Post on 08-Jul-2015
description
Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa II
Dosen : Harudin S.Kep. Ns.
ANALISA PROSES INTERAKSI
O L E H :
KELOMPOK I :
HELMIWATY
M. YASIR L
ARNISYANTI
RIJAL ZAHROMI
WD. SITI NURJAYA
CICI NOVIKANA
WD.JUNIANTI
A3.Keperawatan
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA
KENDARI
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur patut kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehigga makalah ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya.
Didalam makalah ini penulis membahas tentang ‘Analisia Proses Interaksi”” Penulis
menggunakan beberapa literature sebagai panduan kami dalam menyusun makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami selaku penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi meningkatkan mutu dan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
kami berikutnya.
Kendari, Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang……………………………………………………………...……. 1
B.Rumusan Masalah…………………………………………………………......... 1
C.Tujuan…………………………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian analisa proses interaksi..................................................................
3
B. Tujuan analisa proses interaksi…………………………………………………
3
C. Pendokumentasian analisa proses interaksi…………………………………………....
3
D. Fase-fase komunikasi………………………………………………………………………………….
5
E. Variabel analisa proses interaksi ………………………………………………..................... ………..
13
BAB III PUNUTUP
A.Kesimpulan……………………….…………………………………………….. 16
B.Saran……………………………………………………………………............. 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keperawatn jiwa merupakan suatu bidang spesialisasi praktik keperawatn jiwa yang
menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri secara terapeutik
sebagai kiatnya. Praktik keperatan jiwa terjadi dalam konteks social dan lingkungan.Perwat
jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu-ilmu psikososial, biofisik, teori-teori kepribadian
dan prilaku manusia untuk menurunkan suatu kerangka kerja teoritik yang menjadi landasan
praktik keperawatn
Perlunya komunikasi terapeutik sebagai dasar yang digunakan untuk membentuk
hubungan antara perawat dank lien.Komunikasi ini adalah modalitas utama pada keperawatn
psikiatrik.Untuk menjadi komunikator yang efektif, perawat harus menyadari pesan
nonverbal klien sebagaimana menyadari pesan verbal. Kemampuan berfokus baik pada isi
maupun konteks pesan membuat perawat dapat membantu klien berbicara secara terbuka
mengenai perasaan mereka.
Dalam semua interksi, klien harus dapat mempercayai perawat dan merasa aman serta
dihargai ketika pikiran yang ada di dalam diri, emosi, dan masalh pribadinya diungkap dan
dipaparkan.Dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh perawat terhadap klien perlu adanya
pendokumentasian kumunikasi terapeutik tersebut.
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan maslah dalm makalh ini yaitu ‘
a) Apa yang dimaksud dengan analisa proses interaksi ?
b) Apa tujuan analisa proses interaksi ?
c) Bagaimana Pendokumentasian Analisa Proses Interaksi ?
d) Bagaimana Fase-Fase Komunikasi ?
e) Bagaimana variabel Analisa Proses Interksi ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain :
a) Untuk mengetahui pegertian API
b) Untuk mengetahui tujuan API
c) Untuk mengetahui bagaimana Pendokumentasian Analisa Proses Interaksi
d) Untuk mengetahui Fase-Fase Komunikasi
e) Untuk mengetahui variabel API
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian API
Analisa proses interaksi (API) (the interactional process analysis) merupakan alat
kerja yang dipakai perawat (mahasiswa ) untuk memahami interaksi yang terjadi antara
perawat dan klien.
Analisa proses interaksi merupakan analisa mendalam yang dilakukan perawat
terhadap interaksi yang terjadi antara perawat dengan klien
Analisa proses interpersonal ialah suatu cara mencatat komunikasi terapeutik
antara perawat dan klien. Komponennya adalah tujuan, faktor perkembangan, interaksi
antara perawat dan klien, interpretasi (rasional teknik) pikiran, perasaan, dan kebutuhan.
B. Tujuan Analisa Proses Interaksi
1. Meningkatkan kemampuan mendengar
2. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi
3. Memberi dasar belajar artinya berupa alat untuk mengkaji kemampuan
( mahasiswa ) dalam berinteraksi dengan klien, dan data bagi
CI/supervisior/pembibimbing untuk memberi arahan
4. Meningkatkan kepekaan perawat terhadap kebutuhan klien, serta mempermudah
perkembangan dan perubahan pendekatan perawat
5. Membantu perwat merencanakan tindakan keperawatan
C. Pendokumentasian Analisa Proses Interaksi
Komunikasi terapiutik terjadi antara dua individu, perawat dan klien, dan
menggambarkan kepribadian masing-masing individu. Analisis proses interpersonal
(API) mempertimbangkan bukan hanya pikiran dan perasaan klien, tetapi juga perasaan
dan pikiran perawat ( kesadaran diri perawat ) . tujuan (API) adalah mendokumentasikan
komunikasi dengan klien untuk mengkaji perilaku, pikiran, perasaan dan kebutuhan klien
serta mendokumentasikan kesadaran diri perawat. Alat ini membantu perawat
menentukan tujuan dari interaksi yang berpusat pada klien. Beberapa dari tujuan proses
keperawatan, yang hasil akhirnya adalah klien yang dapat menyelesaikan masalah, tujuan
(API) bersifat jangka pendek,yang di capai hanya terkait dengan komunikasi spesifik
tersebut. Tujuan di nyatakan dengan istilah yang dapat di ukur, menggunakan kata kerja
tindakan masalahnya Tn.anderson akan menyatakan kekhawatiran tentang tanggung
jawab membesarkan cucunya.
API memiliki awal, pertengahan dan akhir. Tahap awal ( orientasi ) meliputi pertanyaan
terbuka yang di gunakan perawat untuk mendorong klien memilih topik, dan identifikasi
tujuan. Tahap pertengahan (kerja) menggambarkan penggunaan teknik komunikasi
terapiutik fokus untuk memperoleh gambaran komperehensif tentang situasi dan pikiran,
kebutuhan dan hubungan yang terkait. Tahap akhir meliputi terminasi sementara atau
terminasi akhir dalam hubungan perawat klien .
Halaman Sampul
Beberapa format dapat digunakan untuk mencatat komunikasi terapeutik
antara perawat dan klien .Format berikut membuat komponen komunikasi
terapeutik yang paling penting untuk dicatat.Saat mahasiswa perawat menguasai
keterampilan komunikasi terapeutik, komponen tersebut menjadi daftar periksa
dalam pikiran saat proses interpersonal berlangsung. Pada saat ini, dokumentasi
tertulis dalam format berikut membantu mahasiswa mengembangkan kerangka
kerja dalam melaksanakan intervensi keperawatan vital ini.
Kerangka kerja tertulis API dimulai denagan halaman sampul yang
memuat tujuan interaksi yang berpusat pada klien, ahli teori perkembangan yang
perawat pilih untuk menjelaskan ststus perkembangan klien, serta pengkajian
tahap perkembangan klien.
Interaksi dan Interpretasi
Interaksi antara klien dan perawat di catat sedapat mungkin mendekati
verbatim (kata-kata dalam interaksi tersebut) dan mencakup komunikasi proses
nonverbal. Sesi praktik antara dua mahasiswa perawat 9satu mahasiswa berperan
sebagai perawat dan yang lain berperan sebagai klien) dapat di rekam di vidio
sehingga transkripsi verbatim dapat di tulis. Upaya ini memungkinkan perawat
mengkaji keberhasilannya dalam mendengar aktif, memerhatikan isyarat,
menetapkan tujuan yang berpusat pada klien dan tujuan yang diidentifikasi klien,
menggunakan teknik pertanyaanterfokus secara cermat untuk mengumpulkan data
data yang mendalam dari klien, mengidentifikasi persepsi klien tentang insiden
daari awal sampai akhir, dan mengkaji hubungan antara partisipan, serta memandu
klien dalam menghasilkan solusi. Merekam dividio juga memungkinkan
mahasiswa juga melihat perilaku nonverbal yang membantu dan menghambat
proses komunikasi terapiutik.
Perawat menganalisis dan menginterprestasi setiap interaksi perawat klien.
Perawat mengidentifikasi teknik komunikasi terapiutik khusus yang digunakan,
rasional menggunakan teknik tersebut, pikiran dan perasaan tentang dirinya
sendiri dan klien pada waktu tersebut secara tepat, dan kebutuhannya sendiri
selama interaksi, apabila intervensi yang dilakukan tidak terapeutik, perawat akan
mengidentifikasi secara jelas intervensi yang lebih terapiutik . gambaran tentang
interaksi meliputi pesan verbal dan nonverbal perawat dan klien serta informasi
yang relevan tentang lingkungan, seperti suara, panas, cahaya, keberadaan orang
lain, dan posisi setiap orang.
Evaluasi
API diakhiri dengan evaluasi diri perawat.Ada juga alat evaluasi rekan
sejawat yang dapt digunakan untuk mengkaji API mahasiswa lain yang direkam di
video.Kedua alat ini membantu mahasiswa mengidentifikasi area perkembangan
keterampilan komunikasi terapeutik dan area yang membutuhkan lebih banyak
praktik.
D. Fase-Fase Komunikasi
a. Tahap Preinteraksi
Merupakan tahap di mana perawat akan bertemu dengan klien.
• Tugas Perawat pada tahap preinteraksi
1. Mendapatkan informasi ttg klien (dari medical record atau sumber lainnya)
2. Mencari literatur yg berkaitan dengan masalah yang di alami klien
3. Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri
4. Menganalisa kekuatan dan dan kelemahan profesional diri
5. Membuat rencana pertemuan dengan klien:
- Tipe spesifik data yang akan dicari
- Metode yg tepat untuk wawancara
- Seting ruang/waktu yg tepat
b. Tahap Orientasi
Merupakan tahap di mana perawat pertama kali bertemu dengan klien
• Tugas perawat pada tahap Orientasi
1. Membangun iklim percaya, memahami penerimaan dan komunikasi terbuka
2. Memformulasikan kontrak dengan klien
Tugas perawat dalam tahap ini adalah melakukan kontrak dengan klien.
Komponen Kontrak dg Klien
• Nama perawat atau klien
• Peran yang diharapkan dari perawat dan klien
• Tanggung jawab dari perawat dan klien
• Tujuan
• Kerahasiaan
• Harapan
• Topik
• Waktu dilakukannya interaksi.
c. Tahap Kerja
Merupakan tahap dimana perawat memulai kegiatan
Tugas perawat pada saat ini adalah melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan
pada tahap prainteraksi.
d. Tahap Terminasi
Merupakan tahap di mana perawat akan menghentikan interaksinya dg klien
Tahap ini bisa merupakan tahap terminasi sementara maupun akhir.
Tugas perawat pada tahap terminasi
1. Mengevaluasi kegiatan kerja yang telah dilakukan baik secara kognitif,
psikomotor, maupun afektif
2. Merencanakan tindak lanjut dg klien
3. Melakukan kontrak
4. Mengakhiri terminasi dg cara yang baik
Berikut ini beberapa terapi yang dapat digunakan oleh perawat :
Terapi modalitas
1. Terapi Individual
Terapi individual adalah pembentukan hubungan yang terstruktur
antara perawat klien untuk mencapai perubahan pada diri klien.perawat
dan klien secara bersama-sama merumuskan tujuan dan saling menentukan
komponen-komponen praktis dari hubungan terapi, seperti penjadwalan
dan pembiayaan.
Dalam fase kerja, klien menjadi lebih terlibat dalam eksplorasi diri.
Dalam fase ini perwat bekerja dengan isi (cerita ) dan proses ataw
( perasaan ) yang di kaitkan dengan penderitaan pasien.
Fase terminasi terjadi saat klien dan perawat menentukan bahwa penutup
dari suatu hubungan telah tepat.biasanya kedua pihak setuju bahwa
masalah yang mengawali hubungan terapeutik sudah lebih dapat di tangani
dari sudut pandang klien dan bahwa tujuan khusus yang di buat sudah
tercapai.klien mulai merasa dirinya lebih baik dan sering melaporkan
peningkatan dalam fungsi diri, sosial, atau pekerjaan. Tujuan utama terapi ,
seperti pengurangan distres emosional, perubahan perilaku yang tidak
baik, peningkatan pertumbuhan dan pekerkembangan klien, serta
peningkatan kepuasan hidup, telah terpenuh
2. Terapi milieu (lingkungan sosisal)
Dalam terapi milieu, perawat menggunakan semua aspek
lingkungan rumah sakit dalam sebuah cara terapeutik. Secara spesifik,
perawat menciptakan kesempatan untuk perubahanpertumbumbuhan dan
perilaku dengan berfokus pada nilai terpeutik dari setiap aktivitas dan
interaksi. Contoh dari menciptakan sebuah lingkungan yang membuat
klien menerima dukunkungan, pengertian, dan kesempatan untuk
berkembang sebagai pribadi yang bertanggung jawab adalah pertemuan
komunitas, latihan fisik, dan aktifitas kelompok lainnya. Klien terpajan
pada peraturan-peraturan, harapan-harapan unit, tekanan dari rekan
sebaya, dan interaksi sosial. Perawat mendorong komunikasi dan
pembuatan keputusan, serta menyediakan kesempatan untuk
meningkatkan harga diri dan mempelajari keterampilanserta perilaku yang
baru. Dengan berpartisipasinya dalam terapi milieu, dan keterampilan
sosia serta emosional yang di butuhkan untuk berinteraksi dengan orang
lain. Tujuan terapi ini adalah memampukan klien untuk hidup di luar
lingkungan institusi, melalui perolehan kemampuan yang penting untuk
kelancaran transisi ke dalam komunitas.
3. Intervensi krisis
Intervensi krisis adalah suatu proses terapi jangka pendek yanf
sistematis, yang di dalamnya perawat bekerja sama dengan klien, keluarga,
atau kelompok yang mengalami situasi sangat berat atu tak
tertahankan.krisis pada klien dapat berupa krisis perkembangan maupun
krisis situasional. Krisis tersebut biasanya dapat mereda sendiri, umumnya
berlangsung selama 4 sampai 6 minggu.sebuah krisis dapat berhasil diatas
jika klien kembali ketingkat fungsi yang sama atau lebih tinggi dari tingkat
fungsi sebelum krisis.hasil yang biasa dicapai klien mungkin berupa
peningkatan rasa kompetensi diri, identifikasi kemungkinan untuk tumbu,
atau pengembagan rencana masa depan, yang mungkin memerlukan akses
ke terapi jangka panjang atau jangka pendek atau bahkan hospitalisai.
4. Terapi biologis
Terapi biologis didasarkan pada model medis yang memandang
gangguan emosional dan perilaku sebagai suatu gangguan yang spesifik
atau penyakit. Contoh terapi biologis adalah obat-obatan psikoaktif,
intervensi nutrisi, fototerapi, terapi elektronvulsif, dan psichosurgery
( terapi gangguan jiwa dengan membesah otak) .
5. Terapi kognitf
Terapi kognitif menggunakan beberapa strategi untuk
memodifikasi keyakinan dan sikap yang memengaruhi perasaan dan
perilaku klien. Ketika seseorang mempunyai pandangan negatif terhadap
diri sendiri, dunia, dan masa depan mereka, mereka cenderung mengolah
keyakinan yang tidak masuk akal tengtang kemampuan mereka dan
hubungannya dengan orang lain. Untuk mengatasi masalah klien dari
perspektif kognitif, perawat secara aktif dan langsung membantu klien
mempertimbangkan kembali stresor, dan mnengidentifikasi pola pemikiran
dan keyakinan yang tidak akurat. Intervensi dasar meliputi pengajaran
subtitusi/penggantian pikiran, penyelesaian masalah, dan cara
memodifikasi percakapan diri sendiri yang negatif, mulai bermain peran
dan mencontohkan strategi koping.
6. Terapi keluarga
Dalam terapi keluarga, seluruh keluarga disertakan sebagai unit
penanganan. Semua masalah dalam keluarga dipandang dari sebuah sudut
pandang yang mengungkapkan bagaimana masing-masing anggota
keluarga berkontribusi terhadap masalah yang dialami. Dalam bekeja
dengan keluarga, perawat melalui tiga fase hubungan terapeutik. Fase
pertama, yanag dinamakan periode kesepakatan oleh terapis keluarga,
ditandai dengan terbentuknya hubungan antara anggota keluarga dan
terapis. Pada titik ini, isi diidentifikasi dan tujuan ditetapkan. Fase kedua,
natau fase kerja, terdiri dari pengubahan pola interaksi, peningkatan
individu, dan penggalian cara-cara baru dalam berprilaku. Anggota
keluaarga diikutsertakan dalam mengklarifikasi batasan, peraturan dan
harapan. Pada fase terminasi, keluarga melihat kembali proses yang dibuat
dalam mencapai tujuan, cara-cara untuk mengatasi isu-isu yang timbul
kembali dan mempertahankan asuhan yang berkesinambungan.
Tujuan utama dari terapi adalah meningkatkan fungsi keluarga.
Tehnik yang sering kali diguakan meliputi perumusan gejala,
pembentukan kembali perilaku, dan pemberian tugas pekerjaan tugas.
Dalam merumuskan gejala, komunikasi paradoks digunakan untuk
mengubah peerilaku yang tidak dapat diterima menghilang ketika perilaku
menjadi tindakan yang disengaja. Untuk membentuk kembali perilaku
adalah dengan memberi label kembali perilaku tersebut dengan cara
menekankan aspek-aspek situasi yang positif.
7. Terapi kelompok
Pada metode penanganan ini, seorang perawat spesialis yang
menjadi terapis dan enam sampai delapan orang bertemu secara teratur
dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan
hubungan interpersonal dan mengubah pola perilaku yang maladaptif.
Dalam seting kelompok, perawat terapis menyarankan berbagai
alternatif caara untuk mengatasi situasi penuh stres. Klien mempelajari
bagaimana mempelajari bagaimana membuat ekspresi perasaan yang
sesuai dan menggali cara-cara untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perubahan pribadi. Dengan pengalaman dalam kelompok, klien dapat
mengembangkan strategi koping yang baru dan memperkuat keterampilan
mereka dalam pemecahan masalah.
Proses kelompok secara khas terjadi dalam tiga tahap. Pada tahap
permulaan, yaitu periodde orientasi, para anggota diorientasikan pada apa
yang diperlukan dalam terapi. Tahap kedua, yaitu fase kerja, dicirikan
dengan beberapa konflik yang dihubungkan dengan otnomi dan kendali.
Terapis membantu klien mengeksplorasi isu-isu dan berfokus pada kondisi
yang ada di sini dan saat ini. Dukungan di berikan kepada anggota pada
saat mereka mberjuang mengatasi konflik yang terkait dengan keintiman,
kerja sama dan produktifitas.pada tahap ketiga, atau tahap terminasi,
kelompok dihubungkan dan dilibatkan dalam interaksi ini memberikan
umpan balik, dukungan, dan toleransi terhadap perbedaan-perbedaan;
interaksi ini juga menguatkan penyelesaian masalah.
Beberapa tehnik yang digunakan dalam terapi kelompok serupa
dengan tehnik yang digunakan dalam terapi individual, dengan modifikasi
berdasarkan pada tipe klien dan orientasi teoritis yang digunakan dalm
terapis.
8. Hipnosis
Hipnosis digunakan untuk menginduksi relaksasi yang mendalam
dengan mengubah kesadaran klien. Hasil induksi hipnotik adalah kondisi
trancelike, yang membuat klien mengungkapkan ingatan, asosiasi mental,
konsentrasi mereka untuk mengungkapkan kejadian-kejadian besar dalam
kehidupan dan pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan tingkat
distres mereka saat ini. Hipnosis dapat dilaksanakan oleh perawat terapis
yang telah dididk dalam hipnoterapi klinis. Tujuan utama hipnosis adalah
membuat klien relaks, merumuskan pandangan yang berbeda mengenai
beberapa masalah, mengungkapkan perasaan dan pikiran yang ditekan,
serta memfasilitasi perubahan perilaku.
9. Terapi bermain
Terapi bermain memungkinkan anak-anak untuk mengekspresikan
perasaan dan perhatiannya melalui aktivitas bermain yang merupakan
“bahasa di masa kanak-kanak”. Premis dari terapi bermain ini adalah
bahwa anak-anak berkomunikasi lebih baikmelalui permainan dari pada
dengan kemapuan verbal mereka. Dengan terapi bermain, perawat terapis
dapat mengkaji tingkat perkembangan dan status emosional anak,
membuat hipotesa-hipotesa diagnostik, dan menegakkan intervensi
terapeutik. Pada tahun 1947, Dr Virginia Axline menyusun pedoman
mengenai prinsip-prinsip terapi bermain. Ia menganjurkan terapis untuk
mengembangkan hubungan hangat dengan setiap anak dan mengikuti
keinginan anak selama sesi bermain. supaya terapi ini efektif, terapi harus
dapat mereflesikan perasaan-perasaan anak dan percaya pada kemampuan
anak untuk menyelesaikan masalah. Refleksi memberikan umpan balik
kepada anak tentang apa yang sedang terjadi dalam permainan tersebut.
Saat hubungan terjalin, terapis membuat iterpretasi daari perilaku anak.
Satu-satunya keterbatasan yang ada selama terapi bermain adalah
bagaimana memelihara rasa aman, pengamanan, dan realitas pada anak-
anak.
10. Terapi perilaku
Terapi perilaku didasarkan pada premis bahwa kaerena perilaku itu
dipelajari, perilaku sehat dapat dipelajari dan menggantikan perilaku
yaang tidak sehat. Perawat terapis bekerja dengan klien untuk
mengindentifikasi masalah dan menentukan tujuan tertentu sebagai fokus
dari perawatan. Intervensi didasarkan pada prinsip-prinsip pengondisian
klasik dan pengondisian operan serta mengikuti format yang tepat.
Ada lima tehnik dasar terpi perilaku. Pada model peran, terapis atau orang
lain mencontohkan perilaku yang diingginkan dan klien mempelajarinya
melalui praktik dan imitasi. Pada pengondisian operan, yang juga disebut
penguatan positif, terapis memberi penghargaan kepada kien karena telah
membuat perubahan perilaku menjadi positif. Modifikasi perilaku terjadi
ketika klien mencapai tujuan perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya;
perilaku ini secara sistimatis telah dikuatkan oleh umpan balik positif atau
penghargaan yang diterima. Pada desensitisasi sistematis, klien yang
menderita akibat fobia diperkenalkan secara berulang-ulang kepada
stimulus yang menimbulkan fobia pada saat klien berada dalam kondisi
rileks. Pada terapi pengendalian diri, klien dilatih oleh terapis untuk
belajar bagaimana mengubah kata-kata negatif dan membimbing mereka
sampai memperoleh pengendalian atas tindakan mereka. Tehnik yang
terakhir terapi aversi ( menghindari ) atau terapi refleks terkondisi,
didasarkan pada prinsif penguatan negatif. Perilaku abnormal yang dipilih
disandingkan dengan pengalaman yang tidak nyaman, dan klien segera
belajar untuk tidak mengulangi perilaku demi menghindari konsekuensi
negatif akibat perilaku tersebut.
11. Terapi Singkat
Terapi singkat ( psikoterapi dinamis jangja pendek) dikrmbangkan
dari penelitian Drs. Frans Alexander dan Thomas Freench, yang
menangani penyakit psikosomatik dengan membantu klien mengatasi
masalah psikologis yang merangsang efek fisiologis.Terapi ini juga
menekankan pada perawatan klien dalam waktu sesingkat mungkin
biasanya dalam 15 sesi atau kurang.
12. Terapi Bermain
Terapi bermain memungkinkan anak-anak untuk mengekspresikan
perasaan dan perhatiannya melalui aktivitas bermain yang merupakan ‘
bahasa dimas kanak-kanak’.Premis dari terapi bermain ini adalah bahwa
anak-anak berkomunikasi lebih baik melalui permainan daripada dengan
kemampuan verbal meraka.
13. Terapi pikiran-jasmani-rohani
Terapi pikiran-jasmani-rohani disebut juga terapi alternatif atau
terapi pelenkap adalah kombinasi berbagai pengobatan tradisional barat
dan timur. Sering kali klien dibimbing untuk menjalani terapi pikiran-
jasmani-rohani sebagai tambahan dari perawatan tradisional atau jika
terapi konvensional tampak tidak efektif. Sebuah perspektif utama dari
timur adalah bahwa kita semua adalah “satu dengan alam” dan bahwa
masing-masing orang mempunyai energi kehidupan yang disebut qi atau
ch’i, yang harus dihargai dan dipelihara untuk meni ngkatkan
keharmonisan dan kesejahteraan internal. Dua bagian energi kehidupan
yang dikenal sebagai “yin” dan “yang” merepresentasikan kesinambungan
antara energi-energi yang berlawanan (positif dan negatif) di dunia.
E. Variabel Analisa Proses Interaksi
Variabel dari analisa proses interaksi (API) adalah :
- Komunikasi verbal
Komunikasi adalah proses yang digunakan individu untuk
bertukar informasi. Pesan-pesan secara simultan dikirim dan diterima
dengan dua cara : secara verbal melalui penggunaan kata-kata, dan secara
nonverbal, melalui perilaku yang menyertai ucapan ( Balzer-Riley,1996).
Komunikasi verbal terdiri dari kata-kata yang digunakan individu
untuk berbicara kepada satu atau pendengar atau lebih.Kata-kata
merupakan symbol yang digunakn untuk mengidentifikasi obyek dan
konsep yang didiskusikan.
Keterampilan komunikasi verbal :
• Menggunakan pesan kongkret
• Komunikasi terapeuyik
• Menginterpretasi sinyal atau isyarat
- Komunikasi Non Verbal
Komunikasi nonverbal adalah perilaku yang menyertai isi verbal,
seperti gerak tubuh, ekspresi wajah dan mata, nada suara, kecepatan dan
keenggenan bicara, suara mendengur dan suara merintih, serta jarak dari
pendengar.Komunikasi nonverbal dapat menunjukkan pikiran, perasaan,
kebutuhan, dan nilai pembicara, yang kebanyakan ditunjukan secara tidak
sadar.
Keterampilan komunikasi nonverbal :
• Menginterpretasi ekspresi wajah
• Menginterpretasi bahasa tubuh
• Menginterpretasi isyarat vokal
• Menginterpretasi kontak mata
- Analisis berpusat pada klien
Perawat tidak memilih topic yang akan didiskusikan, klien yang
mengidentifikasi masalah yang ingin dibicarakannya.Perawat
menggunakan keterampilan mendengar aktif untuk mengidentifikasi topic
masalah.Penyelidikan yang cermat dengan menggunakan banyak
pertanyaan yang difokuskan dengan baik membantu perawat memahami
pengalaman klien.Tujuan diidentifikasi olrh klien dan pengumpulan
informasi tentang topic ini difokuskan pada klien.Perawat berperan
sebagai pemandu dalam percakapan ini.Komunikasi terapeutik berpusat
pada upaya mencapai tujuan selama batas waktu percakapan.
- Analisa berpusat pada perawat
Banyak situasi terapeutik memerlukan penyelesian maslah.Perawat
tidak diharapkan menjadi seorang ahli ataumengatakan kepada klien hal
ynag perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalahnya.Sering kali, hanya
dengan membantu klien mendiskusikan dan mengeksplorasi persepsinya
terhadap masalahnya akan menstimulasi ditemukannya solusi yang
potensial dalam pikiran klien.Perawat harus memperkenalkan konsep
penyelesaikan masalah dan menyiapkan diri dalam proses ini.Perawat
yang memandu klien untuk menyelesaikan masalahnya dengan
mengembangkan strategi koping yang baru, mempertahankan atau
meningkatkan harga diri klien, dan menunjukkan kenyakinan bahwa klien
mampu berubah.Tujuan ini mendorong klien untuk mengembangkan
daftar keterampilannya dan merasa kompoten, dan perasaan efektif serta
memiliki kendali adalah keadaan nyaman untuk setiap klien.
ANALISA PROSES INTERAKSI
Nama : Tn.”DM” Hari/Tanggal : Jumat, 6 Juni 2003”
Usia : 34 Th Waktu : 10.00– 10.15 wita
Interaksi : Ke III (Fase Kerja) Tujuan : Setelah Intervensi Keperawatan
Lingkungan : Posisi Duduk berdampingan di samping K dapat mengenal tentang pentingnya
tempat tidur. kebersihan diri.
Deskripsi : Penampilan K nampak tidak rapi, rabut tidak disisir, menggunakan celana pendek, memakai baju kaos.
Komunikasi Verbal Komunikasi Non VerbalAnalisa
Berfokus pada Klien
Analisa Berfokus pada Perawat
Rasional
P: Selamat pagi Mas
K: Selamat Pak
P: Bagaimana perasaannya hari ini ? Masih ingat nama saya tidak ?
K:
P: Boleh saya duduk di sini dan cerita-cerita dengan ibu ± 10 menit
K : Tidak apa-apa
P: Menghampiri K, tersenyum, berdiri di sampng tempat tidur K
K: Melihat ke arah P, sambil tersenyum, kemudian pandangan ke tempat lain.
P: Kontak mata, bicara santai tapi jelas.
K: Menunduk dan meludah.
P: Tetap tersenyum dan mempertahankan kontak mata.
K: Kontak mata kurang, terus meludah.
P: Tenang, rileks,
Mungkin bertanya dalam hati, maksud kedatanagn perawat.
K berfikir bahwa ia tidak mengalami perubahan.
Merasa ragu, apakah pasien mau menerima kehadiran P.
Perasaan masih ragu apakah K dapat menerima kehadiran P.
Berusaha mengetahui keadaan hari ini , dan kebutuhan yang harus segera dipenuhi saat ini.
Salam merupakan langkah awal untuk membina interaksi.
Pertanyaan terbuka memberi kesempatan K untuk menentukan arah permbicaraan.
Informing, menjelaskan kontak untuk memudahkan intervensi selanjutnya.
P: Masih ingat sama saya Mas “DM”
K:
P: Masa lupa, kemarin kan kita sudah kenalan dan janji mau ketemu, nama saya Mathius.
K:
P: Bagaimana tidurnya semalam ?
K: Tidur !
mempertahankan kontak mata.
K: Melamun dan menunduk.
Komunikasi Verbal Komunikasi Non VerbalAnalisa Berfokus
pada KlienAnalisa Berfokus
pada PerawatRasional
P: Bagaimana Mas “DM” perasaannya pagi ini, kelihatannya ibu nampak lesuh, Apa ibu sudah mandi ?
K: Belum....., nanti h saja.
P: Bagusnya Mas “DM” mandi supaya badannya terasa segar.
K : Ia nanti......!
P: Baik Mas “DM”, terima kasih sudah mau cerita dengan saya. Boleh saya kembali sebentar siang untuk cerita-cerita lagi ?
K: Terima - kasih
P: Kontak mata, bicara santai tapi jelas.
K : Memandang ke arah P kemudian pandangan ke tempat lain.
P: Menatap ke arah K
K: Menunduk dan meludah.
P : Bicara santai tapi jelas.
K : Tampak berpikir sambil menunduk.
Bersikap persuasif agar klien dapat bekerja sama menjalankan kontrak sebelumnya.
Memberikan penguatan dengan harapan K terus mau cerita.
Informing menjelaskan kontak untuk memudahkan intervensi selanjutnya.
Memberikan dorongan dan penguatan terhadap pernyataan klien.
P: Kontak mata tetap, nada bersahabat tidak menuduh atau menghakimi.
K : Tersenyum dan menunduk.
Komunikasi Verbal Komunikasi Non VerbalAnalisa Berfokus
pada KlienAnalisa Berfokus pada
PerawatRasional
K: Iya Pa Mantri, sekarang sih, sua
K: Ka G…………………
Menunduk, Tidak mau menatap P
K: Tetap menunduk
P: Sikap terbuka, tetap tersenyum.
K mulai menjawab. Merasa lega karena K mau merespon stimulus yang disampaikan oleh P
P: Ka G, saya disini selama 6 hari mulai hari senin sampai sabtu dari jam 8.00 samapi jam 13.00. Saya perawat akan bersama-sama Ka G, tujuannya adalah kita akan sama-sama membahas masalah yang Ka G rasakan, mudah-mudahan saya dapat membantu memecahkan masalahn7ya, Untuk itu saya berharap Ka G mau menceritakan apa yang ada dalam fikiran dan perasaan Ka G biar saya lebih tahu, Saya akan menjaga kerahasiaannya. Apa Ka G setuju ?
K: Tidak ada jawaban.
P: Ka G, bagaimana perasaan Ka G hari ini?
P: Tetap tersenyum, memperhatikan K, dengan sikap terbuka.
K: pandangan tetap menunduk, ekspresi wajah datar.
P: Tetap tersenyum, tetap mempertahankan kontak mata.
K: Ekspresi wajah nampak datar.
P: Menggunakan nada suara sedang tapi jelas
Mulai berfikir – fikir tentang tujuan perawat mendekatinya
Berpikir apakah K mau melanjutkan interaksi, berfikir untuk interaksi selanjutnya.
Berharap K mulai mau berinteraksi d
Informing : memberikan informasi tentang waktu dan tujuan perawat mengadakan interkasi dengan K.
Kalimat terbuka memberi kesempatan pada K untuk mengungkapkan …..
ANALISA PROSES INTERAKSI
Nama : Tn “DM” Hari/Tanggal : Jum’at, 13 Juni 2003
Usia : 34 Th Waktu : 13.00 – 13.10 wita
Interaksi : Fase Terminasi Tujuan : Setelah Intervensi Keperawatan
Lingkungan : Posisi Duduk berdampingan di samping K dapat menerima perpisahan
tempat tidur. secara wajar.
Deskripsi : Penampilan K nampak rapi, rabut disisir, menggunakan celana jeans,
memakai baju kaos dan memakai sendal.
Komunikasi Verbal Komunikasi Non VerbalAnalisa
Berfokus pada Klien
Analisa Berfokus pada Perawat
Rasional
P: Selamat siang Mas “DM”
K: Selamat siang.
P: Bagaimana perasaannya hari ini bu ? Apakah sudah makan bu ?
K: Sudah.
P: Boleh saya duduk di sini dan cerita-cerita dengan ibu ± 10 menit
P: Menghampiri K, tersenyum, berdiri di samping tempat tidur K
K: Melihat ke arah P, sambil tersenyum.
P: Kontak mata, bicara santai tapi jelas.
K: Menganggukkan kepala.
P: Tetap tersenyum dan mempertahankan kontak mata.
Merasa ragu, apakah K mau menerima perpisahan ini.
Perasaan masih ragu apakah K dapat menerima perpisahan.
Pada akhir interaksi harus dilakukan terminasi.
Perawat dengan Klien, menerima perpisahan dengan wajar.
K : Duduk paK.
P: Oh iya Mas “DM”, apakah ibu masih ingat tujuan kita bertemu, dimana waktu itu kita sama-sama cerita untuk membantu masalah yang ibu rasakan, Bagaimana menurut ibu apa merasa ada baikan/enak ? Saya melihat Mas “DM” sekarang, sudah banyak berubah karena sudah mau cerita dengan orang lain dan sekarang sudah nampak segar dan rapih.
K: Ia pak
K: Menatap ke arah P sambil tersenyum.
P: Tenang, rileks, mempertahankan kontak mata.
K: Menatap P dan tersenyum
Memikirkan topik apa lagi yang harus ditanyakan ke P
Merasakan adanya perubahan dalam dirinya.
Merasa lega karena K mau merespon stimulus yang disampaikan P.
Komunikasi Verbal Komunikasi Non VerbalAnalisa
Berfokus pada Klien
Analisa Berfokus pada Perawat
Rasional
P: Oh ya, agar perasaan mau mengamuk dan marah – marah Mas “DM” dapat melakukan misalnya jangan suka melamun, cari kesibukan di rumah, dll.
K: Ia pak, nanti ku coba.
P: Bagus bu, selain itu yang perlu ibu lakukan di rumah adalah ibu harus cerita-cerita dengan orang di rumah, dan jangan lupa minum obat secara teratur dan ingat
P: Tersenyum, dan mempertahankan kontak mata.
K: Melihat ke arah P, sambil tersenyum.
P: Berbicara dengan suara lembut tapi jelas dan mempertahankan kontak mata.
Berusaha untuk melaksanakan apa yang dianjurkan P
Merasa bahwa
Senang karena K dapat menangkap apa yang disampaikan oleh P.
Merasa lega karena K mau merespon stimulus yang disanmpaikan
Saran : memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah.
Reinforcement meningkatkan harga diri klien.
kembali kontrol ke dokter di Polik.
K: Ia pak.
P: Nah, kalau begitu pertemuan ini, kita cukupkan sampai di sini dulu, mudah-mudahan semua yang sudah kita bicarakan dapat bermanfaat bagi ibu. Selamat siang bu.
K: Terima kasih pak, selamat siang.
K: Wajah nampak ceria.
P: Tetap tersenyum dan mempertahankan kontak mata.
K: Menatap ke arah P dan tersenyum.
ada yang akan membantu.
P.
Informing memberikan informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan.
Melakukan terminasi akhir interaksi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analisa proses interaksi (API) (the interactional process analysis) merupakan alat
kerja yang dipakai perawat (mahasiswa ) untuk memahami interaksi yang terjadi
antara perawat dan klien.
Tujuan Analisa Proses InteraksiMeningkatkan kemampuan mendengar
a) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi
b) Memberi dasar belajar artinya berupa alat untuk mengkaji kemampuan
( mahasiswa ) dalam berinteraksi dengan klien, dan data bagi
CI/supervisior/pembibimbing untuk memberi arahan
c) Meningkatkan kepekaan perawat terhadap kebutuhan klien, serta
mempermudah perkembangan dan perubahan pendekatan perawat
d) Membantu perwat merencanakan tindakan keperawataN
Pendokumentasian Analisa Proses Interaksi
a) Halaman sampul
b) Interaksi dan interpretasi
c) Evaluasi
Fase-Fase Komunikasi
a) Tahap preinteraksi
b) Tahap orientasi
c) Tahap kerja
d) Tahap terminasi
Variabel dari analisa proses interaksi (API) adalah :
a) Komunikasi verbal
b) Komunikasi Non Verbal
c) Analisis berpusat pada klien
d) Analisa berpusat pada perawat
B. Saran
Perlunya komunikasi terapeutik sebagai dasar yang digunakan untuk membentuk
hubungan antara perawat dan klien.Komunikasi ini adalah modalitas utama pada
keperawatn psikiatrik.Diharapkan bagi perawat dalam melakukan tindakan untuk
memahami interaksi antara perawat dank lien serta mampu mendokumentasikan setiap
tindakan yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Copel Linda Carmen.2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri.Pedoman Klinis Perawat Edisi 2.EGC :
Jakarta.
Isaacs Ann. 2004. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik, Edisi 3. EGC : Jakarta.
Sulistiwati dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC: Jakarta.
Videbeck L. Sheila. 20 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta.