Post on 12-Dec-2014
Pengertian Amanah Dalam Islam
Amanah adalah segala sesuatu yang dibebankan Allah kepada manusia untuk
dilaksanakan (Q.S. 32 : 72) yang tercakup di dalamnya khilafah ilahiyah (khalifat allah, ibad
allah), khilafah takwiniah (al-taklif al-syar’iah) dalam kaitannya dengan hablun min allah dan
hablun min al-nas.
Dalam ajaran Al-Qur’an manusia adalah makhluk yang memikul beban (mukallaf).
Pembebanan (taklif) meliputi hak dan kewajiban. Setiap beban yang diterima manusia harus
dilaksanakan sebagai amanah.
Amanah mempunyai akar kata yang sama dengan kata iman dan aman, sehingga mu’min
berarti yang beriman, yang mendatangkan keamanan, juga yang memberi dan menerima
amanah. Orang yang beriman disebut juga al-mu’min, karena orang yang beriman menerima
rasa aman, iman dan amanah. Bila orang tidak menjalankan amanah berarti tidak beriman
dan tidak akan memberikan rasa aman baik untuk dirinya dan sesama masyarakat lingkungan
sosialnya. Dalam sebuah hadis dinyatakan “Tidak ada iman bagi orang yang tidak berlaku
amanah”.
Dalam kontek hablun min allah, amanah yang dibebankan Allah kepada manusia
adalah Tauhid artinya pengakuan bahwa hanya Allah yang harus disembah, hanya Allah yang
berhak mengatur kehidupan manusia dan hanya Allah yang harus menjadi akhir tujuan hidup
manusia, sehingga pelanggaran terhadap tauhid adalah syirik dan orang musyrik adalah orang
khianat kepada Allah. Termasuk dalam kontek ini pula adalah mengimani seluruh aspek yang
termuat dalam rukun iman dan melaksanakan ubudiyah yang termaktub dalam rukun islam.
Manusia diperintah Allah untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya
(Q.S. 4 : 58), hal ini berkaitan dengan tatanan berinteraksi sosial (muamalah) atau hablun min
al-nas. Sifat dan sikap amanah harus menjadi kepribadian atau sikap mental setiap individu
dalam komunitas masyarakat agar tercipta harmonisasi hubungan dalam setiap gerak langkah
kehidupan. Dengan memiliki sikap mental yang amanah akan terjalin sikap saling percaya,
positif thinking, jujur dan transparan dalam seluruh aktifitas kehidupan yang pada akhirnya
akan terbentuk model masyarakat yang ideal yaitu masyarakat aman, damai dan sejahtera.
Pengertian Amanah
Amanah secara etimologis (pendekatan kebahasaan/lughawi) dari bahasa Arab dalam
bentuk mashdar dari (amina- amanatan) yang berarti jujur atau dapat dipercaya. Sedangkan
dalam bahasa Indonesia amanah berarti pesan, perintah, keterangan atau wejangan 1.
Amanah menurut pengertian terminologi (istilah) terdapat beberapa pendapat, diantaranya
menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Amanah adalah sesuatu yang harus dipelihara dan
dijaga agar sampai kepada yang berhak memilikinya.
Sedangkan menurut Ibn Al-Araby, amanah adalah segala sesuatu yang diambil dengan izin
pemiliknya atau sesuatu yang diambil dengan izin pemiliknya untuk diambil manfaatnya3.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa amanah
adalah menyampaikan hak apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihi
haknya dan tidak mengurangi hak orang lain, baik berupa harga maupun jasa.
Amanah merupakan hak bagi mukallaf yang berkaitan dengan hak orang lain untuk
menunaikannya karena menyampaikan amanah kepada orang yang berhak memilikinya
adalah suatu kewajiban.
Ahmad Musthafa Al-Maraghi membagi amanah kepada 3 macam, yaitu :
1. Amanah manusia terhadap Tuhan, yaitu semua ketentuan Tuhan yang harus dipelihara
berupa melaksankan semua perintah Tuhan dan meninggalkan semua laranganNya.
Termasuk di dalamnya menggunakan semua potensi dan anggota tubuh untuk hal-hal
yang bermanfaat serta mengakui bahwa semua itu berasal dari Tuhan. Sesungguhnya
seluruh maksiat adalah perbuatan khianat kepada Allah Azza wa Jalla.
2. Amanah manusia kepada orang lain, diantaranya mengembalikan titipan kepada yang
mempunyainya, tidak menipu dan berlaku curang, menjaga rahasia dan semisalnya
yang merupakan kewajiban terhadap keluarga, kerabat dan manusia secara
keseluruhan. Termasuk pada jenis amanah ini adalah pemimpin berlaku adil terhadap
masyarakatnya, ulama berlaku adil terhadap orang-orang awam dengan memberi
petunjuk kepada mereka untuk memiliki i’tikad yang benar, memberi motivasi untuk
beramal yang memberi manfaat kepada mereka di dunia dan akhirat, memberikan
pendidikan yang baik, menyuruh berusaha yang halal serta memberikan nasihat-
nasihat yang dapat memperkokoh keimanan agar terhindar dari segala kejelekan dan
dosa serta mencintai kebenaran dan kebaikan. Amanah dalam katagori ini juga adalah
seorang suami berlaku adil terhadap istrinya berupa salah satu pihak pasangan suami-
istri tidak menyebarkan rahasia pasangannya, terutama rahasia yang bersifat khusus
yaitu hubungan suami istri.
3. Amanah manusia terhadap dirinya sendiri, yaitu berbuat sesuatu yang terbaik dan
bermanfaat bagi dirinya baik dalam urusan agama maupun dunia, tidak pernah
melakukan yang membahayakan dirinya di dunia dan akhirat.
Dengan memperhatikan pendapat Ahmad Musthafa Al-Maraghi tersebut, amanah
melekat pada diri setiap manusia sebagai mukallaf dalam kapasitasnya sebagai hamba Allah,
individu dan makhluk sosial.
Disamping 3 macam amanah tersebut di atas, terdapat satu macam amanah lagi yakni
Amanah terhadap lingkungan. Amanah terhadap lingkungan hidup berupa memakmurkan
dan melestarikan lingkungan (Q.S. 11 : 61), tidak berbuat kerusakan di muka bumi
(Q.S.7 :85). Eksploitasi terhadap kekayaan alam secara berlebihan tanpa memperhatikan
dampak negatifnya yang berakibat rusaknya ekosistem, ilegal loging, ilegal maning dan
pemburuan binatang secara liar merupakan sikap tidak amanah terhadap lingkungan yang
berakibat terjadinya berbagai bentuk bencana alam seperti gempa bumi, longsor dan banjir
serta bencana lainnya yang mempunyai dampak rusak bahkan musnahnya tatanan sosial
kehidupan manusia.
Amanah dalam Muamalah
Muamalah adalah ajaran Islam yang menyangkut aturan-aturan dalam menata
hubungan antar sesama manusia agar tercipta keadilan dan kedamaian dalam kebersamaan
hidup manusia.
Aspek muamalah merupakan bagian prinsipal dalam Islam karena dengannyalah kehidupan
bersama manusia ditata agar tidak terjadi persengketaan dalam kontak sosial antara satu pihak
dengan pihak lainnya dalam masyarakat. Dengan demikian muamalah menjadi sangat
penting. Dalam sebuah hadis dinyatakan “Agama itu adalah muamalah”.
Manusia menurut ajaran Islam adalah khalifah di muka bumi, bertugas menata kehidupan
sebaik mungkin sehingga tercipta kedamaian dalam hidup di tengah manusia yang dinamis.
Kehidupan damai tidak serta merta, akan tetapi diciptakan dan dirancang. Oleh karena itu
perlu diciptakan perangkat-perangkat dan aparat-aparat untuk menciptakan perdamaian
tersebut.
Amanah (trust) adalah modal utama untuk terciptanya kondisi damai dan stabilitas di
tengah masyarakat, karena amanah sebagai landasan moral dan etika dalam bermuamalah dan
berinteraksi sosial. Firman Allah dalam Q.S. 4 : 58 sebagai berikut :
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepada kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Dalam kitab-kitab sejarah perjuangan Rasulullah, amanah merupakan salah satu
diantara beberapa sifat yang wajib dimiliki para Rasul. Mereka bersifat jujur dan dapat
dipercaya, terutama dalam urusan yang berkaitan dengan tugas kerasulan, seperti menerima
wahyu, memelihara keutuhannya dan menyampaikannya kepada manusia, tanpa
penambahan, pengurangan atau penukaran sedikitpun. Mereka juga bersifat amanah dalam
arti terpelihara dari hal-hal yang dilarang oleh Allah baik lahir maupun batin.
Menepati amanah merupakan moral yang mulia, Allah swt. menggambarkannya sebagai
orang mukmin yang beruntung (Q.S.23:8), sebaliknya Allah tidak suka orang-orang yang
berkhianat dan tidak merestui tipu dayanya (Q.S.12:52), dan orang yang mengkhianati
amanah termasuk salah satu sifat orang munafik (hifokrit).
Dalam fiqh Islam, amanah berarti kepercayaan yang diberikan kepada seseorang
berkaitan dengan pemeliharaan harta benda, seperti al-wadi’ah dan ariyah.
Al-wadi’ah adalah harta benda yang dititipkan oleh seseorang kepada orang lain untuk
dipelihara sebaik-baiknya. Sedangkan Ariyah adalah izin yang diberikan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memanfaatkan harta benda yang dimilikinya dengan tidak meminta
imbalan apapun .
Penerima barang titipan ini, baik dalam bentuk wadi’ah maupun ariyah diberi amanah oleh
pemiliknya untuk merawat dan memelihara keutuhan dan keselamatan barang titipan itu
dengan sebaik-baiknya.
Apabila sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya
(Q.S.2 : 283).
Namun demikian jika barang yang diamanatkan itu rusak atau hilang, penerima amanah itu
tidak berkewajiban untuk mengganti atau memperbaikinya, kecuali atas kelalaian penerima
amanah tersebut.
Dalam hukum muamalah termasuk katagori amanah adalah wadi’ah, luqatah, rahn,
ijarah dan ariyah 9.
Dalam melaksanakan amanah dari lima macam amanah tersebut di atas, terdapat
perbedaan satu dengan yang lainnya, yaitu :
1. Wadiah, barang titipan disampaikan kepada pemiliknya apabila pemiliknya meminta
barang titipan tersebut.
2. Luqathah, barang temuan (luqatah) diumumkan selama satu tahun di tempat yang
sekiranya dapat diketahui oleh masyarakat umum dengan harapan orang yang
memiliki barang yang ditemukan tersebut mengetahuinya. Apabila setelah
diumumkan dalam jangka satu tahun tidak ada yang memilikinya, maka barang
tersebut boleh digunakan. Dan apabila setelah digunakan ternyata pemiliknya ada,
maka harus membayar/mengganti dengan barang sejenisnya atau harganya.
3. Rahn (gadai/jaminan), barang yang menjadi jaminan atas hutang diberikan kepada
pemiliknya apabila pemilik barang (rahn) tersebut telah melunasi hutangnya.
4. Ijarah dan ariyah, apabila telah selesai pekerjaan dan penggunaan barang, maka
barang tersebut wajib dikembalikan kepada pemiliknya sebelum diminta oleh
pemiliknya 10.
Dalam perdagangan dikenal istilah menjual dengan amanah, seperti menjual
“murabahah” . Maksudnya penjual menjelaskan ciri-ciri, kwalitas dan harga barang
dagangan kepada pembeli tanpa melebih-lebihkannnya.
Amanah merupakan unsur yang amat vital dan sangat urgen keberadaanya dalam
kelangsungan roda perekonomian, karena bencana terbesar di dalam pasar dewasa ini adalah
meluasnya tindakan manipulasi, dusta, batil, khianat, bahkan menzalimi orang dengan
perdagangan yang dilakukan, misalnya berbohong dalam mempromosikan barang (taghrir),
mudah bersumpah, menimbun stok barang demi keuntungan pribadi, mengadakan
persekongkolan jahat untuk memperdaya konsumen (tamajil), menyembunyikan kerusakan
barang (tadlis) dan sebagainya. Pada hakikatnya perdagangan yang demikian disibukkan oleh
laba kecil dari pada laba besar, terpaku kepada keberuntungan yang fana dari pada
keberuntungan yang kekal.
Inilah yang dikatakan oleh Nabi Muhammad saw. ketika beliau ke luar rumah dan
melihat komunitas manusia sedang bertransaksi jual beli. Beliau berseru, wahai para
pedagang! Pandangan para pedagang langsung terarah kepada beliau, Nabipun melanjutkan
perkataannya, sesungguhnya para pedagang dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan
durhaka, kecuali mereka yang bertaqwa kepada Allah, berbuat baik dan benar (HR. Tirmizi).
Dalam hadis lain beliau bersabda : Sesungguhnya para pedagang adalah pendurhaka. Mereka
berkata : Ya Rasulallah, bukankah jual beli dihalalkan? Nabi menjawab: Benar, tetapi mereka
terlalu mudah bersumpah sehingga mereka berdosa dan terlalu banyak berbicara sehingga
mereka mudah berbohong .(HR. Ahmad).
Amanah bertambah penting pada saat seseorang membentuk serikat dagang,
melakukan bagi hasil (mudharabah) atau wakalah (menitipkan barang barang untuk
menjalankan proyek yang disepakati bersama). Dalam hal ini, pihak yang lain percaya dan
memegang janji demi kemaslahatan bersama, jika salah satu pihak menjalankannya hanya
demi kemalahatan atau keuntungan pihaknya tanpa memikirkan kemaslahatan atau
keuntungan pihak lain, maka ia telah berkhianat. Dalam sebuah hadis qudsi Allah berfirman :
Aku adalah yang ketiga dari dua orang yang berserikat, selama salah satu dari keduanya tidak
menghianati temannya, apabila salah satu dari keduanya berkhianat, Aku keluar dari mereka.
(HR. Abu Dawud dan Hakim).
Amanah merupakan faktor utama terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran suatu
bangsa, sebab dengan sikap amanah semua komponen bangsa akan berlaku jujur, tanggung
jawab dan disiplin dalam setiap aktifitas kehidupan. Mewabahnya korupsi, monopoli dan
oligapoli dalam berbagai lapangan kerja dan sektor ekonomi baik ekonomi mikro maupun
ekonomi makro, baik yang dikelola pemerintah maupun swasta, hilangnya saling percaya,
tumbuhnya saling mencurigai (negative thinking), menjamurnya mental hipokrit, apriori
terhadap tugas dan kewajiban dan sifat-sifat tercela lainnya sebagai akibat dari hilangnya
amanah.
Penutup
Dari uraian di atas dapat diambil suatu intisari bahwa amanah adalah perintah Allah
yang melekat pada diri manusia sebagai mukallaf yang wajib dilaksanakan dalam sendi-sendi
kehidupan baik yang ada relevansinya sebagai hamba Allah (hak ilahi, hubungan vertikal),
maupun sebagai makhluk sosial (hak adami, hubungan horizontal). Amanah merupakan salah
satu sifat wajib bagi para rasul Allah dalam mengemban tugas sebagai penyampai risalah
ilahiyah. Manusia sebagai pengikut para Rasul Allah tersebut wajib menjadikan Rasul Allah
sebagai suri tauladan dalam setiap gerak langkah kehidupan termasuk di dalamnya memiliki
sifat amanah.
Amanah merupakan landasan etika dan moral dalam bermuamalah termasuk di
dalamnya pada saat menjalankan roda perekonomian dewasa ini. Dengan amanah akan
tercipta kondisi masyarakat yang jujur, dapat dipercaya, transparan dan berlaku adil dalam
setiap transaksi dan kerjasa sama, sehingga tercipta lingkungan kerja yang kondusip,
membawa keberkahan kepada pihak-pihak yang terkait dan menimbulkan kemaslahatan bagi
umat manusia secara keseluruhan. Kebalikan dari amanah adalah khianat, inilah sumber
malapetaka yang signipikan dalam menyumbang kehancuran umat dewasa ini, mewabahnya
manipulasi, persekongkolan tidak sehat, berlaku curang, dekadensi moral, berlaku zalim,
monopoli kekayaan dan jenis-jenis maksiat lain. Karena sesungguhnya seluruh perbuatan
maksiat adalah khianat.
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM– PENGERTIAN AMANAH
DAN PENERAPANNYA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amanah adalah kata yang sering dikaitkan dengan kekuasaan dan materi. Namun
sesungguhnya kata amanah tidak hanya terkait dengan urusan-urusan seperti itu. Secara
syar’i, amanah bermakna.Amanah merupakan salah satu mandat atau tanggung jawab yang
dititipkan kepada seseorang untuk menjalaninya dengan rasa tanggung jawab. amanah tidak
melulu menyangkut urusan material dan hal-hal yang bersifat fisik. Kata-kata adalah amanah.
Menunaikan hak Allah adalah amanah. Memperlakukan sesama insan secara baik adalah
amanah. Apapun yang diberikan Allah Swt adalah amanah yang akan menjadi beban
diakhirat nanti.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Amanah
2. Amanah dan Iman
3. Macam-Macam Amanah
4. Makna Amanah
5. Dalil-Dalil Syariat
6. Hubungan Amanah Dengan Keimanan
7. Jenis-Jenis Amanah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Amanah
Rasulullah saw. bersabda, “Tiada iman pada orang yang tidak menunaikan amanah;
dan tiada agama pada orang yang tidak menunaikan janji.” (Ahmad dan Ibnu Hibban)
Amanah adalah kata yang sering dikaitkan dengan kekuasaan dan materi. Namun
sesungguhnya kata amanah tidak hanya terkait dengan urusan-urusan seperti itu. Secara
syar’i, amanah bermakna: menunaikan apa-apa yang dititipkan atau dipercayakan. Itulah
makna yang terkandung dalam firman Allah swt.: “Sesungguhnya Allah memerintahkan
kalian untuk menunaikan amanah-amanah kepada pemiliknya; dan apabila kalian
menetapkan hukum di antara manusia hendaklah kalian menetapkan hukum dengan adil.”
(An-Nisa: 58)
Ayat di atas menegaskan bahwa amanah tidak melulu menyangkut urusan material
dan hal-hal yang bersifat fisik. Kata-kata adalah amanah. Menunaikan hak Allah adalah
amanah. Memperlakukan sesama insan secara baik adalah amanah. Ini di perkuat dengan
perintah-Nya: “Dan apabila kalian menetapkan hukum di antara manusia hendaklah kalian
menetapkan hukum dengan adil.” Dan keadilan dalam hukum itu merupakan salah satu
amanah besar.
Itu juga di perjelas dengan sabda Rasulullah saw., “Setiap kalian adalah pemimpin
dan karenanya akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Amir adalah
pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Lelaki adalah pemimpin di
tengah keluarganya dan ia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Seorang wanita
adalah pemimpin di rumah suaminya dan atas anak-anaknya dan ia akan diminta
pertanggungjawaban tentangnya.
Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia akan diminta
pertanggungjawaban tentang itu. Dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban tentang
kepemimpinannya.” (Muttafaq ‘Alaih)
Dan Allah SWT. berfirman: “Sesungguhnya Kami menawarkan amanah kepada
langit, bumi, dan gunung-gunung. Namun mereka menolak dan khawatir untuk memikulnya.
Dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim lagi amat
bodoh.” (Al-Ahzab 72)
Dari nash-nash Al-Qur’an dan sunnah di atas nyatalah bahwa amanah tidak hanya
terkait dengan harta dan titipan benda belaka. Amanah adalah urusan besar yang seluruh
semesta menolaknya dan hanya manusialah yang diberikan kesiapan untuk menerima dan
memikulnya. Jika demikian, pastilah amanah adalah urusan yang terkait dengan jiwa dan
akal. Amanah besar yang dapat kita rasakan dari ayat di atas adalah melaksanakan berbagai
kewajiban dan menunaikannya sebagaimana mestinya.
B. Amanah dan Iman
Amanah adalah tuntutan iman. Dan khianat adalah salah satu ciri kekafiran. Sabda
Rasulullah saw. sebagaimana disebutkan di atas menegaskan hal itu, “Tiada iman pada orang
yang tidak menunaikan amanah; dan tiada agama pada orang yang tidak menunaikan janji.”
(Ahmad dan Ibnu Hibban)
Barang siapa yang hatinya kehilangan sifat amanah, maka ia akan menjadi orang yang
mudah berdusta dan khianat. Dan siapa yang mempunyai sifat dusta dan khianat, dia berada
dalam barisan orang-orang munafik. Disia-siakannya amanah disebutkan oleh Rasulullah
saw. sebagai salah satu ciri datangnya kiamat. Sebagaimana disampaikan Abu Hurairah –
semoga Allah meridhainya–, Rasulullah saw. bersabda, “Jika amanah diabaikan maka
tunggulah kiamat.” Sahabat bertanya, “Bagaimanakah amanah itu disia-siakan, wahai
Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab, “Jika suatu urusan diserahkan kepada yang bukan
ahlinya, maka tunggulah kehancuran.” (Al-Bukhari)
C. Macam-macam Amanah
Pertama, amanah fitrah. Dalam fitrah ada amanah. Allah menjadikan fitrah manusia
senantiasa cenderung kepada tauhid, kebenaran, dan kebaikan. Karenanya, fitrah selaras betul
dengan aturan Allah yang berlaku di alam semesta. Allah swt. berfirman: “Dan ingatlah
ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini
Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul, (Engkau Tuhan kami) kami menjadi saksi.” (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami
(bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (Al-A’raf: 172).
Akan tetapi adanya fitrah bukanlah jaminan bahwa setiap orang akan selalu berada
dalam kebenaran dan kebaikan. Sebab fitrah bisa saja terselimuti kepekatan hawa nafsu dan
penyakit-penyakit jiwa (hati). Untuk itulah manusia harus memperjuangkan amanah fitrah
tersebut agar fitrah tersebut tetap menjadi kekuatan dalam menegakkan kebenaran.
Kedua, amanah taklif syar’i (amanah yang diembankan oleh syari’at). Allah SWT.
telah menjad©ikan ketaatan terhadap syariatnya sebagai batu ujian kehambaan seseorang
kepada-Nya. Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menetapkan fara-idh
(kewajiban-kewajiban), maka janganlah kalian mengabaikannya; menentukan batasan-
batasan (hukum), maka janganlah kalian melanggarnya; dan mendiamkan beberapa hal
karena kasih sayang kepada kalian dan bukan karena lupa.” (hadits shahih)
Ketiga, amanah menjadi bukti keindahan Islam. Setiap muslim mendapat amanah
untuk menampilkan kebaikan dan kebenaran Islam dalam dirinya. Rasulullah saw. bersabda:
“Barangsiapa yang menggariskan sunnah yang baik maka dia mendapatkan pahalanya dan
pahala orang-orang rang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun.”
(Hadits shahih)
Keempat, amanah dakwah. Selain melaksanakan ajaran Islam, seorang muslim
memikul amanah untuk mendakwahkan (menyeru) manusia kepada Islam itu. Seorang
muslim bukanlah orang yang merasa puas dengan keshalihan dirinya sendiri.
Ia akan terus berusaha untuk menyebarkan hidayah Allah kepada segenap manusia.
Amanah ini tertuang dalam ayat-Nya: “Serulah ke jalan Rabbmu dengan hikmah dan nasihat
0yang baik.” (An-Nahl: 125)
Rasulullah saw. juga bersabda, “Jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang
dengan usaha Anda, maka hal itu pahalanya bagi Anda lebih dibandingkan deng0an dunia
dan segala isinya.” (al-hadits)
Kelima, amanah untuk mengukuhkan kalimatullah di muka bumi. Tujuannya agar
manusia tunduk hanya kepada Allah swt. dalam segala aspek kehidupannya. Tentang amanah
yang satu ini, Allah swt. menegaskan: “Allah telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama
apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu
dan apa yang telah Kami wahyukan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu: Tegakkanlah
agama dan janganlah kalian berpecah-belah tentangnya.” (Asy-Syura: 13)
Keenam, amanah tafaqquh fiddin (mendalami agama). Untuk dapat menunaikan
kewajiban, seorang muslim haruslah memahami Islam. “Tidaklah sepatutnya bagi orang-
orang yang beriman itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-
tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama.” (At-Taubah: 122)
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka
berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya
untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentosa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah
(janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (An-Nur: 55)
D. MAKNA AMANAH
1. Secara Bahasa: Bermakna al-wafa’ (memenuhi) dan wadi’ah (titipan)
2. Secara Definisi: Seorang muslim memenuhi apa yang dititipkankan kepadanya.
Hal ini didasarkan pada firman ALLAH SWT: “Sesungguhnya ALLAH
memerintahkan kalian untuk mengembalikan titipan-titipan kepada yang memilikinya,
dan jika menghukumi diantara manusia agar menghukumi dengan adil…” (QS 4/58)
Maka yang termasuk amanah bukan hanya dalam hal materi atau hal yang berkaitan
dengan kebendaan saja, melainkan berkaitan dengan segala hal, seperti memenuhi tuntutan
ALLAH adalah amanah, bergaul dengan manusia dengan cara yang terbaik adalah amanah,
demikian seterusnya.
E. DALIL-DALIL SYARIAT
1. Al-Qur’an: Kedua firman ALLAH SWT di atas (QS 4/58; 33/72) dan QS 2/283;
8/27; 23/8; 70/32
2. As-Sunnah:
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta
pertanggungjawaban kelak di hari Kiamat, seorang pemimpin pemerintahan adalah pemimpin
dan akan diminta pertanggungjawaban tentang rakyatnya, suami adalah pemimpin dan akan
diminta pertanggungjawaban tentang anggota keluarganya, istri adalah pemimpin dan akan
diminta pertanggungjawaban tentang rumah tangga suaminya serta anak-anaknya, dan
seorang pembantu adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang harta
benda majikannya, ingatlah bahwa setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta
pertanggungjawaban kelak di hari Kiamat.” (HR Muttafaq ‘alaih, dalam Lu’lu wal Marjan
hadits no. 1199)
“Ada 4 perkara yang jika semuanya ada pada dirimu maka tidak berbahaya bagimu
apa yang terlepas darimu dalam dunia: Benar ketika berbicara, menjaga amanah, sempurna
dalam akhlaq, menjaga diri dari meminta.” (HR Ahmad dalam musnadnya 2/177; Hakim
dalam al-Mustadrak 4/314 dari Ibnu Umar ra; berkata Imam al-Mundziri ttg hadits ini: Telah
meriwayatkan Ahmad, Ibnu Abi Dunya, Thabrani, Baihaqi dengan sanad yang hasan, lih. At-
Targhib wa Tarhib 3/589)
F. HUBUNGAN AMANAH DENGAN KEIMANAN
1. Amanah Merupakan Tuntutan Iman, dan khianat merupakan tanda hilangnya
keimanan dan mulai merasuknya kekafiran dalam diri seseorang. Sabda nabi SAW:
“Tidak ada iman pada orang-orang yang tidak ada amanah dalam dirinya, dan tidak
ada agama pada orang yang tidak bisa dipegang janjinya.” (HR Ahmad 3/135, Ibnu
Hibban dalam shahihnya Mawarid azh-Zham’an-47, al-Bazzar dalam musnadnya
Kasyful Astar-100, lih. Juga dalam Albani Shahih Jami’ Shaghir-7056.
2. Hilangnya Amanah Merupakan Tanda Kiamat, yang salah satu cirinya adalah
dipegangnya amanah oleh yang orang-orang bukan ahlinya dalam masalah tersebut.
Sabda nabi SAW: “Ketika amanah telah disia-siakan maka tunggulah tibanya
Kiamat.” Kata para sahabat ra: Bagaimanakah disia-siakannya wahai rasuluLLAH?
Jawab nabi SAW: “Ketika suatu urusan dipegang oleh yang bukan ahlinya maka
tunggulah tibanya Kiamat.’” (HR Bukhari dalam Fathul Bari’ hadits no. 59 dan 6496)
3. Hilangnya Amanah Terjadi Bertahap, sebagaimana sabda nabi SAW: “Seorang
tertidur maka hilanglah amanah dari hatinya bagaikan titik hitam, lalu ketika ia
tertidur lagi maka hilanglah amanah tersebut bagaikan bekas/jejak, demikianlah
seterusnya sampai tidak ada lagi amanah dihatinya, dan tidak ada lagi di hati manusia,
sehingga mereka tidak menemukan lagi orang yang amanah. Maka berkatalah
sebagian mereka: Di tempat anu masih ada seorang yang bisa dipercaya. Sampai
dikatakan kepada seseorang: Ia tidak bisa dipegang, tidak berakal, tidak ada dihati
mereka sebesar biji sawi dari keimanan.” (HR Muslim dalam Mukhtashar Shahih
Muslim hadits no. 2035)
G. JENIS-JENIS AMANAH
Islam adalah agama yang sempurna, ia adalah sistem yang mencakup
IPOLEKSOSBUDHANKAM (Idiologi, POLitik, Ekonomi, SOSial BUDaya serta
pertaHANan dan KeAManan). Islam tidak hanya bicara aqidah atau ibadah saja melainkan ia
adalah sebuah sistem yang paripurna mencakup aqidah dan ibadah, agama dan negara,
peradaban dan pedang.
Oleh karenanya maka amanah yang dibebankan ALLAH SWT atas seorang muslim
adalah mengarahkan semua sistem di atas agar sesuai dengan aturan ALLAH SWT, dan
membebaskan manusia dari penyembahan manusia atas manusia dalam seluruh aspek
kehidupan menuju penyembahan kepada ALLAH SWT saja, tiada sekutu bagi-NYA, untuk-
NYA kita beramal dan kepada-NYA kita akan kembali.
Oleh karena itu maka amanah yang diberikan kepada manusia adalah sebagai berikut:
1. Amanah Fithrah: Yaitu amanah yang diberikan oleh Sang Pencipta SWT sejak
manusia dalam rahim ibunya, bahkan jauh sejak dimasa alam azali, yaitu
mengakui bahwa ALLAH SWT sebagai RABB/Pencipta, Pemelihara dan
Pembimbing (QS 7/172).
2. Amanah Syari’ah/Din: Yaitu untuk tunduk patuh pada aturan ALLAH SWT dan
memenuhi perintah-NYA dan menjauhi larangan-NYA, barangsiapa yang tidak
mematuhi amanah ini maka ia zhalim pada dirinya sendiri, dan bodoh terhadap
dirinya, maka jika ia bodoh terhadap dirinya maka ia akan bodoh terhadap RABB-
nya (QS 33/72).
3. Amanah Hukum/Keadilan: Amanah ini merupakan amanah untuk menegakkan
hukum ALLAH SWT secara adil baik dalam kehidupan pribadi, masyarakat
maupun bernegara (QS 4/58). Makna adil adalah jauh dari sifat ifrath
(ekstrem/berlebihan) maupun tafrith (longgar/berkurangan).
4. Amanah Ekonomi: Yaitu bermu’amalah dan menegakkan sistem ekonomi yang
sesuai dengan aturan syariat Islam, dan menggantikan ekonomi yang bertentangan
dengan syariat serta memperbaiki kurang sesuai dengan syariat (QS 2/283).
5. Amanah Sosial: Yaitu bergaul dengan menegakkan sistem kemasyarakatan yang
Islami, jauh dari tradisi yang bertentangan dengan nilai Islam, menegakkan amar
ma’ruf dan nahi munkar, menepati janji serta saling menasihati dalam kebenaran,
kesabaran dan kasih-sayang (QS 23/8).
6. Amanah Pertahanan dan Kemanan: Yaitu membina fisik dan mental, dan
mempersiapkan kekuatan yang dimiliki agar bangsa, negara dan ummat tidak
dijajah oleh imperialisme kapitalis maupun komunis dan berbagai musuh Islam
lainnya (QS 8/27).
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Amanah adalah kata yang sering dikaitkan dengan kekuasaan dan materi. Namun
sesungguhnya kata amanah tidak hanya terkait dengan urusan-urusan seperti itu. Secara
syar’i, amanah bermakna: menunaikan apa-apa yang dititipkan atau dipercayakan.
Macam-macam amanah : amanah fitrah amanah Syariah.
Amanah Merupakan Tuntutan Iman, dan khianat merupakan tanda hilangnya
keimanan dan mulai merasuknya kekafiran dalam diri seseorang. Sabda nabi SAW: “Tidak
ada iman pada orang-orang yang tidak ada amanah dalam dirinya, dan tidak ada agama pada
orang yang tidak bisa dipegang janjinya.
Hilangnya Amanah Merupakan Tanda Kiamat, yang salah satu cirinya adalah
dipegangnya amanah oleh yang orang-orang bukan ahlinya dalam masalah tersebut. Sabda
nabi SAW: “Ketika amanah telah disia-siakan maka tunggulah tibanya Kiamat
Dalil-Dalil: Al-Qur’an: Kedua firman ALLAH SWT di atas (QS 4/58; 33/72) dan QS 2/283;
8/27; 23/8; 70/32.
As-Sunnah : “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta
pertanggungjawaban kelak di hari Kiamat
B. Saran
Amanah merupakan sesuatu kepercayaan yang diberikan kepada umat manusia dari
siapapun kepada siapapun dan harus dipertanggung jawabkan baik burukya dihadapan Allah
swt dikemudian hari