1. Pendahuluan
-
Upload
syarifah-humaira-almudhir -
Category
Documents
-
view
39 -
download
2
description
Transcript of 1. Pendahuluan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Industri Pupuk
Pupuk adalah semua bahan yang ditambahkan pada tanah dengan
maksud untuk memperbaiki sifat fisis, kimia dan biologis. Sebagai tempat
tumbuhnya tanaman, tanah harus subur, yaitu memiliki sifat fisis, kimia, dan
biologi yang baik. Sifat fisis menyangkut kegemburan, porositas, dan daya
serap. Sifat kimia mennyangkut pH serta ketersedian unsure - unsur hara.
Sedangkan sifat biologis menyangkut kehidupan mikroorganisme dalam tanah.
Seperti makhluk hidup yang lain, tumbuhan memerlukan nutrisi baik zat
organik maupun zat anorganik. Nutrisi organik diperoleh melalui proses
fotosintesis, sedangkan nutrisi anorganik semuanya diperoleh melalui akar dari
dalam tanah dalam bentuk zat-zat terlarut berupa kation dan anion yang
mampu masuk ke dalam pembuluh xilem akar. Tumbuhan memiliki zat-zat
penyusun yang sangat penting bagi kelangsungan hidupnya. Kekurangan unsur-
unsur hara tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman secara
keseluruhan akan terganggu atau tidak sempurna. Oleh karena itu digunakan
pupuk untuk menambahkan unsur-unsur yang diperlukan bagi tumbuhan untuk
dapat tumbuh subur.
Pupuk mengganti komponen kimia yang diambil dari tanah oleh tanaman
yang tumbuh. Pupuk sangat menunjang dalam bidang pertanian. Seiring dengan
kebutuhan akan pupuk meningkat, dikembangkan industri pupuk untuk
meningkatkan produktivitas pupuk. Industri pupuk sangat penting dalam upaya
pencapaian ketahanan pangan nasional.
2
1.2 Sejarah Industri Pupuk
Tabel 1.2 Sejarah Industri Pupuk
Tahun Keterangan
1730 Charles Townshend Viscount (1674-1738) Dia pertama
kali meneliti efek meningkatkan rotasi tanaman sistem
yang digunakan di Flanders diamati dalam 4 tahap. Untuk
melakukan ini, dia mendapat julukan Lobak Townshend.
1842 Sir Jhon Bannet Lawes telah mencoba melakukan
eksperimen terhadap tanaman dan memupuk kebunnya di
Harpenden dan telah mampu memproduksi pupuk-pupuk
super phospat yang diperoleh dari bebatuan dan fosil
hewani. Dia memperkerjakan Sir Joseph Henry Gilbert
yang belajar dari Liebig dari universitas Giessen sebagai
direktur penelitian. Hingga saat ini pusat penelitian
Rotham Sted telah meneliti dampak dari pemakaian pupuk
organic dan anorganik terhadap hasil panen.
1900 Pada awal abad kedua puluh, Nobel Prize dimenangkan
oleh ahli kimia Carl Bosch dari IG Farben dan Fritz
Haber yang telah mengembangkan sebuah proses yang
memungkinkan nitrogen dapat disintesa secara murah
menjadi ammonia, selanjutnya dioksidasi menjadi nitrat
dan nitrit.
1927 Erlinng Johnson telah mengembangkan metode industry
untuk memproduksi nitro phospat yang juga dikenal
sebagai proses Odda. Proses ini melibatkan batu phospat
dengan asam nitrat untuk menghasilkan asam pospat dan
kalsium nitrat dan dapat digunakan sebagai pupuk nitrogen
3
( Urea).
Di Indonesia, pupuk organik sudah lama dikenal para petani. Penduduk
Indonesia sudah mengenal pupuk organik sebelum diterapkannya revolusi hijau di
Indonesia pada tahun 1960-an. Sedangkan pupuk hayati dikenal para petani sejak
proyek intensifikasi kedelai pada tahun 1980-an. Pupuk organik adalah nama
kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat
dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Sedangkan pupuk hayati
merupakan inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk
menambah hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi
tanaman.
Setelah revolusi hijau, kebanyakan petani lebih suka menggunakan pupuk
buatan karena praktis menggunakannya karena jumlahnya jauh lebih sedikit dari
pupuk organik, harganyapun relatif murah, dan mudah diperoleh. Kebanyakan
petani sudah sangat tergantung pada pupuk buatan, sehingga dapat berdampak
negatif terhadap perkembangan produksi pertanian. Tumbuhnya kesadaran para
petani akan dampak negatif penggunaan pupuk buatan dan sarana pertanian
modern lainnya terhadap lingkungan telah membuat mereka beralih dari pertanian
konvensional ke pertanian organik. Pertanian organik hanya mengandalkan
kebutuhan hara melalui pupuk organik dan masukan-masukan alami lainnya.
Penggunaan pupuk hayati untuk membantu tanaman memperbaiki nutrisinya.
1.3 Pabrik Industri Pupuk di Indonesia
1. PT. PETROKIMIA GRESIK
Berdiri 31 Mei 1975, produk utama PT Petrokimia Gresik adalah pupuk
Urea, SP-36, ZA, NPK, Phonska, DAP, ZK dan kimia lainnya. Kapasitas
produksi per tahun 445.000 ton Amonia, 460.000 ton urea, 650.000 ton ZA,
300.000 ton Phonska, SP 36 1.000.000 ton , 22 5.000 ton DAP, 160.000 ton
NPK “Kebomas” dan 10.000 ton ZK. Perusahaan yang berada di bawah
Petrokimia Gresik adalah PT. Petrosida Gresik, PT. Petrocentral, PT.
4
Petronika, PT. Petrowidada, PT. Kawasan Industri Gresik, PT. Puspetindo dan
PT. Petrokimia Kayaku. (www.petrokimia-gresik.com)
(Gambar 1. Logo PT. PETROKIMIA GRESIK)
2. PT. PUPUK SRIWIDJAJA
Didirikan pada tanggal 24 Desember 1959 dengan kegiatan usaha produksi
dan pemasaran pupuk serta industri kimia lainnya. Kapasitas
produksi per tahun pupuk urea sebanyak 2.262.000 ton dan 1.499.000 ton
amonia. Beberapa anak perusahaan yang berada di bawahnya menghasilkan
melamin, fabrikasi peralatan pabrik serta bisnis hotel dan apartemen. Anak
perusahaan tersebut adalah PT. Sri MelaminRejeki, PT. Slipi Sri Indopuri dan
PT. Puspetindo. (www.pusri.co.id)
(Gambar 2. Logo PT. PUSRI)
3. PT. PUPUK KUJANG
Perusahaan ini diresmikan pada tanggal 9 Juni 1975 di Dawuan,
Cikampek, dengan bidang usaha industri pupuk urea dan industri kimia
lainnya. Memiliki dua unit pabrik pupuk urea dengan kapasitas terpasang
5
1.156.000 ton/tahun dan 713.000 ton/tahun amonia. Anak perusahaan PT.
Pupuk Kujang adalah PT. Sintas Kurama Perdana, PT. Kujang Sud Chemie
Catalyst, PT. Peroksida Indonesia Pratama, PT. Multi Nitrotama Kimia dan
PT. Kawasan Kujang Cikampek. (www.pupuk-kujang.co.id)
(Gambar 3. Logo PT. PUPUK KUJANG)
4. PT. PUPUK KALTIM
PT Pupuk Kalimantan Timur beroperasi sejak tanggal7 Desember 1977 di
Bontang, Kalimantan Timur, dengan bidang usaha industri pupuk urea dan
kimia lainnya. Pada tahun 2006, kapasitas terpasang per tahun produksi
pupuk urea sebanyak 2.980.000 ton dan 1.848.000 ton amonia.Perusahaan ini
memiliki beberapa anak perusahaan, yaitu PT Kaltim Industrial Estate, PT
DSM Kaltim Melamin, PT Rekayasa Industri dan PT Kaltim Sahid
Baritosodakimia. (www.pupukkaltim.com)
(Gambar 4. Logo PT. PUPUK KALTIM)
6
5. PT. PUPUK ISKANDAR MUDA
Produsen pupuk urea dan kimia lainnya ini didirikan pada 24 Februari
1982 di Lhokseumawe, Nangroe Aceh Darussalam. Kapasitas terpasang PIM-
1 dan PIM-2 per tahun adalah 1.170.000 ton urea dan 762.000
amonia. Perusahaan ini mempunyai satu anak perusahaan, yakni PT. Ima
Persada. (www.pim.co.id)
(Gambar 5. Logo PT. PUPUK ISKANDAR MUDA)
Tabel 1.3 Daftar Pabrik Pupuk di Indonesia
Nama LokasiKapasitas Produksi
(Ton/tahun)
PT. Pupuk
Sriwijaya
Palembang pupuk urea sebanyak
2.262.000 ton dan
1.499.000 ton amonia.
PT. Pupuk
Kalimantan Timur
Kalimantan
Timur
pupuk urea sebanyak
2.980.000 ton dan 1.848.000
ton amonia
PT. Pupuk Iskandar
Muda.
Aceh 1.170.000 ton urea dan
762.000 amonia.
PT. Pupuk Kujang Jawa Barat Pupuk urea
1.156.000 ton/tahun dan
713.000 ton/tahun amonia
7
PT. Petrokimia
Gresik
Jawa Timur 445.000 ton Amonia, 460.000
ton urea, 650.000 ton ZA,
300.000 ton Phonska, SP 36
1.000.000 ton , 22 5.000 ton
DAP, 160.000 ton NPK
“Kebomas” dan 10.000 ton ZK
Gambar 1.3 Pupuk Indonesia
8
BAB II
PEMILIHAN PROSES
2.1 Jenis-jenis Proses Pembuatan Industri Pupuk
Proses Pembuatan Amonia
A. Proses Haber – Bosch yang termodifikasi
Industri yang menggunakan proses ini adalah Nitrogen
Engineering Coorporation. Konsentrasi ammonia sirkulasi sekitar 10 – 14
% mol. Penurunan konsentrasi dilakukan dengan kondensasi pada
kesetimbangan pada tempratur keluaran kondensor. Ammonia yang
terkondensasi dipisahkan dari sirkulasi dan gas dinaikkan tekanannya
dengan kompresor sirkulasi untuk memenuhi pressure drop pada loop.
B. Proses Claude
Proses Claude merupakan proses pertama yang menggunakan
tekanan operasi tinggi, yaitu 1000 atm dengan tempratur 500 – 650 oC dan
katalis besi oksida sehingga menghasilkan konversi ammonia 40 %,
konversi hidrogen 30 – 40 % tanpa recycle pada proses awal. Proses
Claude menggunakan hidrogen murni yang berasal dari fraksinasi gas
oven coke dan nitrogen dari liquefaksi udara.
C. Proses Casale
Proses ini bereaksi pada tekanan antara 500 – 600 atm, sedangkan
untuk meresirkulasi gas di sekitar sintesis loop menggunakan proses yang
sama dengan proses Haber. Seperti pada proses Claude, tekanan tinggi
akan menghasilkan pendinginan ammonia pada tempratur yang dapat
dikontrol melalui air pendingin. Basis pengendalian panas katalis ini
adalah dengan membuang 2 -3 % ammonia di dalam gas konverter,
melalui penurunan laju pembentukkan amonia dan menghilangkan panas
berlebih yang terdapat dalam katalis.
9
D. Proses Fauser
Proses ini menggunakan hidrogen hasil elektrolisis dengan sel
Fauser dan nitrogen dari unit udara cair atau unit pemurnian tail
gases yang berasal dari menara absorbsi didalam ammonia oxidation
plant. Campuran hidrogen dan nitrogen dikompresi hingga tekanan 200 –
300 atm dan setelah melewati pemisahan minyak (oil separator) akan
menuju ke pembakar oksigen (oxygen burner).
Didalam Pembakaran Oksigen, setiap oksigen yang terkandung
dalam campuran gas dicampur dengan hidrogen melalui katalis tembaga.
Sehingga air yang terbentuk dikondensasi melalui pendingin dan
dikeluarkan melalui unit pemisah air (water separator).
E. Proses Mont Cenis
Proses ini pada awalnya dikembangkan untuk menggunakan
hidrogen yang dipisahkan dari cake oven gas melaluiliquefaction. Ciri
Utama dari Proses Mont Cenis ini adlah tekanan operasinya kurang lebih
100 atm dan temperatur katalis mencapai 400 oC.
Campuran nitrogen dan hidrogen setelah ditekan hingga 100 atm
lalu dipanaskan pada temperatur 300 oC dalam interchanger dan
dilewatkan melalui unit pemurnian tersebut. Karbon monoksida dan
oksigen yang terkandung dalam jumlah kecil pada gas ketika dikontakan
dengankatalis nikel bereaksi dengan hidrogen dan membentuk gas metana
serta air.
F. Proses Kellog
Proses Kellog merupakan proses pembuatan ammonia
menggunakan bahan baku gas alam dengan tekanan yang relatif rendah.
Pada langkah pertama reaksi yang dilangsungkan adalah
pembentukkan hidrogen dari senyawa hidrokarbon dan steam pada
primary reformer. Gas yang keluar diharapkan mempunyai tempratur
484 oC dengan tekanan 36,8 Kg/cm2 yang siap dimasukkan ke dalam tube
– tube di seksi radiant. Pada primary reformer terdapat 9 buah header yang
10
masing – masing terdiri dari 42 tube katalis. Katalis yang dipakai adalah
NiO dengan reaksi:
CH4(g) + H2O(g) CO(g) + 3H2(g) DH= 49,3 kkal/mol
CO(g) + H20(g) O2(g) + H2(g) DH= -9,8 kkal/mol
Gas kemudian dikirim ke secondary reformer. Fungsi
dari secondary reformer adalah sebagai tempat berlangsungnya
reaksi reforming. Reaksi yang terjadi sama dengan reaksi yang terjadi
pada primary reformer, tetapi panas yang diperlukan diperoleh dari
pembakaran langsung dengan udara didalam reaktor. Gas dan udara
dicampur dalam mixing zone, dimana terjadi reaksi pembakaran sebagai
berikut:
CH4 (g) + O2 (g) CO2(g) + 2H2O(g) DH=-191.73 kkal/mol
2H2 (g) + O2 (g) 2H2O DH=-57.58 kkal/mol
Untuk memproduksi urea, diperlukan bahan baku NH3 dan CO2.
Oleh karena itu, gas CO yang ada perlu diubah menjadi CO2. Fungsi shift
converter adalah sebagai tempat terjadinya konversi CO menjadi CO2.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CO(g) + H2O(g) O2(g) + H2(g) DH=-98 kkal/mol
Unit ini berfungsi sebagi tempat untuk memepersiapkan bahan
baku sebelum masuk ke ammonia converter, yang berupa gas N2 dan
H2 sehingga gas-gas lain yang ada harus dipisahkan dahulu. Gas CO2 yang
diperlukan dalam pembuatan urea diambil dengan cara diserap
menggunakan larutan penyerap, kemudian dilepaskan kembali sehingga
diperoleh gas CO2 yang siap untuk umpan reaktor sintesis urea. Gas CO
dan CO2 sisa dapat menyebabkan rusaknya katalis di ammonia converter,
oleh karena itu perlu diubah menjadi CH4 yang tidak meracuni katalis.
11
Proses Pembuatan Urea
A. Proses Sekali Lewat (Once Through Process)
Pada proses ini, ammonia yang tidak terkonversi (tidak beraksi
dengan CO2) dinetralkan dengan asam, misalnya asam nitra, untuk
membuat garam ammonium nitrat, sebagai hasil samping dari produksi
urea. Karbamat yang tidak terdekmomposisi di konversi menjadi gas
NH3 dan CO2 dengan menggunakan panas yng dihasilkan reaktor sintesis
dengan tekanan rendah. Gas NH3 dan CO2 dipisahkan dari larutan urea dan
diutilisasi untuk memproduksi garam ammonia lewat absorbsi NH3 dengan
larutan nitrat atau sulfat sebagai absorben. Proses ini cukup sederhana.
Kelemahan metode ini yaitu terbentuknya produk samping yang sangat
besar (garam ammonium) dan konversi CO2 yang kecil yang dapat dicapai.
B. Proses Lewat – Berulang (Conventional Recycle Process)
Gas NH3 dan CO2diambil dari campuran keluaran reaktor sintesis
urea di bagian dekomposisi bartahap dengan tekanan yang divariasikan
didalam air dan didaur ulang kembali ke reaktor lain untk membentuk
larutan ammonia dari ammonium karbamat. Dari beberapa proses ini,
terdapat dua proses lama yang masih tetap digunakan, yaitu:
UTI (Urea Technologies Inc.)
Ammonia, Recycle Carbamat dan 60%
CO2 sebagai feed dimasukkan melalui bagian atas reaktor
dengan tekanan 210 bar. Amonium carbamat terbentuk di
dalam reaktor yang dilengkapi dengan coil dan keluar lewat
bagian bawah dengan aliran yang berputar. Bahan yang
keluar reaktor didinginkan kemudian gas dilepaskan dan
masuk dekomposer. Sebelum masuk dekomposer, gas ini
dicampurkan dengan 40% CO2 didalam separator dan
diembunkan dalam heat recovery. Gabungan dari gas
tersebut diembunkan kembali sehingga terbentuk aliran
12
carbamat recycle. Larutan karbamat hasil evaporasi
mempunyai konsentrasi 86-88% sebelum kemudian di
granulasi pada proses prilling. Proses UTI hanya digunakan
pada skala kecil dan medium.
Proses konvensional Mitsui Toatsu Co. (MTC) dan Toyo
Engineering Co (TEC)
Pada proses total recycle seluruh ammonia dan
CO2 yang tidak terkonversi dikembalikan lagi ke reaktor.
Proses ini bergantung pada suplai NH3 dan CO2.
Berdasarkan prinsip recyclenya, proses total recycle
dapat dibagi menjadi 5 yaitu:
Hot Gas Mixture Recycle
Pada proses ini campuran karbondioksida, ammonia,
dan air ditekan dalam beberapa tahap hingga mencapai 20-
130 atm, kemudian dikondensasikan dan dikembalikan ke
reaktor.
Separated Gas Recycle
Pada proses ini karbondioksida dipisahkan dari
ammonia dan ditekan secara terpisah sebelum dikembalikan
ke reaktor. Keuntungan proses ini adalah konversinya tidak
berkurang karena air tidak ikut di recycle dan dapat
menghindari masalah korosi
Slurry Recycle
Proses ini jarang dilakukan karena sulit dalam
merecovery energi dan mahalnya biaya untuk make up. Pada
proses ini ammonia dan karbondioksida dipisahkan dari
larutan urea yang keluar dari reaktor kemudian
dikondensasikan agar terbentuk amonium karbamat. Kristal
ini dipompakan dari reaktor dalam bentuk suspensi minyak.
Carbamat Solution Recycle
13
Proses ini melibatkan dekomposisi carbamat pada 2
atau 3 tahap penurunan tekanan. Pada tiap tahap, gas yang
dilepaskan (karbondioksida dan amonia) diabsorpsi oleh
larutan hasil kondensasi tahap sebelumnya dan larutan yang
dihasilkan dikembalikan ke reaktor.
Stripping
Perbedaan mendasar proses ini dengan keempat
proses lainnya yaitu dengan cara merecovery amonium
carbamat yang tidak terkonversi dari larutan urea yang
keluar reaktor. Pada proses ini larutan karbamat di stripping
dari larutan urea pada tekanan yang sama dengan tekanan
reaktor. Gas hasil stripping dikondensasikan dan
dikembalikan ke reaktor.
C. Interval Carbamat recycle urea process
Karbamat yang tidak bereaksi dan amonia berlebih dilucuti dari
aliran keluar reaktor sintesa urea melalui gas panas CO2 atau NH3 pada
tekanan reaktor dan dikondensasikan kembali ke reaktor melalui aliran
yang menggunakan gaya gravitasi untuk recovery. Pengeluaran reaktor
dan recycle amonium carbamat pada umumnya berupa larutan dengan
konsentrasi 70-75% lb mol dan diproses lebih lanjut menjadi padatan.
Terdapat 2 cara untuk mengubah urea menjadi padatan, yaitu:
Evaporasi
Evaporasi air dilakukan pada tekanan vakum, atau
dengan tekanan rendah menggunakan udara panas sebagai
pengering atau atmosferic air sweep evaporation dengan
penurunan tekanan dan pemanasan steam, maka cairan akan
terpisah dari uap. Tetapi hal ini akan mempercepat
pembentukan biuret yang rata-rata mencapai 0,4 % lb mol.
Proses evaporasi ini hanya digunakan pada proses
pembuatan urea untuk fertilizer
14
Kristalisasi
Hasil dari aliran ini lebih murni dan lebih bagus
untuk keperluan industri. 75 % larutan urea diumpankan
ke vacum crystalizer, beroperasi pada 72,5 mmHg absolut
dan 60oC, uap air dikondensasikan dengan pendingin vakum
slurry yang keluar dari dasar crystalizer mengandung 30 %
kristal urea diumpankan ke centrifuge sehingga kristal urea
terpisah dan dicuci dengan air lalu dikeringkan, kemudian
dinaikkan ke prilling tower dan dilelehkan. Lelehan urea ini
mengandung 0,3 % biuret dan 0,2 % moisture. Lelehan urea
didistribusikan kebawah prilling tower dan berupa butiran
seragam yang dikirim ke unit pengantongan. Sedangkan
urea yang mempunyai ukuran yang lebih besar dari yang
diinginkan di recycle dengan cara melarutkan
dalam dissolving tank untuk direcycle ke mother liquor tank.
D. Proses Stamicarbon CO2 – stripping
Proses ini, tekanan oprimum pada reaktor adalah 140 bar, dan ratio
molar NH3 : CO2 adalah 3 : 1. Karbamat yang tidak terdekomposisi pada
reaktor akan terdekomposisikan pada stripper, menghasilkan amonia dan
karbon dioksida. Aksi pelucutan (stripping) dipengaruhi adanya kontak
antara karbon dioksida dan urea. Proses ini menggunakan kalor
pembentukan karbamat untuk menjalankan reaksi dekomposisi yang
endotermik, dengan sisa untuk membangkitkan uap. Ammonia cair dan
karbon dioksida gas, dan bahan daur ulang bertemu pada reaktor
penukaran kalor pada tekanan 140 Mpa dan suhu 170oC sampai 190oC,
sehingga membentuk karbamat.
E. ACES Process
15
ACES (Advanced Process for Cost and Energy Saving)
dikembangkan oleh Toyo Engineering Co. Komponennya terdiri atas
reaktor, stripper, dua karbamat kondensor paralel dan scrubber (semuanya
beroprasi pada tekanan 175 bar)
Reaktor beroprasi pada suhu 190oC dan ratio stoikiometri NH3 :
CO4 adalah 4 : 1. Ammonia cari langsung diumpankan ke reaktor,
sedangkan CO2 dimasukan setelah dikompres terlebih dahulu. Campuran
hasil reaktor, yang mengandung urea, ammonium karbamat yang tidak
terkonversi, kelebihan ammonia, dan air, diumpakan ke stripper.
Tabel 2.1 Jenis-Jenis Proses pupuk urea
16
2.2 Perbandingan Proses Pembuatan Industri Pupuk Urea
Tabel 2.2 Perbandingan proses pembuatan pupuk urea
Jenis Proses Keunggulan dan kelemahan proses
Conventional Process
Once Trough Process
Proses sederhana
Garam ammonia yang terbentuk dalam
jumlah besar sebagai produk samping
Konversi karbon dioksida rendah
Kebutuhan energi tinggi
Polusi lingkungan tinggi
Conventional Process -
Conventional Recycle
Process
Konversi CO2 tinggi
Biaya produksi tinggi
Kebutuhan energi tinggi
Polusi lingkungan tinggi
Stamicarbon CO2 –
Stripping process
Urea yang dihasilkan cukup tinggi
Kemurnian produk tinggi
Biaya produksi tinggi
Biaya energy tinggi
17
Snamprogertti ammonia Konsumsi tekanan uap rendah
Biaya produksi tinggi
Biaya energi tinggi
ACES process Biaya produksi rendah
Pemulihan energi yang tinggi
Rendah polusi
Efecient tinggi
BAB III
18
BAHAN BAKU DAN PRODUK
3.1 Sifat fisik dan kimia bahan baku dan penunjang
Bahan Baku
1. Bahan baku pembuatan amonia
Natural Gas / Gas alam
Uap air
2. Bahan baku pembuatan urea
Amonia (NH3)
Karbon dioksida (CO2)
Bahan Penunjang
1. Bahan penunjang pembuatan amonia
ZnO : Adsorben pada proses desulfurisasi
Ni : Kalatis pada Primary Reformer
Cobalt-Molidbenium : Katalis pada reforming process dan proses
sintesis H2 dan O2
Fe2O3 dan Cr2O3 : Katalis pada proses HTS (high temprature shift
converter)
CuO dan H2O3 : Katalis pada proses LTS (low temprature shift
converter)
K2CO3 : larutan benfield
Fe2O3 : Katalis pada Amonia Converter Process
2. Bahan penunjang pembuatan urea
H2O
Recycle Karbamat : sisa dari proses resirkulasi tekanan medium
dan rendah
Mother Liquor : Adsorben
GAS ALAM
19
Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang
merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas alam
juga mengandung molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat
seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10), selain juga gas-
gas yang mengandung sulfur (belerang).
Metana adalah gas rumah kaca yang dapat
menciptakan pemanasan global ketika terlepas ke atmosfer, dan umumnya
dianggap sebagai polutan ketimbang sumber energi yang berguna.
Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon,
memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari
metana yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat. Sumber
metana yang berasal dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap,
ternak (mamalia) dan pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15,
75 dan 100 juta ton per tahun secara berturut-turut). Metana dapat
ditemukan di ladang minyak, ladang gas Bumi dan juga tambang batu
bara.
Tabel 1. Komponen gas alam
Komponen %
Metana (CH4) 80-95
Etana (C2H6) 5-15
Propana (C3H8) and Butana (C4H10) < 5
Pemanfaatan gas alam di Indonesia dimulai pada tahun 1960-an
dimana produksi gas alam dari ladang gas alam PT Stanvac Indonesia di
Pendopo, Sumatera Selatan dikirim melalui pipa gas ke pabrik pupuk Pusri
IA, PT Pupuk Sriwidjaja di Palembang.
Salah satu daerah penghasil gas alam terbesar di Indonesia
adalah Aceh. Sumber gas alam yang terdapat di daerah Kota
Lhokseumawe dikelola oleh PT Arun NGL Company. Gas alam telah
20
diproduksikan sejak tahun 1979 dan diekspor keJepang dan Korea Selatan.
Selain itu di Krueng Geukuh, Nanggröe Aceh Barôh (kabupaten Aceh
Utara) juga terdapat PT Pupuk Iskandar Muda pabrik pupuk urea, dengan
bahan baku dari gas alam.
AMONIA (NH3)
Tabel 2. Sifat fisik dan kimia ammonia
Amonia
Umum
Nama sistematis AmoniaAzana[1]
Nama lain
Hidrogen nitridaspiritus HartshornNitrosilVaporol [2]
Rumus molekul NH3
Massa molar 17.0306 g/mol[1]
Penampilan Gas tak berwarnaberbau tajam
Nomor CAS [7664-41-7]
Sifat-sifat
Massa jenis and fase 0.6942 g/L, gas.[3]
Kelarutan dalam air 89.9 g/100 ml pada 0 °C.
Titik lebur -77.73 °C (195.42 K)
Temperatur autosulutan 651 °C
Titik didih -33.34 °C (239.81 K)
Keasaman (pKa) 9.25
Kebasaan (pKb) 4.75
Struktur
21
Bentuk molekul piramida segitiga
Momen dipol 1.42 D
Sudut ikatan 107.5°
Bahaya
Bahaya utama berbahaya, kaustik, korosif
NFPA 704 130
Flash point Tidak ada[4]
Pernyataan R/SR: R10, R23, R34, R50S: (S1/2), S16, S36/37/39,S45, S61
Angka RTECS BO0875000
KARBON DIOKSIDA (CO2)
Karbon dioksida dihasilkan oleh semua hewan, tumbuh-tumbuhan,
fungi, dan mikroorganisme pada proses respirasi dan digunakan oleh
tumbuhan pada proses fotosintesis. Oleh karena itu, karbon dioksida
merupakan komponen penting dalam siklus karbon. Karbon dioksida juga
dihasilkan dari hasil samping pembakaran bahan bakar fosil. Karbon
dioksida anorganikdikeluarkan dari gunung berapi dan
proses geotermal lainnya seperti padamata air panas.
22
Tabel 3. Sifat fisik dan kimia karbon dioksida
Karbon dioksida
Nama IUPAC[sembunyikan]
Karbon dioksida
Nama lain[sembunyikan]
Gas asam karbonat; karbonat anhidrida; es
kering (bentuk padat); zat asam arang
Identifikasi
Nomor CAS [124-38-9]
PubChem 280
Nomor EINECS 204-696-9
Nomor RTECS FF6400000
SMILES C(=O)=O
InChI 1/CO2/c2-1-3
Sifat
Rumus molekul CO2
Massa molar 44,0095(14) g/mol
Penampilan gas tidak berwarna
Densitas 1.600 g/L (padat)
23
1,98 g/L (gas)
Titik lebur −57 °C (216 K)(di bawah tekanan)
Titik didih −78 °C (195 K)(menyublim)
Kelarutan dalam air 1,45 g/L
Keasaman (pKa) 6,35 dan 10,33
Viskositas 0,07 cP pada −78 °C
Momen dipol Nol
Struktur
Bentuk molekul linear
3.2 Sifat fisik dan kimia produk
Gambar 3.2 Pupuk Urea
Sifat Fisik Pupuk Urea
Bentuk : Kristal
Warna : Putih
Senyawaan : Anorganik
24
Kelarutan : Cepat
Higrokopis : Higorkopis
Grade pupuk: (46-0-0)
Sifat Kimia Pupuk Urea
Rumus Kimia : Co(NH2)2
Kadar Hara : 46%
Sifat Fisiologis : Asam
Spesifikasi Pupuk Urea
Kadar air maksimal 0,50%
Kadar biuret maksimal 1%
Kadar nitrogen minimal 46%
Bentuk butiran tidak berdebu
Warna putih
BAB IV
25
URAIAN PROSES
4.1 Proses Persiapan Bahan Baku
Pada proses pembuatan pupuk urea, bahan baku yang di perlukan adalah Amonia (NH3) dan Karbondioksida (CO2). Kedua bahan tersebut diperoleh dari proses pembuatan amonia. Amonia diperoleh dari persenyawaan antara gas Hidrogen dan gas Nitrogen. Gas hidrogen didapatkan dari gas alam (khususnya metana) yang telah melewati beragam proses. Gas Nirogen didapatkan dari udara.
4.2 Proses Pembuatan Amonia
Pada proses pembuatan Amoniak (NH3) dan Gas alam melalui beberapa
tahapan ialah sebagai berikut :
Rumus molekul amoniak adalah NH3. Terlihat amoniak terbentuk dari
gugus N dan H yang masing-masing dapat diperoleh dari H2 (Hidogen) dan N2
(Nitrogen). H2 adalah salah satu komponen gas synthesa yang diperoleh dari
pemrosesan gas alam yang mengandung 80 – 95 % CH4 (Metan), sedang N2
diperoleh dari udara yang mengandung 79% N2 dan 21% O2.
Secara umum digambarkan dalam diagram berikut
Proses pembuatan amonia
Gas Alam
NH3
CO2
26
Gambar 4.2 Diagram umum proses pembuatan ammonia
1. Desulfurisasi
Gas alam pada umumnya mengandung sulfur dalam bentuk H2S / Sulfur
Anorganik dan Sulfur Organik seperti mercaptan yang rumus molekulnya RS.
Kadar sulfur anorganiknya di dalam gas alam yang diterima industri pupuk
adalah relatif kecil yaitu berkisar 0,18 -0.3 ppm sedang sulfur organiknya
relatif tidak ada.
Kadar sulfur dalam gas alam yang diijinkan untuk memasuki Primary
Reformer maksimum adalah 0,1 ppm. Untuk menyerap sulfur dari gas yang
dari gas alam digunakan ZnO sebagai adsorbent, reaksinya sebagai berikut :
27
Keberhasilan adsorbsi sulfur anorganik praktis diadsorbsi pada temperatur
yang lebih rendah (200-250oC) dibandingkan dengan sulfur organik (250-
400oC).
Pada proses pengolahan Gas Alam, proses ini terdapat beberapa
tahapan yaitu pengolahan natural gas (CH4 , C2H6 , C3H8 , C4H10 dan H2S)
masuk ke tangki Preheater yang mana pada proses ini dilakukan
pemenasan awal. Kemudian, dari preheater dimasukan ke dalam tangki
Desulfurizer yang berfungsi untuk mereduksi (menghilangkan) sulfur yang
ikut bercampur pada gas alam. Sulfur dihilangkan diawal proses karena
sulfur sendiri dapat mengganggu proses pembuatan amoniak dan
merupakan zat yag dapat merusak alat-alat pada proses karena sulfur
bersifat asam. Yang mana asam sendiri dapat menyebabkan korosi pada
perpipaan dan tangki yang terbuat dari logam tanpa lapisan steinless steel.
Gas alam yang keluar dari proses Desulfurizer ialah CH4 , C2H6 , C3H8 dan
C4H10.
Kondisi operasi di Desulfurisasi:
Pressure : 35-40 kg/cm2G
Temperature Inlet : 350-400oC
Temperature Outlet : 330-380oC
Gas Alam :CH4
C2H6
C3H8
C4H10
H2SCH4
C2H6
C3H8
C4H10
CH4C2H6C3H8C4H10H2
COCH4C2H6 C3H8C4H10
28
2. Primary Reformer
Ke dalam Primary Reformer dimasukan Steam bersama gas alam
yang keluar dari Desulfurisasi. Sebelum bertemu katalis yang berada
dalam tube yang dipanasi secara radiasi oleh burner-burner (seperti burner
pada kompor gas), campuran steam dan gas terlebih dahulu dipanasi
hingga temperatur reaksi 530-650oC. Hal ini sesuai dengan jenis reaksinya
yang endotermis. Disamping reaksi reforming, reaksi shift juga terjadi di
Primary Reformer seperti pada reaksi berikut :
Untuk menjamin bahwa reaksi berjalan sesempurna mungkin rasio
steam terhadap carbon yang ada dalam gas alam (S/C) dijaga sekitar 3,1-4
(mol/mol)
Proses Primary Reformer, yaitu proses pembuatan gas H2. Pada
proses ini gas alam setelah keluar dari Desulfurizer akan dicampurkan
dengan steam (uap air/H2O) kemudian dimasukan kedalam tungku
29
furnace. Terlihat pada gambar disamping sebelum masuk ke dalam vassel
campuran gas alam dan steam mengalami pemanasan awal pada pipa yang
berada sebelum masuk kedalam tangki reaksi, kemudian dimasukan
kedalam tangki untuk dilakukan perekasian gas alam dan steam.
Kondisi operasi Primary Reformer
Pressure : 35 – 40 kg/cm2G
Temperature Inlet : 530 – 650oC
Temperature Outlet : 770 – 811oC
Kadar CH4 Outle : 9 – 16 % berat
Kadar CO Outlet : 8 – 9 % berat
Kadar H2 Outlet : 65 – 70 % berat
3. Scondary Reformer
Pada dasarnya Scondary Reformer berfunggsi untuk
menyempurnakan reaksi reforming yang telah terjadi di Primery
Reforming. Kalau Primery Reformer sumber panas untuk reaksi reforming
yang endotermis disuplay oleh burner-burner yang memberikan panasnya
secara radiasi, maka sumber panas di Scondary Reformer disuplay oleh
udara yang dimasukkan ke Scondary Reformer menggunakan kompresor
udara.
Reaksi pembakaran O2 dari udara dengan H2 hasil reaksi
reforming di Primary Reformer :
O2 + H2 à H2O + Panas ( exothermic)
Akan menghasilkan panas yang akan dipakai oleh reaksi reforming
Scondary Reformer. Campuran hasil reaksi di Scondery Reformer ini
akan menyisakan N2 yang praktis tidak/belum bereaksi dengan H2 dan
campuran gas lainnya. N2 akan bereaksi dengan H2 nantinya di Converter
Amoniak setelah menjalani berbagai proses pemurnian berikutnya.
H2COCH4C2H6 C3H8C4H10
N2& O2
Seksi Oksidasi partial
Seksi Reforming
30
Pada proses secondary reformer yaitu proses selanjutnya setelah
proses primary reformer yang mana pada proses ini bertujuan untuk
menghilangkan kandungan hidrokarbon. Pereduksian kandungan
hidrokarbon dilakukan dengan mereaksikannya dengan udara. Yang mana
nantinya dari reaksi antara gas alam dan udara akan menghasilkan panas
yang dapat digunakan untuk memurnikan kandungan N2.
Pada bagian ini terbagi 2 bagian reaksi yang pertama yaitu reaksi
pada seksi oksidasi partial yang mana pada oksidasi ini akan mereksikan
semua hidrokarbon dengan oksigen dan menghasilkan karbon dioksida dan
air . Berbeda pada bagian seksi reforming akan terjadi rekasi antara
methan dan air yang menghasilkan karbon monoksida dan hidrogen.
Berikut reaksi yang terjadi :
Seksi Oksidasi Partial :
- CH4 + 2 O2 → CO2 + 2 H2O
- C2H6 + 3/2 O2 → 2 CO2 + 3 H2O
- C3H8 + 5 O2 → 3 CO2 + 4 H2O
- C4H10 + 13/2 O2 → 4 CO2 + 5 H2O
Gas:H2 >>>N2>>>CO >>>CO2<<<H2O <<<
Gas:H2>>>N2>>>CO2>>>H2O<<<CO<<<
HTS
LTS
31
- H2 + ½ O2 → H2O
- CO + ½ O2 → CO2
Seksi Reforming :
- CH4 + H2O ↔ CO + 3 H2
Kondisi rekasi pada seksi reforming ialah berlangsung pada suhu 950 oC,
tekanan 32 atm dan dengan menggunakan katalis : Cobalt-Molibdenium.
Kandungan yang keluar dari secondary reformer ialah :
- H2 >>> - CO2<<<
- N2 >>> - H2O <<<
- CO >>>
Kondisi operasi di Scondary Reformer :
- Pressure : 35-40 kg/cm2G
- Temperature Inlet : 520-560oC
- Temperature Outlet : 950-1050oC
- CH4 Outlet : 0,2-1,0 % berat
- CO Outlet : 10-13 % berat
- H2 Outlet : 54-56 % berat
Shift converter
32
Pada proses shift converter ini akan memproses gas hasil keluaran
dari secondary reformer yang mana akan bertujuan untuk mengubah gas
CO CO2 yang kemudian nantinya akan dipisahkan pada proses
selanjutnya. Pada proses ini terdapat 2 proses yang berbeda yaitu HTS
(high temprature shift converter) dan LTS (low temprature shift
converter). Pada gambar disamping terlihat bahwa gas CO yang masuk
dan keluar dari shift converter mengalami perubahan. Perbedaan antara
HTS dan LTS yaitu pada kondisi berjalannya reaksi yang mana pada HTS
reaksi berlangsung pada suhu dan tekanan tinggi sedangkan pada LTS
reaksi berlansung pada suhu dan tekanan yang lebih rendah. Hal ini
disebabkan karena gas sebelum masuk ke kolom LTS mengalami
penurunan suhu oleh heat exchanger.
Berikut reaksi-reaksi yang terjadi pada kolom shift converter :
Reaksi pada HTS :
CO + H2O ↔ CO2 + H2
Kondisi berlangsungnya reaksi : T = 350 oC – 450 oC
P = 30 atm
Katalis : Fe2O3 , Cr2O3
Reaksi pada LTS :
CO + H2O ↔ CO2 + H2
Kondisi berlangsungnya reaksi : T = 250 oC
P = 25 atm
Katalis : CuO , N2O3
Dari hasil reaksi diatas pada HTS dan LTS sama-sama mengubah
gas CO menjadi CO2 sehingga komponen gas CO tinggal sedikit
sedangkan gas CO2 mengalami penambahan dari hasil reaksi pada kolom
HTS dan LTS. Setelah proses ini gas keluarannya akan menuju ke proses
CO2removal.
33
Sehingga gas yang keluar dari proses shift converter yaitu :
- H2 >>> - H2O <<<
- N2>>> - CO <<<
- CO2>>>
Kondisi operasi HTS :
Pressure : 35-40 kg/cm2G
Temperature Inlat : 340-380oC
Temperature Outlet : 420 – 440oC
CO Inlet : 12-14,5 % berat
CO Outlet : 2,5-4,5 % berat.
Kondisi operasi LTS :
Pressure : 35-40 kg/cm2G
Temperature Inlet : 190-210oC
Temperature Outlet : 220-240oC
CO Inlet : 2,5-4,5 % berat
CO Outlet : 0,2-0,4 % berat
CO2 Outlet : 16-18 % berat
H2>>> CO2>>>CO<<<N2>>> H2O<<<
H2CON2
CO2Stippper
34
CO2 Removal
Pada proses CO2 removal terdapat 2 proses yaitu CO2 absorption yang
mana berfungsi untuk memisahkan gas CO2 yang masuk dari LTS dengan
bantuan CO2 absorption. Dengan menggunakan 2 senyawa CO2 absorption
yang sering digunakan yaitu : larutan amine : MDEA (mono diethanol
amine)
larutan benfield : K2CO3
Pada proses kali ini kita menggunakan larutan benfield dengan
reaksi yang terjadi yaitu sbb:
Dari reaksi diatas terlihat gas CO2 yang direaksikan dengan larutan
benfield dan air akan membentuk senyawa kalium bikarbonat. Dengan
kata lain senyawa inlet yang masuk ke CO2 absorber akan berikatan
35
dengan larutan benfielddan air sehingga membentuk senyawa baru
danterpisah dari gas H2 , N2 dan CO.
Pada gambar, setelah terbentuk senyawa KHCO3maka akan
diumpan ke dalam kolom CO2 Stipper, kolom ini berfungsi untuk
memisahkan KHCO3 dengan CO2 sehingga akan kembali membentuk
larutan benfield(K2CO3) yang dapat digunakan kembali sebagai CO2
absorption. Sedangkan gas CO2 dikeluarkan dari kolom. Biasanya pabrik
pembuatan amonia akan berdampingan dengan pabrik pupuk urea, yang
mana CO2 yang dikelurakan dari kolom akan dikirim ke pabrik CO2 untuk
proses pembuatan pupuk urea.
Gas hasil keluaran CO2 removal yaitu hanya tinggal kandungan :
H2 , N2 dan CO.
Penyerapan CO2 di menara Absorber berlangsung dengan kondisi :
Pressure : 27-35 kg/cm2G
Temperatur Gas Inlet : 100-130 oC
Temperatur Gas Outlet : 65-70 oC
Temperature Larutan Karbonat inlet
Ke Top menara : 65-70 oC
Ke Middle Menara : 115-117 oC
CO2 Inlet : 16-18 % berat
CO2 Outlet : 0,04-0,1 % berat.
Sebagian besar K2CO3 dalam larutan Karbonat yang telah banyak
menyerap CO2 (Rich Solution) berubah menjadi KHCO3 seperti terlihat
pada reaksi no. 5. Selanjutnya KHCO3 ini harus kembali diubah menjadi
K2CO3 agar bisa disirkulasikan ke Absorber untuk menyerap CO2.Hal ini
dilakukan di Menara Regenerator dan reaksi yang tejadi adalah
Dari Absorber yang bertekanan 27-35 kg/cm2G larutan Karbonat
(Rich Solution) dikirim ke regenarator yang tekanan operasinya 0,4-0,8
kg/cm2G. Penurunan pressure yang cukup besar ini akan menggeser
Gas :H2N2CO
Gas :H2N2CH4H2O
36
kesetimbangan reaksi no. 6 ke kanan atau ke arah pelepasan CO2 dan
pembentuan K2CO3.
Di samping dengan penurunan tekanan, pelepasan CO2 dari larutan
karbonat (Rich Solution) juga dibantu dengan pemberian panas yang
disuplay dari steam yang masuk dan dibangkitkan di Reboiler-reboiler
yang terletak di bagian bawah Regenator.
Kondisi operasi Regenarator :
Pressure : 0,4-0,8 kg/cm2G
Temberature Bottom : 120-130 oC
Larutan Karbonat yang telah bebas CO2 (Lean Solution) ini
kemudian dikirim kembali ke Absorber, sedangkan CO2 yang keluar dari
Regenarator dikirim ke Pabrik Urea.
3. Metanasi
Setelah keluar dari CO2 Removal gas synthesa masih mengandung 0,3 % CO dan 0,1 % CO2 yang harus dikurangi lagi kadarnya hingga total CO+CO2 maksimum 10 ppm. Pada dasarnya reaksi metanasi yang terjadi adalah kebalikan dari reaksi reforming, seperti reaksi berikut
37
Pada proses ini akan mengubah gas CO menjadi methana,
yang mana tujuan dari penguabahan CO yaitu untuk mencegah terjadinya
reaksi antara katalis yang digunakan saat mensitesis N2 dan H2 pada proses
sintesis amonia nantinya. Dengan kata lain CO bila bertemu dengan katalis
(Fe) pada proses produksi amonia maka mereka akan bereaksi sehingga
menghambat pembentukan amonia.
Reaksi yang terjadi pada proses ini yaitu :
CO + 3 H2 ↔ CH4 + H2O
Kondisi reaksi berlangsun pada suhu: 200 oC – 250 oC ,
tekanan : 20 atm dengan bantuan katalis Cobalt-Molibdenium.
Methana (CH4) yang terbentuk tidak akan bereaksi pada proses
selanjutnya sehingga proses pembuatan amonia sudah dapat dilakukan
karena gas keluaran dari methanator hanya tinggal gas untuk pembuatan
amonia yaitu : N2 , H2 , CH4 , H2O.
Amonia Converter
Dalam proses pembuatan amonia, nantinya akan berlangsung pada
tekanan tinggi, sehingga untuk mencapai tekanan tinggi gas hasil keluaran
methanatorakan diumpankan ke alat synthetic gas compressor, yang
berfungsi untuk menaikkan tekanan. Pada proses pembuatan amonia
nantinya akan berlangsung pada tekanan tinggi yaitu 135 atm. Nah dengan
menggunakan synthetic gas compressor akan dapat mencapai tekanan
tersebut. synthetic gas compressordisusun secara beratahap (stage) yang
mana berfungsi agar kinerja alat untuk menaikan tekanan lebih mudah
N2 , H2 , CH4 , NH3
Gas:N2H2CH4H2O
Gas:N2H2CH4NH3 : 12%
38
dilakukan, dan life time alat juga akan semakin panjang karena kinerjanya
tidak terlalu berat dibandingkan hanya menggunakan synthetic gas
compressorsecara tunggal.
Amonia Converter
Pada proses pembuatan amonia setelah gas keluar dari proses
synthetic gas compressor maka pada proses pertama akan langsung
diumpan ke dalam proses synthesis converters yang mana proses ini akan
mengubah / mensintesis gas N2 dan H2 menjadi amonia dengan reaksi sbb:
N2 + H2 ↔ 2 NH3
Reaksi berlagsung pada suhu : 400 – 500 oC , tekanan : 135 atm
dengan bantuan katalis : Fe2O3.
Konversi reaksi pembentukan Amonia hanya mencapai 12 %. Dan
amonia yang terbentuk tidak dapat langsung didapatkan hasil amonianya.
Gas hasil keluaran dari synthesis converters(N2 , H2 , CH4 dan NH3) yang
mana sebahagian akan diumpan ke kolom HRU (hydrogen recovery unit)
proses ini dilakukan untuk memisahkan gas CH4 dan merecovery gas H2.
Karena CH4 tidak ikut bereaksi selama sintesis pembuatan amonia maka
jumlahnya selama masuk dan keluar akan tetap sama. Sehingga untuk
mencegah bertambahnya CH4 semakin bertambah, jumlah komponen CH4
yang direcovery dan nantinya akan diumpan ke gas recycle ke pengolahan
(NH3
cair 99%)
39
gas alam harus sama dengan jumlah komponen CH4 yang masuk ke dalam
kolomsynthesis converters. Gas hasil keluaran HRU akan di masukan ke
dalam synthetic gas compressoruntuk menaikan tekanan dan dicampur
dengan dengan fresh gas kemudian diolah kembali ke synthesis
convertersuntuk membentuk NH3.
Untuk proses selanjutnya gas NH3 yang masih bercampur dengan
gas N2 ,H2 , CH4 dan sedikit H2O akan melewati refrigeration section yang
akan mengubah NH3 dan H2O menadi fase cair lalu diumpankan ke kolom
separator yang akan memisahkan fase gas dan fase cairan, sehingga NH3
dan H2O akan terspisah dan keluar menuju storage sedangkan gas N2 , H2
dan CH4 akan masuk kembali ke proses synthesis converters untuk
membentuk NH3. Dan begitulah siklus seterusnya. Konsentrasi NH3 yang
keluar dari tangki separator dapat mencapai 99% kemurniannya.
Note : hal yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan amonia ialah :
- Konsentrasi fuel gas
- Konsentrasi steam
- Konsentrasi udara
4.2 Proses Pembuatan Pupuk UreaPrinsip Pembuatan Urea
Sintesa urea dapat berlangsung dengan bantuan tekanan tinggi.
Sintesa ini dilaksanakan untuk pertama kalinya oleh BASF pada tahun 1941
dengan bahan baku karbon dioksida (CO2) dan amoniak (NH3).
Sintesa urea berlangsung dalam dua bagian. Selama bagian reaksi
pertama berlangsung, dari amoniak dan karbon dioksida akan terbentuk
amonium karbamat. Reaksi ini bersifat eksoterm.
2NH3 (g) + CO2 (g) NH2COONH4 (s) ΔH = -159,7 kJ
Pada bagian kedua, dari amonium karbamat terbentuk urea dan air.
Reaksi ini bersifat endoterm.
NH2COONH4 (s) NH2CONH2 (aq) + H2O (l) ΔH = 41,43 kJ
Sintesa dapat ditulis menurut persamaan reaksi sebagai berikut:
40
2NH3 (g) + CO2 (g) NH2CONH2 (aq) + H2O (l) ΔH = -118,27 kJ
Kedua bagian reaksi berlangsung dalam fase cair pada interval
temperatur mulai 170-190°C dan pada tekanan 130 sampai 200 bar. Reaksi
keseluruhan adalah eksoterm. Panas reaksi diambil dalam sistem dengan
jalan pembuatan uap air. Bagian reaksi kedua merupakan langkah yang
menentukan kecepatan reaksi dikarenakan reaksi ini berlangsung lebih
lambat dari pada reaksi bagian pertama.
Industri Urea
Bahan baku dalam pembuatan urea adalah gas CO2 dan NH3 cair yang
dipasok dari pabrik amoniak. Proses pembuatan urea dibagi menjadi enam
unit. Unit-unit proses tersebut adalah sintesa unit, purifikasi unit, kristaliser
unit, prilling unit, recovery unit, dan terakhir proses kondesat treatment unit.
Blok diagram proses pembuatan urea di pabrik PT. PUSRI
1. Sintesa Unit
Unit ini merupakan bagian terpenting dari pabrik urea untuk
mensintesa dengan mereaksikan NH3 cair dan gas CO2didalam urea
reactor dan kedalam reaktor ini dimasukkan juga larutan recycle
41
karbamat yang berasal dari bagian recovery. Tekanan operasi proses
sintesa adalah 175 kg/cm2. Hasil sintesa urea dikirim ke bagian
purifikasi untuk dipisahkan ammonium karbamat dan kelebihan
amonianya setelah dilakukan stripping oleh CO2.
2. Purifikasi Unit
Amonium karbamat yang tidak terkonversi dan kelebihan amonia
di unit sintesa diuraikan dan dipisahkan dengan cara penurunan tekanan
dan pemanasan dengan dua langkah penurunan tekanan, yaitu pada 17
kg/cm2 dan 22,2 kg/cm2. Hasil penguraian berupa gas CO2 dan NH3
dikirim ke bagian recovery sedangkan larutan urea dikirim ke bagian
kristaliser.
Ke unit purifikasi
Larutan recycle
CO2 dari pabrik ammonia
Udarapasivasi
Gambar 1. Aliran proses seksi sintesa
udara
udaraGambar 2. Aliran proses seksi dekomposisi/purifikasi
42
3. Kristaliser Unit
Larutan urea dari unit purifikasi dikristalkan di bagian ini secara
vakum kemudian kristal urea dipisahkan di pemutar sentrifugal. Panas
yang diperlukan untuk menguapkan air diambil dari panas sensibel
larutan urea maupun panas kristalisasi urea dan panas yang diambil dari
sirkulasi urea slurry ke HP absorber dari recovery.
4. Prilling Unit
Kristal urea keluaran pemutar sentrifugal dikeringkan sampai
menjadi 99,8 % dari berat dengan udara panas kemudian dikirimkan ke
bagian atas prilling tower untuk dilelehkan dan didistribusikan merata
ke distributor, dan dari distributor dijatuhkan kebawah sambil
didinginkan oleh udara dari bawah dan menghasilkan produk urea
butiran (prill). Produk urea dikirim ke bulk storage dengan belt
conveyor.
Gambar 3. Aliran proses seksi kristalisasi
43
5. Recovery Unit
Gas ammonia dan gas CO2 yang dipisahkan dibagian purifikasi
diambil kembali dengan dua langkah absorbsi dengan
menggunakanmother liquor sebagai absorben kemudian di recycle
kembali ke bagian sintesa.
6. Proses Kondensat Treatment Unit
Uap air yang menguap dan terpisahkan dibagian kristaliser
didinginkan dan dikondensasikan. Sejumlah kecil urea, NH3 dan CO2
kemudian diolah dan dipisahkan di stripper dan hydroliser. Gas CO2
dan gas NH3 dikirim kembali ke bagian purifikasi untuk direcover
sedang air kondensatnya dikirim ke utilitas.
Pabrik utilitas adalah pabrik yang menghasilkan bahan-bahan
pembantu maupun energi yang dibutuhkan oleh pabrik amoniak dan
urea. Produk yang dihasilkan dan diolah dari pabrik utilitas ini antara
Ke pengantongan
steamcondensate
steam
udara
udara
Gambar 4. Aliran proses seksi prilling
Steam condensateSteam
condensate
cw
cw
cw
cw
cwc
wcw c
w
Gambar 5. Aliran diagram unit recovery
44
lain air bersih, air pendingin, air demin, udara pabrik, udara instrumen,
tenaga listrik, dan uap air.
Alat dan Mesin Produksi Pupuk Urea
Peralatan yang digunakan dalam proses produksi pupuk urea, yaitu
1. Seksi Sintesa
Peralatan yang ada pada seksi sintesa antara lain :
Reaktor Sintesa
Reaktor sintesa berfungsi sebagai tempat reaksi antara NH3
dan CO2.
Knock Out Drum
Knock out drum berfungsi untuk menghilangkan partikel-
partikel padat dan tetesan cairan yang mungkin terdapat dalam gas
CO2.
CO2BoosterCompressor
CO2boostercompressorberfungsi untuk menaikan tekanan
gas CO2.
CO2Compressor
CO2compressor berfungsi untuk menaikkan tekanan gas
CO2.
Ammonia Preheater I
Ammonia preheater I berfungsi untuk memanaskan
ammonia dengan hot water sebagai media pemanasnya.
Ammonia Preheater II
45
Ammonia preheater II memanaskan ammonia dengan steam
condensate sebagai media pemanasnya.
Ammonia Condensor
Ammonia condenser berfungsi untuk mengkondensasikan
larutan ammonia.
Ammonia Reservoir
Ammonia reservoir berfungsi untukmenampung ammonia
cair make up dari ammonia plant.
2. Seksi dekomposisi/purifikasi
Peralatan yang ada pada seksi dekomposisi/purifikasi antara lain :
High Pressure Decomposer
High pressure decomposer berfungsi untuk memisahkan
kelebihan NH3 dari campuran reaksi dan mendekomposisi
ammonium karbamat menjadi NH3 dan karbondioksida.
Low Pressure Decomposer
Low pressure decomposer berfungsi untuk
menyempurnakan dekomposisi setelah keluar high pressure
decomposer.
Gas Separator
Gas separator berfungsi untuk memisahkan sisa NH3
dan CO2 yang masih terlarut dalam larutan urea.
Reboiler for High Pressure Decomposer
Reboiler for high pressure decomposer berfungsi untuk
memanaskan larutan dari low pressure decomposer.
Reboiler for Low Pressure Decomposer
Reboiler for low pressure decomposer berfungsi untuk
memanaskan larutan dari low pressure decomposer.
Air Compressor
46
Heat Exchanger for Low Pressure Decomposer
Heat exchanger for low pressure decomposer berfungsi
untuk mendinginkan larutan dari high pressure decomposer
menuju ke low pressure decomposer.
3. Seksi Recovery
Peralatan yang ada pada seksi recovery antara lain :
Off Gas Absorber
Off gas absorber berfungsi untuk menyerap gas NH3
dan CO2 dari gas separator, kemudian dikondensasikan dalam
packed bed bagian bawah oleh larutan recycle yang
didinginkan dalam off gas absorber cooler.
Off Gas Condenser
Off gas condenser berfungsi untuk mendinginkan gas
yang keluar dari gas separator.
Off Gas Absorber Pump
Off gas absorber pump berfungsi untuk memompa
larutan dan mengirimnya ke low pressure absorber.
Off Gas Absorber Recycle Pump
Off gas absorber recycle pump berfungsi untuk
memompa larutan dari off gas absorber dan dikembalikan lagi
ke bagian tengah off gas absorber.
Low Pressure Absorber
High Pressure Absorber Cooler
High pressure absorber cooler berfungsi untuk
mengembalikan lagi larutan karbamat ke reaktor.
High Pressure Absorber
High pressure absorber menyerap CO2 dari high
pressure decomposer oleh ammonia menjadi ammonium
karbamat.
Ammonia Recovery Absorber
47
Ammonia recovery absorber berfungsi untuk
menyerap ammonia dari recycle larutan, lalu mengirimkannya
ke ammonia reservoir.
High Pressure Absorber Pump
High pressure absorber pump berfungsi untuk
memompa larutan dari low pressure absorber ke high
pressure absorber.
Aqua Ammonia Pump
Aqua ammonia pump berfungsi untuk memompa
ammonia dari ammonia recovery absorber ke high pressure
absorber.
4. Seksi Kristalisasi dan Pembutiran
Peralatan pada seksi kristalisasi dan pembutiran antara lain:
Cristalizer
Cristalizer terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian atas
berupa vacum concentrator dengan vacum generator yang
terdiri dari sistem ajektor tingkat satu dan barometrik
kondensor tingkat satu dan dua. Sedangkan bagian bawah
berupa cristalizer dengan agitator.
a. Vacuum concentrator dengan vacuum generator
Vacuum concentrator dengan vacuum generator
berfungsi untuk menguapkan air dari larutan urea.
b. Crystallizer dengan agitator
Crystallizer dengan agitator berfungsi untuk
mengkristalkan urea.
Melter
Melter berfungsi untuk melelehkan kristal-kristal urea.
Dissolving tank I
NH3 = 44 875 kg
48
Dissolving tank I berfungsi sebagai tempat pelarutan
urea oversize.
Dissolving tank II
Dissolving tank II berfungsi sebagai tempat pelarutan
urea oversize.
Neraca Massa
Dalam proses produksi pupuk urea dibutuhkan ammonia (NH3) dan
karbondioksida (CO2). Berdasarkan prosesnya, neraca massa pada proses
produksi pupuk urea terdiri dari seksi sintesa, seksi dekomposisi/purifikasi,
seksi recovery dan seksi kristalisasi dan prilling.
1. Neraca massa pada seksi sintesa
Gambar 6 Neraca massa pada reaktor sintesa (Sholikin R, 2005)
Ke High Pressure DecomposerUrea = 48 639.073 kgNH3 = 30 700.066 kgCO2 = -H2O = 23 713.437 kgBiuret = 269.139 kgKarbamat = 23 957.731 kg
Larutan recycleUrea = 5 630.4 kgNH3 = 20 663.568 kgCO2 = 18 918.144 kgH2O = 10 810.368 kg
Reaktor Sintesa
CO2 = 26 100.446 kg
High Pressure DecomposerDari Reaktor Sintesa :Urea = 48 639.073 kgNH3 = 30 700.066 kgCO2 = -H2O = 23 713.437 kgBiuret = 269.139 kgKarbamat = 23 957.731 kg
Ke Low Pressure decomposerUrea = 48 211.493 kgNH3 = 3 985.493 kgCO2 = 316.849 kgH2O = 20 089.402 kgBiuret = 417.593 kgKarbamat = 7 187.319 kg
Ke High Pressure Absorber CoolerNH3 = 40 012.998 kgCO2 = 3 641.409 kgH2O = 3 407.945 kg
49
2. Neraca massa pada seksi dekomposisi/purifikasi
Gambar 7 Neraca massa pada high pressure decomposer (Sholikin R, 2005)
Dari High Pressure DecomposerNH3 = 5 524.978 kgCO2 = 3 117.599 kgH2O = 2 425.498 kg
Dari Off Gas AbsorberNH3 = 144.424 kgCO2 = 135.485 kgH2O = 933.343 kg
Low Pressure Absorber
Ke High Pressure AbsorberUrea = 3 864.624 kgNH3 = 5 686.808 kgCO2 = 3 626.493 kgH2O = 4 458.283 kgBiuret = 182.529 kg
Ke Off Gas AbsorberH2O = 201.781 kg
Dari Mother Liquor TankUrea = 43 864.624 kgNH3 = 17.406 kgCO2 = 9.409 kgH2O = 1 301.223 kgBiuret = 182.5298 kg
H2O = 181.588 kg
H2O = 201.781 kg
Dari Gas SeparatorNH3 = 899.296 kgCO2 = 219.952 kgH2O = 2 969.321 kg
Off Gas AbsorberKe Low Pressure AbsorberNH3 = 253.088 kgCO2 = 78.109 kgH2O = 1 101.559 kg
50
3. Neraca massa pada seksi recovery
Gambar 8 Neraca massa pada low pressure absorber (Sholikin R, 2005)
Ke Gas SeparatorNH3 = 178.699 kgH2O = 96.088 kg
Dari High Pressure Absorber CoolerNH3 = 92 733 kgH2O = 28 143 kg
Dari Ammonia RecoveryNH3 = 1 579.250 kgH2O = 507.129 kg
Dari Low Pressure AbsorberUrea = 3 864.624 kgNH3 = 5 686.808 kgCO2 = 3 262.493 kgH2O = 4 458.283 kgBiuret = 182.529 kg
High Pressure Absorber
Ke High Pressure Absorber CoolerNH3 = 17 277.165 kgCO2 = 3 262.493 kgH2O = 4 965.412 kgBiuret = 182.529 kg
Ke Ammonia CondenserNH3 = 39 882.241 kg
Dari Gas SeparatorUrea = 47 878.865 kgNH3 = 238.272 kgCO2 = 128.692 kgH2O = 18 803.096 kgBiuret = 519.524 kg
Ke CentrifugeUrea = 47 724.826 kgNH3 = 238.272 kgH2O = 18 803.906 kgCO2 = 128.692 kgBiuret = 519.524 kg
Crystallizer
51
Gambar 9 Neraca massa pada off gas absorber (Sholikin R, 2005)
Gambar 10 Neraca massa pada high pressure absorber (Sholikin R, 2005)
4. Neraca massa pada seksi kristalisasi dan prilling
Ke Low Pressure DecomposerNH3 = 460.817 kgCO2 = 141.847 kgH2O = 2 160.795 kg
Dari CrystallizerUrea = 47 724.826 kgNH3 = 238.272 kgH2O = 18 803.906 kgCO2 = 128.692 kgBiuret = 519.524 kg
Centrifuge
Ke Fluidizing DryerUrea = 40 099.826 kgH2O = 799.800 kgBiuret = 7.299 kg
52
Gambar 11 Neraca massa pada crystallizer (sumber : Riadhus Sholikin, 2005)
Gambar 12 Neraca massa pada centrifuge (Sholikin R, 2005)
4.4 Proses Penanganan Produk (Packing)
Urea yang sudah dalam bentuk prill dibawa ke gudang atau storage dengan
menggunakan bell conveyer untuk di packing. Satu karung pupuk urea diisi 10
Kg, 20 Kg, 50 Kg, hingga 100 Kg pupuk urea. Setelah di packing urea siap di
distribusi.
Ke Mother Liquor TankUrea = 47 724.826 kgNH3 = 238.272 kgH2O = 18 033.296 kgCO2 = 128.520 kgBiuret = 512.225 kg
53
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pupuk adalah zat yang terdiri dari satu atau lebih unsur kimia yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan serta dapat meningkatkan
produktivitas maupun kualitas hasil tanaman
Charles Townshend Viscount (1674-1738)Dia pertama kali meneliti efek
meningkatkan rotasi tanaman sistem yang digunakan di Flanders diamati
dalam 4 tahap.
Pabrik pupuk terbesar di Indonesia adalah PT. Petrokimia Gresik dengan
kapasitas produksi pertahun yaitu 445.000 ton Amonia, 460.000 ton urea,
650.000 ton ZA, 300.000 ton Phonska, SP 36 1.000.000 ton , 22 5.000 ton
DAP, 160.000 ton NPK “Kebomas” dan 10.000 ton ZK
Amonia didapatkan dari gas alam yang mengandung 90% Metana yang
proses sehingga menghasilkan NH3 dari pengubahan gas Nitrogen (N2)
dengan gas hidrogen (H2)
Pupuk urea berbahan baku gas CO2 dan NH3 cair yang dipasok dari pabrik
amoniak
Proses pembuatan amonia umumnya menggunakan process Haber-Bosch
Proses pembuatan pupuk urea umumnya menggunakan Proses
Konvensional Mitsui Toatsu Co. (MTC) dari Toyo Engineering Co. (TEC)
54
yang prosesnya terdiri dari sintesa unit, purifikasi unit, kristaliser unit,
prilling unit, recovery unit, dan proses kondensasi treatment unit
5.2 Saran
Bagi para pembaca untuk tidak menjadikan paper ini sebagai bahan acuan
dalam menuliskan paper lain yang sejenis, karena lebih baik mengambil
sumber dari media cetak (teks book)
Bagi teman-teman kelas mata kuliah PIK I untuk sama-sama berdiskusi
mengenai hal-hal yang masih belum jelas tentang isi dari paper ini
Bagi dosen mata kuliah PIK I untuk terus member bimbingan agar
kedepannya penulisan paper ini lebih baik lagi, baik dari segi materi dan
bahasanya. Diharapkan kepada dosen pembimbing dapat mengajak kami
untuk mengunjungi pabrik pupuk urea di Lhoksemawe, yaitu Pabrik
Pupuk Iskandar Muda (PIM)
55
DAFTAR PUSTAKA
https://nunulasa.wordpress.com/2011/03/09/pengetahuan-tentang-proses-
pembuatan-pupuk/
https://www.scribd.com/doc/251570885/Proses-Pembuatan-Amonia
https://www.scribd.com/doc/108686136/Bahan-Baku-Pembuatan-Pupuk-
Urea-Adalah-Amoniak-Dan-Karbondioksida
http://pupuk-indonesia.com/id/
https://www.scribd.com/doc/134789943/Makalah-PIK-Pembuatan-Urea
https://id.wikipedia.org/wiki/Gas_alam
https://id.wikipedia.org/wiki/Amonia
http://cahayacinta7.blogspot.co.id/2011/02/unit-proses-urea-unit-urea-
memproduksi.html
http://edowartblogspotscom.blogspot.co.id/2011/09/industri-pupuk-di-
indonesia.html
Bella Prima Octavia. “Industri Pupuk Urea”
http://idpupuk.blogspot.co.id/2012/11/industri-pupuk-urea.html
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/196802161994022-
SOJA_SITI_FATIMAH/Kimia_industri/INDUSTRI_PUPUK.pdf
56
LAMPIRAN 1FLOWSHEET PABRIK
57
58
LAMPIRAN 2DIAGRAM
A. Diagram Alir Amonia
B. Diagram Alir Pupuk Urea
59