Gaya bahasa perbandingan

Post on 01-Jul-2015

6.734 views 2 download

Transcript of Gaya bahasa perbandingan

A.Gaya Bahasa A.Gaya Bahasa PerbandinganPerbandingan

1. Metafora1. Metafora• Ialah majas yg memperbandingkan suatu

benda dg benda lain yg mempunyai sifat yg sama. Contoh :– Dewi malam telah keluar dari

peraduannya.– Mereka telah menjadi sampah

masyarakat.– Semangatnya berkobar-kobar untuk

meneruskan perjuangannya.– Orang itu ialah kaki tangan musuh.

2. Personifikasi 2. Personifikasi

• Pelukisan benda-benda mati seolah-olah sebagai benda hidup. Contoh :– Bulan tersenyum simpul.– Angina bernyanyi riang.– Sang surya telah masuk ke peraduannya.– Hatinya berkata bahwa perbuatan itu tak

boleh dilakukannya.

3. Asosiasi 3. Asosiasi

• Membandingkan terhadap benda yg telah disebutkan agar menjadi lebih jelas.– mukanya pucat bagai bulan kesiangan.– Semangatnya keras bagai baja.– Pikirannya kusut bagai benang dilanda

ayam.– Matanya bagai bintang Timur.

4. Alegori 4. Alegori

• Majas ini memperlihatkan suatu perbandingan utuh. Misalnya :

• Hidup kita diumpamakan dg biduk atau bahtera yg terkatung-katung di tengah lautan. Hidup yg hrs ditempuh diumpamakan dg lautan yg hrs diarungi. Kesukaran yg mungkin kita yemui dlm kehidupan diumpamakan dg topan dan badai. Suami istri yg hrs menempuh hidup itu diumpamakan dg nakoda dan jurumudi yg hrs mengemudikan bahtera hidup tadi. Kebahagiaan atau tujuan hidup diumpamakan dg tanah tepi yg hrs dicapai.

5. Parabel 5. Parabel

• Majas yg tergantung dalam seluruh karangan dg secara halus tersimpul pedoman hidup, falsafah hidup yang patut kita contoh. Misalnya :

• Dapat kita lihat dalam buku-buku seperti : Bhagawat Gita, Mahabarata dan hikayat-hikayat.

6. Simbolik 6. Simbolik

• Melukiskan suatu dengan benda lain sebagai lambang. Contoh :– Pendiriannya seperti baling-baling.– Orang itu lintah darat.– Orang itu sifatnya seperti bunglon.

7. Tropen 7. Tropen

• Majas yg mempergunakan kata-kata yg tepat dan sejajar artinya dg sesuatu keadaan yg sebenarnya.– Presiden terbang ke Jepang.

– Sepanjang hari berkubur saja dalam kamarnya.

– Dia duduk melamun, hanyut dibawa perasaannya.

• Sudah sebulan diaa mengukur jalan saja di kota itu.

8. Metonimia 8. Metonimia

• Sebuah kata atau nama yang berasosiasi dengan suatu benda dipakai untuk menggantikan benda yang dimaksud. Contoh :– Andi disuruh Bapak membeli Bentul.– Dia datang memakai Fiat bukan Ford.

9. Litotes 9. Litotes

• Mempergunakan kata yg berlawanan artinya dg tujuan merendahkan diri terhadap orang tempat berbicara.– kalau sempat datanglah ke gubuk kami.– Apa yang dapat Saudara harapkan dari saya?

Ilmu tiada hartapun tiada.– Kami hanya dapat menyuguhkan teh dingin

dan kue kampong kepada Ibu.

10. Sinekdokhe 10. Sinekdokhe

• Majas ini dibagi menjadi dua :1. Pars pro toto (sebagian untuk seluruh).

- Dia membeli tiga ekor lembu.2. Totem pro parte (seluruh untuk sebagian).

- Indonesia berhasil mempertahankan piala Thomas.

11. Eufimisme 11. Eufimisme

• Memperhalus ucapan dengan memakai kata-kata yang sopan.– Jangan buang angina dimuka orang ramai.– Permisi kebelakang sebentar.– Dia kini sudah berubah akal.

12. Hiperbolisme 12. Hiperbolisme

• Majas yang membesar-besarkan peristiwa/keadaan untuk mengeraskan arti/menarik perhatian.– Ia mengucapkan beribu-ribu terimakasih.– Larinya secepat kilat.– Harga-harga barang sekarang mencekik

leher.

13. Alusio 13. Alusio

• Majas mengias dengan mempergunakan peribahasa atau perbandingan yang biasa dipakai sehari-hari.– Kamu ini berpura-pura saja, sudah gaharu

cendana pula.– Menggantang asap saja engkau dari tadi ya?

(membual, beromong kosong).

14. Antonomasia 14. Antonomasia

• Menggunakan nama lain terhadap sesuatu atau orang dengan memakai nama sifat atau keadaan sesuatu atau orang itu.– Si gemuk– Si botak – Si jangkung.

15. Perifrasis/priprase 15. Perifrasis/priprase

• Gaya bahasa peruraian sebuah kata diganti dengan sebuah kalimat atau sekelompok kata yang artinya sama.– Kapal padang pasir.– Pagi-pagi berangkatlah kami = Ketika sang

surya keluar dari peraduannya, berangkatlah kami.

– Kereta api itu berlari terus. = kuda besi yang panjang itu berlari terus.

B. Gaya bahasa sindiranB. Gaya bahasa sindiran

1. Ironi

Ialah sindiran halus.- Cepat benar kamu pulang.

- Usul yang negative itu diusulkan juga.

2. Sinisme2. Sinisme

• Ialah sindiran yang lebih kasar daripada ironi.

• Harum benar baumu.

• Merdu benar suaramu seperti betung balik.

3. Sarkasme3. Sarkasme

• Ialah sindiran yang paling kasar.• Mampus pun engkau tak ada peduliku.

• Cih, mukamu yang seperti monyet itu, jijik aku melihatnya.

Sumber PustakaSumber Pustaka

• Bustanul Arifin. Sastra Indonesia. bandung

• J.S.Badudu. Kesusastraan Indonesia.