10. Sumber Belajar Menurut Para Ahli Beserta 6 Jenis Sumber Belajar Secara

64
Sumber belajar menurut para ahli beserta 6 jenis sumber belajar secara umum A. Pengertian Sumber Belajar Menurut Association Educational Comunication and Tehnology AECT (As’ari, 2007) sumbr belajar yaitu berbagai atau semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar. Sumber belajar menurut AECT (Suratno, 2008) meliputi semua sumber yang dapat digunakan oleh pelajar baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, biasanya dalam situasi informasi, untuk memberikan fasilitas belajar. Sumber itu meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan tata tempat. Sudjana (Suratno, 2008), menuliskan bahwa pengertian Sumber Belajar bisa diartikan secara sempit dan secara luas. Pengertian secara sempit diarahakan pada bahan-bahan cetak. Sedangkan secara luas tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengertian sumber belajar menurut Ratno Dwi Joyo S.Pd. - Secara sempit, yaitu buku atau bahan cetak lainnya. - Secara luas, yaitu segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan belajar. Edgar Dale (1969) seorang ahli pendidikan mengemukakan sumber belajar adalah, segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi belajar seseorang. Menurut Ahmad Sudrajat Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah 1

Transcript of 10. Sumber Belajar Menurut Para Ahli Beserta 6 Jenis Sumber Belajar Secara

Sumber belajar menurut para ahli beserta 6 jenis sumber

belajar secara umumA.    Pengertian Sumber Belajar

Menurut Association Educational Comunication and Tehnology AECT (As’ari, 2007) sumbr

belajar yaitu berbagai atau semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat

digunakan siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah

siswa dalam mencapai tujuan belajar. Sumber belajar menurut AECT (Suratno, 2008) meliputi semua

sumber yang dapat digunakan oleh pelajar baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan,

biasanya dalam situasi informasi, untuk memberikan fasilitas belajar. Sumber itu meliputi pesan, orang,

bahan, peralatan, teknik dan tata tempat.

Sudjana (Suratno, 2008), menuliskan bahwa pengertian Sumber Belajar bisa diartikan secara

sempit dan secara luas. Pengertian secara sempit diarahakan pada bahan-bahan cetak. Sedangkan secara

luas tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar, baik

secara langsung maupun tidak langsung.

Pengertian sumber belajar menurut Ratno Dwi Joyo S.Pd.

- Secara sempit, yaitu buku atau bahan cetak lainnya.

- Secara luas, yaitu segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan belajar.

  Edgar Dale (1969) seorang ahli pendidikan mengemukakan sumber belajar adalah,  segala

sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi belajar seseorang.

  Menurut Ahmad Sudrajat Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa

data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara

terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan

belajar atau mencapai kompetensi tertentu.

Kesimpulan :

  Jadi sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan atau digunakan seseorang

untuk memfasilitasi segala kegiatan belajar, baik itu secara terpisah maupun secara terkombinasi agar

dapat mempermudah seseorang dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan.

Secara umum sumber belajar dapat dikategorikan kedalam 6 (enam) jenis, yaitu:

1. Pesan: informasi yang akan disampaikan oleh komponen lain; dapat berbentuk ide, fakta, makna

dan data.

2. Orang: orang yang bertindak sebagai penyimpan dan menyalurkan pesan antara lain: guru,

instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan

sebagainya.

3. Bahan: barang-barang yang berisikan pesan untuk disampaikan dengan menggunakan peralatan;

1

kadang-kadang bahan itu sendiri sudah merupakan bentuk penyajian contohnya: buku,

transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca,

komik, dan sebagainya.

4. Alat/ perlengkapan: barang-barang yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang terdapat

pada bahan misalnya: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis,

generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya.

5. Pendekatan/ metode/ teknik: prosedur atau langkah-langkah tertentu dalam menggunakan bahan,

alat, tata tempat, dan orang untuk menyampaikan pesan; misalnya: disikusi, seminar, pemecahan

masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan

sejenisnya.

6. Lingkungan/latar: lingkungan dimana pesan diterima oleh pelajar; misalnya: ruang kelas, studio,

perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya.

Bagaimanakah Pengertian Belajar Menurut Para Ahli ?OPTION PERTAMA

Pengertian Belajar Menurut Para Ahli – Belajar menurut Anni (2004:4) merupakan proses

paling penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan

dikerjakan. Skinner yang di kutip oleh Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya yang berjudul Belajar

dan pembelajaran, bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta

melalui proses tingkah laku. Belajar menurut Harun Nasution (2000:34) adalah sebagai perubahan

kelakuan berkat pengalaman dan latihan. R. Gagne seperti yang di kutip oleh Slameto dalam bukunya

Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, memberikan dua definisi belajar, yaitu: Belajar

ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan

tingkah laku. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.

Belajar menurut Slameto (2003:2) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

M. Sobry Sutikno mengemukakan, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya. Menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning

yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang

terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam

suatu situasi. Belajar menurut Darsono (2001:4) adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam

pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.

2

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah yaitu suatu proses yang

menghasilkan suatu perubahan yang disebut sebagai hasil belajar.

OPTION KEDUAMenurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau  psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan

pemahaman. Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan

proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang

keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Sifat perubahannya relatif

permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat

situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.

Sedangkan Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977,

belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang

keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan

tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda

dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.

Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu

itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian

di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.

Pengertian Media Pembelajaran Menurut Para Ahli Pengertian Media Pembelajaran Menurut Para Ahli - Media berasal dari kata “Medium”, 

yang berasal dari bahasa latin “Medium” yang berarti “tengah” atau “sedang”. Pengertian media ini

mengarah pada sesuatu yang menjadi penghantar untuk meneruskan suatu informasi dari sumber

informasi kepada penerima informasi.Pengertian Media Pembelajaran - Media merupakan suatu

wadah atau sarana dalam menyampaikan suatu informasi dari pengirim kepada penerima. Media adalah

segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi. (Latuheru.

Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini.     Jakarta : Depdikbud. 1988. Hlm 11)

Banyak batasan-batasan yang diberikan dalam memberikan pengertian media. Asosiasi Teknologi dan

Komunikasi Pendidikan atau Association of Education and Communication Technology (AECT)

membatasi media sebagai saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi.

Batasan yang lain juga diberikan oleh Asosiasi pendidikan Nasional atau Education Association (NEA)

yang membatasi media merupakan bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun Audio-Visual serta

peralatannya serta media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat didengar, dilihat dan dibaca. (Sadiman.

Media Pendidilkan Pengertian, Pengembanagn dan Pemanfaatan. Jakarta : CV. Raja Wali .1984. Hlm 6)

Beberapa ahli telah memberikan batasan mengenai pengertian media, yaitu antara lain:

3

Hamalik menyatakan bahwa media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan

dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses

pendidikan dan pengajaran disekolah. (Hamalik. Media Pendidikan. Bandung : Sinar Baru. 1994. Hlm 12)

Danim menyatakan bahwa media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap

yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa dengan

peserta didik. (Sudarman, Danim. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara,. 1995. Hlm 97)

Wildbur schraman menyebutkan bahwa media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat

dimanfaatkan untuk keperluan instruksional.

Lislie. J. Briggs menjelaskan bahwa media adalah sarana fisik untuk menyampaikan materi atau

isi pengajaran, seperti buku, film, slide dan lain-lain. (Soetomo. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar.

Surabaya : Usaha Nasional. 1993. Hlm 197)

Heinich dkk mengatakan bahwa medium sebagai perantara mengantarkan informasi antara

sumber dan penerima pesan. (Azhar Arsyad. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja grafindo Persada. 2002. Hlm

4)

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa: 

1. Media merupakan wadah atau perantara pesan yang oleh sumber pesan atau pengaruhnya ingin

diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan.

2. Materi yang ingin disampaikan adalah pesan instruksional.

3. Tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar pada penerima pesan (anak didik).

(Soetomo. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya : Usaha Nasional. 1993. Hlm 197-198)

Sebelum istilah media digunakan dan popular, dalam dunia pendidikan sudah berkembang kata

atau istilah yang bermakna sama yang sudah digunakan. Pertama dipakai istilah “alat peraga”

kemudian “Audio Visual Aids”, kemudian selanjutnya disebut “Instrucsional Materials” yang

akhirnya sekarang ini digunakan adalah “Media Pembelajaran”. Gagne dan Brings. (Latuheru.

Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta : Depdikbud. 1988. Hlm 14)  mengatakan

bahwa media pembelajaran adalah alat secara fisik untuk menyampaikan isi pengajaran.

Sumber-Sumber Belajar dan Media InstruksionalA.     Sumber belajar (learning resources)

Suatu pandangan yang keliru jika sumber belajar berarti di luar apa yang dimiliki guru, atau 

siswa. Guru merupakan sumber belajar yang utama, yaitu dengan segala kemampuan, wawasan

keilmuan, keterampilan dan pengetahuan yang luas, maka segala informasi pembelajaran dapat

diperoleh dari guru tersebut. Siswa, siswa memiliki sejumlah variasi aktivitas belajar, pengalaman

belajar, pengetahuan dan keterampilan, maka dalam konteks tertentu apa yang terdapat pada diri siswa

apat dijadikan sebagai sumber belajar dalam mempelajari suatu pengalaman-pengalaman belajar yang

4

baru. Sumber belajar pada dasarnya banyak sekali baik yang terdapat di lingkungan kelas, sekolah,

sekitar sekolah bahkan di masyarakat, keluarga, di pasar, kota,desa, hutan dan sebagainya. Yang perlu

dipahami dalam hal ini adalah masalah pemanfaatannya yang akan tergantung kepada kreativitas dan

budaya mengajar guru atau pendidika itu sendiri.

 

1.      Pengertian Sumber Belajar Menurut Ahli

Edgar Dale (1969) seorang ahli pendidikan mengemukakan sumber belajar adalah,‘segala sesuatu yang

dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi belajar seseorang. Pendapat lain dikemukakan oleh

Association Educational Comunication and Tehnology AECT (1977) yaitu ‘ berbagai atau semua

sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar, baik

secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar.’

Vernon S. Gerlach &  Donald P. Ely (1971) menegaskan pada awalnya terdapat jenis sumber belajar

yaitu manusia, bahan, lingkungan, alat dan perlengkapan,  serta aktivitas.  

a. Manusia

Manusia dapat dijadikan sebagai sumber belajar, peranannya sebagai sumber belajar dapat dibagi ke

dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah manusia atau orang yang sudah dipersiapkan khusus

sebagai sumber belajar melalui pendidikan yang khusus pula, seperti guru, konselor, administrator

pendidikan, tutor dan sebagainya. Kelompok Kedua yaitu manusia atau orang yang tidak dipersiapkan

secara khusus untuk  menjadi seorang nara sumber akan tetapi memiliki  keahlian yang mempunyai

kaitan erat dengan program pembelajaran yang akan disampaikan, misalnya dokter, penyuluh

kesehatan, petani, polisi dan sebagainya.

b. Bahan

Bahan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang membawa pesan/ informasi untuk pembelajaran.

Baik pesan itu dikemas dalam bentuk  buku paket, video, film, bola dunia, grafik, CD interaktif dan

sebagainya. Kelompok ini biasany disebut dengan media pembelajaran. Demikian halnya dengan bahan

ini, bahwa dalam penggunaannya untuk suatu proses pembelajaran dapat dibedakan menjadi du

akelompok yaitu bahan yang didesain khusus untuk pembelajaran, dan ada juga bahan/media yang

dimanfaatkan untuk memberikan penjelasan materi pembelajaran yang relevan.

 c. Lingkungan

Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan yang mampu memberikan pengkondisian belajar.

Lingkungan ini juga di bagi dua kelompok yaitu lingkungan yang didesain khusus untuk pembelajaran,

seperti laboratorium, kelas dan sejenisnya. Sedangkan  lingkungan yang dimanfaatkan untuk

mendukung keberhasilan penyampaian materi pembelajaran, di antaranyai lingkungan museum, kebun

binatang dan sejenisnya.

 d. Alat atau perlengkapan

5

Sumber belajar dalam bentuk alat atau perlengkapan adalah alat dan perlengkapan yang dimanfaatkan

untuk produksi atau menampilkan sumber-sumber belajar lainnya. Seperti TV  untuk membuat

program belajar jarak jauh, komputer untuk membuat pembelajaran berbasis komputer, tape recorder

untuk membuat program pembelajaran audio dalam pelajaran bahasa Inggris, terutama untuk 

menyampaikan informasi pembelajaran mengenai listening (mendengarkan), dan sejenisnya.

e. Aktivitas

Biasanya aktivitas yang dapat diajdikan sumber belajar adalah aktivitas yang mendukung pencapaian

tujuan pembelajaran, di mana didalamnya terdapat perpaduan antara teknik penyajian dengan sumber

belajar lainnya yang memudahkan siswa belajar.  Seperti aktivitas dalam bentuk diskusi, mengamati,

belajar tutorial, dan sejenisnya.

 f. pesan

Pelajaran/informasi yang diteruskan  oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti, data, dan lain-

lain. Peserta didik dapat mengerti pelajaran yang diberikan oleh pembelajar/tutor tanpa harus bertatap

muka terlebih dahulu. Pesan dapat disampaikan melalui komponen lain dalam bentuk data atau fakta

yang dapat menunjukkan sebuah informasi yang dikehendaki oleh seseorang. Misalnya: seorang

pebelajar yang tidak dapat datang kesekolah tapi masih dapat mengerjakan tugas sekolah dengan

menerima pesan atau informasi yang diperoleh dari teman sekolahnya. Dengan demikian, proses

pembelajaran dapat terus berlangsung.

2.      Jenis sumber belajar

Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:

1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara

khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan

fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.

2. Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang

tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan,

diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran

3.      Fungsi sumber belajar

Sumber belajar memiliki fungsi:

1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar dan

membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b) mengurangi beban guru

dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.

2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: (a)

mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) memberikan kesempatan bagi siswa

untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya.

3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan

6

program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan pengajaran yang

dilandasi oleh penelitian.

4. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber belajar;

(b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.

5. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran

yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan

pengetahuan yang sifatnya langsung.

6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang

mampu menembus batas geografis.

Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti penting sumber belajar

untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil pembelajaran siswa

4.      Kriteria memilih sumber belajar

Ada sejumlah pertimbangan yang harus diperhatikan, ketika memilih sumber belajar, yaitu:

1)      Bersifat ekonomis dan praktis (kesesuaian antara hasil dan biaya).

2)      Praktis dan sederhana artinya mudah dalam pengaturannya.

3)      Fleksibel dan luwes, maksudnya tidak kaku dalam perencanaan sekaligus pelaksanaannya.

4)      Sumber sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan waktu yang tersedia.

5)      Sumber sesuai dengan taraf berfikir dan kemampuan siswa.

6)      Guru memiliki kemampuan dan terampil dalam pengelolaannya.

Berbagai kriteria tersebut tidak kaku, tetapi penting untuk diperhatikan demi terwujudnya efektifitas

dan efisiensi dari sumber belajar yang dipilih, sehingga betul-betul berdayaguna.

 

B.     Media instructional (media pembelajaran)

  Media pembelajaran (media instructional) adalah sebuah alat atau sarana yang dapat digunakan

dalam proses pembelajaran yang dapat membantu pebelajar dalam memahami pesan yang disampaikan

oleh seorang pembelajar. Pada dasarnya media pembelajaran tersebut dapat berupa apa saja yang

memungkinkan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Media pembelajaran

memiliki beberapa karakteristik dalam bentuk dan pemanfaatannya sesuai dengan maksud serta tujuan

dari proses pembelajaran yang dilakukan.

Selanjutnya ditegaskan oleh Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu : “media adalah segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”.

1.   Karakteristik Media Pembelajaran

  Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, yang dikaitkan atau dilihat dari

berbagai segi. Misalnya, Schramm melihat karakteristik media dari segi ekonomisnya, lingkup sasaran

7

yang dapat diliput, dan kemudahan kontrolnya oleh pemakai (Sadiman, dkk., 1990). Karakteristik

media juga dapat dilihat menurut kemampuannya membangkitkan rangsangan seluruh alat indera.

Dalam hal ini, pengetahuan mengenai karakteristik media pembelajaran sangat penting artinya untuk

pengelompokan dan pemilihan media. Kemp, 1975, (dalam Sadiman, dkk., 1990) juga mengemukakan

bahwa karakteristik media merupakan dasar pemilihan media yang disesuaikan dengan situasi belajar

tertentu.

 Media grafis

Semua jenis media dalam kelompok ini merupakan penyampaian pesan lewat simbol-simbol

visual yang melibatkan rangsangan indera penglihatan. Karakteristik yang dimiliki adalah: bersifat

kongkret, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang

masalah apa saja dan pada tingkat usia berapa saja, murah harganya dan mudah mendapatkan serta

menggunakannya.

Media audio.

Media dalam kelompok ini berupa pesan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol auditif (verbal

dan atau non-verbal), yang melibatkan rangsangan indera pendengaran. Media audio memiliki

karakteristik atau ciri sebagai berikut: mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, pesan/program

dapat direkam dan diputar kembali kapan saja, dapat mengembangkan daya imajinasi dan merangsang

partisipasi aktif pendengarnya, dapat mengatasi masalah kekurangan guru. 

Media proyeksi diam.

Media yang termasuk kelompok ini membutuhkan alat bantu  dalam penyajiannya. Terkadang

media ini disajikan dengan penampilan visual saja, atau disertai rekaman audio. Karakteristik umum

media ini adalah: pesan yang sama dapat disebarkan ke seluruh siswa secara serentak, penyajiannya

berada dalam kontrol guru, cara penyimpanannya mudah (praktis), dapat mengatasi keterbatasan ruang,

waktu, dan indera, menyajikan obyek -obyek secara diam (pada media dengan penampilan visual saja),

terkadang dalam penyajiannya memerlukan ruangan gelap, lebih mahal dari kelompok media grafis,

sesuai untuk mengajarkan keterampilan tertentu, sesuai untuk belajar secara berkelompok atau

individual, praktis dipergunakan untuk semua ukuran ruangan kelas, mampu menyajikan teori dan

praktek secara terpadu, menggunakan teknik-teknik warna, animasi, gerak lambat untuk menampilkan

obyek/kejadian tertentu, dapat diulang-ulang, dihentikan, sesuai dengan kebutuhan.

Media permainan dan simulasi.

Ciri atau karakteristik dari media ini adalah: melibatkan pebelajar secara aktif dalam proses

belajar, peran pengajar tidak begitu kelihatan tetapi yang menonjol adalah aktivitas interaksi antar

pebelajar, dapat memberikan umpan balik langsung, memungkinkan penerapan konsep-konsep atau

peran-peran ke dalam situasi nyata di masyarakat, memiliki sifat luwes karena dapat dipakai untuk

berbagai tujuan pembelajaran dengan mengubah alat dan persoalannya sedikit saja, mampu

8

meningkatkan kemampuan komunikatif pebelajar, mampu mengatasi keterbatasan pebelajar yang sulit

belajar dengan metode tradisional, dan dalam penyajiannya mudah dibuat serta diperbanyak.

Setiap jenis media memiliki karakteristiknya yang khas, yang dikaitkan atau dilihat dari berbagai

segi (misalnya dari segi ekonomisnya, lingkup sasaran yang dapat diliput, dan kemudahan kontrolnya

oleh pemakai, menurut kemampuannya membangkitkan rangsangan seluruh alat indera, dan petunjuk

penggunaannya untuk mengatasi kondisi pembelajaran). Secara umum media pembelajaran memiliki

tiga karakteristik atau ciri yaitu: a) ciri fiksatif, yang menggambarkan kemampuan media untuk

merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau obyek; b) ciri

manipulatif, yaitu kamampuan media untuk mentransformasi suatu obyek, kejadian atau proses dalam

mengatasi masalah ruang dan waktu.; c) ciri distributif, yang menggambarkan kemampuan media

mentransportasikan obyek atau kejadian melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian itu disajikan

kepada sejumlah besar siswa, di berbagai tempat, dengan stimulus pengalaman yang relatif sama

mengenai kejadian tersebut.

Kontribusi media dalam proses pembelajaran yang dikembangkan menurut (Kemp and Dayton, 1985)

1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar

2. Pembelajaran dapat lebih menarik

3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar

4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek

5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan

6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan

7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan

8. Peran guru berubah kearah yang lebih positif

 2.   Penggolongan Media Pembelajaran

  Setiap jenis media pembelajaran memiliki karakteristik dan fungsinya masing-masing dalam

menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Agar peranan sumber dan media belajar dapat optimal

dan memudahkan para pendidik dalam memahami sifat media dan dalam memilih serta menentukan

media mana yang cocok untuk suatu topik pembelajaran maka media-media pembelajaran perlu untuk

dikelompokkan.

Terdapat berbagai cara dalam menggelompokkan media pembelajaran. Banyak cara dan metode

yang digunakan oleh para ahli media dalam mengelompokkan media. Menurut Setyosari &

Sihkabudden, 2005 (dalam Asyhar, 2010), media pembelajaran dapat dikelompokkan dalam lima

katagori :

1. Pengelompokan berdasarkan ciri fisik media

Berdasarkan ciri dan bentuk fisiknya, media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat jenis,

yaitu :

9

a.   Media pembelajaran dua dimensi

      Yaitu media yang tampilannya dapat diamati dari satu arah pandangan saja. Media ini hanya

memiliki dimensi panjang dan lebar. Misalnya : grafik, peta, gambar, bagan, papan tulis dan lain-

lain.

b.   Media pembelajaran tiga dimensi

      Yaitu media yang tampilannya dapat diamati dari arah pandang mana saja. Media ini memiliki

dimensi panjang, lebar dan tinggi atau tebal. Sama dengan media dua dimensi, media tiga

dimensi juga tidak menggunakan media proyeksi dalam pemakaiannya. Misalnya bola, kotak,

meja, kursi, mobil, rumah, alat peraga dll.

c.   Media pandang diam

      Yaitu media yang menggunakan media proyeksi yang hanya menampilkan gambar diam di layar

(statis). Misalnya foto, lukisan atau gambar.

d.   Media pandang gerak

      Yaitu media yang menggunakan media proyeksi yang menampilkan gambar bergerak di layar,

termasuk televisi atau video recorder .

  Gerlach dan Ely  (1996) juga mengklasifikasikan media pembelajaran berdasarkan ciri fisik

menjadi delapan tipe yaitu :

a.   Real object and model misalnya orang, kejadian, objek atau benda tertentu.

b.   Printed verbal, misalnya slide, transparansi, cetakan di papan tulis, majalah dan papan tempel.

c.   Printed visuals, seperti bahan presentasi grafis, bagan, peta, grafik, diagram, lukisan, kartun dan

karikatur.

d.   Still picture, misalnya potret dari berbagai macam objek atau peristiwa yang dapat

dipresentasikan melalui buku, film rangkai (trips film), slide  atau majalah / koran.

e.   Motion picture, yaitu film atau video tape dari pemotretan benda atau kejadian sebenarnya

maupun film dari pemotretan gambar (animasi).

f.    Audio recorder, yaitu rekaman suara dari bahasa verbal maupun efek suara musik.

g.   Programed instruction, yaitu pengajaran terprogram seperti sekuen dari informasi baik verbal,

visual atau audio yang sengaja dirancang untuk merangsang adanya respon dari pebelajar.

Termasuk yang diprogram melalui komputer.

h.   Simulation, yaitu peniruan situsasi atau proses yang sengaja dirancang mendekati kejadian atau

keadaan sebenarnya.

2.  Pengelompokan Berdasarkan Pengalaman Belajar  

A.  Menurut Edgar Dale

      Dalam bukunya yang berjudul “Audio Visual  Method in Teaching”, Edgar Dale (1969)

mengelompokan media pembelajaran berdasarkan jenjang pengalaman yang diiperoleh orang yang

10

belajar. Jenjang pengalaman ini disusun dalam bagan yang disebut Dale’s Cone of Experiences.

Jenjang pengalaman disusun secara urut menurut tingkat kekongkretan dan keabstrakkannya.

Pengalaman yang paling kongkret diletakkan pada dasar kerucut dan semakin tinggi semakin abstrak

B. Menurut Thomas

Thomas dalam Midun (2009) membagi media pembelajaran menjadi tiga kelompok yaitu :

1). Pengalaman langsung, yaitu pengalaman langsung yang dialami dalam suatu peristiwa maupun

hasil mengamati langsung atau objek sebenarnya.

2).  Pengalaman tiruan adalah berupa tiruan atau model dari objek, tiruan dari situasi nyata melalui

dramatisasi atau sandiwara.

3). Pengalaman dari kata-kata yaitu berupa kata-kata lisan yang diucapkan, rekaman dari media

perekam, kata yang ditulis maupun dicetak.

 

3. Pengelompokan Berdasarkan Persepsi Indera 

Klasifikasi media pembelajaran berdasar persepsi indera adalah berdasarkan pemahaman bahwa

pancaindera merupakan pintu gerbang ilmu pengetahun (Aminuddin Rasyad, 2003;116). Salah satunya

dikemukakan oleh Rudy Bretz. Ia mencoba membaginya berdasarkan indera yang terlibat sehingga ia

memilih tiga unsur pokok sebagai dasar dari setiap media yaitu suara, visual dan gerak. Bentuk visual

dibagi menjadi gambar, garis dan simbol verbal yang dapat ditangkap oleh indera penglihatan. Pada

unsur gerak, Bretz tidak mendasarkan pada gerak keterlibatan inderawi tatapi kepada alat-alat yang

mendukung media bersangkutan.  Bretz juga membedakan antara media siar dengan media rekam

sehingga terdapat 8 klasifikasi media yakni : media audiovisual gerak, audiovisual diam, audio semi

gerak, visual gerak, visual diam, semi gerak, audio dan media cetak.

Menurut Yudhi Munadi, 2008, berdasarkan intensitas penggunaan panca indera yang membantu

manusia dalam perolehan pengetahun dan pengalaman, maka media dalam proses pembelajaran dapat

dikelompokkan menjadi 4 kelompok besar yaitu :

a.  Media Audio

      Yaitu media yang hanya melibatkan indera pendengaran dan hanya mampu memanipulasi

kemampuan suara semata. Sifat pesan yang diterima adalah pesan  verbal dan non verbal seperti bahasa

lisan (verbal), bunyi dan vokalisasi seperti gerutuan, gumam, musik dll (non verbal). Termasuk jenis

media ini adalah program radio dan program media rekam.

b.   Media Visual

Adalah media yang hanya melibatkan indera penglihatan. Sifat pesan visual verbal, visual non

verbal grafis, visual non verbal tiga dimensi. Seperti tulisan verbal, sketsa, lukisan, photo, grafik,

diagram, peta dan model. Jenis media visual adalah buku, majalah, koran modul, komik, poster, atlas,

display board, OHP, LCD.

11

c.   Media Audio Visual

      Media ini melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam suatu proses. Sifat

pesan yang dapat disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan  verbal dan nonverbal, terdengar dan

terlihat seperti : Film dokumenter, film drama dll menggunakan film 8mm, 16 mm, 35 mm, video (pita

magnetik, video disc, chip memory) dan televisi.

d.   Multimedia

      Yaitu media yang melibatkan berbagai indera dalam sebuah proses pembelajaran. Termasuk

dalam media ini adalah segala sesuatu yang memberikan pengalaman secara langsung bisa melalui

komputer dan internet, melalui pengalaman berbuat dan pengalaman terlibat. Pengalaman berbuat

seperti : lingkungan nyata dan karyawisata, pengalaman terlibat : permainan dan simulasi, bermain

peran dan forum teater.

 

4.  Pengelompokan Berdasarkan Penggunaan

Pengelompokan media pembelajaran berdasarkan penggunaannya dapat dibagi menjadi dua

kelompok yaitu berdasarkan jumlah pengguna dan berdasarkan cara penggunaannya.

A.  Berdasarkan Jumlah Penggunanya

      1). Media pembelajaran individual yaitu media yang penggunaannya secara individual antara

lain :

            a.   Kelas atau laboratorium elektronik : lab bahasa, lab IPA, lab IPS.

            b.   Media Oto Instruktif : media periksa dan pendengar individual, buku pengajaran

terprogram,

mesin pengajaran.

            c.   Kotak unit pengajaran : unit pengajaran yang dilengkapi dengan buku teks, tape recorder,

filmstrips, gambar dan bahan latihan dan evaluasi.

      2).  Media pembelajaran yang penggunaannya secara berkelompok misalnya film dan slides.

      3).  Media pembelajaran yang penggunaannya secara massal misalnya : siaran televisi terbuka

dan tertutup, siaran radio umum maupun khusus pendidikan, film, slide.

B.  Berdasarkan Cara penggunaannya

Berdasarkan cara penggunaannya, media pembelajaran dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Media tradisional atau konvensional

   Metode penggunaan media-media sederhana ini secara konvensional. Setiap guru secara

individual memegang peranan dalam proses pembelajaran. Meliputi semua media pembelajaran dan

sumber belajar yang bisa digunakan oleh guru dalam mengajar di kelas, laboratorium, di luar kelas,

kelompok kecil maupun kelompok besar.

2.   Media Modern atau kompleks

12

      Seperti komputer yang diintegrasikan dengan media-media elektronik lainnya. Seperti ruang

kelas otomatis yaitu ruang kelas yang dapat diubah-ubah fungsinya secara otomatis misalnya kelas

besar untuk ceramah menjadi kelas kecil untuk diskusi. Sistem proyeksi berganda (multiprojection

system) yang memungkinkan proyeksi bahan-bahan melalui berbagai proyektor secara terkoordinasi

dan terintegrasi. Sistem interkomunikasi, digunakan dalam rangka pengajaran massal diaman program

pengajaran di-TV-kan. Sistem ini digunakan untuk beberapa kelas secara paralel dalam satu sekolah.

 

C. Berdasarkan Hirarki Manfaat Media

Pengelompokan media pembelajaran berdasarkan hirarki manfaat media dikemukakan oleh C.J.

Duncan. Ia hendak menjajarkan biaya investasi, kelangkaan dan keluasan lingkup sasarannya di satu

pihak dan kemudahan pengadaan serta penggunaan, keterbatasan lingkup sasaran dan rendahnya biaya

di lain pihak dengan tingkat kerumitan perangkat medianya dalam satu hierarki. Dengan kata lain dapat

dijelaskan bahwa semakin rumit jenis perangkat media yang dipakai, semakin mahal biaya

investasinya, semakin susah pengadaannya tetapi juga semakin umum penggunaannya dan semakin

luas lingkup sasarannya. Dan sebaliknya semakin sederhana perangkat media yang digunakan biayanya

akan lebih murah, pengadaanya lebih mudah, sifat penggunaannya lebih khusus dan lingkup sasarannya

lebih terbatas.

 

 

 

 

 

13

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

(STAD)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika

Dosen Pengampu : Muhammad Prayito,S.Pd.,M.Pd.

 

Oleh :

Kelas 3F

Anggota Kelompok:

1. Tulus Khusnul                     (11310234)

2. Nur Khotibul Umam           (11310243)

3. Novita Ayuning Tyas          (11310245)

4. Sofiatun Kasanah                (11310260)

                                           

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

IKIP PGRI SEMARANG

2012

14

 

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN ………………………………………………………………….………….  1

2. RUMUSAN MASALAH ………………………………………….

………………………………….…..………..  2

BAB II PEMBAHASAN

1. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF……………………………………...………….. 3

2. MODE PEMBELAJARAN  KOOPERATIF TIPE STAD ……….………………...…………  4

3. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

………………………………………………….……………………………….…………….  7

BAB III PENUTUP

1. KESIMPULAN………………………………………………………………….……………… 8

2. SARAN………………………………………………………………………….……………… 8

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….

……………… 9

LAMPIRAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBEAJARAN (RPP)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

15

 BAB I

PENDAHULUAN

 

1. A.    Latar Belakang Masalah

Kegiatan belajar matematika efektif apabila tujuan pembelajaran matematika  dapat dicapai dengan

baik. Guru harus menguasai materi belajar dan dapat memilih metode mengajar yang cocok,

menerapkan strategi serta  menciptakan  suasana yang mendukung pada proses belajar mengajar.

Guru harus tepat dalam memilih metode dan strategi pembelajaran. Guru yang kurang menguasai

materi tentu akan kesulitan di dalam mengajar. Hal ini dapat mengakibatkan siswa kurang mengerti

atau mamahami tentang materi yang disampaikan sehingga  siswa menjadi malas untuk belajar dan

menganggap materi tersebut sulit.

Selama ini pembelajaran yang diterapkan di sekolah adalah pembelajaran  secara konvensional,

pembelajaran ini cenderung bersifat searah yaitu peran guru lebih aktif dibanding peran siswa.

Sehingga dalam hal ini siswa kurang bisa mengembangkan kreatifitasnya dalam proses pembelajaran di

kelas. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu digunakan metode pembelajaran yang

bertujuan untuk mengaktifkan siswa, dimana siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami

konsep-konsep yang sulit serta dapat saling mendiskusikan masalah-masalah dengan temannya.

Model pembelajaran kooperatif yaitu belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, terdiri

dari suku atau ras yang berbeda jenis kelamin yang berbeda yaitu laki-laki dan perempuan, kemampuan

tinggi, rendah dan sedang. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang, keberhasilan dalam kelompok sangat

penting dalam pembelajaran ini sehingga anak yang lemah akan mendapat bantuan dari yang lebih

pandai  dan sebaliknya, anak yang pandai akan dapat mengembangkan kemampuannya dengan

mengajarkan materi pada temannya yang kemampuannya rendah. Dalam hal ini, model pembelajaran

kooperatif tipe STAD merupakan tipe yang lebih sederhana dibandingkan tipe–tipe yang lain.

Interaksi sosial yang terjadi dalam kelompok-kelompok akan dapat menjadikan pembelajaran

matematika lebih bermakna. Jadi materi pelajaran yang dipelajari siswa lebih mendalam dan

meningkatkan minat belajar siswa serta prestasi belajar siswa.

Fenomena yang terjadi di dalam pembelajaran matematika di sekolah saat ini adalah banyak terdengar

keluhan bahwa pelajaran matematika membosankan, tidak menarik bahkan penuh misteri. Ilmu

matematika dirasa sukar, sulit dan tidak nampak kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini

adalah sebuah persepsi yang negatif terhadap matematika. Sementara itu ada juga siswa yang sangat

menikmati keasyikan bermain dengan matematika, mengagumi keindahan matematika dan tertantang

untuk memecahkan setiap soal-soal matematika. Kenyataan ini adalah sebuah persepsi yang positif

terhadap matematika. Masalahnya yang terjadi saat ini adalah persepsi negatif lebih banyak dari pada

persepsi positifnya

16

Dari pernyataan di atas guru hendaknya memilih dan menggunakan pendekatan yang banyak

melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara fisik, mental maupun sosial, sehingga proses

pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna. Karena dalam pembelajaran matematika,

penggunaan model dan pendekatan yang tepat sangat diperlukan.

Bangun ruang  merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran matematika. Materi tersebut dipilih

dengan alasan bahwa konsep bangun ruang lebih khususnya limas sulit dipahami siswa. Agar siswa

ikut aktif dalam belajar matematika, maka diperlukan pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sehingga materi tersebut dapat tersampaikan dengan baik dan

dipahami oleh siswa tersebut.

B.    Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif ?

2. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ?

3. Apa saja kelebihan dan kekurangan model pembelajran kooperatif tipe STAD ?

4. Apa saja langkah-langkah yang ada dalam tipe pembelajaran STAD

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

17

BAB II

PEMBAHASAN

1. Model Pembelajaran Kooperatif

Model Pembelajaran kooperatif dikembangkan dari teori belajar konstruktivitisme yang lahir dari

Piaget dan Vigosky . Berdasarkan penelitian Piaget yang pertama dikemukakan bahwa pengetahuan itu

dibangun dalam pikiran anak . (Ratna,1988: 181 dalam Rusman,2011:201) . Dalam model

pembelajaran kooperatif , guru yang lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan

penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi , dengan catatan siswa sendiri . Guru tidak hanya

memberikan pengetahuan kepada siswa , tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya .

Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide

mereka , ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka

sendiri .

Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu

kelompok kecil untuk saling berinteraksi (Nurulhayati,2002:25dalam Rusman,2011:203) . Dalam

sistem belajar  yang kooperatif , siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya . Dalam model ini

siswa memiliki dua tanggung jawab , yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama

anggota kelompok untuk belajar . Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka

dapat melakukannya seorang diri .

Pembelajaran kooperatif ( cooperative learning ) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa

belajar dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang

dengan struktur kelompok yang berisfat heterogen.Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah

interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa,

siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru (multi way traffic comunication).

Pada pembelajaran kooperatif di yakini bahwa keberhasilan peserta didik tercapai jika setiap anggota

kelompoknya berhasil.(Woolfolk, 1993 dalam Budiyono dkk, 2012:13)

Lima unsur esensial yang di tekankan dalam pembelajaran kooperatif yaitu, (a) saling ketergantungan

positif, (b) interaksi berhadapan (face to – face interaction), (c) tanggung jawab individu (individual

reponsibility), (d) ketrampilan sosial (social skills), (e) terjadi proses dalam kelompok (group

processing).

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi

perhatian serta di anjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian

yang di lakukan Slavin (1995) dinyatakan bahwa (1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial,

menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat

18

memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis memecahkan masalah dan meintegrasikan

pengetahuan dan pengalaman.

1. Model kooperatif tipe student teams achievement division (STAD)

Model ini di kembangkan ole Robert Slavin dan teman – temannya di Universitas John Hopkin.

Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan,

jenis  kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajarn dan siswa – siswa  di dalam kelompok

memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua

siswa menjalani kuis peseorangan tentang materi ersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling

membantu satu sama lain. Nilai – nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata – rata

mereka  sendiri yang diperoleh sendrinya, dan nilai – nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa

tinggi peningkatan yang bisa merek capai atau seberpa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka

sebelumnya. Nilai – nilai ini kemudian di jumlah untuk mendapat nilai kelompok, dan kelompok  yang

dapat mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau hadiah – hadiah yang lainnya.

Slavinmemaparkan bahwa: “gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling

mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang di ajarkan guru”. Jika

siswa menginginkan kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok

mereka dalam mempelajari pelajaran. Mereka harus mendorong teman sekelompok untuk melakukan

yang terbaik, memperlihatkan norma – norma bahwa belajar itu penting, berharga dan menyenangkan.

Para siswa diberi waktu untuk bekerja sama setelah pelajaran diberikan oleh guru, tetapi tidak saling

membantu ketika menjalani kuis, sehingga setiap siswa harus menguasai materi itu (tanggunggung

jawab perseorangan ). Para siswa mungkin bekerja berpasangan dan mungkin bertukar jawaban,

mendiskusikan ketidaksamaan, dan saling membantu satu sama lain, mereka bisa mendiskusiakan

pendekatan – pendekatan untuk memecahkan masalah itu, atau merekabisa saling memberikan

pertanyaan tentang isi dari materi yang mereka pelajari itu.

Langkah – langkah pembelajaran kooperatif model STAD

1. Penyampaian tujuan dan motifasi

Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran dan motivasi siswa untuk

belajar.

2. Pembagian kelompok

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4 – 5 siswa yang

memprioritaskan heterogenitas (keagamaan) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, rasa

atau etnik.

3. Presentase dari Guru

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin

dicapai pada pertemuan tersbut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi

19

motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu

oleh media, demonstrasi, pernyataan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari.

Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikusai siswa, tugas dan

pekerjaan yang harus dilakukan serta cara – cara mengerjakannya.

4. Kegiatan belajar dalam Tim (kerja tim)

Siswa belajar dalam kelompoknyang telah dibentuk. Guru menyiakan lembar kerja sebagai pedoman

bagi kerja kelompok , sehingga semua anggota menguasai dan masing – masing memberikan

kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan

bantuan bila diperluan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.

5. Kuis (Evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pmberian kuis tentang materi yang dipelajari  dan juga

melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi

secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini ilakukan untuk menjamin agar siswa secara

individual bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru

menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84, dan seterusnya sesuai

dengan tingkat kesulitan siswa.

6. Penghargaan prestasi tim

Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan memberikan angka dengan rentang 0-

100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru

dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Menghitung skor individu

Menurut Slavin (Trianto, 2007:55), untuk menghitung perkembangan skor individu dihitung

sebagaimana dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel penghitungan perkembangan skor individu

No. Nilai Tes Skor Perkembangan

1.

2.

3.

4.

5.

Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar

10 sampai 1 poin di bawah skor dasar

Skor 0 sampai 10 poin di atas skor dasar

Lebih dari 10 poin di atas skor dasar

Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan dasar)

0 poin

10 poin

20 poin

30 poin

30 poin

 

2. Menghitung Skor Kelompok

Skor kelompok dihitung dengan membuat rata – rata skor perkembangan anggota kelompok,

yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan anggota kelompok dan membagi sejumlah

20

anggota kelompok tersebut. Sesusai dengan rata – rata skor perkembangan kelompok sebagaimana

dalam tabel 7.3 sebagai berikut:

No. rata – rata skor Kualifikasi

1.

 

N

N

16  N

N

– Tim yang baik (good team)

– Tim yang baik sekali (great team)

– Tim yang istimewa (super team)

 

3. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok

Setelah masing – masing kelompok satu tim memperoleh predikat, guru memberikan hadiah atau

penghargaan kepada masing – masing kelompok sesuai dengan prstsinya (kiteria tertentu yang

ditetapkan guru). STAD merupakan suatu metode generik tentang pengaturan kelas dan bukan metode

pengajaran komprehensif untuk subjek tertentu, guru menggunakan pelajaran dan materi mereka

sendiri. Lembar tugas dan kuis disediakan bagi kebanyakan subjek sekolah untuk siswa, tetapi

kebanyakan guru meggunakan materi mereka sendiri untuk menambah atau mengganti materi – materi

ini.

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif  Tipe STAD

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Roestiyah

(2001:17) , yaitu:

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

1. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan

membahas suatu masalah.

2. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan

mengenai suatu masalah.

3. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.

4. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi.

5. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai,

menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.

6. Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

Menurut Dess (1991) Pembelajaran STAD juga mempunyai kekurangan – kekurangan :

1. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum

2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau

menggunakan pembelajaran kooperatif

3. Menuntut sifat tertentu dari siswa , misalnya sifat suka bekerja sama

21

 

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

1. Pembelajaran kooperatif adalah setrategi belajar dimana siswa dapat belajar dalam kelompok

kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda.

2. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dalam setting pembelajaran kooperatif tipe

STAD dapat mengubah pembelajaran dari teacher center menjadi student centered.

3. Pada intinya konsep dari model pembelajaran tipe STAD adalah guru menyajikan pelajaran

kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah

menguasai pelajaran tersebut.

4. Model pembelajaran tipe STAD mempunyai banyak kelebihan sehingga dapat mendorong

peningkatan mutu pendidikan.

2. Saran

1. Diharapkan guru mengenalkan dan melatihkan keterampilan proses dan keterampilan proses dan

keterampilan kooperatif sebelum atau selama pembelajaran agar siswa mampu menemukan dan

mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap

dan nilai yang dituntut.

2. Agar pembelajaran-pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat berjalan, sebaiknya guru membuat

perencanaan mengajar materi pelajaran, dan menentukan semua konsep-konsep yang akan

dikembangkan, dan untuk setiap konsep ditentukan metode atau pendekatan yang akan digunakan

serta ketrampilan proses yang akan dikembangkan.

3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan

prestasi dan keaktifan  siswa belajar pada pokok bahasan menghitung permukaan limas.

4. Untuk menambah motivasi anak didik sebaiknya sehabis mengadakan kuis, guru diharapkan

memberikan penghargaan baik berupa nilai maupun barang.

22

  

DAFTAR PUSTAKA

 

Rusman.2011.Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionaisme Guru.Jakarta:Rajawali

Pers.

Budiyono,Budi Usodo &Yemi Kuswardi.2012.Model,Media dan Evaluasi Pembelajaran

Matematika.Surakarta:UNS

Pembelajaran Kooperatif  Tipe STAD . 2011 . http://www.sarjanaku.com ( 24 September 2012 )

Paul M La Bounty dkk . 2011 . International Society of Sports Nutrition position stand: meal

frequency.springer.com (20 September 2012)

Irma Pujiati .

2008 .PeningkatanMotivasidanKetuntasanBelajarMatematikaMelaluiPembelajaranKooperatifTipe

STAD  . Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. I, No. 1

Mega Irhamna. 2009 . Cooperative Learning dengan Model STAD pada Pembelajaran Matematika

Kelas VIII SMP Negeri 2 Delitu. Jurnal Penelitian Kependidikan , Tahun  19,Nomor 2, Oktober 2009

Nanik Pudjowati . 2009 . Implementasi Model STAD (Student Teams Achievement

Divisions )SebagaiUpayaPeningkatanApresiasi HAM PadaPesertaDidikKelas VII SMP 1.

JurnalLemlit, Volume 3, Nomer 2, Desember 2009

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

23

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

 

                                                Mata Pelajaran                       : Matematika

Alokasi waktu                         : 50 menit

Kelas/Semester                       : VIII/2

Pertemuan                               : 8

Sekolah                                   : SMP

 

Standar Kompetensi              : Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan

 bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.

Kompetensi Dasar                 : Menghitung luas permukaan dan volume kubus,

balok,  prisma dan limas.

Indikator                                : Menggunakan rumus untuk menghitung luas

Permukaanlimas tegak.

D.    Tujuan pembelajaran

1. Peserta didik dapat menggunakan rumus untuk menghitung luas permukaan dan volume limas

tegak, melalui pembelajaran kooperatif learning dengan model STAD.

Karakter siswa yang diharapkan :   Disiplin ( Discipline )

Rasa hormat dan perhatian ( respect )

Tekun ( diligence )

Tanggung jawab ( responsibility )

E.    Topik

Menghitung luas permukaan (sisi) limas tegak.

F.     Metode dan Model

Pendekatan/ Model                       : Pembelajaran kooperatif learning/ STAD

Metode                                          : Ceramah dan tanya jawab

G.   Langkah-langkah Pembelajaran

No Kegiatan Waktu

1 Pendahuluan 1. Guru Hadir tepat waktu.

2. Guru menyiapkan kondisi fisik siswa seperti :memberi

salam, memimpin berdoa, mengecek kehadiran peserta didik

untuk mengikuti pembelajaran.

 

 

 

 

24

3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

4. Guru memberi motivasi dengan bertanya kepada siswa

dengan memberi contoh bertanya pernahkah kalian berkemah

dan mendirikan tenda?. Guru memberi apersepsi dan

mengajukan pertanyaan .

 

 

5 menit

2 Kegiatan Inti 1. Guru meminta peserta didik untuk mempelajari luas

permukaan limas.

2. Dikelas guru membentuk kelompok belajar yang

heterogen dan mengatur tempat duduk siswa agar setiap

anggota kelompok dapat saling bertatap muka yang terdiri dari

4 orang dan 5 orang.(Student Teams Achievment Division)

3. Guru memberikan lembar kerja kepada masing-masing

kelompok.

4. Bila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan LKPD,

teman satu kelompok bertanggung jawab untuk menjelaskan

kepada temannya yang tidak bisa.

5. Berikan kunci jawaban LKPD agar siswa dapat

mengecek pekerjaan sendiri.

6. Guru berkeliling untuk mengawasi kinerja kelompok.

7. Guru bertindak sebagai narasumber atau fasilitator jika

diperlukan.

8. Setelah selesai mengerjakan LKPD secara tuntas, guru

memberikan kuis kepada seluruh siswa, para siswa tidak boleh

bekerja sama dalam dalam mengerjakan kuis, guru langsung

membahasnya.

9. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang

menjawab benar dan kelompok yang dapat mendapat skor

tinggi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

35menit

3 Penutup 1. Bersama-sama peserta didik membuat

rangkuman/simpulan pelajaran.

2. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan

yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.

3. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil

pembelajaran.

 

 

 

 

 

 

25

4. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk

pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan konseling

dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun

kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.

10 menit

 

H.    Sumber Belajar

1. Buku Ajar Matematika SMP Kelas VIII terbitan PT . Esis

2. Buku Matematika konsep dan aplikasinya BSE karangan Dewi Nuharini , SE

3. Alat Peraga Limas

 I.      Penilaian

1. Teknik                                  : Tes tertulis

2. Instrumen                             : Pilihan ganda

Indikator Pencapaian

Kompetensi

Penilaian

Teknik Bentuk

Instrumen

Instrumen/Soal

1. Menghitung luas

permukaan limas.

Tes tertulis Uraian 1. Bagian atas sebuah tenda

berbentuk limas persegi, jika panjang

sisi pada persegi 12 m dan tinggi

limas 8 m. Hitunglah kain yang

dibutuhkan untuk menutup atap

tenda tersebut!

 

                                                               Semarang,24 September 2012

                                                                                                        Tertanda

                                                                                                   Guru Matematika Kelas 8

 

 

                                                                                                        Pengajar

26

MAKALAH STAD

BAB I

PENDAHULUANA.    LATAR BELAKANG

Dalam dunia pendidikan saat ini, peningkatan kualitas pembelajaran baik dalam penguasaan materi

maupun metode pembelajaran selalu diupayakan. Salah satu upaya yang dilakukan guru dalam

peningkatan kualitas pembelajaran yaitu dalam penyusunan berbagai macam skenariokegiatan

pembelajaran di kelas.

Pembelajaran merupakan perpaduan antara kegiatan pengajaran yang dilakukan guru dan kegiatan

belajar yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa

dengan siswa, interaksi antara guru dan siswa, maupun interaksi antara siswa dengan sumber belajar.

Diaharapkan dengan adanya interaksi tersebut, siswa dapat membangun pengetahuan secara aktif,

pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, serta dapat

memotivasi peserta didik sehingga mencapai kompetensi yang diharapkan. Situasi dalam kelas perlu

direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk

berinteraksi satu sama lain. Dalam interaksi ini, akan terbentuk suatu komunitas yang memungkinkan

mereka untuk memahami proses belajar dan memahami satu sama lain. Diharapkan, guru dapat

menciptakan situasi belajar sedemikian rupa, sehingga siswa dapat bekerjasama dalam kelompok serta

mengembangkan wawasannya tentang pembelajaran kooperatif. Melalui pembelajaran kooperatif,

diharapkan guru dapat mengelola kelas dengan lebih efektif.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apa pengertian pembelajaran kooperatif tipe STAD?

2.      Apa prinsip dan ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe STAD?

3.      Apa komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD?

4.      Apa saja langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD?

5.      Bagaimana hubungan antara pembelajaran model STAD dengan motivasi dan prestasi belajar

siswa?

6.      Apa kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran STAD?

C.     TUJUAN

1.      Menjelaskan tentang pengertian pembelajaran kooperatif tipe STAD.

27

2.      Menjelaskan prinsip dan ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3.      Menjelaskan komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD.

4.      Menjelaskan langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD.

5.      Menerapkan pembelajaran model STAD dengan motivasi dan prestasi belajar siswa.

6.      Menjeaskan kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran STAD.

28

BAB II

PEMBAHASANStudent Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam

pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan

pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang

efektif.

Metode pemelajaran STAD merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang mendorong

siswa saling membantu, memotivasi, serta menguasai ketrampilan yang diberikan oleh guru.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari siklus kegiatan pengajaran biasa yaitu 1) Presentasi

kelas, 2) Kegiatan Kelompok, 3) Tes, 4) Perhitungan nilai perkembangan individu, dan 5) Pemberian

penghargaan kelompok (Slavin,1995:34), STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif yang

paling sederhana.

Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif. Semua model pembelajaran

kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Dalam

proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatifsiswa didorong untuk bekerjasama pada

suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang

diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperaif adalah prestasi belajar akademik siswa

meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan

keterampilan sosial.

Model pembelajaran STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan temantemannya di Universitas John

Hopkins. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap

kelompok haruslah heterogen, terdiri atas laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku,

memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau

perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling

membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui diskusi dan kuis.

1. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE STAD

a.      Menurut wina (2008:242) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model

pembelajaran menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil,yaitu antara 4-5 orang yang

mempunyai latar belakang kemampuan akademik,jenis kelamin,ras atau suku yang berbeda

(heterogen).

b.      Johnson (dalam Etin Solihatin,2005 :4 ) menyatakan bahwa :pembelajaran kooperatif adalah

pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama.

29

c.      Slavin ( dalam Wina,2008:242) mengemukakan dua alasan bahwa :  pembelajaran kooperatif

merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki pembelajaran selama ini. Pertama,beberapa

penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa sekaligus dapat menngkatkan kemampuan hubungan sosial,menumbuhkan sikap

menerima kekurangan diri dan orang lain,serta dapat meningkatkan harga diri. kedua,pembelajaran

kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar,berfikir,memecahkan masalah dan

mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.

d.   Nurhadi (2004:116), bahwa : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu model

pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok atau tim yang masing

masing terdiri atas 4 sampai 5 orang anggota kelompok yang memiliki latar belakang kelompok yang

heterogen, baik jenis kelamin, ras etnik, maupun kemampuan intelektual (tinggi, rendah, dan sedang).

Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk

menguasai bahan ajar melalui Tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim.

2.   PRINSIP DAN CIRI-CIRI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Prinsip Pembelajaran Kooperatif sebagai berikut.

a.   Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam

kelompoknya.

b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai

tujuan yang sama.

c.  Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara

anggota kelompoknya.

d.  Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.

e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan  keterampilan untuk

belajar bersama selama proses belajarnya.

f.  Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi

yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

      

Ciri Pembelajaran Kooperatif

Masih menurut Nur dalam Chotimah (2007), ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut.

a.   Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar

yang akan dicapai.

b.   Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat

kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku

yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.

30

c.   Penghargaan menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.

3. KOMPONEN UTAMA DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

       Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu penyajian kelas,

belajar kelompok, kuis, skor pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga terdiri

dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur. Berikut ini uraian selengkapnya dari pembelajaran

kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD):

1. Pengajaran

       Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang

direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian

kelas.

       Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembanga dan latihan terbimbing dari keseluruhan

pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi pelajaran.

a). Pembukaan

1). Menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa  hal itu penting.

Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah

kehidupan nyata, atau cara lain.

2). Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan      konsep atau

merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.

3). Ulangi secara singkat ketrampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.

b). Pengembangan

1). Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari   siswa dalam

kelompok.

2). Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah memahami    makna bukan hafalan.

3). Mengontrol pemahaman siswa sesring mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.

4).   Memberi penjelasan mengapajawaban pertanyaan tersebut benar atau salah

5).   Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok permasalahannya.

c). Latihan Terbimbing

1).   Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pernyataan yang diberikan.

2).   Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan supaya

semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.

3).   Pemberian tugas kelompok tidak boleh menyita wakti yang terlalu lama. Sebaikanya siswa

mengerjakan satu atau dua masqalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.

2. Belajar Kelompok

31

Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru

dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan

yang dapat digunakan untuk melatih ketrampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri

mereka dan teman satu kelompok. Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif,

guru juga perlu memberikan bantuan dengan cara menjelaskan perintah, mereview konsep atau 

menjawab pertanyaan.

   Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut :

1). Mintalah anggota kelompok memindahkan meja / bangku mereka bersama sama dan pindah

kemeja kelompok.

2).   Berikanlah waktu kurang lebih 10 menit untuk memilih nama kelompok.

3).  Bagikan lembar kegiatan siswa.

4).  Serahkan pada siswa untuk bekerja samadalam pasangan, bertiga atau satu kelompok utuh,

tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal, masing-masing

siswa harus mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan teman satu

kelompoknya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok

bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka

mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar

kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.

5).  Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman satu

kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar

kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa

mempunyai lembar kegiatan unyuk mengecek diri mereka dan teman teman sekelompok mereka

pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya

menanyakan teman sekelompoknya sebelum menanyakannya pada guru.

6).  Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji

kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam

kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota lain bekerja dan sebagainya.

3. Kuis

Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukan apa saja yang telah

diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai

perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.

4. Skor perkembangan

Nilai perkembangan individu bertujuan untuk memberi kesempatan setiap kelompok untuk

meraih prestasi secara maksimal dan melakukan yang terbaik bagi dirinya berdasarkan prestasi

sebelumnya (nilai awal). Setiap siswa diberi nilai awal berdasarkan nilai rata-rata siswa secara

32

individu pada tes yang telah lalu atau nilai akhir siswa secara individual dari semester

sebelumnya.

5. Penghargaan Kelompok

Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan

nilai perkembangan individu dan member sertifikan atau penghargaan kelompok yang lain.

Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam

kelompoknya.

                          

4. LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperati tipe STAD adalah sebagai berikut :

-          Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan

dicapai.

-          Guru dapat menggunakan berbagai pilihan dalam menyampaikan materi pembelajaran ini kepada

siswa. Misal, antara lain dengan metode penemuan terbimbing atau metode ceramah. Langkah ini

tidak harus dilakukan dalam satu kali pertemuan, tetapi dapat lebih dari satu.

-          Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu sehingga akan diperoleh nilai

awal kemampuan siswa.

-            Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 anggota, dimana anggota

kelompok mempunyai kemampuan akademik yang berbeda beda (tinggi, sedang, dan rendah).

Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari budaya atau suku yang berbeda serta

memperhatikan kesetaraan jender.

-            Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang teah diberikan,

mendiskusikannya secara bersama sama, saling membantu antar anggota lain, serta mebahas

jawaban tugas yang diberikan guru. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa setiap

kelompokdapat menguasai konsep dan materi.Bahan tugas untuk kelompok dipersiapkan oleh

guru agar kompetensi dasar yag diharapkan dapat dicapai.

-         Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu.

-            Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan

pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

-            Guru memberi penghargaan.

Sintaks Model Pembelajaran STAD

Langkah-langkah model pembelajaran STAD dapat dilihat pada tabel 2.1 seperti

berikut.

33

Tabel 2.1 Enam Langkah Model Pembelajaran STAD

Sintaks model PembeSinta

Sintaks model pembelajaran STAD dalam Chotimah (2007) antara lain :

Langkah Indikator Tingkah laku guru

Langkah 1

Langkah 2

Langkah 3

Langkah 4

Langkah 5

Langkah 6

Menyampaikan

tujuan dan

memotivasi siswa

Menyajikan informasi

Mengorganisasikan

siswa ke dalam

kelompok- kelompok

belajar

Membimbimg

kelompok belajar

Evaluasi

Memberikan

penghargaan

Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran dan

mengkomunikasikan

kompetensi dasar

yang akan dicapai serta

memotivasi siswa

Guru menyajikan informasi

kepada siswa

Guru menginformasikan

pengelom-pokkan

Siswa

Guru memotivasi serta

memfasilitasi kerja siswa

dalam kelompok-kelompok

belajar

Guru mengevaluasi hasil

belajar tentang

materi pembelajaran yang telah

dilaksanakan

Guru memberi penghargaan

hasil belajar

individual dan kelompok

34

a. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.

b. Guru menyajikan pelajaran.

c.  Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok

d.  Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota kelompok       

     lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

e. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab

    kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.

f.  Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki nilai/poin tertinggi.

g. Guru

memberikan

evaluasi.

h. Penutup.

Dalam STAD, penghargaan kelompok didasarkan atas skor yang didapatkan oleh kelompok dan

skor kelompok ini diperoleh dari peningkatan individu dalam setiap kuis. Sumbangan poin peningkatan

siswa terhadap kelompoknya didasarkan atas ketentuan

pada tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan STAD

Catatan: Nilai kuis sebelumnya dapat digunakan sebagai skor dasar (Sumber:Slavin, 1995 dalam

Parlan, 2006:17). Skor kelompok untuk setiap kelompok didasarkan pada sumbangan poin peningkatan

yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok yaitu dengan menjumlah seluruh poin peningkatan

anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Penghargaan kelompok diberikan dengan

empat kriteria seperti pada tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3 Predikat Keberhasilan Kelompok

Kriteria Nilai Perkembangan

Excellent 22,6 – 30

Skor Kuis Poin peningkatan

Lebih dari 10 point di bawah skor dasar

1-10 point di bawah skor dasar

Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar

Lebih dari 10 poin di atas skor dasar

Hasil sempurna (tidak mempertimbangkan skor dasar

5

10

20

30

30

35

The best teams

Good teams

General teams

15,1 – 22,5

7,6 – 15,0

≥7,5

(Sumber: Slavin, 1995 dalam Supriyo, 2008:50)

5.             HUBUNGAN PENERAPAN MODEL STAD DENGAN MOTIVASI DAN PRESTASI

BELAJAR SISWA

Dalam proses belajar mengajar guru sebagai pelaksana pengajaran harus dapat menciptakan kondisi

yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Dengan demikian diharapkan terjadi interaksi antara guru

dan siswa yang pada umumnya akan merasa mendapat motivasi yang tinggi apabila guru melibatkan

siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Selain itu siswa akan lebih memahami dan mengerti

konsep-konsep fisika secara benar.

Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara konsisten baik bagi siswa

yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, dan resistensi (daya lekat) terhadap materi

pelajaran menjadi lebih panjang (Ellyana, 2007). Pembelajaan kooperatif yang dikemas dalam kegiatan

pembelajaran yang bervariasi dengan model STAD dapat menumbuhkan motivasi dan prestasi belajar

siswa. Pengajaran fisika yang disajikan dengan model pembelajaran STAD memungkinkan untuk

memberikan pengalaman-pengalaman sosial sebab mereka akan bertanggung jawab pada diri sendiri

dan anggota kelompoknya. Keberhasilan anggota kelompok merupakan tugas bersama.

Dalam pembelajaran STAD ini anggota kelompok berasal dari tingkat prestasi yang berbeda-beda,

sehingga melatih siswa untuk bertoleransi atas perbedaan dan kesadaran akan perbedaan. Disamping

itu pembelajaran yang disajikan dengan model STAD akan melatih siswa untuk menceriterakan,

menulis secara benar apa yang diteliti dan diamati. Apabila ditinjau dari proses pelaksanaannya,

kegiatan model pembelajaran STAD lebih membawa siswa untuk memahami materi yang disajikan oleh

guru, karena siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan uraian di atas, pengajaran fisika

yang disajikan dengan dengan penerapan model pembelajaran STAD akan dapat meningkatkan

motivasi dan prestasi belajar siswa.

6.              KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE PEMBELAJARAN STAD

Setiap metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan cooperative

learning. Menurut Slavin dalam Hartati (1997:21) cooperative learning mempunyai kelebihan dan

kekurangan sebagai berikut :

Kelebihan

1).   Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang dibuat guru maupun tes baku.

2). Rasa peraya diri siswa meningkat \, siswa merasa lebih terkontrol untuk keberhasilan

36

akademisnya.

3). Strategi kooperatif memberikan perkembangan yang berkesan pada hubungan interpersonal

diantara anggota kelompok yang berbeda etnis.

Keuntungan jangka panjang yang dapat dipetik dari pembelajaran kooperatif menurut Nurhadi

(2004:115-116) adalah sebagai berikut :

a.       Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.

b.      Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku

sosial, dan pandangan-pandangan.

c.       Memudahkan siswa melakukan penyesuaian.

d.      Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.

e.       Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan egois.

f.       Membangun persahabatan yang berkelanjutan hingga masa dewasa.

g.      Berbagi keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan.

h.      Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesame manusia.

i.        Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.

j.        Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.

k.      Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin,

normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.

Sedangkan keuntungan metode pembelajaran jangka pendek kooperatif tipe STAD untuk jangka

pendek menurut Soewarso (1995:22) sebagai berikut :

a.       Metode pembelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi yang sedang dibahas.

b.      Adanya angota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapat nilai rendah,

karena dalam tes lisan dibantu oleh anggota kelompoknya.

c.       Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi menambah harga

diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.

d.      Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi menambah harga

diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.

e.       Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan bagi siswa untuk mencapai

hasil yang lebih tinggi.

f.       Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuan.

g.      Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siswa dalam

bekerja sama.

37

Sampai saat ini metode pembelajaran kooperatif tipe STAD belum banyak diterapkan dalam

dunia pendidikan kita. Kebanyakan pengajar enggan untuk menerapkan sistem ini karena beberapa

alasan. Menurut Lie (2002:22) bahwa alasan pengajar enggan menerapkan pembelajaran kooperatif

dikelas yaitu :

a.       Kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan dikelas dan siswa tidak belajar jika mereka diterapkan

dalam grup.

b.      Banyak orang mempunyai kesan negative mengenai kegiatan kerja sama atau belajar dalam

kelompok.

c.       Banyak siswa tidak senang disuruh untuk kerja sama dengan yang lain.

d.      Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan

siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih

pandai.

e.       Siswa yang pandai juga merasa timnya yang kurang mampu hanya menumpang saja pada hasil

jerih payah mereka.

Menurut Slavin dalam Hartati (1997:21) cooperative learning mempunyai kekurangan sebagai berikut ;

a.       Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan keterampilan kooperatif

dalam kelompok maka dinamika kelompok akan macet.

b.      Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari empat, misalnya tiga, maka

seorang anggota akan cenderung menarik diri dan kurang aktif saat berdiskusi dan apabila

kelompok lebih dari lima kemungkinan ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanya

membonceng dalam penyelesaian tugas.

c.        Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik yang timbul secara konstruktif,

maka kerja kelompok akan kurang efektif.

Selain diatas, kelemahan-kelemahan lain yang mungkin terjadi menurut Soewarso (1993:23) adalah

bahwa yang timbul dalam kelompok kecil, adanya suatu ketergantungan, menyebabkan siswa yang

lambat berfikir tidak dapat berlatih belajar mandiri. Dan juga pembelajaran kooperatif memerlukan

waktu yang lama sehingga target mencapai kurikulum tidak dapat dipenuhi, tidak dapat menerapkan

materi pelajaran secara cepat, serta penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah

menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya. Kesimpulan yang dapat diambildari uraian diatas

bahwa untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif tipe

STAD, sebaiknya dalam satu anggota kelompok ditugaskan untuk membaca bagian yag berlainan,

sehingga mereka dapat berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar mengevaluasi mereka

mengenai seluruh bagian materi. Dengan cara inilah maka setiap anggota merasa bertanggung jawab

untuk menyelesaikan tugasnya agar berhasil mencapai tujuan dengan baik.

38

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

STAD, merupakan salah satu system pembelajaran kooperatif yang di dalamnya siswa dibentuk

kedalam kelompok belajar yang terdiri dari empat atau lima anggota yang mewakili siswa dengan

tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Guru memberikan pelajaran dan selanjutnya siswa

bekerja dalam kelompoknya masing-masing untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok telah

menguasai pelajaran yang diberikan.Kemudian siswa melaksanakan tes atas materi yang diberikan dan

mereka harus mengerjakan sendiri tanpa bantuan siswa lainnya.

Nilai tes yang mereka peroleh,selanjutnya dibandingkan dengan nilai rata-rata yang mereka peroleh

sebelumnya dan kelompok-kelompok yang berhasil memenuhi criteria diberi nilai tersendiri sehingga

nilai ini kemudian ditambahkan pada nilai kelompok. Menurut Slavin,STAD terdiri dari lima

komponen uatama, yaitu presentasi kelas,kelompok,tes,nilai peningkatan individu,dan penghargaan

kelompok. Strategi STAD lebih mementingkan sikap daripada teknik dan prinsip,yakni sikap

partisipasi dalam rangka mengembangkan potensi kognitif dan afektif.Dengan demikian,siswa lebih

(being mode ) bukan hanya sekedar (being have ).

B.     Saran

1.      Kepada guru-gurumata pelajaran matematika diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD sebagai salah satu alternative untuk dapat meningkatkan aktivitas belajar

dan hasil belajar pada mata pelajaran matematika.

2.      Kelemahan yang terdapat pada pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah pembagian

kelompok yang kurang merata dan kurang cermatnya dalam menentukan skor. Oleh karena itu,

diharapkan bagi guru yang menerapkan metode ini agar lebih cermat dan teliti dalam menentukan

kelompok dan dalam menghitung skor peningkatan individu atau kelompok.

3.      Karena kegiatan ini sangat bermanfaat bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat

dilakukan secara berkesinambungan dalam pembelajaran matematika dan pelajaran yang lain.

39

DAFTAR PUSTAKASumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2032326-strategi-pembelajaran-stad-student-

teams/#ixzz27WLZiS41

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_ind_0808452_chapter5.pdf

http://difgilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/archives/HASH35d7/8e2e4251.dir/doc.pdf

http://eprints.ums.ac.id/1263/1/9._HENY_cl.pdf

 

 

 

 

40