11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

30
11 BAB BAB BAB BAB II. II. II. II. TINJAUAN TINJAUAN TINJAUAN TINJAUAN PUSTAKA PUSTAKA PUSTAKA PUSTAKA 2.1. 2.1. 2.1. 2.1. Air Air Air Air Tanah Tanah Tanah Tanah Air tanah adalah air yang bergerak di dalam ruang - ruang antar butir-butir tanah yang membentuk itu atau dikenal dengan air lapisan dan di dalam retakan- retakan dari batuan yang dikenal dengan air celah. Keadaan air tanah ada yang terkekang dan air tanah bebas. Jika air tanah itu bebas maka permukaannya akan membentuk gradient yang dikenal dengan gradien hidrolik sehingga pergerakan air tanahnya akan membentuk sebuah kontur (Wahyudi, 2009). Kumalasari dan Satoto (2011) mengemukakan bahwa air tanah adalah air yang berada di dalam tanah, air tanah dangkal merupakan air yang berasal dari air hujan yang diikat oleh akar pohon. Air tanah ini terletak tidak jauh dari permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air. Sedangkan air tanah dalam adalah air hujan yang meresap ke dalam tanah lebih dalam lagi melalui proses adsorpsi serta filtrasi oleh batuan dan mineral di dalam tanah. Sehingga berdasarkan prosesnya air tanah dalam lebih jernih dari air tanah dangkal. Air tanah ini bisa didapatkan dengan cara membuat sumur. Air di dunia 97,2 % berupa lautan dan 2,8 % terdiri dari lembaran es dan gletser (2,15%), air artesis (0,62 %) dan air lainnya (0,03%). Air lainnya ini meliputi danau air tawar 0,009%, danau air asin 0,008%, air tanah 0,005%, air atmosfer (hujan dan kabut) 0,001% dan air sungai 0,0001% (Strahler dan Strahler cit. Foth, 1984 dalam Hanafiah 2005). Air tanah merupakan sumber air tawar terbesar di planet bumi, mencakup kira-kira 30 % dari total air tawar atau 10,5 juta km 3 . Air tanah biasanya diambil,

Transcript of 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

Page 1: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

11

BABBABBABBAB II.II.II.II. TINJAUANTINJAUANTINJAUANTINJAUAN PUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA

2.1.2.1.2.1.2.1. AirAirAirAir TanahTanahTanahTanah

Air tanah adalah air yang bergerak di dalam ruang - ruang antar butir-butir

tanah yang membentuk itu atau dikenal dengan air lapisan dan di dalam retakan-

retakan dari batuan yang dikenal dengan air celah. Keadaan air tanah ada yang

terkekang dan air tanah bebas. Jika air tanah itu bebas maka permukaannya akan

membentuk gradient yang dikenal dengan gradien hidrolik sehingga pergerakan

air tanahnya akan membentuk sebuah kontur (Wahyudi, 2009).

Kumalasari dan Satoto (2011) mengemukakan bahwa air tanah adalah air

yang berada di dalam tanah, air tanah dangkal merupakan air yang berasal dari air

hujan yang diikat oleh akar pohon. Air tanah ini terletak tidak jauh dari

permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air. Sedangkan air tanah

dalam adalah air hujan yang meresap ke dalam tanah lebih dalam lagi melalui

proses adsorpsi serta filtrasi oleh batuan dan mineral di dalam tanah. Sehingga

berdasarkan prosesnya air tanah dalam lebih jernih dari air tanah dangkal. Air

tanah ini bisa didapatkan dengan cara membuat sumur.

Air di dunia 97,2 % berupa lautan dan 2,8 % terdiri dari lembaran es dan

gletser (2,15%), air artesis (0,62 %) dan air lainnya (0,03%). Air lainnya ini

meliputi danau air tawar 0,009%, danau air asin 0,008%, air tanah 0,005%, air

atmosfer (hujan dan kabut) 0,001% dan air sungai 0,0001% (Strahler dan Strahler

cit. Foth, 1984 dalam Hanafiah 2005).

Air tanah merupakan sumber air tawar terbesar di planet bumi, mencakup

kira-kira 30 % dari total air tawar atau 10,5 juta km3. Air tanah biasanya diambil,

Page 2: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

12

baik untuk sumber air bersih maupun untuk irigasi, melalui sumur terbuka, sumur

tabung, spring, atau sumur horisontal. Cara pengambilan air tanah yang paling tua

dan sederhana adalah dengan membuat sumur gali (dug wells) dengan kedalaman

lebih rendah dari posisi permukaan air tanah. Jumlah air yang dapat diambil dari

sumur gali biasanya terbatas, dan yang diambil adalah air tanah dangkal.

Untuk pengambilan yang lebih besar diperlukan luas dan kedalaman galian yang

lebih besar. Sumur gali biasanya dibuat dengan kedalaman tidak lebih dari 5 - 8

meter di bawah permukaan tanah. Cara ini cocok untuk daerah pantai dimana air

tawar berada di atas air asin (Suripin, 2001).

Air hujan yang jatuh di lahan pertanian segera memasuki profil tanah

melalui proses infiltrasi, kemudian mengalir di dalam tanah sebagai air perkolasi

dan sebagian dari air hujan mengalir di permukaan tanah sebagai air limpasan

permukaan (Kusuma, 2009). Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal

dari curah hujan) masuk ke dalam tanah. Perkolasi merupakan proses kelanjutan

aliran air tersebut ke tanah yang lebih dalam. Dengan kata lain, infiltrasi adalah

aliran air masuk ke dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air kearah

lateral) dan gravitasi (gerakan air kearah vertikal). Setelah lapisan tanah bagian

atas jenuh, kelebihan air tersebut mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai

akibat gaya gravitasi bumi dan di kenal sebagai proses perkolasi (Asdak, 2001).

Menurut hukum Darcy kecepatan aliran air tanah dapat dirumuskan sebagai

berikut (Wahyudi, 2009) :

VVVV ==== kkkk .... iiii ……………….(2.1.)

Page 3: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

13

Dimana :

V = kecepatan aliran (cm/dt)

k = koefisien permeabilitas

i = gradien hidrolik

Kodoatie (2010) mengemukakan bahwa di daerah tangkapan/imbuhan

(recharge area) air tanah, air dari permukaan tanah meresap ke dalam tanah

mengisi akuifer baik akuifer bebas (unconfined aquifer) maupun akuifer tertekan

(confined aquifer). Di daerah pelepasan/luahan (discharge area) air tanah keluar

dengan berbagai cara, misalnya menjadi mata air, air di dalam sumur dangkal

maupun air di dalam sumur bor (sumur dalam) atau menjadi aliran dasar (base

flow).

2.2.2.2.2.2.2.2. PestisidaPestisidaPestisidaPestisida

2.2.1.2.2.1.2.2.1.2.2.1. SejarahSejarahSejarahSejarah pestisidapestisidapestisidapestisida

Pestisida diperkenalkan untuk pertamakalinya oleh bangsa Cina pada tahun

900 M, dengan memakai senyawa arsenat. Sudah dipakainya pestisida ultra

tradisional ini menunjukkan bahwa bangsa Cina sudah maju dibidang pertanian,

terbukti dengan kenyataan pengenalan pestisida yang pertama sekali oleh manusia di

negara ini. Karena belum ada penemuan-penemuan baru, bahan arsenat ini bertahan

cukup lama. Meskipun hama-hama juga sudah menunjukkan segala kekebalan. Pada

akhirnya secara tidak disengaja seperti lazimnya penemuan yang lain, racun

tembakau mulai diperkenalkan pada masyarakat mulai tahun 1960 di Eropah.

Metodenya masih sederhana, pembuatan pun cukup sederhana, karena pada masa itu

belum dikenal alat-alat industri dan pengetahuan yang cukup. Tembakau direndam

didalam air selama satu hari satu malam, baru kemudian dipakai untuk menyemprot

Page 4: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

14

atau disiramkan. Ternyata racun nikotin ini cukup efektif pula sebagai obat sekaligus

racun pembasmi hama. Berbeda di daratan Eropah, di Malaysia dan sekitarnya lebih

mengenal bubuk pohon deris, yang mengandung bahan aktif Rotenon sebagai zat

pembunuh. Disamping itu juga dipakai bahan aktif Pirenthin I dan II, dan Anerin I

dan II, yang diperoleh dari bunga Pyrentrum Aneraria Forium (Ekha, 1988).

Tahun 1942 merupakan awal dari gerakan revolusi kimia dalam bidang

pertanian, dimana pada tahun itu telah berhasil diciptakan suatu pestisida buatan

(sentetis) yang merupakan suatu bentuk persenyawaan yang memiliki gugus aktif.

Pestisida pertama yang dibuat adalah dengan menggunakan senyawa kimia aktif DDT

(Dikhloro Difenil Trikhloroetana), dan kemudian diikuti oleh bermacam-macam jenis

lainnya. Ternyata kemudian, senyawa aktif yang merupakan senyawa kimia

majemuk dan memiliki daya racun sangat tinggi yang dimiliki oleh Pestisida DDT

dan DDE (yang merupakan produksi pecahan pertama dari DDT) tidak dapat terurai

dalam beberapa tahun. Secara relatif, dari pestisida tersebut tidak larut dalam air,

akan tetapi larut pada lemak dan senyawa lipid lainnya serta menempel kuat pada

partikel-partikel, sehingga perlakuan-perlakuan pertanian dengan menggunakan DDT

dan DDE sebagai pestisida di kemudian hari mengakibatkan keracunan terhadap

manusia yang mengkonsumsi hasilnya (Palar, 1994). DDT bersifat toksik terhadap

mamalia, dan mungkin bersifat karisinogen. Insektisida ini sangat bersifat presisten

dan terakumulasi dalam rantai makanan, sehingga tidak boleh digunakan lagi

(Achmad, 2004).

Penggunaan pestisida di Indonesia telah dilakukan sejak sebelum PD II untuk

mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Penggunaan di sub sektor

tanaman pangan dan hortikultura meningkat sangat pesat sejak dilakukan program

bimbingan masal (Bimas) tanaman padi pada akhir dasawarsa 1960-an. Program

Page 5: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

15

Bimas sebagai upaya untuk meningkatkan produksi pertanian merupakan teknologi

berprpduksi yang dikenal sebagai Pancausaha, yaitu (1) penanaman varietas unggul,

(2) pengolahan tanah yang baik, (3) pemupukan berimbang, (4) pengairan dan (5)

pengendalian hama. Pada awal dilaksanakannya program Bimas, usaha pengendalian

hama terutama dilakukan dengan menggunakan pestisida. Hal ini antara lain

disebabkan terbatasnya teknologi pengendalian OPT pada waktu itu. Teknologi

pengendalian OPT yang dianggap peling menjanjikan harapan adalah penggunaan

pestisida (Rahayuningsih, 2009).

2.2.2.2.2.2.2.2.2.2.2.2. PengertianPengertianPengertianPengertian pestisidapestisidapestisidapestisida

Pestisida berasal dari kata pest yang berari hama dan sida berasal dari kata

caido yang berarti pembunuh. Dengan demikian pestisida merupakan substansi

kimia yang digunakan membunuh ataupun mengendalikan berbagai hama.

Menurut pengertian secara umum pestisida dapat didefenisikan sebagai

suatu bahan yang digunakan untuk pengendalian populasi jasad hidup yang

dianggap sebagai hama dalam arti yang merugikan kepentingan manusia

(Hanindipto,1989, dalam Rahayuningsih 2009 ).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :

258/MENKES/PER/III/1992, tentang Persyaratan Kesehatan Pengelolaan

Pestisida, yang dimaksud dengan pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain

serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :

1. Membrantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang

merusak tanaman, bagaian-bagian tanaman, atau hasil-hasil pertanian;

2. Memberantas rerumputan;

Page 6: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

16

3. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tenaman atau bagian-bagian

tanaman tidak termasuk golongan pupuk;

4. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.

5. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan

dan ternak.

6. Memberantas hama-hama air.

7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik

dalam rumah tangga, bangunan, dan dalam alat-alat pengangkutan.

8. Memberantas atau mencegah binatang-binatang termasuk serangga yang

dapat menyebabkan penyakit manusia atau binatang yang perlu dilindungi

dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.

Djojosumarto (2008) mengemukaan bahwa sebagai produk perlindungan

tanaman, pestisida pertanian meliputi semua zat kimia, atau bahan-bahan lain

(ekstrak tumbuhan, mikroorganisme, dan hasil fermentasi) yang digunakan untuk

keperluan berikut :

1. Mengendalikan atau membunuh organisme pengganggu tanaman (OPT).

Sebagai contoh insektisida, akarisida, fungisida, nematisida, moluskisida,

dan herbisida.

2. Mengatur pertumbuhan tanaman, dalam arti merangsang atau menghambat

pertumbuhan dan mengeringkan tanaman. Sebagai contoh zat pengatur

tumbuh, deofoliant (senyawa kimia untuk mengontrol daun), dan dessicant

(senyawa untuk mengeringkan daun).

Dalam pengertian sehari-hari OPT dibagi menjadi tiga kelompok berikut.

1. Hama (serangga, tungau, hewan menyusui, burung, dan moluska).

Page 7: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

17

2. Penyakit (jamur, bakteri, virus dan nematode).

3. Gulma atau tumbuhan pengganggu.

2.2.3.2.2.3.2.2.3.2.2.3. PengertianPengertianPengertianPengertian residuresiduresiduresidu pestisidapestisidapestisidapestisida

Residu pestisida adalah zat tertentu yang terkandung dalam hasil pertanian,

bahan pangan, atau pakan hewan, baik sebagai akibat langsung maupun tak

langsung dari penggunaan pestisida. Istilah ini mencakup senyawa turunan

pestisida, seperti senyawa hasil konversi, metabolit, senyawa hasil reaksi, dan zat

pengotor yang dapat memberikan pengaruh toksikologis (Komisi Pestisida, 1997).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 24/ Permentan/ SR.140/

4/2011 tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida, pengertian residu

pestisida adalah sisa pestisida, termasuk hasil perubahannya yang terdapat pada

atau dalam jaringan manusia, hewan, tumbuhan, air, udara atau tanah.

2.2.4.2.2.4.2.2.4.2.2.4. Jenis-jenisJenis-jenisJenis-jenisJenis-jenis pestisidapestisidapestisidapestisida

Wudianto (2011) mengemukakan dari banyaknya jasad pengganggu yang

bisa mengakibatkan fatalnya hasil pertanian, pestisida diklasifikasikan menjadi

beberapa macam sesuai dengan sasaran yang akan dikendalikan, yaitu :

1. Insektisida

Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang

bisa mematikan semua jenis serangga. Serangga adalah binatang yang

26 % spesiesnya merugikan manusia karena herbivor atau fitofak,

sedang sebagian lainnya merugikan manusia karena menyebarkan

penyakit pada manusia dan binatang ternak. Walau demikian ada pula

Page 8: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

18

serangga yang sangat penting misalnya serangga penyerbuk (pollinator),

pengurai (decomposer),predator dan parasitosid pada serangga lain,

penghasil bahan berguna (lebah madu), dan sebagainya.

2. Fungisida

Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan

bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi/cendawan. Pada

umumnya cendawan berbentuk seperti benang halus yang tidak bisa

dilihat dengan mata telanjang. Namun, kumpulan dari benang halus ini

yang disebut miselium bisa dilihat dengan jelas.

3. Bakterisida

Disebut bakterisida karena senyawa ini mengandung bahan aktif

beracun yang bisa membunuh bakteri. Serangan bakteri pada tanaman

cukup merugikan petani. Tumbuhan tingkat rendah yang sangat kecil ini

dilihat dari bentuknya ada yang bulat, berbentuk batang, dan spiral.

Panjangnya 0,15-6 mikron dan berkembang biak dengan membelah diri.

4. Nematisida

Nematoda yang bentuknya seperti cacing kecil ini ada yang panjangnya

lebih dari 1 cm walaupun pada umumnya panjangnya kurang dari 200

sampai 1000 milimikron. Racun yang dapat mengendalikan nematoda ini

disebut dengan nematisida. Umumnya nematisida berbentuk butiran

yang penggunaannya bisa dengan cara ditaburkan atau dibenamkan

dalam tanah. Walaupun demikian ada pula yang berbentuk larutan dalam

air yang penggunaannya dengan cara disiramkan.

Page 9: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

19

5. Akarisida

Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida adalah bahan yang

mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh

tungu, caplak, dan laba-laba. Tungu adalah binatang kecil yang

besarnya kurang dari 0,5 mm, berkaki 8, dan berkulit lunak dengan

kerangka khitin. Warnanya bermacam-macam, ada yang merah, kuning,

ada pula yang hijau.

6. Rodentisida

Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun

yang digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat,

misalnya tikus.

7. Moluskisida

Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu siput

telanjang, siput setengah telanjang, sumpil, bekicot, serta trisipan yang

banyak terdapat di tambak.

8. Herbisida

Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk

membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma. Kehadiran

gulma dalam areal pertanaman sangat tidak dikehendaki karena

menyaingi tanaman yang ditanam dalam memperoleh unsur hara, air dan

matahari.

Selain beberapa jenis pestisida di atas masih banyak jenis pestisida lain.

Namun, karena kegunaannya jarang maka produsen pestisida pun belum banyak

Page 10: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

20

yang menjual, sehingga di pasaran bisa dikatakan sulit ditemukan. Pestisida

tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pisisida, adalah bahan senyawa kimia beracun untuk mengendalikan

ikan mujair yang menjadi hama di dalam tambak dan kolam.

b. Algisida, merupakan pestisida pembunuh ganggang.

c. Avisida, merupakan pestisida pembunuh burung.

d. Larvisida, adalah pestisida pembunuh ulat.

e. Pedukulisida, merupakan pestisida pembunuh kutu.

f. Silvisida, pestisida pembunuh pohon hutan atau pembersih sisa-sisa

pohon.

g. Ovisida, merupakan pestisida perusak telur.

h. Piscisida, merupakan pestisida pembunuh predator.

i. Termisida, merupakan pestisida pembunuh rayap.

j. Arborisida, merupakan pestisida pembunuh pohon, semak, dan belukar.

k. Predasida, merupakan pestisida pembunuh hama vertebrata.

2.2.5.2.2.5.2.2.5.2.2.5. FormulasiFormulasiFormulasiFormulasi pestisidapestisidapestisidapestisida

Formulasi adalah campuran bahan aktif dengan bahan tambahan dengan

kadar dan bentuk tertentu yang mempunyai daya kerja sebagai pestisida sesuai

dengan tujuan yang direncanakan. Bahan aktif adalah bahan kimia sintetik atau

bahan alami yang terkandung dalam bahan teknis atau formulasi pestisida yang

memiliki daya racun atau pengaruh biologis lain terhadap organisme sasaran

(Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 24/Permentan/SR.140/4/2011 tentang

Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida).

Page 11: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

21

Formulasi pestisida yang dipasarkan terdiri atas bahan pokok yang disebut

bahan aktif (active ingredient) yang merupakan bahan utama pembunuh

organisme pengganggu dan bahan ramuan (inert ingredient). Jika dilihat dari

strukturnya kimianya, bahan aktif bisa digolongkan menjadi kelompok organik

sintetik, organik alamiah, dan inorganik. Bahan aktif ini jenisnya sangat banyak

sekali. Tahun 1986 Badan Proteksi Lingkungan Amerika Serikat mencatat ada

2.600 bahan aktif yang sudah dipasarkan. Dan diseluruh dunia ada 35.000

formulasi atau merek dagang (Wudianto, 2011).

Di Indonesia ada bahan aktif pestisida yang dilarang dan ada bahan aktif

pestisida terbatas, yang diatur melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor :

01/Permentan/OT.140/1/2007 tentang Daftar Bahan Aktif Pestisida Yang

Dilarang Dan Pestisida Terbatas. Bahan aktif pestisida yang dilarang

sebagaimana yang dimaksud dalam lampiran I Peraturan Menteri Pertanian

tersebut adalah seperti yang dicantumkan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jenis-jenis bahan aktif yang dilarang untuk semua bidang penggunaanpestisida

No. Bahan Aktif CAS No

1. 2, 4, 5 - Triklorofenol 93-76-52. 2, 4, 5 - Triklorofenol 95-95-43. Natrium 4 - Brom - 2, 5 - diklorofenol 4824-78-64. Aldikarb 116-06-035. Aldrin 309-00-26. 1,2-Dibromo-3-kloropropan (DBCP) 96-12-87. Cyhexatin 13121-70-58. Dikloro difenil trikloroetan (DDT) 50-29-39. Dieldrin 60-57-110. 2, 3 - Diklorofenol11. 2, 4 - Diklorofenol12. 2, 5 - Diklorofenol13. Dinoseb 88-85-714. Ethyl p-nitrophenyl

Benzenethiophosnate (EPN)2104-64-5

15. Endrin 106-93-416. Etilen dibromida (EDB) 72-20-817. Fosfor kuning (Yellow Phosphorus)18. Heptaklor 76-44-8

Page 12: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

22

Tabel 2.1. LanjutanNo. Bahan Aktif CAS No

19. Kaptafol 2425-06-120. Klordan 57-74-921. Klordimefon 19750-95-922. Leptopos 21609-90-523. Lindan 608-73-124. Metoksiklor 72-43-525. Mevinfos 26718-65-026. Monosodium metan arsonat (MSMA) 2163-80-627. Natrium klorat 7775-09-928. Natrium tribromofenol29. Metil parathion 298-00-030. Pentaklorofenol (PCP) dan garamnya 87-86-531. Senyawa arsen 1327-53-332. Senyawa merkuri 10112-91-1, 7546-30-7, 7487-94-7,

21908-53-233. Strikhnin34. Telodrin 297-78-935. Toxaphene 8001-35-236. Mireks 2385-85-5

Sumber : Lampiran I Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 01/Permentan/OT.140/1/2007

Jenis-jenis bahan aktif yang dilarang untuk pestisida rumah tangga,

hygiene dan sanitasi yang digunakan untuk pengendalian serangga rumah tangga

adalah diklorvos dan klorpirifos.

Bahan aktif pestisida yang ditetapkan sebagai pestisida terbatas, sesuai isi

Lampiran II Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 01/Permentan/OT.140/1/2007

tentang Daftar Bahan Aktif Pestisida Yang Dilarang Dan Pestisida Terbatas

tersebut, adalah :

1. Alumunium Fosfida

2. Parakuat Diklorida

3. Seng Fosfida

4. Magnesium Fosfida

5. Metil Bromida

Bentuk pestisida yang merupakan formulasi ini ada berbagai macam.

Formulasi ini perlu dipertimbangkan oleh calon konsumen sebelum membeli

Page 13: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

23

untuk disesuaikan dengan kesediaan alat yang ada, kemudahan aplikasi, serta

efektifitasnya. Berikut beberapa formulasi atau bentuk pestisida yang beredar di

Indonesaia (Wudianto, 2011) :

1. Tepung hembus, debu (dust = D)

Bentuknya tepung kering yang hanya terdiri atas bahan aktif, misalnya

belerang, atau dicampur dengan pelarut aktif yang bertindak sebagai

karier, atau dicampur bahan-bahan organik seperti tepung tempurung

tanaman, walnut, mineral profit, bentoit, atau talk. Kandungan bahan

aktifnya rendah, sekitar 2 - 10%. Dalam penggunaannya pestisida ini

harus dihembuskan menggunakan alat khusus yang disebut duster.

2. Butiran (granula = G)

Pestisida ini berbentuk butiran padat yang merupakan campuran bahan

aktif berbentuk cair dengan butiran yang mudah menyerap bahan aktif.

Bagian luarnya ditutup dengan suatu lapisan. Penggunaannya cukup

ditaburkan atau dibenamkan di sekitar perakaran tanaman atau

dicampur dengan media tanaman. Butiran ini akan larut dalam air

secara pelan-pelan. Dengan sifatnya ini, pestisida jenis ini tidak mudah

tercuci oleh air siraman sehingga residunya tahan lama di dalam tanah.

Walau demikian, dalam air sawah atau saat hujan lebat, granula sangat

tidak sesuai untuk digunakan. Contoh pestisida yang berbentuk granula

adalah; insektisida dan nematisida Furadan 3G, insektisida, nematisida,

dan fungisida Basamid 3 G, dan herbisida kontak pratumbuh Goal 2 G.

Page 14: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

24

3. Tepung yang dapat disuspensikan dalam air (wattable powder = WP)

Pestisida berbentuk tepung kering agak pekat ini belum bisa secara

langsung digunakan untuk memberantas jasad sasaran, harus terlebih

dahulu dibasahi air. Kandungan bahan aktifnya 50-85 %. Pestisida

berbentuk WP ini cukup banyak diperdagangkan. Misalnya insektisida ;

Confidor 5 WP, Garavox 20 WP, dan Dimilin 25 WP; fungsida;

Antracol 70 WP, Fodicur 25 WP, dan Dithane M-45 80 WP; herbisida;

Gesapax 80 WP, Gesaprim 80 WP, dan Hyvar 80 WP; akarisida;

Morestan 25 WP; dan bakterisida; Agrept 20 WP dan Agrimycin 15/1,5

WP.

4. Tepung yang larut dalam air (water-solube powder = SP)

Pestisida berbentukm SP ini sepintas mirip WP. Penggunaannya pun

ditambahkan air. Perbedaannya terletak pada kelarutannya. Bila WP

tidak bisa terlarut dalam air, SP bisa larut dalam air. Kandungan bahan

aktifnya biasanya tinggi. Insektisida Dicarazol 25 SP dan herbisida

Target 25/38 SP merupakan contoh formulasi ini.

5. Suspensi (flowable concentrate = F)

Formulasi ini merupakan campuran bahan aktif yang ditambah pelarut

serbuk yang dicampur dengan sedikit air. Campuran ini dapat

tercampur air dengan baik dan mempunyai sifat yang serupa dengan

formulasi WP yang ditambah sedikit air. Contoh herbisida Gesapax

500 F dan Fungisida Dithane 430 F.

Page 15: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

25

6. Cairan (emulsifitable concentrate = EC)

Bentuk pestisida ini adalah cairan pekat yang terdiri dari campuran

bahan aktif dengan perantara emulsi (emulsifier). Dalam

penggunaannya, biasanya dicampur dengan bahan pelarut berupa air.

Hasil pengencerannya atau cairan semprotnya disebut emulsi. Bentuk

EC ini paling banyak dijumpai di pasaran. Sebagai contoh insektisida

Agrimec 18 EC dan Decis 2,5 EC; fungisida Afugan 300 EC; dan

akrasida Meothrin 50 EC.

7. Ultra Low Volume (ULV)

Pestisida bentuk ini merupakan jenis khusus dari formulasi S (solution).

Bentuk murninya merupakan cairan atau bentuk padat yang larut dalam

solven minimum. Biasanya digunakan pada areal yang sulit

memperoleh air. Sebagai contoh insektisida Sumialpha 10 ULV.

8. Solution (S)

Solution merupakan formulasi yang dibuat dengan melarutkan pestisida

ke dalam pelarut organik dan dapat digunakan dalam pengendalian

jasad pengganggu secara langsung tanpa perlu dicampur dengan bahan

lain. Formula ini hampir tidak ditemui. Satu-satunya adalah Gramoxon

S yang merupakan herbisida kontak purna tumbuh.

9. Aerosol (A)

Aerosol merupakan formulasi yang terdiri dari campuran bahan aktif

berkadar rendah dengan zat pelarut yang mudah menguap (minyak)

kemudian dimasukkan ke dalam kaleng yang diberi tekanan gas

Page 16: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

26

propelan. Formulasi jenis ini banyak digunakan di ruma tangga, rumah

kaca, atau pekarangan. Contohnya insektisida Baygon dan Raid.

10. Umpan beracun (poisonus bait = B)

Umpan beracun merupakan formulasi yang terdiri dari bahan aktif

pestisida digabungkan dengan bahan lainnya yang disukai oleh jasad

pengganggu. Contohnya Rodentisida Klerat dan Ramortal 12B.

11. Powder concentrate (PC)

Formulasi berbentuk tepung ini biasanya tergolong Rodentisida yaitu

untuk membrantas tikus. Penggunaannya dicampur dengan umpan dan

dipasang di luar rumah. Contoh formulasi ini yaitu Racumin, Diphacin,

dan Silmurin.

12. Ready Mix Bait (RMB)

Formulasi ini berbentuk segi empat (blok) besar dengan bobot 300 gram

dan blok kecil dengan bobot 10-20 gram serta pelet. Bahan aktifnya

rendah, antara 0,003-0,005 %. Contoh Klerat RMB.

13. Pekatan yang dapat larut dalam air (Water Soluble Concentrate = WSC)

Merupakan formulasi berbentuk cairan yang larut dalam air. Hasil

pengencerannya dengan air disebut dengan larutan. Contoh formulasi

ini ialah Defence 200/130 WSC yang merupakan bahan pengawet kayu

untuk mengendalikan jamur biru pada kayu gergajian.

14. Seed Treatment (ST)

Formulasi ini berbentuk tepung. Penggunaannya dicampur dengan

sedikit air sehingga terbentuk suatu pasta. Untuk perlakuan benih

digunakan formulasi ini. Larvin 250 ST merupakan formulasi untuk

Page 17: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

27

mengendalikan hama lalat bibit Agromyza sp. pada bibit kedelai.

Contoh lain adalah Marshal 25 ST yang berfungsi untuk mengendalikan

lalat bibit.

2.2.6.2.2.6.2.2.6.2.2.6. PenggolonganPenggolonganPenggolonganPenggolongan pestisidapestisidapestisidapestisida

Pestisida dapat digolongkan menurut penggunaannya dan disubklasifikasi

menurut jenis bentuk kimianya. Dari bentuk komponen bahan aktifnya maka

pestisida dapat dipelajari efek toksiknya terhadap manusia maupun makhluk hidup

lainnya dalam lingkungan yang bersangkutan (Darmono, 2008), yaitu :

a. Organophosphat

Lebih dari 50.000 komponen organophosphate telah disynthesis dan diuji

untuk aktivitas insektisidanya. Tetapi yang telah digunakan tidak lebih dari 500

jenis saja dewasa ini. Semua produk organophosphate tersebut berefek toksik bila

tertelan, dimana hal ini sama dengan tujuan penggunaannya untuk membunuh

serangga. Beberapa jenis insektisida digunakan untuk keperluan medis misalnya

fisostigmin, edroprium dan neostigmin yang digunakan utuk aktivitas

kholinomimetik (efek seperti asetyl kholin). Obat tersebut digunakan untuk

pengobatan gangguan neuromuskuler seperti myastinea gravis. Fisostigmin juga

digunakan untuk antidotum pengobatan toksisitas ingesti dari substansi

antikholinergik (misalnya; trisyklik anti depressant, atrophin dan sebagainya).

Fisostigmin, ekotiopat iodide dan organophosphorus juga berefek langsung untuk

mengobati glaucoma pada mata yaitu untuk mengurangi tekanan intraokuler pada

bola mata.

Page 18: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

28

Organophosphat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis

pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada manusia. Bila

termakan, meskipun dalam jumlah sedikit saja, dapat menyebabkan kematian.

Wudianto (2011) mengemukakan bahwa sebagian besar bahan aktif

golongan organofosfat sudah dilarang beredar di Indonesia, misalnya diazinon,

fention, fenitroteion, fentoat, klorpirifos, kuinalfos, dan malation, sedangkan

bahan aktif lainnya masih diijinkan. Bahan aktif dari golongan ini cukup banyak

digunakan beberapa jenis pestisida. Contoh nama formulasi yang menggunakan

bahan aktif golongan organofosfat adalah:

• herbisida : Scout 180/22 AS, Polaris 240 AS, Roundup 75 WSG.

• fungisida : Kasumiron 25/l WP, Afugan 300 EC, Rizolex 50 WP.

• insektisida : Curacron 500 EC, Voltage 560 EC, Tokuthion 500 E.

b. Karbamat

Insektisida karbamat telah berkembang setelah organofosfat. Insektisida ini

biasanya daya toksisitasnya rendah terhadap mamalia dibandingkan dengan

organofosfat, tetapi sangat efektif untuk membunuh insekta. Mekanisme toksisitas

dari karbamate adalah sama dengan organofosfat, dimana enzim achE dihambat

dan mengalam karbamilasi.

Wudianto (2011) mengemukakan bahwa bahan aktif yang termasuk

golongan karbamat antara lain karbaril dan metomil yang telah dilarang

penggunaannya. Namun, masih banyak formulasi pestisida berbahan aktif lain

dari golongan karbamat. Sebagai contoh fungsida Previcur-N, Topsin 500F, dan

Enpil 670 EC; insektisida Currater 3 G, Dicarzol 25 SP. Bahan aktif ini bila

Page 19: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

29

masuk dalam tubuh akan menghambat enzim kholinesterase, seperti halnya

golongan organophosphat.

c. Organoklorin

Organoklorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari beberapa

kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling populer dan

pertama kali disinthesis adalah “Dichloro-diphenyl-trichloroethan” atau disebut

DDT. Klasifikasi insektisida organokhlorin, seperti yang dicantumkan dalam

Tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.2. Klasifikasi insektisida organokhlorin

Kelompok Komponen

Cyclodienes Aldrin, Chlordan, Dieldrin, Heptachlor,

endrin, Toxaphen, Kepon, Mirex.

Hexachlorocyclohexan Lindane

Derivat Chlorinated-ethan DDT

Sumber : Darmono, 2008

Mekanisme toksisitas dari DDT masih dalam perdebatan, walaupun

komponen kimia ini sudah disinthesis sejak tahun 1874. Tetapi pada dasarnya

pengaruh toksiknya terfokus pada neurotoksin dan pada otak. Saraf sensorik dan

serabut saraf motorik serta kortek motorik adalah merupakan target toksisitas

tersebut. Dilain pihak bila terjadi efek keracunan perubahan patologiknya

tidaklah nyata. Bila seseorang menelan DDT sekitar 10mg/Kg akan dapat

menyebabkan keracunan, hal tersebut terjadi dalam waktu beberapa jam.

Perkiraan LD50 untuk manusia adalah 300-500 mg/Kg.

DDT dihentikan penggunaannya sejak tahun 1972, tetapi penggunaannya

masih berlangsung sampai beberapa tahun kemudian, bahkan sampai sekarang

residu DDT masih dapat terdeteksi.

Page 20: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

30

Wudianto (2011) mengemukakan bahwa sebagian beberapa bahan aktif

golongan organoklorin juga dilarang penggunaannya di Indonesia, misalnya

dieldrin, endosulfan, dan klordan. Nama formulasi dari golongan organoklorin

yang beredar di Indonesia adalah herbisida Garlon 480 EC dan fungisida Akofol

50 WP. Cara kerja racun ini dengan mempengaruhi sistem syaraf pusat.

Direktorat Sarana Produksi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Kementerian Pertanian (2010) mengemukakan bahwa untuk jenis pestisida

insektisida dapat dibagi menjadi bermacam golongan sesuai dengan bahan

aktifnya, antara lain ; Amidin, Avermectin, Benzoyl, Urea, Diasil hidrazin, Difenil,

Fenil-pirazol, Juvenile harmonic, Karbamat, Neonicotinoid, Neristoksin,

Organofosfat, Piretroid dan Pirol.

Untung (2001) mengemukakan bahwa insektisida dapat dikelompokkan

dalam beberapa cara menurut cara masuknya dalam tubuh serangga, dan menurut

sifat kimianya. Menurut cara masuknya ke dalam tubuh serangga, insektisida

dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu racun perut, racun kontak, dan fumigan.

Menurut sifat dasar senyawa kimianya, insektisida dapat dibagi menjadi

insektisida anorganik yang tidak mengandung unsur karbon dan insektisida

organik yang mengandung unsur karbon. Insektisida organik masih dapat dibagi

menjadi insektisida organik alami dan insektisida organik sintetik.

Pembagian insektisida organik sintetik menurut susunan kimia bahan aktif

(senyawa yang memiliki sifat racun) terdiri dari 4 kelompok besar yaitu

organoklorin, organofosfat, karbamat, dan piretroid sintetik. Piretroid merupakan

kelompok insektisida organik sintetik konvensional yang paling baru, digunakan

secara luas sejak tahun1970-an dan saat ini perkembangannya sangat cepat.

Page 21: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

31

Keunggulan piretroid sintetik karena memiliki pengaruh knock down atau

menjatuhkan serangga dengan cepat, tingkat toksisitas rendah bagi manusia.

Beberapa piretroid yang termasuk generasi keempat yang saat ini juga ada yang

sudah diijinkan di Indonesia antara lain sipermetrin, flusitrinit, fluvalinat,

deltametrin (Untung, 2001).

2.2.7.2.2.7.2.2.7.2.2.7. ProsesProsesProsesProses masuknyamasuknyamasuknyamasuknya pestisidapestisidapestisidapestisida kekekeke lingkunganlingkunganlingkunganlingkungan

Manuaba (2009) mengemukaan bahwa transfer pestisida ke lingkungan

dapat terjadi melalui cara:

1. Adsorpsi, adalah terikatnya pestisida dengan partikel-partikel tanah.

Jumlah pestisida yang dapat terikat dalam tanah bergantung pada jenis

pestisida, kelembaban, pH, dan tekstur tanah. Pestisida dapat teradsorpsi

dengan kuat pada tanah berlempung ataupun tanah yang kaya bahan-

bahan organik, sebaliknya pestisida tidak dapat teradsorpsi dengan kuat

pada tanah berpasir. Adsorpsi pestisida yang kuat di dalam tanah

mengakibatkan tidak terjadi penguapan sehingga tidak menimbulkan

perncemaran terhadap air tanah maupun air danau.

2. Penguapan, adalah suatu proses perubahan bentuk padat atau cair ke

bentuk gas, sehingga dalam bentuk gas bahan tersebut dapat bergerak

dengan bebas ke udara sesuai dengan pergerakan arah angin. Kehilangan

akibat pengupan ini dapat menghancurkan tanaman yang jauh dari tempat

dimana pestisida tersebut digunakan. Pestisida dapat menguap dengan

mudah disamping memang pestisidanya bersifat mudah menguap, juga

Page 22: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

32

sebagai akibat dari tanahnya yang berpasir dan basah. Cuaca yang panas,

kering dan berangin juga mempercepat terjadinya penguapan pestisida.

3. Kehilangan pestisida saat aplikasi adalah kehilangan yang disebabkan

terbawanya pestisida oleh angin saat disemprotkan. Kehilangan ini

dipengaruhi oleh ukuran butiran semprotan, semakin kecil ukuran butiran

semakin tinggi kemungkinannya untuk hilang, kecepatan angin, jarak

antara lubang penyemprotan dengan tanaman target. Pestisida yang hilang

atau tidak mengenai target ini dapat membahayakan atau

mengkontaminasi tanaman lain, bahkan dapat membahayakan orang lain,

ternak ataupun hewan bukan target. Demikian juga, pestisida ini dapat

mencemari danau, sungai sehingga membahayakan biota yang ada di

dalamnya.

4. Limpasan akhir, adalah terbawanya pestisida bersama-sama aliran air

menuju daerah yang lebih rendah. Pestisida yang terbawa ini dapat

bercampur dengan air atau terikat dengan tanah erosi yang ikut terbawa.

Banyaknya pestisida yang terbawa ini dipengaruhi oleh: kecuraman

lokasi, kelembaban tanah, curah hujan, dan jenis pestisida yang

digunakan. Limpasan dari daerah pertanian yang menggunakan pestisida

akan dapat mencemari aliran air, sungai, danau, sumur maupun air tanah.

Residu cemaran pestisida pada permukaan air dapat membahayakan

tanaman, biota dan juga dapat mencemari air tanah.

5. Rembesan, adalah perpindahan pestisida dalam air di dalam tanah.

Perembesan dapat terjadi ke seluruh penjuru, ke bawah, atas dan samping.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perembesan adalah sifat-

Page 23: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

33

sifat pestisida dan tanah, dan interaksi pestisida dengan air seperti saat

terjadinya hujan ataupun irigasi saat musim tanam. Proses perembesan

dapat meningkat bila pestisidanya bersifat mudah larut dalam air,

tanahnya berpasir, turun hujan saat penggunaan pestisida, dan

pestisidanya teradsorpsi dengan kuat dalam tanah.

Rahayuningsih (2009) mengemukakan, perilaku pestisida selama di tanah

dikelompokkan menjadi dua proses, yaitu proses perpindahan massa dan

proses peruraian. Proses perpindahan massa terdiri atas perpindahan

massa antarfase (fase air dengan fase udara, fase air dengan fase tanah,

fase tanah dengan fase udara, dan fase masing-masing dengan makhluk

hidup). Disamping itu, pada setiap fase juga terjadi proses perpindahan

massa dan proses peruraian. Proses peruraian dapat terjadi secara kimia,

biokimia, dan fotolisis. Dengan demikian, perilaku pestisida di tanah

merupakan peristiwa yang sangat rumit karena mencakup sangat banyak

proses perpindahan massa dan peruraian yang berlangsung secara

serempak, serta banyak faktor yang mempengaruhi proses-proses tersebut.

Ditinjau dari sudut pandang kegunaannya, peristiwa yang rumit dapat

disederhanakan selama tidak mengurangi esensi peristiwa yang terjadi.

Contoh penyederhanaan masalah yang dilakukan pada perilaku pestisida

selama di tanah sawah digambarkan secara skematis pada Gambar 2.1.

Page 24: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

34

Gambar 2.1. Perilaku pestisida selama di tanah sawah yangdiserdahanakan

Rahayuningsih (2009) mengemukakan, bahwa :

1. Fase tanah dapat mengakumulasikan pestisida dengan kosentrasi

yang tinggi, karena tanah mempunyai daya sorpsi yang tinggi,

disamping itu sebagian besar pestisida bersifat hidrofobik;

2. Peruraian pestisida di fase padatan tanah lebih dominan dari pada di

fase air, karena padatan tanah mengandung berbagai senyawa yang

bersifat sebagai katalis dan juga merupakan tempat mikroorganisme

menempel;

3. Perilaku pestisida di fase tanah sawah adalah yang paling berperan

dalam pencemaran air tanah.

Page 25: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

35

2.3.2.3.2.3.2.3. ToksisitasToksisitasToksisitasToksisitas PestisidaPestisidaPestisidaPestisida

Oka (2005) mengemukakan bahwa unit untuk mengukur derajat keracunan

akut oral atau dermal pestisida adalah miligram bahan aktif pestisida tertentu

terhadap hewan percobaan seperti tikus atau kelinci. Dipergunakan nilai dosis

letal 50 (LD50) ialah suatu estimasi statistik dari dosis pestisida yang akan

membunuh 50% hewan percobaan di bawah kondisi tertentu. Nilai LD50 :

miligram dari bahan aktif per kg berat badan (mg/kg). Dari hasil-hasil percobaan

tersebut pestisida dapat diklasifikasi dalam kelas yang sangat berbahaya sekali,

berbahaya sekali, cukup berbahaya dan sedikit berbahaya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :

258/MENKES/PER/III/1992, tentang Persyaratan Kesehatan Pengelolaan

Pestisida, pestisida dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk fisik, jalan masuk

ke dalam tubuh dan racunnya, menjadi 4 (empat) kelas yaitu :

i. Kelas Ia : Pestisida yang sangat berbahaya sekali

ii. Kelas Ib : Pestisida yang sangat berbahaya

iii. Kelas II : Pestisida yang berbahaya

iv. Kelas III : Pestisida yang cukup berbahaya

Kriteria klasifikasi pestisida berdasarkan bentuk fisik, jalan masuk ke dalam

tubuh dan daya racunnya, diuraikan dalam lampiran 1 peraturan tersebut, yakni

seperi yang dicantumkan pada (Tabel 2.3.) berikut :

Page 26: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

36

Tabel 2.3. Kriteria klasifikasi pestisida berdasarkan bentuk fisik, jalan masuk kedalam tubuh dan daya racunnya

KlasifikasiLD50 untuk tikus (mg/kg berat badan)Oral Dermal

Padat Cair Padat Cair

I.a. Sangat berbahaya sekali

b. Sangat berbahaya

II. Berbahaya

III. Cukup berbahaya

< 5

5 - 50

50 - 500

> 500

< 20

20 - 200

200 - 2000

> 2000

< 10

10 - 100

100 - 1000

> 1000

< 40

40 - 400

400 - 4000

> 4000

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan R.I Nomor 258/MENKES/PER/III/1992

2.4.2.4.2.4.2.4. DampakDampakDampakDampak PenggunaanPenggunaanPenggunaanPenggunaan PestisidaPestisidaPestisidaPestisida TerhadapTerhadapTerhadapTerhadap LingkunganLingkunganLingkunganLingkungan HidupHidupHidupHidup

Djojosumarto (2008) mengemukaan bahwa dampak penggunaan pestisida

bagi lingkungan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori.

1. Bagi lingkungan umum

a. Pencemaran lingkungan (air, tanah, dan udara).

b. Terbunuhnya organism non-target karena terpapar secara langsung.

c. Terbunuhnya organism non-target karena pestisida memasuki rantai

makanan.

d. Menumpuknya pestisida dalam jaringan tubuh organisme melalui

rantai makanan (biokumulasi).

e. Pada kasus pestisida yang persisten (bertahan lama), konsentrasi

pestisida dalam tingkat trofik rantai makanan semakin ke atas akan

semakin tinggi (biomagnifikasi).

f. Penyerderhanaan rantai makanan alami.

g. Penyederhanaan keanekaragaman hayati.

Page 27: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

37

h. Menimbulkan efek negatif terhadap manusia secara tidak langsung

melalui rantai makanan.

2. Bagi lingkungan pertanian

a. Organisme pengganggu tanaman (OPT) menjadi kebal terhadap suatu

pestisida (timbul resistensi OPT terhadap pestisida).

b. Meningkatnya populasi hama setelah penggunaan pestisida

(resurjensi hama).

c. Timbulnya hama baru, bisa hama yang selama ini dianggap tidak

penting maupun hama yang sama sekali baru.

d. Terbunuhnya musuh alami hama.

e. Perubahan flora, khusus pada penggunaan herbisida.

f. Fitoksik (meracuni tanaman).

2.5.2.5.2.5.2.5. GejalaGejalaGejalaGejala KeracunanKeracunanKeracunanKeracunan PestisidaPestisidaPestisidaPestisida

Wudianto (2011) mengemukakan bahwa, setiap golongan bahan aktif yang

dikandung pestisida menimbulkan gejala keracunan yang berbeda-beda. Namun,

ada pula gejala yang ditimbulkan mirip, misalnya gejala keracunan pestisida

Karbamat sama dengan gejala keracunan golongan Organofospat. Gejala

keracunan golongan Organofospat antara lain, timbul gerakan otot-otot tertentu,

penglihatan kabur, mata berair, mulut berbusa, banyak berkeringat, air liur banyak

keluar, mual, pusing, kejang-kejang, muntah-muntah, detak jantung menjadi cepat,

mencret, sesak napas, otot tidak bisa digerakkan dan akhirnya pingsan. Gejala

keracunan Karbamat sama dengan yang ditimbulkan oleh pestisida Organofospat,

Page 28: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

38

hanya saja berlangsung lebih singkat karena golongan ini cepat terurai dalam

tubuh.

Secara umum gejala keracunan akibat menggunakan pestisida dapat

dipedomanani dari cara mengatasi keracunan pestisida, yaitu menghentikan

kegiatan menggunakan pestisida apabila tubuh terasa kurang enak misalnya

pusing, mual, kulit panas dan gatal serta mata berkunang-kunang. Beberapa saat

kemudian bisa terjadi tubuh terasa lemas sukar tidur, gangguan perut, keringat

tidak wajar dan gugup (Wudianto, 2011).

Keracunan khronik merupakan penderita terkena racun dalam waktu jangka

panjang dengan dosis yang sangat rendah. Gejala keracunan ini baru terlihat

selang beberapa waktu (bulan atau tahun) setelah penderita terkena racun. Dari

banyak percobaan yang dilakukan pada binatang percobaan di laboratorium ada

beberapa bentuk akibat keracunan khronik karena terkena insektisida yaitu dapat

bersifat karsinogenik (pembentukan jaringan kanker), mutagenik (kerusakan

genetik untuk generasi yang akan datang), teratogenik (kelahiran anak cacat dari

ibu yang keracunan). Meskipun kasus - kasus tersebut belum pernah dibuktikan

secara langsung pada manusia tetapi bukti-bukti dari hewan uji semakin

menambah kekhawatiran masyarakat bahwa pengaruh insektisida tersebut dapat

juga terjadi pada manusia. Data tentang semakin banyaknya penderita kanker di

pedasaan dan perkotaan semakin menambah kecurigaan masyarakat terhadap

bahan pencemar lingkungan termasuk pestisida (Untung, 2001).

Page 29: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

39

2.6.2.6.2.6.2.6. Peraturan-PeraturanPeraturan-PeraturanPeraturan-PeraturanPeraturan-Peraturan YangYangYangYang BerkaitanBerkaitanBerkaitanBerkaitan DenganDenganDenganDengan PestisidaPestisidaPestisidaPestisida

1. Peraturan Pemerintah Nomor : 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas

Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida.

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 258/

MENKES/PER/III/1992, tentang Persyaratan Kesehatan Pengelolaan

Pestisida.

3. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 07/Permentan/SR.140/2007

Tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Perstisida.

4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 02 Tahun 2010

Tentang Penggunaan Sistem Elektronik Regrestrasi Bahan Berbahaya dan

Beracun Dalam Kerangka Indonesia National Single Window di

Kementerian Lingkungan Hidup.

5. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 763 Tahun 1998 tentang

Pendaftaran dan Pemberian Izin Tentang Pestisida.

6. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 42/Permenta/SR.140/5/2007 tentang

Pengawasan Pestisida.

7. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 81/Kpts/SR.140/2/2007 tentang

Perubahan Nama Formulasi, Nama Bahan Aktif, Dosis Aplikasi dan Jenis

Pestisida.

8. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 276/Kpts/OT.160/4/2008 tentang

Komisi Pestisida.

Page 30: 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Tanah Air tanah adalah air ...

40