Post on 07-Feb-2018
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015
1
IbPE BATIK DI MEDAN SUMATERA UTARA
Efni Siregar, Faulina, Vivianti Novita
Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Medan
ABSTRAK
Pengabdian bagi produk ekspor ini akan diselenggarakan di kecamatan Medan Tembung dengan
dua mitra tim pelaksana yang menjadi perintis dan mempunyai usaha batik motif Sumatera
Utara. Kedua mitra UKM ini bernama UD Mitra Cahaya dan LKP Saudur Sadalanan.
Permasalahan yang ada adalah bahan baku, peralatan produksi, inovasi dan jenis produk,
manajemen, pemasaran, SDM, serta fasilitas kerja.
Luaran yang telah diperoleh kedua mitra dari kegiatan pengabdian ini adalah: daur ulang bahan
baku malam, penambahan alat – alat kantor dan produksi, bertambahnya produk turunan dari
batik dan jumlah lembaran batik yang dihasilkan dan dijual naik sekitar 10%, mampu mengelola
keuangan, administrasi dan produksi usaha modern secara efisien walau masih secara sederhana,
mulai berpromosi secara aktif dengan menggunakan kartu nama, brosur, katalog dan web based
marketing, pertambahan pegawai, penataan kantor, show room, dan ruang produksi beserta
dengan peralatannya.
Kata kunci: pengabdian, batik, sumatera utara
PENDAHULUAN
Batik yang selama ini diketahui luas
berasal dari berasal dari Jogja, Pekalongan,
Solo dan daerah lain di pulau Jawa dan
Madura. Tetapi ternyata ada batik yang
berasal dari daerah lain yang sedang
dikembangkan, contohnya adalah batik yang
berasal dari Sumatera Utara dengan corak
yang bernuansa etnik daerah tersebut.
Motifnya batik disesuaikan dengan lima
etnis Batak yang ada di Sumatera Utara,
yaitu Mandailing, Tapanuli Utara (Toba),
Simalungun, Karo, Pakpak Dairi, dan
Tapanuli Tengah. Motif batik dari lima etnis
Batak, itu di antaranya corak dari kain ulos
Batak, motif Hari Hara Sundung di Langit
yang menunjukkan ciri khas Batak Toba,
dan motif Pani Patunda dari Simalungun.
Selain itu, motif Melayu seperti pucuk
rebung, semut beriring, itik pulang petang.
Kemudian motif Toba ada desa nawalu,
gorga sitompi, dan juga Batak Mandailing
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015
2
dengan motif mataniari
(pemkomedan.go.id.2014).
Batik Sumatera Utara ini
terdiri dari dua jenis, yaitu batik cap dan
batik tulis yang digeluti oleh kedua mitra
dari tim pengabdian yaitu Ibu Nur Cahaya
Nasution pemilik UD Mitra Cahaya dengan
kelompok pengrajin batik yang dipunyainya
bernama Maju Bersama. dan Bapak Zuhair
Kustanto pemilik LKP Saudur Sadalanan
yang berlokasi di Medan Tembung. Ibu
Nurcahaya mempunyai visi kedepannya
yaitu agar batik Sumatera Utara mendunia.
Bapak Zuhair Kustanto sebagai
pemilik LKP Saudur Sadalanan, gigih dalam
memberikan pelatihan membatik dan juga
memproduksi lembaran batik hingga
menjadi baju, terutama baju seragam
sekolah. Selain itu beliau menjadi salah
seorang pendiri koperasi untuk produk-
produk yang berorientasi ekspor di Sumatera
Utara yang diwadahi oleh Dinas Koperasi
Sumatera Utara yang baru didirikan pada
tahun 2014 lalu.
Keberadaan batik ini berkembang
sedikit demi sedikit sehingga mulai dikenal
masyarakat, hingga telah dibawa kebeberapa
negara seperti Thailand, Malaysia dan
Nigeria. Walaupun begitu, masih banyak
lagi masyarakat luas yang belum mengenal
batik Sumatera Utara dan bertanya seperti
apa bentuk, motif dan rupanya, meskipun di
kota Medan mulai banyak masyarakat yang
mengetahui batik Sumatera Utara ini. Hal
tersebut merupakan peluang yang sangat
besar bagi kemajuan batik Sumatera Utara
dengan corak uniknya, warna - warna yang
memikat, dan hasil yang berkualitas
merupakan produk unggulan daerah yang
berorientasi besar untuk ekspor.
Pembuatan batik Sumatera Utara ini
tidak ada bedanya dengan batik dari daerah
Jawa, hanya berbeda pada corak yang
dihasilkan. Untuk batik yang berasal dari
daerah Jawa lebih utama pada motif hewan,
bunga dan sebagainya. Sedangkan untuk
batik Sumatera Utara coraknya condong
kepada berbagai etnik yang ada di Sumatera
Utara.
Berdasarkan identifikasi
permasalahan yang telah dilakukan antara
tim pengabdian dan kedua mitra bahwa
permasalahan yang akan diselesaikan pada
tahun pertama kegiatan adalah masalah
bahan baku, proses produksi, produk
turunan, pengelolaan manajemen,
pemasaran offline dan online, kurangnya
sumber daya manusia (pembatik), dan
fasilitas produksi dan administrasi yang
memadai. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015
3
Sriyana (2010) bahwa pada umumnya UKM
di Indonesia masih dihadapkan pada
berbagai permasalahan yeng menghambat
kegiatan usahanya. Berbagai hambatan
tersebut meliputi kesulitan pemasaran,
keterbatasan finansial, keterbatasan SDM
berkualitas, masalah bahan baku,
keterbatasan teknologi, infrastruktur
pendukung dan rendahnya komitmen
pemerintah.
Rincian dari permasalahan yang ada
yaitu: lilin (malam) dan pewarna sebagai
bahan baku masih dikirim dari Jawa,
sehingga harga lembaran batik yang
ditawarkan kepada konsumen masih
tergolong tinggi. Padahal ada kemungkinan
untuk mendapatkan bahan baku di Sumatera
Utara sendiri yang berasal dari getah tusan
(pinus). Pengerjaan satu lembar batik yang
lama, membutuhkan waktu sekitar tiga hari
untuk batik cap, karena alat yang digunakan
masih berupa cap tembaga yang berat, dan
untuk memperolehnya harus pesan dari
Solo. Produk yang dihasilkan sementara
hanya berupa lembaran batik cap dan batik
tulis, dan belum mempunyai produk turunan
dari lembaran batik tersebut, seperti: bantal
kursi, kap lampu, dan lain – lain. Bagi
pengelolaan usaha, belum adanya
perencanaan jangka pendek, menengah dan
panjang yang dilakukan. Pembukuan dan
administrasi juga masih dilakukan secara
sederhana. Pasar utama produk masih di
kota Medan dengan cara konvensional,
padahal produk berpotensi besar untuk
dipasarkan ke mancanegara. Sumberdaya
pembatik yang ada masih sangat kurang
dibandingkan dengan cerahnya prospek
usaha kedepannya. Terakhir adalah fasilitas
yang seadanya untuk ruang kantor dan
produksi.
Identifikasi permasalahan mitra seperti
tampak pada Gambar 1:
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015
4
Gambar 1. Kerangka Pemecahan Masalah
METODE
Metode pendekatan dalam kegiatan
ini dilakukan dengan metode partisipatif
kelompok dan individual melalui
pendampingan dan koordinasi serta
pemantauan, metode ceramah dan diskusi
melalui pelatihan – pelatihan yang akan
diberikan. Koordinasi dan pemantauan akan
dilakukan setiap dua minggu sekali atau
disesuaikan dengan keperluan mitra UKM
guna memperlancar kegiatan. Pendampingan
dan pemantauan akan dilakukan secara
optimal agar dapat memberikan motivasi
kepada mitra dalam menciptakan usaha
produk berorientasi ekspor yang
berkelanjutan.
Potensi Mitra : - Jumlah produksi
- Produk orientasi
ekspor
Permasalahan Mitra:
- bahan baku,
- proses produksi,
- produk turunan,
- pengelolaan manajemen,
- pemasaran offline dan online,
- kurangnya sumber daya manusia (pembatik), dan
- fasilitas produksi dan administrasiyang memadai.
Alternatif Pemecahan Masalah:
- Pencarian bahan baku alternatif
- Penambahan peralatan membatik, kantor, dan produksi
- Inovasi dan pengembangan produk berupa bertambahnya corak, jenis
produk, dan jumlah produk yang dihasilkan.
- pelatihan manajemen baik produksi, keuangan, administrasi, dan pemasaran.
- Pemasaran secara offline dan online
- Pelatihan membatik untuk penambahan SDM pembatik
- Penambahan fasilitas kantor, show room dan produksi
Peningkatan hasil dan jumlah
produksi batik berkualitas ekspor
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015
5
Solusi yang Ditawarkan
Solusi yang ditawarkan untuk usaha batik ini
adalah:
1. Pencarian bahan baku alternatif
pembuatan batik seperti lilin ( malam).
2. Penambahan peralatan produksi untuk
membatik/ produksi barang turunan
(sepatu, tas, kap lampu, dan lain-lain).
3. Penambahan produk barang turunan,
seperti: tas, sepatu,dan kap lampu
(kesempatan magang bagi pegawai
ketempat penghasil barang turunan
batik).
4. Pemberian pelatihan manajemen
keuangan, produksi, administrasi, dan
kearsipan secara manual dan
komputerisasi,
5. Pemberian pelatihan pemasaran offline
dan online untuk pemasaran nasional dan
internasional.
6. Pemasaran langsung ke kantor-kantor,
menitipkan batik ke hotel, toko souvenir,
toko oleh – oleh, pameran dan lain-lain
dengan alat promosi yang digunakan
meliputi penggunaan kartu nama, brosur,
dan buku katalog. Untuk pemasaran
online menggunakan web base
marketing.
7. Pemberian pelatihan membatik bagi
masyarakat dan mahasiswa untuk
menambah tenaga pembatik.
8. Penataan ruang kantor, show room, dan
produksi serta penambahan/ pengadaan
peralatan, seperti: meja, kursi, komputer,
dan lain-lain.
Pada tahun ini, tim pelaksana membantu
kedua UKM untuk mencarikan penyuplai
alternatif bahan baku malam (lilin) yang
berasal dari Sumatera Utara. Pencarian
alternatif produksi barang turunan dengan
melakukan kunjungan ke tempat
pembuatannya langsung, ke Solo dan
Yogyakarta. Selain itu, juga dijajaki untuk
pembuatan mesin batik, yang akan dikerjakan
oleh salah seorang dosen jurusan Teknik
Mesin Politeknik Negeri Medan pada tahun
kedua.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Target luaran yang diharapkan
adalah dalam aspek bahan baku, produksi,
produk, manajemen, pemasaran, SDM dan
fasilitas. Pengetahuan pemasaran online
merupakan salah satu cara yang sebaiknya
diajarkan untuk memperkaya pengetahuan
mitra dalam pemasaran modern. Karena
sumber daya pada sebuah usaha sering tidak
berwujud, seperti pengetahuan yang unik
dan teknologi yang eksklusif (Kraus &
Kauranen.2009).
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015
6
Sesuai dengan kesepakatan antara
tim dan kedua mitra mengenai kegiatan
pengabdian, maka kegiatan dilaksanakan
sesuai dengan hal – hal yang telah
direncanakan bersama. Tahap pelaksanaan
tahun pertama ini diawali dengan pemberian
informasi kepada masyarakat dan mitra
tentang pelaksanaan kegiatan melalui
sosialisasi program IbPE pada Kecamatan
Tembung. Hal ini bertujuan untuk memberi
pemahaman kepada masyarakat tentang
pentingnya pengembangan produk unggulan
terutama yang berorientasi ekspor.
Berikutnya adalah pelaksanaan
pelatihan membatik bagi masyarakat yang
berminat untuk menjadi pembatik dan
menjadikannya sebagai penghasilan tetap
ataupun tambahan hingga mahir selama 4 hari.
Pelatih berasal dari LKP. Saudur Sadalanan
dan diadakan sebanyak 2 kali dalam tahun
pertama kegiatan. Peserta pelatihan adalah
masyarakat sekitar kota Medan yang tertarik
untuk membatik sebanyak 10 orang setiap
kegiatan. Walaupun kegiatan ini diharapkan
mampu untuk menambah jumlah pembatik
secara signifikan, tetapi ternyata hanya empat
orang saja yang serius untuk mendalami
proses membatik hingga saat ini.
Tahap pelaksanaan selanjutnya adalah
pemberian pelatihan manajemen usaha
modern bagi mitra yang mencakup aspek
administrasi (pencatatan segala kegiatan),
keuangan (pembukuan dan laporan keuangan),
serta produksi (pemilihan dan perencanaan
produk, pengelolaaan bahan baku, serta proses
produksi). Pelatihan manajerial ini ditujukan
agar mitra dapat menjalankan UKM mereka
dengan berdasarkan manajemen yang tertata
baik, untuk pencapaian usaha yang efektif dan
efisien. Semua kegiatan telah terlaksana
dengan peserta dari kedua pemilik UKM
beserta anak dan istri, serta beberapa orang
karyawan sebanyak enam orang pada setiap
kegiatan.
Kemudian, pelatihan pemasaran
(pemilihan lokasi pemasaran, penentuan
harga, target pasar dan promosi) untuk pasar
lokal menuju nasional, mejadi agenda
selanjutnya. Meskipun diluar dari pelatihan,
tim dan mitra sering berdiskusi mengenai
tindakan pemasaran yang sebaiknya dilakukan
oleh mitra. Pada tahap ini juga diberikan alat
promosi seperti kartu nama, brosur, dan
katalog serta website sebagai toko online
kedua mitra yang berbahasa Indonesia dan
Inggris. Pembuatan website bilingual ini
bertujuan agar produk batik Sumatera Utara
bukan hanya dikenal lokal dan nasional, tapi
juga dapat merambah hingga ke mancanegara
dengan keunikan pada motifnya yang beragam
dan tidak dipunyai daerah lain di Indonesia.
Pelatihan pemasaran ini juga dihadiri oleh
pemilik beserta keluarganya dengan jumlah
peserta tetap enam orang. Pada pelatihan ini
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015
7
diberikan teori tentang pemasaran mulai dari
penentuan segmentasi pasar hingga penentuan
harga dan macam–macam promosi.
Gambar 2. Motif Batik Sumatera Utara yang Lebih Berwarna dan Beragam
Perjalanan seorang anggota tim
pengabdian dan kedua mitra ke Solo dan
Yogya pada tanggal 29 Agustus – 1
September 2015, menjadi pengalaman yang
berharga bagi kedua belah pihak. Ketika di
Solo, mitra belajar cara membatik yang baik
secara sederhana dari ketua Canting Kakung
Solo sebagai pelopor batik modern. Beliau
mengajarkan cara melukis, pewarnaan dan
pencampuran warna, mencelup ke water glass,
serta penjemuran. Selanjutnya perjalanan ke
Yogya semakin menambah ilmu yang baru
bagi kedua mitra, yaitu begitu banyaknya
produk turunan dari batik yang dapat
dihasilkan, seperti: tempat tisu, bros, tas,
bando, dan lainnya.
Setelah pelatihan dan kegiatan diatas,
adalah tahap implementasi dimana mitra
menerapkan hasil dari pelatihan dan ilmu yang
diperoleh. Mitra sudah mempunyai
pembukuan yang mulai rapi. Selain itu, pada
produk yang dihasilkan mulai terlihat berbeda;
yaitu: warna lebih bervariasi, motif semakin
banyak, bertambahnya jumlah produksi dan
permintaan konsumen terhadap batik
Sumatera Utara yang naik sekitar 10%.
Produk turunan yang dihasilkan juga telah
ada, yaitu gantungan kunci, tas, kipas, dan
busana wanita serta pria. Sementara ini,
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015
8
produk turunan yang dihasilkan masih sedikit,
tetapi kedepannya mitra akan berusaha untuk
mengembangkannya untuk kepentingan
ekspor.
Selama tahun pertama kegiatan
pengabdian ini, mitra pertama banyak
melakukan perjalanan pameran baik dalam
kota Medan, maupun kota lainnya di Jawa d
an Kalimantan. Pameran yang telah diikuti
berada dikota – kota seperti Yogyakarta,
Pekalongan dan Jakarta serta Banjarmasin.
Mitra kedua juga sering mengunjungi kota lain
di Sumatera Utara untuk memberi pelatihan
membatik.
Penataan ruang kantor, show room,
dan ruang produksi menjadi tahap selanjutnya.
Tim pelaksana membantu mitra UKM untuk
menata ruangan dan mengisinya dengan
perabot dan peralatan kantor. Pada tahap ini,
mitra dengan, inisiatif sendiri membangun
gedung untuk kantor dan show roomserta
tempat produksi.
KESIMPULAN
1. Kegiatan IbPE dengan tujuan pengabdian
kepada masyarakat yang diberikan
kepada dua orang mitra pemilik usaha
batik dan LKP dilaksanakan selama tiga
tahun.
2. Pada kegiatan tahun pertama, bertujuan
untuk menyelesaikan masalah yang
dialami kedua mitra,yaitu: bahan
baku,proses produksi,produk turunan,
pengelolaan manajemen,
pemasaran,kurangnya sumber daya
manusia (pembatik), danfasilitas
produksi dan administrasi yang
memadai.
3. Luaran yang telah diperoleh kedua mitra
dari kegiatan pengabdian ini adalah:
daur ulang bahan baku malam,
penambahan alat – alat kantor dan
produksi, bertambahnya produk turunan
dari batik dan jumlah lembaran batik
yang dihasilkan dan dijual naik sekitar
10%, mampu mengelola keuangan,
administrasi dan produksi usaha modern
secara efisien, mulai berpromosi secara
aktif dengan menggunakan kartu nama,
brosur, katalog dan web based
marketing, pertambahan pegawai,
penataan lantor, show room, dan ruang
produksi beserta dengan peralatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Kraus. S & Kauranen.2009.Strategic
Management and entrepreneurship.Friends
or Foes. International Journal of Business
and Applied Management.Vol 4. Hal.39.
Sriyana, Jaka. 2010. Strategi
Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah
(UKM): Studi Kasus di Kabupaten Bantul.
Simposium Nasional 2010: Menuju
Purworejo Dinamis dan Kreatif.
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015
9
Sumber Lain
Batik Medan.
http://pemkomedan.go.id/cirikhas_detail.php
?id=927. Dilihat pada 10 November 2015.