Post on 19-May-2019
REKOLEKSI UNTUK MELENGKAPI PEMBINAAN KATEKUMEN DI PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Disusun oleh:
M. Indah Puspitarini
NIM: 031124025
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2008
i
REKOLEKSI UNTUK MELENGKAPI PEMBINAAN KATEKUMEN DI PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Disusun oleh:
M. Indah Puspitarini
NIM: 031124025
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2008
ii
iii
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Gereja, secara khusus Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta
yang telah memberiku tempat untuk belajar
Bapak, Ibu, Mas, Mbak, Ponakan, dan Sahabatku
yang selalu memberi semangat dan menguatkanku dalam berbagai keadaan
Para pembimbing dan almamaterku tercinta
yang memberiku kepercayaan untuk bertindak secara bijaksana
Seluruh umat dan pihak-pihak yang mendukungku dalam karya dan hidup.
v
MOTTO
”Kunyah dengan lembut, nikmati, siap menerima rasa lain,
dan tetap berharap untuk rasa manis yang akan diberikan-Nya”
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : M. Indah Puspitarini Nomor Mahasiswa : 031124025
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
REKOLEKSI UNTUK MELENGKAPI PEMBINAAN KATEKUMEN DI PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupaun memberikan royalty kepada saya selamA tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 31 Maret 2008 Yang menyatakan
(M. Indah Puspitarini)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 27 Februari 2008
Penulis,
M. Indah Puspitarini
vii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul REKOLEKSI UNTUK MELENGKAPI PEMBINAAN KATEKUMEN DI PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA. Penyusunan skripsi berawal dari pengalaman penulis yang melihat dan merasakan berbagai hal yang “aneh” pada Gereja, secara khusus umat yang banyak dijumpai. Penulis merasakan keanehan itu dan timbul pertanyaan ketika menyadari diri sebagai orang Katolik dan mendengar cerita orang Katolik lainnya yang mengalami berbagai tantangan dikarenakan agamanya Katolik. Kejadian seperti ini banyak terjadi, baik dalam dunia kerja maupun relasi antar pribadi di masyarakat, tetapi cukup mengherankan bahwa masih ada orang-orang yang ingin menjadi Katolik. Selain rasa heran terhadap keinginan orang menjadi Katolik, penulis juga melihat keadaan umat Katolik sendiri yang memprihatinkan, berkaitan dengan kurang terlibatnya mereka dalam kegiatan gerejawi.
Menjadi Katolik bukanlah sekedar menerima Sakramen Baptis dan dinyatakan resmi sebagai anggota Gereja, melainkan juga menerima dan menjalankan konsekuensinya. Umat Katolik juga harus menjalani hidup menggereja sesuai dengan yang diteladankan oleh para murid Kristus. Hidup menggereja merupakan hidup yang menampakkan karya Allah, baik di lingkungan Gereja maupun masyarakat. Dengan demikian, baik umat Katolik yang dibaptis saat bayi maupun setelahnya harus menjalankannya. Banyak orang Katolik menginginkan yang enak saja, semaunya sendiri dan mengabaikan orang lain bahkan menjadi kebiasaannya melakukan hal semacam itu. Hal semacam inilah yang ternyata sering menghambat keterlibatan umat Katolik lain dalam berbagai kegiatan. Kegiatan yang sebenarnya bermanfaat dan berdampak positif bagi kehidupan jasmani dan rohani umat Katolik, sekilas dilihat tidak menarik, sering dihindari bahkan ditolak. Hal semacam ini membuat umat Katolik yang bersangkutan semakin jarang berkegiatan bersama dan akibat buruk yang bisa terjadi, semakin lemahnya iman dan perasaan sendiri, ketika mengalami masalah yang pelik dalam hidup.
Penulis ingin mengetahui lebih banyak, bagaimana keterlibatan baptisan baru dewasa dalam berkegiatan gerejawi, maka penulis mengadakan penelitian dan dari sana beberapa hal sebagai hasil dari penelitian ini akhirnya ditindaklanjuti oleh penulis. Sejumlah baptisan baru dewasa yang ditemui penulis mengakui ketidakaktifan mereka dalam kegiatan gerejawi dikarenakan beberapa hal dan penulis menggelompokkannya menjadi tiga. Berdasarkan tiga golongan permasalahan tersebut, penulis mengupayakan antisipasinya yang disusun dalam suatu pembinaan dengan model rekoleksi. Pembinaan dengan model rekoleksi ini diberikan kepada orang-orang yang ingin menjadi Katolik dan sedang dalam masa pembinaan. Pembinaan ini memang tidak dilakukan kepada baptisan baru karena mereka sudah kurang terlibat dan akan amat sulit untuk mengumpulkan mereka dalam suatu kegiatan bersama. Maka, untuk mengantisipasi agar baptisan baru yang akan datang tidak seperti baptisan baru yang dijumpai oleh penulis, dilakukanlah rekoleksi sebagai pelengkap pembinaan katekumen yang sudah rutin dilaksanakan.
viii
ABSTRACT
This thesis is titled THE RECOLLECTION FOR THE COMPLETION OF CATECHUMEN’S FORMATION IN CHRIST THE KING PARISH OF BACIRO, YOGYAKARTA. The writing started from the experience of the author when she saw and felt sorts of things in the Church that seem strange, especially among the people of God. She felt the strange and questioned since being realized as a Catholic and knowing other Catholic’s experiences of being challenged because of their being, as a catholic. The fact of being challenged happen many times, in work and in daily interpersonal relationship in the society, but it’s such a surprise that there are many people want to be a Catholic. Further, I saw the anxious condition within the church herself regarding to less of involving among Catholics in the church’ ministries.
Being a catholic is not merely accepting the Baptism and being declared formally to be a member of the church, but a catholic also accepts the consequences of being a catholic. Catholics must live out the church’ life as the Christ’ disciples did. Living out the Church’ Life is a life shows God’s work to the church and to the society. Thus, a catholic, whenever he or she was baptized, must live out the life. Many Catholics want a pleasant, egoist life, and therefore neglect other people. It often obstructs catholic to involve in varied activities, actually. The activity that is actually useful and positive for body and soul of a catholic is seen as an unattractive one and (is) avoided, even refused. This kind of fact makes catholic rarely involves in any activity, bad effect possibly happened, such as the weakness of faith when catholic faces problems in life.
The author wants to know further, how the participation of an adult new baptized. Therefore, she made an observation. She worked with the data from the observation and fo llowed-up the data at the end. Some adult new baptized, whom she met, admired that their inactiveness in the church’ ministries because of some things, which she divides into three groups. Based on the three groups of the problem, she try to anticipate the problem in the form of a formation with the recollection as the model. The formation with the recollection as the model is given to people who want to be a catholic and are in the formation itself. This formation is not for the new baptized because they have not been involved anymore and it would not be easy to gather them again in an activity. Therefore, to anticipate the next new baptized is not going to be like some new baptized she met, the recollection as a completion for the catechumen’s fo rmation must be done.
ix
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan syukur dan pujian kepada Allah Bapa, Putera, dan Roh
Kudus atas kasih melimpah yang boleh diterima. Secara khusus, kasih-Nya
dirasakan penulis selama penyusunan skripsi ini, hingga ada akhirnya penulis
berhasil menyelesaikannya. Penulis merasakan bimbingan-Nya dalam setiap
langkah, ucapan, karya tangan, dan tindakan lainnya. Tanpa kesetiaan-Nya,
penulis tidak dapat melakukan hal-hal yang berarti, positif, dan berguna baik bagi
diri sendiri maupun bagi orang lain.
Skripsi ini disusun karena keprihatinan penulis terhadap ketidakaktivan
banyak umat Katolik dalam kegiatan gerejawi. Banyak orang Katolik yang tidak
menjalankan tugasnya sebagai orang Katolik. Setelah menemukan fakta hasil dari
penelitian, akhirnya penulis berbuat sesuatu untuk mengatasinya. Tindakan itu
berupa usulan kegiatan pembinaan dengan model rekoleksi yang diberikan kepada
katekumen sebagai penyempurnaan atas pembinaan yang biasanya dilaksanakan,
agar mereka lebih terlibat dalam kegiatan gerejawi daripada baptisan baru yang
dijumpai penulis.
Penulis kembali bersyukur mengingat selesainya penyusunan skripsi ini dan
ditemukannya usaha untuk menanggapi permasalahan di atas. Penulis menyadari
segala keterbatasannya. Tanpa bantuan banyak pihak, kiranya penulis akan
merasakan lebih banyak kesulitan. Maka, pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
x
1. Pastor dan umat Paroki Kristus Raja Baciro yang terbuka atas kehadiran
penulis dan bersedia memberikan informasi yang diperlukan, secara khusus
baptisan baru yang menyediakan waktunya dan hati dalam membagikan
pengalamannya sehingga semakin memperkaya dan meneguhkan penulis akan
imannya
2. Romo Drs. H.J. Suhardiyanto, SJ yang senantiasa membimbing penulis dalam
penyusunan skripsi ini, dengan segala kerelaan memberikan perhatian, waktu,
motivasi, sumbangan pemikiran, dan hal-hal baru yang positif sehingga
penulis semakin ”kaya” dan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan semangat
3. Bapak Y.H. Bintang Nusantara, SFK yang senantiasa membimbing dan
memotivasi secara tidak langsung sehingga penulis semakin terpacu untuk
menyelesaikan skripsi
4. Ibu Dra. J. Sri Murtini, M.Si selaku dosen penguji dan yang masih
menyediakan diri untuk mendampingi dalam penelitian
5. Romo Kaprodi, seluruh staf dosen-karyawan, dan almamater IPPAK-USD
yang memberi semangat bagi penulis untuk segera menyelesaikan tugas akhir,
penyusunan skripsi ini
6. Bapak, Ibu, Mas-mas, Mbak-mbak, ponakan-ponakan, dan sahabat yang selalu
mendukung dan memberi semangat, terutama saat penulis hampir putus asa
sehingga penulis kembali memiliki semangat untuk melanjutkan karya tulis ini
yang menjadi tanggung jawab penulis
xi
7. Teman-teman angkatan 2003 yang sebagian, ketika penulis dalam proses
penyelesaian skripsi, telah meninggalkan kota Yogyakarta. Meskipun jauh
secara fisik, tetapi penulis yakin bahwa persaudaraan sejati yang tetap
tertanam dalam hati mereka selalu memberi dorongan untuk tetap semangat
dan segera menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
mendukung dengan penuh kasih, yang pada kesempatan ini tidak dapat disebutkan
satu per satu. Semoga hati banyak orang senantiasa terbuka menerima dan
membagikan kasih Allah yang diberikan kepada umat-Nya. Penulis juga
mengharap saran dan kritik dari siapa pun juga yang membaca skripsi ini, karena
penulis menyadari keterbatasannya. Semoga dengan saran dan kritikan tersebut,
penulis semakin berkembang dan lebih baik dalam menyelesaikan karya-karya
lainnya.
Yogyakarta, 27 Februari 2008
Penulis,
M. Indah Puspitarini
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT..................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI.................................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xv
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan.......................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan........................................................................ 5
E. Metode Penulisan......................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan .................................................................. 6
BAB II. SAKRAMEN BAPTIS DALAM GEREJA KATOLIK .................... 8
A. Sakramen Secara Umum.............................................................. 8
1. Pengertian Sakramen............................................................ 8
2. Sakramen-Sakramen Dalam Gereja ..................................... 10
3. Unsur-Unsur Sakramen........................................................ 14
B. Sakramen Baptis .......................................................................... 19
1. Sakramen Inisiasi................................................................. 19
2. Pengertian dan Makna Sakramen Baptis ............................. 20
3. Perutusan Umat yang Telah Dibaptis .................................. 24
xiii
C. Persiapan Umum Menerima Baptis ............................................. 27
1. Bagi Katekumen................................................................... 27
2. Katekumenat ........................................................................ 29
D. Hidup Menggereja........................................................................ 30
1. Tugas Umat Beriman Kristiani ............................................ 30
2. Keterlibatan Dalam Hidup Menggereja ............................... 31
3. Lingkup Menggereja ............................................................ 32
BAB III. PEMBINAAN KATEKUMEN DI PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO ........................................................................................... 33
A. Persiapan Penelitian..................................................................... 33
1. Persiapan Penelitian Tentang Gambaran Umum Paroki Kristus Raja Baciro................................................... 34
2. Persiapan Penelitian Tentang Pembinaan Katekumen......... 36
B. Laporan Hasil Penelitian.............................................................. 44
1. Gambaran Umum Paroki Kristus Raja Baciro ..................... 44
2. Pembinaan Katekumen di Paroki Kristus Raja Baciro ........ 56
C. Pembahasan Hasil Penelitian....................................................... 63
1. Pengelompokkan Inti Jawaban Responden.......................... 64
2. Penilaian Terhadap Jawaban Responden............................. 68
3. Prosentase Jawaban Responden........................................... 69
D. Kesimpulan Hasil Penelitian........................................................ 70
BAB IV. REKOLEKSI SEBAGAI USULAN PENYEMPURNAAN PEMBINAAN KATEKUMEN ....................................................... 74
A. Latar Belakang Penyempurnaan Pembinaan Katekumen............ 74
B. Rekoleksi Sebagai Pilihan Penyempurnaan Pembinaan Katekumen................................................................................... 76
C. Tema dan Tujuan Rekoleksi ........................................................ 80
1. Diri Sendiri........................................................................... 82
2. Sakit Hati Karena Umat Lainnya ......................................... 84
3. Harus Beraktivitas La in ....................................................... 86
xiv
D. Penempatan Materi Dalam Rekoleksi.......................................... 88
E. Usulan Rekoleksi ......................................................................... 90
1. Rekoleksi Pertama ................................................................ 91
2. Rekoleksi Kedua .................................................................. 121
3. Rekoleksi Ketiga .................................................................. 147
BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 191
A. Kesimpulan .................................................................................. 191
B. Saran............................................................................................. 193
C. Refleksi ........................................................................................ 195
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 197
LAMPIRAN..................................................................................................... 199
Lampiran 1: Jawaban Responden ........................................................ (1)
Lampiran 2: Foto-Foto ......................................................................... (16)
Lampiran 3: Materi Cara Berdoa ......................................................... (19)
Lampiran 4: Lagu-lagu......................................................................... (21)
Lampiran 5: Teks Kitab Suci ............................................................... (28)
Lampiran 6: Sarana Permainan............................................................ (34)
xv
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dengan pengantar dan catatan singkat yang
diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia. (2003). Teks Alkitab Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru dalam Bahasa Indonesia 1974. Ende: Arnoldus.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
IM : Inter Mirifica, Dekrit Tentang Upaya-Upaya Komunikasi Sosial
LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Tentang Gereja
C. Singkatan Lain
APP : Aksi Puasa Pembangunan
ay. : Ayat
CIC : Convention International Catechetic
Depdikbud : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Drs. : Doctorandus / Sarjana Strata 1
GK : Gondo Kusuman
GKS : Gedung Karya Sosial
hal. : Halaman
IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
J : Jawaban
Jl. : Jalan
KE : Kidung Ekaristi
KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia
no. : Nomor
xvi
P : Pertanyaan
Pkl. : Pukul
Prodi : Program Studi
Pr. : Projo
R : Responden
Rm. : Romo
SJ : Societatis Jesu / Serikat Yesus
St. : Santa/Santo
TK : Taman Kanak-kanak
USD : Universitas Sanata Dharma
WIB : Waktu Indonesia Barat
% : Persen
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab satu dengan judul ”pendahuluan” merupakan pengantar sebelum
memasuki bab-bab selanjutnya yang lebih mendalam dalam skripsi ini. Bab satu
akan membahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Selanjutnya, bahasan
tersebut akan diuraikan satu per satu.
A. Latar Belakang
Gereja Katolik adalah Gereja yang terbuka dan seharusnya memang demikian,
tetapi kenyataannya cukup menimbulkan pertanyaan manakala di sisi lainnya pada
zaman sekarang yang serba “sulit” dan membuat orang Katolik kurang mendapat
peran di bidang-bidang yang strategis di dalam negara ini, tetapi masih menarik
perhatian orang-orang non Katolik untuk menjadi Katolik. Apa sebenarnya yang
ingin mereka temukan dalam Gereja Katolik? Mengingat di lain pihak, anggota
Gereja yang juga disebut Kaum Beriman Kristiani atau Umat Allah memiliki
banyak tanggung jawab dalam negara ini dan mengharuskan mereka untuk tidak
boleh hanya berdiam diri dan tenang-tenang menjalani kehidupannya. Diawali
dengan pembaptisan, baptisan baru harus berani mengakui imannya akan Yesus
Kristus dan siap melakukan tugas perutusannya sebagai murid Kristus dan kalau
perlu juga mempertahankan imannya.
2
Sakramen Baptis merupakan sakramen yang pertama kali diterimakan kepada
orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebelum sakramen lainnya. Dengan
pembaptisan, umat beriman Kristiani secara resmi menjadi anggota Gereja dan
berhak mengikuti kegiatan gerejawi, salah satu yang penting yakni menghadiri
perayaan Ekaristi. Dengan ikut serta merayakan Ekaristi, seorang umat beriman
Kristiani mengalami persatuan dengan umat lainnya, mengenang peristiwa
penyelamatan Yesus dan bersatu dalam penderitaan Yesus Kristus. Kehadiran
umat dalam Ekaristi merupakan keinginan untuk semakin dekat dengan Tuhan
Yesus Kristus, tetapi pada kenyataannya tidak semua umat Allah memiliki
keinginan ini, mungkin karena kesibukannya atau perasaan tidak perlu. Ada lagi
umat yang dalam meluangkan waktu untuk bersama-sama memuliakan Tuhan
melalui perayaan Ekaristi hanya pada waktu tertentu, seperti hari raya Natal dan
Paskah. Ini semua memberi kesan kurangnya kesadaran akan pentingnya
kebersamaan dalam menyambut Hari Tuhan lewat perayaan Ekaristi. Selain itu,
keterlibatan umat dalam menanggapi tahapan-tahapan dalam perayaan Ekaristi
juga kurang, hal ini tampak dengan sedikitnya suara umat yang menanggapi
dialog Pastor pemimpin Ekaristi.
Umat beriman Kristiani senantiasa diberi tawaran oleh Gereja untuk dapat
memperdalam imannya dalam setiap kegiatan dan diberi ajakan untuk
mewujudnyatakan iman dalam kehidupan sehari-hari, tetapi kenyataannya
sebagian besar umat memberi kesan bahwa mereka kurang menanggapinya
dengan positif. Banyak umat yang dalam porsi sedikit memberikan waktu untuk
Tuhan dan tidak cukup bertanggung jawab akan tugas yang harus dijalankannya
3
sebagai umat beriman Kristiani. Gereja berusaha untuk semakin mempersatukan
umat dalam kegiatan bersama, tetapi ada kesan, kesadaran umat untuk
menggunakan kesempatan tersebut masih kurang. Gereja tetap mengusahakan
agar umat beriman Kristiani mengalami keselamatan. Untuk itu, umat diberi
pembinaan seperti ketika akan menerima Sakramen Ekaristi atau akan menerima
Sakramen Baptis.
Umat beriman Kristiani, khususnya yang mengalami baptis dewasa,
seharusnya siap menerima konsekuensinya, salah satunya harus mau menjalankan
tugas-tugas sebagai anggota Gereja, seperti melakukan ibadat bersama. Melihat
sekilas keadaan umat yang ternyata tidak banyak yang terlibat dalam kegiatan
gerejawi, menimbulkan pertanyaan “Mengapa mereka kurang melaksanakan
tanggung jawabnya sebagai orang Katolik? Apakah hal itu disebabkan kekurangan
para pembimbing atau kekurangan cara pembinaannya, atau kekurangan pada
materi pembinaan sehingga baptisan baru menjadi demikian?” Keprihatinan ini
menggugah penulis untuk mengangkatnya dalam skripsi. Lebih jauh, penulis ingin
memberikan usulan pembinaan, menjawab permasalahan yang mungkin
ditemukan selama penyusunan skripsi. Dengan latar belakang dan hasil yang
ditemukan, skripsi ini diberi disusun dengan judul “REKOLEKSI UNTUK
MELENGKAPI PEMBINAAN KATEKUMEN DI PAROKI KRISTUS
RAJA BACIRO YOGYAKARTA”.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan yang akan
dibahas sebagai berikut:
1. Bagaimana keterlibatan hidup menggereja para baptisan baru Paroki Kristus
Raja Baciro Yogyakarta?
2. Bagaimana pemahaman baptisan baru Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta
atas makna Sakramen Baptis dalam Gereja Katolik?
3. Bagaimana pembinaan katekumen akan hidup menggereja yang sudah
dilaksanakan di Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta?
4. Bagaimana usaha untuk mengembangkan kesadaran katekumen akan hidup
menggereja di Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan permasalahan dan latar belakang, dapat dirumuskan tujuan yang
ingin dicapai melalui skripsi ini, yaitu:
1. Mengungkapkan keterlibatan hidup menggereja para baptisan baru Paroki
Kristus Raja Baciro Yogyakarta
2. Menguraikan pemahaman baptisan baru Paroki Kristus Raja Baciro
Yogyakarta atas makna Sakramen Baptis dalam Gereja Katolik
3. Menjelaskan pembinaan katekumen, berkaitan dengan hidup menggereja,
yang sudah dilaksanakan di Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta
4. Memaparkan usaha yang dirasa baik dalam mengembangkan kesadaran
katekumen akan hidup menggereja di Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta
5
5. Memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1) Pendidikan,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pendidikan, Program
Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas
Sanata Dharma.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diperoleh dengan menyusun skripsi ini ialah:
1. Bagi Umat Katolik
a. Supaya lebih memahami tugasnya sebagai umat beriman Kristiani
b. Supaya semakin terlibat hidup menggereja
2. Bagi Katekis
a. Semakin terbantu dalam merefleksikan diri sehubungan dengan perannya
sebagai fasilitator dalam pengembangan iman umat
b. Semakin kreatif dalam membina katekumen, seperti rencana dan program
pembinaan, metode pembinaan, media yang digunakan, dan sebagainya.
3. Bagi Paroki Kristus Raja Baciro
a. Mengetahui manfaat pembinaan katekumenat
b. Memperoleh masukan demi pembinaan katekumenat yang lebih menghasilkan
6
4. Bagi Penulis
a. Semakin mengenal umat, khususnya belajar dari baptisan baru untuk semakin
memperdalam iman akan Yesus Kristus
b. Mendapatkan masukan yang membuat semakin yakin akan perannya sebagai
seorang calon katekis
c. Semakin banyak pengalaman, baik yang berhubungan dengan skripsi maupun
pengalaman lainnya yang mendukung untuk hidup yang lebih baik.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode Deskriptif Analitis,
yaitu metode yang menggambarkan dan menganalisa data-data yang diperoleh
melalui studi pustaka dan penelitian lapangan. Selain dari itu, penulis juga
memanfaatkan hasil refleksi pengalaman sebagai anggota Gereja, khususnya
sebagai calon katekis yang harus berperan memfasilitasi pengembangan iman
umat.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri atas lima bab, yaitu:
Bab I dengan judul “Pendahuluan” menghantar pada isi skripsi, menguraikan
latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II dengan judul “Sakramen Baptis Dalam Gereja Katolik” berisi uraian
tentang Sakramen Baptis, secara khusus hal-hal sehubungan dengan pembinaan
7
katekumen, terdiri dari: sakramen secara umum, sakramen baptis, persiapan
sebelum menerima sakramen baptis, dan hidup menggereja.
Bab III dengan judul “Pembinaan Katekumen di Paroki Kristus Raja Baciro”
merupakan bab yang secara khusus melaporakan penelitian mulai dari persiapan
sampai kesimpulan hasil penelitian. Hal-hal yang diuraikan dalam bab ini, yaitu:
persiapan penelitian, laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitan, dan
kesimpulan hasil penelitian.
Bab IV dengan judul “Rekoleksi Sebagai Usulan Penyempurnaan Pembinaan
Katekumen” menguraikan usaha untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan
melalui penelitian. Penulis mengajukan usulan pembinaan dalam bentuk
“rekoleksi”. Adapun isi dari bab IV ialah: latar belakang penyempurnaan
pembinaan katekumen, rekoleksi sebagai pilihan penyempurnaan pembinaan
katekumen, tema dan tujuan rekoleksi, penempatan materi dalam rekoleksi, dan
usulan rekoleksi.
Bab V merupakan “penutup” berisi kesimpulan, saran, dan refleksi dari
penulis.
8
BAB II
SAKRAMEN BAPTIS DALAM GEREJA KATOLIK
Bab II menampilkan teori dan pemahaman yang diperoleh dari buku-buku
yang bersangkutan. Dengan adanya kepustakaan, dapat semakin memperkuat
proses dan kesimpulan skripsi, karena dalam penyusunannya menjadi memiliki
dasar dan landasan. Teori yang diambil penulis pun diungkapkan oleh para ahli
dalam bidang yang sama dengan beberapa hal yang diangkat dan disusun oleh
penulis.
A. Sakramen Secara Umum
1. Pengertian Sakramen
Sakramen dimengerti sebagai tanda dan sarana rahmat atau keselamatan.
Pengertian tersebut tidak ada begitu saja, melainkan ada sejarahnya sehingga
terciptalah pemahaman tersebut. Definisi sakramen yang telah disebutkan di atas
tidaklah salah, tetapi masih sangat luas sehingga akan menyulitkan umat dalam
memahami, khususnya umat yang tidak mempelajari secara khusus tentang
sakramen dan ajaran Gereja. Mereka pasti akan bingung dalam memahami
sakramen dan maknanya.
Dilihat dari asal katanya, istilah sakramen berasal dari Bahasa Latin
“sacramentum”, berakar pada kata sacr atau sacer yang berarti “kudus, suci,
lingkungan orang kudus atau hidup yang suci”. Dengan demikian, sacramentum
berarti hal yang berhubungan dengan yang kudus, yang ilahi. Dalam masyarakat
9
Romawi Kuno, sacramentum juga digunakan untuk 2 hal, yakni menunjuk pada
“sumpah (setia) prajurit dalam dunia militer” dan “uang jaminan”. Pemahaman
tentang sakramen juga terdapat dalam buku Sakramen-Sakramen Gereja:
Pertama, kata sacramentum yang menunjuk “sumpah prajurit” digunakan untuk menyatakan kesediaan diri seseorang untuk mengabdikan diri kepada dewata dan negara. Kedua, kata sacramentum yang menunjuk pada uang jaminan atau denda yang ditaruh dalam kuil dewa oleh orang-orang atau pihak-pihak yang berperkara dalam pengadilan. (Martasudjita, Pr, 2003: 61-62)
Kedua hal tersebut berkaitan dengan hal yang kudus karena pelaksanaannya
dalam peristiwa keagamaan. Karena itulah, sakramen dipahami sebagai hal yang
berhubungan dengan yang kudus. Kata ini tidak terdapat dalam Kitab Suci
terjemahan Bahasa Indonesia. Meskipun demikian, terdapat istilah lain yang
berhubungan dengan “sakramen”, yakni kata dari Bahasa Yunani “mysterion”
yang Bahasa Inggrisnya “mysteri” diterjemahkan dengan “rahasia” sebab kata
tersebut menunjukkan sesuatu yang tersembunyi (Banawiratma, SJ, 1989: 12).
Kerahasiaan tersebut berhubungan dengan Yang Ilahi dan janji-Nya akan akhir
zaman. Martasudjita, Pr dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Liturgi” (1999:
160) mengatakan: “Dalam Perjanjian Lama “mysterion” menunjuk Allah sendiri
yang mewahyukan diri baik dalam sejarah masa kini maupun masa yang akan
datang (eskatologis)”.
Rencana Allah tersebut tidak diketahui oleh manusia kecuali orang-orang
tertentu yang memang dikehendaki-Nya untuk mengetahui “Dalam Kitab Suci
istilah itu dipakai pertama-tama oleh aliran apokaliptis, yang menantikan akhir
zaman lewat penghancuran dasyat dunia ini; di sana “misteri” atau “rahasia”
10
berarti rencana Allah mengenai akhir zaman, khususnya cara dan saat hari akhirat,
yang tersembunyi bagi manusia, tetapi diberitahukan oleh Allah kepada orang-
orang tertentu” (Banawiratma, SJ, 1989: 12-13).
Adanya Gereja juga tidak terlepas dari kebiasaan orang-orang pada zaman
dulu, secara khusus hidup Gereja Perdana di mana terdapat ritus-ritus yang
mereka miliki, seperti ritus pembaptisan dan pemecahan roti dan ternyata isi ritus
tersebut bersifat khas Kristiani. Pada akhirnya disusunlah rangkaian tindakan yang
menjadi bagian dari ritus Gereja, salah satunya ialah adanya sakramen. Sakramen
diberikan dengan tahapan-tahapan yang telah disepakati bersama. “Apa yang
dimaksudkan ialah upacara-upacara simbolik yang menyertai pemasukan orang
ke dalam kelompok orang yang bersatu dalam kepercayaannya kepada Yesus
Kristus sebagai penyataan definitif Allah sebagai Juruselamat umat manusia”
(Groenen, OFM, 1992: 19).
Dalam sakramen itu terdapat kasih Allah yang diberikan kepada manusia
secara pribadi, yang dapat pula dikatakan sebagai “yang rahasia” karena apa yang
dilakukan Allah kepada manusia, tidak dapat diperkirakan dan diketahui oleh
manusia. Manusia hanya bisa mengusahakan untuk mendapatkan rahmat dari
Allah sendiri, tetapi tidak dapat memaksakan hal tersebut. Manusia dapat secara
bebas menanggapi kasih Allah, dan itulah yang disebut iman.
2. Sakramen-Sakramen Dalam Gereja
Kehadiran Yesus Kristus ke dunia mendatangkan keselamatan dari Allah yang
selalu menyertai umat-Nya. Allah yang menyertai manusia secara nyata, tampak
11
dalam Yesus sendiri sebagai seorang manusia. “Dalam diri manusia Yesus, Allah
sendiri melawati umat-Nya” (Martasudjita, Pr, 1999: 163). Yesus menjadi simbol
kasih Allah dan mengingatkan manusia bahwa tidak ada hal yang dapat
diselesaikan tanpa bantuan Allah. Demikianlah tampak adanya kuasa Allah
dengan segala kemisterian-Nya. “Perjanjian Baru menyampaikan pewahyuan
bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya mysterion atau sakramen. Dalam diri
Yesus Kristus terlaksanalah karya keselamatan Allah secara historis dan bahkan
personal” (Martasudjita, Pr, 1999: 163).
Kedatangan Yesus ke dunia menghadirkan diri Allah dan dengan demikian,
“Yesus Kris tus itulah Sakramen Hidup Allah” (Martasudjita, Pr, 2003: 111).
Yesus yang datang ke dunia tidak hanya berkata-kata kesana-kemari, tetapi juga
dengan melakukan tindakan nyata yang membawa manusia kepada keselamatan
bagi manusia sendiri. “Yesus mempergunakan tindakan simbolis, tindakan
sakramental. Bahkan Ia sendiri adalah pernyataan-perwujudan-kehadiran Allah
yang menyelamatkan” (Banawiratma, SJ, 1989: 34).
Ketika Yesus yang datang sebagai manusia secara fisik meninggalkan dunia,
Dia tidak begitu saja meninggalkan manusia. Yesus Kristus tetap hadir dan
menyertai manusia yang telah terhimpun menjadi umat-Nya dan Gerejalah tanda
kehadiran Allah yang paling nyata. Di dalam Gereja, misteri dan karya
penyelamatan Yesus dihadirkan dan dirayakan. “Secara khusus, Yesus dapat
dijumpai dalam Gereja melalui liturgi sakramen” (Martasudjita, Pr, 1999: 162).
Gereja menjadi wujud kehadiran Yesus Kristus, dan melalui Gerejalah karya
Yesus diteruskan. Namun, bukan berarti Gereja selalu mengajarkan yang benar
12
dalam arti tertentu sehubungan dengan tokoh-tokoh yang bersangkutan, bahkan
pernah terjadi masa-masa dimana Gereja tidak cukup mencerminkan Kerajaan
Allah, hal ini dikarenakan sikap tokoh-tokoh Gereja yang tidak baik. Meskipun
demikian, Gereja tetap dapat bangkit dan memperbaiki segala keburukannya.
Peran Gereja tidak akan terasa oleh umat apabila Gereja menjalankan karyanya
hanya untuk memperbesar gedung gereja atau memperkaya pihak-pihak tertentu
sehingga karya Yesus yang seharusnya diperjuangkan, tidak lagi mereka
perjuangkan dan umat tidak merasakan manfaat dari Gereja.
Penetapan jumlah “tujuh” sakramen memerlukan waktu yang lama. Sebagian
sakramen ditetapkan berdasarkan nas dalam Kitab Suci, baik sabda Yesus dalam
Kitab Suci Perjanjian Baru maupun ajaran para nabi dalam Kitab Suci Perjanjian
Lama, tetapi tidak menjadi satu-satunya alasan terciptanya tujuh sakramen. Gereja
meyakini bahwa sakramen diadakan oleh Yesus Kristus selama di dunia dan
dilanjutkan oleh para murid, misalnya dalam manandai diterimanya seseorang
menjadi anggota Gereja dengan pencurahan air yang pada akhirnya akan menjadi
Sakramen Baptis dan pemecahan roti yang pada akhirnya akan menjadi Sakramen
Ekaristi. Terdapat pula praktek mendoakan orang sakit seperti yang terdapat
dalam Yakobus 5: 14-15 “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah
ia memanggil penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya
dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan
menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia
telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.” Yesus juga mengampuni
13
orang berdosa dan hal itu diajarkan kepada rasul-Nya. Praktek ini kemudian
menjadi Sakraman Pengurapan Orang Sakit.
Memang tidak semua sakramen berasal dari sabda Yesus. Para ahli mengalami
kesulitan untuk menentukan mana-mana yang diajarkan Yesus dan sabda Yesus
yang tidak dimasukkan ke dalam ketujuh sakramen beserta alasannya. “Nyata di
dalam sejarah Gereja bahwa tidak semua sakramen mempunyai dasar sabda yang
asli dari Yesus sendiri, dan bahwa sakramen-sakramen Gereja tumbuh dalam
proses yang panjang sampai akhirnya diyakini berjumlah tujuh dan berasal dari
Yesus Kristus” (Martasudjita, Pr, 2003: 155-156). Kenyataannya memang Gereja
mengakui adanya ketujuh sakramen yang terdiri dari Sakramen Baptis, Sakramen
Krisma, Sakramen Ekaristi, Sakramen Tobat, Sakramen Imamat, Sakramen
Perkawinan, dan Sakramen Pengurapan Orang Sakit.
Apabila dijelaskan arti dari setiap sakramen secara runtut yakni, sebagai
berikut: melalui “Sakramen Baptis”, manusia lahir kembali secara rohani dan
bersama umat lainnya berjuang mewujudkan cita-cita surgawi; setelah beberapa
waktu menjadi seorang yang mengimani Yesus Kristus, maka umat Allah tersebut
dianggap sudah dewasa dan pantas mendapat tugas yang lebih berat lagi dalam
rangka menyebarluaskan kasih Allah pada sesama manusia dan Allah pun
senantiasa menaungi dengan Roh Kudus-Nya sehingga umat tidak merasa sendiri
dan memiliki iman yang semakin mendalam, saat inilah umat Allah dapat
menerima “Sakramen Penguatan”; umat dipersatukan dan bersama-sama
memakan makanan rohani dalam “Ekaristi”; setiap manusia pernah melakukan
kesalahan dan memiliki dosa tetapi Allah Maha Pengampun, dan akan
14
membersihkan segala dosa manusia, namun diperlukan penyesalan dan niat untuk
memperbaiki hidupnya dari pihak manusia maka melalui perantaraan imam, umat
Allah dapat kembali hidup damai karena dosanya terampuni melalui “Sakramen
Tobat”; “Sakramen Imamat” membuat Gereja memiliki banyak pemimpin secara
rohani dan semakin banyak orang yang membantu umat secara umum untuk lebih
mendalami imannya; melalui “Sakramen Perkawinan” dua orang manusia yang
ingin bersatu akhirnya dapat disatukan dalam kasih dan nama Tuhan Yesus, selain
itu secara tidak langsung membantu dalam menambah Gereja karena salah satu
tujuan perkawinan ialah melanjutkan karya Allah dalam penciptaan manusia baru;
“Sakramen Pengurapan Orang Sakit” menjadi pilihan seorang beriman Kristiani
ketika dia ingin disembuhkan secara rohani (dan dapat juga jasmani) ataupun yang
rela meninggalkan dunia secara fisik.
3. Unsur-Unsur Sakramen
Selain dari arti dan makna sakramen secara umum, ketujuh sakramen juga
memiliki unsur yang sangat penting untuk dipelajari lebih dalam. Sama halnya
dengan pembuktian ketujuh sakramen yang dikehendaki Yesus, demikian pula
simbol yang digunakan untuk dapat menjadikan suatu sakramen, khususnya dalam
perayaan liturginya, mengalami pembicaraan yang panjang dan lama. Dilihat dari
perayaan liturginya, sakramen secara tradisional memiliki tiga unsur yang menjadi
dekrit ajaran dari Konsili Firenze yakni, materia sacramenti, forma sacramenti,
dan pelayan sakramen. Materia sacramenti merupakan bahan atau tindakan yang
digunakan sebagai tanda sakramen. Bahan atau unsur yang berasal dari alam itu
15
dinamakan materia remota seperti air, minyak, dan lain- lain. Sedangkan tindakan
dalam menggunakan unsur-unsur itu seperti mencurahkan air, mengolesi minyak,
dan lain- lain dinamakan materia proxima. Forma sacramenti merupakan kata-
kata yang diucapkan oleh pelayan sakramen yang menjelaskan materia, sehingga
materia mempunyai arti sakramental. Misalnya, dalam Sakramen Baptis ketika
pelayan sakramen menuangkan (materia proxima) air (materia remota),
mengatakan: “Aku membaptis engkau dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus”
sebagai formanya. Pelayan sakramen ialah orang yang melaksanakan penerimaan
sakramen seperti Uskup, Imam, dan Diakon. Tidak boleh seseorang menerimakan
sakramen untuk dirinya sendiri, kecuali Imam pada Perayaan Ekaristi dan kedua
mempelai dalam Sakramen Perkawinan. Pelayan sakramen menentukan
keabsahan materi dan forma sakramen. Dari segi Kristologi, pelayan sakramen
dilihat sebagai in persona Christi (dalam pribadi Kristus), sebagai pelayan
Kristus. Maka yang sebenarnya, Kristuslah yang berperanan. “Keabsahan
penerimaan sakramen ditentukan oleh pelayan sakramen dan ketetapan yang
menjadi materia dan forma sakramennya” (Martasudjita, 2003: 168).
Unsur sakramen dari segi arti dibedakan menjadi dua hal, yaitu arti biasa
manusiawi dan arti rohani. Arti biasa manusiawi dinilai dari unsur yang kelihatan
dan terbentuk menurut budaya tertentu, seperti air sebagai materia remota
Sakramen Baptis mengingatkan akan pembebasan Israel atau yang paling ringan
memiliki simbol pembersih. Sedangkan arti rohani menunjukkan bahwa terdapat
karya penyelamatan yang diterima oleh di penerima sakramem, seperti baptisan
menghapus dan menyelamatkan dosa seseorang. “Pembedaan menurut arti ini
16
nampak jelas dalam materia Sakramen Baptis. Dalam hidup, air mempunyai arti
pembersih, mengingatkan pembebasan Israel, sedangkan arti rohani menunjuk
karya penyelamatan yang diterima oleh orang yang dibaptis. (Purwatma, Pr,
2006:5).
Sakramen menghasilkan beberapa hal, dengan kata lain terdapat tujuan dan
akibat dengan diadakannya sakramen. Pertama, Sacramentum tantum (signum),
yakni upacara yang kelihatan dimana didalamnya menggunakan unsur-unsur yang
ada seperti tindakan dan forma sehingga manusia merasakan rahmat Allah.
“Signum atau sacramentum menunjuk tanda lahiriah yang kelihatan” (E.
Martasudjita, 2003: 193). Kedua, Res tantum yakni, sakramen yang menandakan
rahmat sakramental tersebut. Misalnya, Sakramen Baptis mempersatukan manusia
dengan Allah “Res menunjuk isi rahmat atau apa yang dirayakan dan
dianugerahkan dalam sakramen” (E. Martasudjita, 2003: 193). Ketiga,
Sacramentum et res yang berarti akibat dari sakramen yang diterima dan si
penerima memiliki status baru. Misalnya, dengan baptisan seseorang menjadi
warga Gereja. “Dengan istilah res et sacramentum ini menunjuk semacam
“akibat/hasil/buah” (Martasudjita, 2003: 193).
Sakramen Baptis, penguatan, dan imamat merupakan sakramen yang memiliki
sebutan khusus, yaitu meterai (charakter indebilis) yang berarti untuk selamanya
dan tidak dapat hilang, serta tidak dapat diulang untuk kedua kalinya.
Meterai atau charakter indebilis, yang secara harfiah berarti sifat atau ciri yang tak terhapuskan, merupakan status baru sebagai hasil atau akibat penerimaan sakramen dan yang dibedakan dari isi rahmat yang sebenarnya. Charakter indebilis ini hanya terdapat dalam ketiga sakramen: baptisan, penguatan, dan tahbisan. Dengan meterai atau charakter indebilis, mau
17
dinyatakan bahwa sakramen-sakramen tersebut hanya diterimakan sekali dan tidak dapat diulangi lagi (Martasudjita, 2003: 195).
Sakramen yang diterima memang mengakibatkan perubahan, baik yang
kedudukannya dalam umat seperti menjadi saudara dalam nama Tuhan maupun
hubungannya dengan Allah dimana didalamnya terdapat ikatan roh. Normalnya
kedua akibat itu terjadi bersama-sama tetapi ada kemungkinan kekecualian.
Seseorang bisa saja memenuhi syarat-syarat yuridis dan mengalami perubahan
status, tetapi tidak memiliki sikap jiwa yang semestinya sehingga tidak membawa
akibat dalam hubungan dengan Allah. Misalnya, seseorang ingin dibaptis agar
bisa masuk sekolah Katolik atau seseorang bersedia menjadi imam hanya untuk
memiliki kedudukan yang tinggi dan hidup yang enak
Dari segi persyaratan, ada yang dinamakan syarat “demi syahnya” (ad
validitatem) yakni hal yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan upacara sakramen
agar sakramen menjadi sah. Bidang yang berpengaruh meliputi: tanda
sakramental sendiri misalnya, dalam baptisan harus ada pencurahan air; pelayan
misalnya saat upacara ekaristi harus dipimpin oleh imam dan dengan keinginan
kuat mau menjalankan, apabila imam itu gadungan, sakramen tidak terjadi;
penerima, menunjukan peran si penerima sakramen sendiri. Misalnya, pada saat
hendak menerima Sakramen Tobat, si penerima harus sungguh-sungguh
menyesali dosanya.
Syarat lainnya ialah “demi layaknya” (ad liceitatem) menunjukkan bahwa
terdapat hal-hal yang harus dilakukan agar sakramen boleh diterimakan dan hal ini
menyangkut akibat yuridis. Menjadi berbahaya apabila berhenti pada “demi
bisanya” sehingga dilaksanakan penerimaan sakramen, karena penting juga
18
memperhatikan hubungan personal dengan Allah. Misalnya, dua orang katolik
yang acuh terhadap kegiatan Gerejawi telah memenuhi persyaratan dan layak
menerima Sakramen Pernikahan. Secara yuridis kedua orang ini dapat menerima
Sakramen Pernikahan tetapi sikap acuhnya terhadap Gereja itu tidak dapat
diterima walaupun tidak mempengaruhi persyaratannya. “Yang diharapkan ialah
supaya sakramen membawa baik akibat yuridis maupun persatuan dengan Allah”
(Banawiratma, SJ, 1989: 32).
Dalam hal ini dipakai istilah ex opere operato (berkat karya yang dikerjakan)
menunjukan peran Kristus (atau oleh Kristus dalam Gereja) dan terdapat istilah
yang menjadi kebalikannya yaitu ex opere operantis yang merupakan usaha
manusia untuk mendapatkan rahmat itu. “Dengan istilah ex opere operato
ditekankan bahwa keselamatan dikerjakan oleh Allah/Kristus, bukan oleh daya
manusia. Sedangkan dengan istilah ex opere operantis ditekankan usaha manusia”
(Banawiratma, SJ, 1989: 59). Namun, sering orang menganggap ajaran ini tidak
masuk akal karena dari satu sisi nampak percuma manusia melakukan banyak hal
untuk keselamatan dirinya karena semua tergantung Allah (ex opere operato) dan
di sisi lain, dengan manusia yang berperan (ex opere operantis) seakan-akan
manusia yang menentukan dan mengatur datangnya rahmat. Hal ini perlu
dijelaskan kembali bahwa memang kedua hal ini dapat terjadi. Ketika Kristus
bersedia disalib, itulah usaha-Nya menyelamatkan manusia (ex opere operato)
namun ketika seseorang memohon untuk diampuni dosanya menunjukkan usaha
dari manusia (ex opere operantis). Namun meskipun manusia mengusahakan
dengan tindakannya, di situ Allah juga berkarya. “Lalu etiket ex opere operato
19
diberikan kepada peristiwa dimana lebih jelas terlihat dan terasalah segala
tindakan Allah, sedangkan ex opere operantis menunjukan peristiwa dimana lebih
terlihat usaha manusia” (Banawiratma, SJ, 1989: 60).
B. Sakramen Baptis
1. Sakramen Inisiasi
Seperti dalam masyarakat pada umumnya, misalnya ketika seseorang akan
memasuki sekolah, perguruan tinggi, tempat kerja, dan lingkungan kehidupan,
sering diawali dengan penyambutan dan pengenalan lingkungan serta hal-hal yang
dirasa perlu diketahui demi kelancaran di masa yang akan datang. Proses ini
sering disebut dengan istilah “inisiasi”. “Hampir semua kelompok sosial
mengembangkan dan memiliki suatu upacara (entah profan-sipil entah religius-
keagamaan) untuk secara resmi memasukkan orang yang dianggap “orang luar”
menjadi anggota kelompok sosial itu” (Groenen, OFM, 1992: 20).
Masih menurut Dr. C. Groenen, OFM, inisiasi berasal dari Bahasa Latin: in-
ire= masuk ke dalam, memulai; intitiatio= pemasukan ke dalam; intitiare=
memasukkan ke dalam. Kelompok keagamaan seperti agama-agama yang ada di
dunia juga mempunyai upacara insiasi seperti, pengucapan syahadat bagi orang
yang ingin masuk ke Agama Islam. Demikian pula dalam Gereja Katolik dikenal
tradisi inisiasi yang lebih dikenal dengan “Sakramen Inisiasi”. Beberapa tahap
harus dilalui seseorang yang ingin bergabung ke dalam Gereja Katolik, tampak
dalam penerimaan sakramen-sakramen inisiasi Gereja, yakni Sakramen Baptis,
Sakramen Krisma, dan Sakramen Ekaristi.
20
Ketiga sakramen tersebut menjadi sakramen inisiasi karena adanya tahapan-
tahapan yang selayaknya dilaksanakan. Akan tetapi, pada masa berikutnya
keadaan konkret dari umat menjadi tidak cocok dengan adanya tahapan yang
sebelumnya. Pada awalnya, orang yang ingin menjadi anggota Gereja harus
mengikuti persiapan pembaptisan dan dibaptis. Selama masa persiapan baptis,
orang tersebut tidak boleh menerima Ekaristi. Ketika sudah baptis itulah, orang
dianggap sudah menjadi bagian dari Gereja dan dapat bersama-sama merayakan
Ekaristi. Tahap selanjutnya, orang tersebut diurapi dengan minyak yang
menyatakan kedewasaan imannya akan Yesus Kristus.
Tahapan itu tidak dilanjutkan karena dianggap tidak lagi sesuai. Baptisan tetap
sebagai sakramen yang menjadi pintu masuk seseorang menjadi anggota Gereja
dan tetap disebut sebagai sakramen inisiasi. Sesudahnya, orang tersebut diurapi
dengan minyak yang oleh Gereja dinamakan Sakramen Krisma dan pada
akhirnya dapat mengikuti Perayaan Ekaristi dan menerima komuni.
Sama seperti inisiasi pada lembaga lain, upacara inisiasi dalam Gereja Katolik
juga memiliki proses yang tidak mudah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan,
bahkan dapat dikatakan berbelit-belit. Akan tetapi, jika seseorang memiliki
kesungguhan untuk masuk ke kelompok tersebut maka proses yang seperti apapun
akan dijalankan.
2. Pengertian dan Makna Sakramen Baptis
Sakramen Baptis merupakan sakramen yang pertama kali diterimakan kepada
orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebelum sakramen lainnya. Istilah
21
“baptisan” berasal dari Bahasa Yunani batizwin, baptismosi= mencelupkan ke
dalam air ataupun membasuh dengan air. Dengan pembaptisan, umat beriman
Kristiani secara resmi menjadi anggota Gereja dan berhak mengikuti kegiatan
gerejawi.
Dilihat dari sejarahnya, Yesus juga pernah mengalami yang pada saat
sekarang disebut Sakramen Baptis, yang pada waktu itu dengan cara
ditenggelamkan ke Sungai Yordan oleh Yohanes Pemandi, tetapi tidak ditemukan
catatan yang menunjukkan kegiatan Yesus dalam membaptis orang. Pembaptisan
tersebut dilakukan oleh para rasul sesuai dengan perintah Yesus. Dalam buku
Iman Katolik (KWI, 1996: 421) dikatakan:
Kiranya upacara pembaptisan diambil alih oleh Gereja dari Yohanes. Dalam Injil malah dikatakan bahwa “Yesus pergi ke Tanah Yudea dan membaptis” (Yoh 3: 33; lih. ay. 26), maksudnya bahwa “Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-murid-Nya” (Yoh 4: 2). Memang tidak ada berita tentang kegiatan Yesus yang membaptis. Tetapi pada hari Pentekosta, sesuai dengan perintah Yesus (Mat 28: 19; Mar 16: 16) Petrus berseru kepada orang: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. “ (Kis 2: 38).
Sampai sekarang upacara pembaptisan tersebut terdapat dalam Gereja Katolik
dan dilakukan oleh orang-orang yang dipercaya Gereja seperti uskup, pastor, dan
diakon tertahbis, tetapi setiap orang tidak dapat membaptis dirinya sendiri. “Tidak
seorang pun (dapat) membaptis dirinya, tetapi selalu dibaptis oleh orang lain,
entah siapa” (Groenen, OFM, 1989: 83).
Selain menjadi anggota Gereja dan menjadi anak Allah, seorang yang dibaptis
juga dihapuskan dosanya. Demikian pula seorang bayi yang belum pernah
22
melakukan perbuatan dosa tetap akan diampuni dosanya karena setiap manusia
yang terlahir di dunia memiliki dosa yang disebut dosa asal.
Sakramen Baptis memiliki makna teologis seperti diungkapkan dalam buku
Sakramen-Sakramen Gereja (Martasudjita, Pr, 2003: 221-223).
a. Baptisan sebagai tanda iman. Baptisan sebagai tanda iman berarti bahwa di suatu pihak baptisan itu mengandaikan iman dan di lain pihak dari orang yang dibaptis harus dihidupi dan dikembangkan dalam seluruh hidupnya. Dalam teks Kis 2: 37-41, Mrk 16: 16, dan Mat 28: 19 tampaklah bahwa baptisan mengandaikan iman. Artinya, dalam teks-teks itu terlihat suatu struktur dengan urutan: pewartaan Injil à penerimaan melalui iman/pertobatan à baptisan. Dari sini tampaklah bahwa baptisan bisa dipandang sebagai tanda iman dan kesediaan diri untuk bertobat. Teks Rm 6: 1-14 sendiri lebih menunjukkan bahwa iman pada diri orang yang sudah dibaptis harus dikembangkan dan dihayati dalam seluruh hidupnya kemudian.
b. Baptisan sebagai penyerupaan pada Yesus Kristus, artinya dengan baptisan kita menjadi serupa dengan Yesus Kristus. Dengan baptisan, kita berpartisipasi dan mengambil bagian dalam seluruh hidup dan nasib Yesus Kristus. Melalui baptisan, kita bergerak masuk ke dalam misteri Tuhan Yesus Kristus dan berpartisipasi dalam peristiwa wafat dan kebangkitan-Nya. Makna ini dapat dilihat dari istilah Perjanjian Baru yang menyebut baptisan kita dilakukan “dalam nama Yesus Kristus” (Kis 2: 38; 10: 48; 19: 5). Secara khusus Rm 6: 1-14 menghubungkan peristiwa baptisan kita dengan peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus.
c. Baptisan sebagai pengampunan dosa. Makna ini tampak dalam kata-kata St. Petrus, “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu” (Kis 2: 38). Di beberapa tempat lain, pengampunan dosa dihubungkan dengan kesediaan diri untuk beriman (Kis 10: 43) dan mengubah kehidupan (Kis 3: 19; 5: 31; 26: 18).
d. Baptisan mengaruniakan Roh Kudus. Melalui baptisan, kita menerima karunia Roh Kudus. Makna ini sebenarnya terdapat masih pada Kis 2: 38, “...maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” Dalam konteks Kis 2 itu, karunia Roh Kudus memungkinkan para rasul mengalami Tuhan yang bangkit (Kis 2: 32), dan membuat mereka bisa bicara dengan macam-macam bahasa sehingga semua orang bisa mengerti pewartaan Injil itu (Kis 2: 4. 8-11). Selanjutnya, apabila orang-orang mau menyediakan diri dibaptis sebagai tanda pertobatan, maka dosa mereka akan diampuni dan mereka mendapat karunia Roh Kudus. Dengan karunia Roh Kudus itu, mereka juga akan mengalami pengalaman Paskah, yakni pengalaman akan Yesus Kristus yang bangkit dan menyelamatkan kita, seperti dialami oleh para murid.
e. Baptisan mempersatukan kita ke dalam satu tubuh: Gereja. Paulus berkata, “Sebab dalam satu roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani,
23
baik budak maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minuman dari satu Roh” (1 Kor 12: 13). Melalui baptisan, Gereja dibangun dan tumbuh. Hubungan dari orang-orang yang dibaptis itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan jumlah kuantitatif saja, tetapi yang penting lagi: hubungan itu memasukkan orang ke dalam suatu relasi orang-orang Kristiani yang memiliki martabat yang sama dan hidup menurut jiwa solidaritas sebagaimana tampak dalam Kis 2: 41-47.
f. Baptisan sebagai karunia hidup baru. Yohanes mengembangkan gagasan baptisan sebagai kelahiran baru. Dalam percakapan dengan Nekodemus, Yesus bersabda, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah...Jangan engkau heran, Aku berkata kepadamu: kamu harus dilahirkan kembali” (Yoh 3: 5.7). Melalui baptisan, seseorang dilahirkan kembali dalam Roh. Ia dikaruniai hidup baru dan sepanjang hidupnya ia harus mewujudkannya dalam gaya hidup dan tindakannya sehari-hari.
Selain makna tersebut, baptisan memiliki makna lain dimana baptisan
menjadikan seseorang terselamatkan karena masuk ke dalam jemaah yang
mempercayai Sang Penyelamat yakni Yesus Kristus. Jemaah itu merupakan
jemaah Kristen di mana didalamnya diajarkan kasih dengan mengajak orang
menuju kepada keselamatan. Keselamatan bukan berarti mendatangi orang yang
sudah dapat membaptis orang lain melainkan siapapun juga yang memiliki iman
kepada Allah. Apabila melihat siapa yang dibaptis dan yang membaptis akan
semakin meyakinkan bahwa jemaahlah yang menjadi perantara keselamatan
karena dapat pula pembaptisan dilakukan oleh orang yang bukan anggota jemaah
Kristen, mungkin karena alasan tertentu yang mendadak, tetapi keselamatan tetap
dimiliki oleh yang dibaptis.
Menurut tradisi selanjutnya bahkan orang yang tidak percaya dapat membaptis, menginisiasikan orang lain ke dalam jemaah, yang ia sendiri tidak menjadi anggotanya. Hal itu tentu saja sedikit mengherankan dan tidak mudah juga mengerti bagaimana tradisi itu muncul. Hanya nyatanya itu ajaran resmi (bdk. CIC 861, 2). Dengan demikian menjadi jelas bahwa yang “membaptis” sebenarnya jemaah secara menyeluruh (secara teologis malah Kristus sendiri) dan orang yang nyatanya membaptis bertindak atas nama jemaah. (Groenen, OFM, 1989: 83).
24
Baptisan juga merupakan suatu ungkapan iman jemaah dan iman pribadi.
Iman tersebut merupakan iman akan Yesus Kristus yang sebenarnya telah
merangkul orang yang sudah memiliki niat untuk mengimani-Nya. Keselamatan
tersebut menjadi nyata pada saat adanya pembaptisan.
Penyelamatan itu tentu saja bukan kejadian seketika, melainkan sebuah proses yang berlangsung terus. Dalam baptisan seketika proses penyelamatan itu menjadi nyata nampak sebagai proses yang kini merangkul orang yang diinisiasikan dan selanjutnya tetap akan nampak baginya dalam jemaat penyelamat, yang kini dimasuki orang yang dibaptis. (Groenen, OFM, 1989: 86).
Baptisan merupakan sakramen perjanjian antara umat dengan Allah dimana
umat yang beriman pada Yesus Kristus dijanjikan mendapat tempat dalam
Kerajaan Surga. Dengan demikian, keselamatan berada di tangan umat yang telah
dibaptis. “Allah, yang berprakarsa, menawarkan diri-Nya sebagai kehidupan sejati
dan keselamatan manusia” (Groenen, OFM, 1989: 88). Sakramen Baptis juga
tidak bisa terlepas dari “upacara simbolik” dan yang menjadi simbol serta tidak
dapat terlepas dari upacara pembaptisan ialah “air”. Sakramen Baptis yang
membawa jemaah kepada keselamatan dilihat dari segi negatif merupakan
gambaran Allah yang membebaskan manusia dari dosa dimana manusia pernah
menolak kasih Allah. Sedangkan dari segi positif menunjukkan ajakan dan
pengikutsertaan jemaat kepada keselamatan dan kebahagiaan.
3. Perutusan Umat yang Telah Dibaptis
Beberapa orang beranggapan bahwa baptisan yang diterimakan pada bayi
merupakan pemaksaan iman. Hal ini tidak benar karena sudah menjadi tanggung
25
jawab orangtua untuk membawa anaknya kepada keselamatan, mau ataupun tidak,
sampai saatnya si bayi sudah dewasa dan dapat menentukan sendiri iman kepada
siapa yang dipilih. Dalam membaptiskan anaknya, hendaklah orangtua
mengajarkan dan mengajak anak untuk melaksanakan ajaran Gereja dan
mengikuti Kristus dengan meneladan tindakan-Nya. “Karena kamu semua, yang
dibaptis dalam nama Kristus, telah mengenakan Kristus” (Gal 3: 27) dan
menjadikan Kristus sebagai guru. Demikian juga orang yang baptis bukan saat
bayi, tidak boleh berdiam diri setelah dibaptis, melainkan harus menjalankan
tugas perutusan di dalam hidupnya bersama umat yang lain. Baptis merupakan
meterai dan tidak dapat diterima untuk kedua kalinya sehingga berlaku untuk
selamanya, meskipun pada kenyataan, terdapat orang-orang yang melepas
perjanjian itu.
Dengan baptisan, manusia melakukan perjanjian dengan Allah melalui Yesus
Kristus. Yesus telah merelakan diri menderita dan wafat disalib demi manusia
sehingga manusia yang mengimani Yesus juga harus melakukan tindakan yang
menuju pada yang dicita-citakan-Nya. Memang, manusia yang dibaptis tidak
harus menderita dan disalib secara fisik, tetapi banyak tugas yang tidak kalah
sulitnya pada zaman sekarang yang harus dilaksanakan. Perkembangan zaman
membuat banyak orang mengalami perubahan yang seringnya ke arah tidak baik.
Tantangan umat Kristiani ialah bagaimana untuk tidak ikut arus dan dengan tegas
menolak setiap tawaran buruk yang menghampiri. Umat Kristiani dengan seluruh
kemampuan hendaklah menanggapi rahmat Allah dalam tindakan sehari-hari.
“Dan bila mereka tidak menanggapi rahmat itu dengan pikiran, perkataan, dan
26
perbuatan, mereka bukan saja tidak diselamatkan, melainkan akan diadili lebih
keras“ (LG 14).
Cara yang harus dilakukan umat Kristiani sebagai pelaksanaan tugas berbeda-
beda sesuai dengan kedudukannya dalam Gereja. Kedudukan ini dikarenakan
dalam Gereja Katolik Roma memiliki “hirarki” yang memungkinkan seseorang
masuk dalam kedudukan tertentu dan menjalankan tugas sesuai dengan perannya.
Walaupun masing-masing orang masuk dalam statusnya seperti sebagai imam,
biarawan, dan kaum awam dengan tugasnya masing-masing, inti yang harus
dicapai adalah sama yakni, perwujudan Kerajaan Allah. Sering umat yang
menjadi kaum awam tidak cukup diperhatikan oleh Gereja, padahal kaum awam
perlu mendapat pendidikan iman agar kaum awam menjadi “kaya” dan semakin
teguh imannya. “Karena itulah awam diangkat-Nya menjadi saksi dan dibekali-
Nya dengan perasaan iman dan rahmat sabda” (LG 35).
Kaum awam memiliki tugas yang sangat berat karena berhubungan langsung
dengan kenyataan sehari-hari dalam masyarakat, yakni situasi zaman baik dari
orangnya maupun benda-benda ciptaannya dan segala permasalahannya. Sama
seperti orang-orang tertahbis yang secara jelas memiliki tugas mengajar,
menguduskan, dan menggembalakan, demikian pula kaum awam dapat ikut serta
dalam tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus. Segala usaha dan jerih payah
awam sehari-hari serta beban-beban memang akan ditanggung sendiri, tetapi
sebagai anggota Tubuh Kristus harus menjalaninya dengan penuh ketabahan dan
kesabaran “dalam satu tubuh, kita semua adalah anggota” (Tondowidjojo, CM,
1990: 26) hingga pada Perayaan Ekaristi, semuanya itu dikurbankan dan
27
dipersembahkan kepada Allah, itulah imamat yang dilakukan oleh umat awam.
Tugas kenabian kaum awam dapat dilakukan tanpa menonjolkan statusnya
sebagai orang beriman Kristiani melainkan dengan tindakan konkret yang baik.
Pewartaan yang tidak langsung tersebut dengan membantu para awam untuk dapat
membaur bersama umat lainnya, seperti halnya Kristus yang melayani banyak
orang dapat diteladani kaum awam, dengan melayani Allah melalui pelayanan
kepada manusia yang ada di sekitarnya.
C. Persiapan Sebelum Menerima Baptis
1. Bagi Katekumen
Setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih agamanya dan diharapkan
pilihannya itu sungguh dari hatinya, bukan karena keterpaksaan atau bukan
kerelaan dirinya sendiri. Dalam masing-masing agama terdapat upacara untuk
menyambut dan menjadikan tanda masuk dan diterimanya seseorang menjadi
anggota jemaatnya. Demikian juga dalam Agama Katolik terdapat upacara
pembaptisan yang disebut sebagai Sakramen Baptis, dimana seseorang yang
percaya akan Yesus dicurahi air dan disertai kata-kata yang menjadi forma
pembaptisan. Umat yang hadir dalam upacara itu menjadi saksi bahwa orang
tersebut telah menjadi anggota Gereja.
Untuk menjadi seorang Katolik tidak dapat begitu saja, melainkan banyak
“syarat” yang harus dipenuhi dan “hal” yang harus dilakukan. Apabila yang akan
dibaptis adalah seorang anak yang belum bisa menentukan pilihan, termasuk
agama yang akan dianutnya, orangtualah yang hendaknya mengurusnya. “Mereka
28
dibaptis sebagai anak, bukan sebagai orang dewasa yang mandiri, melainkan
sebagai anak yang dalam segala hal bergantung pada orangtua mereka” (KWI,
1996: 425). Dengan demikian, bukan berarti Gereja atau orangtua anak memaksa
anaknya untuk menjadi Katolik dan mengimani Yesus Kristus, melainkan
mengusahakan agar anaknya pun diselamatkan karena dihapus dosa asalnya.
Selain itu, menunjukkan adanya keterlibatan dan penerimaan Gereja terhadap
umat (siapa pun juga) yang ingin menjadi anggotanya. “Pembaptisan kanak-kanak
sebetulnya berarti menerima seluruh keluarga, termasuk anak-anak, ke dalam
lingkungan Gereja” (KWI, 1996: 426). Tugas orangtua tidak hanya membaptiskan
anaknya, tetapi juga mendidik imannya. Untuk itulah, orangtua perlu pembekalan
dan pendidikan iman agar mengerti apa saja yang harus dilakukannya terhadap
anak yang akan dibaptiskan. Orangtua harus sungguh-sungguh memiliki iman
akan Yesus Kristus karena itulah yang pertama akan diajarkan dan diteladankan
kepada anaknya. Orangtua juga harus memiliki pengetahuan yang cukup akan
ajaran Gereja, karena pendidikan pertama bagi anak adalah dari keluarga dan
orangtua adalah salah satunya dan yang penting. Untuk itulah, orangtua harus
mengikuti pendampingan yang dilakukan beberapa kali dan bertahap.
Pendampingan ini dapat dilakukan dalam model rekoleksi yang dipandu oleh
orang-orang yang memiliki kompeten dalam hal ini. Setelah dari pihak orangtua
dirasa cukup “faham”, maka anak mereka diberi izin untuk dibaptis.
Sedangkan pembaptisan yang akan diterima oleh seseorang yang sudah
dewasa, karena telah dapat menentukan pilihan dalam hidupnya, didahului
pembinaan untuk semakin menjernihkan pilihannya tersebut. Keinginan seseorang
29
dewasa untuk dibaptis menandakan keinginannya pula untuk masuk menjadi
anggota Gereja, apapun motivasinya sebenarnya. Dengan pembaptisan, seseorang
sudah harus siap menerima segala konsekuensinya terutama bersedia bersatu
dalam hidup dan mati Kristus. Hal ini bukan sekedar ungkapan dan ancaman
melainkan suatu rahmat dan tugas yang apabila dijalankan maka akan tercapailah
keselamatan dan kebahagiaan untuk manusia yang dibaptis itu sendiri.
“Pembaptisan merupakan langkah pertama ke arah kesatuan hidup dan mati
dengan Kristus” (KWI, 1996: 418). Iman yang mendalam dapat menjamin
seseorang masuk menjadi anggota Gereja. Iman dapat menggerakkan seseorang
untuk aktif dan dengan hati terbuka mengikuti setiap pembinaan yang
mengarahkan pada pencapaian pengetahuan dan iman yang semakin mendalam.
2. Katekumenat
Dalam Buku Ilmu Kateketik (Telambanua OFMCap., 1999: 6) dikatakan
tentang katekumenat yaitu “masa persiapan calon baptis, umumnya selama satu
tahun”. Sedangkan orang yang menjadi calon baptis disebut katekumen. Selama
masa persiapan tersebut ada beberapa tahap dan masa yang harus ditempuh oleh
katekumen. Dalam hal ini, katekumen yang dimaksud ialah setiap orang yang
sudah dapat membuat pilihan sendiri dan mempunyai keputusan secara pribadi
untuk menjadi Katolik, usia mereka yang dapat dikatakan baptis (atau calon
baptis) dewasa mulai dari usia SD sampai usia tua.
Terinspirasi dari Buku Iman Katolik (KWI, 1996: 420) diuraikan pola Inisiasi
Kristen, khususnya baptis dengan tahap-tahap dan masa-masa sebagai berikut:
30
Masa paling awal ialah masa “pra-katekumenat” di mana mereka yang ingin
menjadi anggota Gereja dijernihkan motivasinya hingga dapat masuk dalam tahap
pertama yakni, “upacara pelantikan menjadi katekumen”. Katekumen mulai
memasuki “masa katekumenat” dan mendapatkan pembinaan iman untuk lebih
memperdalam pengetahuan dan iman akan Yesus Kristus. Warga Gereja lainnya
sudah memandang para katekumen sebagai warga Gereja dan melibatkan mereka
dalam berbagai kegiatan kegerejaan. Masa ini ditutup dengan “upacara pemilihan
calon baptis” yang menjadi tahap kedua. Setelah itu, calon baptis dipersiapkan
lebih sungguh lagi agar dapat benar-benar siap menjadi anggota Gereja dan
setelah dirasa siap, calon baptis dapat “menerima Sakramen Baptis” dan itulah
tahap yang ketiga. Setelah menjadi baptisan baru atau orang-orang yang telah
dibaptis, masih ada masa pendalaman iman (mistagogi) sehingga baptisan baru
semakin yakin akan imannya dan lebih siap melaksanakan tugasnya dan
memperoleh haknya sebagai anggota Gereja.
D. Hidup Menggereja
1. Tugas Umat Beriman Kristiani
Dalam Gereja Katolik terdapat golongan awam dan religius. Masing-masing
golongan memiliki tugas yang sama, tetapi dalam bidang dan cara yang berbeda.
Kedua golongan tersebut sama-sama umat beriman Kristiani dan diharapkan
melaksanakan setiap tindakan berdasakan pada kasih yang diteladankan oleh
Yesus. Biasanya, kaum religius melaksanakan tugasnya sesuai dengan visi, misi,
dan lingkup karya kongregasinya. Sedangkan, kaum awam memiliki tugas yang
31
sama beratnya bahkan lingkupnya lebih luas daripada kaum religius, karena kaum
awam dapat dikatakan lebih dekat dengan kenyataan masyarakat yang ada. ”Kaum
awam pun memiliki peran untuk memberi kesaksian dengan cara menunaikan
tugas mereka masing-masing dengan penuh keahlian dan berjiwakan kerasulan”
(IM 13). Secara nyata, dalam bertingkah laku, kaum awam harus sungguh berhati-
hati dan berpegang teguh pada imannya akan Yesus Kristus sehingga tindakan
sehari-harinya pun mencerminkan kasih Allah. Kaum awam dalam masyarakat
merupakan cerminan Gereja. Apabila kaum awam bertingkah laku yang tidak
sesuai dengan ajaran Gereja, maka nama Gereja pun akan terbawa dan mendapat
nilai ”kurang” bagi masyarakat non Katolik.
2. Keterlibatan Dalam Hidup Menggereja
Umat beriman Kristiani tidak hanya menjalani kehidupan dengan memiliki
status Agama Katolik, tetapi harus aktif mengikuti kegiatan gerejawi. Dengan kata
lain, umat Allah harus menjalani hidup menggereja, yakni hidup menampakkan
iman kepada Yesus Kristus dalam dunia. Dapat dikatakan bahwa setiap tindakan
yang menampakkan iman akan Yesus adalah hidup menggereja. Iman yang tidak
diolah, didiamkan saja, dan tidak dikembangkan, tidak akan menghasilkan apa-
apa. “Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan,
maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” (Yak 2: 17). Selain itu dengan
terwujudnya iman seseorang menandakan terjalinlah relasi manusia dengan Allah
(bdk. Iman Katolik hal.15). Maka dari itu, iman perlu diwujudkan dengan
perbuatan nyata dalam hidup sehari-hari.
32
3. Lingkup Menggereja
Penghayatan iman meliputi “perwujudan iman” dan “pendalaman iman”. Iman
yang dimiliki seseorang tidak dapat dinilai oleh orang lain, orang tersebut hanya
menunjukkan pada dirinya sendiri dan Allah karena tindakan penghayatan iman
berupa pendalaman iman dilakukan secara diam-diam seperti rajin berdoa,
mengikuti perayaan ekaristi, dan tindakan yang intern. Pendalaman iman
semacam ini hanya sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Sedangkan perwujudan iman dapat dilakukan oleh seluruh umat manusia tidak
memandang agama dan kepercayaan karena semua manusia memiliki hati dan
nurani yang sama. Dengan demikian penghayatan seseorang tidak berhenti pada
tindakan “memuji” Tuhan saja melainkan sungguh nyata dalam setiap tindakan
sehari-harinya, misalnya menolong orang, membantu korban bencana alam, dan
sebagainnya.
Iman yang terwujud sering dapat dirasakan oleh orang lain karena ketika
mewujudkan iman, orang tersebut berhubungan dengan orang lain. Perwujudan
iman pasti baik dan bercirikan Kristiani dan hal tersebut dapat dikatakan sebagai
perwujudan hidup menggereja. Hidup menggereja memiliki dua segi yakni, hidup
menggereja internal dan eksternal. Hidup menggereja internal merupakan hidup
menggereja yang dilakukan dalam lingkup gerejawi, seperti di paroki, stasi,
wilayah, dan lingkungan, sedangkan hidup menggereja eksternal dilakukan dalam
lingkup masyarakat.
33
BAB III
PEMBINAAN KATEKUMEN
DI PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA
Bab III dalam skripsi ini menguraikan beberapa hal berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan di Paroki Kristus Raja Baciro. Penelitian dilakukan
untuk mencari jawaban dari pertanyaan dan permasalahan dalam skripsi. Secara
garis besar, bab III terdiri dari 4 bagian meliputi: persiapan penelitian, laporan
hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, dan kesimpulan penelitian. Masing-
masing bagian diuraikan sebagai berikut.
A. Persiapan Penelitian
Bagian pertama ini memaparkan segala persiapan dan hal-hal yang ingin
ditemukan melalui penelitian. Dua hal utama yang ingin diteliti ialah tentang
gambaran umum Paroki Kristus Raja Baciro dan tentang pembinaan katekumenat.
Penelitian tentang gambaran umum Paroki Kristus Raja Baciro lebih memaparkan
informasi tentang beberapa hal berkaitan dengan tempat di mana penelitian
dilaksanakan, yakni keadaan Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta sedangkan
dalam penelitian tentang pembinaan katekumenat secara khusus meneliti proses
pembinaan selama masa katekumenat.
34
1. Persiapan Penelitian Tentang Gambaran Umum Paroki Kristus Raja Baciro
Selain melaksanakan penelitian untuk mendapatkan data tentang pembinaan
katekumenat yang berlangsung di Paroki Kristus Raja Baciro, peneliti juga
berusaha mendapatkan informasi gambaran umum paroki sebagai hal yang
penting dan sangat mendukung proses dari inti penelitian. Gambaran umum yang
ingin diketahui dari Paroki Kristus Raja Baciro ialah:
a. Sejarah Paroki, yakni proses berdirinya Paroki Kristus Raja Baciro dan pihak-
pihak yang terkait di dalamnya serta peristiwa penting yang terjadi selama paroki
ini berdiri.
b. Visi dan Misi Paroki. Untuk mendukung perolehan data yang lengkap, peneliti
mengadakan wawancara dengan pastor paroki dengan panduan wawancara
sebagai berikut:
1). Terwujudnya Paroki Kristus Raja yang inovatif dan memiliki semangat
berliturgi, bersaudara dan melayani dengan menjadi saksi Kristus
a). Apa yang mendasari disusunnya visi paroki?
b). Sejauh ini, apakah visi tersebut sudah tercapai?
2). Umat Paroki Kristus Raja Baciro semakin inovatif dalam melaksanakan
panggilan dan perutusan untuk berliturgi, membangun paguyuban yang hidup
dan berkembang dalam pelayanan sejati baik di dalam Gereja maupun dalam
masyarakat
a). Inovasi seperti apa yang telah dilakukan oleh umat paroki?
b). Apakah tim kerja dan paguyuban yang ada di paroki telah melaksanakan
tugasnya sesuai dengan yang diharapkan?
35
c). Bagaimana bentuk pelayanan untuk Gereja dan masyarakat yang terlaksana
selama ini?
c. Letak Geografis dan Luas Tanah Gereja Paroki.
d. Dinamika Umat Katolik sebagai gambaran jumlah umat paroki dari tahun ke
tahun, walaupun tidak dituliskan secara terperinci.
e. Kebijaksanaan Paroki, dalam hal ini sehubungan dengan pembinaan
katekumenat mulai dari pendaftaran calon baptis hingga proses pembinaan sampai
pada masa sesudah penerimaan Sakramen Baptis. Dalam usaha perolehan data ini,
peneliti juga melakukan wawancara kepada pastor paroki dengan panduan sebagai
berikut:
1). Proses pembinaan
a). Bagaimana cara pembagian tugas antar katekis dalam mendampingi
katekumen?
b). Bagaimana prosedur penerimaan calon katekumen?
c). Bagaimana proses persiapan materi para katekis sebelum mendampingi
katekumen?
d). Bagaimana usaha pastor paroki untuk mengenal katekumen?
2). Penerimaan Sakramen Baptis
a). Kapan pelaksanaan penerimaan Sakramen Baptis di paroki?
b). Bagaimana kebijakan paroki terhadap penerimaan Sakramen Baptis bagi
katekumen?
f. Katekis Paroki, secara khusus ingin melihat jumlah katekis yang ada di paroki
dan perannya bagi Gereja.
36
g. Baptisan Baru, dinilai dari apa yang telah dilakukannya selama ini.
Menanggapi baptisan baru yang ada di paroki, peneliti bertanya kepada pastor
paroki dengan pertanyaan: “Bagaimana tanggapan pastor melihat baptisan baru
sehubungan dengan keterlibatan mereka dalam kegiatan di paroki?”. Peneliti
mengharapkan jawaban pastor paroki dapat mewakili umat dalam menanggapi
baptisan baru di paroki.
Jadi, pengumpulan data tentang gambaran umum paroki dilakukan dengan
menggunakan metode pengamatan, studi data sekunder yang ada di perpustakaan
paroki, dan wawancara dengan pastor paroki.
2. Persiapan Penelitian Tentang Pembinaan Katekumen
Persiapan penelitian bagian ini juga dipersiapkan sungguh-sungguh agar
penelitian terarah dan memperoleh hasil yang diharapkan. Beberapa hal yang
dimaksud ialah sebagai berikut:
a. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang skripsi yang ditulis pada bab I, peneliti
mengidentifikasikan beberapa pokok permasalahan yang akan diangkat dan diolah
melalui penelitian. Berikut ini merupakan masalah yang telah diidentifikasikan
oleh peneliti, yaitu:
37
1). Dalam arus zaman yang serba sulit, secara khusus di Indonesia sehubungan
dengan peran orang Katolik dalam bidang-bidang strategis di negara ini,
ternyata masih ada orang non Katolik yang ingin menjadi Katolik.
2). Gereja mengusahakan pemahaman bagi orang yang ingin menjadi Katoilik
serta mengusahakan agar iman mereka akan Yesus Kristus semakin
mendalam, melalui pembinaan pada masa yang disebut masa katekumenat.
3). Orang yang telah tuntas mengikuti pembinaan dan dapat dibaptis, menjadi
baptisan baru dan memiliki tanggung jawab yang besar atas nama Gereja.
Iman yang dimilikinya akan menjadi sia-sia apabila tidak diwujudnyatakan
dalam kehidupan sehari-hari bersama orang-orang yang ada di sekitarnya.
4). Baptisan baru banyak yang tidak terlibat dalam kegiatan gerejawi padahal itu
menjadi salah satu tanggung jawabnya dan seharusnya mengetahui dan
memahami setelah mengikuti pembinaan selama masa katekumenat, mungkin
terdapat kekurangan dalam pembinaan katekumenat.
5). Keprihatinan yang tampak dari para baptisan baru yang kurang terlibat dalam
hidup menggereja membalikkan perhatian kepada masa katekumenat dimana
pada masa inilah dilakukan pembinaan yang salah satunya memberikan
pemahaman akan tugas dan tanggung jawab orang Katolik, salah satunya
dengan terlibat dalam hidup menggereja.
b. Pembatasan Masalah
Masalah yang diperoleh sangat banyak dan luas, maka peneliti membatasinya
sehingga menjadi lebih sempit dan khusus. Peneliti akan meneliti masalah
38
baptisan baru berusia dewasa, atau dapat dikatakan orang yang baptis bukan bayi,
periode 2003-2007 dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
orang beriman Kristiani. Meskipun sebelum dibaptis telah mengikuti pembinaan,
masih ada baptisan baru yang entah kurang memahami tugasnya entah dengan
sengaja melupakannya, sehingga mereka tidak aktif dan terlibat hidup menggereja
baik dalam lingkup gereja maupun dalam lingkungan masyarakat tempat
tinggalnya. Cap negatif bukan ditunjukkan sepenuhnya kepada baptisan baru,
melainkan peneliti juga menyoroti proses pembinaan selama masa katekumenat.
Dari pembinaan pada masa katekumenat, diharapkan terdapat sumbangan yang
mendorong baptisan baru lebih terlibat dalam hidup menggereja. Apabila
pembinaan tidak mengarahkan pada keterlibatan tersebut, masa pembinaan tidak
memiliki arti bagi pemahaman para katekumen.
c. Rumusan Masalah
Permasalahan yang ada dapat terumuskan, sebagai berikut:
1). Seberapa jauh pemahaman baptisan baru akan makna pembinaan pada masa
katekumenat?
2). Bagaimana tanggapan Anda terhadap proses pembinaan pada masa
katekumenat di Paroki Kristus Raja Baciro?
3). Seberapa jauh keterlibatan baptisan baru Paroki Kristus Raja Baciro dalam
hidup menggereja?
4). Apakah yang mempengaruhi aktif atau tidaknya baptisan baru dalam hidup
menggereja?
39
d. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ialah:
1). Menilai pemahaman baptisan baru akan makna masa katekumenat
2). Menguraikan tanggapan baptisan baru terhadap proses pembinaan pada masa
katekumenat di Paroki Kristus Raja Baciro
3). Menunjukkan keterlibatan baptisan baru Paroki Kristus Raja Baciro dalam
hidup menggereja
4). Menggambarkan hal-hal yang mempengaruhi aktif atau tidaknya baptisan baru
dalam hidup menggereja.
e. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dengan melakukan penelitian ini ialah
1). Bagi Baptisan Baru
a). Lebih tersapa dengan kunjungan yang dilakukan oleh peneliti
b). Diingatkan kembali perannya dalam perkembangan iman Gereja dan terlibat
dalam hidup menggereja
2). Bagi katekis
a). Mengetahui gambaran umum umat, secara khusus baptisan baru yang selama
ini didampingi
b). Terdorong untuk lebih mempersiapkan pembinaan bagi katekumen
berdasarkan hasil penelitian
40
3). Bagi Umat Paroki Kristus Raja Baciro
a). Mengetahui informasi tentang keadaan umat di parokinya
b). Lebih giat berkegiatan gerejawi dan mengajak umat yang kurang aktif
4). Bagi Peneliti
a). Semakin mengenal dan memahami situasi konkret umat
b). Menambah pengalaman berelasi dengan orang-orang yang baru dijumpai
c). Tersemangati untuk lebih terlibat dalam hidup menggereja
f. Metodologi
1). Metode Penelitian
Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif. “Kata deskriptif
sendiri menyiratkan pada proses dan makna yang tidak secara ketat diperiksa
atau diukur dari segi jumlah, intensitas, dan frekuensinya, tetapi menekankan
sifat realitas yang disusun secara sosial, hubungan antara peneliti dan yang
diteliti, dan pembatasan situasional yang membentuk penelitian” (Subagyo,
2004: 62). Data yang diperoleh dalam penelitian ini dilaporkan dalam bentuk
kata-kata atau dideskripsikan, jadi bukan dengan bentuk angka. Meskipun ada
beberapa angka-angka yang ditampilkan, tetapi lebih untuk memudahkan
pembaca memahami hasil penelitian. Dengan metode ini pula, peneliti dapat
lebih dekat dengan responden melalui pengamatan dan wawancara karena
hubungan sosial ini sangat diperlukan dalam proses penelitian dengan metode
ini. Dengan demikian, hasil penelitian dapat terungkap dan disimpulkan.
41
2). Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta pada
Bulan Oktober hingga Bulan Desember 2007.
3). Populasi dan Sampel
Populasi ialah semua anggota kelompok unsur tertentu seperti orang-
orang, kejadian-kejadian, atau benda-benda. “Objek penelitian kualitatif ialah
manusia maka populasi disebut subyek penelitian atau partisipan” (Subagyo,
2004: 224). Subyek penelitian yang dimaksud ialah baptisan baru dewasa
yang dibaptis dalam waktu antara Tahun 2003-2007 yang berjumlah 362.
Dalam penelitian dikenal istilah “sampel”, yaitu “sebagian dari kelompok
unsur yang lebih luas atau populasi” (Subagyo, 2004: 225). Seperti yang
diungkapkan oleh Curry dalam buku Pengantar Riset Kuantitatif dan
Kualitatif, berdasarkan pedoman umum dalam menentukan sampel, jika
populasi mencapai 100, sampelnya 100 %; jika populasi antara 101-1000,
sampelnya 10 %; jika populasinya antara 1001-5000, sampelnya 5 %; jika
populasinya di atas 10.000, sampelnya 1 %. (Subagyo, 2004: 225). Maka,
sampel penelitian ini dengan populasi 362 adalah 10 %, jadi ditemukan jumlah
sampel sebanyak 36 responden.
42
g. Teknik Pengumpulan Data
1). Instrumen
Dalam mengumpulkan data, peneliti merupakan instrumen utama yang
memiliki senjata ”dapat-memutuskan” dan senantiasa dapat menilai keadaan
dan dapat mengambil keputusan. (Moleong, 1991: 19). Dapat dikatakan pula
bahwa, dengan peneliti sebagai instrumen utama dapat melihat dan merasakan
yang terjadi sebenarnya dari subyek penelitian atau responden, baik secara
verbal seperti jawaban berupa kata-kata maupun non verbal seperti tatapan
mata dan kelancaran berbicara. Data diperoleh peneliti dengan menggunakan
metode wawancara, yakni “percakapan dengan maksud tertentu” (Moleong,
1991: 135). Dalam hal ini maksud wawancara ialah untuk mencari data dari
pengalaman responden berkaitan dengan pembinaan selama katekumenat dan
keterlibatan dalam kegiatan gerejawi.
2) Pedoman Wawancara
Wawancara yang dilakukan memiliki jenis pendekatan menggunakan
petunjuk umum wawancara sesuai dengan yang dikemukakan oleh Patton
(1980: 197). Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara, dalam hal ini
adalah peneliti, membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang
ditanyakan dalam proses wawancara (Moleong, 1991: 136). Meskipun terlebih
dahulu menyusun pokok-pokok wawancara, saat pelaksanaan, pewawancara
bertanya tidak secara urut melainkan mengajukan sesuai dengan keadaan
responden pada saat wawancara. Pedoman wawancara yang disusun peneliti,
sebagai berikut:
43
a). Pembinaan Katekumenat
(1). Apa makna masa katekumenat bagi Anda?
(2). Bagaimana tanggapan Anda terhadap proses pembinaan pada masa
katekumenat?
(3). Seberapa sering Anda hadir dalam pertemuan pembinaan?
(4). Bagaimana hasil yang Anda rasakan dari pembinaan pada masa katekumenat?
b). Peran Katekis
(1). Bagaimana kesan Anda terhadap cara katekis dalam membina?
(2). Bagaimana usaha katekis dalam membantu Anda untuk terlibat dalam
kegiatan gerejawi?
c). Keterlibatan Baptisan Baru
(1). Apakah di lingkungan/paroki Anda terdapat kegiatan yang melibatkan umat?
(2). Sejauh mana Anda aktif dalam kegiatan atau bidang-bidang yang ada di
lingkungan/paroki? Apa alasannya?
(3). Bagaimana kesan Anda terhadap umat Katolik yang ada di lingkungan Anda?
h. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. (Moleong,
1991: 103). Perlu diingat selalu bahwa prinsip pokok penelitian kualitatif adalah
menemukan teori dan data. Data yang diperoleh diolah secepatnya melalui proses
yang sudah dilakukan sejak pengumpulan data agar tidak menjadi dingin atau
44
bahkan kadaluwarsa jika terlalu lama. Banyaknya data yang terkumpul oleh
peneliti akan dikelompokkan dan dikategorikan sehingga dapat menjawab
masalah dalam penelitian.
B. Laporan Hasil Penelitian
Setelah peneliti mempersiapkan segala sesuatu sehubungan dengan penelitian
ini dan melaksanakan proses penelitian, maka terkumpullah data sebagai hasil dari
penelitian.
1. Gambaran Umum Paroki Kristus Raja Baciro
Laporan dari hasil penelitian bagian pertama ialah tentang gambaran umum
paroki yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data yang didapat dan dilaporkan
adalah data sekunder namun sangat mendukung penelitian ini karena selain
sebagai tempat di mana baptisan baru sebagai responden berada, juga sebagai
tempat di mana baptisan baru mengalami pembinaan selama masa katekumenat.
a. Sejarah Paroki
Berdasarkan Buku Rencana Induk Strategik Pengembangan Paroki (2004),
berikut ini adalah ringkasan sejarah berdirinya Paroki Kristus Raja Baciro dengan
beberapa peristiwa penting yang dialami paroki. Pada awalnya (sekitar tahun
1953) Baciro merupakan salah satu kring dari Paroki St. Antonius Kotabaru.
Kring Baciro diizinkan mengadakan Ekaristi sendiri setiap hari Minggu dan hari-
hari besar lainnya yang diadakan di aula/bangsal PT. Pabrik Cerutu Taru Martani
45
dan dihadiri sekitar 300 umat Katolik. Selanjutnya, Kring Baciro berkembang
menjadi “stasi” dengan romo yang mengepalai yakni Rm. De Quay, SJ. Seiring
berjalannya waktu, pada tahun 1956 terdapat perubahan di beberapa tempat di
Stasi Baciro, jumlah umat pun semakin bertambah dan memungkinkan Stasi
Baciro untuk menjadi paroki, maka Rm. De Quay, SJ mulai mengurus untuk
tujuan tersebut. Sebagai langkah awal, dibentuklah panitia pembangunan gedung
gereja dan mereka mulai mengumpulkan dana. Panitia ini disahkan oleh Uskup
Agung Soegijopranoto, SJ. Panitia itu mengusahakan dana melalui berbagai cara,
antara lain: sumbangan sukarela dari umat Katolik setempat, sumbangan dari
tokoh-tokoh warga Katolik asal Baciro, penyelenggaraan sumbangan berhadiah,
kerjasama dengan berbagai organisasi kesenian, seperti: pertunjukkan wayang
orang “Tjiptokawedar”.
Dengan dana yang terkumpul, dibeli sebidang tanah di daerah Gendeng-
Cantel, tetapi karena lokasinya dinilai kurang strategis, maka tahun 1961
diputuskan membeli tanah persawahan di Gendeng GK yang beralamatkan di Jl.
Melati Wetan no. 9 dari uang hasil penjualan tanah di Gendeng-Cantel. Mulailah
gedung gereja dengan ukuran 16x28 m2 dibangun dan selesai pada tahun 1962
yang oleh beberapa tokoh pendiri disepakati sebagai tahun awal berdirinya Paroki
Baciro. Gereja sudah dapat digunakan dan dari Data Kartu Paroki (Desember,
1962) dapat terlihat bahwa jumlah umat saat itu 2500 jiwa. Pastor Paroki Kristus
Raja yang pertama ialah Rm. JG. Stormmesand, SJ. Panitia pembangunan
dibubarkan tanggal 21 Oktober 1962 dan satu minggu kemudian dilantiklah
Dewan Paroki yang pertama.
46
Pada tanggal 27 Oktober 1963, setelah bangunan gereja genap 1 tahun,
bersamaan dengan selesainya Panti Paroki, diresmikanlah Paroki Baciro; dengan
alamat Jl. Melati Wetan no. 13, Yogyakarta (dulu no. 9). Paroki ini berupaya
memperhatikan masyarakat sekitarnya dan sebagai bentuk pengabdian bagi
masyarakat, pada tahun 1964 didirikanlah Sekolah Dasar Katolik di Sorowajan
dan di Colombo. Selama menjadi paroki, Paroki Baciro mengalami banyak
perubahan dan perkembangan, seperti jumlah kring, komunitas biara, kelompok
minat bakat, dan kegiatan umat misalnya pertemuan kelompok “Purnaman” di
kring-kring. Pada waktu selanjutnya nama “kring” sendiri diganti menjadi
“lingkungan” berdasarkan pedoman Keuskupan Agung Semarang (KAS) 1987.
Hingga tahun 2004, jumlah lingkungan di seluruh paroki ada 37 lingkungan;
terdiri dari lingkungan di Gereja Induk sejumlah 24 lingkungan, di Gereja
Pangkalan sejumlah 5 lingkungan dan di Gereja Stasi Babarsari 8 lingkungan.
Sebatas pembicaraan, akan ada lagi lingkungan baru dan ada pula stasi yang
semakin siap untuk menjadi paroki baru.
Pada tanggal 27 Mei 2006, sebagian bangunan milik Paroki Kristus Raja
Baciro mengalami kerusakan, bahkan gedung gereja sendiri hancur karena
bencana alam gempa bumi. Paroki mengalami kesulitan dalam pembangunan
kembali gedung-gedung yang rusak, maka banyak proposal diajukan ke berbagai
tempat. Dari dana yang didapatkan, paroki mendirikan kembali bangunan di tanah
paroki dan sampai saat ini, pekerjaan tersebut belum selesai. Pastor Paroki yang
berkarya di Paroki Kristus Raja Baciro saat ini ialah Rm. Gregorius Sutikno, Pr.
47
b. Visi dan Misi Paroki
Secara umum, Gereja ingin membawa manusia kepada keselamatan,
kebahagiaan, dan kesejahteraan. Dipandang dari aspek lain, Gereja sebagai
kumpulan orang berimankan Kristus yang menanggapi pewartaan itu
menunjukkan usahanya mewujudkan harapan tersebut. Selain harapan akan
hadirnya keselamatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan manusia, Gereja juga
memiliki tujuan eskatologis, maka Gereja mengusahakan membina dan
mengembangkan diri hingga kedatangan Tuhan. Banyak cara dapat dilakukan
Gereja, secara khusus dalam kumpulan umat beriman di suatu wilayah yang
disebut paroki. Paroki Kristus Raja Baciro sebagai salah satu wujud nyata adanya
umat Allah di dunia memiliki visi dan misi yang juga merupakan wujud konkret
dari tujuan Gereja.
Paroki Kristus Raja Baciro memiliki visi: “Terwujudnya Paroki Kristus Raja
yang inovatif dan memiliki semangat berliturgi, bersaudara dan melayani dengan
menjadi saksi Kristus”. Paroki Kristus Raja Baciro memiliki kesan sebagai Gereja
tua yang statis, kurang bergairah, dan pastor sentris, tetapi dengan berani paroki
menyusun visi, yang menuntut semangat muda untuk bisa mencapainya. Dari visi
tersebut, disusun pula misi paroki: “Umat Paroki Kristus Raja Baciro semakin
inovatif dalam melaksanakan panggilan dan perutusan untuk berliturgi,
membangun paguyuban yang hidup dan berkembang dalam pelayanan sejati baik
di dalam Gereja maupun dalam masyarakat”. Misi tersebut sebagai gambaran
langkah-langkah yang harus dijalani agar visi paroki dapat terwujud.
48
Berdasarkan visi dan misi paroki, peneliti bertanya secara langsung kepada
Pastor Paroki Kristus Raja Baciro sesuai dengan pedoman wawancara yang telah
dipersiapkan.
P 1 : Apa yang mendasari disusunnya visi paroki?
J : Memang visi ini merupakan cita-cita yang diinginkan dan diusahakan agar tercapai. Dari kalimatnya ya itulah yang dicita-citakan, inovasi yang diharapkan tidak membuat bosan umat baik dalam liturgi, persaudaraan, dan pelayanan.
P 2 : Sejauh ini, apakah visi tersebut sudah tercapai?
J : Sulit untuk mewujudkan visi tersebut, tetapi saya merasa sudah hampir terwujud. Sebagian memang dirasa sudah cukup, tetapi memang masih banyak yang harus dilakukan agar visi tersebut benar-benar dapat terwujud dan bukan hanya sebagai susunan kata.
P 3 : Inovasi seperti apa yang telah dilakukan oleh umat paroki?
J : Paroki membuat suatu hal yang baru dan tidak membosankan sehingga umat merasa senang dan nyaman. Dalam perayaan ekaristi harian dan mingguan kami juga mengusahakan agar umat dapat menikmati, menghayati, dan dapat menjadikan gereja paroki di sini sebagai tempat yang dapat membantu dalam berdoa. Yang dilakukan selama ini, seperti dalam hal liturgi, kami mengusahakan agar petugas-petuganya dipersiapkan dengan baik. Paroki juga terbuka terhadap lagu- lagu yang baru, tetapi selama ini umat sendiri yang lebih menyukai dan memilih lagu karangan Romo Wahyo. Lagu yang bersifat pop juga diperkenankan tetapi harus sesuai dengan aturan, biasanya lagu demikian dinyanyikan pada saat-saat terakhir misa.
P 4 : Apakah tim kerja dan paguyuban yang ada di paroki telah melaksanakan
tugasnya sesuai dengan yang diharapkan?
J : Tim kerja di paroki sebagian besar telah melaksanakan tugasnya dengan baik, seperti halnya dalam mempersiapkan liturgi, kepanitian ulang tahun paroki. Memang ada beberapa tim kerja yang beberapa waktu ini tidak tampak hasil kerjanya. Meskipun demikian, saya yakin bahwa umat dan tim kerja di paroki ini saling mendukung dan membantu dalam melaksanakan suatu kegiatan bersama. Paguyuban yang ada di paroki ada beberapa yang tetap berkegiatan dan kelihatan hasilnya.
49
P 5 : Bagaimana bentuk pelayanan untuk Gereja dan masyarakat yang
terlaksana selama ini?
J : Kegiatan lain yang dibidangi oleh tim-tim yang ada di paroki sifatnya menghibur, memberi semangat hidup, memberi materi, seperti yang dilakukan tim sosial saat gempa kemarin. Sesudah gempa, paroki melalui tim sosial mengambil dari dana APP dibagikan kepada umat baik yang Katolik maupun yang non Katolik. Laporan keuangan itu dibuat transparan biar umat tahu dan memang itu semua dari umat dan untuk umat.
Tanggapan pastor yang panjang tersebut meyakinkan bahwa umat Paroki
Kristus Raja Baciro tidak hanya berdiam diri melainkan melakukan banyak
kegiatan untuk semakin mengembangkan Gereja dan iman masing-masing.
c. Letak Geografis dan Luas Tanah Gereja Paroki Kristus Raja Baciro
1). Letak Geografis
Gereja Paroki Kristus Raja Baciro berada di tempat yang terjangkau oleh
umat, meskipun tidak dilewati oleh kendaraan “bus” umum. Lingkungan di
sekitarnya cukup nyaman dan ketenangan cukup mendukung. Paroki Kristus
Raja Baciro memiliki batas yang memisahkan paroki ini dengan paroki
lainnya, yakni: Utara (Jalan Urip Sumoharjo), Selatan (Jalan Kusumanegara),
Barat (Kali Mambu atau Sungai Bau), Timur (Tambak Bayan). Sedangkan
paroki-paroki yang menjadi tetangga Paroki Kristus Raja Baciro, meliputi:
Utara (Paroki Pringwulung), Selatan (Paroki Bintaran), Barat (Paroki
Kotabaru), Timur (Paroki Kalasan)
2). Luas Tanah
Pada awalnya (1961), gedung gereja Paroki Kristus Raja Baciro berukuran
16 x 28 m2 . Beberapa kali paroki membeli tanah yang berada di sekitar gereja.
50
Sampai saat ini tanah yang dimiliki oleh Paroki Kristus Raja Baciro luasnya
62 x 35 m2. Di atas tanah milik paroki ini, didirikan pula beberapa bangunan
(foto terlampir), antara lain: pastoran, sekretariat paroki, TK Indriyasana, aula
paroki. Paroki sendiri belum memiliki bangunan gereja, yang ada saat ini
adalah aula yang digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan aktivitas
layaknya gereja. Pembangunan gedung gereja sendiri masih dalam
pembicaraan. Beberapa ruangan di tanah milik paroki sedang dalam perbaikan
dan pembangunan (foto terlampir).
d. Dinamika Umat Katolik
1). Jumlah Umat Katolik
Seperti diungkapkan dalam sejarah Gereja Paroki Kristus Raja Baciro,
pada awalnya paroki ini merupakan “kring” dari Paroki St. Antonius
Kotabaru dan terdiri dari 300 jiwa umat Katolik (dilihat ketika mereka
mengadakan Ekaristi di aula/bangsal PT Pabrik Cerutu Taru Martani). Setelah
Stasi Baciro menjadi paroki dan didirikanlah gedung gereja, jumlah umat yang
ada dalam data kartu paroki (1962) berjumlah 2.500 jiwa. Pada tahun-tahun
berikutnya umat semakin bertambah dan menurut data yang terakhir (2004),
jumlah umat di Paroki Kristus Raja Baciro ialah 6.628 jiwa dengan 1500
kepala keluarga.
2). Kegiatan Paroki
Selain bertambahnya jumlah umat, perkembangan umat pun semakin
nyata dengan banyaknya kegiatan yang dilakukan, baik dalam lingkup
51
gerejawi maupun kemasyarakatan, seperti organisasi yang pada awal
berdirinya Paroki Kristus Raja Baciro, dijalankan sesuai dengan pengetahuan
dan kemampuan terbatas yang dimiliki saat itu. Setelah umat dengan
bimbingan pastor paroki dapat diajak berpikir lebih jauh lagi, semakin
bertambahlah ide- ide dalam rangka pengembangan Gereja. Maka, di Paroki
Kristus Raja Baciro mulai disusun kepengurusan Dewan Paroki.
Dalam kepengurusan Dewan Paroki terdapat berbagai bidang dan bagian
yang harus diurus, seperti Bidang Liturgi membawahi koor & dirigen,
organis, lektor & pemazmur, dan sebagainya. Dari hasil wawancara dengan
pastor paroki yang sudah dituliskan di awal, menunjukkan banyak sekali
kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh umat dikoordinir oleh
bidang-bidang yang ada di paroki.
e. Kebijaksanaan Paroki
Menyangkut kebijaksanaan paroki, peneliti telah menyusun pedoman
wawancara kepada pastor paroki seperti yang tertulis dalam persiapan, berkaitan
dengan pembinaan katekumen. Hasil wawancara ialah sebagai berikut:
P 1 : Bagaimana cara pembagian tugas antar katekis dalam mendampingi
katekumen?
J : Pembagian tugasnya sebenarnya diserahkan pada katekis. Katekis di paroki banyak tapi yang khusus melayani katekumen ada 14 orang. Mereka sering mengadakan pertemuan, khususnya kalau menjelang pembinaan katekumen tahap pertama. Sebenarnya, diharapkan katekumen itu dibina di lingkungan masing-masing, tetapi tidak semua lingkungan memiliki katekis. Maka, terkadang kalau di lingkungan tersebut banyak katekumennya, dibina oleh katekis dari lingkungan lain. Bisa juga walaupun di lingkungan ada katekisnya tetapi waktu pembinaannya tidak
52
cocok dengan katekumen, katekumen dapat mengikuti pembinaan yang tempatnya di gereja oleh katekis yang rutin setiap minggunya mengadakan pembinaan. Jadi semua itu tergantung waktu saja, baik katekumen maupun katekisnya.
P 2 : Bagaimana prosedur penerimaan calon katekumen?
J : Mereka yang mau ikut pembinaan, dapat mendaftarkan diri di sekretaris paroki, ketua lingkungan, atau juga kepada katekis yang mungkin dikenalnya. Mereka yang mendaftar sesuai dengan waktu yang direncanakan, maksudnya pada awal-awal pembinaan dalam satu putaran maka dapat langsung mengikuti pembinaan dan kalau lancar serta tidak ada sesuatu yang terlalu menghalangi, maka katekumen tersebut pada akhir periode dapat langsung dibaptis. Paroki tetap terbuka bagi yang mendaftar pada tengah-tengah periode pembinaan tetapi memang tidak bisa langsung baptis seperti yang sudah mengikuti pembinaan lebih dulu.
P 3 : Bagaimana proses persiapan materi para katekis sebelum mendampingi
katekumen?
J : Masing-masing katekis cara menyampaikan materi berbeda-beda, tetapi apa yang disampaikan sudah dibicarakan lebih dahulu. Sebagian besar katekis menggunakan buku Mengikuti Yesus Kristus, tetapi untuk pengembangannya dapat menggunakan berbagai sumber.
P 4 : Bagaimana usaha pastor paroki untuk mengenal katekumen?
J : Selama masa pembinaan, saya memang tidak ikut membina secara langsung tetapi pada waktu mendekati penerimaan Sakramen Baptis, saya sendiri mengadakan wawancara dengan katekumen. Dengan wawancara itu, saya dapat melihat kesungguhan, motivasi, dan hal-hal lainnya yang dapat menentukan mereka dapat menerima Sakramen Baptis atau perlu ditunda pada periode yang akan datang.
P 5 : Kapan pelaksanaan penerimaan Sakramen Baptis di paroki?
J : Secara umum, Sakramen Baptis dewasa di paroki diadakan dua kali yaitu pada waktu Natal dan Paskah, biasanya satu atau dua hari sebelum hari raya tersebut. Sedangkan penerimaan Sakramen Baptis untuk anak dapat dilakukan kapan saja, tetapi memang perlu ada pembicaraan khusus antara orangtua dan pihak paroki.
53
P 6 : Bagaimana kebijakan paroki terhadap penerimaan Sakramen Baptis bagi
katekumen?
J : Dengan wawancara yang saya lakukan sendiri bersama katekumen, saya dapat menilai dan menentukan kebijakan akan siapa saja yang sudah boleh menerima Sakramen Baptis dan siapa yang ditunda dulu, mungkin ada hal yang belum beres. Bagi katekumen yang belum bisa menerima Sakramen Baptis itu, baik saya maupun katekis dapat membantu menyelesaikan apa yang menjadi penghalang belum bisanya katekumen menerima Sakramen Baptis.
f. Katekis Paroki
Data tentang katekis paroki terbagi menjadi dua, yaitu:
1). Jumlah Katekis
Katekis yang berada di Paroki Kristus Raja Baciro pada periode 2006-
2008 berjumlah 19 orang dengan bidangnya masing-masing, seperti
pembinaan katekumen, pembimbing krisma, dan pembimbing komuni
pertama. Untuk pembimbing katekumen sendiri berjumlah 14 orang. Berikut
adalah nama dan alamat katekis pembimbing katekumen.
NO NAMA ALAMAT 1 MM. Wuri Hartono Miliran Selatan 2 N. Arwita Yani Atmaji Semaki Gede 3 M. Dewi Sukmawati Pengok Kidul 4 Fx. Sutrisno Gedong Kuning 5 Fx. Muryoto Gendeng Utara 6 J.S. Budiwinoto Sorowajan Selatan 7 Fl. Susilo Hardo Gathak 8 Ida Gathak 9 Alex Sutadi Kanoman 10 VM. Prihatiningtyas Gedong Kuning 11 A.R. Muji Mulyo Sanggrahan GK 12 Murtini Brotowiratmo Sanggrahan GK 13 MG. Gani Sardjito Gendeng Selatan 14 Paul Martadi Gendeng Selatan
54
Katekis di paroki dengan jumlah seperti dalam tabel memiliki tugas
pelayanan dalam membina katekumen. Seperti dikatakan oleh pastor paroki,
bahwa tidak semua katekis “memiliki” katekumen yang dibina. Meskipun
demikian, semua katekis saling mendukung dalam pelayanan ini dengan cara
yang berbeda-beda, seperti dengan siap menggantikan pembinaan apabila
katekis yang membina tidak dapat melaksanakan pembinaan.
2). Peran Katekis
Katekis yang mendampingi katekumen sering disebut sebagai “guru” bagi
katekumen. Katekis tersebut memiliki peran yang sangat besar. Secara umum,
katekis mengajar, membimbing, dan mengantar katekumen kepada
pemahaman akan ajaran Gereja serta membantu katekumen dalam penjernihan
motivasi sampai pada persiapan menjelang penerimaan Sakramen Baptis.
Secara khusus, hidup katekis menjadi contoh dan teladan bagi katekumen.
Untuk itu, katekis perlu memberi teladan yang baik agar semakin meyakinkan
katekumen akan pribadi pengikut Kristus yang baik.
Menjadi katekis yang demikian tidaklah mudah, bahkan banyak terjadi hal
negatif yang tampak dari seorang katekis. Katekis Paroki Kristus Raja Baciro
sebagian besar telah melaksanakan tugasnya dengan baik bahkan menjadi
teladan dan motivator bagi katekumen. Ketika peneliti bertanya kepada pastor
paroki dengan kalimat pertanyaan: “Apakah katekis sudah melaksanakan
tugas pembinaan bagi katekumen dengan baik?” Jawaban pastor ialah:
“Memang tidak semua katekis aktif dalam mendampingi, bisa karena waktu
yang tidak sesuai dengan katekumen atau memang karena sangat sibuk.
55
Mungkin karena itulah, beberapa katekis memilih untuk tidak membina
daripada tetap membina tetapi tidak maksimal”.
Tanggapan pastor menunjukkan suatu keprihatinan akan pelayanan
katekis. Memang katekis memiliki tanggung jawab yang lain selain membina
katekumen, seperti mencari nafkah bagi keluarga. Mungkin dengan
pengalaman seperti ini dapat menjadi bahan untuk diangkat dan dibicarakan
kembali akan spiritualitas katekis. Katekis yang memiliki tekanan dalam
hatinya tidak akan dengan maksimal melayani orang lain, yang dalam hal ini
adalah katekumen. Hal ini menunjukkan pentingnya peran katekis dalam
Gereja, secara khusus dalam pembinaan katekumen.
g. Baptisan Baru
1). Jumlah Baptisan Baru
Sakramen Baptis yang diberikan kepada katekumen dilaksanakan pada
hari Natal dan Paskah. Katekumen yang telah dibaptis tersebut menjadi
baptisan baru dan bertempat tinggal di berbagai tempat, baik di Paroki Kristus
Raja Baciro maupun di luar paroki. Jumlah baptisan baru dari Tahun 2003
sampai Tahun 2007 (Paskah) sebanyak 362 orang. Sedangkan penerima
Sakramen Baptis bukan bayi atau berusia dewasa berjumlah 129 orang.
(Kesekretariatan Paroki Kristus Raja Baciro, 2003-2007).
2). Keterlibatan Baptisan Baru
Baptisan baru yang terlibat dalam kegiatan gerejawi merupakan harapan
Gereja, tetapi tidak semua baptisan baru demikian. Peneliti meminta
56
tanggapan pastor paroki terhadap baptisan baru perihal keterlibatan mereka
dalam hidup menggereja, sebatas yang dilihat selama ini.
P : Bagaimana tanggapan pastor melihat baptisan baru sehubungan dengan
keterlibatan mereka dalam kegiatan di paroki?
J : Baptisan baru ada yang aktif ada yang tidak. Jika untuk menjadi pengurus mereka kurang berani karena merasa masih baru. Keaktivan mereka tergantung masing-masing pribadi. Dalam hal berkegiatan, umat lainnya misalnya pengurus di lingkungan pasti mengundang, tetapi kalau baptisan baru sendiri yang benar-benar tidak mau pasti yang mengajak juga capai.
Memang tanggapan pastor ini masih secara umum sesuai dengan yang
terlihat selama ini, sikap dan cara umat dalam mengungkapkan imannya
beragam. Peneliti juga tidak bisa memberi nilai atau cap-cap terhadap apa
yang dilakukan umat, khususnya baptisan baru dengan sekali melihat. Perlu
dilihat lebih jauh, apa yang melatarbelakangi kemauan atau ketidakmauan
baptisan baru dalam mengikuti kegiatan gerejawi.
2. Pembinaan Katekumen di Paroki Kristus Raja Baciro
Berikut ini adalah laporan, hasil, dan pembahasan penelitian yang berupa
jawaban responden melalui wawancara. Wawancara dilakukan kepada responden
yang berjumlah 25 orang. Jumlah responden ini memang tidak sesuai dengan yang
telah direncanakan, yaitu 36 responden. Kurangnya sampel yang ditemukan dan
diwawancarai oleh peneliti dikarenakan beberapa hal, antara lain: Pertama,
sebagian besar populasi yang telah dibaptis tidak lagi berada di Paroki Kristus
Raja Baciro bahkan ada yang ke luar kota, karena pada waktu mengikuti
pembinaan sampai menerima Sakramen Baptis ada keperluan sehingga mengikuti
57
proses tersebut di paroki ini. Kedua, alamat lengkap baptisan baru tidak tercatat
dalam arsip sekretaris paroki dan ketua lingkungan pun tidak mengetahui
keberadaan baptisan baru yang ada di lingkungannya. Jawaban responden sesuai
dengan pertanyaan dan pedoman wawancara dapat dilihat dalam lampiran 1,
halaman (1)-(15).
Inti jawaban responden yang dirasa sama, dikelompokkan dalam bentuk tabel,
sebagai berikut :
Tabel 1. Pengelompokkan Inti Jawaban Responden
NO TEMA WAWANCARA
INTI JAWABAN RESPONDEN JUMLAH RESPONDEN
Semakin yakin untuk menjadi pengikut Kristus
5
Belajar banyak tentang Gereja Katolik
3
Menambah pengetahuan tentang agama Katolik
4
Merasa didampingi 1 Menambah banyak teman untuk saling menguatkan
4
1
Makna masa katekumenat
Supaya bisa menerima Sakramen Baptis
10
Menyenangkan
16
Menarik 2 Menambah ilmu 1 Tidak menambah ilmu 3
2
Tanggapan terhadap proses pembinaan pada masa katekumen
Membosankan
6
Selalu
13
Sering 5
3
Frekuensi kehadiran responden dalam pertemuan pembinaan
Kadang-kadang 7
58
Motivasi untuk menjadi Katolik menjadi kokoh dan kuat
2
Terdukung dan terdorong untuk lebih kuat mendalami iman Katolik
5
Lebih yakin untuk masuk ke agama Katolik
4
Semakin menjiwai iman yang mulai tumbuh
1
Semakin pintar/bertambah pengetahuan akan ajaran Gereja Katolik
17
Kenalan baru 1
4
Hasil yang dirasakan dari pembinaan pada masa katekumenat
Menerima Sakramen Baptis
2
Mengulang-ulang materi
2
Sulit dimengerti 4 Memberikan contoh yang konkret 6 Menyentuh perasaan responden 3 Tanya jawab 3 Memberitahu dengan kata-kata 6 Menggunakan perumpamaan-perumpamaan
1
Materinya monoton Terbuka terhadap pertanyaan dari responden
1
Terbuka terhadap pertanyaan responden
2
Berbicaranya baik 1 Memberi semangat (memotivasi) dengan kata-kata
1
Memberi catatan 1 Mengajak berbincang di luar jam pertemuan
1
5
Kesan terhadap cara katekis dalam membina
Memberitahukan dengan pelan-pelan
1
Memberi contoh sebagai umat yang aktif
3
Mengiingatkan terus untuk terlibat 13
6
Usaha katekis dalam membantu responden untuk terlibat dalam kegiatan gerejawi
Bertanya tentang keterlibatan responden di luar pertemuan
2
59
Memberi buku untuk minta tanda tangan menunjukkan keterlibatan
11
Mengetahui
22
Kurang tahu 2
7
Pengetahuan responden terhadap adanya kegiatan yang melibatkan umat di lingkungan/paroki
Tidak tahu 1
Aktif Alasan: • Senang dan tenang bisa berdoa
bersama orang Katolik (6) • Senang berkegiatan (1) • Tidak ada kegiatan lain yang
menyita waktu (2) • Merasakan punya banyak
saudara (1) • Memiliki teman bercerita (1) • Supaya lebih mengenal umat (1)
7
8
Keaktivan dalam kegiatan atau bidang-bidang yang ada di lingkungan/paroki dan alasannya
Kurang Aktif Alasan: • Tidak kuat berjalan jika kegiatan
di luar rumah (1) • Waktu kegiatan terkadang
bertabrakan dengan jam kerja, tetapi kadang masih sempat ikut kegiatan (3)
• Anak yang rewel (1) • Untuk doa rosario lebih memilih
doa sendirii (1) • Lelah berkegiatan di sekolah (2) • Lelah karena kegiatan yang
bermacam-macam (1) • Waktu kegiatan di lingkungan
bertabrakan dengan kegiatan lainnya (1)
• Malas (2) Supaya mengenal umat (1)
13
60
Tidak aktif Alasan: • Waktunya bertabrakan dengan
jam bekerja (3) • Sakit hati dengan orang-orang
di paroki (1) • Memiliki anak yang nakal/rewel
(2) • Sebal dengan umat yang
bicaranya kasar (1) • Lelah bekerja (1) • Belum terbiasa berkumpul (1) • Ragu-ragu dan malu (2)
5
Seperti keluarga
1
Baik 12 Ramah 2 Biasa saja 3 Gak tahu 7 Suka gosip 4
9
Kesan terhadap umat Katolik yang ada di lingkungan
Tidak terbuka
1
Selain hasil wawancara yang diringkas seperti dilaporkan dalam tabel 1,
peneliti juga meringkas dan menggelompokkan dengan memberi penilaian dari
tanggapan responden. Peneliti mengelompokkan tanggapan responden menjadi
dua, yaitu positif dan negatif. Nilai Positif diberikan kepada tanggapan responden
yang bersifat baik dan mendukung, baik proses, pembimbing, keterlibatan mereka,
maupun kesan baik terhadap yang dilakukan oleh umat. Sedangkan nilai negatif
diberikan kepada tanggapan responden yang bersifat tidak baik, tidak mendukung
proses dan pembimbing, ketidakterlibatan responden dalam kegiatan yang ada di
lingkungan/paroki, serta kesan responden terhadap umat yang tidak baik.
61
Tabel 2. Penilaian Terhadap Jawaban Responden
NO ASPEK YANG DIUKUR POSITIF NEGATIF (1) (2) (3) (4)
1
Pembinaan Katekumenat • Makna masa katekumenat • Tanggapan terhadap proses
pembinaan pada masa katekumenat
• Kehadiran dalam pertemuan
pembinaan • Hasil dari pembinaan pada
masa katekumenat
2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 17, 18, 19, 21, 22, 25 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 25 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 17, 18, 19, 22, 24 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25
1, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 20, 23, 24 1, 4, 12, 14, 15, 16, 23, 24 1, 2, 3, 9, 12, 13, 14, 15, 16, 20, 21, 23, 25, 14
2
Peran Katekis • Kesan terhadap cara katekis
dalam membina • Usaha katekis melibatkan
dalam kegiatan gerejawi
1, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25
2, 4, 9, 14, 16, 23 1, 2, 4, 9, 16
3
Keterlibatan Baptisan Baru • Pengetahuan akan kegiatan
di lingkungan/paroki • Keaktivan dan alasan dalam
kegiatan di lingkungan/paroki
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25 2, 4, 6, 8, 10, 17, 20,
11, 12, 16, 1, 3, 5, 7, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 21,
62
• Kesan terhadap umat di
lingkungan/paroki
2, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 14, 15, 19, 21, 22, 25
23, 24 1, 5, 9, 11, 12, 13, 16, 17, 18, 20, 23, 24
Jumlah 149 76
Setelah menilai dan mengelompokkan jawaban responden dalam nilai positif
dan negatif, peneliti membandingkan kedua nilai tersebut dengan menghitung
prosentasenya berdasarkan pedoman wawancara dan pertanyaannya.
Tabel 3. Prosentase Pembinaan Katekumen
NO PERTANYAAN JUMLAH JAWABAN
RESPONDEN POSITIF (%) NEGATIF (%)
(1) (2) (3) (4) 1 2
3
4
Makna masa katekumenat
Tanggapan terhadap proses pembinaan pada masa katekumenat Kehadiran dalam pertemuan pembinaan Hasil dari pembinaan pada masa katekumenat
15 (60 %)
17 (68 %)
12 (48 %)
24 (96 %)
10 (40 %)
8 (32 %)
13 (52 %)
1 (4 %)
63
Tabel 4. Prosentase Peran Katekis
NO PERTANYAAN JUMLAH JAWABAN RESPONDEN
POSITIF (%) NEGATIF (%) (1) (2) (3) (4)
1 2
Kesan terhadap cara katekis dalam membina Usaha katekis melibatkan dalam kegiatan gerejawi
19 (76 %)
20 (80 %)
6 (24 %)
5 (20 %)
Tabel 5. Prosentase Keterlibatan Baptisan Baru
NO PERTANYAAN JUMLAH JAWABAN RESPONDEN
POSITIF (%) NEGATIF (%) (1) (2) (3) (4)
1 2 3
Pengetahuan akan kegiatan di lingkungan/paroki Keaktivan dan alasan dalam kegiatan di lingkungan/paroki Kesan terhadap umat di lingkungan/paroki
22 (88 %)
7 (28 %)
13 (52 %)
3 (12 %)
18 (82 %)
12 (48 %)
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang telah dilaporkan, akan dibahas satu per satu dalam
bagian ini. Pembahasan terdiri dari: pengelompokkan inti jawaban responden,
penilaian terhadap jawaban responden, dan prosentase jawaban responden.
64
1. Pengelompokkan Inti Jawaban Responden
Peneliti melaporkan wawancara dengan responden secara utuh. Laporan
wawancara sesuai dengan pedoman wawancara. Peneliti memang tidak
melaporkan wawancara berupa jawaban responden secara detail karena selain
peneliti tidak menggunakan alat bantu selama wawancara, seperti alat perekam.
Bahasa yang digunakan oleh responden dalam menjawab pertanyaan peneliti juga
bukanlah bahasa yang baku sehingga peneliti tidak dapat menuliskan dalam
laporan ini. Apabila bahasa sebenarnya dari responden yang dilaporkan oleh
peneliti, maka pembaca akan mengalami kesulitan mencari inti dari jawaban
tersebut. Dengan demikian peneliti membantu dengan menambah atau mengganti
beberapa kata dari jawaban responden dengan kata-kata peneliti sendiri. Meskipun
demikian, peneliti tidak merubah arah dan inti dari jawaban responden. Peneliti
melakukan wawancara dengan responden satu per satu sehingga baik dari segi
peneliti maupun responden tidak merasakan ada pengaruh dari luar untuk bertanya
atau menjawab.
Jenis wawancara yang dilakukan peneliti bukanlah dengan bertanya secara
“runtut” sesuai dengan pedoman wawancara dan pertanyaan-pertanyaan yang
telah dipersiapkan, melainkan peneliti dalam proses wawancara bertanya dengan
kesan santai sesuai dengan situasi responden. Demikian pula dengan pertanyaan
yang telah dipersiapkan tidak ditanyakan secara runtut karena peneliti merasa jika
bertanya secara runtut, proses wawancara akan terkesan kaku. Dengan jenis
wawancara yang digunakan peneliti ini sebenarnya memang membuat peneliti
kesulitan dalam hal perangkuman. Maka peneliti selalu dengan segera membaca
65
kembali catatan singkat yang dibuat selama wawancara dan menyusunnya sesuai
dengan panduan wawancara. Segi positif yang didapat dari jenis wawancara ini
ialah bahwa peneliti memperoleh jawaban yang kaya dari sekedar menjawab
pertanyaan yang disusun oleh peneliti. Dengan kekayaan jawaban ini, membuat
peneliti sedikit merubah desain dan menambah pertanyaan wawancara yang
sebelumnya tidak direncanakan. Peneliti sebagai instrumen utama dapat melihat
dengan dekat dan berusaha memahami setiap ungkapan responden. Dengan
demikian, peneliti merasa terbantu pula dalam pembuatan kesimpulan.
Wawancara secara utuh yang telah dilaporkan, dicari intinya oleh peneliti.
Metode penelitian kualitatif ini sangat membantu dalam menemukan inti dari
tanggapan responden terhadap pertanyaan peneliti. Peneliti sebagai instrumen
utama dapat menangkap maksud dari setiap ucapan responden sehingga peneliti
dapat menemukan inti jawaban. Wawancara yang telah dilaporkan dicari intinya
dan dikelompokkan dalam jawaban-jawaban yang sama. Cara ini membantu
melihat prosentase jawaban responden. Peneliti juga dapat melihat dan
mengelompokkan jawaban akan pertanyaan “Apa saja yang dialami responden
dan alasannya?”. Pertanyaan umum ini menuju pada pertanyaan khusus dalam
rumusan masalah.
a. Makna Masa Katekumenat:
Responden memaknai masa katekumenat sebagian besar positif karena hampir
sesuai dengan tujuan dari pembinaan pada masa katekumenat. Meskipun demikian
66
ada yang secara dangkal memaknai masa katekumenat hanya agar bisa menerima
Sakramen Baptis.
b. Tanggapan terhadap proses pembinaan pada masa katekumenat:
Proses pembinaan sebagian besar ditanggapi oleh responden secara positif,
yakni menyenangkan. Kata ”menyenangkan” menunjukkan ungkapan reaksi dari
apa yang telah dilakukan oleh orang atau pihak lain. Dalam hal ini, katekis
sebagai pembimbing katekumen dapat membuat reaksi positif dari responden atau
katekumen. Rasa senang ini apabila dikembangkan, dapat memiliki makna yang
lebih mendalam lagi.
c. Kehadiran dalam pertemuan pembinaan:
Sebagian besar responden selama menjadi katekumen selalu mengikuti
pembinaan, tetapi ada beberapa responden yang mengatakan jarang karena
beberapa alasan.
d. Hasil yang dirasakan dari pembinaan pada masa katekumenat:
Sebagian besar mengatakan bahwa dengan pembinaan memperoleh hasil
berupa pengetahuan tentang ajaran Gereja Katolik. Semua responden
mendapatkan hasil, walaupun ada pula yang dangkal. Terdapat beberapa
responden mengatakan bahwa dengan pembinaan, hasilnya adalah Sakramen
Baptis. Apabila hasilnya ini, maka semua katekumen pasti juga mendapatkan.
67
e. Kesan terhadap cara katekis dalam membina:
Di sini secara khusus, peneliti meminta responden untuk menilai katekis
sebagai pembimbing responden selama masa katekumenat. Sebagian besar
responden menilai positif terhadap katekis karena cara katekis dalam
menyampaikan materi dirasakan menarik dan mudah dimengerti.
f. Usaha katekis dalam membantu untuk terlibat dalam kegiatan gerejawi:
Sebagian besar katekis berusaha agar katekumen aktif mengikuti kegiatan
dengan terus mengingatkan, bahkan katekis sendiri memberi contoh
keterlibatannya dalam hidup menggereja.
g. Pengetahuan akan kegiatan yang di lingkungan/paroki yang melibatkan umat:
Peneliti ingin mengetahui sejauh mana pengetahuan responden akan kegiatan
yang ada di lingkungan dan parokinya. Jadwal Misa di gereja paroki, diketahui
oleh semua responden, tetapi untuk kegiatan di lingkungan tidak semua responden
tahu. Sedangkan dari hasil penelitian, di lingkungan banyak diadakan kegiatan
dan sebagian besar responden mengetahui hal itu.
h. Keaktivan dalam kegiatan atau bidang-bidang yang ada di lingkungan/paroki
dan alasannya:
Kegiatan di lingkungan diketahui oleh hampir semua responden tetapi dari
hasil wawancara dan jawaban responden sendiri, sebagian besar dari responden
tidak aktif mengikuti kegiatan tersebut. Alasan yang melatarbelakangi tindakan
68
responden bermacam-macam. Ada pula responden yang aktif dan memiliki alasan
yang sangat baik, baik bagi dirinya maupun bagi umat di lingkungannya.
i. Kesan terhadap umat Katolik yang ada di lingkungan:
Pertanyaan terakhir ini dibuat oleh peneliti setelah melakukan wawancara
kepada responden pertama yang ternyata dianggap baik untuk dimasukkan dalam
pedoman wawancara. Peneliti menjadi terbuka akan keadaan umat yang
sebenarnya, baik suka maupun duka. Ketika peneliti memberi pertanyaan ini
kepada responden yang lain, memang ditemukan segi negatif pandangan
responden terhadap umat lainnya. Segi positif memang lebih banyak dan ini
menunjukkan keadaan umat yang tidak terlalu buruk.
2. Penilaian Terhadap Jawaban Responden
Tabel 2 dalam laporan penelitian, merupakan laporan hasil penelitian yang
telah dikelompokkan oleh peneliti secara positif dan negatif. Peneliti memasukkan
jawaban responden ke kolom positif dan negatf sebagai bentuk penilaian terhadap
jawaban responden. Penilaian yang dilakukan juga bukan mengada-ada,
melainkan dari jawaban sesungguhnya dari responden. Ada beberapa jawaban
yang secara “harafiah” seharusnya masuk dalam kolom positif, tetapi oleh peneliti
dimasukkan dalam kolom negatif. Hal ini dikarenakan peneliti sendiri yang pada
waktu mewawancarai responden, melihat ekspresi responden secara langsung.
Perlu diingat lagi bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen
utama.
69
3. Prosentase jawaban responden.
Perhitungan jawaban responden atas seluruh pertanyaan lebih mengarah ke
positif daripada negatif. Jumlah jawaban yang positif sebanyak 149 dan yang
negatif sebanyak 76.
Dari pertanyaan bagian A “Pembinaan Katekumenat” yang pertama, yaitu:
“Apa makna masa katekumenat bagi Anda?”, sebagian besar (60 %) memaknai
secara positif dan sebagian kecil (40 %) memaknai secara negatif dan dirasa
dangkal oleh peneliti. Kedua, “Bagaimana tanggapan Anda terhadap proses
pembinaan pada masa katekumenat?”, sebagian besar (68 %) mengatakan
prosesnya baik dan menyenangkan. Ketiga: “Seberapa sering Anda hadir dalam
pertemuan pembinaan?”, sebagian besar (52 %) mengatakan tidak selalu hadir
(negatif). Keempat: “Bagaimana hasil yang Anda rasakan dari pembinaan pada
masa katekumenat?, sebagian besar (96 %) mengatakan mendapatkan hasil yang
positif.
Dari pertanyaan bagian B “Peran Katekis” yang pertama, yaitu: “Bagaimana
kesan Anda terhadap cara katekis dalam membina?” sebagian besar (76 %)
menilai positif dan berarti cara katekis dirasa sudah baik. Kedua: “Bagaimana
usaha katekis dalam membantu Anda untuk terlibat dalam kegiatan gerejawi?”,
sebagian besar responden (80 %) mengatakan sudah baik (positif) dan mereka
merasakan sungguh usaha dari katekis.
Dari pertanyaan bagian C “Keterlibatan Baptisan Baru” yang pertama, yaitu:
“Apakah di lingkungan/paroki Anda terdapat kegiatan yang melibatkan umat?”,
sebagian besar responden mengetahui bahwa ada kegiatan di lingkungan/paroki
70
(positif). Kedua: “Sejauh mana Anda aktif dan alasannya dalam kegiatan atau
bidang-bidang yang ada di lingkungan/paroki?”, sebagian besar responden (82 %)
mengatakan kurang aktif (negatif). Ketiga: “Bagaimana kesan Anda terhadap
umat Katolik yang ada di lingkungan Anda?”, pertanyaan ini ingin melihat banyak
hal seperti apakah responden mengenal umat di sekitarnya dan penilaian
responden terhadap umat yang berpengaruh terhadap keaktivan responden dan
umat lainnya. Tanggapan responden terhadap umat di lingkungan sebagian besar
(52 %) baik (positif).
D. Kesimpulan Hasil Penelitian
Setelah mengadakan penelitian kualitatif dan mendeskripsikan hasil penelitian
ini, peneliti akan memberikan kesimpulan. Penelitian dengan metode deskriptif
kualitatif yang digunakan oleh peneliti ini lebih menekankan proses daripada
hasil, walaupun sebelum mengadakan penelitian sudah berharap akan menemukan
hasil seperti yang direncanakan. Proses yang ditekankan dalam penelitian ini
menghantar peneliti dalam mencari data dengan menggunakan alat bantu
instrumen berupa wawancara. Sebelum wawancara, peneliti telah menyusun
pedoman yang akan membantu dalam proses wawancara. Memang pedoman
wawancara tersebut membantu dalam proses wawancara, tetapi kembali diingat
penekanan dalam metode penelitian ini bahwa instrumen utama adalah peneliti
sendiri, sehingga peneliti perlu berusaha semampunya untuk menemukan data
yang dibutuhkan baik yang telah direncanakan maupun yang ditemukan tanpa
direncanakan.
71
Sebagian besar responden telah memahami makna dari masa katekumenat,
meskipun banyak yang memaknainya sebatas pengetahuan, dalam artian memberi
makna masa katekumenat sebagai masa untuk mempersiapkan katekumen kepada
upacara penerimaan Sakramen Baptis. Selain itu, yang banyak pula diungkapkan
responden ialah materi yang diberikan selama pembinaan pada masa katekumenat
menambah pengetahuan dan pemahaman tentang Gereja dan ajarannya. Ada pula
responden yang memaknai masa katekumenat secara mendalam, yakni semakin
meyakinkan mereka untuk menjadi pengikut Yesus.
Proses pembinaan pada masa katekumenat dirasakan sebagian besar baptisan
baru sudah baik. Penilaian “baik” tersebut dilihat dari segi suasana dan
manfaatnya, seperti menyenangkan, menambah pengetahuan, dan menarik.
Walaupun pada kenyataannya, sebagian besar responden jarang menghadiri
pertemuan pembinaan. Pembinaan pada masa katekumenat sudah berhasil sebatas
pemahaman katekumen yang siap dibaptis. Dalam membina, katekis dirasakan
sudah cukup baik oleh responden. Metode yang digunakan pun bermacam-macam
walaupun belum sepenuhnya menggunakan alat-alat modern sesuai dengan
perkembangan zaman, tetapi responden sudah dapat menerimanya. Katekis tidak
tinggal diam berkaitan dengan keterlibatan responden, melainkan terus
mengupayakan agar responden, baik sebelum maupun sesudah dibaptis, terus
terlibat dalam kegiatan menggereja.
Hampir semua responden tahu jadwal kegiatan, baik di paroki maupun di
lingkungan, tetapi tidak semua bahkan sebagian besar mengatakan tidak aktif
berkegiatan. Ketidakaktivan umat dalam kegiatan gerejawi dikarenakan beberapa
72
hal yang beragam, seperti sibuk bekerja, lelah sepulang kerja atau sekolah, dan
sebagainya. Kenyataan bahwa banyak baptisan baru yang tidak terlibat secara
langsung dalam kegiatan gerejawi dapat membawa umat kepada kerenggangan
hubungan dengan umat lainnya dan apabila hal demikian terjadi terus-menerus,
baptisan baru pun akan merasakan kesendirian. Perasaan ”sendiri” yang demikian
akan mengakibatkan hal lainnya yang lebih memprihatinkan. Dengan demikian,
perlu diupayakan agar umat dapat mengatasi kendala-kendalanya dan lebih
terlibat dalam kegiatan gerejawi sehingga tidak merasakan dampak-dampak
negatif seperti yang disebutkan di atas.
Alasan ketidakaktivan responden dalam kegiatan gerejawi, apabila disoroti
lebih dalam, ditemukan dan dapat digolongkan menjadi 3, yaitu dikarenakan diri
sendiri, orang lain, dan hal-hal lain yang tidak dapat dikendalikan oleh responden
sendiri. Diri sendiri sebagai penentu tindakan dan hidup setiap orang, demikian
juga responden, terkadang malah menghalang-halangi responden untuk aktif
berkegiatan. Diri sendiri yang tidak memiliki semangat dan tekad sering
membawa responden kepada kepasivan. Apabila responden selalu mencari
kesenangan diri sendiri saja dan mengabaikan kepedulian orang lain ataupun
kebahagiaan bersama dengan orang lain, maka selamanya tidak akan ‘mengenal’
orang lain dalam suatu kegiatan bersama. Alasan yang berasal dari umat Katolik
yang ada di lingkungan dan paroki membuat peneliti prihatin. Umat Katolik yang
sama-sama berimankan Yesus Kristus, yang seharusnya saling mendukung
dengan penuh kasih, tidak jarang ternyata malah secara tidak disadari
menghalang-halangi umat lainnya untuk memperoleh kebahagiaan. Perlakuan dan
73
sikap umat yang tidak wellcome terhadap kehadiran umat Katolik yang baru,
bahkan terkadang terang-terangan berbicara tidak baik, berpengaruh negatif
terhadap umat yang baru sehingga mereka enggan terlibat dalam kegiatan yang
ada. Alasan yang masuk dalam golongan ketiga ialah hal yang tidak dapat
dikendalikan oleh responden dan mau tidak mau harus diikuti, seperti bekerja, les,
dan sebagainya. Alasan tersebut dikatakan tidak dapat dikendalikan karena entah
berhubungan dengan pihak lain maupun waktu dan kegiatan yang membutuhkan
kehadiran responden karena tidak dapat digantikan di lain waktu atapun oleh
orang lain. Ketiga golongan penyebab ketidakaktivan responden dalam hidup
menggereja yang ditemukan oleh responden perlu dipandang serius dan
terhadapnya perlu dilakukan sesuatu.
74
BAB IV
REKOLEKSI SEBAGAI USULAN PENYEMPURNAAN
PEMBINAAN KATEKUMEN
Bab IV merupakan bentuk konkret kegiatan dan upaya yang akan dilakukan
penulis dalam menanggapi hasil penelitian yang diuraikan pada bab III. Bab IV
terdiri dari 5 bagian, meliputi: latar belakang penyempurnaan pembinaan
katekumen, rekoleksi sebagai pilihan penyempurnaan pembinaan katekumen,
tema dan tujuan rekoleksi, penempatan materi dalam program, dan usulan
rekoleksi.
A. Latar Belakang Penyempurnaan Pembinaan Katekumen
Pembinaan bertujuan menjadikan orang yang dibina menjadi lebih baik. Iman
seseorang juga harus terus dibina agar tetap terolah dan terjaga, walaupun tidak
menutup kemungkinan dengan pembinaan iman malah membuat iman seseorang
memudar. Pudarnya iman seseorang setelah pembinaan bukan berarti pembinaan
yang dilakukan telah gagal, melainkan ada kemungkinan lain yang dapat
dikatakan bahwa: “itulah hasil yang lebih baik dari apa yang dimilikinya selama
ini”. Pilihan seseorang adalah kebebasan selama masih dalam taraf wajar dan
sesuai dengan norma umum yang ada di masyarakat. Pemilihan agama juga
merupakan suatu kebebasan dan tidak ada yang bisa menghalang-halangi ataupun
memaksakannya. Setiap orang bebas menentukan pilihan agamanya. Kebebasan
itu juga mengarah kepada keterikatan di mana dapat dikatakan terikat namun
75
bebas. Arti dari kalimat tersebut dalam hal ini bahwa seseorang yang telah
memilih suatu agama dengan bebas akan masuk dalam keterikatan di mana orang
tersebut harus siap menjalani konsekuensi yang ada didalamnya.
Seseorang yang memilih untuk beragama Katolik diajak untuk terlibat dalam
kegiatan-kegiatan Gereja Katolik. Orangtua Katolik juga memiliki kewajiban
membawa anaknya kepada keselamatan, yakni dengan membaptis dan mendidik
secara Katolik. Demikian juga si anak yang dibaptis pada waktu masih bayi, tidak
bisa “marah-marah” kepada orangtuanya karena dianggap memaksakan kehendak
mereka. Anak yang dibaptis pada waktu bayi perlu bersyukur bahwa orangtua
memikirkan iman dan masa depannya. Bagi anak yang tidak menerima status
agamanya, dapat menggunakan kebebasannya memilih agama dan iman yang lain
ketika sudah bisa berfikir dan bertanggung jawab. Umat beragama non Katolik
pun demikian, ketika memilih untuk menjadi Katolik harus menjalani pembinaan
yang dilakukan oleh Gereja dengan bantuan katekis. Masa pembinaan tersebut
dinamakan masa katekumenat dan orang yang dibina disebut katekumen. Baptisan
baru adalah mereka yang telah menyelesaikan masa katekumenat dan menerima
Sakramen Baptis. Dengan demikian, baptisan baru adalah anggota Gereja yang
wajib menerima konsekuensinya sebagai orang Katolik. Konsekuensi menjadi
anggota Gereja ada yang “membahagiakan” tetapi ada pula yang “menakutkan”.
Segala hak baptisan baru dan umat Katolik lainnya mengarah kepada kebahagiaan
surgawi dan kewajibannya pun sebenarnya juga untuk mendatangkan rahmat dan
kebahagiaan apabila dilaksanakan dengan ketekunan. Baptisan baru yang telah
menyelesaikan pembinaan pada masa katekumenat dan menerima Sakramen
76
Baptis bukan berarti sudah menyelesaikan tugasnya melainkan masih banyak lagi
yang harus dilakukan untuk meneladani Yesus sebagai murid atau pengikut-Nya.
Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada bab III, penulis menemukan
alasan ketidakaktivan baptisan baru dalam hidup menggereja dan mengangkat
kembali dalam bab IV ini. Memang selama pembinaan, katekis sudah melakukan
banyak hal sebagai pendorong katekumen untuk terlibat dalam hidup menggereja,
tetapi pada kenyataannya banyak baptisan baru tidak terlibat dalam hidup
menggereja. Alasannya yang mempengaruhinya pun bermacam-macam dan
penulis telah menggolongkan menjadi 3 golongan, yakni diri sendiri, dari umat
Katolik (orang lain), dan hal yang sulit dihindarkan. Ketiga golongan alasan
tersebut memiliki tingkatan pengaruh terhadap keaktivan baptisan baru.
Berdasarkan alasan tersebut, penulis akan mengupayakan suatu program
pengembangan bagi katekumen sebelum menerima Sakramen Baptis. Memang
masalah di atas diungkapkan oleh baptisan baru, tetapi untuk berbuat sesuatu bagi
mereka teramat sulit karena mereka amat sulit dikumpulkan. Oleh sebab itu
penulis ingin berbuat sesuatu untuk katekumen yang belum mengalami masalah di
muka dan diharapkan bisa mengatasi kendala-kendala di muka tersebut.
B. Rekoleksi Sebagai Pilihan Model Penyempurnaan Pembinaan
Katekumen
Pembinaan khusus bagi katekumen sebagai pengembangan ini akan
dilaksanakan dalam model rekoleksi dengan 3 kali di waktu yang berbeda. Penulis
berharap bahwa dengan rekoleksi pada waktu yang sudah diperhitungkan dan
77
menjadi kegiatan yang berkelanjutan dapat membantu katekumen dalam
mengantisipasi hal-hal negatif yang mungkin dialami sebagai orang Katolik,
sekaligus dalam mengembangkan motivasi guna menghadapi kendala-kendala
tersebut. Rekoleksi ini tidak terlepas dari pembinaan rutin yang dilakukan oleh
katekis karena maksud rekoleksi ini ialah sebagai pemantapan setelah katekumen
mengikuti beberapa rangkaian pembinaan.
Kata dalam Bahasa Indonesia “koleksi” berarti kumpulan (Depdikbud, 1988:
450). Istilah ini dapat mengantar pada pengertian rekoleksi yang dalam Bahasa
Inggris terdapat istilah re-col lect yang berarti mengumpulkan kembali dan istilah
rec-ol lection yang berarti kemampuan mengingat (Salim Peter, 1990: 1597).
Istilah rekoleksi yang dikenal dan sering didengar di telinga umat, khususnya
umat Katolik memiliki arti yang tidak jauh berbeda dari arti kata dasarnya. Dalam
Buku “Membimbing Rekoleksi”, dijelaskan pengertian rekoleksi yaitu sebagai
usaha untuk memperkembangkan kehidupan iman atau rohani (Mangunhardjana,
SJ., 1985: 7). Rekoleksi juga membantu umat atau peserta rekoleksi meresapkan
pengalaman hidup rohani, mengevaluasi pengalaman selama ini, dan mencoba
menemukan langkah- langkah baru, bagi perjuangan hidup selanjutnya
(Darmawijaya, Pr., 1990: 5).
Terdapat berbagai macam rekoleksi berdasarkan waktu penyelenggaraannya
yang ditulis berdasarkan inspirasi dari Buku Membimbing Rekoleksi
(Mangunhardjana, SJ., 1985: 17-18), yaitu: Periodik selama sepanjang tahun,
seperti rekoleksi para imam dan biarawan-biarawati yang dilakukan satu bulan
satu kali; Periodik bukan selama sepanjang tahun, melainkan hanya dalam masa-
78
masa liturgis tertentu, seperti rekoleksi di kalangan umat selama masa Adven atau
Prapaskah yang diadakan setiap minggu; Aksidentil tidak tetap, karena
berhubungan dengan peristiwa penting tertentu, seperti pelantikan pengurus
Mudika, terpecahkannya masalah dalam sebuah keluarga, dan sebagainya;
Aksidentil tanpa ada hubungan dengan peristiwa atau peringatan tertentu,
melainkan karena sedang ada minat, biaya, waktu, dan ada pendampingnya,
seperti rekoleksi keluarga Katolik lingkungan.
Rekoleksi dapat dilaksanakan secara pribadi maupun kelompok. Rekoleksi
pribadi dapat dilakukan tanpa pembimbing dan dengan pembimbing. Demikian
pula dengan rekoleksi kelompok ada yang tanpa pembimbing, tetapi tetap
diperlukan seseorang untuk menyampaikan uraian secara singkat kepada peserta
rekoleksi dan ada yang dilakukan dengan bimbingan seseorang atau beberapa
orang pembimbing (tim). Bahan yang dioleh diambil dari pengalaman hidup yang
sudah dijalani sebelumnya. Waktu rekoleksi biasanya setengah sampai satu hari
penuh sehingga dapat dikatakan waktu dalam rekoleksi sangat sedikit
dibandingkan dengan retret, yakni mengasingkan diri ke tempat sunyi
(Mangunhardjana, SJ., 1985: 7) dan biasanya waktunya lebih lama dan bahannya
diambil dari pengalaman peserta pada masa lampau atau masa sesudah retret yang
terakhir, apabila peserta retret sering mengadakan retret (periodik).
Mengingat waktu rekoleksi yang pendek, maka bahan yang digunakan
dibatasi. Pembatasan bahan tersebut dapat dilakukan dengan menentukan tema.
Dengan tema, perhatian pembimbing dan peserta dipusatkan dan diarahkan
kepada satu hal saja. Tinjauan dalam rekoleksi ialah karya Allah, cara kerja serta
79
bimbingan-Nya dan tanggapan kita atas karya Allah. Dibandingkan dengan retret,
rekoleksi yang memiliki waktu lebih pendek dan bahan dibatasi maka rekoleksi
dapat juga disebut sebagai retret mini.
Peserta rekoleksi bermacam-macam baik dari sujud jenis kelamin, umur dan
status hidup. Rekoleksi dapat diikuti baik oleh pria, wanita, tua, muda, dewasa,
anak-anak, awam, biarawan, berkeluarga, bujangan, berpendidikan tinggi,
berpendidikan rendah, petani, pedagang, maupun wiraswastawan. Setiap sekali
pelaksanaan rekoleksi, jumlah peserta juga mempengaruhi. Biasanya yang terjadi
ialah semakin besar jumlah peserta, semakin terbatas tehknik yang dapat dipakai
dan sukar mengatur sesuai dengan perkembangan proses dan tujuan rekoleksi,
serta semakin sulit mengamati dan mengarahkan peserta rekoleksi. Demikian
sebaliknya, semakin sedikit peserta rekoleksi akan memudahkan dalam segala hal.
Dari pengalaman (Mangunhardjana, SJ., 1985: 23), jumlah kelompok peserta
rekoleksi yang ideal terdiri 40 sampai 45 orang, karena jumlah tersebut dapat
dikatakan cukup besar namun tetap cukup mudah “dikuasai” dalam arti baik.
Dalam menanggapi permasalahan dan demi peningkatan baptisan baru ke arah
yang lebih baik daripada beberapa baptisan baru yang pernah ditemui penulis,
maka penulis melakukan tindakan yang diharapkan bisa tepat guna. Penulis
mengupayakan tindakan pembinaan dalam model rekoleksi karena pembinaan ini
memungkinkan bisa memberi suasana yang berbeda dari pembinaan rutin yang
biasa dialami katekumen. Dengan pembinaan dalam model rekoleksi, penulis
ingin menyampaikan materi-materi khusus yang diperlukan dan kiranya sesuai
dalam menanggapi permasalahan yang telah ditemukan. Rekoleksi memuat materi
80
yang lebih memantapkan dan meneguhkan katekumen sekaligus dimungkinkan
metode yang lebih menarik.
Rekoleksi yang dipersiapkan penulis memiliki jangka waktu yang berbeda.
Rekoleksi pertama dilaksanakan selama 6 jam pada suatu hari Minggu, yakni dari
jam 8 pagi sampai jam 2 siang. Rekoleksi kedua dilaksanakan selama 9 jam pada
suaru hari Minggu dari pagi sampai sore. Rekoleksi ketiga dilaksanakan dengan
waktu yang lebih lama lagi, yakni dari hari Sabtu sore sampai hari Minggu siang.
Peserta rekoleksi ialah katekumen, tetapi dipersempit lagi sebutannya pada setiap
rekoleksi sehubungan dengan masa pembinaan yang sedang dijalaninya. Peserta
rekoleksi pertama disebut simpatisan atau calon katekumen, rekoleksi kedua
disebut katekumen (yang telah beberapa kali mengikuti pembinaan masa
katekumenat), rekoleksi ketiga disebut katekumen yang telah menyelesaikan
pembinaan pada masa katekumenat dan siap memasuki masa persiapan akhir.
Kelompok peserta rekoleksi ini masuk kelompok yang heterogeen karena baik
dari usia, pekerjaan, latar belakang, tingkat pendidikan, dan sebagainya beragam
sesuai dengan siapa saja yang mengikuti pembinaan pada periode tersebut
sehingga pemanfaatan metode yang diusulkan perlu penyesuaian.
C. Tema dan Tujuan Rekoleksi
“Katolik” memang nama salah satu dari sekian banyak agama, tetapi memiliki
makna yang lebih dalam apabila umat yang menganutnya menjiwai dan mencari
maknanya. Melalui pembinaan katekumenat, seseorang yang ingin menjadi orang
Katolik perlu juga dimantapkan dan disiapkan untuk menerima konsekuensi
81
baptis, termasuk tantangannya. Tantangan yang mungkin dialami, bukan hanya
berasal dari orang-orang yang secara jelas terlihat jahat dan mencelakai,
melainkan bisa pula berupa ajakan mencapai tujuan yang terkesan baik dan
menyenangkan, padahal sebenarnya menyesatkan. Menjadi Katolik dapat
dikatakan “sulit-sulit mudah”. Umat Katolik perlu menunjukkan diri sebagai
orang yang meneladani Yesus Kristus karena Dialah yang diimani dan diikuti.
“Menjadi orang Kristiani berarti mengikuti Yesus Kristus sehingga harus
berusaha menjadi seperti Dia dan bertindak menurut kehendak-Nya” (Romain St.
Philip, 2002: 19). Tawaran-tawaran menarik perlu ditanggapi dengan kritis dan
bijaksana karena belum tentu sesuai dengan kehendak Dia yang diimani, bahkan
banyak yang sebenarnya bertentangan dengan Dia.
Kesenangan diri sendiri, ketidakpedulian terhadap kegiatan bersama umat
lainnya, dan keinginan untuk hal-hal yang belum pasti mendatangkan
kebahagiaan, mudah mengakibatkan umat khususnya baptisan baru memilih untuk
tidak mengikuti kegiatan bersama umat, padahal tantangan yang berada di sekitar
akan lebih mudah diatasi apabila dihadapi bersama-sama. Selain itu, kekuatan
iman yang tumbuh dengan seringnya berbagi dan bersatu dalam pertemuan
bersama umat seiman seringkali juga memampukan orang untuk mengatasi
tantangan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam dirinya sendiri.
Berdasarkan permasalahan dan pengalaman baptisan baru tersebut, peneliti
menyusun tema umum “Menjadi Katolik Lahir dan Batin” dengan tujuan
katekumen semakin memahami dan menyadari panggilannya sebagai pengikut
Kristus, sekaligus tantangannya, dan dengan tabah menjalankan tugas
82
perutusannya bersama umat lainnya, sehingga sebagai baptisan baru kelak
diharapkan mereka lebih terlibat. Untuk mencapai hal itu, penulis mempersiapkan
pembinaan yang mengantisipasi 3 golongan permasalahan yang telah ditemukan.
Materi yang dipersiapkan dengan maksud untuk menanggapi “permasalahan dari
dirinya sendiri”, antara lain: iman, keterlibatan, dan liturgia dan koinonia. Materi
menanggapi “permasalahan sakit hati karena umat lainnya” antara lain:
konsekuensi menjadi murid Kristus dan komunikasi antar manusia. Materi
menanggapi “permasalahan karena harus beraktivitas lain”, antara lain: ajakan
untuk tidak khawatir yang berlebihan dan menyiasati aktivitas di luar kontrol
pribadi.
Materi yang telah dipersiapkan dan disebutkan di atas dijabarkan lebih lanjut,
sebagai berikut:
1. Diri Sendiri
Permasalahan dari dirinya sendiri ditanggapi dengan materi dan alasan sebagai
berikut:
a. Iman
Menjadi Katolik berarti mengimani Allah, melalui Yesus Kristus, di dalam
Gereja. Mengimani Yesus Kristus bukan hanya lewat perkataan, tetapi perlu
perwujudan. Dalam mewujudkan iman akan Allah dapat dilakukan bersama
jemaat yang berhubungan dengan Allah melalui Yesus Kristus. Hal demikian
dapat terjadi apabila bersama jemaat, berkumpul dan berdoa serta melibatkan diri
dalam kehidupan ibadat dan persaudaraan jemaat. Artinya, setiap ada pertemuan
83
diusahakan hadir, terlibat, dan melakukan aksi konkret di masyarakat dan
keluarga. Dalam Kitab Suci pun dikatakan bahwa ”Iman tanpa perbuatan pada
hakekatnya adalah mati”, dengan dimikian iman harus dipupuk dengan selalu
mewujudnyatakan dalam kehidupan bersama, agar iman akan Allah semakin
berkembang dan mendalam.
b. Keterlibatan
Panggilan Allah dan teladan Yesus Kristus bukan hanya menuntut umat-Nya
untuk rajin berdoa dan pergi ke Gereja setiap hari Minggu, melainkan lebih dari
itu. Allah mengharapkan karya Yesus yang nyata dilanjutkan dengan karya yang
nyata pula oleh manusia. Keterlibatan secara nyata umat Katolik di mana saja
dengan melakukan tindakan yang mencerminkan sebagai pengikut Yesus,
merupakan kehendak Allah. Meskipun hal kecil, tetapi jika dilakukan dengan
penuh suka cita dan memegang kasih Allah, akan mendatangkan berkat dan
kebahagiaan bagi manusia. Melalui pemahaman di atas, diharapkan katekumen
semakin terlibat dalam kegiatan gerejawi, baik ketika masih menjadi katekumen
maupun ketika sudah menerima Sakramen Baptis.
c. Liturgia dan Koinonia
Gereja mengakui adanya kehendak Allah untuk dilakukan oleh manusia.
Perintah Allah yang diimani dan hadir melalui perantaraan Musa pun menjadi
pegangan umat Katolik. Ada pula tugas yang dirangkum oleh Gereja dan dengan
beberapa istilah yang cukup dikenal umat Katolik. Lima tugas pastoral Gereja
yang terdiri dari koinonia (persaudaraan), liturgia (peribadatan), kerygma
(pewartaan), diakonia (pelayanan), dan martiria (kesaksian). Seluruh tugas ini
84
diharapkan dilaksanakan oleh umat Katolik dengan cara yang berbeda sesuai
dengan kemampuannya. Sebagai warga baru Gereja, yakni orang yang ingin
menjadi Katolik tetapi belum dibaptis, dapat menjalankan tugas tersebut sedikit
demi sedikit, langkah awal yang dapat dilaksanakan ialah koinonia dan liturgia.
Membiasakan untuk berkumpul dan berdoa bersama jemaat akan dapat memupuk
persaudaraan dan selain berdampak positif bagi jemaat, pada suatu ketika akan
berdampak baik pula kepada komunitas yang lebih luas, yaitu masyarakat.
Kesediaan waktu dan diri untuk berkumpul akan lebih baik lagi ketika diisi
dengan kegiatan bersama, baik dalam bentuk ibadat, katekese, maupun perayaan
Ekaristi bersama. Pelaksanaan kedua tugas pastoral Gereja ini mengawali
terlaksananya tugas-tugas lainnya.
2. Sakit Hati Karena Umat Lainnya
Sejumlah baptisan baru yang dijumpai penulis mengatakan ingin mengikuti
kegiatan yang diadakan oleh lingkungan atau paroki, tetapi merasa tidak
bersemangat ketika ada hal-hal yang dirasa mengganggu. Hal mengganggu yang
dimaksudkan di sini lebih pada perlakuan umat Katolik sendiri yang seringkali
tanpa disengaja membuat baptisan baru sakit hati karena “omongan” mereka atau
tindakan yang mereka lakukan. Sakit hati ini membawa baptisan baru kepada rasa
enggan untuk terlibat dalam kegiatan gerejawi, untuk menanggapi permasalahan
di atas akan diberikan materi berikut:
85
a. Konsekuensi menjadi murid Kristus
Katekumen diajak menyadari bahwa mengikuti Yesus banyak tantangannya.
Banyak konsekuensi yang harus diterima, baik yang positif maupun negatif. Entah
positif entah negatif, kesemuanya akan mendatangkan kebahagiaan apabila
dijalani dengan tekun. Konsekuensi negatif berupa tantangan, baik dari benda-
benda yang diciptakan manusia maupun manusianya sendiri. Manusia yang
memiliki karakter beragam perlu saling menyesuaikan dan mengerti satu sama
lain. Tantangan dari manusia tidak hanya berasal dari umat agama non Katolik,
bahkan dari umat Katolik pun ada. Disadari ataupun tidak, sering baik kata-kata
maupun tindakan umat Katolik menyakitkan hati beberapa baptisan baru yang
dijumpai penulis. Perlakuan umat lainnya yang menyebabkan sakit hati ini
menjadi salah satu tantangan warga baru Gereja dan diharapkan dengan materi
yang diberikan ini, katekumen dapat mengantisipasinya kelak.
b. Komunikasi antar manusia
Manusia seringkali merasa sudah puas dengan kemampuannya berbicara.
Sering tidak disadari, dari lidahnya sering keluar kata-kata yang menyakitkan.
Melalui materi ”komunikasi”, katekumen dihantar kepada penyadaran, bahwa
keadaan orang bermacam-macam dan perlu juga berhati-hati dengan sikap yang
dapat mempengaruhi cara bertindak dan berucap. Diperlukan komunikasi yang
baik antar manusia yang bukan hanya menggunakan lidah untuk berbicara,
melainkan lebih dalam, pembicaraan perlu juga melibatkan hati dan rasio,
sehingga dapat dihindarkan kata-kata yang menyakitkan, orang perlu lebih bijak
dalam berbicara atau berkomunikasi.
86
3. Harus Beraktivitas Lain
Golongan permasalahan ketiga ini memang sulit dalam mengupayakan
penyelesaiannya karena terdapat hal-hal di luar kendali orang yang bersangkutan,
baik pembina maupun katekumen sendiri. Kegiatan katekumen yang menyangkut
kehidupan atau masa depannya tidak dapat ditinggalkan begitu saja, perlu
pemikiran dan keputusan yang bijak agar diri sendiri tidak dirugikan. Meskipun
demikian, penulis mengusahakan beberapa materi, antara lain:
a. Ajakan Untuk Tidak Khawatir Yang Berlebihan
Seringkali orang tidak bisa memutuskan suatu perkara dengan bijak. Mereka
menganggap keputusan yang dibuatnya sudah baik, mungkin sesaat memang
nampak baik tetapi kemudian akan tampak bahwa keputusan itu ternyata tidak
bijak, ketika di kemudian hari dirasakan dampak negatif dari keputusan itu.
Memang setiap keputusan ada dampaknya, tetapi menjadi bijaksana dapat pula
dilatih dengan beberapa macam latihan. Kebiasaan orang untuk tidak melarikan
diri dari masalah dapat melatih seseorang dalam mengatasi masalah. Mungkin
orang pernah mengambil keputusan yang tidak bijaksana karena merasakan
dampak negatifnya pada waktu berikutnya. Pengalaman itu dapat membuat
seseorang belajar dan diharapkan semakin terlatih sehingga pada waktu
selanjutnya semakin bijaksana. Banyak pula orang yang memikirkan pekerjaannya
secara berlebihan. Orang menganggap, bekerja dengan banyak waktu pasti akan
membuahkan rezeki yang lebih banyak pula. Pernyataan tadi nampaknya benar
apabila dipikirkan secara manusiawi, tetapi rencana Tuhan siapa yang tahu?
Sering tidak disadari bahwa segala perkara di dunia ini sudah diatur oleh Tuhan
87
dan rezeki pun diatur oleh-Nya. Selain badan terasa lelah, waktu untuk kegiatan
lainnya pun semakin berkurang serta sering mengganggu relasi dengan orang lain
di luar orang-orang yang memiliki relasi pekerjaan. Menyediakan waktu untuk hal
lain selain pekerjaan, akan menambah banyak dampak positif. Berkumpul
bersama jemaat untuk berdoa bersama ataupun berkarya sosial bersama akan
semakin mempersatukan hati dan memperdalam iman karena dari sana terdapat
relasi kasih yang saling mendukung dalam nama Yesus Kristus, sedangkan soal
rezeki pada mereka yang percaya kepada Tuhan, akan diatur oleh-Nya.
b. Menyiasati Aktivitas di Luar Kontrol Pribadi
Keharusan seseorang beraktivitas di tempat lain di luar kontrol dirinya
memang membingungkan dan sulit untuk membuat keputusan selain memang
“harus hadir di sana”. Biasanya aktivitas ini berhubungan dengan pekerjaan atau
kegiatan sekolah dimana jadwalnya memang demikian. Apabila banyak hal di luar
kontrol pribadi yang harus dilaksanakan, kemungkinannya kecil untuk bisa
berkumpul bersama jemaat dalam kegiatan seperti ibadat. Dalam menanggapi
masalah ini perlu kebijaksanaan baik dari pihak yang mengontrol maupun yang
dikontrol. Kerelaan dan tanggungjawab pihak yang dikontrol diperlukan dalam
hal ini. Selama bersedia berkegiatan bersama jemaat, maka hal ini dapat
diusahakan seperti meminta izin kepada atasan atau mengganti waktu kegiatan,
akan tetapi jika tidak bisa apa hendak dikata dan harus dilakukan. Kegiatan
bersama umat memang tidak dapat selalu dilakukan, tetapi pada waktu tertentu
yang memang bisa, diharapkan hadir karena apabila terlalu lama tidak berkumpul
bersama jemaat, akan banyak dampak negatif, seperti kurang mengenal satu
88
dengan yang lain. Selain berdoa bersama, khususnya apabila sama sekali tidak
bisa berkumpul bersama jemaat, diharapkan selalu rutin mengusahakan berdoa
pribadi. Berdoa sangat banyak manfaatnya, seperti merasa tenang karena semua
diserahkan Tuhan dan Dia yang akan mengaturnya, orang yang bersangkutan juga
akan merasa lebih tenang ketika mengalami halangan dalam hidup.
D. Penempatan Materi Dalam Rekoleksi
Terdapat tujuh materi yang dipersiapkan penulis untuk mengantisipasi tiga
golongan permasalahan yang telah ditemukan. Materi untuk mengantisipasi
golongan permasalahan pertama “Karena Dirinya Sendiri” dipersiapkan dan
diberikan pada rekoleksi pertama, yang dilaksanakan pada akhir masa pra
katekumenat. Penulis merasakan bahwa pemberitahuan dan penyadaran akan
konsekuensi menjadi orang Katolik bagi orang yang ingin menjadi Katolik, sangat
baik dilakukan sejak dini, yakni sebelum katekumen memasuki masa pembinaan
yang dilaksanakan secara rutin. Iman sebagai dasar, membawa konsekuensi bagi
katekumen kepada keterlibatan secara nyata, hal ini pun perlu dipahami dan
diusahakan oleh katekumen.
Rekoleksi kedua yang dilaksanakan pada pertengahan masa katekumenat
berisikan materi yang dipersiapkan untuk mengantisipasi permasalahan dalam
golongan kedua, yakni “Sakit Hati Karena Umat Lainnya”. Setelah katekumen
mengalami rekoleksi yang pertama dan beberapa kali pembinaan secara rutin,
diharapkan mereka semakin mengerti tentang iman dan agama Katolik. Meskipun
demikian, perlu pembinaan yang lebih mendalam lagi sehubungan dengan
89
konsekuensi yang dapat berupa hak-hak sebagai anggota Gereja dan
tantangannya. Materi ini memang sedikit “keras dan menakutkan” karena
merupakan tantangan sebagai konsekuensi pengikut Yesus Kristus. Diharapkan
dengan memahami hal ini dari awal, pada masa yang akan datang, entah selama
masih menjadi katekumen maupun sudah dibaptis dan menjadi anggota Gereja,
mereka dapat lebih siap dan mampu mengantisipasi kemungkinan terjadinya
permasalahan ini.
Materi yang mengantisipasi permasalahan “Sakit Hati Karena Umat Lainnya”
dipersiapkan lagi pada rekoleksi ketiga yang dilaksanakan pada akhir masa
katekumenat dan memasuki masa persiapan akhir. Materi ini memang
dipersiapkan dalam porsi yang sangat banyak. Bagi penulis, tanggapan yang
serius terhadap masalah ini sangat penting karena merasa bahwa persoalan
perasaan seperti ini (sakit hati) sangat sulit dalam mengatasinya. Selain materi
yang dipersiapkan untuk mengantisipasi masalah ini, dalam rekoleksi ketiga juga
dipersiapkan materi untuk mengantisipasi permasalahan “Karena Harus
Beraktivitas Lain”. Setelah menerima materi yang dipersiapkan untuk menanggapi
dua golongan permasalahan di muka, materi menanggapi masalah ini dapat
diberikan. Penempatan materi ini pada rekoleksi ketiga, bukan berarti
menganggap materi atau masalah ini tidak penting, tetapi memang saat inilah
waktu yang tepat. Materi rekoleksi untuk mengatasi masalah-masalah tersebut
diberikan secara bertahap, sedikit demi sedikit agar peserta dapat sungguh-
sungguh merefleksikannya.
90
E. Usulan Rekoleksi
Pembinaan yang dipilih berupa rekoleksi yang dilaksanakan tiga kali. Waktu
yang digunakan dari masing-masing rekoleksi berbeda. Rekoleksi pertama
memerlukan waktu sebanyak 6 jam pada suatu Hari Minggu, rekoleksi kedua
memerlukan waktu sebanyak 8 jam pada suatu Hari Minggu, sedangkan rekoleksi
ketiga memerlukan lebih banyak waktu, yakni mulai dari Sabtu sore sampai
Minggu siang, dalam hal ini berarti peserta dan pendamping menginap di suatu
tempat bersama-sama. Katekis yang ingin melaksanakan program ini, perlu
memberitahukan kepada semua katekumen jauh-jauh hari sebelum hari
pelaksanaannya. Pemberitahuan ini dengan alasan agar peserta dapat
mempersiapkan segala sesuatunya baik lahir maupun batin, seperti menyesuaikan
waktu dengan kegiatan di tempat lain dan uang untuk beaya.
Penulis memberi gambaran, bahwa pembinaan masa pra katekumenat dimulai
pada Hari Minggu pertama Bulan Juli. Rekoleksi pertama dapat diadakan setelah
selesainya masa pra katekumenat dan akan memasuki masa katekumenat yang
terhitung sekitar minggu pertama Bulan Agustus. Rekoleksi kedua diadakan
setelah katekumen mengikuti pembinaan selama 15 minggu yakni pada Hari
Minggu kedua Bulan Oktober. Rekoleksi ketiga diadakan setelah selesainya masa
katekumenat, yakni sekitar Hari Minggu pertama Bulan Februari pada tahun
berikutnya. Gambaran waktu dari penulis ini bersifat fleksibel, sesuai dengan
kesiapan dan waktu mulainya pelaksanaan pembinaan di paroki setiap periodenya.
91
1. Rekoleksi Pertama a. Program Rekoleksi 1). Tema Umum : Menjadi Katolik Lahir dan Batin 2). Tujuan : Calon baptis semakin memahami dan menyadari panggilannya sebagai pengikut Kristus, sekaligus
tantangannya, dan dengan tabah menjalankan tugas perutusannya bersama umat lainnya, sehingga sebagai baptisan baru kelak diharapkan mereka lebih terlibat
3). Tema Rekoleksi 1 : Allah Maha Kasih 4). Tujuan : Agar simpatisan merasakan kasih Allah yang telah memanggil dan mengutus untuk melaksanakan
tugas Gereja demi kebahagiaan sesama dan diri sendiri lahir dan batin
NO Waktu Judul Pertemuan
Tujuan Pertemuan Materi Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 07.00-08.00 Heregistrasi Mendata peserta
yang hadir dalam rekoleksi
• Daftar Hadir
• Call Card
• Peserta mengisi daftar hadir
• Peserta menerima call card dan memakainya
-
-
-
2 08.00-08.30 Pembukaan Membuka pertemuan rekoleksi dengan semangat dan saling mengenal, sehingga dengan keakraban satu sama lain, semakin siap pula
• Doa Pembuka
• Ucapan Selamat Datang
• Lagu “Dengar Dia Panggil
• Pembina memimpin doa pembuka pertemuan
• Pembina memberikan ucapan selamat datang kepada
-
Teks Lagu “Dengar Dia Panggil Nama Saya”
Buku Lagu “Choice Week-end”
92
NO Waktu Judul Pertemuan
Tujuan Pertemuan Materi Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) dalam mengikuti
rangkaian pertemuan rekoleksi
Nama Saya” • Perkenalan
peserta • Bernyanyi lagu
“Dengar Dia Panggil Nama Saya”
• Perkenalan peserta dengan permainaan ”ekspresi”
3 08.30-10.00 Menyelami Kasih Allah
Simpatisan semakin merasakan kasih Allah dan mensyukuri dengan melakukan apa yang dikehendaki-Nya
• Iman • Keterlibat-
an
• Sharing pengalaman dan memaknainya secara iman
• Penjelasan tentang iman
• Penjelasan tentang keterlibatan
• Mendalami bacaan Kitab Suci
• Sharing • Dialog • Cera-
mah • Diskusi • Tanya
jawab • Refleksi
• LCD • Laptop • Layar • Kitab
Suci
• Yak 2: 14-26
• Penga-laman Hidup Simpa-tisan
• Diktat Mata Kuliah “Hidup Meng-gereja”
• Buku “Iman Katolik”
93
NO Waktu Judul Pertemuan
Tujuan Pertemuan Materi Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 4 10.00-10.15 Istirahat-
Minum - - - - - -
5 10.15-12.30 Melangkah Menuju Kebahagia-an
Simpatisan semakin memahami dan menyadari konsekuensi menjadi orang Katolik dan siap menjalankannya sehingga mengalami kebahagiaan sebagai orang Katolik
• Lagu “Jangan Lelah”
• Permainan “Gerakan Maut”
• Koinonia dan Diakonia
• Ajakan Berkumpul
• Bernyanyi lagu ”Jangan Lelah”
• Mencari makna dari permainan “Gerakan Maut” sehubungan dengan tema
• Penjelasan tentang koinonia dan diakonia
• Mendalami bacaan Kitab Suci
• Bernya-nyi
• Berma-in
• Diskusi • Sharing • Cera-
mah
• Teks Lagu “Ja-ngan Lelah”
• Kertas • Pena • LCD • Laptop • Layar • Kitab
Suci
• Penga-laman hidup baptisan baru
• Buku “Iman Kato-lik”
• Luk 14: 16b-20
6 12.30-13.00 Makan Siang
- - - - - -
7 13.00-14.00 Ibadat Sabda
Simpatisan semakin merasakan kasih Allah yang menyatukan dalam iman bersama umat yang hendak mengikuti-Nya
• Musa Meminta Penyertaan Tuhan di Gurun
• Dua Macam Dasar
-
• Bernya-nyi
• Hening • Berdoa
Spontan • Berdoa
Bersama
• Madah Bakti
• Kitab Suci
• MB hal.172
• Kel.33: 10-17
• MB hal.210
• Luk.6: 46-49
94
NO Waktu Judul Pertemuan
Tujuan Pertemuan Materi Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) • MB
hal.30 8 14.00 Sayonara-
Pulang Peserta dan pembina pulang ke tempat tinggal masing-masing dengan perasaan suka cita
-
-
-
-
-
95
b. Satuan Persiapan
1). Pertemuan Pertama
a). Identitas Pertemuan
(1). Judul Pertemuan : Pembukaan
(2). Tujuan Pertemuan : Membuka pertemuan rekoleksi dengan semangat dan
saling mengenal, sehingga dengan keakraban satu sama
lain, semakin siap pula dalam mengikuti rangkaian
pertemuan rekoleksi
(3). Peserta : Simpatisan
(4). Tempat : GKS Widyamandala-Kotabaru
(5). Pelaksana : Pembimbing Katekumen
(6). Waktu : Pkl. 08.00-08.30 WIB
(7). Hari/Tanggal : Hari Minggu pertama Bulan Agustus
b). Pemikiran Dasar
Peserta rekoleksi ialah para simpatisan, yakni calon katekumen yang baru
beberapa kali mengalami pembinaan baik dalam bentuk pertemuan formal
maupun secara tidak formal, dengan berbincang-bincang saja antara pembimbing
dan simpatisan tersebut. Semua simpatisan belum tentu saling mengenal karena
mungkin pembimbingnya berbeda atau bagi yang pembimbingnya sama, mungkin
hanya mengenal sekilas karena baru bertemu selama beberapa kali.
Perasaan akrab sangat membantu dalam pembinaan simpatisan pada waktu
selanjutnya. Rasa akrab dan persaudaraan, dapat lebih memotivasi dan
96
meneguhkan para simpatisan untuk dengan setia melewati pembinaan pada masa
katekumenat dan masa-masa selanjutnya. Keakraban sangat diperlukan bukan
hanya ketika mereka berkumpul, melainkan juga pada saat mereka jauh secara
fisik. Dengan demikian, kerinduan untuk bertemu dan saling mendukung dalam
mendekatkan diri dengan Tuhan semakin terasa, karena Dialah yang telah
mempertemukan dan mempersatukan mereka.
Harapan untuk dapat akrab dapat dibangun bersama dalam kegiatan
mengawali rekoleksi, yakni dalam bentuk perkenalan yang berkesan. Bentuk
perkenalan ini bukan hanya menyebutkan nama “sambil lalu”, melainkan dengan
melakukan gerakan-gerakan yang berkesan sehingga akan mudah dan terus
diingat oleh simpatisan yang lain.
c). Proses Pelaksanaan
(1). Doa Pembuka
Pembimbing memimpin doa sebelum memulai rekoleksi:
“Tuhan Yesus yang Maha Kasih, kami mengucapkan puji dan syukur atas
kasih dan cinta yang sungguh besar dari-Mu. Kami dapat merasakan semuanya
itu, terutama ketika kami masih bisa bernafas dan berkumpul di tempat ini. Kami
ingin mengolah diri kami untuk semakin mengenal-Mu. Sertai kami dalam
perenungan ini agar kami dapat lebih merasakan kasih-Mu dan memiliki niat
untuk melakukan hal yang lebih baik. Jadikanlah hati kami baru dengan kasih
yang berlimpah seperti kasih-Mu. Nama-Mu kami puji kini dan sepanjang masa.
Amin”.
97
(2). Ucapan Selamat Datang
Pembimbing menyampaikan ucapan selamat datang bagi peserta rekoleksi,
dalam hal ini adalah simpatisan:
“Selamat pagi bapak, ibu, dan saudara-saudari terkasih. Senang sekali melihat
Anda semua hadir di sini. Hal ini menunjukkan keseriusan motivasi untuk
mengikuti Yesus Kristus. Selama kurang lebih 6 jam, kita akan mendalami kasih
Allah dengan materi-materi yang akan kita alami dalam rekoleksi ini”.
(3). Lagu “Dengar Dia Panggil Nama Saya” (Terlampir)
Agar suasana tidak terlalu “tegang”, pembimbing mencoba mencairkan
dengan mengajak peserta bernyanyi. Apabila peserta tidak mengenal lagu ini,
pembimbing mengajari secara pelan-pelan.
(4). Perkenalan
Pembimbing mengajak untuk saling memperkenalkan diri. Perkenalannya
dengan ”permainan ekspresi”, caranya:
(a). Seluruh peserta dan pembimbing membuat lingkangan besar berhadapan
(b). Masing-masing maju dengan melakukan gerakan yang lucu sambil
menyebutkan namanya
(c). Setelah selesai, kembali (mundur) ke tempatnya semula
(d). Peserta lainnya mengikuti gerakan yang dilakukan salah satu peserta tadi
sambil juga mengucapkan namanya. Demikian seterusnya sampai semua yang
hadir selesai perkenalan
98
(e). Setelah semua peserta memperkenalkan diri dengan caranya masing-masing
yang khas, pembimbing menanggapi dan memberi kesimpulan yang intinya
agar baik peserta maupun pembimbing lebih santai, tetapi juga serius, lebih
akrab, dan lebih siap mengikuti rekoleksi.
2). Pertemuan Kedua
a). Identitas Pertemuan
(1). Judul Pertemuan : Menyelami Kasih Allah
(2). Tujuan Pertemuan : Simpatisan semakin merasakan kasih Allah dan
mensyukuri dengan melakukan apa yang dikehendaki-Nya
(3). Peserta : Simpatisan
(4). Tempat : GKS Widyamandala-Kotabaru
(5). Pelaksana : Pembimbing Katekumen
(6). Waktu : Pkl. 08.30-10.00 WIB
(7). Hari/Tanggal : Hari Minggu pertama Bulan Agustus
b). Pemikiran Dasar
Pengalaman simpatisan berbeda-beda satu dengan yang lain, karena memang
latar belakangnya pun berbeda. Kesamaan yang dapat dilihat ialah simpatisan
sama-sama “mau” mengikuti pembinaan karena keinginannya untuk menjadi
anggota Gereja. Mereka mulai mengimani Yesus sebagai Tuhan, meskipun belum
sepenuhnya. Pengalaman dalam mengimani Yesus sebagai Tuhan juga bermacam-
99
macam. Pengalaman yang berbeda tersebut dapat berdampak pada kualitas iman
yang terwujud dalam perbuatannya di masa mendatang.
Iman merupakan keyakinan terhadap “Yang Maha Tinggi”, yakni Tuhan yang
telah menciptakan alam semesta dan segala isinya. Iman dapat diungkapkan
melalui berbagai cara dan bentuk. Ungkapan dengan kata-kata juga dapat
menunjukkan kalau seseorang memang beriman terhadap Tuhan, tetapi ungkapan
dengan tindakan yang kelihatan dan dapat dirasakan baik oleh diri sendiri maupun
orang lain juga menjadi ungkapan iman yang sangat baik.
Orang yang beriman kepada Tuhan berarti memiliki sikap pasrah pada segala
rencana-Nya. Dengan demikian, setiap pengalaman hidupnya akan diserahkan
pada kehendak Tuhan. Seringkali manusia tidak menyadari bahwa peristiwa yang
dialami dalam kehidupan, ada yang mengaturnya. Sang Pencipta, Tuhan sendiri
telah merencanakan segala sesuatu. Apabila pengalaman, baik yang “manis”
maupun yang “pahit” diterima, dijalani dan dimaknai maka akan menjadi
pengalaman yang layak disyukuri. Pengalaman yang diberikan oleh Tuhan
merupakan berkat dan sebagai bentuk syukur manusia, perlu penyerahan dan
tindakan nyata. Tindakan tersebut merupakan wujud dari imannya, karena seperti
dikatakan dalam Surat Yakobus (2: 14-26), bahwa: “Iman tanpa perbuatan-
perbuatan adalah mati”. Maka seharusnyalah orang yang mengimani Tuhannya,
melakukan perbuatan seturut dengan kehendak-Nya.
Allah Maha Kasih memiliki rencana yang merupakan misteri bagi manusia.
Bagamanapun keadaannnya, manusia perlu menerima dan mengusahakan agar
semua seperti yang dikehendaki-Nya. Melalui rekoleksi dengan judul “Menyelami
100
Kasih Allah”, diharapkan simpatisan dapat sungguh-sungguh merasakan kasih
Allah yang hadir melalui pengalamannya, baik yang telah lalu maupun yang akan
datang.
c). Proses Pelaksanaan
(1). Pengantar
Sebelum memasuki session pertama, pembimbing memberikan pengantar agar
peserta lebih memahami arah dari session pertama ini:
“Pada saat ini, kita bersama-sama akan mengingat kembali kasih Allah yang
pernah kita terima. Mungkin kita memiliki pengalaman, entah menyenangkan,
entah menyedihkan, tetapi bagaimana kita sekarang memaknai pengalaman itu.
Pengalaman yang pada saat kita mengalaminya dulu dianggap biasa saja, ketika
dimaknai dengan iman, seringkali bermakna yang tidak terbayangkan
sebelumnya”.
(2). Sharing Pengalaman Peserta Tentang Peristiwa Hidup yang Berkesan
Setelah memberikan pengantar sebelum memasuki session pertama ini,
pembimbing mengajak peserta untuk mengingat kembali peristiwa yang pernah
dialami. Peserta diberi waktu beberapa menit untuk mengingat- ingat dan
mempersiapkan diri dan hati untuk membagikan kepada peserta lainnya. Sebagai
bantuan, diberikan pertanyaan sebagai berikut:
(a). Manakah peristiwa dalam hidup Anda, baik menyedihkan maupun
menyenangkan, yang sampai saat ini masih membekas?
101
(b). Bagaimana perasaan Anda saat mengalami peristiwa tersebut dulu?
(c). Bagaimana perasaan Anda sekarang setelah melewati peristiwa tersebut dan
mengalami peristiwa lainnya sebagai akibat dari peristiwa tersebut?
(d). Jika Anda diperkenankan menganalisis pengalaman tersebut, apakah maksud
dari semua pengalaman tersebut?
Beberapa menit setelah waktu perenungan peserta, diminta dua atau tiga orang
untuk membagikan kepada teman lainnya dalam kelompok besar (seluruh peserta
dan pendamping).
(3). Peneguhan
Setelah beberapa peserta membagikan pengalaman tersebut, pembimbing
mulai memberikan peneguhan dan merangkum keseluruhan sharing peserta:
“Selama beberapa menit, mungkin kita telah melihat kembali pengalaman di
masa lalu yang menyedihkan dan sulit diterima, serta yang menggembirakan.
Pengalaman yang bermacam-macam satu dengan yang lain telah saudara-saudara
maknai masing-masing. Mungkin ada dari kita yang belum bisa memaknai
pengalaman itu, hal itu tidak bisa disalahkan. Terkadang kita masih merasa aneh,
bahkan belum bisa menerima pengalaman hidup kita. Mengapa sih aku harus
begini? Kita sering bertanya akan maksud Allah di balik pengalaman kita. Sering
pula kita lupa bahwa Allah senantiasa menjaga dan mempersiapkan kebahagiaan
untuk kita, tetapi yang sering terjadi, kita menyia-nyiakan itu dan berjalan seturut
keinginan kita yang membuat kebahagiaan semakin menjauh. Apabila kita
percaya akan kasih Allah, maka kita tidak akan menentang peristiwa apapun yang
102
mendatangi kita atau yang kita alami. Jika kita memiliki iman mendalam akan
Allah, kita akan yakin pula bahwa semua ini adalah rencana-Nya dan kebahagiaan
menanti kita”.
(4). Uraian Materi
Iman berarti tanggapan kita akan wahyu Allah. Allah yang terlebih dahulu
memanggil dan dengan menjawab-Nya berarti kita telah mengimani-Nya.
Keinginan kita untuk menjadi Katolik merupakan panggilan Allah dan kita telah
menjawabnya, meskipun kita belum sepenuhnya mengimani-Nya. Masing-masing
dari kita memiliki alasan masing-masing sehingga bersedia untuk dibina dan
diarahkan untuk masuk ke dalam Gereja. Meskipun dengan alasan yang berbeda,
tetapi tanggapan akan panggilan Allah itu sudah pernah kita lakukan. Allah juga
memberikan kebebasan kepada kita dan tidak memaksakan agar kita menjawab
panggilan-Nya dan melaksanakan kehendak-Nya. Ungkapan bahwa kita
mengimani Yesus Kristus memang dapat dengan mudah kita ucapkan, tetapi ada
hal yang jauh lebih diperlukan jika kita mengimani Yesus Kristus. Iman yang kita
miliki, entah pada saat sekarang dimana kita sedang mengalami pembinaan untuk
menjadi anggota Gereja maupun kelak ketika kita sudah benar-benar menjadi
anggota Gereja, tidak akan mendalam ataupun abadi manakala kita tidak
mengembangkannya. Ada beberapa cara agar iman kita tetap terjaga dan mati sia-
sia.
103
(5). Sharing Pengalaman Peserta Tentang Keterlibatan
Secara berkelompok, peserta diminta mensharingkan pengalamannya terlibat
dalam kegiatan yang ada di lingkungan sekitarnya. Kelompok dibagi dengan cara
berhitung ulang sesuai jumlah kelompok yang diperlukan. Setelah berkumpul
dalam kelompoknya, semua diberi panduan pertanyaan yang sama untuk
direnungkan dan disharingkan dalam kelompok kecil dan diminta masing-masing
kelompok mencatatkan butir-butir penting yang didapatkan dalam sharing
kelompok kecil. Pertanyaan yang diberikan kepada peserta, sebagai berikut:
(a). Kegiatan apa saja yang pernah Anda ikuti di lingkungan masyarakat atau
bersama umat seagama dahulu?
(b). Bagaiman perasaan Anda ketika mengikuti kegiatan tersebut?
Butir-butir penting dari sharing kelompok kecil yang diutarakan dalam
kelompok besar dicatat oleh pembimbing dan dikelompokkan sesuai dengan
kelompoknya, misalnya jika ada yang mensharingkan pernah “lotisan” bersama
para ibu, maka akan digabungkan menjadi satu kelompok dengan kegiatan
“kumpul-kumpul” di sore hari. Kegiatan ini akan diarahkan pada “lima tugas
pastoral Gereja”, maka diperlukan kecermatan pembimbing. Setelah
pengelompokkan dan pembahasan butir-butir sharing, pembimbing memberikan
peneguhan, sebagai berikut:
“Surat Yakobus yang mengatakan “iman tanpa perbuatan pada hakekatnya
adalah mati” memang benar. Perwujudan iman memang bermacam-macam,
dengan perkataan dan perbuatan. Perbuatan pun bermacam-macam, perbuatan
104
yang dampaknya untuk diri sendiri dan berdampak baik untuk orang lain.
Perbuatan untuk diri sendiri dengan berdoa pribadi memang sangat diperlukan,
tetapi tidak bisa juga terlepas dari kegiatan yang memiliki dampak bagi orang lain,
seperti membantu orang lain yang mengalami kesulitan. Kita di sini memang
belum dibaptis, tetapi dengan menyatakan kesediaan untuk mengikuti pembinaan
dan mengimani Yesus Kristus, berarti kita perlu siap dengan konsekuensinya.
Menjawab panggilan Allah tidak cukup dengan mengikuti pembinaan kemudian
menerima Sakramen Baptis melainkan lebih dari itu. Kita juga perlu terlibat
dalam tugas-tugas yang menampakkan diri sebagai murid Kristus. Tugas tersebut
dapat disebut sebagai Tritugas Kristus yakni sebagai nabi, imam, dan raja. Ketiga
tugas ini tidak dapat dilepaspisahkan dari hidup dan perutusan kita. Keterlibatan
dalam kegiatan yang ada di lingkungan, baik di masyarakat di daerah maupun
lingkungan gerejani akan memiliki banyak dampak positif. Selain diri sendiri
semakin diperteguh karena merasakan banyak saudara yang menemani perjalanan
iman, juga akan membahagiakan bagi orang lain. Mungkin tanpa kita sadari,
orang lain juga membutuhkan dorongan kita dan kehadiran kita dalam kegiatan
tersebut semakin memperteguh iman orang lain”.
(6). Pendalaman Kitab Suci
Pembimbing meminta salah satu peserta untuk membacakan dari Kitab Suci,
Yak 2: 14-26. Setelah selesai dibacakan oleh peserta, pembimbing membacakan
sekali lagi agar peserta semakin memahami isi bacaan. Setelah selesai membaca,
105
pembimbing mempersilakan peserta untuk menanggapi bacaan tersebut, dengan
panduan pertanyaan sebagai berikut:
(a). Bagaimana perasaan Anda setelah mendengar isi bacaan tadi?
(b). Ayat manakah yang berkesan bagi Anda? Mengapa?
(c). Bagaiman sapaan Tuhan yang Anda rasakan lewat ayat “Iman tanpa perbuatan
adalah iman yang kosong”?
(d). Bagaimana tanggapan Anda atas sapaan Tuhan yang Anda rasakan ini?
(e). Apa niat yang muncul setelah merenungkan ayat tadi?
Diminta beberapa peserta mengutarakan tanggapannya. Setelah beberapa
menit diadakan dialog, pembimbing menyampaikan hikmah iman dari bacaan
tadi:
“Iman dapat dikatakan sebagai kepercayaan kepada Yang Maha Tinggi.
Dengan menyatakan diri beriman kepada Tuhan, berarti di sana terdapat
kepercayaan dan kepasrahan atas apapun yang akan terjadi dan dialami. Secara
jelas dalam surat Yakobus diutarakan tentang iman yang pada hakekatnya mati
jika tidak ada perwujudannya. Tidak ada gunanya kalau seseorang mempunyai
iman yang tidak disertai perbuatan; iman itu sendiri tidak dapat menyelamatkan,
atau dengan perkataan lain, iman itu takkan diterima Allah. Yakobus hendak
membuktikan dalil ini dengan dua cara. Ia mulai dengan perbandingan dari hidup
sehari-hari, mengucapkan selamat jalan (syaloom!), selamat makan, dan
sebagainya, adalah omong kosong kalau orang untuk siapa ucapan itu ditujukan
tidak mempunyai makanan dan sebagainya, sedangkan orang yang
mengucapkannya tidak menyertai ucapannya itu dengan pertolongan yang nyata
106
(Gunning, 1971: 23). Pembuktian tersebut sangat mudah dimengerti dan karena
juga berasal dari keseharian manusia berhubungan dengan manusia lain. Hal lain
lagi, sebagai penjelasan maksud dari bacaan, tidak ada artinya ketika dimana-
mana mengungkapkan bahwa dirinya beriman, terutama kepada Yesus Kristus,
tetapi perbuatannya tidak mencerminkan sebagai orang yang beriman kepada
Yesus Kristus. Orang yang beriman kepada Yesus Kristus juga akan meneladani-
Nya atau mematuhi ajaran-Nya. Bila kita mengaku beriman kepada Yesus Kristus,
berarti kita juga harus menjalankan ajaran-Nya. Kita harus meneladani Tuhan
Yesus, karena tanpa perbuatan meneladani Yesus itu, iman kita sebenarnya mati”.
3). Pertemuan Ketiga
a). Identitas Pertemuan
(1). Judul Pertemuan : Melangkah Menuju Kebahagiaan
(2). Tujuan Pertemuan : Simpatisan semakin memahami dan menyadari
konsekuensi menjadi orang Katolik dan siap
menjalankannya sehingga mengalami kebahagiaan sebagai
orang Katolik
(3). Peserta : Simpatisan
(4). Tempat : GKS Widyamandala-Kotabaru
(5). Pelaksana : Pembimbing Katekumen
(6). Waktu : Pkl. 10.15-12.30 WIB
(7). Hari/Tanggal : Hari Minggu pertama Bulan Agustus
107
b). Pemikiran Dasar
Simpatisan mungkin pernah hidup bersama (dalam satu rumah atau
masyarakat) dengan orang beragama Katolik, tetapi mereka sudah pasti belum
pernah menjadi Katolik. Pengalaman menjadi Katolik yang belum pernah dialami
ini akan mereka alami setelah menerima Sakramen Baptis. Mungkin ada yang
pernah membayangkan rasanya menjadi orang Katolik, tetapi mungkin juga ada
yang sama sekali tidak dapat membayangkan.
Perkenalan tentang agama Katolik yang dilakukan pada masa pra katekumenat
belum menyeluruh sehingga pemahaman simpatisan masih kurang. Hal ini adalah
wajar karena masih ada pembinaan selanjutnya yang diharapkan dapat menambah
pemahaman, motivasi, dan niat untuk menjalankan konsekuensi menjadi orang
Katolik. Memang menjadi Katolik bukan berarti harus mengenal dan tahu semua
tentang Gereja, tetapi paling tidak, ada hal-hal yang penting untuk diketahui
bahkan dilakukan. Sebagai calon anggota Gereja pun harus mengetahui kegiatan
apa yang dilakukan Gereja dan sebisa mungkin mengikutinya.
Lukas 14: 16b-20 mengangkat topik ini dan memberikan pesan untuk dapat
menentukan pilihan dalam melakukan kegiatan dengan bijaksana. Dalam
kisahnya, ditampilkan perumpamaan seseorang yang mengadakan perjamuan lalu
mengundang banyak orang, tetapi orang-orang yang diundang itu menolak dan
memberikan alasan masing-masing. Melalui perumpamaan tersebut, digambarkan
bahwa banyak orang yang seringkali menolak untuk datang pada beberapa
kegiatan gerejawi dengan berbagai alasan atau dalih. Makna dari undangan orang
yang mengadakan perjamuan tersebut bermacam-macam, ada yang mengundang
108
untuk berkomunikasi, mengundang untuk berrekonsiliasi, dan sebagainya.
Sedangkan dalam hal ini, yang dimaksud ialah undangan untuk mengadakan
kegiatan bersama sebagai orang yang sama-sama mengimani Yesus sebagai
Tuhan dan Penyelamat.
Konsekuensi menjadi angota Gereja harus dijalankan apabila ingin benar-
benar menjadi anggota Gereja. Meskipun terdapat materi yang membicarakan
konsekuensi menjadi orang Katolik dalam pembinaan rutin pada masa
katekumenat, tetapi dalam pembinaan dengan model rekoleksi ini, hal tersebut
diangkat juga. Melalui rekoleksi ini, materi yang memaparkan dan menguatkan
simpatisan terhadap konsekuensi menjadi orang Katolik, sudah dimulai agar
simpatisan memahaminya dari awal dan lebih siap terhadap peristiwa-peristiwa
yang bisa mengejutkan di masa yang akan datang. Tawaran-tawaran menarik yang
akan menghampiri, perlu ditanggapi dengan sikap dan tindakan yang bijaksana.
c). Proses Pelaksanaan
(1). Bernyanyi “Jangan Lelah” (Terlampir)
Pembimbing mengawali pertemuan ini dengan mengajak peserta untuk
bernyanyi. Apabila peserta belum mengenal lagu ini, maka pembimbing
mengajari secara pelan-pelan.
109
(2). Bermain “Gerakan Maut”
Pembimbing memfasilitasi peserta untuk bermain permainan yang tersirat
makna. Sebelum memulai permainan, pembimbing memberikan cara-cara
permainannya, sebagai berikut:
(a). Peserta dibagi menjadi 2 (atau lebih) kelompok, diusahakan jumlahnya sama
(b). Peserta dalam masing-masing kelompok diminta berbaris lurus
(c). Peserta yang paling depan diberitahu tindakan apa yang harus dilakukan,
misalnya “mandi”
(d). Setelah mendengar kata kerja dari pembimbing, peserta tersebut berhadapan
dengan peserta di belakangnya
(e). Peserta pertama mengucapkan kembali kata kerja dari pembimbing tetapi
melakukan gerakan yang berbeda dari kata yang diucapkan, misalnya
“memasukkan tangan ke dalam mulut” sebagai tanda “makan”
(f). Peserta kedua menebak tindakan peserta pertama dan mengucapkan sambil
melakukan tindakan yang berbeda dari yang diucapkan
(g). Demikian seterusnya sampai peserta melakukan semua tindakan tersebut
Setelah permainan selesai, diminta beberapa peserta mengungkapkan kesan
dan makna dari permainan yang kiranya sesuai dengan apa yang telah diterima
selama beberapa jam mengalami rekoleksi.
(a). Bagaimana perasaan Anda ketika melakukan permainan tadi?
(b). Apa makna yang Anda peroleh dari permainan, sehubungan dengan materi
yang kita bicarakan?
110
Adapun makna permainan yang diberikan oleh pembimbing ialah:
(a). Manusia hidup di dunia ini bersama dengan manusia lain bahkan makhluk lain
yang diciptakan Tuhan, dengan keadaan ini masing-masing makhluk saling
memperhatikan dan diharapkan memberitahu jika ada yang tidak mengerti apa
yang harus dilakukan sebagai tindakan yang terbaik
(b). Manusia seringkali saling memberitahu, tetapi tidak semua yang diketahuinya
menjadi acuan untuk mereka melakukan yang baik. Terkadang sudah tahu,
tetapi yang dilakukan tidak sesuai dengan aturan yang ada. Sering terjadi
ketidakseimbangan antara akal dan budi serta perbuatan.
Selain makna dari permainaan yang dirangkum berdasarkan sharing peserta
maupun makna sebenarnya, pembimbing memberikan rangkuman secara
menyeluruh dan mengarah pada inti pertemuan:
“Permainan tadi dapat menggambarkan tindakan kita sehari-hari, secara
khusus sebagai manusia yang hidup bersama dengan manusia lainnya. Orang yang
pertama kali memberitahukan apa yang harus dilakukan dalam permainan tadi,
diandaikan pembimbing, baik orangtua, pembimbing katekumen, ataupun pemuka
agama. Mereka seringkali memberitahukan mana yang baik untuk dilakukan,
tetapi seringkali yang mendengar tidak menuruti apa yang sebenarnya baik dan
diberitahukan oleh mereka. Dari permainan tadi, kita yang melakukan permainan
hampir sama dengan orang-orang yang diberitahu. Kita sudah mendengar apa
yang diminta, tetapi melakukan hal yang berbeda, atau kita melihat contoh
gerakan teman tetapi kita memilih untuk melakukan gerakan lain. Jika
111
dihubungkan dengan kegiatan gerejawi sebagai perwujudan iman, kita seringkali
tahu apa yang seharusnya dilakukan, tetapi perasaan negatif lainnya lebih berhasil
mempengaruhi. Mungkin adanya rasa malas berdoa sendiri atau bersama orang
lain, baik ketika masih aktif dalam kegiatan agama yang dulu maupun saat-saat ini
ketika sudah menjadi warga Gereja. Memilih berkegiatan sendiri daripada
mengikuti latihan koor di lingkungan, dan sebagainya. Perasaan-perasaan negatif
yang menang ini memang menyesatkan dan apabila kita selalu mengikutinya,
selamanya kita tidak akan tahu dan mau akan yang sebaiknya dilakukan”.
(3). Uraian Materi
“Pada session kedua tadi telah kita cari bersama, kegiatan-kegiatan sebagai
perwujudan keterlibatan kita di lingkungan. Kegiatan tersebut ternyata tidak
sekedar kegiatan mengisi waktu, tetapi ternyata setelah kita kelompokkan, banyak
kesempatan berikutnya, kita semakin bijaksana dalam melakukan tindakan. Kita
sudah tahu mana kegiatan kita yang penting dan berdampak baik dan mana yang
tidak penting untuk kita kurangi. Dari kelima tugas pastoral Gereja tersebut,
terdapat dua tugas yang bagi kita saat ini menjadi fokus dan baik untuk dilakukan.
Kita memang belum secara resmi menjadi anggota Gereja, tetapi kita sudah
menjadi warga Gereja dan mengusahakan untuk bisa menjadi anggota Gereja.
Kedua tugas tersebut ialah koinonia atau persaudaraan dan liturgia atau ibadat.
Sampai saat ini, itulah hal yang bisa dikatakan paling mudah unttuk dilakukan.
Meskipun tampak biasa saja, tetapi dari sharing pada session satu tadi, ternyata
banyak dampak positifnya. Dengan demikian kedua tugas ini perlu ditingkatkan
112
dengan semakin sering mengikuti ibadat bersama atau dalam perayaan Ekaristi
berkumpul dalam berbagai acara positif.
(4). Pendalaman Kitab Suci
Pembimbing membacakan kisah dari Kitab Suci, Lukas 14: 16b-20. Setelah
kisah dari Injil dibacakan, pembimbing meminta beberapa peserta untuk
mensharingkan pengalaman menolak ajakan orang untuk melakukan kegiatan
yang baik dan alasannya menolak.
(a). Bagaimana pengalaman Anda ketika diajak teman atau kerabat untuk
mengikuti kegiatan, tetapi Anda menolaknya?
(b). Apa yang Anda rasakan ketika menolak ajakan tersebut?
(c). Adakah peristiwa selanjutnya sebagai akibat dari pengalaman Anda menolak
tersebut?
Setelah beberapa peserta mensharingkan pengalaman itu, pembimbing
memberikan tafsir bacaan dan peneguhan:
“Lukas 14: 16b-20 mengkisahkan tentang orang-orang yang berdalih, sesuai
dengan judul yang diberikan kepada bacaan ini, yakni “Perumpamaan Tentang
Orang-orang Yang Berdalih”. Dalih merupakan tindakan pembelaan atas dirinya
dengan berbagai hal yang menjadi alasan. Munculnya keinginan seseorang untuk
berdalih dikarenakan banyak hal, seperti memang karena ada hal yang sebenarnya
dan mendesak, atau ada hal yang sebenarnya ada tetapi “dilebih- lebihkan” karena
113
memang lebih ingin melakukan hal itu dan kurang peduli hal lain, seperti
undangan yang baru diterima.
Lukas mengangkat hal “berdalih” sebagai bentuk penolakan akan apa yang
ditawarkan seseorang kepada yang lain. Seseorang yang mengadakan perjamuan
besar sama halnya dengan orang yang “terbuka” dan ingin menjalin relasi yang
lebih akrab dengan orang lain. Tindakan yang dilakukan pun bermacam-macam,
ada yang berupa sapaan, ajakan, bahkan memberikan kepercayaan dengan mau
membuka hati terhadap orang yang ingin diajak menjalin relasi. Kemungkinan
banyak orang yang menyukai punya banyak teman dan sedikit yang tidak suka
memiliki musuh, tetapi seringkali banyak orang yang tidak tahu cara yang baik
agar relasi dapat terbentuk dengan baik. Orang-orang yang menolak undangan
perjamuan itu sama halnya dengan orang-orang yang tidak ingin memulai
menjalin relasi, walaupun sebenarnya mereka ingin relasinya baik dengan yang
mengadakan perjamuan, tetapi dengan dalih mereka memutuskan untuk tidak
menghadiri perjamuan tersebut yang diartikan bahwa mereka tidak ingin
menyambut orang lain yang membuka hati untuk menjalin dan menumbuhkan
relasi dengan orang lain. Tawaran itu mungkin tidak menyenangkan bagi orang
tersebut sehingga orang tersebut menolaknya.
Seringkali kita memikirkan kesenangan sendiri dan mengabaikan orang lain
selama kita merasa tidak memerlukannya. Hal-hal yang nampaknya tidak
menyenangkan bagi diri kita, cenderung kita hindari dan mungkin kita tolak.
Mungkin kita pernah diajak untuk melakukan suatu aktivitas yang bagi kita tidak
menguntungkan sehingga kita tidak mau mengikutinya. Tawaran-tawaran yang
114
mungkin tidak akan datang untuk kedua kalinya itu dirasakan tidak bermanfaat,
padahal ada manfaat yang memang tidak langsung dapat dirasakan tetapi akan
terasa pada suatu ketika. Selama kita menghitung-hitung kegiatan apa saja yang
sebaiknya kita lakukan karena itulah yang dirasakan menguntungkan, maka tidak
akan ada makna dari aktivitas itu. Satu peristiwa dalam hidup sudah pasti
berhubungan dengan peristiwa lainnya dalam hidup, misalnya ketika kita makan
nasi goreng di pagi hari menandakan kita tidak memilih menu lainnya untuk
dimakan, dengan kita makan nasi goreng ada pula dampak lainnya, baik yang
positif maupun negatif yang berbeda apabila kita memakan menu lainnya. Pilihan-
pilihan dalam hidup ditawarkan pada kita dan kitalah yang harus bijak
memilihnya, bisa jadi sekali melangkah akan menjadi penentu apa yang terjadi
selanjutnya. Semua berada di tangan kita, lembaran kehidupan kita, kitalah yang
menulisnya dan mengisi dengan kegiatan-kegiatan kita. Mari kita memohon
kepada Tuhan agar kita diberi kejernihan hati dan pikiran sehingga senantiasa
mengetahui mana yang baik untuk dilakukan dan diberi kekuatan da ketabahan
untuk bisa melakukannya”.
Setelah menyampaikan uraian materi, pembimbing memberitahukan acara
selanjutnya, yakni Ibadat Sabda. Peserta juga diberitahu bahwa pada saat doa
umat nanti, diberikan kesempatan bagi yang ingin menyampaikan doa secara
spontan.
115
4). Pertemuan Keempat
a). Ibadat Sabda
Tujuan : Simpatisan semakin merasakan kasih Allah yang
menyatukan dalam iman bersama umat yang hendak
mengikuti-Nya
Tempat : GKS Widyamandala-Kotabaru
Pelaksana : Pembimbing Katekumen
Waktu : Pkl. 13.00-14.00 WIB
Hari/Tanggal : Hari Minggu pertama Bulan Agustus
Pemikiran Dasar :
Musa adalah hamba Tuhan atau nabi yang membebaskan bangsa Israel dari
Mesir. Kisah Musa tidak berhenti sampai karunia yang diberikan Tuhan untuk
bisa membawa bangsa Israel keluar dari Tanah Mesir melainkan ada kisah
selanjutnya yang sangat penting. Dalam Keluaran 33: 10-17 dikisahkan
pengalaman dan perasaan Musa setelah beberapa lama Bangsa Israel keluar dari
Tanah Mesir. Musa merasakan kekuatiran yang sangat besar ketika melihat
Bangsa Israel seperti tidak memiliki tujuan yang jelas. Meskipun Musa merasakan
kuatir, tetapi Musa tetap percaya kepada kuasa Tuhan dan merasa pasti Tuhan
akan selalu menyertai dan memberikan akhir yang terbaik karena Tuhanlah yang
telah mengawalinya.
Menjadi pengikut Yesus tidaklah mudah, banyak hal yang harus dilakukan
karena sebagai anggota Gereja yang memiliki banyak kegiatan untuk mencapai
tujuannya, ia harus ikut menjalankannya. Yang diperlukan agar semua hal dapat
116
dijalankan dengan baik dan benar, perlu ada keyakinan dan iman kepada Tuhan
yang dapat membantu menenangkan dan membuat semuanya berjalan dengan
baik. Dalam Lukas 6: 46-49 diungkapkan dasar atau landasan yang kiranya perlu
dimiliki oleh manusia. Pasti dasar yang dibuat di tempat yang benar dan kuatlah
yang akan menopang bangunan dengan kuat. Iman yang kuat dapat mangalahkan
segala kesulitan, karena dengan iman tersebut berarti ada keyakinan akan campur
tangan Tuhan yang menyelamatkan dalam setiap perkara hidupnya.
Iman dapat diolah dengan banyak cara, baik berhubungan langsung dengan
Tuhan melalui doa dan ibadat maupun melalui hubungan dengan manusia dengan
seringnya mengadakan pertemuan entah yang bersifat liturgis maupun non
liturgis. Melalui rekoleksi yang dialami simpatisan, mereka diberi pemahaman
dan semangat untuk senantiasa setia akan tugas-tugasnya dan tetap yakin akan
penyertaan Tuhan atas apa yang dilakukan, selain untuk mempertebal iman, juga
sebagai ungkapan syukur atas kasih Tuhan yang besar dan telah diberikan kepada
manusia. Pemahaman dan buah refleksi dari masing-masing simpatisan sebagai
peserta pastilah tidak sama. Ada yang mampu menemukan makna dari materi
dalam rekoleksi ini sehingga meyakinkan niatnya untuk melakukan sesuatu hal,
tetapi mungkin ada pula yang masih mengalami kebingungan dan tidak mengerti
harus berbuat apa untuk menindaklanjuti kegiatan ini. Dengan ibadat sabda
sebagai penutup kegiatan rekoleksi ini diharapkan simpatisan semakin diperteguh
dan merasakan eratnya persaudaraan antar simpatisan dan dengan pembimbing
sendiri, sehingga imannya semakin diperteguh dan lebih siap untuk menjalani
masa pembinaan dengan tekun.
117
b). Proses Pelaksanaan
(1). Nyanyian Pengantar
Hatiku Gembira (MB. 172)
(2). Pengantar
P : Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus
U : Amin
P : Semoga kita senantiasa diberi rahmat untuk dapat melanjutkan kegiatan dan
berdoa bersama
U : Sekarang dan selama-lamanya
Saudara-saudari terkasih, kita bersama-sama telah mengalami dan melewati
rekoleksi mulai dari tadi pagi sampai siang ini. Sebagai penutup pertemuan
rekoleksi dan sebagai bentuk ungkapan syukur, karena masih diberi kesehatan dan
kesempatan mengadakan rekoleksi, kita haturkan dalam ibadat sabda. Ibadat
sabda merupakan salah satu bentuk kegiatan yang selain agar kita bisa berkumpul
bersama umat Allah, kita juga akan semakin merasakan iman yang mendalam
karena dengan perjumpaan dengan umat yang telah atau akan mengimani Yesus
Kristus, kita pun secara tidak langsung akan merasa terdukung dan semakin kuat
mempertahankan iman masing-masing.
(3). Seruan Tobat
P : Kita sama-sama sebagai manusia tidak pernah luput dari doa, kesalahan-
kesalahan sering kita buat, meskipun terkadang kita tidak menyadari
bahwa itu adalah salah. Hal tersebut dapat terjadi ketika kita kurang
terbuka hati terhadap sapaan Tuhan. Tuhan kasihanilah kami
118
U : Tuhan kasihanilah kami
P : Dengan sering melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kehendak-
Nya, dapat mengaburkan iman yang mulai tumbuh akan Yesus Kristus.
Kristus kasihanilah kami
U : Kristus kasihanilah kami
P : Hanya kepada Tuhanlah kita memohon pengampunan, karena Dialah
yang berkuasa atas kehidupan dan kematian dan rela mengampuni dosa
manusia. Tuhan kasihanilah kami
U : Tuhan kasihanilah kami
Semoga hati kita senantiasa terbuka untuk mendnegar panggilan-Nya dan
dosa-dosa kita diampuni oleh Allah yang Maha Kuasa. Amin.
(4). Doa Pembukaan
Marilah berdoa.
Tuhan Yesus, Engkau telah menanugerahi kami kesehatan sampai siang ini.
Kami pun yakin, Engkaulah yang telah memberi kekuatan bagi kami untuk tetap
setia mengikuti rekoleksi. Kami hendak mempersembahkan segala kegiatan, niat,
dan harapan kami akan hari mendatang yang lebih baik kepada-Mu. Bukalah hati
kami agar selalu merasakan kehadiran-Mu yang senantiasa menemani kami.
Engkaulah Tuhan kami, kini dan sepanjang masa. Amin.”
(5). Bacaan I
Keluaran 33: 10-17 “Musa Meminta Penyertaan Tuhan di Gurun”
(6). Nyanyian Antar Bacaan
Firman Tuhan Halus Mengundang (MB. 210)
119
(7). Bacaan Injil
Lukas 6: 46-49 “Dua Macam Dasar”
(8). Homili, dengan butir-butir sebagai berikut:
(a). Bacaan pertama mengkisahkan tentang nabi Musa yang mengakui
keterbatasannya sebagai manusia dan hamba Tuhan tidak memiliki kekuatan
apa-apa tanpa campur tangan Tuhan. Meskipun Musa merasa tidak mampu
menjalankan tugasnya, tetapi Musa tetap berusaha dan memohon bantuan dan
perlindungan Tuhan. Musa memberikan contoh sikap pasrah dan percaya
kepada Tuhan. Dari dulu, Tuhan senantiasa menjadi pegangan hidup dan
selalu menjaga. Tuhan mengerti apa yang kita inginkan dan kita haruslah
bersyukur atas itu semua dengan melakukan apa yang dikehendaki-Nya
(b). Kepercayaan dan penyerahan terhadap kuasa Tuhan yang adalah iman harus
tetap dijaga dan diolah. Iman sama halnya dengan landasan atau dasar, yang
juga terdapat dalam bacaan yang kedua. Apabila dasarnya lemah, maka
bangunan yang berdiri di atasnya pun tidak akan kuat. Maka perlu diupayakan
hal-hal yang dapat mengokohkan iman akan Tuhan.
(9). Doa Umat
Tuhan Yesus Maha Pemurah, kami yang sering melakukan dosa tetap Engkau
perhatikan. Kami percaya Engkau pun akan mengabulkan permohonan yang akan
kami hunjukkan kepada-Mu:
P : Kami bersyukur atas kesehatan yang boleh kami rasakan dan miliki, serta
kesempatan mengikuti rekoleksi. Semoga materi dan pengalaman selama
rekoleksi dapat semakin mendekatkan kami dengan Engkau.
120
Kami mohon...
U : Kabulkanlah doa kami ya Tuhan
P : Berilah kesehatan bagi saudara dan keluarga yang kami cintai.
Kami mohon...
U : Kabulkanlah doa kami ya Tuhan
Silakan bagi umat yang ingin menyampaikan doa permohonannya secara
spontan. (Diberi beberapa waktu untuk umat mengungkapkan doanya secara
spontan). Tuhan Yesus, kami bersyukur Engkau masih memberi kami kesempatan
mengingat dan mengakukan dosa-dosa kami serta memohon belakasih-Mu atas
kehidupan kami yang akan datang. Kami mohon Engkau berkenan mengabulkan
permohonan kami. Mari saudara-saudari terkasih, kita satukan syukur dan
permohonan kita dengan doa yang diajarkan oleh Yesus Kristus. Bapa kami...
(10). Doa Penutup
“Tuhan Yesus, kasih-Mu yang berlimpah telah menaungi kami. Kami
bersyukur telah Kau satukan dalam rekoleksi dan ibadat ini. Kami akan memasuki
masa katekumenat, dampingi kami agar senantiasa sabar dan dengan tekun
mendalami ajaran-Mu. Bukalah hati dan pikiran kami, jernihkanlah motivasi kami
agar mampu membuat keputusan yang lebih bijaksana demi masa depan umat-Mu
di dunia. Engkau kami puji, kini dan sepanjang masa. Amin”.
(11). Nyanyian Penutup
Nafas Iman (MB. 308)
121
2. Rekoleksi Kedua a. Program Rekoleksi 1). Tema Umum : Menjadi Katolik Lahir dan Batin 2). Tujuan : Calon baptis semakin memahami dan menyadari panggilannya sebagai pengikut Kristus, sekaligus
tantangannya, dan dengan tabah menjalankan tugas perutusannya bersama umat lainnya, sehingga sebagai baptisan baru kelak diharapkan mereka lebih terlibat
3). Tema Rekoleksi 2 : Kasih Persaudaraan 4). Tujuan : Agar katekumen semakin memahami makna persaudaraan dalam komunitas Gereja dan dapat
mengantisipasi hal buruk yang mungkin terjadi di dalam relasi para pengikut Kristus tersebut
NO Waktu Judul Pertemuan
Tujuan Pertemuan
Materi Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 07.00-08.00 Heregistrasi Mendata peserta
yang hadir dalam rekoleksi
• Daftar Hadir • Call Card
• Peserta mengisi daftar hadir
• Peserta menerima call card dan memakainya
- -
- -
- -
2 08.00-08.30 Pembukaan Membuka pertemuan rekoleksi dalam iman Kristus dan menghangatkan suasana dengan bernyanyi dan menari
• Doa • Ucapan
Selamat Datang
• Lagu “Lai-lai”
• Pembina memimpin doa pembuka pertemuan
• Pembina memberikan ucapan selamat datang kepada
-
• LCD • Laptop • Layar
-
122
NO Waktu Judul Pertemuan
Tujuan Pertemuan
Materi Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) peserta
• Bernyanyi lagu “Lai- lai”
• Teks Lagu “Lai-lai”
3 08.30-10.00 Bersama Melangkah Menuju Surga
Katekumen semakin merasakan makna kebersamaan yang dapat mengatasi segala perkara
• Pengalaman “Menegang-kan” Bersama Orang Lain
• Penganiaya-an Terhadap Jemaat di Yerusalem
• Sharing pengalaman merasa “tegang” berhadapan dengan orang lain
• Pendalaman Kitab Suci
• Bernya-nyi
• Sharing • Diskusi • Renung
an
• Teks Lagu “Apa Kha-bar”
• Kitab Suci
• Penga-laman Peserta
• Kis. 8: 1b-3
4 10.00-12.30 Melanjut-kan Pertemuan Sebelum-nya
-
• Film “Dawn of The Died”
• Konsekuensi Menjadi Katolik
• Menonton dan mencari makna dari film “Dawn of The Died”
• Penjelasan tentang konsekuensi menjadi Katolik
• Menon-ton
• Cera-mah
• Sharing • Refleksi
• CD Film “Dawn of The Died”
• LCD • Laptop • Layar
• Film “Dawn of The Died”
12.30-13.00 Makan Siang
- - - - - -
5 13.00-16.00 Semua Berarti di
Katekumen semakin merasakan
• Permainan • Mencari makna • Berma- • Benda- • Buku
123
NO Waktu Judul Pertemuan
Tujuan Pertemuan
Materi Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Mata
Tuhan kasih Allah melalui sesama dan berbesar hati untuk siap menjalin relasi dengan orang lain karena merasa dirinya berarti
“Posisiku” • Permainan
“Menyusun Puzzle”
• Komunikasi Antar Manusia
• Membuat Daftar Kelebihan
dari permainan “Posisiku”
• Mencari makna dari permainan “Menyusun Puzzle”
• Penjelasan tentang komunikasi antar manusia
• Peserta mencari dan membuat daftar kelebihan dirinya
in • Ceram-
ah • Refleksi
benda milik kateku-men
• Puzzle • Laptop • LCD • Layar • Kerta • Pena • White
board • Spidol
“Asas-Asas Komunikasi Antar Manu-sia”
• Buku “Komu-nikasi Menge- na”
• Penga-laman Hidup Kate-kumen
6 16.00-17.00 Ibadat Sabda
Katekumen semakin merasakan banyaknya saudara yang ada di sekitarnya yang saling mendukung
• Terhadap Penyem-bahan Berhala dan Ibadah yang Sesat
-
• Bernya-nyi
• Hening • Berdoa
Spontan • Berdoa
• Kidung Ekaris-ti
• Madah Bakti
• Kitab
• KE hal.12
• Ul.13: 1-5
• KE hal.21
124
NO Waktu Judul Pertemuan
Tujuan Pertemuan
Materi Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) bagaimanapun
keadaannya • Pencobaan di
Padang Gurun
Bersama Suci • Luk.4: 1-13
• KE hal.45
7 17.00 Sayonara-
Pulang Peserta dan pembina pulang dan saling merindukan untuk bertemu kembali
-
-
-
-
-
125
b. Satuan Persiapan
1). Pertemuan Pertama
a). Identitas Pertemuan
(1). Judul Pertemuan : Pembukaan
(2). Tujuan Pertemuan : Membuka pertemuan rekoleksi dalam iman Kristus dan
menghangatkan suasana dengan bernyanyi dan menari
(3). Peserta : Katekumen
(4). Tempat : Auditorium IPPAK-USD
(5). Pelaksana : Pembimbing Katekumen
(6). Waktu : Pkl. 08.00-08.30 WIB
(7). Hari/Tanggal : Hari Minggu Kedua Bulan Oktober
b). Pemikiran Dasar
Katekumen sebagai peserta rekoleksi telah beberapa kali mengikuti
pembinaan dengan model pertemuan secara rutin. Kebersamaan yang dialami
selama masa pembinaan dapat membantu mengakrabkan hubungan katekumen
satu dengan yang lainnya. Meskipun ada beberapa katekumen yang kurang
mengenal karena tempat dan pembimbingnya yang berbeda.
Pertemuan pada rekoleksi pertama menjadi awal perkenalan mereka dan
diharapkan masing-masing secara pribadi menjalin hubungan yang lebih erat lagi.
Selama pembinaan dalam beberapa minggu kiranya katekumen semakin akrab dan
termotivasi untuk terus bersemangat mengikuti pembinaan, serta semakin
diperteguh karena merasa ada banyak saudara yang mendukungnya.
126
Dalam rekoleksi kedua ini, pembukaan juga dibuat menarik dan melibatkan
katekumen. Melalui acara ini diharapkan katekumen dapat lebih bersemangat dan
merasakan kehangatan satu dengan yang lain.
c). Proses Pelaksanaan
(1). Doa Pembuka
Pembimbing mengawali pertemuan dengan doa:
“Tuhan Yesus, kami beryukur atas hari ini. Pada kesempatan yang
membahagiakan ini, kami pun bersyukur karena boleh berkumpul kembali
bersama teman-teman katekumen untuk melaksanakan rekoleksi. Kami memohon
agar hubungan kami semakin akrab sehingga kami tidak merasa sendiri dalam
menghadapi rintangan hidup kami. Kami memohon agar melalui hubungan ini,
kasih persaudaraan sejati terjalin di antara kami dan kami semakin kuat
menjalankan konsekuensi hidup kami karena ingin mengikuti-Mu. Dampingilah
kami sekalian di sini, kegiatan kami, dan sanak saudara yang kami tinggalkan.
Nama-Mu kami puji, kini dan sepanjang masa. Amin.”
(2). Ucapan Selamat Datang
Pembimbing menyambut kedatangan peserta, yakni katekumen, dengan
bersemangat dan menunjukkan keakraban yang juga ingin dibangun dalam
rekoleksi ini:
“Selamat pagi, selamat datang di tempat ini. Bapak, ibu, dan saudara saudari
sekalian, kembali saya merasa senang karena bisa bertemu dan berkumpul
127
bersama saudara sekalian selain dalam pertemuan rutin setiap minggu. Kita akan
berproses lagi selama rekoleksi ini. Dengan kebersamaan ini, semoga kita juga
semakin erat hubungannya dan saling mendukung dalam nama Tuhan Yesus”.
(3). Bernyanyi Lagu “Lai- lai” (Terlampir)
Pembimbing melibatkan peserta untuk bernyanyi dan menari bersama.
Pembimbing mengajarkan nadanya, setelah hampir semua peserta bisa,
dilanjutkan dengan mengajarkan gerakan atau tariannya, kemudian
menggabungkan lagu dengan tariannya. Setelah dirasakan semua peserta lancar
dalam bernyanyi dan gerakannya, serta saling akrab yang tampak dengan tawa
mereka, maka kegiatan ini pun dirasa cukup. Pembimbing mempersilakan peserta
untuk berkomentar atau menanggapi kegiatan yang baru saja berlangsung, dengan
pertanyaan ringan sebagai berikut:
(a). Suasana dan kondisi tubuh sudah terasa hangat?
(b). Sudah bisa semua dalam menyanyikan dan melakukan gerakan dari lagu tadi?
(c). Adakah kesulitan dalam bernyanyi atau melakukan gerakannya?
Dari berbagai macam jawaban peserta, pembimbing pun menanggapi:
“Ternyata ada yang pintar menari dan langsung bisa, ada yang suaranya bagus
dan membantu saya dalam menyanyikan dengan keras, tetapi ada pula yang masih
ragu-ragu, tidak mengapa. Senang sekali bisa bernyanyi, menari, dan tertawa
bersama Anda semua. Semoga semangat dan senyum kita saat ini tetap dibawa
128
selama pertemuan rekoleksi ini bahkan ketika sudah sampai di rumah ataupun
sampai besok, besok, dan seterusnya. Amin”.
2). Pertemuan Kedua
a). Identitas Pertemuan
(1). Judul Pertemuan : Bersama Melangkah Menuju Surga
(2). Tujuan Pertemuan : Katekumen semakin merasakan makna kebersamaan yang
dapat mengatasi segala perkara
(3). Peserta : Katekumen
(4). Tempat : Auditorium IPPAK-USD
(5). Pelaksana : Pembimbing Katekumen
(6). Waktu : Pkl. 08.30-12.30 WIB (diselingi istirahat-minum pada pkl.
10.00 WIB)
(7). Hari/Tanggal : Hari Minggu Kedua Bulan Oktober
b). Pemikiran Dasar
Katekumen mungkin memiliki keluarga yang beragama Katolik atau keluarga
yang non Katolik. Dukungan dari keluarga dalam pengembangan imannya akan
Yesus sebagai Tuhan tidak dapat diketahui secara langsung oleh pembimbing.
Katekumen yang tidak memiliki keluarga yang beragama Katolik, sering merasa
kesulitan, terlebih dalam mendapatkan dukungan untuk terus tegar menghadapi
konsekuensi dan tantangan dalam mengikuti Yesus. Tantangan memiliki bentuk
129
yang bermacam-macam, keyakinan pada kasih Yesus Tuhan yang senantiasa
menyertai sangat diperlukan.
Bersama dengan katekumen lainnya, yakni mereka yang sama-sama ingin
mengikuti Yesus dan memperdalam imannya, mereka akan merasakan dukungan.
Perkara dalam hidup sudah pasti ada, tetapi berkat kebersamaan dan dukungan
banyak orang, hal itu akan terasa lebih ringan dalam menghadapinya. Para murid
Yesus dulu pun mengalami bahaya pengejaran dan pembunuhan sebagai
konsekuensi mengikuti Yesus. Kisah tersebut dapat dijumpai dalam Kis. 8: 1b-3,
setelah naiknya Yesus ke Surga dan secara fisik meninggalkan dunia. Apabila
dilihat dari sisi lain, ada anggapan bahwa Yesus datang membawa bencana bagi
orang-orang yang percaya dan mengikuti-Nya. Memang Yesus sendiri pernah
mengatakan bahwa Yesus datang dengan membawa pedang, bukannya kedamaian
dan rasa tenang. Meskipun secara harafiah dikatakan demikia, tetapi maksudnya
bukan mengakibatkan peperangan yang melenyapkan banyak nyawa murid-
murid-Nya, melainkan semangat yang membara dalam menjalani kehidupan.
Demikian pula yang mengikuti Yesus, harus memiliki semangat itu, apapun yang
terjadi, bahkan terancamnya nyawa diharapkan tidak membuatnya memilih jalan
yang mudah untuk bisa mendapatkan kedamaian, misalnya dengan menanggalkan
imannya akan Yesus. Kadar iman yang berbeda-beda dari para murid Yesus tidak
dipedulikan oleh para pengejar. Seberapa pun besar kadar iman akan Yesus, di
mata para pengejar, mereka sama, yakni orang-orang yang mengikuti Yesus.
Maka semua dianggap sama dan disingkirkan dengan dibunuh.
130
Katekumen diingatkan kembali bahwa tantangan sebagai pengikut Yesus
bermacam-macam bentuknya. Dalam rekoleksi pertemuan kedua ini, katekumen
diajak merasakan pentingnya hidup bersama orang lain, khususnya orang seiman.
Memang tidak menjadi jaminan jika bersama orang seiman, hidup akan menjadi
lebih baik, bahkan ada pula yang mendapatkan masalah karena hidup bersama
orang seiman. Meskipun demikian, katekumen diarahkan untuk memahami bahwa
itulah tantangan dalam hidup, tinggal bagaimana cara mengantisipasinya sehingga
menghasilkan buah yang membahagiakan.
c). Proses Pelaksanaan
(1). Pembagian Kelompok
Sebelum berlanjut ke acara berikutnya, peserta dibagi menjadi beberapa
kelompok yang anggotanya sekitar 4 atau 5 orang per kelompok. Pembagian
kelompok ini bertujuan agar sharing peserta dapat lebih mendalam dan mereka
memiliki waktu, karena jumlah anggota kelompoknya sedikit. Pembagian
kelompok dilakukan dengan cara berbeda, langkah- langkahnya adalah sebagai
berikut :
(a). Peserta membuat lingkaran besar, bergandengan tangan dan bernyanyi lagu
“Apa Kabar”, serta melakukan gerakan seperti kata-kata dalam syair lagu.
(Terlampir )
(b). Pembimbing menyebutkan jumlah anggota kelompok baru untuk membuat
lingkaran, bernyanyi, dan membuat gerakan yang sama
131
(c). Tindakan ini dilakukan berkali-kali sampai pada jumlah anggota kelompok
sesuai dengan yang diharapkan.
(2). Sharing Pengalaman
Peserta diajak untuk mengingat pengalaman akan peristiwa yang menakutkan
berhubungan dengan orang lain. Agar peserta lebih terarah, disampaikan butir-
butir pertanyaannya, yaitu:
(a). Bagaimana pengalaman Anda bersama seseorang yang membuat takut atau
sungkan untuk dekat dengannya?
(b). Mengapa Anda takut terhadap orang tersebut?
(c). Bagaimana tindakan Anda selanjutnya menghadapi orang tersebut?
Setelah peserta mengingat-ingat pengalaman tersebut, mereka
membagikannya dalam kelompok yang sebelumnya telah dibentuk. Setelah waktu
yang ditentukan sudah habis, salah satu wakil dari kelompok diminta untuk
menyampaikan butir-butir penting kepada kelompok besar. Sesudahnya,
pembimbing memberikan kesimpulan.
(3). Pendalaman Kitab Suci
Pembimbing membacakan dari Kitab Suci, Kisah Para Rasul 8: 1b-3. Setelah
selesai membacakan, pembimbing meminta peserta menanggapi bacaan tersebut.
Setelah beberapa peserta memberikan tanggapan, pembimbing memberikan tafsir
dari bacaan dan peneguhan sebagai berikut:
132
“Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul yang mengkisahkan tentang
penganiayaan para murid Yesus. Dari awal Yesus lahir ke dunia sampai wafat dan
naik ke Surga, permasalahan selalu ada. Banyak orang yang mempertentangkan
kehadiran-Nya di dunia, bahkan setelah Yesus “dibunuh”, orang-orang yang
mengikuti-Nya pun disingkirkan dengan dibunuh. Penganiayaan yang terjadi
dapat dikatakan karena “ulah” Stefanus. Kisahnya dapat dibaca dalam bacaan
sebelumnya. Perkataan Stefanus yang tajam dan membuat Mahkamah Agama
tersinggung menjadi provokator banyak pihak dan banyak pula yang ingin
memusnahkan Stefanus dan orang-orang yang terkait dengannya, yang pasti
adalah para pengikut Yesus. Setelah kematian Stefanus, semakin banyaklah
kesulitan terjadi pada jemaat Kristen. Murid-murid Yesus itu menyebar dan dapat
pula dikatakan sebagai tahap penyebarluasan Gereja. Menjadi orang yang
mengikuti Yesus pada zaman dulu memang banyak resikonya, karena banyak
ancaman datang kepada mereka. Meskipun demikian, Tuhan tidak membiarkan
mereka sendiri. Nyata bahwa sampai sekarang pun masih banyak pengikut Yesus,
bahkan semakin banyak. Hal ini merupakan bukti bahwa Tuhan senantiasa
membimbing dan melindungi orang-orang yang dengan setia mengikutinya”.
(4). Bernyanyi “Tuhan Ada” (Terlampir)
Pembimbing mengajak peserta untuk bernyanyi yang syairnya juga
diharapkan dapat meneguhkan dan memberikan kekuatan. Maka, setelah
menyanyi, pembimbing mengarahkan peserta untuk tetap yakin bahwa Tuhan ada
dan selalu menjaga.
133
(5). Menonton Film “Dawn of the Died”
Peserta diajak menonton film, tetapi sebelumnya disampaikan pengantar agar
peserta memperhatikan bagian-bagian tertentu yang penting untuk dibicarakan:
“Saya memang tidak pernah menemukan makna atau tafsiran dari film yang
akan kita tonton. Oleh karena itu, setelah menyaksikan film ini, kita bersama-
sama akan mencari maknanya. Makna dari film ini mungkin bermacam-macam
dilihat dari berbagai segi, tetapi saya ingin mengajak Anda sekalian untuk
memaknainya mengarah pada permasalahan yang kita bicarakan, tantangan-
tantangan yang kita hadapi di dunia ini.”
Sinopsis cerita adalah sebagai berikut:
Seorang perawat Rumah Sakit, sepulang bekerja dan ketika tiba di rumah,
bertemu dengan suaminya. Keesokan hari, ketika baru bangun tidur dilihatnya
anak dan suaminya menjadi monster menakutkan yang ingin menggigitnya.
Ketika dia lari keluar rumah, ternyata ada banyak orang yang demikian dan orang
yang digigit mereka yang telah menjadi monster, akan menjadi monster pemburu
manusia juga. Dalam pelariannya, ditemukan beberapa orang yang selamat dan
mereka mengupayakan untuk bisa pergi dari tempat itu. Setelah dengan susah
payah mencoba meninggalkan tempat itu dan sampai di tempat yang dirasa jauh,
ternyata mereka bertemu kembali dengan manusia-manusia yang telah menjadi
monster. Sampai film ini selesai, tidak tahu apa yang menyebabkan banyaknya
manusia yang berubah menjadi monster seperti itu.
134
Setelah film ini selesai, peserta diminta memberikan tanggapan: “Bagaimana
tanggapan Anda terhadap film ini sehubungan dengan pembicaraan kita tentang
ketakutan dan situasi zaman sekarang?”
(6). Uraian Materi
“Dari film ditemukan bermacam-macam tanggapan dan penafsiran,
terimakasih karena telah menyampaikan buah pikirannya dan membantu kita yang
hadir di sini. Pada awal tadi, kita bersama-sama melihat kembali pengalaman
merasakan ketakutan berhadapan dengan orang lain. Orang lain yang membuat
kita takut hanyalah salah satu tantangan, masih banyak tantangan lain yang akan
datang dan harus kita hadapi. Tantangan yang berkaitan dengan kita sebagai
pengikut Yesus merupakan konsekuensi yang memang harus kita terima. Mulai
dari manusia lain, pemerintah, warga masyarakat, maupun warga Gereja sendiri
akan menjadi tantangan untuk kita. Lebih luas lagi, tantangan itu dapat berasal
dari isi bumi ini yang sekarang beragam. Hal-hal baru itu dibuat oleh manusia dan
tidak jarang malah mencelakakan manusia sendiri. Contoh konkretnya, alat
komunikasi berupa handphone yang setiap waktu diupayakan bentuk atau featur
yang berbeda dan lebih baik, menurut pembuat atau pecinta handphone. Alat
tersebut memang baik dibuat dan digunakan karena ada beberapa dampak
positifnya, tetapi apakah ada dampak negatifnya? Rasanya ada dan salah satunya
ialah ketergantungan pada alat tersebut sehingga kurang maksimalnya hubungan
dua orang atau lebih secara langsung atau tatap muka. Tantangan lainnya pun siap
di depan kita dan kita pun harus siap mengantisipasinya. Seperti dalam film tadi,
135
manusia di sekitanya tidak lagi seperti manusia yang diharapkan, semua saling
membunuh. Berdekatan dengan manusia lain secara fisik tidak lagi menenangkan
bahkan membuat ketakutan, karena memikirkan bahwa jangan-jangan mereka
akan mencelakakan kita. Untuk itu, kita dianjurkan berhati-hati dan melakukan
tindakan yang tidak mengundang manusia lain mencelakakan kita dan kita pun
tidak menjadi ancaman untuk manusia lainnya itu”.
3). Pertemuan Ketiga
a). Identitas Pertemuan
(1). Judul Pertemuan : Semua Berarti di Mata Tuhan
(2). Tujuan Pertemuan : Katekumen semakin merasakan kasih Allah melalui
sesama dan berbesar hati untuk siap menjalin relasi dengan
orang lain karena merasa dirinya berarti
(3). Peserta : Katekumen
(4). Tempat : Auditorium IPPAK-USD
(5). Pelaksana : Pembimbing Katekumen
(6). Waktu : Pkl. 13.00-16.00 WIB
(7). Hari/Tanggal : Hari Minggu Kedua Bulan Oktober
b). Pemikiran Dasar
Tidak semua katekumen yakin akan dapat menjadi orang Katolik yang baik,
terlebih ketika pada pertemuan pertama diberikan materi yang “berat” dan
menantang mereka. Bagi mereka yang merasa tidak mampu, mungkin akan
136
mengurungkan niatnya untuk menjadi orang Katolik. Bahkan dapat terjadi,
mereka mengalami kebingungan akan apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Tuhan memberikan kemampuan kepada manusia secara seimbang. Semua
manusia diciptakan Tuhan kuat dan bisa melakukan apa yang ingin dilakukannya
sebatas memang kehendak Tuhan. Kemampuan dan kelebihan manusia diberikan
oleh Tuhan karena manusia berarti di mata Tuhan. Tuhan akan senantiasa
membimbing dan mengarahkan mana jalan yang baik untuk dilalui.
Dalam pertemuan ketiga, katekumen diajak untuk menyadari kemampuannya
sehingga lebih siap dan berani untuk hidup dalam dunia bersama manusia lain dan
benda-benda buatan manusia itu.
c). Proses Pelaksanaan
(1). Bermain “Posisiku”
Peserta diajak bermain dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(a). Beberapa kelompok yang telah dibagi pada pertemuan sebelumnya
digabungkan sehingga terbentuk 2 atau 3 kelompok
(b). Masing-masing diminta memilih benda yang dimilikinya (baik yang dipakai
maupun dibawa) dan memiliki makna khusus
(c). Masing-masing kelompok diminta untuk membuat satu bentuk bangunan atau
benda yang berbeda antar kelompok, dengan benda yang dimilikinya tadi
(d). Masing-masing orang diberi kebebasan untuk meletakkan benda miliknya
pada bagian mana saja demi terciptanya bentuk yang diinginkan
137
Setelah semua kelompok menyelesaikan bentuk yang diminta, pembimbing
memberikan penilaian dari peserta agar permainan lebih menarik.
Makna permainan:
(a). Masing-masing orang memiliki sesuatu yang berharga (Walaupun sebenarnya
semuanya berharga)
(b). Sesuatu yang berharga itu dipilih dan diberikan untuk kelompok agar dapat
menjadi bentuk yang diinginkan
(2). Bermain “Menyusun Puzzle”
Pembimbing mempersiapkan “puzzle” dan diberikan satu buah kepada
masing-masing kelompok. Semua kelompok harus menyusun “puzzle” tersebut
tetapi tidak boleh ada yang bersuara. Jika ada anggota kelompok yang bersuara,
maka dianggap kalah sebelum permainan selesai.
Makna permainan: Diperlukan komunikasi dalam melakukan sesuatu baik
dengan orang lain maupun dengan Tuhan. Apabila tanpa komunikasi, ada
kemungkinan suatu pekerjaan akan sulit dilakukan dengan cepat dan baik.
Setelah kedua permainan tadi dimainkan, pembimbing meminta peserta untuk
menanggapinya.
(a). Bagaimana perasaan dan tanggapan Anda ketika melakukan 2 permainan tadi?
(b). Apa makna yang didapat dari pemainan, sehubungan dengan pengalaman
hidup Anda?
138
Jawaban dari kedua pertanyaan itu, diungkapkan dalam kelompok besar oleh
peserta secara bebas.
(3). Uraian Materi
“Kita semua berarti di mata Tuhan, tetapi tidak jarang kita melakukan
tindakan yang membuat hidup kita tidak berarti baik bagi diri sendiri maupun
orang lain. Seringkali kita tidak mengerti apa yang ingin orang lain lakukan,
demikian juga sebaliknya, orang sering tidak mengerti apa yang kita inginkan.
Keadaan saling tidak mengerti itu dapat mengakibatkan hal lain yang merugikan.
Keadaan tersebut dapat diistilahkan “mis communication” atau komunikasi yang
meleset, dalam arti terdapat komunikasi tetapi tidak mengena. Maka dari itu
diperlukan komunikasi yang bukan hanya berbicara “sambil lalu” melainkan
pembicaraan yang mendalam. Pembicaraan yang mendalam bukan juga
pembicaraan dengan materi yang berat-berat melainkan materi apa saja pun bisa.
Yang diperlukan adalah sikap saling menghargai dan mendengarkan lawan bicara.
Kejujuran dan kerelaan diri untuk membagi dan mengungkapkan apa yang
dirasakan juga akan mendukung lancarnya komunikasi. Wajar apabila suatu kali
kita mengalami salah paham dengan orang lain, tetapi ketika baik dengan orang
yang sama ataupun berbeda kita selalu salah paham, maka perlu dipertanyakan
“Apa yang sebenarnya terjadi? Adakah yang salah dalam hubungan ini?”
Mungkin permasalahannya adalah sepele, tetapi dampak negatifnya itu sangat
besar maka diperlukan tindak lanjutnya”.
139
(4). Membuat Daftar Kelebihan Diri
Pembimbing mengajak peserta menuliskan apa saja yang menurutnya menjadi
kelebihan atas dirinya. Hal ini bukan untuk menyombongkan diri, tetapi agar
dapat dikembangkan dan membantu dalam kelancaran komunikasi dengan orang
lain. “Cari dan tulislah kelebihan yang Anda miliki dan mungkin jarang dimiliki
oleh orang lain!”. Peserta diberi waktu untuk mencari dan menuliskannya. Setelah
selesai, pembimbing mempersilakan peserta satu per satu menuliskannya di papan
yang telah disediakan, tetapi sebelumnya diberi pengantar atau dapat juga sebagai
pesan:
“Kita telah menemukan kelebihan masing-masing dan sekarang akan
menunjukkan kepada teman lainnya. Bagi yang akan menuliskannya, jangan malu
atau ragu dan bagi yang lainnya, diharapkan untuk tidak mengomentari bahkan
mencela. Silakan, bisa dimulai dari yang paling pinggir di sebelah kanan saya”
Setelah semua menuliskan di papan, pembimbing memberikan tujuan dari
pencarian kelebihan diri tersebut.
“Saya sudah mengatakan bahwa dengan mencari kelebihan diri dan
memberitahukan kepada orang lain bukan untuk menyombongkan diri, melainkan
dengan melihat hal positif dari diri kita masing-masing dapat membantu kita
dalam mengembangkan diri karena kita mengetahui bahwa diri kita punya
keunggulan atau hal yang positif. Dengan memberitahukan keunggulan kita
tersebut, dapat membantu memolakan kebaikan tersebut dalam diri kita dan
memotivasi kita untuk mengembangkannya. Tidak berhenti di sini, karena
140
tindakan tersebut akan membuat kita terbiasa mencari keunggulan lainnya. Ketika
pada suatu waktu kita merasa tidak ada hal positif dari tindakan kita atau sikap
kita, maka kita pun akan terpacu untuk melakukan hal-hal yang positif”.
4). Pertemuan Keempat
a). Ibadat Sabda
Tujuan Pertemuan : Katekumen semakin merasakan banyaknya saudara yang
ada di sekitarnya yang saling mendukung bagaimanapun
keadaannya
Peserta : Katekumen
Tempat : Auditorium IPPAK-USD
Pelaksana : Pembimbing Katekumen
Waktu : Pkl. 16.00-17.00 WIB
Hari/Tanggal : Hari Minggu kedua Bulan Oktober
Pemikiran Dasar :
Katekumen telah mendalami materi persaudaraan dan komunikasi. Relasi
persaudaraan dapat dibentuk baik dalam keluarga, masyarakat maupun umat
seiman. Walaupun dalam relasi itu tidak selamanya berjalan lancar, terkadang
relasi yang tampak baik itu berakibat buruk. Hal ini dapat terjadi salah satunya
karena kurangnya komunikasi antara kedua pihak atau lebih. Ibadat Sabda yang
dilaksanakan di ujung acara rekoleksi mengajak katekumen untuk semakin
merasakan banyaknya saudara yang siap dan saling mendukung, bukan malah
141
membinasakan. Godaan-godaan yang sering menyesatkan harus “diusir” dan
sebagai manusia, perlu waspada agar tidak mudah terjebak.
Tuhan telah menciptakan manusia tidak sendirian, selain alam yang kaya,
diciptakanlah pula manusia lain dengan harapan dapat bersama-sama menjaga
alam itu dan hubungan antara manusia sendiri. Masing-masing orang diberikan
kelebihan dan diharapkan dapat dikembangkan untuk membantu kelancaran
proses komunikasi. Kejelasan diperlukan dalam berkomunikasi agar komunikasi
tidak meleset. Ketegasan dalam menerima ataupun menolak setiap tawaran juga
diperlukan, tetapi memang diperlukan keterampilan dalam mengungkapkannya.
Bacaan pertama dalam ibadat sabda yang diambil dari Ul. 13: 1-5 mengingatkan
untuk selalu waspada. Disadari ataupun tidak, banyak cobaan di sekitar manusia,
baik yang tampak menyenangkan maupun yang secara nyata tidak menyenangkan.
Peringatan yang terdapat dalam bacaan pertama ialah untuk dapat menerima dan
memilih dengan bijaksana tawaran dari orang-orang yang menyatakan dirinya
“benar” dan apa yang dilakukannya berasal dari Allah, walaupun yang dimaksud
mereka adalah allah yang lain dari Allah orang Kristiani.
Bukan hanya manusia yang mendapat godaan dari orang-orang yang hendak
menyesatkan, bahkan Yesus sendiri yang adalah Tuhan juga digoda. Godaan
terhadap Yesus ditemukan dalam Lukas 4: 1-13 ketika Yesus sedang berpuasa.
Setan yang menggoda Yesus ditanggapi dengan “cerdik” oleh Yesus, hingga
akhirnya setan pergi meninggalkan Yesus. Setan yang memiliki niat jahat tidak
berhenti sampai di sana, tetapi masih selalu berusaha masuk melalui celah-celah
yang dirasa dapat dimasuki. Bukan hanya Yesus yang “diincar” setan, tetapi juga
142
orang-orang yang mengikuti Yesus, sampai saat sekarang. Godaan yang dilakukan
setan memiliki banyak bentuk. Karena itulah perlu waspada yang tinggi, kesiap-
siagaan, dan kebijaksanaan dalam memilihnya.
b). Proses Pelaksanaan
(1). Nyanyian Pengantar
Kidung Kasih (KE. 012)
(2). Pengantar
P : Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus
U : Amin
P : Semoga kasih Allah dapat kita rasakan bersama
U : Sekarang dan selama-lamanya
Saudara-saudari yang terkasih, dalam rekoleksi yang kita jalani selama hampir
satu hari telah mengajak kita mengingat pengalaman berelasi dengan orang lain
yang penuh halangan. Halangan tersebut merupakan salah satu bentuk konkret
pengalaman dalam kehidupan. Pengalaman lain yang telah atau akan kita alami
harus kita hadapi, terlebih pengalaman yang menjadi konsekuensi karena kita
memilih menjadi pengikuti Yesus. Setelah merenung selama rekoleksi, dalam
ibadat ini kita juga memiliki waktu untuk memutuskan apa yang akan kita pilih,
terus mengikuti Yesus dengan banyaknya konsekuensi yang harus ditanggung dan
dihadapi atau memutuskan berhenti mengikuti Yesus dan memilih beriman
kepada allah lain. Saudara-saudari, mari kita mohonkan ampun atas diri kita yang
143
sering kurang percaya pada Allah ketika banyak pengalaman buruk yang kita
alami.
(3). Seruan Tobat
P : Tuhan Yesus yang Maha Cinta kami seringkali mengeluh atas pengalaman
yang tidak menyenangkan. Tuhan kasihanilah kami
U : Tuhan kasihanilah kami
P : Hidup kami terasa tidak berarti manakala kedukaan yang kami alami
tanpa merasakan bahwa sebenarnya Engkau seantiasa menemani dan
mengarahkan kami kepada kebahagiaan. Kristus kasihanilah kami
U : Kristus kasihanilah kami
P : Hati kami yang buta, tidak dapat melihat bahwa Engkau hadir dan
mempersiapkan surga bagi kami. Tuhan kasihanilah kami
U : Tuhan kasihanilah kami
Semoga kesalahan dan dosa kita diampuni oleh Allah yang Maha Kuasa,
karena Dialah pencipta dan yang senantiasa menaungi hidup kita, kini dan
sepanjang masa. Amin.
(4). Doa Pembukaan
Marilah berdoa.
“Tuhan Yesus, Engkau telah merencanakan segala yang indah untuk umat-
Mu. Meskipun demikian, kami sering merasakan ketakutan dan enggan untuk
melanjutkan hidup bersama-Mu. Kami memohon kepada-Mu agar iman kami
tidak akan memudar meskipun banyak tantangan yang harus kami hadapi. Semoga
semua orang yang beriman kepada-Mu membawa kedamaian dan menunjukkan
144
jalan menuju Kerajaan-Mu. Engkaulah Tuhan kami, kini dan sepanjang masa.
Amin.”
(5). Bacaan I
Ulangan 13: 1-5 “Peringatan Terhadap Penyembahan Berhala dan Ibadah yang
Sesat”
(6). Nyanyian Antar Bacaan
Sabda Kehidupan (KE. 021)
(7). Bacaan Injil
Lukas 4: 1-13 “Pencobaan di Padang Gurun”
(8). Homili, dengan butir-butir sebagai berikut:
(a). Dunia penuh dengan hal-hal yang menarik yang tidak jarang membawa
manusia semakin menjauhi Sang Pencipta
(b). Cobaan ada di mana-mana, pada masa sebelum Yesus, pada masa Yesus di
dunia, bahkan sesudah Yesus secara fisik meninggalkan dunia dan sampai
masanya kita hidup di dunia
(c). Jika tidak bijak memilih segala tawaran di sekitar kita, akan membawa kepada
kesesatan
(d). Tuhan menghendaki kebahagiaan kita, tetapi juga membebaskan kita dan tidak
menuntut. Maka, kita sendiri yang hendaknya memikirkan jalan hidup
masing-masing.
(9). Doa Umat
Tuhan Yesus Sang Pencipta kehidupan, kami yakin yakin bahwa Engkaulah
yang menciptakan kami. Engkau menciptakan dan merencanakan kehidupan yang
145
membahagiakan bagi kami. Kepada-Mulah kami bersyukur dan memohon atas
apa yang kami harapkan:
P : Tuhan, ampunilah segala dosa kami dan orang-orang yang telah melakukan
kesalahan kepada kami.
Kami mohon...
U : Kabulkanlah doa kami ya Tuhan
P : Berilah kesabaran dan ketabahan bagi kami dalam menjalani kehidupan yang
penuh dengan warna baik yang menyenangkan ataupun yang membuat kami
sedih.
Kami mohon...
U : Kabulkanlah doa kami ya Tuhan
Silakan bagi umat yang ingin menyampaikan doa permohonannya secara
spontan. (Diberi beberapa waktu untuk umat mengungkapkan doanya secara
spontan). Tuhan Yesus, syukur atas cinta-Mu dan pendampingan-Mu dalam
perjalanan hidup kami. Kami serahkan syukur dan permohonan ini hanya kepada-
Mu. Kami yakin bahwa Engkaupun mengetahui isi hati dan permohonan kami
masing-masing, semoga itulah yang terbaik sehingga dapat terwujud dalam
kehidupan kami. Kami serahkan semua kepada-Mu dan kami satukan dengan doa
seperti yang Engkau ajarkan kepada kami. Bapa kami...
(10). Doa Penutup
“Tuhan Yesus, sumber cahaya abadi, kami bersyukur kepada-Mu atas
anugerah dan teladan yang Kau berikan kepada kami. Semoga terang-Mu dapat
membimbing dan menguatkan kami, sehingga dapat melawan bahkan mengusir
146
godaan yang menyesatkan. Engkaulah pengantara kami, kini dan sepanjang masa.
Amin.”
(11). Nyanyian Penutup: Kutemukan Cinta (KE. 045)
147
3. Rekoleksi Ketiga a. Program Rekoleksi 1). Tema Umum : Menjadi Katolik Lahir dan Batin 2). Tujuan : Calon baptis semakin memahami dan menyadari panggilannya sebagai pengikut Kristus, sekaligus
tantangannya, dan dengan tabah menjalankan tugas perutusannya bersama umat lainnya, sehingga sebagai baptisan baru kelak diharapkan mereka lebih terlibat
3). Tema Rekoleksi 3 : Rencana Tuhan Indah Pada Waktunya 4). Tujuan : Agar katekumen siap menjadi pengikut Kristus dengan segala konsekuensinya serta percaya bahwa
Kristus senantiasa membimbing dan mengarahkan pada kebahagiaan
NO Waktu Judul Pertemuan
Tujuan Pertemuan
Materi Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Hari Sabtu
pertama Bulan Februari
1 16.30-17.00 Heregistrasi Mendata peserta yang hadir dalam rekoleksi
• Daftar Hadir • Call card
• Peserta mengisi “daftar hadir”
• Peserta menerima call card dan makainya
• Pemberitahuan kamar peserta
-
-
-
2 17.00-17.30 Pembukaan Membuka rekoleksi dan
• Doa • Ucapan
• Pembina memimpin doa
• LCD
148
NO Waktu Judul Pertemuan
Tujuan Pertemuan
Materi Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) memberitahukan
hal-hal teknis yang mungkin diperlukan
Selamat Datang
• Hal-hal Teknis
• Lagu “Bernyanyi Gembira”
memulai rekoleksi • Pembina
memberikan ucapan selamat datang kepada peserta rekoleksi
• Pembina menyampaikan hal-hal yang sifatnya teknis berkaitan dengan tempat mengadakan rekoleksi (jika ada)
• Bernyanyi lagu “Bernyanyi Gembira” sambil bergoyang
-
• Lap-top
• Layar -
-
3 17.30-19.00 Masa Penantian yang Panjang
Calon baptis mengingat kembali pengalaman selama menjalani masa katekumenat dan menemukan
• Pengantar • Pengalaman
calon baptis selama menjalani masa
• Pembina mengantar peserta ke tujuan pertemuan
• Menggali dan membagikan
• Cera-mah
• Sharing
-
• Penga-laman Hidup Peserta
149
NO Waktu Judul Pertemuan
Tujuan Pertemuan
Materi Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) maknanya katekumenat pengalaman
selama menjalani masa katekumenat
4 19.00-19.30 Makan Malam
- - - - - -
5 19.30-21.00 Keterbuka-an Hati Menghantar Kepada Kasih
Calon baptis semakin menyadari pentingnya keterbukaan sehingga dapat saling memahami dan mengalami keakraban
• Permainan “Kenalan Donk…”
• Pengalaman Keterbukaan
• Pengenalan Diri Dan Orang Lain
• Bermain dan menggali makna dari permainan “kenalan Donk…”
• Menggali dan mebagikan pengalaman terbuka hati
• Penjelasan tentang pengenalan diri dan orang lain
• Berma-in
• Sharing • Cera-
mah
• Kertas • Pena • Penga-
laman kateku-men
• Penga-laman Hidup Peserta
6 21.00-21.30 Renungan Malam
Merefleksikan pengalaman seharian dan materi yang telah diterima dalam rekoleksi sehingga siap membangun niat
• Kasih Setia Allah Kepada Orang Israel
• Pengalaman katekumen
• Mendalami kasih setia Allah yang diungkapkan dalam mazmur
• Merefleksikan pengalaman katekumen
• Bernya-nyi
• Bere-fleksi
• Mende- ngarkan lagu
• Kitab Suci
• Madah Bakti
• Kidung Ekaris-ti
• Mazmur 136: 1-26
• Kaset Lagu “Hero”
150
NO Waktu Judul Pertemuan
Tujuan Pertemuan
Materi Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) tobat untuk hari
yang akan datang • Speaker
• MP4
7 21.30-22.00 Jam Bebas Calon baptis menggunakan waktu untuk saling mengakrabkan diri satu sama lain
-
-
-
-
-
8 22.00 Istirahat-Tidur
- - - - - -
Hari Minggu pertama Bulan Februari
9 05.30-06.30 Bangun-Olahraga Bersama
Calon baptis dan Pembina memulai hari dengan semangat dan siap mengikuti acara selanjutnya
Menari “Poco-Poco”
Peserta dan pembimbing menari dengan iringan musik dan lagu “Poco-Poco”
Menari • Tape • Kaset
Kaset “Poco-Poco”
10 06.30-07.00 Mandi - - - - - - 11 07.00-07.30 Makan Pagi - - - - - - 12 07.30-08.30 Mengenal
Lebih Mendalam
Calon baptis semakin mengenal keadaan diri sendiri
• Lagu “Semua Karena
• Bernyanyi lagu “Semua Karena Cinta”
• Bernya-nyi
• Berma-
• Teks Lagu “Se-
• Buku “Per-mainan
151
NO Waktu Judul Pertemuan
Tujuan Pertemuan
Materi Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) dan orang lain Cinta”
• Permainan “Surat Cinta Untuk Kekasih”
• Jendela Johari
• Bermain dan mencari makna dari permainan “Surat Cinta Untuk Kekasih”
• Penjelasan Jendela Johari
in • Cera-
mah
mua Karena Cinta”
• Surat Cinta Untuk Kekasih
• Laptop • LCD
Asyik” • Bahan
Retret semes-ter VII-IPPAK
13 08.30-11.00 Bersyukur Lewat Doa
Calon baptis semakin memahami makna doa dan termotivasi untuk selalu berdoa baik pribadi maupun bersama umat lainnya
• Doa Pribadi dan Bersama
• Doa Calon Baptis
• Penjelasan tentang doa pribadi dan bersama
• Latihan menyusun doa pribadi dan bersama
• Cera-mah
• Latihan menulis buah pemi-kiran
• Laptop • LCD • Layar • Kertas • Pena
• Bahan Retret semes-ter VII-IPPAK
14 11.00-11.15 Istirahat-Minum
- - - - - -
15 11.15-12.30 Waktu Untuk Berkomunikasi
Calon baptis semakin menghargai waktu dan bersedia
• Bernyanyi “Pagi Berseri”
• Hal
• Bernyanyi “Pagi Berseri” dan mendalami makna lagu bersama-
• Ber-main
• Diskusi • Refleksi
• Kertas • Pena • Teks
lagu
• Buku “Per-mainan Asyik”
152
NO Waktu Judul Pertemuan
Tujuan Pertemuan
Materi Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Dengan
Tuhan menyediakan waktu untuk Tuhan
Kekuatiran • Permainan
“Prioritas Hidup”
• Lagu “Sediakan Waktu Untuk…”
sama • Mendalami
bacaan Kitab Suci • Bermain dan
mencari makna dari permainan “Prioritas Hidup”
• Bernyanyi dan mencari makna dari lagu “Sediakan Waktu Untuk…”
• Bernya-nyi
“Pagi Ber-seri”
• Teks lagu “Sedia-kan Waktu Untuk...”
• Kitab Suci
• Mat 6: 25-34
• Penga-laman Peserta
• Buku “Komu-nikasi Me-ngena”
16 12.30-13.30 Ibadat Sabda
Calon baptis semakin merasa yakin akan imannya terhadap Yesus Kristus serta siap menjalankan konsekuensi sebagai orang Katolik
• Tentang Tolong-Menolong
• Jalan Yang Benar
• Doa Permohonan yang disusun Peserta
-
• Bernya-nyi
• Hening • Berdoa
Spontan • Berdoa
Bersama
• Madah Bakti
• Kitab Suci
• Kidung Ekaris-ti
• Doa yang disu-sun oleh umat
• MB. 160
• Ulangan 22: 1-4
• MB. 210
• Matius 7: 12-14
• KE. 006
153
NO Waktu Judul Pertemuan
Tujuan Pertemuan
Materi Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 17 13.30-14.00 Makan
Siang - - - - - -
18 14.00 Sayonara-Pulang
- - - - - -
154
b. Satuan Persiapan
1). Pertemuan Pertama
a). Identitas Pertemuan
(1). Judul Pertemuan : Pembukaan
(2). Tujuan Pertemuan : Membuka rekoleksi dan memberitahukan hal-hal teknis
yang mungkin diperlukan
(3). Peserta : Calon Baptis
(4). Tempat : Wisma di Kaliurang
(5). Pelaksana : Pembimbing Katekumen
(6). Waktu : Pkl. 17.00-17.30 WIB
(7). Hari/Tanggal : Hari Sabtu pertama Bulan Februari
b). Pemikiran Dasar
Katekumen telah melewati masa katekumenat dan akan memasuki masa
persiapan akhir. Para pembimbing telah memberikan pemahaman tentang materi
yang dipersiapkan secara khusus bagi katekumen. Materi tersebut bukan hanya
mengembangkan pengetahuan, tetapi juga hati dan iman akan Yesus Kristus.
Diharapkan melalui pembinaan pada masa katekumenat, motivasi katekumen
untuk mengikuti Yesus semakin jernih dan siap menjadi anggota Gereja.
Pembimbing pun diharapkan mampu menjadi orang yang siap membimbing
kapan pun juga.
Setelah dilewatinya masa katekumenat, dirasakan perlu pembinaan yang
khusus dengan waktu yang lebih panjang untuk setiap kali pertemuan. Pertemuan
155
khusus itu dikemas dalam bentuk rekoleksi yang waktunya satu hari penuh
sehingga para katekumen cukup leluasa dalam mengolah diri dan imannya secara
intensif dengan bimbingan para pembimbing rekoleksi.
c). Proses Pelaksanaan
(1). Doa
Pembimbing memulai pertemuan dengan berdoa:
“Tuhan Yesus, kami mengucapkan syukur atas kasih-Mu yang Kau berikan
pada kami. Selama masa katekumenat, kami mendapat pembinaan dan semakin
memahami tentang Engkau dan Gereja-Mu. Pada saat ini, secara khusus kami
akan mendalami kembali makna panggilan sebagai pengikut-Mu. Meskipun
banyak tantangan, kami ingin tetap berani menjalankan bersama saudara umat
seiman. Kami mohon kekuatan agar kami berani mengungkapkan apa yang ingin
kami lakukan demi keluhuran nama-Mu. Engkau kami puji, kini dan sepanjang
masa. Amin.”
(2). Ucapan Selamat Datang
Pembimbing memberikan ucapan selamat datang kepada para peserta
rekoleksi:
“Saudara-saudara, kita sama-sama tahu dan mengalami bahwa kita telah
mengikuti pembinaan selama kurang lebih satu tahun. Pembinaan itu belum
selesai, baik menuju penerimaan Sakramen Baptis maupun dalam memperdalam
iman akan Yesus. Kita perlu pembinaan yang terus-menerus, walaupun bentuknya
156
berbeda-beda. Dalam rekoleksi ini kita akan mendalami kembali makna
panggilan, baik panggilan menjadi pengikut-Nya maupun panggilan menjalankan
apa yang dikendaki-Nya. Rekoleksi akan berlangsung sampai besok, minggu
siang, semoga saudara sekalian turut berpartisipasi karena jika tidak, rekoleksi
tidak akan berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan yang diharapkan.”
(3). Hal-hal Teknis
Pembimbing menyampaikan beberapa hal teknis, baik peraturan dari tempat
dimana diadakannya rekoleksi ini maupun peraturan yang disusun oleh
pembimbing sendiri, seperti:
(a). Selama berlangsungnya acara, diharapkan Hand Phone disilent atau di
nonaktivkan
(b). Tidak diperkenankan merokok selama acara berlangsung, di ruangan
pertemuan dan di kamar-kamar
(c). Tidak diperkenankan memotret selain tim pendamping selama berlangsungnya
acara
(d). Semua diharapkan berpartisipasi dalam menyukseskan acara dengan terlibat
berbicara dan bertindak
(4). Lagu “Bernyanyi Gembira” (Terlampir)
Peserta diajak bernyanyi bersama dengan gerakannya. Lagu dan gerak
disudahi ketika hampir semua peserta tampak menguasai lagu dan gerakannya,
serta tampak semangat. Setelah itu, pembimbing menanyakan perasaan peserta:
157
“Bagaimana, sudah merasa segar setelah perjalanan jauh menuju gunung ini?”
(diberi beberapa waktu bagi peserta untuk menjawab secara spontan).
Pembimbing juga mempersilakan peserta duduk, kemudian mengajak untuk
siap mengikuti setiap session dalam rekoleksi.
“Setelah kita bernyanyi gembira, berdendang dan berlenggang, semoga bukan
cuma fisik kita yang gembira, tetapi juga hati kita dan semangat dapat selalu kita
miliki sehingga sampai rekoleksi ini berakhir, kita tetap siap, semangat, dan
gembira mengikutinya”.
2). Pertemuan Kedua
a). Identitas Pertemuan
(1). Judul Pertemuan : Masa Penantian yang Panjang
(2). Tujuan Pertemuan : Calon baptis mengingat kembali pengalaman selama
menjalani masa katekumenat dan menemukan maknanya
(3). Peserta : Calon Baptis
(4). Tempat : Wisma di Kaliurang
(5). Pelaksana : Pembimbing Katekumen
(6). Waktu : Pkl. 17.30-19.00 WIB
(7). Hari/Tanggal : Hari Sabtu pertama Bulan Februari
158
b). Pemikiran Dasar
Masa katekumenat sama seperti masa penantian bagi para katekumen akan
datangnya kesempatan untuk bisa menjadi anggota Gereja. Masa yang memakan
banyak waktu tersebut menghasilkan banyak pengalaman bagi katekumen.
Pengalaman merupakan hal yang bermakna apabila direfleksikan. Pengalaman
yang menyedihkan akan membuahkan makna yang sangat kaya, pengalaman yang
menyenangkan pun akan bermakna macam-macam.
Pertemuan dalam rekoleksi ingin menggali kembali pengalaman para
katekumen dan memaknainya bersama-sama. Sehingga akan ditemukan makna
yang mendalam dan mampu memahami bahwa semua itu adalah pemberian dan
kehendak Tuhan.
c). Proses Pelaksanaan
(1). Pengantar
Pembimbing memberikan pengantar, sebelum masuk ke sharing peserta:
“Pengalaman dan perasaan setiap manusia atau kita semua berbeda-beda. Ada
yang merasakan senang terus, sedih terus ataupun seimbang antara senang dan
sedih. Pengalaman dan perasaan senang dan sedih tersebut sudah wajar dialami
oleh manusia, tetapi memaknai setiap pengalaman baik senang maupun sedih
berbeda satu dengan yang lain. Ada orang yang marah-marah dengan peristiwa
menyedihkan atau menjengkelkan dalam hidupnya, tetapi ada yang bahagia
karena di sana menemukan makna yang sangat mendalam bagi hidupnya.
Pengalaman saudara yang hampir sama adalah telah menjalani masa katekumenat.
159
Memang masa tersebut bersama-sama dialami oleh kita semua, tentu ada hal
khusus yang berkesan bagi kita masing-masing pribadi. Kita akan mengingat
kembali pengalaman tersebut dan mensharingkan kepada teman-teman yang ada
di sini, untuk menambah kekayaan dan bahan pembelajaran teman lainnya.”
(2). Sharing Pengalaman Peserta Selama Masa Katekumenat
Peserta diminta bersharing dengan panduan pertanyaan sebagai berikut:
(a). Adakah pengalaman yang berkesan selama menjalani masa katekumenat?
(b). Apakah hasil yang Anda peroleh dari pembinaan pada masa katekumenat?
(c). Bagaimana perasaan Anda setelah melewati masa katekumenat?
Setelah peserta mensharingkan pengalamannya, pembimbing memberikan
kesimpulan dan peneguhan dengan inti sebagai berikut:
“Pengalaman selama menjalani masa katekumenat ada banyak dan bervariasi
satu dengan yang lain. Demikian pula hasilnya, ada merasakan hasil yang banyak,
tetapi ada pula yang sedikit sesuai dengan pengalaman tersebut. Sudah pasti yang
sama bagi kita ialah, kita sama-sama akan menyelesaian pembinaan di masa
katekumenat walaupun perasaannya pun berbeda-beda. Mungkin ada yang senang
karena selama ini sibuk dan dengan pembinaan tersebut, mengalami kesulitan
dalam membagi waktu. Mungkin ada juga yang merasa kehilangan karena tidak
ada lagi pembinaan yang sangat bermanfaat secara rutin. Meskipun demikian,
pembinaan bukan hanya dialami pada saat persiapan menerima Sakramen Baptis
160
karena selama hidup, kita selalu ada pembinaan baik dari Gereja maupun orang-
orang yang dijumpai. Sama seperti belajar, tidak akan berhenti sampai mati”.
3). Pertemuan Ketiga
a). Identitas Pertemuan
(1). Judul Pertemuan : Keterbukaan Hati Menghantar Kepada Kasih
(2). Tujuan Pertemuan : Calon baptis semakin menyadari pentingnya keterbukaan
sehingga dapat saling memahami dan mengalami keakraban
(3). Peserta : Calon Baptis
(4). Tempat : Wisma di Kaliurang
(5). Pelaksana : Pembimbing Katekumen
(6). Waktu : Pkl.19.30-21.00 WIB
(7). Hari/Tanggal : Hari Sabtu pertama Bulan Februari
b). Pemikiran Dasar
Pertemuan pertama dalam rekoleksi sudah membantu peserta untuk mau
terbuka dan membuka hatinya dalam membagikan pengalamannya. Keterbukaan
itu sangat baik sehubungan dengan keterbukaan perasaan akan pengalaman yang
akan dialami pada masa mendatang.
Adanya keterbukaan itu menjadikan seseorang mampu mengkomunikasikan
apa yang dirasakan baik kepada keluarga maupun orang lain yang ditemuinya.
Dengan komunikasi tersebut, orang akan saling mengerti dan bersama-sama
menentukan apa yang akan dilakukan.
161
Pertemuan ketiga dalam rekoleksi mengajak katekumen menyadari bahwa
dengan keterbukaan, akan menghasilkan pengertian sehingga memperkecil
kemungkinan salah paham dan hal negatif lainnya sehubungan dengan relasi
pribadi.
c). Proses Pelaksanaan
(1). Bermain “Kenalan Donk…”
Pembimbing mengajak peserta bermain dengan tujuan agar peserta semakin
akrab, bahkan mengetahui hal-hal yang selama ini kurang diperhatikan, seperti
ukuran sepatu, dan sebagainya. Cara permainnannya sebagai berikut:
(a). Peserta berhitung masing-masing satu sampai tiga untuk mendapatkan 3
kelompok (dapat disesuaikan dengan jumlah peserta yang ada)
(b). Setelah terbentuk tiga kelompok (atau yang diharapkan), peserta berbaris lurus
ke belakang dalam kelompoknya
(c). Setelah itu, pembimbing meminta peserta membuat barisan sesuai urutan
panjangnya rambut, jadi yang rambutnya paling panjang berada di depan dan
yang paling pendek di belakang (diberi waktu beberapa menit)
(d). Setelah waktu habis, pembimbing menilai masing-masing kelompok
(e). Demikian seterusnya dengan beberapa permintaan, seperti: mancung-
mancungan hidung, besar-besaran ukuran sepatu, tinggi-tinggian badan, dan
sebagainya.
162
Setelah permainan selesai, masing-masing diberi kesempatan mengungkapkan
perasaan selama bermain.
(a). Bagaimana perasaan Anda ketika dan sesudah bermain?
(b). Apa makna yang Anda dapatkan dari permainan tadi?
Peserta diberi waktu beberapa menit untuk menggali pengalaman selama
bermain tadi dan mempersiapkan diri untuk mengungkapkan perasaannya.
Setelah beberapa peserta mengungkapkan perasaannya, pembimbing
menyudahi dan memberikan kesimpulan, sebagai berikut:
“Permainan tadi saya rasa menarik, karena kita masing-masing pasti akan
terbuka mengatakan yang menjadi jawaban dari permintaan. Jarang sekali kita
bertanya atau mengatakan kepada orang tentang diri kita, walaupun dalam
permainan tadi masih secara fisik, tetapi itu dapat menjadi awal kita mau terbuka
terhadap perasaan kita baik kepada orang lain maupun diri sendiri. Demikian juga
ketika kita tadi saling memperhatikan dan mempersilakan diri untuk diperhatikan,
hal itu menunjukkan bahwa kita bersedia dikoreksi demi kebaikan kita dan kita
pun mengoreksi dan memberikan saran kepada sesama sesuai dengan kebenaran,
seperti tadi setelah mengukur panjang rambut dan ternyata rambut teman kita
lebih panjang, kita meintanya untuk berdiri di depan kita dan teman itu pun
menyetujuinya karena memang sudah jelas. Baiklah, semoga dengan permainan
ini, kita menjadi lebih terbuka dan pengalaman keterbukaan ini akan kita olah lagi
dalam session berikutnya, terimakasih”.
163
(2). Sharing Pengalaman Keterbukaan
Peserta diminta untuk mensharingkan pengalamannya terbuka dengan orang
lain, seperti ketika ada hal mengganjal dalam hatinya tentang seseorang, ada
keberanian untuk mengungkapkannya pada orang tersebut.
(a). Bagaimana pengalaman Anda ketika memendam rasa kepada seseorang
kemudian mengungkapkannya pada orang tersebut?
(b). Bagaimana perasaan Anda setelah mengungkapkan perasaan tersebut?
(c). Bagaimana akibat dari pengungkapan perasaan Anda tersebut?
Peserta mensharingkan dalam kelompok besar. Setelah beberapa waktu yang
ditentukan selesai, pembimbing memberikan kesimpulan dan peneguhan. Intinya
ingin mengatakan bahwa memang menyakitkan ketika memendam perasaan
tentang orang lain dan ketika mau mengungkapkan hal itu pasti ragu atau takut,
tetapi ketika sudah dapat menerima dan mampu mengungkapkannya pasti akan
terasa lebih ringan.
(3). Pengenalan Diri Dan Orang Lain
Pembimbing memberikan uraian materi tentang pengenalan diri dan orang
lain, sebagai berikut:
“Kita seringkali tidak menyadari keadaan diri kita sendiri, apa sebenarnya
yang kita inginkan atau ingin kita lakukan. Diri sendiri saja kadang kurang kita
kenal, apalagi orang lain. Kita akan mengalami kesulitan mengenal orang lain,
apabila kita tidak mau terbuka memperkenalkan diri kepada orang lain. Paling
tidak, ketika orang lain mengetahui tentang kita, mereka menjadi berkeinginan
164
pula membuka diri bagi kita. Atau paling tidak lebih mengerti tentang apa yang
kita inginkan atau tidak kita inginkan. Terbuka menjadi salah satu kunci dari
komunikasi, meskipun masih ada kunci lainnya seperti jujur dan percaya.
Komunikasi bukan banyak berbicara, berupa tanya jawab atau saling memberi
informasi, melainkan lebih dari itu. Komunikasi itu berarti kesalingan ungkapan
sehingga apa yang dirasakannya dapat disalurkan kepada orang lain. Dengan
komunikasi yang baik itu, dapat tercipta hubungan kasih yang baik pula sekaligus
dapat pula melestarikannya. Komunikasi yang mendalam menjadi awal dua
pribadi atau lebih, semakin erat dan saling merasakan menjadi bagian. Dalam arti
relasinya bukan sekedar saling mengenal secara fisik, melainkan sampai pada
saling mengerti satu dengan lainnya”.
4). Pertemuan Keempat
a). Identitas Pertemuan
(1). Judul Pertemuan : Renungan Malam
(2). Tujuan Pertemuan : Merefleksikan pengalaman seharian dan materi yang telah
diterima dalam rekoleksi sehingga siap membangun niat
tobat untuk hari yang akan datang
(3). Peserta : Calon Baptis
(4). Tempat : Wisma di Kaliurang
(5). Pelaksana : Pembimbing Katekumen
(6). Waktu : Pkl. 21.00-21.30 WIB
(7). Hari/Tanggal : Hari Sabtu pertama Bulan Februari
165
b). Pemikiran Dasar
Katekumen sebagai peserta rekoleksi telah beberapa jam mengikuti jalannya
rekoleksi. Materi yang diberikan melalui berbagai metode diharapkan dapat
dipahami oleh peserta. Pertemuan pada hari ini akan selesai dan peserta akan
dipersilakan tidur.
Sebelum tidur, peserta diajak untuk merefleksikan keberadaan dirinya,
peristiwa yang dialaminya sehari ini, secara khusus selama rekoleksi. Maka
diperlukan saat yang tenang untuk bersama-sama berefleksi.
Saat itu dapat dilakukan renungan malam bersama, dengan demikian ada
waktu bersama-sama dan peserta dapat hening dan merefleksikan pengalaman
tersebut.
c). Proses Pelaksanaan
(1). Pengantar
Saudara-saudara, kita telah menyelesaikan pertemuan dalam rekoleksi pada
hari ini. Sebentar lagi kita akan istirahat, tetapi sebelum kita lelap, kita bersama-
sama akan merenungkan dan bersyukur atas hari indah yang diberikan Tuhan
kepada kita. Mari kita awali pujian kita dengan bernyanyi “Terimakasih ya
Tuhan” (KE. 32)
(2). Tanda Salib
(3). Doa Pembuka
Terimakasih Tuhan, telah Kau beri kami kesehatan sampai malam ini. Kami
hendak memuji-Mu dan bersyukur atas kuasa-Mu yang melimpah dan boleh kami
166
alami. Kami yang penuh dosa ini telah Kau angkat, kami mohon pengampunan
dari-Mu karena tanpa-Mu kami bukanlah apa-apa. Saya mengaku.......
(4). Bacaan: Mazmur 136: 1-26 “Kasih Setia Allah Kepada Orang Israel”
(Dikidungkan bergantian antara laki- laki dan perempuan)
(5). Lagu: Karena Aku Kau Cinta (Terlampir)
(6). Hening
Pada saat hening, peserta diperdengarkan alunan dan lagu berjudul “Hero”
dari Mariah Carey, tetapi sebelumnya diberitahu arti dari lagu tersebut.
(Terlampir)
(7). Renungan
Saudara-saudari terkasih, mari kita mengingat dan merenungkan pengalaman
hidup kita. Kita dapat mulai merenungkan apa yang kita alami hari ini, mulai dari
bangun tidur sampai kita duduk bersama di tempat ini. Apa yang kita rasakan
ketika bangun tidur tadi pagi? Kita masih bisa bernafas, bisa merasakan hangatnya
sinar mentari dan angin sepoi-sepoi. Allah sungguh maha setia dan kasih-Nya
tiada berkesudahan, Dia senantiasa bersama dan menaungi kita. Kita masih bisa
bertemu dan bertegur sapa dengan orang lain, merasakan sapaan dan senyum
orang-orang yang mendamaikan hati kita. Apabila Allah tidak lagi mencintai kita,
kehidupan pun akan berakhir dan manusia serta segala ciptaan lainnya akan
musnah. Tidak ada lagi senyum yang menyejukkan di hari-hari kehidupan kita.
Semenjak nenek moyang kita hingga sekarang, Allah senantiasa menjaga. Adakah
pengalaman yang berkesan bagi kita hari ini? Pengalaman menyenangkan kah?
Menyedihkan? Atau pengalaman yang membingungkan bagi kita, mau dibawa
167
kemana hidup kita? Dalam pengalaman hidup kita, baik yang menyenangkan
maupun yang menyedihkan, Allah hadir dan siap menopang kita. Ketika kita
mengakui bahwa Allah lah yang diimani, maka sikap pasrah dan percaya pun
harus dimiliki. Yesus yang datang ke dunia secara nyata dan hidup bersama
manusia meneladankan banyak sikap dan cara hidup, dan kita yang mengaku
ingin menjadi pengikut-Nya pun harus meneladani itu. Kita bersyukur, perjalanan
kita menuju tempat ini berjalan dengan lancar. Kita masih diberi keselamatan dan
kesehatan sehingga boleh bertemu teman-teman lainnya di tempat ini. Kita
bersyukur karena sampai saat ini pula masih diberi kekuatan sehingga dapat
duduk dan mengucap syukur. Kepada Dialah kita beryukur, memuliakan, dan
memohon atas kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di surga.
(8). Doa Permohonan
Tuhan Yesus, Engkau memanggil kami dan pasti merencanakan hal yang
indah bagi kami, tetapi kami sering merasa takut dan belum siap menyelesaikan
segala perkara kami. Kami ingin menyampaikan permohonan kami. Silakan bagi
yang ingin menyampaikan doa permohonan secara spontan. (Ada waktu beberapa
menit bagi peserta yang ingin menyempaikan permohonannya). Demikian
permohonan yang kami haturkan kepada-Mu, kami yakin bahwa Engkau Maha
Tahu, demikian juga atas permohonan yang belum sempat kami ungkapkan.
Semoga semua yang terbaik dan berasal dari-Mu dapat kami rasakan sehingga
hidup kami pun terasa membahagiakan.
168
(9). Penutup
Tuhan Yesus, kami bersyukur atas hari ini. Kesempatan yang Kau berikan
sangat berharga, khususnya dengan diizinkannya kami mengalami rekoleksi ini.
Kegiatan kami masih terus berlanjut sampai besok siang, kami mohon
pendampingan-Mu dan rahmat kesehatan, semoga kami dapat mengikuti proses
rekoleksi dengan maksimal. Saat ini, kami ingin beristirahat. Kami mohon
pendampingan-Mu dalam istirahat kami semoga ketenanganlah yang kami
rasakan dan besok pagi dapat bangun kembali dengan segar dan siap mengikuti
proses rekoleksi. Kemuliaan...
(10). Tanda Salib
5). Pertemuan Kelima
a). Identitas Pertemuan
(1). Judul Pertemuan : Bangun-Olahraga Bersama
(2). Tujuan Pertemuan : Calon baptis dan Pembimbing memulai hari dengan
semangat dan siap mengikuti acara selanjutnya
(3). Peserta : Calon Baptis
(4). Tempat : Wisma di Kaliurang
(5). Pelaksana : Pembimbing Katekumen
(6). Waktu : Pkl. 05.30-06.30 WIB
(7). Hari/Tanggal : Hari Minggu pertama Bulan Februari
169
b). Pemikiran Dasar
Setelah melewati istirahat malam, peserta bangun dengan perasaan tenang dan
badan yang segar. Kesempatan ini dipergunakan untuk berolahraga bersama.
Dalam keadaan badan yang belum mandi, pambimbing memutarkan kaset lagu
dan tari “Poco-Poco”. Dengan aktivitas ini, diharapkan peserta dan pendamping
dapat lebih segar dan semangat serta siap mengikuti proses rekoleksi sampai
selesai.
c). Proses Pelaksanaan
Gerakan tari dipimpin oleh Tim (Tim pembimbing diharapkan siap
sebelumnya dengan gerakan yang akan dipergunakan).
6). Pertemuan Keenam
a). Identitas Pertemuan
(1). Judul Pertemuan : Mengenal Lebih Mendalam
(2). Tujuan Pertemuan : Calon baptis semakin mengenal keadaan diri sendiri dan
orang lain
(3). Peserta : Calon Baptis
(4). Tempat : Wisma di Kaliurang
(5). Pelaksana : Pembimbing Katekumen
(6). Waktu : Pkl. 07.30-08.30 WIB
(7). Hari/Tanggal : Hari Minggu pertama Bulan Februari
170
b). Pemikiran Dasar
Peserta mulai dari pertemuan pertama, sudah diajak dan diarahkan untuk mau
membuka hati mengenal diri sendiri dan orang lain. Keterbukaan menjadi kunci
komunikasi, walaupun masih ada kunci lainnya seperti jujur dan percaya.
Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang mengena dan dua arah,
sehingga baik dua orang maupun lebih yang berkomunikasi dapat saling
memahami dan menciptakan suasana yang akrab.
Peserta dapat diajak kembali untuk lebih mengenal secara mendalam, baik diri
sendiri maupun orang lain, baik secara fisik maupun secara batin. Dengan
mengenal lebih mendalam, diharapkan peserta dapat semakin mengenal dan
terciptalah hubungan layaknya keluarga, walaupun sebenarnya memang satu
keluarga, yakni keluarga Yesus.
c). Proses Pelaksanaan
(1). Lagu “Semua Karena Cinta” (Terlampir)
Pembimbing mengajak peserta untuk bernyanyi. Setelah selesai, pembimbing
memberikan sedikit peneguhan bahwa:
“Kita semua adalah orang-orang yang terpilih, karena masih bisa duduk
dengan tenang di sini dan menerima pembinaan untuk merasakan kasih Tuhan.
Semua karena cinta-Nya yang Dia berikan dan dapat kita rasakan. Hal berharga
yang diberikan-Nya dan paling nyata kita rasakan ialah udara yang masih bisa kita
hirup. Demikian juga alat pernafasan kita yang masih berfungsi dengan baik
171
sehingga kita masih bisa, secara gratis menikmati udara tersebut, bukankah kita
seharusnya bersyukur atas semuanya itu”.
(2). Permainan “Surat Cinta Untuk Kekasih”
Pembimbing mengajak peserta untuk bermain dengan cara sebagai berikut:
(a). Pembimbing meminta peserta (atau pembimbing sendiri yang melakukan)
mencari pasangan (kalau bisa laki- laki dan perempuan)
(b). Setelah semua mendapat pasangan (apabila peserta ganjil, pembimbing dapat
menjadi pasangannya), peserta diminta berhadap-hadapan dengan
pasangannya dan saling memandang, pembimbing memberikan kertas yang
berisi kalimat buatan pembimbing sendiri (Terlampir)
(c). Kalimat itu seperti halnya surat kepada seorang kekasih/sahabat, tetapi ada
kata-kata yang dihilangkan dan menjadi tugas peserta untuk
mengisi/melengkapi kata-kata yang hilang tersebut
(d). Peserta mengisi titik-titik sesuai dengan kenyataan yang terjadi pada
pasangannya.
(e). Setelah semua peserta mengungkapkan apa yang dilihat dari pasangannya,
pembimbing meminta beberapa dari mereka membacakan surat itu
(f). Surat tersebut diberikan kepada pasangannya
Pembimbing meminta peserta untuk mengungkapkan apa yang dirasakan atau
berkesan dari permainan tadi. Inti permainan ingin mengajak peserta
memperhatikan orang lain, paling tidak secara fisik.
172
(3). Jendela Johari
Pembimbing menjelaskan materi “Jendela Johari”:
“Ada hal-hal dalam diri kita yang kita tidak tahu, demikian juga orang lain
tidak mengetahui tentang kita. Ada pula yang kita tidak tahu akan diri kita, tetapi
orang lain mengetahui. Terkadang kita juga tidak tahu tentang diri kita, tetapi
malah diketahui oleh orang lain. Ada banyak cara untuk memahami diri dengan
maksud untuk menjernihkan dan memperkembangkan diri. Keadaan paham-diri di
sini perlu mengarah ke makin luasnya bidang hati, batin, pikiran, ataupun sikap
yang disebut “terbuka”. Makin luas bidang atau daerah yang “terbuka” ini, makin
mudah pula orang menjernihkan dan memperkembangkan diri.
TERBUKA Saya tahu, orang lain tahu
BUTA Saya tidak tahu, orang lain tahu
TERTUTUP Saya tahu, orang lain tidak tahu
GELAP Saya tidak tahu, orang lain tidak tahu
Bidang yang “terbuka” merupakan bidang yang Anda ketahui dan yang
diketahui oleh pihak lain. Bidang ini merupakan bidang yang telah terbuka dan
dibuat terbuka. Bidang yang “tertutup” merupakan bidang yang Anda ketahui,
tetapi tidak diketahui pihak lain. Bidang yang “tertutup” dapat menjadi terbuka,
jika Anda “membukanya”, misalnya rahasia; mengakuinya, misalnya kesalahan;
dan membagikannya, misalnya isi hati. Apabila terdapat kesalahan atau dosa, kita
dapat mengakuinya di hadapan Tuhan dan Gereja Katolik mengakui Sakramen
Tobat dimana kita bisa mengakukan dosa kita dengan perantaraan Romo. Bidang
yang “buta” merupakan bidang yang diketahui oleh pihak atau orang lain, tetapi
tidak Anda ketahui. Bidang ini dapat menjadi bidang yang “terbuka” jika Anda
173
bertanya atau meminta pendapat orang lain, misalnya cacat kita, kekurangan kita,
dan arah hidup kita. Bidang yang “gelap” merupakan bidang yang tidak Anda
ketahui dan juga tidak diketahui pihak atau orang lain. Bidang gelap ini dapat
menjadi “terbuka” jika terbukakan, tanpa kita sengaja dan rencanakan. Dalam
hidup iman, dapat diistilahkan dengan “diwahyukan”, maka perlunya berdoa salah
satunya ialah untuk mohon rahmat “terang” sehingga kita dapat mengetahui
kedalaman diri kita, kekurangan dan kelebihannya serta mengontrol semuanya itu.
Memang paling baik adalah saya tahu dan orang lain pun tahu, karena sama
halnya dengan terbuka dan dapat mengarah pada kesalingmengertian. Meskipun
demikian seringkali kita menyimpan rahasia sehingga orang lain tidak tahu atau
tidak ingin mereka tahu, yang disebut rahasia kita. Memang sebagai manusia,
memiliki rahasia adalah hal yang wajar, tetapi apabila semua yang terjadi pada
kita dirahasiakan maka orang lain tidak akan mengenal kita segara lebih
mendalam. Kita juga tidak selalu mengetahui tentang diri kita, tetapi aneh karena
terkadang orang lain malah tahu tentang kita. Ketidaktahuan kita akan diri kita
terkadang juga tidak diketahui oleh orang lain, yang dapat dikatakan “buta”
karena semua orang tidak tahu apa yang terjadi. Dalam hal ini perlu ada waktu
untuk berefleksi agar mendapat pencerahan akan apa yang baik dan harus kita
lakukan, demikian juga diupayakan agar orang lain pun mengetahui dan
mengontohnya. Apabila kita sudah tahu hal negatif dan positif yang ada dalam diri
kita, kita dapat mengupayakan tindak lanjutnya. Dengan mengetahui hal positif
kita, dapat dikembangkan sehingga apa yang kita lakukan lebih bersifat positif
dan akan berkurang kesempatan kita melakukan hal-hal negatif”.
174
Setelah uraian materi tersebut, pembimbing mengajak peserta
“mempraktekkan” teori “Jendela Johari” yang telah dibahas.
(a). Pembimbing membagi peserta menjadi dua kelompok yang berganggotakan
sama (apabila peserta ganjil, pembimbing melengkapi)
(b). Dua kelompok tersebut membuat dua lingkaran, satu lingkaran lebih kecil dan
berdiri di dalam lingkaran kelompok satunya yang lebih besar
(c). Pembimbing memberikan petunjuk bahwa: “Akan ada musik yang
diperdengarkan, pada saat itu peserta bersama teman lainnya dalam kelompok
berjalan berputar. Putaran kedua kelompok berbeda, salah satu ke arah keri
dan kelompok satunya ke arah kanan. Di saat tertentu ketika semua sedang
berjalan berputar, musik akan dihentikan dan kedua kelompok berhadap-
hadapan. Masing-masing akan menemukan teman dari kelompok lain yang
ada di depannya dan dialah yang akan menjadi pasangannya. Bersama
pasangan masing-masing, dipersilakan mengungkapkan penilaian (baik positif
maupun negatif) terhadap pasangannya (fisik dan sikap) dari hasil pengamatan
atau perjumpaan mulai dari pertama bertemu. Setelah beberapa waktu yang
ditentukan, semuanya kembali dalam lingkaran dan melakukan hal yang sama
selaam beberapa kali (diusahakan jangan sampai ada pasangan yang sama
untuk kedua kalinya).
Setelah tindakan tersebut selesai, semua berkumpul dan pembimbing
memberikan peneguhan, bahwa: “Ketika tadi kita mendapat penilaian dari teman,
mungkin ada yang sebelumnya sudah diketahui, tetapi ada juga yang belum
175
diketahui sebelumnya dan “ternyata saya demikian”. Dengan mengetahui hal yang
positif dan negatif diharapkan kita lebih siap dalam bertindak selanjutnya. Hal
negatif yang kita miliki dan diketahui dapat sedikit demi sedikit kita kikis,
sedangkan dengan mengetahui hal yang positif dari kita, dapat kita kembangkan
lagi sehingga diupayakan semuanya menjadi positif”.
7). Pertemuan Ketujuh
a). Identitas Pertemuan
(1). Judul Pertemuan : Bersyukur Lewat Doa
(2). Tujuan Pertemuan : Calon baptis semakin memahami makna doa dan
termotivasi untuk selalu berdoa baik pribadi maupun
bersama umat lainnya
(3). Peserta : Calon Baptis
(4). Tempat : Wisma di Kaliurang
(5). Pelaksana : Pembimbing Katekumen
(6). Waktu : Pkl. 08.30-11.00 WIB
(7). Hari/Tanggal : Hari Minggu pertama Bulan Februari
b). Pemikiran Dasar
Katekumen memang sedang belajar mengenal Gereja dan apa yang harus
diupayakan. Tindakan nyata perlu dilakukan apabila mereka menyatakan diri
beriman terhadap Yesus Kristus. Kedekatan dengan Yesus Kristus dapat terjadi
bersama orang lain yang sama-sama melakukan tindakan sesuai teladan-Nya.
176
Selain bersama umat lainnya, mendekatkan diri dengan Tuhan dalam
permenungan dapat dilakukan dengan bentuk doa, baik secara pribadi maupun
bersama orang lain.
Berdoa bukanlah paksaan dari Tuhan, melainkan kerelaan dan niat masing-
masing orang. Berdoa pribadi dapat dilakukan di mana saja dengan ketentuan
sesuai diajarkan oleh Yesus sendiri. Berdoa merupakan cara mengungkapkan apa
yang dirasakan kepada Tuhan, maka tidak ada paksaan untuk melakukannya.
Meskipun tidak ada paksaan, umat Tuhan yang mengaku beriman kepada-
Nya, diharapkan menyediakan waktu untuk berdoa. Dampak doa bermacam-
macam dan biasanya sesuai dengan perasaan dan pengalaman masing-masing
orang.
c). Proses Pelaksanaan
(1). Doa Pribadi dan Bersama
Pembimbing bertanya kepada peserta dan peserta diminta menjawab secara
spontan, sebaga i berikut:
(a). Apakah sebagai orang beriman dan beragama, berdoa itu penting? Mengapa?
(b). Apa hasil yang didapatkan jika berdoa?
(c). Bagaimana atau apa dampaknya jika tidak pernah berdoa?
Setelah beberapa waktu dan beberapa peserta menjawab, pembimbing
memberikan kesimpulan dari jawab peserta, kemudian menyampaikan uraian
materi sebagai berikut:
177
“Berdoa dapat dilakukan secara pribadi dan bersama. Doa pribadi dilakukan
seorang diri dalam situasi apapun sesuai dengan keinginannya. Berdoa pribadi
baik dilakukan dalam ruangan tertutup seperti yang diajarkan oleh Yesus.
Meskipun di tempat terbuka pun kita bisa melakukannya, tidak mengapa apabila
tidak berlebihan dan terlalu mengundang perhatian banyak orang, seperti ketika
membeli makan di warung dapat berdoa sebelum memulai dan selesai makan.
Berdoa pribadi dapat menggunakan kata-kata sesuai keinginan sendiri karena itu
merupakan peristiwa khusus yakni komunikasi antara seseorang dengan Tuhan.
Berdoa yang dilakukan bersama-sama memang merupakan ungkapan seseorang
bersama Tuhan, tetapi perlu disiapkan secara khusus. Persiapan ini bertujuan
teknis, yakni agar umat yang melakukan doa bersama lebih memahami arah doa,
yang berbeda dengan doa pribadi yang pasti dimengerti oleh masing-masing orang
yang berdoa. Dampak berdoa bermacam-macam, meskipun sebenarnya sesuai
dengan pengalaman masing-masing pribadi. Ada orang yang biasa saja meskipun
tidak berdoa, tetapi ada pula orang yang merasa jika tidak berdoa hidupnya tidak
tenang atau bahkan sering mendapat musibah. Akibat yang bermacam-macam
dirasakan dan dinilai oleh masing-masing orang, tetapi yang pasti doa sama
halnya kita bersyukur atas kehidupan yang diberikan Tuhan kepada kita. Syukur
tersebut dapat diungkapkan sendiri, dapat pula diungkapkan secara bersama-sama
dengan orang lain”.
178
(2). Uraian Materi Cara Berdoa (Terlampir)
Sebelum kita mulai menyusun doa secara pribadi, saya akan memberikan
uraian materi tentang cara berdoa. Cara ini dapat digunakan baik di tempat ini
maupun di rumah. Cara ini tidaklah baku, maka bagi kita semua yang memiliki
cara yang lebih membantu dan baik, dapat pula digunakan atau menggabungkan
dengan cara yang akan disampaikan.
(3). Doa Calon Baptis
Setelah diuraikan cara berdoa, pembimbing meminta peserta untuk menyusun
doa pribadi dan bersama dengan tema yang bebas, serta menyempatkan diri
berdoa secara pribadi.
(a). Susunlah doa, yang merupakan ungkapan syukur atas peristiwa hidup yang
Anda alami!
(b). Susunlah doa atas pengalaman yang dirasakan bersama orang lain!
Setelah memberitahukan apa yang harus dilakukan peserta, pembimbing
meminta masing-masing peserta berdoa secara pribadi. Sedangkan doa yang
termasuk doa bersama, dapat diungkapkan pada saat Ibadat Sabda di akhir
pertemuan rekoleksi, yakni pada saat “Doa Umat”.
8). Pertemuan Kedelapan
a). Identitas Pertemuan
(1). Judul Pertemuan : Waktu Untuk Berkomunikasi Dengan Tuhan
179
(2). Tujuan Pertemuan : Calon baptis semakin menghargai waktu dan bersedia
menyediakan waktu untuk Tuhan
(3). Peserta : Calon Baptis
(4). Tempat : Wisma di Kaliurang
(5). Pelaksana : Pembimbing Katekumen
(6). Waktu : Pkl. 11.15-12.30 WIB
(7). Hari/Tanggal : Hari Minggu pertama Bulan Februari
b). Pemikiran Dasar
Mungkin ada beberapa dari peserta rekoleksi yang tidak pernah berdoa, karena
karena tidak ada waktu, malas, atau karena bingung bagaimana cara berdoa.
Pertemuan sebelumnya mengajarkan dan mengajak peserta untuk menyusun dan
membiasakan diri berdoa, mengucap syukur atas karunia-Nya. Berdoa bukan
paksaan melainkan kebebasan dan manusia perlu menyadarinya sehingga mau
menyediakan waktu untuk berdoa. Tuhan sebagai yang dituju ketika orang berdoa,
tidak berdampak apa-apa atas doa manusia. Dengan manusia berdoa, Tuhan tidak
semakin bertambah besar ataupun Agung karena Tuhan sudah Maha segalanya.
Dengan demikian sebenarnya doa bukan untuk Tuhan, melainkan untuk manusia
sendiri.
Menyediakan waktu untuk berkomunikasi dengan Tuhan sebenarnya adalah
kebutuhan manusia karena ia membutuhkan kekuatan dan keberanian untuk
mengatasi segala masalah dalam hidupnya. Banyak orang merasa terlalu sibuk
sehingga “rasanya” tidak ada waktu untuk berdoa. Sikap pasrah yang terbentuk
180
melalui doa akan semakin menguatkan dan meyakinkan bahwa “Segala perkara
yang dimulai oleh Tuhan, akan diselesaikan pula oleh-Nya”. Kesibukan seseorang
menunjukkan kurangnya rasa pasrah sehingga dengan sekuat tenaga dan seluruh
waktu digunakan untuk mengerjakan tugas-tugasnya.
Matius 6: 25-34 mengingatkan untuk tidak kuatir akan rejeki yang dibutuhkan.
Peringatan tersebut diungkapkan langsung oleh Yesus yang juga menyatakan rasa
percaya-Nya akan Allah karena merasa Diri-Nya sebagai Putera Allah yang diutus
ke dunia. Selama hidup-Nya di dunia, Yesus tidak pernah meratapi hidup yang
mengarah pada kematian dengan cara yang mengerikan. Memang Yesus pernah
merasa takut, sebelum menjalani masa penderitaan disiksa dan dihianati manusia
hingga akhirnya disalibkan, tetapi Yesus tetap pasrah dan menyerahkan semua
kepada kehendak Tuhan serta yakin bahwa apa yang direncanakan Tuhan ini
sangat “sempurna” yakni demi keselamatan dunia. Tentang Yesus ini dapat
menjadi teladan manusia lainnya untuk tetap mempercayakan semua kepada
Tuhan. Yesus mengingatkan dan membesarkan hati manusia yang merasa putus
asa ataupun dirundung kesedihan karena memikirkan hidupnya sekarang dan yang
akan datang. Manusia yang adalah ciptaan paling baik daripada ciptaan Tuhan
lainnya, pasti akan senantiasa disertai dan diberikan kebahagiaan dalam hidup.
c). Proses Pelaksanaan
(1). Bernyanyi “Pagi Berseri” (Terlampir)
Pembimbing mengajak peserta bernyanyi dan mencari maknanya :
181
“Syair lagu menggambarkan ketenangan dan sikap pasrah kepada Tuhan.
Tidak ada rasa kuatir sebagai manusia atas apa yang akan terjadi di masa
mendatang. Diumpamakan ada burung pipit dan bunga bakung yang adalah
ciptaan Tuhan, mereka diberikan banyak hal kasih dan keindahan. Manusia juga
ciptaan Tuhan, bahkan diciptakan secara khusus, mengapa kita harus kuatir?
Ciptaan lainnya pun diberikan hal-hal yang baik oleh Tuhan, terlebih diri kita
yang diciptakan menjaga dan menjadi pemilih ciptaan Tuhan lainnya”.
(2). Pendalaman Kitab Suci
Pembimbing membagikan teks Kitab Suci dari Matius 6: 25-34 “Hal
Kekuatiran” dan dibacakan bersama-sama secara bergantian antara laki- laki dan
perempuan. Setelah selesai membaca, pembimbing meminta peserta hening
sejenak dan membaca sendiri dalam hati, kemudian memberikan pertanyaan
refleksi sebagai berikut:
(a). Dari bacaan tadi, ayat manakah yang berkesan bagi Anda? Mengapa?
(b). Apa makna yang Anda dapat dari bacaan?
(c). Adakah pengalaman yang mengena setelah mendalami bacaan tadi?
Setelah beberapa menit diberikan kepada peserta untuk merenungkan
jawabannya, pembimbing mempersilakan beberapa peserta mengungkapkan buah
refleksinya. Setelah dirasa cukup, pembimbing memberikan kesimpulan dan
peneguhan yang pada intinya ialah sebagai berikut:
182
“Lukas 12: 22-31 mengungkapkan sabda Yesus yang mengingatkan banyak
orang untuk tidak kuatir akan rejeki dalam hidupanya. Dalam perikop ini terdapat
kalimat “Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih
penting dari pada pakaian?” Hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang
sering diupayakan manus ia di dunia sebenarnya bukanlah yang terpenting.
Memang benda-benda dan rasa senang itu perlu juga ada demi kelangsungan
hidup manusia secara normal dan sama dengan manusia pada umumnya, tetapi
kalimat “hidup itu lebih penting” mempertegas bahwa selain hal lainnya, seperti
makanan dan pakaian, yang perlu diupayakan sungguh-sungguh ialah
mempersiapkan diri untuk menerima kebahagiaan surgawi bersama Yesus Tuhan.
Perikop ini berupa ucapan Yesus yang penuh makna dan mengingatkan banyak
orang untuk berpasrah kepada Allah Bapa. Usaha yang dilakukan manusia
memang penting untuk hidup yang lebih baik, tetapi lebih ditekankan pentingnya
menyerahkan semuanya kepada tangan kasih Allah. Seringkali orang memilih
melakukan hal yang menyenangkan atau menghasilkan. Yang lebih sering adalah
menghasilkan secara fisik atau kelihatan tanpa memikirkan apa dampaknya lebih
lanjut. Orang terlalu kuatir akan hidupnya yang akan datang dikarenakan
kurangnya kepercayaan akan campur tangan Tuhan. Padahal Yesus sendiri
mengajarkan untuk tidak kuatir, semua sudah diatur oleh Bapa. Tidak hanya
manusia, makhluk lain ciptaan-Nya pun diberi ketenangan dan kebahagiaan
apalagi manusia tentunya yang secara khusus diciptakan dengan banyak
kelebihan. Yesus membandingkan manusia dengan ciptaan Allah yang lain,
seperti tumbuhan dan binatang berupa burung yang diciptakan untuk dikuasai
183
manusia. Gambaran ini semakin menegaskan kasih Allah bagi manusia, dimana
yang secara khusus diciptakan, melebihi ciptaan lainnya. Maka, kalau ciptaan lain
pun dilindungi, apalagi manusia? Bacaan ini apabila dibaca dengan lebih seksama,
darinya akan ditemukan makna yang membuat manusia bersuka cita, tetapi bukan
berarti lalu menyerahkan semua begitu saja kepada Allah, manusia pun harus
berusaha seturut dengan kehendak-Nya”.
(3). Bermain “Prioritas Hidup”
Pembimbing mengajak peserta bermain dengan cara sebagai berikut:
(a). Peserta diminta mempersiapkan pena dan kertas
(b). Pembimbing meminta peserta memilih tindakan mana yang dilakukan terlebih
dahulu dan selanjutnya atas peristiwa yang terjadi
(c). Diumpamakan peserta berada sendiri dalam rumah, kemudian hujan tampak
turun dari langit, di jemuran masih ada baju yang dijemur, padahal pada waktu
bersamaan, anaknya yang masih bayi menangis, terdengar telepon berdering,
kran di kamar mandi rusak dan bocor sehingga air mengalir dengan deras, dan
terdengar pintu depan rumah diketuk. Diharapkan peserta mencatat peristiwa-
peristiwa yang sedang terjadi tersebut
(d). Setelah perumpamaan tersebut disampaikan dan peserta mencatat semua
peristiwanya, diminta untuk mengurutkan mana yang terlebih dahulu
dikerjakan
(e). Setelah semua peserta selesai memilih dan mengurutkan tindakan yang
dilakukan, diminta beberapa peserta membacakannya
184
(f). Setelah itu, pembimbing memberitahukan arti dari setiap peristiwa yang harus
dilakukan tersebut. “Bayi menangis sama dengan urusan keluarga, tamu yang
memencet bel sama dengan urusan sosial (dengan orang lain), telepon
berdering sama dengan urusan pekerjaan atau karir, kran yang rusak sama
dengan urusan keuangan, dan baju di jemuran sama dengan kehidupan
pribadi”
(g). Setelah pembimbing menyampaikan arti tersebut, dipersilakan peserta yang
mau, merubah pilihan tindakannya.
Setelah permainan selesai, pembimbing meminta satu atau dua peserta
mengungkapkan perasaan dan makna yang didapat dari permainan tadi. Setelah
itu pembimbing memberikan kesimpulan dan peneguhan, yang pada intinya
adalah sebagai berikut:
“Pilihan dalam hidup bermacam-macam dan menjadi kebebasan manusia
untuk menentukan mana yang akan diambil. Meskipun tidak jarang, manusia
merasa kebingungan mana yang harusnya dipilih, sehingga sering pula mengalami
salah memilih. Pilihan yang bijak ialah pilihan yang mendatangkan kebahagiaan
yang bukan hanya rasa senang dan puas diri. Untuk itu diperlukan latihan-latihan
dan banyak pengalaman yang menuntut kita memilih yang baik hingga sampai
pada pilihan yang bijaksana”.
185
(4). Bernyanyi: “Sediakan Waktu Untuk…” (Terlampir)
Pembimbing mengajak peserta menyanyikan lagu “Sediakan Waktu Untuk...”,
di mana kalimat dalam lagu tersebut sangat sesuai untuk membawa peserta
memikirkan apa yang baik untuk dilakukan dan menyediakan waktu untuk hal-hal
yang berguna. Secara khusus peserta diarahkan untuk menyediakan waktu
berkomunikasi dengan Tuhan.
9). Pertemuan Kesembilan
a). Ibadat Sabda
Tujuan Pertemuan : Calon baptis semakin merasa yakin akan imannya
terhadap Yesus Kristus serta siap menjalankan konsekuensi
sebagai orang Katolik
Peserta : Calon Baptis
Tempat : Wisma di Kaliurang
Pelaksana : Pembimbing Katekumen
Waktu : Pkl. 12.30-13.30 WIB
Hari/Tanggal : Hari Minggu pertama Bulan Februari
Pemikiran Dasar :
Rekoleksi sudah hampir berakhir dan peserta akan memasuki masa persiapan
akhir sebelum menerima Sakramen Baptis. Materi dalam rekoleksi menegaskan
banyak hal, salah satunya ialah konsekuensi menjadi orang Katolik yang bukan
hanya menyenangkan tetapi ada pula yang sulit untuk dilaksanakan. Dalam
186
bacaan pertama yang diambil dari Kitab Ulangan 11: 1-4, diberikan pula contoh
yang tampak mudah untuk dilakukan tetapi pada kenyataannya, jarang orang
melakukan sebagaimana yang terdapat dalam bacaan. Meskipun ada banyak
konsekuensi yang sulit untuk dilakukan, kebersamaan dengan orang lain,
khususnya umat seiman dapat lebih menenangkan dan membantu dapat
penyelesaiannya. Keterbukaan yang mengarahkan pada komunikasi dapat
membawa seseorang semakin dekat dengan orang lain sehingga dapat saling
memahami.
Manusia hidup di dunia saling berdampingan dan berhubungan satu dengan
yang lain sehingga perlu ada komunikasi agar “perkara” dalam hidup dapat
terselesaikan. Bacaan pertama dari Kitab Ulangan 21: 1-4 mengingatkan bahwa
manusia yang hidup bersama manusia lainnya perlu tolong menolong karena
tanpa bertindak bersama-sama, yang ada hanyalah keegoisan dan kebahagiaan pun
tidak akan terwujud. Demikian pula dalam bacaan Injil (Matius 7: 12-14) yang
mengingatkan untuk tidak egois, memang tidak mudah dalam menjalani hidup
dengan mendahulukan kepentingan orang lain, tetapi dengan dapat
membahagiakan orang lain, kebahagiaan pun akan dapat dirasakan seperti dalam
ayat 12, dikatakan bahwa: “Sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat
kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka”. Kalimat tersebut memang
menujukkan adanya timbal balik atau hubungan sebab akibat, namun bukan
berarti bahwa tindakan baik yang dilakukan hanya untuk mendapatkan balasan.
Rencana Tuhan memang misteri dan tidak dapat diterka manusia, maka baik atau
buruk balasan yang diterima juga tidak diketahui oleh manusia. Namun yang pasti
187
bahwa menjadi murid Yesus memang bukan merupakan pilihan yang mudah
karena banyak tantangan di sana dan manusia harus siap menjalaninya.
Kebahagiaan memang tidak mudah didapatkan karena cara yang harus ditempuh
tidaklah mudah. Jika dalam bacaan diberi istilah “jalan” yang menyimbolkan
pengalaman yang harus dijalani dengan segala tawaran dan pilihan. Apabila
memilih dengan tidak bijak, mungkin akan sama dengan salah memilih jalan dan
arah yang dituju pun bukan yang benar dan berkemungkinan akan tidak
membahagiakan.
Ibadat Sabda sebagai penutup pertemuan rekoleksi, mengajak peserta untuk
mendalami dan merefleksikan pengalamannya dan dengan iman menyerahkan
semua pada kehendak Tuhan.
b). Proses Pelaksanaan
(1). Nyanyian Pengantar
Kelana (MB. 160)
(2). Pengantar
P : Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus
U : Amin
P : Semoga iman kita akan Allah semakin tumbuh dengan subur
U : Sekarang dan selama-lamanya
Rekoleksi yang dilakukan ini merupakan rekoleksi terakhir yang diadakan
oleh paroki sebelum katekumen menerima Sakramen Baptis. Setelah kita semua
mengikuti rekoleksi, diharapkan iman kita semakin dalam dan siap menghadapi
188
konsekuensi sebagai calon orang Katolik, demikian juga setelah dibaptis dan
secara resmi menjadi anggota Gereja. Kita juga mohon bimbingan Tuhan Allah
agar semua diberi kelancaran dalam menjalani hidup dan memutuskan sebuah
pilihan.
(3). Seruan Tobat
P : Kami sering mengorbankan iman akan Engkau. Tuhan kasihanilah kami
U : Tuhan kasihanilah kami
P : Pilihan yang kami rasa mengenakkanlah yang kami dahulukan tanpa kami
sadari bahwa itu merupakan pilihan yang tidak baik. Kristus kasihanilah
kami
U : Kristus kasihanilah kami
P : Konsekuensi menjadi pengikut-Mu yang kami ketahui sering kami abaikan
dan lebih memilih mencari kesenangan sendiri. Tuhan kasihanilah kami
U : Tuhan kasihanilah kami
Semoga Tuhan mengampuni dosa kita dan iman kita semakin kokoh akan
Tuhan Sang Maha segalanya. Dialah Tuhan kita sampai selama-lamanya. Amin.
(4). Doa Pembukaan
Marilah berdoa.
Tuhan Yesus, kami Kau utus di dunia ini untuk berkelana mencari
kebahagiaan yang sebenarnya sudah Engkau persiapkan. Kami mengucap syukur
karena melalui rekoleksi ini Kau bawa kepada pengenalan diri dan orang lain
sehingga secara bersama-sama, kami dapat menghadapi segala rintangan dalam
189
hidup ini. Kami serahkan semua kepada tangan kasih-Mu, kini dan selamanya.
Amin.
(5). Bacaan I
Ulangan 21: 1-4 “Tentang Tolong-Menolong”
(6). Nyanyian Antar Bacaan
Firman Tuhan Halus Mengundang (MB. 210)
(7). Bacaan Injil
Matius 7: 12-14 “Jalan Yang Benar”
(8). Homili, dengan butir-butir sebagai berikut:
(a). Manusia hidup di dunia tidak sendiri, entah bersama manusia lain maupun
makhluk lain, seperti manusia yang tinggal di hutan sendirian pasti ada
makhluk lainnya, pohon dan binatang
(b). Apabila mengharapkan kebahagiaan baik untuk diri sendiri maupun untuk
orang lain, perlu kerjasama seperti terungkap dalam bacaan pertama
(c). Bacaan dari Injil juga menunjukkan mana jalan yang benar, memang
terkadang sulit untuk dilalui tetapi perlu yakin bahwa kebahagiaan sudah
menanati
(d). Hidup bersama orang lain tidak akan membahagiakan apabila yang ada hanya
keegoisan dan hanya memikirkan enaknya sendiri. Perlu ada keterbukaan hati,
berbagi dan menerima orang lain.
(9). Doa Umat
190
Tuhan Yesus, kami ingin menghaturkan permohonan bagi hidup kami,
semoga Engkau senatiasa mengabulkan segala permohonan kami ini. Kami
mohon...
Silakan saudara-saudara menyampaikan doa permohonan yang telah disusun
secara pribadi dalam waktu bersamaan tadi. (Diberikan beberapa waktu untuk
peserta menyampaikan doa permohonannya. Waktu ini cukup lama karena ada
kemungkinan semuanya menghaturkan doanya).
Kami bersyukur Engkau senantiasa menaungi kami, membukakan jalan bagi
kami menuju ke kebahagiaan. Semoga berkat kebersamaan kami ini, dapat saling
meneguhkan dan iman kami akan Engkaupun semakin kokoh. Kami serahkan
semuanya ke dalam kuasa kasih-Mu dengan perantaraan Yesus Kristus dan doa
yang Engkau ajarkan kepada kami. Bapa Kami...
(10). Doa Penutup
Tuhan Yesus, teladan kami, Engkau mengajarkan segala hal yang
mendatangkan kebahagiaan. Meskipun demikian, kami sering meninggalkan cara
yang mendatangkan kebahagiaan tersebut, kami seringkali menolak untuk
mengikuti-Mu dengan banyak alasan. Jarangnya kebersamaan dengan umat-Mu
yang lain sering membuat kami merasa sendiri dan terasa semakin beratlah
tantangan yang harus kami hadapi. Kuatkan hati kami dan bantulah agar iman
kami yang nyata melalui perbuatan kami dapat membawa kami untuk semakin
merasakan kebahagiaan. Engkaulah Tuhan, Sang Penyelamat, dan yang selalu
membawa kami ke dalam kebahagiaan sampai selama-lamanya. Amin.
(11). Nyanyian Penutup: Hati Kudus Yesus (KE. 006)
191
BAB V
PENUTUP
Bab V menjadi penutup dari seluruh isi skripsi. Dalam penutup diuraikan
kesimpulan dari isi skripsi, saran untuk beberapa pihak yang bersangkutan selama
penulis menyusun skripsi, dan refleksi penulis.
A. Kesimpulan
Penulis telah menyelesaikan penyusunan skripsi dan menguraikan banyak hal
yang diperoleh baik buah pemikiran penulis sendiri, inspirasi dari pihak lain,
kepustakaan, dan hasil dari penelitian yang sengaja dilakukan. Setelah melewati
berbagai proses dalam menyusun skripsi, penulis dapat menyimpulkan sebagai
berikut.
Sakramen Baptis bukan hanya merupakan tanda bahwa seseorang sudah resmi
menjadi orang Katolik, melainkan ada makna yang lebih dalam, yaitu beriman dan
siap menjadi murid Yesus Kristus. Dengan dibaptis, seseorang harus berani
menerima dan menjalankan konsekuensinya sebagai murid Yesus Kristus.
Konsekuensi menjadi anggota Gereja ada yang menyenangkan, tetapi ada pula
yang sulit untuk dilakukan. Sebelum seseorang bersedia menerima Sakramen
Baptis, dalam arti dianggap sudah mampu membuat keputusan atas agama yang
dipilih, perlu ada pembinaan yang bertujuan selain untuk menjernihkan motivasi
juga untuk memberikan pemahaman tentang segala hal yang berkaitan dengan
192
agama Katolik, salah satunya ialah konsekuensi menjadi orang Katolik atau murid
Yesus tersebut.
Pembinaan yang dialami oleh katekumen diharapkan menambah pemahaman
mereka sehingga mereka pun mampu menjalankan konsekuensi tersebut. Salah
satu konsekuensi yang harus dijalankan ialah terlibat dalam hidup menggereja
atau hidup yang menampakkan iman akan Yesus Kristus. Iman yang diungkapkan
calon baptis ataupun sesudah menjadi baptisan baru akan menjadi sia-sia apabila
tidak diwujudkan dalam kegiatan yang nyata dan mengembangakan, baik bagi diri
sendiri maupun orang lain.
Tidak semua baptisan baru terlibat dalam kegiatan menggereja, bahkan ada
yang lebih memilih melakukan kegiatan lain yang membuat dirinya sendiri
merasa senang tanpa mempedulikan orang lain, walaupun banyak pula yang
memahami konsekuensi menjadi Katolik seperti yang telah disampaikan para
pembimbing selama masa katekumenat. Para pembimbing sudah berusaha sebaik
mungkin dan mengarahkan agar katekumen, sesudah menjadi baptisan baru lebih
terlibat dalam kegiatan gerejawi, bahkan pembimbing memberikan contoh yang
nyata. Kurangnya keterlibatan baptisan baru dikarenakan banyak faktor yang
mempengaruhi, dan penulis pun menggolongkannya menjadi tiga. Pertama,
karena dirinya sendiri. Kedua, karena ada pihak lain yang mempengaruhi dan
membuat sakit hati. Ketiga, karena terpaksa berkegiatan lain seperti tuntutan
pekerjaan dan kegiatan sekolah yang tidak dapat dihindari.
Dari permasalahan yang ditemukan tersebut, penulis mencoba mengantisipasi
dengan menyusun kegiatan pembinaan dengan model rekoleksi bagi para
193
katekumen. Materi pembinaan dipersiapkan khusus dan diupayakan bisa menarik
sehingga terasa berbeda dari pertemuan pembinaan yang biasa dialami oleh
katekumen. Suasana dan tempat yang berbeda ini diharapkan bisa membuat
katekumen semakin menyadari dan lebih siap menjalankan konsekuensi menjadi
orang Katolik, apapun yang terjadi.
B. Saran
Selama penulis menyusun skripsi dan berproses bersama banyak pihak,
penulis menemukan banyak hal yang berkesan. Berdasarkan pengalaman tersebut,
penulis ingin menyampaikan beberapa saran dengan harapan di masa mendatang
bisa menjadi lebih baik.
Saran penulis diberikan kepada:
1. Paroki Kristus Raja Baciro
a). Pastor paroki diharapkan untuk lebih sering mengadakan kunjungan keluarga,
agar lebih banyak umat yang dikenal. Banyak umat yang ingin disapa dan
mengenal lebih dekat dengan pastornya, terlebih ada beberapa umat yang
merasa “asing” dengan parokinya bahkan mengalami sakit hati dikarenakan
beberapa pihak yang menjadi bagian dari Gereja
b). Data umat akan sangat baik apabila didokumentasikan dan disimpan dengan
rapi agar pada suatu saat, dapat lebih mempermudah menemukan dan
mengurusnya, apabila diperlukan baik dalam rangka pastoral maupun kegiatan
lainnya
194
c). Para pembimbing katekumen diharapkan bukan hanya menyampaikan materi,
melainkan juga membimbing dengan hati sehingga calon baptis sungguh
merasakan sapaan pribadi sehubungan dengan keadaannya sebagai calon
anggota baru Gereja
2. Umat Paroki Kristus Raja Baciro
a). Lebih berhati-hati dalam berbicara dan bertingkah laku karena tanpa disadari,
bisa melukai perasaan umat lainnya
b). Akan berdampak baik jika menunjukkan sikap terbuka terhadap umat yang
baru, baik dengan kata-kata maupun tindakan, sehingga akan mengundang
umat lainnya, khususnya baptisan baru, untuk mau terlibat dalam kegiatan
bersama
3. Baptisan Baru Paroki Kristus Raja Baciro
a). Menjadi orang Katolik memang banyak konsekuensinya dan dari awal sudah
diberitahukan, maka jalanilah dengan tabah dan pasrah pada kehendak Tuhan
b). Iman tanpa perbuatan adalah kosong, demikian pula jika hanya mengatakan
“telah mengimani Yesus Kristus”, tetapi dalam hidup sehari-hari tidak
menampakkan sikap dan tindakan yang mencerminkan diri sebagai pengikut
Yesus, maka yang ada hanyalah kesia-siaan
195
4. Prodi IPPAK-USD
a). Menyusun program yang bisa melibatkan mahasiswa untuk aktif dalam
kegiatan gerejawi
b). Menyapa mahasiswa dalam setiap mata kuliah, untuk mengingatkan arah
pendidikan yang ditempuh di IPPAK yang pada intinya mereka akan kembali
kepada umat dan masyarakat sehingga dari sekarang diharapkan untuk
membiasakan diri terlibat bersama umat dan masyarakat
5. Mahasiswa Prodi IPPAK-USD
a). Selalu berefleksi akan tujuan kuliah di Prodi IPPAK
b). Mengupayakan kegiatan yang mendukung tercapainya tujuan dan arah belajar
di Prodi IPPAK demi keberhasilan mahasiswa sendiri.
C. Refleksi
Ketika penulis menyusun kata-kata refleksi ini, terlintas gagasan “akhirnya
selesai juga” dan ada perasaan senang. Penulis sangat bersyukur telah diberi
kesempatan menyusun dan menyelesaikan tugas skripsi ini. Meskipun selama
proses banyak pengalaman dan peristiwa yang tidak mengenakkan, tetapi berkat
kasih Allah dan keyakinan penulis, langkah demi langkah berhasil ditapaki.
Sahabat dan keluarga yang sering “menanyai” kabar dan proses penyusunan
skripsi menjadi pemacu penulis untuk bersemangat terus menyelesaikan tugas ini.
Kadang muncul pikiran untuk bermalas-malasan atau mundur dari tugas ini, tetapi
196
hal itu tidak boleh terjadi karena “ini adalah pilihanku sendiri dan aku harus
bertanggung jawab menerima dan menindaklanjuti pilihanku ini”.
Segala bentuk tolakan banyak diterima penulis, tetapi seiring pula dengan
kebahagiaan karena perjumpaan dan dukungan dari banyak pihak, penulis
bersyukur atas semua pengalaman ini. Dari sini pula, penulis belajar dari orang-
orang yang ditemui. Penulis yang mempertanyakan “keterlibatan” umat, memiliki
tanggung jawab pula untuk “terlibat” karena kesia-siakan belaka jika hanya
berbicara mempersoalkan.
Dengan terselesaikannya skripsi ini, bukan berarti berakhirlah tugas penulis,
karena apa yang telah disusun ini haruslah “disampaikan” kepada banyak orang.
Hal itu dapat dilakukan pula dengan memberikan teladan kepada umat baik
dengan perkataan maupun dengan tindakan yang dapat secara langsung dilihat
oleh umat. Penulis merasakan semakin dekatlah peran dan tanggung jawab
sebagai katekis yang harus dijalani. Seperti halnya pengalaman selama menyusun
skripsi ini, penulis pun yakin dengan pengalaman di masa mendatang akan ada
yang menyenangkan maupun menyedihkan. Bagaimanapun pengalaman di masa
mendatang, semuanya pasti memiliki kesan dan mendatangkan kebahagiaan
apabila percaya dan mau merefleksikan dan mengolahnya dalam terang iman akan
Yesus Kristus.
197
DAFTAR PUSTAKA
Andrew. (1993). Bukankah Hidup Ini Berharga?. Cipta Olah Pustaka. Banawiratma, JB., SJ. (1989). Baptis Krisma Ekaristi. Yogyakarta: Kanisius. Cooke Bernard, SJ. (1972). Seri Puskat 110: Iman dan Katekis. Yogyakarta:
Puskat. Darmawijaya, St., Pr. (1990). Aneka Tema Rekoleksi. Yogyakarta: Kanisius. Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. (1998). Dokumen Konsili
Vatikan II. Jakarta: Obor. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1988). Kamus Beesar Bahasa Inggris.
Jakarta: Balai Pustaka. Dipojudo, M. S., O.Carm. (1958). Hidup Katolik. Malang. Duckworth Ruth. (1972). Seri Puskat no. 109: Mendidik Katekis Menghadapi
Dua Pluralis. Yogyakarta: STKat. Pradnyawidya. Gereja Biru Kotabaru. (1999). Kidung Ekaristi. Yogyakarta. Groenen, Dr., C., OFM. (1990). Sakramentologi. Yogyakarta: Kanisius. ____________(1992). Teologi Sakramen Inisiasi Baptisan-Krisma Sejarah &
Sistematik. Yogyakarta: Kanisius Handoko Martin. (1992). Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta:
Kanisius. Hardjana, A.M. (1993). Penghayatan Agama: Yang Otentik dan Tidak Otentik.
Yogyakarta: Kanisius. Hartono Heselaars, Fred., SJ. (1997). 6 Tempayan Air. Yogyakarta: Kanisius. Jacobs Dr., T., SJ. (1979). Dinamika Gereja. Yogyakarta: Kanisius. Kamari, Fx. Kepribadian Seorang Katekis. Yogyakarta: STKat. Pradnyawidya. Kincaid D, Lawrence & Wilbur Schamm. (1977). Asas-Asas Komunikasi Antar
Manusia. Jakarta: LP3ES BPMR. Komisi Kateketik Keuskupan Agung Semarang. (1997). Mengikuti Yesus
Kristus 3. Yogyakarta: Kanisius. Komisi Kateketik KWI. (1993). Membina Iman Yang Terlibat Dalam
Masyarakat: PKKI V. Jakarta: Obor. ____________(1997). Upaya Pengembangan Katekese di Indonesia. Yogyakarta:
Kanisius. ____________(2005). Identitas Katekis di Tengah Arus Perubahan Jaman.
Jakarta: Komkat KWI. Konferensi Wali Gereja Indonesia. (1996). Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius. Lunadi, AG. (1987). Komunikasi Mengena. Yogyakarta: Kanisius. Mangunhardjana, A. M., SJ. (1985). Membimbing Rekoleksi. Yogyakarta:
Kanisius. ____________(1986). Pembinaan: Arti dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius. Martasudjita, E., Pr. (1999). Pengantar Liturgi: Makna, Sejarah, dan Teologi
Liturgi. Yogyakarta: Kanisius. ____________(2003). Sakramen-Sakramen Gereja: Tinjauan Teologis, Liturgis,
dan Pastoral. Yogyakarta: Kanisius. Moleong, Lexy, Dr., J., M.A. (1991). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya Offset.
198
Nico Syukur Dister, Dr., OFM. (1988). Pengalaman dan Motivasi Beragama. Yogyakarta: Kanisius.
Powell John, SJ. (1991). Beriman Untuk Hidup Beriman Untuk Mati. Yogyakarta: Kanisius.
Purnawan Kristanto. (2003). 77 Permainan Asyik 3. Yogyakarta: Andi. Purwadarminto, W., J., S. (1982). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Obor. Purwatma, Dr., M., Pr. (2006). Diktat Mata Kuliah Sakramentologi Prodi IPPAK-
JIP-FKIP-USD. Yogyakarta. Reksosusilo, Dr., S., CM. (1997). Reksa Pastoral Dalam Situasi Dewasa Ini.
Malang: Dioma. Setyakarjana, SJ. (2007). Bahan Retret Semester VIII. Yogyakarta. Shelton, M. Charles, SJ. (1988). Menuju Kedewasaan Kristen. Yogyakarta:
Kanisius. Subagyo Andreas. B, Ph.D. (2004). Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif.
Bandung : IKAPI. Suharyo, I., Pr. (1997). Berkembang Dalam Hidup. Yogyakarta: Kanisius. Telaumbanua Marinus, Dr., OFMCap. (1999). Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor. Tim Choice Indonesia. Buku Lagu Choice Weekend. Tim Penyusun Buku Paroki Kristus Raja Baciro. (2004). Buku Rencana Induk
Strategik Pengembangan Paroki. Yogyakarta. Tondowidjojo John, Dr., CM. (1990). Asal dan Dasar Kerasulan Awam.
Yogyakarta: Kanisius.
(1)
Lampiran 1: Jawaban Responden P 1 : Apa makna masa katekumenat bagi Anda? J : R1 : Pada masa katekumenat itu kan saya dibina dan itu membantu agar saya
bisa menerima Sakramen Baptis R2 : Saya semakin yakin untuk menjadi seorang Katolik R3 : Saya dapat belajar banyak tentang Gereja Katolik R4 : Agar lebih mantap waktu nanti jadi orang Katolik R5 : Masa dimana saya diajari banyak hal tentang ajaran Katolik R6 : Saya bisa tahu banyak tentang agama Katolik R7 : Benar-benar bermakna karena tanpa pembinaan itu, saya tidak tahu apa-
apa tentang agama Katolik. Pembinaan itu sangat berguna karena saya merasa didampingi sebelum terjun bersama umat Katolik.
R8 : Saya mendapat banyak pengetahuan tentang ajaran Gereja R9 : Saya tahu banyak tentang agama Katolik R10 : Semakin memantapkan saya untuk terus mengimani Yesus Kristus R11 : Saya dapat dibaptis karena dari dulu saya menginginkan itu. Pembinaan
yang saya alami dari dulu tersendat-sendat dan syukur pada pembinaan yang sekarang dapat berjalan dengan lancar.
R12 : Biar bisa dibaptis R13 : Biar bisa menerima Sakramen Baptis R14 : Membantu saya agar bisa menerima Sakramen Baptis R15 : Pembinaan merupakan langkah awal sebelum dibaptis, jadi harus dilalui R16 : Biar bisa dibaptis R17 : Mengenalkan saya pada Gereja, jadi ketika belajar bersama teman lain
yang mau baptis saya merasa sudah punya teman dan juga saling mendukung.
R18 : Menambah pengetahuan tentang ajaran Gereja R19 : Semakin memotivasi saya untuk semangat dan setia mengikuti Yesus
Kristus R20 : Supaya dapat menerima Sakramen Baptis. R21 : Pembinaan mempertemukan saya dengan teman lainnya yang sedang
mempelajari ajaran Gereja. R22 : Saya bisa bertemu dengan banyak orang yang sama-sama belajar seperti
saya untuk mengetahui tentang ajaran agama Katolik. R23 : Biar saya bisa dibaptis, tetapi memang sedikit menambah pengetahuan
saya. R24 : Saya ingin dibaptis jadi saya menganggap penting pembinaan itu. R25 : Saya mendapat banyak teman dan didukung pula oleh gurunya dengan
pembinaan itu membuat saya semakin yakin untuk dibaptis. P 2 : Bagaimana tanggapan Anda terhadap proses pembinaan pada masa
katekumenat? J :
(2)
R1 : Pembinaan yang alami menyenangkan tetapi tidak menambah banyak ilmu, mungkin karena saya ikut pembinaan juga telat tetapi karena dipercaya beberapa orang, saya pun cepat dapat menerima Sakramen Baptis.
R2 : Saya kan dulunya Islam jadi belum tahu tentang agama Katolik. Walaupun saya tinggal bertahun-tahun dengan orang beragama Katolik seperti isteri dan anak-anak saya, tetapi saya belum pernah mempelajari tentang agama Katolik dan mereka juga tidak memaksa saya untuk mempelajarinya. Selama pembinaan, saya senang dan tidak mengalami tekanan karena memang saya ingin belajar.
R3 : Prosesnya lancar, menambah pengetahuan, tidak membosankan karena itu memang penting
R4 : Enak sih karena pelajarannya di rumah jadi gak perlu kemana-mana, tapi emang kadang rasanya bosen tapi mau gimana lagi jadi harus tetap ikut.
R5 : Prosesnya menyenangkan R6 : Gimana ya?....baik, menarik R7 : Pembinaan diadakan seminggu satu kali selama 8 bulan, lalu dibaptis pada
Paskah 2005. Prosesnya menyenangkan, tidak ada mistagogi tuh, tetapi saya juga tidak tahu karena saya langsung pindah ke paroki lain, di rumah mertua saya.
R8 : Saya senang dengan pembinaan waktu itu, apalagi bersama-sama dengan anak-anak saya, di rumah lagi.
R9 : Saya juga baptis bersama Ibu dan adik-adik saya jadi pelajarannya juga bersama, senang sih. Pertama karena ramai-ramai, lalu saya juga ingin tahu bagaimana tentang agama Katolik. Saya juga bersyukur karena keluarga saya hampir sebagian mau menjadi Katolik, tetapi waktu itu adik yang paling kecil belum ikut pelajaran baru tahun berikutnya akhirnya ikut juga.
R10 : Pembinaan waktu itu menyenangkan karena memang saya ingin sekali menjadi Katolik. Saking semangatnya, waktu itu saya mau ikut pelajaran di paroki tapi jauh sekali dan kalau pulang malam tidak ada angkot, ternyata di lingkungan juga diadakan. Ya sudah saya ikut yang di lingkungan bersama beberapa orang dari lingkungan sini.
R11 : Pembinaan saya dilakukan di lingkungan bersama teman-teman yang dari lingkungan sini atau yang mau jadi umat lingkungan karena calon suaminya dari lingkungan sini. Saya senang dengan pembinaan ini apalagi sebenarnya sudah lama saya ingin menjadi orang Katolik. Sebenarnya belasan tahun yang lalu saya pernah pelajaran, tetapi karena ada beberapa masalah saya tidak bisa melanjutkan pembinaan dan baru 2 tahun yang lalu saya memproses lagi dan ikut pelajaran, akhirnya saya dapat dibaptis.
R12 : Sebenarnya ya karena saya ingin menikah dengan suami saya sekarang jadi saya dibaptis dan ikut pembinaan. Kadang saya gak mengerti apa yang dikatakan pembinanya, tetapi saya ikut- ikut saja, untung waktu tes saya bisa menjawab. Waktu menjelang dibaptis, katekisnya minta belajar karena mau dites romo, saya pun belajar dengan serius tapi ternyata sama romo hanya ditanya mantap tidak? Ya sudah gak apa-apa, mungkin biar saya lebih menguasai bahan.
(3)
R13 : Pembinaan diadakan di gereja setiap Senin selama 10 bulanan gitu. Saya senang selama pembinaan apalagi membantu proses baptis.
R14 : Saya dibaptis 2 tahun sesudah ibu dan kakak-kakak saya, waktu itu ya karena masih bingung mau ikut Katolik atau tetap beragama Islam seperti Bapak. Pertemuannya setiap hari Senin di gereja. Senang juga sih, tetapi kadang kurang konsentrasi karena banyak tugas sekolah. Saya kadang gak ngerti yang dibicarakan guru itu.
R15 : Mungkin adik dan ibu saya pernah bilang kalau pelajarannya di rumah sini, ramai-ramai. Kadang bosan juga sih karena yang dibicarakan itu- itu saja, tetapi mau gimana lagi memang harusnya begitu kan?
R16 : Pembinaan diadakan di gereja setiap hari Senin gabung sama orang-orang tua, mbak-mbak, dan kayaknya saya yang paling muda deh. Pembinaan kurang mengena, saya gak begitu senang.
R17 : Menyenangkan kog, seminggu sekali jadi gak bosen tapi memang lama sekali waktunya pembinaan, hampir satu tahun tapi tidak apa-apa.
R18 : Saya senang dengan pembinaan sebelum dibaptis. R19 : Pertemuannya itu sekitar 2 jam setiap hari Senin, menyenangkan kog. R20 : Saya mengikuti pembinaan di paroki ini karena memang saya ingin
dibaptis di sini. Kegiatannya setiap senin, jadi saya bisa mengatur waktu dan mengusahakan hadir setiap pertemuan.
R21 : Prosesnya ya...bentuknya pertemuan sekitar 2 jam, lalu gurunya mengajar trus. Kadang gurunya tanya sama kami yang belajar ini tentang materi yang baru saja diajarkan Senang kog, banyak teman, banyak tahu.
R22 : Saya senang dengan pertemuan itu, jadi kenal banyak orang yang sama seperti saya, ingin belajar tentang agama Katolik.
R23 : Saya tidak begitu sreg dengan waktu pertemuannya karena pada jam-jam itu saya sedang asik tidur. Saya pulang sekolah sudah sore jadi kadang datang pertemuan setengah hati.
R24 : Ya...pertemuan dengan teman lainnya yang mau dibaptis. Gurunya dari awal sampai dibaptis sama, ya...mau tidak mau mengusahakan senang.
R25 : Asyik kog, gurunya sering melucu. P 3 : Seberapa sering Anda hadir dalam pertemuan pembinaan? J : R1 : Saya sudah lama ingin menjadi Katolik, tetapi masih belum berani
berjalan ke sana. Waktu itu, ada keluarga dari Paroki Baciro membantu kesulitan saya, khususnya dalam pekerjaan, saya merasa ada jalan dan lebih berani melangkah. Selain sungguh-sungguh ingin menjadi Katolik, tempat bekerja saya mengharapkan pegawainya beragama Katolik, maka saya pun ingin cepat-cepat dibaptis. Jadi, dengan bantuan banyak pihak saya mengikuti pembinaan hanya 6 bulan lalu dibaptis. Saya pernah tidak hadir karena kesibukan pekerjaan yang mengharuskan saya bekerja sampai sore.
R2 : Badan saya kan tidak sehat benar jadi kadang pertemuan, kadang tidak. Tempatnya di rumah karena saya juga tidak kuat jalan jauh. Pembinanya
(4)
rajin dan mau datang atau kadang juga pulang dengan senang hati waktu saya tidak bisa dibina.
R3 : Saya sering hadir tapi pernah dua kali saya tidak datang karena terhambat pekerjaan
R4 : Pembinaan diadakan di rumah bersama dengan keluarga yang lain, saya selalu ikut.
R5 : Saya sering hadir tapi pernah sekali tidak hadir karena saya sakit. R6 : Wah, saya hadir terus malah dibilang yang paling rajin. R7 : Rumah saya kan dekat jadi mudah sampai di gereja jadi saya ikut terus,
pernah waktu itu hujan deras sekali dan saya tetap datang. R8 : Saya ikut terus, memang ada sering anak-anak saya bergantian tidak bisa
ikut tetapi saya saat-saat itu tidak ada pekerjaan yang mengganggu jadi ikut terus.
R9 : Saya tidak bisa hadir terus karena harus bekerja sampai malam, tapi kalau tidak kerja ya saya ikut terus.
R10 : Saya hadir terus loh, di gereja yang jauh saja datang apalagi tempatnya di sini, dekat sekali, ya saya datang terus.
R11 : Saya rajin datang kog, apalagi tempatnya dekat. R12 : Kalau hadir sih saya sering, tetapi memang kadang tidak bisa karena saya
sering sakit. R13 : Saya gak selalu datang karena tempat tinggal saya dulu bukan di paroki
sini, kalau gak ada kendaraan dan yang mengantar ya saya tidak datang. R14 : Kalau hadir sih saya terus, tapi ya itu tadi walaupun hadir saya kadang gak
konsen ingat tugas sekolah. R15 : Saya sering bolong karena harus jaga toko sampai malam, memang punya
sendiri tapi kalau lagi rame-ramenya masak ditinggal begitu saja. R16 : Mungkin dari sekian banyak yang ikut pembinaan, saya yang sering gak
berangkat. Saya sering les pelajaran jadi gak ada waktu sore, jadwalnya dari dulu udah tabrakan jadi kadang saya korbankan salah satunya. Saya bagi-bagi deh waktunya.
R17 : Datang terus donk he.. Saya gak banyak kegiatan dan senang sih dengan pembinaan ini jadi saya usahakan dan memang bisa datang setiap kali pertemuan.
R18 : Saya hadir terus selama pertemuan sampai dibaptis. R19 : Saya selalu hadir karena ada absensi dan tanda tangan pengajar juga dalam
buku yang pernah dibagikan. R20 : Saya memang mengusahakan untuk hadir, tapi karena banyak hal
membuat saya tidak bisa hadir terus. Beberapa kali saya gak datang tapi saya tetap mempelajari sendiri materi yang pernah diberikan.
R21 : Saya tidak hadir terus, pernah gak datang karena benar-benar gak bisa datang. Selain itu, saya mengusahakan untuk bisa hadir.
R22 : Saya hadir terus sampai mau dibaptis itu karena saya memang gak ada kegiatan rutin di sore hari.
R23 : Saya hadir terus walaupun kadang gak fokus tapi ada absennya loh, kuatir juga kalau gak bisa dibaptis.
R24 : Saya hadir terus donk
(5)
R25 : Saya pernah tidak hadir tapi kalau ada waktu ya pasti hadir. P4 : Bagaimana hasil yang Anda rasakan dari pembinaan pada masa
katekumenat? J : R1 : Dengan adanya pembinaan sebelum dibaptis, membuat saya lebih tahu
atau menambah pengetahuan dan ketika ditanya-tanya saya bisa menjawab. Seperti pengalaman saya dengan keponakan yang beragama Islam, dia pernah bertanya-tanya tentang agama Katolik dan dengan ilmu yang saya miliki, saya berusaha menjawab pertanyaannya. Pembinaan juga menguatkan saya dan memperkokoh motivasi untuk menjadi Katolik, apalagi saya berada dalam keluarga yang beragama Islam dan yang benar-benar tidak menerima jika ada anggotanya pindah agama. Dengan pembinaan, saya didukung dan merasa terdorong untuk lebih kuat dan semakin mendalami iman Katolik.
R2 : Saya sudah lama hidup dengan keluarga yang beragama Katolik, tapi belum ingin jadi Katolik dan keluarga tidak juga mempengaruhi. Sudah beberapa tahun saya sakit stroke, tidak bisa jalan jadi tidak bisa kemana-mana. Waktu itu teman saya yang baik dan juga agamanya Katolik menanyai tentang keinginan saya untuk masuk agama Katolik. Saya waktu itu tiba-tiba merasa ingin, saya juga berharap semoga saya menjadi lebih sehat. Teman saya itu baik sekali loh, dia ingin mendampingi saya tetapi rumahnya jauh jadi tidak bisa. Jadi, yang mendampingi saya selama beberapa bulan itu orang dari paroki yang rumahnya juga tidak terlalu jauh dari sini. Pembinaan penting, karena seperti saya yang sebelumnya beragama Islam tidak tahu tentang agama Katolik jadi dengan pembinaan membuat saya tahu dan lebih yakin untuk masuk ke agama Katolik.
R3 : Dengan pembinaan membuat saya semakin menjiwai iman yang mulai tumbuh
R4 : Pembinaan itu baik, jadi membuat saya semakin tahu tentang agama Katolik. Kayak belajar di sekolah itu loh, semakin pinter.
R5 : Dari pembinaan itu, saya bertambah pengetahuannya tentang Gereja juga menuntun dan membantu saya untuk bisa masuk dalam agama Katolik.
R6 : Saya tambah pengetahuan dan lebih paham R7 : Saya menjadi lebih tahu tentang agama Katolik, saya sama sekali belum
pernah belajar tentang agama Katolik. Dari kecil saya muhamadiyah dan tidak banyak tahu tentang agama Katolik. Keluarga inti Islam tapi ada keluarga jauh yang Katolik.
R8 : Saya lebih pintar hehe.. Saya senang kog bisa ikut pelajaran. Saya menjadi banyak tahu tentang ajaran agama Katolik. Saya dulu hanya dengar sedikit dari saudara-saudara saya. Waktu itu saya tidak ingin belajar karena memang tidak mau berpindah agama.
R9 : Pembinaan ini membuat saya semakin tahu tentang ajaran Katolik. Saya juga jadi deg-degan karena mau berpindah agama tapi saya senang.
R10 : Saya mendapat banyak hal dari pembinaan ini. Saya memang menikah dengan orang Katolik tapi saya belum berkeinginan untuk menjadi Katolik
(6)
tapi untuk Misa, saya sering ikut tapi memang gak menerima hosti. Bukannya gak mau menjadi orang beragama Katolik tapi saya belum ingin ikut pelajaran. Setelah suami saya meninggal baru ada keinginan untuk pelajaran dan ternyata banyak yang mendukung jadi saya mulai ikut.
R11 : Saya kan sudah banyak tahu tentang Katolik jadi dengan pembinaan ini saya lebih- lebih semakin yakin dengan iman saya dan membantu untuk bisa dibaptis.
R12 : Hasil yang saya dapat banyak, materi yang diberikan banyak juga tapi kadang saya tidak mengerti jadi kadang tanya dengan calon suami saya walaupun kadang dia juga gak banyak tahu. Suami saya sebagai tempat untuk saya tanya-tanya apalagi kalau mau tes, lumayan kan hehe..
R13 : Dari pembinaan ini saya mendapat banyak pengetahuan lalu saya menjadi lebih sreg untuk menjadi orang Katolik walaupun banyak yang tidak mendukung, seperti keluarga saya.
R14 : Ada sih pengetahuan yang saya dapat tapi gak banyak. Saya sebenarnya sudah sedikit tahu dari ibu dan kakak saya tentang agama Katolik.
R15 : Materinya memang sedikit dan diulang-ulang jadi saya bosan, tapi saya merasakan manfaatnya juga dan sangat penting untuk saya sebagai orang Katolik. Saya jadi lebih faham deh, saya kadang belajar sendiri waktu gak ikut pelajaran.
R16 : Saya mendapat banyak hal, walaupun saya jarang datang. Dengan bahan yang diberikan dan saya pelajari lagi, saya semakin mengerti tentang Gereja.
R17 : Saya dapat banyak hal, pengetahuan, pemahaman, dan saya lebih yakin untuk menjadi Katolik.
R18 : Saya dikuatkan dengan pembinaan ini, walaupun banyak yang tidak mendukung tapi saya merasa punya banyak teman.
R19 : Saya semakin termotivasi untuk menjadi Katolik karena seperti kata pengajarnya bahwa menjadi Katolik bukanlah paksaan, bahkan kalau dipaksa lebih baik tidak usah melanjutkan pelajaran.
R20 : Banyak hal yang saya dapatkan, saya mempunyai banyak kenalan dan kadang masih kontak. Dalam hal materi, saya mendapat banyak pengetahuan dan pemahaman tentang agama Katolik.
R21 : Saya semakin tahu tentang ajaran Gereja. R22 : Hasil pembinaan membuat saya semakin mengetahui ajaran agama Katolik
dan pasti mebuat saya bisa dibaptis. R23 : Pembinaan ini membuat saya lebih berani menghadapi orang-orang yang
selama ini menentang saya untuk masuk ke agama Katolik. R24 : Saya jadi tahu tentang agama Katolik dan lebih siap untuk dibaptis. R25 : Banyak sekali, saya senang sekali ada yang mau mendampingi kami-kami
yang mau dibaptis. Emang kadang bosan karena lama banget pelajarannya tapi kalau gak kayak gitu kami jadi orang Katolik dan tdak tahu apa-apa tentang Katolik. Pembinaan yang saya alami kurang lebih satu tahun ini membuat saya semakin pinter, dan lebih yakin untuk menjadi orang Katolik.
(7)
P 5 : Bagaimana kesan Anda terhadap cara katekis dalam membina? J : R1 : Materi yang dibahas sedikit tapi diulang-ulang jadi saya semakin paham.
Cara menyampaikan materi itu berdasarkan pengalaman sehari-hari jadi mudah dimengerti.
R2 : Saya bisa mengerti dia bicara apa, tetapi memang sebagian apa yang dikatakan tidak saya tangkap dengan jelas. Yang ngajar sabar sekali selama mendampingi saya.
R3 : Iya, saya menjadi banyak tahu setelah ikut pembinaan. Cara mengajarnya santai dan contoh yang dibuat itu konkret jadi saya mudah menangkap.
R4 : Tidak semua yang disampaikan oleh pembimbing dapat saya mengerti R5 : Pembimbing sangat baik dan perhatian bahkan sering ketika akhir
pertemuan, saya didoakan secara khusus. Beliau juga memberi tips-tips untuk menyelesaikan masalah misalnya dikatakan bahwa doa jam 3 pagi sangat bagus jadi saya berdoa jam 3 pagi selama 9 hari berturut-turut bahkan beliau berjanji untuk membantu saya.
R6 : Katekisnya baik, caranya mengajar dengan tanya jawab jadi yang belajar juga aktif bicara. Memang tidak memakai alat banyak, tapi dengan bukunya dapat membuat saya mengerti. Beliau juga memberi contoh-contoh yang konkret.
R7 : Katekisnya asyik, enak, dan sangat membantu. Sehari-hari juga bertegur sapa tapi memang jarang bertemu karena kalau Minggu saya Misanya di Paroki Jetis tempat saya tinggal. Cara katekis membahas materi sperti misalnya 1 materi diumpamakan 1 bulatan lalu peserta diminta sharing dan memaknai hingga sampai pada satu kesimpulan. Kalau materi itu selesai, waktu yang akan datang ganti materi. Peserta diajak berpikir atau dilibatkan.
R8 : Katekisnya mau datang ke rumah kami, senang sekali. Bapak itu tidak pakai alat macam-macam tapi saya sudah bisa menangkap yang dikatakan.
R9 : Kadang saya merasa bosan dengan pertemuan itu karena cara menyampaikan materi katekis itu terasa kaku. Biarpun begitu, saya tetap ikut tapi ya itu tadi kalau ada kerja sampai malam, saya tidak bisa ikut.
R10 : Saya senang dengan katekisnya, orangnya, caranya, benar-benar menyentuh dan membuat saya semakin paham akan banyak hal. Saya juga dikuatkan dan diingatkan lagi bahwa menjadi Katolik bukan berarti masalah dalam hidup lalu hilang melainkan malah mungkin akan tambah banyak.
R11 : Katekis yang dulu, belasan tahun lalu membuat saya tidak sreg, sudah tua sih. Yang kemarin sebelum saya dibaptis sangat menyenangkan. Caranya bagus, ngajak yang belajar untuk ngomong. Saya sih ngomong terus, tanya macam-macam. Kalau ditanya ya saya jawab setahunya saja. Sampai-sampai yang lain heran, kenapa setiap ditanya saya bisa jawab. Saya bilang sih kalau sebenarnya saya asal-asalan. Saya tidak yakin kalau jawaban saya benar.
R12 : Caranya katekis sebenarnya baik dan saya bisa menangkap tapi sering saya bingung karena sebelumnya saya sama sekali tidak mengerti tentang ajaran
(8)
Katolik. Kalau dari pihak katekisnya saya merasa beliau sudah berusaha sebaik-baiknya.
R13 : Katekisnya ramah dan caranya berbicara enak jadi saya mudah menangkap materi yang disampaikan.
R14 : Kalau katekisnya baik dan sering ketemu kalau misa tapi waktu ngajar itu loh, saya gak begitu ngerti yang diomongkan. Kadang yang banyak tanya itu yang tua-tua dan saya gak ngerti. Cara penyampaian materinya dengan dikatakan dan dijelaskan oleh katekisnya, seperti guru di sekolah gitu.
R15 : Katekisnya baik dalam menyampaikan materi, sedikit diulang-ulang walaupun bosan tapi bermanfaat. Kadang ngasih contoh yang cocok sama keadaan keluarga kami.
R16 : Saya kenal dengan katekisnya dan memang orangnya baik, kadang mengingatkan saya untuk terus semangat ikut pelajaran. Dalam membina ya kadang saya senang kadang bosan, kadang saya gak konsen karena inget tugas sekolah.
R17 : Saya bisa menangkap yang dibicarakan katekis, materinya mudah saya pahami. Cara beliau juga santai, kadang mencatat kadang tanya jawab.
R18 : Caranya pertama ngomong atau menyampaikan bahan pelajaran trus diminta peserta untuk bertanya atau menanggapi. Kami kadang juga ditanya secara spontan dan siapa yang bisa langsung menjawab tapi gak dinilai.
R19 : Katekisnya saya rasa perhatian sekali, saya sering ngobrol misalnya sebelum pelajaran dimulai dan hampir tahu permasalahan yang saya hadapi jadi kadang waktu beliau bicara hampir mengena saya dan saya merasa lebih tenang.
R20 : Katekis bisa dikatakan bersahabat dan dekat dengan kami yang sedang belajar. Cara menerangkan materi juga mudah ditangkap. Beliau memberikan banyak contoh yang konkret jadi kami atau saya mudah menangkap.
R21 : Memang materinya banyak dan belum pernah saya dengar tapi katekisnya dengan sabar memberi pengertian kepada yang waktu itu belajar. Membuat agak ngerti kalau katekis memberikan contoh yang hampir sama dengan yang saya alami.
R22 : Saya bisa menangkap Bapak itu ngomong apa, walaupun saya jarang menjawab kalau beliau bertanya pada katekumen yang angkatan saya itu.
R23 : Saya ini kadang gak ngerti yang dibilang sama katekisnya, tapi ya saya iya-iya aja. Kalau mau tes, saya tanya-tanya sama teman tentang materi itu.
R24 : Caranya enak sih, mudah ditangkap apalagi contoh-contohnya yang konkret, mudah buat saya untuk menangkapnya.
R25 : Saya senang dengan gurunya karena mengajarnya itu pelan-pelan dan saya bisa mengerti. Kalau dari kami ada yang bertanya, beliau bisa menjawabnya dan kami yang mendengar itu puas. Kadang kalau guru itu tidak bisa menjawab, dijadikan PR buat beliau dan minggu depannya dijawab.
P6 : Bagaimana usaha katekis dalam membantu Anda untuk terlibat dalam kegiatan gerejawi?
J :
(9)
R1 : Pada awal saya ikut pertemuan, saya diberikan buku untuk minta tanda tangan ke banyak pihak tetapi tidak selalu diperiksa karena menganggap sudah dewasa. Mungkin di awal pertemuan dulu pernah diminta macam-macam hal, tetapi karena saya datang telat jadi tidak tahu dan tidak diulangi. Selain itu tidak pernah diminta secara pribadi saat bertemu padahal saya satu lingkungan dengan guru itu.
R2 : Selama ini sudah sering ikut kegiatan jadi tidak diminta apa-apa lagi R3 : Pada waktu pembinaan, kami diberi buku untuk tempat tanda tangan ketua
lingkungan dan masyarakat. Diberitahu juga bahwa sebagai orang Katolik juga harus berkegiatan di masyarakat dan ikut doa bersama di lingkungan
R4 : Saya lupa, beliau pernah mengingatkan bagaimana tetapi sepertinya memang pernah mengingatkan tapi gak banyak.
R5 : Katekis juga mengharapkan untuk terlibat. Ada mistagosi setelah baptis tetapi hanya sekali. Isi pertemuan itu saya lupa, maklum sudah lama sih. Selama ini, saya kadang Misa di Baciro tetapi waktu ke Baciro dan bertemu dengan katekis yang dulu, masih diajak ngobrol dan ditanyai kegiatan sekarang juga diingatkan untuk aktif di paroki sendiri.
R6 : Kalau ketemu beliau selalu menanyakan kegiatan yang saya lakukan di lingkungan. Perhatian sekali kog, kan sering ketemu di gereja. Kata katekis waktu pelajaran dulu, berdoa bersama orang lain sangat baik dan memang iman tana perbuatan pada hakekatnya mati.
R7 : Katekis meminta untuk aktif di lingkungan, katanya karena pelajaran bukan hanya saat sama katekis dan katekumen lainnya tetapi bisa di banyak tempat dan dengan siapa saja di luar Gereja dan kegiatan yang macam-macam.
R8 : Katekis hanya mengatakan kalau berkegiatan bersama orang lain itu baik dan diharapkan sebagai orang Katolik juga ikut kegiatan.
R9 : Saya kan tidak sepenuhnya ikut pelajaran jadi kadang ada hal-hal yang dibicarakan katekis tidak saya terima, mungkin katekis pernah minta untuk itu tapi gak tahulah. Saya juga lupa bertanya tentang itu tapi selama ini tidak ada tugas apa-apa tuh, mungkin saat mau dibaptis baru disuruh belajar karena mau dites romo.
R10 : Katekis tahu kalau saya sudah sering ikut Misa walaupun belum ikut kegiatan di lingkungan. Saya hanya diingatkan untuk terus berkegiatan bersama umat di lingkungan karena walaupun tidak ada yang membantu secara konkret, dengan bersama umat di lingkungan pasti semua akan mendukung.
R11 : Katekis terus mengingatkan kami waktu itu untuk aktif. Kami berlima, hanya saya dan seorang ibu yang sudah sering berkegiatan bersama umat Katolik, yang 3 lainnya masih baru dan sepertinya dibaptis karena mau menikah dengan orang Katolik.
R12 : Kami diberi buku kecil untuk tempat tanda tangan ketua lingkungan dan romo, jadi kalau saya ikut kegiatan, saya minta yang memimpin untuk tanda tangan. Pembinanya juga tanda tangan kalau kami hadir pelajaran dan menuliskan materi hari itu.
(10)
R13 : Iya tu, kami diminta macam-macam maksudnya untuk berkegiatan di lingkungan, di paroki, di masyarakat, malah diberi buku ya seperti bukti ikut kegiatan apa tidak, begitu Mbak.
R14 : Kalau tentang keaktivan itu ada tugasnya, seperti dikasih buku yang kalau ikut kegiatan nanti minta tanda tangan. Sering kog diingatkan untuk aktif di lingkungan.
R15 : Katekis juga mengajak untuk aktif di lingkungan masing-masing dan di gereja.
R16 : Saya kan jarang datang jadi tugas-tugas yang diberi juga jarang saya tahu, tapi memang pernah diberikan buku untuk tempat tanda tangan kalau saya ikut kegatan.
R17 : Katekisnya gak cuma ngomong waktu ngajak kami untuk aktif, beliau juga aktif.
R18 : Kami diberi tugas untuk mencari tanda tangan jadi kami harus aktif berkegiatan di lingkungan.
R19 : Sering katekisnya mengingatkan untuk sering aktif dalam setiap kegiatan di mana saja, kalau ada waktu ya diusahakan untuk adir dan ikut.
R20 : Beliau sering menanyai tentang kegiatan kami di lingkungan R21 : Kami diberi buku untuk dibawa kalau berkegiatan biar kalau sudah selesai
bisa dimintakan tanda tangan. R22 : Sering kog kami diingatkan untuk terlibat dalam kegiatan di lingkungan,
paling enggak misa hari minggu itu. R23 : Iya, sering kami dibilangin kalau jadi orang Katolik bukan cuma
hubungannya dengan Tuhan, doa sendiri terus tapi harus berhubungan dengan orang lain jadi baik kalau ikut doa di lingkungan dan kegiatan macam-macam.
R24 : Sering dikasihtahu apa saja yang harus dilakukan. R25 : Guru saya mengajarkan untuk aktif di lingkungan dan saya tau bahwa
beliau juga aktif dalam setiap kegiatan. P 7 : Apakah di lingkungan/paroki Anda terdapat kegiatan yang melibatkan
umat? J : R1 : Setahu saya di lingkungan ada sembahyangan setiap malam Rabu, lalu
setiap tanggal 11 atau 12, setiap bulan kayaknya juga ada Novena. R2 : Ada doa lingkungan, mau natal, mau paskah lalu doa rosario. R3 : Di lingkungan ada pertemuan atau sembahyangan setiap minggu juga
kadang menjadi petugas koor pada waktu Misa di gereja. R4 : Di lingkungan ada kegiatan seperti masa adven, prapaskah dan bulan
rosario. R5 : Di lingkungan ada kegiatan seperti doa lingkungan setiap minggu, doa
selama masa adven dan pra paskah. R6 : Banyak kegiatan di lingkungan, koor, adven, dan prapaskah R7 : Sekarang saya tinggal di paroki Jetis, di lingkungan saya ada kegiatan
seperti rosario, pendalaman iman, doa atau ibadat arwah.
(11)
R8 : Ada banyak kegiatan di lingkungan seperti doa rosario, ibadat masa adven dan masa prapaskah.
R9 : Ada kog kegiatan, seperti ibadat masa prapaskah, kadang juga diadakan di rumah sini.
R10 : Banyak sekali kegiatan di lingkungan seperti latihan koor, doa rosario, dan banyak lagi
R11 : Sepertinya banyak kegiatan, saya kurang tahu mbak. R12 : Aduh saya tidak banyak tahu tentang keadaan di lingkungan, tapi
sepertinya ada kog tapi harinya kapan, saya juga tidak jelas. R13 : Ada sih kegiatan, mertua saya juga sering ikut. Kegiatannya seperti doa
rosario atau kalau ada umat yang meninggal 100 hari ada misa. R14 : Iya ada, kayak rosario, pendalaman iman gitu. R15 : Ada doa bersama, doa mingguan, doa orang meninggal, doa rosario, pra
paskah, adven dan banyak lagi. R16 : Em..saya nggak tahu mbak, undangan juga gak ada, mungkin karena papa
sering pergi jadi memang tidak diundang. R17 : Di paroki ada misa hari minggu, ada misa harian. Di lingkungan, ada
kegiatan macam-macam seperti rosario, pendalaman iman. R18 : Lingkungan kami memang ada kegiatan tapi kalau pas masa-masa tertentu
seperti adven dan pra paskah. R19 : Saya tahu kegiatan yang ada di lingkungan, ada banyak kog. Tempatnya
bergantian, acaranya kadang doa rosario kalau waktu Bulan Maria, pendalaman iman pada waktu masa prapaskah, dan banyak lagi deh.
R20 : Di paroki saya atau di lingkungan kegiatannya sepertinya sama dengan di Baciro. Ada doa arwah, ibadat adven, pra paskah, di sini juga sering latihan koor.
R21 : Kegiatannya seperti rosario, pendalaman iman R22 : Banyak kegiatan, doa masa adven biasanya pendalaman iman, latihan koor
untuk tugas di gereja. R23 : Doa adven dan pra paskah. R24 : Setiap malam Kamis ada doa bersama, rosario kalo bulan Maria, adven,
misa arwah. R25 : Hampir setiap minggu kami adakan kegiatan, doa, latohan koor, dan
banyak lagi P 8 : Sejauh mana Anda aktif dalam kegiatan atau bidang-bidang yang ada di
lingkungan/paroki? Apa alasannya? J : R1 : Di lingkungan saya tidak pernah ikut kegiatan karena badan sudah capai
karena seharian kerja, kegiatannya kan malam. Sebenarnya saya juga tidak mau, di gereja paroki saja saya juga tidak mau ikut Misa. Beberapa orang sudah buat saya sakit hati jadi saya tidak mau ketemu. Biasanya saya Misa di Gua Maria, di sana lebih enak. Saya juga bisa dibilang trauma karena pernah dicuekin oleh tokoh di gereja jadi saya malas untuk berkegiatan. Saya tidak banyak tahu tentang umat di lingkungan, sepertinya mereka
(12)
baik-baik saja. Tidak ada yang mengajak saya doa di lingkungan, padahal guru saya dulu juga satu lingkungan loh.
R2 : Kalau di rumah saya mau ikut, tetapi kalau tidak di rumah saya tidak kuat jalan jadi tidak ikut. Sebenarnya ingin sekali bisa ikut tetapi kondisi badan yang seperti ini membuat saya tidak bisa kemana-mana, kalau doa sendiri saya malah sering. Seperti kalau pagi saya bangun jam3 lalu berdoa rosario, lalu jalan-jalan dan tidur lagi. Kalau sinar matahari sudah terasa, saya keluar lagi untuk jalan-jalan lagi.
R3 : Kadang saya ikut sembahyangan atau pertemuan mingguan dan Misa di gereja tetapi memang tidak selalu karena kadang waktunya bertabrakan dengan waktu bekerja dan saya memilih bekerjanya.
R4 : Saya menjadi ketua Mudika di di lingkungan dan sering mengadakan kegiatan, seperti pendampingan anak. Untuk kegiatan bersama orangtua juga sering ikut. Saya merasa senang bisa bersama umat Katolik dan senang berkegiatan.
R5 : Dulu saya aktif berkegiatan tapi semenjak saya punya anak yang nakal, jadi jarang. Sekarang di lingkungan juga jarang. Saya malas dengan omongan orang-orang ketika saya tidak terlihat ikut kegiatan. Bisa dikatakan, umat tidak merangkul umat yang baru datang.
R6 : Saya aktif, sering ikut sembahyangan dan pertemuan di lingkungan, di gereja ya Misa, kadang tugas koor. Malah suami saya yang kurang aktif, katanya biar saya yang mewakili he..he.. Saya senang bisa berdoa bersama umat.
R7 : Dulu saya aktif Misa dan berkegiatan, tapi semenjak punya anak jadi gak bisa ikut karena anak sering rewel. Saya tetap mau berkegiatan dan saya usahakan besok untuk terlibat lagi. Untuk doa arwah saya sering ikut, tapi kalau pendalaman iman dan rosario jarang, karena saya suka dan lebih nyaman doa sendiri.
R8 : Saya sering ikut kegiatan, saya senang bisa berdoa bersama umat di lingkungan. Misa di gereja juga saya usahakan dan jarang saya tidak Misa.
R9 : Pekerjaan saya ini kadang tidak tentu, memang fokusnya pagi sampai sore tapi kadang ada pekerjaan yang banyak dan harus segera diselesaikan lagi ya di tempat kerja sampai malam. Saya jarang ikut kegiatan di lingkungan, Misa mingguan juga jarang. Sebenarnya itu karena pekerjaan, saya sih ingin ikut terus tapi dimana lagi, yaudahlah...Tuhan ngerti kog he...
R10 : Di lingkungan saya usahakan untuk datang kalau ada kegiatan, seperti kemarin itu waktu doa mingguan saya datang walaupun tidak ada undangan karena itu sudah menjadi kegiatan rutin. Entah karena apa ya? Saya ini merasa kurang kalau kegiatan di lingkungan hanya sekali seminggu, kalau bisa sih dua sampai tiga kali seminggu. Atau mungkin karena saya tidak ada kesibukan, tidak seperti umat lainnya?
R11 : Sebelum saya dibaptis, saya aktif tapi waktu saya sudah dibaptis dan anak saya menikah, kegiatan saya sepertinya berubah. Anak saya yang menikah itu kan dulu yang sering membantu saya bekerja tapi sesudah menikah, dia pergi ikut suami dan saya sendirian. Memang ada anak yang lain tapi tidak seperti anak saya yang menikah itu. Jadi sekarang saya jarang ikut kegiatan
(13)
di lingkungan. Aneh ya, sudah dibaptis malah tidak aktif tapi mau gimana lagi, kalau saya tidak bekerja, dapat uangnya dari mana? Besoklah, kalau saya sudah bisa membagi waktu, saya ikut doa di lingkungan lagi.
R12 : Kadang-kadang sih, kalau saya tidak cape’. Kalau mertua saya mengajak ya saya ikut acara di lingkungan, tetapi seringnya saya tidur di toko jadi karena toko buka sampai malam jadi banyak gak bisa ikut kegiatan sih.
R13 : Saya ini belum terbiasa berkumpul seperti itu jadi saya jarang ikut, mertua saya sering mengajak tapi saya ragu-ragu untuk datang, kadang malu juga. Sebenarnya juga karena anak saya sering rewel kalau diajak sembahyangan, pengen pulang terus, jadi mending gak usah ikut. Misa di gereja saja kadang saya gak berangkat daripada gak konsentrasi karena anak saya ribut.
R14 : Saya ini ikut kegiatan di lingkungan kalau diadakan di rumah saja karena biasanya yang ikut doa itu yang tua-tua, mungkin yang muda seperti kakak saya dan teman-temannya, udah tua juga sih he... Saya juga sering cape’ pulang dari sekolah atau kegiatan ekstra.
R15 : Saya ini kalau malam jarang di rumah, maksudnya pulangnya udah malam sekali. Seperti mbak ini bisa ketemu saya ya kalau ke sini, kalau nunggu di rumah gak tahu sampai jam berapa he.. Saya gak sempet ikut kegiatan di lingkungan.
R16 : Saya jarang sekali ikut kegiatan, hampir setiap sore saya les seperti sekarang ini. Apalagi menjelang ujian, semakin sering saya les dan ini juga baru pulang loh mbak.
R17 : Saya sering sekali ikut kegiatan di lingkungan, saya juga usahakan untuk Misa harian tapi gak bisa terus menerus. Merasa tenang aja bisa berdoa bersama umat lainnya.
R18 : Saya selalu mengusahakan ikut kegiatan tapi tidak bisa selalu ikut karena selain di lingkungan gereja, saya juga aktif di masyarakat jadi kadang lelah kadang waktu pertemuan bertabrakan.
R19 : Saya hari-hari ini kurang aktif karena kegiatan saya semakin padat. Saya sudah dapat kerja dan ingin fokus ke pekerjaan itu. Memang sayang karena harus mengorbankan kegiatan di lingkungan. Kalau misa minggu di gereja, saya masih bisa terus. Dengan berkegiatan bersama umat Katolik, sebenarnya membuat saya dapat lebih tenang karena merasakan punya saudara.
R20 : Iya, saya cukup aktif berkegiatan. Selesai acara seperti ibadat, saya bergabung kalau habis pertemuan. Biasanya kan ibu- ibu itu ngobrol dulu baru pulang. Senang karena punya teman bercerita.
R21 : Saya ikut kalau ada pertemuan, tapi tidak selalu. Kalau doa yang harus ngomong gitu males.
R22 : Iya, saya usahakan untuk ikut biar lebih kenal umat. R23 : Saya jarang ikut karena umatnya sudah tua gitu loh jadi malu, males, gak
maulah. R24 : Kadang-kadang saja saya ikut kegiatan biar kenal sama umat di
lingkungan. R25 : Saya senang kalau bisa berkumpul bersama umat Katolik. Saya sering ikut
kegiatan, Misa harian juga bisa dibilang sering.
(14)
P 9 : Bagaimana kesan Anda terhadap umat Katolik yang ada di lingkungan Anda?
J : R1 : Di lingkungan, walaupun saya jarang ikut kegiatan tapi saya tidak pernah
mendengar mereka nyindir-nyindir, tapi ya gak taulah. Saya belum berani aktif, mudah-mudahan besok bisa.
R 2 : Umat baik dan ramah-ramah, sayang saya tidak bisa ikut terus kegiatan bersama mereka. Ketua lingkungan juga baik, pernah mengantar saya ke gereja waktu mau baptis. Itu loh, ketemu dengan romo untuk tanya jawab.
R3 : Umat di lingkungan baik, bahkan yang non Katolik pun baik. Entah mengapa, saya dikenal banyak orang.
R4 : Umat di lingkungan baik dan mendukung kegiatan yang diadakan kaum muda
R5 : Saya tidak menyukai semua orang-orang Katolik di lingkungan. Memang beberapa masih saya hormati, tapi sebagian besar dari mereka seperti tidak menghendaki kehadiran saya. Mereka kan tahu kalau saya baru sebagai umat Katolik, harusnya kan mereka mengajak saya e...malah membicarakan yang jelek-jelek tentang saya.
R 6 : Orang-orang di lingkungan juga baik apalagi tahu saya orang baru dan mereka juga heran sih karena saya aktif ikut kegiatan lingkungan.
R7 : Umat di sana ya biasa aja, mereka sering mengundang saya sekeluarga tapi karena saya tidak bisa ikut ya gimana lagi, mungkin besok-besok lagi saya ikut.
R8 : Saya sudah lama tingga l di daerah ini dan kurang lebih sudah kenal dengan umat lainnya, baik yang agamanya seperti saya dulu ataupun yang Katolik. Mereka tidak membuat saya bagaimana gitu, malah saling membantu kalau ada apa-apa. Pokoknya biasalah seperti sama saja, agama sama atau beda.
R9 : Saya hanya tahu sedikit tentang umat jadi gak tahu bagaimana sebenarnya mereka tapi saya rasa selama ini baik-baik saja.
R10 : Umat di lingkungan ada yang aktif ada yang tidak, ketua lingkungannya menyenangkan bahkan mau berkorban untuk umatnya misalnya dengan mengeluarkan mobil untuk kegiatan umat.
R11 : Pernah ada 2 ibu datang ke sini, mungkin untuk memata-matai saya ya? He.he.. Gak tahulah apa maksudnya, tapi waktu itu mereka datang ke sini dan menanyai kabar saya. Katanya mau mengajak ikut doa di lingkungan, tapi mau gimana lagi, saya tetap tidak bisa ikut. Terserah mereka bilang apa.
R12 : Maaf, saya tidak tahu tentang umat di lingkungan tapi kalau bertemu ya saya merasa baik-baik saja. Mungkin karena jarang bertemu saja jadi jarang ngobrol dengan umat lingkungan.
R13 : Saya tidak banyak mengenal umat di lngkungan sini tapi satu dua orang saya tahu. Tapi sama siapa saja saya berusaha baik jadi orang lain pasti baik dengan saya.
R14 : Umat di lingkungan baik, saya juga banyak mengenalnya. R15 : Selama ini saya rasakan baik.
(15)
R16 : Saya juga tidak banyak tahu tentang umat di lingkungan. R17 : Di lingkungan orangnya baik-baik, tapi yang ikut kegiatan itu- itu saja jadi
bosan juga. Padahal umat lainnya banyak loh tapi gak kelihatan, malah yang baptis sudah lama atau dari bayi ada juga yang gak aktif. Gak tahu mereka ini sibuk apa ya? Tapi ya mungkin memang sibuk.
R18 : Biasalah orang kalau udah berkumpul, ada aja yang diomongin. Sebenarnya mereka baik tapi kadang kalau ada setan mampir yaudah yang dibicarakan jadi melenceng. Kalau ketidakaktivan umat yang lain biasanya juga dibicarakan oleh mereka, tapi memang gak tahu mereka yang gak aktif tu sibuk apa.
R19 : Mereka sangat baik, saya masih sering diundang kalau ada kegiatan. Mereka juga menanyakan keadaan saya yang mungkin bagi mereka lama tidak kelihatan.
R20 : Umat di lingkungan saya baik tapi kadang kalau berkumpul ya ngrumpi, wajar lah.
R21 : Mereka baik, saling menyapa. R22 : Biasa saja, tapi memang kami gak pernah ada masalah. R23 : Saya jarang bertemu dengan mereka, kalau yang muda ya kalau ketemu di
sekolah R24 : Saya kurang sreg dengan umat di lingkungan. Kadang saya mendengar
kata-kata gak enak tentang saya atau kalau saya ikut sembahyangan ada tatapan gak enak yang saya rasakan.
R25 : Saya senang bisa mengenal mereka, mereka seperti keluarga saya sendiri.
Lampiran 2: Foto-Foto
GERBANG MASUK GEREJA PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO
SISI KIRI AULA PAROKI
(16)
SISI KANAN AULA PAROKI
TK INDRIYASANA
(17)
PROSES PEMBANGUNAN DI GEREJA PAROKI
PINTU PASTORAN DAN SEKRETARIAT PAROKI
(18)
(19)
Lampiran 3: Materi Cara Berdoa 1. Sebelum berdoa, hendaklah diperhatikan, bahwa berdoa Anda akan lebih
berhasil jika Anda menetapkan waktu dan tempat khusus untuk berdoa, dan menepatinya dengan cermat
2. Anda akan lebih siap berdoa apabila Anda telah membuat persiapan untuk berdoa, khususnya dengan memilih bahan yang hendak Anda gunakan. Misalnya suatu kutipan Injil, suatu gagasan, dan sebagainya
3. Hendaknya Anda selanjutnya memperhatikan hal ini: Doa berarti mengangkat jiwa dan hati kepada Allah. Maka Anda perlu mulai dengan mohon kepada Allah agar Anda dapat memasuki hadirat-Nya. Anda mengakui bahwa seluruh diri Anda telah dikenal Allah Sang Pencipta, yang menciptakan Allah saat demi saat dari ketiadaan. Dengan demikian Anda akan berada di hadirat Allah secara sadar seperti yang terjadi sekarang ini, dengan rasa gembira, dengan penuh keyakinan atau keraguan, dengan segala keberhasilan atau kegagalan yang sekarang ini Anda bawa.
4. Sewaktu mulai berdoa, kadang kala hendaknya Anda menempatkan diri di tempat yang konkret. Misalnya, Anda berdoa dengan membayangkan sedang menimbang-nimbang ilalang di ladang, Anda dapat membayangkan diri beberapa saat berada di ladang yang penuh dengan tumbuhan liar. Kegiatan ini bermaksud supaya Ada mengatur diri Anda dengan lebih mudah.
5. Apabila menimbang-nimbang sesuatu yang bernilai sejarah, Anda hendaknya secara sekilas ingat di mana bahan Anda bertepatan dengan kisahnya itu sendiri. Misalnya, kisah kelahiran Yesus ada di dalam proses penyelamatan manusia, dan letaknya ada sesudah pewartaan kepada Maria, oleh alaikat Gabriel. Hal ini bisa bermanfaat bagi Anda dan dapat membatu Anda mengingat pengalaman yang telah lalu dalam hidup Anda
6. Pada awal doa, ingatlah agar Anda mohon kepada Tuhan apa yang Anda maui. Ada anugerah khusus pada setiap latihan rohani. Misalnya: mengenal Yesus dan mencintai-Nya, menyadari cinta Allah yang menciptakan Anda, dapat berkembang seperti yang dicita-citakan Allah. Janganlah Anda sampai tidak pernah memohon kepada Allah apa yang sekarang Anda maui
7. Selama berdoa jangan menuruti keinginan menyelesaikan bahan tertentu. Jika Anda memperoleh sesuatu yang bermakna, berhentilah di situ dengan tenang. Baru melanjutkan jika sekiranya dirasa cukup
8. Sikap badan perlu diperhatikan. Apabila sewaktu berdoa Anda berdiri dan dapat berdoa dengan baik, seyogyanya tidak mengubah sikap itu. Apabila suatu sikap (misalnya duduk di lantai) membuyarkan Anda, gantilah sikap itu. Boleh mencoba sikap apa saja, asal itu merupakan sikap untuk berdoa
9. Anda akan memetik manfaat banyak dan memperlihatkan sikap dan tanggung jawab Anda kepada Allah, apabila Anda berbuat hal-hal yang sesuai dengan apa yang sedang Anda doakan sekarang ini. Misalnya, Anda sedang berdoa dengan bahan peristiwa kebangkitan Yesus, taruhlah bungan di atas meja Anda, atau nyalakanlah lilin. Anda sedang berdoa merenungkan dosa, berpuasalah sedikit. Mengapa demikian? Karena memang sekujur diri
(20)
Andalah yang memasuki suasana doa, bukan hanya pikiran Anda. Kita perlu mempersiapkan dan mengajak suluruh diri kita untuk doa itu.
10. Apabila Anda sudah mendekati akhir doa yang Anda tentukan, berhentilah sejenak untuk bertanya kepada diri Anda apa yang secara khusus hendak Anda haturkan kepada Allah. Anda ingat akan apa yang ingin Anda bicarakan atau sahabat terhormat. Pada saat ini mungkin Anda hendak berbicara dengan Yesus atau dengan salah seorang rasul atau dengan salah seorang dari kelompok wanita yang menyertai Yesus. Apabila Anda mengahiri doa, hendaklah Anda selalu menyapa Allah dengan hormat.
11. Jika Anda belum mengambil keputusan untuk memasuki doa lain, Anda sebaiknya mengakhiri waktu doa Anda dengan berdoa Bapa Kami
12. Setelah itu, sisihkan waktu untuk meninjau Doa. Tulislah apa yang Anda lakukan selama waktu itu. Apa yang Anda alami. Apa gagasan, emosi, afeksi, keyakinan, doanya. Dengan cara ini Anda akan memetik manfaat menyiapkan doa lebih lanjut.
13. Yang perlu diperhatikan sebelum melaksanakan doa: Sebelum waktu berdoa, misalnya sore hari sebelumnya, lihatlah bahan-bahan yang hendak Anda gunakan untuk berdoa. Kadang-kadang Anda bahkan akan melihat butir-butir tertentu yang muncul dari bahan. Catatlah butir itu. Misalnya “...lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan” (Luk 2: 7)
Dalam segala hal, ingatlah bahwa Anda tidak pernah boleh mengambil sikap
tanggung-tanggung terhadap Allah Tuhan kita. Sikap tidak tanggung-tanggung Anda tidak akan pernah melampaui sikap tidak tanggung-tanggung yang dilakukan Allah terhadap diri kita. Oleh karena itu, tunjukkanlah sikap tidak tanggung-tanggung Anda kepada Allah, misalnya dengan senantiasa bertekad untuk selalu setia kepada doa di saat-saat ketika doa itu terasa amat sulit dilakukan. Atau pun dengan menambah sedikit waktunya. Dengan kebesaran hati Allah yang serba tidak tanggung-tanggung, Allah pasti selalu mencurahkan anugerah-anugerah-Nya kepada kita apabila dari pihak kita sendiri memang berupaya dengan jujur.
(21)
Lampiran 4: Lagu-Lagu
DENGAR DIA PANGGIL NAMA SAYA 1=d 4/4
3 3 . 3 2 2 3 2 / 1 . 5 . / Dengar Dia panggil na-ma sa - ya 3 3 . 3 2 2 3 4 / 3 . . . / Dengar Dia panggil na-ma - mu 3 3 . 3 3 3 5 5 / 5 . 4 . / Dengar Dia panggil na-ma sa - ya 3 3 . 3 2 2 3 2 / 1 . . . / Ju ga Dia panggil na-ma - mu
1 . 3 4 / 5 . . . / O girang - lah i . 7 6 / 5 . . . / O girang - lah 6 6 i 7 6 / 5 6 5 4 3 . / Yesus amat cin - ta pada saya 5 . 4 2 / 1 . . . // O girang - lah! 0 1 1 2 / 3 . 2 . / 1 . Ku – ja - wab ya.. ya.. ya.. 0 3 3 4 / 5 . 4 . / 3 . Ku – ja – wab ya.. ya.. ya.. 0 5 5 5 / 6 4 4 0 6 6 6 / 5 3 3
Ku – ja - wab ya Tuhan ku – ja - wab ya Tuhan 0 1 1 2 3 . 2 . / 1 . 0 // Ku – ja - wab ya.. ya.. ya..
LAI-LAI 3 . 4 / 4 4 4 5 4 . 3 / 3 . Sungguh in-dah dan menye nang - kan 5 6 5 4 / 3 1 7 2 1 . . bersa ma ber sau - da - ra 3 . 4 / 4 4 4 5 4 . 3 / 3 . Sungguh in-dah dan menye nang - kan 5 6 5 4 / 3 1 7 2 1 . . bersa ma ber sau - da - ra
(22)
1 2 4 . 5 / 6 5 4 5 / 6 . . Bersa tu dan ber - pa - du 5 6 7 / 6 5 4 3 2 1 / 2 . . Lailai lai lai lai lai lai lai lai lai 1 2 4 . 5 / 6 5 4 5 / 6 . . Bersa tu dan ber - pa - du 5 6 7 / 6 5 4 3 2 1 / 2 . . 0 // Lailai lai lai lai lai lai lai lai lai
Contoh gerakan:
Posisi badan semua peserta “membuat lingkaran, tangan menyilang di depan dada dengan tangan kanan di atas dan semua telapak tangan menghadap ke bawah, berpegangan tangan dengan teman di samping kanan dan kiri”.
Mulai dari syair pertama sampai sebelum syair “bersatu dan berpadu...”, menghentakkan tumit kanan ke depan, menghentakkan jari-jari kanan ke belakang, bergantian dengan kaki kiri.
Syair berikutnya, kaki kanan menyilang ke kiri depan dan kiri belakang lalu memutar ke kanan tanpa melepaskan pegangan, lalu kembali dengan memutar ke kiri.
APA KABAR
1=d, 2/2 4 4 4 / 4 . 3 4 3 / 4 5 6 . A pa ka bar ki ta ber gem bi ra (Menggenggam tangan teman di kanan dan di kiri sambil menggoyang-goyangkan) 3 4 4 3 / 3 4 4 3 Te puk ta ngan tepuk ka ki (Menepuk tangan teman di samping kanan dan kiri sambil menghentakkan kaki) 3 4 5 4 5 6 . / putar kan badan mu (Memutarkan badan)
3 4 5 6 6 . / 6 7 7 i 6 . / Goyang ke ki ri goyang ke ka nan (Bergoyang dan bergeser ke kiri dan ke kanan) 3 4 5 5 / 3 4 5 5 Berke liling ber ke liling (Keluar dari lingkaran, berkeliling-keliling) 4 4 4 5 5 6 . 0 // menca ri yang ba ru (Mencari teman/posisi)
(23)
PAGI BERSERI 1=d, 4/4 3 3 3 / . 3 4 3 3 2 . / Burung pun bernya nyi nya nyi 2 2 2 / . 2 4 3 4 3 . / Menyambut men ta ri pa gi 4 4 4 / . 4 5 5 6 7 . / Lihat lah semua berse ri 7 6 4 . / 3 4 3 2 2 1 . / Riang me mu ji na ma Tuhan
3 3 3 / . 3 4 . 3 3 2 Bunga pun me na ri na ri 2 2 2 / . 2 4 . 3 4 3 Di ti up si a ngin pa gi 4 4 4 / . 4 5 5 6 7 . / Lihat lah semua berse ri 7 6 4 . / 3 4 3 2 2 1 . / Riang me mu ji na ma Tuhan
3 3 1 3 / 2 . 3 2 . / Burung pi pit yang ke - cil 3 3 1 4 / 6 4 3 . / di ka si hi Tu - han 4 5 4 6 / 7 . 6 . Ter le bih di ri ku 5 4 3 . 2 / 1 . 1 . 0 // di ka si hi Tu han 3 3 1 3 / 2 . 3 2 . / Bu nga ba kung di la dang 3 3 1 4 / 6 4 3 . / di be ri ke in da han 4 5 4 6 / 7 . 6 . Ter le bih di ri ku 5 4 3 . 2 / 1 . 1 . 0 // di ka si hi Tu han
(24)
SEDIAKAN WAKTU UNTUK... Lagu Asli : Dona-dona Musik : Sholom Secunda 0 3 / 6 6 7 i / 2 3 / 6 7 i / 2 1. Se di a - kan wak - tu un - tuk be ker - ja 2. Se di a - kan wak - tu un - tuk ber ma - in 3. Se di a - kan wak - tu un - tuk mencin - ta 4. Se di a - kan wak - tu un - tuk memba - ca 5. Se di a - kan wak - tu un - tuk bermim - pi 6. Se di a - kan wak - tu un - tuk memban- tu 7. Se di a - kan wak - tu un - tuk berdo - a 8. Se di a - kan wak - tu ra - wat tu - buh - mu . 3 / 6 4 4 3 / 2 1 2 / 3 . 1. me - nyi ap kan ma - sa de pan - mu 2. me - nyu bur kan se - ma ngat mu - da 3. me - ya yang ser - ta di sa - yang 4. mem per ka ya pe - nge ta hu - an 5. me - mu puk a ne - ka ha ra - pan 6. ri - ngan kan be ban se sa ma - mu 7. Tu - han ma kin de - kat te ra - sa 8. bi - ar jangan ha - us fi sik - mu 0 3 / 6 6 7 i / 2 3 / 6 7 i / 2 1. Ke - ber - ha sil - an a - da ong kos - nya 2. Se - di a kan wak - tu un - tuk ter ta - wa 3. Ling ku ngan ha - ngat mam- pu membu - at 4. Bu - ku - ma ja - lah dan su rat ka - bar 5. Se - di a kan wak - tu tuk ma was di - ri 6. U - lu ran ta ngan- mu ra - mah si kap - mu 7. Sir - na ra sa ce - mas ser - ta ge li - sah 8. Ber - o lah ra ga - lah dan is ti ra - hat . 3 / 6 4 4 3 / 2 i 7 / 6 . 1. i - ngin sukses per - lu u sa - ha 2. bum - bu penye dap ke hi dup- an 3. hi - dup se la lu ber se ma - ngat 4. me - nga sah trampil da ya na - lar 5. a - gar cermat mem - ba wa di - ri 6. ja - di sumber ke - ba ha gia - an 7. de - bu di ma - ta hilang mus- nah 8. ser - ta cukup ma - kan yang se - hat
(25)
Reff: 0 0 / 5 5 5 / 0 4 3 2 / 1 . / 0 A yo lah ka wan ka wan 1 / 2 . 2 / 5 4 / 3 . bu lat kan te kad mu 0 0 / 5 5 5 / 0 4 3 2 / 1 . / 0 Ha ra pan ma sa de pan 0 2 / 3 0 2 / i 7 / 6 a - da di pundak mu 0 0 / 7 7 7 7 / 2 0 2 / 1 2 3 / . . / Ja di nya su - ram a - tau ce rah 2 2 2 2 / 5 5 4 3 . ja ngan cu ma ter se - rah 0 0 / 7 7 7 7 / 2 0 2 / 1 2 3 / . . / Ki ta sen di - ri ren - ca na kan 3 7 1 2 / i 7 6 . langkah ser ta tu ju an
BERNYANYI GEMBIRA . 1 3 2 / 1 . 7 1 / . 7 7 1 / 1 2 1 2 / . Ber nyanyi gem bi - ra, berdendang dan berlenggang . 1 3 2 / 1 . 7 1 / . 7 7 1 / 1 2 1 2 / . Ber nyanyi gem bi - ra, berdendang dan berlenggang 1 2 . 2 3 . / . 2 3 4 / . 5 4 3 Lenggang- lenggang, berlenggang di tempat 1 2 . 2 3 . / . 2 3 4 / . 5 4 3 Lenggang- lenggang, berlenggang gembira
. 2 3 2 / . 1 1 7 . / 6 7 2 3 4 3 2 Ke mu - ka ke b’la - kang, ke samping la - lu silang . 2 3 2 / . 1 1 7 . / 6 7 2 3 4 3 2 Ke mu - ka ke b’la - kang, ke samping la - lu silang 1 3 . 4 5 / 4 5 6 7 6 4 Muka b’lakang, samping la - lu samping 1 3 . 4 5 / 4 5 6 5 6 4 Muka b’lakang, samping la - lu silang
(26)
TUHAN ADA 2 4 2 4 . 2 4 . 2 4 2 4 6 5 6 7 Ku da ki da ki da ki da ki gu nung yang tinggi 2 4 2 4 . 2 4 . 2 4 2 6 5 4 5 6 Ku tu run tu run tu run tu run lem bah yang dalam 2 4 2 4 . 2 4 . 2 4 2 4 6 5 6 6 7 . Ku ter bang ter bang ter bang ter bang lu as ang ka sa 6 7 . 5 6 4 . 3 Yesus be ser ta ku
3 . 5 6 4 . 5 6 / 3 . 4 3 2 . 4 4 Di ki ri Kau a da, di kanan Kau a da 3 . 4 3 . 1 0 . 3 3 3 . 2 3 2 1 . Di a tas dan di ba wah Kau ad a 3 . 5 6 4 . 5 6 / 3 . 4 5 7 . 6 . 5 5 Di lu ar Kau a da, di dalam pun Kau a da 4 3 4 . 4 5 6 . 5 . 6 Ka re na Engkau Ye sus ku
JANGAN LELAH
Jangan lelah bekerja di ladangnya Tuhan Roh Kudus yang b’ri kekuatan Yang mengajar dan menopang Tiada lelah bekerja bersama-Mu Tuhan Yang selalu mencukupkan, akan segalanya
Ratakan tanah bergelombang Timbunlah tanah yang berlubang Menjadi siap dibangun di atas dasar iman 2X
SEMUA KARENA CINTA
Cipt. Glenn. F
Hari ini adalah lembaran baru bagiku Ku disinii karena Kau yang memilihku Tak pernah kuragu akan cinta-Mu Inilah diriku dengan melodi untuk-Mu
Dan bila aku berdiri tegak sampai hari ini Bukan karena kuat dan hebatku Semua karena cinta
(27)
Semua karena cinta Tak mampu diriku dapat berdiri tegak Terimakasih cinta
HERO (SANG PAHLAWAN) By. Mariah Carey
There is a hero (Ada seorang pahlawan) If you look inside your heart (Jika kau melihat ke kedalaman hatimu) You don’t have to be afraid (Kau tidak perlu takut) Of what you are (Akan siapa kamu sebenarnya) There’s an answer (Ada sebuah jawaban) If you reach into your soul (Jika kau menggapai ke kedalaman jiwamu) And the sorrow that you know (Dan duka yang kau tahu) Would melt away (Akan hancur lebur) Reff:
And then a hero comes a long (Kemudian datanglah sang pahlawan itu) With the strength to carry on (Bersama kekuatan untuk mengatasi semuanya) And you cast the fear aside (Dan kamu dapat menghalau ketakutan) And you know you can survive (Dan kau tahu kau dapat bertahan) So when you feel like hope is gone (Jadi ketika kau merasakan bahwa harapan telah sirna) Look inside you and be strong (Lihatlah ke kedalaman dirimu dan kuatlah) And you finally see the truth (Dan akhirnya kau melihat kebenaran itu) That a hero lies in you (Bahwa sang pahlawan ada di dalam dirimu)
It’s a long road (Ini adalah jalan yang panjang) When you face the world alone (Ketika kau menghadapi dunia ini sendirian) No one reaches out a hand for you to hold (Tak seorang pun yang memberikan tangan mereka untuk kau pegang) You can find love (Tetapi kamu dapat menemukan cinta) If you search within your self (Jika kamu mencari ke kedalaman hatimu) And the emptiness you felt will disappear (Dan kesendirian yang kau rasakan, akan lenyap). Reff Lord knows (Tuhan tahu) Dreams are hard to follow (Bahwa angan-angan sulit untuk dicapai) But don’t let anyone tear them away (Tetapi jangan biarkan seorang pun mengahancurkan angan-angan itu) Hold on there would be tomorrow (Bertahanlah, akan ada hari esok) In time you’ll find the way (Pada waktunya kau akan menemukan jalan). Reff
(28)
Lampiran 5: Teks Kitab Suci
Iman Tanpa Perbuatan Pada Hakekatnya Mati (Yak 2: 14-26)
Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: “Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!”, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.
Tetapi mungkin ada orang berkata: “Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan,” aku akan menjawab dia: “Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.” Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gentar. Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: “Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Karena itu Abraham disebut: “Sahabat Allah.” Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, katika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain? Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian juga iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.
Perumpamaan Tentang Orang-orang Yang Berdalih (Luk 14: 16b-20)
“Ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak
orang. Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap. Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan. Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang.”
(29)
Musa Meminta Penyertaan Tuhan di Gurun (Kel. 33: 10-17)
Setelah seluruh bangsa itu melihat, bahwa tiang awan berhenti di pintu kemah,
maka mereka bangun dan sujud menyembah, masing-masing di pintu kemahnya. Dan Tuhan berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya; kemudian kembalilah ia ke perkemahan. Tetapi abdinya, Yosua bin Nun, seorang yang masih muda, tidaklah meninggalkan kemah itu. Lalu berkatalah Musa kepada Tuhan: “Memang Engkau berfirman kepadaku: Suruhlah bangsa ini berangkat, tetapi Engkau tidak memberitahukan kepadaku, siapa yang akan Kau utus bersama-sama dnegan aku. Namun demikian, Engkau berfirman: Aku mengenal namamu dan juga engkau mendapat kasih karunia di hadapanku. Maka sekarang, jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku, supaya aku tetap mendapat kasih karunia di hadapan-Mu. Ingatlah, bahwa bangsa ini umat-Mu.” Lali Ia berfirma: “Aku sendiri hendak membimbing engkau dan memberikan ketenteraman kepadamu.” Berkatalah Musa kepada-Nya: “Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini. Dari manakah gerangan akan diketahui, bahwa aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, yakni aku dengan umat-Mu ini? Bukankah karena Engkau berjalan bersama-sama dengan kami, sehingga kami, aku dengan umat-Mu ini, dibedakan dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini?” Berfirmanlah Tuhan kepada Musa: “Juga hal yang telah kau katakan ini akan Kulakukan, karena engkau telah mendapat kasih karunia di hadapanKu dan Aku mengenal engkau.”
Dua Macam Dasar
(Lukas 6: 46-49)
“Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan? Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya-Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat diselamatkan-, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan karena rumah itu kokoh dibangun. Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataanKu, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah rusahnya.”
(30)
Penganiayaan Terhadap Jemaat di Yerusalem (Kis. 8: 1b-3)
Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di
Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. Orang-orang saleh menguburkan mayat Srefanus serta meratapinya dengan sangat. Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki- laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara.
Peringatan Terhadap Penyembahan Berhala
(Ul.13: 1-5)
Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, dan apabila tanda atau mujizat yang ditandakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya, maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. Tuhan, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintah-Nya, suara-Nya harus kamu dnegarkan, kepada-Nya kamu harus berbakti dan berpaut. Nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad kepada TUHAN, allahmu, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir dan yang menebus engkau dari rumah perbudakan-dengan maksud untuk menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu.
Pencobaan di Padang Gurun (Luk.4: 1-13)
Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu
dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun. Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. Selama di situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar. Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti.” Jawab Yesus kepadanya: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja.”
Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia. Kata Iblis kepada-Nya: “Segala kuasa serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siap saja yang kukehendaki. Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”
(31)
Kemudian ia membawa Yesus ke Yerusalem dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau, dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk batu.” Yesus menjawabnya, kata-Nya: “Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!”
Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik.
Kasih Setia Allah Kepada Orang Israel
(Mazmur 136: 1-26) Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
Bersyukurlah kepada Allah segala allah! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Bersyukurlah kepada TUHAN segala tuhan Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
Kepada Dia yang seorang diri melakukan keajaiban-keajaiban besar! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Kepada Dia yang menjadikan langit dengan bijaksana! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
Kepada Dia yang menghamparkan bumi di atas langit! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Kepada Dia yang menjadikan benda-benda penerang yang besar; Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Matahari untuk menguasai siang; Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Bulan dan bintang-bintang untuk menguasai malam! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Kepada Dia yang memukul mati anak-anak sulung Mesir; Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Dan membawa Israel keluar dari tengah-tengah mereka; Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Kepada Dia yang membelah Laut Teberau menjadi dua belahan; Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Dan menyeberangkan Israel dari tengah-tengahnya; Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Dan mencampakkan Firaun dengan tentaranya ke Laut Teberau! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Kepada Dia yang memimpin umat-Nya melalui padang gurun! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Kepada Dia yang memukul kalah-raja-raja yang besar;
(32)
Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Dan membunuh raja-raja yang mulia; Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Sihon, raja orang Amori; Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Dan Og, raja negeri Basyan; Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Dan memberikan tanah mereka menjadi milik pusaka; Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Milik pusaka kepada Israel, hamba-Nya! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Dia yang mengingat kita dalam kerendahan kita; Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Dan membebaskan kita dari pada para lawan kita; Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Dia yang memberikan roti kepada segala makhluk; Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Bersyukurlah kepada Allah semesta langit! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
Hal Kekuatiran (Mat 6: 25-34)
“Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa
yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendadani rumput di ladang, yang hari ini ada dan esok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendadani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahuku Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari esok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”
(33)
Tentang Tolong-Menolong (Ulangan 22: 1-4)
“Apakah engkau melihat, bahwa lembu atau domba saudaramu tersesat,
jangalah engkau pura-pura tidak tahu; haruslah engkau benar-benar mengembalikannya kepada saudaramu itu. Dan apabila saudaramu itu tidak tinggal dekat denganmu dan engkau tidak mengenalnya, maka haruslah engkau membawa hewan itu ke dalam rumahmu dan haruslah itu tinggal padamu, sampai saudaramu itu datang mencarinya; engkau harus mengembalikannya kepadanya. Demikianlah harus kau perbuat dengan keledainya, demikianlah kau perbuat dengan pakaiannya, demikianlah kau perbuat dengan setiap barang yang hilang dari saudaramu dan yang kau temui; tidak boleh engkau pura-pura tidak tahu.
Apabila engkau melihat keledai saudaramu atau lembunya rebah di jalan, janganlah engkau pura-pura tidak tahu; engkau harus benar-benar menolong dan membangunkannya bersama-sama dengan saudaramu itu.”
Jalan Yang Benar (Matius 7: 12-14)
“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.
Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.”
(34)
Lampiran 6: Sarana Permainan
PUZZLE
Keterangan: Gambar di atas hanya salah satu contoh gambar sebagai sarana permainan “puzzle”, pembimbing dapat mencari gambar lain. Garis- garis yang ada dalam gambar sebagai garis yang akan digunting.
(35)
SURAT CINTA UNTUK KEKASIH Buat Kekasihku yang………………. Dalam selembar surat ini, aku ingin mengguratkan perasaanku saat ini kepadamu. Pertama kali kita bertemu, hatiku merasakan getaran yang………………. Engkau terlihat sangat……………….dan kata-kata yang terlontar dari mulutmu begitu…………………….. Menurutku, Engkau seperti burung merpati yang kalau berjalan terlihat…………………… Sejak saat itu, aku tidak bias tidur karena selalu memikirkan dirimu. Setiap kali makan, aku merasa………………….. Setiap kali bekerja, aku selalu melamunkan dirimu. Oh kekasihku yang………………..apakah Engkau pun merasakan hal yang sama?
Dariku, Yang………………..mu