Post on 28-Nov-2015
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
PENGINDRAAN JAUH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Penginderaan Jauh
Yang dibina oleh Bapak Purwanto
Oleh
Nicho Taniaone
110721435106
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
Desember 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengindraan jauh adalah ilmu atau seni cara merekam suatu objek tanpa kontak
fisik dengan menggunakan alat pada pesawat terbang, balon udara, satelit, dan lain-lain.
Dalam hal ini yang direkam adalah permukaan bumi untuk berbagai kepentingan
manusia. Sedangkan arti dari citra adalah hasil gambar dari proses perekaman
penginderaan jauh (inderaja) yang umumnya berupa foto.Permasalahan yang sedang
terjadi di Indonesia yaitu perubahan penggunaan lahan yang setiap tahunnya terjadi
secara meningkat. Banyak hutan-hutan yang ditebang untuk dijadikan lahan perkebunan
ataupun untuk pemukiman warga, disini jelas sekali dampak yang akan terjadi
menyebabkan global warming (pemanasan global). Dari permasalahan pemanasan global
ini maka akibat yang ditimbulkan akan merusak alam dan merugikan manusia.Kita bisa
mengetahui perubahan tata guna lahan tanpa harus langsung ke lapangan, karena bisa
diidentifikasi dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh melalui citra satelit.
Dalam interpretasi citra pengenalan objek merupakan bagian yang sangat penting.
Prinsip pengenalan objek pada citra didasarkan pada penyelidikan karakteristik pada citra.
Karakteristik yang tergambar pada citra dan digunakan untuk mengenali objek disebut
unsure interpretasi citra.Teknologi penginderaan jauh merupakan teknologi yang
mempunyai dapat mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat. Kemampuan
penyediaan data dan informasi kebumian yang bersifat dinamik bermanfaat dalam
pembangunan di era Otonomi Daerah. Data dan informasi mutakhir sangat diperlukan.
Ketersediaan data dan informasi yang diimbangi dengan pengolahan data menjadi
informasi wilayah dapat dilakukan dengan sistem informasi geografis (SIG).Data-data
penggunaan lahan juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain misalnya untuk
pembangunan, untuk mengetahui seberapa besar perubahan penggunaan lahan di suatu
wilayah, juga dapat digunakan untuk keperluan perencanaan wilayah apakah lahan
tersebut sesuai atau tidak.
Analisis penggunaan lahan dilakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk
penguasaan, penggunaan, dan kesesuaian pemanfaatan lahan untuk kegiatan budidaya dan
lindung. Selain itu, dengan analisis ini dapat diketahui besarnya fluktuasi intensitas
kegiatan di suatu kawasan, perubahan, perluasan fungsi kawasan, okupasi kegiatan
tertentu terhadap kawasan, benturan kepentingan sektoral dalam pemanfaatan ruang,
kecenderungan pola perkembangan kawasan budidaya dan pengaruhnya
terhadap perkembangan kegiatan sosial ekonomi serta kelestarian lingkungan.Howard
(1996) menyatakan keterkaitan SIG dan penginderaan jauh adalah sebagai berikut,
informasi yang diturunkan dari analisis citra penginderaan jauh dilakukan untuk
diintegrasikan dengan data yang disimpan dalam bank data SIG. Tujuan utama integrasi
penginderaan jauh dan SIG berasal dari ahli penginderaan jauh. Keinginan ini
ditunjukkan dalam pertumbuhan jumlah sistem analisis citra digital berkapasitas kecil
dengan kemampuan SIG. Biasanya masukkan dari data penginderaan jauh (data rekaman)
pada sistem SIG harus dilengkapi dengan intervensi manusia pada analisisnya. Dalam
klasifikasi dan ketepatan letak, analisis data penginderaan jauh lebih kasar dibandingkan
klasifikasi yang dibutuhkan oleh para pengguna SIG. Hal ini disebabkan ukuran piksel
dari data penginderaan jauh lebih kasar dariyang dibutuhkan di dalam sistem informasi
geografis.
A. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana hasil interpretasi penggunaan lahan di kawasan Pantai Ungapan
dengan citra landsat ?
2. Bagaimana hasil interpretasi penggunaan lahan di kawasan Pantai Ungapan
dengan citra quickbird ?
B. TUJUAN
Kuliah kerja lapangan ini, bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui hasil interpretasi peta tematik penggunaan lahan satelit landsat
2. Untuk mengetahui hasil interpretasi peta tematik penggunaan lahan satelit
quickbrid
3. Untuk mengetahui hasil interpretasi peta tentatif penggunaan lahan satelit landsat
4. Untuk mengetahui hasil interpretasi peta tentatif penggunaan lahan satelit
quickbrid
BAB II
DASAR TEORI
1. PENGINDERAAN JAUH LANDSATDAN QUICKBIRD
a. LANDSAT
Karkateristik citra satelit landsat
Landsat 7 adalah satelit terakhir dari seri satelit Landsat. Pertama kali diluncurkan
pada tahun 1972 dengan dua sensor pengindera yaitu return beam vidicon (RBV) dan
Multispectral Scanner (MSS) dengan resolusi spasial 80 m. Landsat 2 and 3, diluncurkan
pada tahun 1975 dan 1978. Pada tahun 1984, Landsat 4 diluncurkan dengan membawa
sensor MSS dan sensor baru yang dinamakan Thematic Mapper (TM).Sensor baru ini
mempunyai resolusi spasial 30 meter dan terdapat 3 saluran baru didalamnya. Landsat 5,
merupakan duplkat dari Landsat 4, yang diluncurkan tahun 1984. Landsat 6, membawa
sensor pankromatik dengan resolusi spasial 15 meter, yang diluncurkan pada tahun 1993.
Yang terkahir adalah Landsat 7 diluncurkan pada tahun 1998.
Landsat-7 ETM+ resolusi spasial 30 x 30 m, resolusi temporalnya 1 hari per 18 hari
maksudnya adalah pada daerah yang sama dilalui setiap 18 hari sekali, Landsat-7 TM
resolusi radiometriknya 8 bit. The orbit of Landsat 7 is repetitive, circular, Sun-
synchronous,dan dekat kutub,ketinggiannya 705 km (438 miles) di Equator. Satelit tegak
lurus Equator dari utara ke selatan, merekam pada waktu lokal sekitar jam 10:00
Mengitari bumi dengan kecepatan 7.5 km/detik, sekali mengorbit membutuhkan waktu
sekitar 99 menit.Satelit mengorbit sebanyak 14 kali sehari, dan membutuhkan 16 hari
untuk meliput seluruh bumi.
Teknologi penginderaan jauh satelit dipelopori oleh NASA Amerika Serikat dengan
diluncurkannya satelit sumberdaya alam yang pertama, yang disebut ERTS-1 (Earth
Resources Technology Satellite) pada tanggal 23 Juli 1972, menyusul ERTS-2 pada tahun
1975, satelit ini membawa sensor RBV (Retore Beam Vidcin) dan MSS (Multi Spectral
Scanner) yang mempunyai resolusi spasial 80 x 80 m. Satelit ERTS-1, ERTS-2 yang
kemudian setelah diluncurkan berganti nama menjadi Landsat 1, Landsat 2, diteruskan
dengan seri-seri berikutnya, yaitu Landsat 3, 4, 5, 6 dan terakhir adalah Landsat 7 yang
diorbitkan bulan Maret 1998, merupakan bentuk baru dari Landsat 6 yang gagal
mengorbit.
Landsat 5, diluncurkan pada 1 Maret 1984, sekarang ini masih beroperasi pada orbit
polar, membawa sensor TM (Thematic Mapper), yang mempunyai resolusi spasial 30 x
30 m pada band 1, 2, 3, 4, 5 dan 7. Sensor Thematic Mapper mengamati obyek-obyek di
permukaan bumi dalam 7 band spektral, yaitu band 1, 2 dan 3 adalah sinar tampak
(visible), band 4, 5 dan 7 adalah infra merah dekat, infra merah menengah, dan band 6
adalah infra merah termal yang mempunyai resolusi spasial 120 x 120 m. Luas liputan
satuan citra adalah 175 x 185 km pada permukaan bumi. Landsat 5 mempunyai
kemampuan untuk meliput daerah yang sama pada permukaan bumi pada setiap 16 hari,
pada ketinggian orbit 705 km (Sitanggang, 1999 dalam Ratnasari, 2000).
Program Landsat merupakan tertua dalam program observasi bumi. Landsat dimulai
tahun 1972 dengan satelit Landsat-1 yang membawa sensor MSS multispektral.Setelah
tahun 1982, Thematic Mapper TM ditempatkan pada sensor MSS. MSS dan TM
merupakan whiskbroom scanners.Pada April 1999 Landsat-7 diluncurkan dengan
membawa ETM+scanner.Saat ini, hanya Landsat-5 dan 7 sedang beroperasi.
Sistem Landsat merupakan milik Amerika Serikat yang mempunyai tiga instrument
pencitraan, yaitu RBV (Return Beam Vidicon), MSS (multispectral Scanner) dan TM
(Thematic Mapper). (Jaya, 2002)
• RBV
Merupakan instrumen semacam televisi yang mengambil citra .snapshot.dari permukaan
bumi sepanjang track lapangan satelit pada setiap selang waktu tertentu.
• MSS
Merupakan suatu alat scanning mekanik yang merekam data dengan cara men-scanning
permukaan bumi dalam jalur atau baris tertentu
• TM
Juga merupakan alat scanning mekanis yang mempunyai resolusi spectral, spatial dan
radiometric.
Perkembangan Satelit Landsat
Satelit Landsat merupakan salah satu satelit sumber daya bumi yang
dikembangkan oleh NASA dan Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat. Satelit
ini terbagi dalam dua generasi, yaitu:
1. Generasi pertama, yaitu satelit Landsat 1, Landsat 2, dan Landsat 3. Generasi ini
merupakan satelit percobaan (eksperimental).
2. Generasi kedua, yaitu Landsat 4 dan Landsat 5, merupakan satelit operasional
(Lindgren, 1985), sedangkan Short (1982) menamakan sebagai satelit penelitian
dan pengembangan (Sutanto, 1994).
Satelit Landsat senantiasa berkembang di tiap generasi. Secara lengkapnya,
satelit Landsat yang telah diluncurkan adalah sebagai berikut:
1. Landsat 1 (mulanya dinamakan Earth Resources Technology Satellite 1),
diluncurkan 23 Juli 1972 Operasi berakhir tahun 1978.
2. Landsat 2, diluncurkan 22 Januari 1975. Operasi berakhir tahun 1981.
3. Landsat 3, diluncurkan 5 Maret 1978. Operasi berakhir tahun 1983.
4. Landsat 4, diluncurkan 16 Juli 1982. Operasi berakhir tahun 1993.
5. Landsat 5, diluncurkan 1 Maret 1984. Satelit ini masih berfungsi.
6. Landsat 6, diluncurkan 5 Oktober 1993. Satelit ini gagal mencapai orbit.
7. Landsat 7, diluncurkan 15 April 1999. Satelit ini masih berfungsi.
Kegunaan Satelit Landsat
Terdapat banyak aplikasi yang dapat diterapkan dari data Landsat, diantaranya
adalah untuk pemetaan penutupan lahan, pemetaan penggunaan lahan, pemetaan
tanah, pemetaan geologi, pemetaan suhu permukaan laut dan lain-lain. Untuk
pemetaan penutupan dan penggunaan lahan, data Landsat TM lebih dipilih daripada
data SPOT multispektral karena terdapat band infra merah menengah. Landsat TM
adalah satu-satunya satelit non-meteorologi yang mempunyai band inframerah
thermal. Data thermal diperlukan untuk studi proses-proses energi pada permukaan
bumi seperti variabilitas suhu tanaman dalam areal yang diirigasi.
b. QUICKBIRD
Setelah kegagalan EarlyBird, satelit Quickbird diluncurkan tahun 2000 oleh
DigitalGlobe.Namun, kembali gagal. Akhirnya Quickbird-2 berhasil diluncurkan 2002
dan dengan resolusi spasial lebih tinggi, yaitu 2,4 meter (multispektral) dan 60 sentimeter
(pankromatik). Citra Quickbird beresolusi spasial paling tinggi dibanding citra satelit
komersial lain.
Quickbird merupakan satelit penginderaan jauh yang diluncurkan pada tanggal
18 Oktober 2001 di California, U.S.A. Dan mulai memproduksi data pada bulan Mei
2002. Quickbird diluncurkan dengan 98º orbit sun-synchronous dan misi pertama kali
satelit ini adalah menampilkan citra digital resolusi tinggi untuk kebutuhan komersil yang
berisi informasi geografi seperti sumber daya alam.
Satelit Quickbird mampu untuk men-download citra dari stasiun three mid-
latitude yaitu Jepang, Itali dan U.S (Colorado). Quickbird juga memperoleh data tutupan
lahan atau kebutuhan lain untuk keperluan GIS berdasarkan kemampuan Quickbird untuk
menyimpan data dalam ukuran besar dengan resolusi tertinggi dan medium-inclination,
non – polar orbit.
Setelah mengorbit selama 90 hari, Quickbird akan memperoleh citra dengan nilai
resolusi, Panchromatic sebesar 61 cm dan Multispectral sebesar 2.44 meter. Pada resolusi
61 cm bangunan, jembatan, jalan-jalan serta berbagai infrastruktur lain dapat terlihat
secara detail. Quickbird dapat digunakan untuk berbagai aplikasi terutama dalam hal
perolehan data yang memuat infrastruktur, sumber daya alam bahkan untuk keperluan
pengelolaan tanah (manajemen, pajak).Sedangkan untuk keperluan industri, citra
Quickbird dapat memperoleh cakupan daerah yang cukup luas sebesar 16.5 km atau 10.3
mil.
Selain resolusi spasial sangat tinggi, keempat sistem pencitraan satelit memiliki
kemiripan cara merekam, ukuran luas liputan, wilayah saluran spectral yang digunakan,
serta lisensi pemanfaatan yang ketat. Keempat sistemmenggunakan linear array CCD-
biasa disebut pushbro om scanner. Scanner ini berupa CCD yang disusun linier dan
bergerak maju seiring gerakan orbit satelit.
Jangkauan liputan satelit resolusi tinggi seperti Quickbird sempit (kurang dari 20
km) karena beresolusi tinggi dan posisi orbitnya rendah, 400-600 km di atas Bumi.
Berdasarkan pengalaman penulis, dengan luas liputan 16,5 x 16,5 km², data Quickbird
untuk 4 saluran ditambah 1 saluran pankromatik telah menghabiskan tempat 1,8 gigabyte.
Data sebesar ini disimpan dalam 1 file tanpa kompresi pada resolusi radiometrik 16 bit
per pixel.
Semua sistem menghasilkan dua macam data: multispektral pada empat saluran
spektral (biru, hijau, merah, dan inframerah dekat atau B, H, M, dan IMD), serta
pankromatik (PAN) yang beroperasi di wilayah gelombang tampak mata dan
perluasannya. Semua saluran pankromatik, karena lebar spektrumnya mampu
menghasilkan resolusi spasial jauh lebih tinggi daripada saluran-saluran multispektral.
Resolusi spasial tinggi ditujukan untuk mendukung aplikasi kekotaan, seperti
pengenalan pola permukiman, perkembangan dan perluasan daerah terbangun. Saluran-
saluran spektral B, H, M, IMD, dan PAN cenderung dipilih, karena telah terbukti efektif
dalam menyajikan variasi fenomena yang terkait dengan kota. Kondisi vegetasi tampak
jelas pada komposisi warna semu (false color), yang tersusun atas saluran-saluran B, H,
IMD ataupun H, M, IMD yang masing-masing ditandai dengan urutan warna biru, hijau,
dan merah.Pada citra komposit warna ini, vegetasi dengan berbagai tingkat kerapatan
tampak bergradasi kemerahan.Untuk lahan pertanian, NDVI terkait dengan umur,
kesehatan, dan kerapatan tanaman semusim, sehingga seringkali dipakai untuk menaksir
tingkat produksi secara regional.
Resolusi 60 cm bila dipadukan dengan saluran multispektralnya akan
menghasilkan pan-sharped image, yang mampu menonjolkan variasi obyek hingga marka
jalan dan tembok penjara. Citra ini mudah sekali diinterpretasi secara visual.Meski
demikian, para pakar inderaja saat ini masih bergulat dengan pengembangan metode
ekstraksi informasi otomatis berbasis citra resolusi tinggi seperti Quickbird.Resolusi
spasial yang sangat tinggi pada Quickbird telah melahirkan masalah baru dalam inderaja
digital, di mana respons spektral obyek tidak berhubungan langsung dengan karakter
obyek secara utuh, melainkan bagian-bagiannya.
Citra multispektral SPOT-5 beresolusi 10 meter, maka dengan relatif mudah
jaringan jalan dapat kita klasifikasi secara otomatis ke dalam kategori-kategori ’jalan
aspal, ’jalan beton, dan jalan tanah, karena jalan-jalan selebar sekitar 5 hingga 12 meter
akan dikenali sebagai piksel-piksel dengan nilai tertentu. Namun, pada resolusi 60 cm,
jalan selebar 15 meter akan terisi dengan pedagang kaki lima, marka jalan, pengendara
motor, dan bahkan koran yang tergeletak di tengah jalan. (Danoedoro, 2004)
Gambar: Ilustrasi Satelit Quickbird
a. Peluncuran Quickbird
Pada 18 Oktober 2001, DigitalGlobe (sebelumnya bernama Earthwatch) berhasil
meluncurkan apa yang akan kemudian menjadi sejarah pertama satelit di dunia resolusi
komersial, QuickBird, dari sebuah tempat di Vandenberg Air Force Base di California,
Amerika Serikat ( dua dari upaya peluncuran sebelumnya dari Svobodny dan Plesetsk,
Rusia telah mengalami kegagalan ) . sampai sekarang QuickBird masih beroperasional.
Pada tahun 2002, Earthwatch berubah nama menjadi DigitalGlobe, Inc -
perubahan nama ini bertujuan untuk memposisikan tingkat keakuratan satelit tersebut di
bandingkan satelit-satelit pendahulunya, ini tercermin dari tujuan perusahaan untuk
menciptakan sebuah posisi terdepan dari dunia digital virtual.
Setelah sukses peluncuran citra QuickBird, DigitalGlobe mulai membangun
jaringan mitra bisnis yang luas melayani baik pemerintah dan pasar komersial. Dari
catatan adalah perjanjian untuk menyediakan citra resolusi tinggi untuk Keyhole
Corporation, dan kemudian diakuisisi oleh Google pada tahun 2004, komponen kunci
dalam penciptaan dan komersial adalah buah dari keberhasilan Google Earth untuk
memulai proliferasi portal pemetaan online.
b. Spesifikasi
Satelit Quickbird memiliki spesifikasi tertentu sebagai berikut :
Peluncuran
Tanggal: 18 Oktober 2001
Range waktu Peluncuran: 1851-1906 GMT (1451-1506 EDT)
Roket Peluncur: Delta II
Lokasi Peluncuran: SLC-2W, Vandenberg Air Force Base,
California
Orbit
Tinggi: 450 km, 98 derajat, sun-synchronous inclination
Putaran ke lokasi yg sama : 2-3 hari tergantung posisi Lintang
Periode orbit : 93.4 minutes
Perekaman Per Orbit ~128 gigabits (sekitar 57 image area tunggal)
Lebar Sapuan & Luas
Area
Lebar Sapuan : 16.5 kilometer di atas nadir dan kemampuan
sapuan tanah : 544 km di pusat daerah lintasan satelit (hingga ~30°
off-nadir) Areas of interest
Single Area: 16.5 km x 16.5 km
Strip: 16.5 km x 115 km
Ketelitian Kesalahan radius 23 meter, dan kesalahan linear 17 meter (tanpa
titik kontrol)
Resolusi Sensor &
Spectral Bandwidth
Pankromatik:
61 centimeter (2 ft) Ground Sample Distance (GSD) pada nadir
Black & White: 445 s/d 900 nanometer
Multispektral:
2.4 meter (8 ft) GSD pada nadir
Blue: 450 – 520 nanometer
Green: 520 – 600 nanometer
Red: 630 – 690 nanometer
Near-IR: 760 – 900 nanometer
Dynamic Range 11-bit per pixel
Kapasitas
Penyimpanan
128 gigabit
Dimensi & Umur
Satelit
Perkiraan usia : s/d tahun 2010
Bobot : 1050 Kg, panjang 3.04-meter (10-ft).
Dengan resolusi spasial yang tinggi, citra satelit Quickbird mampu menyajikan
penampakan objek cukup detail dan bisa menampilkan objek hingga skala 1 : 2,500.
Karakteristik
Satelit Quickbird, diluncurkan pada bulan Oktober 2001, memperoleh gambar
hitam dan putih dengan resolusi 61 cm dan gambar berwarna (4 band) dengan
resolusi 2,44 m dengan luas permukaan sebesar 16,5 km x 16,5 km.
PEMANFAATAN CITRA “QUICKBIRD”
Produk
Akurasi
Horisontal
(CE 90) (CE 90)
Koreksi tingkat Contoh aplikasi
Basic + / – 23 m Koreksi radiometrik dan
koreksi untuk distorsi
karena detector
Precision fotogrametri
berdasarkan parameter
yang disediakan (sikap,
ephemeris dan informasi
mengenai model
instrumen)
Standard + / – 23 m Koreksi radiometrik dan
koreksi untuk distorsi
karena detektor koreksi
geometris menurut jenis
proyeksi peta tertentu
Untuk area permukaan
kecil atau aplikasi yang
tidak memerlukan tingkat
akurasi yang tinggi lokasi
Memerlukan alat
pengolahan citra
Orthorectified + / – 12,7 m Koreksi radiometrik dan
koreksi untuk distorsi
karena detektor koreksi
geometris menurut jenis
proyeksi peta tertentu.
Penghapusan distorsi karena
bantuan melalui DEM dan
titik kontrol tanah (yang
kadang-kadang diberikan
oleh pengguna)
Produk ini dapat langsung
terintegrasi dalam SIG:
sebuah mendasari ideal
untuk membuat dan
memperbarui peta GIS dan
basis data Ubah deteksi
dan analisis lain yang
membutuhkan tingkat
akurasi yang tinggi lokasi
a. Tema (Penggunaan Lahan)
Istilah penggunaan lahan (land use), berbeda dengan istilah penutup lahan (land
cover). Penggunaan lahan biasanya meliputi segala jenis kenampakan dan sudah
dikaitkan dengan aktivitas manusia dalam memanfaatkan lahan, sedangkan penutup lahan
mencakup segala jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi yang ada pada lahan
tertentu. Penggunaan lahan merupakan aspek penting karena penggunaan lahan
mencerminkan tingkat peradaban manusia yang menghuninya.
Townshend dan Justice (1981) juga memiliki pendapat mengenai penutupan lahan,
yaitu penutupan lahan adalah perwujudan secara fisik (visual) dari vegetasi, benda alam,
dan unsur-unsur budaya yang ada di permukaan bumi tanpa memperhatikan kegiatan
manusia terhadap obyek tersebut. Sedangkan Barret dan Curtis, tahun 1982, mengatakan
bahwa permukaan bumi sebagian terdiri dari kenampakan alamiah (penutupan lahan)
seperti vegetasi, salju, dan lain sebagainya. Dan sebagian lagi berupa kenampakan hasil
aktivitas manusia (penggunaan lahan).
Suatu unit penggunaan lahan mewakili tidak lebih dari suatu mental
construct yang didesain untuk memudahkan inventarisasi dan aktivitas pemetaan
(Malingreau dan Rosalia, 1981). Interpretasi penggunaan lahan dari foto udara ini
dimaksudkan untuk memudahkan deliniasi. Untuk dapat mempercepat hasil inventarisasi
dengan hasil yang cukup baik, digunakan pemanfaatan data penginderaan jauh, karena
dari data penginderaan jauh memungkinkan diperoleh informasi tentang penggunaan
lahan secara rinci.selain itu, adanya perrubahan pemanfaatan lahan kota yang cepat dapat
pula dimonitor dari data penginderaan jauh.
Identifikasi, pemantauan, dan evaluasi penggunaan lahan perlu selalu dilakukan
pada setiap periode tertentu, karena ia dapat menjadi dasar untuk penelitian yang
mendalam mengenai perilaku manusia dalam memanfaatkan lahan. Dengan demikian,
penggunaan lahan menjadi bagian yang penting dalam usaha melakukan perencanaan dan
pertimbangan dalam merumuskan kebijakan keruangan di suatu wilayah. Prinsip
kebijakan terhadap lahan perkotaan bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan lahan
dan pengadaan lahan untuk menampung berbagai aktivitas perkotaan. Dalam
hubungannya dengan optimalisasi penggunaan lahan, kebijakan penggunaan lahan
diartikan sebagai serangkaian kegiatan tindakan yang sitematis dan terorganisir dalam
penyediaan lahan, serta tepat pada waktunya, untuk peruntukan pemanfaatan dan tujuan
lainnya sesuai dengan kepentingan masyarakat (Suryantoro, 2002).
Menurut Malingreau (1979), penggunaan lahan merupakan campur tangan manusia
baik secara permanen atau periodik terhadap lahan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan, baik kebutuhan kebendaan, spiritual maupun gabungan keduanya.
Penggunaan lahan merupakan unsur penting dalam perencanaan wilayah. Bahkan
menurut Campbell (1996), disamping sebagai faktor penting dalam perencanaan, pada
dasarnya perencanaan kota adalah perencanaan penggunaan lahan.
Kenampakan penggunaan lahan berubah berdasarkan waktu, yakni keadaan
kenampakan penggunaan lahan atau posisinya berubah pada kurun waktu tertentu.
Perubahan penggunaan lahan dapat terjadi secara sistematik dan non-sistematik.
Perubahan sistematik terjadi dengan ditandai oleh fenomena yang berulang, yakni tipe
perubahan penggunaan lahan pada lokasi yang sama. Kecenderungan perubahan ini dapat
ditunjukkan dengan peta multiwaktu. Fenomena yang ada dapat dipetakan berdasarkan
seri waktu, sehingga perubahan penggunaan lahan dapat diketahui. Perubahan non-
sistematik terjadi karena kenampakan luasan lahan yang mungkin bertambah, berkurang,
ataupun tetap. Perubahan ini pada umumnya tidak linear karena kenampakannya berubah-
ubah, baik penutup lahan maupun lokasinya (Murcharke, 1990).
Penggunaan lahan mencerminkan sejauh mana usaha atau campur tangan manusia
dalam memanfaatkan dan mengelola lingkungannya. Data penggunaan/tutupan lahan ini
dapat disadap dari foto udara secara relatif mudah, dan perubahannya dapat diketahui dari
foto udara multitemporal. Teknik interpretasi foto udara termasuk di dalam sistem
penginderaan jauh. Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh
informasi tentang objek, daerah atau gejala dengan cara menganalisis data yang diperoleh
dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau gejala yang
dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1997).
Penggunaan foto udara sebagai sumber informasi sudah meluas dalam berbagai
aplikasi. Hanya saja untuk dapat memanfaatkan foto udara tersebut diperlukan
kemampuan mengamati keseluruhan tanda yang berkaitan dengan objek atau fenomena
yang diamati. Tanda-tanda tersebut dinamakan kunci pengenalan atau biasa disebut
dengan unsur-unsur interpretasi.Unsur-unsur tersebut meliputi : rona/warna, tekstur,
bentuk, ukuran, pola, situs, asosisasi, dan konvergensi bukti (Sutanto, 1997). Untuk dapat
melakukan interpretasi penggunaan lahan secara sederhana dan agar hasilnya mudah
dipahami oleh orang lain (pengguna), diperlukan panduan kerja berupa sistem klasifikasi
penggunaan lahan/tutupan lahan.
Klasifikasi penggunaan lahan merupakan pedoman atau acuan dalam proses
interpretasi apabila data pemetaan penggunaan lahan menggunakan citra penginderaan
jauh. Tujuan klasifikasi supaya data yang dibuat informasi yang sederhana dan mudah
dipahami. Sedangkan para ahli berpendapat Penggunaan lahan yaitu segala macam
campur tangan manusia, baik secara menetap maupun berpindah-pindah terhadap suatu
kelompok sumberdaya alam dan sumberdaya buatan, yang secara keseluruhan disebut
lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik material maupun spiritual, ataupun
kedua-duanya (Malingreau, 1978).
Pengelompokan objek-objek ke dalam kelas-kelas berdasarkan persamaan dalam
sifatnya, atau kaitan antara objek-objek tersebut disebut dengan klasifikasi. Menurut
Malingreau (1978), klasifikasi adalah penetapan objek-objek kenampakan atau unit-unit
menjadi kumpulan-kumpulan di dalam suatu sistem pengelompokan yang dibedakan
berdasarkan sifat-sifat yang khusus berdasarkan kandungan isinya. Klasifikasi
penggunaan lahan merupakan pedoman atau acuan dalam proses interpretasi apabila data
pemetaan penggunaan lahan menggunakan citra penginderaan jauh. Tujuan klasifikasi
supaya data yang dibuat informasi yang sederhana dan mudah dipahami.
Sistem klasifikasi penggunaan lahan yang digunakan adalah sistem klasifikasi
penggunaan lahan menurut Malingreu. Dalam suatu kerangka kerja, menurut Dent (1981)
dalam membuat klasifikasi penggunaan lahan dibagi menjadi tingkatan-tingkatan ynag
terbagi menjadi kelompok-kelompok sebagai berikut
Tabel: Klasifikasi Liputan Lahan/ Penggunaan Lahan Menurut Malingreau
Jenjang I Jenjang II Jenjang III Jenjang IV Simbol
1. Daerah
Bervegetasi
A. Daerah
Pertanian
1. Sawah Irigasi Si
2. Sawah Tadah
Hujan
St
3. Sawah Lebak Sl
4. Sawah pasang
surut
Sp
5. Ladang/Tegal L
6. Perkebunan - Cengkeh C
- Coklat Co
- Karet K
- Kelapa Ke
- Kelapa Sawit Ks
- Kopi Ko
- Panili P
- Tebu T
- Teh Te
- Tembakau Tm
7. Perkebunaan
Campuran
Kc
8. Tanaman
Campuran
Te
B. Bukan
Daerah
Pertanian
1. Huatan lahan
kering
- Hutan bambu Hb
- Hutan campuran Hc
- Hutan jati Hj
- Hutan pinus Hp
- Hutan lainnya Hl
2. Hutan lahan
basah
- Hutan bakau Hm
- Hutan campuran Hc
- Hutan nipah Hn
- Hutan sagu Hs
3. Belukar B
4. Semak S
5. Padang Rumput Pr
6. Savana Sa
7. Padang alang-
alang
Pa
8. Rumput rawa Rr
II. Daerah tak
bervegetasi
C. Bukan
daerah
pertanian
1. Lahan terbuka Lb
2. Lahar dan Lava Ll
3. Beting Pantai Bp
4. Gosong sungai Gs
5. Gumuk pasir Gp
III. Permukiman
dan lahan bukan
pertanian
D. Daerah
tanpa
liputan
vegetasi
1. Permukiman Kp
2. Industri In
3. Jaringan jalan
4. Jaringan jalan KA
5. Jaringan listrik
tegangan tinggi
6. Pelabuhan udara
7. Pelabuhan laut
IV. Perairan E. Tubuh
perairan
1. Danau D
2. Waduk W
3. Tambak ikan Ti
4. Tambak garam Tg
5. Rawa R
6. Sungai
7. Anjir pelayaran
8. Saluran irigasi
9. Terumbu karang
10. Gosong pantai
Selain dari Malingreau terdapat beberapa klasifikasi peggunaan lahan menurut
beberapa ahli seperti Ida Made Sandhi (UI) , Krostowizsky (Polandia), Sutanto (UGM),
dan sebagainya. Beberapa pemerintah daerah melalui Bapeda juga membuat klasifikasi
pengunaan lahan agar sesuai dengan kondisi setempat.
BAB III
METODELOGI
METODE
1. DIAGRAM ALIR
Mulai Studi Literatur Pengumpulan Citra Udara
Digitasi Peta Mencetak Peta Hasil Digitasi
Pengamatan di Lapangan
Analisis Data Pembahasan Selesai
Memasukkan
Peta Pada
Arcmap
Membuat
Shapefile
Penggunaan
Lahan di Arc
Menabahkan
Shapefile
Penggunaan Lahan di
Arcmap
Melakukan
Digitasi
Penggunaan
Lahan
Setelah Selesai
Digitasi Lalu
Disimpan
2. ALAT DAN BAHAN
Citra Satelit Quickbird
Alat dan Bahan
A. Citra satelit Quicbird
B. Software ArcGis
Cara kerja
A. Siapkan citra satelit Quicbird dalam bentuk soft file
B. Siapkan Program ArcGis yang digunakan untuk membuka soft file citra
C. Buka file dalam program ArcGis melalui toolbar add data
D. Klik layers properties simbology centang display background
value ok
Kemudian interpretasi penggunaan lahan pada citra tersebut
Citra Satelit Landsat
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan interpretasi citra satelit adalah sebagai
berikut:
1) Citra satelit berwarna 1:100.000
2) Program Arcgis 10.1
Cara Kerja
1) Buka program Arcmap 10.1
2) Gunakan blank map
3) Add data citra satelit landsat 8
4) Deliniasi objek yang tergambar dalam citra satelit tersebut
Penggunaan Lahan Citra (Citra Quickbird)
Tambak udang dan tambak bandeng
1. Rona dan warna
Rona pada objek yang tampak adalah gelap dengan warna hitam keabu-abuan.
Hal ini diperkirakan bahwa tambak tersebut disebabkan oleh air yang keruh atau
karena adanya material-material padat yang menumpuk pada tambak sehingga rona
yang tampak adalah gelap dengan warna lebih sedikit abu-abu. Namun, ada beberapa
petak tanah di sekitar tambak yang memiliki rona terang dengan warna coklat keabu-
abuan. Hal ini diperkirakan bahwa objek tersebut merupakan bekas tambak yang
dikeringkan atau mungkin lahan yang akan dijadikan tambak , tetapi belum diisi oleh
air.
2. Bentuk
Objek yang tampak berbentuk persegi dengan jumlah 46 petak yang terisi air
dan 27 yang kering. Hal ini diasumsikan karena tambak dalam pengolahannya
memerlukan perhitungan antara luas lahan yang digunakan dengan bibit udang yang
akan disebar. Jadi, untuk memudahan perhitungan hasil panen dan mengoptimalkan
penggunaan lahan maka tambak dibuat dengan bentuk persegi/persegi panjang.
3. Ukuran
4. Tekstur
Tekstur objek tersebut adalah halus/sedang. Hal ini karena objek yang tampak
(tambak) memiliki pola seragam sehingga teksturnya cenderung halus/sedang.
5. Pola
Pola objek tersebut adalah teratur, berpetak petak.
6. Bayangan
Tidak terdapat bayangan.
7. Ketinggian
Tidak terdapat ketinggian.
8. Situs
Situs tambak mengumpul di sebelah pertanian padi, dekat dengan muara
sungai dan dekat dengan laut. Hal ini dikarenakan, tambak biasanya menggunakan air
payau yaitu percampuran dari air tawar dengan air laut sehingga daerah yang cocok
digunakan untuk tambak udang/ikan bandeng adalah daerah yang memiliki sumber air
payau cukup dan dekat dengan muara sungai untuk pergantian air di tembak tersebut.
9. Asosiasi
Tambak diasosiasikan dengan kincir angin. Hal ini tampak dalm citra bahwa
dalam area petak-petak tambak terdapat objek dengan rona terang dan berwana putih.
Diasumsikan bahwa objek tersebut adalah kincir air yang berfungsi menambah kadar
oksigen dalam tambak tersebut. Rata-rata pada masing-masing tambak terdapat 4 buah
kincir air meskipun ada 9 dari 46 petak tambak yang belum dipasang kincir air.
a. Permukiman penduduk
1. Rona dan warna
Rona cerah tedapat pada daerah pemukiman akibat pantulan dari atap
pemukiman. Bentuknya kotak dengan ukuran kecil dibandingkan objek lainya.
Pemukiman penduduk terlihat ronanya memancarkan warna orange di bagian atapnya.
2. Bentuk
Bentuk huruf I atau linear mengikuti jalan. Pemukiman ini cenderung
memanjang sepanjang jalan. Karena berada di daerah perkotaan yang mendekati garis
pantai.
3. Ukuran
Ukuran lebih kecil di bandingkan objek lain seperti perkebunan dll.
4. Tekstur
Teksturnya kasar pada foto udara menunjukkan pantulan yang dihamburkan dan
pola memusat di lokasi tertentu. Perumahan dicirikan pada daerah datar dengan
dikelilingi vegetasi.
5. Pola
Permukiman memanjang sepanjang jalan. Pola pemukiman ini terlihat teratur,
dan umumnya terdapat pada kawasan pemukiman yang direncanakan atau
dikembangkan. Pemukiman ini terlihat seperti di kota yaitu ukuran dan jaraknya
seragam. Masing-masing menghadap ke jalan.
6. Bayangan
Tidak terdapat bayangan.
7. Ketinggian
Tidak terdapat ketinggian, hamper sama rata tingginya.
8. Situs
Situs permukiman memanjang sepanjang tepi jalan, sungai dan lahan pertanian.
9. Asosiasi
Permukiman penduduk diasosiasikan dengan jalan
b. Pertanian padi
1. Rona dan warna
Rona pada pertanian padi terlihat hijau muda, warna (cerah) warna cerah
menandakan sawah masih ditumbuhi tanaman muda/renggang.
2. Bentuk
Bentuk kenampakan pertanian padi telihat berpetak-petak atau persegi, Bentuk
sawah berupa kotak-kotak kecil yang pada lapangan menandakan petak-petak sawah.
3. Ukuran
Luasnya lebih kecil dari perkebunan pisang, karena hanya terlihat sebuah petak-
petak kecil jika dibandingkan dengan perkebunan yang terlihat luas dan sejajar.
4. Tekstur
Teksturnya halus menunjukkan tanaman muda atau renggang dan kasar
menunjukkan tanaman tua atau rapat.
5. Pola
Kenampakan pola pertanian padi terlihat mengumpul di suatu tempat, tidak
tersebar atau dipisahkan oleh objek lain. Kondisi lahan pertaniannya pun terlihat
berpetak-petak.
6. Bayangan
Tidak terdapat bayangan
7. Ketinggian
Tidak terdapat ketinggian
8. Situs
Situs pertanian padi mengumpul di sekitar permukiman dan perkebunan pisang
9. Asosiasi
Perkebunan pisang diasosiasikan dengan sawah
c. Ekowisata
1. Rona dan warna
Pantai rona cerah
Warna biru muda
2. Bentuk
Tidak berbentuk
3. Ukuran
Paling luas daripada penggunaan lahan lain
4. Tekstur
halus
5. Pola
Pola memanjang di tepi
6. Bayangan
Tidak memiliki bayangan
7. Ketinggian
Tidak memiliki ketinggian
8. Situs
Situs ekowisata memanjang di sekitar tambak, perkebunan pisang
9. Asosiasi
Ekowisata diasosiasikan dengan pantai dan villa
d. Perkebunan pisang
1. Rona dan warna
Rona sedang
Warna hijau
2. Bentuk
Bentuk lingkaran berblok-blok
3. Ukuran
Lebih luas daripada pertanian dan permukiman penduduk
4. Tekstur
Kasar
BAB III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL
PETA TEMATIK PENGGUNAAN LAHAN
a. Quickbird
b. Landsat
Penggunaan Lahan
Dari hasil revisi interpretasi menggunakan citra Quickbird, dapat diperoleh 13
jenis penggunaan lahan yaitu hutan, Jalan, Ladang, Lahan terbuka, Laut, Pariwisata,
pemukiman, perkebunan, rawa, sawah irigasi, sungai, tambaak garam, dan tempat
pemakaman.
Klasifikasi penggunaan lahan antara lain :
a) Hutan
Hutan adalah bagian dari lahan bervegetasi yang tak diusahakan. Selain itu warna
pada citra juga sangat mendukung bahwa daerah tersebut merupakan hutan karena
warnanya hijau yang terdiri dari pohon-pohon yang bergerombol.
b) Jalan
bagian jalan ini terlihat di citra dengan warna gelap. Menandakan daya pantul
cahanya rendah.
c) Ladang
pada klasifikasi ladang disimbolkan dengan (L)
d) Lahan terbuka
Dengan melihat warnanya yang hijau dan biasanya terang dan bertekstur halus.
e) Laut
Tingkat klasifikasinya sampai pada tingkat III, yang merupakan bagian dari tubuh
perairan. Pada citra nampak berwarna biru dengan tekstur yang sangat halus.
f) Tempat pariwisata
Tempat pariwisata ini sebagian besar berada di sepanjang pantai malang selatan
(ungapan). Pada citra warnanya terlihat agak terang kekuningan.
g) Pemukiman
Tingkat klasifikasinya sampai pada tingkat II yang merupakan pemukiman
perkotaan, ditandai dengan bangunan dan jalan yang kompleks dan rapat. Warna yang
ditunjukkan dalam citra tersebut tidak terlalu jelas, namun menunjukkan bentuk yang
mengelompok, bertekstur kasar, serta terdapat jaringan jalan.
h) Perkebunan
Tingkat klasifikasinya sampai pada tingkat III, yang merupakan bagian dari lahan
bervegetasi yang diusahakan. Jumlah vegetasi pada daerah perkebunan ini lebih
renggang/lebih sedikit daripada daerah hutan alami. Warna yang terdapat pada citra
juga lebih terang dibandingkan dengan hutan alami.
i) Rawa
Terlihat tampak gelap. Hal ini menandakan bahwa air rawanya yang jernih.
j) Sawah
Tingkat klasifikasinya sampai pada tingkat III, yang merupakan bagian dari lahan
bervegetasi yang diusahakan. Sawah ini tidak begitu jelas terlihat bentuknya, namun
berasosiasi dengan sungai. Sehingga dimungkinkan sawah ini merupakan sawah
irigasi.
k) Sungai
Terlihat memanjang utara-selatan. Warnanya agak gelap dan pada tempat
tertentu berasosiasi dengan pemukiman.
l) Tambak Garam
Terlihat seperti kotak-kotak dengan warna yang gelap.
m) Pemakaman
Terlihat sangat terang. Karena daya pantul cahayanya yang kuat. Hal ini
menandakan bahwa sebagian besar kuburan sudah menggunakan keramik atau
porselin.
2. PEMBAHASAN
Struktur Tampilan ArcGis
ArcView mengorganisasikan project beserta tools yang tersedia kedalam bentuk
sistem windows, menu, button, dan icon. Setiap tipe dokumen (view, table, chart, layout,
dan script) ArcView memiliki tampilan yang berbeda. Struktur tampilan pada ArcView
terdiri dari:
a) Tampilan pada Project
Project merupakan window yang paling awal muncul untuk bekerja dengan ArcView.
Menu-menu yang terdapat pada window menyediakan fasilitas-fasilitas untuk
mengatur project yang akan dibuat.
Isi menu pada dokumen Project
File Project Window Help
New Project
Ctrl+N
Open Project…
Close Project
Save Project
Ctrl+S
Save Project As
Extensions…
Exit
Properties…
Customize…
Rename
‘View1’… Ctrl+R
Delete ‘View1’…
Del
Add Table…
Import…
SQL Connect
Tile
Cascade
Arrange Icons
Show Symbol
Window…Ctrl+P
1 Untitled
Help
Topics…
How to Get
Help
About
ArcView
b) Tampilan pada View
View merupakan representasi grafis informasi spasial dan dapat menampung
beberapa layer/theme informasi spasial (titik, garis, polygon, atau citra raster).
Isi menu pada dokumen View
File Edit View Theme
Close
Close All
Set Working
Directory…
Save Project Ctrl+S
Save Project As
Extensions…
Print…
Print Setup…
Export…
Manage Data Sources
Exit
Cut Themes
Copy Themes
Delete Themes
Undo Graphic Edit
Ctrl+Z
Cut Graphics
Ctrl+X
Copy Graphics
Ctrl+C
Delete Graphics Del
Combine Graphics
Union Graphics
Subtract Graphics
Intersect Graphics
Paste Ctrl+V
Select All Graphics
Properties…
Add Theme…
Ctrl+T
Geocode
Adresses
Add Event
Theme…
New Theme…
Theme On
Theme Off
Layout…
TOC Style…
Full Extent
Zoom In
Zoom Out
Zoom To
Themes
Zoom To
Selected
Zoom To
Previous
Find… Ctrl+F
Locate
Adress…
Properties…
Start Editing
Save Edits
Save Edits As
Convert to
Shapefile…
Edit Legend…
Hide/Show Legend
Re-match
Adresses…
Auto-label Ctrl+L
Remove Labels
Ctrl+R
Remove
Overlapping Labels
Convert Overlapping
Labels Ctrl+O
Table…
Query… Ctrl+Q
Select by Theme…
Create Buffer…
Clear Selected
Feature
Graphics Window Help
Properties…
Text and Label Defaults…
Size and Position…
Tile
Cascade
Arrange Icons
Help
Topics…
How to Get
Align… Ctrl+A
Bring to Front
Send to Back
Group Ctrl+G
Ungroup Ctrl+U
Attach Graphics
Detech Graphics
Show Symbol
Window…Ctrl+P
1 Untitled
Help
About
ArcView
Toolbar View
Keterangan :
1. menyimpan project 11. zoom to selected 21. select feature
2. menambah theme 12. zoom in 22. zoom in
3. theme properties 13. zoom out 23. zoom out
4. edit legend 14. zoom to previous extent 24. pan
5. open tabel theme 15. feature dengan grafik 25. measure
6. find 16. clear selection feature 26. hotlink
7. location address 17. help 27. area of interest
8. query 18. indentify 28. label
9. zoom to full extent 19. pointer 29. create text
10. zoom to active theme 20.edit vertex 30. draw point
c) Tampilan pada Tabel
Dokumen Tabel dilengkapi dengan fasilitas menu, button, dan toolbar. Sebuah
tabel merupakan representasi data ArcView. Tabel berisi informasi deskriptif
mengenai layer tertentu yang terdiri dari baris data (record) dan kolom (field). Baris
data (record) mendefinisikan sebuah entry, sedangkan kolom (field) mendefinisikan
atribut atau karakteristik dari entry.
Isi menu pada dokumen Tables
File Edit Table Field
Close
Close All
Set Working Directory…
Save Project Ctrl+S
Save Project As
Extensions…
Print…
Print Setup…
Export…
Manage Data Sources
Exit
Cut Ctrl+X
Copy Ctrl+C
Paste Ctrl+V
Undo Edit Ctrl+Z
Redo Edit Ctrl+Y
Add Field…
Add Record Ctrl+A
Delete Field
Delete Records
Select All
Select None
Switch Selection
Properties…
Chart…
Stop Editing
Save Edits
Save Edits As…
Find… Ctrl+F
Query… Ctrl+Q
Promote
Join Ctrl+J
Remove All Joins
Link
Remove All Links
Refresh
Sort Ascending
Sort Descending
Create Index
Summarize…
Calculate…
Statistics…
d) Tampilan pada Chart
Chart merupakan representasi grafis dari resume tabel data. Chart juga bisa
merupakan hasil suatu query terhadap suatu tabel data.
Isi menu pada dokumen Chart
File Edit Galery Chart
Close
Close All
Set Working Directory…
Save Project Ctrl+S
Save Project As
Extensions…
Print…
Print Setup…
Undo
Erase
Area…
Bar…
Column…
Line…
Pie…
XY Scatter
Properties…
Series From Fields
Find… Ctrl+F
Hide Title
Hide Legend
Show X Axis
Show X Axis
Export…
Manage Data Sources
Exit
e) Tampilan pada Layout
Layout digunakan untuk menggabungkan semua dokumen (view, table, dan chart)
ke dalam suatu dokumen yang siap cetak (hardcopy).
Isi menu pada dokumen Layout
File Edit Layout Graphics
Close
Close All
Set Working Directory…
Save Project Ctrl+S
Save Project As
Extensions…
Print…
Print Setup…
Export…
Manage Data Sources
Exit
Undo Ctrl+Z
Cut Ctrl+X
Copy Ctrl+C
Paste Ctrl+V
Delete Del
Select All
Properties…
Page Setup…
Zoom to Page
Zoom to Actual
Zoom to Selected
Zoom In
Zoom Out
Show Grid
Hide Margins
Add Neatline…
Use Template…
Store As Template…
Store North Arrows
Properties…
Text Tool Defaults…
Size and Position…
Align… Ctrl+A
Bring to Front
Send to Back
Group Ctrl+G
Ungroup Ctrl+U
Simplify
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil interpretasi diketahui bahwa penggunaan lahan di kabupaten
Malang sebagian besar digunakan untuk pemukiman yang berasosiasi dengan vegetasi.
Untuk melakukan pembuktian tepat tidaknya interpretasi yang dilakukan, harus
dilakukan uji lapangan dengan menggunakan GPS. Berdasarkan dari hasil cek lapangan
dengan menggunakan GPS diketahui bahwa lokasi yang ditunjukkan pada GPS sesuai
dengan interpretasi tata guna dilapangan.
Jadi dalam, citra satelit landsat dan Quickbird dapat digunakan untuk
mempermudah dalam menginterpretasi penggunaan lahan. Akan tetapi, untuk melakukan
pembuktian kebenaran dalam interpretai harus dilakukan uji cek lapangan (Kuliah Kerja
Lapangan)
DAFTAR PUSTAKA
Indraja. Definisi Citra Penginderaan Jauh. (online), (http://www.Definisi-pengertian-citra
penginderaan-jauh-indraja-menurut-para-ahli.htm), diakses 12Desember 2013
Anonim. Manfaat Citra Satelit. (online), (http://www.manfaat-citra-satelit_03.html), diakses
14 Desember 2013
Anonim. 2009. Resolusi Citra. (online), (http://www.Resolusi Citra « Agrica.htm), diakses 16
Desember 2013
Ralo. 2010. Apa perbedaan antara citra satelit dengan foto udara?. (online),
(http://www.candmstore.blogspot.com), diakses 15 Desember 2013
Sutanto, prof. 1998. Penginderaan jauh, Jilid I. Fakultas Geografi: Gajah Mada University
Press
Rudianto, Bambang. 2010. Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m
dan Ikonos RS 1,0 m. Bandung. Jurnal Rekayasa Institut tekhnologi Nasional
Bandung.