Post on 15-Sep-2015
description
Laporan Praktikum Patologi Benih
UJI DAYA KECAMBAH DAN IDENTIFIKASI PATOGEN TULAR
BENIH DENGAN METODE PENGUJIAN KERTAS LIPAT, KERTAS
GULUNG DAN PENANAMAN PADA MEDIA AGAR AIR
ERYNA ELFASARI RANGKUTI
A352140141
Kelompok 1
Dosen : Dr. Ir. Tri Asmira Damayanti, M.Sc Agr
Dr. Ir. Titik Siti Yuliani, SU
Asisten : Ankardiansyah Pandu Pradana, SP
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengujian viabilitas benih dapat dilakukan secara langsung, yaitu dengan cara
menilai struktur-struktur penting kecambah dan secara tidak langsung, yaitu
dengan melihat gejala metabolismenya. Pada pengujian secara langsung, beberapa
substrat pengujian yang dapat digunakan seperti kertas, kapas, pasir, tanah, dan
lain-lain, namun substrat kertas lebih banyak digunakan karena lebih praktis dan
memenuhi persyaratan-persyaratan dalam prosedur pengujian mutu benih secara
modern (Kamil, 1979). Substrat kertas dapat digunakan untuk berbagai metode uji
viabilitas benih, yaitu: 1) Uji Diatas Kertas (UDK), digunakan untuk benih-benih
berukuran kecil yang membutuhkan cahaya dalam perkecambahannya; 2) Uji
Antar Kertas (UAK), digunakan untuk benih-benih yang tidak peka cahaya dalam
perkecambahannya; dan 3) Uji Kertas Digulung (UKD), digunakan untuk benih-
benih berukuran besar yang tidak peka cahaya dalam perkecambahannya. Jika
dalam pemakaiannya digunakan plastik sebagai alas kertas maka disebut Uji
Kertas Digulung didirikan dengan Plastik (UKDdp) (Sadjad, 1993).
Uji daya berkecambah bertujuan untuk mengetahui mutu fisiologis benih.
Uji ini dapat dipergunakan untuk menilai mutu bibit di lapang. Umumnya
pengujian dilakukan di laboratorium dengan menggunakan media standar, dan
lingkungan yang optimum, sehingga seringkali dihasilkan data yang over estimate
dan tidak sesuai dengan daya tumbuh di lapang. Menurut Kamil (1980) salah satu
kesukaran pokok yang timbul dan sering diabaikan terutama oleh mahasiswa atau
analis benih pada pengujian perkecambahan benih (seed germination test) ialah
menentukan bibit atau kecambah yang termasuk normal (identification of normal
seedling).
Kriteria kecambah normal bervariasi antar jenis tanaman, untuk itu pada
setiap tanaman diperlukan adanya penelitian yang nantinya menghasilkan suatu
kriteria kecambah normal yang berkorelasi dengan vigor bibit di lapang. Kriteria
ini nantinya dapat digunakan sebagai pedoman analis benih, sebagai metode
pengujian rutin di laboratorium benih dalam proses sertifikasi benih, dan untuk
menduga performa pertumbuhan benih di lapang, sehingga perhitungan kebutuhan
benih dapat lebih tepat. Pada penelitian Aisyah (2003) dihasilkan kriteria
kecambah normal pada benih Pinus merkusii yaitu kecambah yang telah memiliki
struktur penting antara lain kulit benih telah terbuka sempurna dan radikula mulai
dewasa yang terlihat berbeda dengan hipokotil dan berwarna merah kecoklatan.
Kriteria pada pinus ini menurut Aisyah (2003) berkorelasi dengan tolok ukur
vigor bibit yaitu tinggi bibit, jumlah daun, panjang akar serta rasio tunas dan akar.
Tujuan
Untuk mengetahui teknik pengujian kesehatan benih serta daya kecambah
dengan menggunakan metode penanaman benih kedelai, jagung, dan kacang tanah
pada kertas dengan metode kertas lipat, kertas gulung dan penanaman pada media
agar air serta mengidentifikasi patogen terbawa benih.
BAB 2
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 10-17 Maret 2015 di Laboratorium
Pendidikan 1 Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor.
2.1 Metode Penanaman pada Kertas Lipat
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kertas lipat adalah nampan,
kertas merang, pinset, botol handspray, dan plastik, sedangkan bahan yang
digunakan adalah benih kedelai, jagung, dan kacang tanah masing-masing 50
benih.
Metode
Dilipat kertas merang hingga menyerupai bentuk anak tangga, kertas
merang yang telah dilipat masing-masing diletakkan pada baki, kemudian
dilembabkan kertas merang dengan aquadest. Diletakkan benih pada masing-
masing baki, sebanyak 50 buah, dimasukkan baki ke dalam plastik dan diinkubasi
pada suhu ruang selama 7 hari. Diamati dan dicatat jumlah benih yang
berkecambah normal, kecambah tidak normal, tidak berkecambah, dan
pertumbuhan patogen pada masing-masing benih.
2.2 Metode Penanaman pada Kertas Gulung
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum metode kertas gulung adalah
kertas merang, plastik, pinset, botol handspray, dan nampan, sedangkan bahan
yang digunakan adalah benih kedelai, jagung, dan kacang tanah masing-masing
sebanyak 50 benih, akuades, alkohol 70 %.
Metode
Disiapkan 5 lembar kertas merang dan dilembabkan dengan aquadest.
Diletakkan benih kedelai, jagung, dan kacang tanah masing-masing sebanyak 50
benih, masing-masing kertas merang yang telah ditanam dengan benih, lalu
digulung secara perlahan dan dimasukkan kedalam plastik. Kemudian diinkubasi
pada suhu ruang selama 7 hari. Diamati dan dicatat jumlah benih yang
berkecambah normal, tidak normal, tidak berkecambah, dan amati pertumbuhan
patogen pada masing-masing benih.
2.3 Metode Penanaman pada Media Agar Air
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum penanaman pada media agar
air adalah, cawan petri, bunsen, laminar air flow, pinset dan plastik, sedangkan
bahan yang digunakan adalah media agar air (water agar), benih kedelai, jagung,
dan kacang tanah masing-masing 10 benih, akuadest steril, dan spiritus.
Metode
Disiapkan cawan petri yang telah diisi dengan media agar air. Masing-
masing benih ditanam pada media agar air secara aseptis. Cawan petri disungkup
dengan plastik lalu diinkubasi pada suhu ruang selama 7 hari. Diamati dan dicatat
jumlah benih yang berkecambah normal, tidak normal, dan yang tidak
berkecambah serta pertumbuhan patogen pada masing-masing benih.
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Penanaman Benih dengan Metode Kertas Lipat
Tabel 1. Pengamatan Kondisi Umum Benih Komoditas Karakter Perkecambahan Benih GOT Kertas Lipat
Kondisi umum benih Kondisi umum benih
(tidak berkecambah)
Kacang Tanah
(berkecambah tidak
normal)
Kedelai Sebagian besar benih
tidak berkecambah dan
membusuk. Benih
ditutupi oleh spora cendawan berwarna
hijau, hitam dan cokat,
benih ditutupi oleh spora cendawan berwarna
hijau, hitam dan coklat.
Sebagian besar benih
membusuk dan ditutupi
spora cendawan hijau,
putih, hitam dan hanya sebagian kecil ditutupi
spora berwarna coklat,
cendawan dengan spora hitam tidak berada pada
permukaan benih, tetapi
lebih banyak terdapat pada media kertas.
Terlihat seperti jaring
laba-laba berwarna putih
dengan bintik-bintik hitam.
Pada ujung calon akar
benih yang terbentuk
membusuk dan pada
permukaan kulit biji ditumbuhi sedikit
cendawan berspora
hijau kekuningan, tidak muncul
tunas,kotiledon belum
pecah, sebagian akar ada yang muncul,
hipokotil muncul,
namun kotiledon
belum lepas,terdapat propagul cendawan
hijau, putih kehitaman
dan hitam, hipokotil ditumbuhi cendawan.
Jagung Seluruh benih telah
tumbuh menjadi
kecambah (normal dan abnormal). Benih
diselimuti oleh
cendawan yang tumbuh pada setiap lipatan,
sistem perakaran tidak
normal dan terdapat miselium cendawan ber
warna putih dan
kehijauan.
Seluruh benih berkecamb
ah, ditutupi propagul
cendawan berwarna hitam, terutama pada
bagian kotiledon yang
berwarna coklat
Panjang akar dan bata
ng atau akar saja
kurang dari 2 kali ukuran benih.
Terdapat akar atau
batang yang tumbuh melingkar. Benih jagu
ng berkecambah
lambat
Kacang Tanah
Benih tidak seluruhnya berkecambah, terbentuk
akar primer, diselimuti
hifa cendawan berwarna
putih, hitam, dan hijau dengan tekstur kasar.
Benih tetap seperti kondisi awal, benih tidak
diselimuti hifa/miselium
cendawan apapun, namun
terdapat juga cairan pada benih dan membusuk,
terdapat bercak coklat
pada kulit benih, diselimuti oleh miselium
putih, hijau, hitam, abu-
abu kehitaman.
Benih bergejala busuk, diselimuti
miselium berwarna
putih, namun terlihat
struktur bakal akar telah menjulur,
terdapat nekrotik pada
bagian akar, akar melengkung dan
membusuk, diselimuti
miselium berwarna hijau di permukaan
benih. Benih bertunas
tidak normal,
diselimuti miselium
cendawan dan tunasnya layu.
Tabel 2. Data Daya Kecambah Benih Pengamatan Jumlah benih yang berkecambah kertas lipat
Kedelai Jagung Kacang Tanah
Tidak berkecambah 50 45
34
50
-
1
-
3
11
1
2
3
Persentase tidak berkecambah
(%)
89,5 2 8,5
Berkecambah normal - 1 -
-
33
49 50
47
33
48 40
35
Persentase kecambah (%) 0,5 89,5 78
Berkecambah tidak normal - 4
16
-
17
-
-
1
6
1
8
12
Persentase kecambah (%) 10 9 13,5
Ket: Daya kecambah= Jumlah total benih yang berkecambah (kel. 1-4) x 100 %
Jumlah total benih yang ditanam (kel.1-4)
Tabel 3. Pengamatan Cendawan Terbawa Benih Kedelai Nama
Cendawan
Deskripsi
Cendawan
Gejala Makroskopik Mikroskopik
Aspergillus
flavus
Spora berwarna
hijau kekuningan hanya tumbuh
disekitar benih
Benih
membusuk dan tidak
berkecambah
Aspergillus
niger
Spora berwarna
hitam , hanya
tumbuh disekitar benih
Benih
membusuk
dan tidak berkecambah
Rhizopus sp Miselium
berwana putih
Spora berwarna
hitam, hanya tumbuh disekitar
benih
Benih
membusuk
dan tidak
berkecambah
Aspergillus
sp
Spora berwarna
coklat, hanya
tumbuh disekitar
permukaan benih
Benih
berkecambah
tidak normal
akibat, hambatan
cendawan
Tabel 4. Pengamatan Cendawan Terbawa Benih Jagung Nama
Cendawan
Deskripsi
Cendawan
Gejala Makroskopik Mikroskopik
Aspergillus flavus
Miselium berwarna
kuning
kehijauan
Benih diselimuti cendawan berwarna
hijau kekuningan,
terutama pada bagian kotiledon
Aspergillus niger
Miselium berwarna
hitam
Benih diselimuti cendawan berwarna
hitam, terutama
pada bagian
kotiledon
Aspergillus
sp.
Miselium
berwarna
putih beludru
Pada permukaan
benih terdapat
konidia Aspergillus berwarna hijau
Rhizopus
sp.
Cendawan
memiliki
sporangiu
m, dan memiliki
rhizoid
Pada permukaan
benih terdapat
miselium berwarna
putih dan spora hitam
Tabel 5. Pengamatan Cendawan Terbawa Benih Kacang Tanah Nama
Cendawan
Deskripsi
Cendawan
Gejala Makroskopik Mikroskopik
Aspergillus
niger
Miselia
berwarna hitam
Benih diselimuti
masa cendawan berwarna hitam
Aspergillus
flavus
Miselia
berwarna kuning
kehijauan
Benih diselimuti
berwarna kuning kehijauan
Dari tabel 1 sampai dengan 5 diamati bahwa kondisi umum benih yang
ditanam pada media kertas lipat sebagian besar berkecambah abnormal.
Perkecambahan abnormal ditandai dengan munculnya radikula (calon akar) yang
berukuran abnormal dan pada benih masih terdapat koleoptil (pembungkus benih),
sedangkan persentase benih yang tidak berkecambah tertinggi yaitu pada kedelai
sebesar 89,5 % dan terendah yaitu jagung sebesar 2 %, persentase benih yang
berkecambah normal yaitu pada jagung sebesar 89,5 % dan yang terendah yaitu
kedelai sebesar 9,5 %, persentase benih yang berkecambah tidak normal tertinggi
yaitu pada kacang tanah sebesar 13,5 % dan yang terendah yaitu jagung sebesar 9
%, dan cendawan terbawa benih pada masing-masing benih yaitu sebagian besar
termasuk kedalam kelompok Aspergillaceae dan Mucoraceae.
Gambar 1. Penanaman Benih pada Media Kertas Lipat
Hasil penelitian Sadjad (1972) menyatakan bahwa kertas merang dapat
digunakan sebagai substrat perkecambahan dalam pengujian viabilitas benih di
Indonesia. Selain sudah tersebar di seluruh wilayah Indonesia, warna kertas
merang yang coklat muda, polos dan tidak luntur akan memudahkan para penguji
dalam mengamati dan menilai kecambah yang tumbuh. Menurut Sadjad (1993),
kertas merang dipilih karena warnanya mirip dengan kertas towel di Amerika,
memiliki daya absorpsi air yang tinggi seperti lazimnya kertas saring serta
harganya yang murah. Meskipun demikian, pemanfaatan kertas merang secara
luas saat ini menemui beberapa kendala. Pembuatan kertas merang yang masih
dalam skala industri rumah tangga serta kelangkaan bahan baku merang
menyebabkan terbatasnya produksi kertas merang dan harganya menjadi semakin
mahal.
Hasil penelitian Purbojati & Suwarno (2006), substrat kertas memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap hasil pengujian DB (daya berekecambah) benih.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Tim Peneliti (1991) yaitu metode uji serta media
tumbuh yang digunakan dalam pengujian viabilitas benih sering memberikan hasil
pengujian yang berbeda. Oleh karena itu pemilihan metode uji serta media
tumbuh harus dilakukan dengan hati-hati. Adapun perbedaan kisaran nilai DB
antar benih disebabkan oleh keadaan benih tersebut sebelum ditanam. Menurut
Justice dan Bass (1994), laju penurunan vigor dan viabilitas benih dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya faktor genetik dari spesies atau kultivarnya,
kondisi benih, kondisi penyimpanan, keseragaman lot benih serta cendawan
gudang, bila kondisi penyimpanannya memungkinkan pertumbuhannya.
Aspergillus flavus merupakan koloni cendawan yang dapat menyerang
benih (Bhat et al., 2011). Fusarium sp. merupakan salah satu jenis jamur yang
menyebabkan penyakit semai pada biji yang sedang berkecambah, sehingga
kecambah membusuk dan tidak dapat muncul ke permukaan tanah (Semangun,
2000). Penicillium sp. dapat mengurangi viabilitas benih dan vigor bibit terutama
pada kondisi kelembaban yang sesuai (Sutherland et al., 2002).
Cendawan terbawa benih kedelai yaitu Aspergillus spp., Fusarium spp.,
dan Colletotrichum spp. Taufiq (2004), menyatakan bahwa daya kecambah benih
kedelai dapat menurun akibat serangan Rhizopus sp., Aspergillus spp. dan
Penicillium spp., di penyimpanan. Selain itu benih yang sedang berkecambah
terancam busuk atau rebah kecambah yang disebabkan oleh Ralstonia solani,
Sclerotium rolfsii, dan Colletotrichum truncatum
3.2 Penanaman Benih dengan Metode Kertas Gulung
Tabel 1. Pengamatan Kondisi Umum Benih Komoditas Karakter Perkecambahan Benih GOT Kertas Gulung
Kondisi umum benih Kondisi umum benih
(tidak berkecambah)
Kacang Tanah
(berkecambah
tidak normal)
Kedelai Sebagian besar benih
kedelai tidak berkecambah
dan membusuk, terdapat 5
benih berkecambah normal dan
tumbuhnya radikula, sedan
gkan 7 benih berkecambah tidak normal ditandai
dengan tidak munculnya
radikula dan ukuran yang kecil. Seluruh cendawan
diselimuti cendawan
berwarna kuning,
kehijauan, dan hitam.
Benih diselimuti oleh
cendawan berwarna hijau,
benih yang tidak berkecam
bah menunjukkan gejala busuk pada kotiledon dan
benih ditutupi oleh
miselium cendawan.
Hipokotil
tumbuh tidak
normal dan
tidak terdapat calon
akar disebabka
n kolonisasi cendawan
berwarna hijau,
dapat berkecambah
namun
terhambat oleh
miselia cendawan.
Jagung Terdapat 38 benih berkeca
mbah normal, 5 benih tidak berkecambah dan 7 benih
berkecambah tidak normal.
Terdapat pada benih yaitu
cendawan dengan miselium berwarna hijau coklat dan
hitam. Banyak benih yang
berkecambah, benih yang tidak berkecambah normal
menghasilkan plumula
yang pendek
Benih pecah, tidak
terbentuk bakal tunas dan bakal akar, benih diselimuti
propagul cendawan
berwarna hijau kekuningan.
Tidak
terbentuk bakal tunas
dan bakal akar,
pada kotiledon
ditutupi propagul
cendawan
berwarna hijau kekuningan,
warna batang
dan daun
berwarna kuning, batang
dan akar
melingkar.
Kacang
Tanah
Secara umum kacang tanah
berkecambah dan sebagian
benih ditutupi miselium,
Aspergillus flavus. Struktur perakaran benih sudah
terbentuk, sebagian besar
benih berkecambah dengan normal, muncul akar
primer dan sekunder, benih
berkecambah mendekati sempurna karena akar
sekunder sudah tumbuh.
Benih terlihat seperti
normal, tanpa ada
kontaminasi cendawan
namun tidak menunjukkan daya kecambah, benih yang
tidak berkecambah dan
diselimuti oleh hifa cendawan berwarna hitam
dan terjadi diskolorisasi
Benih diselimu
ti oleh hifa
berwarna abu-
abu kehitaman.
Terdapat benih
yang terkontaminasi
cendawan
berwarna hijau, putih,
Benih
berkecambah
tetapi tunas dan akar
membusuk dan
bagian
hipokotil
membengkok.
Tabel 2. Data Daya Kecambah Benih
Pengamatan
Jumlah benih yang berkecambah kertas gulung
Kedelai Jagung Kacang Tanah
Tidak berkecambah 38 42
26
48
-
5
-
4
5
4
6
15
Persentase tidak ber kecambah
(%)
77 4,5 15
Berkecambah normal 5 -
7
-
19
38
43
37
16
7
38
20
Persentase kecambah (%) 6 68,5 40,5
Berkecambah tidak normal 7 8
17
2
31
7
7
9
29
39
6
15
Persentase kecambah (%) 17 27 44,5
Ket: Daya kecambah= Jumlah total benih yang berkecambah (kel. 1-4) x 100 % Jumlah total benih yang ditanam (kel.1-4)
Tabel 3. Pengamatan Cendawan Terbawa Benih Kacang Tanah Nama
Cendawan
Deskripsi
Cendawan
Gejala Makroskopik Mikroskopik
Aspergillus flavus
Spora berwarna hijau
kekuningan
Hanya tumbuh
disekitar benih
Benih diselimuti
masa
cendawan
berwarna kehijauan,
benih
berkecambah tidak normal
Miselia
sterilia
Miselium
berwarna putih
terdapat pada permukaan
benih
Kecambah
membusuk,
hipokotil membengkak
Rhizopus sp Miselium berwana putih
abu-abu, spora
berwarna
hitam
Akar membusuk
Aspergillus
sp
Spora
berwarna
coklat
Kecambah
membusuk,
benih
diselimuti miselium
Tabel 4. Pengamatan Cendawan Terbawa Benih Jagung
Nama
Cendawan
Deskripsi
Cendawan
Gejala Makroskopik Mikroskopik
Aspergillus
flavus
Miselium
berwarna
kuning
kehijauan
Benih diselimuti
cendawan berwarna
hijau kekuningan,
terutama pada bagian kotiledon
Aspergillus
niger
Miselium
berwarna
hitam
Benih diselimuti
cendawan berwarna
hitam, terutama pada bagian
kotiledon
Aspergillus
sp.
Miselium
berwarna putih
beludru
Pada permukaan
benih terdapat konidia Aspergillus
berwarna hijau
Rhizopus sp. Cendawan memiliki
sporangium,
dan memiliki
rhizoid
Pada permukaan benih terdapat
miselium berwarna
putih dan spora hitam
Tabel 5. Pengamatan Cendawan Terbawa Benih Kedelai Nama
Cendawan
Deskripsi
Cendawan
Gejala Makroskopik Mikroskopik
Aspergillus
niger
Miselia
berwarna hitam
Benih diselimuti
masa cendawan berwarna hitam
Aspergillus
flavus
Miselia
berwarna kuning
kehijauan
Benih diselimuti
berwarna kuning kehijauan
Dari tabel 1 sampai dengan 5 diamati bahwa kondisi umum benih yang
ditanam pada media kertas gulung sebagian besar berkecambah tidak normal,
benih yang berkecambah tidak normal diselimuti dengan miselium cendawan
berwarna hijau dan hitam. Persentase benih yang tidak berkecambah tertinggi
yaitu pada kedelai sebesar 77 % dan terendah yaitu jagung sebesar 4,5 %,
persentase benih yang berkecambah normal yaitu pada jagung sebesar 68,5 % dan
yang terendah yaitu kedelai sebesar 6 %, persentase benih yang berkecambah
tidak normal tertinggi yaitu pada kacang tanah sebesar 44,5 % dan yang terendah
yaitu jagung sebesar 17 %, dan cendawan terbawa benih pada masing-masing
benih yaitu sebagian besar termasuk kedalam kelompok Aspergillaceae dan
Mucoraceae.
Gambar 2. Penanaman Benih pada Media Kertas Gulung
Struktur penting kecambah seperti struktur perakaran (radikula), daun
(plumula), hipokotil, dan kotiledon merupakan suatu hal yang mutlak digunakan
untuk menilai kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang di lapangan.
Menurut Kamil (1980) pertumbuhan akar adalah sangat penting, semakin cepat
semakin baik untuk pertumbuhan bibit atau tanaman tersebut. Bramasto et al.
(2006) menyatakan bahwa untuk mengetahui sejauh mana pembentukan struktur
penting itu sempurna dan mampu berkembang menjadi semai bibit dan anakan
yang vigor di lapangan, perlu adanya suatu penelitian yang nantinya dapat
menghasilkan suatu kriteria kecambah normal yang juga bisa diuji pada tingkat
semai atau bibit, hingga ditanam di lapangan.
Pada penanaman benih dengan kertas yang digulung harus dilakukan
secara hati-hati, umumnya uji kertas gulung akan membatasi perkecambahan
benih ataupun kecambah yang akan dilakukan uji selanjutnya. Penggulungan yang
terlalu ketat akan mmenyebabkan perkecambahan benih abnormal, sehingga
mendukung pemencaran fungi, dan seringkali terjadi kerusakan pada benih.
Kertas gulung dapat menyebabkan perpindahan benih, benih mengalami kontak
dengan benih lain yang mungkin terinfeksi cendawan, dan evaporasi air lebih
tinggi. Pembukaan gulungan dan penggulungan kembali kertas merang pada
penghitungan awal harus lebih diperhatikan ketelitiannya. Hidrasi air dapat
membuat pembengkakan pada jaringan kecambah yang sukulen dan secara
ekstrim kelunakan benih akan memudahkan benih rusak selama proses pengujian
(Copeland & Mc Donald, 1997)
Menurut Handajani dan Purwoko (2008) menyebutkan bahwa salah satu
penyebab kerusakan bahan pangan , khususnya biji-bijian adalah aflatoksin dan
fumonisin. Aspergillus flavus, A. niger, dan A. terreus merupakan jamur yang
dapat menimbulkan aspergillosis. Fungi-fungi tersebut dominan ditemukan pada
jagung dalam penyimpanan (Muis et al. 2002). Infeksi awal terjadi pada fase
silking di lapang, kemudian terbawa oleh benih ke tempat-tempat penyimpanan
(Schutless et al. 2002).
3.3 Penanaman Benih dengan Metode Agar Air
Tabel 1. Pengamatan Kondisi Umum Benih Komoditas Karakter Perkecambahan Benih GOT Agar Air
Kondisi umum benih Kondisi umum benih
(tidak berkecambah)
Kacang Tanah
(berkecambah tidak
normal)
Kedelai Benih berkecambah secara
normal terdapat calon akar
(radikula) dan calon daun (plumula), terdapat benih
berkecambah tidak normal
ditandai dengan ukuran yang abnormal, diselimuti hifa
cendawan berwarna hijau,
putih dengan spora kehitaman.
Benih kedelai
diselimuti hifa
cendawan berwarna hijau dan terdapat
miselium berwarna
putih dengan spora kehitaman, benih
membusuk.
Benih diselimuti
hifa cendawan
dengan spora berwarna hitam dan
kehijauan, terdapat
calon akar (radikula), dan
calon daun
(plumula) kurang lebih 1 cm.
Jagung Pertumbuhan benih lambat,
diselimuti hifa cendawan
berwarna kuning kehijauan dan
hitam, terdapat 1 benih yang
pertumbuhannya lebih cepat
Benih diselimuti
miselium berwarna
hijau, kuning dan hitam
Benih diselimuti
miselium
Kacang
Tanah
Secara umum benih
berkecambah dengan baik,
Benih terlihat seperti
benih normal (kondisi
Benih berkecambah
tidak normal, pada
namun masih terdapat benih
yang tidak berkecambah dan
yang terkontaminasi cendawan,
seluruh benih berkecambah
namun dalam keadaan
abnormal, radikula sudah
muncul dan benih masih
diselimuti testa/kulit benih,
beberapa benih diselimuti
miselium berwarna putih
awal) tanpa
kontaminasi cendawan,
permukaan benih
terdapat miselium
berwarna hijau
bagian radikula
diselimuti miselium
cendawan berwarna
putih, pada ujung
bagian (bakal akar)
dan bagian
kecambah, terlihat
gejala busuk.
.
Tabel 2. Data Daya Kecambah Benih
Pengamatan
Jumlah benih yang berkecambah kertas lipat
Kedelai Jagung Kacang Tanah
Tidak berkecambah 5 7
4
9
-
1
-
1
-
4
-
2
Daya kecambah (%) 62,5 5 15
Berkecambah normal 4 -
1
-
10
9
9
9
-
3
10
5
Daya kecambah (%) 12,5 92,5 45
Berkecambah tidak normal 1 3
5
1
-
-
1
-
10
3
-
3
Daya kecambah (%) 25 2,5 40
Ket: Daya kecambah= Jumlah total benih yang berkecambah (kel. 1-4) x 100 % Jumlah total benih yang ditanam (kel.1-4)
Tabel 3. Pengamatan Cendawan Terbawa Benih Kedelai Nama
Cendawan
Deskripsi
Cendawan
Gejala Makroskopik Mikroskopik
Aspergillus flavus
Spora berwarna hijau
kekuningan
Hanya tumbuh disekitar benih
Benih membusuk dan
tidak
berkecambah
Aspergillus
niger
Spora berwarna
hitam
Hanya tumbuh disekitar benih
Benih
membusuk dan
tidak berkecambah
Rhizopus sp Miselium
berwana putih Spora berwarna
hitam
Hanya tumbuh
disekitar benih
Benih
membusuk dan tidak
berkecambah
Aspergillus
sp
Spora berwarna
coklat
Hanya tumbuh
disekitar permukaan
benih
Benih
berkecambah
tidak normal
akibat hambatan
cendawan
Tabel 4. Pengamatan Cendawan Terbawa Benih Jagung Nama
Cendawan Deskripsi Cendawan
Gejala Makroskopik Mikroskopik
Aspergillus
flavus
Miselium
berwarna
kuning kehijauan
Benih diselimuti
cendawan berwarna
hijau kekuningan, terutama pada
bagian kotiledon
Aspergillus
niger
Miselium
berwarna
hitam
Benih diselimuti
cendawan berwarna
hitam, terutama pada bagian
kotiledon
Rhizopus sp. Cendawan
memiliki sporangium
, dan
memiliki rhizoid
Pada permukaan
benih terdapat miselium berwarna
putih dan spora
hitam
Tabel 5. Pengamatan Cendawan Terbawa Benih Kacang Tanah Nama
Cendawan
Deskripsi
Cendawan
Gejala Makroskopik Mikroskopik
Aspergillus
niger
Miselia
berwarna hitam
Benih diselimuti
masa cendawan berwarna hitam
Aspergillus
flavus
Miselia
berwarna kuning
kehijauan
Benih diselimuti
berwarna kuning kehijauan
Miselia sterilia
Miselia berwarna
putih di
permukaan
benih
Benih busuk
Dari tabel 1 sampai dengan 5 diamati bahwa kondisi umum benih yang ditanam
pada media agar air sebagian besar berkecambah, terdapat miselium cendawan
pada benih yang tidak berkecambah dan membusuk. Persentase benih yang tidak
berkecambah tertinggi yaitu pada kedelai sebesar 62,5 % dan terendah yaitu
jagung sebesar 5 %, persentase benih yang berkecambah normal yaitu pada
jagung sebesar 92,5 % dan yang terendah yaitu kedelai sebesar 2,5 %, persentase
benih yang berkecambah tidak normal tertinggi yaitu pada kacang tanah sebesar
40 % dan yang terendah yaitu jagung sebesar 2,5 %, dan cendawan terbawa benih
pada masing-masing benih sebagian besar termasuk kedalam kelompok
Aspergillaceae dan Mucoraceae.
Gambar 3. Penanaman Benih pada Media Agar air
Media agar adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara
(nutrien) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan menggunakan
bermacam-macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat
fisiologis dan perhitungan sejumlah mikroba. Supaya mikroba dapat tumbuh baik
dalam suatu media, maka media tersebut harus memenuhi syarat-syarat, antara
lain : harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba,
harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai
dengan kebutuhan mikroba yang akan tumbuh, tidak mengandung zat-zat yang
dapat menghambat pertumbuhan mikroba, harus berada dalam keadaan steril
sebelum digunakan, agar mikroba yang ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik
(Sutedjo, 1990).
Mardinus (2003) menyatakan bahwa patogen terbawa benih dapat
mengakibatkan beberapa hal yaitu turunnya kualitas benih yang disebbakan oleh
rusaknya bentuk fisik dan warna benih, menurunnya persentase perkecambahan
disebabkan oleh benih abnormal atau adanya gejala damping off pada kecambah,
adanya toksin (racun). Patogen yang menyerang benih tidak hanya merusak
endosperm, tetapi juga akan mengganggu titik tumbuh atau embrio. Akibatnya
bibit yang baru tumbuh tidak mampu untuk menembus dan muncul ke permukaan
tanah.
Agar, gelatin atau gel silika merupakan bahan untuk membuat medium
menjadi padat. Media yang paling umum digunakan adalah agar. Bahan utama
agar-agar adalah gelatin, yaitu suatu kompleks karbohidrat yang diekstraksi dari
alga marin genus gelidium, namun sebagian mikroorganisme tidak dapat
menggunakannya sebagai makanan sehingga agar-agar dapat berlaku hanya
sebagai pemadat (Hadioetomo,1993). Di alam populasi mikroba tidak terpisah
sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri dari campuran berbagai macam sel. Di
dalam laboratorium populasi bakteri ini dapat diisolasi menjadi kultur murni yang
terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari morfologi, sifat dan kemampuan
biokimiawinya (Pradika, 2008). Isolasi adalah cara untuk memisahkan atau
memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur
murni atau biakan murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya
berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Kultur murni atau biakan murni
diperlukan karena semua metode mikrobiologis yang digunakan untuk menelaah
dan mengidentifikasi mikroorganisme, termasuk penelaahan ciri-ciri kultural,
morfologis, fisiologis, maupun serologis, memerlukan suatu populasi yang terdiri
dari satu macam mikroorganisme saja (Hadioetomo, 1993)
BAB 4
KESIMPULAN
a. Metode Penanaman Benih pada substrat berupa kertas lipat merupakan salah
satu cara pengujian patogen terbawa benih. Tujuan menggunakan media adalah
menjaga kelembaban dan aerasi yang optimum. Daya kecambah benih lebih
tinggi dibandingkan dengan metode dengan substrat kertas yang digulung.
Patogen yang terdapat pada metode ini adalah sebagian besar kelompok
Aspergillaceae, Mucoraceae, dan Miselia Sterilia
b. Metode Penanaman Benih pada substrat berupa kertas lipat merupakan salah
satu cara pengujian patogen terbawa benih. Tujuan menggunakan media adalah
menjaga kelembaban dan aerasi yang optimum, akan tetapi pengujian dengan
metode ini rentan akan kerusakan benih dan kontak antar benih lebih tinggi
sehingga infeksi cendawan lebih menyeluruh pada benih. Untuk itu dapat
disimpulkan daya kecambah benih lebih rendah dibandingkan dengan metode
kertas lipat. Patogen yang terdapat pada metode ini adalah sebagian besar
kelompok Aspergillaceae, Mucoraceae, dan Miselia Sterilia
c. Metode Penanaman Benih pada substrat berupa media agar merupakan salah
satu cara pengujian patogen terbawa benih. Tujuan menggunakan media adalah
memberikan kondisi dan nutrisi yang optimum pada benih. Daya kecambah
benih lebih tinggi dibandingkan dengan kedua metode sebelumnya. Patogen
yang terdapat pada metode ini adalah sebagian besar kelompok Aspergillaceae,
Mucoraceae, dan Miselia Sterilia
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, PS. 2003. Penentuan kriteria kecambah normal yang berkorelasi dengan
vigor bibit tusam (Pinus merkursii Jungh et de Vriese) di persemaian.
Skripsi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 44 hal.
Bramasto, Y, T Suharti, R Kurniaty, Samuel RS dan B Budiman. 2006. Klasifikasi
kecambah normal untuk semai siap sapih hingga bibit siap tanam. Buletin
Teknologi Perbenihan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan
Perkebunan. Bogor. 461: 1 - 32.
Copeland & Mc Donald, 1997. Seed Testing and Practices. Michigan. Michigan
State University press. Hal. 60
Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek : Teknik
dan Prosedur Dasar Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Handajani, N.S. dan T. Purwoko. 2008. Aktivitas ekstrak rimpang lengkuas
(Alpinia galanga) terhadap pertumbuhan jamur Aspergillus spp. penghasil
aflatoksin dan Fusarium moniliforme. BIODIVERSITAS. 9(5): 161-164.
Kamil, J. 1979. Teknologi Benih. Departemen Agronomi. Fakultas Pertanian.
Universitas Andalas. Padang, Indonesia.
Kamil, J. 1980. Teknologi Benih I. Universitas Andalas. Angkasa Raya. Padang.
224 hal
Lay, W. 1992. Mikrobiologi . Rajawali Pers, Jakarta
Lim, D. 1998. Microbiology, 2nd
Edition. McGrow-hill book. New York.
Mardinus. 2003. Patologi Benih dan Jamur. Jakarta. Andalas Press
Muis, A., S. Pakki, dan A.H. Talanca. 2002. Inventarisasi dan identifikasi
cendawan yang menyerang biji jagung di Sulawesi Selatan. Hasil Penelitian
Hama dan Penyakit, Balitsereal, Maros. p. 21-30.
Nurdin, M. 2003. Inventarisasi Beberapa Mikroorganisme Terbawa benih Padi
yang Berasal dari Talang Padang, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Jurnal
penyakit Tumbuhan dan Tropika Vol 3(2):47-50)
Penn, C. 1991. Handling Laboratory Microorganism. Open University. Milton
Keynes, Philadelphia
Pradhika, E. I. 2008. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. http://ekmon-
saurus.blogspot.com/2008/11/bab-1-pengenalan-alat.html.Diakses tanggal
12 Oktober 2010.
Purbojati, L., Suwarno, C.F. 2006. Studi alternatif substrat kertas untuk pengujian
viabilitas benih dengan metode uji diatas kertas. Bogor. Buletin Agronomi
(34) (1) 55-61(2006)
Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. PT Grasindo. Jakarta. 144 hal.
Schmidt, L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan
Subtropis. Danida Forest Seed Centre
Schutless, F., K.F. Cardwell, and S. Gounou. 2002. The effect of endhophytic
Fusarium verticilliodes on investasion of two maize variety by lepidoptera
stemborer and coleoptera grain feeders. The American Phytophatologycal
Society.
Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia.
Gadjah Mada University press. Yogyakarta
Sutedjo, dkk. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta, Jakarta.
Sutherland, J.R.M. Diekmann and P. Berjark. 2002. Forest Tree Seed Health for
Germplash Conservation. IPGRI Technical Bulletin No.6
Sutjiati, M. dan M.S. Saenong. 2002. Infeksi cendawan Aspergillus sp. pada
beberapa varietas/galur jagung hibrida umur dalam. Proseding Seminar
Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI, PFI dan HPTI XV Sul-Sel. Maros, 29
Oktober 2002.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. PT. Radja Persada. Jakarta
Taufiq. 2004. Aplikasi Ekstrak Tumbuhan Untuk Perlakuan Benih Padi dan
kedelai. Medan. Usu Press
Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang