Post on 16-Oct-2021
PENGARUH INVESTASI, TENAGA KERJA, DAN
PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI PROVINSI JAMBI
TAHUN 2011-2017
SKRIPSI
NADIA LESTARI
EES150777
PEMBIMBING :
Dr. NOVI MUBYARTO, S.E., M.E
AGUSTINA MUTIA, S.E., M.EI
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
ii
iii
iv
v
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil „alamin...
Ya Allah, waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi
takdirku, sedih, bahagia, dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta
pengalaman bagiku, yang telah memberi warna-warni kehidupanku. Kubersujud
dihadapan Mu, Engkau berikan aku kesempatan untuk bisa sampai di penghujung
awal perjuanganku. Segala Puji bagi-Mu, ya Allah, Tuhan yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Serta sholawat dan salam kepada baginda Nabi
Muhammad SAW dan para sahabat yang mulia.
Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasih kepada
Ayahku, Jamri (Alm), yang telah tiada. Semoga mendapat tempat yang terindah di
sisi Allah SWT. Ibuku, Masnah, yang tidak pernah lelah untuk mendoakan,
memberikan semangat, motivasi, dan materi. Berusaha dengan segenap daya dan
upaya serta kesabaran untuk terciptanya keberhasilan masa depanku, semoga
Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan kepada Ibuku tercinta. Ketiga
kakakku, Amrina, Sri Wahyuni, dan Wirna Ayu Mentari. Terimakasih atas
perhatian dan motivasi yang kalian berikan. Seluruh keluarga besar yang turut
mendukung.
Sahabat-sahabatku, Riskha Ramadhani, Syarifah Aisyah, Syaripah Fitriana, dan
Izza Afkarina. Tak ada tempat terbaik untuk berkeluh kesah selain bersama
sahabat. Tak lupa bagi seluruh teman sejawat saudara seperjuangan, Ekonomi
Syariah J 2015 juga almamater tercinta UIN STS JAMBI.
vi
MOTTO
Artinya: “Dan kepada kaum Samud (kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia
berkata, "Wahai kaumk! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia.
Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya,
karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya.
Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) dan memperkenankan (do’a
hamba-Nya)."(Q.S. Hud (11): 61)
vii
ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah utama makroekonomi jangka
panjang dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur melihat
seberapa besar pembangunan ekonomi yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengungkap pengaruh investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah secara
parsial dan simultan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan
Pusat Statistik. Metode regresi yang digunakan adalah dengan metode regresi
linier berganda menggunakan alat bantu eviews 8. Hasil analisis penelitian
menunjukkan bahwa investasi memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada periode 2011-2017.
Sedangkan tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi selama periode tahun
2011-2017. Secara simultan investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi
dengan nilai R Square sebesar 0.989047 yang berarti 98,9% pertumbuhan
ekonomi dipengaruhi investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah
sedangkan 1,1% sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model yang
digunakan.
Kata kunci: Investasi (X1) Tenaga Kerja (X2) Pengeluaran Pemerintah (X3)
dan Pertumbuhan Ekonomi (Y)
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesahatan dan kekuatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Tidak lupa pula shalawat dan salam penulis haturkan kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Skripsi ini diberi judul “Pengaruh
Investasi, Tenaga Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Provinsi Jambi Tahun 2011-2017”.
Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui tidak sedikit
hambatan dan rintangan yang penulis temui bauk dalam mengumpulkan data
maupun penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, terutama
bantuan dari bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan
adalah kata terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian
skripsi ini, terutama sekali kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi Asyari, MA., Ph.D, selaku Rektor UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi
2. Bapak Prof. Dr. Subhan, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Ibu Dr. Rafidah, SE., M.EI, selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik dan
Perkembangan Lembaga.
4. Bapak Dr. Novi Mubyarto, SE., ME, selaku Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan.
5. Ibu Dr. Halimah Ja‟far, M.Fil.I, selaku Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama.
6. Bapak Dr. Sucipto, MA dan Ibu G.W.I Awal Habibah, M.E.Sy, selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah pada Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Bapak Dr. Novi Mubyarto, SE., ME dan Ibu Agustina Mutia, SE., M.EI
selaku pembimbing I dan pembimbing II skripsi ini.
ix
8. Bapak dan Ibu dosen, asisten dosen dan seluruh karyawan/karyawati
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.
9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Di samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karenanya, diharapkan kepada semua pihak untuk dapat
memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT
kita memohon ampunan-Nya dan kepada manusia kita memohon kemaafannya.
Semoga amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.
Jambi, 25 Oktober 2019
Penulis,
Nadia Lestari
EES.150777
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PERYATAAN .............................................................................. ii
NOTA DINAS ................................................................................................. iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................... iv
PERSEMBAHAN ........................................................................................... v
MOTTO .......................................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 8
C. Batasan Masalah .......................................................................... 9
D. Tujuan Penelitian ......................................................................... 9
E. Manfaat Penelitian ....................................................................... 10
F. Kerangka Teori ............................................................................ 10
G. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 43
H. Kerangka Pemikiran .................................................................... 46
I. Hipotesis ...................................................................................... 47
J. Sitematika Penulisan .................................................................... 49
BAB II. METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan penelitian .................................................................. 50
B. Jenis dan sumber data .................................................................. 50
C. Instrumen Pengumpulan Data ...................................................... 51
D. Teknik Analisis Data ................................................................... 51
E. Metode Data Panel ....................................................................... 53
F. Pemilihan Model Data Panel ....................................................... 54
G. Uji Asumsi Klasik ........................................................................ 56
xi
H. Uji Statistik .................................................................................. 58
BAB III. GAMBARAN UMUM
A. Kondisi Geografis Provinsi Jambi .................................................. 61
B. Pertumbuhan Ekonomi ................................................................... 63
C. Investasi .......................................................................................... 64
D. Tenaga Kerja .................................................................................. 65
E. Pengeluaran Pemerintah ................................................................. 66
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian .............................................................. 68
B. Hasil Estimasi dan Pemilihan Model Data Panel ........................... 74
C. Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 80
D. Uji Hipotesis ................................................................................... 83
E. Pembahasan .................................................................................... 87
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 92
B. Saran ............................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Perkembangan PDRB, Investasi, Angkatan Kerja yang
Bekerja, dan Pengeluaran Pemerintah Provinsi Jambi Tahun
2011-2017 ............................................................................... 6
Tabel 1.2 : Penelitian Terdahulu ............................................................... 44
Tabel 2.2 : Durbin-Watson ....................................................................... 58
Tabel 4.1 : Produk Domestik Regional Bruto .......................................... 69
Tabel 4.2 : Realisasi Investasi .................................................................. 70
Tabel 4.3 : Angkatan Kerja yang Bekerja ................................................ 72
Tabel 4.4 : Realisasi Pengeluaran Pemerintah .......................................... 73
Tabel 4.5 : Common Effect ....................................................................... 75
Tabel 4.6 : Fixed Effect ............................................................................. 76
Tabel 4.7 : Hasil Uji Chow ....................................................................... 77
Tabel 4.8 : Random Effect ......................................................................... 78
Tabel 4.9 : Hasil Uji Hausman .................................................................. 79
Tabel 4.10 : Fixed Effect dengan Model Cross-Section Weights ............... 80
Tabel 4.11 : Corelation Matrix ................................................................... 82
Tabel 4.12 : Uji Glejser ............................................................................... 82
Tabel 4.13 : Durbin-Warson ....................................................................... 83
Tabel 4.14 : Hasil Uji F .............................................................................. 84
Tabel 4.15 : Hasil Uji T .............................................................................. 85
Tabel 4.16 : Hasil Uji Determinasi (R Square) ........................................... 86
xiii
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 : Gambar Kerangka Pemikiran ............................................................. 47
Gambar 4.1 : Gambar Histogram Normaliti ............................................................. 81
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan adalah upaya untuk mentransformasi kehidupan ke arah
yang lebih baik dan berkah.1 Salah satu pembangunan nasional yang mendapatkan
perhatian pemerintah adalah pembangunan di bidang ekonomi. Pembangunan
ekonomi adalah pembangunan kemakmuran ekonomi negara atau daerah guna
untuk kesejahteraan penduduknya, dan untuk kemajuan ekonomi masyarakat
sehingga mengacu pada negara yang berkembang.2 Menurut Todaro dalam Esther
Kembauw, Lexy J. Sinay dan Aphrodite M. Sahusilawane tujuan utama dari
usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang
setinggi-tingginya, harus pula menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan,
ketimpangan pendapatan, dan tingkat pengangguran.3
Salah satu tolak ukur penting dalam menentukan keberhasilan
pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diukur dari perbedaan
produk domestik bruto tahun tertentu dengan tahun sebelumnya yang
menggambarkan suatu dampak nyata dari kebijakan pembangunan yang
dilaksanakan. Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan proses peningkatan
produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Adapun
pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting dalam
melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara
1 Irfan Syauqi Beik, Ekonomi Pembangunan Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), hlm. 15
2 Nurul Huda, Dkk, Ekonomi Pembangunan Islam, (Jakarta : Kencana, 2015), hlm. 2
3 Esther Kembauw, Lexy J. Sinay dan Aphrodite M. Sahusilawane, Pembangunan
Perekonomian Maluku, (Yogyakarta: Deepublish, 2017), hlm. 27
2
ataupun daerah. Pertumbuhan ekonomi akan menghasilkan tambahan pendapatan
masyarakat pada suatu periode tertentu, karena pada dasarnya aktivitas
perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk
menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu
aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat.4
Pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi
dalam jangka panjang. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan sesuatu
negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang
meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami
pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah jumlah
barang modal. Teknologi yang digunakan berkembang. Disamping itu tenaga
kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk, dan pengalaman kerja
dan pendidikan menambah ketrampilan mereka.5 Menurut Sadono Sukirno, untuk
memberikan suatu gambaran kasar mengenai pertumbuhan ekonomi yang dicapai
sesuatu negara, ukuran yang selalu digunakan adalah tingkat pertumbuhan
pendapatan nasional riil yang dicapai.6
Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi (di daerah diukur dengan pertumbuhan PDRB) bergantung pada
perkembangan faktor-faktor produksi yaitu tenaga kerja, modal, dan teknologi.7
Dengan menggungakan faktor tersebut, maka pembangunan ekonomi dapat
4 Devi Novita Sari, Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Tenaga Kerja Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Kgabupaten Lampung Tengah, (Tesis Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung, 2017), hlm. 1 5 Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 9-10
6 Ibid, hlm. 423
7 Sadono Sukirno, Makroekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran dari Klasik Hingga
Keynesian Baru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), hlm. 451
3
berjalan dan tumbuh dengan baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi adalah investasi. Investasi dapat diartikan sebagai
pengeluaran atau pengeluaran penanam-penanam modal atau perusahaan untuk
membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia
dalam perekonomian.8 Sadono Sukirno mengatakan bahwa kegiatan investasi
memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi
dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf
kemakmuran masyarakat. Peranannya ini bersumber dari tiga fungsi penting dari
kegiatan investasi dalam perekonomian. Salah satunya adalah investasi
merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat. Maka kenaikan
investasi akan meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional.
Peningkatan seperti ini akan selalu diikuti oleh pertambahan dalam kesempatan
kerja.9
Faktor lain yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi adalah jumlah
dari tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64
tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat
memproduksi barang dan jasa dan jika ada permintaan terhadap tenaga mereka,
dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.10
Menurut Todaro
dalam Heidy Menajang, pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja
(AK) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu
8 Ibid, hlm. 121
9 Ibid, hlm. 367
10 Mulyasi S, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 71
4
pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan
menambah tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar
berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Meski demikian hal tersebut masih
dipertanyakan apakah benar laju pertumbuhan penduduk yang cepat benar-benar
akan memberikan dampak positif atau negatif dari pembangunan ekonominya.11
Angkatan kerja yang bekerja merupakan gambaran kondisi dari lapangan kerja
yang tersedia. Semakin bertambah besar lapangan kerja yang tersedia maka akan
menyebabkan semakin meningkatkan total produksi di suatu daerah.12
Pertumbuhan ekonomi sebagai tolak ukur suatu daerah juga tidak terlepas
dari peran pemerintah dalam menyediakan dana untuk membiayai kegiatan
pembangunan baik bidang ekonomi maupun non ekonomi. Biaya kegiatan ini
sering disebut sebagai pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah dapat
diartikan sebagai penggunaan uang dan sumber daya suatu negara untuk
membiayai suatu kegiatan negara atau pemerintah dalam rangka mewujudkan
fungsinya dalam melakukan kesejahteraan.13
Pengeluaran pemerintah daerah
diukur dari total belanja langsung dan tidak langsung yang dialokasikan dalam
anggaran daerah. Sodik dalam Zahari mengungkapkan bahwa pengeluaran
pemerintah yang proporsional akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.14
11
Heidy Menajang, Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kota Manado, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi, hlm. 10 12
Ibid, hlm. 11 13
Detri Karya dan Syamri Syamsuddin, Makroekonomi: Pengantar Untuk Manajemen,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2016), hlm. 179 14
M. Zahari MS, Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Provinsi Jambi, Jurnal of Economic and Business Vol. 1 No. 1, 2017, hlm. 183
5
Pengeluaran pemerintah dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi
dikarenakan pengeluaran pemerintah ini akan dapat menciptakan berbagai
prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembangunan. Pengeluaran pemerintah
yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
bersumber dari bantuan pusat dan Pendapatan Asli Daerah (PAD). APBD ini
merupakan bentuk dari akumulasi modal pemerintah yang digunakan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Adapun sasaran penggunaan
pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai pembangunan di bidang sarana
dan prasarana yang dapat menunjang kelancaran usaha dan pemenuhan pelayanan
masyarakat.15
Provinsi Jambi merupakan salah satu wilayah yang mempunyai letak
geografis yang strategis yang memiliki potensi alam yang mendukung untuk
pertumbuhan ekonomi sebagai penghasil devisa negara. Melalui hal ini maka
pemerintah daerah dapat meningkatkan kegiatan pertumbuhan perekonomian di
segala sektor agar masyarakat memperoleh kesejahteraan. Kesempatan kerja atau
lapangan pekerjaan yang tersedia merupakan salah satu peluang yang bisa
dimanfaatkan oleh penduduk Provinsi Jambi untuk menggapai kesejahteraan itu.
Berdasarkan data BPS Provinsi Jambi diperoleh data laju pertumbuhan
ekonomi (diukur dengan pertumbuhan PDRB), investasi (PMA dan PMDN),
tenaga kerja (angkatan kerja yang bekerja), dan pengeluaran pemerintah (belanja
15
Moh. Arsjad Anwar, dkk, Ekonomi Indonesia, Masalah dan Prospek 1989/1990, (Jakarta:
Universitas Indonesia Press, 1989), hlm. 47
6
langsung dan belanja tidak langsung) Provinsi Jambi tahun 2011-2017 pada tabel
1.1 berikut:
Tabel 1.1
Perkembangan PDRB (PE), Investasi (INV), Angkatan Kerja yang
Bekerja (TK), dan Pengeluaran Pemerintah (PP) Provinsi Jambi Tahun
2011-2017
Tahun PDRB (Juta
Rupiah)
PE
(%)
INV (Juta
Rupiah)
INV
(%)
TK
(Satuan
Orang)
TK
(%)
PP (Juta
Rupiah) PP %
2011 97.740.873,9 8,54 14.897.498,62 28,24 1.434.998 5,51 1.750.242 21,28
2012 104.615.082,1 7,03 27.384.362,55 83,81 1.423.624 -0,79 2.558.080 46,15
2013 111.766.130,9 7,07 34.325.652,89 25.34 1.382.471 -2,89 3.012.295 17,75
2014 119.991.444,6 7,76 39.944.023,82 16,36 1.491.038 7,85 3.204.632 6,39
2015 125.037.398,0 4,21 46.886.547,41 17,38 1.550.403 3,98 3.425.566 6,89
2016 130.501.132,1 4,37 52.782.394,46 12,57 1.624.522 4,78 3.294.484 -3,82
2017 136.556.706,1 4,64 5.287.089,08 -88,31 1.657.817 2,05 3.457.094 4,93
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi (data diolah)16
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada beberapa tahun belakang
(periode 2011-2017) mengalami fluktuatif. Pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Jambi tahun 2011-2017 mengalami perubahan di setiap tahunnya. Di tahun 2011
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi yaitu sebesar 8,54%. Di tahun 2012
16
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi (data diolah)
7
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi mengalami penurunan menjadi 7,03%.
Tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 7,03%. Di tahun 2014 mengalami
peningkatan lagi menjadi 7,76%. Namun pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi
mengalami penurunan menjadi 4,21%. Dan pada tahun 2016 petumbuhan
ekonomi perlahan mulai meningkat lagi menjadi 4,37%. Dan pada tahun 2017
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi mengalami peningkatan lagi menjadi
4,64%.
Berdasarkan pada tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan
investasi, tenaga kerja, pertumbuhan pengeluaran pemerintah maupun
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi selama periode penelitian yaitu dari
tahun 2011 sampai 2017 berfluktuasi. Teori mengatakan bahwa kenaikan
investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah dapat mendorong terjadinya
pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi fakta yang terjadi di Provinsi Jambi
menunjukkan bahwa pada saat investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran
pemerintah mengalami pertumbuhan yang tinggi, tidak langsung dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi. Begitu pula sebaliknya, ketika investasi,
tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah mengalami penurunan tidak langsung
mengakibatkan kondisi pertumbuhan ekonomi menurun.
Beberapa penelitian mengenai pengaruh investasi, tenaga kerja, dan
pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi telah dilakukan. Namun
hasil penelitian tersebut masih menunjukkan ketidak konsistenan. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Azzam Farras Wijdan menunjukkan bahwa pengeluaran
pemerintah, penanaman modal asing, penanaman modal dalam negeri, dana ZIS,
8
dan tenaga kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.17
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Jazuli Rahman, Aris
Soelistyo, dan Syamsul Hadi menunjukkan bahwa secara serentak investasi,
pengeluaran pemerintah, tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan hasil F statistik 3,55 lebih besar
dari F tabel yaitu 2,38.18
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan
Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi Tahun
2011-2017”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah berpengaruh
secara simultan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tahun
2011-2017?
2. Apakah investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah berpengaruh
secara parsial terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tahun 2011-
2017?
17
Azzam Farras Wijdan, Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi, Dana ZIS,
dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat
Tahun 2013-2015, Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018 18
Ahmad Jazuli Rahman, dkk, Pengaruh Investasi, Pengeluaran Pemerintah, dan Tenaga
Kerja Terhadap PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2010-2014, Jurnal Ekonomi
Pembangunan Universitas Muhammadiyah Malang, 2016
9
C. Batasan Masalah
Peneliti memfokuskan pembahasan ini agar nantinya tidak terjadi
perluasan pembahasan, maka ruang lingkup wilayah yang menjadi titik fokus
dalam penelitian ini adalah pada masalah apakah investasi, tenaga kerja, dan
pengeluaran pemerintah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
Provinsi Jambi tahun 2011-2017. Penelitian ini kurang didukung dengan
ketersediaan data yang memadai sehingga pada penelitian ini data yang
diambil hanya dari 9 kabupaten/kota di Provinsi Jambi (tidak termasuk
Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh). Data yang diperlukan dalam
model penelitian kali ini yaitu produk domestik regional bruto atas dasar
harga konstan (PDRB ADHK), investasi (total seluruh investasi yang diukur
dari total seluruh investasi dengan menjumlahkan investasi PMDN dan
PMA), angkatan kerja yang bekerja, dan pengeluaran pemerintah (total
belanja langsung dan tidak langsung) Provinsi Jambi periode tahun 2011-
2017.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian masalah yang telah diungkapkan, peneliti
memiliki tujuan yaitu:
1. Untuk mengetahui apakah investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran
pemerintah berpengaruh secara simultan terhadap pertumbuhan ekonomi
Provinsi Jambi.
10
2. Untuk mengetahui apakah investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran
pemerintah berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan ekonomi
Provinsi Jambi.
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Pengambil kebijakan
Bagi pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan mampu
memberikan informasi yang berguna dalam memahami faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi sehingga dapat diketahui
faktor-faktor yang perlu dipacu untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
2. Akademisi
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan menambah
khazanah pengetahuan dan referensi bagi penelitian sejenis dan dapat
dijadikan sebagai bahan perbandingan dari penelitian yang telah ada
maupun yang akan dilakukan.
E. Kerangka Teori
1. Pertumbuhan Ekonomi
a. Pengertian dan Konsep Pertumbuhan Ekonomi
11
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu ukuran kuantitatif yang
menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun
tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.19
Dalam Islam banyak ahli ekonomi dan ahli fikih yang memberikan
perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi yang menjelaskan bahwa maksud
pertumbuhan bukan hanya aktivitas produksi saja. Lebih dari itu,
pertumbuhan ekonomi yang diukur berdasarkan PDRB merupakan aktivitas
menyeluruh dalam bidang produksi yang berkaitan erat dengan keadilan
distribusi. Pertumbuhan bukan hanya persoalan ekonomi, melainkan
aktivitas manusia yang ditujukan untuk pertumbuhan dan kemajuan sisi
material dan spiritual manusia.20
Pertumbuhan ekonomi telah ada dalam wacana pemikiran Muslim
klasik, yang dibahas dalam “Pemakmuran Bumi” yang merupakan
pemahaman dari firman Allah SWT:
ها... ...ىو أنشأ كم من الرض واست عمركم في
“...dia yang menjadikan kamu dari tanah dan menjadikan kamu
pemakmurnya...”21
Terminologi ”pemakmuran tanah” mengandung pemahaman tentang
pertumbuhan ekonomi, sebagaimana dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib
kepada seorang gubernurnya di Mesir: “Hendaklah kamu memperhatikan
19
Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, Dan Dasar Kebijakan,
(Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 9 20
Nurul Huda & dkk, Ekonomi Pembangunan Islam.,... hlm. 124 21
Al-Qur‟an dan Terjemah, Surah Hud (11): 61, Departemen Agama RI (Bekasi: Penerbit
Mulia Abadi , 2015)
12
pemakmuran tanah dengan perhatian yang lebih besar daripada orientasi
pemungutan pajak, karena pajak sendiri hanya dapat dioptimalkan dengan
pemakmuran tanah. Barang siapa yang memungut pajak tanpa
memperhatikan pemakmuran tanah, negara tersebut akan hancur”.
Perhatian Islam terhadap pertumbuhan ekonomi sebenarnya telah
mendahului sistem kapitalis atau marxisme yang berkembang di Barat. Hal
ini dibuktikan dengan berbagai hasil karya tentang ekonomi dunia dalam
pertumbuhan ekonomi yang merupakan hasil karya kaum muslimin jauh
mendahului karya-karya orang Barat.22
Contohnya, Ibnu Khaldūn yang telah
menyinggung terminologi pertumbuhan dalam bukunya Mukaddimah
dalam bab tentang peradaban.23
Adapun syarat dalam membangun
perekonomian yaitu:
1) Atas Dasar Kekuatan Sendiri.
Syarat utama untuk bagi pembangunan ekonomi ialah bahwa proses
pertumbuhannya harus bertumpu pada kemampuan perekonomian di
dalam negeri. Hasrat untuk memperbaiki nasibdan untuk menciptakan
kemajuan materil harus muncul dari warga negara itu sendiri.
2) Menghilangkan Ketidaksempurnaan Pasar.
Ketidaksempurnaan pasar menyebabkan immobilitas faktor dan
penghambat ekspansi sektoral dan pembangunan.Untuk
menghilangkan hal ini, lembaga sosio-ekonomi yang ada harus
diperbaiki dan diganti dengan yang lebih baik.
22
Nurul Huda & dkk, Ekonomi Pembangunan Islam,... hlm. 125 23
Al-Allāmah Abdurrahmān bin Muhammad bin Khaldūn. Penerjemah: Masturi Irham, dkk,
Mukaddimah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011), hlm. 132
13
3) Perubahan Struktur.
Perubahan struktur merupakan peralihan dari masyarakat pertanian
tradisional menjadi ekonomi industri modern, yang mencakup
peralihan lembaga, sikap sosial, dan motivasi yang ada secara
radikal.Perubahan struktur semacam ini menyebabkan kesempatan
kerja semakin banyak, dan produktivitas buruh stok modal, dan
pendayagunaan sumber-sumber baru serta perbaikan tekonologi
semakin tinggi.
4) Pembentukan Modal.
Pembentukan modal merupakan faktor paling pentin dan strategis di
dalam proses pembangunan ekonomi. Pembentukan modal bahkan
disebut sebagai kunci utama menuju pembangunan ekonomi.
5) Kriteria Investasi Yang Tepat.
Menentukan pola investasi sama pentingnya dengan menentukan laju
pembentukan modal. Negara terbelakang tidak saja harus menentukan
besarnya tingkat investasi tetapi juga komposisi investasi.Memilih
investasi yang menguntukan merupakan tanggung jawab negara.Pola
optimum investasi sebagian besar tergantung pada keadaan investasi
yang tersedia di negara dan produktivitas marginal sosial dari berbagai
jenis investasi.
6) Persyaratan Sosio Budaya.
Wawasan sosio budaya masyarakat haruslah diubah jikalau
pembangunan diharapkan dapat berjalan.Manakala terdapat hambatan
14
sosial yang menghalangi kemajuan ekonomi, maka hambatan tersebut
harus disesuaikan.
7) Administrasi.
Keadaan administrasi yang kuat merupakan syarat pembangunan
ekonomi.Pemerintah harus mampu menegakkan hokum dan ketertiban
dan mempertahankan negeri melawan agresi dari luar. Tanap
pemerintahan yang stabil, perdamaian dan ketentraman, kebijaksanaan
publik akan menalami perubahan dan pembangunan akan tidak sesuai
dengan yang diharapkan. 24
b. Faktor-Faktor Yang Menentukan Pertumbuhan Ekonomi
Menurut pandangan para ahli ekonomi, ada empat faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: 25
1) Tanah dan kekayaan alam lainnya
Kekayaan alam suatu negara meliputi luas serta sumber daya alam
yang ada di negara tersebut. Kekayaan alam akan dapat memberikan
kemudahan usaha dalam mengembangkan perekonomian di suatu negara,
terutama pada saat permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi. Di setiap
negara pada awal pertumbuhan ekonomi akan banyak terdapat hambatan
dalam mengembangkan berbagai kegiatan di luar sektor pertanian dan
pertambangan. Hambatan itu sendiri bisa berupa kekurangan modal,
kekurangan tenaga ahli dan kekurangan pengetahuan para pengusaha untuk
24
Nurul Huda & dkk, Ekonomi Pembangunan Islam,... hlm. 83-84 25
Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar,... hlm. 429-432
15
mengembangkan kegiatan ekonomi modern, hal ini disebabkan karena
terbatasnya pasar bagi berbagai jenis kegiatan ekonomi (sebagai akibat dari
pendapatan masyarakat yang sangat rendah).
2) Jumlah Dan Mutu Dari Penduduk Dan Tenaga Kerja
Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi
pendorong maupun penghambat perkembangan ekonomi. Penduduk yang
bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja, dan penambahan
tersebut memungkinkan negara itu menambah produksi. Di samping itu
sebagai akibat pendidikan, latihan dan pengalaman kerja, keterampilan
penduduk akan selalu bertambah tinggi. Hal ini akan menyebabkan
produktivitas bertambah dan ini selanjutnya menimbulkan pertambahan
produksi yang lebih cepat daripada pertambahan tenaga kerja. Selanjutnya
perlu diingat pula bahwa pengusaha adalah bagian dari penduduk. Maka
banyaknya kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara juga
bergantung kepada jumlah pengusaha dalam ekonomi.Apabila jumlah
penduduk yang menjadi pengusaha lebih banyak, maka lebih banyak pula
kegiatan ekonomi yang dilakukan.
3) Barang-Barang Modal Dan Tingkat Teknologi
Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi
keefisienan pertumbuhan ekonomi. Di dalam masyarakat yang sangat
kurang maju sekalipun barang-barang modal sangat besar perannya dalam
kegiatan ekonomi.Sebagai contoh tanpa adanya alat-alat untuk bercocok
tanam, alat mengambil hasil hutan maka masyarakat yang kurang maju akan
16
menghadapi kesusahan yang lebih banyak lagi dalam mencari makanannya
sehari-hari. Pada masa kini pertumbuhan ekonomi dunia telah mencapai
tingkat yang tinggi, yaitu jauh lebih modern daripada kemajuan yang
dicapai oleh suatu masyarakat yang masih belum berkembang.Barang-
barang modal yang sangat bertambah jumlahnya, dan teknologi yang telah
menjadi bertambah modern memegang peranan yang penting sekali dalam
mewujudkan kemajuan ekonomi yang tinggi.
4) Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat
Di dalam menganalisis mengenai masalah-masalah pembangunan di
negara-negara berkembang ahli-ahli ekonomi telah menunjukkan bahwa
sistem sosial dan sikap masyarakat dapat menjadi penghambat yang serius
pada pembangunan. Penggunaan dengan carayang tradisional dapat
menghambat masyarakat untuk menggunakan cara memproduksi yang
modern dan produktivitas yang tinggi. Oleh karenanya pertumbuhan
ekonomi tidak dapat dipercepat.
Selain faktor-faktor di atas, pemerintah juga memiliki peran dalam
proses pertumbuhan ekonomi:
Pertama, pemerintah perlu memberikan kerangka bagi ekonomi
pasar yang sudah ditentukan dengan menyediakan jaminan hak kepemilikan
yang jelas, kepastian hokum kontrak, undang-undang dan ketertiban, serta
hak-hak mendasar bagi rakyat untuk memilih lokasi, menjual, dan
melakukan investasi menurut keinginan mereka.
17
Kedua, pemerintah perlu menyediakan infrastruktur. Sebagai
contoh, jaringan transportasi dan komunikasi sangat penting bagi
pertumbuhan ekonomi modern global pada saat sekarang.
Ketiga, pendidikan dan kesehatan. Pendidikan dan kesehatan
merupakan bentuk pengeluaran pemerintah yang sangat penting. Untuk
meciptakan faktor-faktor produksi yang tepat dan memiliki keunggulan
komperatif pada produk yang dapat diekspor maka terlebih dahulu
memererlukan pendidikan umum, sekolah perdagangan, dan institusi lain
yang sesuai dengan pendidikan formal disamping itu juga kebijakan-
kebijakan untuk meningkatkan pelatihan ditempat kerja.26
c. Teori Pertumbuhan Ekonomi
1) Teori Adam Smith
Faktor yang menentukan pembangunan, Smith berpendapat bahwa
perkembangan penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi.
Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar dan perluasan pasar akan
meningkatkan tingkat spesialisasi dalam perekonmian tersebut. Sebagai
akibat dari spesialisasi yang terjadi, maka tingkat kegiatan ekonomi akan
bertambh tinggi. Perkembangan spesialisasi dan pembagian pekerjaan di
antara tenaga kerja akan mempercepat proses pembangunan ekonomi,
karena spesialisasi akan meninggikan tingkat produktivitas tenaga kerja dan
mendorong perkembangan teknologi.27
26
Richer G. Lipsey, dkk, alih bahasa: Agus Maulana MSM, Pengantar Makroekonomi,
(Jakarta: Binarupa Aksara, 1997) hlm. 117-118 27
Nurul Huda & dkk, Ekonomi Pembangunan Islam,... hlm. 90
18
Kuncoro dalam Nurul Huda menjelaskan bahwa Adam Smith
membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi lima tahapan yang
berurutan, yaitu dimulai dari masa perburuan, masa beternak, masa
bercocok tanam, perdagangan, dan yang terakhir tahap perindustrian.
Menurut teori ini, masyarakat bergerak dari masyarakat tradisional ke
masyarakat modern yang kapitalis. Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi
akan semakin terpacu dengan adanya pembagian kerja antar pelaku
ekonomi. Dalam hal ini, Adam Smith memandang pekerja sebagai salah
satu input (masukan) bagi proses produksi.28
Dalam pembangunan ekonomi, modal memegang peranan yang
penting. Menurut teori ini, akumulasi modal akan menentukan cepat atau
lambatnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Modal ini
diperoleh dari tabungan yang dilakukan masyarakat. Dengan
mengakumulasikan modal yang dihasilkan dari tabungan, maka pelaku
ekonomi dapat meninvestasikannya ke sektor riil, dalam upaya untuk
meningkatkan penerimaannya.29
2) Teori Ricardo dan Malthus
Secara lebih sederhana, Tambunan menjelaskan teori yang
dikemukakan Ricardo yaitu bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh
sumber daya alam (dalam arti tanah) yang terbatas jumlahnya, dan jumlah
penduduk yang menghasilkan jumlah tenaga kerja yang menyesuaikan diri
dengan tingkat upah, di atas atau di bawah tingkat upah alamiah (atau
28
Ibid, hlm. 91 29
Ibid
19
minimal). Adanya perubahan teknologi yang selalu terjadi membuat
meningkatnya produktivitas tenaga kerja dan memperlambat proses
diminishing return kemerosotan tingkat upah dan keuntungan ke arah
tingkat minimumnya.30
Adapun menurut Malthus, di antara faktor-faktor ekonomi, yang
paling berpengaruh yaitu faktor akumulasi modal. Tanpa penambahan
modal (peningkatan investasi), proses produksi akan berhenti dan berarti
pendapatan domestik bruto potensial akan berkurang atau hilang. Sumber
utama akumulasi modal merupakan keuntungan dari pengusaha, bukan
penghematan konsumsi atau tabungan masyarakat.31
3) Teori Harrod-Domar
Dalam menganalisis mengenai masalah pertumbuhan ekonomi, teori
Harrod-Domar bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus dipenuhi
supaya suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh atau
steady growth dalam jangka panjang. Analisis Harrod-Domar menggunakan
pemisalan-pemisalan tersebut: (i) barang modal telah mencapai kapasitas
penuh, (ii) tabungan adalah proporsional dengan pendapatan nasional, (iii)
rasio modal-produksi (capital-output ratio) tetap nilanya, dan (iv)
perekonomian terdiri dari dua sektor.32
4) Teori Solow-Swan
Model pertumbuhan Solow-Swan (the Solow-Swan growth model)
atau disebut juga model neoklasik (the neo-classical model) pertama kali
30 Ibid, hlm. 93
31 Ibid, hlm. 94
32 Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar,... hlm. 435
20
dikembangkan pada 1950 oleh Robert Solow dan Trevor Swan dan secara
analitis merupakan model pertumbuhan pertama yang diterima sebagai
model pertumbuhan jangka panjang (long-run growth model). Model ini
mengasumsikan bahwa negara-negara menggunakan sumber dayanya secara
efisien, dan terdapat imbal hasil yang selalu berkurang (diminishing returns)
terhadap peningkatan modal dan tenaga kerja.33
Solow dan Swan mengembangkan model pertumbuhan ekonomi ini
dengan memusatkan perhatian pada bagaimana pertumbuhan ekonomi,
akumulasi modal, kemajuan teknologi, dan output saling berinteraksi dalam
proses pertumbuhan ekonomi. Pemikiran Solow dan Swan menjelaskan
bahwa untuk dapat mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu
negara, maka dibutuhkan adanya technological change. Hal in ipenting
karena menurut Solow dan Swan, dalam proses pencapaian pertumbuhan
ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya yang ada akan terjadi
diminishing marginal product sehingga dengan adanya technological
change tersebut, sumber daya/input yang ada masih adapat ditingkatkan
kemanfaatannya dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi. Selain itu pula
dalam teori Solow dan Swan tersebut juga menjelaskan akan pentingnya
produktivitas input dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi.34
d. Produk Domestik Regional Bruto
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di
suatu daerah dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk
33
Nurul Huda & dkk, Ekonomi Pembangunan Islam,... hlm. 106 34
Ibid, hlm. 107-108
21
Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku atau atas
dasar harga konstan. PDRB didefinisikan merupakan jumlah seluruh nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu
daerah.
Menurut badan pusat statistik (BPS) ada tiga cara perhitungan PDRB
dapat diperoleh melalui tiga pendekatan yaitu:
a. Pendekatan Produksi
PDRB menurut pendekatan produksi adalah jumlah nilai barang dan
jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi suatu wilayah dalam
jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi
tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi sembilan sektor
lapangan usaha yaitu: 1) Pertanian 2) Pertambangan dan Penggalian 3)
Industri Pengolahan 4) Listrik, Gas, dan Air Bersih 5) Bangunan dan
Kontruksi 6) Perdagangan, Hotel dan Restoran 7) Pengangkutan dan
Komunikasi 8) Jasa Keuangan, Persewaan dan jasa perusahaan 9)
Jasa-jasa lainnya.
b. Pendekatan Pendapatan
Menurut pendekatan pendapatan adalah jumlah balas jasa yang
diterima oleh faktor yang ikut serta dalam proses produksi disuatu
wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa
faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah,
bunga modal, dan keuntungan.
22
c. Pendekatan Pengeluaran
Menurut pendekatan pengeluaran adalah penjumlahan semua
komponen permintaan akhir dari: 1) Pengeluaran konsumsi rumah
tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung 2) Konsumsi
pemerintah 3) Pembentukan modal tetap domestik bruto (investasi)
dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun) 4) Pembentukan
Stok 5) Ekspor netto (ekspor dikurang impor).35
2. Investasi
a. Pengertian Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran
penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang
modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah
kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian.36
Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi
sebagai pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan
peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama
menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan
untuk memproduksikan barang dan jasa di masa depan.37
Menurut Jack Clark Francis dalam Detri Karya dan Syamri
Syamsuddin mendefinisikan, investasi adalah penanaman modal yang
diharapkan dapat menghasilkan tambahan dana pada masa yang akan
35
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, PDRB Tahun 2010, (Jambi: BPS Provinsi Jambi,
2010), hlm. 3-5 36
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar,... hlm. 121 37
Sadono Sukirno, Makroekonomi Modern,... hlm. 366
23
datang.38
Menurut Fitz Gerald dalam Detri Karya dan Syamri Syamsuddin,
investasi adalah aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-
sumber yang dipakai untuk mengadakan modal barang pada saat sekarang
ini. Barang modal tersebut akan menghasilkan aliran produk baru di masa
yang akan datang. Fitz Gerald juga mengungkapkan bahwa investasi yaitu
aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber untuk
dipakai mengadakan barang. Dari modal tersebut akan dihasilkan aliran
produk baru di masa yang akan datang.39
Kamaruddin Ahmad dalam Abdul Manan mengemukakan bahwa yang
dimaksud dengan investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan
harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang
atau dana tersebut. Dalam definisi ini, investasi difokuskan pada
penempatan uang atau dana dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan
sebagaimana yang diharapkan. Salim dan Budi Sutrisno dalam Abdul
Manan menyempurnakan definisi tentang investasi, sebagai berikut:
“investasi adalah penanaman modal yang dilakukan oleh investor, baik
investor luar negeri (asing) maupun dalam negeri (domestik) dalam
berbagai bidang usaha yang terbuka untuk investasi, dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan.”40
Berdasarkan definisi-definisi investasi di atas, dapat disimpulkan
bahwa investasi merupakan suatu bentuk pengorbanan kekayaan di masa
38
Detri Karya dan Syamri Syamsuddin, Makroekonomi: Pengantar Untuk Manajemen,... hlm.
71 39
Ibid 40
Abdul Manan, Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2014),
hlm. 94
24
sekarang untuk mendapatkan keuntungan di masa depan dengan tingkat
risiko tertentu.
b. Tujuan Investasi
Tujuan investasi pada hakekatnya adalah untuk mendapatkan
kemaslahatan atau manfaat yang sebesar-besarnya bagi umat manusia.
Tujuan tersebut diantaranya yaitu sebagai berikut: 41
1) Membuka lapangan kerja bagi pekerja yang dapat meningkatkan
harkat dan martabat manusia.
2) Memberikan pendapatan bagi pekerja sehingga dapat mengurangi
kefakiran dan kemiskinan penduduk.
3) Memberikan jaminan ketentraman, ketenangan, kesejahteraan serta
kebahagiaan hidup para pekerja dan keluarganya.
4) Berorientasi pada produksi barang dan jasa yang tidak mendatangkan
mudharat bagi umat manusia termasuk alam dan segala isinya.
5) Tidak menggunakan faktor produksi yang melanggar hukum-hukum
Allah, baik dalam prosesnya maupun dalam zatnya.
Kamaruddin Ahmad dalam Abdul Manan mengemukakan tiga alasan
sehingga banyak orang melakukan investasi, yaitu:42
1) Untuk mendapat kehidupan yang lebih layak di masa yang akan
datang. Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana cara
meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidak-
41
Hasan Aedy, Teori dan Aplikasi Ekonomi Pembangunan Perspektif Islam, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2011), hlm. 74 42
Abdul Manan, Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi,... hlm. 97
25
tidaknya bagaimana berusaha untuk mempertahankan tingkat
pendapatanyya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang
akan datang.
2) Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam
memilih perusahaan atau objek lain, seseorang bisa menghindarkan
diri agar kekayaan atau harta miliknya tidak merosot nilainya karena
digerogoti oleh inflasi.
3) Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia
banyak melakukan kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya
investasi di masyarakat melalui fasilitas perpajakan yang diberikan
kepada masyarakat yang mealukan investasi pada bidang-bidang usaha
tertentu.
c. Jenis-Jenis Investasi
Berdasarkan sumber daya yang digunakan, investasi dapat
dikelompokkan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:43
1) Investasi Negara
Investasi ini adalah investasi yang dilakukan oleh negara, atau sumber
daya investasi tersebut berasal dari milik atau kekayaan negara. Dalam
pelaksanaannya investasi ini dilakukan oleh pemerintah untuk membangun
prasarana dan sarana infrastruktur guna memenuhi kebutuhan masyarakat.
Investasi dengan karakteristik seperti ini bersifat nirlaba atau non profit
motive, misalnya pembangunan jalan, jembatan, sekolah, pasar, rumah
43
Henry Faizal Noor, Ekonomi Public (Ekonomi Untuk Kesejahteraan Rakyat), (Jakarta: PT.
Indeks, 2005), hlm. 49
26
sakit, pelabuhan, bandar udara, terminal, kantor, dan lainnya. Dana atau
pembiayaan yang dilakukan melalui anggaran pendapatan dan belanja
negara/daerah (APBN/APBD).
Investasi ini menghasilkan nilai tambah berupa barang dan jasa,
lapangan pekerjaan, sewa, dan bunga tanpa surplus usaha.
2) Investasi Swasta
Investasi swasta ini adalah investasi yang dilakukan oleh masyarakat,
khususnya para pengusaha, dengan tujuan mendapat manfaat berupa laba.
Investasi dengan karakteristik seperti ini dapat dilakukan oleh pribadi atau
perusahaan seperti: 1) Usaha Mikro (belum punya badan hukum) 2) Usaha
Kecil Menengah (UKM) sebagian sudah berbadan hukum 3) Usaha Besar
yang berbentuk PMA maupun PMDN.
Investasi berdasarkan pembiayannya dibagi menjadi dua macam,
yaitu:
1) Penanaman Modal Asing
Penanaman modal berdasarkan pasal 1 angka (1) UU Penanaman
Modal diartikan sebagai segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh
penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia, sedangkan
penanaman modal asing dalam Pasal 1 angka (3) UU Penanaman Modal
didefinisikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di
wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal
27
asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang
berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.44
Salah satu faktor yang memungkinkan pertumbuhan ekonomi nasional
demikian pesat terjadi, yaitu masuknya modal asing khususnya penanaman
modal asing dan mengucurnya bantuan luar negeri yang diawali dari 1967.
Penanaman modal asing yang pertama masuk sejak diundangkannya
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 terjadi di bidang usaha
pertambangan subbidang pertambangan minyak dan bidang perindustrian
subbidang industri logam dan mesin. Dengan masuknya modal asing lewat
penanaman modal asing dan bantuan luar negeri dapat diukur dari produk
domestik bruto (PDB) serta tingkat tabungan masyarakat sehingga
memberikan bukti bahwa peran yang dimainkan oleh penanaman modal,
khususnya penanaman modal asing maupun bantuan luar negeri telah
mempercepat modernisasi Indonesia.45
Peran yang dimainkan oleh modal asing dan bantuan luar negeri
sangat menetukan dalam laju pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan
banyaknya industri-industri yang terbangun oleh penanaman modal
khususnya penanaman modal asing, perbaikan sarana dan prasarana dengan
menggunakan bantuan luar negeri suatu keterkaitan yang tidak terbantahkan
bahwa antara peran yang dimainkan oleh modal asing dan bantuan luar
negeri dengan tingkat laju pertumbuhan ekonomi nasional yang
44
David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2014), hlm. 21 45
Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm.
169
28
mengakibatkan terciptanya sarana dan prasarana yang menunjang bagi
kehidupan masyarakat menjadi sangat menetukan.46
Oleh karenanya, sangat wajar bilamana penanaman modal menjadi
salah satu alternatif yang dianggap baik bagi pemerintah untuk memecahkan
kesulitan modal dalam melancarkan pembangunan nasional. Sebab salah
satu fungsi diundangnya penanaman modal khususnya penanaman modal
asing untuk masuk ke Indonesia yaitu bagaimana Indonesia dapat
memanfaatkan modal, teknologi, skill atau kemampuan yang dimiliki oleh
penanaman modal guna mengelola potensi-potensi ekonomi (economic
resources) yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, namun untuk
mengembangkannya sangat memerlukan modal yang besar, teknologi yang
canggih, skill dan kemampuan profesional yang belum sepenuhnya mampu
tertangani oleh pihak swasta nasional maupun pemerintah sendiri.47
2) Penanaman Modal Dalam Negeri
Investasi dalam negeri biasa dikenal dengan istilah Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN) adalah bentuk upaya menambah modal untuk
pembangunan melalui investor dalam negeri. Modal dari dalam negeri ini
bisa didapat baik itu dari pihak swasta ataupun pemerintah.
Keberadaan penanaman modal dalam negeri diatur dalam Undang-
undang No. 6 Tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri
kemudian disempurnakan dengan diberlakukannya UU No. 12 tahun 1970.
46
Ibid, hlm. 171 47
Ibid
29
Menurut ketentuan penanman modal tersebut, penanaman modal dalam
negeri adalah penggunaan modal dalam negeri yang merupakan bagian dari
kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda baik
yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang
berdomisili di Indonesia yang disediakan/disisihkan guna menjalankan
usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya.48
d. Hubungan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Sadono Sukirno mengatakan bahwa kegiatan investasi memungkinkan
suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan
kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan
taraf kemakmuran masyarakat. Peranannya ini bersumber dari tiga fungsi
penting dari kegiatan investasi dalam perekonomian. Salah satunya adalah
investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat. Maka
kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan
nasional. Peningkatan seperti ini akan selalu diikuti oleh pertambahan dalam
kesempatan kerja.49
Ada dua peran yang dibawa oleh investasi dalam makro ekonomi.
Pertama investasi merupakan komponen pengeluaran agregat yang cukup
besar dan berubah ubah. Dengan demikian perubahan besar dalam investasi
akan sangat mempengaruhi permintaan agregat dan akhirnya akan berakibat
juga pada output dan kesempatan kerja. Kedua, investasi menghimpun
akumulasi modal. Dengan membangun sejumlah gedung dan peralatan yang
48 Harjono, Hukum Penanaman Modal, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2007), hlm. 178
49 Sadono Sukirno, Makroekonomi Modern,... hlm. 367
30
berguna, output potensial suatu bangsa bertambah, dan pertumbuhan
ekonomi jangka panjang akan meningkat. Jelas dengan demikian bahwa
investasi memainkan dua peran dalam menetukan jumlah output dan
pendapatan.50
Dengan semakin besarnya investasi baik dilakukan oleh pemerintah
maupun swasta pada barang publik maka diharapkan akan mendorong
pertumbuhan sektor swasta dan rumah tangga dalam mengalokasikan
sumber daya yang ada di suatu daerah. Hal ini pada akhirnya akan
menyebabkan makin meningkatnya PDRB.
3. Tenaga Kerja
a. Pengertian Tenaga Kerja
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tenaga kerja adalah seluruh
penduduk yang berada dalam usia kerja, yaitu penduduk yang berumur 15-
64 tahun. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakkan
pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun masyarakat.51
Menurut Simanjuntak dalam Hardijan Rusli, tenaga kerja mencakup
penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan
dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah
tangga. Pencari kerja, bersekolah, dan mengurus rumah tangga walaupun
50
Paul A. Samuelson dan William D. Nordhus, Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 1985), hlm. 173 51
Hamida Gigih Aryanti,dkk, Ketenagakerjaan, (Klaten: Penerbit Cempaka Putih, 2015), hlm.
2
31
tidak bekerja, tetapi secara fisik mampu dan sewaktu-waktudapat ikut
bekerja. Pengertian tentang tenaga kerja yang dikemukakan oleh
Simanjuntak memiliki pengertian yang lebih luas dari pekerja atau buruh.
Pengertian tenaga kerja disini mencakup tenaga kerja yang sedang terkait
dalam suatu hubungan kerja dan tenaga kerja yang belum bekerja.
Sedangkan pengertian dari pekerja atau buruh adalah setiap orang yang
bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dengan
kata lain, pekerja atau buruh adalah tenaga kerja yang sedang dalam ikatan
hubungan kerja.52
Mulyadi juga memberikan definisi tenaga kerja sebagai penduduk
dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam
suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan
terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas
tersebut.53
Menurut Murti, tenaga kerja adalah individu yang menawarkan
keterampilan dan kemampuan untuk memproduksi barang atau jasa agar
perusahaan dapat meraih keuntungan dan untuk itu individu tersebut akan
memperoleh gaji atau upah sesuai dengan keterampilan yang dimilikinya.54
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan tenaga kerja adalah setiap penduduk yang mampu menghasilkan
52
Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2008), hlm.12-13 53
Mulyadi S, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan,... hlm. 71 54
Murti Sumarni dan John Suprihanto, Pengantar Bisnis Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan,
(Yogyakarta: Liberty, 2014), hlm. 5
32
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan batas usia
minimal angkatan kerja yaitu 15 tahun.
b. Tenaga Kerja dalam Perspektif Ekonomi Islam
Menurut Imam Syaibani dalam Nurul Huda: “Kerja merupakan usaha
untuk mendapatkan uang atau harga dengan cara halal. Dalam Islam kerja
sebagai unsur produksi didasari konsep istikhlaf, dimana manusia
bertanggung jawab untuk memakmurkan duniadan juga bertanggung jawab
untuk menginvestasikan dan mengembangkan harta yang diamanatkan
Allah untuk menutupi kebutuhan manusia.55
Sedangkan tenaga kerja adalah segala usaha dan ikhtiar yang
dilakukan oleh anggota badan atau pikiran untuk mendapatkan imbalan
yang pantas. Termasuk semua jenis kerja yang dilakukan fisik atau pikiran.
Tenaga kerja sebagai satu faktor produksi mempunyai arti yang besar.
Karena semua kekayaan alam tidak berguna bila tidak dieksploitasi oleh
manusia dan diolah oleh buruh. Alam telah memberikan kekayaan yang
tidak terhitung tetapi tanpa usaha manusia semua akan tersimpan.56
Islam mendorong umatnya untuk bekerja dan memproduksi, bahkan
menjadikannya sebagai sebuah kewajiban terhadap orang-orang yang
mampu, lebih dari itu Allah akan memberi balasan yang setimpal yang
sesuai dengan amal/kerja sesuai dengan firman Allah sebagai berikut:
55
Nurul Huda et al., Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, (Jakarta: Kencana, 2018),
hlm. 227 56
Ibid
33
مؤمن ف لنحيي نو حيوة طيبة ولنجزي ن هم اجرىم اوان ثى وىو من عمل صالامن ذكر ي عملون بحسن ماكان وا
“Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.57
Sedangkan Hadis Nabi yang berkaitan dengan bekerja dapat
dikemukakan antara lain:
عن المقدام رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليو وسلم قال:مااكل احد طعاما قط لم كان را من ان ي كل من عمل يذه وان نب الله داود عليو الس يكل من خي
عمل يذه )رواه البخاري(“Dari Miqdam r.a dari Rasulullah SAW ia bersabda “ Tidaklah seseorang
makan-makanan yang lebih baik daripada makan hasil kerjanya sendiri dan
sesungguhnya Nabi Dawud a.s makan dari hasil buah tangan (pekerjaan)-
nya sendiri.” (HR. Al-Bukhari)58
c. Klasifikasi Tenaga Kerja
Untuk menemukan angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
diperlukan informasi, yaitu:
57
Al-Qur‟an dan Terjemah, Surah An-Nahl (16): 97, Departemen Agama RI (Bekasi: Penerbit
Mulia Abadi , 2015) 58
Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm.
297
34
1. Jumlah penduduk yang berusia diantara 15 tahun dan 64 tahun
yang data disebut dengan penduduk usia kerja.
2. Jumlah penduduk yang berusia 15-64 tahun yang tidak ingin
bekerja (seperti mahasiswa, pelajar, ibu rumah tangga dan
pengangguran sukarela), penduduk ini dinamai dengan penduduk
bukan angkatan kerja. Dengan demikian angkatan kerja pada suatu
periode dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia
kerja dan penduduk usia kerja yang dinyatakan dalam persen
disebutdengan tingkat partisipasi angkatan kerja.59
Pada dasarnya, tenaga kerja dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
yaitu:
1) Angkatan Kerja
Angkatan kerja dapat dijelaskan dengan beberapa definisi yaitu
angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam suatu
perekonomian pada suatu waktu tertentu.60
Selain itu angkatan kerja dapat
didefinisikan dengan penduduk usia kerja yang bekerja atau punya
pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan yang sedang mencari
pekerjaan.61
Angkatan kerja merupakan penduduk, baik perempuan maupun laki-
laki dalam usia produktif (usia kerja) yang berumur 15-64 tahun yang
59
Sadono Sukirno, Mikroekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2013), hlm. 18 60
Ibid, hlm. 123 61
Nur Feriyanto, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Indonesia, (Yogyakarta:
UU STIM YKPM, 2014), hlm. 6
35
sedang bekerja atau mencari pekerjaan (menganggur).62
Angkatan kerja
termasuk bagian dari tenaga kerja. Angkatan kerja terbagi menjadi dua
bagian, yaitu angkatan kerja yang bekerja dan tidak bekerja atau
pengangguran.
1. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang
dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan
atau keuntungan, paling sedikit satu jam (tidak terputus) dalam
seminggu yang lalu.
2. Penganggur, yaitu orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya
orang yang tidak bekerja dan (masih atau sedang) mencari pekerjaan.
Pengangguran disebabkan antara lain pendidikan dan keterampilan
angkat kerja yang rendah; penerapan sistem padat modal dalam proses
produksi, keterbatasan lapangan kerja karena lesunya perekonomian;
serta persebaran tenaga kerja tidak merata.63
2) Bukan Angkatan Kerja
Selisih antara angkatan kerja dan tenaga kerja disebut kelompok
bukan angkatan kerja. Kelompok ini meliputi penduduk usia lima belas
tahun ke atas yang masih bersekolah, ibu rumah tangga, pensiunan, orang
yang lumpuh total, serta orang yang tidak maudan tidak mampu bekerja.
Bukan angkatan kerja adalah penduduk yang berusi sepuluh tahun ke atas
dan selama seminggu yang lalu hanya bersekolah, mengurus rumah tangga
62
Hamida Gigih Aryanti,dkk, Ketenagakerjaan,...hlm. 3 63
Ibid, hlm. 3-4
36
atau lainnya, serta tidak melakukan suatu kegiatan yang tidak termasuk
kategori bekerja, sementara tidak bekerja atau mencari pekerjaan.64
d. Hubungan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Todaro dalam Heidy Menajang, pertumbuhan penduduk dan
pertumbuhan angkatan kerja (AK) secara tradisional dianggap sebagai salah
satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja
yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi, sedangkan
pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya
lebih besar. Meski demikian hal tersebut masih dipertanyakan apakah benar
laju pertumbuhan penduduk yang cepat benar-benar akan memberikan
dampak positif atau negatif dari pembangunan ekonominya.
Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh positif atau negatif dari
pertumbuhan penduduk tergantung pada pertambahan tenaga kerja tersebut.
Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal
dan tersedianya input dan faktor penunjang seperti kecakapan manajerial
dan administrasi.
Dalam model sederhana tentang pertumbuhan ekonomi, pada
umumnya pengertian tenaga kerja diartikan sebagai angkatan kerja yang
bersifat homogen. Menurut Lewis dalam Heidy Menajang, angkatan kerja
yang homogen dan tidak terampil dianggap bisa bergerak dan beralih dari
sektor tradisional ke sektor modern secara lancar dan dalam jumlah terbatas.
Dalam keadaan demikian penawaran tenaga kerja mengandung elastisitas
64
Ibid, hlm. 4
37
yang tinggi. Meningkatnya permintaan atas tenaga kerja (dari sektor
tradisional) bersumber pada ekspansi kegiatan sektor modern. Dengan
demikian salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi adalah tenaga kerja.65
3. Pengeluaran Pemerintah
a. Pengertian Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah dapat diartikan sebagai penggunaan uang dan
sumber daya suatu negara untuk membiayai suatu kegiatan negara atau
pemerintah dalam rangka mewujudkan fungsinya dalam melakukan
kesejahteraan. Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu unsur
permintaan agregat.66
Pengeluaran pemerintah adalah pengeluaran yang
sifatnya habis dipakai dalam proses produksi setelah dikurangi dengan
penjumlahan barang dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah, yang terdiri
dari pembelian barang dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah, yang
terdiri dari pembelian barang dan jasa (belanja barang), pembayaran balas
jasa pegawai (belanja pegawai), dan penyusutan barang modal, dikurangi
dengan hasil penjualan barang dan jasa (output pasar) pemerintah yang tidak
dipisahkan dari kegiatan pemerintah.67
65
Heidy Menajang, Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kota Manado,... hlm. 10 66
Detri Karya, Syamri Syamsuddin, Makroekonomi: Pengantar Untuk Manajemen,... hlm.
179 67
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, Analisis Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi
2013, (Jambi: BPS Provinsi Jambi, 2013), hlm. 24
38
b. Prinsip Pengeluaran Negara Menurut Islam
Prinsip pengeluaran negara ini dibentuk oleh Undang-undang
Kenegaraan pada masa Utsmaniyah, yang didasarkan pada Fiqh Sunni.
Undang-undang tersebut dikenal sebagai Majallah, berikut merupakan
prinsip pengeluaran negara menurut Islam yang dikutip dari Chaudhry
dalam Fordebi dan Adesy: 68
1) Kriteria utama bagi seluruh alokasi pengeluaran adalah kesejahteraan
rakyat.
2) Kepentingan penduduk mayoritas haruslah didahulukan dibandingkan
dengan kepentingan penduduk minoritas.
3) Menghilangkan kesulitan haruslah lebih diutamakan daripada
mendapatkan kemudahan dan kenyamanan.
4) Pengorbanan atau kerugian pribadi dapat dibenarkan demi
menyelamatkan pengorbanan atau kerugian publik, dan pengorbanan
kerugian yang lebih besar harus dapat dihindari dengan memberikan
pengorbanan atau kerugian yang lebih kecil.
5) Barangsiapa menerima manfaat harus menanggung biaya.
Chaudhry dalam Fordebi dan Adesy menambahkan bahwa prinsip
2,3,4,5 merupakan aturan yang juga diterapkan dalam sistem perpajakan.
Prinsip tersebut adalah kepentingan mayoritas harus didahulukan,
68
Fordebi dan Adesy, Ekonomi dan Bisnis Islam: Seri Konsep dan Aplikasi Ekonomi dan
Bisnis Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), hlm. 349-350
39
menghilangkan kesulitan, pengorbanan dan kerugian lebih besar harus dapat
dihindari, dan siapa pun yang menerima manfaat harus menanggung biaya.69
c. Belanja Daerah dalam APBD
Sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
2005 yang kemudian dijabarkan dalam Permendagri 13 Tahun 2006,
belanja pemerintah daerah diklasifikasikan berdasarkan dua jenis belanja
yaitu Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung.
Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan
terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Dalam
struktur APBD, kelompok Belanja Langsung ini antara lain terdiri dari:70
a) Belanja pegawai
b) Belanja barang dan jasa
c) Belanja modal
Di sisi lain, sebagaimana diatur dalam Permendagri 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, kelompok Belanja Tidak
Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok Belanja
Tidak Langsung ini dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:71
a) Belanja pegawai
69
Ibid, hlm. 350 70
Fadillah Amin, Penganggaran di Pemerintah Daerah DALAM Perspektif Teoritis, Normatif,
dan Empiris, Malang: UB Press, 2019), hlm. 22 71
Ibid, hlm. 23
40
b) Belanja bunga
c) Belanja subsidi
d) Belanja hibah
e) Belanja bantuan sosial
f) Belanja bagi hasil
g) Bantuan keuangan
h) Belanja tidak terduga
d. Kebijakan Belanja Ekonomi Islam
Efisiensi dan efektivitas merupakan landasan pokok dalam kebijakan
pengeluaran pemerintah, yang dalam ajaran Islam dipandu oleh kaidah-
kaidah syar‟iyah dan penentuan skala prioritas. Para ulama terdahulu telah
memberikan kaidah-kaidah umum yang didasarkan dari Al-Qur‟an dan
Hadis dalam memandu kebijakan belanja pemerintah. Di antara kaidah
tersebut adalah:72
1) Kebijakan atau belanja pemerintah harus senantiasa mengikuti kaidah
maslahah yaitu:
جلب المصالح ودرءالمفاسد
“Meraih kemaslahatan dan menolak kemafsadatan”
Adapun persyaratan kemaslahatan yaitu:
72
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2006),
hlm. 223
41
a) Kemaslahan itu harus sesuai dengan maqashid al-syari’ah,
semangat ajaran, dalil-dalil kulli dan dalil qoth’i baik wurud
maupun dalalahnya.
b) Kemaslahatan itu harus meyakinkan, artinya kemaslahatan itu
berdasarkan penelitian yang cermat dan akurat sehingga tidak
meragukan bahwa itu bisa mendatangkan manfaat dan
menghindarkan mudarat.
c) Kemaslahatan itu membawa kemudahan dan bukan mendatangkan
kesulitan yang diluar batas, dalam arti kemaslahatan itu bisa
dilaksanakan.
d) Kemaslahatan itu memberi manfaat kepada sebagian besar
masyarakat bukan kepada sebagian kecil masyarakat.
2) Menghindari masyaqqah kesulitan dan mudarat harus didahulukan
ketimbang melakukan pembenahan. Kaidahnya yaitu:
م على جلب المصالح دفع المفاسدمقد
“Menolak mafsadah didahulukan daripada meraih maslahat”73
3) Mudarat individu dapat dijadikan alasan demi menghindari mudarat
dalam skala umum.
4) Pengorbanan individu dapat dilakukan dan kepentingan individu dapat
dikorbankan demi menghindari kerugian dan pengorbanan dalam
skala umum.
73
A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih: Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan
Masalah-masalah yang Praktis, (Jakarta: Prendamedia Group, 2019), hlm. 29
42
5) Kaidah al-giurmu bil gunni yaitu kaidah menyatakan bahwa yang
mendapatkan manfaat harus siap menanggung beban (yang ingin
untung harus siap menanggung kerugian).
6) Kaidah Ma la yatimmu al waajibu illa bihi fahua wajib yaitu kaidah
yang menyatakan bahwa sesuatu hal yang wajib ditegakkan dan tanpa
ditunjang oleh faktor penunjang lainnya tidak dapat dibangun, maka
menegakkan faktor penunjang tersebut menjadi wajib hukumnya.
Kaidah-kaidah tersebut dapat membantu dalam mewujudkan
efektivitas dan efisiensi pembelanjaan pemerintah dalam Islam, sehingga
tujuan-tujuan dari pembelanjaan dalam pemerintah Islam:74
1) Pengeluaran demi memenuhi kebutuhan hajat masyarakat.
2) Pengeluaran sebagai alat redistribusi kekayaan.
3) Pengeluaran yang mengaruh pada semakin bertambahnya permintaan
efektif.
4) Pengeluaran yang berkaitan dengan investasi dan produksi.
5) Pengeluaran yang bertujuan menekan tingkat inflasi dengan kebijakan
intervensi pasar.
d. Hubungan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi
Pengeluaran pemerintah dapat diartikan sebagai penggunaan uang
dan sumber daya suatu negara untuk membiayai suatu kegiatan negara atau
pemerintah dalam rangka mewujudkan fungsinya dalam melakukan
74
Ibid, hlm. 224
43
kesejahteraan.75
Pengeluaran pemerintah daerah diukur dari total belanja
langsung dan tidak langsung yang dialokasikan dalam anggaran daerah.
Sodik dalam Zahari mengungkapkan bahwa pengeluaran pemerintah yang
proporsional akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.76
Pengeluaran pemerintah dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi
dikarenakan pengeluaran pemerintah ini akan dapat menciptakan berbagai
prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembangunan. Pengeluaran
pemerintah yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) bersumber dari bantuan pusat dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
APBD ini merupakan bentuk dari akumulasi modal pemerintah yang
digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Adapun
sasaran penggunaan pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai
pembangunan di bidang sarana dan prasarana yang dapat menunjang
kelancaran usaha dan pemenuhan pelayanan masyarakat.77
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu adalah suatu penelitian yang telah lebih dahulu
dilaksanakan dan memiliki keterkaitan dengan penelitian baru yang sedang
dilaksanakan. Tujuan dicantumkannya penelitian terdahulu adalah untuk
mengetahui kerangka teori dan keilmuan yang telah digunakan oleh peneliti
75
Detri Karya dan Syamri Syamsuddin, Makroekonomi: Pengantar Untuk Manajemen,... hlm.
179 76
M. Zahari MS, Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Provinsi Jambi , hlm. 183 77
Moh. Arsjad Anwar, dkk, Ekonomi Indonesia, Masalah dan Prospek 1989/1990,... hlm. 47
44
terdahulu, agar penelitian yang dilaksanakan dapat melengkapi dan
memperkaya penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Tabel 1.2
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul
Penelitian
Metode
Penelitian
Kesimpulan
1 Nurul
Fitriani
Pengaruh
Tenaga Kerja
dan
Pengeluaran
Pemerintah
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi di
Provinsi
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
Tahun 2007-
2015.
Kuantitatif Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
tenaga kerja berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi dengan
probabilitas sebesar
0,0644. Pengeluaran
pemerintah berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi dengan
probabilitas 0,0001.78
2 Aldian
Akbar
Naufal,
Anifatul
Hanim,
Aisah
Jumiati
Analisis
Pengaruh
Pengeluaran
Pemerintah,
Investasi
Swasta, dan
Tenaga Kerja
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi di
EKS
Karesidenan
Kuantitatif Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
pengeluaran pemerintah
dan investasi swasta
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi dan
tenaga kerja berpengaruh
positif namun tidak
signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi
(PDRB) di Eks
78
Nurul Fitriani, Pengaruh Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007-2015, Skripsi
Universitas Negeri Yogyakarta, 2017
45
Besuki Tahun
2004-2012
Karesidenan Besuki tahun
2004-2012.79
3 Azzam
Farras
Wijdan
Analisis
Pengaruh
Pengeluaran
Pemerintah,
Investasi, Dana
ZIS, dan
Tenaga Kerja
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
Kabupaten/Kot
a di Provinsi
Jawa Barat
Tahun 2013-
2015
Kuantitatif Dari hasil pengujian
bersama-sama
menunjukkan bahwa
pengeluaran pemerintah,
penanaman modal asing,
penanaman modal dalam
negeri, dana ZIS, dan
tenaga kerja berpengaruh
tidak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.80
4 Ahmad
Jazuli
Rahman,
Aris
Soelistyo,
Syamsul
Hadi
Pengaruh
Investasi,
Pengeluaran
Pemerintah
dan Tenaga
Kerja
Terhadap
PDRB
Kabupaten/Kot
a di Provinsi
Banten Tahun
2010-2014
Kuantitatif Dari hasil pengujian
secara serentak
menunjukkan bahwa
investasi, pengeluaran
pemerintah, dan tenaga
kerja berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB)
dengan hasil F Statistik
3,55 lebih besar dari F
tabel yaitu 2,38.81
5 Alfian Analisis Kuantitatif Dari hasil analisis yang
79
Aldian Akbar Naufal, dkk, Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi Swasta,
dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Eks Karesidenan Besuki Tahun 2004-2012,
Jurnal Universitas Jember, 2014 80
Azzam Farras Wijdan, Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi, Dana ZIS,
dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat
Tahun 2013-2015, Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018 81
Ahmad Jazuli Rahman, dkk, Pengaruh Investasi, Pengeluaran Pemerintah, dan Tenaga
Kerja Terhadap PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2010-2014, Jurnal Ekonomi
Pembangunan Universitas Muhammadiyah Malang, 2016
46
Wahyu
Fauzan
Pengaruh
Investasi,
Tenaga Kera,
dan Tingkat
Pendidikan
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi di
Provinsi Jawa
Tengah Tahun
2009-2013
dilakukan diketahui
bahwa variabel investasi,
tenaga kerja, dan tingkat
pendidikan berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Jawa
Tengah. Semakin tinggi
realisasi investasi, jumlah
tenaga kerja dan tingkat
pendidikan, maka semakin
tinggi pula pertumbuhan
ekonomi di
Kabupaten/Kota Provinsi
Jawa Tengah.82
Penelitian terdahulu yang telah penulis jelaskan merupakan suatu
pertimbangan dalam pembuatan penelitian. Hal ini agar tidak adanya
kesamaan dalam penelitian yang penulis lakukan. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada subjek dan objek penelitian.
Pada penelitian ini subjek penelitiannya adalah Provinsi Jambi dengan kurun
waktu 2011-2017 dan objek penelitian pada penelitian ini yaitu hanya
berfokus pada investasi (PMDN + PMA), angkatan kerja yang bekerja,
pengeluaran pemerintah serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi.
G. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel bebas (Investasi, Tenaga
Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah) yang digunakan untuk melihat
82
Alfian Wahyu Fauzan, Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Tingkat Pendidikan
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun
2009-2013, Skripsi Universitas Diponegoro Semarang, 2015
47
pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jambi. Untuk
memudahkan kegiatan penelitian yang akan dilakukan serta untuk
memperjelas alur pemikiran dalam penelitian ini, maka peneliti merumuskan
suatu kerangka pemikiran yang dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran
Keterangan :
: Pengaruh secara parsial
: pengaruh secara simultan
H. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang
diberikan baru berdasarkan pada teori yang relevan, belum berdasarkan pada
fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.Jadi hipotesis
Pertumbuhan
Ekonomi (Y)
Pengeluaran
Pemerintah (X3)
Tenaga Kerja (X2)
Investasi (X1)
48
juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian, belum jawaban empirik.83
1. Pengaruh investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah secara
bersama-sama terhadap pertumbuhan ekonomi
Ho = Diduga tidak terdapat pengaruh antara investasi, tenaga kerja, dan
pengeluaran pemerintah secara bersama-sama terhadap pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Jambi tahun 2011-2017.
Ha = Diduga terdapat pengaruh antara investasi PMDN, investasi PMA,
tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah secara bersama-sama terhadap
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi tahun 2011-2017.
2. Pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi
HO = Diduga tidak terdapat pengaruh antara investasi terhadap
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi tahun 2011-2017.
Ha = Diduga terdapat pengaruh antara investasi terhadap pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Jambi tahun 2011-2017.
3. Pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi
Ho = Diduga tidak terdapat pengaruh antara tenaga kerja terhadap
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi tahun 2011-2017.
Ha = Diduga terdapat pengaruh antara tenaga kerja terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Provinsi Jambi tahun 2011-2017.
4. Pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi
83
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, DanR&D, cet. 25, (Bandung: Alfabeta,
2017), hlm. 63
49
Ho = Diduga tidak terdapat pengaruh antara pengeluaran pemerintah
terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi tahun 2011-2017.
Ha = Diduga terdapat pengaruh antara penegluaran pemerintah terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jambi tahun 2011-2017.
I. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan terdiri dari lima bab dan setiap babnya
terdiri dari sub-sub, masing-masing bab membahas permasalahan tersendiri
tetapi masih berkaitan antara satu bab dengan bab berikutnya. Adapun
sistematika penulisan adalah:
BAB I: Bab ini membahas tentang pendahuluan, mencakup latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka
teori, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis.
BAB II: Bab ini membahas tentang metode penelitian yang meliputi
pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan
data, teknik analisis data.
BAB III: Bab ini membahas gambaran umum tentang obyek penelitian yaitu
kondisi geografis Provinsi Jambi, pertumbuhan ekonomi, investasi,
tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah.
BAB IV: Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang akan diteliti oleh
penulis mengenai pengaruh investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran
pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi tahun
2011-2017.
BAB V: Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran.
50
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kuantitatif dengan menggunakan metode data panel. Metode kuantitatif
adalah metode statistik yang menyangkut pendugaan parameter, pengujian
hipotesis, dan hubungan antara dua sifat (peubah) atau lebih bagi parameter-
parameter yang mempunyai sebaran (distribusi normal) tertentu yang
diketahui.84
B. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis data
Data adalah kumpulan angka, fakta, fenomena atau keadaan atau
lainnya yang disusun menurut logika tertentu merupakan hasil
pengamatan, pengukuran atau pencacahan dan sebagainya terhadap
variabel dari suatu objek kajian, yang berfungsi dapat digunakan untuk
membedakan objek yang satu dengan yang lainnya pada variabel yang
sama. 85
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder,
data sekunder itu sendiri adalah data yang diperoleh berdasarkan informasi
yang telah disusun dan dipublikasikan oleh instansi tertentu.86
84
Imam Gunawan, Pengantar Statistika Inferensial, ed. 1, cet. 1, (Jakarta: Rajawali Pers,
2016), hlm. 12 85
Syahirman Yusi & Umiyati Idris, Metodologi Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan
Kuantitatif, (Citra Books Indonesia, t.t.), hlm. 101 86
Ibid., hlm. 103
51
b. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data BPS
Provinsi Jambi yang berkaitan dengan investasi, tenaga kerja, dan
pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi
tahun 2011-2017.
C. Instrumen Pengumpulan Data
Data yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini
yaitu melalui data sekunder berupa data panel yang merupakan gabungan
antara data time series dan data cross section. Data yang diperoleh
merupakan data-data dari literatur yang berkaitan baik berupa dokumen,
artikel, catatan-catatan maupun arsip. Data yang diperoleh kemudian
disusun dan diolah sesuai dengan kepentingan dan tujuan penelitian.Untuk
tujuan penelitian ini data yang dibutuhkan adalah data Badan Pusat
Statistik (BPS) Provinsi Jambi. Meliputi data investasi (PMDN dan PMA),
jumlah angkatan kerja yang bekerja, pengeluaran pemerintah dan produk
domestik regional bruto atas dasar harga konstan.
D. Teknik Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif dengan menggunakan estimasi model regresi dengan
menggunakan data panel. Analisis regresi digunakan untuk
menggambarkan model hubungan antara variabel, selain itu digunakan
untuk mengetahui variabel bebas mana yang secara statistik berpengaruh
52
terhadap variabel terikat.87
Untuk memudahkan dalam analisis maka
penelitian ini menggunakan bantuan softwere Eviews. Untuk melihat
hubungan antara antara investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran
pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi digunakan model dasar
sebagai berikut:
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Dimana:
Y = Produk Domestik Regional Bruto
b0 = Konstanta
b1, b2, b3 = Koefisien Regresi
X1 = Investasi
X2 = Tenaga Kerja
X3 = Pengeluaran Pemerintah
E = Error term
Formulasi model ini merupakan regresi yang berbentuk linier
dimana bentuk ini secara teoritis variabel tidak bebas yang akan diteliti
mempunyai kecenderungan hubungan yang linier terhadap masing-masing
variabel bebasnya. Selanjutnya untuk mengetahui elastisitas dari pengaruh
investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan
ekonomi, maka model persamaan regresi berganda tersebut di transformasi
ke dalam bentuk log, sehingga persamaan regresi menjadi:
LogY = b0 + b1LogX1 + b2LogX2 + b3LogX3 + e
87
Imam Gunawan, Pengantar Statistika Inferensial,.. hlm. 202
53
E. Metode Data Panel
Dalam pengolahan data panel terdapat tiga pendekatan dalam
mengestimasi regresi data panel yang dapat digunakan yaitu model
Common Effect, model Fixed Effect, dan model Random Effect.
a) Common Effect
Estimasi Common Effect (koefisien tetap antar waktu dan
individu) merupakan teknik yang paling sederhana untuk
mengestimasi data panel. Hal ini karena hanya dengan
mengkombinasikan data time series dan data cross secsion tanpa
melihat perbedaan antar waktu dan individu, sehingga dapat
menggunakan metode OLS dalam mengestimasi model data panel.
Dalam pendekatan estimasi ini tidak memperlihatkan
dimensi individu maupun waktu. Diasumsikan bahwa perilaku data
antar variabel sama dalam berbagai kurun waktu.88
b) Fixed Effect
Teknik model Fixed Effect (slop konstan tetapi intersep
berbeda antar individu) adalah teknik mengestimasi data panel
dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya
perbedaan intersep. Pengertian Fixed Effect ini didasarkan adanya
perbedaan intersep antara variabel namun intersepnya sama antar
waktu. Di samping itu, model ini juga mengasumsikan bahwa
koefisien regresi (slope) tetap antar variabel dan antar waktu.
88
Ansofino, dkk, Buku Ajar Ekonometrika, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), hlm. 143
54
Model estimasi ini seringkali disebut dengan teknik Least Squares
Dummy Variables (LSDV).89
c) Random Effect
Dimasukkannya variabel dummy di dalam model fixed
effect bertujuan untuk mewakili ketidaktahuan kita tentang model
yang sebenarnya. Namun, ini juga membawa konsekuensi
berkurangnya derajat kebebasan yang pada akhirnya mengurangi
parameter. Masalah ini bisa diatasi dengan menggunakan variabel
gangguan dikenal dengan metode random effect. Di dalam model
ini kita akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan
mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu.
Penulisan konstanta dalam model random effect tidak lagi tetap
tetapi bersifat random.90
F. Pemilihan Model Data Panel
Dalam pengolahan data panel mekanisme uji untuk menentukan
metode pemilihan data panel yang tepat yaitu dengan cara
membandingkan metode pendekatan PLS dengan metode pendekatan
FEM terlebih dahulu. Jika hasil yang diperoleh menunjukkan model
pendekatan PLS yang diterima, maka model pendekatan PLS yang akan
dianalisis. Jika model pendekatan FEM yag diterima, maka dilakukan
perbandingan lagi dengan model pendekatan REM. Untuk melakukan
model mana yang akan dipakai, maka dilakukan pengujian di antaranya:
89 Ibid, hlm. 147
90 Ibid, hlm. 150
55
a. Uji Chow Test
Yaitu uji yang digunakan untuk mengetahui apakah model
Pooled Least Square (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM) yang
akan dipilih untuk estimasi data. Uji ini dapat dilakukan dengan uji
Chow-Test. Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai
berikut:
HO : Model PLS
H1 : Model Fixed Effect
Pengujian ini menggunakan nilai probabilitas nilai cross-section F,
jika nilai probabilitas < α= 0.05 maka H0 ditolak, artinya model
panel yang baik yang digunakan adalah Fixed Effect Model, dan
sebaliknya. Jika H0 diterima, berarti model PLS yang dipakai dan
dianalisis. Namun jika HO ditolak, maka model FEM harus diuji
kembali untuk memilih apakah akan memakai model FEM atau
REM yang kemudian dianalisis.
b. Uji Hausmant Test
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan apakah model
fixed effectatau random effect yag akan dilipih. Pengujian ini
dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:
HO= Model Random Effect
H1= Model Fixed Effect
Dasar penolakan Ho adalah dengan menggnakan pertimbangan
probabilitas Cross section random. Jika probabilitas Cross section
56
random > α= 0.05 maka HO diterima, artinya model yang digunakan
adalah Random Effect begitu juga sebaliknya.
G. Uji Asumsi Klasik
1). Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah data penelitian yang
diperoleh berdistribusi normal atau mendekati normal, karena data yang
baik adalah data yang menyerupai distribusi normal. Uji normalitas
dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah uji Jarque-Berra
(JB Test). Data dinyatakan berdistribusi normal apabila nilai
probabilitas dan Jarque Berra 0.05, sebaliknya jika nilai probabilitas
0.05 maka data dinyatakan berdistribusi tidak normal.91
2). Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah suatu keadaan di mana terdapat
hubungan linear yang sempurna antara variabel-variabel bebas dalam
model regresi.92
Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat diketahui
dari koefisien korelasi masing-masing variabel bebas. Jika semua
koefisien korelasi masing-masing variabel lebih besar dari 0.8 maka
terjadi multikolinearitas.
3). Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah varians berbeda dari satu pengamatan
kepengamatan lainnya.93
Dalam data panel masalah heteroskedastisitas
91
Imam Gunawan, Pengantar Statistika Inferensial,... hlm. 93 92
Napa J. Awat, Metode Statistik Dan Ekonometri, ed. 1, cet. 1, (Yogyakarta: Liberty, 1995),
hlm. 368 93
Ibid., hlm. 379
57
dapat dilihat dengan melakukan uji glejser terlebih dahulu, apabila
probabilitasnya tidak signifikan secara statistik pada taraf derajat 5%
maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada heteroskedastisitas
dalam model. Sebaliknya jika nilai probabilitsnya signifikan secara
statistik pada derajat 5% maka hipotesis nol ditolak, yang berarti ada
masalah heteroskedastisitas dalam model.
4). Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah adanya korelasi antara anggota seri dari
observasi-observasi yang diurutkan berdasarkan waktu.Keberadaan
autokorelasi memiliki konsekuensi, yaitu estimasi masih linear dan
tidak bias, serta konsisten dan secara asumtotis terdistribusi secara
normal, namun estimator-estimator tersebut tidak lagi efisien (memiliki
varians kecil). Jika varians tidak minimum, maka menyebabkan
perhitungan standar error tidak dipercaya kebenarannya.Selanjutnya
interval estimasi maupun uji hipotesis yang berdasarkan pada distribusi
t maupun F tidak lagi bisa dipercaya untuk evaluasi hasil regresi.94
Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam suatu model regresi,
dapat dilakukan melalui model pengujian terhadap nilai Durbin-Watson
yaitu sebagai berikut:
94
Imam Gunawan, Pengantar Statistika Inferensial,... hlm. 101
58
Tabel 2.2
Durbin-Watson
Nilai statistik d Hasil
0 < dw < dL Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi positif
dL ≤ dw ≤ dU Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan
dL ≤ dw ≤ 4 - dU Menerima hipotesis nol; tidak ada autokorelasi
positif/negatif
4 - dU ≤ dw ≤ 4 - dL Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan
4 - dL ≤ dw ≤ 4 Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi negatif
H. Uji Statistik
1) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji secara menyeluruh (simultan) digunakan uji f (f-test),
pengujian ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel
independen terhadap variabel dependen secara keseluruhan. Dalam
pengujian hipotesis ini akan menggunakan uji f dengan hipotesis
yang diuji adalah sebagai berikut:
H0 : b1, b2, b3 = 0 ; Tidak ada pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen.
Ha : b1, b2, b3 ≠ 0 ; Paling tidak ada satu variabel independen
yang mempengaruhi variabel dependen.95
95
Feby Septajaya, Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi,
Tingkat Inflasi Dan Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan,... hlm. 41-42
59
2) Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik T)
Uji t dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh
variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat dengan
menganggap variabel bebas lainnya adalah konstan. Untuk menguji
hipotesis tersebut digunakan statistik t, di mana nilai thitung dapat
diperoleh dengan rumus:
t =
Di mana:
βi : Koefisien Regresi
Se (βi) : Standar Eror Koefisien Regresi
Dengan hipotesis sebagai berikut:
a) Uji t untuk variabel Investasi
H0>0.05, artinya variabel investasi tidak berpengaruh
terhadap variabel pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Jambi.
H1<0.05, artinya variabel investasi berpengaruh terhadap
variabel pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi.
b) Uji t untuk variabel Tenaga Kerja
H0>0.05, artinya variabel tenaga kerja tidak berpengaruh
terhadap variabel pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Jambi.
60
H1<0.05, artinya variabel tenaga kerja berpengaruh
terhadap variabel pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Jambi.
a. Uji t untuk variabel Pengeluaran Pemerintah
H0>0.05, artinya variabel pengeluaran pemerintah tidak
berpengaruh terhadap variabel pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Jambi.
H1< 0.05, artinya variabel pengeluaran pemerintah
berpengaruh terhadap variabel pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Jambi.
3) Uji Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien Determinasi (dinotasikan dengan R2) adalah
sebuah kunci penting dalam analisis regresi.Nilai koefisien
determinasi diinterpretasikan sebagai proporsi dari varian
variabel dependen, bahwa variabel dependen dapat dijelaskan
oleh variabel independen sebesar nilai koefisien determinasi
tersebut.Nilai koefisien determinasi bergerak antara 0 sampai 1
mengindikasikan bahwa variabel dependen dapat
diprediksikan.96
96
Sukestiyarno, Statistika Dasar, (Yogyakarta: Andi, 2013), hlm. 166-167
61
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Kondisi Geografis Provinsi Jambi
Provinsi Jambi dibentuk berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 19
tahun 1957, tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera
Barat, Jambi dan Riau, yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang
Nomor 61 tahun 1958 (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 112), yang terdiri
dari 5 Kabupaten dan 1 Kota. Pada tahun 1999, dilakukan pemekaran terhadap
beberapa wilayah administratif di Provinsi Jambi melalui Undang-undang Nomor
54 tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo,
Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Selanjutnya
melalui Undang-undang nomor 25 tahun 2008, tentang Pembentukan Kota Sungai
Penuh, sehingga sampai tahun 2010, secara administratif Provinsi Jambi menjadi
9 Kabupaten dan 2 Kota.
Secara geografis Provinsi Jambi terletak pada 0º 45' 2º 45' Lintang Selatan
dan 101º 10' - 104º 55' Bujur Timur di bagian tengah Pulau Sumatera. Batas-batas
Wilayah Provinsi Jambi adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau
Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan Provinsi Kepulauan
Riau
Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan
Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat
62
Posisi Provinsi Jambi cukup strategis karena langsung berhadapan dengan
kawasan pertumbuhan ekonomi yaitu IMS-GT (Indonesia, Malaysia, Singapura
Growth Triangle). Luas wilayah Provinsi Jambi sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 19 tahun 1957, tentang pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I
Sumatera Barat, Jambi dan Riau, yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-
Undang Nomor 61 tahun 1958 (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 112)
adalah seluas 53.435,72 Km2
dengan luas daratan 50.160,05 Km2
dan luas
perairan sebesar 3.274,95 Km2
yang terdiri atas:
1. Kabupaten Kerinci 3.355,27 Km2 (6,67%)
2. Kabupaten Bungo 4.659 Km2 (9,25%)
3. Kabupaten Merangin 7.679 Km2 (15,25%)
4. Kabupaten Sarolangun 6.184 Km2 (12,28%)
5. Kabupaten Batanghari 5.804 Km2 (11,53%)
6. Kabupaten Muaro Jambi 5.326 Km2 (10,58%)
7. Kabupaten Tanjung Jabung Barat 4.649,85 Km2 (9,24%)
8. Kabupaten Tanjung Jabung Timur 5.445 Km2 (10,82%)
9. Kabupaten Tebo 6.641 Km2 (13,19%)
10. Kota Jambi 205,43 Km2 (0,41%)
11. Kota Sungai Penuh 391,5 Km2 (0,78%)
Luas wilayah terbesar di Provinsi Jambi berada di Kabupaten Merangin
sebesar 7.679 Km2 atau sebesar 15,25 persen dari total luas wilayah Provinsi
63
Jambi, diikuti oleh Kabupaten Tebo dan Kabupaten Sarolangun masing-masing
sebesar 6.641 Km2
dan 6.184 Km2.
. 97
Secara administratif, jumlah kecamatan dan desa/kelurahan di Provinsi
Jambi tahun 2017 sebanyak 141 Kecamatan dan 1.562 desa/kelurahan, dimana
jumlah kecamatan terbanyak berada di Kabupaten Merangin yaitu 24 kecamatan,
sedangkan jumlah desa/kelurahan terbanyak berada di Kabupaten Kerinci yaitu
285 desa/kelurahan.98
B. Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu
wilayah/Provinsi dalam satu periode tertentu ditunjukkan oleh pertumbuhan
ekonomi di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai
suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu
perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.99
Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan
penulis menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
konstan. Adapun unit ekonominya mencakup kegiatan pertanian, pertambangan,
industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, perdagangan, hotel dan restoran,
pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta
97
http://web.jambiprov.go.id/skpd/site/jambiprov.go.id/profil/letak-wilayah-dalam-provinsi-
jambi 98
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, Jambi Dalam Angka 2018, (Jambi: BPS Provinsi
Jambi, 2018), hlm. 28 99
Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan,... hlm. 9
64
jasa-jasa. PDRB dapat digunakan untuk mengetahui potensi ekonomi di suatu
wilayah dalam periode tertentu.
C. Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanam-
penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan
perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.100
Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran-
pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan
produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang
modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksikan barang
dan jasa di masa depan.101
Ada dua peran yang dibawa oleh investasi dalam makro ekonomi. Pertama
investasi merupakan komponen pengeluaran agregat yang cukup besar dan
berubah ubah. Dengan demikian perubahan besar dalam investasi akan sangat
mempengaruhi permintaan agregat dan akhirnya akan berakibat juga pada output
dan kesempatan kerja. Kedua, investasi menghimpun akumulasi modal. Dengan
membangun sejumlah gedung dan peralatan yang berguan, output potensial suatu
bangsa bertambah, dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang akan meningkat.
100
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar,... hlm. 121 101
Sadono Sukirno, Makroekonomi Modern,... hlm. 366
65
Jelas dengan demikian bahwa investasi memainkan dua peran dalam menetukan
jumlah output dan pendapatan.102
Jenis-jenis investasi penanaman modal asing (PMA) Provinsi Jambi yaitu
meliputi sektor perkebunan, industri perkayuan, industri kimia, parpostel,
pertambangan dan energi, industri pengolahan kelapa sawit, dan jasa. Sedangkan
jenis-jenis investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) Provinsi Jambi
meliputi sektor perkebunan, kehutanan, industri perkayuan, industri kimia,
industri pengolahan kelapa sawit, industri makanan, industri pulp, industri logam
dasar, industri kapal kayu, industri minyak pelumas, angkutan, parpostel,
pertambangan dan energi, real estate, dan jasa pertambangan.103
D. Tenaga Kerja
Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang
bekerja maupun yang sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab, seperti
petani yang sedang menunggu panen/hujan, pegawai yang sedang cuti, sakit dan
sebagainya. Disamping itu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi
sedang mencari pekerjaan/mengharapkan dapat pekerjaan atau bekerja secara
tidak optimal disebut pengangguran.104
Angkatan kerja, dikelompokkan menjadi dua, yaitu penduduk yang
bekerja dan pengangguran. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan
102
Paul A. Samielson dan William D. Nordhus, Ekonomi,... hlm. 173 103
BPMD dan PPT Provinsi Jambi 104
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, Ringkasan Eksekutif Situasi Ketenagakerjaan
Provinsi Jambi, (Jambi: BPS Provinsi Jambi, 2016), hlm. 15
66
atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu.
Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan tidak dibayar yang membantu dalam
suatu usaha atau kegiatan ekonomi. Pengangguran terbuka adalah angkatan kerja
yang tidak bekerja/tidak mempunyai pekerjaan, yang mencakup angkatan kerja
yang sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan
karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan dan tang punya pekerjaan
tetapi belum mulai bekerja.105
Jumlah penduduk yang bekerja didalam angkatan kerja di Provinsi Jambi
pada tahun 2017 berjumlah 1.657.817 orang dengan proporsi 1.060.241 berjenis
kelamin laki-laki (63,95 persen) dan jumlah penduduk perempuan yang bekerja
sebanyak 597.576 orang (36,05 persen). Perbandingan pekerja laki-laki dan
perempuan di Jambi pada tahun 2017 adalah 6:4. Artinya adalah dari 6 pekerja
laki-laki terdapat 4 pekerja perempuan. Kondisi serupa berlaku untuk sebagian
kabupaten/kota kecuali Batanghari, Muaro Jambi dan Bungo berbanding 7:3.106
E. Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah dapat diartikan sebagai penggunaan uang dan
sumber daya suatu negara untuk membiayai suatu kegiatan negara atau
pemerintah dalam rangka mewujudkan fungsinya dalam melakukan
105
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, Analisis Situasi Ketenagakerjaan Provinsi Jambi,
(Jambi: BPS Provinsi Jambi, 2017), hlm. 8 106
Ibid, hlm. 24
67
kesejahteraan. Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu unsur permintaan
agregat.107
Pengeluaran pemerintah adalah bagian dari kebijakan fiskal yakni suatu
tindakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara
menetukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah tiap tahunnya yang
tercermin dalam dokumen APBN untuk nasional dan APBD untuk daerah.
Tujuan dari kebijakan fiskal ini adalah dalam rangka menstabilkan harga, tingkat
output maupun kesempatan kerja dan memacu pertumbuhan ekonomi.
Pengeluaran pemerintah berupa pembayaran subsidi atau bantuan langsung
kepada berbagai golongan masyarakat. Pemerintah mampu mempengaruhi
tingkat tingkat pendapatan keseimbangan menurut dua cara yang terpisah.
Pertama, pembelian pemerintah atas barang dan jasa (G) yang merupakan
komponen dari permintaan agregat. Kedua, pajak dan transfer mempengaruhi
hubungan antara output dan pendapatan (Y).
Pengeluaran pemerintah akan memperluas pasaran hasil-hasil perusahaan
dari industri yang pada giliranyya akan memperbesar pendapatan. Dengan
bertambahnya pendapatan yang diperoleh pemerintah, maka akan mendorong
pertumbuhan ekonomi.108
107
Detri Karya, Syamri Syamsuddin, Makroekonomi: Pengantar Untuk Manajemen,... hlm.
179 108
M. Zahari MS, Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi),...
hlm. 187
68
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini beberapa variabel yang digunakan adalah
pertumbuhan ekonomi, investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah.
Perhitungan pertumbuhan ekonomi dilakukan atas dasar angka produk domestik
regional bruto atas dasar harga konstan. PDRB didefinisikan merupakan jumlah
seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di
suatu daerah. Kemudian data investasi (total seluruh investasi yang diukur dari
total seluruh investasi dengan menjumlahkan investasi PMDN dan PMA).
Investasi merupakan suatu pengeluaran sejumlah dana dari investor guna
membiayai kegiatan produksi untuk mendapatkan profit dimasa yang akan datang.
Investasi tercipta dari penanaman modal baik secara langsung maupun tidak
langsung oleh berbagai pihak dengan tujuan memperbesar output. Kemudian data
tenaga kerja yang diambil dari angkatan kerja yang bekerja. Kemudian data
realisasi pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah diartikan sebagai
penggunaan uang dan sumber daya suatu negara untuk membiayai suatu kegiatan
negara pemerintah dalam rangka mewujudkan fungsinya dalam melakukan
kesejahteraan. Variabel-variabel tersebut digunakan untuk menganalisa dan
membuktikan hipotesis yang dirumuskun terbukti atau tidak. Pengujian hipotesis
penelitian ini menggunakan uji t dan uji f di mana bertujuan untuk mengetahui
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Data-data diperoleh
melalui aplikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi dan website Badan
69
Pusat Statistik di 9 kabupaten/kota di Provinsi Jambi. Penentuan sampel penelitian
ini diambil dari tahun 2011-2017.
Tabel 4.1
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Wilayah
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Kabupaten/Kota Provinsi Jambi (Dalam Bentuk Log)
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Merangin 15.65 15.71 16.77 15.84 15.89 15.95 16.01
Sarolangun 15.77 15.85 15.93 15.98 16.01 16.05 16.10
Batanghari 15.83 15.91 15.97 16.35 16.40 16.13 16.18
Muaro Jambi 16.13 16.20 16.27 16.05 16.09 16.45 16.50
Tanjab.Timur 16.43 16.45 16.50 16.56 16.58 16.60 16.63
Tanjab. Barat 16.85 16.90 16.95 17.02 17.05 17.08 17.12
Tebo 15.65 15.72 15.80 15.88 15.93 15.98 16.04
Bungo 15.86 15.95 16.04 16.10 16.15 16.20 16.26
Kota Jambi 16.30 16.37 16.45 16.53 16.58 17.34 16.69
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi (data diolah)109
Dari tabel di atas terlihat bahwa pada tahun 2011 PDRB ADHK paling
tinggi berada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yaitu sebesar 16.85% dan yang
terendah berada di Kabupaten Merangin dan Tebo sebesar 15.65%, kemudian
pada tahun 2012 PDRB ADHK paling tinggi berada di Kabupaten Tanjung
Jabung Barat yaitu sebesar 16.90% dan yang terendah berada di Kabupaten
109
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi (data diolah)
70
Merangin sebesar 15.71% , kemuadian pada tahun 2013 PDRB ADHK tertinggi
berada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar 16.95% dan yang terendah
berada di Kabupaten Sarolangun sebesar 15.93%, kemudian pada tahun 2014 dan
2015 PDRB ADHK tertinggi berada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar
17.02%, dan 17.05% dan yang terendah berada di Kabupaten Merangin sebesar
15.84% dan 15.89%, kemudian pada tahun 2016 PDRB ADHK paling tinggi
berada di Kota Jambi yaitu sebesar 17.34% dan yang terendah berada di
Kabupaten Merangin sebesar 15.95%, kemudian pada tahun 2017 PDRB ADHK
paling tinggi berada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar 17.12% dan
yang terendah berada di Kabupaten Merangin sebesar 16.01%.
Tabel 4.2
Realisasi Investasi
Wilayah
Data Realisasi Investasi Kabupaten/Kota Provinsi Jambi (Dalam
Bentuk Log)
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Merangin 13.36 14.06 13.64 13.69 13.66 13.95 10.53
Sarolangun 13.27 13.66 12.42 13.05 13.90 14.25 12.82
Batanghari 14.19 14.39 13.57 13.95 14.18 14.81 12.62
Muaro Jambi 14.76 14.58 14.37 14.48 14.62 15.03 13.91
Tanjab.Timur 13.46 13.46 16.68 11.72 11.88 13.64 12.83
Tanjab. Barat 16.04 16.61 16.68 16.77 16.90 17.11 13.86
Tebo 12.91 12.93 12.93 12.93 12.57 12.93 13.05
Bungo 14.76 14.69 14.15 14.99 14.86 15.24 13.17
71
Kota Jambi 13.77 14.18 13.66 18.25 14.31 14.74 13.69
Sumber: BPS Provinsi Jambi (data diolah)110
Dari tabel di atas terlihat investasi tertinggi di tahun 2011 berada di
Tanjung Jabung Barat yaitu sebesar 16.04% dan yang terendah berada di
Kabupaten Tebo sebesar 12.91%, kemudian pada tahun 2012 investasi tertinggi di
Provinsi Jambi masih berada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yaitu sebesar
16.61% dan yang terendah berada di Kabupaten Tebo sebesar 12.93%, kemudian
pada tahun 2013 investasi tertinggi berada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat
dan Tanjung Jabung Timur sebesar 16.68% dan yang terendah berada di
Kabupaten Sarolangun sebesar 12.42%, kemudian pada tahun 2014 investasi
tertinggi berada di Kota Jambi dengan persentase sebesar 18.25% dan yang
terendah berada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 11.72%, kemudian
pada tahun 2015 investasi tertinggi di Provinsi Jambi terletak di Kabupaten
Tanjung Jabung Barat sebesar 16.90% dan yang terendah berada di Kabupaten
Tanjung Jabung Timur sebesar 11.88%, kemudian pada tahun 2016 investasi
tertinggi di Provinsi Jambi masih berada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat
sebesar 17.11% dan yang terendah berada di Kabupaten Tebo sebesar 12.93%,
kemudian pada tahun 2017 investasi tertinggi di Provinsi Jambi masih berada di
Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar 13.86% dan yang terendah berada di
Kabupaten Merangin sebesar 10.53%.
110
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi (data diolah)
72
Tabel 4.3
Angkatan Kerja yang Bekerja
Wilayah
Data Angkatan Kerja yang Bekerja Kabupaten/Kota Provinsi
Jambi (Dalam Bentuk Log)
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Merangin 11.95 11.94 11.85 11.97 11.97 12.11 12.11
Sarolangun 11.62 11.71 11.66 11.70 11.77 11.85 11.85
Batanghari 11.63 11.61 11.60 11.61 11.65 11.69 11.69
Muaro Jambi 12.00 11.88 11.92 12.00 12.02 12.10 12.10
Tanjab.Timur 11.50 11.56 11.46 11.58 11.56 11.69 11.69
Tanjab. Barat 11.76 11.79 11.67 11.86 11.88 11.96 11.96
Tebo 11.85 11.88 11.84 11.99 12.02 12.05 12.05
Bungo 11.84 11.85 11.85 11.89 11.92 11.99 11.99
Kota Jambi 12.38 12.33 12.35 12.37 12.45 12.50 12.50
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi (data diolah)111
Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah angkatan kerja yang bekerja
tertinggi dari tahun 2011-2017 berada di Kota Jambi dan jumlah angkatan kerja
yang bekerja dari tahun 2011-2017 terendah berada di Kabupaten Tanjung Jabung
Timur.
111
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi (data diolah)
73
Tabel 4.4
Realisasi Pengeluaran Pemerintah
Wilayah
Data Realisasi Pengeluaran Pemerintah Kabupaten/Kota
Provinsi Jambi (Dalam Bentuk Log)
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Merangin 19.82 20.47 20.62 20.75 20.86 20.99 20.84
Sarolangun 20.38 20.40 20.47 20.55 20.55 20.66 20.64
Batanghari 20.55 20.46 20.68 20.67 20.77 20.77 20.88
Muaro Jambi 19.99 20.07 20.76 20.05 20.72 20.85 20.94
Tanjab.Timur 20.37 20.52 20.63 20.68 20.64 20.79 20.63
Tanjab. Barat 20.41 20.57 20.92 20.99 20.74 20.72 20.96
Tebo 20.09 20.25 20.46 20.60 20.64 20.73 20.67
Bungo 20.32 20,43 20.69 20.76 20.81 20.81 20.90
Kota Jambi 20.57 20.69 20.69 20.97 21.09 21.15 21.13
Sumber: BPS Provinsi Jambi (data diolah)112
Dari tabel di atas terlihat pengeluaran pemerintah tertinggi di tahun 2011
berada di Kota Jambi yaitu sebesar 20.57% dan yang terendah berada di
Kabupaten Merangin sebesar 19.82%, kemudian pada tahun 2012 pengeluaran
pemerintah tertinggi di Provinsi Jambi masih berada di Kota Jambi yaitu sebesar
20.69% dan yang terendah berada di Kabupaten Muaro Jambi sebesar 20.07%,
kemudian pada tahun 2013 pengeluaran pemerintah tertinggi berada di Kabupaten
Tanjung Jabung Barat sebesar 20.92% dan yang terendah berada di Kabupaten
112
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi (data diolah)
74
Tebo sebesar 20.46%, kemudian pada tahun 2014 pengeluaran pemerintah
tertinggi masih berada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar 20.99% dan
yang terendah berada di Kabupaten Muaro Jambi sebesar 20.05%, kemudian pada
tahun 2015 dan 2016 pengeluaran pemerintah tertinggi di Provinsi Jambi terletak
di Kota Jambi sebesar 21.09% dan 21.15%, dan yang terendah berada di
Kabupaten Sarolangun sebesar 20.55% dan 20.66% , kemudian pada tahun 2017
pengeluaran pemerintah tertinggi masih berada di Kota Jambi sebesar 21.13% dan
yang terendah berada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 20.63%.
B. Hasil Estimasi dan Pemilihan Model Data Panel
Dalam mengestimasi regresi data panel, terdapat tiga pendekatan yang
disajikan menggunakan EVIEWS 8 yaitu sebagai berikut:
1. Common Effect
Common Effect merupakan pengolahan data dengan menggunakan
pendekatan Pooled Least Square (PLS), yang digunakan sebagai salah satu
persyaratan untuk melakukan uji F-Restriced dari hasil pengolahan E-views 8.0
mendapatkan hasil sebagai berikut:
75
Tabel 4.5
Common Effect
Dependent Variable: LOGY
Method: Panel Least Squares
Date: 10/08/19 Time: 22:39
Sample: 2011 2017
Periods included: 7
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 63 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.024076 3.097071 0.330660 0.7421
LOGX1 0.124540 0.028927 4.305278 0.0001
LOGX2 -0.097137 0.172851 -0.561972 0.5763
LOGX3 0.708666 0.155493 4.557553 0.0000 R-squared 0.446524 Mean dependent var 16.24650
Adjusted R-squared 0.418381 S.D. dependent var 0.408741
S.E. of regression 0.311722 Akaike info criterion 0.567979
Sum squared resid 5.733077 Schwarz criterion 0.704051
Log likelihood -13.89133 Hannan-Quinn criter. 0.621497
F-statistic 15.86633 Durbin-Watson stat 0.867043
Prob(F-statistic) 0.000000
2. Fixed Effect
Fixed Effect merupakan pengolahan data dengan menggunakan pendekatan
Pooled Least Square (PLS), yang digunakan sebagai salah satu persyaratan untuk
melakukan uji F-Restriced dari hasil pengolahan E-views 8.0 mendapatkan hasil
sebagai berikut:
76
Tabel 4.6
Fixed Effect
Dependent Variable: LOGY
Method: Panel Least Squares
Date: 10/08/19 Time: 22:39
Sample: 2011 2017
Periods included: 7
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 63 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.317411 2.497513 0.127091 0.8994
LOGX1 0.001240 0.016412 0.075528 0.9401
LOGX2 0.738461 0.244046 3.025906 0.0039
LOGX3 0.345466 0.075387 4.582590 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.927309 Mean dependent var 16.24650
Adjusted R-squared 0.911630 S.D. dependent var 0.408741
S.E. of regression 0.121507 Akaike info criterion -1.208048
Sum squared resid 0.752960 Schwarz criterion -0.799832
Log likelihood 50.05351 Hannan-Quinn criter. -1.047495
F-statistic 59.14506 Durbin-Watson stat 2.060877
Prob(F-statistic) 0.000000
Untuk mengetahui model mana yang baik untuk digunakan dari model di
atas maka perlu dilakukan Uji Chow. Untuk mengetahui hasil uji Chow maka
dilakukan perbandingan antara nilai F statistik dan α= 0.05.
Dengan pengujian hipotesis sebagai berikut:
Ho= Model PLS
H1= Model Fixed Effect
Dari hasil regresi berdasarkan metode FEM dan PLS diperoleh F statistik sebagai
berikut:
77
Tabel 4.7
F-Restriced
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 42.164563 (8,51) 0.0000
Cross-section Chi-square 127.889691 8 0.0000
Berdasarkan hasil dari uji Chow diperoleh nilai probabilitas Cross Section
F dan Chi Square sebesar 0.0000 dan 0.0000 yang lebih kecil dari alpha (α) 0.05
sehingga Ho ditolak yang berarti menolak Pooled least squared (PLS) dan
menerima Fixed Effect Model (FEM). Dikarenakan model FEM yang terpilih
maka harus dilanjutkan pengujian kembali dengan membandingkan antara FEM
dan REM untuk melihat model yang lebih baik.
5. Random Effect
Random Effect merupakan pengolahan data dengan menggunakan
pendekatan Pooled EGLS, yang digunakan sebagai salah satu persyaratan untuk
melakukan uji F-Restriced dari hasil pengolahan E-views 8.0 mendapatkan hasil
sebagai berikut:
78
Tabel 4.8
Random Effect
Dependent Variable: LOGY
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 10/08/19 Time: 22:40
Sample: 2011 2017
Periods included: 7
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 63
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.733819 2.201873 0.787429 0.4342
LOGX1 0.005890 0.015970 0.368808 0.7136
LOGX2 0.537615 0.206921 2.598165 0.0118
LOGX3 0.389422 0.072616 5.362718 0.0000 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.259558 0.8202
Idiosyncratic random 0.121507 0.1798 Weighted Statistics R-squared 0.491642 Mean dependent var 2.830637
Adjusted R-squared 0.465793 S.D. dependent var 0.178871
S.E. of regression 0.130736 Sum squared resid 1.008423
F-statistic 19.01999 Durbin-Watson stat 1.571975
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.156988 Mean dependent var 16.24650
Sum squared resid 8.732176 Durbin-Watson stat 0.339083
Untuk mengetahui apakah model fixed effect atau random effect yang
dipilih, maka digunakan uji Hausman Test dengan cara membandingkan
probabilitas Chi-Square statistik dan (α) 0.05 dengan pengujian hipotesis sebagai
berikut:
Ho : Model Random Effect
H1 : Model Fixed Effect
79
Dari hasil regresi berdasarkan model random effect diperoleh nilai Chi-Square
statistik sebagai berikut:
Tabel 4.9
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 12.303144 3 0.0064
Berdasarkan hasil dari uji Hausman test diperoleh nilai probabilitas Cross
Section random sebesar 0.0064 yang lebih kecil dari alpha (α) 0.05, sehingga H1
diterima yang berarti menolak Rendom Effect model (REM) dan menerima Fixed
Effect Model (FEM) sehingga rekomendasi terbaik dari hasil pengujian model ini
adalah metode Fixed Effect. Agar hasil pengolahan data menjadi lebih baik maka
peneliti melakukan perbaikan dengan melakukan weights. Hasilnya dapat dilihat
dari tabel berikut:
80
Tabel 4.10
Fixed Effect dengan Model Cross-Section Weights
Dependent Variable: LOGY
Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 10/08/19 Time: 22:42
Sample: 2011 2017
Periods included: 7
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 63
Linear estimation after one-step weighting matrix Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.247663 0.939285 1.328311 0.1900
LOGX1 -0.003421 0.007310 -0.467988 0.6418
LOGX2 0.678058 0.096718 7.010648 0.0000
LOGX3 0.338385 0.037466 9.031750 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.989146 Mean dependent var 35.98289
Adjusted R-squared 0.986805 S.D. dependent var 20.32419
S.E. of regression 0.120202 Sum squared resid 0.736875
F-statistic 422.5112 Durbin-Watson stat 2.235696
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.927049 Mean dependent var 16.24650
Sum squared resid 0.755651 Durbin-Watson stat 2.054727
C. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Untuk menguji apakah data berdistibusi normal atau tidak, maka peneliti
menggunakan Uji Jarque Berra (JB).dari hasil uji normalitas didapatkan
hasil sebagai berikut:
81
Gambar 4.1
Histogram Normaliti
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2
Series: Standardized Residuals
Sample 2011 2017
Observations 63
Mean 9.91e-18
Median -0.012526
Maximum 0.267209
Minimum -0.238361
Std. Dev. 0.109019
Skewness 0.086829
Kurtosis 2.759005
Jarque-Bera 0.231619
Probability 0.890645
Uji normalitas dilihat dengan cara membandingkan nilai probabilitas
dan Jarque Berra dengan α (0.05). jika nilai α (0.05) lebih kecil dari nilai
Jarque Berra berarti data terdistribusi normal dan jika nilai α (0.05) lebih
besar dari nilai JB dan probability maka data tidak berdistribusi normal.
Berdasarkan gambar di atas nilai Jarque Berra sebesar 0.231619> 0.05 dan
nilai probability sebesar 0.890645> 0.05. berdasarkan hasil tersebut nilai α
(0.05) lebih kecil dari nilai JB dan probality sehingga dapat disimpulkan
bahwa data berdistribusi normal.
2. Uji multikolinearitas
Ada tidaknya multikolinearitas dapat diketahui dengan melihat dari
koefisien korelasi masing-masing variabel bebas. Jika semua koefisien
korelasi masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0.8 maka terjadi
multikolinearitas.
82
Tabel 4.11
Corelation Matrix
LOGX1 LOGX2 LOGX3 LOGX1 1.000000 0.102482 0.152944
LOGX2 0.102482 1.000000 0.364762
LOGX3 0.152944 0.364762 1.000000
Dilihat dari tabel 4.11, di mana nilai corelation matrix masing-masing
variabel mayoritas tidak lebih dari 0.8 yang berarti tidak terdapat gejala
multikolinearitas.
3. Uji Heterokedastisitas
Tabel 4.12
Uji Glejser
Dependent Variable: RESABS
Method: Panel Least Squares
Date: 10/08/19 Time: 22:51
Sample: 2011 2017
Periods included: 7
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 63 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1.298164 0.871994 -1.488731 0.1419
LOGX1 0.003676 0.008145 0.451363 0.6534
LOGX2 0.090317 0.048667 1.855813 0.0685
LOGX3 0.011474 0.043780 0.262079 0.7942
Yang perlu diperhatikan dari hasil di atas adalah nilai probabilitas
pada masing-masing variabel independen. Apabila nilai nilai prob< 0.05
maka terkena masalah heterokedastisitas. Sebaliknya apabila nilai
probabilitas pada setiap variabel independen> 0.05 maka terbebas dari
masalah heterokedastisitas. Berdasarkan hasil probabilitas uji glejser di atas
maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah heterokedastisitas,
83
hal ini karena nilai probabilitas variabel independen lebih besar dari 0.05
hasil ini dapat dilihat dari perbandingan nilai probabilitas investasi (0.6534)
> 0.05, tenaga kerja (0.0685) > 0.05, pengeluaran pemerintah (0.7942) >
0.05.
4. Uji Autokorelasi
Cara untuk melihat ada tidaknya autokorelasi adalah dengan Uji Durbin-
Watson. Uji D-W adalah salah satu uji yang banyak dipakai untuk
mengetahui ada tidaknya autokorelasi.
Tabel 4.13
Durbin-Watson
Tolak H0
berarti ada
aotokorelasi
positif
Tidak dapat
diputuskan
Tidak
menolak H0
berarti tidak
ada
autokorelasi
Tidak dapat
diputuskan
Tolak H0
berarti ada
autokorelasi
negatif
0 dL 1.49 dU 1.69 4-dU 2.31 4-dL 2.51 4
2.23
Dari hasil perolehan regresi nilai D-W sebesar 2.05 hasil tersebut
menjelaskan bahwa nilai D-W 2.23 > dL 1.49 yang berarti tidak terdapat
masalah autokorelasi. Dengan begitu uji asumsi klasik telah terpenuhi.
D. Uji Hipotesis
1. Uji f (Uji secara Simultan)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
84
bersama-sama terhadap variabel dependennya. Hasil perhitungan uji F ini
dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.14
Hasil Uji F
Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.989146 Mean dependent var 35.98289
Adjusted R-squared 0.986805 S.D. dependent var 20.32419
S.E. of regression 0.120202 Sum squared resid 0.736875
F-statistic 422.5112 Durbin-Watson stat 2.235696
Prob(F-statistic) 0.000000
Dari hasil analisis regresi dapat diketahui pula bahwa secara simultan atau
bersama-sama variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai F statistik
sebesar 422.5112 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000000. Karena
probabilitas jauh lebih kecil dari 0.05 maka model regresi berupa variabel
investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah berpengaruh secara
simultan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi.
2. Uji t (Uji secara Parsia)
Hasil perhitungan uji t dapat dilihat sebagai berikut:
85
Tabel 4.15
Hasil Uji t
Dependent Variable: LOGY
Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 10/08/19 Time: 22:42
Sample: 2011 2017
Periods included: 7
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 63 Linear estimation after one-step weighting matrix
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.247663 0.939285 1.328311 0.1900
LOGX1 -0.003421 0.007310 -0.467988 0.6418
LOGX2 0.678058 0.096718 7.010648 0.0000
LOGX3 0.338385 0.037466 9.031750 0.0000
Hasil pengujian terhadap hipotesis-hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
a. Variabel investasi (X1) memiliki koefisien -0.003421 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0.6418 > Alpha (0.05). Berdasarkan nilai
signifikansi tersebut, maka variabel investasi tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi tahun 2011-2017.
Artinya setiap peningkatan investasi 1 persen, maka dapat
menyebabkan penurunan terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar
0.003421.
b. Variabel tenaga kerja yang diukur dengan angka angkatan kerja yang
bekerja memiliki nilai koefisien sebesar 0.687087 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0.0000 < Alpha (0.05). Berdasarkan nilai
signifikansi tersebut, maka tenaga kerja memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tahun
86
2011-2017. Artinya apabila tenaga kerja mengalami peningkatan maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami peningkatan.
c. Variabel pengeluaran pemerintah memiliki nilai koefisien sebesar
0.337378 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.0000 < Alpha (0.05).
Berdasarkan nilai koefisien dan signifikansi tersebut, maka variabel
pengeluaran pemerintah memiki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi tahun 2011-2017.
Artinya apabila pengeluaran pemerintah mengalami peningkatan maka
pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan.
3. Koefisien determinasi (R Square)
Berikut adalah hasil perhitungan koefisien determinasi:
Tabel 4.16
Hasil perhitungan Koefisien Determinasi (R Square)
Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.989146 Mean dependent var 35.98289
Adjusted R-squared 0.986805 S.D. dependent var 20.32419
S.E. of regression 0.120202 Sum squared resid 0.736875
F-statistic 422.5112 Durbin-Watson stat 2.235696
Prob(F-statistic) 0.000000
Dari hasil analisis regresi linear berganda yang diperoleh melalui
pengolahan data, menunjukkan bahwa R-Square memiliki nilai 0.989146,
ini berarti variabel pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan oleh variabel
investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah yang diturunkan dalam
model sebesar 98,9%, atau dengan kata lain kontribusi variabel independen
87
terhadap kemiskinan di Provinsi Jambi sebesar 98,9%. Sedangkan
selebihnya yaitu 1,1% (100%-98,9% = 1,1%) dijelaskan oleh variabel diluar
persamaan model ini.
E. Pembahasan
1. Pengaruh investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah
secara simultan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi
tahun 2011-2017.
Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa secara simultan atau
bersama-sama variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai F
statistik sebesar 422.5112 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000000.
Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0.05 maka model regresi
berupa variabel investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah
berpengaruh secara simultan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Jambi tahun 2011-2017.
2. Pengaruh investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah
secara parsial terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi
tahun 2011-2017.
a. Pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Jambi tahun 2011-2017.
Pada hasil penelitian ini diperoleh bahwa investasi
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan
88
ekonomi di Provinsi Jambi dengan nilai koefisien sebesar -
0.003421 dan probabilitas sebesar 0.6418. Hal ini menandakan
bahwa apabila investasi mengalami kenaikan sebesar 1 persen
maka pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan sebesar
0.003421 dengan asumsi variabel lain tetap. Hasil tersebut sesuai
dengan penelitan yang dilakukan oleh Reggi Irfan Pambudi tahun
2016 yang menyatakan bahwa investasi berpengaruh tidak
signifikan dan mempunyai hubungan yang negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi provinsi di Indonesia. Hasil ini
menunjukkan bahwa kenaikan investasi menyebabkan penurunan
pada pertumbuhan ekonomi di provinsi di Indonesia.
Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa investasi
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Investasi merupakan suatu pembentukan modal yang
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada setiap wilayah,
namun dalam penelitian ini variabel investasi berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini
disebabkan oleh kebanyakan investasi yang masuk hanya pada
industri pengolahan, jadi keunntungan yang diperoleh tidak terlalu
banyak. Sehingga variabel investasi tidak berkontribusi besar pada
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi.
89
b. Pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Jambi tahun 2011-2017.
Dari hasil regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini
diperoleh bahwa variabel tenaga kerja berpengaruh signifikan pada
taraf nyata 5% dengan nilai probabilitas 0.0000, dan berhubungan
positif dengan nilai koefisien yang diperoleh sebesar 0.678058,
yang berarti apabila tenaga kerja naik sebesar 1 persen, maka
pertumbuhan ekonomi akan naik sebesar 0.678058 dengan asumsi
variabel lain tetap. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nurul Fitriani tahun 2017 tentang pengaruh
tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan
ekonomi provinsi DIY tahun 2007-2015 dari hasil penelitiannya
menyatakan bahwa variabel tenaga kerja berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi DIY.
Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa jumlah
tenaga kerja di Provinsi Jambi cenderung dapat meningkatkan
angka pertumbuhan ekonoomi. Namun pembangunan Provinsi
Jambi yang masih tahap perkembangan, tentu perlu upaya
memenuhi sumber daya manusia yang berkualitas sebagai modal
pembangunan, penyerapan tenaga kerja banyak di sektor informal
dibandingkan sektor formal ini disebabkan tingkat keterampilan
relatif masih rendah.
90
c. Pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Jambi tahun 2011-2017.
Dari hasil regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini
diperoleh bahwa variabel pengeluaran pemerintah berpengaruh
positif dan signifikan pada taraf nyata 5% dengan nilai probabilitas
0.0000, dan berhubungan positif dengan nilai koefisien yang
diperoleh sebesar 0.338385, yang berarti apabila pengeluaran
pemerintah naik sebesar 1 persen, maka pertumbuhan ekonomi
akan naik sebesar 0.338385 selama periode observasi yaitu tahun
2011-2017 dengan asumsi variabel lain tetap. Hasil ini sejalan
dengan penelitin yang dilakukan oleh Alvia Ayu Anggareny tahun
2015 mengenai pengaruh pengeluaran pemerintah, jumlah tenaga
kerja, dan tingkat pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kota Surakarta Tahun 1991-2013, yang menunjukkan pengeluaran
pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa sangat perlu
untuk meningkatkan alokasi belanja langsung dalam APBD dan
peningkatan pengeluaran pemerintah untuk belanja langsung yang
terjadi pada pemerintah Provinsi Jambi sebenarnya sangat
diharapkan, karena belanja langsung merupakan investasi bagi
pemerintah, terutama yang berkaitan dengan penyediaan
infrastruktur ekonomi seperti jalan, jembatan, irigasi, jaringan
91
listrik, air dan lain-lain. Peningkatan belanja ini menandakan
keberpihakan dan kepedulian pemerintah daerah akan kepentingan
publik. Infrastruktur yang baik diharapkan dapat memperlancar
kegiatan ekonomi yang ada di Provinsi Jambi sehingga secara
langsung akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Jambi.
Jumlah belanja pemerintah untuk belanja tidak langsung
yang tinggi di Provinsi Jambi akan mengakibatkan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah untuk belanja tidak
langsung ini memang tidak berdampak langsung terhadap
masyarakat, namun dengan adanya pengeluaran pemerintah untuk
belanja tidak langsung ini dapat memberikan dampak terhadap
pelayanan publik yang dilakukan pegawai pemerintah kepada
masyarakat. Dengan adanya pelayanan ini diharapkan dapat
memperlancar berbagai proses kegiatan ekonomi sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi.
92
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris tentang
pengaruh investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah terhadap
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi tahun 2011-2017 dengan jumlah
sampel 9 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jambi. Berdasarkan hasil
analisis dan pembahasan yang dilakukan dengan menggunakan analisis
regresi linier berganda, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara bersama-sama investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran
pemerintah mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Jambi. Hasil ini terbukti berdasarkan uji hipotesis statistik
dengan menggunakan uji koefisien determinasi dengan R-Square
sebesar 0.989146 atau dengan kata lain mempunyai pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi sebesar 98%.
2. Berdasarkan hasil uji signifikan (uji t) secara parsial pada variabel
investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
di Provinsi Jambi tahun 2011-2017. Pada variabel tenaga kerja dan
pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tahun 2011-2017.
93
B. Saran
Dari kesimpulan di atas maka penulismemberikan saran sebagai
berikut:
1. Kepada pemerintah Provinsi Jambi diharapkan dapat lebih
meningkatkan investasi, memperbaiki kualitas tenaga kerja, dan
pengeluaran pemerintah yang lebih efektif. Selain itu diperlukan
penghematan dan efisiensi pengeluaran rutin perlu dilakukan yang
dapat dialokasikan untuk pembangunan provinsi.
2. Bagi peneliti lebih lanjut disarankan untuk melakukan periode
pengamatan yang lebih lama sehingga memberikan kemungkinan yang
lebih besar untuk memperoleh hasil yang lebih akurat lagi. Selain itu
peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan atau
menggunakan variabel lain yang sekiranya ada pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi.
94
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI; Bekasi: Penerbit Mulia
Abadi , 2015
Literatur Buku
Al-Allamah Abdurrahman bin Muhammad bin Khaldun. Penerjemah: Masturi
Irham, dkk, Mukaddimah, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011
Detri Karya dan Syamri Syamsuddin, Makro Ekonomi: Pengantar Untuk
Manajemen, Jakarta: Rajawali Pers, 2016
Imam Gunawan, Pengantar Statistika Inferensial, Jakarta: Rajawali Pers, 2016
Irfan Syauqi Beik, Ekonomi Pembangunan Syariah, Jakarta: Rajawali Pers,
2016
Moh. Arsjad Anwar dkk, Ekonomi Indonesia, Masalah dan Prospek 1989/1990,
Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1989
Mulyadi S, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014
Murti Sumarni dan John Suprihanto, Pengantar Bisnis Dasar-Dasar Ekonomi
Perusahaan, Yogyakarta: Liberty, 2014
Napa J. Awat, Metode Statistik Dan Ekonometri, Yogyakarta: Liberty, 1995
Nur Feriyanto, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Indonesia,
Yogyakarta: UU STIM YKPM, 2014
Nurul Huda, Dkk, Ekonomi Pembangunan Islam, (Jakarta : Kencana 2015)
Richer G. Lipsey, dkk, alih bahasa: Agus Maulana MSM. (1997). Pengantar
Makroekonomi, Jakarta: Binarupa Aksara.
Sadono Sukirno, Makroekonomi Modern, Jakarta: Rajawali Pers, 2016
Sadono Sukirno, Mikroekonomi Teori Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2013
Sadono Sukirno, Pengantar Ekonomi Makroekonomi, Edisi kedua, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 1995
95
Subandi, Ekonomi Pembangunan, Bandung: Alfabeta, 2012
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, DanR&D, cet. 25, Bandung:
Alfabeta, 2017
Sukestiyarno, Statistika Dasar,, Yogyakarta: Andi, 2013
Syahirman Yusi & Umiyati Idris, “Metedologi Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan
Kuantitatif,” Citra Books Indonesia, t.t
Literatur Karya Ilmiah
Ahmad Jazuli Rahman, dkk, Pengaruh Investasi, Pengeluaran Pemerintah, dan
Tenaga Kerja Terhadap PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun
2010-2014, Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah
Malang, 2016
Alfarendi Wicaksono, Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan
Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi
Lampung Tahun 1996-2013, Skripsi Universitas Lampung, 2017
Alfian Wahyu Fauzan, Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Tingkat
Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013, Skripsi
Universitas Diponegoro Semarang, 2015
Azzam Farras Wijdan, Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi,
Dana ZIS, dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2015, Skripsi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018
Devi Novita Sari, Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Tenaga Kerja
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Lampung Tengah, Tesis
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung, 2017
Devi Rusalia, Pengaruh Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi di Kabupaten Lampung
Tengah Periode Tahun 2015-2017), Skripsi UIN Raden Intan Lampung,
2018
Fauzi Hidayat, Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap
Pertumbuhan Sub Sektor Industri Pengolahan di Kabupaten Bekasi,
Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011
96
Ichwan Fuady Falahinur, Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan, Jumlah
Penduduk dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
(Studi Kasus di Kabupaten Kulonprogo Tahun 1987-2016), Skripsi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2017
Novi Nurul Aliyah, Analisis Pengaruh Investasi, Jumlah Penduduk, dan Tenaga
Kerja Terhadap Pertumbuhsn Ekonomi di Indonesia Tahun 1999-2014,
Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017
Nurul Fitriani, Pengaruh Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
2007-2015, Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta, 2017
Literatur Lainnya
Badan Pusat Statistik Jambi
http://web.jambiprov.go.id/skpd/site/jambiprov.go.id/profil/letak-wilayah-dalam-
provinsi-jambi
97
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Wilayah
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Kabupaten/Kota Provinsi Jambi (Dalam Bentuk Log)
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Merangin 15.65 15.71 16.77 15.84 15.89 15.95 16.01
Sarolangun 15.77 15.85 15.93 15.98 16.01 16.05 16.10
Batanghari 15.83 15.91 15.97 16.35 16.40 16.13 16.18
Muaro Jambi 16.13 16.20 16.27 16.05 16.09 16.45 16.50
Tanjab.Timur 16.43 16.45 16.50 16.56 16.58 16.60 16.63
Tanjab. Barat 16.85 16.90 16.95 17.02 17.05 17.08 17.12
Tebo 15.65 15.72 15.80 15.88 15.93 15.98 16.04
Bungo 15.86 15.95 16.04 16.10 16.15 16.20 16.26
Kota Jambi 16.30 16.37 16.45 16.53 16.58 17.34 16.69
Realisasi Investasi
Wilayah
Data Realisasi Investasi Kabupaten/Kota Provinsi Jambi (Dalam Bentuk
Log)
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Merangin 13.36 14.06 13.64 13.69 13.66 13.95 10.53
Sarolangun 13.27 13.66 12.42 13.05 13.90 14.25 12.82
98
Batanghari 14.19 14.39 13.57 13.95 14.18 14.81 12.62
Muaro Jambi 14.76 14.58 14.37 14.48 14.62 15.03 13.91
Tanjab.Timur 13.46 13.46 16.68 11.72 11.88 13.64 12.83
Tanjab. Barat 16.04 16.61 16.68 16.77 16.90 17.11 13.86
Tebo 12.91 12.93 12.93 12.93 12.57 12.93 13.05
Bungo 14.76 14.69 14.15 14.99 14.86 15.24 13.17
Kota Jambi 13.77 14.18 13.66 18.25 14.31 14.74 13.69
Angkatan Kerja yang Bekerja
Wilayah
Data Angkatan Kerja yang Bekerja Kabupaten/Kota Provinsi Jambi
(Dalam Bentuk Log)
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Merangin 11.95 11.94 11.85 11.97 11.97 12.11 12.11
Sarolangun 11.62 11.71 11.66 11.70 11.77 11.85 11.85
Batanghari 11.63 11.61 11.60 11.61 11.65 11.69 11.69
Muaro Jambi 12.00 11.88 11.92 12.00 12.02 12.10 12.10
Tanjab.Timur 11.50 11.56 11.46 11.58 11.56 11.69 11.69
Tanjab. Barat 11.76 11.79 11.67 11.86 11.88 11.96 11.96
Tebo 11.85 11.88 11.84 11.99 12.02 12.05 12.05
Bungo 11.84 11.85 11.85 11.89 11.92 11.99 11.99
99
Kota Jambi 12.38 12.33 12.35 12.37 12.45 12.50 12.50
Realisasi Pengeluaran Pemerintah
Wilayah
Data Realisasi Pengeluaran Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi
Jambi (Dalam Bentuk Log)
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Merangin 19.82 20.47 20.62 20.75 20.86 20.99 20.84
Sarolangun 20.38 20.40 20.47 20.55 20.55 20.66 20.64
Batanghari 20.25 20.46 20.68 20.67 20.77 20.77 20.88
Muaro Jambi 19.99 20.07 20.76 20.05 20.72 20.85 20.94
Tanjab.Timur 20.37 20.52 20.63 20.68 20.64 20.79 20.63
Tanjab. Barat 20.41 20.57 20.92 20.99 20.74 20.72 20.96
Tebo 20.09 20.25 20.46 20.60 20.64 20.73 20.67
Bungo 20.32 20.43 20.69 20.76 20.81 20.81 20.90
Common Effect
Dependent Variable: LOGY
Method: Panel Least Squares
Date: 10/08/19 Time: 22:39
Sample: 2011 2017
Periods included: 7
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 63 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.024076 3.097071 0.330660 0.7421
LOGX1 0.124540 0.028927 4.305278 0.0001
LOGX2 -0.097137 0.172851 -0.561972 0.5763
100
LOGX3 0.708666 0.155493 4.557553 0.0000 R-squared 0.446524 Mean dependent var 16.24650
Adjusted R-squared 0.418381 S.D. dependent var 0.408741
S.E. of regression 0.311722 Akaike info criterion 0.567979
Sum squared resid 5.733077 Schwarz criterion 0.704051
Log likelihood -13.89133 Hannan-Quinn criter. 0.621497
F-statistic 15.86633 Durbin-Watson stat 0.867043
Prob(F-statistic) 0.000000
Fixed Effect
Dependent Variable: LOGY
Method: Panel Least Squares
Date: 10/08/19 Time: 22:39
Sample: 2011 2017
Periods included: 7
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 63 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.317411 2.497513 0.127091 0.8994
LOGX1 0.001240 0.016412 0.075528 0.9401
LOGX2 0.738461 0.244046 3.025906 0.0039
LOGX3 0.345466 0.075387 4.582590 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.927309 Mean dependent var 16.24650
Adjusted R-squared 0.911630 S.D. dependent var 0.408741
S.E. of regression 0.121507 Akaike info criterion -1.208048
Sum squared resid 0.752960 Schwarz criterion -0.799832
Log likelihood 50.05351 Hannan-Quinn criter. -1.047495
F-statistic 59.14506 Durbin-Watson stat 2.060877
Prob(F-statistic) 0.000000
F-Restriced
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 42.164563 (8,51) 0.0000
Cross-section Chi-square 127.889691 8 0.0000
101
Random Effect
Dependent Variable: LOGY
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 10/08/19 Time: 22:40
Sample: 2011 2017
Periods included: 7
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 63
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.733819 2.201873 0.787429 0.4342
LOGX1 0.005890 0.015970 0.368808 0.7136
LOGX2 0.537615 0.206921 2.598165 0.0118
LOGX3 0.389422 0.072616 5.362718 0.0000 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.259558 0.8202
Idiosyncratic random 0.121507 0.1798 Weighted Statistics R-squared 0.491642 Mean dependent var 2.830637
Adjusted R-squared 0.465793 S.D. dependent var 0.178871
S.E. of regression 0.130736 Sum squared resid 1.008423
F-statistic 19.01999 Durbin-Watson stat 1.571975
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.156988 Mean dependent var 16.24650
Sum squared resid 8.732176 Durbin-Watson stat 0.339083
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 12.303144 3 0.0064
102
Fixed Effect dengan Model Cross-Section Weights
Dependent Variable: LOGY
Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 10/08/19 Time: 22:42
Sample: 2011 2017
Periods included: 7
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 63
Linear estimation after one-step weighting matrix Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.247663 0.939285 1.328311 0.1900
LOGX1 -0.003421 0.007310 -0.467988 0.6418
LOGX2 0.678058 0.096718 7.010648 0.0000
LOGX3 0.338385 0.037466 9.031750 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.989146 Mean dependent var 35.98289
Adjusted R-squared 0.986805 S.D. dependent var 20.32419
S.E. of regression 0.120202 Sum squared resid 0.736875
F-statistic 422.5112 Durbin-Watson stat 2.235696
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.927049 Mean dependent var 16.24650
Sum squared resid 0.755651 Durbin-Watson stat 2.054727
Histogram Normaliti
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2
Series: Standardized Residuals
Sample 2011 2017
Observations 63
Mean 9.91e-18
Median -0.012526
Maximum 0.267209
Minimum -0.238361
Std. Dev. 0.109019
Skewness 0.086829
Kurtosis 2.759005
Jarque-Bera 0.231619
Probability 0.890645
103
Corelation Matrix
LOGX1 LOGX2 LOGX3 LOGX1 1.000000 0.102482 0.152944
LOGX2 0.102482 1.000000 0.364762
LOGX3 0.152944 0.364762 1.000000
Uji Glejser
Dependent Variable: RESABS
Method: Panel Least Squares
Date: 10/08/19 Time: 22:51
Sample: 2011 2017
Periods included: 7
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 63 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1.298164 0.871994 -1.488731 0.1419
LOGX1 0.003676 0.008145 0.451363 0.6534
LOGX2 0.090317 0.048667 1.855813 0.0685
LOGX3 0.011474 0.043780 0.262079 0.7942
Durbin-Watson
Tolak H0
berarti ada
aotokorelasi
positif
Tidak dapat
diputuskan
Tidak
menolak H0
berarti tidak
ada
autokorelasi
Tidak dapat
diputuskan
Tolak H0
berarti ada
autokorelasi
negatif
0 dL 1.49 dU 1.69 4-dU 2.31 4-dL 2.51 4
2.23
Hasil Uji F
Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.989146 Mean dependent var 35.98289
Adjusted R-squared 0.986805 S.D. dependent var 20.32419
S.E. of regression 0.120202 Sum squared resid 0.736875
F-statistic 422.5112 Durbin-Watson stat 2.235696
Prob(F-statistic) 0.000000
104
Hasil Uji t
Dependent Variable: LOGY
Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 10/08/19 Time: 22:42
Sample: 2011 2017
Periods included: 7
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 63 Linear estimation after one-step weighting matrix
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.247663 0.939285 1.328311 0.1900
LOGX1 -0.003421 0.007310 -0.467988 0.6418
LOGX2 0.678058 0.096718 7.010648 0.0000
LOGX3 0.338385 0.037466 9.031750 0.0000
Hasil perhitungan Koefisien Determinasi (R Square)
Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.989146 Mean dependent var 35.98289
Adjusted R-squared 0.986805 S.D. dependent var 20.32419
S.E. of regression 0.120202 Sum squared resid 0.736875
F-statistic 422.5112 Durbin-Watson stat 2.235696
Prob(F-statistic) 0.000000
105
CURRICULUM VITAE
Nama : Nadia Lestari
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl Lahir : Jambi, 10 Desember 1997
Email/Surel : nadialestari830@gmail.com
No. Kontak/HP : 0852-7906-9016
Alamat : Jalan Raden Patah Kel. Sijenjang, Kec. Jambi Timur, Kota
Jambi
Pendidikan Formal
1. SD Negeri 17/IV Kota Jambi, 2009
2. MTs Negeri Sijenjang Kota Jambi, 2012
3. MA Negeri Model Jambi, 2015
4. UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2019
Motto Hidup: “Tidak Penting Seberapa Lambat Anda Melaju, Selagi Anda Tidak
Berhenti”
Jambi, Oktober 2019
Nadia Lestari
EES150777