1729-3583-1-SM

15
GAMBARAN FEMINISME DALAM CERPEN ‘ARIADNEDAN ‘АGAFYA’ KARYA ANTON PAVLOVICH CHEKHOV (Suatu Tinjauan Feminis Ideologis) Oleh : AHMAD ILHAM DANIAL 180710080007 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI SASTRA RUSIA BANDUNG AGUSTUS, 2012

Transcript of 1729-3583-1-SM

Page 1: 1729-3583-1-SM

GAMBARAN FEMINISME DALAM CERPEN ‘ARIADNE’

DAN ‘АGAFYA’ KARYA ANTON PAVLOVICH CHEKHOV

(Suatu Tinjauan Feminis Ideologis)

Oleh :

AHMAD ILHAM DANIAL

180710080007

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI SASTRA RUSIA

BANDUNG

AGUSTUS, 2012

Page 2: 1729-3583-1-SM

GAMBARAN FEMINISME DALAM CERPEN ‘ARIADNE’

DAN ‘АGAFYA’ KARYA ANTON PAVLOVICH CHEKHOV

Oleh :

Ahmad Ilham Danial *

180710080007

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Gambaran Feminisme dalam Cerpen ‘Ariadne’ dan

‘Agafya’ Karya Anton Pavlovich Chekhov. Tujuannya adalah untuk menyingkap

ideologi feminisme serta ekspresi pengarang tentang feminisme yang terdapat

pada kedua cerpen tersebut.

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori naratologi

Tzvetan Todorov (1985), serta kritik sastra feminis Djajanegara (2003). Sumber

data yang digunakan diperoleh dari cerpen Ариадна „Ariadne‟ (1895) dan cerpen

Агафья „Agafya' (1886) karya Anton Pavlovich Chekhov.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ideologi feminisme serta ekspresi

pengarang tentang feminisme dalam cerpen Ariadne dan Agafya dapat dilihat dari

aspek semantik, aspek sintaksis, dan aspek verbalnya. Perempuan berusaha untuk

diakui dan mencapai kedudukan yang setara dengan laki-laki.

Kata Kunci : Feminisme, Chekhov, Agafya, Ariadne, Naratologi, Todorov,

Kritik Sastra Feminis, Jender

*Penulis merupakan mahasiswa Program Studi Sastra Rusia, Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Padjadjaran dan telah dinyatakan lulus dalam sidang sarjana

Program Studi Sastra Rusia tanggal 20 Juli 2012.

Page 3: 1729-3583-1-SM

ABSTRACT

The title of this undergraduate thesis is Image of Feminism in Ariadne and

Agafya short stories written by Anton Pavlovich Chekhov. The purpose is to

disclose the ideology of feminism and expression of the author about feminism

contained of those both short stories.

Theories used in this research is naratology theory was taken from Tzvetan

Todorov (1985) and feminist literary criticism from Djajanegara (2003). The

sources of data was taken from Ариадна „Ariadne‟ (1895) and Агафья „Agafya‟

(1886) short stories written by Anton Pavlovich Chekhov.

The result of this undergraduate thesis showed that the ideology of feminism

and expression of the author about feminism in Ariadne and Agafya short stories

that is seen from semantic analysis, syntactic analysis, and verbal analysis.

Women trying to be recognized and reached the equal position to the man.

Keywords : Feminism, Chekhov, Agafya, Ariadne, Naratology, Todorov,

Feminist Literary Criticism, Gender

Page 4: 1729-3583-1-SM

I. PENDAHULUAN

Dalam ilmu sastra, kajian mengenai perempuan dikenal sebagai kritik sastra

feminis. Ratna (2011 : 184) menyatakan bahwa kritik sastra feminis merupakan

suatu pendekatan dalam ilmu sastra yang berusaha mendeskripsikan dan

menafsirkan pengalaman perempuan dalam karya sastra. Kritik ini

mempermasalahkan prasangka dan praduga terhadap kaum perempuan. Kritik

sastra feminis dilakukan untuk menunjukkan citra perempuan dalam karya para

penulis laki-laki yang menampilkan perempuan sebagai makhluk yang dengan

berbagai cara ditekan, disalahtafsirkan, serta disepelekan oleh tradisi patriarkhal

yang dominan.

Namun, kajian tentang perempuan dalam tulisan laki-laki mungkin saja

menunjukkan tokoh perempuan yang kuat dan justru mendukung perjuangan

gerakan feminis. Selain itu, gambaran feminisme dapat dilihat melalui tokoh laki-

laki yang berada dalam keadaan lemah. Gambaran feminisme yang diwakilkan

oleh tokoh perempuan yang kuat serta tokoh laki-laki yang lemah dapat dilihat

dalam cerpen „Ariadne‟ dan „Agafya‟ karya sastrawan Rusia, Anton Pavlovich

Chekhov.

Cerpen „Ariadne‟ menceritakan tentang seorang perempuan bernama

Ariadne yang berusaha untuk keluar dari budaya patrialkhal. Pada masa itu

perempuan diharuskan untuk tinggal di desa dan menerima pinangan dari laki-laki

yang menyukainya. Di desa, perempuan bekerja sebagai petani bahkan pada masa

kehamilan hingga menjelang persalinan. Namun, Ariadne memiliki sikap

sebaliknya. Menurutnya, perempuan-perempuan yang hanya tinggal di desa dan

membiarkan dirinya menjadi petani adalah perempuan-perempuan yang lemah.

Sementara itu, cerpen „Agafya‟ menceritakan tentang sosok Agafya yang

kuat karena mampu membuat seorang laki-laki menggantungkan hidup

kepadanya. Sementara itu, Ariadne adalah seorang istri yang kesepian karena

seringkali ditinggalkan suaminya yang bekerja sebagai pengirim sinyal kereta api.

Karena kesepian Agafya berselingkuh dengan Savka. Namun, dalam hal ini Savka

Page 5: 1729-3583-1-SM

berada posisi yang disalahkan. Dalam cerpen ini dapat dilihat bahwa

perselingkuhan yang dilakukan Agafya tidak semata-mata terjadi karena

kemauannya. Savka dan suami Ariadne juga berperan dalam kesalahan yang

dilakukan oleh Agafya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mengidentifikasi dua masalah, yaitu

bagaimana ekspresi jender pengarang yang dituangkan dalam cerpen „Ariadne‟

dan „Agafya‟ serta bagaimana ideologi feminisme tercermin dalam cerpen

„Ariadne‟ dan „Agafya‟.

II. PEMBAHASAN

2.1 Aspek Semantik

Aspek semantik merupakan salah satu aspek dalam teori naratologi Todorov

yang berhubungan dengan pengungkapan makna atau simbol yang ingin

disampaikan pengarang. Analisis aspek semantik melihat makna atau simbol yang

dilakukan tokoh-tokoh perempuan dalam cerpen „Ariadne‟ dan „Agafya‟.

2.1.1 Tokoh-tokoh Perempuan dalam Karya Sastra Rusia

Dalam novel „Ibunda‟ karya Maksim Gorky, tokoh perempuan digambarkan

sebagai sosok yang awalnya dianggap lemah karena selalu berada dalam bayang-

bayang suaminya. Namun, akhirnya tokoh Pelagia sadar atas kelemahannya dan

berusaha mengubah keadaaan. Pelagia berhasil keluar dari posisinya yang lemah

hingga akhirnya diakui eksistensinya

Tokoh Pelagia memiliki pandangan yang sejalan dengan tokoh Ariadne.

Kedua tokoh perempuan tersebut berusaha untukkeluar dari dominasi laki-laki

hingga akhirnya diakui keberadaannya. Pelagia dan Ariadne mewakili

kepentingan perempuan yang tidak ingin terus menerus berada dalam posisi yang

lemah jika dibandingkan dengan laki-laki.

Sementara itu, tokoh perempuan dalam karya sastra Rusia juga terdapat

pada karya L.N. Tolstoy yang berjudul „Anna Karenina‟. „Anna Karenina‟

Page 6: 1729-3583-1-SM

bercerita tentang pernikahan Anna dan Karenin yang dilakukan semata-mata

untuk mendapatkan status sosial. Pernikahan Anna dan Karenin yang terjadi tanpa

dilandasi cinta, membuat Anna berselingkuh dengan laki-laki lain. Akhirnya,

konflik batin dalam diri Anna membuatnya memutuskan untuk bunuh diri. Tokoh

Anna menggambarkan sosok perempuan yang seringkali disalahkan karena

perbuatannya. Padahal, suaminya ikut berperan dalam kesalahan yang dilakukan

Anna.

Tokoh Anna memiliki kemiripan dengan tokoh Agafya yang juga

disalahkan karena berselingkuh. Padahal, Anna dan Agafya berselingkuh karena

peran dari suami mereka yang tidak dapat menjadi suami yang baik bagi mereka.

2.1.2 Tokoh Perempuan dalam Cerpen ‘Ariadne’

Ariadne adalah perempuan yang miskin. Namun dia berusaha mengubah

nasibnya dengan pergi ke luar negeri.

(a) “Была она сестрой моего соседа, помещика Котловича,

прогоревшего барина, у которого в имении были ананасы,

замечательные персики, громоотводы, фонтан посреди двора и в то

же время ни копейки денег.” (Ariadne, 3 : 16)

“Ia adalah adik perempuan tetanggaku, si tuan tanah Kotlovich, yang

telah jatuh miskin, pemilik kebun nanas, kebun persik yang indah,

penangkal petir, air mancur di tengah pekarangannya, yang pada saat itu

tidak menghasilkan uang sama sekali.”

(b) “Однажды за ужином она, не обращаясь ко мне, стала говорить о

том, что если бы она была мужчиной, то не кисла бы в деревне, а

поехала бы путешествовать, жила бы зимой где-нибудь за

границей, например, в Италии.” (Ariadne, 9 : 41)

“Suatu hari di saat makan malam, ia tidak berpaling ke arahku, ia mulai

berkata bahwa jika ia adalah seorang laki-laki, ia tidak akan membusuk

di desa, dan akan berpergian ke suatu tempat dan tinggal di luar negeri

selama musim dingin, misalnya, Italia.”

Melalui dua kutipan tersebut dapat dilihat bahwa tokoh Ariadne tidak ingin

pasrah menerima keadaannya yang miskin. Dia memiliki keinginan yang kuat

untuk mengubah nasibnya, yang diwujudkan dengan pergi ke luar negeri. Oleh

Page 7: 1729-3583-1-SM

karena itu dapat dikatakan bahwa tokoh Ariadne mewakili kepentinngan

perempuan untuk hidup sebagai sosok yang kuat dan setara dengan laki-laki serta

mampu mengubah nasibnya sendiri.

2.1.3 Tokoh Perempuan dalam Cerpen ‘Ariadne’

Agafya merupakan sosok perempuan yang memiliki kepekaan terhadap

perempuan.

“имела влияние на женщин также еще и трогательная роль Савки как

всеми признанного неудачника и несчастного изгнанника из родной

избы в огороды.” (Agafya, 12 : 72)”

“posisi Savka sebagai seorang laki-laki yang gagal dan diasingkan secara

menyedihkan dari pondoknya ke kebun juga berpengaruh terhadap

perempuan.”

2.2 Aspek Sintaksis

Aspek sintaksis merupakan aspek dalam teori naratologi Todorov yang

berhubungan dengan struktur teks. Aspek sintaksis memperlihatkan bahwa setiap

karya dapat diuraikan dalam unsur-unsur terkecil. Struktur teks dilihat dari

hubungan antar unsur yang terdapat di dalamnya. Pada aspek sintaksis dilakukan

analisis terhadap hubungan atau relasi tokoh dengan latar, alur serta tokoh lainnya

yang terdapat di dalam cerpen.

2.2.1 Analisis Aspek Sintaksis dalam Cerpen ‘Ariadne’

2.2.1.1 Relasi Tokoh Perempuan dengan Latar Tempat

Ariadne tinggal di desa. Menurut Ariadne, jika dia tetap tinggal di desa

maka itu menandakan bahwa dirinya menerima keadaan yang terus memburuk.

“Однажды за ужином она, не обращаясь ко мне, стала говорить о том,

что если бы она была мужчиной, то не кисла бы в деревне, а поехала

бы путешествовать, жила бы зимой где-нибудь за границей, например,

в Италии.” (Ariadne, 9 : 41)

“Suatu hari di saat makan malam, ia tidak berpaling ke arahku, ia mulai

berkata bahwa jika ia adalah seorang laki-laki, ia tidak akan membusuk di

Page 8: 1729-3583-1-SM

desa, dan akan berpergian ke suatu tempat dan tinggal di luar negeri selama

musim dingin, misalnya, Italia.”

Melalui kutipan tersebut dapat dilihat keinginan Ariadne untuk

mendapatkan posisi yang setara dengan laki-laki. Menurut Ariadne, perempuan

harus bisa mengubah nasibnya sendiri sepertihalnya yang biasa dilakukan oleh

laki-laki. Perempuan tidak harus selalu tinggal di desa dan membiarkan dirinya

terus-menerus berada dalam kondisi yang buruk. Salah satu cara yang bisa

dilakukan adalah dengan pergi dari desa. Oleh karena itu, jika seseorang,

khususnya perempuan ingin maju dan diakui, maka perempuan harus keluar dari

desa hidup di kota atau luar negeri yang identik dengan kemakmuran.

2.2.1.2 Relasi Tokoh Perempuan dengan Latar Waktu

Suasana di dalam cerita berlangsung saat musim dingin

“Он писал, что Ариадна Григорьевна такого-то числа отбыла за

границу с намерением прожить там всю зиму.” (Ariadne, 11 : 53)

“Ia menulis bahwa Ariadne Grigoryevna telah berangkat ke luar negeri

untuk menghabiskan seluruh waktu musim dingin.”

Melalui kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh Ariadne berusaha

menunjukkan bahwa perempuan adalah sosok yang kuat. Meskipun keadaan saat

itu sedang musim dingin, Ariadne tetap pergi dari desa untuk mengubah nasibnya.

Tindakan Ariadne merupakan simbol perempuan yang siap menghadapi segala

situasi seperti halnya laki-laki serta perempuan yang ingin melepaskan hidupnya

dari keburukan karena selalu berada di bawah dominasi laki-laki.

2.2.1.3 Relasi Tokoh Perempuan dengan Latar Sosial

Ariadne hidup dalam keluarga miskin.

“дела становились всѐ хуже, так что уже ей не на что было покупать

себе платья и шляпки и приходилось хитрить и изворачиваться, чтобы

скрывать свою бедность.” (Ariadne, 5 : 20)

“keadaan semakin memburuk, bahkan ia tidak mempunyai apa-apa untuk

membeli pakaian dan topi, bahkan ia harus menipu dan mencari akal, untuk

menutupi kemiskinannya.”

Page 9: 1729-3583-1-SM

Pengirim : Status Sosial

Subjek : Ariadne

Penerima : Kaum

Perempuan

Objek : Kedudukan

Penolong : Lubkov Penghalang : Shamokhin

Kehidupannya sebagai orang miskin yang menderita mempengaruhi

tindakan Ariadne. Sehingga Aridne memutuskan untuk pergi ke luar negeri untuk

mengubah keadaannya. Sikap Ariadne yang ingin mengubah keadaannya adalah

sikap perempuan yang tidak ingin pasrah terhadap keadaan.

2.2.1.4 Relasi Tokoh Perempuan dengan Alur

Tokoh Ariadne memulai konflik ketika waktu makan malam.

“Однажды за ужином она, не обращаясь ко мне, стала говорить о том,

что если бы она была мужчиной, то не кисла бы в деревне, а поехала

бы путешествовать, жила бы зимой где-нибудь за границей, например,

в Италии.” (Ariadne, 9 : 41)

“Suatu hari di saat makan malam, ia tidak berpaling ke arahku, ia mulai

berkata bahwa jika ia adalah seorang laki-laki, ia tidak akan membusuk di

desa, dan akan berpergian ke suatu tempat dan tinggal di luar negeri selama

musim dingin, misalnya, Italia.”

Melalui kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh Ariadne memegang peran

penting dalam membentuk alur cerita. Jika Ariadne tidak mengatakan bahwa dia

ingin pergi ke luar negeri maka perjuangan perempuan untuk mengubah

keadaannya tidak akan dimulai.

2.2.1.5 Relasi Tokoh Perempuan dengan Tokoh Lain

Gambar 2.1. Skema Aktan Greimas dalam cerpen

„Ariadne‟.

Page 10: 1729-3583-1-SM

Melalui skema di atas, dapat dilihat bahwa Ariadne digerakkan oleh

keadaannya yang miskin dan berada dalam status sosial yang lemah dan rendah.

Oleh karena itu, Ariande berusaha mencapai kedudukan yang diinginkannya, yaitu

setara hidup sebagai orang kaya dan setara dengan laki-laki. Keinginan Ariadne

didukung oleh Lubkov yang berada dalam status sosial yang sama dengannya.

Dalam usahanya mencapai cita-cita, Ariadne menjadikan Shamokhin yang berasal

dari golongan bangsawan sebagai media untuk menolongnya.

Karena merasa dipermainkan dan hanya dijadikan alat untuk memenuhi

keinginan Ariadne, Shamokhin berusaha menghalangi keinginan Ariadne untuk

mencapai keadaan yang lebih baik. Perbuatan Ariadne yang mempermainkan

Shamokhin menjadikan citra perempuan sebagai sosok yang negatif dalam

kehidupan masyarakat, khususnya dalam pandangan laki-laki.

2.2.2 Analisis Aspek Sintaksis dalam Cerpen ‘Agafya’

2.2.2.1 Relasi Tokoh Perempuan dengan Latar Tempat

Keadaan Savka yang hidup sengsara di kebun memberikan pengaruh

terhadap Agafya.

(a) “имела влияние на женщин также еще и трогательная роль Савки

как всеми признанного неудачника и несчастного изгнанника из

родной избы в огороды.” (Agafya, 12 : 72)”

“posisi Savka sebagai seorang laki-laki yang gagal dan diasingkan

secara menyedihkan dari pondoknya ke kebun juga berpengaruh

terhadap perempuan.”

(b) “Принесла что-то... — продолжал Савка, …………... А, пирог и

картошка...” (Agafya, 8 : 44)

“Kau (Agafya) membawakanku sesuatu… - lanjut Savka, ………….

Ah, kue pai dan kentang…”

Melalui dua kutipan di atas dapat dilihat bahwa keadaan Savka yang

menyedihkan karena diasingkan di kebun yang jauh dari keramaian

mempengaruhi tindakan Agafya untuk membawakan makanan padanya. Tindakan

Agafya yang membawakan makanan untuk Savka merupakan perlawanan dari

Page 11: 1729-3583-1-SM

pandangan masyarakat yang menganggap bahwa perempuan hanya berharap dan

hidup atas bantuan laki-laki. Namun, dalam cerpen „Agafya‟ yang terjadi adalah

sebaliknya. Tokoh perempuan-tidak bergantung pada laki-laki bahkan sebaliknya.

2.2.2.2 Relasi Tokoh Perempuan dengan Latar Waktu

Latar waktu pertemuan Agafya dan savka berlangsung pada malam hari.

“Он и без того знает, от кого это Агашка идет …. На огород по ночам

бабы не за капустой ходят ” (Agafya, 16 : 99)

“Dia sudah tahu Agashka pergi menemui siapa….Para perempuan tidak ada

yang mengambil kubis di kebun pada malam hari”

Kutipan di atas memperlihatkan awal pertemuan Agafya dengan Savka yang

berlangsung pada malam hari. Pada pertemuan malam itu, Savka menawarkan

vodka kepada Agafya hingga akhirnya Agafya pun mabuk dan tidur di tempat

Savka hingga pagi hari. Dalam hal ini, tidak hanya Agafya yang salah karena

bertemu laki-laki yang bukan suaminya di malam hari. Seharusnya Savka juga

patut disalahkan karena bertemu dengan istri orang lain di malam hari serta

menawarkan vodka kepada Agafya. Namun, kenyataannya Savka merasa bahwa

hanya Agafya yang salah.

Melalui uraian di atas dapat dilihat pandangan laki-laki yang masih

menganggap bahwa dirinya superior jika dibandingkan dengan perempuan Laki-

laki merasa bahwa dirinya tidak pernah berbuat kesalahan.

2.2.2.3 Relasi Tokoh Perempuan dengan Latar Sosial

Agafya adalah seorang istri pengirim sinyal kereta api.

(a) “Нет... Нынче новая просилась... Агафья Стрельчиха. (Agafya, 4 :

17

“Bukan….Baru-baru ini ada yang memintaku bertemu…Agafya, istri

tukang pengirim sinyal (kereta api).”

(b) “Жила она на деревне, а муж ходил ночевать к ней с линии каждую

ночь.” (Agafya, 4 : 18)

Page 12: 1729-3583-1-SM

“Dia (Agafya) tinggal di desa, sementara suaminya pulang untuk

istirahat setiap malam.”

Melalui dua kutipan di atas, dapat dilihat tokoh Agafya yang kesepian

karena hanya bertemu suaminya pada malam hari. Oleh karena itu, ketika

suaminya tidak ada, Agafya menghabiskan waktunya bersama Savka. Terkait

hubungannya dengan gambaran feminisme, dapat dilihat bahwa Agafya tidak

sepenuhnya bersalah ketika berselingkuh dengan Savka. Harus dilihat penyebab

atau alasan yang membuat Agafya melakukan perselingkuhan, yaitu karena

suaminya yang jarang di rumah.

2.2.2.4 Relasi Tokoh Perempuan dengan Alur

Tokoh Agafya merupakan seorang perempuan yang sudah menikah.

“Стрельчиху Агафью я знал... Это была совсем еще молодая бабенка,

лет 19—20, не далее как год тому назад вышедшая замуж за

железнодорожного стрелочника, (Agafya, 14 : 18)

“Aku tahu Agafya istri si pengirim sinyal (kereta api)….Dia adalah

perempuan yang masih cukup muda, berusia antara 19 sampai 20 tahun,

tidak lebih dari setahun yang lalu telah menikah dengan seorang pengirim

sinyal kereta api.”

Posisi Agafya menjadi sangat penting di dalam cerita karena dia merupakan

perempuan yang sudah bersuami. Sebagai seorang yang sudah menikah Agafya

harus menjaga kesucian pernikahannya. Namun, dia berselingkuh dengan Savka.

Keadaan Agafya yang berselingkuh menimbulkan konflik di dalam cerita. Agafya

telah melanggar nilai-nilai moral dan kesucian pernikahan. Oleh karena itu, posisi

Agafya menjadi sangat penting dalam membentuk alur cerita.

Page 13: 1729-3583-1-SM

Pengirim : Kesepian

Subjek : Agafya

Penerima : Masyarakat

Umum

Objek : Kesenangan

Penolong : Savka Penghalang : Nilai Moral

2.2.2.5 Relasi Tokoh Perempuan dengan Tokoh Lain

Melalui skema di atas, dapat dilihat bahwa tindakan Agafya berselingkuh

digerakkan oleh keadaannya yang kesepian karena jarang bertemu suaminya. Oleh

karena itu, Agafya berusaha mecari kesenangan dengan laki-laki lain. Akhirnya

Agafya pun berselingkuh dengan Savka. Tokoh „aku‟ hadir sebagai penjaga nilai

moral. Tokoh „aku‟ berusaha untuk menasehati Agafya dan Savka agar

menghentikan perselingkuhan tersebut karena akan berakibat buruk pada mereka

berdua serta kehidupan masyarakat secara lebih luas.

Dalam pandangan kritik sastra feminis, sikap Agafya menggambarkan sikap

seorang perempuan yang butuh perhatian. Oleh karena itu, merupakan hal yang

wajar jika perempuan ingin mendapatkan perhatian lebih, terutama dari laki-laki,

meskipun cara yang ditempuh adalah salah. Pokok permasalahan tidak boleh

ditimpakan sepenuhya kepada perempuan, karena laki-laki juga terlibat dalam

kesalahan yang dibuat oleh perempuan.

2.3 Aspek Verbal

Analisis aspek verbal dilakukan untuk mengungkapkan sudut pandang

pengarang dan sudut pandang budaya patrialkal terhadap tokoh-tokoh di dalam

cerita. Melalui analisis ini, dapat dilihat motivasi pengarang dalam menempatkan

tokoh perempuan pada sudut pandang tertentu.

Gambar 2. Skema Aktan Greimas dalam cerpen „Agafya‟.

Page 14: 1729-3583-1-SM

2.3.1 Analisis Aspek Verbal Cerpen ‘Ariadne’

Usaha perempuan untuk mendapatkan keadilan masih dianggap sebagi

penghambat kemajuan laki-laki.

“в своем регрессивном движении она старается увлечь за собой

мужчину и задерживает его движение вперед.” (Ariadne, 23 : 107)

“Perempuan mencoba memenangkan hati seorang laki-laki dan

membawanya ke dalam sebuah gerakan kemunduran serta menghambat

kemajuannya.”

Melalui kutipan di atas dapat dilihat bahwa dalam budaya patrialkal, usaha

perempuan untuk mendapatkan kesetaraan masih dianggap sebagai penghambat

kemajuan laki-laki.

2.3.2 Analisis Aspek Verbal Cerpen ‘Agafya’

Perempuan masih menjadi objek permainan laki-laki.

”когда представлялся случай сделать какое-нибудь быстрое,

порывистое движение : ухватить бегущую собаку за хвост, сорвать с

бабы платок, перескочить широкую яму.” (Agafya, 1 : 1)

ketika ada kesempatan dia memperlihatkan beberapa tindakan yang cepat

dan mendadak : menangkap ekor anjing yang sedang berlari, melucuti

kerudung perempuan, melompati lubang yang lebar.

Melalui kutipan di atas dapat dilihat bahwa perempuan menjadi objek

permainan laki-laki. Perempuan disamakan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat

dan hanya bersifat senang-senang.

III. SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis terhadap cerpen „Ariadne‟ dan „Agafya‟, maka

dapat disimpulkan bahwa

1. Gambaran feminisme dalam cerpen „Ariadne‟ dapat dilihat dari perjuangan

tokoh Ariadne dalam mencari pengakuan atas dirinya. Sementara itu,

gambaran feminisme dalam cerpen „Agafya‟ dapat dilihat dari lemahnya

sosok Savka sebagai seorang laki-laki sehingga disamakan dengan

Page 15: 1729-3583-1-SM

perempuan. Kemudian, dapat dilihat pandangan bahwa perselingkuhan

Agafya tidak hanya terjadi karena kesalahannya semata, namun disebabkan

oleh laki-laki yang menelantarkannya.

2. Cerpen „Ariadne‟ dan „Agafya‟ menggambarkan pandangan Chekhov

bahwa manusia, khususnya laki-laki harus adil dalam memandang

perempuan. Perjuangan perempuan untuk mendapatkan keadilan harus

didukung sepenuhnya karena perempuan semata-mata berjuang untuk

mendapatkan keadilan. Kemudian, apabila perempuan berbuat kesalahan,

maka harus dicari penyebab utamanya. Perempuan tidak bisa begitu saja

ditempatkan dalam posisi yang salah karena ada peran laki-laki dalam setiap

kesalahan yang dibuat perempuan.

IV. DAFTAR SUMBER

Djajanegara, Soenarjati. 2003. Kritik Sastra Feminis, Sebuah Pengantar. Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama.

Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press

Pogadaev, Victor. 2010. Kamus Rusia-Indonesia, Indonesia-Rusia. Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama

Prabasmoro, Tisna. 2011. Kenangan Cinta (Kumpulan Cerpen Anton Chekhov).

Bandung : Serambi.

Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari

Strukturalisme hingga Poststrukturalime Perspektif Wacana Naratif. Yogyakarta

: Pustaka Pelajar.

Todorov, Tzvetan. 1985. Tata Sastra (Terj.). Jakarta : Djambatan

www.lib.ru