPD. Setelah melampau beberapa tahapan analisis
data dan melakukan analisis kurikulum, peneliti menemukan 4 konsep matematika
berdasarkan jenjang satuan pendidikan, yaitu konsep bangun datar, konsep sudut,
konsep refleksi dan konsep kekongruenan.
Selanjutnya konsep-konep yang ditemukan tersebut dikembangkan
menjadi sebuah LKPD namun LKPD yang dimaksud dalam penelitian ini hanya
sampai tahap oerancangan, belum sampai pada tahap uji coba.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan menggunakan teknik wawancara,
observasi dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat dua aktivitas matematika dalam kesenian tari sekapur sirih
Kepulauan Riau yaitu, aktivitas mengukur dan aktivitas mendesain yang
terdapat pada pola lantai dan pola gerak tari sekapur sirih. Aktivitas
mengukur terdapat pada saat penari menentukan posisi dimana ia harus
berdiri dengan patokan satu penari yang paling depan, dan aktivitas
mendesain terdapat pada bentuk pola lantai yang di buat oleh koreografer
dengan memiliki filosofi tertentu dari tiap pola lantai.
2. Terdapat konsep matematika sekolah pada kesenian tari sekapur sirih
Kepulauan Riau yaitu bangun datar, sudut, refleksi, dan kekongruenan.
3. Adapun hasil eksplorasi etnomatematika pada kesenian tari sekapur sirih
Kepulauan Riau ini dijadikan sebagai penyusunan sumber belajar
matematika sekolah berupa LKPD yang sesuai dengan Kurikulum 2013
dengan beberapa tahapan. Tahap pertama, peneliti mengeksplorasi
etnomatematika pada kesenian tari sekapur sirih Kepulauan Riau dengan
cara menganalisis data yang telah peneliti kumpulan dengan
menggunakan analisis data model Spradley yaitu analisis domain,
taksonomi, komponensial dan tema budaya. Tahap kedua, setelah melalui
empat tahapan analisis maka peneliti menemukan konsep matematika
yang terkandung dalam kesenian tari sekapur sirih Kepulauan Riau.
Tahap ketiga, peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengaitkan
15
konsep matematika yang ditemukan dengan kurikulum 2013 agar dapat
dijadikan sebagai penyusunan sumber belajar berupa LKPD. Tahap
terakhir yaitu pembuatan LKPD dengan memanfaatkan konsep
matematika yang ditemukan pada kesenian tari sekapur sirih Kepulauan
Riau dengan bantuan analisis kurikulum sehingga peneliti dapat
menetapkan satuan pendidikan yang sesuai dengan temuan
etnomatematika sehingga terbentuklah LKPD.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penelti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu
berjalannya penelitin ini hingga terbuatnya artikel ini, dan ucapan terimakasih
juga peneliti sampaikan untuk Bapak Syafaruddin selaku informan dan sanggar
seni Kledang Tanjungpinang yang telah membantu proses penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Puspadewi, K. R., Putra, I. G. N. N. (2015). Etnomatematika di balik kerajinan
anyaman Bali. Jurnal Matematika (4) (2).
Rachmawati, I. (2012). Eksplorasi etnomatematika masyarakat sidoarjo. E-Jurnal
Unnesa.
Sardjiyo., Pannen., P. (2005). Pembelajaran berbasis budaya: model inovasi
pembelajaran dan implementas kurikulum berbasis kompetensi, Jurnal
Pendidikan (6) (2).
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Wahyuni. A., Tias. A. A. W., Sani. B. (2013). Peran etnomatematika dalam
membangun karakter bangsa. Program Pascasarjana Universitas Negeri
Yogyakarta, Pendidikan Matematika.