13. Tinjauan pustaka
Transcript of 13. Tinjauan pustaka
8/6/2019 13. Tinjauan pustaka
http://slidepdf.com/reader/full/13-tinjauan-pustaka 1/10
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daging Ayam
Daging ayam merupakan daging yang relatif murah dibandingkan dengan
daging yang lain (Daging sapi, kerbau dan kambing) sehingga banyak dikonsumsi
oleh masyarakat dari tingkat atas sampai tingkat bawah. Daging ayam yang aman,
sehat, utuh dan halal (ASUH) adalah daging yang diharapkan oleh semua
konsumen, karena dari berbagai aspek daging ayam yang ASUH terjamin jika
dikonsumsi oleh masyarakat.
Daging adalah bahan dasar dalam pembuatan sosis. Bagian terpenting
dalam bahan ini adalah protein (aktin dan myosin), bertindak sebagai emulsifier .
Dalam pembuatan sosis fase protein-air dalam campuran daging akan membentuk
matriks yang menyelebungi terbentuk butiran-butiran stabil (Buckle K. A, 1987).
Beberapa kriteria daging ayam segar yaitu: Warna dagingnya putih segar,
Warna lemak putih kekuningan dan merata di bawah kulit, Bau dagingnya segar
dan tidak berbau asing. Dagingnya elastis bila di tekan jari, dan akan kembali
seperti semula, tidak ada tanda-tanda memar atau tanda lain yang mencurigakan
(Komariah, dkk. 2005).
Daging ayam merupakan sumber protein yang baik, berkualitas tinggi,
mudah dicerna dan mengandung asam amino esensial yang sangat dibutuhkan
dalam makanan manusia, terdiri dari arginin, sistin, histidin, isoleusin, leusin,
lisin, metionin, fenilalanin, threonin, triptofan, tirosin dan valin.
Daging ayam lebih unggul dari pada daging sapi, kambing dan babi. Oleh
karena itu, daging ayam banyak dikonsumsi oleh masyarakat daripada daging-
daging lainnya, karena daging ayam mudah dimasak. Ditambah masa
pertumbuhan dan peternakannya lebih pendek. Dilihat secara obyektif, nilai gizi
daging ayam, kecuali kulit dan lemaknya yang mengandung lemak tinggi, bagiantubuh ayam lainnya mengandung lemak tidak jenuh, ditambah daging ayam yang
kaya akan protein, sehingga menjadi bahan makanan yang berprotein tinggi dan
berlemak rendah.
8/6/2019 13. Tinjauan pustaka
http://slidepdf.com/reader/full/13-tinjauan-pustaka 2/10
6
Table 1. Komposisi K imia Daging Ayam per 100 gram
No Zat gizi Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
Kalori
Lemak total
Karbohidrat
Protein
fosfor
Kalsium
Air
Vitamin B1
302 kkal
25 mg
0 mg
18,2 mg
200 mg
14 mg
55,9 mg
0,08 mg
Sumber. Departemen Kesehatan RI, 1996
2.2 Wortel
Wortel ( Daucus carot a) adalah tumbuhan sayur yang ditanam sepanjang
tahun. Wortel mempunyai batang daun basah yang berupa sekumpulan pelepah
(tangkai daun) yang muncul dari pangkal buah bagian atas (umbi akar), mirip
daun seledri.
Kandungan gizi wortel untuk tiap 100 gram dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini :
Tabel 2. Komposi K imia Wortel per 100 gram
No. Jenis zat gizi Jumlah
1 Protein 1,20 gr 2 Lemak 0,30 gr 3 Karbohidrat 9,30 gr
4 Ca (kalsium) 39,00 gr 5 P (phospor) 37,00 gr
6 Fe (besi) 0,80 gr 7 Vitamin A 12,000,00 SI
8 Vitamin B 0,06 mg
9 Vitamin C 6,00 mg
10 Air 88,20 gr
Sumber. Direktorat Gizi, Depkes R.I 1979
Kandungan -karoten pada umbi wortel mentah adalah sebesar 8,285
g/100g. -karoten memberikan warna oranye cerah pada umbi wortel, -karoten
dimetabolisme oleh tubuh menjadi vitamin A jika ada garam empedu di saluran
pencernaan ( Nowick, 2006).
8/6/2019 13. Tinjauan pustaka
http://slidepdf.com/reader/full/13-tinjauan-pustaka 3/10
7
Beta karoten didalam tubuh dikonversi menjadi vitamin A. -karoten
sendiri termasuk dalam golongan karotenoida dan telah diidentifikasi terdapat
lebih dari 600 jenis karoten yang berbeda. Antara lain yang cukup dikenal di
dunia kesehatan adalah karoten, lutein dan lycopen (Anonim, 2007 dalam
Uswatun Khasanah, 2010).
Tubuh akan mengkonversikan beta-karoten jadi vitamin A dalam jumlah
secukupnya saja. Selebihnya akan tetap tersimpan sebagai karoten. Sifat inilah
yang menyebabkan karoten berperan sebagai sumber vitamin A yang aman.
Tidak seperti suplemen vitamin A yang bisa menyebabkan keracunan, jika
diberikan secara berlebihan (Hariyadi, 2006).
2.3 Sosis
Sosis merupakan produk olahan daging yang mempunyai nilai gizi tinggi.
Komposisi gizi sosis berbeda-beda, tergantung pada jenis daging yang digunakan
dan proses pengolahannya. Produk olahan sosis kaya energi dan dapat digunakan
sebagai sumber karbohidrat. Selain itu, sosis juga memiliki kandungan kolesterol
dan sodium yang cukup tinggi, sehingga berpotensi menimbulkan penyakit
jantung, stroke, dan hipertensi jika dikonsumsi berlebihan. Ketentuan mutu sosis
berdasarkan Standar Nasional Indonesia (S NI 01±3820-1995) adalah: kadar air
maksimal 67%, abu maksimal 3%, protein minimal 13%, lemak maksimal 25%,
serta karbohidrat maksimal 8%.
Sosis segar dibuat dari daging segar yang tidak dikuring. Penguringan
adalah suatu cara pengolahan daging dengan menambahkan beberapa bahan
seperti garam natrium klorida ( NaCl), natrium-nitrit, natrium-nitrat, gula, serta
bumbu-bumbu. Sosis segar tidak dimasak sebelumnya dan biasanya tak diasapi,
sehingga sebelum dikonsumsi, sosis segar harus dimasak dibuat dari daging yang
telah dikuring sebelum digiling. Sosis jenis ini dimasak dan biasanya diasapi.
Komponen utama sosis terdiri dari daging, lemak, dan air. Selain itu, pada
sosis juga ditambahkan bahan tambahan seperti garam, fosfat, pengawet (biasanya
nitrit/nitrat), pewarna, asam askorbat, isolat protein, dan karbohidrat (Made
8/6/2019 13. Tinjauan pustaka
http://slidepdf.com/reader/full/13-tinjauan-pustaka 4/10
8
astawan, 2008). Sosis dengan substitusi pasta wortel pada dasarnya sama dengan
sosis pada umumnya, hanya ada penambahan pasta wortel yang ditambahkan.
2.4 Es batu
Bahan paling penting dalam pembuatan sosis adalah es atau air menurut
(Kramlich, 1971) tekstur dan keempukan produk akhir dari produksi emulsi
daging dipengaruhi oleh kandungan air yang ditambahkan.
Lebih lanjutnya bahwa penambahan es pada pembentukan emulsi daging
bertujuan untuk melarutkan garam, mendistribusikan secara merata keseluruh
bagian masa daging mudah ekstraksi protein dan mempertahankan suhu adonan
tetap rendah.
2.5 Bawang Putih
Menurut Lewis (1984) karakteristik bau yang kuat dari bawang putih
disebabkan oleh adanya senyawa volatile sekitar 0,1% yang mengandung senyawa
sulfur. Senyawa tersebut terbentuk ketika sel terpecah , sehingga terjadi reaksi
antar precursor yang disebut allin dan enzim alliinase. Terbentuknya substansi
yang disebut allicin (diali tiosulfat) menimbulkan bau yang segar dari bawang
putih. Allicin mengalami degradasi non enzimatik untuk membentuk metal dan
allil mono, dan trisulfit dan sulfur oksida.
2.6 Merica
Biji merica digunakan sebagai bumbu pemberi rasa dan aroma , karena
rempah-rempah dapat menyamarkan makanan dengan menutup rasa bagi
makanan yang kurang enak. Selain itu, juga berfungsi sebagai pengawet. Merica
mengandung minyak atsiri, pinena, kariofilena, filandrena, alkaloid, piperina,
kavisina, piperitina, zat pahit dan minyak lemak. (Lewis, 1984).
2.7 Bahan Penyedap
Bahan penyedap yang digunakan sebagai pembangkit aroma dan cita rasa
pada makanan merupakan senyawa-senyawa sintetik. Pada umumnya senyawa
yang digunakan adalah senyawa-senyawa ester dalam jumlah sangat kecil telah
dapat memberikan aroma dan cita rasa yang baik. Salah satu senyawa cita rasa
adalah monosodium glutamate (MSG) yang merupakan garam natrium dari asam
8/6/2019 13. Tinjauan pustaka
http://slidepdf.com/reader/full/13-tinjauan-pustaka 5/10
9
glutamat. MSG dibuat melalui proses fermentasi dari tetes-tetes gula (molasses)
oleh bakteri. Dalam proses fermentasi ini, akan dihasilkan asam glutamate,
kemudian penambahan sodium karbonat akan terbentuk MSG setelah terlebih
dahulu dimurnikan dan dikristalisasi. Tingkat penggunaan yang tepat secara
umum berkisar antar 0,2- 0,6 % berdasarkan berat makanan yang dikonsumsi
(Jenie, 2001).
2.8 Garam
Garam yang sering digunakan dalam pembuatan sosis adalah garam dapur.
Garam dapur yang ditambahkan keberadaanya berfungsi untuk memberikan rasa
dan konsentrasi garam yang digunakan adalah 1,5% dari berat total adonan.
Penambahan garam pada pembuatan sosis bertujuan untuk meningkatkan cita
rasa, pengembang protein daging, pelarut protein daging, meningkatkan kapasitas
pengikatan air (Water Holding Capacity = WHC), serta sebagai pengawet.
Penambahan fosfat akan bersinergi dengan garam untuk meningkatkan WHC pada
sosis. Tanpa garam dan fosfat, sosis akan sulit untuk dibuat. Asam askorbat sering
ditambahkan dalam bentuk asam askorbat maupun natrium askorbat untuk
membantu pemerahan daging. Selain itu, asam askorbat juga berfungsi sebagai
antioksidan agar produk tidak mudah tengik.
2.9 Minyak atau Lemak
Lemak sering ditambahkan pada pembuatan sosis sebagai pembentuk
permukaan aktif, mencegah pengerutan protein, mengatur konsistensi produk,
meningkatkan cita rasa, dan mencegah denaturasi protein. Minyak goreng adalah
minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan sebagai bahan pangan.
Minyak goreng mempunyai fungsi sebagai media penghantar panas, penambah
rasa gurih, serta penambah nilai gizi dan kalori pada bahan panganyang digoreng
(Hui, 1992). Mutu minyak goreng dipengaruhi oleh titik asapnya yang merupakan
suhu dimana pemanasan minyak mulai terbentuk akrolein yang tidak diinginkan
dan dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Kerusakan minyak goreng
yang berlangsung selama penggorengan akan berpengaruh terhadap mutu dan
8/6/2019 13. Tinjauan pustaka
http://slidepdf.com/reader/full/13-tinjauan-pustaka 6/10
10
nilai bahan pangan yang digoreng yaitu tekstur dan kenampakan yang kurang
menarik serta cita rasa dan bau yang kurang enak (Ketaren, 1986).
2.10 Sodium Tripolif osfat (STPP)
Sodium tripolifosfat umum digunakan dalam pengolahan daging.
Penggunaan STPP maksimal adalah 0,5%. Alkali fosfat berfungsi antara lain
untuk meningkatkan pH daging, menurunkan penyusutan selama pemasakan,
meningkatkan keempukan dan menstabilkan warna (Ockerman, 1983).
Menurut (Pearson dan Tauber, 1984 dalam Uswatun Khasanah, 2010),
alkali fosfat dapat meningkatkan emulsi lemak pada protein miofibril sehingga
STTP cepat larut dan memecah aktomiosin menjadi aktin dan miosin.
Phosphat ditambahkan untuk meningkatkan kapasitas pengikatan air pada
produk. Menurut Barbut (2002) cara kerja phosphate dalam mengikat kapasitas
pengikatan air adalah :
1. Meningkatkan pH
2. Menyebabkan pengembangan dari protein otot, sehingga menyebabkan
munculnya banyak tempat yang cocok untuk mengikat air.
Batasan yang dibenarkan dalam penambahan residu phosphate adalah
0.5% dari produk akhir. Sejak daging mengandung 0.01% phosphate alami, ini
harus diikutsertakan dalam menghitung level yang ditambahkan selama curing
(Desrorier, 1978).
2.11 Casing (selongsong)
Terdapat tiga jenis casing yang sering digunakan dalam pembuatan sosis,
yaitu alami, kolagen, serta selulosa. Selongsong alami berasal dari saluran
pencernaan yaitu dari usus kecil, usus besar bagian tengah ternak, dapat berasal
dari sapi ataupun domba muda (Payne dan Williamson, 1996 dalam Uswatun
Khasanah, 2010). Casing ini mempunyai keuntungan dapat dimakan, bergizi
tinggi, dan melekat pada produk. Kerugian penggunaan casing ini adalah produk
tidak awet. Keuntungan dari penggunaan casing ini adalah dapat diwarnai, bisa
dimakan, dan melekat pada produk.
8/6/2019 13. Tinjauan pustaka
http://slidepdf.com/reader/full/13-tinjauan-pustaka 7/10
11
Casing selulosa biasanya berbahan baku pulp. Keuntungan casing selulosa
adalah dapat dicetak atau diwarnai dan murah. Saat ini telah dikembangkan poly
amid casing, yaitu casing yang terbuat dari plastik. Casing jenis ini tidak bisa
dimakan, dapat dibuat berpori atau tidak, bentuk dan ukurannya dapat diatur,
tahan terhadap panas, dan dapat dicetak.
Casing dari plastik tidak dapat tembus oleh asap dan cairan, dan dapat
dipergunakan untuk sosis yang tidak diasap, misalnya pada sosis segar, dan sosis
mentah (Soeparno, 1994).
2.12 Tepung tapioka
Tepung tapioka merupakan tepung yang diekstraksi pati singkong yang
sumber karbohidrat dalam makanan yang merupakan campuran dua polisakarida
yaitu amilosa dan amilopektin. Selain karbohidrat zat gizi lain yang terdapat
dalam tepung tapioca yaitu protein, lemak, dan mineral.
Fungsi dari tapioka adalah bahan pengikat dimana kemampuan sosis
sebagai bahan restrukturisasi ditentukan oleh kemampuan saling mengikat
diantara bahan-bahan yang digunakan, maka digunakan pati, misalnya tepung
tapioka. Tapioka mempunyai amilopektin tinggi, tidak mudah menggumpal, daya
lekatnya tinggi, tidak mudah pecah, atau rusak dan mempunyai suhu gelatinasasi
relative rendah (Prinyawiwatkul, 1997 dalam Uswatun Khasanah, 2010). Pati
Tapioka mempunyai sifat mudah mengembang (swelling) dalam air panas. Selain
itu, pati tapioca mempunyai kadar amilosa sebesar 17%-23% dan suhu gelatinisasi
berkisar 52°C-64°C (Hui, 1992)
Tepung tapioka banyak digunakan dalam pengolahan pangan diantaranya
sebagai bahan pengisi dalam pembuatan sosis Menurut (Kramlich, 1971) bahan
tersebut ditambahkan dengan tujuan untuk memperbaiki tekstur, memperbaiki
sifat irisan, meningkatkan citra rasa, meningkatkan daya ikat air dan mengurangi biaya produksi.
Jumlah penambahan tepung tapioka pada pembuatan sosis sangat
bervariasi. Semakin banyak tepung tapioka yang ditambah semakin tertutup rasa
khas daging ayam oleh tepung akan menurunkan kualitas sosis yang dihasilkan.
8/6/2019 13. Tinjauan pustaka
http://slidepdf.com/reader/full/13-tinjauan-pustaka 8/10
12
Menurut (Singgih, 1995 dalam Uswatun Khasanah, 2010) konsentrasi tepung
tapioka yang digunakan untuk sosis adalah diantaranya 10-20% dari berat daging.
2.13 Tepung terigu
Berdasarkan jenis protein yang dikandungnya jenis tepung terigu dapat
dibedakan menjadi 3 jenis yaitu tepung protein tinggi, tepung protein sedang, dan
tepung protein rendah. Tepung protein tinggi terbuat dari 100% gandum jenis hard
wheat dengan kandungan protein 11-13%, tepung protein sedang mempunyai
kandungan protein 10-11% dan terbuat dari campuran gandum jenis hard wheat
dan soft wheat (masing-masing 50%) sedangkan tepung terigu protein rendah
terbuat dari gandum soft wheat dengan kandungan protein 9-10%.
Fungsi tepung terigu yaitu mengikat bahan lain dan mendapatkan tekstur
yang baik. Dalam pembuatan sosis sebaiknya menggunakan tepung terigu protein
sedang agar hasil sosis rata dan tidak pecah dibagian atas, tekstur juga akan lebih
lembut. (Ismayani, 2007).
Kandungan protein akan mempengaruhi daya serap air jika proteinnya
rendah maka daya serap air akan semakin rendah sehingga pembentukan gluten
semakin sedikit, yang nantinya akan berpengaruh terhadap pengembangan tidak
terlalu besar. Tepung terigu juga mempunyai nilai gizi yang lain kecuali protein
seperti yang tertera pada tabel berikut:
Tabel 3. Komposisi tepung terigu protein sedang (per 100 gr)
No Komposisi Nilai Mutu
1. Kalori 365 kalori
2. Protein 8,9 gram
3. Lemak 1,3 gram
4. Karbohidrat 77,3 gram
5. Kalsium 16 mg
6. Fosphor 106 mg
7. Besi 1,2 mg
8. Vitamin A 09. Vitamin B 0,12 mg
10. Vitamin C 0
11. Air 12,0 grm
Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI, 1981
8/6/2019 13. Tinjauan pustaka
http://slidepdf.com/reader/full/13-tinjauan-pustaka 9/10
13
2.14 Emulsi Sosis
Emulsi adalah suatu sistem yang terdiri dari dua atau lebih jenis fase cair
yang tidak bercampur dimana salah satu fasenya terdispersi dalam bentuk globula-
globula, dapat distabilkan dengan emulgator (Lawrie, 1983).
Emulsifikasi adalah suatu system yang tidak stabil secara termodinamik
yang mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur, satu
diantaranya didispersikan sebagai globula-globula dalam fase cair lain. Fase yang
didispersikan disebut sebagai fase terdispersi dan fase yang mendispersikan
disebut sebagai fase kontinyu (Martati, 2004).
Air dan minyak membentuk emulsi. Fase air terdiri atas larutan garam,
gula atau senyawa organik lainnya dan senyawa koloid (bahan hidrofilik ). Agar
diperoleh senyawa emulsi yang stabil maka perlu penambahan bahan pengemulsi.
Jika minyak dicampur dengan air maka terbentuk jenis emulsi. Minyak akan
menjadi fase terdispersi yang memberikan emusi minyak dalam air. Air terdispersi
menjadi emulsi air dalam minyak. Emulsi air dalam minyak dapat dilarutkan
dengan air sebaliknya emulsi minyak dalam air dapat dilarutkan dengan minyak.
Pada suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama, yaitu bagian yang
terdispersi yang terdiri dari butur-butir yang biasanya terdiri dari lemak, bagian
kedua disebut media pendispersi yang juga dikenal sebagai continuous phase,
yang biasanya terdiri dari air, dan bagian ketiga adalah emulsifier yang berfungsi
menjaga agar butir minyak tadi tetap tersuspensi di dalam air. Bila minyak dan air
saja dikocok bersama-sama, akan terbentuk butir-butir lemak, dan terbentuklah
suatu emulsi, tetapi bila dibiarkan, partikel-pertikel minyak akan bergabung lagi
dan memisahkan diri dari molekul-molekul air. Jenis emulsi ini dikenal sebagai
emulsi temporer. Karena itu harus cepat digunakan, atau harus dikocok lagi
sebelum waktu pemakaian (Winarno, 2002).
Masalah yang dihadapi dalam pembuatan sosis adalah pecahnya emulsi.
Emulsi dapat pecah karena penggilingan yang berlebihan, penggunaan daging
yang nisbah myosin, kolagen yang tidak seimbang, pemanasan yang berlebihan
dan terlampau cepat selama proses pengolahan (Winarno, 1993).
8/6/2019 13. Tinjauan pustaka
http://slidepdf.com/reader/full/13-tinjauan-pustaka 10/10
14
Stabilitas emulsis lemak dipengaruhi oleh temperature selama proses
emulsifikasi, ukuran partikel lemak, pH, jumlah dan tipe protein yang larut dan
viskositas emulsi (Kramlich, 1971).
Penggilingan yang berlebihan menyebabkan terjadinya pemecah emulsi.
Hal ini disebabkan diameter partikel lemak menjadi kecil dan luas permukaan
lemak semakin besar, sehingga protein tidak cukup untuk menyelubungi semua
partikel lemak menyebabkan lemak yang tidak akan keluar dari emulsi sehingga
akan terbentuk kantung lemak atau lemak akan terpisah dan keluar dari sosis
(Lawrie, 1995).
Kenaikan temperature dapat dicegah atau dikurangi dengan penambahan
es selama proses. Penggilingan daging bersama es dan garam serta penyimpanan
selama beberapa jam akan menyebabkan ekstraksi protein atau kemampuan
protein mengikat lemak adan air yang lebih efisien dan mempengaruhi kandungan
protein sosis (Soeparno, 1994).