Post on 28-Nov-2015
description
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Diare
Diare ialah buang air besar dengan konsistensi lebih encer/cair dari biasanya, ≥ 3 kali
per hari, dapat/tidak disertai dengan lendir/darah yang timbul secara mendadak dan
berlangsung kurang dari 2 minggu.
Diare adalah buang air besar yang sering dan cair, biasanya paling tidaktiga kali
dalam 24 jam. Namun, lebih penting konsistensi tinja daripada jumlah. Seringkali, buang
air besar yang berbentuk bukanlah diare. Hanya bayi yang diberi ASI sering buang air
besar, buang air besar yang "pucat" juga bukan diare.
Jenis-jenisDiare
Diare terdiri dari beberapa jenis yang dibagi secara klinis, yaitu :
a. Diare cair akut (termasuk kolera), berlangsung selama beberapa jam atau hari.
mempunyai bahaya utama yaitu dehidrasi dan penurunan berat badan juga dapat terjadi
jika makan tidak dilanjutkan.
b. Diare akut berdarah, yang juga disebut disentri, mempunyai bahaya utama yaitu
kerusakan mukosa usus,sepsis dan gizi buruk, mempunyai komplikasi seperti
dehidrasi.
c. Diare persisten, yang berlangsung selama 14 hari atau lebih, bahaya utamanya adalah
malnutrisi dan infeksi non-usus serius dan dehidrasi.
d. Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor) mempunyai bahaya utama
adalah infeksi sistemik yang parah, dehidrasi, gagal jantung dan kekurangan vitamin
dan mineral.
Etiologi diare
Tabel 1. Etiologi Diare AkutInfeksi1. Enteral
Bakteri: Shigella sp, E. Coli patogen, Salmonella sp, Vibrio cholera, Yersinia entreo colytica, Campylobacter jejuni, V. Parahaemoliticus, VNAG, Staphylococcus aureus, Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas, Aeromonas, Proteis, dll
Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like virus, cytomegalovirus (CMV), echovirus , virus HIV
1
Parasit – Protozoa: Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Cryptosporadium parvum, Balantidium coli.
Worm: A. Lumbricoides, cacing tambang, Trichuris trichura, S. Sterocoralis, cestodiasis dll
Fungus: Kardia/moniliasis2. Parenteral: Otitits media akut (OMA), pneumonia, Traveler’s diartthea: E.Coli,
Giardia lamblia, Shigella, Entamoeba histolytica, dll Intoksikasi makanan: Makanan beracun atau mengandung logam berat,
makanan mengandung bakteri/toksin: Clostridium perfringens, B. Cereus, S. aureus, Streptococcus anhaemohytivus, dll
Alergi: susu sapi, makanan tertentu Malabsorpsi/maldifesti: karbohidrat: monosakarida (glukosa, galaktosa,
fruktosa), disakarida(laktosa, maltosa, sakarosa), lemak: rantai panjang trigliserida, protein: asam amino tertentu, celiacsprue gluten malabsorption, protein intolerance, cows milk, vitamin &mineral
ImunodefisiensiTerapi obat, antibiotik, kemoterapi, antasid, dllTindakan tertentu seperti gastrektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi radiasiLain-lain: Sindrom Zollinger-Ellison, neuropati autonomik (neuropatik diabetik)
Tabel 2. Etiologi Diare kronik berdasarkan patofisiologiJenis Diare Etiologi
1. Diare osmotik
2. Diare sekretorik
A. Eksogen1. Makanan cairan yang aktif osmotik, sulit
diabsorbsi seperti katartik sulfat dan fosfat, antasida, laktulosa dan sorbitol
2. Obat-obatan lain: kolkisin, paraamino asam salisilac, antibiotika, anti kanker, anti depresan, anti hipertensi, anti konvulsan, obat penurun kolesterol, obat diabetes mellitus, diuretika, theofilin
B. Endogen1. Kongenital: kelainan malabsorpsi spesifik,
penyakit malabsorpsi umum2. Didapat: kelainan malabsorpsi spesifik, penyakit
malabsorpsi umumA. InfeksiB. Neoplasma: Gastrinoma, sindrom Zollinger
Ellison, Ca meduler tirois, Adenoma Vilosa, Kolera pankreatik/vasoaktif intersinal polypeptide (vipoma), yumor/sindrome karsinoid
C. Hormon & Neurotransmiter:Secretine, Prostaglandin E, Cholecystokinine, Kolinergik, Serotonin, Calcitonine, Gastric Inhibitory Polipeptide, Glukagon, Substansi P
D. Katartik: hidroksi asam empedu (asam dioksilat
2
3. Malabsorbsi asam empedu, malansorbsi lemak
4. Defek pada sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit
5. Motilias dan waktu transit usus abnormal
6. Gangguan permeabilitas usus
7. Eksudasi cairan, elektrolit dan mukus berlebihan
dan kenodioksilat) dan hidroksi asam lemak (resinoleat kastroli)
E.Kolitis mikroskopik (limfositik), kolagenF.Lain-lain: Dioctyl natrium sulfosuccinaat, diare asam
empedu karena pasca kolesistektomi, reseksi ileum terminal, alergi makanan, enterokolitis iskemik
A. Maldigesti intraluminal: Sirosis hati, obstruksi saluran empedu, pertumbuhan bakteri yang berlebihan (Bacterial overgrowth), insufisiensi eksokrin pankreas, insufisiensi endokrin pankreaik kronik, fibrosis kistik, somatostatinoma
B. Malabsorpsi mukosa: Obat, penyakit infeksi, penuakit sistem imun (systemic mastocytosis, gastroenteritis eosinofilik), spru tropik, spru seliak, dermatitis herpetiformis, penyakit Whipple, Abetalipoprote inemia
C. Obstruksi pasca mucosa: limflangiektasia intestinal kongenital atau didapat karena trauma, limfoma, karsinoma atau penyakit Whipple
D. Campuran: sindrom usus pendek (short bowel), penyakit metabolik (tirotoksikodid, indufisiensi adrenal, malnutrisi protein-kalori), enterokolitis radiasi
A. Infeksi ususB. Kongenital:
1. Diare klorida kongenital2. Diare karena kelainan transpor Na+ usus
Sindrom kolon iritabel (psikogen), hipertiroid, diabates melitus dengan polineuropati otonom, skleroderma, amiloidosis, pasca reseksi lambung dan vagotomi, sindrom karsinoid, obat prostigminA. Penyakit seliakB. Penyakit usus inflamatorikC. Infeksi ususKolitis ulseratif, Penyakit Srohn, Amubiasis, Shigelasis, Kampilobakteriasis, Yersiniasis, Enterokolitis radiasi, Gandidiasis, TB usus, Kanker usus, Kolitis pseudomembran
Patogenesis
Diare terjadi karena adanya gangguan proses absorpsi dan sekresi cairan serta elektrolit
di dalam saluran cerna. Pada keadaan normal, usus halus akan mengabsorbsi Na+,
Cl-, HCO3-. Timbulnya penurunan dalam absorpsi dan peningkatan sekresi
3
mengakibatkan cairan berlebihan melebihi kapasitas kolon dalam
mengabsorpsi.Mekanisme ini sangat dipengaruhi oleh faktor mukosa maupun faktor
intra luminal saluran cerna. Faktor mukosa dapat berupa perubahan dinamik mukosa yaitu
adanya peningkatan cell turnover dan fungsi usus yang belum matang dapat
menimbulkan gangguan absorpsi-sekresi dalam saluran cerna. Penurunan area
permukaan mukosa karena atrofi vilus, jejas pada brush border serta
pemotonganusus dapat menurunkan absorpsi. Selain itu, gangguan pada sistem
pencernaan (enzim spesifik) atau transport berupa defisiensi enzim disakaridase dan
enterokinase serta kerusakan pada ion transport (Na+/H+, Cl-/HCO3-) juga menimbulkan
gangguan absorpsi.Faktor-faktor dalam intraluminal sendiri juga ikut berpengaruh,
seperti peningkatan osmolaritas akibat malabsorpsi ( defisiensi disakaridase) dan
bacterial overgrowth. Insufisiensi pankreatik eksokrin, defisiensi garam empedu dan
parasit adalah faktor intra luminal lain penyebab penurunan absorbsi. Sedangkan
peningkatan sekresi disebabkan oleh toksin bakteri ( toxin cholera, E. coli), mediator
inflamasi ( eicosanoids, produk sel mast lain), asam empedu dihidroksi, asam lemak
hidroksi dan obat-obatan.
Diagnosis
1. Gejalaklinis
Mula – mula bayi dan anak menjadi cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai
lendir dan atau darah. Pada diare oleh karena intoleransi, anus dan daerah sekitarnya lecet
karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat banyaknya
asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum / sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lembung
yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila
penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai
tampak, berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun – ubun besar menjadi
cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Berdasarkan banyak cairan yang hilang dapat dibagi menjadi :
- Dehidrasi ringan
- Dehidrasi sedang
- Dehidrasi berat
4
2. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare, frekuensi,
volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir, dan darah. Bila disertai muntah:
volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang, atau tidak kencing dalam
6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas atau
penyakit lain yang menyertai seperti batuk, pilek, otitis media, campak. Tindakan yang
telah dilakukan ibu selama anak diare: memberi oralit, membawa berobat ke Puskesmas
atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya.
3. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung
dan pernafasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama
dehidrasi: kesadara, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan
lainnya, seperti ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cowong atau tidak, ada atau
tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut, dan lidah kering atau basah.
Pernafasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolic. Bising usus
yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi.
4. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet elinitest, bila
diduga intoleransi gula.
c. Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan / uji resistensi.
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan pH
dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah
menurut ASTRUP (bila memungkinkan).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan kadar elektrolit terutama natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam
serum (terutama bila ada kejang).
5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kualitatif dan kuantitatif, terutama pada penderita diare kronik.
5
Penatalaksanaan
Departemen Kesehatan mulai melakukan sosialisasi Panduan Tata Laksana Pengobatan
diare pada balita yang baru didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia, dengan
merujuk pada panduan WHO. Tata laksana ini sudah mulai diterapkan di rumah sakit-
rumah sakit. Rehidrasi bukan satu-satunya strategi dalam penatalaksanaan diare.
Memperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare juga menjadi cara untuk
mengobati pasien. Untuk itu, Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar
penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat
di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit, yaitu:
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotik selektif
5. Nasihat kepada orang tua
Rehidrasi dengan oralit baru, dapat mengurangi rasa mual dan muntah
Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit formula
lama dikembangkan dari kejadian luar biasa diare di Asia Selatan yang terutama
disebabkan karena disentri, yang menyebabkan berkurangnya lebih banyak elektrolit tubuh,
terutama natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat
sanitasi yang lebih banyak terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih baik
adalah disebakan oleh karena virus.
Diare karena virus tersebut tidak menyebakan kekurangan elektrolit seberat pada
disentri. Karena itu, para ahli diare mengembangkan formula baru oralit dengan tingkat
osmolaritas yang lebih rendah. Osmolaritas larutan baru lebih mendekati osmolaritas
plasma,sehingga kurang menyebabkan risiko terjadinya hipernatremia.
Oralit
Oralit baru ini adalah oralit dengan osmolaritas yang rendah. Keamanan oralit ini sama
dengan oralit yang selama ini digunakan, namun efektivitasnya lebih baik daripada oralit
formula lama. Oralit baru dengan low osmolaritas ini juga menurunkan kebutuhan
suplementasi intravena dan mampu mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% serta 6
mengurangi kejadian muntah hingga 30%.
Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF untuk
diare akut non-kolera pada anak.
Ketentuan pemberian oralit formula baru
a. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
b. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang untuk persediaan 24
jam
c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan
d. ketentuan:
a. Untuk anak berumur < 2 tahun: berikan 50-100 ml tiap kali BAB
b. Untuk anak 2 tahun atau lebih: berikan 100-200ml tiap BAB
e. Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan
harus dibuang.
Zinc diberikan selama 10 hari berturur-turut
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan
anak. Penggunaan zinc ini memang popular beberapa tahun terakhir karena memilik evidence
based yang bagus. Beberapa penelitian telah membuktikannya.Pemberian zinc yang dilakukan
di awal masa diare selam 10 hari ke depan secara signifikan menurunkan morbiditas dan mortalitas
pasien. Lebih lanjut, ditemukan bahwa pemberian zinc pada pasien anak penderita kolera dapat
menurunkan durasi dan jumlah tinja/cairan yang dikeluarkan. Zinc termasuk mikronutrien
yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang optimal. Meski dalam jumlah
yang sangat kecil, dari segi fisiologis, zinc berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, anti
oksidan, perkembangan seksual, kekebalan seluler, adaptasi gelap, pengecapan, serta nafsu makan.
Zinc juga berperan dalam system kekebalan tubuh dan meripakan mediator potensial
7
pertahanan tubuh terhadap infeksi. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare
akut didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna
dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat
meningkatkan absorpsi air dan elektrolit oleh usus halus,meningkatkan kecepatan
regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan
respon imun yang mempercepat pembersihan pathogen dari usus. Pengobatan dengan zinc
cocok diterapkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki banyak masalah
terjadinya kekurangan zinc di dalam tubuh karena tingkat kesejahteraan yang rendah
dan daya imunitas yang kurang memadai. Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan
volume buang air besar sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada
anak.
Dosis zinc untuk anak-anak
Anak di bawah umur 6 bulan : 10mg (½ tablet) per hari
Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari
diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang ASI atau oralit, Untuk
anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau
oralit.
ASI dan makanan tetap diteruskan
Lanjutkan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat untuk
mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisis yang hilang. Pada diare
berdarah nafsu makan akan berkurang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase
kesembuhan.
Antibiotik jangan diberikan
Tetapi kecuali ada indikasi misalnya diare berdarah atau kolera. Pemberian antibiotic
yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya diare karena akan megganggu
keseimbangan flora usus dan Clostridiumdifficile yang akan tumbuh dan menyebabkan diare
sulit disembuhkan. Selain itu,pemberian antibiotic yang tidak rasional akan mempercepat
resistensi kuman terhadap antibiotic, serta menambah biaya pengobatan yang tidak perlu.
Pada penelitian multiple ditemukan bahwa telah terjadi peningkatan resistensi terhadap antibiotic
8
yang sering dipakai seperti ampisilin, tetrasiklin, kloramfenikol, dan trimetoprim
sulfametoksazole dalam 15 tahun ini. Resistensi terhadap antibiotik terjadi melalui
mekanisme berikut inaktivasi obat melalui degradasi enzimatik oleh bakteri, perubahan
struktur bakteri yang menjadi target antibiotik dan perubahan permeabilitas membran
terhadap antibiotic.
Nasihat pada ibu atau pengasuh: kembali segera jika demam, tinja berdarah, berulang, makan
atau minum sedikit, sangat halus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari.
Terapi medikamentosa
Berbagai macam obat telah digunakan untuk pengobatan diare, seperti antibiotika,
antidiare, adsorben, antiemetic, dan obat yang mempengaruhi mikroflora usus. Beberapa
obat mempunyai lebih dari satu mekanisme kerja, banyak diantaranya mempunyai efek toksik
sistemik dan sebagian besar tidak direkomendasikan untuk anak umur kurang dari 2-3 tahun.
Secara umum,, dikatakan bahwa obat-obat tersebut tidak diperlukan untuk pengobatan
diare akut.
Antibiotik
Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena sebagian
besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self-limited dan tidak dapat dibunuh dengan
antibiotika. Hanya sebagian kecil (10-20%) yang disebabkan oleh bakteri pathogen seperti V.
cholera, Shigella, Enterotoksigenik E. coli, Salmonella, Campylobacter,dan sebagainya.
9
Rencana Terapi A : Terapi di rumah untuk mencegah dehidrasi dan malnutrisi
a. Anak-anak tanpa tanda-tanda dehidrasi memerlukan tambahan cairan dan garam
untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare. Jika ini tidak diberikan,
tanda-tanda dehidrasi dapat terjadi.
b. Ibu harus diajarkan cara untuk mencegah dehidrasi di rumah dengan memberikan
anak lebih banyak cairan daripada biasanya, bagaimana mencegah kekurangan gizi
dengan terus memberi makan anak, dan mengapa tindakan-tindakan ini penting.
Mereka harus juga tahu apa tanda-tanda menunjukkan bahwa anak harus dibawa ke
petugas kesehatan. Langkah-langkah tersebut dirangkum dalam empat aturan Rencana
Terapi A.
Aturan 1 : Memberikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya, untuk mencegah
dehidrasi
Cairan yang diberikan adalah cairan yang mengandung garam (oralit), dapat juga
diberikan air bersih yang matang.
Komposisi larutan oralit baru :
-Natrium klorida 2,6 gram/liter
-Glukosa 13,5 gram/liter
-Kalium klorida 1,5 gram/liter
-Trisodium sitrat 2,9 gram/liter
Komposisi larutan oralit lama :
-Natrium klorida 3,5 gram/liter
-Glukosa 20 gram/liter
-Kalium klorida 1,5 gram/liter
-Trisodium sitrat 2,55 gram/liter
Dengan menurunkan osmolaritas dengan mengurangi konsentrasi glukosa dan garam
(NaCl) dimaksudkan untuk menghindari hipertonisitas cairan selama absorpsi cairan
oralit.
Cairan yang mengandung garam, seperti oralit, minuman asin (seperti minuman
youghert), atau sayuran dan sup ayam dengan garam. Ajari ibu untuk memasukan garam
(kurang lebih 3g/L) pada minuman yang tidak bergaram (seperti air matang, air teh, jus
buah-buahan yang tidak diberi gula) atau sup selama diare.
Larutan oralit yang dapat dibuat dirumah mengandung 3g/L garam dapur (1 sendok
teh penuh garam) dan 18g/L dari gula dapur (sukrosa) sangat efektif namun tidak
dianjurkan karena seringkali lupa resepnya.
10
Minuman yang tidak boleh diberikan ialah minuman bersoda, teh manis, jus buah-
buahan yang manis. Minuman tersebut dapat menyebabkan diare osmotik dan
hipernatremia. Sedangkan kopi tidak boleh diberikan karena bersifat diuretik.
Umur (tahun) Jumlahcairan yang harusdiberikan
<> 50-100 ml cairan
2-10 100-200 ml cairan
>10 >200 ml atausebanyak yang
merekamau
Tabel Jumlah Cairan yang Harus Diberi Sesuai Umur Menurut WHO 2005
Aturan 2 : Berikan tambahan zinc (10 - 20 mg) untuk anak, setiap hari selama 10 -14
hari
Zinc dapat diberikan sebagai sirup atau tablet, dimana formulasinya tersedia dan
terjangkau. Dengan memberikan zinc segera setelah mulai diare, durasi dan tingkat
keparahan episode serta risiko dehidrasi akan berkurang. Dengan pemberian zinc selama 10
sampai 14 hari, zinc yang hilang selama diare diganti sepenuhnya dan risiko anak memiliki
episode baru diare dalam 2 sampai 3 bulan ke depan dapat berkurang.
Pada pedoman penatalaksanaan diare sebelumnya tidak ada anjuran untuk
memberikan zinc, namun pada pedoman penatalaksanaan diare WHO 2005 ada anjuran
seperti ini.
Aturan 3 yaitu berikan anak makanan untuk mencegah kurang gizi
Diet bayi yang biasanya harus dilanjutkan selama diare dan ditingkatkan setelahnya.
Makanan tidak boleh ditahan dan makanan anak yang biasa tidak boleh diencerkan.
pemberian ASI harus dilanjutkan. Tujuannya adalah untuk memberikan makanan yang kaya
nutrisipada anak. Sebagian besar anak-anak dengan diare cair mendapatkan kembali nafsu
makan mereka setelah dehidrasi diperbaiki, sedangkan orang-orang dengan diare berdarah
seringkali nafsu makan tetap buruk sampai penyakitnya sembuh. Anak-anak ini harus
didorong untuk mau makan secara normal sesegera mungkin.
Ketika makanan diberikan, gizi yang cukup biasanya diserap untuk mendukung
pertumbuhan dan pertambahan berat badan. Makan juga mempercepat pemulihan fungsi usus
11
normal, termasuk kemampuan untuk mencerna dan menyerap berbagai nutrisi. Sebaliknya,
pada anak-anak yang dibatasi makannya dan makanan yang diencerkan dapat menurunkan
berat badan, menyebabkan diare lebih lama dan lebih lambat memulihkan fungsi usus.
Secara umum, makanan yang sesuai untuk anak dengan diare adalah sama dengan
yang diperlukan oleh anak-anak yang sehat.
Bayi segala usia yang menyusui harus tetap diberi kesempatan untuk menyusui
sesering dan selama mereka inginkan. Bayi sering menyusui lebih dari biasanya dan
ini harus didukung.
Bayi yang tidak disusui harus diberikan susu biasa mereka makan (atau susu formula)
sekurang-kurangnya setiap tiga jam, jika mungkin dengan cangkir.
Bayi di bawah usia 6 bulan yang diberi makan ASI dan makanan lain harus diberikan
ASI lebih banyak. Setelah anak tersebut sembuh dan meningkatnya pasokan ASI,
makanan lain harus diturunkan.
Jika anak usia minimal 6 bulan atau sudah diberikan makanan lunak, ia harus diberi
sereal, sayuran dan makanan lain, selain susu. Jika anak di atas 6 bulan dan makanan
tersebut belum diberikan, maka harus dimulai selama episode diare atau segera
setelah diare berhenti. Daging, ikan atau telur harus diberikan, jika tersedia. Makanan
kaya akan kalium, seperti pisang, air kelapa hijau dan jus buah segar akan bermanfaat.
Berikan anak makanan setiap tiga atau empat jam (enam kali sehari). Makan porsi
kecil yang Sering, lebih baik daripada makan banyak tetapi lebih jarang. Setelah diare
berhenti, dapat terus memberi makanan dengan energi yang sama dan membrikan satu lagi
makan tambahan daripada biasanya setiap hari selama setidaknya dua minggu. Jika anak
kekurangan gizi, makanan tambahan harus diberikan sampai anak telah kembali berat badan
normal-untuk-height.
Aturan 4 Bawa anak ke petugas kesehatan jika ada tanda-tanda dehidrasi atau masalah
lainnya
Ibu harus membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak: • Buang air besar cair sering terjadi
• Muntah berulang-ulang
• Sangat haus
12
• Makan atau minum sedikit
• Demam
• Tinja Berdarah
• Anak tidak membaik dalam tiga hari.
WHO 2005 menambahkan pemberian zinc pada rencana terapi A ini.
Rencana Terapi B: Terapi rehidrasi oral untuk anak-anak dengan dehidrasi ringan-
sedang
Jika berat badan anak diketahui maka hal ini harus digunakan untuk menentukan
jumlah larutan yang tepat. Jumlah larutan ditentukan dari berat badan (Kg) dikalikan 75 ml.
Jika berat badan anak tidak diketahui maka penentuan jumlah cairan ditentukan berdasarkan
usia anak. Seperti yang terlihat pada tabel.
Jumlah cairan yang harus diberikan dalam 4 jam pertama
Usia <> 4-11
bulan
12-23
bulan
2-4 tahun 5-14
tahun
>15
tahun
Berat
Badan
<> 5-7,9 kg 8-10,9 kg 11-15,9
kg
16-29,9
kg
>30 kg
Jumlah
(ml)
200-400 400-600 600-800 800-1200 1200-
2200
2200-
4000
Pedoman Pengobatan Dehidrasi Pada Anak dan Dewasa dengan Dehidrasi Sedang
• Jika pasien menginginkan lebih banyak oralit, maka dapat diberikan.
• Dorong ibu untuk terus menyusui anaknya.
• Untuk bayi di bawah 6 bulan yang tidak menyusui, jika menggunakan larutan oralit
WHO yang lama yang mengandung 90 mmol / L natrium, juga memberi 100-200ml air
bersih selama periode ini. Namun, jika menggunakan larutan oralit osmolaritas rendah
yang baru mengandung 75mmol / L natrium, hal ini tidak perlu menambah air bersih.
Edema (bengkak) kelopak mata adalah tanda dari over-hidrasi. Jika hal ini terjadi,
hentikan penggunaan oralit, tapi dapat diberi ASI atau air putih, dan makanan. Jangan beri
diuretik. Bila edema telah hilang, lanjutkan pemberian oralit atau cairan rumah sesuai dengan
Rencana Terapi A.
13
Keluarga harus diajarkan cara memberikan larutan oralit. Larutan dapat diberikan
pada anak-anak menggunakan sendok atau cangkir. Botol minum tidak boleh digunakan.
Untuk bayi dapat digunakan pipet atau syringe.
Jika tanda-tanda dehidrasi parah telah muncul, terapi intravena (IV) harus dimulai
sesuai Rencana Terapi C.
Jika anak masih memiliki tanda-tanda yang menunjukkan dehidrasi beberapa,
teruskan terapi rehidrasi oral dengan mengulangi Rencana Terapi B. Pada saat yang sama
dimulai pemberian makanan, susu dan cairan lain, seperti yang dijelaskan dalam Rencana
Terapi A, dan terus menilai kembali anak.
Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, harus dipertimbangkan rehidrasi telah lengkap.
Bila rehidrasi adalah lengkap:
Turgor kulit normal
Tidak haus
Urin
Anak menjadi tenang, tidak lagi mudah marah dan seringkali tertidur.
Ajarkan ibu cara untuk merawat anaknya di rumah dengan larutan oralit dan makanan
seperti pada Rencana Terapi A.
Dengan larutan oralit yang sebelumnya, tanda dehidrasi dapat menetap atau muncul
kembali selama pemberian oralit pada 5% anak-anak. Namun dengan larutan oralit
osmolaritas rendah yang baru, diperkirakan kegagalan pengobatan sebelumnya dapat
berkurang menjadi 3%, atau kurang.
Penyebab kegagalan tersering ialah:
Intake larutan oralit yang kurang (lebih dari 15-20 ml/kg/jam), seperti yang terjadi pada
beberapa anak-anak dengan kolera
Tidak cukup asupan larutan oralit karena kelelahan atau kelesuan
Sering terjadi muntah-muntah yang parah.
Anak-anak tersebut harus diberikan larutan oralit dengan selang nasogastric (NG) atau
larutan Ringer laktat intravena (IV) (75 ml/kg/4jam), biasanya dilakukan di rumah sakit.
14
Mulailah untuk memberikan tambahan zinc, seperti dalam Rencana terapi A, segera
setelah anak dapat makan setelah 4 jam pertama periode rehidrasi.
Kecuali untuk ASI, makanan tidak boleh diberikan selama empat jam pertama periode
rehidrasi. Namun, anak-anak yang terus dalam Rencana Terapi B lebih dari empat jam harus
diberikan makanan setiap 3-4 jam seperti yang dijelaskan dalam Rencana terapi A. Semua
anak yang lebih tua dari 6 bulan harus diberikan makanan sebelum pulang. Ini membantu
untuk menekankan kepada para ibu pentingnya terus makan selama diare.
Rencana Terapi C : untuk Pasien dengan Dehidrasi Berat
Pengobatan bagi anak-anak dengan dehidrasi berat adalah rehidrasi intravena cepat,
mengikuti Rencana Terapi C. Jika mungkin, anak harus dirawat di rumah sakit.
Anak-anak yang masih dapat minum, walaupun buruk, harus diberikan oralit secara
peroral sampai infus berjalan. Selain itu, ketika anak dapat minum tanpa kesulitan, semua
anak harus mulai menerima larutan oralit (sekitar 5 ml/kg/jam), yang biasanya dalam waktu
3-4 jam (untuk bayi) atau 1-2 jam (untuk pasien yang lebih tua). Ini memberikan tambahan
dasar dan potasium, yang mungkin tidak dapat secara memadai disediakan oleh cairan infus.
Mulai diberi cairan i.v segera. Bila pasien dapat minum berikan oralit sampai cairan
i.v dimulai. Berikan 100 ml/Kg cairan Ringer Laktat (atau cairan normal salin bila ringer
laktat tidak tersedia)
Lihat dan rasakan untuk semua tanda-tanda dehidrasi:
Jika tanda-tanda dehidrasi berat masih ada, ulangi infus cairan IV seperti yang
diuraikan dalam Rencana terapi C.
Jika anak membaik (dapat minum), tetapi masih menunjukkan tanda-tanda dari
dehidrasi sedang, hentikan infus IV dan berikan larutan oralit selama empat jam,
sebagaimana ditetapkan dalam Rencana terapi B.
Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, ikuti Rencana terapi A. Ingatlah bahwa anak
membutuhkan terapi dengan larutan oralit sampai diare berhenti.
Jika fasilitas terapi IV tidak tersedia, tetapi dapat diberikan dalam jangka waktu dekat
(yaitu dalam waktu 30 menit), kirimlah anak untuk pengobatan IV segera. Jika anak dapat
minum, berikan ibu beberapa larutan oralit dan tunjukkan kepadanya cara untuk
memberikannya kepada anaknya selama perjalanan.
15
Jika terapi IV tidak tersedia di dekatnya, petugas kesehatan yang telah dilatih dapat
memberikan larutan oralit menggunakan selang Naso Gastrik, dengan kecepatan 20 ml/kg BB
/jam selama 6 (enam) jam (total 120 ml/kg BB). Jika perut menjadi bengkak, larutan oralit
harus diberikan perlahan-lahan sampai menjadi kurang buncit.
Jika tidak bisa menggunakan selang NGT namun anak dapat minum, larutan oralit
harus diberikan melalui mulut dengan kecepatan 20 ml/kg BB/jam selama 6 (enam) jam (total
120 ml / kg berat badan). Jika terlalu cepat, anak dapat muntah berulang. Jika terjadi hal ini,
maka memberikan larutan oralit secara lebih lambat sampai muntah mereda.
Anak-anak menerima terapi NGT atau per oral harus dinilai ulang paling sedikit
setiap jam. Jika tanda-tanda dehidrasi tidak membaik setelah tiga jam, anak harus segera
dibawa ke fasilitas terdekat di mana terapi IV tersedia.
Kalau tidak, jika rehidrasi maju memuaskan, anak harus dinilai ulang setelah enam
jam dan keputusan pada perawatan lebih lanjut dibuat seperti yang dijelaskan di atas untuk
terapi IV yang diberikan.
Jika tidak ada fasilitas NGT dan tidak dapat dilakukan secara peroral, anak harus
segera dibawa ke fasilitas terdekat di mana terapi IV atau NGT tersedia.
16