Post on 16-Dec-2015
description
Pemeriksaan Laboratorium
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jantung merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan
kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung memompa 2000 galon darah atau
setara dengan 7.571 liter darah.
Adapun pemeriksaan diagnostic pada kardiovaskular dapat digolongka atas pemeriksaan invasif dan non invasif. Pemeriksaan non invasif adalah
prosedur-prosedur diagnostic yang dilakukan tanpa menyebabkan luka pada kulit sehingga tidak menimbulkan komplikasi yang berarti. Pengertian
ini sepertinya kurang tepat karena pengambilan contoh darah untuk pemeriksaan gas darah misalnya termasuk dalam prosedur non invasif meskipun
dilakukan dengan menusuk kulit dan pembuluh darah.
Pemeriksaan kardiologi yang dikerjakan secara rutin adalah anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan EKG, photo rongent thoraks dan
pemeriksaan laboratorium rutin. Semuanya digolongkan dalam pemeriksaan kardiologi atau kardiovaskuler khusus.
-
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Adapun tujuan penulisan ini adalah Untuk memenuhi tugas mata ajar kardiovaskuler
2. Tujuan khusus
Agar mahasiwa mampu memahami dan mengerti tentang :
- Macam-macam pengambilan spesiment
- Macam-macam pemeriksaan pengambilan darah
- Macam-macam pemeriksaan urine
- Nilai normal dari pemeriksaan tersebut
C. RUANG LINGKUP
Dalam penulisan makalah ini, penulis membahas dari pendahuluan, patofisiologi, pengkajian, diagnosa keperawatan, dan evaluasi.
D. METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan studi ke perpustakaan yang mempergunakan tehnik-tehnik pengumpulan data dan tehnik-tehnik
yang lain.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Daftar isi
Kata pengantar
BAB I : pendahuluan, latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup,metode penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis
A. PEMERIKSAAN KIMIA DARAH/SERUM UNTUK PENYAKIT JANTUNG
B. ANALISA PEMERIKSAAN URINE
BAB III : Penutup,
A. kesimpulan.
B. Saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
PEMERIKSAAN KIMIA DARAH/SERUM
UNTUK PENYAKIT JANTUNG
NILAI NORMAL PEMERIKSAAN ENZIM JANTUNG
No. Jenis Pemeriksaan Satuan Bayi Anak Dewasa
Pria Wanita
1 CPK/CK Ug/ml 5-35 5-25
IU/L 5-580 0-70 30-180 25-150
2 CKMB U/L 10-13
3 LDH U/L 80-240
4 SGOT/AST U/L s/d 37 s/d 31
5 SGPT/ALT U/L s/d 42 s/d 32
1. CK/CPK (creatin posfo Kinase)
Enzim berkonsentrasi tinggi dalam jantung dan otot rangka, konsentrasi rendah pada jaringan otak, berupa senyawa nitrogen yang terfosforisasi dan
menjadi katalisastor dalam transfer posfat ke ADP (energy)
Kadarnya meningkat dalam serum 6 jam setelah infark dan mencapai puncak dalam 16-24 jam, kembali normal setelah 72 jam.
Peningkatan CPK merupakan indicator penting adanya kerusakan miokardium.
Nilai normal :
Dewasa pria : 5-35 Ug/ml atau 30-180 IU/L
Wanita : 5-25 Ug/ml atau 25-150 IU/L
Anak laki-laki : 0-70 IU/L
Anak wanita : 0-50 IU/L
Bayi baru lahir : 65-580 IU/
No. Peningkatan CPK Penyebab
1. Peningkatan 5 kali atau lebih atau lebih dari nilai normal Infark jantung
Polimiositis
Distropia muskularis duchene
2. Peningkatan ringan/sedang (2-4 kali nilai normal) Kerja berat
Trauma
Tindakan bedah
Injeksi I.M
Miopati alkoholika
Infark miokard/iskemik berat
Infark paru/edema paru
3. Dengan hipitiroidisme Psikosis akut
Sumber. FK.Widmann, 1994
2. CKMB (Creatinkinase label M dan B)
Jenis enzim yang terdapat banyak pada jaringan terutama otot, miokardium, dan otak. Terdapat 3 jenis isoenzim kreatinase dan diberu label M
(muskulus) dan B (Brain), yaitu :
Isoenzim BB : banyak terdapat di otak
Isoenzim MM : banyak terdapat pada otot skeletal
Isoenzim MB : banyak terdapat pada miokardium bersama MM
Otot bergaris berisi 90% MM dan 10% MB
Otot jantung berisi 60% MM dan 40% MB
Peningkatan kadar enzim dalam serum menjadi indicator terpercaya adanya kerusakan jaringan pada jantung.
Nilai normal kurang dari 10 U/L
Nilai > 10-13 U/L atau > 5% total CK menunjukkan adanya peningkatan aktivitas produksi enzim.
Klinis:
Peningkatan kadar CPK dapat terjadi pada penderita AMI, penyakit otot rangka, cedera cerebrovaskuler.
Peningkatan iso enzim CPK-MM, terdapat pada penderita distrofi otot, trauma hebat, paska operasi, latihan berlebihan, injeksi I.M, hipokalemia dan
hipotiroidisme.
Peningkatan CPK-MB : pada AMI, angina pectoris, operasi jantung, iskemik jantung, miokarditis, hipokalemia, dan defibrilasi jantun.
Peningkatan CPK-BB : terdapat pada cedera cerebrovaskuler, pendarahan sub arachnoid, kanker otak, cedera otak akut,syndrome reye, embolisme
pulmonal dan kejang.
Obat-obat yang meningkatkan nilai CPK : deksametason, furosemid, aspirin dosis tinggi, ampicillin, karbenicillin dan klofibrat.
3. LDH (laktat dehidrogenase)
Merupakan enzim yang melepas hydrogen dari suatu zat dan menjadi katalisator proses konversi laktat menjadi piruvat. Tersebar luas pada jaringan
terutama ginjal, rangka, hati dan miokardium. Peningkatan LDH menandakan adanya kerusakan jaringan. LDH akan meningkat sampai puncak 24-
48 jam setelah infark dan tetap abnormal 1-3 minggu kemudian.
Nilai normal : 80-240 U/L
Kondisi yang meningkatkan LDH
No. Peningkatan LDH Kondisi atau penyebab
1 Peningkatan 5X nilai normal atau lebih Anemia megaloblastik
Karsinoma metastasis
Shok dan hypoxia
Hepatitis
Infark ginjal
2 Peningkatan sedang (3-5 X normal) Miokard infark
Infark paru
Kondisi hemolitik
Leukemia
Infeksi mononukleus
Delirium remens
Distropia otot
3 Peningkatan ringan (2-3Xnormal) Penyakit hati
Nefrotik sindrom
Hipotiroidisme
Kolagitis
Sumber. FK.Widmann,1994
4. Troponin
Merupakan kompleks protein otot globuler dari pita I yang menghambat kontraksi dengan memblokade interaksi aktin dan myosin. Apabila
bersenyawa dengan Ca++ , akan mengubah posisi molekul tropomiosin sehingga terjadi interaksi aktin-miosin. Protein regulator ini terletak didalam
apparatus kontraktil miosit dan mengandung 3 sub unit dengan tanda C, I, T.
Peningkatan troponin menjadi pertanda positif adanya cedera sel miokardium dan potensi terjadinya angina.
Nilai normal < 0,16 Ug/L
5. SGOT (Serum glutamik oksaloasetik transaminase)
Adalah enzim transaminase sering juga disebut juga AST (aspartat amino transferase) katalisator-katalisator perubahan asam amino menjadi asam
alfa ketoglutarat.
Enzim ini berada pada serum dan jaringan terutama hati dan jantung. Pelepasan enzim yang tinggi kedalam serum menunjukan adanya kerusakan
terutama pada jaringan jantung dan hati.
Pada penderita infark jantung, SGOT akan meningkat setelah 12 jam dan mencapai puncak setelah 24-36 jam kemudian, dan akan kembali normal
pada hari ke-3 sampai hari ke-5.
Nilai normal :
Laki-laki s/d 37 U/L
Wanita s/d 31 U/L
Kondisi yang menyebabkan peningkatan SGOT
No. Peningkatan SGOT Kondisi/penyebab
1 Peningkatan ringan (< 3X normal)
2 Peningkatan sedang (3-5X normal)
3 Peningkatan tinggi (>5X normal)
Sumber:Fk.Wimann,1994
6. SGPT (serum glutamik pyruvik transaminase):
Merupakan enzim transaminase yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan tubuh terutama hati. Sering disebut juga ALT (alanin
aminotransferase).
Peningkatan dalam serum darah mengindikasikan adanya trauma atau kerusakan pada hati.
Nilai normal :
Laki-laki : s/d 42 U/L
Wanita : s/d 32 U/L
a. Peningkatan SGOT/SGPT : > 20X normal : hepatitis virus, hepatitis toksis.
b. Penigkatan 3-10x normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronik aktif, obstruksi empedu ekstra hepatic, sindrom reye, dan infark miokard
(AST>ALT).
c. Peningkatan 1-3X nilai normal : pancreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, dan sirosis biliar.
7. HBDH (alfa hydroxygutiric dehidrogenase)
Merupakan enzim non sfesifik. Untuk diagnostic miokard infark.
Pemeriksaaan ini bertujuan untuk membedakan LDH 1,2 dan LDH 3,4. Penigkatan HBDH biasanya juga menandai adanya miokard infark dan juga
diikuti peningkatan LDH.
ANALISA PEMERIKSAAN URINE
1. Pemeriksaan Berdasarkan Warna Urine
No Warna urine Penyebab patologis Penyebab non patologis
1 Merah Ada hemonglobin, mioglobin dan porfirin ( berarti ada perdarahan saluran kencing ) - Oleh karena obat tertentu
- Karena zat warna dari makanan tertentu, misal biet, senna, robarber
2 Jingga Zat warna empedu - Karena obat-obat: antiseptic saluran kencing, pyridium, dan obat fenothiazin
3 Kuning - Urine pekat
- Keberadaan urobilin dan bilirubin - Obat preparat vitamin dan obat psikoaktif
4 Hijau - Keberadaan biliverdin
- Keradaan bakteri pseudomonas - Obat preparat vitamin dan obat psikoaktif
5 Biru Tak patologis Deuretika tertentu
6 Coklat - Keberadaanhematin asam, mioglobin dan zat warna empedu - Obat-obat nitrofurantioin, levodova
7 Hitam/ hampir hitam Keberadaab melanin, kaskara, senyawa besi dan fenol - Obat levodova, kaskara, senyawa besi dan fenol
2. Analisa berdasarkan keberadaan gula dalam urine
No Gula dalam urine Penafsiran
1 Urine+bersama hiperglikemi - Penyakit DM
- Penyakit endokrien, hipertiroidisme, dan feokromositosis
- Pankreatits, Ca pancreas
- Dispusi SSF: asfiksia, perdarahan/ tumor hipotalamus
- Gangguan metabolismeberat: luka bakar berat, uremia, penyakit hati berat, sepsis
- Obat kortikosteroid dan thiazid
2 Urine+, tanpa hiperklikimia Disfungsi tubulus ginjal, kehamilan, gu;la non glucose
3. Penafsiran keberadaan protein dalam urine
No Keberadaan protein dalam urine Tafsiran gangguan organ/ penyakit
1 Proteinurea ringan
4. Penafsiran keberadaan hemoglobin dalam urine
No Keadaan hemoglobinuria Tafsiran gangguan organ/ penyakit
1 Eritrosit utuh dalam sediment tanpa silinder - Cemaran darah mentruasi
- Akibat aktifitas jasmani berat
- Trauma pada saluran kencing
- Sistitis
- Kencing batu
- Tumor ginjal
- Hipertensi berat
- Penggunaan obat anti koagulan
- Penyakit sel sabit
2 Eritrosit utuh diikuti adanya selinder eritrosit, selinder bergranula dan proteinuria - GNC
- Nefritis
- Poliarthritis
- Nefropatie alergi
3 Dalam sedimen tak ada eritrosit utuh - Lisis eritrosit dalam sirkulasi
- Hemolisis tranfusi/ tranfusi darah hemolisis
5. Tafsiran keberadaan silinder dalam urine
No Jenis slinder Penafsran
1 Hialin 1. Gerak badan berat pada orang normal
2. Gagl jantung kongesti
3. Nepropatie DM
4. Glumerulo nefritis kronis
2 Eritrosit 1. Glumerulonefritis akut
2. Endokarditis bacterial
3. Nefritis lupus
4. Infark ginjal
3 Lekosit 1. Pyelonefritis akut
2. Nefritis
4 Epithel 1. Nekrosis tubuler
2. Infeksi cytomelogavirus
3. Keracnan logam berat atau ssalisilat
5 Granuler
(butir kasar/halus) 1. Sindrom nefrotik
2. Pyelonefritis
3. Glumerulonefritis
4. Keracunan tinbal
6 Lilin 1. Atropi tubulus ginjal berat
6. Penafsiran terhadap kadar bilirubin serum, bilirubin urine dan urobilin urine
No Bilirubin serum Bilirubin urine Orobilin urine Tapsiran
1 Indirek meningkat
Direk normal ( n ) Negative ( - ) Meningkat Hemolisis
2 Indirek normal
Direk ( n ) meningkat Negative ( - ) Meningkat Kerusakan sel hati awal 3 Indirek meningkat
Direk meningkat Meningkat Meningkat Kerusakan sel hati berat
4 Indirek ( n )
Direk meningkat Meningkat Negative ( - ) Obstruksi salauran empedu ekstra atau infra empatik
7. Pemeriksaan Bence Jones
Adalah pemeriksaan urine untuk mendeteksi keberadaan protein patologis dengan cara mencampur urine dengan asam asetat dan dipanaskan.
Dinyatakan positif apabila terjadi kekeruhan pada saat urine dingin. Biasanya dilakukan pada penderita Myeloma Multiple. Reaksi bence jones (+)
dapatjuga terjadi pada tumor tulang dan leukemia.
8. Pemeriksaan 5 Hidroxyindolo Acetic Acid ( 5-HIAA)
5 HIAA adalah zat yang banyak ditemukan pada penderita dengan sindrom carcinoid,dimana penghasilan serotonin berlebihan. 5 HIAA adalah
derifat indol hasil metabolisme serotonin berlebihan. Tes dilakukan dengan menggunakan reagen Ehrlich, dan dinyatakan neormal apabila didalam
tes terjadi warna biru yang jelas.
9. Pemeriksaan Benzidin
Pemeriksaan pada urinene maupun feases yang bertujuan mendeteksi keberadaan hemoglobin dan deerifatnya pada urine atau feases. Tes dilakukan
dengan mencampur bahan pemeriksaan dengan larutan benzidin, dan dinyatakan hasil:
a. Negative (-) apabila tidak ada perubahan warna ( tetap samar-samar kehijauan)
b. Positif 1 (+) warna hijau
c. Positif 2 (++) biru hijau
d. Positif 3 (+++) biru
e. Positif 4 (++++) biru tua
Biasanya tes dilakukan pada penderita yang dicurigai adanya perdrahan pada saluran kencing maupun pencernaan
10. Pemeriksaan Sulkowitch
Pemeriksaan untuk mengetahui kadar kalsium dalam urine yang dikeluarkan oleh ginjal, dengan menggunakan reagen sulkowitch ( asam oxalate,
aluminiium oxalate, asam asetat glacial, dan aquadest ). Bahan urine yang digunakan adalah urine 24 jam yang sebelumnya pasien di puaskan dari
makanan / minuman yang mengandung kalsium.
Interpretasi hasil :
Negative (-) : tidak terjadi kekeruhan
Positif 1(+) : adakekeruhan halus
Positif 2 (++) : ada kekeruhan sedang
Positif 3 (+++) : kekeruhan agak berat dalam waktu < 20 detik
Positif 4 (++++) : terjadi kekeruhan berat dan seketika
Nilai normal sampai dengan posiif 1 (+)
Positif 3 (+++) sampai positif 4 (++++)berarti kaadar kalsium dalam urine tinggi dan merupakan akibat dari hiperkalsemia
11. Galli Mainini Test
Adalah test dengan cara menyuntikan urine wanita yang diduga hamil kedalam tubuh katak jantan. Apabila dalam urine katak jantan terdapat
spermatozoa hasil sekresi maka tes dinyatakan (+) atau ada kehamilan
12. Esbach
Adalah pemeriksaan kuantitatif albumin dalam urine dengan cara mencampurkan larutan asam pikrat 1% dalam air dan larutan asam sitrat 2% dalam
air dengan urine.
Hasil positif dilihat dengan adanya kekeruhan dan tinggkat kekeruhan sesuai dengan kuantitatif protein.
13. Pemeriksaan Reduksi
Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya glukosa dalam urine dengan menggunakan reagen (missal : benedict, fehling, nylander)
Dinyatakan negative (-) apabilka tidak ada perubahan warna, tetap biru sedikit kehijauan (tidak ada glukosa)
Positif 1 (+) : warna hijau kekuningan dan keruh (terdapat 0,5-1% glukosa)
Positif 2 (++) : warna kuning keruh (terdapat 1-1,5% glukosa)
Posistif 3 (+++) : warna jinga, seperti lumpur keruh (2-3,5% glukosa)
Positif 4 (++++) : merah keruh (> 3,5% glukosa)
Normal : urine reduksi negative
Reduksi + dalam urine memnunjukan adanya hiperglikemia di atas 170 mg%, karena nilai ambang batas ginjal untuk absorbs glukosa adalah 170
mg%. reduksi + disertai hiperglikemia menandakan adanya penyakit diabetes mellitus.
14. Glukosa Kuantitatif Urine
Pemeriksaan untuk mengukur jumlah glukosa dalam gram/24 jam dengan menggunakan reagen benedict kuantitatif.
15. Keton
Pemeriksaan untuk menemukan keberadaan zat keton dalam urine meliputi aseton, asam asetoasetat, asam beta hidroksi butirat. Bahan yang
digunakan adalah urine segar karena benda keton ini mudah menguap. Pemeriksaan dilakukan dengan cara mencampurkan urine dengan reagen
(Rothera, Gedhadt) dan diamati adanya perubahan warna.
Dinyatakan positif (+) apabila terjadi warna ungu kemerahan pada batas kedua cairan. Makin cepat terjadi warna ungu dan makin tua warnanya
menggambarkan makin tinggi konsentrasi keton dalam urine. Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan metabolisme berat
terutama pada penderita DM
16. Bilirubin dalam Urine
Merupakan tes (missal: percobaan busa, Harrison)untuk melihat keberadaan bilirubin dalam urine. Bilirubin normal dalam urine negative (-).
Bilirubin + menunjukkan adanya proses hemolisis, gangguan hati dan gangguan empedu.
17. Urobilinogen dalam Urine
Urobilinogen merupakan senyawa tak berwarna dibentuk dalam usus dengan mereduksi bilirubin, diekskresikan melalui feaces dan urine dan
teroksidasi dalam bentuk urobilin.
Tes untuk melihat keberadaan urobilinogen dalam urine diperlukan bahan segar. Normalnya negative (-).
18. Urobilin
Urobilin merupakan pigmen empedu, tidak berbentuk, berwarna kecoklat-coklatan.
Pemeriksaan terhadap keberadaan urobilin dengan menggunakan reagen tertentu (missal: Schlezinger). Hasil positif 1(+), atau positif 2(++) dilihat
dari adanya fluoresensi hijau.
19. Pemeriksaan Darah Samar dalam Urine
Tes ini bertujuan untuk mendeteksi adanya hemoglobin dalam urine dengan metode tertentu (missal: benzidine tes atau guayac tes). Dinyatakan
positif apabila ada perubahan warna menjadi hilau (+) sampai biru tua(++++).
Dinyatakan negatif apabila tak ada perubahan warna. Tes + berarti ditemukan hemoglobin dalam urine yang mungkin disebabkan oleh pendarahan
atau radang pada ginjal/saluran kencing.
20. Pemeriksaan Kloride dalam Urine
Bertujuan untuk menetapkan jumlah/kuantitatif klorde dalam urine 24 jam.
Biasanya menggunakan metode cepat yaitu Fantus.
21. Pemeriksaan benda-benda Nitrogen
Pemeriksaan bertujuan menemukan benda-benda nitrogen terutama nitrit, urea, kreatinin dalam urine. Peningkatan kadar benda nitrogen dalam urine
menggambarkan kondisi metabolism dari protein mulai dari intake, absorpsi, perombakan, metabolisme, destruksi dan ekskresinya.
Pengukuran kreatinin memerlukan bahan urine 24 jam dan hasilnya dapat menggambarkan kondisi fungsi ginjal.
Nilai normal ekskresi kreatinin pada wanita: 0,8 1,7 gr/hr; pria: 1,0 1,9 gr/hr
22. Pregnosticon Planotes (PPT)
Pemeriksaan untuk menemukan adanya Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dalam urine. Pemeriksaan bertujuan untuk mendeteksi adanya
kehamilan pada wanita. Hasil positif menandakan adanya tanda kehamilan pada wanita.
23. PPT Titrasi
Merupakan tes immunologic dengan Human Aglutinin Inhibitor (HAI) untuk melihat keberadaan HCG dalam urine. Dengan pemeriksaan ini
hasilnya lebih cepat, akurat dan sensitive karena dalam titer terendah pun sudah dapat terdeteksi.
Normal dalam 20 hari setelah pembuahan HCG +:500 SI/hari. Keakuratan untuk deteksi kehamilan adalah 95-98%. Pada saat ini sudah
dikembangkan oleh pabrik alat tes kehamilan yang praktis dan mudah dilakukan oleh masyarakat, hasilnya akurat missal: prognosticon, gravindex,
gonovis, deco dan lai-lain.
24. HCG EIA (test Pack)
Adalah pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan HCG dengan metode Enzyme Immuno Assay (EIA). Penggunaan sama dengan pemeriksaan
HCG diatas.
25. Asam Urat
Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin dan sulit larut dalam air.
Konsentrasi tinggi dalam urine dapat membentuk batu asam urat dan mencerminkan kadar asam urat dalam darah yang tinggi dengan segala
akibatnya. Pemeriksaan asam urat (uric acid) dalam urine bertujuan untuk mendeteksi asam urat secara kuantitatif dan kualitatif. Biasanya dilakukan
pada pasien dengan gangguan ginjal, penyakit gout, radang sendi, batu ginjal/saluran kencing.
26. Pemeriksaan Kimia Urine yang Dipermudah
Pada saat ini pabrik alat kesehatan menciptakan bermacam-macam alat yang mudah dilakukan masyarakat, praktis dan hasilnya akurat untuk
pemeriksaan urine, yang berupa kertas, plastic maupun tablet. Kertas/plastic/tablet tersebut mengandung reagen tunggal atau gabungan yang dapat
mendeteksi keberadaan suatu zat secara sendiri-sendiri atau beberapa zat sekaligus. Alat-alat tersebut antara lain:
No. Nama Alat/
Bentuk Kandungan reagen Manfaat
1. Albustix
(stik/kertas) Bromphenol blue dan salisilat Mendeteksi protein dalam urine, dinyatakan +: terjadi warna kuning biru 2. Albutes
(tablet) Sda
3. Clinistix
(stik/tes tape) Glukosa oksidasa dan orthotolidin Deteksi glukosa dalam urine.
+: warna biru
4. Clinitest
(tablet) Na hidroksida dan kuprisulfat Deteksi glukosa +: warna menjadi kuning/jingga
5. Galatest
(serbuk) Garam bismuth Deteksi glukosa +: warna abu-abu sampai hitam
6. Ketostix
(stik/kertas) Na nitoprussida, asam amino asetat, dinatrium posfat Deteksi keton dalam urine (asam asetoasetat, aceton) +: berunah warna menjadi
ungu - sampai merah
7. Acetest
(tablet) Sda Sda
8. Hemastix
(kertas) Peroksidan dan orthotolidin Deteksi darah samar (Hb) +: berubah warna menjadi hijau biru 9. Occultist
(tablet) Sda Sda
10. Ictotest
(tablet) Nitrobenzenadiazonium P toluene sulfonat Deteksi bilirubin dalam urine
11. Labstix
(kertas) Kombinasi reagen Deteksi glukosa, protein, keton, darah samar, PH
12. Hemacombistix Sda Sda
27. Fenil Keton Urie (FKU) Pemeriksaan Guthrie
Merupakan pemeriksaan skrening untuk mendeteksi adanya defisiensi enzim hepar yaitu Fenilalanin hidroksidase. Adanya akumulasi penilanin
dalam darah dan jarinagan yang berasal dari susu dan prolduk protein lain yang dapat menyebabkan kerusakan otak dan retardasi mental. Apabila
fenilanin dalam serum mencapai 4mg/ dl setelah minum susu 3-5 hari disebut tes Guthriepositif (+).
Pemeriksaan FKU pada urine dilakukan setelah bayi berumur 3-4 minggu dan diulang 1-2 minggu kemudian.
Nilai FKU 15 mg / dl atau lebih besar dapat digunakan sebagai indicator nyang signfikan adanya kerusakan otak.
Nilai normal:
FKU: negatif, Guthrie. Negatif. Pada anak: 0,5-2,0 mg/ dl
Peningkatan FKU dapat terjadi pada bayi lahir dengan berat badan rendah, encephalopatihepatik, septicemia, galaktosemia, obat aspirin dosis besar.
28. Katekolamin Urie
Merupakan hormon epinefrin dan norepinefrin yang diproduksi oleh kelenjaar medulla suprarenalis. Pada orang normal dan setelah latihan atau
olahraga produksi katekolamin akan menigkat. Apabila ditemukan kadar katekolamin dalam urine: 3-100 kali lebih besar dari normal menunjukkan
adanya penyakit feokromositoma.
Penigkatan dalam jumlah sedang ditemukan pada jumlah kasus psikiarti dan anak yang menderita neuroblastoma mligna.
Nilai normal dalam urine dewasa : total < 100 ug/ 24 jam,
aktifitas tinggi : < 0,59 umol/ 24 jam
epinefrin urie : 10-90 ug/ 24 jam
peningkatan katekolamin ditemukan pada penderita feokromositoma, stress berat, septikemi, shock, luka bakar, peritonitis, neuroblastoma maligna,
gangguan psikiatri terutana depresi/ maniakdepresif, dan obat-obatan antibiotic, antihipertensi, adrenslin, isoproterenol, insulin, devolopa, aminof
ilin, klorpromasin, dan vitamin C dan B dosis tinggi.
29. Ketosteroid-17 dalam Urine (17-KS)
Merupakan hasil metabolisme hormon testosteron yang berasal dari testis dan glandula suprarenalis. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi
adanya disfungsi kortek adrenal.
Penurunan kadar 17-KS menuhnjukkan hipofungsi kortek adrenal (misal pada penyakit Addisons) hipogonadisme, hipopituitarisme, miksedema, nefrosis, dan obat-obat: deuretik, tiazid, estrogen, kontrasepsi oral, reserpin, klordiazepoksida, promazin, quinidin, meprobamat, dan salisilat.
Peningkatan kadar 17-KS ditemukan pada hiperfungsi kortek adrenal, sindrom cushings, karsinoma adrenocorte, tumopr testis, tumor ovarium, infeksi dan stres hebat, serta obat-obat: ACTH, antibiotika, fenitoin, deksametason, dan spironolakton.
Nilai normal :
Dewasa pria : 8-25 mg/24 jam
Wanita : 5-15 mg/24 jam
Bayi : < 1 mg/24 jam
Anak 1-3 tahun : < 2 mg/24 jam
Anak 3-6 tahun : < 3 mg/24 jam
Remaja wanita : 3-12 mg/24 jam
Lansia : 4-8 mg/24 jam
30. Hidroksi Kortikosteroid-17 (17-OHCS) Urine
Merupakan hasil metabolism hormon steroid dari kortek adrenal dan dikeluarkan melalui urine (24 jam). Pemeriksaan bertujuan untuk mengkaji
fungsi hormon adrenal.
Penurunan 17-OHCS terdapat pada penyakit addisons, sindrom androgenital, hipopituitarism, hipotiroid, penyakit hati, dan obat-obat: kalsium glukonas, deksametason, fenitoin, reserfin, dan prometasin.
Peningkatan 17-OHCS terdapat pada sindrom Cushings, kanker adrenal, hiperpituitarism, hipertiroidism, stres berat, eklampsia, dan obat-obat: penicillin, eritromycin, kortison, asetazolamid, vitamin C, tiazid, digoksin, estrogen, kontrasepsi oral, quinidin, spironolakton,dan paraldehid.
Nilai normal :
Dewasa pria : 5-15 mg/24 jam
Wanita : 3-13 mg/24 jam
Rata- rata : 2-12 mg/24 jam
Lansia : lebih rendah dari dewasa
Anak 2-4 tahun : 1-2 mg/24 jam
Anak 5-12 thn :6-8 mg/24 jam
Bayi : < 1 mg/24 jam
31. Pregnanetriol urine
Merupakan zat sintesis kortikoid yang digunakan untuk mendiagnosa adanya hiperplasi adrenokortikal congenital. Penurunan kadar menunjukkan
hipofungsi hipofise anterior. Peningkatan kadar terdapat pada sindroma adrenogenital, hiperfungsi dan hiperplasi adrenokortikal kongenita, dan
tumor adrenal.
Normal :
Dewasa pria : 0,4-2,4 mg/24 jam
Wanita : 0,5-2,0 mg/24 jam
Anak : 0-1,0 mg/24 jam
Bayi : 0-0,2 mg/24 jam
32. Tes urine atas obat-obatan
Pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan metabolik yang berasal dari obat. Tes ini dilakukan untuk mengukur kadar obat dalam urine sesbagai
presentasi kadar obat dalam plasma dan sebagai indicator toksisitas obat.
No. Nama Obat Indicator tes + dalam urine Keterangan
1. Aspirin/salsilat Perubahan warna urine menjadi merah anggur yang mantap
2. Fenotiazin dan derivatnya Ungu kemerahan Langsung
3. PAS (para amino salisilat) Coklat merah
4. Fenol dan derivatnya Ungu
33. Tes urine atas obat-obatan narkotik, miras, psikotropik.
No. Jenis narkotik Nilai Normal Keterangan
1. Amphetamin (Extacy,shabu) - Stimulans
2. Cocain - Stimulans analgetik
3. Opiat (morfin,heroin) -
4. Benzodiazepin - Tranguilizer minor
5. Barbiturat - Tranguilizer minor
6. Mertaquolon (mandax) -
7. Alcohol - Depresan
8. Amytriptilin - Depresan
9. Imipramin - Depresan
10. LSD - Halusinogen
11. Ganja - dep/Stimulans
12. Haloperidol - Tranguilizer mayor
13. Chlorpromazine - Tranguilizer mayor
UJI URINE
I. TEORI Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk mengetahui kelainan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk
mengetahui kelainan-kelainan dipelbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain.
A. Pembentukan Urin Sebelum menilai hasil analisa urine, perlu diketahui tentang proses pembentukan urine. Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang
dikeluarkan melalui ginjal.
Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli permenit akan terbentuk filtrat 120 ml per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan
ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk 1 ml urin per menit.
Proses pembentukan urin meliputi tiga tahap, yaitu:
1. Filtrasi glomerulus
2. Reabsorbsi tubular
3. Sekresi tubular
1. Filtrasi Glomerulus
Pembentukan urin dimulai ketika air dan berbagai bahan terlarut lainnya disaring melalui kapiler glomerulus dan masuk ke kapsul glomerulus
(kapsul Bowman. Penyaringan bahan-bahan ini melalui dinding kapiler kurang lebih sama seperti pada penyaringan yang terjadi pada ujung arteriol
pada kapiler lain di seluruh tubuh. Hanya saja, kapiler glemerulus bersifat lebih permeabel karena adanya fenestrae pada dindingnya.
2. Reabsorbsi tubular
Reabsorbsi tubular adalah proses dimana bahan-bahan diangkut keluar dari filtrat glomerulus, melalui epitelium tubulus ginjal ke dalam darh di
kapiler peritubulus. Walaupun reabsorbsi tubulat terjadi di seluruh tubulus ginjal, peritiwa ini sebagian besar terjadi di tubulus proksimal. Adanya
mikrovili di tubulus proksimal akan meningkatkan luas permukaan yang bersentuhan dengan filtart glomerulus sehingga meningkatkan proses
reabsorbsi. Berbagai bagian dari tubulus ginjal berfungsi untuk mereabsorbsi zat yang spesifik. Sebagai contoh, reabsorbsi glukosa terjadi terutama
melalui dinding tubulus proksimal dengan cara transpor aktif. Air juga direabsorbsi dengan cepat melalui epitelium tubulus proksimal dengan
osmosis.
3. Sekresi tubular
Sekresi tubular adalah proses dimana bahan-bahan (zat) diangkut dari plasma kapiler peritubulus menuju ke cairan tubulus ginjal. Sebagai hasilnya,
jumlah zat tertentu diekskresikan melalui urin dapat lebih banyak daripada jumlah zat yang diperoleh melalui filtrasi plasma di glomerulus.
B. Kandungan Urin
1. Air dan garam-garam dalam jumlah sedemikian rupa sehingga terdapat keseimbangan antara cairan ekstrasel dan cairan intrasel.
2. Asam dan basa
Sisa-sisa metabolisme yang tidak berguna lagi bagi tubuh
3. Zat-zat yang dikeluarkan dari darah karena kadarnya berlebihan.
C. Faktor-Faktor Yang Turut Mempengaruhi Susunan Urin Untuk mendapatkan hasil analisa urin yang baik perlu diperhatikan beberapa faktor antara lain persiapan penderita dan cara pengambilan
contoh urin.
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam persiapan penderita untuk analisa urin misalnya :
pada pemeriksaan glukosa urin sebaiknya penderita jangan makan zat reduktor seperti vitamin C, karena zat tersebut dapat memberikan hasil positif
palsu dengan cara reduksi dan hasil negatif palsu dengan cara enzimatik.
Pada pemeriksaan urobilin, urobilinogen dan bilirubin sebaiknya tidak diberikan obat yang memberi warna pada urin, seperti vitamin B2 (riboflavin),
pyridium dan lain lain.
Pada tes kehamilan dianjurkan agar mengurangi minum supaya urin menjadi lebih pekat.
D. Memilih Sampel Urin Susunan urin tidak banyak berbeda dari hari ke hari, tetapi pada pihak lain mungkin banyak berbeda dari waktu ke waktu sepanjang hari,
karena itu penting untuk mengambil contoh urin menurut tujuan pemeriksaan :
o Urin sewaktu
Untuk pemeriksaan urin seperti pemeriksaan protein, glukosa dan sedimen dapat dipergunakan urin - sewaktu, yaitu urin yang dikeluarkan pada satu
waktu yang tidak ditentukan dengan khusus. Urin sewaktu cukup baik untuk pemeriksaan rutin.
o Urin pagi
Yaitu urin yang pertama-tama dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur. Urin ini lebih pekat dari urin yang dikeluarkan pada siang hari. Urin
pagi baik untuk pemeriksaan sedimen, protein, berat jenis dan tes kehamilan.
o Urin post prandial
Merupakan urin yang pertama kali dikeluarkan 1 3 jam setelah makan. Sampel urin ini baik untuk pemeriksaan terhadap glukosuria.
o Urin 24 jam
Yaitu urin yang dikumpulkan selama 24 jam. Ccara mengumpulkannya sebagai berikut: jam 7 pagi urin pertama dikeluarkan, urin ini dibuang.
Semua urin yang dikeluarkan kemudian, termasuk juga urin jam 7 pagi esok harinya, harus dapat ditampung dalam botol urin yang tersedia dan
isinya dicampur. Botol harus bersih dan biasanya memerlukan zat pengawet.
Urin 24 jam dapat digunakan untuk pemeriksaan kuantitatif semua zat dalam urin. Selain itu, dikenal juga urin siang 12 jam, urin malam 12 jam, urin
2 jam, urin 3 gelas, urin 2 gelas dsb.
o Pada penderita yang sedang haid atau "leucorrhoe" untuk mencegah kontaminasi dianjurkan pengambilan contoh urin dengan cara clean voided
specimen yaitu dengan melakukan kateterisasi, punksi suprapubik atau pengambilan urin midstream dimana urin yang pertama keluar tidak
ditampung, tapi urin yang keluar kemudian ditampung dan yang terakhir tidak turut ditampung.
E. Pemeriksaan Makroskopik, Mikroskopik Dan Kimia Urin
1. Pemeriksaan Makroskopik Yang diperiksa adalah volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin. Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil
pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan. Pengukuran
volume urin yang dikerjakan bersama dengan berat jenis urin bermanfaat untuk menentukan gangguan faal ginjal.
a. Volume urin Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan
aktivitas orang yang bersangkutan.
Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih
dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri.
Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek
diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi, pengeluaran
cairan dari edema.
Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri.
Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun.
Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal.
Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut
nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.
b. Warna urin Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan
tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya.
Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Pada umumnya warna ditentukan oleh kepekatan urin,
makin banyak diuresa makin muda warna urin itu. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa
macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin.
Bila didapatkan perubahan warna mungkin disebabkan oleh zat warna yang normal ada dalam jumlah besar, seperti urobilin menyebabkan
warna coklat.
Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal, seperti hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin
yang menyebabkan warna coklat. Warna urin yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau obat yang diberikan kepada orang sakit seperti obat
dirivat fenol yang memberikan warna coklat kehitaman pada urin.
Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal
jernih. Kekeruhan ringan disebut nubecula yang terdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat pula disebabkan oleh
urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan bakteri dari botol penampung. Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan oleh
chilus, bakteri, sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak.
c. Berat jenis urin Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop,
gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens 'pita'.
Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003 -- 1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin
rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal.
Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada
penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan,
hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun.
d. Bau urin Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik
yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan
seperti pada ketonuria.
Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang
berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.
e. pH urin Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal
berkisar antar 4,5 -- 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi.
Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum
menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa.
Dalam pengobatan batu karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam, sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat
pH urin sebaiknya dipertahankan basa.
2. Pemeriksaan Mikroskopik Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada
ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit.
Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan
dengan memakai lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa objektif besar (40X) yang
dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB.
Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu jumlah rata-rata per LPK untuk silinder dan per LPB untuk
eritrosit dan leukosit. Unsur sedimen yang kurang bermakna seperti epitel atau kristal cukup dilaporkan dengan
+ (ada), ++ (banyak) dan +++ (banyak sekali).
Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan tak organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau
jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu
organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal.
a. Eritrosit atau leukosit
Eritrosit atau leukosit di dalam sedimen urin mungkin terdapat dalam urin wanita yang haid atau berasal dari saluran kernih. Dalam
keadaan normal tidak dijumpai eritrosit dalam sedimen urin, sedangkan leukosit hanya terdapat 0 - 5/LPK dan pada wanita dapat pula karena
kontaminasi dari genitalia.
Adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria. Hematuria dapat disebabkan oleh perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark ginjal,
nephrolithiasis, infeksi saluran kemih dan pada penyakit dengan diatesa hemoragik. Terdapatnya leukosit dalam jumlah banyak di urin disebut piuria.
Keadaan ini sering dijumpai pada infeksi saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret vagina pada penderita dengan fluor albus.
b. Silinder
Silinder adalah endapan protein yang terbentuk di dalam tubulus ginjal, mempunyai matrix berupa glikoprotein (protein Tamm Horsfall)
dan kadang-kadang dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan epitel. Pembentukan silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
osmolalitas, volume, pH dan adanya glikoprotein yang disekresi oleh tubuli ginjal.
Dikenal bermacam-macam silinder yang berhubungan dengan berat ringannya penyakit ginjal. Banyak peneliti setuju bahwa dalam
keadaan normal bisa didapatkan sedikit eritrosit, leukosit dan silinder hialin. Terdapatnya silinder seluler seperti silinder leukosit, silinder eritrosit,
silinder epitel dan sunder berbutir selalu menunjukkan penyakit yang serius.
Pada pielonefritis dapat dijumpai silinder lekosit dan pada glomerulonefritis akut dapat ditemukan silinder eritrosit. Sedangkan pada
penyakit ginjal yang berjalan lanjut didapat silinder berbutir dan silinder lilin.
c. Kristal
Kristal dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan batu di dalam saluran kemih. Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan
bahan amorf merupakan kristal yang sering ditemukan dalam sedimen dan tidak mempunyai arti, karena kristal-kristal itu merupakan hasil
metabolisme yang normal.
Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis makanan, banyak makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urin. Di samping itu
mungkin didapatkan kristal lain yang berasal dari obat-obatan atau kristal-kristal lain seperti kristal tirosin, kristal leucin.
d. Epitel
Merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal didapatkan dalam sedimen urin. Dalam keadaan patologik jumlah epitel ini
dapat meningkat, seperti pada infeksi, radang dan batu dalam saluran kemih. Pada sindroma nefrotik di dalam sedimen urin mungkin didapatkan oval
fat bodies. Ini merupakan epitel tubuli ginjal yang telah mengalami degenerasi lemak, dapat dilihat dengan memakai zat warna Sudan III/IV atau
diperiksa dengan menggunakan mikroskop polarisasi.
3. Pemeriksaan Kimia Urin Di samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik
dan sensitif yaitu memakai reagens pita. Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonesia. Reagens pita ini dapat dipakai
untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit.
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimum, aktivitas reagens harus dipertahankan, penggunaan haruslah mengikuti petunjuk
dengan tepat; baik mengenai cara penyimpanan, pemakaian reagnes pita dan bahan pemeriksaan.
Urin dikumpulkan dalam penampung yang bersih dan pemeriksaan baiknya segera dilakukan. Bila pemeriksaan harus ditunda selama lebih dari satu
jam, sebaiknya urin tersebut disimpan dulu dalam lemari es, dan bila akan dilakukan pemeriksaan, suhu urin disesuaikan dulu dengan suhu kamar.
Agar didapatkan hasil yang optimal pada tes nitrit, hendaknya dipakai urin pagi atau urin yang telah berada dalam buli-buli minimal selama
4 jam. Untuk pemeriksaan bilirubin, urobilinogen dipergunakan urin segar karena zat-zat ini bersifat labil, pada suhu kamar bila kena cahaya. Bila
urin dibiarkan pada suhu kamar, bakteri akan berkembang biak yang menyebabkan pH menjadi alkali dan menyebabkan hasil positif palsu untuk
protein. Pertumbuhan bakteri karena kontaminasi dapat memberikan basil positif palsu untuk pemeriksaan darah samar dalam urin karena
terbentuknya peroksidase dari bakteri.
Reagens pita untuk pemeriksaan protein lebih peka terhadap albumin dibandingkan protein lain seperti globulin, hemoglobin, protein Bence
Jones dan mukoprotein. Oleh karena itu hasil pemeriksaan proteinuri yang negatif tidak dapat menyingkirkan kemungkinan terdapatnya protein
tersebut didalam urin.
Urin yang terlalu lindi, misalnya urin yang mengandung amonium kuartener dan urin yang terkontaminasi oleh kuman, dapat memberikan
hasil positif palsu dengan cara ini. Proteinuria dapat terjadi karena kelainan prerenal, renal dan post-renal. Kelainan pre-renal disebabkan karena
penyakit sistemik seperti anemia hemolitik yang disertai hemoglobinuria, mieloma, makroglobulinemia dan dapat timbul karena gangguan perfusi
glomerulus seperti pada hipertensi dan payah jantung.
Proteinuria karena kelainan ginjal dapat disebabkan karena kelainan glomerulus atau tubuli ginjal seperti pada penyakit glomerulunofritis
akut atau kronik, sindroma nefrotik, pielonefritis akut atau kronik, nekrosis tubuler akut dan lain-lain.
a. Pemeriksaan glukosa
Dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri
menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti :
galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C.
Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl,
sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.
Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti galaktosa, laktosa, fruktosa dan pentosa tidak bereaksi. Dengan cara
enzimatik mungkin didapatkan hasil negatip palsu pada urin yang mengandung kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau benda keton melebihi 40
mg/dl.
Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi
kepasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing, phaeochromocytoma,
peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi.
b. Benda- benda keton
Dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa
harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat lebllh dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka
untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urin mengandung bromsulphthalein,
metabolit levodopa dan pengawet 8-hidroksi-quinoline yang berlebihan.
Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan puasa yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat
seperti pada diabetes mellitus, kelainan metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi. Hal ini terjadi sebelum
kadar benda keton dalam serum meningkat.
c. Pemeriksaan bilirubin
Dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua.
Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo salisilat.
Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu. Hasil
positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi
bila urin mengandung metabolit pyridium atau serenium.
d. Pemeriksaan urobilinogen
Dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal kadar urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl urin.
Peningkatan ekskresi urobilinogen urin mungkin disebabkan oleh kelainan hati, saluran empedu atau proses hemolisa yang berlebihan di dalam
tubuh.
Dalam keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam urin mungkin disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau pada
wanita yang sedang haid. Dengan pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya 150-450 ug hemoglobin per liter urin. Tes ini lebih peka terhadap
hemoglobin daripada eritrosit yang utuh sehingga perlu dilakukan pula pemeriksaan mikroskopik urin.
Hasil negatif palsu bila urin mengandung vitamin C lebih dari 10 mg/dl. Hasil positif palsu didapatkan bila urin mengandung oksidator
seperti hipochlorid atau peroksidase dari bakteri yang berasal dari infeksi saluran kemih atau akibat pertumbuhan kuman yang terkontaminasi.
e. Tes nitrit
Dalam keadaan normal urin bersifat steril. Adanya bakteriura dapat ditentukan dengan tes nitrit. Dalam keadaan normal tidak terdapat nitrit
dalam urin. Tes akan berhasil positif bila terdapat lebih dari 105 mikroorganisme per ml urin. Perlu diperhatikan bahwa urin yang diperiksa
hendaklah urin yang telah berada dalam buli-buli minimal 4 jam, sehingga telah terjadi perubahan nitrat menjadi nitrit oleh bakteri. Urin yang
terkumpul dalam buli-buli kurang dari 4 jam akan memberikan basil positif pada 40% kasus.
Hasil positif akan mencapai 80% kasus bila urin terkumpul dalam buli-buli lebih dari 4 jam. Hasil yang negatif belum dapat menyingkirkan
adanya bakteriurea, karena basil negatif mungkin disebabkan infeksi saluran kemih oleh kuman yang tidak mengandung reduktase, sehingga kuman
tidak dapat merubah nitrat menjadi nitrit. Bila urin yang akan diperiksa berada dalam buli-buli kurang dari 4 jam atau tidak terdapat nitrat dalam
urin, basil tes akan negatif.
Kepekaan tes ini berkurang dengan peningkatan berat jenis urin. Hasil negatif palsu terjadi bila urin mengandung vitamin C melebihi 25
mg/dl dan konsentrasi ion nitrat dalam urin kurang dari 0,03 mg/dl.
d. Leukosit esterase
Sebuah hasil positif tes esterase leukosit dari adanya sel-sel darah putih baik sebagai sel utuh atau sebagai sel segaris. Piuria dapat
dideteksi bahkan jika sampel urin mengandung WBC yang rusak atau segaris. Sebuah tes esterase leukosit negatif berarti bahwa infeksi tidak
mungkin dan bahwa, tanpa bukti tambahan infeksi saluran kemih, pemeriksaan mikroskopis dan / atau kultur urin tidak perlu dilakukan untuk menyingkirkan bakteriuria signifikan.
4. Metodologi
Contoh tercampur urin (biasanya 10-15 ml) disentrifugasi dalam tabung reaksi dengan kecepatan relatif rendah (sekitar 2-3,000 rpm)
selama 5-10 menit sampai tombol cukup kohesif diproduksi di bagian bawah tabung. Supernatan ini tertuang dan volume dari 0,2 sampai 0,5 ml
yang tersisa dalam tabung. Sedimen ini resuspended dalam supernatan yang tersisa dengan menjentikkan bagian bawah tabung beberapa kali. Setetes
sedimen resuspended dituangkan ke slide kaca dan coverslipped.
Sedimen ini pertama diperiksa di bawah daya rendah untuk mengidentifikasi kristal besar, gips, sel skuamosa, dan benda-benda besar
lainnya. Jumlah gips terlihat biasanya dilaporkan sebagai jumlah tiap jenis ditemukan per bidang daya rendah (LPF). Contoh: hialin 5-10 cetakan /
gips L / LPF. Karena jumlah elemen yang ditemukan di lapangan masing-masing mungkin berbeda dari satu bidang ke bidang lainnya, beberapa
bidang dirata-ratakan. Selanjutnya, pemeriksaan dilakukan pada daya tinggi untuk mengidentifikasi kristal, sel, dan bakteri. Berbagai jenis sel yang
biasanya digambarkan sebagai jumlah tiap jenis ditemukan per bidang daya rata-rata tinggi (HPF). Contoh: 1-5 WBC / HPF.
a. Merah Darah Sel
Hematuria adalah adanya nomor abnormal sel-sel merah dalam urin karena: kerusakan glomerular, tumor yang mengikis saluran kemih di
mana saja sepanjang panjangnya, trauma ginjal, batu saluran kemih, infark ginjal, nekrosis tubular akut, atas dan infeksi saluran kemih uri rendah ,
nephrotoxins, dan stres fisik. Sel darah merah juga dapat mengkontaminasi urin dari vagina pada wanita menstruasi atau dari trauma yang dihasilkan
oleh catherization kandung kemih. Secara teoritis, tidak ada sel darah merah harus ditemukan, tetapi beberapa menemukan jalan mereka ke dalam
urin bahkan pada individu yang sangat sehat. Namun, jika satu atau lebih sel darah merah dapat ditemukan di setiap bidang daya tinggi, dan jika
kontaminasi dapat dikesampingkan, spesimen mungkin abnormal.
RBC yang mungkin muncul biasanya berbentuk, bengkak oleh urin encer (pada kenyataannya, hantu hanya sel dan hemoglobin bebas
dapat tetap), atau crenated oleh urin terkonsentrasi. Kedua, bengkak di RBC sebagian hemolyzed dan crenated itu RBC kadang-kadang sulit untuk
membedakan dari yang WBC dalam urin. Selain itu, hantu sel merah dapat mensimulasikan ragi. Kehadiran itu RBC dismorfik dalam urin
menunjukkan penyakit glomerular seperti glomerulonefritis. Itu RBC dismorfik memiliki bentuk aneh sebagai konsekuensi dari yang terdistorsi
melalui perjalanan melalui struktur glomerulus normal.
b. Sel Darah Putih
Piuria mengacu pada kehadiran sejumlah abnormal leukosit yang mungkin muncul dengan infeksi baik di saluran kemih bagian atas atau bawah atau
dengan glomerulonefritis akut. Biasanya, itu WBC adalah granulosit. Sel darah putih dari vagina, terutama dengan adanya infeksi vagina dan serviks,
atau meatus uretra eksterna pada pria dan wanita dapat mengkontaminasi urin.
Jika dua atau lebih leukosit per masing-masing bidang daya tinggi muncul dalam yang tidak terkontaminasi urin, spesimen mungkin
abnormal. Leukosit telah lobed inti dan sitoplasma granular.
c. Sel epitel
Ginjal sel epitel tubular, biasanya lebih besar dari granulosit, berisi putaran besar atau inti oval dan biasanya mengelupaskan ke urin dalam jumlah
kecil. Namun, dengan sindrom nefrotik dan dalam kondisi menyebabkan degenerasi tubular, jumlah sloughed meningkat.
Ketika lipiduria terjadi, sel-sel ini mengandung lemak endogen. Ketika diisi dengan tetesan lemak banyak, sel-sel tersebut disebut lemak
tubuh oval. Lemak tubuh Oval memperlihatkan "Malta salib" konfigurasi dengan mikroskop cahaya terpolarisasi.
el epitel Transisi dari pelvis ginjal, ureter, atau kandung kemih memiliki batas sel lebih teratur, inti besar, dan ukuran keseluruhan lebih kecil dari
epitel skuamosa. Ginjal sel epitel tubular lebih kecil dan bulat dari epitel transisional, dan inti mereka menempati lebih dari volume total sel.
Sel epitel skuamosa dari permukaan kulit atau dari luar uretra dapat muncul dalam urin.
Signifikansi mereka adalah bahwa mereka mewakili kemungkinan kontaminasi spesimen dengan flora kulit.
d. Pemain
Gips kemih terbentuk hanya dalam tubulus distal rumit (DCT) atau saluran pengumpul (nefron distal). Tubulus proksimal berbelit-belit (PCT) dan
lengkung Henle bukan lokasi untuk pembentukan cor. Gips hialin terutama terdiri dari mucoprotein (protein Tamm-Horsfall) disekresikan oleh sel
tubulus. Para Tamm-Horsfall protein sekresi (titik hijau) diilustrasikan dalam diagram di bawah, membentuk cast hialin di saluran mengumpulkan:
Bahkan dengan cedera glomerulus menyebabkan permeabilitas glomerulus meningkat menjadi protein plasma dengan proteinuria yang dihasilkan,
matriks sebagian besar atau "lem" yang semen kemih melemparkan bersama adalah Tamm-Horsfall mucoprotein, meskipun albumin dan globulin
beberapa juga dimasukkan. Contoh peradangan glomerulus dengan kebocoran itu RBC untuk menghasilkan cor sel darah merah ditunjukkan pada
diagram dibawah ini:
Faktor-faktor yang mendukung pembentukan protein cor adalah laju aliran rendah, konsentrasi garam tinggi, dan pH rendah, yang
semuanya mendukung denaturasi protein dan curah hujan, terutama yang dari protein Tamm-Horsfall. Protein gips dengan cylindroids panjang, ekor
tipis terbentuk di persimpangan dari loop Henle dan tubulus distal disebut berbelit-belit. Gips hialin dapat dilihat bahkan pada pasien sehat.
Sel darah merah dapat tetap bersatu dan membentuk gips sel darah merah. Gips tersebut adalah indikasi dari glomerulonefritis, dengan
kebocoran itu RBC dari glomeruli, atau kerusakan tubular parah.
Gips sel darah putih yang paling khas untuk pielonefritis akut, tetapi mereka juga dapat hadir dengan glomerulonefritis. Kehadiran mereka
menunjukkan radang ginjal, karena gips tersebut tidak akan terbentuk kecuali dalam ginjal.
Ketika gips seluler tetap dalam nefron untuk beberapa waktu sebelum mereka memerah ke dalam urin kandung kemih, sel dapat merosot
menjadi cor kasar granular, kemudian cast butiran halus, dan akhirnya, cast lilin. Gips granular dan lilin yang akan diyakini berasal dari ginjal gips
sel tubular. Gips luas diyakini berasal dari tubulus rusak dan melebar dan karena itu terlihat pada stadium akhir penyakit ginjal kronis.
Sedimen urin disebut meneropong adalah satu di mana sel darah merah, sel darah putih, tubuh lemak oval, dan segala jenis cetakan
ditemukan di lebih atau kurang profesi sama. Kondisi yang dapat menyebabkan sedimen meneropong adalah: 1) lupus nefritis 2) hipertensi maligna
3) glomerulosclerosis diabetes, dan 4) cepat glomerulonefritis progresif.
Pada stadium akhir penyakit ginjal dari setiap penyebab, sedimen urin sering menjadi sangat kurang karena nefron yang tersisa menghasilkan
urin encer.
e. Bakteri
Bakteri yang umum pada spesimen urin karena dari flora mikroba berlimpah normal dari vagina atau meatus uretra eksterna dan karena
kemampuan mereka untuk secara cepat berkembang biak di berdiri urin pada suhu kamar. Oleh karena itu, organisme mikroba yang ditemukan di
semua tapi yang paling teliti urines dikumpulkan harus ditafsirkan mengingat gejala klinis.
Diagnosis bakteriuria dalam kasus infeksi saluran kemih diduga membutuhkan budaya. Hitung koloni juga dapat dilakukan untuk melihat
apakah sejumlah besar bakteri yang hadir. Umumnya, lebih dari 100.000 / ml dari satu organisme mencerminkan bakteriuria signifikan. Beberapa
organisme mencerminkan kontaminasi. Namun, kehadiran organisme dalam spesimen keran kateter atau suprapubik harus dianggap signifikan.
f. Ragi
Sel ragi mungkin kontaminan atau mewakili infeksi jamur sejati. Mereka sering sulit dibedakan dari sel darah merah dan kristal amorf tetapi
dibedakan dengan kecenderungan mereka untuk tunas. Paling sering mereka Candida, yang dapat menjajah kandung kemih, uretra, atau vagina.
g. Kristal
Kristal umum terlihat bahkan pada pasien sehat termasuk kalsium oksalat, kristal tiga fosfat dan fosfat amorf.
Kristal sangat jarang meliputi: kristal sistin dalam urin dari neonatus dengan cystinuria bawaan atau penyakit hati yang berat, kristal tirosin
dengan tyrosinosis bawaan atau gangguan hati yang ditandai, atau kristal leusin pada pasien dengan penyakit hati yang berat atau penyakit urin sirup
maple.
II. ANALISA PEMERIKSAAN URINE
A. Pemeriksaan Berdasarkan Warna Urine
No Warna urine Penyebab patologis Penyebab non patologis
1. Merah Ada hemonglobin, mioglobin dan porfirin ( berarti ada perdarahan saluran kencing ), Oleh karena obat tertentu, Karena zat warna dari
makanan tertentu, misal biet, senna, robarber.
2. Jingga Zat warna empedu, Karena obat-obat: antiseptic saluran kencing, pyridium, dan obat fenothiazin
3. Kuning - Urine pekat
- Keradaan bakteri pseudomonas
- Obat preparat vitamin dan obat psikoaktif
4. Hijau
- Keberadaan biliverdin
- Keradaan bakteri pseudomonas - Obat preparat vitamin dan obat psikoaktif
5. Biru Tak patologis Deuretika tertentu
6. Coklat
- Keberadaan hematin asam, mioglobin dan zat warna empedu
- Obat-obat nitrofurantioin, levodova
7. Hitam/ hampir hitam Keberadaan
- melanin, kaskara, senyawa besi dan fenol
- Obat levodova, kaskara, senyawa besi dan fenol
B. Analisa berdasarkan keberadaan gula dalam urine
No Gula dalam urine Penafsiran
1. Urine+bersama hiperglikemi
- Penyakit DM
- Penyakit endokrien, hipertiroidisme, dan feokromositosis
- Pankreatits, Ca pancreas
- Dispusi SSF: asfiksia, perdarahan/ tumor hipotalamus
- Gangguan metabolismeberat: luka bakar berat, uremia, penyakit hati berat, sepsis
- Obat kortikosteroid dan thiazid
2. Urine+, tanpa hiperklikimia Disfungsi tubulus ginjal, kehamilan, gu;la non glucose
C. Penafsiran keberadaan protein dalam urine No Keberadaan protein dalam urine Tafsiran gangguan organ/ penyakit
1. Proteinurea ringan
- Penggunaan obat anti koagulan
- Penyakit sel sabit
2. Eritrosit utuh diikuti adanya selinder eritrosit, selinder bergranula dan proteinuria - GNC
- Nefritis
- Poliarthritis
- Nefropatie alergi
3 Dalam sedimen tak ada eritrosit utuh - Lisis eritrosit dalam sirkulasi
- Hemolisis tranfusi/ tranfusi darah hemolisis
E. Tafsiran keberadaan silinder dalam urine
No Jenis slinder Penafsran
1. Hialin
a. Gerak badan berat pada orang normal
b. Gagl jantung kongesti
c. Nepropatie DM
d. Glumerulo nefritis kronis
2 Eritrosit
a. Glumerulonefritis akut
b. Endokarditis bacterial
c. Nefritis lupus
d. Infark ginjal
3 Lekosit
a. Pyelonefritis akut
b. Nefritis
4 Epithel
a. Nekrosis tubuler
b. Infeksi cytomelogavirus
c. Keracnan logam berat atau ssalisilat
5 Granuler (butir kasar/halus)
a. Sindrom nefrotik
b. Pyelonefritis
c. Glumerulonefritis
d. Keracunan tinbal
6 Lilin
a. Atropi tubulus ginjal berat
F. Penafsiran terhadap kadar bilirubin serum, bilirubin urine dan urobilin urine No Bilirubin serum Bilirubin urine Orobilin urine Tapsiran
1. Indirek meningkat
Direk normal ( n ) Negative ( - ) Meningkat Hemolisis
2. Indirek normal
Direk ( n ) meningkat Negative ( - ) Meningkat Kerusakan sel hati awal 3. Indirek meningkat
Direk meningkat Meningkat Meningkat Kerusakan sel hati berat
4. Indirek ( n )
Direk meningkat Meningkat Negative ( - ) Obstruksi salauran empedu ekstra atau infra empatik
G. Pemeriksaan Bence Jones
Adalah pemeriksaan urine untuk mendeteksi keberadaan protein patologis dengan cara mencampur urine dengan asam asetat dan
dipanaskan. Dinyatakan positif apabila terjadi kekeruhan pada saat urine dingin. Biasanya dilakukan pada penderita Myeloma Multiple. Reaksi
bence jones (+) dapatjuga terjadi pada tumor tulang dan leukemia.
H. Pemeriksaan 5 Hidroxyindolo Acetic Acid ( 5-HIAA) 5 HIAA adalah zat yang banyak ditemukan pada penderita dengan sindrom carcinoid,dimana penghasilan serotonin berlebihan. 5 HIAA adalah
derifat indol hasil metabolisme serotonin berlebihan. Tes dilakukan dengan menggunakan reagen Ehrlich, dan dinyatakan neormal apabila didalam
tes terjadi warna biru yang jelas.
I. Pemeriksaan Benzidin Pemeriksaan pada urinene maupun feases yang bertujuan mendeteksi keberadaan hemoglobin dan deerifatnya pada urine atau feases. Tes dilakukan
dengan mencampur bahan pemeriksaan dengan larutan benzidin, dan dinyatakan hasil:
a. Negative (-) apabila tidak ada perubahan warna ( tetap samar-samar kehijauan)
b. Positif 1 (+) warna hijau
c. Positif 2 (++) biru hijau
d. Positif 3 (+++) biru
e. Positif 4 (++++) biru tua
Biasanya tes dilakukan pada penderita yang dicurigai adanya perdrahan pada saluran kencing maupun pencernaan
J. Pemeriksaan Sulkowitch Pemeriksaan untuk mengetahui kadar kalsium dalam urine yang dikeluarkan oleh ginjal, dengan menggunakan reagen sulkowitch ( asam oxalate,
aluminiium oxalate, asam asetat glacial, dan aquadest ). Bahan urine yang digunakan adalah urine 24 jam yang sebelumnya pasien di puaskan dari
makanan / minuman yang mengandung kalsium.
Interpretasi hasil :
Negative (-) : tidak terjadi kekeruhan
Positif 1(+) : adakekeruhan halus
Positif 2 (++) : ada kekeruhan sedang
Positif 3 (+++) : kekeruhan agak berat dalam waktu < 20 detik
Positif 4 (++++) : terjadi kekeruhan berat dan seketika
Nilai normal sampai dengan posiif 1 (+)
Positif 3 (+++) sampai positif 4 (++++)berarti kaadar kalsium dalam urine tinggi dan merupakan akibat dari hiperkalsemia
K. Galli Mainini Test Adalah test dengan cara menyuntikan urine wanita yang diduga hamil kedalam tubuh katak jantan. Apabila dalam urine katak jantan terdapat
spermatozoa hasil sekresi maka tes dinyatakan (+) atau ada kehamilan
L. Esbach Adalah pemeriksaan kuantitatif albumin dalam urine dengan cara mencampurkan larutan asam pikrat 1% dalam air dan larutan asam sitrat 2% dalam
air dengan urine.
Hasil positif dilihat dengan adanya kekeruhan dan tinggkat kekeruhan sesuai dengan kuantitatif protein.
M. Pemeriksaan Reduksi Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya glukosa dalam urine dengan menggunakan reagen (missal : benedict, fehling, nylander)
Dinyatakan negative (-) apabilka tidak ada perubahan warna, tetap biru sedikit kehijauan (tidak ada glukosa)
Positif 1 (+) : warna hijau kekuningan dan keruh (terdapat 0,5-1% glukosa)
Positif 2 (++) : warna kuning keruh (terdapat 1-1,5% glukosa)
Posistif 3 (+++) : warna jinga, seperti lumpur keruh (2-3,5% glukosa)
Positif 4 (++++) : merah keruh (> 3,5% glukosa)
Normal : urine reduksi negative
Reduksi + dalam urine memnunjukan adanya hiperglikemia di atas 170 mg%, karena nilai ambang batas ginjal untuk absorbs glukosa adalah 170
mg%. reduksi + disertai hiperglikemia menandakan adanya penyakit diabetes mellitus.
N. Glukosa Kuantitatif Urine Pemeriksaan untuk mengukur jumlah glukosa dalam gram/24 jam dengan menggunakan reagen benedict kuantitatif.
O. Keton Pemeriksaan untuk menemukan keberadaan zat keton dalam urine meliputi aseton, asam asetoasetat, asam beta hidroksi butirat. Bahan yang
digunakan adalah urine segar karena benda keton ini mudah menguap. Pemeriksaan dilakukan dengan cara mencampurkan urine dengan reagen
(Rothera, Gedhadt) dan diamati adanya perubahan warna.
Dinyatakan positif (+) apabila terjadi warna ungu kemerahan pada batas kedua cairan. Makin cepat terjadi warna ungu dan makin tua warnanya
menggambarkan makin tinggi konsentrasi keton dalam urine. Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan metabolisme berat
terutama pada penderita DM
P. Bilirubin dalam Urine Merupakan tes (missal: percobaan busa, Harrison)untuk melihat keberadaan bilirubin dalam urine. Bilirubin normal dalam urine negative (-).
Bilirubin + menunjukkan adanya proses hemolisis, gangguan hati dan gangguan empedu.
Q. Urobilinogen dalam Urine Urobilinogen merupakan senyawa tak berwarna dibentuk dalam usus dengan mereduksi bilirubin, diekskresikan melalui feaces dan urine dan
teroksidasi dalam bentuk urobilin.
Tes untuk melihat keberadaan urobilinogen dalam urine diperlukan bahan segar. Normalnya negative (-).
R. Urobilin Urobilin merupakan pigmen empedu, tidak berbentuk, berwarna kecoklat-coklatan.
Pemeriksaan terhadap keberadaan urobilin dengan menggunakan reagen tertentu (missal: Schlezinger). Hasil positif 1(+), atau positif 2(++) dilihat
dari adanya fluoresensi hijau.
S. Pemeriksaan Darah Samar dalam Urine Tes ini bertujuan untuk mendeteksi adanya hemoglobin dalam urine dengan metode tertentu (missal: benzidine tes atau guayac tes). Dinyatakan
positif apabila ada perubahan warna menjadi hilau (+) sampai biru tua(++++).
Dinyatakan negatif apabila tak ada perubahan warna. Tes + berarti ditemukan hemoglobin dalam urine yang mungkin disebabkan oleh pendarahan
atau radang pada ginjal/saluran kencing.
T. Pemeriksaan Kloride dalam Urine Bertujuan untuk menetapkan jumlah/kuantitatif klorde dalam urine 24 jam.
Biasanya menggunakan metode cepat yaitu Fantus.
U. Pemeriksaan benda-benda Nitrogen
Pemeriksaan bertujuan menemukan benda-benda nitrogen terutama nitrit, urea, kreatinin dalam urine. Peningkatan kadar benda nitrogen dalam urine
menggambarkan kondisi metabolism dari protein mulai dari intake, absorpsi, perombakan, metabolisme, destruksi dan ekskresinya.
Pengukuran kreatinin memerlukan bahan urine 24 jam dan hasilnya dapat menggambarkan kondisi fungsi ginjal.
Nilai normal ekskresi kreatinin pada wanita: 0,8 1,7 gr/hr; pria: 1,0 1,9 gr/hr
V. Pregnosticon Planotes (PPT) Pemeriksaan untuk menemukan adanya Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dalam urine. Pemeriksaan bertujuan untuk mendeteksi adanya
kehamilan pada wanita. Hasil positif menandakan adanya tanda kehamilan pada wanita.
W. PPT Titrasi Merupakan tes immunologic dengan Human Aglutinin Inhibitor (HAI) untuk melihat keberadaan HCG dalam urine. Dengan pemeriksaan ini
hasilnya lebih cepat, akurat dan sensitive karena dalam titer terendah pun sudah dapat terdeteksi.
Normal dalam 20 hari setelah pembuahan HCG +:500 SI/hari. Keakuratan untuk deteksi kehamilan adalah 95-98%. Pada saat ini sudah
dikembangkan oleh pabrik alat tes kehamilan yang praktis dan mudah dilakukan oleh masyarakat, hasilnya akurat missal: prognosticon, gravindex,
gonovis, deco dan lai-lain.
X. HCG EIA (test Pack) Adalah pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan HCG dengan metode Enzyme Immuno Assay (EIA). Penggunaan sama dengan pemeriksaan
HCG diatas.
Y. Asam Urat Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin dan sulit larut dalam air.
Konsentrasi tinggi dalam urine dapat membentuk batu asam urat dan mencerminkan kadar asam urat dalam darah yang tinggi dengan segala
akibatnya. Pemeriksaan asam urat (uric acid) dalam urine bertujuan untuk mendeteksi asam urat secara kuantitatif dan kualitatif. Biasanya dilakukan
pada pasien dengan gangguan ginjal, penyakit gout, radang sendi, batu ginjal/saluran kencing.
Z. Pada saat ini pabrik alat kesehatan menciptakan bermacam-macam alat yang mudah dilakukan masyarakat, praktis dan hasilnya akurat untuk
pemeriksaan urine, yang berupa kertas, plastic maupun tablet. Kertas/plastic/tablet tersebut mengandung reagen tunggal atau gabungan yang dapat
mendeteksi keberadaan suatu zat secara sendiri-sendiri atau beberapa zat sekaligus. Alat-alat tersebut antara lain:
No. Nama Alat/
Bentuk Kandungan reagen Manfaat
1. Albustix
(stik/kertas) Bromphenol blue dan salisilat Mendeteksi protein dalam urine, dinyatakan +: terjadi warna kuning biru 2. Albutes
(tablet) Sda
3. Clinistix
(stik/tes tape) Glukosa oksidasa dan orthotolidin Deteksi glukosa dalam urine.
+: warna biru
4. Clinitest
(tablet) Na hidroksida dan kuprisulfat Deteksi glukosa +: warna menjadi kuning/jingga
5. Galatest
(serbuk) Garam bismuth Deteksi glukosa +: warna abu-abu sampai hitam
6. Ketostix
(stik/kertas) Na nitoprussida, asam amino asetat, dinatrium posfat Deteksi keton dalam urine (asam asetoasetat, aceton) +: berunah warna menjadi
ungu - sampai merah
7. Acetest
(tablet) Sda Sda
8. Hemastix
(kertas) Peroksidan dan orthotolidin Deteksi darah samar (Hb) +: berubah warna menjadi hijau biru 9. Occultist
(tablet) Sda Sda
10. Ictotest
(tablet) Nitrobenzenadiazonium P toluene sulfonat Deteksi bilirubin dalam urine
11. Labstix
(kertas) Kombinasi reagen Deteksi glukosa, protein, keton, darah samar, PH
12. Hemacombistix Sda Sda
@. Fenil Keton Urie (FKU) Pemeriksaan Guthrie
Merupakan pemeriksaan skrening untuk mendeteksi adanya defisiensi enzim hepar yaitu Fenilalanin hidroksidase. Adanya akumulasi penilanin
dalam darah dan jarinagan yang berasal dari susu dan prolduk protein lain yang dapat menyebabkan kerusakan otak dan retardasi mental. Apabila
fenilanin dalam serum mencapai 4mg/ dl setelah minum susu 3-5 hari disebut tes Guthriepositif (+).
Pemeriksaan FKU pada urine dilakukan setelah bayi berumur 3-4 minggu dan diulang 1-2 minggu kemudian.
Nilai FKU 15 mg / dl atau lebih besar dapat digunakan sebagai indicator nyang signfikan adanya kerusakan otak.
Nilai normal:
FKU: negatif, Guthrie. Negatif. Pada anak: 0,5-2,0 mg/ dl
Peningkatan FKU dapat terjadi pada bayi lahir dengan berat badan rendah, encephalopatihepatik, septicemia, galaktosemia, obat aspirin dosis besar.
Katekolamin Urie
Merupakan hormon epinefrin dan norepinefrin yang diproduksi oleh kelenjaar medulla suprarenalis. Pada orang normal dan setelah latihan atau olahraga
produksi katekolamin akan menigkat. Apabila ditemukan kadar katekolamin dalam urine: 3-100 kali lebih besar dari normal menunjukkan adanya
penyakit feokromositoma.
Penigkatan dalam jumlah sedang ditemukan pada jumlah kasus psikiarti dan anak yang menderita neuroblastoma mligna.
Nilai normal dalam urine dewasa : total < 100 ug/ 24 jam,
aktifitas tinggi : < 0,59 umol/ 24 jam
epinefrin urie : 10-90 ug/ 24 jam
peningkatan katekolamin ditemukan pada penderita feokromositoma, stress berat, septikemi, shock, luka bakar, peritonitis, neuroblastoma maligna,
gangguan psikiatri terutana depresi/ maniakdepresif, dan obat-obatan antibiotic, antihipertensi, adrenslin, isoproterenol, insulin, devolopa, aminof
ilin, klorpromasin, dan vitamin C dan B dosis tinggi.
Ketosteroid-17 dalam Urine (17-KS)
Merupakan hasil metabolisme hormon testosteron yang berasal dari testis dan glandula suprarenalis. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya
disfungsi kortek adrenal.
Penurunan kadar 17-KS menuhnjukkan hipofungsi kortek adrenal (misal pada penyakit Addisons) hipogonadisme, hipopituitarisme, miksedema, nefrosis, dan obat-obat: deuretik, tiazid, estrogen, kontrasepsi oral, reserpin, klordiazepoksida, promazin, quinidin, meprobamat, dan salisilat.
Peningkatan kadar 17-KS ditemukan pada hiperfungsi kortek adrenal, sindrom cushings, karsinoma adrenocorte, tumopr testis, tumor ovarium, infeksi dan stres hebat, serta obat-obat: ACTH, antibiotika, fenitoin, deksametason, dan spironolakton.
Nilai normal :
Dewasa pria : 8-25 mg/24 jam
Wanita : 5-15 mg/24 jam
Bayi : < 1 mg/24 jam
Anak 1-3 tahun : < 2 mg/24 jam
Anak 3-6 tahun : < 3 mg/24 jam
Remaja wanita : 3-12 mg/24 jam
Lansia : 4-8 mg/24 jam
Hidroksi Kortikosteroid-17 (17-OHCS) Urine
Merupakan hasil metabolism hormon steroid dari kortek adrenal dan dikeluarkan melalui urine (24 jam). Pemeriksaan bertujuan untuk mengkaji fungsi
hormon adrenal.
Penurunan 17-OHCS terdapat pada penyakit addisons, sindrom androgenital, hipopituitarism, hipotiroid, penyakit hati, dan obat-obat: kalsium glukonas, deksametason, fenitoin, reserfin, dan prometasin.
Peningkatan 17-OHCS terdapat pada sindrom Cushings, kanker adrenal, hiperpituitarism, hipertiroidism, stres berat, eklampsia, dan obat-obat: penicillin, eritromycin, kortison, asetazolamid, vitamin C, tiazid, digoksin, estrogen, kontrasepsi oral, quinidin, spironolakton,dan paraldehid.
Nilai normal :
Dewasa pria : 5-15 mg/24 jam
Wanita : 3-13 mg/24 jam
Rata- rata : 2-12 mg/24 jam
Lansia : lebih rendah dari dewasa
Anak 2-4 tahun : 1-2 mg/24 jam
Anak 5-12 thn :6-8 mg/24 jam
Bayi : < 1 mg/24 jam
Pregnanetriol urine
Merupakan zat sintesis kortikoid yang digunakan untuk mendiagnosa adanya hiperplasi adrenokortikal congenital. Penurunan kadar menunjukkan
hipofungsi hipofise anterior. Peningkatan kadar terdapat pada sindroma adrenogenital, hiperfungsi dan hiperplasi adrenokortikal kongenita, dan
tumor adrenal.
Normal :
Dewasa pria : 0,4-2,4 mg/24 jam
Wanita : 0,5-2,0 mg/24 jam
Anak : 0-1,0 mg/24 jam
Bayi : 0-0,2 mg/24 jam
%. Tes urine atas obat-obatan
Pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan metabolik yang berasal dari obat. Tes ini dilakukan untuk mengukur kadar obat dalam urine sesbagai
presentasi kadar obat dalam plasma dan sebagai indicator toksisitas obat.
No. Nama Obat Indicator tes + dalam urine Keterangan
1. Aspirin/salsilat Perubahan warna urine menjadi merah anggur yang mantap
2. Fenotiazin dan derivatnya Ungu kemerahan Langsung
3. PAS (para amino salisilat) Coklat merah
4. Fenol dan derivatnya Ungu
*. Tes urine atas obat-obatan narkotik, miras, psikotropik.
No. Jenis narkotik Nilai Normal Keterangan
1. Amphetamin (Extacy,shabu) - Stimulans
2. Cocain - Stimulans analgetik
3. Opiat (morfin,heroin) -
4. Benzodiazepin - Tranguilizer minor
5. Barbiturat - Tranguilizer minor
6. Mertaquolon (mandax) -
7. Alcohol - Depresan
8. Amytriptilin - Depresan
9. Imipramin - Depresan
10. LSD - Halusinogen
11. Ganja - dep/Stimulans
12. Haloperidol - Tranguilizer mayor
13. Chlorpromazine - Tranguilizer mayor
III. PEMERIKSAAN URIN RUTIN
Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik,
mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah
pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.
Urinalisis adalah analisis urin. Seorang dokter melakukan serangkaian fisik, tes mikroskopis, dan kimia pada sampel urin. Tes dapat layar
untuk penyakit ginjal dan infeksi saluran kemih. Hal ini juga dapat membantu mendiagnosa penyakit yang menghasilkan produk pemecahan
abnormal yang disebut metabolit yang diwariskan dari tubuh dalam urin.
Bagaimana tes dilakukan?
Pertama, orang mencuci di sekitar urethra, tabung yang melewati air seni keluar dari tubuh. Hal ini untuk mencegah kontaminasi sampel.
Selanjutnya, orang perlu mengumpulkan sampel urin di tengah sungai, yaitu, tidak pada awal dan tidak di akhir. Hal ini disebut sebagai sampel urin
yang bersih-catch.
Orang tersebut harus mengikuti langkah-langkah untuk mendapatkan sampel. Pertama, orang mulai buang air kecil ke toilet. Kemudian, ia
menangkap sampel urin dalam wadah. Kemudian orang tersebut bisa selesai buang air kecil di toilet. Orang tersebut kemudian mencakup wadah dan
memberikannya kepada dokter.
Sampel dikirim ke laboratorium untuk pengujian. Dokter mungkin meminta setiap berbagai fisik, tes mikroskopis dan kimia. Cara terbaik
adalah untuk melakukan tes yang paling dalam waktu 15 menit dari waktu urin dikumpulkan.
Hasil tes normal untuk air seni adalah:
o warna: bervariasi dari tidak berwarna sampai kuning gelap. Makanan tertentu mungkin noda itu.
o spesifik gravitasi: rentang 1,006-1,030. Jumlahnya lebih tinggi, lebih terkonsentrasi urin.
o pH, atau saudara keasaman atau alkalinitas: berkisar 4,6-8,0. Rata-rata adalah 6,0, yang sedikit asam.
o gula, keton, dan protein: sekarang ada.
o darah: tidak ada sel darah merah atau hemoglobin yang hadir.
o bilirubin: tidak ada.
o sel darah putih: tidak ada.
Hasil tes tidak normal untuk air seni adalah:
o warna: lain dari biasanya.
o spesifik gravitasi: nilai yang lebih tinggi atau lebih rendah. Ini mungkin menunjukkan gangguan ginjal. Pengecualian adalah mereka yang
berhubungan dengan makanan atau asupan cairan.
o pH: urine terlalu asam atau basa. Ini menjamin perhatian medis.
o gula dan keton, biasanya diuji bersama: tingginya tingkat glukosa dan keton dapat mengindikasikan diabetes.
o protein: hadir setiap mungkin menunjukkan gangguan ginjal.
o darah: hadir setiap dapat menunjukkan perdarahan dari ginjal, infeksi saluran kemih, atau trauma dari latihan yang ketat.
o bilirubin: hadir setiap menunjukkan penyakit hati atau saluran empedu.
o nitrit dan sel darah putih: kehadiran mereka menunjukkan infeksi saluran kemih.
IV. TES KEHAMILAN Tes kehamilan mencoba untuk menentukan apakah seorang wanita hamil Tanda tersebut ditemukan dalam air seni dan darah., dan tes
kehamilan memerlukan sampling salah satu zat ini. Yang pertama dari tanda tersebut untuk ditemukan, human chorionic gonadotropin (hCG),
ditemukan pada tahun 1930 yang akan diproduksi oleh sel-sel trofoblas dari sel telur dibuahi (blastokista). Sementara hCG merupakan penanda yang
dapat diandalkan kehamilan, tidak dapat dideteksi sampai setelah implantasi: [1] ini menghasilkan negatif palsu jika tes dilakukan pada tahap awal
kehamilan. Kebidanan ultrasonografi juga dapat digunakan untuk mendeteksi kehamilan. Kebidanan USG pertama kali dipraktekkan pada 1960-an.
Rekaman upaya pengujian kehamilan telah ditemukan sejauh kembali sebagai Yunani kuno dan Mesir kuno budaya. Bangsa Mesir kuno
disiram kantong gandum dan barley dengan urin seorang wanita mungkin hamil. Perkecambahan menunjukkan kehamilan. Jenis gandum yang
tumbuh diambil sebagai indikator seks janin. Hippocrates menyarankan bahwa seorang wanita yang terlambat haid dia harus minum larutan madu
dalam air pada waktu tidur: mengakibatkan perut kembung dan kram akan menunjukkan adanya kehamilan. Ibnu Sina dan banyak dokter setelah dia
di Abad Pertengahan dilakukan uroscopy , metode non-ilmiah untuk mengevaluasi urin.
Selmar Aschheim dan Bernhard Zondek diperkenalkan pengujian berdasarkan adanya human chorionic gonadotropin (hCG) pada tahun
1928. Studi awal hCG menyimpulkan bahwa itu diproduksi oleh kelenjar pituitari. Pada 1930, Joness Georgeanna menemukan bahwa hCG
diproduksi bukan oleh kelenjar hipofisis, tetapi oleh plasenta. Penemuan ini sangat penting dalam mengandalkan hCG sebagai penanda awal
kehamilan.
Dalam Aschheim dan uji Zondek, seorang perempuan infantil tikus disuntik secara subkutan dengan urin dari orang yang akan diuji, dan
mouse kemudian dibunuh dan dibedah. Kehadiran ovulasi menunjukkan bahwa urin mengandung hCG dan berarti bahwa orang tersebut sedang
hamil. Sebuah tes serupa dikembangkan menggunakan kelinci dewasa . Di sini juga, membunuh hewan untuk memeriksa ovariumnya itu perlu.
Perbaikan tiba dengan tes katak, yang diperkenalkan oleh Lancelot Hogben , yang masih digunakan pada 1950-an dan memungkinkan kodok untuk
tetap hidup dan digunakan berulang kali: wanita katak disuntik dengan serum atau urin pasien, jika katak yang dihasilkan telur dalam 24 jam
berikutnya, tes itu positif. Ini disebut tes Bufo, dinamai katak genus Bufo , yang pada awalnya digunakan untuk ujian. Spesies lain dari kodok dan
katak telah digunakan di kemudian hari.
Pengukuran langsung antigen , seperti hCG, ini dimungkinkan dengan penemuan radioimmunoassay pada tahun 1959. radioimmunoassays
memerlukan alat canggih dan tindakan pencegahan radiasi khusus dan mahal. Pada 1970-an, penemuan antibodi monoklonal menyebabkan
perkembangan yang relatif sederhana dan murah immunoassays , seperti aglutinasi-penghambatan berbasis tes dan roti ELISA , digunakan dalam tes
kehamilan di rumah modern.
Tes untuk kehamilan yang dapat memberikan hasil tercepat setelah pembuahan adalah penghambatan roset assay untuk faktor kehamilan
awal (EPF). EPF dapat dideteksi dalam darah dalam waktu 48 jam fertilisasi . Namun, pengujian untuk EPF mahal dan memakan waktu.
Kebanyakan kimia tes untuk melihat kehamilan untuk kehadiran subunit beta chorionic gonadotropin hCG atau manusia dalam darah atau urin. hCG
dapat dideteksi dalam air seni atau darah setelah implantasi, yang terjadi enam sampai dua belas hari setelah pembuahan. Kuantitatif darah (serum
beta) tes dapat mendeteksi kadar hCG serendah 1 mIU / mL, sedangkan strip tes urine telah menerbitkan ambang deteksi dari 20 mIU / mL sampai
100 mIU / ml, tergantung pada merek. tes darah kualitatif umumnya memiliki ambang 25 mIU / mL, dan kurang sensitif dari beberapa tes kehamilan
di rumah tersedia. Tes rumah Kebanyakan kehamilan didasarkan pada rusuk-aliran teknologi.
Dengan ultrasonografi obstetri pada kantung kehamilan kadang-kadang dapat divisualisasikan sedini empat setengah minggu dari usia
kehamilan (sekitar dua setengah minggu setelah ovulasi) dan kantung yolk pada usia kehamilan sekitar lima minggu. Para embrio dapat diamati dan
diukur dengan sekitar lima setengah minggu. Detak jantung dapat dilihat pada awal enam minggu, dan biasanya terlihat dengan usia kehamilan tujuh
minggu.
Peninjauan sistematis diterbitkan pada tahun 1998 menunjukkan bahwa rumah alat tes kehamilan, bila digunakan oleh teknisi yang
berpengalaman, hampir seakurat pengujian laboratorium profesional (97,4%). Ketika digunakan oleh konsumen, bagaimanapun, akurasi turun
menjadi 75%: para penulis mencatat bahwa banyak pengguna disalahpahami atau gagal mengikuti petunjuk yang disertakan dalam kit. Penggunaan
yang tidak tepat dapat menyebabkan baik negatif palsu dan positif palsu.
Waktu tes
Negatif palsu bacaan dapat terjadi ketika pengujian dilakukan terlalu dini. Tes darah kuantitatif dan tes urine yang paling sensitif biasanya
mendeteksi hCG lama setelah implantasi, yang dapat terjadi di mana saja dari 6 sampai 12 hari setelah ovulasi . tes urine Kurang sensitif dan tes
darah kualitatif mungkin tidak mendeteksi kehamilan sampai tiga atau empat hari setelah implantasi . Menstruasi terjadi rata-rata 14 hari setelah
ovulasi, sehingga kemungkinan negatif palsu adalah rendah sekali periode menstruasi terlambat.
Ovulasi mungkin tidak terjadi pada waktu diprediksi dalam siklus menstruasi , namun. Sejumlah faktor dapat menyebabkan ovulasi
terduga awal atau terlambat, bahkan untuk wanita dengan riwayat siklus menstruasi yang teratur. Menggunakan kit prediktor ovulasi (OPKs), atau
memetakan tanda-tanda kesuburan dari serviks lendir atau suhu tubuh basal memberikan ide yang lebih akurat tentang kapan harus menguji dari satu
hari penghitungan saja.
Keakuratan tes kehamilan paling erat terkait dengan hari ovulasi, bukan melakukan hubungan badan atau inseminasi yang menyebabkan
kehamilan. Hal yang biasa bagi sperma untuk hidup hingga lima hari [11] di saluran tuba, menunggu ovulasi terjadi. Ini bisa memakan waktu hingga
dua belas hari lagi untuk implantasi terjadi, yang berarti bahkan tes kehamilan yang paling sensitif dapat memberikan negatif palsu sampai tujuh
belas hari setelah tindakan yang menyebabkan kehamilan. Karena tes kehamilan di rumah beberapa memiliki batas deteksi yang tinggi hCG (hingga
100 mIU / mL), mungkin mengambil tiga atau empat hari tambahan untuk hCG meningkat ke tingkat terdeteksi oleh tes ini - yang berarti negatif
palsu dapat terjadi sampai tiga minggu setelah bertindak hubungan seksual atau inseminasi yang menyebabkan kehamilan.
Salah positif
False positif hasil tes dapat terjadi karena beberapa alasan. Ini termasuk: kesalahan aplikasi pengujian, penggunaan obat yang mengandung
molekul uji, dan