Post on 10-Aug-2015
description
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu ciri-ciri dari makhluk hidup adalah bernapas. Bernapas merupakan
proses penting yang menunjang aktivitas tubuh makhluk hidup. Bernapas atau disebut
juga dengan respirasi adalah proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran
karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh.Sistem pernapasan adalahsistem
yang berfungsi untuk mengabsorbsi oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dalam
tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan homeostasis.Pernapasan mencakup dua
proses yaitu pernapasan luar (eksterna) merupakan penyerapan O2 dan pengeluaran CO2
dari tubuh secarah keseluruhan, dan pernapasan dalam (interna) merupakan penggunaan
O2 dan pembentukan CO2 oleh sel – sel serta pertukaran gas (paru) dan sebuah pompa
ventilasi paru. Pernapasan dibagi menjadi dua, yaitu pernapasan dada dan pernapasan
perut. Pernapasan dada yaitu pernapasan yang melibatkan otot antar tulang rusuk.
Sedangkan pernapasan perut yaitu pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktivitas
otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada. Organ-organ
penyusun sistem pernapasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus dan alveoli.
Pada sistem pernapasan dapat juga terjadi gangguan atau kelainan. Kelainan dan
gangguan pada sistem pernapasan dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu terjadi gangguan
pada proses pengikatan oksigen dan kelainan pada saluran pernapasan sehingga
mengganggu aliran udara.
Dalam tubuh makhluk hidup juga terjadi proses pembuangan sisa-sisa
metabolisme , yang biasa dikenal dengan sistem ekskresi. Dan salah satu bagian dari
system ekskresi adalah system urinaria. Sistem Urinaria merupakan proses terjadinya
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh.
Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh akan larut dalam air dan dikeluarkan
berupa urine. Dan zat yang diperlukan tubuh akan beredar kembali kedalam tubuh
melalui pembuluh kapiler darah ginjal, masuk kedalam pembuluh darah dan selanjutnya
beredar ke seluruh tubuh.Sistem urinaria ini merupakan suatu rangkaian organ yang
terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria dan uretra.
1
1.2. Skenario
Bu Wahyu baru bekerja di PT Nusantara yang bergerak pada jasa pengiriman
barang. Pada awal bekerja, bu Wahhyu tidak mengeluh dengan pernafasannya, karena
masih dapat bernafas dengan santai, sehingga dapat merasakan udara masuk ke rongga
dada dan terasa pula udara keluar dengan mudah. Saat bekerja, Bu Wahyu menempati
ruangan dipenuhi beberapa orang pekerja, tertutup dan berdebu. Bu Wahyu merasakan
gangguan pernafasan sejak 2 minggu yang lalu, tetapi sejak 5 hari yang lalu mengalami
batuk yang tidak berkurang. Batuk yang dirasakan mula-mula tidak disertai dahak, tetapi
akhirnya berlanjut menjadi batuk berdahak. Saat ini Bu Wahyu, mengalami sesak napas
dan dia merasa badanya lemas dan sering berkemih. Dia terlihat pucat dan hasil
pemeriksaan darah di laboratorium menunjukan kadar Hb nya di bawah normal. Menurut
dokter keadaan ini dapat menyebabkan jaringan tubuh mengalami hypoxia.
1.3. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan scenario diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah, antara
lain sebagai berikut:
1.Bagaimana mekanisme sistem pernapasan?
2.Bagaimana proses pembentukan urin?
3.Bagaimana hubungan sistem pernapasan dengan sistem urinaria?
1.4. Tujuan Pembelajaran
Dari beberapa hal diatas, tujuan pembelajaran yang ingin kami capai, antara lain
sebagai berikut:
1. Menjelaskan sistem respirasi
2. Menjelaskan proses pembentukan urin
3. Menjelaskan hubungan antara sistem pernapasan dan sistem urinaria
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan dapat disebut juga dengan sistem respirasi yang berarti bernapas
kembali. Sistem ini berperan menyediakan O2 yang diambil dari atmosfer dan
mengeluarkan CO2 dari sel-sel (tubuh) menuju udara bebas. Proses bernapas berlangsung
dalam beberapa langkah dan berlangsung dengan dukungan sistem saraf pusat dan sistem
kardiovaskular. Pada dasarnya sistem pernapasan terdiri atas rangkaian saluran udara
yang menghantarkan udara luar agar dapat bersentuhan dengan membrane kapiler alveoli
yang memisahkan antara sistem pernapasan dan sistem kardiovaskular.
Organ-organ respiratori juga berfungsi dalam produksi wicara dan berperan dalam
keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh melawan benda asing dan pengaturan
hormonal tekanan darah. Respirasi melibatkan proses ventilasi pulmonal, respirasi
eksternal, respirasi internal dan respirasi selular. Adapun anatomi saluran pernapasan
terdiri dari rongga hidung dan nasal dimana membrane mukosa nasal berfungsi sebagai
penyaring partikel kecil, penghangatan dan pelembaban udara yang masuk, resepsi odor.
Faring, tabung muskular yang merentang dari bagian dasar tulang tengkorak sampai
esofagus. Faring terbagi menjadi nasofaring, orofaring dan laringofaring. Laring,
penghubung antara faring dan trachea. Laring adalah tabung pendek berbentuk seperti
kotak triangular dan ditopang oleh Sembilan kartilago, tiga berpasangan dan tiga tidak
berpasangan. Trakhea, tuba dengan panjang 10cm sampai 12cm dan diameter 2,5cm serta
terletak di atas permukaan anterior esofagus. Percabangan bronkus dan paru-paru.
Mekanisme pernapasan:
- Inspirasi
Diafragma, yaitu otot berbentuk kubah yang jika sedang relaks akan memipih
saat berkontraksi dan memperbesar rongga toraks ke arah inferior. Otot
interkostal ekternal mengangkat iga ke atas dan ke depan saat berkontraksi
sehingga memperbesar rongga toraks ke arah anterior dan superior. Dalam
pernapasan aktif atau pernapasan dalam, otot-otot sternokleidomastoid, pektoralis
mayor, serratus anterior dan otot skalena juga akan memperbesar rongga toraks.
- Ekspirasi
3
Pada ekspirasi dalam, otot interkostal internal menarik kerangka iga ke bawah
dan otot abdomen berkontraksi sehingga mendorong isi abdomen menekan
diafragma.
2.2. Sistem Urinaria
Sistem urinaria tersusun dari organ-organ yang memproduksi urine dan
mengeluarkannya dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sitem utama untuk
mempertahankan homeostasis (kekonstanan lingkungan internal). Komponen seistem
urinaria terdiri atas ginjal yang memproduksi urine; dua ureter yang membawa urine ke
dalam sebuah vesica urinaria untuk penampungan sementara; dan urethra yang
mengalirkan urine keluar tubuh melalui orifisium uretra eksterna. Fungsi ginjal adalah
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak,
mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, produksi hormon
erythropoietin yang membantu pembuatan sel darah merah, memproduksi hormon yang
mengontrol tekanan darah dan.memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat
toksis atau racun ginjal).
Ginjal berbentuk seperti buah kacang buncis pada beberapa spesies hewan
Mammalia. Paling luar diselubungi oleh jaringan ikat tipis yang disebut kapsula renalis.
Bagian ginjal yang membentuk cekungan disebut hilum. Pada hilum terdapat bundel
saraf, arteri renalis, vena renalis, dan ureter. Ginjal dapat dibedakan menjadi bagian
korteks yakni lapisan sebelah luar warnanya coklat agak terang dan medulla yaitu lapisan
sebelah dalam warnanya agak gelap. Pada korteks renalis banyak dijumpai corpusculum
renalis Malphigi, capsula Bowmani yang terpulas gelap, sedangkan pada medulla banyak
dijumpai loop of Henle.
Tahap Pembentukan Urine :
1. Filtrasi Glomerular
Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada glomerulus, seperti
kapiler tubuh lainnya, kapiler glumerulus secara relatif bersifat impermiabel
terhadap protein plasma yang besar dan cukup permabel terhadap air dan larutan
yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen.
Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood Flow) adalah sekitar 25% dari curah
jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar
125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman. Ini dikenal
dengan laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerular Filtration Rate). Gerakan
4
masuk ke kapsula bowman’s disebut filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari
perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula
bowman’s, tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus mempermudah
filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula
bowman’s serta tekanan osmotik koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak hanya
dipengaruhi oleh tekanan-tekanan koloid diatas namun juga oleh permeabilitas
dinding kapiler.
2. Reabsorpsi
Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu : non elektrolit,
elektrolit dan air. Setelah filtrasi langkah kedua adalah reabsorpsi selektif zat-zat
tersebut kembali lagi zat-zat yang sudah difiltrasi.
3. Sekresi
Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari aliran darah
melalui tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi yang disekresi tidak terjadi
secara alamiah dalam tubuh (misalnya penisilin). Substansi yang secara alamiah
terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion hidrogen. Pada
tubulus distalis, transfor aktif natrium sistem carier yang juga telibat dalam
sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular. Dalam hubungan ini, tiap kali
carier membawa natrium keluar dari cairan tubular, cariernya bisa hidrogen atau
ion kalium kedalam cairan tubular “perjalanannya kembali” jadi, untuk setiap
ion natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus disekresi dan
sebaliknya. Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada konsentrasi
cairan ekstratubular (CES) dari ion-ion ini (hidrogen dan kalium). Pengetahuan
tentang pertukaran kation dalam tubulus distalis ini membantu kita memahami
beberapa hubungan yang dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai contoh, kita
dapat mengerti mengapa bloker aldosteron dapat menyebabkan hiperkalemia
atau mengapa pada awalnya dapat terjadi penurunan kalium plasma ketika
asidosis berat dikoreksi secara theurapeutik.
2.3. Homeostasis
Homeostasis adalah suatu keadaan komposisi kimia dan fisiokimia yang konstan
pada medium internal organisme. Homeostasis merupakan manifestasi keberadaan
sejumlah faktor biologis yang konstan seperti indikasi kuantitatif, karakteristik suatu
organisma pada kondisi normal. Termasuk temperatur tubuh, tekanan osmotik pada
5
cairan, konsentrasi ion hidrogen, kandungan protein dan gula, konsentrasi ion dan ratio
ion-ion aktif yang berhubungan dengan biologis dan sebagainya. Keberadaan mineral
sebagai garam yang larut dalam medium sel, cairan interstitial, darah dan lymp, berperan
langsung maupun tidak langsung dalam menjaga parameter-parameter biologis dalam
keadaan konstan.
Homeostasis dipertahankan oleh berbagai proses pengaturan yang melibatkan
semua sistem organ tubuh melalui pengaturan keimbangan yang sangat halus namun
bersifat dinamis (dynamic steady state). Setpoint misalnya, tidak selalu sama, dan dapat
berubah bergantung dari kebutuhan saat itu. Irama biologi, seperti irama sirkadian
misalnya, merupakan contoh dari perubahan setpoint ini. Pengaturan juga tidak hanya
melalui umpan balik, tetapi dapat bersifat ke depan (feedforward control) yang
memungkinkan tubuh mengantisipasi perubahan yang akan datang. Bahkan besar respons
juga dapat dimodulasi melalui up-regulation atau down-regulation jumlah dan/atau
kinerja reseptor sel. Homeostasis ini pada dasarnya adalah untuk menstabilkan cairan di
sekitar sel-sel organisme multisel yaitu cairan ekstrasel (CES), yang merupakan interface
antara sel dan llingkungan luar.
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Mapping
3.2. Sistem Pernapasan
3.2.1. Faktor Pengendali Pernafasan
Terdapat dua faktor pengendali pernafasan, antara lain:
a. Kimia
Pusat pernapasan sangat peka terhadap reaksi alkali darah harus
dipertahankan
CO2 merupakan produk asam dari metabolisme merangsang pusat
pernapasan mengirim impuls saraf yg bekerja atas otot pernapasan
b. Pengendalian saraf
Pusat pernapasan
Medula oblongata yg mengeluarkan saraf eferen ke otot pernapasan
diantarkan oleh saraf frenikus ke diafragma
7
Sumsum impulsnya berjalan dr daerah toraks melalui saraf
interkostalis merangsang otot interkostalis kontraksi ritmik pada
otot diafragma & interkostalis.
Gambar 3.1 Pengendalian Saraf
3.2.2. Saluran Pernapasan
Saluran-saluran sebaga jalannya udara dalam sistem pernapasan terdiri dari:
1. Rongga hidung
Bermuara di vestibulum hidung. Rongga hidung dilapisi selaput lendir
yang banyak memiliki pembuluh darah. Terdapat pula bulu-bulu hidung,
untuk menyaring udara pernapasan. Lendir berguna untuk melembabkan
udara, dan konka untuk menghangatkan udara pernapasan. Di dalam
rongga hidung dan nasal terdapat :
a. Septum nasal , membagi hidung menjadi dua sisi , yaitu sisi kanan dan
sisi kiri rongga hidung.
b. Naris externalis dibatasi oleh kartilago nasal
Kartilago nasal lateral terletak dibawah jembatan hidung
Ala besar dan ala kecil kartilgo nasal terletak di bawah jembatan
hidung.
c. Tulang hidung (tulang nasal, tulang konka, tulang vomer)
8
Tulang nasal membentuk jembatan dan bagian superior kedua sisi
hidung. Vomer dan lempeng perpendicular tulang etmloid membentuk
bagian posterior septum nasal. Lantai rongga nasal adalah palatum
keras yang terbentuk dari tulang maksila dan palatinum. Pada rongga
hidung, bagian respiratori di lapisi epitel bertingkat silindris bersilia
dengan sel goblet. di bawah lamina basal terdapat kelenjar serosa dan
mukosa yang bermuara pada permukaan epitel. jaringan kavernosa
vaskuler terdapat ada bagian dalam mukosa respiratori. di bawah
membran basal terdapat lamina propia yang di sebut sel sel limfosit.
banyaknya pembuluh darah dalam jaringan kavernosa meghangatkan
atau memanaskan udara yang di hirup. Sekret kelenjar menjaga agar
permukaan tetap basah, lapisan mukosa melekat pada periosteum.
Kedua lapisan ini bersama disebut muko-periosteum.
2. Faring
Tabung muskularis berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian dasar
tulang tengkorak sampai esophagus. Faring terbagi menjadi :
a. Nasofaring
Bagian posterior rongga nasal dan menerima udara yang masuk dari
dua lubang hidung. bagian nasofaring ini ke arah rongga nasal melalui
dua naris interna ( koana ).
b. Orofaring
Merupakan perpanjangan palatum keras tulang dan terdapat tonsil
langit dan tonsil lidah. Orofaring dipisahkan dari nasofaring oleh
palatum lunak muscular, suatu perpanjangan palatum keras tulang.
c. Larigofaring
Merupakan gerbang sistem respirasi selanjutnya. Laringofaring
mengelilingi mulut esophagus dan laringnyang merupakan gerbang
untuk sistem respiratorik selanjutnya.
3. Laring
Disebut juga kotak suara yang menghubungkan faring dengan trakea.
Laring tersusun atas tulang rawan yang berupa lempengan yang
membentuk jakun. Dan diatas laring ada katub epiglotis. Laring adalah
tempat pembentukan suara dan melindungi jalan napas terhadap
masuknya makanan dan cairan. Di laring ini, terdapat bulu-bulu getar
9
untuk menyaring debu dan kotoran. Kartilago dalam laring dibagi
menjadi :
a. Kartilago tidak berpasangan
Kartilago tiroid terletak di bagian proksimal kelenjar timus.
Biasanya berukuran lebih besar dan lebih menonjol pada laki – laki
akibat hormon yang disekresi saat pubertas.
Kartilago krikoid adalah cincin anterior yang lebih kecil dan lebih
tebal, terletak di bawah kartilago tiroid.
Epiglotis adalah katup kartilago elastis melekat pada tepian
anterior kartilago tiroid.
b. Kartilago berpasangan
Kartilago aritenoid terletak diatas dan di kedua sisi kartilago
krikoid.
Kartilago kornikulata melekat pada bagian ujung kartilago
aritenoid.
Kartilago kuneiform berupa batang – batang kecil yang membantu
menopang jaringan lunak.
c. Dua pasang lipatan lateral membagi rongga laring
Pasangan bagian atas adalah lipatan ventrikular yang tidak
berfungsi saat produksi suara.
Pasangan bagian bawah adalah pita suara sejati yang melekat pada
kartilago tiroid dan kartilago aritenoid serta kartilago krikoid.
4. Trakea
Adalah batang tenggorokan berbentuk pipa dengan panjang 10 cm
sampai dengan 12 cm dan berdiameter 2,5 cm serta terletak di atas
permukaan anterior esophagus. Trakea terdiri dari 16-20 cincin kartilago
tulang-tulang rawan.
5. Bronkus
Merupakan percabangan trakea. Kedua cabang utama dari trakea disebut
bronki primer atau bronki utama, memasuki hilus paru dan sambil
berjalan ke bawah dan luar, bercabang menjadi bronki lobar. Paru kiri
terdiri atas lobus atas dan bawah, sedangkan paru kanan terdiri atas lobus
atas, tengah, dan bawah. Jadi, terdapat dua bronki lobar di kiri dan tiga
bronki lobar di kanan. Selanjutnya cabang dari bronki lobar disebut
10
bronki segmental. Pada paru kiri terdapat lima segmen pada lobus atas
dan lima segmen pada lobus bawah. Sedangkan pada paru kanan terdapat
tiga segmen dalam lobus atas, dua dalam lobus tengah, dan lima dalam
lobus bawah. Bronki segmental bercabang lagi menjadi bronki
subsegmental.
6. Bronkiolus
Merupakan percabangan bronkus. Bronkiolus sudah berada dalam organ
paru-paru.
7. Alveolus
Merupakan kantung berdinding tipisyang mengandng udara dan tempat
pertukaran gas.
3.2.3. Histologi Saluran Pernapasan
Pada saluran pernapasan, berbagai jalurnya diselubungi atau dilapisi oleh
sel-sel epitel. Sel-sel itu terdiri dari :
1. Supporting cell/sutentacular cells/sel penyangga
Bentuk silindris tinggi, apex lebar, basis sempit
Inti ovoid, mempunyai striated border
Butir pigmen lipofuchsin berwarna kuning kecoklatan.
2. Sel basal
Berbentuk konical kecil, inti ovoid & gelap
Terletak dibasal antara pangkal-pangkal supporting cell
Mempunyai tonjolan sitoplasma yang bercabang
Sel berfungsi sebagai cadangan yang dapat berdiferensiasi menjadi
sel penyangga
3. Sel Pembau
Berbentuk spindle terletak diantara sel penyangga.
Merupakan sel saraf bipolar dengan inti bulat dan sitoplasmanya
mempunyai tonjolan ke permukaan yang merupakan
dendrit/neurofibril dengan ujung membulat (bulb like) disebut
Olfactory vesicle atau vesicular olfactoria yang mempunyai rambut
halus 10 helai yang disebut olfactory hairs dan berfungsi penerima
rangsang bau.
11
Didalam lamina propria akson-akson menyatu membentuk berkas
kecil yang disebut Fila olfactoria yang kearah superior menembus
area cribosa ossa ethmoidalis.
Diantara sel-sel penyanga dibawah permukaan didapatkan juga
akhiran-akhiran bebas saraf-saraf yang merupakan reseptor-reseptor
untuk rangsangan bukan bau.
Didalam lamina propria didapatkan pembuluh limfa dan plexus
venosus.
Pembuluh limfa berhubungan dengan cavitas subarachnoidea melalui
kapiler-kapiler yang berjalan bersama dengan fila olfactoria.
Pada epitel olfactoria ini dalam lamina propria didapatkan kelenjar
serous yang berbentuk tubulo-acinous bercabang-cabang, disebut
kelenjar-kelenjar dari Bowman.
Kelenjar-kelenjar Bowman ini menghasilkan sekret yang cair,
dialirkan kearah permukaan melewati saluran-saluran yang sempit.
Sekret ini berguna untuk melembabkan permukaan, melarutkan
bahan-bahan pembentuk bau, membilas kembali cairan permukaan
sehingga mencegah terjadinya rangsangan terus-menerus oleh suatu
bau tunggal.
3.2.4. Kontrol Pernapasan
Otot pernapasan merupakan otot rangka, sehingga memerlukan rangsangan
saraf agar berkontraksi. Kontrol saraf atas pernapasan melibatkan 3 komponen
terpisah yaitu :
1. Faktor yang bertanggung jawab menghasilkan irama inspirasi / ekspirasi
bergantian
2. Faktor yang mengatur kekuatan ventilasi sesuai kebutuhan tubuh
3. Faktor yang memodifikasi aktivitas pernapasan untuk tujuan lain
Pola bernapas ritmik ditentukan oleh pusat pernapasan di batang otak (pons
& medula).
Pusat pernapasan di medula terdiri dari 2 kelompok neuron :
1. DRG (Dorsal Respiratory Group)
12
Terdiri dari neuron inspirasi yang memperlihatkan aktivitas pemacu dan
secara repetitive menghasilkan potensial aksi spontan. DRG sebagai
penentu irama dasar ventilasi.
2. VRG (Ventral Respiratory Group)
Terdiri dari neuron inspirasi dan ekspirasi yang tetap inaktif selama
bernapas tenang. VRG diaktifkan oleh DRG sebagai mekanisme
overdrive selama periode tertentu. VRG penting pada ekspirasi aktif.
Pusat-pusat di Pons yaitu :
a. Pneumotaksik :
Mengirim impuls ke DRG yang membantu switch off neuron inspirasi
sehingga durasi inspirasi dibatasi
b. Apnustik
Mencegah neuron inspirasi dari proses switch off sehingga menambah
dorongan inspirasi Pusat Pneumotaksik lebih dominan.
- Apabila tidal volume besar (> 1 liter), Refleks Hering-Breuer. dipicu
untuk mencegah pengembangan paru berlebihan.
Pusat pernapasan di batang otak dipengaruhi oleh rangsang kimia & non-
kimia:
1. Rangsang Kimia
Kemoreseptor perifer: glomus karotikum & glomus aortikum = peka
terhadap peningkatan PCO2 & penurunan PO2/pH darah. Kemoreseptor
sentral: di bagian ventral medula Oblongata dekat pusat respirasi = peka
terhadap peningkatan kadar ion H (penurunan pH) dalam cairan otak
2. Rangsang non-kimia
a. Korteks serebri: menahan napas/ hiperventilasi
b. Sistem limbik & hipotalamus: rangsang nyeri & emosi
c. Proprioseptor di otot, tendo & sendi: gerakan sendi
d. Baroresptor di sinus karotikus, arkus aorta, & atrium
e. Suhu: suhu ventilasi
f. Hormon epinefrin/ rangsang simpatisventilasi
g. Iritasi mukosa sal pernapasan: refleks bersin, pola napas berubah
h. Peregangan jaringan paru: refleks Hering-Breuer
13
Gambar 3.2 Pusat Pernapasan
3.2.5. Volume dan Kapasitas Paru
Macam volume udara dalam paru, antara lain:
a. Volume tidal (VT) adalah volume udara yang masuk dan keluar paru-
paru selama ventilasi normal biasa. Besarnya 500 ml.
b. Volume cadangan inspirasi (VCI) adalah volume udara ekstra masuk ke
paru- paru dengan inspirasi maksimum di atas inspirasi tidal. Besarnya
3000 ml.
c. Volume cadangan ekspirasi (VCE) adalah volume ekstra udara yang
dapat dengan kuat dikeluarkan pada akhir ekspirasi tidak normal.
Besarnya 1000 ml.
d. Volume residual (VR) adalah volume udara sisa dalam paru- paru setelah
melakukan ekspirasi kuat. Besarnya 1200 ml pada laki- laki dan pada
perempuan 1000 m.
Macam kapasitas dalam paru, antara lain:
a. Kapasitas residual fungsional (KRF) adalah penambahan volume residual
dan volume cadangan ekspirasi (KRF = VR+VCE). Nilai rata- ratanya
2.200 ml.
b. Kapasitas inspirasi (KI) adalah penambahan volume tidal dan volume
cadangan inspirasi (KI= VT+VCI). Nilai rata- ratanya adalah 3.500 ml.
14
c. Kapasitas vital (KV) adalah penambahan volume tidal , volume cadangan
inspirasi, dan volume cadangan ekspirasi (KT= VT+VCI+VCE). Nilai
rata- ratanya 4.500 ml.
d. Kapasitas total paru (KTP) adalah jumlah total udara yang dapat
ditampung dalam paru- paru dan sama dengan kapasitas vital ditambah
volume residual (KTP= KV+VR). Nilai rata- ratanya adalah 5.700 ml.
3.3. Sistem Urinaria
Sistem urinaria membantu mempertahankan homeostatis (keseimbangan) dengan
cara mengatur keseimbangan air dan mengeluarkan zat-zat yang merugikan dari darah.
Ginjal berperan dalam proses pembentukan urin yang terjadi melalui serangkaian
proses, yaitu: penyaringan, penyerapan kembali dan augmentasi.
Filtrasi, Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang terjadi
di kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori (podosit), tekanan dan
permeabilitas yang tinggi pada glomerulus mempermudah proses penyaringan.
Selain penyaringan, di glomelurus juga terjadi penyerapan kembali sel-sel darah,
keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil yang terlarut di
dalam plasma darah, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat
dan urea dapat melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di
glomerulus disebut filtrat glomerolus atau urin primer, mengandung asam amino,
glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya
Penyerapan kembali (reabsorbsi), bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam
urin pimer akan diserap kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus
kontortus distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea. Meresapnya zat pada tubulus
ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan
air melalui peristiwa osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus
distal.
Substansi yang masih diperlukan seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke
darah. Zat amonia, obat-obatan seperti penisilin, kelebihan garam dan bahan lain pada
filtrat dikeluarkan bersama urin. Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan
menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi.
Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya
urea.
15
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di
tubulus kontortus distal. Dari tubulus-tububulus ginjal, urin akan menuju rongga ginjal,
selanjutnya menuju kantong kemih melalui saluran ginjal. Jika kantong kemih telah
penuh terisi urin, dinding kantong kemih akan tertekan sehingga timbul rasa ingin buang
air kecil. Urin akan keluar melalui uretra.
Komposisi urin yang dikeluarkan melalui uretra adalah air, garam, urea dan sisa
substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada
urin.
Gambar 3.3 Proses Pembentukan Urin
16
BAB IV
KESIMPULAN
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat kami tarik kesimpulan bahwa sistem
pernapasan adalah sistem yang menyediakan O2 yang diambil dari atmosfer dan
mengeluarkan CO2 ke luar tubuh. Sistem ini bertujuan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup manusia, dimana sistem ini berperan mempertahankan keseimbangan
asam basa dan homeostasis. Sistem ekskresi adalah sistem pembuangan zat sisa hasil
metabolisme. Ginjal merupakan salah satu alat ekskresi, sistem ekskresi pada ginjal
disebut sistem urinaria. Ginjal berfungsi dalam mekanisme penjaga homeostasis dimana
mengatur keseimbangan asam basa dengan mengekskresikan urin yang asam atau basa .
Maka apabila terjadi gangguan pada sistem pernapasan, sistem ekskresi akan bekerja
untuk menunjang terjadinya homeostasis.
17
DAFTAR PUSTAKA
Davis, G.K. and W. Mertz. 1987. Copper. p. 301− 364. In W. Mertz (Ed.) Trace Elements
in Human and Animal Nutrition. Academic Press, Inc. San Diego, CA.
Fawcett, & Bloom. 2002. Buku Ajar Histologi. Jakarta : EGC
Guyton, 1994.,Pernapasan, “Pengangkutan Oksigen dan Karbondioksida di dalam Darah
dan Cairan Tubuh,Pengaturan Pernapasan”, hal: 181-207 , Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran, ed.7, Bag.II, Cet.I., , Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. Buku Ajar Asuhan Keperawatanklien Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta ; Salemba Medika
Kuntarti. 2012. Fisiologi Sistem Pernafasan. Available from URL :
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/ec14324e2d850338ac6892cc86ffd0e0
4d6d9af.pdf.
Pack, Philip E. 2007. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EGC
Pearce, Evelyn C. 1995. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis., Jakarta : Gramedia.
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.
Wibowo, Daniel S. 2005. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta : PT Grasindo.
18