Post on 10-Dec-2015
description
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan pendidik yang pertama dan utama dalam kehidupan
anak, karena dari merekalah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya
serta menjadi dasar perkembangan dan kehidupan anak di kemudian hari.
Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral dan
pendidikan anak. Anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan dalam
keluarga.
Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara dan sebagai
pendidik terhadap anak-anaknya. Setiap orang tua pasti menginginkan anak-
anaknya menjadi manusia yang pandai, cerdas dan berakhlak. Akan tetapi banyak
orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka mendidik membuat anak
merasa tidak diperhatikan, dibatasi kebebasannya, bahkan ada yang merasa tidak
disayang oleh orang tuanya. Perasaan-perasaan itulah yang banyak mempengaruhi
sikap, perasaan, cara berpikir bahkan kecerdasan mereka
Artikel ini mengkaji apa saja macam – macam dari pola asuh orang tua? dan
Bagaimana pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian
(karakter) anak?. Oleh karena itu tujuan penulisan ini untuk memberikan
gambaran tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan
kepribadian anak yang berdampak besar untuk kelangsungan hidupnya nanti.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Perkembangan Anak?
2. Apa Saja Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Terkait
Dengan Pola Asuh?
3. Bagaimana Pentingnya Pola Asuh Yang Baik Bagi Perkembangan Dan
Perkembangan Moral Anak?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh pola asuh orangtua terhadap anak.
2. Untuk memngetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak terkait dengan pola asuh.
3. Untuk memngetahui pentingnya pola asuh yang baik bagi
perkembangan dan perkembangan moral anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengaruh pola asuh orangtua terhadap perkembangan anak
Dalam lingkungan keluarga dimana orangtua melakukan
bimbingan, pengasuhan dan pemberian kasih sayang, secara langsung
maupun tidak langsung akan membawa dampak yang cukup besar
terhadap perkembangan moral anak. Dengan demikian, kondisi
lingkungan keluarga dengan model pola asuh tertentu jelas akan
mempengaruhi cara bertutur kata, cara sikap, dan pola tingkah laku anak
termasuk perkembangan jiwanya.
Pola asuh yang tidak tepat terhadap anaknya dapat pula
ditunjukkan sebagai penyebab lingkungan yang menghalangi
perkembangan kecerdasan dan moral anak. Orangtua yang terlalu
melindungi telah banyak dibuktikan memberikan pengaruh yang kurang
baik terhadap perkembangan anak secara keseluruhan termasuk
perkembangan kecerdasan serta moralnya. Sementara orangtua yang
membat asi ataupun terlalu mengabaikan anak juga dianggap member
pengaruh yang kurang baik terhadap perkembangan anak (Pradana, 2007).
Karena interpretasi dan respons anak terhadap disiplin berada
dalam konteks hubungan berkesinambungan dengan orangtua, beberapa
periset telah malihat kebalik praktik pengasuhan untuk menyatukan gaya
atau pola pengasuhan. Maka dari itu penting untuk mengetahui bagaimana
pola asuh yang baik bagi anak, agar dapat menunjang tumbuh kembang
dan perkembangan moral anak yang baik. Jenis-jenis pola asuh, secara
garis besar menurut Baumrind, yang dikutip oleh Kartini Kartono ada
empat macam, yaitu:
a. Pola asuh otoriter
Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus
dituruti. Biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orangtua tipe
ini cenderung memerintah dan menghukum. Apabila anak tidak mau
mnegikuti apa yang dikatakan oleh orangtua, maka orangtua itu tidak
akan segan ubtuk menghukum anaknya. Orangtua seperti ini juga tidak
mengenal kompromi dan komunikasi yang bersifat satu arah. Orangtua
seperti ini juga tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk
mengerti dan memahami anaknya, sehingga anak mereka cenderung
menjadi lebih tidak puas, menarik diri dan tidak percaya pada
oranglain. Adapun ciri-ciri pola asuh otoriter adalah sebagai berikut:
1. Anak harus memenuhi aturan-aturan yang dibuat oleh orangtua
dan tidak boleh membantah.
2. Orangtua cenderung memberikan perintah dan larangan kepada
anak.
3. Orangtua akan cenderung mencari kesalahan anak dan
menghukumnya.
4. Orangtua cenderung memaksakan keinginannya sendiri
terhadap anak
5. Orangtua cenderung memaksakan disiplin kepada anak.
6. Komunikasi tidak berjalan dengan baik antara orangtua dan
anak.
b. Pola asuh Permisif
Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar.
Memberikan kesempatan dapa anaknya untuk melakukan apapun tanpa
pengawasan yang cukup. Mereka cenderung tidak mengingatkan dan
memperhatikan jika anak sedang dalam masalah atau bahaya dan
sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun
orangtua tipe ini biasanya hangat sehingga seringkali disukai oleh
anak. Adapun yang termasuk pola asuh permisif adalah sebagai
berikut:
1. Membiarkan anak bertindak sendiri tanpa memonitor dan
membimbingny.
2. Mengutamakan kebutuhan material saja.
3. Mendidik anak secara acuh tak acuh, pasif dan masa bodoh.
4. Membiarkan apa saja yang dilakukan leh anak (terlalu
membebaskan anak untuk mengurus diri sendiri tanpa adanya
norma dan batasan yang diberikan oleh orangtua).
5. Kurang sekali keakraban dan hubungan yang hangat dalam
keluarga.
c. Pola asuh penelantar
Orangtua tipe ini biasanya memberikan waktu dan biaya yang
sangat minim kepada anaknya. Waktu orangtua banyak dihabiskan
untuk urusan pribadi mereka seperti bekerja juga memberikan biaya
yang cukup minim untuk kebutuhan anak. Sehingga selain kurangnya
perhatian, bimbingan juga tidak diberikan kepada anak oleh orangtua.
d. Pola asuh demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan
kepentingan anak, tetapi tidak ragu-ragu untuk mengendalikan mereka.
Orangtua dengan pola asuh seperti ini bersikap rasional, selalu
mendasari tindakan-tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran.
Orangtua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak,
tidak berharap dan memaksakan secara berlebihan sesuatu yang
melampaui kemampuan anak. Orangtua tipe ini juga memberikan
kebebasan pada anak untukmemilih dan melakukan suatu tindakan dan
pendekatannya kepada anak bersikap hangat. Adapun ciri-ciri pola
asuh demokratis adalah sebagai berikut:
1. Menentukan peraturan dan disiplin dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan alas an-alasan yang dapat dimengerti oleh
anak
2. Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang harus
dipertahankan oleh anak dan yang tidak baik agar ditinggalkan.
3. Memberikan bimbingan penuh pengertian
4. Dapat menciptakan keharmonisan dalam keluarga
5. Dapat menciptakan suasana komunikatif antara orangtua, anak
dan seluruh keluarga.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak terkait
dengan pola asuh
Proses penerapan pola asuh dalam pengembangan pribadi seorang
anak, baik terkait dengan perkembangan jiwa, intelektualitas, moralitas
maupun spiritualitas harus memperhatikan tingkat perkembangan anak
tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara garis besarnya
faktor-faktor tersebut dapat dibedakan atas tiga faktor, yaitu
1. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu
Diantara faktor-faktor didalam diri,yang sangat berpengaruh
terhadap perkembangan individu adalah:
a. Bakat atau pembawaan. Anak dilahirkan dengan membawa
bakat tertentu. Misalnya bakat music, seni, agama, akal
yang tajam dan sebagainya. Dengan demikian jelaslah
bahwa bakat mempunyai pengaruh yang jelas terhadap
masing-masing individu.
b. Sifat-sifat keturunan. Sifat keturunan yang individu dari
orangtua atau nenekmoyang ini dapat berupa fisik maupun
mental, maka dari itu akan menjadi berbeda bagi setiap
individu.
c. Dorongan dan insting. Dorongan adalah kodrat hidup yang
mendorong manusia untuk melakukan sesuatu atau
bertindak pada saatnya. Sedangkan insting atau naluri
adalah kesanggupan atau ilmu yang tersembunyi yang
menyuruh atau mebisikkan kepada manusia bagaimana
cara-cara melaksanakan dorongan batin. Hal ini juga
berbeda bentuknya bagi tiap individu yang berbeda.
2. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu
Faktor-faktor dari luar yang mempengaruhi individu adalah:
a. Makanan. Makanan merupakan sesuatu yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan individu, sehingga juga menjadi
berpengaruh terhadap perkembangannya.
b. Iklim. Iklim atau cuaca juga berpengaruh terhadap
perkembangan dan kehidupan anak. Sifat-sifat iklim, alam
dan udara mempengaruhi pula sifat-sifat bagi individu yang
tinggal didaerah setempat.
c. Kebudayaan. Latar belakang budaya suatu bangsa sedikit
banyak juga mempengaruhi perkembangan individu.
Misalnya individu dengan latar belakang desa akan
cenderung memiliki jiwa yang masih murni. Lain halnya
dengan seseorang yang hidup dengan kebudayaan kota
yang sudah dipengaruhi dengan kebudayaan asing.
d. Ekonomi. Latar belakang ekonomi juga mempengaruhi
perkembangan individu. Orangtua yang ekonominya lemah
yang tidak sanggup memenuhi kebutuhan pokok anak-
anaknya dengan baik, sehingga menghambat pertumbuhan
jasmani dan perkembangan jiwa anak. Jika orangtua
perhatiannya tercurah sepenuhnya maka anak tersebut akan
cenderung memiliki sifat seperti manja dan kurang bisa
bergaul dengan teman.
3. Faktor-faktor umum
Faktor-faktor umum maksudnya adalah unsure-unsur yang
dapat digolongkan dalam dua penggolongan di atas yaitu faktor
dari dalam dan dari luar individu. Di antara faktor-faktor umum
yang memengaruhi perkembangan individu adalah:
a. Intelegensi. Tingkat intelegensi erat kaitannya dengan
kecepatan perkembangan anak. Misalnya anak yang cerdas
sudah dapat berbicara pada usia 11 bulan sedangkan anak yang
rata-rata kecerdasannya akan berbicara pada usia 16 bulan dan
jika kecerdasannya sangat rendah pada usia 34 bulan serta bagi
anak-anak idiot baru bisa bicara pada usia 52 bulan.
b. Jenis Kelamin. Dalam hal anak yang baru lahir misalnya, anak
laki-laki sedikit lebih besar dari anak perempuan, tetapi anak
perempuan kemudian tumbuh dan berkembang lebih cepat
daripada laki-laki.
c. Kesehatan. Jika kesehetan mental dan fisik pada individu baik
dan sempurna, maka individu tersebut akan mengalami
perkembangan dan pertumbuhan yang memadai.
d. Ras. Ras juga turut memengaruhi perkembangan individu.
Misalnya anak-anak Mediterranean (sekitar laut tengah) akan
mengalami perkembangan fisik lebih cepat dibandingkan
dengan anak-anak dari bangsa Eropa Utara.
C. Pentingnya pola asuh yang baik bagi perkembangan dan
perkembangan moral anak
Walaupun hampir semua orangtua menyayangi dan mengasihi
anak mereka, tetapi ada sebagian yang tidak dapat atau tidak memberikan
pengasuhan yang layak bagi anak mereka, dan sebagian yang lain bahkan
tega membunuh atau menyakiti anak-anak tersebut dengan sengaja. Salah
asuhan (maltreatment), oleh orangtua yang lain, adalah tindakan
membahayakan anak yang dapat dihindari dan dilakukan. Salah asuhan
bisa berupa beberapa bentuk (US Department of Held and Human Service
(USDHHS) 1999A). Tiap bentuk biasanya disertai dengan satu atau lebih
bentuk lainnya (Belsky dalam Dianne et, al., 2012).
Maltreatment dapat menghasilkan konsekuensi yang serius-fisik,
kognitif, emosional, dan sosial. Anak yang terlantar cenderung tumbuh
dengan buruk dan seringkali memiliki masalah medis (Duobitz dalam
Dianne et, al, 2012). Anak yang tidak diasuh dengan benar (maltreated)
seringkali menunjukkan keterlambatan bahasa (Coster et, al. dalam Dianne
et, al., 2012). Mereka seringkali terpuruk dalam test kognitif di Sekolah
dan menunjukkan perilaku bermasalah. Anak yang tidak terawatt dengan
benar memiliki keterikatan yang tidak tertata dan tidak teroientasi dengan
baik serta memiliki konsep diri yang negative dan terdistorsi. Mereka juga
cenderung menjadi terlalu agresif atau malah menarik diri.
Buruknya keadaan yang anak yang tidak terawat dan medapatkan
pola asuh yang kurang baik harus dicari solusi efektifnya oleh masyarakat
kita. Tanpa pertolongan, anak yang tidak diasuh dengan baik seringkali
tumbuh dengan masalah yang serius, sebuah kerugian besar bagi dirinya
sendiri dan juga bagi masyarakatnya dan mungkin meneruskan lingkarang
maltreatment ketika ia memiliki anak. Maka dari itu sangatlah penting bagi
para pengasuh untuk dapat menerapkan pola asuh yang baik.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah kami uraikan sebelumnya,
terdapat beberapa hal yang dapat kami simpulkan dari pembahasan
mengenai pola asuh bagi tumbuh kembang anak dan perkembangan moral
anak-anak, diantaranya yaitu:
1. Pola asuh orangtua memiliki peran yang besar terhadap perkembangan
moral anak, yang dapat diidentifikasi melalui tutur kata, sikap dan
perbuatan mereka.
2. Anak yang dididik dengan model pola asuh otoriter dapat
menyebabkan kurang matangnya jiwa anak, sering kesulitan
membedakan perilaku baik buruk, benar salah, suka menyendiri
kurang bisa bergaul dan sulit mengambil keputusan.
3. Anak yang dididik dengan pola asuh permisif akan cenderung terlalu
bebas dalam bertutur kata, bersikap dan berperilaku tidak
mengindahkan aturan yang berlaku, emosi kurang stabil, kurang
bertanggung jawab dan sulit diajak bekerjasama.
4. Anak yang diasuh dengan pola demokratis akan menunjukkan
kematangan jiwa yang baik, emosi lebih stabil, mudah diatur, terbuka,
supel dalam bergaul dan lebih bertanggung jawab.
B. Saran
Dengan beberapa kesimpulan yang telah kami uraikan, maka saran
yang dapat kami berikan adalah:
1. Untuk orangtua
Orangtua sudah selayaknya dapat memilih dan menjalankan pola
asuh yang baik, yakni pola asuh demokratis sehingga perkembangan
moral anak dapat menjadi baik pula. Karna orangtua merupakan
sumber utama bagi anak untuk dapat memperoleh asuhan yang baik
dan orangtua juga memgang tanggung jawab paling besar dalam
pemberian kontribusi pengaruh bagi tumbuh kembang dan
perkembangan moral anak.
2. Untuk guru/pendidik
Hendaknya guru melakukan bimbingan dan pembinaan yang
intensif pada anak yang memiliki moral yang kurang baik. Selain
daripada orangtua, peranan guru atau pendidik juga besar
sumbangsihnya terhadap perkembangan moral anak. Maka dari itu
penting bagi guru atau pendidik untuk lebih mengerti dan memahami
dengan baik bagaimana pola asuh yang sebaiknya diberikan dan
diterapkan agar supaya perkembangan moral anak didiknya dapat
berlangsung dengan baik.