repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti...

85

Transcript of repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti...

Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik
Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik
Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik
Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik
Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keragaman sumber ekonomi pondok pesantren berbanding lurus dengan

keragaman model pondok pesantren itu sendiri. Sumber ekonomi pondok pesantren,

selanjutnya disebut pesantren, menjadi modal kemandirian pesantren. Kemandirian

ekonomi pesantren pada gilirannya menjadi penopang ekonomi bangsa mengingat

pesantren umumnya bersentuhan dengan ekonomi kerakyatan dan masyarakat di akar

rumuput.

Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional di Indonesia yang sudah

tumbuh dan berkembang beberapa abad yang lalu. Pesantren diartikan sebagai tempat

tinggal para santri untuk menuntut ilmu-ilmu agama, yang lazim disebut dengan istilah

pondok, meunasah, surau, dan sebagainya. Santri adalah orang yang menuntut ilmu

agama Islam.1 Pesantren berbeda dengan pendidikan lain, karena pesantren merupakan

lingkungan pendidikan integral, yaitu lingkungan pendidikan yang menuntut santrinya

belajar secara menyeluruh dengan melibatkan sumber-sumber daya yang ada di

pesantren. Para santri dapat mengambil pengalaman secara integral.2 Dibandingkan

dengan lingkungan pendidikan parsial yang ditawarkan sistem pendidikan sekolah

umum di Indonesia sekarang ini, pesantren mempunyai kultur yang unik. Karena

keunikannya, pesantren digolongkan ke dalam subkultur tersendiri dalam masyarakat

Indonesia. Subkultur pesantren melembaga karena jumlahnya yang sangat banyak dan

tersebar di seluruh Indonesia. Keunikan ini pula pada gilirannya dapat menghasilkan

nilai ekonomis yang sangat besar bila dikelola secara profesional.3

Pada mulanya, identitas pesantren hanya sebagai lembaga pendidikan, penyiaran

agama Islam, reproduksi ulama, pemelihara Islam tradisional,4 dan sebagai pusat

1 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta:

LP3ES, 1994), hal. 18. Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta:

Paramadina, 1997), hal.19-20. 2 Marzuki Wahid, et al., Pesantren Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan Transformasi

Pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Hidayah, 2001), hal. 13. 3 Ahmad Faozan, "Pondok Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi", Jurnal Ibda', Vol. 4, No. 1

(2006), hal. 2. 4 Dawam Rahardjo, Pergulatan Dunia Pesantren, hal. vii. Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan

Islam di Indonesia, (Jakarta: Logos, 2001), hal. 147.

Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

2

memperjuangkan Islam terhadap sinkretisme Jawa.5 Dewasa ini pesantren turut serta

dalam upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat. Pesantren berupaya menjaga

eksistensi dan kemandiriannya dengan melakukan terobosan-terobosan dalam

menghadapi perubahan-perubahan sosial yang begitu cepat. Dengan demikian fungsi

pesantren, selain sebagai pusat pengkaderan ahli-ahli (center of excellence) dan sebagai

lembaga yang mencetak sumber daya manusia (human resource), juga sebagai lembaga

yang mempunyai kekuatan melakukan pemberdayaan pada masyarakat (agent of social

change).6

Pengembangan peran pesantren pada ranah pemberdayaan ekonomi tidak bisa

dilepaskan dari pengaruh-pengaru luar dan dalam pesantren. Dalam catatan M. Suparta,

pengaruh luar tersebut meliputi: pertama, ideologis-normatif, berupa orientasi-orientasi

ideologis yang diekspresikan dalam norma-norma nasional, seperti Pancasila, yang

menuntut sistem pendidikan untuk memperluas dan memperkuat wawasan nasional

peserta didik. Kedua, mobilisasi politik. Reformasi membuka ruang keterlibatan

pesantren pada ranah politik, termasuk pada politik praktis. Ketiga, mobilisasi ekonomi.

Kemajuan ekonomi mendorong perubahan perilaku ekonomi masyarakat. Penetrasi

modal asing dan kekuatan perusahaan dapat mengancam industri dalam negeri.

Ekonomi pesantren di antara entitas ekonomi yang harus berjuang menghadapi

liberalisasi ekonomi. Keempat, mobilisasi sosial. Mobilisasi massa bergerak seiring

dengan kemajuan masyarakat yang menuntut kemampuan sosial untuk mengelola

mobilisasi ini. Modal sosial yang kuat akan mengantarkan mobilisasi massa ke arah

kemajuan yang nyata. Karena itu, pesantren diharapkan mampu menyumbangkan kader-

kader bangsa yang menjadi modal sosial bagi pembangunan bangsa. Kelima, mobilisasi

kultural. Modernisasi telah menimbulkan perubahan-perubahan sosial-budaya di

masyarakat. Pesantren, sebagai sub-kultur khas Indonesia harus menghadapi mobilisasi

kultural ini. Artinya, pesantren sebagai lembaga pendidikan harus mampu menakar

kembali akar budaya yang selama ini dipraktikkan di pesantren, sehingga budaya

pesantren menjadi kondusif bagi pembangunan dan kemajuan bangsa.7

Pengelolaan ekonomi pesantren meliputi segala hal yang menyangkut

perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfaatan sumber-sumber ekonomi. Mengelola

5 Manfred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, (Jakarta: P3M, 1983), hal. 2-3; Azyumardi

Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, (Jakarta: Logos, 1999), hal.

102. 6 Ahmad Faozan, "Pondok Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi", hal. 2.

7 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, hal. 33-34.

Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

3

segala sesuatu berkaitan dengan ekonomi pesantren agar dilakukan dengan baik, tepat

dan tuntas merupakan hal yang disyariatkan dalam ajaran Islam.8 Dalam konteks

ekonomi, pengelolaan sumber utama bertumpu pada tiga aspek; produksi, konsumsi,

dan sirkulasi. Produksi menyangkut segala tindakan untuk menghasilkan sesuatu,

sedangkan konsumsi secara umum bermakna memanfaatkan hasil produksi. Adapun

sirkulasi adalah berkaitan dengan memindahkan hasil produksi.

Pesantren yang kegiatan utamanya sebagai lembaga pendidikan keagamaan secara

umum mengalami kendala pengelolaan ekonomi. Kendala tersebut, menurut Faozan,

meliputi kendala sumber daya manusia, kelembagaan, dan jaringan.9 Selain kendala

tersebut, pesantren juga mengalami persoalan modal atau kapital. Pesantren menghadapi

kendala sumber daya manusia karena selama ini pesantren focus pada kegiatan

pendidikan. Meluasnya peran pesantren pada bidang ekonomi menuntut keahlian-

keahlian tertentu. Meskipun kebanyakan pesantren telah bergelut dengan ekonomi,

meskipun terbatas dan terutama pada bidang pertanian. Sumber ekonomi pesantren

merambah ke bidang bisnis yang mungkin selama ini tidak dibayangkan oleh pesantren,

seperti mengelola SPBU.

Kelembagaan pesantren dengan modelnya seperti sekarang, kendali ada pada kyai

memiliki kelebihan dan kekurangan. Bidang ekonomi ditangani langsung oleh kyai akan

mendapat perhatian lebih dari kyainya, namun jika dia tidak memiliki kapasitas yang

memadai maka inovasi bisnis tidak berjalan dengan baik. Pesantren dapat memilih

model lain yaitu bidang ekonomi ditangani oleh lembaga khusus yang terpisah dari

struktur pesantren. Artinya, setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang

independen. Meski demikian, secara emosional dan ideologis tetap menyatu dengan

Ponpes. Pemisahan lembaga ini dimaksudkan sebagai upaya kemandirian lembaga, baik

dalam pengelolaan atau pengembangannya. Adapun kontribusi yang diberikan pada

Ponpes, biasanya berupa semacam manajemen fee. Model kelembagaan seperti ini

biasanya mengadopsi sistem manajemen modern. Karenanya, tolok-ukurnya adalah

profesionalisme.10

Kemampuan sumber daya dan model pengelolaan ekonomi dapat berpengaruh

terhadap kemampuan membuka jaringan kerja ke luar pesantren. Jaringan ke luar dalam

8 Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktek, (Jakarta: Gema

Insani Press, 2003), Cet. Ke-1, hal. 1 9 Ahmad Faozan, "Pondok Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi", hal. 4.

10 Ahmad Faozan, "Pondok Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi", hal. 5.

Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

4

kegiatan ekonomi mutlak diperlukan karena pesantren membutuhkan jaringan tersebut

baik untuk kepentingan pemasaran atau mendapatkan bahan baku. Dengan jaringan

yang luas, kendala modal pun dapat teratasi. Namun lagi-lagi, kekhasan pesantren bisa

jadi dapat memadukan berbagai model pengelolaan baik terkait dengan sumber daya

maupun sistem kelembagaannya. Dua pesantren di Parung Al-'Ashriyah dan Darul

Muttaqin, yang merupakan objek penelitian ini, akan membenarkan tesis tersebut.

B. Permasalahan Penelitian

Permasalahan penelitian adalah bagaimana model pengelolaan ekonomi pondok

pesantren: studi pondok pesantren al-'ashriyah dan darul muttaqin parung. Rumusan

masalah ini diturunkan dalam bentuk pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimana peran dan relasi ekonomi antara pesantren dan pengelola ekonomi?

2. Bagaimana pengelolaan ekonomi pesantren dari perencanaan hingga

pemanfaatan ekonomi?

3. Bagaimana pemanfaatan ekonomi bagi pengembangan pesantren?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengungkap peran pesantren terutama kyai terhadap pengelolaan ekonomi dan

relasi keduanya.

2. Mengetahui model pengelolaan ekonomi pesantren.

3. Memetakan pemanfaatan ekonomi untuk pengembangan aspek pesantren dan

santrinya.

D. Landasan Teori

Penelitian terdahulu menunjukkan peran pesantren cukup signifikan dalam

mengembangkan ekonomi pesantren dan masyarakat. Penelitian Mutadho pada dua

pesantren, Baitul Hamdi dan Turus, di Pandeglang membuktikan tesis tersebut.

Pesantren Baitul Hamdi termasuk pesantren modern, dalam bahasa Murtadho pesantren

tanpa kyai karena manajemen sentral pesantren berada pada lembag (yayasan),

sedangkan pesantren Turus adalah pesantren salaf-khalaf, pesanten berkyai yang

menempatkan kyai sebagai manajemen sentral. Dua pesantren tersebut mengalami

sejarah perubahan; sepert pesantren Turus yang awalnya melaksanakan pengajaran

murni agama dari tahun 1942 hingga 1966, kemudian memadukan pendidikan pesantren

Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

5

dengan pendidikan formal sejak 1966, dan pesantren mulai mengembangkan sektor

ekonomi sejak tahun 1998 dengan membuka Koperasi BMT Muamalat Pertiwi. Adapun

pesantren Baitul Hamdi konsen pada pengembangan sektor pertanian. Sektor yang

dikembangkan pesantren meliputi; perkebunan dan pertanian, peternakan, penyewaan

villa, pendopo, gedung, pabrik pengolahan rumput laut menjadi makanan Jelly. Namun

usaha kedua pesantren tersebut mengalami pasang surut seiring dengan persaingan

usaha yang semakin terbuka. Permasalahan utama yang dihadapi pesantren adalah

keterbatasan SDM yang berkualitas, terbatasnya modal pengembangan (investasi), dan

pesaing bisnis baru dari industri modern seperti bisnis waralaba dari perusahaan

nasional Indomart dan Alfamart.11

Hidayat (dkk.) menegaskan masalah pokok yang

dihadapi oleh sistem ekonomi rakyat pedesaan, terutama ekonomi pesantren, adalah

rendahnya kualifikasi dan lemahnya akses kelembagaan tradisional yang ada terhadap

berbagai sumber inovasi dari luar.12

Disertasi Supriyanto membenarkan pengelolaan ekonomi pesantren berdampak

positif bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat. Pesantren yang melakukan pendidikan

ekonomi secara sadar dan terprogram dalam kurikulum pendidikan diniyah (agama),

dimotori kyai dan melibatkan anggota komunitas pesantren, dapat memberdayakan

ekonomi anggota komunitas pondok pesantren dan masyarakat seperti yang telah

dilakukan oleh pesantren.13

Keberhasilan pemberdayaan ekonomi karena pengelolaan

ekonomi pesantren melibatkan unsur kyai, pengurus, ustadz, santri dan alumni serta

masyarakat. Dua pesantren yang menjadi objek penelitian Supriyanto, Sidogiri Pasuruan

dan Pesantren Minhajut Thullab Parasgempal Banyuwangi, telah mengembangkan

ragam ekonomi dari sektor pertanian hingga keuangan. Pengelolaan ekonomi dilakukan

oleh koperasi pondok pesantren dan baitul mal wa tamwil (BMT). Lebih lanjut

Supriyanto menegaskan bahwa pendidikan ekonomi yang terintegrasi antara kurikulum,

teori, praktik dan dukungan lingkungan akan membawa hasil yang lebih baik. Teori ini

11

M. Murtadho, "Pesantren Dan Pemberdayaan Ekonomi: (Studi Kasus Pesantren Baitul Hamdi

Dan Pesantren Turus Di Pandeglang)", diunduh dari

http://www.balitbangdiklat.kemenag.go.id/indeks/jurnal-penelitian/131-pesantren-dan-pemberdayaan-

ekonomi.html 12

Hamid Hidayat, Damanhuri, Sukendar dan Soemarno, "Model Pemberdayaan KOPONTREN

sebagai Lembaga Ekonomi Rakyat yang Mandiri dan Mengakar: Unit Usaha Agribisnis Jagung Hibrida

BISI-2", Penelitian Universitas Brawijaya. 13

Supriyanto, "Pemberdayaan ekonomi komunitas pesantren dalam perspektif pendidikan ekonomi

(studi multi situs di Pesantren Sidogiri Pasuruan dan Pesantren Parasgempal Banyuwangi Jawa Timur)",

Disertasi Universitas Negeri Malang, 2011. diunduh dari situs http://library.um.ac.id/free-

contents/index.php/pub/detail/html

Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

6

juga dibuktikan oleh beberapa hasil penelitian sebelumnya, bahwa pembinaan anggota

koperasi dalam bentuk pendidikan telah terbukti meningkatkan partisipasi dan kinerja

anggota koperasi. Struktur sosial pesantren dapat dimanfaatkan untuk mendukung

pemberdayaan ekonomi oleh komunitas pesantren.14

Pesantren membuktikan perannya dalam pemberdayaan masyarakat. Pesantren

berupaya melakukan proses perubahan untuk menjawab perkembangan modern. Suparta

menunjukkan perubahan orientasi seiring dengan perubahan sosial masyarakat. Figur

kyai menjadi penentu utama bagi perubahan pesantren tersebut.15

Murtadho membagi

model orientasi pesantasi pada empat tipe; Tipe A yaitu pesantren yang mempunyai

target output santri yang berkepribadian soleh dan mampu menguasai kitab-kitab klasik

dan mampu membaca kitab kuning sendiri serta mempunyai keahlian khusus tertentu.

Tipe B yaitu pesantren yang mempunyai target output santri yang berkepribadian soleh

dan mampu menguasai kitab-kitab klasik dan mampu membaca kitab kuning sendiri.

Tipe C yaitu pesantren yang mempunyai target output santri yang berkepribadian soleh

dan mempunyai keahlian praktis lain atau ketrampilan khusus misalnya trampil bahasa

asing, trampil di bidang pertaniaan, dan peternakan. Tipe D yaitu pesantren yang hanya

menghasilkan output santri yang berkepribadian soleh dan memahami ajaran-ajaran

dasar agama. Santri pesantren model ini belum tentu berkemampuan bisa membaca

kitab kuning secara sendiri ketika keluar dari pesantren.16

Penelitian ini mencoba menguji penelitian sebelumnya berkaitan dengan peran-

peran kyai dan unsur pesantren lainnya dalam pengelolaan ekonomi. Penelitian ini juga

berupaya mengetahui pemanfaatan hasil ekonomi pesantren apakah hanya

diperuntukkan untuk internal pesantren semata atau untuk masyarakat luas sebagai

wujud pemberdayaan pesantren.

E. Metode Penelitian

Penelitan ini termasuk dalam penelitian lapangan (field research). Penelitian

lapangan digunakan untuk mengungkap model-model pengelolaan ekonomi di

pesantren. Kekhasan di setiap pesantren memungkinkan adanya perbedaan model

pengelolaan ekonomi. Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif yang bermaksud

14

Supriyanto, "Pemberdayaan ekonomi komunitas pesantren". 15

M. Suparta, "Perubahan Orientasi Pondok Pesantren Studi Kasus Pondok Pesantren Maskumambang

Gresik Dan Al-Fatah Magetan", Disertasi Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta, 2008. 16

M. Murtadho, "Pesantren Dan Pemberdayaan Ekonomi".

Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

7

membuat pemeriaan (penyandaran) secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai

model pengelolaan ekonomi.17

Sumber data penelitian terdiri dari sumber primer dan sekunder. Sumber primer

penelitian ini adalah keputusan dan praktik pengelolaan ekonomi pesantren. Sementara

data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur atau kepustakaan lain yang

terkait dengan topik penelitian. Penelusuran data penelitian dilakukan dengan metode

wawancara dan observasi lapangan serta penelusuran dokumentasi yaitu penelusuran

sumber data yang berkaitan dengan data-data dan konsep-konsep pesantren dan

ekonomi pesantren.

Proses analisis data dimulai dengan mengelompokkan data pada klasifikasi yang

ditetapkan, terutama berkaitan dengan tiga tema utama; relasi kekuasaan dan peran

pesantren dan pengelola ekonomi; model pengelolaan ekonomi; dan pemanfaatan hasil

pengelolaan ekonomi. Setalah dikategorikan kemudian diperbandingkan antara satu data

dari satu pesantren dengan pesantren lain dan dengan teori yang berlaku. Model analisis

tersebut dilakukan untuk mencari hubungan antara konsep-konsep dengan data

penelitian dalam usaha untuk mengembangkan suatu teori.18

F. Waktu Penelitian

Penelitian ini membutuhkan waktu selama sepuluh bulan, mulai dari Maret-

Desember. Time line penelitian sebagai berikut:

No Bulan Kegiatan

1 Maret-Juni Seleksi proposal

2 Juli Presentasi dan perbaikan proposal

3 September Laporan Perkembangan

4 Oktober Penyampaian Draft Hasil Penelitian

5 November Penyerahan Hasil Final Penelitian

17

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2003), cet.ke-4, hal. 4. 18

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1989), cet.

ke-1, hal. 189-207.

Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

8

BAB II

PESANTREN SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN EKONOMI

Sejak awal, pesantren merupakan potensi strategis yang ada di tengah kehidupan

masyarakat. Meski kebanyakan pesantren memosisikan dirinya sebagai institusi

pendidikan dan keagamaan, namun sejak tahun 1970-an beberapa pesantren telah

berupaya melakukan reposisi dalam menyikapi berbagai persoalan masyarakat, seperti

ekonomi, sosial, dan politik.

Dalam sistem pendidikan nasional, pondok pesantren1 merupakan salah satu

jenis pendidikan dalam satuan pendidikan luar sekolah yang dilembagakan. Selain

sebagai tempat pembinaan moral santri dan pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam,

pesantren memainkan peranan yang penting dalam merespon perkembangan sosial,

karena memiliki potensi dan peluang yang besar dalam pengembangan masyarakat. Hal

ini menjadikan pondok pesantren sangat kondusif memainkan peranan pemberdayaan

(enpowerment) dan transformasi masyarakat di era modern saat ini.2

Selain itu, pesantren diharapkan melakukan diversifikasi keilmuan unggulan

atau diversifikasi keahlian praktis tertentu. Hal ini guna membedakan pesantren satu

dengan pesantren lainnya, misalnya dengan meningkatkan keunggulan dalam keahlian

bidang ilmu agama, seperti kajian hadis, tafsir, dan fikih—ataupun dalam bentuk

keahlian praktis, semisal keahlian bahasa, pertanian, peternakan, dan keahlian praktis

lainnya.3 Artinya, secara riil, pesantren merupakan lembaga potensial untuk bergerak ke

arah ekonomi berbasis rakyat, sebagaimana kekuatan yang dimilikinya.4

A. Kemandirian Ekonomi Pesantren

1Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional di Indonesia—yang sudah tumbuh dan

berkembang beberapa abad yang lalu—yang mengajarkan ilmu-ilmu agama (Islam) dengan pondok

(asrama) sebagai tempat tinggal santri dan kiainya. Tim Penyusun IAIN Syarif Hidayatullah,

Ensiklopedia Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992), hal. 771. Lihat pula Haidar Putra

Daulay, Historitas dan Eksistensi Pesantren Sekolah dan Madrasah (Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya,

2001), ix. Lihat Azyumardi Azra, ”Surau di tengah Krisis; Pesantren dalam Perspektif,” dalam M.

Dawam Rahardjo (ed), Pergulatan Dunia Pesantren; Membangun dari Bawah, (Jakarta; P3M, 1985), 156

2Tim Kemenag RI, Pola Pengembangan Pondok Pesantren, (Jakarta: Kemenag RI, 2005), h.

86.

3

Hal ini bisa dilihat pada keberhasilan Pesantren Gontor dalam menekankan kemampuan

berbahasa asing (Arab dan Inggris), pesantren Darul Falah Ciampea, Bogor, dalam hal keterampilan

pertanian. Pesantren-pesantren tertentu yang menekankan pada penguasaan ilmu alat (nahwu dan sharaf). 4Nur Syam, “Penguatan Kelembagaan Ekonomi Berbasis Pesantren” dalam A. Halim, dkk.,

Manajemen Pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), h. 247.

Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

9

Istilah mandiri bisa dimaknai berdiri di atas kekuatan sendiri. Makna dari

‘kekuatan sendiri’ bukanlah sebuah usaha yang dilaksanakan secara sendirian, tetapi

lebih mengacu kepada sikap mental yang tidak bergantung pada orang lain. Dalam

memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi, seseorang lebih mengandalkan pada

kekuatan sendiri ketimbang meminta bantuan orang lain. Jadi, pengertian

‘menggunakan kekuatan sendiri’ bisa dikaitkan pada usaha sendiri maupun bekerja

dengan kemampuan sendiri.5

Istilah kemandirian ekonomi juga bisa dimaknai dengan entrepreneurship. Istilah

entrepreneur sendiri berasal dari bahasa Perancis yang kemudian diterjemahkan ke

dalam bahasa Inggris dengan arti between taker atau go-between (perantara). Menurut

Schumpeter, seorang entrepreneur tidak selalu seorang pedagang (businessman) atau

seorang manager, tetapi lebih dari itu adalah orang yang unik yang berpembawaan kuat,

pengambil risiko, dan memperkenalkan produkproduk inovatif dan tekhnologi baru ke

dalam perekonomian.6 Dengan kata lain, entrepreneurship tidak selalu berkonotasi pada

usaha atau perdagangan atau manajerial. Letapi lebih dari itu, entrepreneurship itu

berkenaan dengan mentalitas manusia, rasa percaya diri, efisiensi waktu, kreativitas,

ketabahan, keuletan, kesungguhan dan moralitas dalam menjalankan usaha mandiri.

Tujuan akhirnya adalah untuk mempersiapkan setiap individu maupun masyarakat agar

dapat hidup layak sebagai manusia.7 Dalam konteks ini, entrepeneurship bisa dimaknai

dengan kemandirian ekonomi.

Gagasan entrepreneurship atau kemandirian ekonomi pesantren itu sendiri

sejalan dengan tuntutan makro serta mikro pendidikan nasional Indonesia, yaitu

pendidikan pesantren harus memadukan tujuan pendidikan nasional dengan tujuan

pendidikan pesantren itu sendiri agar menghasilkan sosok santri yang memiliki

beberapa kompetensi. Dalam hal ini, M.M. Billah—sebagaimana dikutip oleh Pupuh

Faturrahman—mengemukakan beberapa komptensi yang hendaknya dimiliki oleh

lulusan pesantren:

1. Religious skillfull people, yaitu insan yang akan menjadi tenaga-tenaga terampil,

ikhlas, cerdas mandiri, tetapi sekaligus mempunyai iman yang teguh, dan utuh,

5

Arman Hakim Nasution, dkk., Entrepreneurship Membangun Spirit Teknopreneurship,

(Yogyakarta: Penerbit Andi, 2007), h. 3.

6"Pengertian wirausaha dan Wiraswasta", http://www. E-dukasi.net/mapok/mp.full.php?id=183,

tanggal akses 23 Desember 2013. 7Arman Hakim, dkk., Entrepreneurship, h. 3.

Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

10

sehingga bersikap dan berprilaku religius yang nantinya mengisi kebutuhan tenaga

kerja di dalam berbagai sektor pembangunan.

2. Religious community leader, yaitu insan Indonesia yang ikhlas, cerdas dan mandiri

dan akan menjadi penggerak yang dinamis di dalam transformasi sosial budaya

(madani), sekaligus menjadi benteng terhadap ekses negatif pembangunan dan

mampu membawakan aspirasi masyarakat, dan melakukan pengendalian sosial

(social control).

3. Religious intelectual, yang mempunyai integritas kukuh serta cakap melakukan

analisa ilmiah dan concern terhadap masalah-masalah sosial. Dalam dimensi

sosialnya, pondok pesantren dapat menempatkan posisinya pada lembaga kegiatan

pembelajaran masyarakat yang berfungsi menyampaikan teknologi baru yang cocok

buat masyarakat sekitar dan memberikan pelayanan sosial dan keagamaan, sekaligus

memfungsikan sebagai laboratorium sosial, di mana pondok pesantren melakukan

eksperimentasi pengembangan masyarakat, sehingga tercipta keterpaduan hubungan

antara pondok pesantren dengan masyarakat secara baik dan harmonis, saling

menguntungkan dan saling mengisi.8

Mengacu ketiga hal tersebut, maka model pendidikan pesantren di masa depan

adalah menghasilkan sosok santri yang mampu: 1). memiliki kebeningan hati (qalbun

salim); 2). mandiri dan bertanggungjawab; 3). memiliki jiwa kepemimpinan; 4).

bermental wirausaha (entreperneurship); dan 5). mengaplikasikan nilai-nilai Islam

dalam kehidupan sehari-hari.9

Dunia pesantren sebenarnya memiliki potensi ekonomi yang beraneka ragam,

dari potensi kelautan, pertanian, perkebunan, peternakan, budidaya air tawar (perikanan),

home industri, pertambangan (sumber mata air), hingga taman wisata. Sayangnya,

pesantren kurang optimal menggarap dan memberikan kontribusi perekonomian bagi

masyarakat. Artinya, pengelolaan usaha ekonomi di lingkungan pesantren tidak tergarap

secara profesional.

Permasalahan-permasalahan umum yang biasa dihadapi oleh pesantren dalam

mengembangkan usaha ekonomi di lingkungannya adalah terbatasnya SDM

(sumberdaya manusia) berkualitas dan permodalan. Hal ini mengingat masih kuatnya

paradigma di kalangan masyarakat bahwa pesantren dipahami hanya sebagai tempat

8Pupuh Faturrahman, “Pengembangan Pondok Pesantren: Analisis Terhadap Keunggulan Sistem

Pendidikan Terpadu”, Jurnal Lektur, Seri XVI/ 202, h. 323. 9

Tim MQ Publishing, Welcome to Darut Tauhid: Berwisata Rohani, Melapangkan Hati

(Bandung: MQ Publishing, 2003), h. 52-53.

Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

11

pengajaran dan pembelajaran ilmu agama untuk mencetak para calon ulama dan

mubalig. Paham ini masih kuat mendominasi pandangan kebanyakan pesantren.

Padahal, pesantren merupakan lembaga yang pantas dan strategis untuk

pengembangan masyarakat sekitar. Pesantren dianggap mempunyai elastisitas yang

tinggi dalam menyikapi setiap bentuk masyarakat yang ada, sekaligus mempunyai

bahasa-bahasa yang lebih diterima oleh masyarakat. Karena itu, pesantren perlu

dikembangkan lebih lanjut sebagai pusat pemberdayaan masyarakat.10

Apalagi, mesti

disadari bahwa tidak semua santri akan menjadi ulama, sehingga pihak pesantren harus

mulai mencoba membekali santri dengan ketrampilan di bidang pengembangan

ekonomi. Tujuannya, santri yang dihasilkan diharapkan mempunyai pengalaman dan

keahlian praktis tertentu yang nantinya dijadikan modal untuk mencari pendapatan atau

penghasilan ekonomi selepas dari pesantren.

Gagasan kemandirian ekonomi pesantren sebenarnya telah berkembang sejak

pertengahan 1990-an. Hingga kini, tradisi berekonomi ataupun entrepeneurship dalam

masyarakat pesantren terus digalakkan meski kurang optimal. Secara paradigmatik,

penerapan konsep pesantren sebagai pusat pengembangan masyarakat terus

disosialisasikan. Pesantren tidak hanya dipahami sebagai lembaga pencetak calon ulama,

tetapi juga dianggap sebagai satu bagian integral dari masyarakat yang perlu terlibat

aktif dalam proses perubahan sosial, utamanya di bidang ekonomi. Dalam hal ini,

pesantren mempunyai tiga fungsi utama yang senantiasa diembannya, yaitu: Pertama,

sebagai pusat pengaderan pemikir-pemikir agama (center of excellence); Kedua, sebagai

lembaga yang mencetak sumber daya manusia (human resource); Ketiga, sebagai

lembaga yang mempunyai kekuatan melakukan pemberdayaan pada masyarakat (agent

of development). Ponpes juga dipahami sebagai bagian yang terlibat dalam proses

perubahan sosial (social change) di tengah perubahan yang terjadi.

Setidaknya, ada tiga potensi yang bisa dikembangkan untuk mewujudkan

kemandirian ekonomi pesantren.

1. Potensi ekonomi kiai

Kiai adalah figur sentral dalam pesantren. Ia adalah sosok yang memimpin

pesantren dengan kharisma tinggi, ibadah yang tekun serta pengetahuan keagamaan

yang luas dan mendalam. Karenanya, di samping memberikan pelajaran agama dan

10Paradigma tersebut mulai muncul pada 1970-an bersamaan dengan gagasan pembaharuan

pemikiran Islam di Indonesia sedang mulai digalakkan. Waktu itu Menteri Agama RI, Prof. Mukti Ali

mencoba menggulirkan dan mendorong perluasan horisontal dari kegiatan pendidikan pesantren yang

harus mencakup pelajaran, bukan hanya keagamaan.

Page 16: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

12

menjadi pemimpin spiritual para santrinya, ia seringkali menjadi ‘dokter psikosomatis’

bagi masyarakat sekitar. Ia juga menjadi rujukan bagi santri dan pendukungnya. Segala

kebijakan yang dituangkan dalam ucapan-ucapannya seringkali dijadikan pegangan.

Sikap dan tingkah laku keseharian kiayi dijadikan referensi atau panutan. Bahasa-

bahasa kiasan yang dilontarkannya menjadi bahan renungan bagi santri dan para

pengikutnya.

Apalagi dalam sejarahnya, kiai dianggap sebagai pemilik, pengelola, dan

pengajar sekaligus imam (pemimpin) pada acara ritual keagamaan.11

Ia berperan

penting dalam pendirian, pertumbuhan, perkembangan dan pengurusan sebuah

pesantren. Sebagai pemimpin pesantren, watak dan keberhasilan pesantren banyak

bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, karismatik dan wibawa, serta

ketrampilannya. Dengan kata lain, perkembangan sebuah pesantren bergantung

sepenuhnya kepada kemampuan pribadi kiainya. Kelangsungan hidup sebuah pesantren

sangat bergantung pada kemampuannya dalam mengelola pesantren.12

Posisi kiai yang serba menguntungkan itu lambat laun membentuk sebuah

mekanisme kerja pondok pesantren, baik yang berkaitan dengan struktur organisasi dan

kepemimpinan, arah kebijakan pengembangan kelembagaan pondok pesantren, maupun

kebijakan pengelolaan ekonomi pesantren.

Keunikan sekaligus daya tarik pesantren—yang melekat pada sosok kiai—inilah

yang bisa melahirkan potensi ekonomi. Figur seorang kiai merupakan magnet bagi

calon santri, wali santri, dan masyarakat untuk menimba ilmu. Kedalaman ilmu sang

kiai inilah menjadi awal terbangunnya potensi ekonomi bagi pesantren yang

dipimpinnya. Selain itu, ketokohan seorang kiai yang menjadi panutan bagi masyarakat

dan pemerintah setempat akan melahirkan sebuah kepercayaan yang pada akhirnya bisa

menciptakan peluang dan akses ekonomi.

Dari situlah, jalur-jalur komunikasi dengan masyarakat dan pemerintah akan

membuahkan peluang dan potensi ekonomi bagi pesantren. Lebih dari itu, seorang kiai

atau pemiliki pesantren pada umumnya adalah orang-orang yang telah mandiri secara

ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa ia sejak awal telah mempersiapkan diri secara

sungguh-sungguh dalam mendirikan dan mengelola pesantren, tidak hanya dari aspek

mental, tetapi juga sosial dan ekonomi. Jiwa dan semangat entrepreneurship inilah yang

11

Imron Arifin, Kepemimpinan Kiai; Kasus Pondok Pesantren Tebuireng, (Malang,;

Kalimashada Press, 1993), h. 45. 12

Beberapa pesantren gulung tikar lantaran kiainya meninggal dunia dan tidak memiliki

keturunan yang kapabel sebagai penerus lembaga yang dipimpinnya.

Page 17: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

13

mendasari kemandirian perekonomian pesantren. Jika aset dan jiwa entrepreneurship ini

dipadukan, maka hasilnya dapat dijadikan dasar membangun tatanan ekonomi

pesantren.

2. Potensi ekonomi santri

Potensi ekonomi kedua yang melekat pada ekonomi pesantren adalah ekonomi

santri atau murid.13

Banyak santri yang mempunyai potensi/bakat bawaan, seperti

kemampuan membaca al-Quran, kaligrafi, pertukangan, dan sebagainya. Bakat bawaan

ini sudah seharusnya selalu dipupuk dan dikembangkan. Karena itulah, pihak pesantren

perlu melakukan penelusuran potensi/bakat dan minat santri, kemudian membina dan

melatihnya. Dalam hal ini, pesantren perlu menciptakan atau menggembangkan wadah

kreasi dan inovasi bagi para santri yang produktif. Hal ini guna mewadahi sekaligus

mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh para santri, sehingga para lulusan

pesantren tidak sekadar menguasai ilmu-ilmu keagamaan, tetapi juga memiliki

ketrampilan atau kemampuan di bidang yang lain. Hal ini kita sadari, karena tidak

semua lulusan pesantren akan terjun ke masyarakat sebagai seorang ustad atau dai,

tetapi sebagian mereka tentunya akan menggeluti bidang lain di masyarakat. Alhasil,

para lulusan pesantren akan semakin kaya dengan ragam dan corak kemampuan dan

keahlian mereka.14

Di sisi lain, pesantren yang didiami oleh santri yang jumlahnya cukup banyak

merupakan potensi ekonomi yang positif bagi pesantren. Artinya, santri dan juga

masyarakat sekitar pada dasarnya adalah konsumen yang kebutuhannya dapat dicukupi

secara ekonomi oleh pesantren itu sendiri. Karenanya, pesantren dan pemerintah mesti

melakukan diversifikasi terhadap keahlian santri di bidang keilmuan atau ketrampilan

praktis guna mendukung kemandirian ekonomi pesantren di masa depan.

Dengan demikian, pesantren hakikatnya bisa mandiri untuk menjadi pusat

kelembagaan ekonomi bagi warganya, baik santri di dalam pesantren ataupun

masyarakat sekitar di luar pesantren.

3. Potensi ekonomi pendidikan

Pemberdayaan ekonomi pendidikan juga berperan penting bagi kamandirian

ekonomi pesantren. Sebagaimana lazimnya pendidikan, para santri sudah sewajarnya

13

Istilah ‘santri’ biasanya dipakai untuk seseorang yang hanya belajar atau mengaji di Ponpes,

sedangkan murid atau siswa biasanya dipakai untuk seseorang yang belajar di sekolah formal. Adapun

yang belajar di sekolah yang belajar di sekolah formal milik pesantren, meski bisa disebut sebagai murid

atau siswa, tetapi sebutan umum yang lazim dipakai adalah santri. Zamakhsyari Dhofier, Tradisi

Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai, (Jakarta: LP3ES, 1985), h. 52. 14

A. Halim, dkk., Manajemen Pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), h. 227.

Page 18: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

14

membayar syahriyah (iuran bulanan). Untuk kelancaran proses pembelajaran,

diperlukan seperangkat buku, kitab, dan alat-alat tulis. Dari sini bisa dikembangkan

salah satu unit usaha pesantren yang menyediakan sarana belajar tersebut, semisal toko

buku (kitab), alat tulis, mesin photocopy, dan sebagainya. Belum lagi dari sisi

kebutuhan sehari-hari, seperti makan, minum, air, telepon, asrama, pakaian, dan lain-

lain. Potensi ekonomi dari sektor pendidikan ini tentu menjadi semakin sempurna jika

didukung dengan potensi para santri.

Persoalan kemudian, bagaimana semua potensi tersebut dikelola secara

profesional, tetapi tetap menampilkan karakteristik pesantren. Inilah salah satu

tantangan pesantren di masa depan. Karena itulah diperlukan keberanian manajerial dari

para pengasuh untuk mewarnai manajemen pesantren.

Usaha-usaha pendekatan untuk mengembangkan atau menguatkan kemandirian

ekonomi pesantren bisa diidentifikasikan ada tiga pendekatan utama: (1) pendekatan

pembaharuan pengajaran oleh beberapa pesantren yang berkembang secara tidak teratur

dan tanpa koordinasi serta hanya dikenal dan diikuti secara terbatas. Usaha ini

dilakukan oleh para kiai yang telah bersentuhan dengan pendidikan modern; (2)

pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah, khususnya Kementerian Agama melalui

paket-paket program bantuan; (3) pendekatan prakarsa organisasi swasta atau LSM

yang mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan bagi santri dengan melakukan

kerjasama yang erat dengan pesantren tertentu.15

Karena itu, pesantren perlu melakukan beberapa tahapan perencanaan yang

dimulai dari: (1). mengidentifikasi permasalahan, (2). merumuskan alternatif

kebijaksanaan, (3). mengkaji alternatif, (3). menentukan alternatif dan rencana, (4).

mengendalikan pelaksanaan, dan (5). Menilai atau mengevaluasi hasil pelaksanaan.

Selanjutnya, pengembangan tahapan-tahapan perencanaan itu dapat dilaksanakan

sesuai kondisi dan situasi pondok pesantren dengan masing-masing melalui:

perencanaan bidang perdagangan, perencanaan bidang pertanian dan agrobisnis,

pernacanaan bidang industri kecil, perencanaan bidang Jasa, perencanaan bidang

keuangan, perencanaan bidang koperasi dan perencanaan bidang tehnologi tepat guna

serta perencanaan bidang-bidang yang lain dalam membantu pondok pesantren untuk

menuju kemandirian bidang ekonomi.

15Seperti usaha yang dilakukan LP3ES diikuti P3M yang melakukan usaha pendampingan bagi

pesantren-pesantren tertentu dalam rangka mengembangkan pesantren sebagai pusat pengembangan

masyarakat.

Page 19: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

15

Peranan tersebut dapat dikembangkan oleh pondok pesantren yang dimulai

dengan merencanakan pendirian usaha, memilih jenis usaha dan macam usaha,

melaksanakan usaha, melaporkan dan mengevaluasi usaha yang dijalankan. Persoalan-

persoalan itulah yang harus dijawab dari pendekatan multidisiplin ilmu perencanaan

agar bisa membantu kemandirian pondok pesantren di bidang ekonomi. Dengan kata

lain, bagaimana peran multidisiplin ilmu perencanaan untuk mengembangkan pondok

pesantren melalui aplikasi perencanaan bidang perdagangan, perencanaan bidang

pertanian dan agribisnis, pernacanaan bidang industri kecil, perencanaan bidang Jasa,

perencanaan bidang keuangan, perencanaan bidang koperasi dan perencanaan bidang

tehnologi tepat guna serta perencanaan bidang-bidang yang lain dalam membantu

pondok pesantren untuk menuju kemandirian bidang ekonomi.

Untuk itu, pesantren hendaknya memiliki kemampuan melaksanakan proses

perencanaan yang meliputi: identifikasi masalah, pengumpulan data/informasi, analisis

permasalahan, kendala, tantangan, perumusan kebijakan, program dan kegiatan,

pelaksanaan, dan evaluasi.16

Selain itu, pimpinan pesantren hendaknya juga memiliki

kemampuan inovatif, pendeteksian dini, dan antisipatif, sekaligus memiliki kemampuan

untuk memandu dan mendorong kearah solusi dan kebijakan yang baik.

Ke depan, potensi pesantren harus terus dikembangkan, bahkan diperluas

kompetensi dan ketrampilannya. Misalnya, di samping menekuni bidang ilmu

keislamaan, pesantren juga bisa menekankan bidang ketrampilan khusus atau keahlian

praktis dengan spesialisasi peternakan, perkebunan, pertanian, otomotif, elektronik,

teknologi informatika, ataupun spesialisasi lainnya.

B. Pergeseran Ekonomi-Kiai menjadi Ekonomi-Pesantren

Dalam sejarahnya, adanya kiai dalam pesantren merupakan hal yang mutlak bagi

sebuah pesantren, sebab dia adalah tokoh sentral yang memberikan pengajaran, karena

kiai menjadi salah satu unsur yang paling dominan dalam kehidupan suatu pesantren.

Kemasyhuran, perkembangan dan kelangsungan suatu pesantren banyak bergantung

16

Perencanaan merupakan kumpulan dari berbagai latar belakang ilmu yang ada untuk

merumuskan sebuah rencana dari sudut pandang berbagai disiplin ilmu tersebut. Dari berbagai disiplin

ilmu perencanaan tersebut, dapat dikenal beberapa istilah sebagai berikut: (1) analisis wilayah dan daerah

(AWD), yaitu perpaduan disiplin ilmu ekonomi, ekonomi regional dan sosial ekonomi; (2) manajemen

dan administrasi publik (MAP), yaitu perpaduan disiplin ilmu administrasi, sosial dan kebijakan publik.

(3) perencanaan spasial (PS), yaitu perpaduan disiplin ilmu geografi, geologi, sipil dan arsitektur. (4)

konsep dan teknik perencanaan (KTP), yaitu problem solving dan preskripsi, serta merupakan perpaduan

disiplin ilmu teknik rekayasa, arsitektur, lingkungan, statistik, dan beberapa ilmu sosial yang temasuk

dalam theory for planning.

Page 20: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

16

pada keahlian dan ke dalam ilmu, kharismatik, wibawa dan ketrampilan kiai yang

bersangkutan dalam mengelola pesantrennya.17

Keberadaan seorang kiai dalam lingkungan sebuah pesantren laksana jantung

bagi kehidupan manusia. Intensitas kiai memperlihatkan peran yang otoriter disebabkan

karena kiai-lah perintis, pendiri, pengelola, pengasuh, pemimpin, dan bahkan juga

pemilik tunggal sebuah pesantren.18

Oleh sebab ketokohan kiai di atas, banyak

pesantren akhirnya bubar lantaran ditinggal wafat kiainya.

1. Ekonomi-Kiai

Ekonomi-kiai adalah pengelolaan ekonomi pesantren yang menjadikan sang kiai

sebagai figur sentral dalam penentuan kebijakan ekonomi pesantren. Ekonomi pesantren

model ini biasanya berlaku di berbagai pesantren yang bercorak salaf. Hal ini wajar

mengingat—dalam sejarah pesantren tradisional—biasanya sosok kiai adalah pemilik

tanah dan bangunan pesantren itu sendiri, sehingga ia berkepentingan dan bertanggung

jawab menghidupi para santri dan guru/ustad yang berada di pesantren yang

dipimpinnya. Selain itu, kiai atau pemilik pesantren adalah orang yang memiliki strata

ekonomi yang lebih baik dibanding masyarakat sekitar, sehingga—dengan kelebihan

hartanya—secara suka rela membangun pesantren untuk mendidik dan menyiarkan

agama Islam ke masyarakat sekitar, sekaligus mengatur kebutuhan ekonomi pesantren.

Kiai sebagai figur pemimpin pondok pesantren memang tidak bisa dilepaskan

dari kehidupan pesantren itu sendiri.19

Dengan kharisma yang dimilikinya, kiai tidak

hanya dikategorikan sebagai elit agama, tetapi juga elit pesantren dan tokoh masyarakat

yang memiliki otoritas tinggi dalam penyebaran agama (Islam) dan mewarnai corak dan

bentuk kepemimpinan di pesantren, termasuk dalam hal pengelolaan ekonominya.20

Keberadaan kiai sebagai pimpinan pesantren, ditinjau dari peran dan fungsinya

dapat dipandang sebagai fenomena kepemimpinan yang unik, karena selain sebagai

pemimpin, pembina, dan pendidik bagi para santri dan masyarakatnya, ia juga bertugas

17

Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h,

49. 18

Yasmadi, Modernisasi Pesantren; Kritik Nurcholish Madjid terhadap Pendidikan Islam

Tradisional, (Ciputat: Quantum Teaching, 2002), Edisi Revisi, h. 63. 19

Istilah kiai pada umumnya dipakai oleh masyarakat Jawa untuk menyebut orang yang alim

atau menguasai ilmu agama (Islam). Kiai biasanya memiliki karisma dan pada umumnya memimpin

sebuah pesantren, mengajarkan kitab-kitab klasik (kitab kuning) dan memiliki keterikatan dengan

kelompok Islam tradisional. Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, h. 55. 20

Bryan S. Turner, Sosiologi Islam: Suatu Tela’ah Analisis atas Tesa Sosiologi Weber. Ter.

Machnun Husain (Jakarta:Rajawali, 1984), h. 168-169.

Page 21: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

17

menyusun kurikulum, membuat tata tertib, merancang sistem evaluasi, sekaligus

melaksanakan proses belajar mengajar yang berkaitan dengan ilmu agama yang

diasuhnya.21

Bahkan, kiai memegang peranan penting sebagai pemikul beban nafkah

bagi kelangsungan hidup pesantren yang di pimpinnya.

Dengan kata lain, eksistensi seorang kiai dalam pesantren menjadi patron bagi

masyarakat sekitar, utamanya menyangkut kepribadian dan prilaku hidup. Bahkan,

dalam pandangan Martin Van Bruinessen, kiai memainkan peranan yang lebih dari

sekadar panutan atau guru,22

melainkan juga berperan penting dalam pengelolaan

ekonomi pesantren yang dipimpinnya. Dalam konteks ini, peran seorang kiai—sebagai

pimpinan pesantren—menjadi sangat menentukan dan menjadi pengendali utama

perekonomian pesantren.

Hal itulah yang menjadikan sistem pendidikan dan spirit berinovasi di pesantren

selama ini sangat bergantung pada sang kiai. Jika kiai itu berilmu dan berwawasan luas,

maka akan lebih bervariasilah kehidupan pesantren. Demikian juga sebaliknya, semakin

terbatas keilmuan dan wawasan kiai, maka semakin terbatas dinamika kehidupan di

pesantren yang dipimpinnya. Karenanya, sangatlah wajar jika terdapat keragaman dan

keunikan di kalangan masyarakat pesantren kaitannya dengan pengelelolaan atau

kemandirian ekonomi pesantren.

Dari kenyataan tersebut, setidaknya ada empat macam model atau pola prilaku

atau usaha ekonomi di lingkungan pesantren; Pertama, usaha ekonomi yang berpusat

pada kiai sebagai orang yang paling bertanggungjawab dalam mengembangkan

pesantren. Misalnya, seorang kiai mempunyai perkebunan cengkih yang luas. Untuk

pemeliharaan dan pemanenan, kiai melibatkan santri-santrinya untuk mengerjakannya.

Dari sini, terjadilah hubungan mutualisme saling menguntungkan: kiai dapat

memproduksikan perkebunannya, sementara santri mempunyai pendapat tambahan.

Alhasil, dengan keuntungan yang dihasilkan dari perkebunan cengkeh kiai dapat

menghidupi kebutuhan pengembangan pesantrennya.

Kedua, usaha ekonomi pesantren untuk memperkuat beaya operasional

pesantren. Contohnya, pesantren memiliki unit usaha produktif seperti menyewakan

gedung pertemuan, rumah, dan sebagainya. Dari keuntungan usaha-usaha produktif ini

21

Imron Arifin, Kepemimpinan Kiai, h. 45. 22

Martin van Bruinessen, NU Tradisi Relasi-Relasi Kuasa Pencarian Wacana Baru, terj. LKIS

(Yogyakarta; LKIS, 1994), h. 21.

Page 22: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

18

pesantren mampu membeayai dirinya, sehingga seluruh beaya operasional pesantren

dapat ditalangi oleh usaha ekonomi ini.

Ketiga, usaha ekonomi untuk santri dengan memberi ketrampilan dan

kemampuan bagi santri agar kelak ketrampilan itu dapat dimanfaatkan selepas keluar

dari pesantren. Pesantren membuat program pendidikan sedemikian rupa yang berkaitan

dengan usaha ekonomi seperti pertanian dan peternakan. Tujuannya semata-mata untuk

membekali santri agar mempunyai ketrampilan tambahan, dengan harapan menjadi

bekal dan alat untuk mencari pendapatan hidup.

Keempat, usaha ekonomi bagi para alumni santri. Pengurus pesantren dengan

melibatkan para alumni santri menggalang sebuah usaha tertentu dengan tujuan untuk

menggagas suatu usaha produktif bagi individu alumni, syukur bagai nanti keuntungan

selebihnya dapat digunakan untuk mengembangkan pesantren. Prioritas utama tetap

untuk pemberdayaan para alumni santri.

Dari keempat model usaha ekonomi pesantren tersebut, model pertama masih

dominan memengaruhi praktik pengelolaan ekonomi di kalangan masyarakat pesantren.

Hal ini mengingat keberadaan pesantren itu sendiri yang tidak bisa dilepaskan dari

sosok kiai yang notabene adalah pemilik atau penerus hak milik atas tanah dan

bangunan pesantren.

Sementara dari aspek kepemimpinan dalam mengelola ekonomi pesantren,

setidaknya ada 3 (tiga) macam jenis kepemimpinan, yaitu:

a. Kepemimpinan individual

Pola kepemimpinan individual masih banyak melekat pada kiai di pesantren,

sehingga timbil kesan bahwa pesantren adalah milik pribadi kiai. Kondisi demikian

berimbas pada tertutupnya peluang pihak (orang) luar untuk ikut memiliki dengan

mengajukan berbagai usulan konstruktif–strategik dalam upaya pengembangan

pesantren di masa depan. Bahkan, tidak sedikit usulan positif dari orang luar

direspon secara negatif.

Dalam kepemimpian individual, peran kiai sangat besar dalam mengelola

pesantren, semisal menentukan tujuan dan kegiatan yang harus dilakukan. Keadaan

ini telah menjadikan hampir seluruh pengelolaan sumberdaya, baik fisik ataupun

financial, banyak ditangani langsung oleh kiai atau keluarganya dengan bantuan

santri yang dipercaya untuk melaksanakan kegiatan keseharian dan pendidikan di

pesantren.

b. Kepemimpinan kolektif yayasan

Page 23: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

19

Banyak kepemimpinan individual mengakibatkan pesantren gulung tikar

dikarenakan tidak ada kaderisasi penerus yang mampu meneruskan kepemimpinan

ayahnya. Selain itu, kepemimpinan individual—yang melekat pada sosok kiai—

akan menanggung beban regenerasi, di mana sang kiai harus memikirkan sosok

penggantinya kelak.

Karena itulah, pada perkembangan kemudian, banyak pondok pesantren

yang melembagakan dirinya dalam bentuk yayasan, suatu bentuk badan hukum yang

mengandung arti: (1) kiai bukan lagi satu-satunya penguasa pondok pesantren; dan

(2) masuknya teknokrat ke dalam pondok pesantren sehingga kiai menjadi bersifat

simbolis. Seiring dengan perkembangan bentuk badan hukum tersebut, keberadaan

pondok pesantren bukan lagi hanya sebagai lembaga normatif yang secara filantrofis

hanya menyediakan pendidikan tradisional di bidang agama, tetapi merupakan pula

lembaga kalkulatif yang menyelenggarakan pendidikan modern, seperti pendidikan

agama Islam secara klasikal dan pendidikan umum dalam lingkungan pondok

pesantren.

Adanya perubahan kepemimpinan individual ke arah kepemimpinan kolektif

yayasan menjadi solusi strategis. Tugas dan tanggung jawab kiai menjadi ringan

dengan ditangani bersama sesuai dengan tugas masing-masing. Kiai juga tidak

menanggung beban moral tentang kelanjutan kepemimpinan setelahnya.

c. Kepemimpinan demokratis

Bergesernya pola kepemimpinan individual ke kolektif yayasan membawa

perubahan yang mestinya tidak kecil. Perubahan tersebut menyangkut kewenangan

kiai serta partisipasi para ustadh dan santri. Nuansa baru semakin menguatnya

partisiapasi ustad berdampak timbulnya sistem demokrasi dalam pesantren,

meskipun permasalahannya tidak sederhana.

Relasi sosial kiai-santri dibangun atas landasan kepercayaan. Ketaatan santri

pada kiai disebabkan mengharapkan barokah (grace), sebagaimana dipahami dari

konsep sufi.23

Upaya santri untuk berhubungan dengan kiai selalu diwujudkan

dalam sikap hati-hati, penuh seksama dan hormat.24

23

Abdurrahman Wahid, Principle of Pesantren Education , The Impact of Pesantren in

Education and Community Development in Indonesia (Berlin; Technical University Berlin, 1987), h. 19. 24

Hanya saja terkadang penghormatan santri terhadap kiainya dinilai kebablasan dalam konteks

interaksi belajar mengajar, sehingga santri kehilangan daya kritisnya terutama ketika berhadapan dengan

kiai.

Page 24: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

20

Selain itu, kiai yang semula dipersonifikasi sebagai orang yang menguasai

hampir semua persoalan seperti agama, pertanian, sosial, ekonomi, politik, dan

sebagainya, belakangan mulai bergeser. Masyarakat di sekitar pondok pesantren

yang biasanya berkonsultasi dengan para kiai dalam menyelesaikan persoalan

pertanian, misalnya, sekarang lebih banyak berkonsultasi dengan Dinas Pertanian.

Dalam banyak kasus, terutama berkenaan dengan persoalan duniawi, para santri pun

tidak selalu menunjukkan pemahaman dan perilaku yang sama dengan kiai.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kiai dalam

persoalan ekonomi pesantren dianggap kurang efektif. Hal ini disebabkan watak

kepemimpinan kiai di pesantren lebih bertopang pada kekuatan moral, tapi tidak

didukung dengan skill manajerial.25

Padahal, untuk membangun kemandirian ekonomi

pesantren, keahlian seseorang untuk merencanakan, mengorganisasikan dan

menggerakkan atau memobilisasi kekuatan yang ada menjadi modal utama pesantren

dalam mewujudkan kemandirian ekonomi. Apalagi, tantangan hidup di masa depan

menuntut lembaga pesantren tidak sekadar memberikan pengajaran di bidang ilmu

keagamaan, tetapi juga menuntut kepekaan pesantren untuk memberikan bekal-bekal

pengetahuan dan keterampilan, seperti teknologi, pertanian, kelautan, kesehatan, dan

sebagainya.

2. Menuju Ekonomi-Pesantren

Ekonomi pesantren adalah pengelolaan ekonomi pesantren yang tidak

menjadikan kiai sebagai figur sentral, tetapi berdasarkan sistem manajemen modern

atau dikelola secara bersama-sama secara professional. Semuanya dikelola dengan

model organisasi modern. Kurikulum dan program-program yang dikembangkan

pesantren diarahkan tidak sekadar mendalami ilmu agama, tetapi juga mendalami

keterampilan dan entrepreneurship.26

Dalam penyelenggaraan pesantren yang berbasis ekonomi-pesantren, ada

beberapa faktor yang berperan dalam sistem penyelenggaraan pendidikan pesantren,

yaitu: manajemen sebagai faktor usaha; organisasi sebagai faktor sarana, dan

administrasi sebagai faktor karsa (produksi). Ketiga faktor ini memberi arah dan

25Komarudin Hidayat, “Pesantren dan Elit Desa”, dalam M. Dawam

Rahardjo, Pergulatan Dunia Pesantren; Membangun dari Bawah, (Jakarta: P3M, 1985), h. 50. 26

Kemampuan dasar di bidang agama yang ditargetkan dimiliki oleh setiap santri adalah paham

terhadap ajaran-ajaran dasar agama, bisa menjadi imam sholat, khatib, memimpin doa, pidato dan

mengembangkan agama. Sebagai tambahan kegiatan santri, sebelum lulus, santri diwajibkan hafal Juz

Amma dan Surat-surat al-Qur'an tertentu.

Page 25: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

21

perpaduan dalam merumuskan, mengendalikan penyelenggaraan, mengawasi serta

menilai pelaksanaan kebijakan kebijakan dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan

yang sesuai dengan tujuan pendidikan pesantren masing-masing.

Pesantren sebagai salah satu lembaga yang telah diakui oleh pemerintah.

Merujuk pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, posisi dan keberadaan Pesantren sebenarnya memiliki tempat yang istimewa.

Namun, kenyataan ini belum disadari oleh mayoritas masyarakat muslim. Keistimewaan

ini dapat kita lihat dari ketentuan dan penjelasan pasal-pasal dalam UU Sisdiknas Pasal

3.27

Salah satunya terkait pembeayaan atau pendanaan pendidikan. Dalam hal ini,

pendanaan pendidikan pesantren merupakan tanggung jawab bersama antara

pemerinttah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat. Tanggung jawab pemerintah

pusat dan pemerintah darerah untuk menyediakan anggaran pendidikan berdasarkan

prinsip, keadilan, kecukupan dan berkelanjutan.28

Beaya pendidikan pesantren

merupakan pembeayaan pendidikan dari jumlah uang yang dihasilkan dan dibelanjakan

untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan yang mencangkup: bisyaroh

ustad, peningkatan professional ustad, pengadaan dan perbaikan sarana prasarana,

pengadaan alat-alat dan dan buku pelajaran, alat tulis kantor (ATK), kegiatan

pengembangan keterampilan, dan kegiatan pengelolaan pendidikan.29

Perlu disadari, banyak lembaga pesantren yang tengah mengalami kendala

keuangan dalam melakukan kegiatan-kegiatan atau operasional pesantren, baik yang

berkaitan dengan anggaran, akuntansi, penataan administrasi, alokasi serta kebutuhan

pengembangan pesantren maupun dalam proses aktivitas keseharian pesantren. Banyak

pesantren yang memiliki sumberdaya, baik manusia maupun alamnya, yang tidak tertata

dengan rapi. Banyak pula proses pendidikan pesantren yang berjalan lambat, karena

kesalahan dalam penataan menejemen keuanganya.

27

Dalam Pasal 3 UU Sisdiknas dijelaskan bahwa Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Ketentuan ini tentu saja sudah berlaku dan diimplementasikan di pesantren. Pesantren sudah sejak lama

menjadi lembaga yang membentuk watak dan peradaban bangsa serta mencerdaskan kehidupan bangsa

yang berbasis pada keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia. Karenanya, format

Pesantren kedepan haruslah mampu bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan yang lain dengan

menata kembali manajemen yang sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan zaman. 28

Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan Konsep, Prionsip dan Aplikasi

dalamMmengelola Sekolah dan Madrasah,(Bandung: Pustaka Educa, 2010), h.165-167. 29

A. Halim, dkk., Manajemen Pesantren, h. 68.

Page 26: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

22

Sebagai implementasi dari paradigma manajemen pendidikan yang ada di

Indonesia, masalah keuangan dan pembeayaan menjadi lebih banyak diatur oleh

lembaga pendidikan itu sendiri, termasuk lembaga pesantren meski sebenarnya

pesantren—dari awal berdirinya—adalah lembaga yang mandiri dalam penataan

manajemennya. Karenanya, pesantren perlu mengadopsi penataan manajemen yang bisa

membawa kemaslahatan umat dengan berpegang pada prinsip “al-muhafadhah ‘ala al-

qadim al-shalih wa al-akhdu bi al-jadid al-ashlah” (menjaga tradisi lama yang baik dan

mengadopsi hal-hal baru yang lebih baik (maslahat).

Ada beberapa aspek atau parameter yang—menurut Amin Wijaya—harus

diperhatikan untuk membentuk manajemen ekonomi-pesantren yang ideal, yaitu:

struktur organisasi; koordinasi; desain organisasi; wewenang dan kekuasaan;

desentralisasi; pendelegasian; budaya dan organisasi; dan inovasi.30

Sedangkan Sukamto

mengungkapkan tujuh 7 aspek pengorganisasian, yaitu: departementasi; pembagian

kerja; wewenang; tanggung jawab dan pelaporan; wewenang garis dan staf;

pendelegasian dan sentralisasi; rentang pengawasan; serta perubahan organisasi.31

Kedua pendapat tersebut bisa dielaborasi menjadi 6 (enam) aspek manajemen ekonomi

pesantren.

a. Struktur organisasi

Secara tradisional, struktur organisasi dipandang sebagai suatu jaringan

tempat mengalirnya informasi. Dalam hubungannya dengan komunikasi akan

terjadi; 1). instruksi dan perintah untuk dikerjakan atau tidak dikerjakan dari

seseorang kepada orang yang berada di bawah hirarkinya langsung; dan 2). laporan,

pertanyaan, permohonan, selalu dikomunikasikan ke atas melalui rantai komando

dari seseorang kepada atasannya langsung.

Pada umumnya pondok pesantren telah memiliki struktur organisasi yang

menggambarkan arus interaksi personal serta hubungan satuan pekerjaannya. Bagan

struktur umumnya berbentuk piramid, yakni bagan organisasi yang saluran

wewenangnya dari pucuk pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat

yang terendah disusun dari atas ke bawah, atau sebaliknya. Bagan piramid

merupakan bagan yang lazim dipakai berbagai organisasi, karena sifatnya yang

sederhana dan mudah dibuat.

30

Amin Wijaya Tunggal, Manajemen Suatu Pengantar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h. 214. 31

Sukamto, ”Kepemimpinan dan Struktur Kekuasaan Kiai”, Jurnal Prisma, No. 4, April-Mei

1997, h. 39-49.

Page 27: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

23

b. Koordinasi

Koordinasi adalah proses mengintegrasikan sasaran-sasaran dan aktivitas

dari unit kerja yang terpisah agar dapat merealisasikan sasaran organisasi secara

efektif. Di sinilah pentingnya komunikasi sebagai kunci dari koordinasi yang efektif.

c. Wewenang, tanggung jawab dan pelaporan

Wewenang adalah hak memerintah atau berbuat. Hak ini muncul karena

kedudukan formalnya dalam organisasi. Seorang pimpinan memiliki wewenang

yang didelegasikan kepada bawahannya. Sedangkan tanggung jawab merupakan

kewajiban bawahan yang telah diberi tugas oleh atasannya melaksanakan kegiatan-

kegiatan. Tanggung jawab tercipta dengan diterimanya tugas tersebut. Namun

demikian, baik pimpinan maupun bawahan bertanggung jawab terhadap tugasnya

masing-masing.

Tanggung jawab pada dasarnya tidak dapat didelegasikan. Selain

bertanggung jawab, bawahan juga berkewajiban memberikan laporan terhadap

pelaksanaan tugasnya. Pada umumnya, pondok pesantren telah memiliki struktur

organisasi yang menggambarkan wewenang dan tanggung jawab bagi personalia

organisasi pondok pesantren. Sementara itu, sistem pelaporan dari pelaksanaan

tugas dilakukan secara formal melalui rapat berkala maupun informal dan insidental.

d. Pendelegasian dan desentralisasi

Delegasi bermakna pelimpahan wewenang formal dan tanggung jawab

kepada seseorang atas pelaksanaan aktivitas tertentu. Biasanya pendelegasian

ditunjang oleh unsur motivasi dan komunikasi yang baik untuk membantu pimpinan

melaksanakan tugas pokoknya. Pendelegasian ini tentunya memerlukan persyaratan,

yaitu spesifikasi tugas dan kesamaan fungsi dan rentang manajemen.

Pada umumnya, di pondok pesantren, pendelegasian pada bidang pekerjaan

formal relatif jarang dilakukan. Hal yang sering terjadi adalah pendelegasian untuk

urusan-urusan informal, seperti menghadiri undangan dan hal-hal yang bersifat

insidental. Selain pendelegasian, terjadi pula desentralisasi wewenang disebabkan:

a). Orang cenderung ingin bebas mengambil keputusan; b). Dinamika usaha

memerlukan putusan cepat; c). Makin bertambahnya orang yang berkemampuan

mengelola organisasi; dan d). Teknik pengawasan berkembang dengan cepat.

e. Pengawasan

Jika diperhatikan pada struktur organisasi pondok pesantren tergambar

rentang atau tingkat pengawasan. Misalnya, masing-masing bidang pekerjaan di

Page 28: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

24

kepalai/dikoordinir oleh seseorang dan dibantu beberapa staf. Kepala atau

koordinator senantiasa melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan

stafnya.

f. Inovasi dan perubahan

Pada prinsipnya sumber inovasi terdiri atas faktor internal, meliputi a).

kejadian atau hasil yang tidak diharapkan; b). keganjilan, keanehan, dan

ketidakpastian; c). kebutuhan prosen; d) perubahan yang tidak diharapkan dalam

industri/struktur pasar. Sedangkan faktor eksternal, yakni perubahan penduduk,

perubahan persepsi dan pengetahuan baru. Pada umumnya, inovasi yang terjadi di

pondok pesantren berkaitan dengan kurikulum.

3. Pengelolaan Keuangan Pesantren

Untuk membangun kemandirian ekonomi pesantren tentu tidak lepas dari upaya

mengelola keuangan pesantren yang baik dan profesional. Hal ini jelas menuntut

kemampuan lembaga pesantren untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi

serta mempertanggungjawabkannya secara efektif dan transparan. Dalam hal ini,

manajemen keuangan pesantren merupakan pengelolaan kegiatan-kegiatan pendidikan

yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan oleh

pesantren dan usaha-usaha bagaiman menggunakan dana tersebut secara efektif dan

efisien.

Penggunaan anggaran dan keuangan, dari sumber manapun, baik pemerintah

ataupun dari masyarakat perlu didasarkan pada prinsip-prinsip umum pengelolaan

pengelolaan keuangan sebagai berikut: 1. Hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai

dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan; 2. Terarah dan terkendali sesuai dengan

rencana, program/kegiatan; Terbuka dan transparan, dalam pengertian dari dan untuk

apa keuangan lembaga tersebut perlu dicatat dan dipertanggungjawabkan serta disertai

bukti penggunaannya. Dalam ha ini, sebisa mungkin menggunakan kemampuan/hasil

produksi dalam negeri sejauh dimungkinkan.32

Dalam hal ini, setidaknya ada dua bagian pokok anggaran yang harus

diperhatikan dalam penyusunan rencana anggaran dan belanja pesantren (RAPBP),

yaitu: a. Rencana sumber atau target penerimaan/ pendapatan dalam satu tahun,

termasuk di dalamnya sumber-sumber keuangan dari kontribusi santri, sumbangan dari

32

Shulton Masyhud dan Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pistaka,

2003), h. 187.

Page 29: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

25

individu atau organisasi, sumbangan dari pemerintah, dan pemasukan dari hasil usaha

pesantren. (b). Rencana penggunaan keuangan dalam satu tahun. Semua penggunaan

keuangan pesantren dalam satu tahun anggaran perlu direncanakan dengan baik agar

roda kehidupan pesantren dapat berjalan dengan baik.33

Penggunaan keuangan

pesantren tersebut menyangkut seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan kebutuhan

pengelolaan pesantren, termasuk untuk dana operasional harian, pengembangan sarana

dan prasarana pesantren, honorarium/gaji untuk semua petugas atau pelaksana di

pesantren, dan lain sebagainya.34

Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan untuk membangun manajemen

keuangan pesantren yang yang baik, yaitu: prosedur anggaran; prosedur akuntansi

keuangan; pembelanjaan; prosedur investasi; dan prosedur pemeriksaan.

a. Prosedur anggaran

Anggaran atau budget adalah sebagai suatu rencana operasi dari suatu

kegiatan atau proyek yang mengandung perincian pengeluaran beaya untuk periode

tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Dengan kata lain, Anggaran atau

pembeayaan pesantren merupakan rencana yang diformulasikan dalam bentuk

rupiah dalam jangka waktu atau periode tertentu serta alokasi sumber-sumber

kepada setiap bagian kegiatan pesantren. Anggaran memiliki peran penting dalam

perencanaan, pengendalian, dan evaluasi kegiatan yang dilakukan pondok pesantren.

Selain itu, anggaran berfungsi sebagai proyeksi kegiatan finansial yang diperlukan

guna mencapai tujuan yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi (perusahaan,

yayasan, atau pondok pesantren, dan lain-lain.

Prosedur anggaran itu sendiri merupakan suatu langkah perencanaan yang

fundamental. Untuk penyusunan anggaran secara umum dalam lembaga pendidikan

perlu dikembangkan dalam format-format yang meliputi: 1). Sumber pendapatan

dan 2). Pengeluaran untuk kegiatan belajar mengajar, pengadaan dan

pemeliharaan sarana prasarana, bahan-bahan dan alat pelajaran, honorarium dan

kesejahteraan.

Kegiatan di atas meliputi empat fase kegiatan pokok prosedur penganggaran

keuangan, yaitu: Pertama, perencanaan anggaran, yaitu kegiatan mengidentifikasi

tujuan, menentukan prioritas, menjabarkan tujuan kedalam operasional yang

33

Sulthon Masyhud dan Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantren, h..261-262. 34

Pihak pesantren bersama komite atau majelis pesantren pada setiap awal tahun anggaran

perlu bersama-sama merumuskan rencana anggaran pendapatan dan belanja pesantren (RAPBP) sebagai

acuan bagi pengelola pesantren dalam melaksanakan, manajemen keuangan yang baik.

Page 30: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

26

terukur, serta adanya analisis yang terarah dalam pencapaian tujuan, serta membuat

rekomendasi alternativ untuk mencapai sasaran. Kedua, persiapan anggaran, yaitu

adanya kesesuaian anggaran yang telah ada dengan segala bentuk kegiatan

pesantren, baik pendistribusian, progam pengajaran yang akan dicanangkan serta

adanya inventarisasi kelengkapan peralatan dan bahan-bahan yang tersedia. Ketiga,

pengelolaan pelaksana anggaran, yaitu prosedur yang harus di terapkan dalam

pelaksana anggaran adalah, adanya pembukuan yang jelas dan teratur, pembelanjaan

dan transaksi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ada. Perhitungan

yang jelas dan terencana, pengawasan prosedur kerja sesuai dengan ketentuan yang

berlaku, melakukan serta membuat laporan keuangan sebagai bentuk

pertangungjawaban keuangan terhadap lembaga. Keempat, menilai pelaksanaan

anggaran, yaitu melakukan evaluasi terhadap semua anggaran yang telah dibuat dan

diaplikasikan ke taraf pendidikan praktis, sekaligus sebagai rekomendasi untuk

perbaikan manajemen dan anggaran yang akan datang.35

Pesantren sebagai lembaga pendidikan berbasis masyarakat tentu bisa saja

menerima sumber dana dari berbagai sumber, hal ini sejalan dengan UU Sisdiknas

Pasal 55 ayat (3) yang berbunyi, Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis

masyarakat dapat bersumber dari penyelenggara, masyarakat, pemerintah,

pemerintah daerah dan/atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Satu hal yang perlu diperhatikan dalam penganggaran keuangan adalah

menerapkan prinsip anggaran berimbang, yaitu adanya keseimbangan antara

pendapatan dan pengeluaran, dan diupayakan tidak terjadi aggaran pendapatan

minus.36

Untuk itu, setiap penanggung jawab program kegiatan di pesantren harus

menjalankan kegiatan sesuai dengan anggaran yang telah ditentukan sebelumnya.

b. Prosedur akuntansi keuangan

Akuntansi keuangan adalah suatu sistem yang terdiri dari metode dan

catatan-catatan yang dibuat untuk mengidentifikasikan, mengumpulkan,

menganalisis, mencatat dan melaporkan keuangan-keuangan organisasi dan

35

Mulyana, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Remaja rosda karya, 2003), h. 199. 36

Sulthon Masyhud dan Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantren, h.189.

Page 31: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

27

menyelengarakan pertanggungjawaban.37

Akuntansi bisa juga dimaknai sebagai

pembukuan, pengaturan atau pengurusan.38

Setiap pesantren memerlukan dana yang cukup untuk menjalankan sejumlah

program kegiatan dalam periode tertentu. Seperti halnya organisasi-organisasi

umum lainnya, dana yang dimiliki pesantren harus diatur dan dicatat sedemikian

rupa agar jelas arus masuk dan keluarnya, termasuk ketepatan penggunaannya.

Pencatatan dan pengelolaan dana yang baik menjadi kegiatan yang penting sebagai

wujud pertanggungjawaban pesantren. Pada dasarnya, pelaksanaan akuntansi

keuangan hanya meliputi penerimaan atau pemasukan dan pengeluaran.

Dalam melakukan akuntansi keuangan, pesantren perlu menegakan prinsip-

prinsip keadilan, efisiensi, transparasi, dan akuntabilitas publik. Hal ini sesuai

dengan UU Sisdiknas pasal 48. selanjutnya pembahasan mengenai akutansi

keuangan ini meliputi:

1). Penerimaan atau pemasukan

Pemasukan keuangan pesantren dari berbagai sumber perlu dilakukan

pembukuan berdasarkan prosedur yang disepakati, baik konsep teoritis maupun

peraturan pemerintah. Sumbangan dana yang masuk ke Pesantren bisa kita

klasifikasi sebagai dana langsung dan dana tidak langsung. Dana tidak langsung

adalah dana berupa perbandingan waktu guru dan peserta dididk dalam

mengunakan setiap waktunya di sekolah atau Pesantren, seperti penyesuaian

waktu belajar mengajar ketika di bandingkan dengan ketika guru atau peserta

didik menggunakanya untuk bekerja, dan juga penghitunganya dengan

transportasi, dan beaya hidup. Dana ini memang sulit sekali dihitung karena

tidak ada catatan resminya. Namun dalam perencanaan, beaya ini turut dihitung.

Sementara itu, dana langsung adalah dana yang di peroleh dari beberapa sumber

yang sah.

2). Pengeluaran

Alokasi dari dana pendapatan pesantren harus pula diatur secermat

mungkin. Ada beberapa klasifikasi dalam pengeluaran dana yang di pakai secara

umum di lembaga-lembaga pendidikan kita: 1). Dana pembangunan, yaitu dana

yang pengeluarannya diatur dan digunakan untuk pembangunan dan

37

Goerge H. Bodnar dan William S. Hopwood, Sistem Informasi Akuntansi, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2001), h.181-182. 38

Pius A Partanto & M Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola Surabaya,

1994), h. 6.

Page 32: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

28

pembenahan sarana fisik lembaga. Dana ini di sesuaikan dengan kebutuhan dan

jumlah guru serta peserta didik yang ada di lembaga pendidikan tersebut;39

dan

b). Dana rutin, yaitu dana yang digunakan untuk beaya operasional satu tahun

anggaran. Dana rutin penggunaanya meliputi pelaksanaan progam belajar

mengajar, pembayaran gaji guru maupun personil, serta pemeliharaan dan

perawatan sarana prasarana lembaga pendidikan.

Untuk menghitung dana rutin lembaga pendidikan harus menghitung

total cost atau nilai unit cost yang dibutuhkan setiap siswa atau santri. Nilai unit

cost merupakan nilai satuan beaya yang dikeluarkan untuk memberikan

pelayanan terhadap seorang peserta didik setiap tahun dalam satu jenjang

pendidikan.

Berdasarkan akuntansi keuangan di pesantren, ada beberapa hal yang harus

di perhatikan oleh bendaharawan pesantren, yaitu: 1). Membuat laporan keuangan

kepada pesantren dan komite Pesantren untuk dicocokkan dengan rancangan

anggaran pesantren; 2). Menyertakan bukti-bukti laporan keuangan, termasuk bukti

pembayaran pajak; 3). Kuitansi atau bukti-bukti pembelian dan dan penerimaan

berupa tanda tangan penerima atau bukti pengeluaran yang lain; dan 4).

Menunjukkan neraca keuangan untuk diperiksa oleh tim penanggung jawab

keuangan dari yang bersangkutan.

Sementara itu, hal-hal yang perlu di persiapkan oleh bendaharawan

pesantren meliputi: buku kas umum, buku persekot atau uang muka, daftar

potongan-potongan, daftar honoranium, buku tabungan, buku iuran atau kontribusi

santri, dan buku catatan untuk pengeluaran-pengeluaran yang tidak terduga.40

c. Pembelanjaan

Pembelanjaan adalah keseluruhan aktivitas yang berkaitan dengan usaha

untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut.41

Pembelanjaan mempunyai fungsi penggunaan atau pengalokasian dana. Maksudnya

bahwa setiap rupiah dana yang tertanam harus dapat digunakan seefisien

mungkin untuk dapat menghasilkan tingkat keuntungan investasi. Fungsi

penggunaan dana meliputi perencanaan dan pengendalian penggunaan aktiva baik

39

Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembeayaan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

2000), h. 26. 40

Sulthon Masyhud dan Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantren, h. 190. 41

Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, (Jakarta: Bumi aksara, 2006), h.

4.

Page 33: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

29

dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap.42

Selain itu, pembelajaan juga berfungsi

sebagai pemenuhan kebutuhan dana atau fungsi pendanaan (financing; obtaining of

funds).43

d. Prosedur investasi

Dana yang diperoleh Pesantren, baik dari pemerintah (jika ada),

pemerintah daerah dan masyarakat, sebagaimana dalam UU Sisdiknas No. 1

Tahun 2003, Pasal 46, perlu dikelola dengan baik, salah satu bentuk pengelolaan

yang paling efisien adalah dengan menginvestasikan.

Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (termasuk juga

produksi) dari kapital/modal barang-barang yang tidak dikonsumsi, tetapi digunakan

untuk produksi yang akan datang (barang produksi), semisal membangun pabrik,

pembukaan lahan, ataupun pendirian kopontren (koperasi pondok pesantren).

Di kalangan pesantren, investasi itu sendiri memiliki dua jenis yaitu: 1).

Permanen, artinya permodalan itu sifatnya harus tetap ada dalam organisasi yang

terkait untuk menjalankan fungsinya. Dalam hal ini Pesantren mendapatkan modal

permanen dari pengasuh atau pengelola pesantren saja. 2). Variabel, artinya

permodalan yang jumlah pendapatannya tidak menetap, karena harus disesuaikan

dengan perubahan pendapatan dan keadaan penyokong dana. Dalam hal ini,

pesantren mendapatkan modal variable dari para donatur kemasyarakatan ataupun

dari donator alumnus pesantren dan para wali santri, dan lain-lain.

e. Prosedur pemeriksaan atau pengawasan

Pengawasan atau pemeriksaan merupakan proses dasar yang secara esensial

tetap diperlukan meskipun bagaimanapun rumit dan luasnya cakupan dalam suatu

organisasi,44

sedangkan metode yang di gunakan adalah: 1. Penentuan standar, yaitu

batasan-batasan mengenai keberhasilan dan kegagalan suatu kegiatan. Misalnya

suatu kegiatan direncanakan terlaksana 90% dari keseluruhannya, maka jika sama

atau lebih dari 90% berarti bisa diangap sesuai dengan standar. Sebaliknya, jika

42

Dalam hal ini, aktiva tetap adalah aktiva yang berubah menjadi kas memerlukan waktu lebih

dari satu tahun dan merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva relative permanen. Aktiva tetap ini

disebut juga aktiva berwujud (tangible assets) karena ada secara fisik. Aktiva ini dimiliki dan digunakan

oleh organisasi serta tidak untuk dijual karena sebagai bagian dari operasional normal. Sedangkan Aktiva

lancar adalah aktiva yang secara normal berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau kurang, seperti

dana pemasukan, baik donatur atau usaha pondok pesantren. Bambang Riyanto, Dasar-dasar

Pembelanjaan, h. 7. 43

Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan, h. 7. 44

Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), h.

101.

Page 34: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

30

kurang dari 90% berarti dianggap sesuai dengan standar. 2. Mengadakan

pengukuran. Seorang pemimpin tidak boleh percaya begitu saja kepada bawahannya,

karena dikuatirkan laporan yang ada tidak sesuai dengan yang realita. Dalam hal ini,

adadua cara dalam pengukuran, yaitu (a). teknik tes, dilakukan untuk mengetahui

aspek yang nyata terjadi.45

(b). Teknik non-tes, digunakan untuk mengetahui

keseluruhan aspek yang tidak dapat dijangkau oleh teknis tes.46

f. Laporan dan pertanggungjawaban keuangan

Semua pengeluaran keuangan pondok pesantren dari sumber mana pun harus

dipertanggungjawabkan. Pertanggung jawaban tersebut merupakan bentuk

transparansi pengelolaan keuangan pesantren. Pada prinsipnya, pertanggungjawaban

tersebut dilakukan dengan mengikuti aturan dari sumber anggaran. Namun demikian,

prinsip transparansi dan kejujuran dalam pertanggungjawaban keuangan pondok

pesantren harus tetap dijunjung tinggi.

Terkait dengan pengelolaan keuangan tersebut, hal yang perlu diperhatikan

oleh bendaharawan pondok pesantren adalah sebagai berikut: (1) Setiap akhir tahun

anggaran, bendaharawan harus membuat laporan keuangan kepada komite/majelis

pesantren untuk dicocokkan dengan RAPBPP; (2). Laporan keuangan tersebut harus

dilampiri bukti-bukti laporan yang ada, termasuk bukti penyetoran pajak (PPN &

PPh) bila ada; (3). Kuitansi atau bukti-bukti pembelian atau bukti penerimaan

berupa tanda tangan, penerimaan honorarium/bantuan/bukti pengeluaran lain yang

sah; (4). Neraca keuangan juga harus ditunjukkan untuk diperiksa oleh penanggung

jawab keuangan dari komite pondok pesantren.47

Dengan demikian, pesantren di masa kini dituntut untuk berbenah, menata diri

dalam mengahadapi persaingan ilmu pengetahuan maupun pengelolaan pendidikan

seperti yang telah dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Perubahan dan

pembenahan yang dimaksud hanya sebatas manajemen, sehingga pesantren bisa

mengimbangi tuntutan zaman dengan tetap mempertahankan tradisi dan nilai-nilai

tradisionalnya. Mempertahankan pendidikan khas pesantren, utamanya kitab kuning,

dengan memasukkan kurikulum tambahan atau kegiatan ekstra, seperti keterampilan

45

Misalnya saja, menanyakan atau mengonfirmasi tentang kejadian yang riil terjadi di lapangan. 46

Misalnya saja, bagaimana kinerja para anggotanya kemudian disesuaikan dengan evaluasi

dari para anggota. Hal yang dilakukan selanjutnya adalah menyesuaikannya dengan ketentuan yang telah

berlaku dan hasilnya digunakan untuk umpan balik (feedback), berupa revisi atau modifikasi. 47

Sulthon Masyhud dan Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantern dalam Perspektif Global,

(Yogyakarta: LaksBang, 2006), h. 267-268.

Page 35: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

31

dan pengetahuan umum, serta pembelajaran-pembelajaran skill aplikatif merupakan

suatu keniscayaan bagi pesantren di masa depan.

C. Gambaran Pesantren Darul Muttaqien dan Al-‘Ashriyah

Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman adalah sebuah pondok moderna

yang beralamatkan di Jalan Nurul Iman Desa Warujaya Kec. Parung Kab. Bogor, Jawa

Barat. Pesantren didirikan pada 16 Juni 1998. Pesantren ini termasuk pesantren modern

yang didirikan oleh Habib Saggaf bin Mahdi bin Syekh Abubakar.

Pada awal terjadinya krisis moneter, banyak sekali kesulitan-kesulitan yang

dihadapi oleh bangsa Indonesia. Terjadinya kasus semanggi pada tanggal 12 Mei 1998

menyebabkan jatuh dan terpuruknya perekonomian bangsa Indonesia. Di saat itu As

Syekh Habib Saggaf Bin Mahdi Bin Syekh Abu Bakar Bin Salim yang masih bertempat

tinggal di kawasan perumahan Bintaro Jaya merasa prihatin dan sedih dengan hal

tersebut. Semakin banyaknya para remaja yang putus sekolah serta tidak mampu

melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yang disebabkan krisis moneter serta

terjadinya krisis moral dimana-mana, menjadikan beliau bersikeras mendirikan suatu

lembaga pendidikan gratis demi meringankan beban bagi mereka yang tidak mampu,

umumnya bangsa Indonesia. Sehingga dengan tekad dan kemauan beliau yang mulia

tersebut, beliau rela meninggalkan keglamouran kota metropolitan dan mengambil

keputusan untuk menetap di desa. Beliau akhirnya pindah ke Desa Waru Jaya,

Kecamatan Parung, Jawa Barat Desa yang penduduknya dibawah garis kemiskinan

yang mayoritas penghasilan mereka hanya mengandalkan penjualan daun melinjo serta

ikan air tawar.

Kemudian, mulailah Beliau membangun sebuah Pondok Pesantren. Dengan

disaksikan para undangan dari Pejabat Pemerintahan Daerah Kabupaten Bogor, para

Pejabat Tinggi Negara Republik Indonesia dan juga Duta Besar Negara-Negara Arab,

Brunei Darussalam, Singapura dan Malaysia, maka “Peletakkan Batu Pertama”

Pendirian Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman dilaksanakan pada tanggal 16

Juni 1998 di atas lahan 17 (tujuh belas) hektar. Diawali dengan peresmian peletakkan

batu pertama pendirian Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman, maka dalam

operasionalnya, Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman mendapatkan rekomendasi

dari Kepala Desa Waru Jaya dan Camat Kecamatan Parung Kabupaten Bogor tertanggal

10 Gedung sekolah santri putri Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul ImanMaret 1999,

serta telah didaftarkan pada kantor Departemen Agama Kabupaten Bogor sejak tanggal

Page 36: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

32

12 Maret 1999 dengan nomor : MI-10/1/PP/007/825/1999, maka dicatatlah akte

pendirian Pondok PesantrenAl-Ashriyyah Nurul Iman tanggal 25 Maret 1999 No. 7

dihadapan Notaris Lasmiati Sadikin, SH. Pada mulanya para santri menetap di asrama

belakang rumah beliau, namun karena makin banyaknya santri yang berminat maka

dibangunkan sebuah kobong (bangunan dari bambu) yang berukuran 4 X 5 meter di

areal tanah yang awalnya sebuah hutan semak belukar dan rumput ilalang. Hari ke hari

semakin banyak santri yang berminat hingga kobong tersebut tidak lagi mencukupi

untuk di tempati. Mulailah beliau membangun gedung asrama di samping kobong

tersebut, mulai dari dari pembangunan gedung H. Isya dengan luas 15x12 M2 pada

tahun 2000. Asrama memberikan pandangan baru dalam pat tinggal para santri yang

mayoritas hanya maklum adanya, dengan adanya bangunan baru tersebut untuk mereka,

membuat penambahan kesemangatan dalam belajar mereka. Namun, perkembangan tak

putus begitu saja, dari tahun ketahun prioritas perkembangan jumlah para santri begitu

drastis yang pada akhirnya muncul asrama-asrama baru yang menjadi objek

penampungan para santri seperti asrama Gandhi seva loka dengan luas 15x12 M2, lalu

disusul dengan di bangunnya asrama jadid dengan luas 15x12 M2 masih pada tahun

2000. memang pada halnya, sebagai pengemban tugas para santri di tuntut untuk

memproyektifitikan keseharian mereka antara pengembangan ilmu akhirat sebagai

program utama pada bidang pendidikan pondok pesantren, dengan IPTEK sebagai

pendamping projek mereka didunia, maka di bangun kembali satu tempat ibadah untuk

para santri dengan luas 32.5x9.50 M2, di depan pintu gerbang pondok Mulai dari sinilah

perkembangan demi perkembangan terlihat. Terbukti dari munculnya asrama-asrama

baru di lingkungan perkomplekan pondok pesantren yang menjadi pemandangan baru di

wilayah perkomplekan putra dan putri yaitu asrama Hanif (perkomplekan putra) dengan

luas 12x6 M2, asrama H. Kosim (perkomplekan putra) dengan luas 12x6 M2, asrama

Olga Fatma (perkomplekan putra) dengan luas 20x12 M2, asrama Anwariyyah

(perkomplekan putra) dengan luas 56x12 M2,tiga local asrama (perkomplekan putri),

asrama dengan tiga belas kamar (perkomplekan putri), gedung belajar tingkat dua

(perkomplekan putri) dan dua tempat ibadah (Masjid) diarea perkomplekan putra

dengan luas 36x36 M2 dan putri dengan luas 30x30 M2.

Dari waktu ke waktu mulailah tersebar nama Pondok Pesantren Al-Ashriyyah

Nurul Iman dengan seluruh pembiayaan pendidikan, pengobatan, makan dan minum

serta sarana dan pra-sarana ditanggung oleh pihak yayasan (gratis), maka mulai dari

sinilah berdatangan parasantri-santri yang berminat belajar di pondok pesantren tidak

Page 37: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

33

hanya dari daerah Desa Waru Jaya saja, melainkan hingga daerah-daerah jauh di dataran

bumi Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke, bahkan dari luar negeri. nama Al-

Ashriyyah Nurul Iman dinukil dari bahasa Arab, Al-Ashriyyah bermakna modern, yang

tujuannya “menjadi pusat pembinaan pendidikan agama dan pengetahuan umum secara

terpadu dan modern. Nurul Iman berawal dari kosa kata bahasa Arab, Nuur yang

bermakna cahaya, dan Al-Iman bermakna keimanan.

Oleh karena itu Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman di harapkan

mampu menciptakan ulama-ulama yang memiliki ilmu pengetahuan agama dan ilmu

pengetahuan umum yang terpadu dan modern dengan diselimuti cahaya keimanan yang

tinggi. Kini walaupun semakinbertambahnya jumlah santri, tetapi Yayasan Pondok

Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman tetap senantiasa menjadi lembaga Pendidikan yang

seluruh biaya pendidikannya, makan dan minumnya, pengobatannya serta sarana dan

pra sarana lainnya ditanggung oleh Yayasan. Dengan kata lain gratis untuk seluruh

lapisan masyarakat,terutama bagi mereka dari golongan yang tidak

mampu,fakirmiskin,anak yatim serta anak-anak terlantar.

a. Program Pengembangan

Seperti layaknya lembaga pendidikan lainnya, pesantren ini juga memiliki

program pengembangan untuk masa datang baik dalam bidang pendidikan maupun

dalam pengembangan bangunan di lingkungan Pondok Pesantren. Untuk pendidikan,

pesantren ini memiliki program untuk mewujudkan SDM yang berkualitas tinggi dalam

keimanan dan ketakwaan, menguasai IPTEK yang menjadi tumpangan hidup didunia,

oleh sebab itu diadakannya kursusu-kursus diluar pendidikan formal dalam

pembelajaran keseharian para santri seperti diadakannya kursus bahasa, kursus

komputer, kursus menjahit, pelatihan pertanian, pemanfaatan sampah-sampah menjadi

bahan bangunan, peternakan ikan dan lain-lain. Para santri-pun di tuntut untuk mampu

menguasai minimal empat bahasa yaitu bahasa arab, inggeris dan mandarin untuk bekal

panduan pelepasan mereka kelak. Dengan modal awal seperti inilah yang terektur pada

dirimereka agar mampu memproyeksikan ilmu dunia dan ilmu akhirat, serta mampu

mengaktualisasikannya dalam masyarakat dengan menyiapkan calon pemimpin masa

depan yang menguasai IPTEK, mempunyai daya juang tinggi, kreatif, inofatif dan tetap

di landasan iman dan takwa yang kuat, karena itu yayasan berusahamengembangkan

kreatifitas serta meningkatkan pengetahuan dan profesional tenaga kependidikan sesuai

perkembangan dunia pendidikan yang menjadikanpondok pesantren Al Ashriyyah

Page 38: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

34

Nurul Iman sebagai pondok percontohan di seluruh indonesia dalam pengembangan

pengajaran IPTEK dan IMTAK bagipendidikan lembaga lainnya.

Sedangkan untuk program pengembangan pembangunan, pesantren ini memiliki

program untuk menambah asrama untuk anak-anak tinggal, karena anak- anak tidur di

masjid dan tempat - tempat yang terbuka baik anak laki -laki maupun perempuan

mengingat belum cukupnya asrama-asrama sebagai tempat yang layak untuk tempat

tinggal. Di samping itu karena pendidikan ini pendidikan padat karya, Beliau (Al Syekh

Habib Saggaf bin Mahdi) mendidik anak-anak untuk belajar cara membuat roti, tahu,

tempe, kecap, sabun dan tata cara jahit-menjahit. Beliau sangat membutuhkan sarana-

sarana yang memudahkan terlaksananya pendidikan tersebut.Mudah-mudahan cita-cita

ini mengantar anak-anak didiknya di jalan kesuksesan.

b. Pendidikan

Jenjang pendidikan Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman sistem pembelajaran

yang memadukan antara sistem pembelajaran salafiyyah yang merujuk pada

pembahasan kitab-kitab klasik (Tafsir Jalalain, Nahwu Al- Jurumiyah.I’mrithi,Alfiyah,

Fiqih Safinatun Najah, Ghoyah wataqrib, Fathul Mu’in dll). Serta sistem pendidikan

modern yang merujuk pada kurikulum yang ditetapkan oleh DIKNAS.

pendidikan formal yang ada di pondok ini antara lain :

Madrasah Ibtidaiyah (MIN/SD)

Madrasah Tsanawiyah (MTs/SMPN)

Madarasah Aliyah (MA/SMUN)

Institut Habib Saggaf Al-Ashriyyah Nurul Iman (IHSANIAH)

Page 39: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik
Page 40: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik
Page 41: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik
Page 42: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik
Page 43: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik
Page 44: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik
Page 45: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik
Page 46: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik
Page 47: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik
Page 48: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik
Page 49: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik
Page 50: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik
Page 51: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik
Page 52: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik
Page 53: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik
Page 54: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik
Page 55: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik
Page 56: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik
Page 57: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik
Page 58: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

49

BAB IV

PERBANDINGAN PENGELOLAAN EKONOMI

A. Pengelolaan Ekonomi Pesantren Darul Muttaqien

1. Sumber Dana

Pesantren sebagai salah satu lembaga yang telah diakui oleh pemerintah.

Merujuk pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, posisi dan keberadaan Pesantren sebenarnya memiliki tempat yang istimewa.

Namun, kenyataan ini belum disadari oleh mayoritas masyarakat muslim,. Karena

kelahiran Undang-undang ini masih amat belia dan belum familiar

dikalangan Pesantren di Indonesia. Keistimewaan Pesantren dalam sistem pendidikan

nasional dapat kita lihat dari ketentuan dan penjelasan pasal-pasal dalam Undang-udang

Sisdiknas sebagai berikut:

Dalam Pasal 3 UU Sisdiknas dijelaskan bahwa Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Ketentuan ini

tentu saja sudah berlaku dan diimplementasikan di Pesantren. Pesantren sudah sejak

lama menjadi lembaga yang membentuk watak dan peradaban bangsa serta

mencerdaskan kehidupan bangsa yang berbasis pada keimanan dan ketakwaan kepada

Allah SWT serta akhlak mulia. Sehingga format Pesantren kedepan haruslah mampu

bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan yang lain dengan menata kembali

manajemen yang sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan zaman.

Kita menyadari bahwa di banyak Pesantren masalah keuangan selalu menjadi

kendala dalam melakukan aktivitas Pesantren, baik yang berkaitan dengan angaran,

akuntansi, penataan administrasi, alokasi serta kebutuhan pengembangan Pesantren

maupun dalam proses aktivitas keseharian Pesantren. Tidak sedikit Pesantren yang

memiliki sumberdaya baik manusia maupun alamnya tidak tertata dengan rapi, dan

tidak sedikit pula proses pendidikan Pesantren berjalan lambat karena kesalahan dalam

penataan menejemen keuanganya.

Sebagai implementasi dari paradigma manajemen pendidikan yang ada di

indonesia, MBS Manajemen Berbasis Sekolah, masalah keuangan dan pembiayaan

menjadi lebih banyak di atur oleh lembaga pendidikan itu sendiri, tidak terkecuali

Pesantren. Walaupun sebenarnya Pesantren dari dahulu sejak awal berdirinya

memang adalah lembaga yang mandiri dalam penataan manajemennya. Namun

alangkah lebih baik jika Pesantren bisa mengadopsi penataan manajemen yang bisa

membawa kemaslahatan umat. Hal ini tentunya tidak terlepas dari prinsip Pesantren, (a-

lmuhafadhoh ‘ala al-qodim as-sholih – wa al-akhdu bi al-jadid al-ashlah) menjaga

tradisi lama yang bermanfaat dan mengadopsi hal-hal baru yang banyak membawa

mashlahat.[2]

Dana yang diperoleh Pesantren, baik dari pemerintah (jika ada), pemerintah

daerah dan masyarakat, sebagaimana dalam UU Sisdiknas, Pasal 46 no. 1 tahun

2003. perlu di kelola dengan baik, salah satu bentuk pengelolaan yang paling efisien

adalah dengan menginvestasikan.

Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan berarti juga

produksi) dari kapital/modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan

untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Contoh termasuk membangun rel

Page 59: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

50

kereta api, atau suatu pabrik, pembukaan lahan, atau kopontren. Investasi memiliki dua

jenis yaitu:

a. Permanen, artinya permodalan itu sifatnya harus tetap ada dalam organisasi

yang terkait untuk menjalankan fungsinya. Dalam hal ini Pesantren

mendapatkan modal permanen dari pengasuh atau pengelola Pesantren saja.

b. Variabel, artinya permodalan yang jumlah pendapatannya tidak menetap

karena harus disesuaikan dengan perubahan pendapatan dan keadaan

penyokong dana. Dalam hal ini Pesantren mendapatkan modal variable dari

para donatur kemasyarakatan ataupun dari donator alumnus Pesantren dan

para wali santri dan lain-lain.

Sumber-sumber keuangan dalam Pesantren Darul Muttaqien berdasarkan hasil

penelitian secara umum berasal dari :

a. Kontribusi santri

b. Sumbangan dari individu atau organisasi

c. Sumbangan dari pemerintah baik berbentuk BOS (bantuan Operasional

sekolah), maupun sumbangan-sumbangan yang bersifat mengikat

maupun tidak mengikat.

d. Dari hasil usaha pesantren

Penggunaan anggaran dan keuangan, dari sumber manapun, baik pemerintah

ataupun dari masyarakat perlu didasarkan pada prinsip-prinsip umum pengelolaan

pengelolaan keuangan sebagai berikut:

a. Hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang

disyaratkan.

b. Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program / kegiatan.

c. Terbuka dan transparan, dalam pengertian dari dan untuk apa keuangan lembaga

tersebut perlu dicatat dan dipertanggungjawabkan serta disertai bukti

penggunaannya.

d. Sedapat mungkin menggunakan kemampuan/hasil produksi dalam negeri sejauh

dimungkinkan. 1

Sebagai gambaran umum penerimaan dana yang bisa diakses oleh peneliti

dalam pesantren Darul Muttaqien berasal dari iuran bulanan santri dari mulai tingkat

RA, SDIT, SMPIT, MTs dan MA, dana pendaftaran ulang dan sumbangan dari

kementerian yang sifatnya insidental. Disamping itu terdapat pula bantuan dari

pemerintah berupa Biaya Operasional Sekolah yang memang sudah menjadi amanat

Undang-Undang Sisdiknas.

Tabel 1 Penerimaan Dana Daftar Ulang Santri Baru tahun 2013

No Tingkat Pendidikan Siswa Daftar Ulang Jumlah

1 RA 14 Rp. 2.150.000,- Rp. 30.100.000,-

2 SDIT 69 Rp. 8.700.000,- Rp. 600.300.000,-

3 SMPIT 57 Rp. 8.900.000,- Rp. 507.300.000,-

4 TMI (MTs & MA) 348 Rp. 16.300.000,- Rp. 5.672.400.000,-

Total Rp. 6.810.100.000,-

Tabel 2 dana iuran Santri Tahun 2013

No Tingkat Pendidikan Siswa Biaya Bulanan Jumlah

1 Shulton Masyhud dan Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva

Pistaka,2003), Cet.I., hlm 187

Page 60: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

51

1 RA 46 Rp. 300.000,- Rp. 13.800.000,-

2 SDIT 420 Rp. 400.000,- Rp. 168.000.000,-

3 SMPIT 154 Rp. 500.000,- Rp. 77.000.000,-

4 TMI (MTs & MA) 1059 Rp. 1.200.000,- Rp. 1.270.800.000,-

Total per bulan Rp. 1.529.600.000,-

Total Per tahun Rp. 18.355.200.000,-

Tabel 3 Penerimaan Pesantren dari Sektor Usaha

No Jenis Usaha Pendapatan per bulan

1 Mini Market Rp. 21.000.000,-

2 Loundry Rp. 7.000.000,-

3 Perkebunan Rp. 15.000.000,-

Total Rp. 43.000.000,-

Total Pertahun Rp. 516.000.000,-

Tabel 4 Penerimaan Dana Bantuan Dari Kementerian

No Bantuan Jumlah

1 Kementerian Perikanan Rp. 75.000.000,-

2 Wakaf Kementerian Agama Rp. 350.000.000,-

Total Rp. 425.000.000,-

Dari beberapa tabel tersebut, maka apabila dikalkulasikan selama satu tahun

Pesantren Darul Muttaqien akan memperoleh penerimaan dana kurang lebih Rp.

26.106.300.000,- (dua puluh enam milyar seratus enam juta tiga ratus ribu rupiah).

Keseluruhan dana tersebut dipergunakan untuk biaya operasional pesantren dan biaya

pengembangan sarana dan prasarana pesantren.

Sebagai bahan penelitian perbandingan jumlah santri Darul Muttaqien dan guru

serta staf saat ini terdiri dari :

Tabel 5 Jumlah santri tahun 2013

No Jenjang Pendidikan Jumlah Santri

1 TPQ (gratis) 49

2 Diniyah Taklimiyah (gratis) 123

3 RA 46

4 SDIT 420

5 SMPIT 154

6 TMI (MTs & MA) 1059

Total 1.851

Tabel 5 Jumlah Guru dan Staf Pesantren Darul Muttaqien tahun 2013

No Jabatan/posisi Jumlah

1 Guru 157

2 Staf 13

3 OB 26

Total 196

Dari data di atas dapatlah diketahui potensi sumber dana yang cukup besar

dimiliki oleh pesantren Darul Muttaqien. Apabila sumber dana tersebut bisa

dioptimalkan pemanfaatannya secara produktif maka akan menjadi nilai tambah

tersendiri bagi terwujudnya kemandirian pesantren secara ekonomi.

Page 61: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

52

2. Jenis dan Bentuk Kelembagaan

Dengan aset berupa tanah kurang lebih 13,5 ha, maka pesantren Darul

Muttaqien mempunyai potensi ekonomi yang besar dengan lahan yang cukup luas.

Beberapa pesantren modern yang ada diwilayah JABODETABEK telah menjadikan

dana santri sebagai roda penggerak kehidupan pesantrennya. Namun dengan adanya

wacana kemadirian pesantren dalam ekonomi mendorong beberapa pesantren untuk

memanfaatkan sumber daya ekonominya dalam rangka menuju pesantren yang mandiri

secara ekonomi. Darul Muttaqien merupakan salah satu pesantren tersebut yang

mencoba memaksimalkan sumber daya dang dimilikinya untuk memperoleh

kemandirian ekononomi sehingga bisa mengurangi beban santri dalam pembiayaan

pendidikan.

Adapun jenis-jenis pengembangan ekonomi yang dijalankan oleh pesantren

Darul Muttaqien antara lain sebagai berikut :

a. Perkebunan

Usaha perkebunan yang dijalankan oleh pesantren Darul Muttaqin dengan

lahan yang cukup luas adalah menanam pohon Brasena, Jinjing, Jati dan Trembesi pada

lahan kosong yang tidak dimanfaatkan pesantren. Luas lahan yang dipakai untuk

penanaman pohon-pohon ini kurang lebih 1 ha.

Pemilihan jenis-jenis pohon yang ditanam ini karena nilai ekonomis yang

tinggi dan tidak membutuhkan perawatan yang intensif serta biaya tinggi. pohon

Brasena dan pohon jinjing merupakan jenis-jenis tanaman yang diminati negara korea.

Sedangkan pohon jati dan trembesi merupakan bahan dasar bagi pembuatan meubel

maupun peralatan rumah tangga yang bernilai tinggi harganya.

Usaha penanaman pohon jati dan trembesi sudah dilakukan sejak kurang lebih

10 tahun yang lalu, namun karena umurnya pohon jati yang relatif panjang maka sampai

saat ini belum dipetik hasilnya.

Penanaman pohon jati, trembesi, jinjing dan Brasena masih dilakukan dengan

metode tradisional dan tidak memanfaatkan teknologi serta model penanaman yang

ideal, misalnya jarak antar pohon jati hanya 2 meter. Hal ini menjadikan pertumbuhan

pohon jati dan trembesi lambat dan tidak sesuai dengan harapan.

Sedangkan pohon jinjing sudah menghasilkan senilai 15 juta rupiah, namun

hasil ini tidak bisa didapatkan secara periodik karena jumlahnya yang relatif sedikit dan

belum memenuhi kebutuhan pemesan.

b. Perikanan

Dalam bidang perikanan pesantren Darul Muttaqien sudah mengembangkan

ternak ikan patin yang terbagi dalam 4 empang besar. Pembudidayaan ikan patin ini di

dasari pemikiran bahwa budidaya ikan patin relatif mudah dan bisa dikonsumsi untuk

makanan sehari-hari. Sumber makanan ikan patin juga berasal dari sisa-sisa makanan

para santri yang terbuang dan dimanfaatkan untuk makananan iakan patin. Budidaya

ikan patin yang dilakukan oleh pesantren Darul Muttaqien sampai saat ini masih

sekedar untuk memenuhi kebutuhan konsumsi santri belum sampai pada tahap budidaya

secara besar-besaran kemudian dipasarkan keluar pesantren.

Permasalahan yang dihadapi dalam budidaya ikan patin ini adalah kurangnya

sumber air yang merupakan kebutuhan dasar dalam budidaya ikan air tawar. Disamping

belum adanya sumber daya manusia dari pesantren yang secara konsisten mengelola

budidaya ikan patin ini. Pengelola budidaya ikan patin di pesantren Darul Muttaqien

selama ini dilakukan oleh tenaga-tenaga upahan yang terbatas dan tidak melibatkan

santri di dalamnya.

Dalam bidang perikanan pada tahun 2013 ini pesantren Darul Muttaqien juga

mengembangkan budidaya ikan lele dengan model Bioflog hasil kerjasama pesantren

Page 62: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

53

dan kementerian pertanian. Pesantren Darul Muttaqien tahun 2013 ini memperoleh dana

kurang lebih 75 juta rupiah dari kementerian pertanian untuk pengembangan budidaya

lele dengan sistem bioflog. Sistem bioflog adalah teknologi budidaya ikan, dimana

dengan teknologi tersebut kotoran ikan akan berubah menjadi bakteri dan akhirnya

berubah menjadi sejenis makanan ikan. Dengan teknologi ini diharapkan akan diperoleh

sistem budidaya ikan yang bersih dan tidak terkontaminasi dengan bakteri yang

membahayakan sehingga hasil produksi ikan akan lebih banyak dibandingkan dengan

budidaya ikan secara tradisonal. Namun karena masih dalam taraf percobaan, maka

sampai akhir tahun ini belum bisa dilihat hasil dari budidaya ikan lele yang dilakukan

oleh pesantren Darul Muttaqien.

Pengembangan budidaya ikan lele ini ditempatkan di lahan pesantrean yang

diluar komplek pesantren, tepatnya di dusun jampang. Kolam lelenya terbuat dari bahan

terpal dan saat ini baru dikembangkan 10 kolam ikan yang berkapasitas 2500 ekor ikan

lele per kolamnya.

c. Mini Market

Dengan jumlah santri kurang lebih 1800 santri dan guru 230 guru, maka secara

internal jumlah tersebut adalah pangsa pasar yang cukup besar. Di sisi lain juda terdapat

peraturan dari Pesantren bahwa santri tidak boleh membeli makanan dari luar pesantren.

Kondisi inilah yang dimanfaatkan oleh pesantren Darul Muttaqien untuk mendirikan

minimarket yang berfungsi sebagai kantin dan menjual aneka makanan ringan dan

minuman.

Dengan jumlah konsumen yang cukup besar, maka usaha minimarket di dalam

pesantren merupakan salah satu jenis usaha pesantren yang bisa terlihat keuntungannya.

Dari laporan pengurus pesantren, minimarket dalam pesantren Darul Muttaqien bisa

memberikan bagian keuntungan bersih kurang lebih Rp. 21.000.000,00 (dua puluh satu

juta rupiah) per bulannya. Hal ini menunjukkan besarnya nilai konsumsi santri terhadap

makanan ringan, minuman maupun aneka jajanan lainnya.

Dengan nilai keuntungan seperti disebutkan di atas, maka omset penjualan

minimarket pesantren Darul Muttaqien bisa diasumsikan antara 150 juta sampai 200

juta per bulan. Dalam laporan bulan November 2013 total penjualan minimarket

mencapai 186 juta. Dan omset yang sedemikian besar ternyata bisa diperoleh dari

minimarket yang terletak di tengah-tengah pesantren dan menempati lahan yang tidak

terlalu luas.

Hal inilah yang mendorong pengurus pesantren untuk merencanakan membuat

kapasitas usaha minimarket lebih besar dan menjadi supermarket serta tidak hanya

melayani untuk internal pesantren melainkan juga untuk masyarakat sekitar. Namun

untuk mewujudkan rencana tersebut tentu dibutuhkan dana yang sangat besar dan

manajemen profesional dalam pengelolaannya.

d. Koperasi

Dalam pesantren Darul Muttaqien juga terdapat koperasi sekolah yang

didirikan oleh para guru pesantren. Keberadaan koperasi ini lebih dahulu daripada

minimarket. Koperasi pesantren Darul Muttaqien juga sudah mempunyai badan hukum

tersendiri. Koperasi ini didirikan dari simpanan wajib, simpanan pokok dan simpanan

sukarela para guru.

Koperasi yang didirikan para guru dan karyawan Pesantren Darul Muttaqien ini

telah mempunyai badan hukum koperasi semenjak tahun 1998 dengan nomor registrasi

11095/BH/KWK 10/VI/1998 dari Depertemen Koperasi Republik Indonesia.

Bidang usaha koperasi pesantren Darul Muttaqien adalah simpan pinjam

(Baitul Mal wattamwil) dan menjual kebutuhan sembako, seragam santri maupun

peralatan santri seperti sabun mandi, sabun cuci, pasta gigi dan lain-lain.

Page 63: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

54

Pemanfaatan koperasi pesantren Darul Muttaqien pada saat ini hanya untuk

memenuhi kebutuhan internal pesantren dan tidak melayani masyarakat di luar

pesantren. Hal ini disebabkan belum adanya manajemen baik ketika harus berhubungan

dengan masyarakat luar pesantren. Berdasarkan wawancara dengan pengurus pesantren,

ketika awal-awal berdirinya koperasi pesantren juga melayani pinjaman dari

masayarakat luar pesantren, namun dari usaha tersebut hampir 90% akhirnya macet. Hal

inilah yang mendasari pengurus pesantren untuk menutup diri dari masyarakat luar dan

hanya melayani keperluan di dalam pesantren.

Dengan strategi ini ternyata koperasi pesantren Darul Muttaqien akhirnya pada

tahun 2012 yang lalu berhasil membagikan Sisa Hasil Usaha (SHU) kepada para

anggotanya senilai 21 juta rupiah.

e. Loundry

Pada tahun 2013 ini tercatat santri pesantren Darul Muttaqien kurang lebih

1800 santri dari tingkat RA, SD, SMPIT, MTs dan MA. Dengan jumlah santri yang

cukup besar ini maka kebutuhan untuk mencuci pakaian juga sangat besar. Peluang

inilah yang diambil oleh pengurus pesantren untuk membuka usaha loundry bagi santri.

Dengan menggandeng masyarakat sekitar sebagai tenaga kerja, maka dalam pesantren

didirikan unit usaha loundry pakaian.

Usaha ini berjalan cukup lancar karena pangsa pasarnya yang jelas yaitu santri

di pesantren dan hanya menjadi monopoli pihak pesantren untuk mengadakan usaha

loundry. Dengan tingkat pengguna yang jelas maka usaha loundry di pesantren ini bisa

memberikan keuntungan bersih untuk kas pesantren senilai kurang lebih 7 juta rupiah

per bulan.

Jenis usaha loundry ini hampir tidak menemui kendala yang berarti karena

pangsa pasar yang jelas dan juga aturan pesantren yang melarang santri menggunakan

jasa loundry lain di luar pesantren.

f. Pengelolaan sampah

Usaha lain yang sedang dikembangkan oleh pesantren Darul Muttaqien adalah

pengelolaan sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Pada tahun ini diupayakan

pengelolaan sampah menjadi sesuatu yang berguna seperti menjadi pupuk dari sampah.

Model pengelolaannya adalah memisahkan antara sampah dari bahan plastik

dan sampah yang bukan plastik. Sampah-sampah tersebut kemudian dibakar dan abunya

dibuat menjadi pupuk tanaman.

Namun berdasarkan pengamatan penulis pola pengelolaan sampah ini belum

menggunakan teknologi tepat guna hanya dibakar saja dan tidak dipisahkan mana yang

sampah organik dan non organik. Padahal sampah-sampah sisa makanan apabila

dimanfaatkan secara baik dan benar bisa menjadi bahan pupuk organik maupun sumber

bio gas.

g. Usaha Meubel dan Furniture

Pada tahun ini pesantren Darul Muttaqien memperoh bantuan wakaf produktif

dari kementerian Agama senilai 350 juta rupiah. Bantuan ini menurut pihak pesantren

akan dikembangkan dalam bentuk usaha kerajinan ranjang besi, lemari, meja kursi dan

barang meubel lainnya. Dalam rencana usaha tersebut akan didirikan di tanah wakaf

sebelah utara pesantren yang posisinya di pinggir jalan arah Parung Bogor.

Sebagai dana wakaf produktif, maka dana dari kementerian Agama ini harus

bisa dimanfaatkan secara produktif dan dilaporkan penggunaannya. Apabila tidak

dijadikan sebagai aset produktif maka dalam ketentuan bantuan harus dikembalikan ke

Kementerian Agama atau tidak akan diberikan bantuan lagi.

h. Poliklinik

Page 64: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

55

Dalam rangka menjamin tingkat kesehatan dan kenyamanan santri, maka

pesantren Darul Muttaqien menggandeng beberapa pihak untuk bekerjasama dalam

bidang kesehatan dengan mendirikan Poliklinik yang akan melayani kebutuhan santri

dalam bidang kesehatan. Bentuk kerjasama ini dijalankan dengan adanya pembebanan

iuran wajib kesehatan bagi setiap santri sebesar Rp. 11.000,00 (sebelas ribu rupiah)

setiap bulannya. Dan sebagai kompensasinya setiap santri berhak menerima pengobatan

apabila sakit tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan.

Bentuk kerjasama antara pesantren dan pihak Poliklinik ini belum mengarah ke

orientasi bisnis bagi pesantren. Karena pesantren hanya menerima kompensasi berupa

jaminan pelayanan kesehatan bagi santri

Berbagai jenis usaha yang dilaksanakan oleh pesantren Darul Muttaqien

tersebut dalam rangka menggali potensi sumber daya yang dimiliki pesantren dan

diharapkan menuju ke arah kemandirian pesantren dalam bidang ekonomi serta

menunjang pengembangan pesantren dalam pengadaan sarana dan prasarana dalam

bidang pengajaran pendidikan agama. Dengan terpenuhinya sarana dan prasarana yang

lengkap, maka diharapkan akan mencetak generasi-generasi muda yang handal dalam

pengetahuan agama dan berakhlakul karimah.

Pengembangan ekonomi pesantren juga bertujuan memberikan pembelajaran

kepada santri tentang kemandirian ekonomi yang nantinya bisa diaplikasikan oleh para

santri dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga ketika terjun ke masyarakat luas, para

santri sudah dibekali dengan keahlian dalam berwirausaha. Dengan adanya unit-unit

ekonomi dan adanya pelibatan santri di dalamnya, diharapkan memupuk jiwa

enterpreuneurship para santri dengan mengajarkan para santri mengenai seluk beluk

berwirausaha baik ketika dalam masa sulit atau berkembangnya usaha.

Dengan adanya model pembelajaran 24 jam sehari dibawah pengasuhan

guru/ustadz, maka sistem pondok pesantren diharapkan dapat menyentuh sisi-sisi

afektif, kognitif dan psikomotorik dari santri, sehingga terbentuk jiwa santri yang

tangguh berpengetahuan dan kreatif serta berakhlakul karimah. Dengan demikian fungsi

pesantren, selain sebagai pusat pengkaderan ahli-ahli (center of excellence) dan sebagai

lembaga yang mencetak sumber daya manusia (human resource), juga sebagai lembaga

yang mempunyai kekuatan melakukan pemberdayaan pada masyarakat (agent of social

change).2

3. Pihak Pengelola

Berbagai jenis-jenis usaha yang dijalankan oleh beberapa pesantren dalam

beberapa penelitian terdahulu, ada yang dijalankan secara profesional namun

kebanyakan masih dijalankan secara tradisional. Pengelolaan secara tradisional artinya

belum memasukkan aspke-aspek manajemen dalam berwirausaha. Aspek-aspek

manajemen tersebut meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengawasan secara integral.

Berdasarkan penelitian yang ditemukan pada pesantren Darul Muttaqien pola-

pola pengembangan usaha pesantren cenderung belum memaksimalkan fungsi

manajemen dalam berwirausaha secara optimal sehingga hasil yang dicapai pun masih

jauh dari harapan.

Dalam bidang perkebunan yang menanam pohon jati, trembesi, brasena dan

jinjing dan ternak ikan patin serta lele pesanatren Darul Muttaqien mempercayakan

kepada suatu tim tersendiri yang ketuanya dijabat oleh Duklan Wastim, bagian

2 Ahmad Faozan, "Pondok Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi", hal. 2.

Page 65: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

56

administrasi dijabat oleh Ridwan dan Pengawas akuntansi oleh Taufiq Baris yang

berdasarkan hasil wawancara adalah orang-orang dari pesantren yang telah mendapat

pelatihan-pelatihan tentang usaha tersebut. Namun dari hasil penelitian belum

tergambarkan secara jelas arah dan pengembangan usaha-usaha tersebut dalam rangkan

menunjang kemandirian pesantren dalam bidang ekonomi.

Usaha lain yang dikembangkan oleh pesantren Darul Muttaqien adalah

Koperasi pondok pesantren (KOPONTREN) yang telah berbadan hukum dengan nomor

registrasi 11095/BH/KWK 10/VI/1998 dari Depertemen Koperasi Republik Indonesia.

Koperasi ini merupakan hasil usaha bersama para guru dan karyawan pesantren yang

didirikan dengan menarik simpanan wajib, simpanan pokok dan simpanan sukarela dari

para guru dan karyawan pesantren.

Pengurus koperasi pesantren Darul Muttaqien dengan ketua Aos Abdul Ghaos,

Sekretaris Herman Nurrohman dan Agus Hidayat serta Bendahara Yasin Dahlan yang

merupakan guru dan pengurus pesantren. Para pengurus koperasi berasal dari internal

pesantren yang sudah memperoleh beberapa pelatihan mengenai perkoperasian yang

dilakukan oleh departemen koperasi maupun lembaga-lembaga swasta.

Namun karena kopontren Darul Muttaqien hanya diorientasikan untuk

kebutuhan internal, maka manfaat yang diperoleh juga hanya dinikmati oleh kalangan

internal pesantren. Dari hasil wawancara diketahui bahwa koperasi pesantren pernah

melakukan usaha simpan pinjam untuk masyarakat luar pesantren dengan mekanisme

BMT (Baitul Maal wattamwil), namun karena tingkat pengembaliannya rendah dan

kurangnya SDM terlatih sehingga usaha simpan pinjam ke masyarakat luar pesantren

mengalami kerugian. Hal ini mendorong pengurus koperasi pesantren membuat

kebijakan hanya melayani kebutuhan internal.

Mini Market yang dijalankan oleh pesantren pada asalnya adalah usaha dari

koperai pesantren. Dalam perkembangan selanjutnya Mini Market dikelola oleh

kepengurusan tersendiri sehingga bisa memberikan manfaat ekonomi terhadap

pesantren. Dan hasilnya ternyata Mini Market yang berada dalam komplek pesantren

bisa memberikan bagi hasil senilai 21 juta rupiah per bulan kepada pesantren. Mini

Market ini dikelola oleh pengurus dibantu oleh beberapa orang santri dengan ketuanya

Taufiq Bariz Pulungan.

Sedangkan usaha poliklinik merupakan kerjasama antara pesantren Darul

Muttaqien dengan dr. Raihan Batan, seorang dokter profesional yang mendirikan

poliklinik di Pesantren dengan tujuan melayani kebutuhan kesehatan pesantren

masyarakat luar pesantren. Bentuk kerjasamanya adalah pendirian klinik oleh dokter

dan kewajiban tiap santri membayar Rp. 11.000,- (sebelas ribu rupiah) tiap bulan

sebagai dana kesehatan.

4. Distribusi dan Kerjasama

Distrusi adalah proses penyaluran dari produsen ke konsumen, atau proses

yang menjembatani produsen atau penyedia jasa ke pengguna akhir. Dalam bahasa

ekonomi fungsi distribusi sangatlah penting karena tanpa distribusi maka kepentingan-

kepentingan konsumen dan produsen tidak akan tersampaikan.

Pemberdayaan ekonomi Pesantren melalui berbagai usaha-usaha produktif

dimaksudkan agar manfaatnya dirasakan oleh seluruh civitas pesantren dan

menciptakan kemandirian ekonomi. Demikian pula apa yang dilakukan oleh pesantren

Darul Muttaqien dengan pemberdayaan ekonominya juga dimaksudkan terwujudnya

distribusi manfaat ekonomi bagi seluruh santri maupun pengurus pesantren.

Apabila diteliti budidaya ikan patin dan ikan lele walaupun masih sedikit

volume produksinya, namun hasilnya didistribusikan kepada para santri sebagai lauk

Page 66: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

57

pauk konsumsi sehari-hari. Demikian pula hasil penjualan dari perkebunan, material,

minimarket dan loundry semuanya dimasukkan dalam pendapatan pesantren yang

digunakan untuk membiayai operasional pesantren.

Sedangkan koperasi yang menyediakan seragam santri dan perlengkapan santri

hasilnya didistribusikan untuk para anggota koperasi yang terdiri dari guru dan para

pengurus pesantren.

Dalam mewujudkan pengembangan ekonomi di pesantren Darul Muttaqien,

maka pihak pesantren tidak bisa melaksanakan sendiri. Untuk itu pesantren senantiasa

melakukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam menunjang pengembangan

ekonomi pesantren. Kerjasama yang dilakukan oleh pesantren Darul Muttaqien antara

lain dengan kementerian pertanian, kementerian Agama, para dokter maupun lembaga-

lembaga lain yang menyediakan pelatihan-pelatihan bagi peningkatan kompetensi

pengelola ekonomi pesantren,.

5. Perkembangan dan Proyeksi ke depan

Pemberdayaan ekonomi pesantren memang masih menjadi pekerjaan rumah

yang besar dari pesantren-pesantren yang adan di Indonesia. Pada satu sisi pesantren di

Indonesia rata-rata memiliki sumber daya yang banyak, berupa lahan yang luas dan

sumber daya manusia yang cukup banyak tersedia. Namun di sisi lain sumber daya yang

melimpah tersebut tidak dimanfaatkan secara optimal disebabkan orientasi pesantren

yang hanya mengfokuskan dirinya pada proses pengajaran pendidikan agama dengan

mengandalkan biaya operasaionalnya dari syahriyah (iuran bulanan) santri. Pola

pemikiran seperti inilah yang perlu adanya perubahan dalam orientasi dari yang

bergantung pada iuran santri dan bantuan pihak lain menjadi pesantren yang

berkemandirian ekonomi.

Berdasarkan data keuangan pesantren maka tingkat kontribusi dari usaha-usaha

yang dijalankan sebesar Rp. 43.000.000,- (empat pulh juta rupiah) per bulan. Apabila

dibandingkan dengan uang syahriyah santri yang berjumlah Rp. 1.529.600.000,- (satu

milyar lima ratus dua pulh sembilan juta enam ratus ribu rupiah) maka tingkat

kontribusi usaha pesantren hanya menyumbang total 2,81 % dari pemasukan pesantren.

Jumlah ini relatif kecil dan kurang memberikan dampak ekonomis dalam membentuk

kemadirian pesantren.

Oleh karena itu ke depannya pesantren Darul Muttaqien menginginkan

optimalisasi sumber daya ekonominya dengan pengembangan-pengembangan yang

lebih baik dan profesional dalam usaha-usaha perekonomiannya. Sebagai rencana awal

yang sudah tersedia sarana dan prasarananya adalah pengembangan minimarket menjadi

supermarket yang melayani kebutuhan internal pesantren dan masyarakat umum. Usaha

supermarket mempunyai prospek yang cukup menjanjikan karena perubahan gaya hidup

masyarakat modern yang lebih menyukai berbelanja di supermarket daripada belanja di

pasar tradisional. Hal ini memberikan peluang usaha supermarket akan memperoleh

pendapatan yang cukup besar bagi keuangan pesantren.

Usaha yang masih dalam taraf percobaan adalah budibaya ikan lele dengan

sistem bioflog. Sementara ini pesantren Darul Muttaqien hanya membuat 10 kolam ikan

lele, apabila nanti hasil percobaannya sesuai dengan yang diharapkan, maka usaha

budidaya ikan lele akan lebih dikembangkan dengan volume produksi yang lebih besar

dan bisa di jual ke masyarakat luas. Yang menjadi faktor keuanggulan lain dari

pesantren Darul Muttaqien adalah posisinya yang tidak jauh dari pasar Parung (kurang

lebih 2 KM) sehingga akan memudahkan dalam pemasaran produksinya.

Posisi pesantren yang berada di pinggir jalan raya Parung Bogor merupakan

posisi yang strategis bagi pengembangan usaha ekonomi pesantren. Apalagi pesantren

Page 67: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

58

masih memiliki lahan tanah wakaf kurang lebih 2 ha yang belum dimanfaatkan secara

optimal dan menempati posisi pinggir jalan raya. Potensi sumber daya ini apabila bisa

dimanfaatkan secara optimal maka akan bisa memberikan manfaat yang cukup besar

bagi terwujudnya kemandirian ekonomi pesantren bukan hanya mengandalkan iuran

bulanan santri.

B. Pengelolaan Ekonomi Pesantren Al-Ashriyah

1. Sumber Dana

Pondok Pesantren merupakan lembaga dan wahana pendidikan agama

sekaligus sebagai komunitas santri yang “ngaji“ ilmu agama Islam. Pondok Pesantren

sebagai lembaga tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung

makna keaslian (indigenous) Indonesia3, sebab keberadaanya mulai dikenal di bumi

Nusantara pada periode abad ke 13 – 17 M, dan di Jawa pada abad ke 15 – 16 M4.

Pondok pesantren pertama kali didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim

atau Syekh Maulana Magribi, yang wafat pada tanggal 12 Rabiul Awal 822 H,

bertepatan dengan tanggal 8 April 1419 M5. Menurut Ronald Alan Lukens Bull, Syekh

Maulana Malik Ibrahim mendirikan Pondok pesantren di Jawa pada tahun 1399 M

untuk menyebarkan Islam di Jawa6. Namun dapat dihitung bahwa sedikitnya pondok

pesantren telah ada sejak 300–400 tahun lampau. Usianya yang panjang ini kiranya

sudah cukup alasan untuk menyatakan bahwa pondok pesantren telah menjadi milik

budaya bangsa dalam bidang pendidikan, dan telah ikut serta mencerdaskan kehidupan

bangsa7.

Tradisi pondok pesantren paling tidak memiliki lima elemen dasar, yakni

pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab Islam klasik dan kiai8. Menurut Martin

van Bruinessen, salah satu tradisi agung (great tradition) di Indonesia adalah tradisi

pengajaran agama Islam, yang bertujuan untuk mentransmisikanIslam tradisional

sebagaimana yang terdapat dalam kitab-kitab klasik yang ditulis berabad-abad yang

lalu. Proses belajar mengajarnya dilakukan melalui struktur, metode dan literatur

tradisional, baik berupa pendidikan formal di sekolah atau madrasah dengan jenjang

yang bertingkat, ataupun pemberian pengajaran dengan sistem halaqah dalam bentuk

wetonan atau sorogan. Ciri utama dari pengajaran tradisional ini adalah cara pemberian

ajarannya yang ditekankan pada penangkapan harfiah atas suatu kitab (teks) tertentu.9

Dalam perkembangan selanjutnya pesantren sangat diminati masyarakat karena

dianggap sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya mengajarkan berbagai ilmu-

ilmu agama dan umum tetapi juga membentuk karakter manusia yang berakhlakul

karimah sehingga terbentuk manusia yang mumpuni dalam bidang agama dengan

akhlak yang mulia. Bahkan dalam perkembangan pada saat ini sudah banyak pesantren

yang mengembangkan orientasinya disamping pengajaran pendidikan agama juga

memberdayakan ekonominya dengan mengeksplorasi sumber daya alam maupun

3 Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren: sebuah Potret Perjalanan (Jakarta: Paramadiana,

1997), h. 3. 4 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren (Jakarta: INIS, 1994), h. 6.

5 Wahjortomo, Perguruan Tinggi Pesantren (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h. 70.

6 Ronald Alan Lukens Bull, A Peaceful Jihad: Javanese Education and Religion Identity

Construction, ( Michigan:Arizona State University, 1997), h. 70 7 Mastuhu. Dinamika….., h. 7.

8 Zamakhsyari Dhofier. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kiai

(Jakarta:LP3ES, 1982), h. 44. 9 Martin van Bruinessen, Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat (Bandung: Mizan, 1995), h. 17.

Page 68: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

59

sumber daya manusia yang dimilikinya serta membentuk jiwa enterpreneurship pada

santrinya.

Dalam kenyataannya keberadaan pondok pesantren di Indonesia pada

umumnya mempunyai dua modal utama dalam perekonomian yaitu modal berupa tanah

sebagai sumber daya yang luas dan tenaga santri yang merupakan faktor tenaga kerja

dalam perekonomian. Kelebihan-kelebihan inilah yang dimiliki oleh pondok pesantren

di Indonesia dan apabila dapat dimanfaatkan secara optimal akan menumbuhkan potensi

perekonomian yang sangat besar. Hal inilah yang coba dimanfaatkan oleh pendiri

pesantren Al Ashriyah untuk memberdayakan potensi perekonomian yang dimiliki

pesantren dalam rangka kemandirian pesantren dalam bidang ekonomi.

Dari hasil wawancara diketahui bahwa salah satu usaha yang dijalankan oleh

pesantren Al Ashriyah Nurul Iman adalah daur ulang sampah. Usaha faur ulang sampah

ini dijalankan dengan cara memisahkan sampah organik dan anorganik. Sampah organik

diolah menjadi bahan pupuk kompos yang bisa dijual ke petani sedangkan sampah

anorganik bisa dijual ke pengumpul barang bekas. Sumber bahan sampah yang diolah

berasal dari pesantren sendiri maupun dari pasar Parung Bogor karena posisi dari

pesantren yang berkedatan dengan pasar. Dan hasilnya setelah beberapa tahun berjalan

usaha daur ulang sampah ini bisa membeli mesin pengolah sampah, mesin pabrik roti

maupun alat-alat produksi lain yang menunjang perekonomian di pesantren Al

Ashriyah.

Dari usaha daur ulang sampah inilah kemudian pesantren Al Ashriyah

mengembangkan usaha-usaha di bidang lain seperti usaha pabrik roti, usaha produksi

tahu, tempe dan susu kedelai, pertanian, perikanan, peternakan, konveksi, entertainment,

foto copy, warnet maupun produksi air minum “Ointika”.

Disamping berasal dari modal sendiri, pengembangan usaha-usaha di pesantren

Al Ashriyah juga menerima bantuan dari berbagai pihak yang ingin berpartisipasi dalam

pengembangan pesantren. Pihak-pihak luar tersebut antara lain dari berbagai

KEDUBES negara asing yang ada di Indonesia, kementerian Kelautan dan Perikanan,

kementerian Perumahan Rakyat, kementerian Pembangunan Desa tertinggal,

kementerian Pertanian, PASPAMPRES, Pemerintah Daerah (PEMDA) Bogor, Yayasan

BUNDA SUCI, Dompet Dhuafa, maupun pihak-pihak individu yang berkenan

memberikan sumbangan ke Pesantren. Untuk penyelenggaraan pendidikannya pesantren

Al Ashriyah juga menerima dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dari

KEMENDIKBUD.

Sumber dana untuk biaya operasional pondok pesantren seluruhnya berasal

dari hasil usaha pesantren, baik usaha mandiri yang dilakukan oleh pesantren, maupun

berbentuk kerjasama dengan pihak luar. Sumber dana yang dihasilkan dari usaha

pesantren adalah hasil usaha dari unit- unit wirausaha yang menghasilkan produk dan

jasa, seperti pabrik roti, susu kedelai, percetakan, air mineral kemasan hexagonal,

perikanan, peternakan dan lain- lain. Sedangkan sumber dana yang berasal dari

kerjasama dengan pihak luar adalah meliputi; menyewakan lahan sawah seluas 200

hektar di wilayah Karawang dan kerjasama permodalan tambang batubara di

Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Sumatera. Kini sedang dirintis kerjasama

penanaman pohon Jinjing seluas 60 hektar di kawasan Bogor.

Dana modal wirausaha pada tahap awal diperoleh dari hasil daur ulang sampah.

Misalnya untuk membeli mesin pembuat roti dan donat, mesin pembuat tahu dan lain-

lain banyak yang berasal dari hasil daur ulang sampah. Sedangkan dana untuk

pembangunan fisik pesantren, seperti asrama, masjid, ruang belajar dan sebagainya

lebih banyak diperoleh dari sumbangan para dermawan, baik dalam bentuk fisik

bangunan maupun uang tunai melalui rekening pesantren.

Page 69: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

60

Seluruh dana/ keuangan bermuara ke pesantren dan pengelola keuangan

dikontrol dan dipegang oleh pimpinan pondok pesantren.

2. Jenis dan Bentuk Kelembagaan

a. Koperasi Pesantren

Koperasi Pondok pesantren Al- Ashriyyah Nurul Iman bernama KOPERASI

NURUL IMAN SEJAHTERA dengan akta pendirian oleh notaris Subijanto

Sastrodirdjo, SH, MH nomor 14 tanggal 26 April 2012. Sebelum berbadan hukum, koperasi Nurul Iman dalam operasionalnya sempat

beberapa kali pindah kantor tempat beroprasi. Tahun 2003 berkantor di sebuah gedung yang

saat ini dipergunakan sebagai asrama santri. Kemudian pada tahun 2005, berpindah di salah satu

ruang masjid, selama lebih kurang 4 tahun. Selanjutnya tahun 2009 berpindah lagi di gedung

yang sebelumnya ditempati oleh para dewan asatidz dan berkantor selama 2 tahun. Semakin

banyaknya santri yang belajar di Pondok Pesantren al-Ashriyyah Nurul Iman, maka kemudian

dibangun gedung khusus untuk Koperasi, dan mulai menempati. kantor baru tersebut sejak

tahun 2011 sampai sekarang. Selain itu, semakin bertambahnya unit usaha di Pondok Pesantren

al-Ashriyyah Nurul Iman, koperasi kini sudah berbadan hukum dan namanya menjadi Koperasi

Nurul Iman Sejahtera.

Koperasi merupakan penggerak sekaligus pengelola berbagai bidang usaha, termasuk

pemasaran berbagai produk yang dihasilkan oleh pondok pesantren, baik produk yang dijual

maupun yang hanya untuk internal pesantren. Dalam transaksi jual beli menggunakan cara

pembayaran online bekerja sama dengan BRI Syari’ah. Santri dan seluruh pengelola/

Pembina pesantren tidak memegang uang cash, tetapi seluruhnya berada di rekening

pesantren.

Demikian juga pengadaan seluruh material dan bahan pangan (seperti

pengadaan kedelai, terigu, gula dan lain- lain) seluruhnya ditangani oleh koperasi.

Sehingga yang memberikan laporan keuangan adalah pihak koperasi bekerjasama

dengan pengelola unit wirausaha. Secara kordinatif, koperasi menangani unit- unit wirausaha yang ada di pondok

pesantren, yaitu pabrik air hexagonal “Ointika”, pabrik tahu dan tempe, pabrik roti, Nurul Iman

Offset, budidaya ikan air tawar dan ikan hias, pembuatan pupuk organic, pertanian, daur ulang

sampah, biogas, peternakan sapi dan kambing, toserba dan susu kedelai.

Susunan Pengurus Koperasi adalah:

Ketua : Umi Waheeda binti Abdul Rahman, S.Psi, M.Si

Sekretaris I : Syarifah Rodiyyahbinti habib Saggaf

Sekretaris II : Syarifah Rugayyah binti Habib Saggaf

Pengawas : Habib Muhammad Waliyullah bin habib Saggaf

Habib Idrus, ST

b. Daur Ulang Sampah

Daur ulang sampah Nurul Iman merupakan salah satu unit usaha di Yayasan

al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School. Berawal dari tumpukan sampah

yang dikumpulkan oleh bidang kebersihan Pondok Pesantren al-Ashriyyah Nurul Iman

yang semakin hari semakin bertambah sehingga sangat mengganggu kelestarian

lingkungan.. Dari sampah yang dikumpukan oleh bidang kebersihan itulah, kemudian

petugas daur ulang menyortir dan menjual jenis sampah yang bisa didaur ulang sebagai

tambahan pemenuhan kebutuhan pesantren.

Pada tahun 2004, daur ulang sampah Nurul Iman diresmikan secara langsung

oleh Abah dan Umi, dengan tujuan untuk “melestarikan lingkungan hidup dan

meningkatkan kretivitas santri yang mandiri”. Pada tahun 2006 unit daur ulang sampah

membeli mesin daur ulang organik yang dipergunakan untuk mengolah sampah organik

menjadi pupuk kompos. Pupuk tersebut kemudian dimanfaatkan untuk pertanian

Page 70: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

61

pesantren dan didistribusikan pada petani luar. Daur ulang sampah Nurul Iman

mempunyai slogan 3R (reduce, re-use dan recycle): mengurangi, menggunakan kembali

dan mendaur ulang.

Unit usaha daur ulang semakin pesat dan berkembang sehingga pada tahun

2011 memiliki mesin cacah plastik. Jenis plastik yang dapat diolah yaitu jenis plastik

HDPE, PET/PETE, PVC, LDPE, PP, PS dan sebagainya.

Proses yang dilakukan oleh unit daur ulang sampah Nurul Iman adalah:

1. Pengumpulan

2. Pemilahan

3. Penggilingan

4. Pemrosesan

5. Pendistribusian

Dengan berbekal peralatan seperti asrama bank sampah, mesin pencacah

sampah organik dan mesin pencacah plastik, unit usaha daur ulang akan mengolah dan

mendaur ulang sampah menjadi barang jadi yang bisa dipakai kembali.

Hasil dari usaha daur ulang sampah digunakan untuk membeli berbagai

peralatan kewirausahaan, salah satunya adalah mesin pembuat roti. Saat ini usaha daur

ulang sampah menghasilkan keuntungan Rp 2 juta perminggu.

c. Toserba

Toserba Nurul Iman merupakan bidang usaha yang pertama kali berdiri di Pondok

Pesantren al- Ashriyyah Nurul Iman. Berawal dari keinginan para santri yang ingin

menyediakan makanan ringan untuk rekan-rekannya, beberapa santri menghadap Abah

(panggilan untuk As Syekh Habib Saggaf Bin Mahdi Bin Syekh Abu Bakar Bin Salim)

bermaksud mengutarakan niatnya. Dengan diberi modal sebesar Rp 50.000,00 oleh Abah

berdirilah embrio Toserba Nurul Iman, tepatnya pada tahun 1999.

Usaha tersebut sempat vakum selama beberapa tahun karena banyaknya pedagang dari

luar pondok yang menjajakan dagangannya di kompleks Pondok Pesantren al-Ashriyyah Nurul

Iman. Selain itu juga karena pada saat itu banyak wali santri yang membantu memberikan

barang kebutuhan sehari-hari dalam jumlah yang cukup banyak. Baru pada pertengahan tahun

2003, embrio Toserba Nurul Iman dapat eksis beroperasi

Saat ini Toserba Nurul Iman menjadi penyuplai kebutuhan santri dengan menyediakan

berbagai macam kebutuhan sehari-hari, diantaranya perlengkapan sekolah seperti buku, alat-alat

tulis, kitab; keperluan sehari-hari seperti peralatan MCK, peralatan makan, snack & makanan

kecil, dan sebagainya; Toserba Nurul Iman juga melayani penyimpanan uang dalam bentuk

tabungan yang pada gilirannya berguna dalam transaksi pembelian. Tidak hanya itu, Toserba

Nurul Iman juga menyediakan kebutuhan sembako yang khusus diperuntukkan bagi para dewan

asatidz yang sudah berkeluarga. Dari semua kegiatan operasional yang dikordinasi oleh Toserta,

Toserba Nurul Iman dapat menggerakkan ekonomi pesantren dengan omzet sebesar ± Rp

240.000.000,00 per bulan.

Toserba Nurul Iman dalam transaksi menerapkan sistem yang unik. yaitu tidak

menggunakan uang cash dalam transaksi pembelian melainkan menggunakan voucher. Voucher

tersebut diperoleh dengan menabung uang di BRI Syari’ah, yang selanjutnya digunakan sebagai

alat transaksi pembelian.

d. Pertanian

Pertanian al-Ashriyyah Nurul Iman, atau sering juga disebut dengan Departemen

Pertanian Pondok Pesantren al-Ashriyyah Nurul Iman (DEPTANI), merupakan salah satu unit

usaha yang pertama kali berdiri di Yayasan al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School,

Departemen Pertanian al-Ashriyyah Nurul Iman tepatnya didirikan pada tanggal 5 Maret 2004.

Departemen Pertanian mempunyai visi dan misi sebagai berikut:

Page 71: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

62

Visi “Mengembangkan pertanian modern berteknoogi tinggi dan bertaraf internasional menuju

swasembada pangan dan konversi bahan makanan pokok masyarakat serta memenuhi kebutuhan

pangan harian pada Yayasan al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School.”

Misi

1) Menjadikan pertanian Nurul Iman sebagai pertanian percontohan yang

menerapkan teknologi modern bertaraf internasional;

2) Menjadikan pertanian Nurul Iman sebagai sarana riset untuk

mengembangkan teknologi pertanian modern;

3) Ikut berpartisipasi dalam merealisasikan program konversi bahan makanan

pokok masyarakat Indonesia dari nasi ke bahan makanan pokok jagung,

singkong dan lain sebagainya;

4) Menggalakan program go green Indonesia secara terus menerus dan

berkesinambungan. Pada tahun 2012-2013 Departemen Pertanian al-Ashriyyah Nurul Iman memiliki

Agenda Kegiatan untuk menanam berbagai macam pohon dan tanaman, diantaranya pohon

kalba, terong, kangkung, pepaya, kacang panjang, kacang tanah, singkong, kunyit, temulawak,

lengkuas, dan trembesi.

Selain pertanian yang berada di sekitar komplek pesantren, pondok pesantren

mempunyai sawah seluas 200 hektar di daerah Karawang. Sawah tersebut menjadi salah satu

sumber pokok pengadaan beras untuk kebutuhan pangan para santri. Untuk saat ini lahan sawah

tidak dikelola oleh pesantren, tetapi disewakan kepada pihak luar. Hasil dari sewa tersebut

dibelikan beras untuk memenuhi bahan pangan seluruh warga pesantren.

Sedangkan di wilayah Bogor pesantran Al Ashriyah juga memiliki lahan kurang lebih

60 hektar yang rencananya akan ditanami pohon jinjing, jagung, trembesi maupun sayur mayur

untuk kebutuhan pesantren. Pemilihan pohon jinjing ini karena perawatannya yang tidak terlalu

rumit dan dalam jangka waktu tiga tahun sudah bisa dipetik hasilnya. Komoditas pohon jinjing

ini sangat diminati oleh negara-negara Korea maupun China. Namun dengan luasnya lahan

yang dimiliki oleh pesantren maka upaya penanaman pohon jinjing secara luas juga

membutuhkan dana yang sangat besar.

Produk sayur mayur seperti daun singkong dan daun pepaya dimanfaatkan untuk

kebutuhan internal pesantren. Akan tetapi jumlah produksinya belum mencukupi untuk

kebutuhan pesantren yang menghidupi kurang lebih 11.000 santri dan guru di pesantren.

Sehingga setiap hari pesantren Al Ashriyah masih membeli produk sayur mayur dari petani

untuk mencukupi kebutuhan konsumsi pesantren.

e. Perikanan

Daerah Parung, Bogor merupakan kawasan penghasil ikan air tawar terbesar di

wilayah Jabodetabek. Di daerah Parung sendiri ada banyak petani ikan dengan berbagai macam

produk ikan, baik ikan konsumsi maupun ikan hias. Sebagian besar pelaku usaha perikanan

membudidayakan ikan konsumsi, seperti: ikan lele, ikan mas, ikan mujair, ikan nila dll. Produk

ikan nila di daerah Parung masih tergolong langka dibandingkan dengan ikan-ikan konsumsi

lain. Ikan nila yang banyak dibudidayakan oleh para pelaku usaha perikanan di daerah Parung

adalah ikan nila jenis nila hitam. Sementara yang dikembangkan di Yayasan al-Ashriyyah Nurul

Iman Islamic Boarding School adalah produk ikan nila merah yang merupakan salah satu jenis

ikan konsumsi yang masih sangat jarang dibudidayakan oleh kebanyakan pelaku usaha

perikanan, khususnya di daerah Parung.

Usaha perikanan di Yayasan al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School telah

bergulir sejak tahun 2005 hingga sekarang. Alasan dibukanya sektor usaha perikanan karena

1) Potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Al Ashriyyah

Nurul Iman sangat memungkinkan untuk budidaya ikan. Secara keseluruhan

terdapat 35 hektar empang yang terbentang di sebelah barat Pondok Pesantren

Page 72: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

63

Al Ashriyyah Nurul Iman, namun saat ini hanya sekitar 6 hektar yang

dimanfaatkan.

2) Potensi sumber daya manusia yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Al

Ashriyyah Nurul Iman sangat memungkinkan untuk pengembangan budidaya

ikan, khususnya santri pria. Hingga saat ini sedikitnya terdapat 1.000 santri pria

yang dapat diterjunkan untuk pengembangan berbagai bidang usaha, termasuk

perikanan. Selain itu juga untuk memberikan kesempatan kepada santri Pondok

Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman untuk belajar dan berkarya di bidang

perikanan.

3) Potensi alam yang terdapat di Bogor, khususnya Parung sangat memungkinkan

bagi pengembangan budidaya ikan air tawar. Daerah Parung sendiri merupakan

daerah penghasil ikan air tawar terbesar di Jawa Barat. Usaha perikanan Yayasan al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School

memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh usaha perikanan lain, khususnya usaha-

usaha perikanan di daerah Parung. Keunggulan yang utama adalah karena usaha perikanan di

Yayasan al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School menggunakan metode

AQUACULTURE, yaitu metode budidaya ikan dengan menggunakan media kolam buatan

berbahan dasar serat fiber berbentuk lingkaran dan oval. Metode ini memberikan beberapa

keunggulan, antara lain:

1) Kolam ikan berbentuk lingkaran atau oval yang memungkinkan ikan untuk

bergerak dengan bebas tanpa menemukan sudut-sudut mati pada kolam.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh konsultan perusahaan kami, hal tersebut

akan sangat baik bagi perkembangan ikan.

2) Bentuk kolam yang berbentuk lingkaran atau oval memungkinkan aliran air

dapat terus bergerak dengan sangat sedikit sekali meninggalkan kotoran yang

umumnya tertinggal dan mengendap pada sudut-sudut kolam. Air yang lebih

bersih tentunya akan memberikan dampak yang sangat baik bagi perkembangan

ikan. Usaha perikanan di Yayasan al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School

memiliki misi untuk menyediakan ikan-ikan konsumsi air tawar yang menyehatkan dengan

harga terjangkau untuk masyarakat lokal dan nasional serta mengembangkan industri ikan

konsumsi air tawar di Indonesia, khususnya di daerah Bogor, Jawa Barat. Dengan tercapainya

misi tersebut, diharapkan nantinya usaha perikanan dapat menjadi perusahaan penyedia ikan

konsumsi air tawar berkualitas tinggi nomor satu di Indonesia.

f. Pabrik Roti

Untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan Pondok Pesantren, Abah

dengan dibantu para santrinya mendaur ulang sampah yang ada di Pondok Pesantren al-

Ashriyyah Nurul Iman. Hasil dari daur ulang sampah tersebut dipergunakan untuk

mendirikan usaha pembuatan roti, dan secara resmi berdirilah Pabrik Roti pada tahun

2006. Melalui pabrik roti pimpinan pesantren mengajarkan kepada para santrinya selain

menguasai ilmu-ilmu agama juga menguasai ilmu kewirausahaan. Selain itu, beliau

selalu menekankan agar santri mampu menjadi santri mandiri tanpa bergantung kepada

orang lain yaitu dengan berwirausaha.

Saat ini, Pabrik Roti Nurul Iman mengembangkan usahanya dengan

memproduksi donat. Pabrik Roti Nurul Iman menghabiskan bahan baku untuk

memproduksi roti sebanyak 24 bal adonan per hari, sementara untuk memproduksi

donat menghabiskan bahan baku sebanyak 14 bal adonan per hari. Dari jumlah tersebut,

produksi roti untuk saat ini mencapai 7.200 biji per hari dengan distribusi ke santri putra

sebanyak 4.000 biji dan santri putri sebanyak 3.200 biji. Sedangkan produksi donat

Page 73: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

64

mencapai 3000 biji per hari, dengan distribusi untuk santri putra 1500 biji dan santri

putri 1500 biji. Harga roti/ donat Rp 1.000,-/ buah

Dengan jumlah produksi roti sebesar 7.200 biji per hari dan donut 3.000 biji

per hari dan semua habis terjual. Maka dapat diperkirakan usaha pembuatan roti dan

donat akan memperoleh omzet Rp. 10.200.000,- per hari nya. Dan karena ongkos

tenaga kerja yang gratis maka usaha pembuatan roti ini apabila diasumsikan keuntungan

per bijinya Rp. 600,-, maka dalam sehari akan memberikan tingkat keuntungan sebesar

Rp. 6.120.000,- dan dalam sebulan tingkat keuntungannya sebesar Rp. 183.600.000,-

(seratus delapan puluh tiga juta enam ratus ribu rupiah).

g. Nurul Iman Offset Pada awal bulan Juni tahun 2007, Abah as-Syekh Habib Saggaf bin Mahdi bin Syekh

Abi Bakar bin Salim telah membeli sebuah mesin Offset berukuran sedang, yang dibeli dengan

harga kurang lebih Rp 365.000.000,00. Keberadaan mesin inilah yang melahirkan keputusan

bahwa, di Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School akan berdiri sebuah

usaha percetakan. Kemudian berdasarkan surat keputusan pimpinan Yayasan Al-Ashriyyah

Nurul Iman Islamic Boarding School nomor: 039/YAPPANI/VI-2007 tentang pendirian usaha

percetakan, memutuskan bahwa terhitung mulai tanggal 03 Juni 2007, berdiri sebuah usaha

percetakan yang sekarang dinamai “Nurul Iman Offset“. Dalam perkembangannya percetakan

ini mencetak berbagai macam kebutuhan cetak seperti buletin, majalah, undangan, poster,

kalender, kartu nama, buku, modul pelajaran, buku-buku LKS dari tingkat SD sampai dengan

tingkat Perguruan Tinggi (mahasiswa), dan buku penunjang pelajaran lainnya.

Setelah mengalami perkembangan yang pesat, tak hanya dengan mesin offset yang

ada, terdapat pula mesin foto copy dengan merek Canon seharga Rp 25.000.000,00 yang

mampu memfoto copy kertas sebanyak 10 ribu lembar per jam. Ada juga mesin foto copy

bermerek Rizo dengan harga Rp 20.000.000,00 yang mampu memfoto copy kertas sebanyak 20

ribu lembar per jam.

Seiring berjalannya waktu, muncul keinginan untuk meningkatkan kualitas dan variasi

produk, maka Nurul Iman Offset kemudian menambah peralatan produksi dengan membeli

mesin dan bahan pembuatan pin seharga kurang lebih Rp. 2.000.000,00 serta alat dan bahan

pembuatan KTM dan ID card seharga Rp. 300.000,00 dan masih banyak lagi alat maupun hasil

produksi yang dihasilkan oleh Nurul Iman offset.

Saat ini, Nurul Iman Offset mampu melayani order pembuatan berbagai jenis produk

offset dengan jumlah tak kurang dari 20 macam, diantaranya cetak buku, cetak majalah, cetak

undangan, kalender, kop surat, kwitansi, id card, pembuatan pin, plakat, papan nama, jasa

desain grafis, banner, x banner, poster, stiker, name tag, laminating, penjilidan, penjilidan spiral,

bingkai, dan sebagainya.

h. Produk Air Hexagonal “Ointika” Berdasarkan penelitian Kementrian Pekerjaan Umum yang dilansir oleh media massa

nasional di awal tahun 2007 terungkap 13 sungai di Jakarta tercemar berbagai macam bakteri

sehingga dapat menyebabkan berbagai macam penyakit bagi yang mengkonsumsi air tersebut.

Dengan memperhatikan kondisi yang memperihatinkan bagi masyarkat Indonesia yang

notabenenya adalah negara agraris namun saat ini keberadaanya terusik oleh berbagai

pencemaran, maka Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman memproduksi air minum

OINTIKA melalui tekhnologi Reverse Osmosis yang memiliki berbagai manfaat dan

keunggulan serta dapat meningkatkan kesehatan konsumen.

Perusahaan air minum ini menyediakan air murni alami yang terdapat di kedalaman

120 meter di bawah permukaan tanah. Melalui proses penyulingan yang higienis menggunakan

teknologi reverse osmosis, air hexagonal didapatkan. Dinamakan hexagonal karena molekul air

jenis ini memiliki enam (hexa) sisi. Air ini memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan

dengan air pentagonal pada umumnya. Diantaranya, ikatan molekul air hexagonal labih kecil

dan lebih mudah diterima oleh sel tubuh, sehingga memungkinkan terhindarnya tubuh dari

berbagai macam penyakit.

Page 74: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

65

Selain itu, air hexagonal memiliki daya teraphy dan sangat berkhasiat bagi kesehatan

manusia, diantaranya:

1) Kaya akan oksigen.

2) Steril, bersih dari kuman, bakteri dan virus yang menyebabkan berbagai penyakit.

3) Meringankan fungsi kerja organ tubuh seperti ginjal dan darah.

4) Mudah diserap tubuh dan membawa sisa racun keluar dari diding sel tubuh

sehingga tubuh lebih sehat.

5) Dapat menggantikan cairan dalam tubuh yang notabene 60% adalah cairan

hexagonal.

6) Membantu proses penyembuhan dan menjaga kondisi kesehatan.

7) Berpotensi lebih besar dalam menyeimbangkan suhu dalam tubuh.

8) Apabila digunakan untuk menanak nasi, maka nasi tersebut lebih tahan lama dan

tidak cepat basi.

9) Mencuci ikan laut untuk mengurangi bau amis dan lebih segar.

Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman memproduksi jenis air minum murni

hexagonal OINTIKA dengan berbagai kemasan yaitu:

1) Kemasan gelas 220 ml (Rp 20.000,00/dus)

2) Kemasan botol ukuran 600 ml (Rp 2.500,00/botol)

3) Kemasan botol ukuran 1,5 liter (Rp 5.000,00/botol)

4) Kemasan galon ukuran 19 liter. (Rp 40.000,00/galon)

5) Isi ulang galon (Rp 11.000,00)

Dengan mengkonsumsi air minum hexagonal OINTIKA, kita ikut membantu

pemerintah dalam program pola hidup sehat masyarakat Indonesia dengan memberikan air

murni hexagonal dengan harga terjangkau serta mengembangkan industri air murni hexagonal

di Indonesia khususnya di daerah Bogor, Jawa Barat.

Produksi air minum OINTIKA yang dijalankan oleh pesantren Nurul Iman tidak

dilaksanakan secara kontinyu akan tetapi menunggu pesanan dari pelanggan. Hal ini disebabkan

biaya produksinya yang cukup besar dan tingkat pemasaran air minum kemasan yang

membutuhkan biaya besar akibat tingkat persaingan yang tinggi dalam usaha air minum

kemasan. Sehingga tingkat produksi dan keuntungan dari hasil usaha air minum kemasan tidak

bisa diprediksi tiap bulannya. Hal ini membutuhkan kerjasama dengan berbagai pihak dalam

rangka pemasaran air minum dalam kemasan produksi pesantren Al Ashriyah Nurul Iman

sehingga bisa dikenal secara luas ke masyarakat dan menambah tingkat keuntungan bagi

pesantren.

i. Konveksi

Konveksi Nurul Iman (KONI) merupakan salah satu unit Koperasi Nurul Iman

Sejahtera yang bergerak di bidang jahit menjahit. Berdirinya Konveksi Nurul Iman berawal

pada tahun 2009 dimana kegiatan jahit menjahit bermula dengan jahitan manual (jahitan tangan)

oleh sekelompok santri yang menamakan diri sebagai Asrama Umi Olga Fatma Tailor. Saat itu,

Asrama Umi Olga Fatma Tailor sudah menghasilkan produk berupa jahit peci sarung, baju

sarung, celana sarung, dan vermak. Meskipun masih dilakukan secara manual, hasil jahitan

Asrama Umi Olga Fatma Tailor mampu memberikan kepuasan kepada konsumen bahkan

semakin bertambah banyak konsumen yang membutuhkan jasa menjahit.

Perkembangan yang diraih oleh Asrama Umi Olga Fatma Tailor mendapat perhatian

dari pimpinan yayasan Sayyiduna Syekh Habib Saggaf bin Mahdi bin Syekh Abi Bakar bin

Salim. Tepat pada tanggal 12 Februari 2010, Asrama Umi Olga Fatma Tailor berganti nama

menjadi Konveksi Nurul Iman (KONI) sekaligus peresmian ruang praktek Konveksi Nurul

Iman (KONI) oleh Yayasan al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School.

Saat ini, Konveksi Nurul Iman menerima jasa menjahit antara lain:

1) Vermak

2) Jahit Baju Koko

3) Jahit Baju Gamis

4) Jahit Baju Jubah

Page 75: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

66

5) Jahit Baju Safari

6) Jahit Baju Kemeja

7) Jahit Baju Jas Almamater

8) Jahit Baju Seragam Sekolah

9) Jahit Baju Toga

10) Jahit Celana Seragam

11) Jahit Celana Samurai

12) Dan lain-lain

j. NIC Barbershop

Terlihat rapihnya suatu pesantren itu juga dilihat dari kerapihan penampilan para

santrinya. Abah, Syayiduna Syeh Habib Saggaf bin Syeh Abi Bakar bin Salim sangat

menekankan akan kerapihan dan kedisiplinan para santrinya, bahkan menganjurkan kepada para

santri putra untuk mencukur rambutnya hingga 3 cm demi menjaga kesehatan dan kerapihan.

Sepeninggalnya Abah datang seorang dermawan yaitu Ibu Lisa. Beliau adalah rekan

bahkan telah menganggap Abah sebagai keluarganya sendiri. Ibu Lisa bekerja sebagai manager

sekaligus pemilik salon terbesar di Jakarta, Lisa Salon. Awalnya beliau membantu dalam

perapihan rambut santri putra dengan mengirim 10 karyawannya untuk mencukur rambut santri

putra yang dilakukan 2 kali dalam 1 minggu.

Dalam satu hari mampu mencukur mencapai 150 orang. Namun, karena banyaknya

jumlah santri yang ada di Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman, usaha tersebut terasa

kurang maksimal.

Kemudian Ibu Lisa memberikan bangunan dengan ukuran 6 x 5 meter sebagai gedung

salon yang diresmikan pada tanggal 19 September 2011 oleh Umi Waheeda dan Ibu Lisa. Salon

Nurul Iman sekarang ini dipercayakan kepada santri yang diketuai oleh Ust. Fakhrurozi dengan

16 anggota tenaga kerja. Sesuai dengan motto Pondok Pesantren al-Ashriyyah Nurul Iman, free

and quality education, Salon Nurul Iman ini pun sama sekali tidak memungut biaya dalam

melayani para santri.

k. Tahu, Tempe, dan Susu Kedelai

Pabrik tahu, tempe berdiri pada tanggal 30 November 2007, diresmikan langsung oleh

pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren al-Ashriyah Nurul Iman, as-Syekh al-Habib Saggaf bin

Mahdi bin Syekh Abi Bakar bin Salim beserta Bapak Ketua MPR RI saat itu, Bapak M. Hidayat

Nur Wahid. Kemudian pada tanggal 23 November 2010, mulai memproduksi susu kedelai guna

membantu mencukupi pemenuhan kebutuhan santri.

Tahu dan tempe yang merupakan salah satu makanan khas Bangsa Indonesia,

diproduksi sebagai salah satu menu makanan sehari-hari bagi santri Pondok Pesantren al-

Ashriyyah Nurul Iman, sedangkan susu kedelai dimaksudkan sebagai penambah asupan gizi

bagi santri, diperuntukkan khusus bagi para santri dengan dibuat dari bahan dasar alami tanpa

bahan pengawet dan pemanis buatan. Sehingga dari SDM yang baik dan sehat akan muncul

kreatifitas yang baik pula serta sebagai penyeimbang bagi perekonomian di Pondok Pesantren

al-Ashriyyah Nurul Iman. Lebih dari itu, dengan mengkonsumsi tahu, tempe, dan susu kedelai

murni, maka kita ikut memperbaiki generasi bangsa dimana kandungan protein yang terdapat di

dalamnya mampu meningkatkan SDM bagi generasi Bangsa Indonesia.

Tahu tempe tidak dijual kepada santri, tetapi dijadikan menu makan sehari- hari, yaitu

sebagai lauk pauk. Tahu tempe menjadi lauk pauk pokok yang diberikan kepada santri.

Sedangkan produksi susu kedelai di jual kepada santri dengan harga Rp. 1.000,- per

bungkusnya. Dari penjualan susu kedelai ini pihak pesantren bisa memperoleh tingkat

keuntungan kurang lebih Rp. 4.000.000 per harinya atau Rp. 120.000.000, - per bulannya.

l. Peternakan

Page 76: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

67

Peternakan di Yayasan al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School berawal

pada tahun 2007 saat Abah memberi amanat berupa 5 ekor kambing kepada salah satu santrinya

yang bernama Jalaludin untuk dipelihara. Pemeliharaan kambing sebanyak 5 ekor tersebut

dimaksudkan sebagai masa percobaan dalam usaha peternakan yang pada saat itu memakan

waktu selama 2 tahun. Dalam kurun waktu 2 tahun tersebut, kambing yang tadinya berjumlah 5

ekor tersebut berkembang biak menjadi 12 ekor.

Perkembangan peternakan yang dicapai oleh Jalaludin selama masa percobaan sangat

signifikan, kemudian dibentuklah bidang peternakan di Yayasan al-Ashriyyah Nurul Iman

Islamic Boarding School. Sebagai penunjang usaha, kemudian pada tanggal 3 Maret 2011

dibangun kandang sapi dengan ukuran 6 x 18 meter. Pada saat ini peternakan dibagi menjadi 2

yaitu peternakan kambing dan sapi, dengan jumlah ternak masing-masing 125 ekor kambing

dan 52 ekor sapi. Adanya peternakan adalah sebagai objek pelatihan dan penelitian bagi para

mahasiswa dan santri baik dari dalam maupun luar pesantren dan sebagai bentuk kewirauhaan

yang membantu kesejahteraan pesantren.

Peternakan Nurul Iman mempunyai program antara lain:

a. Penelitian

b. Pelatihan

c. Pemeliharaan

d. Penggemukan

e. Penyedian hewan kurban dan aqiqah

m. Entertainment

Dengan jumlah santri yang cukup besar dan adanya kewajiban pengabdian

kepada pesantren selama 2 tahun, maka setiap tahunnya pesantren Al Ashriyah Nurul

Iman mempunyai sumber daya manusia yang melimpah dengan biaya yang minimal.

Hal ini mendorong pihak pesantren untuk memberdayakan setiap sumber daya manusia

yang dimilikinya dengan meningkatkan kemampuan tiap-tiap santri dalam

berwirausaha. Salah satu bidang wirausaha yang dijalankan oleh pesantren Al Ashriyah

adalah entertainment yang meliputi jasa rias pengantin dan kesenian musik hadrah dan

kelompok marawis.

Jasa entertainment ini masih bersifat insidentil ketika ada pemesanan dari

masyarakat. Namun berdasarkan wawancara dengan Umi Waheeda, jasa-jasa

entertainment yang dilaksanakan oleh pesantren Al Ashriyah Nurul Iman mampu

memberikan tingkat keuntungan minimal Rp. 2.000.000,- per bulannya. Adapun

pemasarannya hanya mengandalkan relasi dari Umi Waheeda maupun pihak-pihak yang

terkait dengan pesantren Al Ashriyah Nurul Iman.

n. Warnet

Pondok Pesantren Al Ashriyah Nurul Iman adalah pesantren yang menerapkan

model pendidikan keagamaan modern mengadopsi kurikulum dari KEMENDIKBUD

dalam pendidikan formal yang dilaksanakannya. Disamping itu pesantren juga masih

mengajarkan berbagai kajian keagamaan dengan model salafi dari berbagai kitab-kitab

kuning yang diajarkannya.

Sebagai konsekwensi pola pendidikan modern, maka pendidikan yang

dijalankannya harus mengikuti perkembangan-perkembangan terbaru dalam dunia

pendidikan. Hal inilah yang melandasi terbentuknya unit usaha WARNET dalam

pesantren, sebagai media komunikasi dan informasi bagi santri dalam mengembangkan

keilmuannya. Usaha WARNET yang dijalankan oleh pesantern Al Ashriyah hanya

diperuntukkan bagi santri-santrinya dan digunakan dalam waktu-waktu yang telah

ditentukan serta hanya bertujuan untuk menunjang sistem informasi dan komunikasi

bagi santri di pesantren.

Page 77: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

68

o. Paving Block

Mulai tahun 2012, pihak pesantren Al Ashriyah juga mencoba

mengembangkan kegiatan usahanya di bidang pembuatan Paving Block untuk

pembuatan jalan maupun halaman. Usaha pembuatan Paving Block ini didasari

pemikiran untuk pengembangan jenis usaha dengan mengandalkan sumber daya yang

dimiliki oleh pesantren.

Dengan pemanfaatan informasi dan teknologi serta ketersediaan bahan baku,

maka produksi Paving Block mulai dijalankan oleh Pesantren Al Ashriyah dengan total

volume produksi 200 biji per harinya. Paving Block buatan pesantren Al Ashriyah ini

lebih keras dan kuat daripada paving block yang dijual di pasaran karena menggunakan

campuran plastik dalam pembuatannya sehingga hasilnya lebih kuat dan tidak mudah

patah.

Produksi Paving block yang dijalankan oleh pesantren Al Ashriyah Nurul Iman

saat ini hanya bersifat insidental dan tidak masif karena kendala pemasaran yang masih

terbatas pada pemesanan saja. Hal ini karena bahan baku pembuatannya juga relatif

mahal, sehingga apabila diproduksi secara massal tetapi pemasarannya masih terbatas,

maka akan ada modal yang menganggur (idle) dan kurang memberi manfaat bagi

pesantren.

p. Tambang Batubara

Dalam rangka pengembangan usahanya, pondok pesantren Al Ashriyah Nurul

Iman bekerjasama dengan Yayasan BUDHA SUCI mengembangkan usaha tambang

Batubara yang berlokasi di Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Sumatera.

Usaha Batubara ini sudah berjalan semenjak Habib Saggaf masih hidup dan dilanjutkan

sampai saat ini.

Usaha tambang Batu bara ini dijalankan oleh pihak pesantren bekerjasama

dengan yayasan Bunda Suci dengan sistem bagi hasil 70% untuk pesantren dan 30%

untuk yayasan Bunda Suci. Dan walaupun tidak ada data yang akurat mengenai hasil

usahanya, nampaknya hasil dari usaha tambang batubara ini menyumbang pemasukan

terbesar bagi operasional pesantren Al Ashriyah Nurul Iman.

3. Pihak Pengelola

Dalam rangka mewujudkan kemandirian ekonomi Pondok Pesantren, maka

pondok pesantren Al Ashriyah mengembangkan berbagai jenis usaha yang bisa

memberikan tingkat keuntungan guna menutupi biaya operasional pesantren. Keinginan

mengembangkan berbagai unit usaha ini didasarkan pada prinsip pesantren yang ingin

mengembangkan pendidikan keagamaan secara gratis dan berkualitas sehingga

menciptakan SDM santri yang mumpuni dalam bidang agama dan enterpreneurship.

Unit-unit usaha yang dikembangkan oleh pesantren Al Ashriyah Nurul Iman

hingga saat ini mencakup 16 jenis unit usaha yang semua bertujuan untuk menutupi

biaya operasional pesantren dan pengembangan pesantren mengarah pada pendidikan

yang berkualitas. Untuk itu diperlukan pengelolaan usaha yang profesional, mandiri dan

bermutu.

Dalam rangka meraih tujuan itu maka Umi Waheeda selaku pimpinan Pondok

Pesantren Al Ashriyah menerapkan kebijakan one gates system dalam pengelolaan unit-

unit usaha dalam pesantren. Dalam kebijakannya semua arus uang ataupun barang yang

keluar dan masuk dalam unit usaha harus dilaporkan setiap hari kepada Umi Waheeda.

Dari laporan yang masuk tersebut, maka akan dirumuskan langkah-langkah berikutnya

dalam distribusi hasil-hasil unit usaha. Dan semua transaksi keuangan keluar dan

Page 78: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

69

masuknya memanfaatkan fasilitas perbankan yang pada saat ini menggunakan BRI

Syariah.

Dalam semua bidang unit usaha, Umi Waheeda menunjuk koordinator yang

bertanggung jawab atas unit usaha tersebut. Dan koordinator unit usaha harus

melaporkan pekerjaannya maksimal jam 9 pagi setiap harinya. Dengan konsep seperti

ini maka setiap perencanaan bisa dilakukan setiap harinya.

Sedangkan SDM pengelola unit usaha yang ada di Pesantren Al Ashriyah rata-

rata diambil dari santri yang sudah lulus pendidikan S1 dan mempunyai kewajiban

mengabdi ke Pesantren selama 2 tahun. Para santri ini harus mengabdi di pesantren

dengan terlibat langsung dalam unit-unit usaha di pesantren baik pertanian, peternakan,

perkebunan, pabrik tahu, tempe dan susu kedelai maupun unit-unit usaha lain di

pesantren. Sebagai koordinator unit usaha biasanya pesantren menunjuk tenaga-tenaga

yang sudah profesional di bidang tersebut dan mau bekerjasama dengan pesantren.

Untuk lebih mengoptimalkan fungsi manajemen, maka Umi Waheeda

membagi tugas dalam pesantren menjadi 3 departemen yaitu Departemen Pendidikan,

Kerjasama dan Wirausaha. Ketiga departemen ini masing-masing bertanggung jawab

dalam bidangnya dan secara keseluruhan beretanggung jawaba kepada pimpinan

Pesantren.

4. Distribusi dan Kerjasama

Seluruh program wirausaha dikerjakan oleh para alumni yang sedang

mengabdi selama dua tahun dan dibantu oleh santri yang masih aktif secara terbatas dan

bergiliran. Kecuali pengembangan dan pengelolaan sawah di daerah Karawang

diberdayakan dengan cara disewakan. Cara seperti ini dilakukan terutama karena dua

pertimbangan. Pertama tempat relatif jauh dari pesantren, sehingga harus ada

pengelolaan dan pengawasan secara intensif. Hal ini akan dapat menguras energi yang

cukup besar. Kedua kondisi lahan yang kurang baik (kw 3), sehingga produk yang

dihasilkan tidak dapat diprediksi (rata- rata hanya satu kali panen dalam satu tahun).

Seluruh wirausaha diperuntukan bagi para santri, baik berupa produk maupun

jasa. Dari dua hal tersebut (produksi dan jasa) dari segi pemanfaatannya ada yang gratis

dan ada yang dijual kepada santri. Jasa dan produk yang gratis adalah: Pangan (hasil

pertanian/ sawah, tahu, tempe, air mineral bukan kemasan, perikanan dan peternakan)

dan barbershop. Jasa dan produk yang dijual kepada santri adalah: Roti, donat, susu

kedelai, air mineral dalam kemasan dan pakaian.

Ada produk pesantren yang sudah go public, yaitu air mineral Oinka yang

sudah dipasarkan ke kawasan Bogor Jawa Barat khususnya dan beberapa lembaga di

kawasan Jakarta. Harga jual produk mineral ini adalah:

a. Kemasan gelas 220 ml (Rp 20.000,00/dus)

b. Kemasan botol ukuran 600 ml (Rp 2.500,00/botol)

c. Kemasan botol ukuran 1,5 liter (Rp 5.000,00/botol)

d. Kemasan galon ukuran 19 liter. (Rp 40.000,00/galon)

e. Isi ulang galon (Rp 11.000,00)

Usaha lain yang dipasarkan ke luar pesantren (menerima order) meskipun

dalam jumlah yang terbatas adalah: konveksi, produk percetakan, paving block. Selain

itu ada juga usaha batu bara di kawasan Kalimantan dan Sumatera. Usaha kerjasamanya

adalah pihak pesantren sebagai salah satu pemegang sahamnya, dan seluruh

keuntungannya digunakan untuk pemberdayaan pondok pesantren.

Dalam bidang kerjasama Pesantren Al Ashriyah Nurul Iman menjalin

kerjasama dengan berbagai pihak baik muslim maupun non muslim dalam rangka

menunjang keberhasilan sektor usaha pesantren. Seperti dalam bidang pertambangan

Page 79: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

70

pesantren Al Ashriyyah menjalin kerjasama dengan Yayasan Bunda Suci. Dalam bidang

pertanian dan perkebunan bekerjasama dengan kementerian Pertanian dan Perikanan

serta HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) dan pihak-pihak lain yang berminat

bekerjasama dalam bidang tersebut. Dalam bidang kesehatan pihak pesantren juga

bekerjasama dengan Dompet Dhuafa dengan menyediakan Layanan Kesehatan Cuma

(LKC) untuk santri dan yayasan Bunda Suci yang setiap tiga bulan mengirimkan tenaga

dokter untuk memeriksa kesehatan santri.

5. Perkembangan dan Proyeksi ke depan

Secara kuantitatif jumlah santri Pondok Pesantren Al- Ashriyyah Nurul Iman

pernah mencapai jumlah 18.000 orang santri ( tahun 2011). Bahkan Habib Saggaf

semasa hidupnya berobsesi dapat menampung santri sebanyak 40.000 orang. Tetapi

cita- cita tersebut belum dapat terwujud sebelum Habib Saggaf berpulang ke

Rahmatullah (12 Nopember 2010).

Kini top leader Pondok Pesantren dipegang oleh Umi Waheeda (isteri Habib

Saggaf). Ia ingin bertindak realistis, tidak lagi berobsesi jumlah santri yang banyak

tetapi Umi mencanangkan jumlah santri cukup dengan kisaran lk 10.000 orang saja.

Untuk mencapai jumlah tersebut maka diupayakan dengan mengatur input dan output

santri, karena animo masyarakat yang ingin nyantri di Pesantren Al- Ashriyyah Nurul

Iman masih cukup tinggi, namun daya tampung dan kemampuan ekonomis pesantren

sangat terbatas. Hal ini ia lakukan agar dapat mengoptimalkan proses pendidikan yang

berkualitas dan mewujudkan kemandirian ekonomi pesantren. Umi sebagai backbone

(tulang punggung) pesantren pengganti Abah (panggilan untuk Habib Saggaf) tidak

ingin menggandalkan donator untuk sekedar dapur pondok berasap, tapi ia ingin

mengoptimalkan wirausaha- wirausaha yang ada. Kalau dulu wirausaha di dalam

pondok adalah sebagai vocational studies (pendidikan keterampilan) semata, tetapi kini

diupayakan wirausaha itu dapat menghidupi pesantren.

Pada pembinaan terhadap ribuan santri di masjid putra, Umi Waheeda

menegaskan agar para santri kelak menjadi orang yang mandiri, tidak menjadi pegawai

atau karyawan di suatu instansi, lembaga atau departemen tertentu, tetapi berupaya

membuka lapangan kerja untuk dirinya dan orang lain. “Manusia yang paling baik

adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain” Demikian penegasan Umi,

mengutip sebuah Hadits Nabi SAW.

Pesantren Al- Ashriyyah Nurul Iman mengembangkan sikap kemandirian yang

sangat menonjol. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator yang mengarah kepada

terciptanya kemandirian. Misalnya dalam pengembangan pendidikan pesantren, ia

berani dan konsisten membina pendidikan dan kegiatan ekonomi untuk menunjang

kebutuhan pesantren yang seluruhnya dijalankan oleh tenaga- tenaga internal, yaitu para

santri (terutama santri senior yang sedang mengabdi selama dua tahun). Konsep ini

memiliki kekhasan tersendiri dan bersifat independen. Pesantren telah memiliki sistem

pendidikan pesantren yang sekaligus mengintegrasikan nilai- nilai kewirausahaan yang

memadai, terstruktur dan tertata secara sistematis, baik dilihat dari substansi maupun

strateginya.

Ada tiga poin yang direkomendasikan untuk pesantren dalam rangka

pengembangan bidang ekonomi pesantren ke depan, yaitu:

a. Mendapatkan perizinan pembelian beras dari Bulog dengan standar harga

raskin

b. Kerjasama dengan pihak luar dalam pengelolaan sawah milik pesantren.

(kini sawah seluas 200 hektar di Karawang disewakan)

c. Pemberian modal usaha bagi semua unit wirausaha

Page 80: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

71

Mengamati kondisi riil unit-unit wirausaha pesantren, bila dikelola, ditata dan

dikembangkan secara professional, maka wirausaha pesantren dapat berkembang secara

optimal, dan tidak saja dapat membackup kebutuhan pangan, tetapi menunjang

kebutuhan- kebutuhan lainnya.

Selain pesantren mengembangkan nilai-nilai pendidikan “kepesantrenan”,

pembina pesantren berupaya menanamkan akan pentingnya enterpreneurship

(wirausaha) bagi generasi muda (baca: santri). Pesantren Nurul Iman tak mau kalah

peranannya dalam mencetak manusia yang kreatif, produktif dan mandiri. Unit- unit

wirausaha dijalankan bukan sekedar menghasilkan profit saja, namun memberikan

pendidikan yang nyata akan kemandirian finansial. Atas kesadaran itu, pembina

pesantren menggagas social enterpreneurs, yaitu menciptakan usaha mandiri yang di

dalamnya terdapat nilai- nilai sosial dengan melakukan serta membangun sebuah usaha

untuk mendapatkan keuntungan yang mengacu kepada nilai- nilai sosial, dalam

membantu masyarakat atau memberdayakan masyarakat (khususnya para santri yang

jumlahnya banyak)

Sebagai lembaga pendidikan yang menggratiskan seluruh biaya pendidikan,

tempat tinggal, konsumsi hingga kesehatan, tentunya Nurul Iman memiliki cara

tersendiri dalam membangun kemandirian perekonomiannya. Apa yang telah

diupayakan sejauh ini, menciptakan manusia yang memiliki social enterpreneurs namun

yang Islami, menjalankan Syari’at Islam dalam prosesinya, merupakan bukti keseriusan

dalam upaya melahirkan para social enterpreneurs yang dapat mengisi lapisan- lapisan

usaha kecil dan menengah yang handal dan mandiri. Sebenarnya yang diperlukan adalah

menghidupkan kembali tradisi yang kuat di masa lampau dengan menyesuaikan pada

kondisi masa kini dan pada tantangan masa depan.

Meskipun telah melakukan loncatan yang jauh, pihak pesantren tidak puas

dengan apa yang telah dihasilkan sekarang ini, karena selain belum mencapai hasil yang

optimal, tantangan di depan menghadang dengan kencang. Maka Umi Waheeda sang

Nachoda Pesantren saat ini terus berupaya membuat link dan melakukan loby dengan

berbagai pihak luar yang mempunyai komitmen terhadap pendidikan, khususnya

pesantren. Karena disadari benar, bahwa untuk membangun lembaga pendidikan dengan

ribuan santri, perlu dukungan moral maupun material yang besar dari semua pihak.

Jenis- jenis wirausaha yang dikembangkan oleh pesantren Nurul Iman yang

dikelola langsung oleh para santri secara mandiri dan memberikan konstribusi penuh

terhadap kebutuhan pangan pesantren, memberikan gambaran secara umum, bahwa

pesantren siap menjadi “ icon “ masa depan pendidikan yang berkualitas dan mandiri.

C. Perbandingan Pengelolaan 1. Sumber dana

Pesantren Darul Muttaqien dan Al-Ashriyah Parung memiliki jumlah

santri yang cukup besar. Pesantren Darul Muttaqien memiliki santri

sebanyak 1.851 orang. Dari jumlah tersebut terdapat 172 santri TPQ dan

Diniyah Takmiliyah yang berbiaya gratis. Selebihnya adalah santri TK,

SDIT, SMPIT, MTs, dan MA yang berbiaya sesuai dengan ketentuan

pesantren. Adapun jumlah santri di Pesantren Al-Ashriyah mencapai

10.300 orang dari tingkat TK sampai perguruan tinggi. Seluruh biaya bagi

santri gratis termasuk biaya makan dan asrama.

Sumber dana kedua pesantren tersebut hampir sama. Jika dipetakan dalam

tiga kategori, yaitu kontribusi santri, sumbangan pihak lain (individu,

Page 81: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

72

lembaga swasta, dan pemerintah), dan usaha pesantren, maka pesantren

Darul Muttaqien mendapatkan sumber pendanaan dari tiga pihak tersebut

sedangkan pesantren Al-Ashriyah bersumber dari sumbangan pihak lain

dan usaha pesantren.

Sumber pendanaan Pesantren Darul Muttaqien berasal dari santri

(pendaftaran dan iuran bulanan) yang mencapai 96,4% dari seluruh dana

yang masuk ke pesantren. Adapun sumber kedua berasal dari usaha yang

dimiliki pesantren yang mencapai 2%. Sumber dari bantuan pemerintah

sebesar 1,6%.

Berbeda dengan Darul Muttaqien, Pesantren Al-Ashriyah mendapatkan

sumber pembiayaan pendidikan terbanyak dari usaha yang dimilikinya.

Dari sektor daur ulang sampah yang merupakan sayap usaha rintisan

awal, pesantren mendapatkan pemasukan sekitar 10 juta setiap bulan.

Usaha yang cukup dinamis adalah toserba milik pesantren yang omzetnya

mencapai 240 juta setiap bulannya. Hasil pertanian yang selama ini

dimanfaatkan langsung oleh pesantren terutama untuk sayuran yang

dimasak untuk kebutuhan santri. Usaha lain yang cukup besar

menyumbang kas pesantren adalah bisnis roti yang setiap harinya

omzetnya mencapai sepuluh juta lebih. Produksi tahu, tempe, dan kedelai

bisa menghasilkan pendapatan untuk pesantren sekitar 120 juta setiap

bulannya. Sumber pendapatan besar lainnya untuk pesantren adalah

penghasilan dari saham yang dimiliki pesantren di perusahaan tambang

batu bara di wilayah Sumatera dan Kalimantan.

Usaha yang dimiliki pesantren ada yang dikerjakan secara mandiri dan ada

yang berbentuk kerjasama dengan pihak luar. Sumber dana yang dihasilkan

dari usaha pesantren adalah hasil usaha dari unit- unit wirausaha yang

menghasilkan produk dan jasa, seperti pabrik roti, susu kedelai, percetakan,

air mineral kemasan hexagonal, perikanan, peternakan dan lain- lain.

Sedangkan sumber dana yang berasal dari kerjasama dengan pihak luar

adalah meliputi; menyewakan lahan sawah seluas 200 hektar di wilayah

Karawang dan kerjasama permodalan tambang batubara. Kini sedang dirintis

kerjasama penanaman pohon Jinjing seluas 60 hektar di kawasan Bogor.

Grafik 1

Sumber Pendapatan Pesantren Darul Muttaqien

Page 82: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

73

Jenis usaha minimarket yang dimiliki pesantren Al-Ashriyah dan Darul

Muttaqien memiliki sumbangsih cukup signifikan bagi pesantren.

Minimarket Darul Muttaqien menyumbang hampir 50% pendapatan

pesantren dari sektor usaha. Adapun perkebunan menyumbang 35% dan jasa

laundry mencapai 16%.

2. Jenis dan bentuk kelembagaan

Jenis usaha cukup banyak macamnya. Jika dikelompokkan dalam kategori

tertentu, maka secara umum jenis usaha yang digeluti masyarakat meliputi

pertanian, perdagangan, perikanan, peternakan, industri kerajinan, dan jasa.

Pertanian merupakan usaha yang menghasilkan pangan, seperti padi, jagung,

kedelai, sayuran, buah-buahan, dan sebagainya. Termasuk dalam pertanian

adalah petani sawah, petani ladang, petani perkebunan, dan petani tambak.

Perdagangan adalah kegiatan usaha yang menyalurkan barang produksi dari

produsen ke konsumen. Perikanan adalah kegiatan usaha dalam budaya ikan.

6,810,100

18,355,200

516,000 425,000

Pendaftaran Iuran Bulanan Usaha Kementerian

Komposisi Pemasukan Pesantren Darul Muttaqin dalam ribuan

Mini Market 49%

Loundry 16%

Perkebunan 35%

Komposisi Pendapatan Usaha Pesantren Darul Muttaqien

Page 83: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

74

Perikanan mencakup usaha mengembangbiakkan ikan dan mencari ikan,

seperti nelayan. Peternakan adalah kegiatan usaha dengan cara memelihara

hewan dan mengambil hasilnya dengan cara dijual ke konsumen. Industri

kerajinan adalah kegiatan usaha bahan baku menjadi bahan jadi. Perusahaan

yang membuat sesuatu dari bahan baku menjadi bahan jadi termasuk dalam

kategori industri. Adapun jasa adalah kegiatan usaha dalam bentuk

pelayanan terhadap konsumen. Contoh dari jasa adalah angkutan, asuransi,

pengacara, warnet, bengkel, bank, dan sebagainya.10

Dari pengelompokan jenis usaha tersebut, Pesantren Darul Muttaqien

memiliki lima jenis usaha yaitu pertanian (perkebunan Brasena, Jinjing, Jati

dan Trembesi), perikanan (pengembangbiakan ikan patin dan ikan lele),

perdagangan (mini market), jasa (simpan pinjam melalui koperasi, londri,

poliklinik), industri (pengelolaan sampah, usaha meubel dan furniture).

Jenis usaha yang dimiliki pesantren Al-Ashriyah adalah perdagangan

(koperasi dan toserba), pertanian, perikanan (pengembangbiakan ikan nila

merah), industri (daur ulang sampah, pembuatan roti, susu kedelai, tahu,

tempe, air minum dalam kemasan, pembuatan paving block, tambang batu

bara), jasa (percetakan, konveksi, potong rambut, jasa hiburan/entertainment,

warung internet/warnet), peternakan (kambing dan sapi), dan perkebunan.

Tabel

Jumlah Usaha Pesantren Darul Muttaqien dan Al-Ashriyah

No Jenis Usaha Darul

Muttaqien

Al-Ashriyah

1 Pertanian - 1

2 Perdagangan 1 1

3 Perikanan 2

4 Peternakan - 2

5 Industri 2 7

6 Jasa 3 5

7 Perkebunan 4 1

Kelembagaan usaha yang banyak dipakai di Indonesia meliputi usaha

dagang (UD) yang bersifat perorangan, persekutuan yang meliputi

persekutuan firma dan komanditer, koperasi, dan perseroan terbatas. Selain

usaha dagang, kelembagaan usaha lainnya diatur dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Perdagangan (KUH Per), Kitab Undang-Undang Hukum

Dagang (KUHD), dan peraturan perundangan khusus.11

Badan hukum usaha

koperasi dan usaha dagang dimiliki oleh Darul Muttaqien dan Al-Ashriyah.

10

www.faizalnisbah.blogspoot.com “Usaha dan Kegiatan Ekonomi”. 11

Kansil dan Christine Kansil, Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), 70.

Page 84: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

75

Badan hukum lainnya persekutuan persekutuan belum dimiliki oleh dua

pesantren. Adapun perseroan telah dimiliki oleh Al-Ashriyah.

Tabel

Kelembagaan Usaha Pesantren Darul Muttaqien dan Al-Asriyah

No Kelembagaan Darul

Muttaqien

Al-Ashriyah

1 Koperasi X X

2 Usaha Dagang X X

3 Persekutuan - -

4 Perseroan - X

3. Pihak pengelola

Pengelolaan bidang usaha pesantren umumnya dilakukan sendiri oleh pihak

pesantren. Bedanya, pesantren Darul Muttaqien menunjuk dewan guru dan

pengurus pesantren untuk mengelola unit usaha yang dimiliki pesantren.

Santri yang dilibatkan hanya sebagai pembantu pengelola yang berfungsi

sebagai kegiatan ekstrakurikuler pesantren. Keterlibatan santri terbatas pada

jenis usaha minimarket.

Sama halnya dengan Darul Muttaqien, pesantren Al-Ashriyah juga

menunjuk dewan guru dan pengurus yayasan untuk mengelola usaha yang

dimiliki pesantren. Hanya saja, Al-Ashriyah memberikan peran besar pada

santri dan alumninya (masa pengabdian) untuk turut serta mengelola usaha.

Santri yang telah lulus S1 diwajibkan mengabdi selama dua tahun di

pesantren. Pengabdian tersebut diwujudkan dalam bentuk peran pengabdian

di bidang usaha pesantren. Meski demikian, peran pimpinan pesantren masih

sangat dominan dalam menentukan kegiatan usaha pesantren. Di Al-

Ashriyah, pengelolaan usaha dilakukan secara modern dengan menggunakan

sistem real time information. Dengan jaringan informasi aktual melalui

jaringan internet, semua kegiatan usaha dapat dipantau oleh pengasuh.

Tabel

Model Pengelola Ekonomi Pesantren

No Peran Darul

Muttaqien

Al-

Ashriyah

Peran kyai Dominan Dominan

Guru/pengurus Dominan Dominan

Santri Pendukung Utama

Profesional Kerjasama Kerjasama

Selain dikelola sendiri, kedua pesantren juga menjalin kerja sama dengan

pihak profesional. Darul Muttaqien bekerja sama dengan dr. Raihan Batan

untuk mengelola poliklinik. Al-Ashriyah bekerjasama dengan perusahaan

tambang untuk eksplorasi batu bara. Al-Ashriyah juga menjalin kerjasama

dengan pihak profesional lain untuk menjalankan bisnis pesantren.

Page 85: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44287/1/M... · seperti mengelola SPBU. ... setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang ... baik

76

4. Distribusi

Distribusi hasil usaha pesantren Darul Muttaqien dan Al-Ashriyah umumnya

digunakan untuk kepentingan pesantren. Hasil usaha pertanian dan perikanan

terutama sekali digunakan untuk konsumsi santri. Demikian halnya dengan

koperasi dan toserba yang menyediakan bahan kebutuhan yang diperlukan

oleh santri dan dewan guru.

Manfaat usaha yang dapat dirasakan pihak luar pesantren di Darul Muttaqien

adalah layanan polikilinik pesantren. Adapun di Al-Ashriyah sudah cukup

banyak distribusi usaha yang dimanfaatkan pihak luar. Paving blok,

entertainmen, dan air minum dalam kemasan sudah diedarkan kepada pihak

luar meskipun dalam jumlah terbatas. Hasil produksi pesantren tersebut

hanya dipasarkan kepada pihak yang telah menjalin kerjasama atau

memesan. Jadi pemasaran tidak ke konsumen umum.

5. Perkembangan dan proyeksi ke depan

Pesantren Darul Muttaqien ke depan akan banyak memperluas jenis usaha di

bidang perkebunan karena kepemilikan lahan yang begitu luas dan

permintaan pasar terhadap kayu jenis tertentu. Adapun Al-Ashriyah akan

banyak mengembangkan jenis usaha baru dan memperluas usaha yang sudah

ada. Peluang pengembangan usaha di Al-Ashriyah cukup besar karena

beberapa dukungan, antara lain: pertama, tuntutan internal untuk

pengembangan usaha untuk menutupi biaya penyelenggaraan pesantren yang

seluruhnya gratis. Kedua, jaringan kerjasama yang sudah dijalin selama ini

dengan beberapa perusahaan, lembaga, pemerintah, dan pribadi. Ketiga,

jaringan alumni yang tersebar di seluruh Indonesia bahkan mancanegara

menjadi modal bagi pengembangan usaha pesantren. Keempat, tenaga kerja

gratis dari santri-santri yang mengabdi merupakan modal besar bagi

pengembangan pesantren. Kelima, pengaruh almarhum Habib Saggaf masih

ada terutama kepada individu dan organisasia atau lembaga tertentu.