Post on 16-Oct-2021
GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN
PENGGUNAAN BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN DI RUANG RAWAT INAP
RS USU TAHUN 2019
SKRIPSI
Oleh
TANNIA NURIL KARTIKA
NIM: 151000404
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN
PENGGUNAAN BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN DI RUANG RAWAT INAP
RS USU TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
TANNIA NURIL KARTIKA
NIM: 151000404
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
Telah diuji dan dipertahankan
Pada tanggal :
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Arfah Mardiana Lubis, S.Psi., M.Psi.
Anggota : 1. dr. Muhammad Makmur Sinaga, MS.
2. Umi Salmah, S.K.M., M.Kes.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii
Pernyataan Keaslian Skripsi
Saya menyatakan dengan ini bahwa Skripsi saya yang berjudul “Gambaran
Perilaku Perawat terhadap Pedoman Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun
di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019” beserta seluruh isinya adalah benar
karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjuplakan atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam
daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.
Medan, Juli 2019
Tannia Nuril Kartika
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv
Abstrak
Rumah sakit merupakan tempat kerja yang memiliki risiko tinggi terhadap
kecelakaan kerja. Potensi bahaya selain penyakit infeksi adalah bahaya yang
berhubungan dengan bahan kimia berbahaya dan beracun (B3). Perawat adalah
petugas rumah sakit yang langsung berhubungan dengan B3 dan memiliki
interaksi paling tinggi terpajan B3 apabila tidak dikelola dengan baik serta
membutuhkan pedoman dalam penggunaan B3. Penelitian ini adalah penilitian
survey deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui gambaran perilaku perawat
terhadap pedoman penggunaan B3. Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat
di ruang rawat inap RS USU. Sampel penelitian ini adalah seluruh perawat yang
bertugas di ruang rawat inap sebanyak 72 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pengetahuan perawat terhadap pedoman penggunaan B3 termasuk dalam
kategori baik (66,7%), sikap termasuk dalam kategori positif (56,5%) serta
tindakan termasuk dalam kategori baik (56,5%). Pihak rumah sakit disarankan
memberikan informasi mengenai hal dasar perencanaan dan penerapan B3 guna
menjaga keselamatan dalam bekerja dengan pemberian briefing ataupun
sosialisasi tentang pedoman penggunaan B3, memberikan bimbingan dengan
membentuk tim pengawas yang bertugas mengawasi pengelolaan B3 serta
memberi arahan teknis dalam bentuk pelatihan ataupun penyuluhan tentang
penggunaan B3 dan melakukan pemantauan secara berkesinambungan. Alat
pelindung diri (APD) harus diberikan untuk seluruh perawat yang bekerja
disesuaikan dengan identifikasi bahaya dari pekerjaan yang dilakukan. Penerapan
sanksi bagi perawat yang tidak menggunakannya sehingga diharapkan selalu
menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan faktor risiko bahayanya.
Kebijakan penerapan disiplin waktu kerja untuk melaporkan situasi dengan baik
pada masa transisi shift kerja. Hal ini baik dilakukan untuk meningkatkan
kesadaran dan sebagai budaya di rumah sakit agar menjadi kebiasaan yang baik.
Kata kunci : Pengetahuan, sikap, tindakan, B3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
Abstract
The hospital is a workplace that has a high risk of work accidents.
Potential risk and danger other than infections includes dangerous and toxic
chemical substances (B3). Nurses are hospital officers who are directly related to
B3 and have the highest interaction prone to B3 if not managed properly and
requires guidance on the usage of B3. This study is a descriptive survey study with
the aim to understand the nurse’s general behavior towards the B3 usage
guidelines. The study population is all nurses in the inpatient room at USU
Hospital. The sample of this study is 72 nurses who served in the inpatient room.
The results of this study indicate that nurse’s knowledge of the B3 usage
guidelines is included in the good category (66,7%), behaviour is included in the
positive category (56,5%) and action is included in the good category (56,5%).
The hospital is advised to provide information on basic planning and
implementation of B3 in order to maintain safety in work by providing briefieng
or socialization on B3 usage guidelines, providing guidance by forming a
supervisor team responsible with the management of B3 and providing technical
direction in the form of training or counseling on usage of B3 and carrying out
continuous monitoring. Personal protective equipment (PPE) must be provided
for all nurses who work according to the danger identification of the work. The
implementation of sanctions for nurses who do not use them is expected to make
them realize the usage of personal protective equipment in accordance with the
risk factors. Work time discipline policy implementation to report the situation
properly during the work shift period. This is good to raise awareness and as a
culture in the hospital to make it into a good habit.
Keywords : Knowledge, behaviour, actions, B3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi
Kata Pengantar
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran
Perilaku Perawat terhadap Pedoman Penggunaan B3 di Ruang Rawat Inap
RS USU Tahun 2019” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin
mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung penulis baik secara moril maupun materil selama masa
perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini, yaitu :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes. selaku Kepala Departemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Arfah Mardiana Lubis, S.Psi., M.Psi. selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan pikirannya membimbing, memberikan saran,
dukungan, nasihat, serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
5. dr. Muhammad Makmur Sinaga, MS. selaku Dosen Penguji I yang telah
memberikan masukkan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vii
6. Umi Salmah, SKM, M.Kes. selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan
masukkan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
7. drh. Rasmaliah, M.Kes. selaku Dosen Pembimbing Akademik.
8. Dosen, dan seluruh staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan dan penyusunan
skripsi.
9. Direktur Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara dan Kepala Instalasi Rawat
Inap beserta staf yang telah membantu menyelesaikan penelitian.
10. Teristimewa untuk orang tua penulis tercinta, Ayahanda Anang Usman, S.H.
dan Ibunda Evi Yuniarti, S.H. yang menjadi penyemangat dam memberikan
dukungan, dorongan, dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Saudara tercinta, Virna Icha Zulfarina, S.Tr.Keb. dan adik penulis Zulisman
Wiratama, Farrah Ayu Nihayyah, yang selalu membantu dan mendukung
penulis selama penyelesaian Tugas Sarjana ini.
12. Muhammad Fauzan Wibowo, yang memberikan dukungan dan semangant
dalam penyelesaian skripsi ini.
13. Sahabat-sahabat dari awal perkuliahan serta semua pihak yang tidak bisa
disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan dan semangat
dalam penyelesaian skripsi ini.
14. Teman-teman FKM USU khususnya peminatan Keselamatn dan Kesehatan
Kerja.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
viii
membangun agar penulis dapat memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.
Medan, Juli 2019
Tannia Nuril Kartika
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ix
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 7
Tujuan Penelitian 7
Manfaat Penelitian 7
Tinjauan Pustaka 8
Perilaku 8
Perawat 15
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 17
Jenis-jenis B3 di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit 17
Jenis-jenis Limbah B3 di Rumah Sakit 18
Pengelolaan B3 dari Aspek K3 18
Metode Penelitian 28
Jenis Penelitian 28
Lokasi dan Waktu Penelitian 28
Populasi dan Sampel 29
Definisi Operasional 29
Metode Pengumpulan Data 29
Metode Pengukuran 30
Metode Analisis Data 31
Hasil Penelitian 32
Gambaran Umum RS USU 32
Sejarah RS USU 32
Visi RS USU 34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
x
Misi RS USU 34
Struktur organisasi RS USU 34
Karakteristik Perawat terhadap Pedoman Penggunaan B3 35
Jenis kelamin 35
Umur 36
Masa kerja 37
Tingkat pendidikan 38
Gambaran Perilaku Perawat terhadap Pedoman Penggunaan B3 38
Pengetahuan 38
Sikap 41
Tindakan 44
Pembahasan 50
Gambaran Karakteristik Perawat terhadap Pedoman Penggunaan B3 50
Pengetahuan Perawat terhadap Pedoman Penggunaan B3 51
Sikap Perawat terhadap Pedoman Penggunaan B3 52
Tindakan Perawat terhadap Pedoman Penggunaan B3 54
Kesimpulan dan Saran 59
Kesimpulan 59
Saran 60
Daftar Pustaka 62
Lampiran 65
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xi
Daftar Tabel
No Judul Halaman
1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang
Rawat Inap RS USU Tahun 2019 36
2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Umur di Ruang Rawat
Inap RS USU Tahun 2019 36
3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Masa Kerja di Ruang
Rawat Inap RS USU Tahun 2019 37
4 Distribusi Jawaban Pengetahuan Responden terhadap Pedoman
Penggunaan B3 di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019 39
5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden terhadap Pedoman
Penggunaan B3 di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019 40
6 Distribusi Jawaban Sikap Responden terhadap Pedoman Penggunan
B3 di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019 41
7 Distribusi Frekuensi Sikap Responden terhadap Pedoman Penggunaan
B3 di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019 43
8 Distribusi Observasi Tindakan Responden terhadap Pedoman
Penggunaan B3 di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019 44
9 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden terhadap Pedoman
Penggunaan B3 di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019 45
10 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Tindakan
Responden di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019 46
11 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Sikap dengan Tindakan
Responden di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019 47
12 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pengetahuan, Sikap dengan
Tindakan Responden di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019 47
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xii
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1 Struktur organisasi RS USU tahun 2019 35
2 Persentasi distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di
Ruang rawat inap RS USU 36
3 Persentasi distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok umur
di ruang rawat inap RS USU 37
4 Persentasi distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok masa
umur di ruang rawat inap RS USU 38
5 Persentasi distribusi frekuensi pengetahuan responden di ruang rawat
inap RS USU 41
6 Persentasi distribusi frekuensi sikap responden di ruang rawat inap
RS USU 44
7 Persentasi distribusi frekuensi tindakan responden di ruang rawat
inap RS USU 46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xiii
Daftar Lampiran
No Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian 65
2 Jadwal Penelitian 69
3 Master Data 70
4 Output Statistik 81
5 Surat Izin Penelitian 98
6 Surat Selesai Penelitian 99
7 Dokumentasi Penelitian 100
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xiv
Daftar Istilah
APAR Alat Pemadam Api Ringan
APD Alat Pelindung Diri
B3 Bahan Berbahaya dan Beracun
Bappenas Badan Penyelenggaraan Pembangunan Nasional
CSSD Central Sterile Supply Departemen
Depdiknas Departemen Pendidikan Nasional
ICU Intensive Care Unit
ILO International Labour Organization
JKN Jaminan Kesehatan Nasional
K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
K3RS Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
Kemenristek Dikti Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
LDKB Lembar Data Keselamatan Bahan
Mendiknas Menteri Pendidikan Nasional
Menkes Menteri Kesehatan
MSDS Material Safety Data Sheet
NAB Nilai Ambang Batas
No Nomor
PAK Penyakit Akibat Kerja
PERMENKES RI Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
PNS Pegawai Negeri Sipil
PP Peraturan Pemerintah
PPDK Pusat Penelitian dan Diagnostik Kesehatan
PPPK/P3K Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
RSP Rumah Sakit Pendidikan
RS USU Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
SOP Standar Operasional Prosedur
UU Undang-undang
UUD Undang-undang Dasar
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xv
Riwayat Hidup
Penulis bernama Tannia Nuril Kartika berumur 21 tahun, dilahirkan di
Tanjung Enim tanggal 31 Agustus 1997. Penulis beragama Islam, merupakan
anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Anang Usman dan Ibu
Evi Yuniarti.
Pendidikan formal dimulai di TK IDHATA Tanjung Enim tahun 2002.
Pendidikan sekolah dasar di SDN 24 Tanjung Enim tahun 2003-2009, sekolah
menengah pertama di SMPN 1 Unggulan Lawang Kidul tahun 2009-2012,
sekolah menengah atas di SMAN 1 Lawang Kidul tahun 2012-2015, selanjutnya
penuklis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Medan, Juli 2019
Tannia Nuril Kartika
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
Pendahuluan
Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu keadaan serta
usaha untuk menyediakan perlindungan bagi pekerja (Cecep, 2014). Harapan
dengan diadakannya K3 agar pekerja merasa pekerjaan yang dilakukan
mendapatkan keamanan serta kenyamanan. Ketika apapun pekerjaan yang
dilakukan risiko yang mungkin muncul dapat dihindari maka kondisi tersebut
merupakan indikator aman. Indikator kenyamanan apabila pekerjaan yang
dilakukan pekerja tersebut tidak mudah menimbulkan lelah. Melindungi tenaga
kerja adalah salah satu aspek dari K3 yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
Pasal 27 Undang-undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia tahun
1945, menyatakan bahwa “setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak”. Ayat ini secara tersirat diartikan dengan maksud
penjaminan pekerja atas hak-hak dasar bagi pekerja dan memberikan kesempatan
yang sama juga mendapatkan perlindungan terhadap aspek K3 serta perlakuan
tanpa diskriminasi atas dasar apapun dengan tetap memperhatikan kawasan
tempat kerja yang nyaman, aman, sehat dan selamat bagi pekerja. Terkait dengan
sumber daya manusia adalah setiap orang mempunyai hak atas upah yang cukup
dalam pekerjaannya dan juga tidak menyebabkan kecelakaan kerja dan penyakit.
Hakikatnya K3 adalah usaha menekan dan juga meminimalkan risiko kecelakaan
dan Penyakit Akibat Kerja (PAK). Berdasarkan data ILO (International Labour
Organization) tahun 2018, kecelakaan kerja dan PAK mengakibatkan lebih dari
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
2,78 juta orang meninggal. Kawasan Asia dan Pasifik memiliki angka kematian
akibat kerja lebih dari 1,8 juta kematian setiap tahunnya. Diperkirakan Asia
menyumbang angka kematian sebesar dua pertiga kematian di dunia. Selain itu,
terdapat sekitar 374 juta cedera dan PAK yang tidak fatal setiap tahunnya yang
mengakibatkan banyak absensi kerja. Akibat tingginya angka dari kecelakaan
tersebut, mendorong berbagai golongan sehingga melakukan upaya dalam
peningkatan perlindungan kesehatan bagi tenaga kerja.
Undang-undang (UU) Nomor (No.) 36 tahun 2009 tentang kesehatan
menyatakan bahwa segala bentuk upaya mengenai kesehatan wajib dilakukan oleh
pengelola tempat kerja, melalui upaya promotif, preventif, upaya kuratif dan
rehabilitatif bagi tenaga kerja. Pengaruh empat faktor terhadap derajat kesehatan
seseorang meliputi : faktor perilaku (life style), faktor genetik , faktor lingkungan
dan juga faktor pelayanan kesehatan. Interaksi dari faktor-faktor tersebut saling
berpengaruh terhadap kesehatan seseorang. Faktor perilaku merupakan faktor
determinan yang berperan penting sebagai faktor risiko. Menurut Skinner yang
dikutip oleh Notoatmodjo (2010), perilaku merupakan suatu respon dan reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) sedangkan menurut
Notoatmodjo perilaku adalah suatu aktivitas yang dilakukan manusia itu sendiri
(Cecep dan Mitha, 2013). Peningkatan kesehatan tersebut dilaksanakan dengan
cara memberikan perlindungan tenaga kerja dalam bekerja untuk menghindari
resiko dari faktor yang membuat kerugian pada kesehatan pekerja, penempatan
posisi serta perawatan tenaga kerja dalam lingkungan kerja sesuai dengan keadaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
pekerja serta psikologinya. Secara ringkas merupakan penyesesuaian antara
pekerjaan kepada manusia dan manusia terhadap pekerjaannya.
UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (RS) menyatakan bahwa
penyelenggaraan pelayanan kesehatan perorang dengan penyediaan pelayanan
seperti rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat secara paripurna sebagai institusi
pelayanan kesehatan merupakan pengertian dari rumah sakit. Kecelakaan kerja
pada sumber daya manusia rumah sakit, pengunjung, pasien, pendamping pasien
serta lingkungan rumah sakit merupakan risiko tinggi di rumah sakit yang harus
dilakukan penyelenggaraan pelayanan kesehatan (Permenkes RI, 2016). Rumah
sakit adalah sarana penunjang dan peningkatan dalam kesehatan masyarakat.
Sesuai dengan kebutuhan peningkatan pemanfaatan rumah sakit oleh masyarakat
maka Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) berpotensi semakin
tinggi, dalam mengantisipasi dampak dari kemungkinan risiko-risiko tersebut
sehingga memberikan rasa aman kepada petugas dan lingkungan. Undang-undang
tersebut juga menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan,
rumah sakit harus melakukan pengakreditasian di rumah sakit secara berkala,
seminimalnya tiga kali dalam satu tahun, dimana K3 menjadi salah satu unsur
yang akan dinilai dalam akreditasi tersebut. Memberikan perlindungan kepada
pasien, pengunjung, pekerja ataupun lingkungan kerja rumah sakit agar terhindar
dari resiko kejadian K3, memerlukan penyelenggaran K3RS secara
berkesinambungan.
Penyakit infeksi merupakan salah satu dari banyaknya potensi bahaya di
rumah sakit, termasuk terjadinya kecelakaan yang meliputi bahaya peledakan,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
kebakaran, kecelakaan yang berkaitan dengan listrik, cedera lain, terjadinya
radiasi, adanya bahan-bahan kimia yang berbahaya, gangguan psikososial serta
ergonomi (Permenkes RI, 2007). Pelaksanaan dalam pelayanan tersebut, Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara (RS USU) menggunakan beberapa jenis bahan
kimia termasuk didalamnya Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) seperti antiseptik
serta desinfektan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, menyatakan B3 adalah bahan
yang dapat mencemarkan, merusak juga membahayakan lingkungan hidup,
kelangsungan hidup manusia ataupun makhluk lainnya serta kesehatan secara
langsung maupun tidak langsung karena sifat serta konsentrasinya (jumlahnya).
Pengelolaan B3 merupakan rangkaian proses kegiatan yang mencakup pengadaan,
penyimpanan, penggunaan, pengolahan dan pembuangan limbah B3.
Bekerja dengan bahan kimia, maka K3 harus menjadi pedoman utama
selama pelaksanaannya karena substansi dari B3 dan limbah medis dari B3
tersebut dapat mengancam kesehatan tenaga kerja maupun lingkungan sekitarnya.
Bahaya dari B3 dalam keadaan tertentu terkadang meningkat melihat sifatnya
yang mudah terbakar, beracun dan lain sebagainya, maka jelas bahwasanya
bekerja dengan bahan-bahan tersebut memiliki risiko bahaya yang tinggi dalam
proses penyimpanan, transportasi dan penggunaannya. Apabila kondisi tersebut
tidak dapat dikelola dengan baik maka dapat memperbesar kemungkinan potensi
limbah di rumah sakit dalam mencemari lingkungan juga menyebabkan
kecelakaan kerja. Banyak terjadi kecelakaan yang disebabkan karena
ketidaktahuan pekerja dalam mengenali dan menangani B3 tersebut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
Tujuan dari penggunaan B3 dari aspek K3 adalah sebagai pedoman untuk
memberikan perlindungan pada sumber daya rumah sakit baik pasien maupun
pengunjung serta lingkngan rumah sakit dari bahaya pajanan dan limbah B3.
Limbah dari keseluruhan rumah sakit sekitar 10-15% diantaranya merupakan
limbah medis yang mengandung B3. Penggunaan B3 adalah salah satu aspek yang
tidak dapat dilupakan karena mempunyai peran penting dalam pelaksanaan
pengelolaan B3 di rumah sakit. Perilaku penggunaan dan kepatuhan Standar
Operasional Prosedur (SOP) penggunaan B3 yang benar dengan aturan dari pihak
rumah sakit adalah bentuk dukungan dalam kesuksesan kesehatan kerja. B3 tidak
digunakan pada semua unit di rumah sakit, unit-unit yang menggunakan B3
diantaranya seperti ICU (Intensive Care Unit), rawat inap, radiologi, hemodialisa
dan laboratorium. Setiap unit tentunya terdapat beberapa komponen tenaga
kesehatan salah satunya perawat.
Perawat adalah salah satu petugas rumah sakit yang langsung berhubungan
dengan B3 dan memiliki intensitas interaksi paling tinggi dibandingkan dengan
komponen lainnya. Melakukan pekerjaan yang mempunyai risiko untuk terpapar
dan terpajan bahan kimia berbahaya tentunya harus mengutamakan K3 untuk
menghindari kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat terjadi akibat dari faktor
perilaku K3 yang meliputi nilai pengetahuan, sikap dan tindakan. Pendidikan rata-
rata perawat di RS USU adalah Diploma Keperawatan. Setiap harinya, perawat
memulai pekerjaannya pada pukul 07.30 – 14.30 WIB untuk shift pagi, pukul
14.30 – 21.00WIB untuk shift sore, pukul 21.00 – 07.30 WIB untuk shift malam.
Perawat dibagi per ruangan, di dalam ruang rawat inap terdapat 4 kelas yaitu kelas
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
VIP (Zaitun), kelas I (Cendana), kelas II (Meranti) serta kelas III (Mahoni).
Begitu besarnya risiko yang dihadapi perawat, maka perlindungan K3 bagi tenaga
kerja yang menggunakan bahan kimia berbahaya sangat diperlukan agar tidak
menyebabkan PAK dan kecelakaan akibat kerja. Faktor penyebab terjadinya
kecelakaan kerja pada perawat umumnya diakibatkan oleh tindakan tidak aman
(unsafe actions) atau faktor manusianya yang dilatarbelakangi oleh kurangnya
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Faktor sumber bahaya misalnya karena
metode dan proses kerja yang salah (Tarwaka, 2012).
Dari hasil survei pendahuluan di RS USU pada tahun 2019 diketahui
bahwa terdapat kasus perawat yang tertusuk jarum suntik sebanyak 3 kasus yang
mengandung B3 terjadi pada perawat di unit rawat inap. Satu kasus merupakan
kasus dengan granding risiko tinggi dimana jarum suntik bekas yang tertusuk
tersebut dari hasil laboratorium mengandung HbsAg reaktif sehingga
mengakibatkan perawat tersebut mengalami mual dan muntah. Satu kasus juga
merupakan kasus dengan granding risiko tinggi dimana perawat tersebut tertusuk
jarum suntik bekas yang mengandung insulin sehingga perawat tersebut
mengalami iritasi pada bagian sekitar kulit yang tertusuk dan perawat merasa
pusing. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik ingin meneliti
mengenai gambaran perilaku perawat terhadap pedoman penggunaan bahan
berbahaya dan beracun di ruang rawat inap RS USU tahun 2019.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
yang diteliti adalah bagaimana gambaran perilaku perawat terhadap pedoman
penggunaan bahan berbahaya dan beracun di ruang rawat inap RS USU tahun
2019.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran perilaku perawat terhadap pedoman
penggunaan bahan berbahaya dan beracun di ruang rawat inap RS USU tahun
2019.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit terhadap pedoman
penggunaan bahan berbahaya dan beracun di ruang rawat inap terutama dalam
hal perilaku perawat rumah sakit.
2. Sebagai referensi melakukan penelitian sejenis bagi peneliti lain.
3. Dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis tentang perilaku
perawat terhadap pedoman penggunaan bahan berbahaya dan beracun di ruang
rawat inap rumah sakit.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
Tinjauan Pustaka
Perilaku
Definisi Perilaku. Hakikatnya perilaku manusia adalah suatu kegiatan
yang dilakukan dan timbul dari diri manusia tersebut. Rentangan perilaku manusia
sangat luas meliputi berjalan atau bergerak, bereaksi, berpakaian dan lainnya.
Aktivitas internal misalnya berpikir, berpersepsi serta emosi merupakan bagian
dari perilaku manusia. Karakteristik perilaku dibedakan menjadi dua macam yaitu
perilaku aktif dan perilaku pasif. Perilaku aktif ialah suatu bentuk dalam
melakukan tindakan yang perilakunya dapat diamati langsung. Perilaku pasif ialah
respon dari dalam diri manusia yang tidak dapat dilihat langsung oleh orang lain
(tidak ada tindakan) misalnya mengambil sikap, berpikir dan berpendapat (Cecep
dan Mitha, 2013). Menurut H. L. Blum yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010),
mengemukakan bahwa perilaku dibagi dalam 3 domain, yaitu : cognitive domain
(ranah kognitif), yaitu perilaku yang menekankan pada aspek intelektual seperti
pengetahuan (knowledge), affective domain (ranah afektif), yaitu berisikan
penekanan aspek perasaan serta emosi pada perilaku seperti sikap (attitude) dan
psychomotor domain (ranah psikomotor) berisi penekanan aspek keterampilan
motorik pada perilaku, seperti tindakan atau praktik (practice). Ketiga domain ini
diterjemahkan dalam cipta (kognisi), rasa (emosi), serta karsa (konasi) atau
pericipta, perirasa, serta peritindak.
Pengetahuan. Perilaku manusia itu sangat kompleks serta memiliki
cakupan yang luas. Menurut KI Hajar Dewantara pengetahuan merupakan hasil
tahu atau hasil penginderaan manusia atau seseorang yang terjadi ketika orang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
tersebut selesai melakukan penginderaan pada suatu objek tertentu dengan
menggunakan indera yang dimiliki seperti hidung, telinga, mata dan lain
sebagainya. Pengetahuan tersebut dengan sendirinya dihasilkan pada saat
penginderaan berlangsung dan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
presepsi pada suatu objek. Perilaku akan lebih bertahan lama jika didasarkan oleh
pengetahuan daripada perilaku yang tidak didasarkan pada pengetahuan. Menurut
Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010), mengungkapkan bahwa
proses yang berurutan dalam diri seseorang sebelum mengadopsi perilaku yang
baru (berperilaku baru) yakni, kesadaran (awareness) ketika stimulus (objek)
disadari atau diketahui oleh orang tersebut, merasa tertarik (interest) pada
stimulus (objek) tersebut, menimbang-nimbang (evaluation) untuk dirinya
terhadap baik/buruknya stimulus tersebut pada dirinya, percobaan (trial) ketika
apa yang dikehendaki stimulus mulai coba dilakukan sesuatu oleh subjek dan
terakhir adopsi (adoption) yaitu ketika subjek sudah mengadopsi perilaku baru
sesuai dengan pengetahuannya, kesadarannya serta sikapnya terhadap stimulus.
Kenyataannya, tahap-tahap tersebut tidak selalu dilewati dalam perubahan
perilaku. Secara garis besar pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkatan, yaitu :
a. Know (tahu)
Tahu didefinisikan sebagai ingatan ulang suatu memori/stimulus yang
pernah didapat sebelumnya. Tahu adalah tingkatan paling rendah dalam
pengetahuan. Pengukuran tahu pada orang tentang apa yang ia pelajari dengan
kata kerja seperti, menyebutkan, mendefinisikan, menguraikan dan
menyatakan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
b. Comprehension (memahami)
Memahami artinya sebuah kecakapan menggambarkan dengan benar
dan tepat tentang objek yang ia ketahui serta dapat mengintegritasikan materi
tersebut dengan benar. Objek atau materi harus dapat dijelaskan, diberikan
contoh, disimpulkan serta dinamakan ketika seseorang telah memahami.
c. Application (aplikasi)
Aplikasi berarti kecakapan dalam penggunaan materi yang dipelajari
terhadap situasi dan kondisi nyata atau rill (sebenarnya). Dapat diartikan
dengan penerapan materi yang telah didapatkan pada kehidupan sebenarnya
menggunakan atau mengaplikasi prinsip, rumus, serta metode.
d. Analysis (analisis)
Analisis merupakan kecakapan dalam penjabaran serta pemisahan
sebuah objek dalam bentuk komponen-komponen yang masih berkaitan satu
sama lain serta masih dalam suatu struktur organisasi tersebut.
e. Synthesis (sintesis)
Sintesis ialah kecakapan untuk merangkum, memposisikan atau
menyatukan bagian menjadi bentuk utuh atau keseluruhan dalam satu
hubungan logis. Dengan kata lain, kecakapan dalam membuat serta merangkai
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang tersedia.
f. Evaluation ( evaluasi)
Evaluasi bersangkutan dengan kecakapan dalam melakukan putusan,
penyesuaian dan atau menilai materi (objek) berdasarkan kriteria khusus yang
dirancang sendiri ataupun yang telah tersedia.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
Pengetahuan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :
1. Pendidikan
Menurut Notoatmodjo (2010), pendidikan sangat erat kaitannya
dengan pengetahuan. Ketika sesorang memiliki pengetahuan yang banyak
maka semakin tinggi tingkat pendidikan orang tersebut sehingga semakin
mudah untuk menerima dan mengembangkan pengetahuan dan teknologi.
2. Pekerjaan
Proses mengakses informasi yang dibutuhkan terhadap suatu objek
sangat dipengaruhi oleh pekerjaan seseorang.
3. Umur
Pertambahan pengetahuan yang didapat seseorang dipengaruhi dengan
pertambahan umur orang tersebut.
4. Pengalaman
Pengetahuan seseorang dalam jangka waktu yang lama dapat dibentuk
dengan pengalaman.
5. Lingkungan
Lingkungan adalah semua yang berada disekitar individu. Pengetahuan
dapat dipengaruhi lingkungan karena pengetahuan akan merespon ketika
adanya hubungan timbul balik ataupun tidak pada setiap individu.
6. Sosial Budaya
Pengetahuan seseorang terhadap sesuatu dapat dipengaruhi oleh
budaya dan kebiasaan masyarakat maupun keluarga.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
Mengukur pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
(kuesioner) dimana isi dari materi tersebut akan ditanyakan pada subjek penelitian
ataupun responden. Tingkat-tingkat tersebut dijadikan tolak ukur yang dapat
disesuaikan mengenai kedalaman pengetahuan yang diukur atau yang ingin kita
ketahui dari responden (Notoatmodjo, 2007).
Sikap. Sikap merupakan suatu respon atau stimulus seseorang dari
perilaku yang tertutup terhadap suatu objek tertentu, melibatkan faktor pendapat
serta emosi yang bersangkutan (Heri, 2014). Menurut Campabell dalam
Notoatmodjo (2010) mengemukakan sikap dengan sangat sederhana, yaitu : “An
individual’s attitude is an syndrome of respons consistency with regard to social
object”. Sikap seseorang adalah sindrom atau kumpulan gejala yang konsisten
dalam merespon sesuatu yang berkenaan dengan objek. Sikap merupakan keadaan
siap dan sedia seseorang dalam bertindak tetapi tidak merupakan pelaksanaan
dalam motif tertentu menurut salah seorang ahli psikologi Newcomb yang dikutip
oleh Notoatmodjo (2007). Predisposisi dari sebuah perilaku tetapi belum
mencapai tindakan ataupun aktivitas disebut dengan fungsi sikap. Menurut Allport
yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), terdapat tiga komponen pokok dari sikap,
adalah :
a. Keyakinan (kepercayaan), gagasan dan rangsangan terhadap objek tertentu.
b. Kondisi perasaan (emosional) dan penilaian terhadap objek tertentu.
c. Keinginan melakukan tindakan.
Dari komponen-komponen tersebut dengan serentak membentuk sikap
yang utuh (total attitude). Pengetahuan, pemikiran, emosi serta keyakinan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
merupakan peran penting dalam menentukan sikap yang utuh. Sikap mengandung
aspek yang merupakan aspek penilaian terhadap objek dan memiliki tiga
komponen, meliputi : komponen kognitif, afektif dan konatif. Kognitif merupakan
aspek intelektual yang berhubungan dengan sesuatu yang diketahui manusia.
Afektif merupakan aspek emosi yang kaitannya dengan evaluasi terhadap
pengetahuan yang dimiliki. Konatif berupa aspek visional terkait pada
kecenderungan atau keinginan bertindak. Sikap terdiri dari empat kedudukan
berdasarkan intensitasnya, diantaranya :
1. Menerima (receiving)
Menerima merupakan tingkatan sikap yang paling rendah.Menerima
berarti stimulus dari objek diperhatikan dan diterima oleh orang (subjek).
2. Menanggapi (responding)
Dapat diartikan memberikan tanggapan atau jawaban jika ada
pertanyaan terhadap suatu objek.
3. Menghargai (valuing)
Dapat berarti seseorang tersebut memberi penilaian positif dari suatu
objek dan dibahas dengan orang lain bahkan dapat mempengaruhi dan
mengajak orang lain untuk memberikan respon.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab merupakan tingkatan sikap yang paling tinggi.
Menjadikan segala resiko dari segala sesuatu pilihannya sebagai tanggung
jawab merupakan sikap yang paling tinggi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
Mengukur sikap dapat dilakukan dengan langsung maupun tak langsung
yaitu dengan ditanyakan kepada objek atau tidak ditanyakan.
Tindakan.Menurut Notoatmodjo (2010) praktik (practice) kesehatan atau
dapat disebut praktik kesehatan (overt behavior) adalah seseorang yang telah
mengetahui tentang obejek dari kesehatan yang kemudian menilai dan
memberikan pendapat terhadap apa saja yang ia ketahui, selanjutnya diharapkan
akan dilaksanakan atau mempraktikan sesuai apa yang diketahui atau disikapinya
(dinilai baik). Sikap belum tentu terwujud sebagai suatu tindakan, perwujudan
sikap menjadi suatu tindakan yang nyata memerlukan faktor-faktor lain, seperti
tersedianya fasilitas sarana dan prasarana. Menurut Notoatmodjo (2010), tindakan
atau praktik memiliki tingkatan-tingkatan berdasarkan kualitasnya, yakni :
1. Persepsi (perception)
Praktik tingkat pertama adalah mengetahui dan menentukan tindakan
yang diambil behubungan dengan berbagai objek.
2. Respon terpimpin (nurded respons)
Dapat melaksanakan sesuatu sesuai dengan mekanisme yang benar dan
sesuai contoh adalah indikator praktik tingkat dua
3. Mekanisme (mechanism)
Ketika seseorang telah menjadikan kebiasaan sebagai suatu yang
dilakukan dengan sendirinya dan secara tepat.
4. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah tindakan atau perbuatan yang telah dimodifikasi tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut dan telah berkembang dengan baik.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
Perawat
Definisi Perawat. UU No. 38 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (1) tentang
keperawatan menyatakan perawat merupakan seseorang yang telah lulus
perguruan tinggi keperawatan yang diakui oleh pemerintah baik di dalam dan luar
negeri, sesuai ketentuan yang berlaku dalam peraturan perundang-undangan.
Secara sederhana perawat merupakan seseorang yang bekerja mengasuh dan
merawat orang lain dengan masalah kesehatannya. Secara luas, perawat adalah
tenaga kerja professional memiliki kecakapan tanggung jawab serta wewenangan
dalam melakukan juga memberikan perawatan pada pasien yang menjalani
masalah kesehatan (Nisya dan Hartanti, 2013). Menurut Taylor C., Lillis C., Le
Mone yang dikutip oleh Budiono dan Sumirah (2016), mendefinisikan perawat
adalah orang yang memiliki dalam merawat dan atau memelihara, membantu
dengan melindungi orang lain karena sakit, luka dan proses penuaan.
Peran Perawat. Perawat memiliki peran-peran pokok antara lain
memberikan pelayanan keperawatan yang dilakukan dengan melihat kebutuhan
dasar manusia peran perawat sebagai pengasuh (caregiver). Advokat klien
(clientadvocate) sebagai advokat klien peran perawat berorientasi membantu atau
melayani klien dalam menguraikan dan menjelaskan berbagai info dan memberi
pelayanan terkhusus dalam mengambil persetujuan tindakan dalam keperawatan.
Peran perawat sebagai konselor atau penasihat adalah ketika pasien atau klien
menguraikan keadaannya serta hal-hal yang menyangkut suasana nantinya.
Pendidik (educator) membantu klien dalam peningkatan pengetahuan tentang
kesehatan gejala penyakit serta tindakan yang akan diberikan sehingga diharapkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
terjadi perubahan dari klien tersebut. Perawat sebagai koordinator melakukan
koordinasi dengan mengarahkan, merencanakan serta mengoordinasikan
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga dapat dimengerti untuk
melakukan praktek sesuai dengan kebutuhan pasien. Kolaborator perawat harus
melakukan kerja sama beserta tim kesehatan biasanya beranggotakan tenaga
kesehatan seperti dokter untuk melakukan identifikasi pelayanan keperawatan
yang dibutuhkan. Konsultan (consultan) perawat sebagai tempat bertanya dan
konsultasi (Nisya dan Hartanti, 2013). Berdasarkan hasil Lokakarya Nasional
Keperawatan yang dikutip oleh Budiono dan Sumirah (2016), adalah : a)
melaksanakan pelayanan keperawatan, b) memberikan pendidikan tentang
keperawatan, c) mengelola pelayanan keperawatan, serta d) meneliti dan
mengembangkan pelayanan keperawatan.
Fungsi Perawat. Perawat memiliki fungsi berdasarkan perannya dan
dapat berubah berdasarkan kondisi yang terjadi dalam menjalankan peran tersebut
perawat mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi Independen
Tindakan perawat dalam fungsi ini perawat tidak memerlukan perintah
dari dokter karena sifatnya mandiri. Klien menjadi tanggung jawab perawat,
setiap mengambil suatu tindakan.
2. Fungsi Dependen
Fungsi dependen yaitu tugas perawat adalah membantu dokter
memberi pelayanan medis serta tindakan khusus yang seharusnya dilakukan
dokter yang memiliki wewenang seperti pemasangan infus, memberi obat dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
suntikan dan setiap kegagalan tindakan medis tersebut menjadi tanggung
jawab dokter.
3. Fungsi Interdependen
Konsep dalam fungsi ini tindakan yang dilakukan perawat berdasarkan
kerja sama dengan tim-tim lainnya seperti kesehatan dan keperawatan.
Berkolaborasi dengan tenaga gizi dalam pembuatan rancangan penentuan
kebutuhan makanan bagi ibu dan tumbuh kembang janin sebagai maksud dari
fungsi tersebut.
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Definisi B3. Menurut PP No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan B3,
menyatakan B3 adalah bahan yang dapat mencemarkan, merusak juga
membahayakan lingkungan hidup, kelangsungan hidup manusia ataupun makhluk
lainnya serta kesehatan secara langsung maupun tidak langsung karena sifat serta
konsentrasinya (jumlah).
Jenis-jenis B3 di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
a. Etanol, atau biasa disebut dengan alkohol. Memiliki sifat mudah terbakar
dan iritan. Biasa digunakan sebagai antiseptik sebagai pembersih luka.
b. Hidrogen Peroksida dengan senyawa kimia H2O2, biasa disebut dengan
perhidrol digunakan sebagai desinfektan. Memiliki sifat korosif, mudah
terbakar, oksidator dan reduktor.
c. Dichloroethyl eter, biasa disebut choroethyl untuk pencegah rasa sakit
yang di gunakan pada kulit untuk membuat mati rasa dan memiliki sifat
beracun.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
d. Klorin, dengan nama dagang presept, clax yang bersifat iritasi dan
beracun. Penggunaannya sebagai desinfektan.
e. Pestisida, dengan nama dagang baygon digunakan sebagai pembasmi
serangga dan memiliki sifat beracun.
f. Propilen atau propane atau gas elpiji dengan sifat yang mudah terbakar
dan meledak.
g. Oksigen, bersifat mudah meledak biasa digunakan sebagai asupan untuk
pasien yang mengharuskan pasien tersebut mendapatkan oksigen secara
langsung.
h. Semua jenis obat-obatan dari bagian farmasi.
Jenis-jenis Limbah B3 di Rumah Sakit
Menurut PP No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3 sebagai berikut:
1. Limbah medis infeksius, limbah yang diduga mengandung patogen terdiri
atas ekstra, jaringan tubuh, cairan infus, benda-benda tajam seperti jarum
suntik bekas.
2. Limbah medis non infeksius, limbah padat dihasilkan dari kegiatan di
fasilitas pelayanan kesehatandi luar medis yang berasal dari dapur, kantor,
halaman dan lainnya.
Pengelolaan B3 dari Aspek K3
Aktivitas produksi, transportasi, penyimpanan, penggunaan serta
pembuangan B3 merupakan definisi dari pengelolaan B3. Pengelolaan B3 dari
aspek K3 merupakan usaha dalam meminimalkan risiko penggunaan B3 dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
limbah B3.Menurut UU No. 66 Tahun 2016 tentang K3RS, Pelaksanaan
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun sebagai berikut:
Identifikasi dan Inventaris B3 di rumah sakit. Upaya memastikan B3
yang berbahaya di rumah sakit, perlu dilakukan identifikasi awal mengenai jenis
B3 yang digunakan di suatu rumah sakit tersebut. B3 yang digunakan dalam
rumah sakit sesuai dengan kebutuhan dari rumah sakit masing-masing. B3 di
rumah sakit terbagi menjadi 2 jenis, yaitu B3 Medis dan B3 Non Medis yang
masing-masing memiliki bahaya berbeda bagi petugas rumah sakit termasuk
perawat yang menggunakan. Dalam PP No. 74 Tahun 2001 pasal 5 ayat (1)
karakteristik B3 adalah seperti :
1. Mudah meledak (explosive)
Suatu bahan yang dapat menyebabkan ledakan dan menimbulkan
kebakaran ketika mencapai suhu juga tekanan standar ataupun bereaksi baik
melauli reaksi fisika dan kimia yang dapat menghasilakan gas dalam suhu dan
tekanan tinggi merusak lingkungan dengan cepat.
2. Pengoksidasi (oxidizing)
Suatu bahan yang dapat menimbulkan api atau melepaskan banyak
panas ketika bereaksi dengan bahan kimia lain, khususnya bahan kimia yang
mudah terbakar meskipun keadaan hampa udara.
3. Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable)
B3 baik dalam wujud padat ataupun cair dengan titik nyala 00C dan
titik didih ≤ 350C.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
4. Sangat mudah menyala (highly flammable)
B3 baik padat dan/atau cair yang memiliki titik nyala 0-210C.
5. Mudah menyala (flammable)
Padatan atau cairan yang memiliki titik didih 0-210C dapat
menimbulkan panas atau meningkat suhunya dengan udara pada temperatur
ambien. Dalam keadaan suhu dan tekanan yang normal gas mudah untuk
terbakar. Apabila kontak atau bercampur dengan air dan udara yang lembab
dalam jumlah yang berbahaya dapat menimbulkan gas yang sangat mudah
terbakar.
6. Amat sangat beracun (extremely toxic)
Suatu bahan kimia yang memiliki LD50 (Lethal Dose Fifty) ≤ 1 mg/kg.
Maksud LD50 yaitu hitungan untuk dasis dalam gram pencemar per kilogram
yang mengakibatkan kematian 50% dari jumlah populasi mahluk hidup yang
menggunakan responden sebagai bahan uji.
7. Sangat beracun (highly toxic)
B3 penyebab rusaknya kesehatan yang akut serta kronis bahkan
menyebabkan kematian pada konsentrasi yang sangat rendah ketika terpajan
baik inhalasi dan juga dari kulit.
8. Beracun (moderately toxic)
Bahan kimia meskipun dalam jumlah kecil dan/atau sedikit masuk
melalui pernafasan, mulut dan kulit menyebabkan keracunan pada manusia
maupun makhluk hidup lainnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
9. Berbahaya (harmful)
Suatu bahan kimia dalam wujud padat, cair maupun gas menimbulkan
bahaya kesehatan hingga ke tingkat tertentu.
10. Korosif (corrosive)
Bahan yang karena reaksi kimia dapat merusak logam dan
menimbulkan iritasi serta rasa terbakar pada kulit (Achadi, 2004).
11. Bersifat iritasi (irritant)
Bahan yang ketika bereaksi menimbulkan peradangan atau kerusakan
apabila kontak langsung mengenai permukaan tubuh lembab area kulit serta
saluran pernapasan. Pada umumnya, bahan korosif itu merupakan bahan iritan.
12. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
Bahan kimia yang dapat merusak lingkungan atau peristen di
lingkingan seperti PCBs, serta dapat merusak lapisan pada atmosfer (ozon)
misalnya CFC (Sumisih, 2010).
13. Karsinogenik (carcinogenic)
Bahan kimia yang apabila terpapar pada manusia atau mahluk hidup
dapat menyebabkan mutagenesis dan perubahan struktur genetik pada
manusia, misalnya kanker.
14. Teratogenik (teratogenic)
15. Mutagenik (mutagenic)
Menyiapkan dan memiliki lembar data keselamatan bahan (Material
Safety Data Sheet). MSDS adalah dokumen lengkap tentang suatu bahan kimia
yang harus ada pada industri mengenai informasi tentang bahan kimia tersebut
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
(Achadi, 2004). MSDS atau juga disebut LDKB (Lembar Data Keselamatan
Bahan) adalah himpunan atau kumpulan informasi keselamatan serta tanda atau
isyarat dalam mengelolah bahan kimia yang berbahaya dan informasi mengenai
bahan kimia tersebut. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.Kep.
187/Men/1999, isi dari MSDS memuat sebagai berikut :
1. Penetapan identitas dari bahan kimia
Berupa nama atau sebutan bahan, sinonim bahan, rumus kimia, kode
produksi, nama serta alamat perusahaan distributor, nomor telepon keadaan
darurat dari bahan kimia tersebut.
2. Komposisi bahan kimia
Deskripsi bahan berupa klasifikasi bahan tersebut serta nilai batas
paparan yang diperbolehkan bagi keselamatan dan kesehatan.
3. Identifikasi potensi bahaya
Mengidentifikasi masalah kesehatan yang timbul dan berakibat pada
tubuh seperti mata, kulit, saluran cerna, pernafasan, karsinogen, teratogen dan
fungsi reproduksi.
4. Pelaksanaan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)
Mencakup penyelamatan sebelum dan sesudah datang pertolongan
medis. Apabila terdapat antidote untuk bahan kimia.
5. Pelaksanaan tindakan penanggulangan kebakaran
Meliputi sifat bahan kimia yang mudah terbakar, nilai ambang batas
titik nyala dan suhu nyala sendiri, batas dari suhu tertinggi dan terendah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
mudah terbakar, jenis pemadaman bahaya lain serta petunjuk petugas
pemadam kebakaran.
6. Menangani apabila terjadi bocoran atau tumpahan
Banyaknya tumpahan, alat pelindung diri (APD) yang digunakan dan
cara yang dilakukan bila hal yang tidak diinginnkan terjadi.
7. Menangani dan menyimpan bahan
Cara menangani serta mencegah paparan pada tempat penyimpanan
bahan, menetapkan dan menyimpan “incompatible”, yaitu bahan dengan
syarat khusus dalam penyimpanan.
8. Pengendalian paparan serta APD
Mengenai panduan teknis pengendalian serta pengadaan APD.
9. Sifat kimia dan fisika bahan
Tentang bagaimana wujud dari bahan, padat/cair/gas, bau, warna, berat
jenis, titik lebur dan didih, tekanan uap, daya larut, pH dan lainnya.
10. Reaktivitas dan stabilitas
Mencantumkan sifat reaktivitas dan kesetabilan dari bahan, keadaan
yang tidak boleh terjadi serta tidak boleh tercampur karena bahan bersifat
dekomposisi dan menimbulkan bahaya polimerasi.
11. Informasi bahan toksikologi
Meliputi Nilai Ambang Batas (NAB) dari suatu bahan kimia.
12. Informasi bahan ekologi
Karakter bahan yang berbahaya terhadap lingkungan dan berdampak
pada lingkungan, menyebabkan degradasi serta bioakumulasi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
13. Buangan limbah
Informasi mengenai teknis bagaimana membuang limbah bahan kimia
berbahaya mencakup pembuangan wadah atau tempat bekas bahan kimia
tersebut.
14. Informasi mengenai transportasi bahan kimia
Mencakup peraturan internasional dalam proses transportasi baik
melalui darat, udara serta laut.
15. Peraturan perundangan
Meliputi pemberian simbol atau tanda dan label, standar bahan serta
norma yang telah diberlakukan.
Menyiapkan sarana keselamatan B3. Menurut PP No. 66 Tahun 2016
tentang K3RS, sarana keselamatan B3 minimal meliputi lemari B3, APD,
penyiram badan (body wash), pencuci mata (eyewasher), rambu dan simbol B3,
serta spill kit.
Pedoman dan standar prosedur pengelolaan B3 yang aman, salah
satunya adalah pedoman penggunaan B3. Rumah sakit termasuk salah satu
industri yang menggunakan berbagai jenis B3 dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan sehingga memiliki potensi yang besar dalam menimbulkan berbagai
macam risiko. Upaya mengantisipasi dan meminimalkan risiko-risiko tersebut
rumah sakit memerlukan pedoman dan standar prosedur dalam penggunaan B3
berdasarkan UU No. 66 Tahun 2016 tentang K3RS, yang meliputi :
1. Perencanaan serta penerapan K3 dalam penggunaan B3 yang harus
diperhatikan antara lain:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
a. Pemakaian APD yang disesuaikan dengan risiko bahayanya dan diganti
setahun sekali, Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan P3K tersedia dan
lengkap. Melalui penerapan dan penetapan cara menggunakan APD yang
tepat dan sesuai dengan prosedur persyaratan ketika menggunakannya
serta melengkapi APAR serta PPPK/P3K yang berupa spill kit sebagai
sarana keselamatan B3 dan ditempatkan disetiap instalasi atau satuan kerja
yang menggunakan B3 serta menghasilkan limbah B3.
b. Pihak yang berwenang telah menyatakan tempat kerja serta lingkungan
dalam kondisi aman.
c. Menggunakan alat-alat kerja yang layak pakai atau tidak rusak dan
berkarat.
d. Keamanan dan keefektifan metode kerja ataupun tata cara pelaksanaan
kerja.
e. Persiapan kelengkapan administrasi (MSDS/perintah/petunjuk kerja, daftar
B3, pelabelan, dan lainnya) dan surat izin penetapan serta penerapan
syarat-syarat dokumen, lisensi dari persyaratan yang berlaku. Mengadakan
MSDS dan daftar B3 pada setiap instalasi yang menggunakan B3 serta
pemberian simbol atau label pada B3 yang digunakan.
2. Selama proses penggunaan B3 yang perlu dihindari adalah tindakan tidak
aman dan harus sesuai dengan SOP yang berlaku.
3. Apabila transisi shift jaga dalam setiap serah terima serta tanggung jawab
terhadap penggunaannya, laporkan situasi kondisi kerja yang tidak aman.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
4. Apabila penggunaan B3 telah selesai, bersihkan alat-alat kerja dan
mengamankannya termasuk wadah sisa hingga terjaga dari kandungan B3.
5. Jika terjadi kecelakaan segera lakukan P3K serta penanganan lebih lanjut
melalui pelatihan serta simulasi tumpahan B3 dengan panduan penanganan
tumpahan B3 secara umum, sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi atau mengenali tempat kejadian tumpahan tersebut,
banyaknya tumpahan, bagaimana sifat fisik dan kimia bahan yang tumpah,
bahaya dan risiko yang dapat ditimbulkan dari tumpahan serta bagaimana
teknik penanganan yang tepat dan aman.
b. Memastikan penggunaan APD (terkhususnya sarung tangan, pelindung
kaki, pelindung mata atau muka dan bila diperlukan gunakan juga
pelindung pernafasan.
c. Pastikan tumpahan agar tidak meluas dan apabila memungkinkan hentikan
sumber tumpahannya secara tepat, cepat dan aman.
d. Lakukan penanganan (di tempat) dengan cara yang tepat.
e. Netralisasi bahan kimia yang tumpah adalah proses yang umumnya
dilakukan.
f. Basa (soda ash/lime) dapat digunakan sebagai penetral tumpahan yang
memiliki sifat asam dan larutan asam asetat untuk tumpahan dalam proses
netralisasi.
g. Tanah, pasir, natrium karbonat dan kapur dalam keadaan darurat ketika
terjadi tumpahan termasuk bahan-bahan yang paling umum untuk
digunakan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
h. Sesuai dengan bahan pengotornya bekas tumpahan yang terdapat di area
kerja dapat dibersihkan seperti dengan air, sabun detergen dan pembersih
lainnya.
i. Rincian lengkap mengenai penanganan dapat dilihat di dalam MSDS.
Penanganan keadaan darurat B3. Penanganan keadaan darurat B3
terbagi menjadi dua yaitu penanganan kecelakaan kerja dan darurat B3 serta
penanganan tumpahan B3. Ketika terjadi kecelakaan ditempat kerja penanganan
kecelakaan kerja dan darutat B3 digunakan sebagai petunjuk bagi petugas untuk
menyelamatkan korban dengan tujuan agar korban tersebut merasa tenang dan
aman serta mencegah kondisi atau keadaan yang lebih parah selagi menungu
datangnya pertolongan dari dokter. Cakupan penangan kecelakaan dan darurat B3
meliputi petunjuk umum untuk pertolongan pertama yang berkaitan dengan
pengelolaan B3, dampak serta risiko akibat pengelolaan B3. Penanggulangan
ketika terjadinya kecelakaan dan darurat B3, wajib bagi setiap orang yang
mengelola B3. Melaksanakan kegiatan pengelolaan B3 wajib mengambil langkah-
langkah berikut, yaitu : pengisolasian atau pengamanan tempat terjadinya
kecelakaan, penanggulangan kecelakaan yang sesuai dengan prosedur serta
pelaporan kecelakaan dan keadaan darurat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan
tujuan untuk mengetahui gambaran perilaku perawat terhadap pedoman
penggunaan bahan berbahaya dan beracun dari aspek keselamatan dan kesehatan
kerja di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara tahun 2019.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara dengan alasan lokasi sebagai berikut :
1. Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara adalah rumah sakit negeri
dibawah Universitas dan Kemenristek Dikti yang aktif memberikan
pelayanan kesehatan dan tempat pendidik/penelitian tenaga profesional
dan penelitian kesehatan/kedokteran. Berdasarkan hasil survei
pendahuluan diketahui bahwa pengelolaan B3 di rumah sakit tersebut
dinilai kurang baik karena belum sesuai dengan standar K3RS.
2. Berdasarkan hasil survei pendahuluan juga diketahui bahwa terdapat kasus
perawat yang tertusuk jarum suntik yang mengandung B3 sebanyak 3
kasus yang terjadi pada perawat diunit rawat inap.
3. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai perilaku perawat terhadap
penggunaan B3 dari aspek K3 di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
Waktu. Penelitian akan dilakukan pada bulan Januari 2019 sampai dengan
bulan Juli 2019.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
Populasi dan Sampel
Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di ruang
rawat inap RS USU tahun 2019 berjumlah 69 orang, karena diketahui bahwa
terdapat kasus perawat yang tertusuk jarum suntik yang mengandung B3 sebanyak
3 kasus yang terjadi pada perawat di ruang rawat inap.
Sampel. Sampel pada penelitian ini adalah semua perawat yang bertugas
di ruang rawat inap yaitu sebanyak 69 orang.
Definisi Operasional
Pengetahuan. Hasil tahu responden tentang pedoman penggunaan B3
seperti informasi tentang MSDS, perintah kerja dan daftar B3.
Sikap. Tanggapan atau respon responden dengan penilaian mendukung
atau tidak mendukung tentang pedoman penggunaan B3.
Tindakan. Segala sesuatu yang dilakukan responden atau cara kerja
responden terhadap pedoman penggunaan B3.
Metode Pengumpulan Data
Data Primer. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan
menggunakan kuesioner yang telah disusun berdasarkan acuan PP No. 66 Tahun
2016 tentang K3RS dan PP No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun.
Data Sekunder. Data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh
langsung dari dokumentasi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara berupa data
mengenai kecelakaan perawat, data jumlah perawat, data profil rumah sakit dan
data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
Metode Pengukuran
1. Pengetahuan
Pengetahuan responden diukur dengan memberikan skor terhadap
semua jawaban dari aspek pengetahuan dalam kuesioner yang tersedia.
Pertanyaan berjumlah 9 dan total skor 9, berupa pilihan tunggal dengan
pilihan a, b dan c dengan jawaban “benar” bernilai 1 dan “salah” bernilai
0. Menurut Arikunto (2010), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinterpretasikan dengan skala yang sifatnya kualitatif, yaitu:
a. Baik, apabila hasil presentase 76% - 100% dari seluruh pertanyaan
atau memiliki skor 7-9.
b. Cukup, apabila hasil presentase 56% - 75% atau memiliki skor antara
5-6.
c. Kurang, apabila hasil presentase >56% atau memiliki skor benar
kurang dari 5.
2. Sikap
Pengukuran sikap dilakukan menggunakan skala pengukuran
Guttman.Skala Guttman digunakan untuk mendapatkan jawaban atau hasil
yang tegas terhadap sesuatu permasalahan yang ditanyakan (Sugiyono,
2013). Sikap responden diukur melalui 10 pernyataan yang memiliki
jawabannya “setuju” pada pernyataan positif dan diberi skor 1 dan “tidak
setuju” diberi skor 0. Untuk pertanyaan negatif, jika responden menjawab
“setuju” diberi skor 0 dan “tidak setuju” diberi skor 1. Sehingga total skor
tertinggi yang dicapai 10 dan total skor terendah 0. Menurut Azwar
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
(2013), hasil skor tersebut dibandingkan dengan skor rata-rata melalui
intrepretasi sebagai berikut:
a. Sikap positif, apabila jumlah nilai skor ≥ rata-rata.
b. Sikap negatif, apabila jumlah nilai skor < rata-rata.
3. Tindakan
Tindakan responden diukur melalui observasi langsung dengan 5
observasi tindakan, dimana tindakan tersebut diobservasi dengan jawaban
“Ya” diberi nilai 1 dan tindakan observasi dengan jawaban “Tidak” diberi
nilai 0. Menurut Azwar (2013), hasil skor tersebut dibandingkan dengan
skor rata-rata melalui intrepretasi sebagai berikut:
a. Tindakan baik, apabila jumlah nilai skor ≥ rata-rata.
b. Tindakan tidak baik, apabila jumlah nilai skor < rata-rata.
Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif dan melalui beberapa tahap,
mulai dari pemeriksaan kelengkapan dan data responden. Data yang telah
dikumpulkan dari hasil kuesioner dan observasi pada perawat Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara akan diolah secara statistik dengan menggunakan
bantuan program komputer. Selanjutnya, data akan disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dan diagram pie.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
Hasil Penelitian
Gambaran Umum RS USU
Sejarah RS USU. Sejarah pendirian Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara (RS USU) telah dimulai sejak tahun 2003. Adanya pengajuan ke Badan
Penyelenggaraan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengenai usulan proyek
pembagunan Pusat Penelitian dan Diagnostik Kesehatan (PPDK) USU yang
selanjutnya direvisi menjadi usulan Pembangunan Rumah Sakit Pendidikan (RSP)
USU. Bappenas memperoleh rekomendasi atau dukungan pada tahun 2004 dari
Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) untuk mendirikan RSP USU. Rektor
USU memperoleh rekomendasi serta dukungan Menteri Kesehatan (Menkes) pada
tahun 2005. Berlangsungnya proses pelelangan pelaksanaan pembangunan RSP
USU pada tahun 2007 – 2009, akhirnya pada tanggal 19 Juli 2009 PT Waskita
Karya ditetapkan sebagai pelaksana dalam pembangunan RSP USU. Selama tahun
2009 – 2011 pembangunan RSP USU berlangsung dan mulai penyusunan usulan
rancangan pengadaan alat-alat kesehatan dan non alat kesehatan serta ketenagaan.
Sejumlah tenaga berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dialokasikan untuk
ditempatkan sebagai tenaga kerja di RSP USU oleh Departement Pendidikan
Nasional (Depdiknas). Berbagai persiapan operasional dikerahkah agar RS USU
dapat segera beroperasi secara penuh. RS USU dibangun diatas lahan seluas
38.000 dengan bangunan berlantai 5 serta keseluruhan luas bangunan 52.000
. Bangunan rumah sakit awalnya terdiri dari beberapa instalasi antara lain :
instalasi gawat darurat, instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap untuk sementara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
masih tersedia 100 tempat tidur terdiri dari kelas I, kelas II, kelas III, kamar bedah
sentral, kamar bersalin, instalasi rawat perawatan intensif (ICU, NICU, PICU),
unit endoskopi, instalasi CSSD (Central Sterile Supply Departement), unit
hemodialisis, instalasi radiologi, instalasi radioterapi, laboratorium (patalogi
klinik, patalogi anatomi, mikrobiologi), unit transfusi darah, instalasi farmasi,
instalasi gizi, kantor, kamar mandi atau kamar cuci, bagian pendaftaran pasien,
kamar jaga dokter dan kamar mayat (mortuary). RS USU melaksanakan soft
opening pada tanggal 4 Desember 2014 dengan terlaksananya pembukaan
operasional penuh pada tanggal 28 Februari 2016.
Sejak tanggal 23 September 2013, kegiatan poliklinik USU telah
beroperasi di RS USU. Aktivitas poliklinik USU telah berlangsung untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan internal kampus USU. Pelayanan yang
tersedia meliputi pelayanan dokter umum, dokter gigi, spesialis THT (telinga,
hidung dan tenggorokkan), spesialis kulit dan kelamin, spesialis anak, pelayanan
pap smear, laboratorium sederhana, dispensing obat, pelayanan lainnya (test
kesehatan, posyandu spesialis manula, donor darah). RS USU merupakan rumah
sakit pemerintah yang ditempatkan dibawah pengelolaan USU. Selain
memberikan pelayanan kesehatan, fungsi utama RS USU adala sebagai tempat
pelatihan atau pendidikan tenaga profesional dan penelitian kesehatan serta
kedokteran. Menghasilkan tenaga kesehatan dengan kualitas yang bagus, penyedia
jasa pelayanan kesehatan dan sebagai sebuah wahana penelitian merupakan fungsi
sebagai RS USU sebagai sebuah institusi. RS USU merupakan rumah sakit
universitas negeri dibawah Universitas dan Kemenristek Dikti yang melayani
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
tidak hanya masyarakat umum, pegawai USU tetapi juga pasien Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) serta BPJS kesehatan (profil RS USU Medan, 2016).
Visi RS USU. Rumah Sakit USU memiliki visi yaitu sebagai Pusat
pengembangan IPTEKDOK 2025 di wilayah Indonesia Barat
Misi RS USU. Adapun misi dari RS USU sebagai berikut :
1. Meningkatkan mutu dokter, dokter spesialis dan tenaga kesehatan serta mutu
pelayanan kesehatan khususnya di Sumatera Bagian Utara.
2. Mengembangkan IPTEKDOK secara terpadu antara berbagai cabang ilmu
kedokteran dan kesehatan maupun ilmu-ilmu lain yang menunjang.
Struktur Organisasi RS USU. Sesuai dengan fungsinya sebagai rumah
sakit pendidikan dibawah pengelolaan USU, maka struktur organisasi RS USU
dikepalai oleh Rektor Universitas Sumatera Utara sebagai atasan tertinggi. Berikut
ini struktur organisasi RS USU.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
Gambar1. Struktur organisasi RS USU Tahun 2019
Karakteristik Perawat terhadap Pedoman Penggunaan B3 di Ruang Rawat
Inap RS USU
Perawat adalah responden dari penelitian ini yang berada di ruang rawat
inap RS USU yaitu sebanyak 69 orang responden dengan gambaran sebagai
berikut :
Jenis Kelamin. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh distribusi
responden jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Dewan Pengawas
REKTOR
Direktur Utama
KOMITE AKADEMIK
Sub Komite Pendidikan
Sub Komite Pelatihan
Sub Komite Penelitian
KOMITE MEDIK
Sub Komite Krudential
Sub Komite Etik & disiplin
Sub Komite Penjaminan mutu
KOMITE KEPERAWATAN
Sub Komite Krudential
Sub Komite Etik & disiplin
Sub Komite Penjaminan
mutu
SATUAN
PEMERIKSA
INTERNAL RS
USU
BADAN
PERENCANAAN &
PENGEMBANGAN
DIREKTUR DILKAT
PENELITIAN & KERJASAMA
DIREKTUR PELAYANAN
MEDIK & KEPERAWATAN
DIREKTUR SAPRAS MEDIK
& PELAYANAN PENUNJANG
DIREKTUR ADMINISTRASI
UMUM & KEUANGAN
KABAG
PENDIDIKAN
& PELATIHAN
KABAG
PENELITIAN &
KERJASAMA
KABAG
PELAYANAN
MEDIK
KABAG
KEPERAWAT
AN
KABAG
SAPRAS
MEDIK
KABAG
PELAYANAN
PENUNJANG
KABAG
ADM.
UMUM
KABAG
SDM
KABAG
KEUANG
AN
Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Rawat Jalan
Instalasi Rawat Inap
Instalasi Rawat Intensif
Instalasi Bedah Pusat
Unit Rehabilitasi Medik
Unit Kamar Persalinan
Unit Hemodialisis
Unit Transfusi Darah
Unit Home Care
Unit Pemusalaran Jenazah
Unit Rekam Medik
Garis Komando
Garis Koordinasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang Rawat Inap
RS USU Tahun 2019
Jenis Kelamin Frekuensi (Orang) Persen
Laki-laki 14 20,3
Perempuan 55 79,7
Total 69 100
Gambar 2. Persentase distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di
ruang rawat inap RS USU
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki berjumlah 14 orang (20,3%) dan jumlah
responden berdasarkan jenis kelamin perempuan berjumlah 55 orang (79,7%).
Umur. Berdasarkan hasil dari kelas median kelompok umur maka
diperoleh distribusi responden menurut umur dalam tabel dibawah ini.
79.7
20.3
Perempuan
Laki-laki
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kelompok Umur di Ruang Rawat
Inap RS USU Tahun 2019
Umur (Tahun) Frekuensi (Orang) Persen
<=29 41 59,4
>29 28 40,6
Total 69 100
Gambar 3. Persentase distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok umur
di ruang rawat inap RS USU
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah responden
berdasarkan kelompok umur <=29 tahun berjumlah 41 orang (59,4%) dan jumlah
responden berdasarkan kelompok umur >29 tahun berjumlah 28 orang (40,6%).
Masa kerja. Berdasarkan hasil dari kelas median kelompok masa kerja
maka diperoleh distribusi responden menurut masa kerja dalam tabel dibawah ini.
59.4
40.6
<=29
>29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Masa Kerja di Ruang Rawat Inap
RS USU Tahun 2019
Masa Kerja (Tahun) Frekuensi (Orang) Persen
<=2 38 55,1
>2 31 44,9
Total 69 100
Gambar 4. Persentase distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok masa
kerja di ruang rawat inap RS USU
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah responden
berdasarkan kelompok masa kerja <=2 tahun berjumlah 38 orang (55,1%) dan
jumlah responden berdasarkan kelompok masa kerja >2 tahun berjumlah 31 orang
(44,9%).
Tingkat Pendidikan. Berdasarkan hasil dari penilitian diperoleh distribusi
responden berdasrkan tingkat pendidikan dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan
seluruh responden adalah tingkat pendidikan perguruan tinggi.
55.1
44.9
<=2
>2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
Gambaran Perilaku Perawat terhadap Pedoman Penggunaan B3 di Ruang
Rawat Inap RS USU Tahun 2019
Pengetahuan. Gambaran mengenai pengetahuan responden terhadap
pedoman penggunaan B3 di ruang rawat inap RS USU dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini.
Tabel 4
Distribusi Jawaban Pengetahuan Responden terhadap Pedoman Penggunaan B3
di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019
Pertanyaan Benar Salah Total
N % N % N %
Apa yang dimaksud dengan B3 56 81,2 13 18,8 69 100
Apa tujuan dibuat pedoman peng-
gunaan B3
56 81,2 13 18,8 69 100
Apa hal penting yang mendasari
perencanaan dan penerapan B3
40 58 29 42 69 100
Apa yang dimaksud dengan MSDS 51 73,9 18 26,1 69 100
Apakah disetiap B3 memiliki MSDS 51 73,9 18 26,1 69 100
Kapan sebaiknya membaca MSDS 46 66,7 23 33,3 69 100
Apakah yang perlu diperhatikan pada
saat penggunaan B3
53 76,8 16 23,2 69 100
Apakah penggunaan B3 dapat
menyebabkan kecelakaan kerja
63 91,3 6 8,7 69 100
Bagaimana penanganan kecelakaan
kerja dalam penggunaan B3 pada
transisi shift kerja
55 79,7 14 20,3 69 100
Dari hasil analisa data tentang pengetahuan responden maka diketahui
bahwa sebanyak 56 orang (81,2%) mengetahui bahwa B3 adalah zat atau bahan-
bahan lain yang dapat membahayakan kesehatan atau kelangsungan hidup
manusia, makhluk lain dan atau lingkungan hidup pada umumnya. Sebanyak 56
orang responden (81,2%) mengetahui bahwa tujuan dibuat pedoman penggunaan
B3 adalah untuk melindungi SDM rumah sakit, pasien dan lingkungan sekitar
rumah sakit dari pajanan dan limbah B3. Responden yang mengetahui bahwa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
APD, APAR dan P3K adalah hal penting yang mendasari perencanaan dan
penerapan K3 dalam penggunaan B3 sebanyak 40 orang (58%). Sebanyak 51
orang responden (73,9%) mengetahui bahwa MSDS merupakan dokumen lengkap
atau kumpulan data keselamatan dan petunjuk tentang suatu bahan kimia
mengenai informasi dan bahayanya dan juga mengetahui bahwa MSDS terdapat
disetiap B3.
Responden yang mengetahui waktu yang tepat membaca perintah
kerja/MSDS pada saat proses penggunaan B3 sebanyak 46 orang (66,7%).
Sebanyak 53 orang responden (76,8%) mengetahui bahwa yang perlu diperhatikan
pada saat penggunaan B3 adalah metode kerja yang aman dan menggunakan APD
sesuai faktor risiko bahayanya. Responden yang mengetahui bahwa penggunaan
B3 dapat menyebabkan kecelakaan kerja sebanyak 63 orang (91,3%) dan
sebanyak 55 orang responden (79,7%) mengetahui bahwa penanganan
kecelakaan kerja dalam penggunaan B3 pada masa transisi shift kerja adalah
dengan melaporkan situasi kondisi kerja yang tidak aman pada pekerja shift
berikutnya serta mengamankan (mengisolasi) tempat terjadinya kecelakaan dan
menanggulangi sesuai SOP.
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden terhadap Pedoman Penggunaan B3
di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019
Pengetahuan Frekuensi (Orang) Persen
Baik 46 66,7
Cukup 23 33,3
Total 69 100
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
Gambar 5. Persentase distribusi frekuensi pengetahuan responden di ruang rawat
inap RS USU
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa responden yang memiliki
pengetahuan baik berjumlah 46 orang responden (66,7%), responden yang
memiliki pengetahuan cukup 23 orang responden (33,3%) dan tidak ada
responden yang memiliki pengetahuan yang kurang.
Sikap. Gambaran mengenai sikap responden terhadap pedoman peng-
gunaan B3 di ruang rawat inap RS USU dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 6
Distribusi Jawaban Sikap Responden terhadap Pedoman Penggunaan B3 di
Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019
Pernyataan Setuju Tidak
Setuju
Total
N % N % N %
Pemahaman tentang MSDS sangat
diperlukan dalam penggunaan B3
60 87 9 13 69 100
Selama penggunaan B3 hindari
tindakan tidak aman dan sesuai SOP
62 89,9 7 10,1 69 100
Tidak perlu dilakukan pengadaan
kelengkapan administrasi B3 karena
tidak penting
15 21,7 54 89,9 69 100
66.7
33.3
Baik
Cukup
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
Pernyataan Setuju Tidak
Setuju
Total
N % N % N %
Pemberian simbol/label B3 sangat
penting untuk memberikan
informasi
62 89,9 7 10,1 69 100
Penggunaan B3 yang tidak sesuai
standar dapat menyebabkan
kecelakaan
65 94,2 4 5,8 69 100
Saya keberatan menggunakan APD
saat mengelola B3 karena
mengurangi kebebasan
21 30,4 48 69,6 69 100
Penting selalu menggunakan APD
saat menggunakan B3
62 89,9 7 10,1 69 100
Selama proses penggunaan B3
petugas harus mengikuti latihan dan
simulasi penanganan yang tepat
untuk menangani bila ada
kecelakaan B3
63 91,3 6 8,7 69 100
Pada masa transisi shift kerja, saya
keberatan melaporkan situasi
kondisi tidak aman karena
merepotkan
16 23,2 53 76,8 69 100
Bila selesai menggunakan B3, saya
amankan dan bersihkan alat-alat
kerja, lingkungan kerja dan wadah
sisa B3 hingga aman
66 95,7 3 4,3 69 100
Dari hasil analisa data tentang sikap responden maka diketahui bahwa
sebanyak 60 orang (87%) menyatakan setuju bahwa pemahaman MSDS sangat
diperlukan dalam penggunaan B3. Sebanyak 62 orang responden (89,9%)
menyatakan setuju bahwa selama penggunaan B3 untuk menghindari tindakan
tidak aman dan sesuai dengan SOP. Dari hasil analisa diketahui sebanyak 54
orang responden (89,9%) menyatakan tidak setuju bahwa tidak perlu dilakukan
pengadaan kelengkapan administrasi B3 karena tidak penting. Pernyataan bahwa
pemberian simbol/label B3 sangat penting untuk memberikan informasi kepada
petugas yang belum mengetahui sifat bahaya dari bahan kimia dalam wadah atau
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
packingnya dinyatakan setuju oleh sebanyak 62 orang responden (89,9%).
Sebanyak 65 orang (94,2%) menyatakan setuju bahwa penggunaan B3 yang tidak
sesuai standar dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
Diketahui sebanyak 48 orang responden (69,6%) menyatakan tidak setuju
bahwa keberatan menggunakan APD saat pengelolaan B3 karena mengurangi
kebebasan. Sebanyak 62 orang responden (89,9%) menyatakan setuju bahwa
penting untuk selalu menggunakan APD saat menggunakan B3. Selama proses
penggunaan B3 petugas harus mengikuti latihan dan simulasi penanganan yang
tepat untuk menangani bila ada kecelakaan B3, sebanyak 63 orang responden
(91,3%) menyatakan setuju. Dari hasil analisa diketahui sebanyak 53 orang
(76,8%) menyatakan tidak setuju bahwa pada masa transisi shift kerja keberatan
untuk melaporkan situasi kondisi yang tidak aman karena merepotkan. Sebanyak
66 orang responden (95,7%) menyatakan setuju bahwa bila selesai menggunakan
B3 akan mengamankan dan membersihkan alat-alat kerja, lingkungan tempat
kerja serta wadah sisa B3 hingga aman.
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Sikap Responden terhadap Pedoman Penggunaan B3 di
Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019
Sikap Frekuensi (Orang) Persen
Positif 39 56,5
Negatif 30 43,5
Total 69 100
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
Gambar 6. Persentase distribusi frekuensi sikap responden di ruang rawat inap RS
USU
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa responden yang memiliki
sikap positif terhadap pedoman penggunaan B3 berjumlah 39 orang responden
(56,5%) dan responden yang memiliki sikap negatif terhadap pedoman
penggunaan B3 berjumlah 30 orang responden (43,5%).
Tindakan. Gambaran mengenai tindakan responden terhadap pedoman
penggunaan B3 di ruang rawat inap RS USU dapat dilihat dalam tabel dibawah
ini.
56.5
43.5 Positif
Negatif
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
Tabel 8
Distribusi Observasi Tindakan Responden terhadap Pedoman Penggunaan B3 di
Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019
Tindakan Ya Tidak Total
N % N % N %
Menggunakan APD seperti masker
dan sarung tangan saat berhubungan
dengan B3 sesuai dengan risiko
bahayanya
54 78,3 15 21,7 69 100
Membersihkan alat-alat dan ling-
kungan kerja serta wadah sisa B3
setelah selesai menggunakannya
69 100 - - 69 100
Menggunakan peralatan kerja yang
layak pakai (tidak rusak)
69 100 - - 69 100
Pada transisi shift jaga, setiap serah
terima dilakukan sebaik-baiknya dan
laporkan situasi kondisi kerja yang
tidak aman
47 68,1 22 31,9 69 100
Mengamankan alat-alat kerja yang
telah digunakan seperti meletakkan
jarun suntik bekas ke dalam
safetybox
69 100 - - 69 100
Tindakan responden terhadap penggunaan APD seperti masker dan sarung
tangan saat berhubungan dengan B3 sesuai dengan risiko bahayanya sebanyak 54
orang (78,3%). Tindakan membersihkan alat-alat kerja dan wadah sisa B3 setelah
selesai menggunakannya serta tindakan menggunakan peralatan kerja yang layak
pakai (tidak rusak) adalah sebanyak 69 orang responden (100%). Pada transisi
shift jaga, setiap serah terima dilakukan sebaik-baiknya dan laporkan situasi
kondisi kerja yang tidak aman (bila ada) sebanyak 47 orang (68,1%). Sebanyak 69
orang (100%) atau seluruh responden melakukan tindakan mengamankan alat-alat
kerja yang telah digunakan seperti meletakkan jarum suntik bekas ke dalam
safetybox. Berdasarkan hasil analisa data observasi tentang tindakan responden
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
maka diperoleh distribusi frekuensi responden menurut tindakan dapat dilihat
dalam tabel dibawah ini.
Tabel 9
Distribusi Frekuensi Tindakan Responden terhadap Pedoman Penggunaan B3 di
Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019
Tindakan Frekuensi (Orang) Persen
Baik 39 56,5
Tidak Baik 30 43,5
Total 69 100
Gambar 7. Persentase distribusi frekuensi tindakan responden di ruang rawat inap
RS USU
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa responden yang memiliki
tindakan baik terhadap pedoman penggunaan B3 berjumlah 39 orang responden
(56,5%) dan responden yang memiliki tindakan tidak baik terhadap pedoman
penggunaan B3 berjumlah 30 orang responden (43,5%).
56.5
43.5 Baik
Tidak Baik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
Tabel 10
Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Tindakan Responden
di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019
Pengetahuan Tindakan Total
Baik Tidak Baik
n % n %
Baik 29 42 10 14,5 39 56,5
Cukup 17 24,6 13 18,8 30 43,5
Total 46 66,7 23 33,3 69 100
Berdasarkan tabel diatas maka diketahui bahwa responden yang memiliki
pengetahuan baik dengan tindakan yang baik terhadap pedoman penggunaan B3
sebanyak 29 orang responden (42%), dan ada sebanyak 10 orang responden
(14,5%) memiliki pengetahuan baik dengan tindakan yang tidak baik. Responden
yang berpengetahuan cukup dengan tindakan yang baik sebanyak 17 orang
responden (24,6%) dan responden yang memiliki pengetahuan cukup dengan
tindakan tidak baik adalah sebanyak 13 orang responden (18,8%).
Tabel 11
Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Sikap dengan Tindakan Responden di Ruang
Rawat Inap RS USU Tahun 2019
Sikap Tindakan Total
Baik Tidak Baik
N % N %
Positif 27 39,1 12 17,4 39 56,5
Negatif 12 17,4 18 26,1 30 43,5
Total 39 56,5 30 43,5 69 100
Berdasarkan tabel diatas maka diketahui bahwa 39 responden yang
memiliki sikap positif, ada sebanyak 27 orang responden (39,1%) memiliki
tindakan baik dan sebanyak 12 orang responden (17,4%) memiliki tindakan tidak
baik. Total responden dengan sikap negatif ada sebanyak 12 orang responden
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48
(17,4%) memiliki tindakan yang baik dan sebanyak 18 orang responden (26,1%)
memiliki tindakan yang tidak baik terhadap pedoman penggunaan B3.
Tabel 12
Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pengetahuan, Sikap dengan Tindakan
Responden di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019
Pengetahuan Baik Sikap Tindakan
N = 46
% = 66,7
Positif N = 27
% = 39,1
Baik N = 20
% = 74,1
Tidak Baik N = 7
% = 25,9
Negatif N = 19
% = 27,5
Baik N = 9
% = 47,4
Tidak Baik N = 10
% = 52,6
Pengetahuan Cukup Sikap Tindakan
N = 23
% = 33,3
Positif N = 12
% = 17,4
Baik N = 7
% = 58,3
Tidak Baik N = 5
% = 41,7
Negatif N = 11
% = 16
Baik N = 3
% = 27,3
Tidak Baik N = 8
% = 72,7
Berdasarkan hasil analisa pada tabel diatas maka diketahui dari 46 orang
responden (66,7%) berpengetahuan baik sebanyak 27 orang (39,1%) yang
memiliki sikap positif dan sebanyak 19 orang (27,5%) yang memiliki sikap
negatif. Sebanyak 20 orang responden (74,1%) memiliki tindakan baik terhadap
pedoman penggunaan B3 dan sebanyak 7 orang responden (25,9%) memiliki
tindakan tidak baik terhadap pedoman penggunaan B3 terhadap pedoman
penggunaan B3 dari 27 orang responden berpengetahuan baik dan sikap positif.
Sebanyak 9 orang responden (47,4%) memiliki tindakan baik terhadap pedoman
penggunaan B3 dan sebanyak 10 orang responden (52,6%) memiliki tindakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
tidak baik terhadap pedoman penggunaan B3 dari 19 responden berpengetahuan
baik dan sikap negatif. Responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 23 orang
(33,3%), diantaranya yang memiliki sikap positif sebanyak 12 orang responden
(17,4%) dan yang memiliki sikap negatif sebanyak 11 orang responden (16%).
Sebanyak 7 orang responden (58,3%) memiliki tindakan yang baik terhadap
pedoman penggunaan B3 dan sebanyak 5 orang responden (41,7%) memiliki
tindakan yang tidak baik terhadap pedoman penggunaan B3 dari 12 orang
responden yang berpengetahuan cukup dan sikap positif. Sebanyak 3 orang
responden (27,3%) memiliki tindakan baik terhadap pedoman penggunaan B3 dan
sebanyak 8 orang responden (72,7%) memiliki tindakan tidak baik terhadap
pedoman penggunaan B3 dari 11 orang responden dengan pengetahuan cukup dan
sikap negatif.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50
Pembahasan
Gambaran Karakteristik Perawat di Ruang Rawat Inap RS USU
Perawat yang bertugas di ruang rawat inap RS USU terbanyak dengan
jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 55 orang (79,7%). Mayoritas perawat
berasal dari kelompok umur <=29 tahun yaitu sebanyak 41 orang (59%) dengan
rentang umur terendah 27 tahun dan tertinggi 39 tahun. Perawat RS USU
memiliki masa kerja rata-rata <=2 tahun dengan jumlah 38 orang (55,1%).
Sebanyak 69 orang (100%) perawat di ruang rawat inap RS USU seluruhnya
memiliki tingkat pendidikan perguruan tinggi.
Menurut Notoatmodjo (2010), jenis kelamin, umur, pengalaman (masa
kerja) dan pendidikan seseorang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Umur
sangat erat kaitannya dengan produktivitas seseorang dan tingkat kedewasaan
juga dipengaruhi oleh umur. Seseorang pada umur yang matang akan memiliki
pola pikir dan daya tangkap yang baik sehingga pengetahuannya juga akan
semakin baik. Minimnya pengalaman pada masa kerja seseorang dapat menjadi
salah satu penguat seseorang memiliki pengetahuan yang banyak. Keterpaparan
informasi atau pengetahuan dalam bekerja akan bertambah dengan semakin
lamanya pengalaman dalam pekerjaannya. Makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang juga akan mempermudah orang tersebut untuk mendapatkan informasi
sehingga akan memilik banyak pengetahuan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
Pengetahuan Perawat terhadap Pedoman Penggunaan B3 di Ruang Rawat
Inap RS USU
Dari hasil deskripsi data menunjukkan bahwa perawat di ruang rawat inap
RS USU dengan pengetahuan baik terhadap pedoman penggunaan B3 sebanyak
46 orang (66,7%). Perawat yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 23 orang
(33,3%) dan tidak ada perawat dengan pengetahuan yang kurang. Pengetahuan
perawat terhadap pedoman penggunaan B3 dalam bekerja bermaksud untuk
melihat sejauh mana perawat mengetahui tentang pedoman penggunaan B3 saat
menggunakan atau berhubungan dengan B3. Hasil data diperoleh perawat dengan
kategori cukup umumnya tidak mengetahui dengan tepat hal-hal penting yang
mendasari perencanaan dan penerapan B3 yaitu sebanyak 30 orang (43,5%).
Perawat tidak mengetahui bahwa hal penting yang mendasari perencanaan
dan penerapan B3 adalah kelengkapan APD, APAR dan P3K. Umumnya, perawat
hanya mengetahui hal dasar pada perencanaan dan penerapan B3 adalah
identifikasi dan karakteristik B3 atau rambu dan simbol B3. Hal ini dapat terjadi
karena kurangnya pengetahuan dasar perawat tentang B3. Pengetahuan yang
diketahui perawat tentang waktu yang tepat membaca MSDS juga kurang
diketahui perawat. Perawat juga kurang mengetahui tentang apa yang dimaksud
dengan MSDS. Kurang mengetahui apakah disetiap B3 memiliki MSDS serta apa
yang harus diperhatikan pada saat penggunaan B3. Mayoritas perawat
berpengetahuan baik terhadap pedoman penggunaan B3.
Secara umum, pengetahuan merupakan hasil yang didapat dari
penginderaan seseorang tentang sesuatu informasi yang diperoleh dan didengar
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
sepanjang hidupnya. Pengetahuan yang baik tersebut dapat dipergunakan untuk
memberikan dampak positif terhadap perilaku seseorang. Informasi-informasi
yang diterima dan diperoleh perawat berasal dari pendidikan formal dan
pengenalan B3 di rumah sakit. Hasil penelitian diperoleh latar belakang
pendidikan perawat merupakan mayoritas perguruan tinggi. Hal ini sesuai dengan
penyataan Notoatmodjo (2010) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka
semakin mudah informasi akan diterima orang tersebut dan semakin banyak
pengetahuan yang ia peroleh. Pendidikan berkontribusi pada pengetahuan perawat
mengenai hal penting yang mendasari perencanaan dan penerapan pembuatan
pedoman penggunaan B3 untuk mencegah kecelakaan serta meindungi sumber
daya manusia rumah skait, lingkungan sekitar, pasien rumah sakit dan pengunjung
rumah sakit.
Sikap Perawat terhadap Pedoman Penggunaan B3 di Ruang Rawat Inap RS
USU
Dari hasil deskripsi data mengenai sikap menunjukkan bahwa perawat di
RS USU mayoritas memiliki sikap positif terhadap pedoman penggunaan B3 yaitu
sebanyak 39 orang (56,5%) dan perawat yang memiliki sikap negatif sebanyak 30
orang (43,5%). Sikap perawat terhadap pedoman penggunaan B3 dalam penelitian
ini adalah sikap yang mencakup presepsi perawat yang bertugas dalam pelayanan
kesehatan dan langsung berhubungan dengan penggunaan B3 tersebut. Umumnya
perawat setuju bahwa selesai penggunaan B3 mengamankan dan membersihkan
alat-alat kerja sebesar 95,7%. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan perawat
tentang pedoman penggunaan B3. Sebanyak 48 orang (69,6%) perawat tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53
setuju bahwa mereka keberatan menggunakan APD berupa masker dan sarung
tangan saat menggunakan B3 dan sebanyak 21 orang setuju merasa keberatan
menggunakan APD saat menggunakan B3 karena mengurangi kebebasan.
Terdapat sebanyak 54 orang (89,9%) tidak setuju bahwa tidak perlu
dilakukan pengadaan kelengkapan administrasi B3 karena tidak penting.
Sebanyak 53 orang (76,8%) tidak setuju bahwa pada masa transisi shift kerja
keberatan melaporkan situasi tidak aman. Sementara sebanyak sebanyak 16 orang
(23,2%) setuju bahwa pada masa transisi shift kerja keberatan melaporkan situasi
tidak aman karena merepotkan. Terdapat sebanyak 65 orang (94,2%) yang setuju
bahwa penggunaan B3 yang tidak sesuai standar dapat menyebabkan kecelakaan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh data bahwa diantara perawat yang
memiliki sikap negatif terdapat perawat yang memiliki pengetahuan yang baik
dan perawat berpengetahuan cukup juga diantaranya memiliki sikap negatif
terhadap pedoman penggunaan B3.
Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang berpengetahuan baik belum
tentu memiliki sikap positif. Mayoritas perawat memiliki sifat positif sebanyak 39
orang. Sikap positif yang dimiliki inilah dapat dipergunakan untuk merealisasikan
dampak yang positif pada perilaku seseorang. Sikap merupakan kesediaan
ataupun kesiapan seseorang untuk mengambil tindakan dan bukan merupakan
pelaksanaan dari motif tertentu. Secara sederhana, fungsi dari sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan sebuah
predisposisi perilaku atau tindakan. Hal ini sejalan dengan penelitian Halimah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54
(2010) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap
dengan terbentuknya tindakan atau perilaku.
Tindakan Perawat terhadap Pedoman Penggunaan B3 di Ruang Rawat Inap
RS USU
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa perawat
di ruang rawat inap RS USU memiliki tindakan yang baik sebanyak 39 orang
(56,5%) dan perawat dengan tindakan tidak baik sebanyak 30 orang (43,5%).
Berdasarkan observasi, seluruh perawat di RS USU sebanyak 69 orang (100%)
membersihkan alat-alat dan lingkungan kerja serta wadah sisa B3 setelah
menggunakannya. Sebesar 100% perawat menggunakan peralatan kerja yang
layak pakai (tidak rusak) dan sebanyak 69 orang perawat juga mengamankan alat-
alat kerja yang telah digunakan seperti meletakkan jarum suntik bekas ke
safetybox. Hal ini dikarenakan perawat khawatir tertusuk benda tajam seperti alat
suntik yang mengandung B3 dan dapat terpapar ataupun terpajan pada dirinya.
Perawat sadar akan kesehatan serta keselamatan dirinya sehingga setelah
penggunaan B3 segera dibersihkan untuk menghindari kontaminasi.
Hasil observasi juga menunjukkan bahwa terdapat 54 orang dari 69
perawat menggunakan APD seperti masker dan sarung tangan saat berhubungan
dengan B3. Sarung tangan yang digunakan sering dilepas pada saat melakukan
pekerjaan seperti menyuntik dikarenakan perawat merasa risih dan mengurangi
kebebasan. Sebanyak 47 orang perawat melakukan serah terima dengan baik pada
saat transisi shift kerja. Sementara sebanyak 22 orang perawat tidak melakukan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55
serah terima dengan baik pada saat transisi shift kerja dikarenakan perawat merasa
merepotkan dan terburu-buru ingin langsung pulang setelah bekeja.
Dari hasil observasi yang dilakukan diperoleh bahwa hanya 20 orang
perawat yang memiliki tindakan baik, berpengetahuan baik dan memiliki sikap
positif. namun terkadang perawat tersebut juga hanya menggantungkan
maskernya dileher tidak digunakan dengan benar. Menurut penuturan dari perawat
tersebut terkadang mereka ingin cepat melayani pasien sehingga masih sering lupa
menggunakan. Perawat yang menggunakan masker dan sarung tangan secara
lengkap mengatakan bahwa mereka sadar akan peraturan yang telah ditetapkan
untuk kesehatan dan keselamatan dirinya dari bahan kimia tersebut sehingga tidak
ingin mengambil risiko dikemudian harinya. Perawat yang melakukan transisi
shift dengan baik dan melaporkan bila ada situasi tidak aman menuturkan bahwa
mereka tidak ingin terjadi potensi bahaya akibat tidak adanya pelaporan antar shift
kerja tersebut.
Berdasarkan hasil tabulasi antara pengetahuan, sikap dan tindakan
terhadap pedoman penggunaan B3 dilakukan untuk mengetahui apakah perawat
yang memiliki pengetahuan dan sikap yang baik memiliki tindakan yang baik pula
atau bisa jadi sebaliknya. Hasil tabulasi silang antara pengetahuan terhadap
tindakan pada pedoman penggunaan B3 disaat berhubungan dengan B3
menunjukkan bahwa dari 46 orang berpengetahuan baik ada sebanyak 29 orang
(42%) dengan tindakan yang baik. Berdasarkan dari 23 orang berpengetahuan
cukup hanya 10 orang (14,5%) yang memiliki tindakan baik terhadap pedoman
penggunaan B3. Tabulasi silang antara sikap dengan tindakan diperoleh hasil
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56
sebanyak 39 orang perawat dengan sikap positif diantaranya ada sebanyak 27
orang (39,1%) yang memiliki tindakan baik. Sebanyak 12 orang (17,4%) perawat
dengan tindakan yang baik dari 30 orang perawat yang memiliki sikap negatif.
Disimpulkan dari hasil tersebut bahwa perawat yang memiliki
pengetahuan dan sikap positif, mayoritas memiliki tindakan yang baik terhadap
pedoman penggunaan B3 saat bekerja. Hasil dari tabulasi ketiga indikator
pembentukan perilaku yakni pengetahuan, sikap dan tindakan diperoleh bahwa
dari 46 orang yang berpengetahuan baik ada sebanyak 27 orang perawat yang
memiliki sikap positif dan 19 orang perawat memiliki sikap negatif. Hasil dari 27
orang perawat yang memiliki sikap positif ada sebnayak 20 orang yang memiliki
tindakan baik sementara 7 orang lainnya memiliki tindakan tidak baik terhadap
pedoman penggunaan B3. Sebanyak 19 orang perawat dengan sikap negatif 9
orang diantaranya memiliki tindakan yang baik sedangkan 10 orang lainnya
memiliki tindakan yang tidak baik.
Hal ini menunjukkan bahwa dari perawat berpengetahuan baik dan sikap
yang positif sebanyak 7 orang diantaranya memiliki tindakan yang tidak baik
terhadap pedoman penggunaan B3. Disebabkan karena perawat tidak
menggunakan APD seperti masker dan sarung tangan saat berhubungan dengan
B3 serta perawat merasa merepotkan untuk melaporkan situasi tidak aman bila
pergantian shift. Dilatarbelakangi juga karena tidak adanya pengawasan yang
ketat terhadap pedoman penggunaan B3 dan belum pernah dilakukan sosialisasi
mengenai pedoman pengelolaan B3 di rumah sakit mulai dari pedoman pengadaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57
B3, pedoman penyimpanan B3, pedoman penggunaan B3 dan pedoman
penanganan B3 bagi perawat.
Hasil tabulasi ketiga faktor yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan
didapatkan bahwa dari 23 orang perawat berpengetahuan cukup terdapat 12 orang
dengan sikap positif dan 11 orang dengan sikap negatif. Perawat berpengetahuan
cukup dan bersikap positif 7 orang diantaranya memiliki tindakan yang baik dan 5
orang diantaranya memiliki tindakan yang tidak baik terhadap pedoman
penggunaan B3. Sementara perawat berpengetahuan cukup dengan tindakan tidak
baik terdapat sebanyak 3 orang dari 11 orang perawat dan 8 orang diantaranya
memiliki tindakan yang tidak baik terhadap pedoman penggunaan B3. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa perawat dengan pengetahuan cukup dan sikap
positif terdapat 5 orang yang memiliki tindakan tidak baik. Hal ini disebabkan
karena perawat merasa repot dan mengurangi kebebasan juga tidak begitu penting
menggunakan APD.
Hasil dari perawat berpengetahuan baik dan cukup ini tidak sejalan dengan
yang dikemukakan oleh Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010) bahwa
sikap dibentuk dan ditentukan dari beberapa faktor salah satunya adalah
pengetahuan yang merupakan domain terpenting untuk terbentuknya perilaku
seseorang. Sikap negatif dan tindakan yang tidak baik yang diperoleh dari hasil
observasi data perawat tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan tetapi
juga dipengaruhi oleh faktor lain. Kebiasaan untuk cepat pulang sehingga
pelaporan pada transisi shift kerja tidak dilakukan dengan sebaik-baiknya dan
menyepelekan terhadap penggunaan masker ataupun sarung tangan karena
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58
terkadang lupa dan merasa mengurangi kebebasan dalam melakukan pekerjaan.
Menurut hasil dari penelitian Wungo dkk (2013) yang dikutip oleh Veronica
(2015), menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan dan sikap dengan
perilaku petugas pengelolaan sampah medis. Perilaku sendiri dipengaruhi oleh
dua faktor yakni faktor pemungkin (enabling factor) dan faktor penguat
(reinforcing factor). Mencakup kelengkapan administrasi B3 seperti perintah
kerja/MSDS dan kelengkapan sarana keselamatan B3 seperti APD, APAR dan
P3K serta adanya pengawasan dan sosialisasi tentang pedoman penggunaan B3.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
59
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada perawat di ruang
rawat inap RS USU mengenai gambaran perilaku perawat terhadappedoman
penggunaan B3, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Karakteristik perawat berdasarkan jenis kelamin yakni mayoritas dengan jenis
kelamin perempuan sebanyak 55 orang (79,7%).
2. Karakteristik perawat berdasarkan kelompok umur terbanyak yaitu pada
kelompok umur <=29 tahun berjumlah 41 orang (59,4%).
3. Karakteristik perawat berdasarkan masa kerja didapatkan masa kerja dengan
mayoritas <=2 tahun sebanyak 38 orang (55,1%).
4. Karakteristik perawat berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh hasil seluruh
perawat di ruang rawat inap RS USU memiliki tingkat pendidikan perguruan
tinggi sebanyak 69 orang (100%).
5. Pengetahuan perawat terhadap pedoman penggunaan B3 mayoritas dengan
pengetahuan baik sebesar 66,7%. Sebanyak 30 orang (43%) tidak mengetahui
dengan tepat hal-hal yang mendasari perencanaan dan penerapan B3.
6. Sikap perawat terhadap pedoman penggunaan B3 paling banyak pada kategori
sikap positif sebesar 56,5%. Sebanyak 21 orang (30,4%) menyatakan setuju
bahwa mereka keberatan menggunakan APD saat mengelola B3 karena
mengurangi kebebasan. Sebanyak 16 orang (23,2%) menyatakan setuju bahwa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
60
pada masa transisi shift kerja, keberatan melaporkan situasi tidak aman karena
merepotkan.
7. Tindakan perawat terhadap pedoman penggunaan B3 paling banyak pada
kategori tindakan yang baik sebesar 56,5%.
Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian diatas maka penulis
memberikan saran sehingga penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam
perkembangan keilmuan, diantaranya:
1. Pihak manajemen RS USU diharapkan lebih meningkatkan dan
mempertahankan perilaku baik perawat mengapresiasi dengan memberikan
reward.
2. Pihak manajemen RS USU diharapkan memberikan informasi mengenai hal-
hal dasar perencanaan dan penerapan B3, tujuan dari pembuatan pedoman
penggunaan B3 tersebut guna menjaga keselamatan dalam bekerja dengan
pemberian briefing ataupun sosialisasi tentang penggunaan B3.
3. Pihak manajemen RS USU diharapkan memberikan bimbingan dengan
membentuk tim pengawas terhadap rumah sakit yang bertugas mengawasi
pengelolaan B3 serta memberi arahan teknis dan motivasi dalam bentuk
pelatihan ataupun penyuluhan tentang penggunaan B3 serta melakukan
pemantauan secara berkala dan berkesinambungan.
4. Alat pelindung diri (APD) harus diberikan untuk seluruh perawat yang bekerja
dan sesuai dengan identifikasi bahaya dari pekerjaan yang dilakukan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
61
Penerapan sanksi berupa teguran lisan, peringatan tertulis denda administratif
dan pencabutan izin bagi pekerja yang tidak menggunakannya dengan
demikian perawat diharapkan selalu menggunakan APD sesuai dengan faktor
risiko bahayanya.
5. Kebijakan penerapan disiplin waktu kerja untuk melaporkan situasi kerja
dengan baik pada masa transisi shift kerja. hal ini baik dilakukan untuk
meningkatkan kesadaran dan sebagai budaya di rumah sakit agar menjadi
kebiasaan yang baik bagi perawat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
62
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. (2013). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Budiono dan Sumirah B.P. (2016).Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Bumi
Medika.
Cahyono, Achadi Budi. (2004). Keselamatan Kerja Bahan Kimia di Industri.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Cecep & Mitha. (2013). Kesehatan Lingkungan dan Keselamtan dan Kesehatan
Kerja.Yogyakarta: Nuha Medika.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432/MENKES/SK/IV/
1007 Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) di Rumah Sakit.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.Kep. 187/Men/1999
Tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.
Maulana, Heri D.J. (2014). Promosi Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Mind Maps. (2016). Diakses 17 Juli 2019, dari http://rumahsakit.usu.ac.id/
index.php/id/about/profile.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rieneka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan.Jakarta: Rieneka Cipta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.
Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun.
Rifani, N & H. Sulihandari. (2013). Prinsip-prinsip Dasar Keperawatan.Jakarta:
Dunia Cerdas.
Saryono dan Mekar A. (2013).Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
63
Sucipto, Cecep, D. (2014). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sumisih. (2010). Studi tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) di Rumah Sakit Islam Tanjung Agung Semarang (Skripsi,
Universitas Negeri Semarang). Diakses dari http://lib.unnes.ac.id/2655/1/
7106.
Tarwaka. (2012). Dasar-dasar Keselamatan Kerja serta Pencegahan Kecelakaan
diTempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.
Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Tentang Warga Negara
dan Penduduk.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang
Keperawatan.
Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
Veronica, T. (2015). Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan terhadap
Pemakaian Alat Pelindung Diri dalam Penanganan Sampah Medis pada
Petugas Cleaning Service di RSUD Dr. Pirngadi di Medan Tahun 2015
(Skripsi, Universitas Sebelas Maret). Diakses dari
http://perpustakaan.uns.ac.id
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
64
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN
PENGGUNAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI RUANG
RAWAT INAP RS USU TAHUN 2019
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. No. Responden :
2. Nama :
3. Jenis Kelamin :
4. Umur :
5. Masa Kerja :
6. Pendidikan terakhir :
a) Tamat SD
b) Tamat SLTP
c) Tamat SLTA
d) Perguruan Tinggi
Petunjuk: Terhadap setiap pernyataan di bawah ini, pilihlah satu jawaban yang
paling benar dan sesuai dengan pendapat saudara dengan memberikan tanda
silang (X) pada jawaban yang disediakan.
B. PENGETAHUAN
1. Menurut saudara, apa yang dimaksud dengan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3)?
a. Zat atau bahan-bahan lain yang berbahaya
b. Zat atau bahan-bahan lain yang dapat membahayakan kesehatan
atau kelangsungan hidup manusia, mahluk lain, dan atau
lingkungan hidup pada umumnya
c. Zat beracun yang dapat menimbulkan pencemaran akibat bahan
kimia
2. Menurut saudara, dengan tujuan apa dibuat pedoman penggunaan
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)?
a. Untuk memastikan Sumber Daya Manusia (SDM) rumah sakit,
pasien, pendamping pasien, pengunjung dan asset rumah sakit
aman dari bahaya api, asap, dan bahaya lain
b. Untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dengan
meminimalisir potensi bahaya
c. Untuk melindungi Sumber Daya Manusia (SDM) rumah sakit,
pasien, pendamping pasien, pengunjung maupun lingkungan rumah
sakit dari pajanan dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
3. Menurut saudara, apa hal penting yang mendasariperencanaan dan
penerapan K3 dalam penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)?
a. Identifikasi dan karakteristik Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
b. Rambu dan simbol Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
c. Alat Pelindung Diri (APD), Alat Pemadam Api Ringan (APAR),
dan Petolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
65
4. Menurut saudara, apa yang dimaksud dengan Material Safety Data
Sheet (MSDS)?
a. Dokumen lengkap tentang suatu bahan kimia yang harus ada pada
industri mengenai informasi tentang bahan kimia tersebut
b. Kumpulan data keselamatan dan petunjuk dalam mengelola bahan
kimia berbahaya dan informasi mengenai bahan kimia tersebut
c. Semua Benar
5. Apakah disetiap Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), memiliki
Material Safety Data Sheet (MSDS)/Lembar Data Keselamatan Bahan
(LDKB)?
a. Ya, terdapat disetiap B3
b. Mungkin hanya beberapa B3
c. Tidak tahu
6. Menurut saudara, kapan sebaiknya membaca perintah kerja/Material
Safety Data Sheet (MSDS)?
a. Saat proses penggunaan B3
b. Selama bekerja di rumah sakit
c. Tidak Tahu
7. Menurut saudara, apakah yang perlu diperhatikan pada saat
penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)?
a. Metode kerja/cara pelaksanaan kerja sudah aman dan efektif b. Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan faktor risiko bahayanya
c. A dan B benar
8. Menurut saudara, apakah penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) dapat menyebabkan kecelakaan kerja?
a. Tidak tahu
b. Dapat menyebabkan kecelakaan kerja
c. Tidak dapat menyebabkan kecelakaan kerja
9. Menurut saudara, bagaimana penanganan kecelakaan kerja dalam
penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) pada transisi shift
kerja?
a. Melaporkan situasi kondisi kerja yang tidak aman pada pekerja
shift berikutnya
b. Mengamankan (mengisolasi) tempat terjadinya kecelakan dan
menanggulangi kecelakaan sesuai SOP
c. A dan b benar
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
66
Petunjuk: Berilah respon sesuai pendapat saudara dari tabel pernyataan dengan
memberi tanda ceklis (√) pada kolom yang tersedia.
C. SIKAP
NO PERNYATAAN S TS
1. Menurut saya, pemahaman tentang Material Safety
Data Sheet (MSDS) sangat diperlukan dalam
penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
2. Selama penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) hindari tindakan tidak aman dan sesuai SOP
3. Tidak perlu dilakukan pengadaan kelengkapan
administrasi B3 karena tidak penting
4. Menurut saya, pemberian simbol dan label B3 sangat
penting untuk memberikan informasi kepada petugas
yang belum mengetahui sifat bahaya dari bahan kimia
dalam wadah/packingnya
5. Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun yang tidak
sesuai standar dapat menyebabkan kecelakaan kerja
6. Saya keberatan menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) saat melakukan pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3) karena akan mengurangi kebebasan
untuk bekerja
7. Menurut saya, penting selalu menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) saat menggunakan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3)
8. Selama proses penggunaan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) petugas harus mengikuti latihan dan
simulasi penanganan yang tepat untuk menangani bila
ada kecelakaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
tersebut
9. Pada masa transisi shift kerja, saya keberatan
melaporkan situasi kondisi tidak aman karena
merepotkan
10. Bila selesai menggunakan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3), saya akan amankan dan bersihkan alat-
alat kerja, lingkungan kerja dan wadah sisa Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) hingga aman
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
67
D. TINDAKAN
NO TINDAKAN YA TIDAK
1. Menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) seperti masker dan sarung tangan
saat berhubungan dengan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) sesuai
dengan risiko bahayanya
2. Membersihkan alat-alat kerja,
lingkungan kerja dan wadah sisa Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) setelah
selesai menggunakannya
3. Menggunakan peralatan kerja yang
layak pakai (tidak rusak)
4. Pada transisi shift jaga, setiap serah
terima dilakukan sebaik-baiknya dan
laporkan situasi kondisi kerja yang tidak
aman (bila ada)
5. Mengamankan alat-alat kerja yang telah
digunakan seperti meletakkan jarum
suntik bekas ke dalam safetybox
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
68
Lampiran 2. Jadwal Penelitian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
69
Lampiran 3. Master Data
Karakteristik Responden
No Nama J
K Umur UmurK Pendidikan
Pendidikan
K
Masa
Kerja
Masa
KerjaK
1 R1 2 32 2
Perguruan
Tinggi 4 3 2
2 R2 2 28 1
Perguruan
Tinggi 4 7 2
3 R3 2 23 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
4 R4 2 29 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
5 R5 2 28 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
6 R6 1 27 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
7 R7 2 24 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
8 R8 2 27 1
Perguruan
Tinggi 4 3 2
9 R9 2 33 2
Perguruan
Tinggi 4 7 2
10 R10 2 35 2
Perguruan
Tinggi 4 6 2
11 R11 1 33 2
Perguruan
Tinggi 4 10 2
12 R12 2 38 2
Perguruan
Tinggi 4 9 2
13 R13 2 35 2
Perguruan
Tinggi 4 8 2
14 R14 1 33 2
Perguruan
Tinggi 4 1 1
15 R15 1 23 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
16 R16 2 35 2
Perguruan
Tinggi 4 2 1
17 R17 1 29 1
Perguruan
Tinggi 4 9 2
18 R18 2 30 2
Perguruan
Tinggi 4 1 1
19 R19 2 30 2
Perguruan
Tinggi 4 8 2
20 R20 2 34 2 Perguruan 4 3 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
70
Tinggi
21 R21 2 39 2
Perguruan
Tinggi 4 3 2
22 R22 2 24 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
23 R23 1 29 1
Perguruan
Tinggi 4 3 2
24 R24 2 30 2
Perguruan
Tinggi 4 7 2
25 R25 2 33 2
Perguruan
Tinggi 4 10 2
26 R26 2 29 1
Perguruan
Tinggi 4 3 2
27 R27 2 31 2
Perguruan
Tinggi 4 1 1
28 R28 2 30 2
Perguruan
Tinggi 4 6 2
29 R29 2 27 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
30 R30 2 29 1
Perguruan
Tinggi 4 2 1
31 R31 2 35 2
Perguruan
Tinggi 4 7 2
32 R32 1 25 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
33 R33 2 28 1
Perguruan
Tinggi 4 3 2
34 R34 1 31 2
Perguruan
Tinggi 4 6 2
35 R35 1 30 2
Perguruan
Tinggi 4 5 2
36 R36 2 38 2
Perguruan
Tinggi 4 8 2
37 R37 2 28 1
Perguruan
Tinggi 4 3 2
38 R38 2 25 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
39 R39 2 24 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
40 R40 2 26 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
41 R41 2 25 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
42 R42 2 27 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
71
43 R43 2 32 2
Perguruan
Tinggi 4 6 2
44 R44 2 37 2
Perguruan
Tinggi 4 7 2
45 R45 2 26 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
46 R46 2 25 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
47 R47 2 25 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
48 R48 1 29 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
49 R49 2 28 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
50 R50 1 26 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
51 R51 2 27 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
52 R52 1 25 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
53 R53 2 28 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
54 R54 2 27 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
55 R55 2 37 2
Perguruan
Tinggi 4 7 2
56 R56 2 39 2
Perguruan
Tinggi 4 9 2
57 R57 2 38 2
Perguruan
Tinggi 4 3 2
58 R58 2 30 2
Perguruan
Tinggi 4 3 2
59 R59 2 33 2
Perguruan
Tinggi 4 2 1
60 R60 2 29 1
Perguruan
Tinggi 4 3 2
61 R61 2 27 1
Perguruan
Tinggi 4 2 1
62 R62 2 26 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
63 R63 2 26 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
64 R64 2 25 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
65 R65 2 25 1 Perguruan 4 1 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
72
Tinggi
66 R66 1 29 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
67 R67 2 31 2
Perguruan
Tinggi 4 4 2
68 R68 2 25 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
69 R69 1 26 1
Perguruan
Tinggi 4 1 1
Keterangan :
1. Jenis Kelamin (JK) = 1 = Laki-laki
2. Jenis Kelamin (JK) = 2 = Perempuan
3. Umur Kategori (umurK) = 1 = Umur <=29 Tahun
4. Umur Kategori (umurK) = 2 = Umur >29 Tahun
5. Pendidikan Kategori (pendidikanK) = 4 = SMA
6. Masa Kerja Kategori (masa kerjaK) = 1 = <=2 Tahun
7. Masa Kerja Kategori (masa kerjaK) = 2 = >2 Tahun
Master Data Pengetahuan
No Nama Pengetahuan
Total PengetahuanK P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9
1 R1 6 2 2 3 1 3 3 1 1 2 3
2 R2 6 2 2 2 1 3 1 2 3 2 3
3 R3 7 1 2 1 3 3 1 2 3 2 3
4 R4 7 1 2 3 3 3 1 2 1 2 3
5 R5 7 1 3 3 1 3 1 1 3 2 3
6 R6 7 1 2 3 3 3 1 1 1 2 1
7 R7 7 1 2 3 3 2 1 1 3 2 1
8 R8 8 1 2 3 1 3 1 1 3 2 3
9 R9 8 1 2 3 3 3 1 2 3 2 3
10 R10 7 1 2 3 1 3 1 2 3 2 3
11 R11 7 1 2 3 2 3 1 1 3 2 2
12 R12 8 1 2 3 1 3 1 1 3 2 3
13 R13 6 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
73
14 R14 8 1 2 3 1 3 1 1 3 2 3
15 R15 5 2 2 1 3 1 1 2 3 2 2
16 R16 9 1 2 3 3 3 1 1 3 2 3
17 R17 8 1 2 3 1 3 1 1 3 2 3
18 R18 9 1 2 3 3 3 1 1 3 2 3
19 R19 7 1 2 3 3 2 1 1 3 2 2
20 R20 7 1 2 3 3 2 1 1 3 2 2
21 R21 6 2 2 2 1 3 2 1 3 2 3
22 R22 7 1 2 3 1 3 2 1 3 2 3
23 R23 5 2 3 2 3 3 1 2 2 2 3
24 R24 7 1 2 3 3 1 3 1 3 2 3
25 R25 6 2 2 3 3 3 3 3 3 1 3
26 R26 6 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3
27 R27 7 1 2 3 2 3 1 1 3 2 2
28 R28 5 2 2 3 2 3 1 2 1 2 1
29 R29 5 2 2 2 3 3 3 3 3 1 3
30 R30 8 1 2 3 1 3 1 1 3 2 3
31 R31 7 1 2 3 2 3 2 1 3 2 3
32 R32 7 1 2 2 3 3 2 1 3 2 3
33 R33 8 1 3 3 3 3 1 1 3 2 3
34 R34 6 2 3 3 3 2 1 2 3 2 3
35 R35 6 2 1 3 2 3 1 1 2 2 3
36 R36 8 1 2 3 3 3 1 2 3 2 3
37 R37 5 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3
38 R38 6 2 1 3 3 2 1 2 3 2 3
39 R39 7 1 2 3 3 2 3 1 3 2 3
40 R40 5 2 2 3 1 1 1 2 2 2 3
41 R41 7 1 2 3 2 3 3 1 3 2 3
42 R42 8 1 2 3 1 3 1 1 3 2 3
43 R43 6 2 2 3 1 3 2 1 3 2 2
44 R44 7 1 3 3 2 3 1 1 3 2 3
45 R45 5 2 2 2 1 1 1 2 3 2 3
46 R46 8 1 2 3 3 3 1 1 1 2 3
47 R47 7 1 2 3 1 1 1 1 3 2 3
48 R48 6 2 2 3 1 2 1 1 2 2 3
49 R49 7 1 2 3 1 3 1 1 3 2 2
50 R50 6 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2
51 R51 7 1 2 3 1 3 1 1 2 2 3
52 R52 7 1 3 3 3 1 1 1 3 2 3
53 R53 6 2 2 3 3 3 2 1 2 1 3
54 R54 7 1 2 3 3 2 1 2 3 2 3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
74
55 R55 8 1 2 3 1 3 1 1 3 2 1
56 R56 8 1 2 3 3 2 1 1 3 2 3
57 R57 7 1 2 3 2 3 1 1 1 2 3
58 R58 7 1 3 3 3 3 2 1 3 2 3
59 R59 7 1 2 3 3 3 1 2 3 1 3
60 R60 7 1 2 2 3 3 1 1 2 2 3
61 R61 6 2 2 3 3 3 2 2 3 1 3
62 R62 7 1 2 1 3 2 1 1 3 2 3
63 R63 7 1 2 3 3 3 1 1 2 2 1
64 R64 6 2 1 3 3 1 1 2 3 2 3
65 R65 8 1 2 3 3 1 1 1 3 2 3
66 R66 6 2 1 3 1 3 1 1 1 2 3
67 R67 8 1 2 3 3 3 1 1 3 2 3
68 R68 8 1 2 3 3 3 1 1 3 1 3
69 R69 7 1 3 3 3 3 1 1 1 2 3
Keterangan :
1. Pengetahuan (total) 7-9 = 1 = Kategori Baik
2. Pengetahuan (total) 5-6 = 2 = Kategori Tidak Baik
3. P1 = Apa yang dimaksud dengan B3
4. P2 = Apa tujuan dibuat pedoman penggunaan B3
5. P3 = Apa hal penting yang mendasari perencanaan dan penerapan K3 dalam
penggunaan B3
6. P4 = Apa yang dimaksud dengan MSDS
7. P5 = Apakah disetiap B3 terdapat MSDS
8. P6 = Kapan sebaiknya membaca perintah kerja/MSDS
9. P7 = Apakah yang perlu diperhatikan pada saat penggunaan B3
10. P8 = Apakah penggunaan B3 dapat menyebabkan kecelakaan kerja
11. P9 = Bagaimana penanganan kecelakaan kerja dalam penggunaan B3 pada
transisi shift kerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
75
Master Data Sikap
No Nama Sikap
Total SikapK S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10
1 R1 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
2 R2 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
3 R3 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
4 R4 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
5 R5 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
6 R6 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
7 R7 8 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1
8 R8 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
9 R9 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
10 R10 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
11 R11 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
12 R12 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
13 R13 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
14 R14 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
15 R15 8 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1
16 R16 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
17 R17 9 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1
18 R18 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
19 R19 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
20 R20 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
21 R21 7 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22 R22 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
23 R23 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
24 R24 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
25 R25 7 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
26 R26 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
27 R27 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
28 R28 8 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1
29 R29 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
30 R30 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
31 R31 9 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1
32 R32 7 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1
33 R33 8 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1
34 R34 9 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1
35 R35 9 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1
36 R36 9 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1
37 R37 7 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
76
38 R38 7 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1
39 R39 7 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
40 R40 9 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1
41 R41 7 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1
42 R42 6 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
43 R43 8 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1
44 R44 9 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1
45 R45 9 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1
46 R46 7 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1
47 R47 8 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1
48 R48 8 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1
49 R49 8 2 1 1 2 2 1 1 2 1 2 1
50 R50 8 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2
51 R51 8 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1
52 R52 9 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1
53 R53 7 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1
54 R54 8 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1
55 R55 9 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1
56 R56 9 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1
57 R57 8 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1
58 R58 8 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1
59 R59 7 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1
60 R60 9 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1
61 R61 8 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1
62 R62 9 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1
63 R63 8 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1
64 R64 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
65 R65 8 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1
66 R66 9 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1
67 R67 9 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2
68 R68 8 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1
69 R69 8 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1
Keterangan :
1. Sikap Kategori 1 = Positif
2. Sikap Kategori 2 = Negatif
3. S1 = Pemahaman tentang MSDS sangat diperlukan dalam penggunaan B3
4. S2 = Selama penggunaan B3 hindari tindakan tidak aman dan sesuai SOP
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
77
5. S3 = Tidak perlu dilakukan kelengkapan administrasi B3 karena tidak penting
6. S4 = Pemberian simbol dan label B3 sangat penting untuk memberikan
informasi kepada petugas yang belum mengetahui sifat bahaya dari
bahan kima dalam wadah (packing)nya.
7. S5 = Penggunaan B3 yang tidak sesuai standar dapat menyebabkan
kecelakaan kerja
8. S6 = Saya keberatan menggunakan APD saat melakukan pengelolaan B3
Karena akan mengurangi kebebasan untuk bekerja
9. S7 = Penting untuk selalu mengggunakan APD saat menggunakan B3
10. S8 = Selama proses penggunaan B3 petugas harus mengikuti latihan dan
simulasi penanganan yang tepat untuk menangani bila ada kecelakaan
B3 tersebut
11. S9 = Pada masa transisi shift kerja, saya keberatan melaporkan kondisi tidak
aman karena merepotkan
12. S10 = Bila selesai menggunakan B3, saya akan amankan dan bersihkan alat-
alat kerja, lingkungan kerja dan wadah sisa B3 hingga aman
Master Data Tindakan
No Nama Tindakan
Total TindakanK T1 T2 T3 T4 T5
1 R1 5 1 1 1 1 1 1
2 R2 5 1 1 1 1 1 1
3 R3 5 1 1 1 1 1 1
4 R4 5 1 1 1 1 1 1
5 R5 4 2 1 1 1 2 1
6 R6 5 1 1 1 1 1 1
7 R7 4 2 1 1 1 2 1
8 R8 5 1 1 1 1 1 1
9 R9 4 2 2 1 1 1 1
10 R10 5 1 1 1 1 1 1
11 R11 5 1 1 1 1 1 1
12 R12 5 1 1 1 1 1 1
13 R13 5 1 1 1 1 1 1
14 R14 5 1 1 1 1 1 1
15 R15 5 1 1 1 1 1 1
16 R16 5 1 1 1 1 1 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
78
17 R17 5 1 1 1 1 1 1
18 R18 4 2 1 1 1 2 1
19 R19 4 2 1 1 1 2 1
20 R20 5 1 1 1 1 1 1
21 R21 3 2 2 1 1 2 1
22 R22 5 1 1 1 1 1 1
23 R23 5 1 1 1 1 1 1
24 R24 5 1 1 1 1 1 1
25 R25 3 2 2 1 1 2 1
26 R26 5 1 1 1 1 1 1
27 R27 5 1 1 1 1 1 1
28 R28 4 2 2 1 1 1 1
29 R29 4 2 1 1 1 2 1
30 R30 3 2 2 1 1 2 1
31 R31 5 1 1 1 1 1 1
32 R32 5 1 1 1 1 1 1
33 R33 5 1 1 1 1 1 1
34 R34 4 2 1 1 1 2 1
35 R35 4 2 2 1 1 1 1
36 R36 5 1 1 1 1 1 1
37 R37 3 2 2 1 1 2 1
38 R38 4 2 1 1 1 2 1
39 R39 5 1 1 1 1 1 1
40 R40 5 1 1 1 1 1 1
41 R41 4 2 2 1 1 1 1
42 R42 3 2 2 1 1 2 1
43 R43 4 2 1 1 1 2 1
44 R44 5 1 1 1 1 1 1
45 R45 4 2 1 1 1 2 1
46 R46 5 1 1 1 1 1 1
47 R47 4 2 1 1 1 2 1
48 R48 5 1 1 1 1 1 1
49 R49 4 2 2 1 1 1 1
50 R50 5 1 1 1 1 1 1
51 R51 4 2 1 1 1 2 1
52 R52 5 1 1 1 1 1 1
53 R53 4 2 1 1 1 2 1
54 R54 4 2 2 1 1 1 1
55 R55 5 1 1 1 1 1 1
56 R56 5 1 1 1 1 1 1
57 R57 4 2 1 1 1 2 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
79
58 R58 5 1 1 1 1 1 1
59 R59 5 1 1 1 1 1 1
60 R60 3 2 2 1 1 2 1
61 R61 4 2 2 1 1 1 1
62 R62 4 2 1 1 1 2 1
63 R63 5 1 1 1 1 1 1
64 R64 5 1 1 1 1 1 1
65 R65 5 1 1 1 1 1 1
66 R66 3 2 2 1 1 2 1
67 R67 4 2 2 1 1 1 1
68 R68 4 2 1 1 1 2 1
69 R69 5 1 1 1 1 1 1
Keterangan :
1. Tindakan kategori 1 = Tindakan baik
2. Tindakan kategori 2 = Tindakan tidak baik
3. Nilai 1 = Ya
4. Nilai 2 = Tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
80
Lampiran 4. Output Statistik
Karakteristik
Statistics
jenis kelamin responden
N Valid 69
Missing 0
jenis kelamin responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid laki-laki 14 20.3 20.3 20.3
perempuan 55 79.7 79.7 100.0
Total 69 100.0 100.0
Statistics
umur responden
masa kerja
responden
tingkat
pendidikan
N Valid 69 69 69
Missing 0 0 0
Mean 29.42 3.20 4.00
Median 29.00 2.00 4.00
Range 16 9 0
Minimum 23 1 4
Maximum 39 10 4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
81
umur responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 23 2 2.9 2.9 2.9
24 3 4.3 4.3 7.2
25 9 13.0 13.0 20.3
26 6 8.7 8.7 29.0
27 7 10.1 10.1 39.1
28 6 8.7 8.7 47.8
29 8 11.6 11.6 59.4
30 6 8.7 8.7 68.1
31 3 4.3 4.3 72.5
32 2 2.9 2.9 75.4
33 5 7.2 7.2 82.6
34 1 1.4 1.4 84.1
35 4 5.8 5.8 89.9
37 2 2.9 2.9 92.8
38 3 4.3 4.3 97.1
39 2 2.9 2.9 100.0
Total 69 100.0 100.0
kelompok umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid <=29 41 59.4 59.4 59.4
>29 28 40.6 40.6 100.0
Total 69 100.0 100.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
82
kelompok umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid <=29 41 59.4 59.4 59.4
>29 28 40.6 40.6 100.0
Total 69 100.0 100.0
kelompok masa kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid <=2 38 55.1 55.1 55.1
>2 31 44.9 44.9 100.0
Total 69 100.0 100.0
tingkat pendidikan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid PERGURUAN
TINGGI 69 100.0 100.0 100.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
83
Pengetahuan
Apa yang dimaksud dengan B3?
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Zat atau bahan-bahan
lain yang berbahaya 4 5.8 5.8 5.8
Zat atau bahan lain
yang dapat
membahayakan
kesehatan dan
kelangsungan hidup
manusia, makhluk
lain dan lingkungan
hidup
56 81.2 81.2 87.0
Zat beracun yang
dapat menimbulkan
pencemaran akibat
bahan kimia
9 13.0 13.0 100.0
Total 69 100.0 100.0
Apa tujuan dibuat pedoman penggunaan B3?
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Untuk memastikan
SDM rumah sakit,
pasien, pengunjung
dan aset dari bahaya
api, asap dan bahaya
lain
3 4.3 4.3 4.3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
84
Untuk menciptakan
lingkungan kerja yang
aman dengan
meminimalisir potensi
bahaya
10 14.5 14.5 18.8
Untuk melindungi
SDM rumah sakit,
pasien pengunjung
dan lingkungan dari
pajanan dan limbah
B3
56 81.2 81.2 100.0
Total 69 100.0 100.0
Apa hal penting yang mendasari perencanaan dan penerapan B3?
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Identifikasi dan
karakteristik B3 21 30.4 30.4 30.4
Rambu dan simbol
B3 8 11.6 11.6 42.0
APD, APAR dan
P3K 40 58.0 58.0 100.0
Total 69 100.0 100.0
Apa yang dimaksud dengan MSDS?
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
85
Valid Dokumen lengkap
tentang suatu bahan
kimia yang harus ada
pada industri
mengenai informasi
tentang bahan kimia
tersebut
8 11.6 11.6 11.6
Kumpulan data
keselamatan dan
petunjuk dalam
mengelola bahan
kimia berbahaya dan
informasi mengenai
bahan kimia tersebut
10 14.5 14.5 26.1
Semua benar 51 73.9 73.9 100.0
Total 69 100.0 100.0
Apakah disetiap B3 memiliki MSDS?
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya, terdapat disetiap
B3 51 73.9 73.9 73.9
Mungkin hanya
beberapa 9 13.0 13.0 87.0
Tidak tahu 9 13.0 13.0 100.0
Total 69 100.0 100.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
86
Kapan sebaiknya membaca MSDS?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Saat proses
penggunaan B3 46 66.7 66.7 66.7
Selama bekerja
di rumah sakit 18 26.1 26.1 92.8
Tidak tahu 5 7.2 7.2 100.0
Total 69 100.0 100.0
Apakah yang perlu diperhatikan pada saat penggunaan B3?
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Metode kerja/cara
pelaksanaan kerja
sudah aman dan
efektif
8 11.6 11.6 11.6
APD yang sesuai
dengan faktor risiko
bahayanya
8 11.6 11.6 23.2
A dan B benar 53 76.8 76.8 100.0
Total 69 100.0 100.0
Apakah penggunaan B3 dapat menyebabkan kecelakaan kerja?
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak tahu 6 8.7 8.7 8.7
Dapat menyebabkan 63 91.3 91.3 100.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
87
kecelakaan kerja
Total 69 100.0 100.0
Bagaimana penanganan kecelakaan kerja dalam penggunaan B3?
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Melaporkan situasi
kondisi kerja yang
tidak aman pada
pekerja shift
berikutnya
5 7.2 7.2 7.2
Mengamankan
(mengisolasi) tempat
terjadinya kecelakaan
dan menanggulangi
kecelakaan sesuai
SOP
8 11.6 11.6 18.8
A dan B benar 56 81.2 81.2 100.0
Total 69 100.0 100.0
pengetahuan kategorik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 46 66.7 66.7 66.7
Cukup 23 33.3 33.3 100.0
Total 69 100.0 100.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
88
Sikap
Selama penggunaan B3 hindari tindakan tidak aman dan sesuai SOP
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Setuju 62 89.9 89.9 89.9
Tidak Setuju 7 10.1 10.1 100.0
Total 69 100.0 100.0
Tidak diperlukan pengadaan kelengkapan administrasi B3 karena tidak
penting
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Setuju 15 21.7 21.7 21.7
Tidak Setuju 54 78.3 78.3 100.0
Total 69 100.0 100.0
Pemberian simbol dan label B3 sangat penting untuk memberikan informasi
kepada petugas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Setuju 62 89.9 89.9 89.9
Tidak Setuju 7 10.1 10.1 100.0
Total 69 100.0 100.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
89
Penggunaan B3 yang tidak sesuai standar dapat menyebabkan kecelakaan
kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Setuju 65 94.2 94.2 94.2
Tidak Setuju 4 5.8 5.8 100.0
Total 69 100.0 100.0
Saya keberatan menggunakan APD saat melakukan pengelolaan B3 karena
mengurangi kebebasan untuk bekerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Setuju 21 30.4 30.4 30.4
Tidak Setuju 48 69.6 69.6 100.0
Total 69 100.0 100.0
Penting untuk selalu menggunakan APD saat menggunakan B3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Setuju 62 89.9 89.9 89.9
Tidak Setuju 7 10.1 10.1 100.0
Total 69 100.0 100.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
90
Selama proses penggunaan B3 petugas harus mengikuti latihan simulasi
penanganan yang tepat untuk menangani bila ada kecelakaan B3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Setuju 63 91.3 91.3 91.3
Tidak Setuju 6 8.7 8.7 100.0
Total 69 100.0 100.0
Pada masa transisi shift kerja, saya keberatan melaporkan situasi kondisi
tidak aman karena merepotkan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Setuju 16 23.2 23.2 23.2
Tidak Setuju 53 76.8 76.8 100.0
Total 69 100.0 100.0
Bila selesai menggunakan B3, saya amankan dan bersihkan alat-alat kerja,
lingkungan kerja dan wadah sisa B3 hingga aman
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Setuju 66 95.7 95.7 95.7
Tidak Setuju 3 4.3 4.3 100.0
Total 69 100.0 100.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
91
sikap kategorik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Positif 39 56.5 56.5 56.5
Negatif 30 43.5 43.5 100.0
Total 69 100.0 100.0
Tindakan
Menggunakan APD (masker dan sarung tangan) saat berhubungan deng B3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 54 78.3 78.3 78.3
Tidak 15 21.7 21.7 100.0
Total 69 100.0 100.0
Membersihkan alat-alat,lingkungan serta wadah sisa B3 setelah selesai
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 69 100.0 100.0 100.0
Menggunakan peralatan kerja yang layak pakai (tidak rusak)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 69 100.0 100.0 100.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
92
Pada transisi shift jaga, setiap serah terima dilakukan dengan sebaik-
baiknya dan laporkan kondisi kerja yang tidak aman (bila ada)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 47 68.1 68.1 68.1
Tidak 22 31.9 31.9 100.0
Total 69 100.0 100.0
Mengamankan alat-alat kerja yang telah digunakan seperti meletakkan
jarum suntik bekas ke dalam safetybox
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 69 100.0 100.0 100.0
tindakan kategorik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 39 56.5 56.5 56.5
Tidak Baik 30 43.5 43.5 100.0
Total 69 100.0 100.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
93
Crosstab
pengetahuan kategorik * tindakan kategorik Crosstabulation
tindakan kategorik Total
Baik
Tidak
Baik Baik
pengetahuan
kategorik
Baik Count 29 17 46
% within
pengetahuan
kategorik
63.0% 37.0% 100.0%
% within tindakan
kategorik 74.4% 56.7% 66.7%
% of Total 42.0% 24.6% 66.7%
Cukup Count 10 13 23
% within
pengetahuan
kategorik
43.5% 56.5% 100.0%
% within tindakan
kategorik 25.6% 43.3% 33.3%
% of Total 14.5% 18.8% 33.3%
Total Count 39 30 69
% within
pengetahuan
kategorik
56.5% 43.5% 100.0%
% within tindakan
kategorik 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 56.5% 43.5% 100.0%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
94
sikap kategorik * tindakan kategorik Crosstabulation
tindakan kategorik Total
Baik
Tidak
Baik Baik
sikap
kategorik
Positif Count 27 12 39
% within sikap
kategorik 69.2% 30.8% 100.0%
% within tindakan
kategorik 69.2% 40.0% 56.5%
% of Total 39.1% 17.4% 56.5%
Negatif Count 12 18 30
% within sikap
kategorik 40.0% 60.0% 100.0%
% within tindakan
kategorik 30.8% 60.0% 43.5%
% of Total 17.4% 26.1% 43.5%
Total Count 39 30 69
% within sikap
kategorik 56.5% 43.5% 100.0%
% within tindakan
kategorik 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 56.5% 43.5% 100.0%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
95
sikap kategorik * tindakan kategorik * pengetahuan kategorik
Crosstabulation
pengetahuan
kategorik
tindakan
kategorik Total
Baik
Tidak
Baik Baik
Baik sikap
kategorik
Positif Count 20 7 27
% within sikap
kategorik 74.1% 25.9% 100.0%
% within
tindakan
kategorik
69.0% 41.2% 58.7%
% of Total 43.5% 15.2% 58.7%
Negatif Count 9 10 19
% within sikap
kategorik 47.4% 52.6% 100.0%
% within
tindakan
kategorik
31.0% 58.8% 41.3%
% of Total 19.6% 21.7% 41.3%
Total Count 29 17 46
% within sikap
kategorik 63.0% 37.0% 100.0%
% within
tindakan
kategorik
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 63.0% 37.0% 100.0%
Cukup sikap
kategorik
Positif Count 7 5 12
% within sikap
kategorik 58.3% 41.7% 100.0%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
96
% within
tindakan
kategorik
70.0% 38.5% 52.2%
% of Total 30.4% 21.7% 52.2%
Negatif Count 3 8 11
% within sikap
kategorik 27.3% 72.7% 100.0%
% within
tindakan
kategorik
30.0% 61.5% 47.8%
% of Total 13.0% 34.8% 47.8%
Total Count 10 13 23
% within sikap
kategorik 43.5% 56.5% 100.0%
% within
tindakan
kategorik
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 43.5% 56.5% 100.0%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
97
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
98
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
99
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Membagikan Kuesioner di Ruang Zaitun
Gambar 2. Membagikan Kuesioner di Ruang Meranti
Gambar 2. MengisiKuesioner
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
100
Gambar 3. Pengisian Kuesioner di Ruang Mahoni
Gambar 4. Pengisian Kuesioner di Ruang Cendana
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
101
Gambar 5. Perawat Menggunakan APD Lengkap Saat Berhubungan dengan B3
Gambar 6. Perawat Hanya Memakai Sarung Tangan saat Menggunakan B3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
102
Gambar 7. Perawat Mengamankan Alat Kerja berupa Jarum Suntik Setelah
digunakan
Gambar 8. Perawat Membersihkan Sisa Bahan B3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA