Post on 26-Oct-2021
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN
AL-BAQIYATUSH SHALIHAT KUALA TUNGKAL
KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
TAHUN 1994-2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Dalam Ilmu Sejarah Peradaban Islam
OLEH:
IHSAN RAFIQI
NIM: AS.140383
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2018
iv
MOTTO
Surat Al-Mujadilah Ayat 11
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Surat Al-Mujadilah Ayat 11.
v
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya tulis sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan ku sayangi
Abah dan Mama
Karya kecil ini kupersembahkan untuk kedua orang tua ku. Abah tercinta
M.Arsyad dan Mama tersayang Inah yang selalu memberikan semangat dan selalu
berjuang untuk ku tidak mengenal lelah selalu memberikan motivasi, doa dan
pengorbanan yang tak terhingga demi kebahagiaan ku yang selalu tersenyum untuk
ku tidak mengenal lelah dan letih,. Ribuan kilo jalan yang engkau tempuh, lewati
rintangan demi anak mu, meski engkau letih, dan tapak kaki penuh darah dan
nanah, namun engkau selalu berjuang demi anak mu, terima kasih ibu yang selalu
ada disaat suka maupun duka.
kakak
Karya kecil ini ku persembahkan juga buat kakak perempuan ku Misliana
dan Siti Aisyah, dan kakak laki-laki ku Abdul rahim tiada yang paling mengharukan
saat kumpul bersamamu, walaupun sering bertengkar tapi terima kasih atas motivasi
dan dukungannya.
Sahabat-sahabat ku
Ku persembahkan karya ini kepada semua sahabat seperjuanganku.
Terlebih khusus untuk Sejarah Peradaban Islam B dan A Angkatan 2014. Terima
kasih atas kebersamaannya selama ini, terima kasih atas motivasi dan dukungannya,
aku tidak akan melupakan semuanya. Kalianlah keluarga ku disaat berada jauh dari
kedua orang tua. Semangatlah kawan. Kita akan selalu bersama meski tidak lagi
saling bergenggaman tangan. Kita hadapi dunia dengan cara kita masing-masing.
Saling mendukung lewat untaian doa.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta hidayah-Nya kepada penulis berupa
kesehatan rohani dan jasmani kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya serta teriring sholawat dan salam
kepada nabi akhirul kalam yakni nabi besar Muhammad SAW.
Dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, tidak sedikit hambatan dan
Kendala yang penulis hadapi dalam upaya menyelesaikan skripsi ini. Namun,
berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, akhirnya hambatan dan kendala
tersebut dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan kepada penulis yaitu Ibu Dr. Hj. Armida, M.Pd.I Serta
Bapak Hendra Gunawan, M.Hum. Adapun maksud dan tujuan penulisan skripsi
ini adalah salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di UIN STS Jambi.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada
semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan demi kesempurnaan
penulisan skripsi ini, terima kasih saya ucapkan kepada:
1. Abah, Mama dan kakak-kakak ku yang selalu mencurahkan doa dan kasih
sayangnya terima kasih karena telah menjadi semangat dan ketegaran dalam
hidup saya.
2. Yth. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA, selaku Rektor UIN STS Jambi.
vii
3. Yth. Ibu Dr. Hj. Armida, M.Pd.I selaku pembimbing I dan bapak Hendra
Gunawan selaku pembimbing II. Terima kasih atas Ilmu, waktu, kritik dan
sarannya dalam penulisan Skripsi ini.
4. Yth, Ibu Prof. Dr. Maisah, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Adab Dan
Humaniora UIN STS Jambi.
5. Yth. Bapak Dr. Alfian, M.Ed, Bapak Dr. H. Muhammad Fadhil, M.Ag dan
Ibu Dr. Raudhoh, S.Ag, SS, M.Pd.I, selaku Wakil Dekan I, II, dan III
Fakultas Adab dan Humaniora UIN STS Jambi.
6. Yth. Bapak Aliyas, M.Fil selaku Ketua Jurusan Sejarah Peradaban Islam
Fakultas Adab dan Humaniora UIN STS Jambi. Terima kasih atas ilmu, dan
nasehat-nasehatnya.
7. Yth. Bapak dan Ibu seluruh dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN STS
Jambi.
8. Para karyawan dan karyawati Fakultas Adab dan Humaniora UIN STS Jambi
yang telah bersusah payah memberikan pelayanan dan berbagai urusan bagi
penulis dalam penyelesaian dan penyusunan skripsi.
9. Teman-teman seperjuangan yang telah menemani selama menuntut ilmu di
bangku perkuliahan terlebih khusus kepada Sejarah Peradaban Islam kelas B
angkatan 2014 yang ikut berpartisipasi dalam proses penulisan skripsi ini.
10. Semua para informan yang telah mendukung dan membantu dalam
penyelesaian skripsi ini dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan
namanya satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini.
viii
Semoga bantuan dan dorongan yang telah di berikan kepada penulis baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi amal ibadah serta
diterima Allah SWT. Untuk kesempurnaan skripsi ini, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin
ya robbal alamin.
Jambi, Oktober 2018
Penulis
Ihsan Rafiqi
NIM: AS.140383
ix
ABSTRAK
Ihsan Rafiqi. 2018. Sejarah Dan Perkembangan Pondok Pesantren Al-
Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal Tanjung Jabung Barat Tahun 1994-2017.
Skripsi Jurusan Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora,
Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi. Pembimbing I: Dr. Hj.
Armida, M.Pd.I, Pembimbing II: Hendra Gunawan, M.Hum.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif atau penelitian
lapangan, penelitian ini bertujuan untuk mendeskrifsikan tentang sejarah dan
perkembangan pondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat. Dalam mengumpulkan
informasi yang akurat peneliti menggunakan metode penelitian sejarah yang
meliputi, Heuristik, Kritik Sumber, Interpretasi dan Historiografi, peneliti
menggunakan teknik wawancara dalam memperoleh data-data atau sumber-
sumber yang berhubungan dengan objek penelitian, data tersebut antara lain
meliputi : sumber dokumen tertulis, buku-buku yang berkaitan dengan pondok
serta dokumentasi.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa Sejarah Pondok Pesantren Al-
Baqiyatush Shalihat berawal dari sebuah pengajian majlis ta’lim yang dalam
perjalananya semakin maju dan diminati sehingga timbullah ide untuk mendirikan
sebuah Pondok Pesantren serta menanggapi aspirasi masyarakat setempat dan
jamaah Tarekat Qadariyah Wa Naqsabandiyah. Untuk perkembangan pondok
pesantren dapat dilihat dari jumlah santri maupun tenaga pengajar yang semakin
bertambah jumlahnya. Bukan hanya itu perkembangannya juga dapat dilihat dari
pembangunan sarana dan prasarana yang semakin memadai.
Pondok Pesantren ini sejak awal berdirinya menggunakan metode
pengajaran salafi. Seiring perkembangannya hinga saat ini sudah bercampur
dengan pelajaran umum, meskipun telah modern dalam pendidikan dan
pengajaran, pondok pesantren ini tetap mempertahankan ideologi pendidikan
pondok pesantren dengan memegang teguh terhadap perkembangan nilai-nilai
positif yang ada didalamnya serta mempertahankan pendidikan pondok pesantren
yang lebih mengedepankan Akhlakul Karimah. Inilah yang menjadi kelebihan
dari pondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat.
Kata Kunci : Sejarah, Pondok, Pendidikan
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
NOTA DINAS ......................................................................................................... i
PENGESAHAN ..................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ...................................... iii
MOTTO ................................................................................................................ iv
PERSEMBAHAN ................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan ................................................................. 8
D. Kerangka Teoritis ......................................................................................... 9
E. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 21
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
A. Lingkupan Penelitian .................................................................................. 25
1. Lokasi Penelitian .................................................................................. 25
2. Metode Penelitian Sejarah .................................................................... 26
a. Heuristik ................................................................................... 26
b. Verifikasi .................................................................................. 31
c. Interpretasi ................................................................................ 34
d. Historiografi ............................................................................. 35
xi
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 38
B. Demografi Kecamatan Tungkal Ilir ..................................................... 40
1. Geografi .............................................................................................. 40
2. Pemerintahan ...................................................................................... 42
3. Penduduk ............................................................................................ 44
4. Sosial .................................................................................................. 45
5. Pendidikan .......................................................................................... 45
6. Kesehatan ............................................................................................ 46
7. Agama ................................................................................................. 46
BAB IV PEMBAHASAN
A. Sejarah Awal Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat .......................... 48
B. Biorafi KH. Muhammad Ali Wahab .......................................................... 53
C. Perkembangan Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat ........................ 58
1. Perkembangan Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Di Kuala
Tungkal Tahun 1994-2017 ................................................................... 59
2. Majlis Guru (Tenaga Pengajar) ............................................................ 62
3. Santri .................................................................................................... 66
4. Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat ....... 67
D. Tradisi Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat .................................... 72
1. Tradisi Mondok .................................................................................... 72
2. Haulan .................................................................................................. 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 80
B. Kata Penutup .............................................................................................. 82
Daftar Pustaka
Lampiran I Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat
Lampiran II Foto Dokumentasi
Lampiran III Kartu Bimbingan Skripsi
Lampiran IV Daftar Riwayat Hidup Penulis
xii
DAFTAR TABEL
BAB I METODOLOGI PENELITIAN
Tabel 1 Jadwal Penelitian................................................................................... 37
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Tabel 3.1 Luas wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung
Barat .................................................................................................. 38
Tabel 3.2 Nama Desa/kelurahan di Tungkal Ilir dan Luas Area........................ 41
Tabel 3.3 Daftar Nama-nama camat yang pernah menjabat di Kecamatan
Tungkal Ilir ........................................................................................ 42
Tabel 3.4 Data Penduduk Kecamatan Tungkal Ilir ............................................ 46
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah awal pendidikan Agama Islam di Indonesia mulai sejak
masuknya Islam itu sendiri. Awalnya dilakukan oleh para pendatang (pedang-
saudagar) yang beragama Islam dengan tanpa mengenal batas dan ruang waktu
untuk mengenalkan islam kepada siapun yang ditemui, mula-mula dakwah dan
pendidikan Islam dengan cara memberikan suri tauladan yang baik, kemudian
mengenalkan kitab suci, pengetahuan cara-cara ibadah, dan selanjutnya
penanaman akidah.1.
Pendidikan Islam di Indonesia terus berkembang seperti yang dikenal
dengan sebutan pesantren, pondok, surau, dayah dan madrasah. Pesantren, Pondok
untuk sebutan wilayah Jawa, surau untuk Sumatra Barat, dayah untuk wilayah
Aceh. Pesantren, Pondok, Surau, dan Dayah merupakan pendidikan Islam
tradisional yang kurikulum pendidikannya diataur oleh pengasuh (Kyai : Jawa),
dan sekarang pendidikan Islam tradisional secara umum di sebut dengan
pesantren. kalau madrasah bisa di katakana sebagai lembaga pendidikan Islam
Indonesia yang modern dan kurikulumnya diataur secara nasional oleh kementrian
Agama. Pendidikan pesantren mempunyai tiga tradisi penting, yaitu transmisi
pengetahuan Agama, menjaga tradisi Islam dan ketiga reproduksi ulama.2
1 Muhammad Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Muhammad
Yunus Wadzuhriyyah, cetakan ketiga, 2008), hlm 11-15. 2 Irham, pesantren dan Perkembangan Politik di Indonesia, Jurnal Pendidikan Agama
Islam-Ta’lim, Vol 13, No 1-2015
2
Keberadaan pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua Islam
Nusantara telah diakui memiliki andil dan peran yang besar dalam sejarah
perjuangan Bangsa Indonesia. Pesantren Nusantara telah membuktikan
eksistensinya dan kiprahnya menjadi dinamisator dalam setiap proses sejarah
nation and character building. Menurut Herry J Benda, sejarah Islam Indonesia
adalah sejarah perluasan peradaban santri dan pengaruh terhadap agama, sosial
dan politik Indonesia. Bahkan menurut Herry J Benda para penguasa baru
dinobatkan bersandar diri kepada para ahli agama, oleh karenanya keberadaan
pesantren tidak bisa dilepaskan dari sejarah Indonesia, karena sejarah pesantren
adalah sejarah Indonesia itu sendiri.3
Kondisi ini berbeda dengan lembaga pendidikan tradisional Islam di
kawasan dunia muslim lainnya, dimana akibat gelombang pembaharuan dan
modernisasi yang semakin kencang telah menimbulkan perubahan-perubahan
yang membawanya keluar dari eksistensi lembaga-lembaga pendidikan
tradisional.4 Perkembangan lembaga-lembaga dan pendidikan ada yang menganut
tarekat-tarekat didalamnya, tarekat sendiri merupakan jalan untuk mendekatkan
diri kepada Allah swt.
Masuk dan berkembangnya tarekat ke wilayah nusantara baru di mulai
sejak abat ke-17 M walaupun sebenarnya tarekat itu sendiri sudah berkembang
beberapa abat sebelumnya di Timur Tengah yang kemudian terpecah beberapa
cabang dan tersebar keseluruh penjuru negeri muslim. Jejak tarekat di Indonesia
3 Harry J Benda, Bulan Sabit dan Matahari Terbit, (Jakarta:Pustaka Jaya, 1983). Hlm. 33
4 Azumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modrenisasi Menuju Melenium Baru,
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm 95.
3
di awalai oleh Hamzah Fansuri 1610 M dan Samsuddin Al-Sumatrani 1630 M,
namun keduanya tidak meninggalkan tarekat yang dipraktekan secara massif oleh
masyarakat. Sebagai penganut tarekat qadariyah yang membawa konsep
penyatuan manusia dengan tuhan, tokoh berikutnya yang mempraktekan ajaran
tarekat adalah Abdurrauf Ibn Ali Singkel dengan memperkenalkan tarekat
syatariah di Aceh pada 1679 M.5
Ulama terkenal lainnya yang juga mengembangkan tarekat adalah Syeikh
Yusuf Tajul Khalwati (1621-1689) yang lebih dikenal dengan sebutan Syeikh
Yusuf Makassari. Ulama ini menerima baiat dari berbagai macam tarekat yakni
Qadiriyah dari Nuruddin ar-Raniri, Naqsabandiyah dari Muhammad Abdul Baqi,
Syatariah dari Burhanudin al-Mula ibn Ibrahim,dan Khalwatiah dari Abdul
Barakat Ayyub ibn Ahmad.6 Kemudian berkembang di Jambi tarekat Qadariyah
Naqsabandiyah yang di ketuai oleh Syekh Muhammad Ali Wahab.7
Terkait dengan jalur silsilah tarekat ke Syeikh Nawawi Berjan, seorang
murid tarekat (Haji Hudari) menceritakan bahwa awal mula sejarah baiat tarekat
Qadiriyah Naqsabandiyah Kuala Tungkal tidak terlepas dari peran Kiai Tauhid,
salah seorang teman sejawat Syeikh Ali Abdul Wahab dalam mengajar di
pesantren Perguruan Hidayatul Islamiah Kuala Tungkal. Kiai ini
memperkenalkannya dengan Kiai Kurnain yang kemudian menghubungkannya
dengan Syeikh Nawawi Berjan. Dari perkenalan awal ini pada akhirnya dibaiatlah
5 Ahmad Syafii Mufid. Tangklukan, Abangan, dan Tarekat: Kebangkitan Agama di Jawa
(Jakarta: Yayasan Obor, 2006), hlm.60. 6 Ahmad Syafii Mufid. Tangklukan, Abangan, dan Tarekat, hlm. 60.
7 Penelitian Ulya Fuhaidah. Perkembangan Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah ( Studi di
Kuala Tungkal Tanjung Jabung Barat Jambi Indonesia), hlm. 10
4
beberapa tokoh ulama di Kuala Tungkal seperti Haji Said Ismail, Haji Hayun
Abduh, Haji Kursani, Haji Hudari, dan beberapa tokoh lainnya yang berjumlah
sekitar 20 orang untuk menjadi muridnya. Syeikh Ali Abdul Wahab ini kemudian
ditunjuk sebagai mursyid untuk wilayah propinsi Jambi. Peristiwa pembaiatan ini
terjadi sekitar tahun 1979. Setelah pembaiatan ini lambat laun anggota tarekat
menjadi banyak dan bahkan mencapai ribuan murid. Para murid kemudian
mengamalkan ajaran tarekat ini di wilayahnya masing-masing.8 Tarekat ini terus
menyebar hingga sebarannya sampai kepondok Pesantren yang berada di Jambi.
Di Jambi ada sekitar 170-an pondok pesantren yang ada saat ini.9 Salah
satunya pondok pesantren Al-Baqiyatussalihat Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung
Jabung Barat yang semakin memajukan perkembangan agama Islam di Provinsi
Jambi. Ini terlihat dari sebagian banyak orang tua di Tanjung Jabung Barat
maupun yang ada diluar kabupaten lebih memilih pondok pesantren untuk
pendidikan anaknya, selain itu juga keselamatan anak-anaknya dari pengaruh
kemajuan yang bisa menjerumuskan kejalan yang tidak benar dan tetap
mendapatkan pengetahuan umum.
Bermula dari pengajian yang di pimpin oleh KH. M. Ali Abdul Wahhab
yang bertempat di rumah beliau sejak tahun 1957. Kurang lebih 28 tahun berjalan
pengikut pengajian yang dilaksanakan di kediaman rumah KH. M. Ali Wahhab ini
dari masa kemasa terus bertambah, dan puncaknya pada tahun 1985 tidak
tertampung lagi untuk jamaah pengajian di rumah KH. M. Ali Wahhab. Dan
8 Penelitian Ulya Fuhaidah. Perkembangan Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah ( Studi di
Kuala Tungkal Tanjung Jabung Barat Jambi Indonesia), hlm. 12 9Data Pondok Pesantren di Provinsi Jambi tahun 2016. Kementrian Agama Provinsi Jambi.
5
akhirnya diputuskan untuk pindah ke Masjid Agung Al-Istiqomah yang tepat
berada di depan rumah beliau.
Pengikut Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah yang telah di bai’at biasanya
mengadakan haul wafatnya Syekh Abdul Qodir Jailani pada setiap tanggal 11
rabiul akhir. Tahun demi tahun para hadirin pengikut haul Syekh Abdul Qodir
Jailani semakin bertambah banyak hingga di Masjid Agung pun tidak tertampung
lagi karena banyaknya hadirin yang mengikuti acara haulan.10
Hingga timbul
keinginan untuk membangun tempat khusus untuk peringatan haulan ini. Ide ini
disepakati dengan lokasi pembangunan gedung di Parit Gompong Kuala Tungkal.
Pada tanggal 30 Sa’ban 1413 H. Bertepatan tanggal 22 Pebruari1993 M,
penancapan tiang pertama untuk pembangunan gedung yang sedianya untuk
tempat peringatan haulan. Banguna gedung ini diberi nama “Majlisul Ilmi
Wadzikri” ditengah pembangun gedung terpikir oleh panitia bahwa gedung ini
hanya digunakan setahun sekali, yaitu pada peringatan Haul Syekh Abdul Qodir
Al-Jailani. Lalu timbullah pemikiran baru untuk memanfaatkan gedung ini
sebagai wadah lembaga pendidikan berupa Podok Pesantren.
Kemudian dibentuklah kepengurusan Podok Pesantren ini, tepatnya pada
tanggal 13 April 1994 M. bersamaan dengan 2 Zulkaidah Pondok Pesantren Al-
Baqiyatush Shalihat ini di resmikan dan diiringi dengan pelajaran pertama yang
10
Skripsi Wirda Aini, Peran KH. Muhammad Ali Wahab Dalam Penyebaran Agama Islam
di Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Suatu Kajian Studi Tokoh), (Jambi: IAIN
STS Jambi, Tahun 2015), hlm 59.
6
diberikan oleh KH. M. Ali Abdul Wahhab yang juga sekaligus sebagai pengasuh
Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal.11
Dalam penyelengaraannya lebih berpendidikan total, konprehensip dan
menyeluruh. Jika kita lihat dari segi pendidikan yang mengatakan bahwa sumber
ilmu adalah rumah (keluarga), sekolah, dan lingkungan.Maka pondok pesantren
Al-Baqiyatussa lihatlah yang bisa mengambil semua peran sumber ilmu tersebut.
Jika ditinjau dari segi dari aspek kemanusiaan yamg dimulai dari pendidikan
spriritual, mental, intelektual dan fisik Al-Baqiyatush Shalihat bisa didapatkan..
Jika kita lihat dari perkembangannya Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat
tidak hanya mengajarkan pengetahuan agama tetapi juga pengetahuan umum,
seperti pepatah yang mengatakan sekali mengayuh dua tiga pulau terlewati itulah
kiasan yang cocok untuk pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Al-
Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal.
Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal mempunyai
murid 731 orang putra dan 871 orang putri di tahun 201612
, melihat
perkembangan jumlah murid yang semakin tahun terus bertamabah inilah salah
faktor yang menjadi keunikan tersendiri sehingga peneliti tertarik melihat sejarah
dan perkembangan Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat.
Meskipun telah modern dalam pendidikan dan pengajaran, pondok
pesantren ini tetap mempertahankan ideologi pendidikan pondok pesantren
dengan memegang teguh terhadap perkembangan nilai-nilai positif yang ada di
11 Skripsi Wirda Aini, Peran KH. Muhammad Ali Wahab Dalam Penyebaran Agama Islam
di Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Suatu Kajian Studi Tokoh), (Jambi: IAIN
STS Jambi, Tahun 2015), hlm 45. 12
Profil Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal, Thn 2016
7
dalamnya dan dipertahankan pendidikan pondok pesantren dengan
mengedepankan Akhlakul Karimah. Inilah yang menjadi kelebihan dari pondok
pesantren Al-Baqiyatush Shalihat. Pondok Pesantren biasa kurang melihat masa
depan yang mendunia dan susah membedakan mana yang keakheratan dan
keduniawian.13
Dari penjelasan di atas untuk melihat fenomena peran dan
perkembangan Pondok Pesantren Al-Baqiyatussalihat ini perlu diadakan
penelitian lebih lanjut mengenai Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren Al-
Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal Tanjung Jabung Barat Tahun 1994-2017.
13
Tarmizi taher, jembatan umat, ulama dan umara. (Bandung: granesia, 1998) , hlm.207.
8
B. Rumusan Masalah
Terkait mengenai penelitian Sejarah dan Perkembangan Pondok
Pesentren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal, Maka peneliti ingin membatasi
hanya pada satu pondok pesantren yang ada di Tanjung Jabung Barat, adapun
yang menjadi permasalahan utama Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren
Al-Baqiyatush Shalat Kuala Tungkal tahun 1994-2017. Untuk kepentingan
analisis, berbagai faktor permasalahan Sejarah dan Perkembangan Pondok
Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal dapat dirumuskan:
1. Bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat
Kuala Tungkal?
2. Bagaimana perkembangan pondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat
Kuala Tungkal dari tahun 1994-2017?
3. Bagaimana tradisi pesantren di Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat
Kuala Tungkal?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Setelah diketahui pokok-pokok permasalahan dari penelitian, maka
tujuan yang hendak dicapai dari kajian ini adalah:
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya pondok pesantren Al-Baqiyatush
Shalihat Kuala Tungkal.
2. Untuk mengetahui perkpembangan pondok pesantren Al-Baqiyatush
Shalihat Kuala Tungkal dari tahun 1994-2017.
9
3. Untuk mengetahui tradisi pesantren di Pondok Pesantren Al-Baqiyatush
Shalihat Kuala Tungkal.
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah
1. Secara teoritis untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai sejarah dan
kebudayaan islam serta melihat perkembangan pondok pesantren di Kuala
Tungkal Tanjung Jabung Barat.
2. Secara praktik untuk menambah wawasan atau informasi bagi penulis
khususnya pembaca pada umumnya yang ingin mengetahui sejarah dan
perkembangan Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal
Tanjung Jabung Barat.
3. Untuk menyelesaikan tugas akhir kuliyah dalam rangka untuk memperoleh
gelar (S1) Sarjana Humaniora.
D. Kerangka Teoritis
Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang bertujuan untuk
menghasilkan bentuk dan proses pengisahan atas peristiwa-peristiwa manusia
yang telah terjadi pada masa lalu.14
Dengan penelitan sejarah ini, peneliti berusaha
memahami kejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada masa lalu dan
hubungannya dengan keadaan masa sekarang, atau memahami kejadian atau
keadaan masa sekarang dalam hubungannya masa lalu. Menurut Soerjono
Soekanto, perubahan sosial dibedakan menjadi dua bentuk umum berdasarkan
14
Dudung Abdurrahman, MetodePenelitianSejarah, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 17
10
cepat lambatnya yaitu perubahan yang berlangsung cepat (revolusi) dan
perubahan yang berlangsung lambat (evolusi).15
Perkembangan Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal
terlihat pada jumlah yang mengajar pada tahun 2017 adalah sebanyak 80 orang,
terdiri dari 52 Ustadz dan 38 Ustadzah, yang berprofesi S1 yaitu 31 orang, S2
yaitu 3 orang dan yang lainnya masih menjalani study, sebagian guru ada yang
menetap dan tinggal di Pondok Pesantren dan juga diluar Pondok. Dan dilihat dari
jumlah siswa siswi pada tahun 2017 sebanyak 1602 orang, untuk mendukung
lancarnya proses belajar mengajar dilengkapi dengan ruang belajar sebanyak 38
unit lokal dan satu mesjid.16
1. Sejarah
Sejarah merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa
lampau yang mempunyai bukti dan fakta-fakta sejarah. Sejarah juga terbagi
dua bagian yaitu sejarah sebagai kisah dan sejara sebagai peristiwa. Sejara
sebagai kisah adalah sejarah dalam pengertian subyektif karna peristiwa
masa lalu itu telah menjadi pengetahuan manusia sedangkan sejarah sebagai
peristiwa merupakan sejarah secara objektif sebab peristiwa masa lampau
itu sebagai kenyataan yang masih diluar pengetahuan manusia. Sebab
lapangan sejarah meliputi segala pengalaman mausia yang mengungkapkan
15
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,1999), hlm. 345. 16
Profil Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal
11
fakta mengenai apa, siapa, kapan, dimana, dan sebagai sesuatu yang telah
terjadi.17
Menurut Ibnu Khaldul dalam buku mukkadimah mendefisikan,
bahwa: sejarah adalah sebuah catatan tentang masyarakat uamat manusia
atau peradaban dunia, tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak
masyarakat itu, seperti: kelahiran, keramah-tamahan, dan solidaritas
golongan. Tentang revolusi dan pemberontakan oleh segolongan rakyat
melawan golongan lain, akibat timbulnya kerajaan-kerajaan dan Negara
dengan tingkat bermaca-macam kegiatan dan kedudukan orang, baik untuk
mencapai penghidupannya, berbagai macam cabang ilmu pengetahuan dan
pertukangan, dan pada umumnya tentang segala macam perubahan yang
terjadi didalam masyarakat karena watak masyarakat itu sendiri.18
Adapun menurut Sidi Gazalba, sejarah adalah gambaran masa lalu
tentang manusia dan sekitarnya sebagai mahluk sosial yang di susun seca`ra
ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan
penjelasan yang memberi pengertian dan kepahaman apa yang telah berlalu
itu. Dari beberapa penjelasan diatas bahwa sejarah adalah adalah kejadian
masa lampau yang dilakukan oleh manusia dan di kuatkan oleh fakta-fakta
baik secara lisan maupun tulisan.
1) Teori gerak siklus melingkar menurut ibnu khaldun
17
Dudung abdurahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jogyakarta: Ar-auuz medi.2007) hlm.
1 18
Rustam E. Tamburaka, Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Islam, Sjarah Filsafat
dan Iptek, ( Jakrta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 10
12
Untuk mengetahui posisi sejarah menurut ibnu khaldun, penting
melihat definisi sejarah yang diberikan yaitu Ibnu Khaldun melihat dua
sisi dalam bangunan sejarah yaitu sisi luar dan sisi dalam. Dari sisi luar
sejarah tak lebih dari rekaman siklus kekuasaan priode masa lampau,
tetapi dari sisi dalam sejarah merupakan penalaran kritis dan usaha
cermat mencari kebenaran.
Menurut teori siklus bahwa sejarah itu bergerak melingkar,
setiap peristiwa historis itu akan selalu berulang kembali. Semboyan
yang terkenal dalam teori ini adalah I, histoire se repete, artinya sejarah
itu berulang. Apa yang dulu pernah terjadi akan terulang kembali baik
dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang. Dalam teori siklus
Ibnu Khaldun ada empat pase dalam sejarah dan perkembangan Pondok
Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Shalihat Kuala Tungkal Kabupaten
Tanjung Jabung Barat.
a. Fase embriotik sejaran dan perkembangan pesantren Al-Baqiyatush
Shalihat Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Berdasarkan teori siklus Ibnu Khaldun bahwa pase embrio ini berawal
berawal dari lahir atau munculnya sejarah dan perkembangan pondok
pesantren Al-Baqiyatush Shaliah Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung
Jabung Barat tahun 1994-2017.
13
b. Fase perkembangan sejarah dan dan perkembangan pondok pesantren
Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung
Barat tahun 1994-2017.
c. Fase kemunduran setelah kedua fase tersebut maka disinilah hokum
alam berlaku akan mengalami sebuah kemunduran ini disebabkan
secara kodrat manusia mempunyai sifat bosan, pada fase kemunduran
ini pondok pesantrean Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal
Kabupaten Tanjung Jabung Barat mengalami kemunduran disebabkan
berkurangnya mianat santri yang masuk kepondok pesantren tersebut.
d. Fase kehancuran setelah mengalami fase kemunduran apa lagi tidak
secepatnya mengantisifasi maka kehancuranlah yang akan terjadi. Ini
lah sebuah terori siklus sudah menjadi hukum sejarah.
2) Tradisi Pesantren
Menurut Martin van Bruinessen, tradisi pesantren merupakan
kebiasaan masyarakat pesantren mempelajari keilmuan Islam klasik dan
pola perilaku mereka terhadap kyai yang dianggap tokoh sentral serta
kharismatik di tengah kehidupan pesantren.19
Tradisi pesantren pada dasarnya merupakan pranata sosial yang
sudah dianggap baku oleh masyarakat pesantren, dengan demikian
tradisi pesantren sudah merupakan kerangka acuan norma dalam
19
Martin van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat, (Yogyakarta: Gading,
2012), hlm. 86.
14
keberlangsungan dan perilaku para santri. Meskipun demikian, tradisi
pesantren adalah tradisi yang dihasilkan dari perkembangan sepanjang
sejarah pesantren; ada unsur baru yang masuk dan ada yang
ditinggalkan. Agar pesantren dapat meneruskan eksistensinya sebagai
lembaga pendidikan yang mampu menghasilkan sumber daya manusia
yang berkompeten, pesantren harus mampu berdialog dengan perubahan
yang ada. Dialog tersebut diwujudkan oleh pesantren dalam usahanya
mengkombinasikan antara perubahan dan tradisi yang selama ini telah
dimiliki pesantren.
2. Tarekat
Tarekat sesuai dengan namanya lebih sebagai tasawuf, thariqah
merupakan salah satu sisitem dengan unsur-unsur khas, dengan demikian
maka tarekat adalah cara untuk melaksanakan Syari’at. Semua ulama salaf
sepakat bahwa orang yang silsilahnya tidak bersambung kepada guru-guru
thariqah dan tidak mendapat izin untuk memimpin umat dimajelis thariqah,
tidak boleh menjadi mursyid, tidak boleh membaiat, tidak boleh
mengajarkan dzikir dan amalan-amalan lain dalam tarekat. Tidak boleh
menjadi guru thariqah dan mursyid kecuali setelah mendapat izin,
sebagaimana pendapat para imam, karena sudah jelas bahwa orang yang
menjadi guru tarekat tanpa mendapat izin bahayannya lebih besar dari pada
15
kemahaslatannya, dan ia memikul dosa sebagai pencuri tarekat serta jauh
dari derajat murid yang benar, apalagi dari derajat guru yang arif.20
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “tarekat” atau tarekat
mempunyai arti “jalan”.21
Harun Nasution dalam bukunya” Islam ditinjau
dari Berbagai Aspek” menjelaskan bahwa tarekat berasal dari kata tarekat
(jalan) yaitu jalan yang ditempuh oleh seorang calon sufi dalam tujuan
berada sedekat mungkin dengan tuhan. Tarekat kemudian mengandung arti
dengan organisasi ( tarekat ). Tiap-tiap thariqah memiliki syekh, upacara
ritual dan bentuk zikir tersendiri.22
tarekat adalah sebagai hasil berjalan
seorang sufi yang diikuti oleh para murid,yang dilakukan dengan aturan atau
cara tertentu dengan bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam
memberikan nama suatu kelompok thariqah, dinisbatkan nama seoarang
syekh tertentu.23
Secara terminologis (istilah) kata tarekat adalah jalan yang harus
ditempuh seorang sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT,
kemudian ia digunakan untuk menunjukan suatu metode psikologi modal
untuk membimbing seseorang mengenal tuhan.24
secara istilah Ibnu Khaldun
mengartikan tasawuf adalah salah satu syariah yang timbul kemudian
didalam Islam. asalnya tekun beribadah dan memutuskan perhatian dengan
20
KH. Habib Muhammad Luthfiy Ali Bin Yahya, Permasalahan Thariqah,( Surabaya:
Khalista,2006),h 14 21
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat,(
jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum,20013), h.1404 22
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya cet.11, (Jakarta: Bulan Bintang
1985), h.89 23
Adrianus Chatib, Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN), (Jambi: Sultan Thaha press
IAIN STS JAMBI,2012),h.38 24
Adrianus Chatib, Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN),h.41
16
segala sesuatu selain Allah, hanya mengharap kepada Allah semata,
menolak hiasan dunia, sertamembenci kepada perkara yang selalu
memperdaya orang kepada kelezatan dan kemegahan dunia, menyendiri
menuju jalan tuhan dalam khalwat dan ibadah, definisi Tarekat secara
denotasi diartiakan dengan jalan, namun ditinjau dari konotasinya
merupakan perantara mencapai suatu tujuan untuk amalan yang shaleh, tata
cara, atau metodologi dalam menggapai maksud tertentu.
3. Pengertian Pesantren
Kata pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe di depan
dan diakhiran an berarti tempat tinggal para santri. Sedangkan pendapat
yang mengatakan bahwa santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa, dari
kata cantrik yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru
kemana guru ini pergi menetap. Karna pergeseran tertentu kata cantrik
berubah menjadi kata santridengan demikian proses terjadinya sesuai
dengan hukum tata bahasa Indonesia. Sedangkan kata pondok penyesuai
ucapan kata punduk dalam bahasa arab yang berarti tempat menginap.25
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional yang
bersifat nonformal, dengan materi materi keagamaan. Tradisi pesantren
bernafaskan sufistik dan ubudiyah. Ibadah pardu di lengkapi dengan shalat-
shalat sunah dan zikir, wirid atau ratib, pondok pesantren bisa dianggap
khas Indonesia. Meskipun ia merupakan lembaga pendidikan Islam
25
Faisal Yusuf Amir. Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani, 1995), hlm. 94
17
tradisional, namun dalam beberapa aspek, berbeda dengan sekolah
tradisional di dunia Islam mana pun.26
Pengajian ini di berikan secara individual di rumah guru, langgar,
atau surau, namun dalam beberapa kasus juga di laksanakan didalam rumah
orang tua murid, terutama kalau orang tua murid mempunyai kedudukan
penting.27
Unsur-unsur sebuah podok pesantren antara lain:
a) Kyai
Peran penting kyai dalam pendirian, pertumbuhan,
perkembangan dan pengurusan sebuah pesantren berarti dia merupakan
unsur yang sangat esensial. Sebagai pemimpin pesantren, watak dan
keberhasilan banyak tergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu,
karismatik, serta keterampilan kyai. Dalam konteks ini, peribadi kyai
sangat menentukan sebab dia adalah tokoh sentral dalam pesantren.28
Kyai atau pengasuh pondok pesantren merupakan elemen yang
sangat esensial bagi suatau pesantren. rata-rata pesantren yang
berkembang di Jawa dan Madura sosok kiyai begitu sangat berpengaruh,
kharismatik dan berwibawa, sehingga amat disegani oleh masyarakat di
lingkungan Pesantren. Disamping itu, kyai pondok pesantren biasanya
juga sekaligus sebagai penggagas dan pendiri pesantren yang
bersangkutan.
26
Skripsi Dini Kurniasih. Sejarah Perkembangan Syekh Maulana Qari dari tahun 1985-
2015 di Desa Titian Teras Kabupaten Merangin, (Jambi: IAIN STS Jambi, Thn 2016), hlm. 24 27
Karel A. Steenbrink, Pesantre Madrasah Sekolah, (Jakarta: Dharma Aksara Perkasa,
1986), hlm. 10 28
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, hlm 144
18
Perlu di tekankan disini bahwa ahli-ahli pengetahuan Islam di
kalangan umat Islam di sebut ulama. Di Jawa Barat mereka di sebut
Ajengan, di Jawa Tengah dan Jawa Timur ulama yang memimpin
pesantren di sebut kyai, namun di zaman sekarang, banyak juga ulama
yang cukup berpengaruh di masyarakat juga mendapat gelar kyai,
walaupun mereka tidak memimpin pesantren. dengan kaitan yang sangat
kuat dengan tradisi pesantren, gelar kyai biasanya dipakai untuk
menunjuk para ulama dari kelompok islam tradisional.29
b) Masjid
Sangkut paut pendidikan islam dalam masjid sangat dekat dan
erat dalam tradisi islam diseleruh dunia. Dahulu kaum muslimin selalu
memanfaatkan masjid untuk tempat beribadah dan juga sebagai tempat
lembaga pendidikan islam. Sebagai pusat kehidupan rohani, sosial,
politik, dan pendidikan islam.
Masjid merupakan aspek kehidupan sehari-hari yang sangat
penting bagi masyarakat. Dalam rangka pesantren, masjid dianggap
sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama
dalam peraktek sembah yang lima waktu, khutbah dan sholat jum’at, dan
pengajaran kitab-kitab islam klasik.30
Biasanya yang pertama-tama
didirikan oleh seorang kyai yang ingin mengembangakan sebuah
29
Zamaksyari Dofoir, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, hlm. 55
30
Zamaksyari Dofoir, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, hlm. 59
19
pesantren adalah mesjid. Masjid itu terletak dekat atau di belakang rumah
kyai.
c) Santri
Santri merupakan unsur yang penting dalam perkembangan
sebuah pesantren karena langkah pertama dalam tahap-tahap membangun
pesantren adalah harus ada murid yang dating untuk belajar dari seorang
alim. Kalaw murid itu sudah menetap di rumah seorang alim, baru
seorang alim itu bisa disebut kyai dan mulai membangun fasilitas yang
lebih lengkap untuk pondoknya.
Santri biasanya terdiri dari dua kelompok, yaitu santri kalong
dan santri mukim31
. Santri kalong merupakan bagian santri yang tidak
menetap dalm pondok tetapi pulang kerumah masing–masing sesudah
selesai mengikuti sesuatu pembelajaran di pesantren. Santri kalong biasa
berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren jadi tidak keberatan kalau
sering pergi pulang. Makna santri mukim ialah putera dan putri yang
menetap dalam pondok pesantren dan biasanya berasal dari daerah jauh.
Pada masa lalu, kesempatan untuk pergi dan menetap di sebuah pesantren
yang jauh merupakan suatu sebuah keistimewaan untuk santri karena dia
harus penuh cita-cita, memiliki keberanian yang cukup dan siap
menghadapi sendiri tantangan yang akan di alaminya selama di
pesantren.
31
Zamaksyari Dofoir, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai , hlm. 51
20
d) Pondok
Definisi singkat istilah pondok adalah tempat sederhana yang
merupakan tempat tinggal kyai bersama para santrinya.32
Komplek
sebuah pesantren memiliki gedung-gedunga selain dari asrama santri dan
rumah kyai, termasuk perumahan ustadz, gedung madrasah, lapangan
olahraga, kantin, koperasi, lahan pertanian dan bahkan lahan pertenakan.
Kadang-kadang bangunan pondok didirikan sendiri oleh kyai dan
kadang-kadang oleh penduduk desa yang berkerja sama untuk
mengumpulkan dana yang dibutuhkan.
Sistem asrama ini merupakan cirri khas tradisi pesantren yang
membedakan sistem pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan
islam lain seperti sistem pendidikan islam di minang kabau yang disebut
surau atau sistem yang diguanakan di afganistan.33
e) Kitab-Kitab Islam Klasik
Kitab-kitab islam kelasik dikarang para ulama terdahulu dan
termasuk pelajaran mengenai macam-macam ilmu pengetahuan agama
islam dan bahasa arab. Dalam kalangan pesantren, kitab-kitab islam
klasik sering disebut kitab kuning oleh karena warna kertas edisi-edisi
kitab kebanyakan warna kuning.
Sistem pendidikan pesantren tradisional yang biasa dianggap
sangat statis dalam mengikuti sistem sorongan dan bandrongan. para
32
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, ( kasih pnerbit, kota terbit)hlm 142 33
Zamaksyari Dofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, hlm. 45
21
Kyai sebagai pembaca dan penerjemah kitab tersebut, bukanlah sekedar
membaca teks, tetapi juga memberikan pandangan-pandangan
(interprestasi) pribadi, baik mengenai isi maupun bahasa dari teks.
Dengan kata lain para kyai memberikan pula komentar atas teks sebagai
pandangan pribadinya. Oleh karena itu para penerjemah tersebut haruslah
menguasai tata bahasa arab, literatur dan cabang-cabang pengetahuan
agama islam yang lain.
Menurut Dhofier pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab kelasik
merupakan satu-satunya pengajaran formal yang di berikan dalam
lingkungan pesantren. Pada saat ini, kebanyakan pesantren telah
mengambil pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian yang
juga penting dalam pendidikan pesantren, namun pengajaran kitab-kitab
islam klasik masih diberi kepentingan tinggi. Pada umumnya, pelajaran
dimulai dengan kitab-kitab yang sederhana, kemudian dilanjutkan
dengan kitab-kitab yang lebih mendalam dan tingkatan suatu pesantren
dapat diketahui dari jenis kitab-kitab yang diajarkan.34
E. Tinjauan Pustaka
Suatu hal penting dilakukan penelitian dalam penelitian ilmiah adalah
melakukan tinjauan atas penelitian-penelitian terdahulu. Hal ini lazim disebut
dengan istilah prior research. Prior research penting dilakukan dengan alasan
untuk menghindari adanya duplikasi ilmiah, untuk menghindari adanya duplikasi
ilmiah, untuk membandingkan kekurangan ataupun kelebihan antara penelitian
34
Menurut Dhofier dikutip oleh Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, hal.144
22
terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan dan untuk menggali informasi
penelitian atas tema yang diteliti dari peneliti sebelumnya.
Berdasarkan pengamatan penulis hingga saat ini yang membahas
mengenai sejarah dan perkembangan Pondok Pesantren, baik berupa buku, jurnal,
Tesis dan skripsi beberapa karya yang di tulis antaranya. Pertama adalah Tesis
Alfia Apriani, Persepsi Guru dan Pengelolaan Pondok Pesantren Karya
Pembangunan Al-Hidayah Jambi Terhadap Bank Konvensional dan Bank
Syariah, IAIN STS Jambi, Tahun 2011. Dimana dalam tesis dijelaskan Persepsi
guru dan pengelolaan Pondok Pesantren Karya Pembangunan Al-Hidayah Jambi
terhadap Bank Konvensional cukup baik dan sebalik terhadap Bank Syariah
cendrung kurang baik.
Kedua, Tesis Hendra Gunawan, S.Hum Perkembangan Kontemporer
Madrasah Nurul Iman di Kota Jambi (1970-2013). Dalam penelitian ini
memfokuskan pada keadaan situasi sosial keagamaan, struktur kelembagaan
Madrasah Nurul Iman dan melihat perubahan sisitem pendidikan di Madrasah
Nurul Iman.
Ketiga, Skripsi Wandi, Madrasah Al-Khairiyah Perkembangannya di
Kota Jambi, IAIN STS JAMBI, Tahun 2014. Dalam penelitian lebih menfokuskan
pada tujuan berdirinya Madrasah Al-Khairiyah, visi dan misi serta perkembangan
berdasarkan perodesasi sejak tahun 1937-2014.
Keempat, Skripsi Dini Kurniansih, Sejarah dan Perkembangan Pesantren
Syekh Maulana Qori dari Tahun 1985-2015 di Desa Titian Teras Kabupaten
Merangin, IAIN STS JAMBI, Tahun 2016. Dalam penelitian skripsi ini lebih
23
memfokuskan sejarah dan perkembangan Pesantren Maulana Qori dan upaya
meningkatkan kualitas Santri dan Santriwati dan seberapa besar peranan pondok
pesantren terhadap lingkungan sekitar.
Kelima, Skripsi M. Rudini, Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren
As’ad Olak Kemang Kota Jambi Dari Tahun 2000-2013, IAIN STS JAMBI,
Tahun 2014. Dimana dalam penelitian Skripsi ini sejarah dan perkembangan
pondok pesantren dan melihat perubahan yang terjadi di pondok pesantren As’ad
Olak Kemang Kota Jambi.
Keenam, Skripsi Wirda Aini, Peran KH. Muhammad Ali Wahab Dalam
Penyebaran Agama Islam di Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat
(Suatu Kajian Studi Tokoh), IAIN STS Jambi, Tahun 2015. Dalam penelitian ini
menfokuskan bagaimana peran KH. Muhammad Ali Wahab dalam penyebaran
Agama Islam dan bagaimana paham pemikiran yang diajarakan KH. Muhammad
Ali Wahab, serta melihat persepsi masyarakat Kuala Tungkal tentang KH.
Muhammad Ali Wahab.
Berbagai studi tentang perkembangan pesantren di Porovinsi Jambi yang
telah banyak yang melakukan penelitian baik secara historis, perkembangan
ataupun lainnya, umunya terfokus pada semua yang bersifat eksotis dan terpaut
pada berbagai peristiwa dalam perkembangan pesantren. Penelitian-penelitian
tersebut cukup memberikan informasi tentang perkembangan pesantren di
Provinsi Jambi. Namun tidak ada yang fokus membahas tentang pesantren Al-
Baqiyatush Shalihat yang ada di Kuala Tungkal.
24
Oleh sebab itu, penelitian ini penting untuk dilakukan sebagai penelitian
lanjutan dengan harapan hasilnya bisa memberikan kontribusi positif bagi
pengungkapan fakta tentang Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren Al-
Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal Tanjung Jabung Barat. Oleh karena itu, studi
perkembangan pesantren dalam penelitian ini memfokuskan pada Sejarah dan
Perkembangan Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal Tanjung
Jabung Barat 1994-2017.
25
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lingkupan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif kualitatif atau penelitian
lapangan. Penelitian deskriftip dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi
mengenai suatu phenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskrifsikan
sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.35
Dalam
penelitian ini penulis akan mencoba mendeskrifsikan tentang sejarah dan
perkembangan pondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal Tanjung
Jabung Barat Tahun 1994-2017.
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat suatu penelitian untuk memperoleh
data-data yang berkenaan dengan topic-topik pembahasan. Penelitian ini
dilakukan di Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif dan penelitian menggunakan metodologi
sejarah. Mengkaji lebih mendalam tentang Sejarah dan Perkembangan
Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal Tanjung Jabung
Barat Tahun 1994-2017.
35
Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial,(Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007), hlm 20
26
2. Metode Penelitian Sejarah
a. Heuristik (Pengumpulan Data)
Heuristik adalah berasal dari kata Yunani heurishein, artinya
memperoleh. Menurut G. J. Renier yang dikutip Dudung dalam bukunya
yang berjudul Metode Penelitian Sejarah Islam yang menjelaskan
bahwa, heuristik adalah suatu teknik, suatu seni, dan bukan suatu ilmu.
Oleh karena itu, heuristik tidak mempunyai peraturan-peraturan umum.
Heuristik seringkali merupakan suatau keterampilan dalam menemukan,
menangani, dan memperinci bibliografi, atau mengklarifikasi dan
merawat catatan-catatan.36
Catatan-catatan tersebut peneliti bisa dapatkan melalui
observasi, merupakan teknik awal yang peneliti gunakan untuk
mendapatkan data yang akurat berdasarkan permasalahan yang akan
penulis teliti.
Observasi merupakan alat pengumpulan data disebut panduan
observasi. Metode ini menggunakan pengamatan atau pengindraan
langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses, atau prilaku.37
Dengan observasi kita akan memperoleh gambaran yang lebih jelas
tentang kehidupan sosial yang sukar diperoleh dengan metode lain.
36
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Seiarah Islam, (Yogyakart: Ombak ,
2011),hlm 104 37
Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitan Sosial, hlm 52
27
Penelitian menggunakan teknik observasi secara partisipasif
dengan maksud, pengamatan terlibat merupakan jenis pengamatan yang
melibatkan peneliti dalam kegiatan orang yang menjadi sasaran peneliti,
tanpa mengakibatkan perubahan pada kegiatan atau aktifitas yang
bersangkutan dan tentu saja dalam hal ini peneliti tidak menutupi dirinya
selaku peneliti.38
Observasi ini merupakan sumber primer untuk
mendapatkan data sejarah yang berkaitan dengan penelitian.
Didalam heuristik sejarawan harus mencari sumber primer.
Sumber primer dalam penelitian sejarah adalah sumber yang
disampaikan saksi mata. Sedangkan dalam sumber lisan yang dianggap
primer ialah wawancara langsung dengan pelaku pristiwa atau saksi
mata.
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan
makna dalam suatu topik tertentu.39
Metode ini merupakan salah satu
cara dalam mengumpulkan data yang harus dilakukan untuk mendukung
observasi. Dengan wawancara diharapkan peneliti dapat memasuki
pikiran dan perasaan responden. Adapun imformen yang akan
diwawancarai antara lain :
1). H. Ahmad Fauzi
2). Drs. H. Anwar Sadat, M.Ag
38
Prof. Dr. Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 64 39
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 72
28
3). Drs. H. Abdul Latif, M.Ag
4). H. Abdul Hakim, S.Ag
5). Hj. Fauziah
6). H. Abdul Hamid Kurnain
Penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara tak
bersetruktur, wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data.
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasakahan yang akan ditanya.40
Selain menggunakan teknik wawancara peneliti juga
menggunakan teknik dokumentasi, dimana dokumentasi merupakan
teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai
data pribadi responden. Didalam sebuah pendokumentasian, sering
dikenal dengan istilah dokumen, record, foto, video/film. Dokumen
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa bentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.41
Selain itu juga dokumentasi ini peneliti dapatkan melalui berita
di Koran, majalah, buku, catatan rapat, daftar anggota organisasi, dan
40
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 74 41
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 82
29
arsip-arsip laporan pemerintah adalah sumber skunder karena
disampaikan oleh bukan saksi mata.42
Jadi dari penjelasan diatas maka
sumber-sumber dalam heuristik dapat di kelompokan menjadi dua yaitu
sumber primer dan sumber skunder.
a) Sumber Primer
Menurut Lofland dan Lofland sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu
pada bagian ini jenis datanya dibagi kedalam kata-kata dan tindakan,
sumber data tertulis, foto, dan statistik.43
Data perimer dalam data
yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh peneliti dari sumber
pertama atau utama.44
Sumber primer murapakan kata-kata dan
tindakan orang-orang.
Sedangkan dalam sumber lisan, primernya ialah wawancara
langsung dengan pelaku atau saksi mata yang dalam hal ini adalah
informan. Informan ini merupakan narasumber tempat bertanya, yang
jauh lebih mengetahui atau menguasai, dan karenanya ia juga disebut
semacam guru, seperti pimpinan pondok, guru-guru maupun staf dan
masyarakat sekitar yang mengetahui tentang Pondok Pesantren Al-
42
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, hlm.103 43
Prof. Dr. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), hlm. 157 44
Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab-Sastra
dan Kebudayaaan Islam, (Jambi: IAIN STS Jambi, 2011), hlm.31
30
Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal yang peneliti wawancarai
dilapangan.
Sumber primer yang dimaksud untuk dijadikan informan
guna keakuratan data pada penelitian skripsi ini adalah saksi hidup
yang hingga saat sekarang ini masih dapat diketahui keberadaannya
yang membantu penulis terkait permasalahan Sejarah dan
Perkembangan Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala
Tungkal Tanjung Jabung Barat Tahun 1994-2017.
b) Sumber Sekunder
Sumber sekunder yaitu data pendukung yang dikumpulkan,
diolah dan disajikan dari beberapa buku bacaan yang memberikan
komentar, analisis, kritik dan sejenisnya yang berkaitan dengan data
primer.45
Data sekunder yang dimksud adalah data yang diperoleh dari
data terdokumentasi dan mempunyai hubungan dengan permasalahan
yang diteliti dan juga peneliti mengambil data-data dari buku-buku,
jurnal, skripsi, yang telah ada bersangkutan dengan penelitian ini,
sehingga memperbanyak data agar lebih akurat.
Dengan demikian heuristic digunakan dalam penelitian ini
untuk langkah awal dalam penelitian yaitu sebagai data awal tentang
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat
45
Tim Penyusun Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab-Sastra dan
Kebudayaan Islam, (Jambi: IAIN STS Jambi, 2011), hlm. 34
31
Kuala Tungkal dengan heuristik peneliti bisa menemukan data dengan
cara tulisan dan lisan, dengan cara tulisan peneliti bisa menemukan
data dengan adanya dokumen, seperti arsip-arsip pemerintahan,
sedangkan dengan cara lisan peneliti bisa menemukan data dengan
wawancara langsung dengan informan.
Informan adalah orang yang memberikan informasi. Dalam
penelitian seseorang informan merupakan orang yang nomor satu
setelah peneliti. Karena tanpa informan, penulis mungkin akan buta
dan akan kebingungan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan penelitian ini. Adapun sampel penelitian ini penulis
menggunakan teknik purposive sampling dalam menentukan sampel,
purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu.46
b. Verifikasi (Kritik Sumber)
Setelah sumber sejarah dalam kategorinya terkumpul, tahap
yang berikutnya ialah verifikasi atau lazim disebut juga dengan keritik
untuk memperoleh keabsahan sumber. Dalam hal ini yang harus diuji
adalah keabsahan tentang keaslian sumber (otentisitas) yang dilakukan
melalui keritik ekstrn dan keabsahan tentang kesahihan sumber
(kredebilitas) yang ditelusuri melalui keritik intern.47
46
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 53 47
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penulisan Sejarah Islam, hlm.108
32
Selain heuristik yang digunakan dalam penelitaian sejarah,
peneliti juga perlu menggunakan verifikasi, dengan menggunakan
verifikasi maka data diketahui keabsahannya dengan sempurna, jadi
verifikasi dalam penelitian sejarah tidak bisa ditinggalkan berikut ini
akan dijelaskan tentang teknik verifikasi yang peneliti gunakan yaitu:
1) Keaslian Sumber
Peneliti melakukan pengujian atas asli dan tidaknya sumber,
berarti ia menyeleksi segi-segi fisik dari sumber yang ditentukan. Bila
sumber itu merupakan dokumen tertulis maka harus diteliti kertasnya,
tintanya, gaya tulisannya, bahasanya, kalimatnya, ungkapannya, kata-
katanya, hurufnya, dan segi penampilan luarnya yang lain.48
Tentang
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat
Kuala Tungkal Tanjung Jabung Barat Tahun 1994-2017.
Pada tahap keaslian sumber ini peneliti melakukan pengujian
atas asli tidaknaya sumber, menyeleksi dari segi-segi fisik dari sumber
yang ditemukan, dalam hal keaslian sumber pada Sejarah dan
Perkembangan Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala
Tungkal Tanjung Jabung Barat Tahun 1994-2017. Dan apa aktivitas
yang dilakukan Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat untuk
meningkatkan kualitas santri sehingga menarik kembali minat para
calon santri untuk masuk kepesantren tersebut, begitu juga pesantren
48
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, hlm. 108
33
tersbut harus menunjang kualitas pendidikan untuk menarik minat
masyarakat terhadap pesantren tersbut.
2) Kesahihan Sumber
Kesahihan dalam sejarah merupakan factor paling
menentukan sahih dan tidaknya bukti atau fakta sejarah itu sendiri.
Menurut Gilbert J. Garraghan dalam bukunya Dudung Abdurrahman
yang berjudul metodologi penelitian sejarah islam, kekeliriun saksi
pada umumnya ditimbulkan oleh dua penyebab utama: pertama,
kekeliruan dalam sumber informal yang terjadi dalam usaha
menjelaskan, menginterprestasikan, atau menarik kesimpulan sumber
itu. Kedua, kekeliruan dalam sumber formal. Penyebabnya ialah
kekeliruan yang disengajakan terhadap kesaksian yang pada mulanya
penuh kepercayaan detail kesaksian tidak dapat dipercaya, para sakti
terbukti tidak mampu menyampaikan kesaksian secara sehat, cermat,
dan jujur. Oleh karena itu, kritik dilakukan sebagai alat pengendali
dan pengecekan proses-proses itu serta mendeteksi adanya kekeliruan
yang mungkin terjadi.49
Selain disebabkan kekeliruan tersebut, bisa juga terjadi
karena persepsi perasaan, karena ilusi dan halusinasi sintesis dari
kenyataan yang dirasakan, dalam reproduksi dan komunikasi, dan
49
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, hlm. 111
34
kekeliruan lebih sering terjadi dalam catatan sejarah.50
Pada kesahihan
sumber Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren Al-Baqiyatush
Shalihat Kuala Tungkal tertumpu pada keterangan dari informan yang
masih hidup dan mengetahui sejarah dan perkembangan pondok
pesantren tersebut.
3. Interprestasi (Analisis Fakta Sejarah)
Interprestasi atau penafsiran sejarah sering kali disebut juga
analisis sejarah. Analisis sendiri berarti menguraikan, dan secara
terminologis berbeda dengan sintesis yang berarti menyatukan. Namun
keduanya, analisis dan sintesis, dipandang sebagai metode-metode utama
didalam interprestasi. Analisis sejarah itu sendiri bertujuan melakukan
sisntesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah
dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu kedalam suatu
interprestasi yang menyeluruh.51
Interprestasi dalam penelitian sejarah sangat diperlukan,
kegunaan dari interprestasi ini sendiri untuk menganalis data yang telah
dikumpulkan dan yang telah dicari keabsahannya tentang data tersebut,
analisis data ini digunakan dalam tahap ketiga untuk penelitian sejarah,
yang berkaitan dengan Sejarah dan Perkembagan Pondok Pesantren Al-
Baqiyatush Shalihat Kuala tungkal Tanjung Jabung Barat Tahun 1994-
2017.
50
Dududung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, hlm. 111 51
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, hlm. 114
35
4. Historiografi (Penulisan Sejarah)
Sebagai fase terakhir dalam metode sejarah, histigrafi yang
merupakan cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian
sejarah yang telah dilakukan. Layaknya laporan ilmiah, penulisan hasil
sejarah itu hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai
proses penelitian sejak dari awal (fase perencanaan) sampai dengan
akhirnya (penarikan kesimpulan).52
Syarat umum yang harus diperhatikan peneliti di dalam
pemaparan sejarah adalah:
a) Peneliti harus memiliki kemampuan mengungkapkan dengan bahasa
yang baik. Misalnya peneliti harus memperhatikan aturan atau
pedoman bahasa Indonesia yang baik, mengerti bagai mana memilih
kata atau gaya bahasa yang tepat dalam mengungkapkan maksudnya,
bahasa yang mudah dan jelas dipahami, dan data dipaparkan seperti
apa adanya atau seperti yang dipahami oleh peneliti dan gaya bahasa
yang khas.
b) Terpenuhinya kesatuan sejarah, yakni suatu penulisan sejarah disadari
sebgaian dari sejarah yang lebih umum, karena ia didahului oleh masa
dan diikuti oleh masa pula. Dengan perkataan lain, penulisan itu
ditempatkan sesuai dengan perjalanan sejarah.
52
Dududung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, hlm. 117
36
c) Menjelaskan apa yang ditemukan oleh peneliti dengan menyajikan
bukti-bukti dan membuat garis-garis umum yang akan diikuti secara
jelas oleh pemikiran pembaca. Dalam hal ini perlu dibuat pola
penulisan atau sistematika penyusunan dan pembahasan.
d) Keseluruhan pemaparan sejarah haruslah argumentatif, artinya usaha
peneliti dalam mengerahkan ide-idenya dalam merekontruksi masa
lampau itu dilandaskan atas bukti-bukti yang terseleksi, bukti yang
cukup lengkap, detail fakta yang akurat.53
Histiografi didalam penelitian sejarah digunakan untuk
menyimpulkan data yang telah didapatkan oleh peneliti melalui
penelitian, setelah data dikumpulkan maka peneliti perlu menggunakan
teknik histiografi sebagai fase terakhir dalam penulisan sejarah, untuk
menulis pembahasan yang berkaitan dengan Sejarah dan Perkembangan
Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal Tanjung
Jabung Barat Tahun 1994-2017.
53
Dududung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, hlm. 116-118
penggandaan
Penyempurnaan dan 11
10 Munaqasah dan perbaikan
bimbingan
Penulisan Skripsi dan 9
Analisis data
Pengumpulan data dan 8
7 Pelaksanaan Riset
6 Pengesahan dan izin Riset
perbaikan
Seminar Poposal dan 5
4 Pengurusan izin Seminar
Proposal
Bimbingan dan Perbaikan 3
Dosen Pembimbing
Proposal dan Penunjukan 2
1 Pengajuan Judul
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
BULAN
NO KEGIATAN SEPT DES JAN JUNI JULI AGUST SEP OKT
JADWAL PENELITIAN
Tabel I
37
38
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Tanjung Jabung Barat terletak antara 00 53’- 01
0 41’ lintang
Selatan dan antara 1030
23’ - 1040 21 Bujur Timur dan merupakan 10 kabupaten /
kota yang ada di Provinsi Jambi, berada di pesisir Timur Provinsi Jambi, daerah
ini memeliki luas wilayah kurang lebih 8844,5 Km2 terdiri dari daratan kurang
lebih 5503,5 Km2 dan perairan / laut kurang lebih 3341 Km.
2 Batasa-batas
Kabupaten Tanjung Jabung Barat yaitu54
:
Utara : Propinsi Riau.
Selatan : Kabupaten Batanghari.
Barat : Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Tebo.
Timur : Selat Berhala dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.55
Tabel 3.1
Luas wilayah menurut kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat
No Kecamatan
Luasa
Wilayah
(Km2)
Ibu Kota
Kecamatan
Tinggi
DPL (m)
Persentase
1 Tungkal Ulu 345,69 Pelabuhan 35 6,90
54
BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2017 55
BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2017
39
Dagang
2 Merlung 311,65 Merlung 45 6,22
3 Batang Asam 1042,47 Dusun Kebun 35 20,81
4 Tebing Tinggi 342,89 Tebing Tinggi 35 6,83
5 Renah
Mendaluh
473,42 Lubuk
Kambing
70 9,46
6 Muara
Papalik
336,38 Rantau Badak 45 6,72
7 Pengabuan 440,38 Teluk Nilau 5 8,79
8 Senyerang 426,63 Senyerang 5 8,52
9 Tungkal Ilir 100,31 Kuala Tungkal 3 2,00
10 Bram Itam 312,66 Bram Itam
Kiri
3 6,24
11 Sebrang Kota 121,29 Tungkal V 3 2,42
12 Betara 570,21 Mekar Jaya 3 11,38
13 Kuala Betara 185,89 Betara Kiri 3 3,71
Sumber : BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2017
40
B. Demografi Kecamatan Tungkal Ilir
Dalam penelitian ini peneliti membatasi batasan wilayah yaitu di Kuala
Tungkal Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat, ini bertujuan
agar pembahas tidak melebar dan dapat diperjelas dalam bahasan secara terperinci
tentang keberadaan Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal.
1. Geografi
Kecamatan Tungkal Ilir adalah salah satu Kecamatan yang berada
di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi yang
merupakan wilayah di mana berdirinya Pondok Pesantren Al-Baqiyatush
Shalihat dengan luas wilayah 98,11km2. dengan batas-batas wilayah
Kecamatan Tungkal Ilir yaitu56
:
a. Utara : Kecamatan Sebrang Kota.
b. Timur : Selat Berhala.
c. Selatan : Kecamatan Kuala Betara
d. Barat : Kecamatan Bram Itam.
Pada tahun 2017 Desa/Kelurahan yang berada di wilayah
Kecamatan Tungkal Ilir Terjadi pemekaran menjadi 10 Desa/Kelurahan
dapat di lihat pada tabel 3.2 dibawah ini.
56
BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahu 2017
41
Tabel 3.2
Nama Desa/Kelurahan di Tungkal Ilir dan luas area
No Desa/Kelurahan Luas Area (Km2)
1 Keluraha Tungkal Harapan 1,65 Km2
2 Kelurahan Tungkal IV Kota 2,80 Km2
3 Tungkal III 3,2 Km2
4. Tungkal II 16,52 Km2
5. Tungkal I 46,78 Km2
6. Teluk Sialang 8,39 Km2
7. Sungai Nibung 11,08 Km2
8. Sriwijaya 2,08 Km2
9. Patunas 4,16 Km2
10. KP. Nelayan 1,33 Km2
Sumber : BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2017
Data ini ditampilkanuntuk mengetahui luas area Desa/Kelurahan
Kecamatan Tungkal Ilir. Sehingga dari table di atas dapat di lihat bahwa
Desa/Kelurahan tungkal Harapan adalah area terluas pertama, dan
Desa/Kelurahan Tungkal III ada di urutan nomor 3. Meskipun luas area
berada di urutan ke tiga, tetapi disinilah tempat berdirinya Pondok Pesantren
Al-Baqiyatush Shalihat yang merupakan sebagai tempat lembaga
pendidikan yang mengajarkan ilmu agama dan sosial. Meskipun tidak
42
menutup kemungkinan yang belajar di Pondok Pesantren Al-Baqiyatush
Shalihat warga Kecamatan Tungkal Ilir, luar Kabupaten Tanjung jabung
barat, Luar Provinsi dan terlebih lagi luar Negri. Perkembangan pendidikan
di Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal mengalami
peningkatan setiap tahunnya dari mulai awal terbentuknya Pondok
Pesantren baik dari segi santri maupun gedung bangunan di area pondok.57
2. Pemerintahan
Wilayah Pemerintahan Kecamatan Tungkal Ilir pada tahun 2017
terjadi pemekearan Desa/Kelurahan yang terdiri dari 8 Kelurahan, 2 Desa, 7
Dusun dan 166 Rukun Tetangga (RT).
Tabel 3.3
Daftar nama-nama camat yang pernah menjabat di Kecamatan Tungkal Ilir
No Nama Camat
Tahun Mulai
Menjabat
Tahun Akhir
Menjabat
1 Jakfar Amin 1962 1971
2 Misbach Sulung, BA 1971 1979
3 Drs. Iman Sainan 1979 1983
4 A. Ghafar Masdar, BA 1983 1984
5 Drs. Bustaman Tamin 1984 1985
6 Drs. Awal Akmal 1985 1987
57
BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2017
43
7 Drs. Chalik Saleh 1987 1989
8 Drs. H.A. Muin Muhammad 1989 1994
9 A. Calik Rahman, BA 1994 1996
10 Drs. Amir Sakib 1996 2001
11 Drs. Noor Setio Budi 2001 2006
12 Syahrun Achmadi, SE 2006 2008
13 Ery Suhartono, S. Sos 2008 2009
14 M. Jamil Gumri, S.Ag 2009 2016
15 M. Nur Kasim Kadir, SE 2016 Sekarang
Sumber : BPS Tanjung Jabung Barat Tahun 2007
Rincian Rukun Tetangga (RT) Kecamatan Tungkal Ilir yaitu sebagai
berikut:
a. Tungkal Harapan terdiri dari 18 RT.
b. Tungkal IV Kota terdiri dari 18 RT.
c. Tungkal III terdiri dari 17 RT.
d. Tungkal II terdiri dari 17 RT.
e. Tungkal I terdiri dari 4 Dusun dan 17 RT.
f. Teluk sialang terdiri dari 3 Dusun dan 13 RT.
g. Sungai Nibung terdiri dari 7 RT.
44
h. Sriwijaya terdiri dari 12 RT.
i. Patunas terdiri dari 13 RT.
j. KP. Nelayan terdiri dari 15 RT.
3. Penduduk
Tabel 3.4
Data Penduduk Kecamatan Tungkal Ilir
No Desa/Kelurahan Penduduk
Luas
Wilayah
(Km2)
Kepadatan
Penduduk
(Per Km2)
1 Tungkal Harapan 12.712 1,65 7.704
2 Tungkal IV Kota 6.546 2,80 2.338
3 Tungkal III 8.869 3,32 2.671
4 Tungkal II 11.063 16,52 670
5 Tungkal I 2.270 46,78 49
6 Teluk Sialang 2.265 8,39 270
7 Sungai Nibung 3.75 11,08 334
8 Sriwijaya 6.082 2,08 2.924
9 Patunas 8.840 4,16 2.125
10 Kp. Nelayan 10.021 1,33 7.535
Sumber : BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2017
45
Penduduk Kecamatan Tungkal Ilir tahun 2016 tercatat sebanyak
71.694 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki 35.992 jiwa dan penduduk
perempuan 35.702 jiwa. Perbandingan penduduk laki-laki dan penduduk
perempuan (sex ratio) adalah 101 yang berarti bahwa penduduk lakilaki
lebih banyak dari penduduk perempuan atau dari 101 jiwa penduduk laki
terdapat 100 jiwa perempuan. Persebaran Penduduk di Kecamatan Tungkal
Ilir tercatat 724 jiwa per Km2, sedangkan rata-rata jumlah anggota rumah
tangga tercatat sebesar 4 jiwa58
. Selama kurun waktu antara tahun 2010 -
2016 rata-rata pertumbuhan penduduk Kecamatan Tungkal Ilir pertahun
tercatat sebesar 1,12%.
4. Sosial
Untuk menunjang kegiatan sosial keolahragaan dalam setiap
kecamatan di Tungkal Ilir di lengkapi beberapa sarana olah raga yaitu, 3
buah lapangan sepak bola, 7 buah lapangan bola volley, 9 buah lapangan
bulu tangking, 8 buah lapangan futsal, 1 buah lapangan tenis dan satu buah
lapangan basket. Selan kegiatan keagaaman, kegiatan sosial kepemudaan di
bidang olah raga juga sangat aktif di Kecamatan Tungkal Ilir.
5. Pendidikan
Di Kecamatan Tungkal Ilir terdapat 15 TK, 940 murid dan 86
orang guru, pada tingkat SD sampai pada tingkat SMA/SMK pada tahun
2016 terdapat 31 Sekolah Dasar, 8.447 siswa dan 574 guru, tingkat SLTP
terdapat 6 buah, 1559 siswa dan 94 orang guru, sementara itu pada tingkat
58
BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2017
46
SMA/SMK tercatat sebanyak 6 buah, 2.947 orang siswa dan 239 orang
guru.
Sedangkan jumlah Madrsah Ibtidaiyah ada 7 buah dengan siswa
597 orang baik negri maupun swasta dengan jumlah Guru 82 orang, jumlah
Madrasah Tsanawiyah ada 8 buah dengan siswa 1888 orang dan guru 156
orang, jumlah Madrasah Aliyah ada 7 buah dengan siswa1435 orang dan
guru 135 orang.59
Data ini menggambarkan banyaknya sekolah-sekolah yang
didirikan di Kecamatan Tungkal Ilir baik itu sekolah yang bersifat umum
maupun yang bersifat keagamaan seperti Madrasah maupun Pondok
Pesantren. Hal ini membuktikan kepedulian masyarakat maupun pemerintah
terhadap pendidikan di Kecamatan Tungkal Ilir khususnya.
6. Kesehatan
Sarana kesehatan yang ada di Tungkal Ilir anatara lain 1 buah
rumah sakit umum, 2 buah puskesmas, 7 buah puskesmas pembantu, 37 unit
posyandu, 1 unit praktek bidan dan tenaga kesehatan tercatat sebanyak 8
orang dokter, 54 perawat dan 33 bidan60
.
7. Agama
Pelayanan kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa senantiasa dikembangkan dan ditingkatkan untuk
kehidupan masyarakat dan mengatasi berbagai masalah sosial budaya yang
59
BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2017 60
BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2017
47
mungkin dapat menghambat kemajuan bangsa. Di Kecamatan Tungkal Ilir
terdapat 25 buah Mesjid, 54 buah Langgar, 3 buah Gereja dan 2 buah
Vihara, sementara jumlah Ulama ada 63 orang, mubaligh 65orang.
Jamaah haji yang di berangkatkan dari kecamatan tungkal ilir
tahun 2015 sebanyak 114 orang yang terdiri dari 47 orang laki-laki dan 67
orang perempuan.61
61
BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2017
48
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Sejarah Awal Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat
Pesantren dalam perjalanan sejarahnya telah menjadi objek para sarjana
Barat yang mempelajari Islam. Dilihat dari fungsi dan kemanfaatan pesantren
sebagai lembaga pendidikan Islam yang memiliki ciri khas, maka di daerah lain
(luar Jawa) hidup lembaga pendidikan Islam yang mempunyai fungsi dan
kemanfaatan yang sama dengan nama yang berbeda, misalnya meunusah di Aceh,
surau di Sumatra, rangkang di Kalimantan. Menurut para ahli dikenal dengan
sebutan zawiyah dimana letak bangunannya terpencil dari pusat keramaian dan
sistem belajarnya melingkar yang sekarang di kenal dengan sistem bandongan.
Sejarah masuknya agama islam di Indonesia adalah karena penyebaran
agama islam oleh mubaligh-mubaligh pertama dengan penerangan dan amalan
serta melalui pendidikan melalui pondok pesantren. kemudian mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan keadaan, waktu, dan tempat.
Maka tepatlah jika dikatakan bahwa pondok pesantren adalah lembaga pendidikan
pertama yang dikenal oleh umat Islam di Indonesia.62
Bermula dari pengajian agama yang dipimpin oleh K.H.M Ali Abdul
Wahhab yang bertempat di rumah K.H.M Ali Wahab sejak tahun 1957 M.
Pengajian tersebut terus berjalan, pada tahun 1979 K.H.M Ali Abdul Wahhab
mengundang Syekh Muhammad Nawawi yang bermukim di Berjan Porworejo
62
Depertemen Agama Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Rekonstruksi Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia,( Jakarta: Depertemen Agama RI, 2005), hlm. 95-97
49
Jawa Tengah untuk melakukan bai’at thoriqah qadiriyyah naqsyabandiyyah di
antara yang ikut bai’at Pada saat Itu adalah: K.H.M Ali Abdul Wahhab, K.H.M
Subli Bin H.Ismail Dan Tuan Guru H.Ahmad Bukhari dll. Kurang lebih 28 tahun
berjalan pengikut pengajian yang dilaksanakan di rumah beliau ini, dari masa
kemasa terus bertambah, dan puncaknya pada tahun 1985 rumah beliau yang
lumayan luas, tidak tertampung lagi untuk jama’ah pengajian63
. dan akhirnya di
putusakan untuk pindah ke Mesjid Agung Al Istiqamah yang tempatnya persis di
depan rumah beliau.
“Pengikut tariqah qadiriyyah naqsabandiyyah yang telah di bai’at
biasanya mengadakan haul hari wafatnya Syekh Abdu Qadir Al
Jailani, yaitu pada tiap-tiap tanggal 11 Rabi’ust Tsani, begitu pula
lah yang dilaksanakan oleh : K.H.M Ali Abdul Wahhab bersama sama
masyarakat yang terhimpun dalam pengajian beliau. Setiap tahun
memperingati haul Sekh Abdul Qadir Al Jailani di Mesjid Agung Al
Istiqamah Kuala Tungkal”.64
Mengamalkan tareqat qadariyyah naqsabandiyah di Kuala Tungkal, KH.
M. Ali Wahab menjadikan beberapa kitab sebagai pegangan berdasarkan
pedoman tareqat mutabarah di antaranya 1. Umdah al-salik fi khairi al-masalik
(syarah fath al-arifin). 2. Risalah tuntunan tareqat qadariyah wa naqsabandiyah. 3
al-futuhat al-rabbaniyah wa al-fuyudhat ilahiyah fi al-tareqah al-qadariyah wa
naqsabandiyah. 4 al-nur al-burhaniyy di turjumah al-lujjain al-dani fi zikr nubzah
min manqib al-syaikh abd al- qodir al-jailani (juz 1 dan II) 5. Khulasah al-Saniyah
Fi Tareqatil al-Qadariyah wa al-Naqsyabandiyah. Dan masih banyak lagi kitab
63
Profil Pondok Pesantren AL-Baqiyatush Shalihat, hlm 2 64
Abdul Latif, Kepala MA Al-Baqiyatush Shalihat, wawancara 25 April 2018
50
kitab lainnya yang menjadi sebagai pegangan Tareqat Qadariyah wa
Naqsabandiyah yang di pimpin oleh KH. M. Ali Wahab di Kuala Tungkal.65
Tahun demi tahun, para hadirin yang mengikuti Peringatan haul Syekh
Abdul Qadir Al Jailani yang dilaksanakan di Mesjid Agung Al Istiqamh ini
bertambah banyak, hingga di mesjid Agung pun tak tertampung lagi karena
banyaknya hadirin yang mengikuti acara ini. Hingga timbul keinginan untuk
membangun tempat khusus untuk peringatan haul ini. Ide ini diajukan kepada
dewan pengurus pengajian Majlis Ta’lim Al Hidayah yang telah di bentuk
kepengurusannya sejak pengambilan Tariqah Qodiriyah Naqsabandiyyah. Ide itu
pun disepakati dengan Lokasi pembangunan gedung di parit Gompong Kelurahan
Tungkal Harapan Kuala Tungkal66
.
Dengan membaca Basmallah pada tanggal 30 Sya’ban 1413 H.
Bertepatan tanggal 22 Pebruari 1993 M, penancapan tiang pertama untuk
pembangunan gedung yang sedianya untuk tempat peringatan haul inipun dimulai.
Dengan penyandang dana awal H.M Syahruddin Zen. Bangunan gedung pertama
ini diberi nama “Majlisul ‘Ilmi Wadzkri“ berukuran 26 x 16 m2. Dengan kapasitas
+ 1.000 (seribu) jama’ah.
Ditengah tengah pembangunan Majlis ‘ilmi Wadzikri ini terpikir Oleh
panitia bahwa tempat ini hanya akan digunakan setahun sekali, yaitu pada
peringatan Haul Syekh Abdul Qadir Al Jailani Saja, dan hal itu dirasa kurang
banyak manfaatnya. Lalu timbullah pemikiran baru untuk memanfaatkan gedung
65
Abdul Hamid Kurnain, Manqib Syekh Muhammad Ali Wahab Bin Syekh Abdul Wahab
Al-Banjari, Kuala Tungkal 27 Januari 2015, hlm 9-16 66
Profil Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat
51
ini sebagai wadah lembaga pendidikan berupa pondok pesantren. hal tersebut
diperkuat oleh pernyataan dari Ustad Abdul Latif yang mengatakan:
“Awal mulanya Pondok pesantren ini adalah majlis ta’lim
alhidayah yang dibentuk oleh beberapa orang dan ayah kami
salah satunya sebagai pencetus atau muasis pendirinya, majlis
ta’lim ini sama dengan majlis ta’lim pada umumnya yang
kebanyakan menyampaikan tentang tausiyah, pengajian rutin dan
wirid wirid, karena banyaknya pengikut majlis ta’lim ini maka di
buatlah pondok pesantren sebagai penampung aspirasi dari
pengikut majlis ta’lim al-hidayah. Pada mulanya majlis ta’lim
yang sekedar pertemuan seminggu sekali dan itu juga malam
selasa dan subuh selasa dikarenakan banyaknya pengikut tersebut
, maka didirikanlah pondok pesantren yang bernama Al-
Baqiyatush Shalihat”.67
Setelah berdiri maka dibentuklah kepengurusan pondok pesantren ini,
dengan nama Pondok Pesantren “Al Baqiyatush Shalihat” dari “Majlis Ta’lim Al
Hidayah Kuala Tungkal. Adapun fungsi awal didirikan Pondok pesantren ini
adalah untuk menampung aspirasi dari majlis ta’lim, yang kedua pondok
pesantren dibangun untuk menghadapi perkembangan pendidikan di kota Kuala
Tungkal. Dengan berdirinya gedung utama ini dan ditambah beberapa buah
asrama untuk santri putra dan putri, serta sarana dan prasarana lainnya, maka
kemudian mulailah untuk difungsikan sebagai pondok pesantren.
Tepatnya pada tanggal 13 April 1994 M. Bersamaan dengan 2 Zulqa’dah
, pondok pesantren Al Baqiyatush Shalihat ini diresmikan dan diiringi dangan
pelajaran perdana yang diberikan oleh Al Mukarram K.H.M Ali Abdul Wahhab
yang juga sebagai pengasuh pondok pesantren.
67
Abdul Latif, Kepala MA Al-Baqiyatush Shalihat, wawancara 25 April 2018
52
Pada awal berdirinya Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat telah
menyelenggarakan pendidikan kepesantrenan dengan jenjang pendidikan. Pertama
Madrasah Diniyah Awaliyah dengan mata pelajaran pokok Al-Qur’an, Khat Arab,
membaca dan menulis Arab Melayu, serta praktek ibadah. Kedua Madrasah
Diniyah Wustha dengan materi Pokok ilmu nahwu, saraf, fiqih, tauhid, dan tajwid.
Ketiga Madrasah Diniyah Ulya dengan penyajian materi pokok, nahwu, saraf,
tauhid, fiqih, ushul fiqh, balaghah, tafsir, arud, dan mantiq.
Tentu saja tidak semua pesantren telah mengalami perubahan yang sama.
Dalam tradisi pesantren, kini telah terdapat pemisahan antara pesantren-pesantren
yang mengajarkan pengetahuan umum dan yang tidak atau belum. Walaupun
pemisahan ini belum menimbulkan pengelompokan atas dasar sosial keagamaan
yang berbeda dan masih sama-sama-sama tarikat sebagai penganut ahlusunnah
wal jama’ah, namun pemisahan tersebut telah menciptakan perbedaan-perbedaan
dalam beberapa hal dalam bentuk aktifitasa sosial dan intelektual.
Pengajaran pengetahuan umum tidak menimbulkan ganggun terhadap
usha pesantren dalam memelihara doktrin-doktrin islam tradisional, dan juga
menyingkirkan peraktek-praktek tarekat, menarik sekali bahwa tebuirang yang
telah mendirikan sekolah-sekolah modern, justru mulai januari 1978 menjadi
pusat organisasi Tareqat Qadariyyah wa Naqsabandiyah, hal ini berarti bahwa
proses penduniawian pikiran dan pergeseran terhadap sikap keakhiratan oleh sikap
keduniawian belum begitu mendalam dipondok Pesantren Al-Baqiyatush
Shalihat.. Namun demikian sebagaimana di uraikan Profesor Gibb dalam setiap
kebudayaan yang telah mapan (termasuk kebudayaan islam jaman pertengahan)
53
akan selalu terdapat kecenderungan sikap atau orientasi duniawiyah, baik secara
terbuka maupun terpendam.68
Ustad Zainal Atqa mengatakan
“Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Salihat dalam melaksana
pendidikan lebih menggulkan kependidikan agama dan sebagai
doktrin dari Tariqat Qadariyah wa Naqsabandiyah yang cendrung
akan mengingat Allah di mana saja kita berada selalu berzikir”.69
Sistem madrasah dan pengajaran agama yang diberikan dengan sistem
sekolah termasuk wewenang depertemen agama. Ia hanya mengajurkan untuk
mengadakan modrenisasi dan mengambil alaih sistem madrasah, hal ini berarti
satu pihak memberikan kebijaksanaan memasukan sebanyak mungkin pelajaran
agama dalam sistem sekolah. Sedang dipihak lain berarti memberikan perhatian
kepada pihak umum dalam sistem madrasah.70
Perkembangan selanjutnya, madrasah sering dipahami sebagai lembaga
berbasis keagamaan. Pengertian madrasah disini berbeda dengan sekolah,
sebagaimana menurut Daulay, sekolah adalah lembaga pendidikan yang
menekankan inti pelajaran kepada pelajaran umum, bukan semata-mata pelajaran
agama sebagamana di Pesantren dan Madrasah.71
B. Biografi KH. Muhammad Ali Wahab
KH. Muhammad Ali Wahab lahir di Pasar Rebo Bram Itam kanan Kuala
Tungkal pada bulan April 1933, ia dibesarkan dilingkungan keluarga yang sangat
taat beragama, ayahnya KH Abdul Wahab bin Tuan guru H. Ismail bin Tuan guru
68
Zamaksyari Dofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, hlm 45 69
Zainal Atqo, TU MA Al-Baqiyatush Shalihat, wawancara 21 pebruari 2018 70
Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah, LP3ES Dharma Aksara Perkasa,
Jakarta 1986, hlm 88 71
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbukan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di
Indonesia, Eds. 1, Cet. 1, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 76.
54
H.M Thohir bin Tuan guru H. Syahabuddin, merupakan ulama yang sangat
dihormati, dan pernah belajar di kota Mekah berguru dengan Syekh Said Yamani,
sedangkan ibunya Hj. Roqayah berasal dari Batu Pahat zohor Malaysia, kedua
orang tuanya menikah di kota mekah. KH. Muhammad Ali Wahab merupakan
putra pertama dari empat bersaudara yaitu, KH. M Ali, KH. Abdullah, Hj.
Mursyidah, istri dari KH. M Sholeh Ramli dan Hj. Abbasyiah, istri dari KH. M
Alwi Syibli. Menurut seorang ulama kalimantan KH. Ali Wahab masih keturunan
Syekh. Muhammad Arsyad Al- Banjari. Namun KH. Ali Wahab belum meyakini
sepenuhnya dugaan tersebut karena belum ada bukti yang kuat. Namun jika
melihat tulisan Muhammad Saperi Kadir tentang Syekh Muhammad Arsyad Al-
Banjari Pelopor Dakwah Islam di Kalimantan, yang di tulis pada Mimbar Ulama
(1976) disebutkan, bahwa Syekh Muhammad Arsyad Al-banjari memiliki sebelas
orang isteri, isterinya yang kedua bernama Bidur, dari isterinya ini Syekh
Muhammad Arsyad Al-Banjari memiliki empat orang anak yakni ; 1. Kadhi H.
Abu su’ud, 2, Sa-idah. 3, Abu Naim, 4. H. Syahabuddin. Berdasarkan silsilah
tersebut, maka pertemuan geneologi antara KH. M. Ali Wahab dan Syekh
Muhammad Arsyad Al-Banjari berada pada Tuan guru H. Syahabuddin, maka jika
ditarik garis lurus silsilahnya adalah : KH. Ali bin KH. Abdul Wahab bin Tuan
Guru H. Ismail bin Tuan Guru H.M. Thohir bin Tuan Guru H. Syahabudiin bin
Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Beliau menikah pada tahun 1957 dengan HJ. Fathimah dan memiliki lima
orang anak, yaitu :
1. H. Ahmad Fauzi
55
2. Hj. Fauziah istri dari KH.Abdul Hamid Kurnain
3. Drs. H Abdul latif M.Ag. (Dosen IAIN STS Jambi)
4. Drs. H. Anwar Sadat M.Ag. (Dosen IAIN STS Jambi)
5. H. ABD Hakim S.Ag. (Staf pengajar PP Al Baqiyatush Shalihat Kuala
Tungkal)
KH.M. Ali Wahab sejak kecil sudah ditanamkan Ilmu pengetahuan Agama
oleh kedua orang tuanya, pengembaraan intelektual KH.M. Ali Wahab diawali
dengan belajar di Mekah selama dua tahun , kemudian melanjutkan ke Madrasah
Ibtidaiyah Al-Istiqomah di pasar Rebo Bram Itam Kanan Kuala Tungkal dan
madrasah Perguran Hidayatul Islamiyah (PHI) Kuala Tungkal. Pada tahun 1953-
1956 ia melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren As’ad yang didirikan oleh
KH. Abdul Kadir Ibrahim yang juga Tokoh NU Propinsi Jambi. Perjalanan
KH.M. Ali Wahab terus berlanjut ketika ia berangkat ke Kalimantan dan belajar
di Madrasah Ad-diniyatul Islamiyah Brabai Kalimantan selatan (1956-1958).
Sepulangnya dari kalimantan, KH. M. Ali Wahab memulai aktifitas
keagamaannya dengan mengajar di Perguruan Hidayatul Islamiyah (PHI), dan
memberikan ceramah di berbagai pengajian di surau dan mesjid Kuala Tungkal,
tahun 1962 ia mendirikan Tarbiyatul Dakwah Wal Muzakaroh di Kuala
Tungkal.72
Selain memiliki kedalaman Ilmu Pengetahuan Agama, KH.M. Ali Wahab
juga di kenal sebagai ulama yang taat beribadah, perjalanan spritual dalam
beribadah dan pengembangan dakwahnya di Kuala Tungkal menemukan babak
72
Profil Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat
56
baru, ketika tahun 1979 ia mengundang seorang guru Tarikat yakni Syekh
Muhammad Nawawi yang berasal dari Berjan Purworejo Jawa Tengah yang
membai’at KH. Ali sebagai guru tarikat Qadariyah Naqsabandiyah di Kuala
Tungkal.
Pada awalnya, pengajian jamaah tarikat Qadariyah Wa Naqsabandiyah yang
ia pimpin berpusat di rumah KH.M. Ali Wahab, namun lama kelamaan jumlah
jamaah pengajian sebagai banyak sehingga rumahnya tidak mampu menampung
jamaah, maka pengajian dipindahkan ke Mesjid Agung Kuala Tungkal. Pengajian
yang di pimpin oleh KH.M. Ali dilaksanakan dua minggu sekali, tiap-tiap malam
selasa dan selasa pagi setelah shalat Shubuh di hadiri begitu banyak jamaah, baik
jamaah tarikat maupun masyarakat umum, sehinggga mesjid Agung Kuala
Tungkal yang cukup besar sudah tidak mampu lagi menampung jamaah pengajian
KH.M. Ali Wahab.
Jamaah tarikat pimpinan KH.M. Ali Wahab tidak hanya berasal Kuala
Tungkal tetapi juga sampai ke Singapore, Malaysia, Batam, Palembang, Riau dan
Kepulauan Riau, puncak dari silaturrahmi jamaah tersebut terjadi setiap tanggal
11 Rabiul Akhir tiap tahun pada acara Haul Syekh Abdul Qadir Jailani, pada saat
itu Kuala Tungkal dibanjiri oleh puluhan ribu jamaah tarikat dari berbagai daerah,
propinsi maupun negara tetangga seperti Malaysia dan Singapore Sejak KH.M.
Ali Wahab menjadi pimpinan tarekat di Kuala Tungkal, jamaah pengajiannya
terus bertambah, bahkan ia di jadikan sebagai tempat bertanya umat Islam tentang
persoalan- persoalan keagamaan.
57
Menurut puteranya Drs. H.Abdul Latif. M.Ag, banyak masyarakat yang
meminta KH.M. Ali untuk menuliskan materi pengajiannya sehingga dapat
menjadi rujukan bagi umat Islam Kuala tungkal, saat ini tercatat ada dua belas
kitab karangan KH.M. Ali Wahab yang tersebar di Kuala Tungkal, yaitu :73
1.Tajhizul Mayyit 2.Jalaul Quluub 3.Idhhaarul Haq 4.Da’watul Haq 5.Fathul
Mubin Fi Fidyatis Sholati wasshomi wal yamin 6. attasauf Bima,na amal Huat
Thoriqoh 7.Terjemah Manaqib syekh Abdul qadir Al-Jailani 8. Al-Fataawat
Tinkaliyah Al-jza Awwal Watitsany 9. Al-Umdah Fi Jawaazi Ta,khiiril Ihrom Ila
Jiddah 10. Al-Mabadil, Aryroh Fit Thoriqoril Qodiriyah Wan Naqsabandiyah
11.Tuntunan Thoriqoh 12.Ta,addudul Jum’at
Ketokohan dan pengaruh KH.M. Ali Wahab semakin kuat di Kuala
Tungkal ketika ia mendirikan Pondok Pesantren Albaqiyatush Shalihat pada tahun
1993 di parit Gompog Tungkal Harapan Kuala Tungkal, dan di resmikan pada
tanggal 13 April 1994. Pondok Pesantren Albaqiyatush shalihat
menyelenggarakan pendidikan keagamaan dengan system yang umum di pakai di
pondok pesantren .
Peran Keagamaan yang dilakukannya di Kuala Tungkal, menempatkan beliau
sebagai sosok ulama yang cukup disegani dan di hormati baik di Kuala Tungkal
maupun di Provinsi Jambi, beliau seringkali dijadikan sebagai rujukan dalam
membahas persoalan keagamaan yang terjadi ditengah- tengah masyarakat.
Namun demikian segala sesuatu yang ada di alam dunia ini tidak ada yang abadi,
73
Abdul Latif, Kepala MA Al-Baqiyatush Shalihat, wawancara 25 April 2018
58
pada tanggal 11 Jumadil Akhir 1433, bersamaan dengan tanggal 15 Mei 2011,
pukul 08.00 WIB, dalam usia 78 tahun, beliau telah kembali, tapi tidak kembali ke
pondok Pesantrennya, tidak kembali kerumahnya, tapi beliau kembali kepangkuan
Allah SWT, wafatnya KH. Muhammad Ali Wahab merupakan kehilangan besar
masyarakat Kuala Tungkal dan provinsi Jambi, dialah tauladan umat, yang karya
dan pengabdiannya akan dikenang bagi perkembangan kehidupan beragama di
Kuala Tungkal.
C. Perkembangan Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Di Kuala
Tungkal Tahun 1994-2017
Pesantren sebagai pusat penyebaran agama islam lahir dan berkembang
semenjak masa-masa permulaan kedatangan islam di Indonesia. Pesantren pada
dasarnya ialah sebuah asrama pendidikan islam tradisional dimana peserta
didiknya ialah santri tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan seorang guru
yang lebih dikenal dengan sebutan “kiai”. Populasi pondok pesantren ini semakin
bertambah dari tahun ke tahun, baik pondok pesantren tipe salafiyah74
maupun
khalafiyah75
yang kini tersebar di penjuru tanah air.76
Pesatnya pertumbuhan
pesantren mendorong pemerintahan untuk melembagakan secara khusus sehingga
keluarlah surat keputusan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 18 tahun
74
Salafiyah ialah salah satu metode dalam Agama Islam yang mengajarkan syariat Islam
secara murni tanpa adanya tambahan dan pengurangan, berdasarkan syariat Islam yang ada pada
generasi Nabi Muhammad dan para sahabat kemudian setelah mereka (murid para sahabat) dan
setelahnya (murid-murid para sahabat). 75
Khalafiyah ialah pesantren yang mengadopsi sistem madrasah atau sekolah, dengan
kurikulum yang disesuaikan dengan kurikulum pemerintah, baik dengan Depertemen Agama
maupun dengan Depertemen Pedidikan Nasional, pesantran khalafiyah sering disebut dengan
pesantren modern. 76
Abdurrachman Mas’ud, Dinamika Pesantren dan Madrasah,( Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002), Hlm 50.
59
1975 tentang susunan organisasi dan tata kerja departemen agama yang kemudian
diubah dan disempurnakan dengan keputusan menteri agama RI nomor 1 tahun
2001. Dengan keluarnya surat keputusan tersebut, maka pendidikan pesantren
dewasa ini telah mendapatkan perhatian yang sama dari pemerintah terutama
departemen agama.77
Pondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat salah satu pesantren di
Indonesia yang terletak di Kabupaten Tanjung Jabung Barat tepatnya di Kuala
Tungkal kota Jambi mengalami perkembangan yang bertahap sehingga menjadi
pondok pesantren yang banyak diminati di Kuala Tungkal untuk mendalami
pendidikan khususnya agama islam. Pondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat
dalam perkembangannya meliputi tahapan sehingga menjadi pesantren berbasis
pendidikan agama islam yang terpadu.
1. Pembangunan Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Di Kuala
Tungkal Tahun 1994-2017
Pondok Pesantren Al-Baqiyatush shalihat pada awalnya sebuah majlis
ta’lim yang diadakan pengajiannya kediaman rumah KH Ali Wahab pada
tahun 1957, kemudian pada tahun 1993 Ditengah tengah pembangunan
gedung Majlis ‘ilmi Wadzikri ini terpikir oleh panitia bahwa tempat ini
hanya akan digunakan setahun sekali, yaitu pada peringatan Haul Syekh
Abdul Qadir Al Jailani Saja, dan hal itu dirasa kurang banyak
manfaatnya. Lalu timbullah pemikiran baru untuk memanfaatkan gedung
ini sebagai wadah lembaga pendidikan berupa pondok pesantren.
77
https://m.republika.co.id Fluktuasi Relasi Dan Target RUU Lembaga Pendidikan
Keagamaan.
60
Pondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kemudian dibentuklah
kepengurusan dengan nama Pondok Pesantren “Al Baqiyatush Shalihat”
dari Majlis Ta’lim Al Hidayah Kuala Tungkal, diresmikan pada tanggal
13 April 1994. Selanjutnya dengan terbangunnya gedung utama ini dan
ditambah beberapa buah asrama santri dan sarana dan prasarana lainnya
pada tanggal 14 maret 1996. Sarana dan Prasarana Untuk mendukung
lancarnya proses balajar mengajar, Pondok Pesantren Al Baqiyatush
Shalihat di lengkapi dengan beberapa fasilitas, diantaranya: Ruang
belajar 33 lokal (Ula 6 lokal, Wustha 21 Lokal dan Ulya 6 Lokal
musholla putri 1 buah, Aula 25×16 M2
1 buah, Asrama santri 6 x 7 M2
77 buah , Pompa air 4 buah, drum air banyak, Bak penampung air hujan
4 buah, dan sebuah Masjid yang mulai dibangun pada tanggal 19
Nopember 1997, peletakan batu pertama oleh bapak Denrem 042 / gapu
kolonel kav Soepriyadi dan diresmikan oleh bapak Gubernur Jambi Drs
H Abd Rahman Sayuthi pada tanggal 12 Rabi’ul Akhir 1420 H / 24 Juli
1999 M.
Untuk kelancaran pelaksanaan operasional baik itu masalah
financial dan sarana penunjang lainnya, maka Pondok Pesantren Al
Baqiyatush Shalihat menggunakan uang pangkal, Syahriyah/SPP, Infak
dan sadakah, hasil kebun kelapa, dan sumbangan tidak tetap dari donatur.
Hal ini di sebutkan ustadz Abdul Latif
“Pada awal pembangungan, bangunan ini hanya difungsikan
sebagai tempat majlis ta’lim, bangunan tersebut terbuat seadanya
dari kayu, karena untuk pembangunan sendiri kita tidak
mempunyai dana simpanan, maupun tanah dan segala macam
61
asset kita tidak memilikinya. Maka kami berinisiatif meminta
bantuan dana kepada setiap kampong dari mana santri itu berasal,
umpamanya ada satu kampong yang anaknya 20 orang di pondok
kami, maka kami minta orang kampong tesebut untuk membangun
pondok untuk anaknya sendiri, contoh dari kampong tembilahan
ada 30 orang santri maka mereka bikin pondok sendiri, maka
untuk itu pada awalnya pondok santri yang terdapat di pondok
pesantren ini berdasarkan dari asal santri tersebut. Pondok santri
dari tembilahan ini, pondok santri dari tungkal ini, dan pondok
santri orang sabak ini. Jadi masing-masing santri memiliki pondok
berdasarkan dari mana asal santri tersebut. Peraturan tersebut
hanya berlaku pada awal berdirinya pondok pesantren ini, tetapi
pada perkembangannya bukan warga sekitar yang masuk
kepondok tersebut. Banyak santri yang berasal dari luar daerah
maka untuk masalah tempat tinggal santri, maka dibebankanlah
kembali kepada pondok pesantren, pembangunan pondok
pesantren sendiri untuk saat ini berdasarkan uang masuk
pendaftaran maupun SPP yang diterima oleh pengurus pondok
pesantren. Setiap tahun dikumpulkan dan langsung dibangun
sarana dan prasana yang dibutuhkan. Untuk saat ini
alhamdullilah sudah banyak bantuan-bantuan dari masyarakat,
jamaah dan bahkan pemerintah untuk membangun kelas.
Alhamdulillah untuk saat ini bangunan sudah terbuat dari beton,
yaitu asrama santri laki-laki maupun perempuan. Namun tidak
seluruhnya dibeton maka untuk itulah kita berupaya dari tahun
ketahun agar santri betah dan bahagia tinggal dipondok”.78
Pernyataan diatas penulis menyimpulkan bahwa pada awal
berdirinya bangunan pondok Pesantren Al-Baqiyatush shalihat hanya
bangungan dari kayu yaitu sebagai tempat majelis ta’lim, pondok pesantren
pun belum memiliki uang tabungan atau asset untuk pembangunan jadi
pembangunan dibebankan kepada setiap anak murid yang ingin belajar atau
mondok di pondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat, semacam ada
pengelompokan antara daerah masing-masing yang mondok disana. Tetapi
lambat laun dan sampai sekarang pondok pesantren ini semakin maju. Hal
tersebut dapat dilihat dari pembangunannya. Pada tahun 2017 sudah telihat
78
Abdul Latif, Kepala MA Al-Baqiyatush Shalihat, wawancara 25 April 2018
62
rata-rata bangunan pondok pesantren sebagian sudah permanen dan terbuat
dari beton tetapi belum keseluruhan. Hal tersebut dapat terwujud berkat
banyaknya bantuan dari para Jamaah dan donatur serta pemerintah daerah
sekitar.
Pada tahun 2014 peresmian gedung dan asrama baru yang
permanen untuk menunjang kenyaman belajar para santri yang diresmikan
oleh asisten Gubernur Provinsi Jambi. Pembangun semakin bertambah
setiap tahunnya tetapi secara bertahap melengkapi pasilitas yang ada untuk
menunjang kenyaman para santri agar betah tinggal dapat belajar dengan
nyaman dipondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat dan sebagai upaya
menjaga eksisitensinya.
2. Majlis Guru (Tenaga Pengajar)
Peran guru sangat penting dalam proses belajar mengajar baik
pelajaran formal maupun yang tidak formal dan lainnya, kualitas siswa atau
anak didik dalam dunia pendidikan sangat bergantung pada mutu guru,
selain itu guru yang memiliki ilmu pengetahuan juga merupakan tauladan
yang baik dan idenya patut untuk di contoh sikap dan prilakunya baik
masyarakat lingkungan di tempat tinggalnya terlebih lagi terhadap anak
didik yang diajarainya.
Guru harus memiliki kopetensi yang standar nasional pendidikan
agar dapat menjalankan tugas dan peranannya dengan standar kopetensi
yang baik. Kopetensi profsionalisme guru dapat diartikan sebagai
63
kemampuan dan kewenangan dalam menjalankan profesi keguruannya
dengan kemampuan yang tinggi.
Sungguh tidak diragukan lagi bahwa keberadaan guru dalam
kehidupan masyarakakat mempunyai arti yang penting. Sosok jiwa yang
bersih senantiasa menjadi dambaan masyarakat. Guru-guru pada masa
klasik selalu dikelilingi oleh para siswa yang datang dari berbagai pelosok
wilayah dunia yang bertujuan mendengarkan langsung kajian yang
dibawakan oleh gurunya. Karena tidak mengherankan apabila sosok
individu guru yang alim dan terkenal lebih dominan dari pada lembaga
pendidikan yang formal. Tokoh-tokoh istimewa tertentu yang telah
mempelajari hadist dan membangun sistem teologi serta hukum yang
berlaku dikalangan merekan, senantiasa menarik murid-murid dari daerah
yang jauh dan dekat untuk menuntut ilmu pengetahuan dari mereka.79
Pada masa klasik guru memegang peranan penting dalam proses
pendidikan anak, mulai dari menentukan perencanaan sampai
melaksanakannya. Oleh sebab itu tidak mengherankan apabila pada masa ini
di sebut dengan teacher oriented. Selain itu guru pada masa ini secara
teratur sudah melaksanakan tugas dan memberikan secara sungguh-sungguh
dan memperlakukan murid secara adil tanpa ada diskriminasi.
Pada awal berdirinya pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat,
tepatnya pada masa kepemimpinan KH. Ali Wahab, keadaan guru di pondok
pesantren masih sangat kurang, terlebih guru yang mengajar. Banyak guru
79
Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Priode Klasik dan Pertengahan , (Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada, 2004), hlm. 148
64
yang memegang mata pelajaran lebih dari satu, sehingga guru dipaksa agar
mampu menguasai pengetahuan di luar keilmuan yang dia miliki.
Permasalahan ini dianggap wajar untuk lembaga pendidikan yang tergolong
baru berdiri
Untuk saat ini jumlah tenaga pengajar atau guru yang mengajar di
pondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat cukup banyak yaitu berjumlah 82
orang. Mereka terdiri dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda, baik ilmu
agama maupun ilmu umum. Apabila hal ini dibandingkan dengan jumlah
guru pada awal berdirinya pondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat yaitu
pada tahun 1994 sangat jauh perbedaannya. Jumlah guru sekarang jauh lebih
maju dan berkembang. Menurut keterangan ustadz Anwar Sadat jumlah
guru pada awal berdirinya hanya beberapa orang saja dan tidak banyak
seperti sekarang ini.
Pada umumnya sebagian guru yang mengajar di pondok pesantren
A-Baqiyatush Shalihat saat ini adalah para alumni atau tamatan dari pondok
Al-Baqiyatush Shalihat sendiri. Hal ini selain bertujuan untuk memberikan
kesempatan kepada para alumni yang ingin mengabdikan diri juga melatih
mereka apabila kelak menjadi guru atau ustadz yang sebenarnya. Sesuai
dengan perkembangan pendidikan sekarang, dari jumlah guru tersebut ada
yang bertugas sebagai wali kelas, pengasuh asrama, dan guru biasa. Namun
demikian mereka memiliki persamaan tugas yaitu tetap mengajar dikelas
sesuai jadwalnya masing-masing.
65
Secara umum jumlah guru di pondok pesantren Al-Baqiyatush
Shlalihat saat ini dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu guru mata pelajaran
agama dan guru mata pelajaran umun. Walaupun kriteria pengelompokan
tersebut berbeda namun tidak menutup kemungkinan ada di antara guru
yang mengajar mata pelajaran keseluruhan. Selanjutnya tenaga pengajar di
pondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat ini umurnya sangat bervariasi
antara 20 hingga 70 tahun. Guru yang berusia lanjut pada umumnya guru
yang mengajar mata pelajaran kitab kuning. Sedangkan guru muda
mengampu mata pelajaran yang bervariasi ada yang mengampu mata
pelajaran agama dan ada yang mengajar mata pelajaran umum saja, dan ada
juga yang merangkap mengajar bidang studi agama dan umum.
Ketika penulis menyakan apakah guru muda tidak diberi
kesempatan mengajar kitab kuning? Ustadz anwar sadat menjelaskan bahwa
kebanyakan diantara guru muda ini tidak sanggup, kalau ada yang mampu
mengajarkan kitab kuning hanya beberapa orang saja. Hal ini juga dikatakan
salah seorang guru muda pondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat
” Kalau masalah mengajar kitab kuning, kami yang muda-muda ini
bukannya tidak sanggup tetapi kitab kuning itukan sulit dan untuk
membacanya saja di butuhkan pengetahun yang matang di bidang
ilmu nahwu, saraf, dan qawaid. Jadi gak bisa sembarangan. Itu
sebabnya pengajaran kitab-kitab kuning itu diberikan kepada guru
yang tua-tua.”80
Penjelasan diatas dapat disimpulkan hanya beberapa saja dari
jumlah guru yang ada dipondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat yang
80
Zainal Atqo, TU MA Al-Baqiyatush Shalihat, wawancara 21 pebruari 2018
66
dapat mengajarkan kitab kuning, hal itu di akibatkan karena susahnya untuk
memahami dan menasirkan apa yang terdapat didalam kitab kuning tersebut.
Namun menurut penulis hal itu sangat disayangkan karena lambat laun akan
berpengaruh terhadap eksistensi pondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat
sendiri yang dahulunya terkenal dengan ajaran salafinya di tengah
masyarakat sekitar dan umumnya.
3. Santri
Santri hanya terdapat di pesantren sebagai pengejawantahan adanya
peserta didik yang haus akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang
kiai yang memimpin sebuah pesantren. Cara interaksi antara santri dengan
kiai sangat berbeda bahkan mempresentasikan sikap “taken for granted”
tanpa sikap “kritis-logis”. Indikasi adalah sikap loyalitas yang tinggi
terhadap seorang kiai itulah yang salah satu ciri yang mengakar kuat dalam
nuansa pondok pesantren. Santri merupakan objek terdidik dalam sebuah
pendidikan formal, seluruh kegiatan akademik diarahkan untuk membangun
dan menghasilkan output yang bermutu dan bermasyarakat, bangsa, dan
agama. Salah satunya indikasi majunya sebuah pesantren adalah dipandang
dari kualitas santri dan kualitas nilai yang diperoleh santri.81
Tahun 2017 santri pondok pesantren Al-Baqiyatush Shlalihat
berjumlah 1600 orang, berbeda dengan jumlah santri pada awal berdirinya
tahun 1994 yaitu hanya beberapa yang menuntut ilmu di pondok Al-
Baqiyatush Shalihat yaitu berjumlah 84 orang. Santri yang tinggal di asrama
81
Umiarso dan Nurzazin, Pesantren Di Tengah Arus Mutu Pendidikan, (Semarang: Rasail
Media Group, 2011), Hlm 33
67
(pondok) di ponpes Al-Baqiyatush Shlalihat saat ini yaitu santri putra dan
putri tingkat Istida’, Tingkat Wustha dan Tingkat Ulya. Satu di antara
kelebihan pondok pesantren ini adalah adanya hubungan yang akrab antara
guru dengan orang tua santri dan santri dengan santri itu sendiri, sehingga
dengan hubungan yang akrab ini menciptakan suasana pembelajaran yang
sangat intens dan familier. Pembelajaran tidak hanya terbatas pada
transformasi ilmu pengetahuan, melainkan seluruh pola prilaku kehidupan.
Dari hubungan yang positif itu akan dapat menimbulkan hal-hal yang positif
pula, seperti sikap tawadhu’, ta’zhim, hemat, sederhana, mandiri, suka
menolong, familier, disiplin dan tumbuh kesanggupan hidup prihatin
menuju kehidupan yang mulia.82
4. Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat
Pondok Pesantren Al Baqiyatush Shalihat sejak awal berdirinya
menyelenggarakan pendidikan kepesantrenan yang merupakan tujuan utama
dalam pendidikan Pondok pesantren ini. Salah satu pilar penting dan
menjadi inti sebuah lembaga pendidikan adalah sistem pendidikan yang
diterapkannya. Seiring dengan perkembangan zaman Pondok Pesantren Al-
Baqiyatush Shalihat menyelenggarakan pendidikan formal yang di mulai
sejak tahun pelajaran 2001. Kurikulum yang dipergunakan adalah
kurikulum Kementerian Agama, karena sekolah ini ikut KKM (Kelompok
82
Wawancara Dengan Ustad Abdul Wahab Selaku Bagian Keamanan Pondok Pesantren
Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal, Wawancara, Tanggal 25 September 2018
68
Kerja Madrasah) MTs Negeri dan MA Negeri II Kuala Tungkal.83
Hal ini di
perkuat dengan pernyataan ustdz Abdul Latif:
”pendidikan pondok pesantren al-baqiyatush shalihat itu
mempunyai corak warna seperti pendidikan salafi, salafinya itu
murni artinya tidak ada pelajaran umum, diterapkan pada tahun
awal berdirinya tetapi dengan perkembangan zaman, kemajuan
teknologi, serta kemajuan informasi pendidikan sekarang ini yang
berkembang, kita bukan mengganti tetapi menambah pendidikan
madrasah, jadi salafinya tetap madrasinya cuman tambahan hanya
di pelajarannya saja yang mengikuti zaman, ditegaskan sekali lagi
bukan merubah tetapi menambah jadi yang salafi tetap digunakan
sesuai isti’da dari satu tahun pertama, isti’dat tu artinya persiapan
untuk melangkah kepada wustho, jadi jenjang itu isti’dat, wustho,
ilya. Isti’dat satu tahun, wustho tiga tahun, ulya tiga tahun jadi
jumlahnya tujuh tahun. Nah isti’dat tu kita buat tamatan dari
ibtidaiyah atau SD itu di training selama satu tahun nama I’dadi
atau isti’dat yang selama satu tahun itu dia bisa baca qur’an, dia
bisa baca tulis arab melayu, dia bisa imlak dan bisa sholat segala
macam baru di masukakan kepada wustho, nah di wustho itulah
baru mulai digembleng mualai dari ilmu tauhidnya, ilmu
syarafnya, ilmu nahunya, ilmu alat-alatnya wabil khusus tentang
bacaan al-qur’anna tajwidnya, makhrajnya, makrijul hrufnya dan
lain-lain sebagainya”84
Untuk optimalisasi kegiatan belajar mengajar antara tenaga pengajar
dan peserta didik pada seluruh tingkatan diperlukan perencanaan yang
matang dalam bentuk kurikulum yang disusun sebelumnya, hal ini
dimaksudkan sebagai bahan dan pedoman yang terukur untuk mencapai
tujuan dan sarana yang akan dicapai.
Dalam pengertian sehari-hari kurikulum di artikan sebagai sebagai
perangkat mata pembelajaran yang harus di pelajari peserta didik di
sekolah, atau seperangkap mata pelajaran yang memberikan informasi
83
Profil Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat 2017 84
Abdul Latif, Kepala MA Al-Baqiyatush Shalihat, wawancara 25 April 2018
69
yang tidak utuh,mengenai isi dan pemahaman bahan-bahan mata pelajaran
yang bersangkutan. Sedangkan para ahli cendrung memakai istilah
program belajar dari pada kurikulum, seperangkat mata pelajaran yang
diwajibkan di sekolah untuk dipelajari peserta didik.
Pondok Pesantren Al Baqiyatush Shalihat sejak awal berdirinya
menyelenggarakan pendidikan kepesantrenan yang merupakan tujuan
utama dalam pendidikan Pondok pesantren ini. Pendidikan kepesantrenan
yang di selengarakan dibagi dalam tiga jenjang:
1. Tingkat Istida’ 1 Tahun
2. Tingkat Wustha 3 Tahun
3. Tingkal Ulya 3 Tahun
Khusus kurikulum Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat,
kurikulum yang digunakan adalah ramuan anatara kurikulum yang
diterapkan pemerintah Depertemen Agama dengan kurikulum lokal yang
ditetepkan atas kesepakatan pengurus Pondok Pesantren Al-Baqiyatush
Shalihat. Kurikulum yang digunakan tersebut bercirikan pelajaran dan
pengajian kitab-kitab kuning.
Kitab-kitab yang diajarkan oleh guru kepada peserta didik Pondok
Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat, antara lain: 1. Fathul Qarib. 2. Fathul
Mu’in, 3. Kifayatul Ayyam, 4. Ta’limul Muta’allim, 5. Atqiyaa’, 6. Matan
Jurmiyah, 7. Mukhtasar Jiddan, 8. Kawakib, 9. Al-Fiyah Ibnu Malik, 10.
Tafsir Jalalain, 11. Bulughul Maram, 12. Al-Azkaru Nawawi, 13.
Riyadhus Shalihin, 14. Syarah Rahbiyah dan lain-lain.
70
Sedangkan bidang studi yang diajarkan adalah 1. Tafsir, 2.
Pengantar Ilmu Tafsir, 3. Hadist, 4. Pengantar Ilmu Hadist, 5. Tauhid, 6.
Usul Fiqh, 7. Fiqh Nisa, 8. Tarekat Tasyri’, 9. Sejarah Nabi, 10.
Ahlak/Tasauf, 11. Mantiq, 12. Balagah, 13. Ilmu Arudh, 14. Ilmu Fara’id,
15. Bahasa Arab, 16. Nahwu, 17. Sharaf, 18. Al-qur’an, 19. Imla’, 20.
Kaligrafi, 21. Kewarganegaraan, 22. Sosiologi, 23. Matematika, 24.
Kesenian, 25. Bahasa Indonesia, 26 bahasa Inggris, 27. Ilmu Pengetahuan
Alam, 28. Ilmu Pengtahuan Sosial, 29. Sejarah Kebudayaan Islam, 30.
Ilmu Dakwah. KH. Anwar Sadat mengatakan
“Pondok pesanntren Al-Baqiyatush Shalihat sejak awal berdirinya
sampai sekarang menggunakan kurikulum sebagai perpaduan
antara kurikulum lokal yang telah di tetepkan oleh pengurus
dengan kurikulum depertemen agama, dengan menitik beratkan
pelajaran kepada penguasaan dasar-dasar ajaran islam dan
penguasaan di segi pembacaan, penerjemahaan, dan pemahaman
akan kitab-kitab kuning”.85
Pada tataran pendidikan formal, kurikulum berbasis kopetensi
(KBK) Depertemen Agama menjadi acuan utamauntuk di ajarkan, dan
bahkan seluruh kuriklum tersebut di adobsi secara keseluruhan, kecuali
hanya diadakan penambahana jam pelajaran. Sedangkan di luar jam mata
pelajaran formal, juga diadakan kursus dan pelatihan-pelatihan rutin secara
terperogram dan terjadwal setiap hari. Hal ini dimaksudkan untuk
menunjang kurikulum formal depertemen agama. pendidikan sekolah yang
diselenggarakan di pondok pesantren Al Baqiyatush Shalihat sejak
tahun pelajaran 2001 menyelenggarakan :
85
Anwar Sadat, Kepala MTS Al-Baqiyatush Shalihat, Wawancara 26 April 2018
71
1. Madrasah Tsanawiyah (MTs)
2. Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) yang dibuka sejak tahun ajaran
2002.
Pendidikan non formal seperti pengajian-pengajian tersebut
diadakan dengan maksud untuk membekali seluruh siswa dan santri, agar
mereka dapat menguasai kitab-kitab kuning yang telah menjadi ketentuan
wajib untuk dipelajari oleh para santri Pondok Pesantren Al-Baqiyatush
Shalihat Kuala Tungkal.
Kegiatan pengajian lain yang di jadwalkan secara seksama
diadakan juga tidak terlepas tuntutan yang ada di dalam misi dan tujuan
Pondok Pesatren Al-Baqiyatush Shalihat. Selain itu juga, kurikulum
berbasis kopetensi (KBK) yang lditekankan oleh depertemen agama juga
menekankan adanya kopetensi siswa/santri untuk menghayati secara
efektif pelajaran yang pernah di ajarkan, dan bahkan dituntut untuk
mengamalkan dalam bentuk perilaku sehari-hari, baik saat masih
mengikuti pendidikan di pondok dan juga setelah tamat dari pondok.86
Setiap santri yang tamat dari pondok (Alumi) diharapkan mampu
mengembangkan ilmu yang dimiliki setelah berada ditengah masyarakat,
harapan lain tentu mereka diharpakan dapat mengembangkan ilmu yang
dimiliki mereka tersebut diharapkan mereka juga dapat hidup mandiri
tanpa keketergantungan pada orang lain lagi, baik ketergantungan dari
86
Profil Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat.
72
masyarakat maupun orang tua sendiri, bahkan diharapkan dapat berbuat
untuk masyarakat dan keluarga.
D. Tradisi Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat
1. Tradisi Mondok
Lembaga pendidikan Islam seperti Pondok Pesantren memiliki ciri
tersendiri yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan Islam lainnya.
Tradisi mondok merupakan salah satu keunikan yang ada di Pondok
Pesantren. Tradisi mondok sendiri dapat diartikan sebagai kegiatan santri
yang bermukim dalam sebuah kompleks pesantren. Meskipun tidak semua
santri yang ada di pondok pesantren melakukan tradisi mondok, namun
setidaknya di pondok pesantren Nurul Jalal tradisi mondok berlaku untuk
semua santri. Tulisan Wandi dengan judul skripsi “Madrasah al-Khairiyah
dan perkembangannya di Kota Jambi” ditemukan dua jenis santri, yaitu
santri mukim atau santri mondok dan santri kalong.87
Hal ini juga
dipertegas oleh Zamaksyari Dhofier dalam bukunya yang berjudul tradisi
pesantren dikatakan bahwa secara umum terdapat dua kelompok santri
dalam pesantren, yaitu:
a. Santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh
dan menetap dalam komplek pesantren. Santri mukim yang paling
lama tinggal dipesantren tersebut biasanya merupakan satu kelompok
tersendiri yang memegang tanggung jawab mengurusi kepentingan
pesantren sehari-hari, mereka juga memikul tanggung jawab mengajar
87
Wandi, Madrasah al-Khairiyah dan perkembangannya di Kota Jambi, Skripsi, (Jambi:
UIN STS Jambi, 2015), hlm. 19-20.
73
santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah. Dalam
sebuah pesantren yang besar dan masyhur akan terdapat putra-putra
kyai dari pesantren-pesantren lain yang belajar disana; mereka ini
biasanya biasanay akan menerima perhatian istimewa dari kyai.
b. Santri kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari desa sekeliling
pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk
mengikuti pelajarannya di pesantren, mereka berbolak balik dari
rumahnya sendiri. Biasanya perbedaan antara pesantren besar dan
pesantren kecil dapat dilihat dari komposisi santri kalong. Semakin
besar sebuah pesantren, akan semakin besar jumlah santri mukimnya.
Dengan kata lain, pesantren kecil akan memiki banyak santri kalong
daripada santri mukim.
Selanjutnya Dhofier menjelaskan, seorang santri pergi dan menetap karena
berbagai alasan diantaranya:
a) Ia ingin mempelajari kitab-kitab lain yang membahas Islam secara
mendalam dibawah bimbingan kyai yang memeimpin pesantren
tersebut.
b) Ia ingin memeperoleh pengalaman kehidupan pesantren,baik dalam
bidang pengajaran, keorganisasian maupun hubungan dengan
pesantren-pesantren terkenal.
c) Ia ingin memusatkan studinya dipesantren tanpa disibukkan oleh
kewajiban sehari-hari di rumah keluarganya. Disamping itu, dengan
tinggal disebuah pesantren yang sangat jauh letaknya dari rumahnya
74
sendiri ia tidak mudah pulang balik menskipun kadang-kadang ia
menginginkannya88
.
Tradisi menetap di sebuah pesantren inilah yang disebut dengan
tradisi mondok di Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat . Santri
Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat selama 24 jam wajib menetap
di dalam komplek Pondok Pesantren. Semuanya wajib mengikuti
rangkaian disiplin pesantren yang telah ditentukan, dengan pola hidup
yang sangat berdisiplin dan terpola secara sistemik diharapkan seluruh
santri dapat mengatur pola hidupnya. Hal ini senafas dengan salah satu
poin panca jiwa pesantren yaitu jiwa kemandirian (berdikari). Hal ini juga
diperkuat ustadz Abdul Wahab:
“Santri pondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat wajib bermukim
di asrama pesantren. Pondok pesantren ini menerapkan kewajiban
kepada seluruh santrinya untuk tinggal di pondok pesantren. Pada
pondok pesantren memberikan pengawasan penuh terhadap
kegiatan para santrinya, pondok pesantren juga memberikan wali
asrama pada masing-masing asrama. Pondok pesantren memiliki
beberapa asrama santriwan dan santriwati, beserta para
pendamping yaitu ustad dan ustadzah sebagai para pembimbing
asrama yang akan mengawasi santriwan dan santriwati dalam
aktivitasnya di pondok pesantren”.89
Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat dengan potensi
lingkungan edukatif yang dimiliki berusaha terus menciptakan atmosfir
akademik yang kondusif dengan melakukan dinamika terhadap seluruh lini
kehidupan pesantren secara sinergis dan berkesinambungan, sehingga
kehidupan para santri terpola secara sistemik, dan pada akhirnya tujuan
88
Zamaksyari Dofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, hlm 51.
89
Ustad Abdul Wahab Selaku Bagian Keamanan Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat
Kuala Tungkal, Wawancara, Tanggal 25 September 2018
75
paripurna dari idealisme luhur pendidikan Pondok Pesantren dapat
terwujud.
Pondok pesantren Al-Baqiyatush Shlihat pada awal berdirinya
tradisi asrama dipondok ini ialah berdasarkan kampong masing-masing
para santri, semacam ada pengelompokan perdaerah karena melihat
kondisi pondok pesantren yang tidak memadai sehingga pihak pondok
membebankan bangun kepada para santri yang ingin modok di pondok Al-
Baqiatush Shalihat Kuala Tungkal. Ini ditegaskan Ustadz Abdul Latif
“Pada awal pembangungan, bangunan ini hanya difungsikan
sebagai tempat majlis ta’lim, bangunan tersebut terbuat seadanya dari
kayu, karena untuk pembangunan sendiri kita tidak mempunyai dana
simpanan, maupun tanah dan segala macam asset kita tidak memilikinya.
Maka kami berinisiatif meminta bantuan dana kepada setiap kampong
dari mana santri itu berasal, umpamanya ada satu kampong yang
anaknya 20 orang di pondok kami, maka kami minta orang kampong
tesebut untuk membangun pondok untuk anaknya sendiri, contoh dari
kampong tembilahan ada 30 orang santri maka mereka bikin pondok
sendiri, maka untuk itu pada awalnya pondok santri yang terdapat di
pondok pesantren ini berdasarkan dari asal santri tersebut. Pondok santri
dari tembilahan ini, pondok santri dari tungkal ini, dan pondok santri
orang sabak ini. Jadi masing-masing santri memiliki pondok berdasarkan
dari mana asal santri tersebut. Peraturan tersebut hanya berlaku pada
awal berdirinya pondok pesantren ini, tetapi pada perkembangannya
bukan warga sekitar yang masuk kepondok tersebut. Banyak santri yang
berasal dari luar daerah maka untuk masalah tempat tinggal santri, maka
dibebankanlah kembali kepada pondok pesantren, pembangunan pondok
pesantren sendiri untuk saat ini berdasarkan uang masuk pendaftaran
maupun SPP yang diterima oleh pengurus pondok pesantren.”90
Meliahat pernyataan ini penulis menyimpulkan bahwa para santri
awal tinggal di Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat berdasarkan
daerah masing masing (pengelompokan) kemudian selah meulai
90
Abdul Latif, Kepala MA Al-Baqiyatush Shalihat, wawancara 25 April 2018
76
berkembang tradisi ini dihilangkan tidak ada lagi pemisahan antara santri
daerah satu dengan daerah yang lain.
2. Haulan
Syeikh Muhammad Ali Abdul Wahab (1934-2011) adalah salah
satu tokoh ulama terkemuka di Kuala Tungkal yang memperkenalkan
ajaran Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah di wilayah Jambi. Beliau adalah
salah satu pengajar di Perguruan Hidayatul Islamiah (PHI) dan juga
sebagai pengasuh Pondok Pesantren al Baqiyatush Sholihat yang terletak
di Parit Gompong Kuala Tungkal Jambi. Beliau merupakan putra pertama
dari empat bersaudara dari Tuan Guru Abdul Wahab (1880-1964) dan Hj.
Ruqayyah. Beliau dilahirkan di Desa Pasar Arba Bram Itam Kanan Kuala
Tungkal pada hari Sabtu tanggal 1 Maret 1934 bertepatan tanggal 11
Shofar 1354 H.29 Beliau dididik dan dibesarkan di tengah-tengah keluarga
yang religius, sebab orang tua beliau adalah seorang ulama yang
berpengaruh dan dikenal mempunyai ilmu agama yang dalam.
Selanjutnya beliau diasuh dan dibesarkan di bawah pengawasan
ayahandanya sehingga menjadi ulama masyhur. Orang tua beliau adalah
Tuan Guru H. Abdul Wahab adalah anak kedua dari tujuh bersaudara
yakni Hj. Sa'diah, Tuan Guru H. Hasbullah, Hj. Komala, Hj. Acil, Tuan
Guru H. Ahmad Mughni, dan Tuan Guru H. Muhammad Syibli atau yang
sering disebut sebut orang dengan gelaran Nenek Banjar khususnya di
Kuala Tungkal.
77
Kegiatan rutin Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah di Kuala Tungkal
adalah pengajian yang diselenggarakan setiap seminggu dua kali yakni
pada senin malam dan jumah pagi di masjid Agung al-Istiqomah. Pada
setiap pengajian akan didahului zikir tarekat terlebih dahulu dan disusul
dengan kajian sebuah kitab tasawuf yang dibacakan oleh mursyidnya
yakni Syeikh Ali Abdul Wahab. Masyarakat maupun murid tarekat selalu
datang mengikuti majelis zikir ini. Adapun kegiatan puncak tarekat adalah
penyelenggaraan peringatan haul Syeikh Abdul Qadir Jilani yang
dirangkai dengan haul Syeikh Nawawi Berjan yaitu setiap tanggal 11
rabiul akhir91
. Kegiatan tersebut sebagai agenda tahunan yang didukung
penuh oleh pemerintah daerah Kuala Tungkal Jambi. Antusisme
masyarakat mengikuti acara ini pun sangat tinggi terbukti dengan padatnya
area masjid al-Istiqomah dan jalan di sekitarnya penuh sesak oleh lautan
manusia. Murid tarekat yang hadir pada peringatan haul diperkirakan
mencapai jumlah 25 ribu orang yang separuhnya adalah pengamal tarekat.
Syeikh Ali Abdul Wahab wafat pada ahad 15 Mei 2011 pada usia
78 tahun. Beliau adalah ulama kharismatik yang menghabiskan seluruh
usianya sebagai pelayan umat. Pada hari wafatnya, bahkan terdapat
fenomena alam yang tidak biasa. Tulisan asma Allah menghiasi langit
Kuala Tungkal beberapa menit. Banyak murid tarekat yang menyaksikan
kejadian itu dan beranggapan bahwa munculnya lafaz Allah adalah tidak
91
Ahmad Sukri Saleh, Makalah, Kontribusi KH. M. Ali Wahab Dalam Melestarikan
Tradisi Keilmua Keagamaan Etnis Banjar di Kuala Tungkal Provinsi Jambi. Konfrensi
Internasional Transformasi Sosial dan Entelektual Orang Banjar Kontenporer, IAIN ANTASARI
Banjar Masin 10-11 Agustus 2016, hal. 16
78
terlepas dari berpulangnya ulama besar dari Jambi ini. Masyarakat larut
dalam zikir kalimah thayibah yang tiada putus. Tak hanya jamaah ahli
tarekat yang ingin memberikan penghormatan terakhir bagi beliau, namun
penziarah datang dari berbagai daerah.
Setelah Syeikh Ali Abdul Wahab wafat, mursyid tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah diteruskan oleh puteranya. Penyelenggaraan haul tahunan
kemudian dirangkai menjadi peringatan haul Syeikh Abdul Qadir Jilany,
Syeikh Nawawi Berjan, dan Syeikh Ali Abdul Wahab. Pada
perkembangannya, tarekat ini memiliki kontribusi positif bagi kehidupan
sosial maupun keagamaan masyarakat. Kontribusi utamanya adalah
bertemunya alim ulama, ahli zikir, dan ahli ibadah serta kaum muslimin
dan muslimat dari berbagai penjuru daerah. Hal ini berarti bahwa
terjalinnya ukhuwah Islamiyah dan silaturahim antar sesama umat Islam.
Pada momen itu juga merupakan kesempatan yang baik bagi orang-orang
alim untuk menyampaikan dakwah kepada umat Islam. Hal ini juga
dikatakan ustadz Abdul Latif:
“Peringatan khaul Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dan khaul Syekh
Muhammad Ali bin Syekh Abdul Wahab ini menjadi kegiatan
pengajian akbar yang didatangi dan dikunjungi dari berbagai
penjuru, bukan hanya dari kabupaten Tanjung Jabung Barat saja,
akan tetapi dari berbagai kabupaten-kabupaten yang ada di
Provinsi Jambi dan bahkan dari Riau dan Jawa. Peringatan khaul
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dan khaul Syekh Muhammad Ali bin
Syekh Abdul Wahab ini diadakan di masjid pondok pesantren Al-
Baqiyatush Shalihat dan halaman lapangan luas pondok
pesantren. Adapun demikian luasnya halaman selalu tidak
mencukupi kapasitas masyarakat yang hadir, sehingga tidak heran
jika banyak jama’ah khaul ini yang berdiri ataupun berada di
79
halaman luar dari pondok pesantren. Demikianlah antusiasme
masyarakat dalam memperingati khaul Syekh Abdul Qadir Al-
Jailani dan khaul Syekh Muhammad Ali bin Syekh Abdul
Wahab.”92
Sementara pada aspek ekonomi, penyelenggaraan peringatan haul
tahunan yang diselenggarakan rutin setiap satu tahun sekali ini selalu
mendatangkan keuntungan bagi masyarakat lokal seperti penuhnya
penginapan, rumah makan, dan tingginya permintaan alat transportasi baik
darat maupun laut. Sedangkan kontribusi ekonomi bagi internal organisasi
tarekat adalah sokongan terhadap pembangunan pesantren al Baqiyatus
Shalihat. Pada setiap peringatan haul, dana wakaf yang terkumpul dari
para murid tarekat mencapai angka ratusan juta tepatnya 120 juta. Dana ini
kemudian dimanfaatkan untuk menyokong pembangunan fisik pesantren.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara tidak langsung tarekat
menyumbang kemajuan pesantren di mana dengan fasilitas yang lengkap
banyak orang tua yang kemudian mempercayakan pendidikan putra
putrinya di pesantren tersebut.
Selain kontribusi dana, tarekat ini juga memiliki kontribusi positif
bagi para murid tarekat yakni latihan pendidikan rohani bagi mereka yang
masih merasa berat untuk melakukan riyadhah. Dengan demikian memiliki
ghirrah untuk meningkatkan iman, takwa, ma’rifah, dan keistiqamahan
dalam bertarekat.
92
Abdul Latif, Kepala MA Al-Baqiyatush Shalihat, wawancara 25 April 2018
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tepatnya pada tanggal 13 April 1994 M. Bersamaan dengan 2
Zulqa’dah , pondok pesantren Al Baqiyatush Shalihat ini diresmikan
dan diiringi dangan pelajaran perdana yang diberikan oleh Al
Mukarram K.H.M Ali Abdul Wahhab yang juga sebagai pengasuh
pondok pesantren.
Pada awal berdirinya Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat
telah menyelenggarakan pendidikan kepesantrenan dengan jenjang
pendidikan. Pertama Madrasah Diniyah Awaliyah dengan mata
pelajaran pokok Al-Qur’an, Khat Arab, membaca dan menulis Arab
Melayu, serta praktek ibadah. Kedua Madrasah Diniyah Wustha
dengan materi Pokok ilmu nahwu, saraf, fiqih, tauhid, dan tajwid.
Ketiga Madrasah Diniyah Ulya dengan penyajian materi pokok,
nahwu, saraf, tauhid, fiqih, ushul fiqh, balaghah, tafsir, arud, dan
mantiq.
2. Perkembangan pondok pesantren Al Baqiyatush Shalihat dapat dilihat
dari pembangunan fisik pesantren serta jumlah tenaga pengajar dan
santri yang setiap tahun mengalami peningkatan. Pondok Pesantren Al
Baqiyatush Shalihat sejak awal berdirinya menyelenggarakan
pendidikan kepesantrenan yang merupakan tujuan utama dalam
81
pendidikan Pondok pesantren ini. Pendidikan kepesantrenan yang di
selengarakan dibagi dalam tiga jenjang:
a. Tingkat Istida’ 1 Tahun
b. Tingkat Wustha 3 Tahun
c. Tingkal Ulya 3 Tahun
Setelah 2001 mulai menyelenggarakan pendidikan umum melihat
kemajuan zaman, informasi dan teknologi pondok Pesantren Al-
Baqiyatush Shalihat
1. Madrsah Tsanawiyah
2. Madrasah Aliyah pada tahun 2002
3. Tradisi pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat, setiap santri wajib
mukim/menetap di dalam komplek Pondok Pesantren. Semuanya wajib
mengikuti rangkaian disiplin pesantren yang telah ditentukan, dengan
pola hidup yang sangat berdisiplin dan terpola secara sistemik
diharapkan seluruh santri dapat mengatur pola hidupnya, dan diawasi
oleh ustad dan ustadzah sebagai para pembimbing asrama yang akan
mengawasi santriwan dan santriwati dalam aktivitasnya selama di
pondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat.
Kegiatan rutianan tiap tahunnya yang sudah menjadi tradisi
pondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat yaitu melaksnakan
haulan Syekh Abdul Qadir Jaelani yaitu setiap tanggal 11 rabul
82
akhir, dengan harapan terjalinnya ukhuwah Islamiyah dan
silaturahim antar sesama umat Islam.
B. Kata Penutup
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta hidayah-Nya kepada penulis
berupa kesehatan rohani dan jasmani kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini tentunya banyak sekali terdapat
kekurangan-kekurangan dan kesalahan, baik dalam penulisan, pengutipan dan
sebagainya serta jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan kerendahan
hati penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun
dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Tidak luput pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam menyelesaikan skripsi ini,
hanya kepada Allah Swt, penulis memohon semoga skripsi ini bermanfaat bagi
penulis sendiri khususnya dan bagi yang membaca umumnya, amin ya robbal
alamin.
83
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Dudung, Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos, 1999.
Ahmad Syafii Mufid. Tangklukan, Abangan, dan Tarekat: Kebangkitan Agama di Jawa,
Jakarta: Yayasan Obor, 2006.
Aini, Wirda, Peran KH. Muhammad Ali Wahab Dalam Penyebaran Agam Islam di Kuala
Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Suatu Kajian Studi Tokoh), Skripsi, Jambi:
IAIN STS Jambi,2015.
Amir, Yusuf, Faisal, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Gema Insani1995.
Azra, Ayumardi, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modrenisasi Menuju Melenium Baru,
Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
Azra, Ayumardi,Jaringan Ulama timur tengah dan kepulauan nusantara abad xvii dan xvii.
Jakarta:kencana, 2013.
Benda, J Harry, Bulan Sabit dan Matahari Terbit, Jakarta: Pustaka Jaya, 1983.
BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat, 2017
Chatif, Andrianus, Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah (TQN), Jambi: Sulthan Thaha Press
IAIN STS Jambi, 2012.
Data Pondok Pesantren di Provinsi Jambi, Kementrian Agama Provinsi Jambi, 2016
Daulay, Haidar, Putra, Sejarah Pertumbukan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di
Indonesia, Eds. 1, Cet. 1, Jakarta: Kencana, 2007.
Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia Edisi Keempat, Jakarta PT
Gramedia Pustaka Umum, 2013.
84
Dhofier, Zamarkasyi, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta:
LP3ES, 1994.
Faisal,Sanapiah, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007
Faqih, Abdullah,Pesantren sekolah dan sekolah pesantren. Makalah, Tp, hal 17.
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangan, Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 1999.
Imam, Shadiq, Biografi KH Imam Zarkasyi dari Gontor Merintis Pesantren Modern, Jurnal,
Ponorogo: Gontor Prss, 2006.
Irham, Pesantren dan Perkembangan Politik di Indonesia, Jurnal Pendidikan Agama Islam
Ta’lim, Vol 13, No 1-2015
KH. Habib Muhammad Luthfy Ali Bin Yahya, Permasalahan Tareqah, Surabaya: Khalista,
2006.
Kurnain, Hamid, Abdul, Manqib Syekh Muhammad Ali Wahab Bin Syekh Abdul Wahab Al-
Banjari, Kuala Tungkal 27 Januari 2015.
Kurnainsih, Dini, Sejarah Perkembangan Syekh Maulana Qari Dari Tahun 1985-2015 di
Desa Titian Teras Meangin, Jambi: IAIN STS Jambi, 2016.
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS, 1994.
Moleong, J, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010.
Nasutio, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek cet 11, Jakarta: Bulan Bintang, 1985.
Nata, Abudin, Sejarah Pendidikan Islam Pada Priode Klasik dan Pertengahan, Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2004.
85
Penelitian, Fuhaidah, Ulya, Perkembangan Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah (Studi di
Kuala Tungkal Tanjung Jabung Barat Jambi Indonesia).
Penelitian, Fuhaidah, Ulya, Perkembangan Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah (Studi di Kuala
Tungkal Tanjung Jabung Barat Jambi Indonesia)
Propil Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal, 2016
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1999.
Steenbrink A, Karel, Pesantren Madrasah Sekolah, Jakarta: Darma Aksara Prakasa, 1986.
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2007.
Taher, Tarmizi, jembatan umat, ulama dan umara, Bandung: granesia, 1998.
Tamburaka E, Rustam, Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Islam, Sejarah Filsafat dan
Iptek, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.
Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab-Sastra dan
Kebudayaaan Islam, Jambi: IAIN STS Jambi, 2011.
Yunus, Muhammad, Sejarah Pendidikan Islam Indonesia, Jakarta: PT Muhammad
86
87
Lampiran II
Sarana Dan Prasarana Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat
No Jenis
1 Masjid
2 Aula atau Majlis
3 Ruang Pengasuh Pondok
4 Ruang Kantor Pondok
5 Ruang Kepala Madrasah Tsnawiyah
6 Ruang Kepala Madrasah Aliyah
7 Ruang Guru
8 Ruang Tata Usaha
9 Ruang Belajar
10 Ruang Guru
11 Ruang UKS atau Poliklinik
12 Asrama Santriwan dan Santriwati
13 Ruang Tamu
14 Rumah Guru (Dapur Santri)
15 Kantin dan Warung Kelontong
16 Lapangan Sepak Bola, Voli Ball, Tenis Meja dan Badminton
17 Mobil Dinas Pengasuh (Bantuan PEMDA Tanjab Barat Tahun 2005)
18 Perlengkapan dan sarana belajar serta buku-buku (kitab-kitab)
19 Sumur Bor dan Listrik
20 komputer
88
Lampiran III
Daftar Mata Pelajaran Program Madrasi ( Tsanawiyah dan Aliyah)
No Mata Pelajaran Buku-buku standar
1
2
Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
a. Akidah Ahlak
b. Al-Qur’an Hadist
c. Fiqih
d. Bahasa Arab
e. Sejarah Kebudayaan Islam
f. Mulok: Imla’
g. Mulok: Khot
Pelajaran Umum
a. PKN
b. Bahasa Indonesia
c. Bahasa Inggris
d. Matematika
e. IPA
f. IPS
g. Kertakes
h. Penjas
i. Pendidikan Seni (Khusus Aliyah kelas 1 /
2)
j. SAINS ( Khusus Aliyah kelas 2 / 3)
k. Sosiologi (Khusus Aliyah kelas 3)
Standar Depertemen
Pendidikan Nasional RI
Standar Depertemen Agama
RI
Sumber: Dokumentasi pondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat
89
Lampiran IV
Jadwal Harian Santri Al-Baqiyatush Shalihat
No Jam Kegiatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
04:30 - 05:30
05:30 - 06:00
06:00 - 07-15
07:30 -12-00
12:00 - 12:30
12:30 - 13:15
13:30 - 15:30
15:30 - 16:00
16:00 - 17:00
17:00 - 18:00
17:45 - 18:55
18:15 - 19:00
19:00 - 19:30
19:30 - 20:00
20:00 - 22:00
1. Bangun Tidur
2. Sholat Subuh Berjamaah
3. Membaca AL-Qur’an
Aktivitas –aktivitas pengembangan minat dan bakat dalam
bentuk olah raga dan keterampilan juga kegiatan mandi dan
mencuci.
1. Makan pagi
2. Persiapan masuk kelas
Masuk kelas pagi
Keluar kelas
1. Shalat Zuhur berjamaah
2. Makan siang
3. Persiapan masuk kelas
Masuk kelas sore untuk program Madras (fakultatif)
1. Keluar kelas
2. Persiapan Sholat Ashar
3. Sholat Ashar dan membaca Al-Qur’an
Kajian kitab-kitab kuning di majlis (aula)
Pengembangan bakat dan minat seperti olah raga keterampilan
dan seni
Mandi dan persiapan kemasjid untuk sholat berjamaah
1. Sholat Magrib berjamaah
2. Membaca Al-Qur’an
Makan malam
Sholat Isya berjamaah
1. Belajar malam di blok masing-masing
2. Ngaji kitab kuning di majlis
90
Jadwal Mingguan Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat
No Hari Kegiatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sabtu
Ahad
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jum’at
1. Pengajian mingguan di blok masing-masing ba’da zuhur hingga
sebelum ashar.
2. Muhadaroh (latihan pidato) untuk santri putra yang dibagi
berdasarkan blok masing-masing.
1. Muhadaroh untuk santri putra yang dibagi berdasarkan blok
masing-masing.
2. Pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qadir Al-Jailani untuk santri
putra dan putri di mesjid.
1. Pengajian ba’da magrib dengan pengasuh di masjid untuk santri
putra.
2. Pembacaan Habsyi Untuk santri putrid.
Pembacaan Habsyi ba’da magrib di masjid.
1. Muhadaroh untuk santri putri yang di bagi berdasarkan blok
masing-masing.
2. Pengajian mingguan ba’da zuhur hingga ashar.
Tidak ada perubahan dari jadwal harian.
1. Senam pagi di lapangan pesantren (putra)
2. Pengembangan bakat dan minat santri.
91
FOTO DOKUMENTASI
92
FOTO DOKUMENTASI
93
FOTO DOKUMENTASI
94
95
96
CURRICULUM VITAE
Nama : Ihsan Rafiqi
Tempat Tanggal Lahir : Parit Cabang, 09 Desember 1995
Jurusan : Sejarah Peradaban Islam (SPI)
NIM : AS. 140383
Fakultas : Adab Dan Humaniora
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status : Belum Menikah
Nama Ayah : Arsyad
Nama Ibu : Inah
Anak ke : 4 dari 4 bersaudara
Motto : Hidupku Tujuanku
Alamat Asal : Parit Cabang, RT II, Dusun Bangun Jaya, Desa
Makmur Jaya, Kec Betara, Kabupaten Tanjung
Jabung Barat.
JENJANG PENDIDIKAN
Tahun 2002 - 2008 : SDN No.94/V Sei. Trap
Tahun 2008 - 2011 : MTSs PHI Bangun Jaya
Tahun 2011 - 2014 : MAs Mahdaliyah Kota Jambi
Tahun 2014 - 2018 : UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
PENGALAMAN ORGANISASI
Tahun 2011- 2013 : Ketua ASBO PW IPM Provinsi Jambi
Tahun 2014- 2016 : Ketua Pengkaderan PD IPM Kota Jambi
Tahun 2015- 2018 : Kader HMI Cabang Jambi