Post on 08-Jul-2016
description
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang menyelidiki
lapisan–lapisan batuan yang ada didalam kerak bumi. Geologi menelaah segala
sesuatu yang yang mencakup gejala proses dan mekanisme ataupun sifat-sifat yang
ditunjukan didalam permukaan bumi dengan hubungan sebab akibat dalam (kulit)
bumi. Untuk itu diperlukan penalaran yang benar. Karena tidak semua gejala dan
proses dapat ditiru di laboratorium. Pada umumnya gejala dan proses geologi
berlangsung di alam. Batuan adalah Sebuah material yang di bentuk atau terbentuk
karena perubahan mineral – mineral dari suatu batuan, batuan terbagi atas tiga jenis,
yaitu batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
Jenis Batuan yang ada dibumi antara lain Batuan beku adalah batuan yang
terbentuk dari hasil pembekuan magma dibawah permukaan bumi, dan atau
membekunya lava di atas permukaan bumi. Batuan beku dibagi atas tiga jenis, yaitu
batuan beku asam, batuan beku intermediet, dan batuan beku basa. Batuan sedimen
adalah batuan yang terbentuk akibat terjadinya lithifikasi atau hancuran dari batuan
lain. Berdasarkan cara terjadinya, batuan sedimen dibagi atas batuan sedimen
klastik dan batuan sedimen non-klastik. Batuan metamorf adalah batuan yang
terbentuk oleh proses perubahan dari batuan asal yang disebabkan oleh suatu proses
yaitu proses metamorphose.
Jenis–jenis batuan dapat diklasifikasikan berdasarkan prinsip dasar :
1. Mineral pembentuk batuan.
2. Mineral utama atau esensial batuan.
3. Perbedaan komposisi mineral berdasarkan struktur dan tekstur dari batuan
itu sendiri.
Berdasarkan cara terjadinya batuan di alam dapat dibedakan menjadi tiga
golongan besar: batuan beku, batuan sedimen dan batuan malihan (metamorfosa).
Masing-masing berbeda baik dalam struktur maupun dalam tekstur gabungan
mineral.
2
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma
dibawah permukaan bumi, dan atau membekunya lava di atas permukaan bumi.
Batuan beku dibagi atas tiga jenis, yaitu batuan beku asam, batuan beku intermediet,
dan batuan beku basa.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat terjadinya lithifikasi
atau hancuran dari batuan lain. Berdasarkan cara terjadinya, batuan sedimen dibagi
atas batuan sedimen klastik dan batuan sedimen non-klastik.
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses perubahan dari
batuan asal yang disebabkan oleh suatu proses yaitu proses metamorphose.
Topografi merupakan gambaran atau dimensi dari suatu objek yang
dilihatdari atas yang ukurannya di reduksi. Topografi tidak hanya mengenai bentuk
permukaan saja, tetapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan,
dan bahkan kebudayaan lokal (Ilmu Pengetahuan Sosial). Topografi umumnya
menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan identifikasi jenis lahan.
Faktor alami yang lain,seperti tumbuhnya bunatang karang didaerah
pantai,vulkanisme,dan lain-lain.Pengarauh manusia, misalnya pembuatan
pelabuhan, reklamasi pantai ,pengeringan rawa pantai, pembutan jeti di pantai ,dan
sebaginya yang kesemunya dapat mempengaruhi perkembangan pantai.Faktor yang
banyak di bahas dalam hal ini adalah faktor gerakan air laut, yaitu yang meliputi
gelombang (wave), arus (current), dan pasang surut (tide), karena faktor ini
merupakan paktor yang paling berperan dalam perkembangan pantai.
Pada pantai Bunati topografi pantainya landai, itu karena gelombang yang
datang menuju pantai terhalang oleh terumbu karang yang ada di depan pantai
Sungai Cuka, sehingga energy gelombangnya menjadi berkurang. Selain itu proses
sedimentasi di perairan Desa Bunati tergolong besar, itu diakibatkan oleh debit air
sungai yang bermuara kelaut cukup banyak, sehingga mengakibatkan sedimentasi
pada perairan Desa Bunati.
3
1.2. Tujuan dan kegunaan praktek lapang
1. Mengidentifikasi secara visual jenis batuan yang terdapat di lokasi praktek
2. Mengetahui struktur batuan yang tersingkap di sepanjang pantai lokasi
praktek
3. Mengetahui proses geomorfologi pantai di lokasi tersebut.
1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup praktek lapang di perairan Pantai Bunati adalah sebagai
berikut :
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup praktek lapang kali ini adalah mencakup lokasi perairan
pesisir dan laut Desa Bunati Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu dimana
di sekitar tempat tersebut merupakan wilayah Pelabuhan khusus.
1.3.1. Ruang Lingkup Materi
Praktik lapang ini menitik beratkan pada materi pengenalan jenis batuan,
pengamatan struktur batuan tersingkap dan geomorfologi pantai di lokasi praktik.
Ruang lingkup praktik lapang kali ini adalah mencakup lokasi pesisir dan laut Desa
Bunati Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu. Dimana di sekitar tempat
tersebut terdapat beberapa jenis batuan yang akan di identifikasi oleh Praktikan.
Struktur dan singkapan bantuan yang ada di pantai Bunati, yaitu batuan sedimen
yang terbagi menjadi dua jenis batuan, yaitu batu bara dan batu kerikil.
4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Geologi
Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang
mempelajari segala sesuatu mengenai planit Bumi beserta isinya yang pernah ada.
Merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan
yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik didalam maupun
diatas permukaan bumi, kedudukannya di Alam Semesta serta sejarah
perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang. Geologi
dapat digolongkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang komplek, mempunyai
pembahasan materi yang beraneka ragam namun juga merupakan suatu bidang
ilmu pengetahuan yang menarik untuk dipelajari. Ilmu ini mempelajari dari benda-
benda sekecil atom hingga ukuran benua, samudra, cekungan dan rangkaian
pegunungan (Noor, 2010).
Geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang masa sekarang
atau masa yang lampau dari bentuk-bentuk morfologi, struktur bumi, lingkuungan
dan kehidupan fosil yang terdapat pada batuan. Bidang utama yang dipelajari adalah
semua jenis batuan, tanah dan air dalam tanah batuan yang bermanfaat untuk
pencarian bahan-bahan tambang minyak dan gas, endapan mineral maupun dapat
sebagai konsultan bidang geologi teknik. Ahli geologi dapat mengungkapkan
fenomena alam tentang bencana gempa bumi dan tsunami, gunung meletus, banjir,
gerakan tanah dan lain-lain. (Sukartono, 2010).
Menurut Hadiwidoyo (1976) bahwa ilmu geologi adalah pengetahuan alam
yang mempelajari litosfer (Lithos : batu, phere : lapisan) dan gejala-gejalanya,
semula ilmu geologi ditempatan sebagai ilmu murni bagian dari ilmu pengetahuan
alam yang bersifat deskriptif klasik yaitu pengetahuan yang mempelajari atau
menyelidiki lapisan-lapisan batuan yang ada dalam kerak bumi dan menuliskan
sejarah perkembangannya. Menjelang akhir abad ke-20 bidang geologi mengalami
perkembangan yang pesat, geologi dari ilmu murni lambat laun berubah menjadi
salah satu disiplin yang digunakan manusia masa kini secara intensif dalam upaya
mengubah lingkungan alam demi untuk kehidupannya yang layak.
5
2.2. Manfaat Mempelajari Geologi Laut
Cakupan dari ilmu geologi sangat luas seperti yang tersebut dalam
definisinya, yaitu mempelajari bumi seutuhnya. Sehingga untuk memudahkan
dalam mempelajari bumi, maka ilmu geologi dapat dipecah menjadi beberapa
cabang ilmu geologi semakin bertambah seiring dengan kemajuan ilmu dan
teknologi.
Manfaat mempelajari geologi laut yang telah diuraikan diatas, dapat diketahui
beberapa kepentingan dalam mempelajari ilmu geologi. Di bawah ini beberapa
kepentingan tersebut :
1. Ilmu geologi dapat membantu untuk mengetahui dan memahami awal terjadi dan
struktur dari bumi sebagai planet khususnya daratan dan lautan yang menyusun
kerak bumi.
2. Ilmu geologi dapat membantu menjelaskan karakteritik dan babbling alam yang
sangat bervariasi dan bagaimana bentang dan yang sangat berbeda ini dapat
terbentuk dan dimanfaatkan oleh manusia.
3. Pengetahuan geologi sangat membantu untuk mengetahui dimana mineral dan
batuan berharga dapat dijumpai.
4. Keberadaan material bangunan sangat tergantung pada kondisi geologi suatu
daerah. Pengetahuan geologi sangat membantu para ahli bangunan untuk
mendapatkan material bahan bangunan.
5. Ilmu geologi sangat penting dalam hubungannya dengan sumber daya air, karena
keberadaan air sangat tergantung juga pada jenis atau macam batuannya.
6. Pengetahuan geologi sangat membantu untuk memprediksikan atau meramalkan
kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana alam seperti longsoran, aktivitas
gunung api dan sebagainya (Anonim, 2009).
2.3. Struktur Geologi dan Geomorfologi Pantai
Struktur Geologi merupakan studi mengenal unsur – unsur struktur geologi,
yaitu studi tentang perlipatan, rekahan, sesar, dan sebagainya, yang terdapat
didalam suatu satua tektonik. Tektonik sendiri dianggap suatu studi yang mencakup
masalah bentuk, pola evolusi dari satuan tektonik dalam ukuran yang lebih besar
seperti : cekungan sedimentasi, rangkaian pegunungan, paparan dan sebagainya.
6
Geologi struktur dalam hal ini sudah pasti erat hubungannya dengan studi tentang
struktur sekunder, yaitu suatu struktur yang terbentuk setelah terjadi pengendapan
batuan. Macam–macam struktur sekunder :
a) Kekar (joint) : yaitu rekahan–rekahan dalam batuan yang terjadi karena tekanan
atau tarikan yang disebabkan oleh gaya yang bekerja dalam kerak bumi.
Gambar 2.1. Macam-macam Kekar
b) Sesar (fault) : adalah rekahan – rekahan dalam kulit bumi, yang telah mengalami
pergeseran.
Gambar 2.2. Macam-macam Sesar
7
c) Lipatan (fold) : yaitu penekukan pada batuan, baik dalam batuan sedimen atau
metamorf.
Gambar 2.3. Sketsa Sistem Pelipatan
d) Bidang Pelapisan (unconformity) : yaitu suatu bidang erosi yang memisahkan
antara batuan yang lebih muda dari yang lebih tua.
Gambar 2.4. Sketsa Sistem Pelipatan
Pada hakekatnya geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang
roman muka bumi Geomorphology) berasal beserta aspek-aspek yang
mempengaruhinya. Kata Geomorfologi (Geos (erath/bumi), morphos
(shape/bentuk), bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga kata yaitu: logos (knowledge
atau ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka pengertian
geomorfologi merupakan pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan bumi.
Worcester (1939) mendefinisikan geomorfologi sebagai diskripsi dan
tafsiran dari bentuk roman muka bumi. Definisi Worcester ini lebih luas dari
sekedar ilmu pengetahuan tentang bentangalam (the science of landforms), sebab
8
termasuk pembahasan tentang kejadian bumi secara umum, seperti pembentukan
cekungan lautan (ocean basin) dan paparan benua (continental platform), serta
bentuk-bentuk struktur yang lebih kecil dari yang disebut diatas, seperti plain,
plateau, mountain dan sebagainya.
Sehubungan dengan stadia geomorfologi yang dikenal juga sebagai Siklus
Geomorfik (Geomorphic cycle) yang pada mulanya diajukan Davis dengan istilah
Geomorphic cycle. Siklus dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang mempunyai
gejala yang berlangsung secara terus menerus (kontinyu), dimana gejala yang
pertama sama dengan gejala yang terakhir. Siklus geomorfologi dapat diartikan
sebagai rangkaian gejala geomorfologi yang sifatnya menerus. Misalnya, suatu
bentangalam dikatakan telah mengalami satu siklus geomorfologi apabila telah
melalui tahapan perkembangan mulai tahap muda, dewasa dan tua (gambar
dibawah).
Gambar 2.5. Siklus Geomorfologi
Stadium tua dapat kembali menjadi muda apabila terjadi peremajaan
(rejuvenation) atas suatu bentangalam. Dengan kembali ke stadia muda, maka
berarti bahwa siklus geomorfologi yang kedua mulai berlangsung. Untuk ini
dipakai formula n + 1 cycle, dimana n adalah jumlah siklus yang mendahului dari
satu siklus yang terakhir. Istilah lain yang sering dipakai untuk hal yang sama
9
dengan siklus geomorfologi adalah siklus erosi (cycle of erosion). Dengan adanya
kemungkinan terjadi beberapa siklus geomorfologi, maka dikenal pula istilah : the
first cycle of erosion, the second cycle of erosion, the third cycle of erosion, etc.
Misalnya suatu plateau yang mencapai tinmaturely dissected plateau in the second
cycle of erosion.
Wilayah pantai merupakan daerah yang sangat dinamis karena wilayah
tersebut merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut. Oleh karena itu,
morfologi dan bentang alam wilayah pantai yang terbentuk merupakan hasil dari
hempasan gelombang air laut dan aktivitas manusia. Geomorfologi pantai dapat
berupa dataran aluvial, bangunan pantai, estuari, lagoon, delta, hutan mangrove dan
bangunan pantai (Noor, 2010).
Geomorfologi yang merupakan salah satu parameter dari kerentanan pantai
terhadap kenaikan muka laut berpengaruh terhadap tingkat erosi relatif pada suatu
bagian pantai. Menurut Gornitz (1991) pantai yang sangat rentan terhadap kenaikan
muka laut adalah pantai dengan geomorfologi berupa penghalang pantai, pantai
berpasir, pantai berlumpur (mudflats), dan delta. Sedangkan pantai dengan bentuk
geomorfologi berupa tebing tinggi dan fjords sangat tidak rentan terhadap kenaikan
muka laut.
2.4. Kelerengan Pantai
Kelerengan pantai adalah tingkat kecuraman atau nilai kelandaian suatu
daerah pantai yang diukur dari batas zonasi tubuhan hingga batas air laut (Anonim,
2012).
Pengukuran kelerengan pantai dilakukan pada saat surut yaitu pada pagi hari
dan pada saat pasang pada sore hari karena pantai pada saat surut akan tambah luas
dan pada saat pasang luas pantai akan berkurang.
Pengukuran kemiringan pantai dilakukan dengan menggunakan water pass
dan kompas geologi. Pengambilan data dengan water pass ditambah dengan
peralatan lain seperti meteran, dan juga satu buah kayu range sepanjang 2 meter.
Langkah pertama, kayu range yang berukuran 2 m diletakkan secara horizontal di
atas pasir dan dilekatkan tepat pada batas pantai teratas. Kemudian waterpass
diletakkan di atas kayu range berukuran 2 m, lalu kayu tersebut dipastikan
horizontal sampai air pada alat water pass tepat berada di tengah. Setelah dipastikan
10
horizontal, hitung ketinggian kayu range tersebut dengan meteran. Sehingga dapat
diketahui kemiringan pantai tersebut dengan cara menghitung sudut yang dibentuk
antara garis horizontal dan vertikal yang didapatkan. Pengukuran ini dilakukan dari
batas pantai teratas sampai pantai yang tepat menyentuh air.
Untuk penggunaan kompas geologi dalam penentuan kemiringan pantai lebih
sederhana lagi, cukup dengan meletakkan kompas di pantai, kemudian putar alat
pengaturannya sampai air pada kompas sebagai penanda horizontal tepat berada di
tengah. Nilai kemiringan pantai dapat diperoleh langsung dengan melihat nilai yang
tertera pada kompas geologi tersebut (Anonim, 2011).
2.5. Jenis-Jenis Batuan
Berdasarkan kejadiannya atau cara terbentuknya atau genesanya menjadi 3
kelompok utama:
1. Batuan beku, batuan yang terbentuk dari pembekuan magma
2. Batuan sedimen, batuan yang terbentuk dari hasil rombakkan batuan yang telah
ada sebelumnya
3. Batuan metamorf, batuan yang terbentuk akibat adanya pengaruh tekanan, panas
atau keduanya yang sangat tinggi (Nurdin 2009).
Batuan umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan kimia,
dengan tekstur partikel unsur dan oleh proses yang mereka. Ciri–ciri ini
mengklasifikasikan batuan menjadi beku, sedimen, dan metamorf. Mereka lebih
diklasifikasikan berdasarkan ukuran partikel yang membentuk mereka.
Transformasi dari satu jenis batuan yang lain digambarkan oleh model geologi
(Pettijohn 1987).
Pengkelasan ini dibuat dengan berdasarkan:
1. Kandungan mineral yaitu jenis-jenis mineral yang terdapat di dalam batu ini.
2. Tekstur batu, yaitu ukuran dan bentuk hablur-hablur mineral di dalam batu
3. Struktur batu, yaitu susunan hablur mineral di dalam batu.
4. Proses pembentukan (Anonim 2011).
2.5.1. Batuan Beku
Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari hasil pendinginan dan
kristalisasi magma di dalam maupun di permukaan bumi. Secara umum, mineral-
11
mineral penyusun batuan beku dapat digambarkan oleh bowen reaction series
(Nurdin 2009).
Berdasarkan tempat terbentuknya, batuan beku dapat dibagi menjadi 2, yaitu
batuan plutonis dan batuan vulkanis :
a. Batuan beku plutonis
Batuan beku plutonis adalah batuan yang proses terbentuknya jauh di dalam
bumi (15 – 50 km). Batuan ini terbentuk dari pendinginan yang berjalan sangat
lambat. Oleh karena itu, batuan ini mempunyai kristal yang sempurna
(holokristalin).
Ciri-ciri batuan plutonis:
- Pada umumnya berbutir kasar
- Jarang memperlihatkan struktur vesikuler (lubang gas)
b. Batuan beku vulkanis
Merupakan batuan yang terbentuk di permukaan bumi. Ciri-ciri batuan
vulkanis:
- Berbutir halus dan sering terdapat kaca
- Memperlihatkan struktur vesikuler (Nurdin 2009).
2.5.2. Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil pengendapan
(sedimentasi), hasil erosi atau batuan yang terjadi dari akumulasi mineral dari hasil
perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktifitas kimia maupun
organisme yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumiyang kemudian
mengalami pembatuan (litifikasi) dan diagenesa (Nurdin 2009).
Proses pembentukan sedimen menjadi batuan sedimen disebut diagenesis.
Adapun proses-proses yang terjadi dalam diaganesis, antara lain:
a. Kompaksi, yaitu pembentukan akibat beban akumulasi sedimen atau material
lain yang menyebabkan hubungan antar butir lebih lekat, air dalam pori-pori
antar butir keluar menjadi kompak atau padat, volumenya berubah, dan
porositasnya menjadi berkurang.
b. Sementasi, yaitu proses keluarnya air pori-pori yang mengendapkan material
terlarut (CaCO3, SiO2, Fe2O3, oxida atau mineral lempung) menyemen butiran-
12
butiran sedimen mengakibatkan porositas sedimen menjadi lebih kecil dari
material semula.
c. Rekristalisasi, dimana mineral-mineral kurang stabil (aragonit) saat sedimen
terakumulasi mengkristal kembali menjadi stabil (kalsit).
d. Pelarutan, terjadi karena ada tekanan yang berasal dari sedimen yang adadi
atasnya sehingga menimbulkan panas dan akhirnya terjadi pelarutan.
e. Autijenesis, pembentukan mineral baru.
f. Penggantian (replacement).
g. Bioturbasi, yaitu penghancuran lapisan sedimen, bisa menjadi lempung dan
mempunyai porositas yang tinggi.
Batuan sedimen dibagi menjadi 2 (dua) jenis berdasarkan cara terbentuknya
batuan tersebut, yaitu :
a. Batuan sedimen klastik, yaitu batuan sedimen yang terbentuk dengan proses
mekanis (disintegrasi menjadi fragmen yang lebih kecil); pelapukan; kimiawi;
erosi; transportasi oleh air,angin, dan es; sedimentasi (pengendapan), dan
diagenesis.
b. Batuan sedimen non-klastik, yaitu batuan sedimen yang terbentuk karena adanya
ubahan tidak secara mekanis bisa karena terjadi perubahank imiawinya atau
karena pengaruh makhluk hidup (Nurdin 2009).
Pengelompokkan yang sederhana dalam batuan sedimen adalah dua
kelompok besar, yaitu:
a. Batuan Sedimen Klastik
Terdiri dari material-material pecahan atau hancuran batuan atau mineral
yang sudah ada sebelumnya. (fragmen-pecahan besar dan matriks-pecahan kecil).
Terbentuk sebagai akibat kompaksi dari material batuan beku, batuan sedimen lain,
dan batuan malihan, dengan ukuran butir beragam. Karena pembentukan tersebut
diakibatkan oleh angin, air, atau es, maka disebut juga batuan sedimen mekanik
(mechanical sediment). Contoh : breksi, rudaceous, arkose, greywacky, batupasir,
batulempung, batu serpih, argillaceous, arenaseous, konglomerat, tilit (tillite,
konglomerat/breksi yang terendapkan oleh es), batu lanau dan sebagainya (Nurdin
2009).
13
b. Batuan Sedimen Non Klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari hasil
kegiatan organisme. Reaksi yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi
organik (penggaraman unsur – unsur laut, pertumbuhan kristal dari agregat kristal
yang terpresipitasi dan replacement).Ciri khas tekstur nonklastikadanya kristal-
kristal yang saling menjari, tidak ada ruang berpori-pori antarbutir, dan umumnya
mono mineralik. Kristal-kristal dalam batuan sedimen non klastik dapat berbentuk
serabut, lembaran atau butiran (Nurdin 2009).
c. Batuan Sedimen Kimiawi
Sedimen kimiawi adalah sedimen yang pembentukannya dari pengendapan
mineral yang terlarut dalam air.
- Batuan Sedimen Evaporit
Batuan yang mineral penyusunnya yang bersifat mono mineral, yangdikenal
sebagai mineral garam. Batuan evaporit biasanya terdapat dalam keadaan murni dan
berlapis-lapis. Contohnya batuan evaporit yang utama:batuan gip, batuan anhidrit
dan batu garam (halit).
- Batuan Sedimen Silika
Batuan yang termasuk ke dalam golongan ini adalah batuan yang bersifat
mono mineral, dan banyak serta langka terdapat sebagai batuan, seperti rijang
(chert)
- Batuan Sedimen Organik
Batuan sedimen organik berasal dari akumulasi flora dan fauna yang telah
mati, misalnya :
1) Batu gamping, cangkang, terumbu
2) Radiolaria (dari radiolarian laut dalam)
3) Diatomea (dari tumbuhan)
4) Batu bara (dari mangrove)
5) Hidrokarbon dan gas (dari foraminifera)
- Batuan Karbonat
Batuan karbonat adalah batuan yang terdiri dari material karbonat yangt erdiri
dari butiran dan matrik sebanyak 75% tanpa semen. Contohnya adalah limestone
14
dan dolostone. Tekstur dari batuan ini tidak sama dengan batuan lainnya (mono
mineral) (Nurdin 2009).
Terdapat tiga jenis proses pengubahan yang menyebabkan sedimenkarbonat
berubah menjadi batuan karbonat. Ketiga proses ini adalah :
1) Litifikasi sedimen karbonat
2) Pengkristalan kalsium karbonat yang semula dalam keadaan membatu
3) Penggantian materi-materi lain oleh kalsium karbonat
Komponen utama batuan karbonat terdiri dari 6 komponen, yaitu:
1) Butiran (the allochemical component)
- non skeletal : ooids (<2mm), pisoids, coated grains (inti : fosil), intraclasts,
extraclasts
- skeletal components : fosil
2) Lumpur karbonat
- matriks diantara butiran; material alogenik (lumpur karbonat)
maupunautigenik (mikrokristalin)
- mikrit (mikrokristalin ukuran < 5 µm); mikrospar (5-15 µm)
3) Komponen Terigen : non karbonat (kuarsa, felspar, dll)
4) Semen Kalsit Spar : mengisi antara butiran / rongga; lebih kasar dari mikrit
5) Mineral Autigenik : dolomit, kuarsa, glaukonit
6) Rongga : semua celah/tempat yang dapat diisi oleh air, hidrokarbon,maupun
udara.
2.5.3. Batuan Metamorf
Batuan metamorf merupakan batuan yang telah mengalami perubahan
akibattekanan dan atau suhu yang tinggi (T>2000°C dan P>300Mpa) yang terjadi
secara isokimia yang menghasilkan batuan dengan mineralogi yang berbeda. Proses
pembentukkan batuan metamorf disebut metamorfisme, metamorfisme sendiri
dapat dibagi menjadi 4, diantaranya:
- Metamorfisme kataklastik (jarang terjadi), deformasi mekanik pada
metamofisme thd. batuan regas menghasilkan hancuran tidak terjadi
rekstalisasi bila berlanjut fragmen menjadi lonjong biasanya terjadi akibat sesar
yang akan menghasilkan breksiasi atau milonitisasi.
15
- Metamorfisme Kontak, akibat kenaikan suhu (intrusi magma), terjadi
rekristalisasi kimia disekitar intrusi, metamorfisme aureol
- Metamorfisme beban (burial), akibat tertimbun sangat dalam, suhu
3000°C,kelompok mineral zeolit.
- Metamorfisme regional, pada kerak benua, sangat luas yang merupakan
rangkaian seri fasies dynamo-termal.
Klasifikasi yang paling sering digunakan adalah berdasarkan keadaan foliasi
yang berkembang, dengan komposisi mineral berperan sebagai tambahan.
Berdasarkan foliasi, batuan metamorf dibedakan menjadi tiga, yaitu batuan yang:
a. Berfoliasi sangat kuat, yaitu yang mudah pecah melalui bidang foliasi,biasanya
karena melimpahnya Mika yang terorientasi. Batuannya adalah:
1) Slate (batu sabak). Bersifat afanitik, mempunyai kilap suram padabidang
foliasi. Berkomposisi utama mineral lempung. Batu sabak tampak merah bila
mengandung banyak kematite, hijau bila klorit,dan umumnya abu-abu sampai
hitam bila banyak grafit.
2) Phyllite (Fillit). Bersifat afanitik, berbutir lebih kasar daripada batusabak dan
bidang foliasinya mengkilat karena Mika atau Klorityang sudah lebih banyak
daripada batusabak. Batuan ini merupakanperalihan dari batusabak ke
batusekis.
3) Schist (Skis). Bersifat fanerik, banyak mengandung mineral pipih yang
terorientasi seperti: Mika, Klorit, Talk, Grafit.
b. Berfoliasi lemah, yaitu yang berfoliasi tetapi tidak mudah/tidak dapat pecah
melalui bidang foliasi. Orientasi mineral-mineral pipih berselingan dengan
mineral-mineral yang tidak pipih yang berbutir sama besar.Butirannya antara
lain: Gneiss (Gneis), bersifat fanerik, berbutir sedang sampai kasar. Komposisi
yang utama: Kuarsa, Feldspar, Mika, dan kadang-kadang Hornblende.
c. Berfoliasi sangat lemah sampai nonf oliasi: batuan didominasi olehmineral-
mineral berbentuk kubus, mineral–mineral pipih bila ada orientasinya acak.
Batuan ada yang granular atau berlineasi. Batuannya antara lain:
1) Quartzite (Kuarsit). Komposisinya yang sangat utama adalah Kuarsa,bila
pecah tak rata dan tidak mengelilingi butiran, non foliasi.
16
2) Marble (Marmer). Berkomposisi utama Kalsit, warna abu-abu (biasanya)
karena Grafit (bereaksi positif dengan HCl).
3) Hornfels. Bersifat afanitik sampai fanerik halus, berkomposisi Kuarsa,
Feldspar, Mika (diketahui dari pengamatan lapangan).
4) Granofels. Bersifat fanerik kasar, nonfoliasi, berkomposisi Kuarsa dan
Feldspar (yang berbentuk kubus).
5) Granulite. Bersifat fanerik kasar, nonfoliasi, berkomposisi Piroksindan
Garnet di samping Kuarsa dan Feldspar.
6) Serpentinite. Nonfoliasi sampai lineasi, berwarna hijau, hijau sampai kuning
pucat. Komposisi utamanya Serpentin (Nurdin 2009).
Gambar 2.6. Siklus Batuan
2.6. Strike dan Dip
Strike atau Jurus adalah arah garis yang dibentuk dari perpotongan bidang
planar dengan bidang horizontal ditinjau dari arah utara. Sedangkan Dip adalah
derajat yang dibentuk antara bidang planar dan bidang horizontal yang arahnya
tegak lurus dari garis strike. Apa itu bidang planar? Bidang planar ialah bidang yang
relatif lurus, contohnya ialah bidang perlapisan, bidang kekar, bidang sesar, dll.
Gambar 2.7. Strike Dip pada bidang
17
Strike Dip pada batuan umumnya muncul pada batuan hasil pengendapan
(sedimen). Tapi juga ditemukan pada batuan metamorf yang berstruktur foliasi.
Penulisan strike dan dip hasil pengamatan ialah : N (Derajat Strike) E(Derajat Dip)
dan dibaca North to East (Nilai Strike) and (Nilai Dip).
Strike dip pada perlapisan batuan dapat diukur dengan menggunakan
kompas Geologi. Kompas Geologi (gambar 2.7) mumpuni untuk mengukur strike
dip karena memiliki klinometer juga bulls eye. Klinometer adalah rangkaian alat
yang berguna untuk mengukur kemiringan dan Bulls eye adalah tabung isi
gelembung udara berguna untuk memposisikan kompas geologi agar menjadi
horizontal.
Gambar 2.7. Kompas Geologi
18
BAB 3. METODE PRAKTEK
3.1. Waktu dan Tempat
Praktik lapang dilaksanakan pada hari Rabu Tanggal 28 April s.d 1 Mei
2016. Tempat Praktek Geologi Laut ini adalah di Desa Bunati, Kabupaten Tanah
Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.
3.2. Alat dan Bahan
No Nama Fungsi
1. Palu Geologi Membantu mengambil sampel batuan
2. Kantong sampel Memasuukkan sampel batuan
3. Alat tulis Mencatat hasil pengamatan
4. Kamera Mendominasikan
5. Theodolit Membantu pengukuran kontur tanah
6. Waterpass Mengukur kemiringan suatu lokasi
7.
8.
9.
Rambu ukur
GPS
Kompas Geologi
Alat pendukung pengambilan data
menggunalan theodolite dan waterpass
Menentukan titik koordinat
Mengukur Strike dan Dip
3.3.Prosedur Kerja
Lokasi pengambilan data batuan yang berada di Desa Bunati adalah di setiap
garis pantai di daerah tersebut. Adapun prosedur yang dilakukan pada saat
pengambilan data di lapangan yaitu:
1. Pengambilan data batuan
a. Mengamati dan mendokumentasikan jenis batuan yang terdapat disepanjang
pantai lokasi praktek.
b. Mengidentifikasi sampel batuan yang diperoleh di lapangan
c. Mengklasifikasikan berdasarkan jenis batuannya
d. Kelandaian pantai dan pembuatan peta
19
2. Pengambilan data kelandaian pantai
a. Menentukan titik lokasi yang akan di ambil datanya
b. Melakukan pengambilan data menggunakan theodolit dan waterpass
c. Mencatat hasil pengukuran tersebut.
3. Strike dan Dip
Langkah-langkah dalam mengukur strike dan dip adalah:
1. Mencari arah jurus pada bidang (strike)
- Kenali dulu arah utara pada kompas, agar kita tidak terbalik menentukan
arah.
- Tempelkan sisi kompas yang bertanda "E" (sisi kompas bagian timur) pada
bidang yang akan kita ukur.
- Posisikan kompas secara horizontal dengan memanfaatkan gelembung
udara pada bull eyes berada di tengah.
- Catat derajat yang di bentuk oleh jarum magnet yang mengarah ke utara.
Itulah angka Strike. Buat garis lurus searah strike untuk menentukan dip.
2. Mencari kemiringan bidang (dip)
- Pada garis lurus yang dibentuk strike, tempelkan sisi kompas yang bertanda
"W" (sisi kompas bagian barat) secara tegak lurus.
- Putar tuas klinometer agar gelembung udara di dalam nya berada di tengah.
- Catat angka yang tertera pada jarum klinometer. Itulah angka Dip.
Disamping menggunakan kompas Geologi, strike dip bidang dapat
ditentukan dengan metode 3 titik. Intinya adalah mengetahui pelamparan batuan
berikut kemiringannya di lapangan. Contoh ekonomis yang kita miliki dalam
menentukan strike dan dip ini dapat diaplikasikan dalam eksplorasi batubara, emas,
dan mineral-mineral lainnya.
20
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi
Desa Bunati merupakan desa nelayan yang memanjang dari timur ke barat,
sebelah utara berbatasan dengan Desa Karang Indah, sebelah barat berbatasan
dengan Desa Angsana, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan sebelah
timur dengan Muara Sebamban. Sebelah timur sungai desa merupakan
perkampungan nelayan. Mayoritas penduduk Desa Bunati berasal dari suku Bugis,
Banjar dan Jawa.
4.2. Jenis-Jenis Batuan Di Pantai Desa Bunati
Adapun data yang diperoleh dari praktek lapang Geologi Laut di Pantai
Bunati adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1. Data–data Jenis batuan
No Kelompok batuan Jenis batuan Keterangan
1. Batuan sedimen Batu bara (Paleogen)
Wilayah garis pantai dan
pada daerah tanjung Teraban
di Pantai Bunati
2. Batuan sedimen Batu lempung Wilayah garis pantai di
Pantai Bunati
3. Batuan sedimen Batu apung Wilayah garis pantai di
Pantai Bunati
Berdasarkan tabel di atas jenis batuan yang ditemukan di Pantai Bunati
termasuk kedalam kelompok batuan sedimen dengan jensis batu lempung, dan batu
bara (palogen). Berikut deskripsi dan pembahasan ketiga batuan tersebut.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil pengendapan
(sedimentasi), hasil erosi atau batuan yang terjadi dari akumulasi mineral dari hasil
perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktifitas kimia maupun
organisme yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumiyang kemudian
mengalami pembatuan (litifikasi) dan diagenesa.
21
1. Batu Bara Paleogen
Merupakan batu bara yang terbentuk pada cekungan intranmontain,
contohnya yang terdapat di Ombilin, Bayah, Kalimantan Tenggara serta Sulawesi
Selatan.
Gambar 4.1. Batu Bara (Sumber foto : IKL Unlam 2016)
Batu bara termasuk dalam batuan sedimen non klastik, batuan sedimen non-
klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari proses kimiawi dan proses
organik. Batu bara terbentuk dari proses organik sehingga termasuk batuan
sedimen organik berasal dari sisa tumbuhan yang terubah. Serpihan daun dan
batang tumbuhan yang tebal dalam suatu cekungan (biasanya dikaitkan dengan
lingkungan daratan), apabila mengalami tekanan yang tinggi akan termampatkan,
dan akhirnya berubah menjadi bahan hidrokarbon batubara.
Klasifikasi batu bara berdasarkan tingkat pembatubaraan biasanya
dimaksudkan untuk menentukan tujuan pemanfaatannya. Misalnya, batu bara
bintuminus banyak digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik, pada industri
baja atau genteng serta industri semen (batu bara termal atau steam coal). Adapun
batu bara antrasit digunakan untuk proses sintering bijih mineral, proses pembuatan
elektroda listrik, pembakaran batu gamping, dan untuk pembuatan briket tanpa asap
(Raharjo 2006).
Batu bara yang tebal, biasanya berwarna hitam mengkilat, terkadang cokelat
tua. Bituminous coal mengandung 86% karbon dari beratnya dengan kandungan
abu dan sulfur yang sedikit. Umumnya dipakai untuk PLTU, tapi dalam jumlah
besar juga dipakai untuk pemanas dan aplikasi sumber tenaga dalam industri
dengan membentuknya menjadi kokas-residu karbon berbentuk padat.
2. Batu Lempung
22
Batuan Lempung atau tanah liat adalah kata umum untuk partikel mineral
berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung
mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang halus. Unsur–unsur ini,
silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak
bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat
dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi.
Gambar 4.2. Batu Lempung (Sumber foto : IKL Unlam 2016)
Batu lempung termasuk dalam batuan sedimen klastik, batuan sedimen
klastik terbentuk atas dasar jenis batuan atas dasar ukuran butirnya. Batu lempung
adalah batuan sedimen klastik yang ukuran butirnya ukuran lempung.
Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah
terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang mendominasinya.
Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan oksida silikon dan
oksida aluminium yang membentuk kristalnya. Golongan 1:1 memiliki lapisan satu
oksida silikon dan satu oksida aluminium, sementara golongan 2:1 memiliki dua
lapis golongan oksida silikon dan satu lapis oksida aluminium. Mineral lempung
golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang kuat, menyusut saat kering dan membesar
saat basah. Karena perilaku inilah beberapa jenis tanah dapat membentuk kerutan-
kerutan atau "pecah-pecah" bila kering.
23
4.3. Geomorfologi Pantai di Desa Bunati
Bentang alam yang terbentuk di Desa Bunati merupakan hasil proses hasil
perubahan gelombang air laut. Singkapan-singkapan batuan yang berada
disepanjang pantai dikenal sebagai muka daratan (headlands) ter-erosi,
menghasilkan pasir yang kemudian diangkut di sepanjang garis pantai dan
diendapkan di wilayah pantai membentuk bentuk-bentuk bentangalam tertentu.
Daerah singkapan batuan terdapat pada daerah barat desa Bunati yaitu tanjung
Teraban.
Morfologi pantai di daerah Desa Bunati berbentuk pantai landai (datar).
Pembentukan pantai merupakan hasil erosi gelombang air laut dan berada pada
zona muka air laut, sedangkan garis pantai mundur ke arah darat sebagai akibat
erosi gelombang laut.
Bentuk pantai Desa Bunati berdasarkan materi penyusunnya termasuk
Pantai berpasir. Pantai tipe ini terbentuk oleh proses di laut akibat erosi gelombang,
pengendapan sedimen, dan material organik. Material penyusun terdiri atas pasir
bercampur batu yang berasal dari daratan yang terbawa aliran sungai dan berasal
dari daratan di belakang pantai tersebut. Di samping berasal dari daratan, material
penyusun pantai ini juga dapat berasal dari berbagai jenis biota laut yang ada di
daerah pantai itu sendiri.
Gambar 4.3. Geomorfologi Pantai Bunati (Sumber foto : IKL Unlam 2016)
24
Bentukan lahan yang terbentuk di desa Bunati berasal bentukan lahan asal
fluvial dan bentukan asal marine. Bentuklahan asal proses fluvial terbentuk akibat
aktivitas aliran sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan
(sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan deposisional yang berupa bentangan
dataran aluvial dan bentukan lain dengan struktur horisontal, tersusun oleh material
sedimen berbutir halus.
Bentukan lahan yang berasal dari proses fluvial pada daerah Bunati yang
ditemukan adalah delta. Delta yang terbentuk dipengaruhi oleh debit air sungai dan
arus laut yang yang sama-sama kuat sehinga endapan sedimen berada di muara
sungai. Tofografi delta pada desa Bunati berbentuk datar.
Bentukan asal marine adalah bentuk lahan yang terbentuk dari proses laut
oleh tenaga gelombang, arus dan pasang surut. Bentukan lahan marine yang
terdapat di lokasi praktek yaitu gisik (beach) dan lidah pasir (sand spit). Gisik yang
terbentuk pada lokasi praktik disebabkan oleh arus dan gelombang. Arus di desa
Bunati merupakan arus sepanjang pantai. Angkutan sedimen pada desa Bunati
dipengaruhi oleh arus dan gelombang pecah. Transport sedimen bergerak sejajar
garis pantai dan mengendap pada daerah pecahnya gelombang (surf zone). Material
gisik pada pantai bunati berupa pasir halus. Sebagaimana terlihat pada (gambar 4.4.)
Gambar 4.4. Gisik (beach) di Pantai Bunati (Sumber foto : IKL Unlam 2016)
25
Lidah pasir yang terbentuk di lokasi praktik disebabkan oleh gelombang
yang datang sejajar membentuk sudut sehingga arus sejajar pantai mengarah ke
muara sungai. Debit sungai lebih kecil dari arus sejajar pantai lebih besar sehingga
sedimen tertumpuk pada daerah muara sungai yang menjorok kearah laut. Pada
bagian ujung lidah pasir suplai sedimen lebih sedikit, yang berada di dekat sungai
lebih banyak. Sebagaimana terlihat pada gambar 4.5.
Gambar 4.5. Lidah Pasir di Pantai Bunati (Sumber foto : IKL Unlam 2016)
4.4. Struktur Geologi Desa Bunati
Bentuk profil kedalaman (batimetri) di wilayah Tanah Bumbu terdiri dari
dua bentuk yakni di bagian barat (perairan Selat Laut) dan bagian selatan yang
berhadapan dengan Laut Jawa. Pada perairan Selat Laut, menunjukkan di daerah
pesisir Kabupaten Tanah Bumbu lebih curam terutama dari Pulau Suwangi sampai
ke muara Selat Laut, jika dibandingkan dengan kedalaman di pesisir Pulau Laut
(Kabupaten Kotabaru), akan tetapi di perairan ini banyak terbentuk delta sebagai
akibat sedimentasi. Kedalaman di perairan Selat Laut maksimal 11 m.
Profil kedalaman di bagian selatan lebih beragam, dimana pada kedalaman
5 m berkisar pada jarak 1 – 5 km dan kedalaman 10 m pada jarak 6 – 16 km.
Pengaruh gelombang sangat berpengaruh di daerah ini terutama pada musim timur
(angin dominan dari arah tenggara).
26
Berdasarkan hasil analisis kedalaman pantai Bunati yang berhadapan
dengan laut jawa, desa Bunati memiliki bentuk pantai yang landai (datar). Nilai
kedalaman minimum berkisar < 1,5 m (nilai 0 di anggap sebagai
daratan).kedalaman maksimal mencapai 7,5 m. Kedalaman di perairan Bunati
dipengaruhi oleh hidrooseanografi baik dari darat melalui aliran sungai maupun
dari laut. Akibat proses ini, sehingga profil kedalaman di perairan ini tidak
beraturan, dimana banyak terdapat sand dune (gumuk pasir) yang tidak beraturan
sebagai akibat pengaruh gelombang dan arus pasut baik dari sungai maupun laut.
Bentuk relief desa Bunati menunjukkan bahwa adanya sedimentasi di daerah muara
sungai sehingga daerah tersebut lebih dangkal. Sedimentasi adalah masuknya
muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu melalui media air dan
diendapkan di dalam lingkungan tersebut.
Gambar 4.6. Bentuk Relief Dasar Perairan Bunati Kabupaten Tanah Bumbu
Berdasarkan bentuk relief dasar perairan Bunati menunjukkan bahwa
adanya sedimentasi di daerah muara sungai sehingga daerah tersebut lebih dangkal.
Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan
tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut.
27
Gambar 4.8. Bentuk Profil Dasar Perairan Bunati (a) Profil pertama yang berada di
sebelah barat sungai, (b) Profil kedua yang berada di ujung muara sungai
dan (c) Profil ketiga yang berada di sebelah timur sungai
4.5. Strike dan Dip
Strike Dip pada batuan umumnya muncul pada batuan hasil pengendapan
(sedimen). tetapi juga dapat ditemukan pada batuan metamorf yang berstruktur
foliasi. Penulisan strike dan dip N (Derajat Strike) E/ (Derajat Dip) dan dibaca North
to East (Nilai Strike) and (Nilai Dip).
Strike dip pada perlapisan batuan dapat diukur dengan menggunakan
kompas Geologi. Kompas Geologi mempunyai kemampuan untuk mengukur strike
dip karena memiliki klinometer juga bulls eye. Klinometer adalah rangkaian alat
yang berguna untuk mengukur kemiringan dan Bulls eye adalah tabung isi
gelembung udara berguna untuk memposisikan kompas geologi agar menjadi
28
horizontal. Intinya adalah mengetahui pelamparan batuan berikut kemiringannya di
lapangan.
Adapun hasil pengamatan strike dan dip yang diperoleh dari praktek lapang
Geologi Laut di Pantai Bunati adalah arahnya 255o dan N 83o E/3o, pengambilan
data pukul 15:30, diukur dengan menggunakan kompas geologi.
Gambar 4.9. strike dan dip di Pantai Bunati (Sumber foto : IKL Unlam 2016)
29
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Jenis-jenis batuan yang terdapat di sepanjang garis pantai Bunati termasuk
dalam jenis batuan sedimen yang terdiri dari batu bara dan batu lempung.
Struktur singkapan batuan yang terdapat di pantai Bunati adalah formasi
dahor dan formasi alluvium.
2. Morfologi pantai di daerah Desa Bunati berbentuk pantai landai (datar).
Pembentukan pantai merupakan hasil erosi gelombang air laut dan berada
pada zona muka air laut, sedangkan garis pantai mundur ke arah darat
sebagai akibat erosi gelombang laut.
3. Berdasarkan bentuk relief dasar perairan Bunati menunjukkan bahwa
adanya sedimentasi di daerah muara sungai sehingga daerah tersebut lebih
dangkal. Hasil pengamatan strike dan dip yang diperoleh dari praktek
lapang Geologi Laut di Pantai Bunati adalah arahnya 255o dan N 83o E/3o.
5.2. Saran
Sebaiknya ke depannya pelaksanaan praktek dapat terkoordinasi dengan
lebih baik, sehingga para praktikan tidak kebingungan saat pelaksanaan di
lapangan. Selain itu yang paling utama para praktikan dapat benar-benar memahami
tujuan dari pelaksanaan praktek selain harus memahami cara-cara pengambilan data
dan penggunaan alat.
30
DAFTAR PUSTAKA
Azhar. 2009. Petunjuk Praktikum Petrologi. Tim Geologi. Yogyakarta.
Endarto, Danang. 2005. Mineralogi. Jakarta.
Firdaus. 2011. Penuntun Geologi Dasar. FMIPA Unhalu. Kendari.
Herlambang, Sudarno. 2004. Dasar-dasar Gomorfologi. Fakultas Matematika dan
llmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Malang. Malang.
Nurdin, Ade Akhyar. 2009. Tugas Mata Kuliah Mikropaleontologi Dasar-Dasar
Mikropaleontologi (Batuan, Stratigrafi, Sedimentologi). Fakultas Sains
dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman. Purbalingga.
Nurlina. 2016. Materi Kuliah Geologi laut. Program Studi Ilmu Kelautan,
Univeritas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Modul praktek lapang Geologi Laut 2016 Program Studi Ilmu Kelautan, Univeritas
Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Noor, Djauhari, 2010. Pengantar Geologi. Bogor.
Raharjo, 2006 . Klasifikasi Batu Bara. http://www.chem-is-try.org. (diakses pada
tanggal 25 Mei 2011).
Siswati. Utomo, Radityo. 2012. Tugas Mata Kuliah. Geomorfologi Umum. Fakultas
Ilmu Sosial. Universitas Negeri Malang. Malang.