2. Bab i Pendahuluan

download 2. Bab i Pendahuluan

of 4

Transcript of 2. Bab i Pendahuluan

4

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPenyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan dengan peningkatan insidensi, prevalensi serta tingkat morbiditas. Di amerika serikat berdasarkan data dari United Stated Renal Data System National (USRDS) pada tahun 2011, didapatkan sebanyak 39.656 pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis, 31.684 diterapi dengan peritoneal dialisis, dan 185.626 melakukan transplantasi ginjal. Di Indonesia sendiri berdasarkan laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) prevalensi penyakit ginjal kronis di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter sebesar 0,2 persen (Riskesdas, 2013). Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses fatofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel (Suwitra, 2009). Pilihan terapi pada pasien gagal ginjal kronik meliputi hemodialisis, atau transplantasi ginjal.Hemodialisis merupakan salah satu bentuk terapi pengganti ginjal (renal replacement theraphy) yang mana berfungsi untuk membersihkan darah dengan membuang kelebihan cairan, mineral, dan zat-zat yang berbahaya yang tidak berguna bagi tubuh kita (Bathesda, 2006). Hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah kedalam suatu tabung buatan (dialiser) yang terdiri dari dua kompartemen darah yang dibatasi oleh selaput semi permiabel buatan (artifisial) dengan kompartemen dialisat (Raharjo, 2009). Kompartemen dialisat dialiri oleh cairan dialisis yang diatur sedemikian rupa sehingga mendekati komposisi ion darah normal, dan sedikit dimodifikasi untuk memperbaiki gangguan cairan dan elektrolit yang menyertai gagal ginjal (Wilson, 2002). Pada proses dialisis air juga dapat berpindah dari kompartemen darah ke kompartemen cairan dialisat dengan cara penaikan tekanan hidrostatik negatif pada kompartemen cairan dialisat. perpindahan cairan ini disebut ultrafiltrasi (Raharjo, 2009). Jumlah penarikan cairan tubuh bervariasi setiap pasien tergantung peningkatan berat badan interdialitik dari berat badan kering. Penarikan jumlah cairan harus dilakukan dengan hati-hati dan butuh perhitungan yang tepat, karena jumlah penarikan cairan tubuh yang berlebih dapat meningkatkan risiko terjadinya hipotensi intradialitik. Sampai saat ini angka kejadian hipotensi intradialitik masih cukup tinggi, yaitu sekitar 20-25% dari semua sesi hemodialisis. Hipotensi intradialitik terjadi karena tidak adekuatnya respon dari kardiovaskular terhadap penurunan cairan darah akibat penarikan cairan tubuh dalam jumlah yang besar dan dalam periode waktu yang singkat. Respon tersebut termasuk refleks aktivasi sistem saraf simpatetik termasuk takikardi dan vasokontriksi arteri dan vena yang merupakan respon dari cardiac underfilling dan hipovolemia (Henrich & Palmer, 2008)RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang merupakan salah satu rumah sakit rujukan di Kota Palembang untuk perawatan penderita gagal ginjal dan memiliki pelayanan unit hemodialis. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk mengetahui hubungan antara penarikan cairan selama proses hemodialisis terhadap penurunan tekanan darah pada pasien penyakit ginjal kronik di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

1.2 Rumusan MasalahApakah ada hubungan penarikan cairan tubuh selama proses hemodialisis terhadap penurunan tekanan darah pada pasien penyakit gagal ginjal kronik di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang?

1.3 Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumUntuk mengetahui hubungan penarikan cairan tubuh selama proses hemodialisis terhadap penurunan tekanan darah pada pasien penyakit gagal ginjal kronik di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.2. Tujuan Khusus1. Mengetahui distribusi proporsi penderia penyakit ginjal kronik berdasarkan umur, jenis kelamin pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.2. Mengetahui rata-rata penarikan jumlah cairan pada pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.3. Untuk mengidentifikasi pengaruh jumlah penarikan cairan tubuh terhadap penurunan tekanan darah pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.1.4 HipotesisH0 = Ada hubungan antara penarikan jumlah cairan selama proses hemodialisis terhadap penurunan tekanan darah pada pasien penyakit ginjal kronik di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.H1 = Tidak ada hubungan antara penarikan jumlah cairan selama proses hemodialisis terhadap penurunan tekanan darah pada pasien penyakit ginjal kronik di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

1.5 Manfaat Penelitian1. Dapat dijadikan referensi untuk mengatur jumlah penarikan cairan yang sesuai pada saat proses hemodialisis sebagai upaya pencegahan agar tidak terjadinya hipotensi pada saat terapi hemodialisis.2. Hasil penelitian dapat dijadikan data dasar untuk mengetahui perubahan tekanan darah intradialisis pada pasien hemodialisis sehingga dapat meningkatkan kualitas pada terapi hemodialisis.3. Hasil penelitian dapat dijadikan rujukan untuk penelitian penelitian berikutnya.4. Hasil penelitian dapat dijadikan data pembanding dengan data hasil penelitian lain yang mempunyai topik yang sama.5. Sebagai proses pembelajaran dan menambah pengalaman dalam melakukan penelitian.

1