2. Kawasan Pengembangan Pertanian - tidorekota.go.id fileLuas kawasan budidaya peruntukan pertanian...

21
RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 9 2. Kawasan Pengembangan Pertanian Luas kawasan budidaya peruntukan pertanian terdiri atas lahan basah dan lahan kering yang mencakup kawasan budidaya hortikultura, perkebunan, tanaman pangan, dan peternakan. Total luas lahan yang dimanfaatkan untuk tanaman perkebunan adalah 14.621,37 Ha untuk tanaman kelapa, cengkeh, pala, coklat, vanili, kayu manis, sagu dan enau. Dimana kelapa merupakan komoditi yang memiliki tingkat produksi yang tertinggi. Sementara luas lahan yang dimanfaatkan untuk tanaman pangan adalah 1.433,73 Ha, untuk tanaman : padi (69,25 ha), jagung 1059 ha), ubi kayu (154,34 ha), kacang tanah (45,6 ha), ubi jalar (105,54 ha). Produksi tertinggi untuk tanaman pangan adalah jagung dan berikutnya ubi kayu. Total luas lahan yang saat ini dimanfaatkan untuk tanaman sayuran adalah seluas 817,26 Ha, yakni untuk ketimun, bayam, kangkung, kacang panjang, petsai, terong, bawang merah, lombok/cabe, dan tomat. Produksi tertinggi saat ini adalah dari tanaman tomat. Luas lahan yang dimanfaatkan untuk tanaman buah-buahan adalah seluas 488,13 Ha, masing- masing untuk tanaman : alpokat, jeruk, mangga, langsat/duku, durian, rambutan, pepaya, nenas, pisang, nangka, suku dan naga. Kegiatan peternakan dikembangkan melalui peningkatan teknologi, pendayagunaan pasar, dan budidaya tanaman sebagai pakan ternak. Kawasan budidaya peternakan yang dikembangkan di Kota Tidore Kepulauan dibagi menjadi dua yaitu: (1) di Pulau Halmahera dikembangkan peternakan ruminansia secara intensif yaitu sapi dan kambing yang merupakan potensi yang dapat diunggulkan di Kota Tidore Kepulauan, (2) di Pulau Tidore dikembangkan peternakan unggas sebagai bentuk kegiatan peternakan di lingkungan perkotaan. 3. Kawasan Pengembangan Pariwisata Kota Tidore Kepulauan juga memiliki potensi pengembangan pariwisata yang diharapkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan daerah, penyediaan lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan masyarakat sebagaimana telah dituangkan dalam Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah Tidore Kepulauan. Potensi pariwisata daerah meliputi : pariwisata bahari, pariwisata alam, pariwisata sejarah, pariwisata seni dan budaya, agrowisata, makanan dan penganan khas (kuliner). Potensi pariwisata bahari meliputi : Pantai Ake Sahu, Pantai Gamgau, Pantai Jikocobo dan Pulau Failonga di Kecamatan Tidore Timur. Pantai Tugulufa di Kecamatan Tidore. Kahia masolo di Pulau Mare di Kecamatan Tidore Selatan. Pantai Rum, Tanjung Bune atau Rum Bune, Pulau

Transcript of 2. Kawasan Pengembangan Pertanian - tidorekota.go.id fileLuas kawasan budidaya peruntukan pertanian...

RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 9

2. Kawasan Pengembangan Pertanian

Luas kawasan budidaya peruntukan pertanian terdiri atas lahan basah dan lahan kering yang

mencakup kawasan budidaya hortikultura, perkebunan, tanaman pangan, dan peternakan. Total

luas lahan yang dimanfaatkan untuk tanaman perkebunan adalah 14.621,37 Ha untuk tanaman

kelapa, cengkeh, pala, coklat, vanili, kayu manis, sagu dan enau. Dimana kelapa merupakan

komoditi yang memiliki tingkat produksi yang tertinggi.

Sementara luas lahan yang dimanfaatkan untuk tanaman pangan adalah 1.433,73 Ha, untuk

tanaman : padi (69,25 ha), jagung 1059 ha), ubi kayu (154,34 ha), kacang tanah (45,6 ha), ubi

jalar (105,54 ha). Produksi tertinggi untuk tanaman pangan adalah jagung dan berikutnya ubi

kayu.

Total luas lahan yang saat ini dimanfaatkan untuk tanaman sayuran adalah seluas 817,26 Ha,

yakni untuk ketimun, bayam, kangkung, kacang panjang, petsai, terong, bawang merah,

lombok/cabe, dan tomat. Produksi tertinggi saat ini adalah dari tanaman tomat.

Luas lahan yang dimanfaatkan untuk tanaman buah-buahan adalah seluas 488,13 Ha, masing-

masing untuk tanaman : alpokat, jeruk, mangga, langsat/duku, durian, rambutan, pepaya, nenas,

pisang, nangka, suku dan naga.

Kegiatan peternakan dikembangkan melalui peningkatan teknologi, pendayagunaan pasar, dan

budidaya tanaman sebagai pakan ternak. Kawasan budidaya peternakan yang dikembangkan di

Kota Tidore Kepulauan dibagi menjadi dua yaitu: (1) di Pulau Halmahera dikembangkan

peternakan ruminansia secara intensif yaitu sapi dan kambing yang merupakan potensi yang

dapat diunggulkan di Kota Tidore Kepulauan, (2) di Pulau Tidore dikembangkan peternakan

unggas sebagai bentuk kegiatan peternakan di lingkungan perkotaan.

3. Kawasan Pengembangan Pariwisata

Kota Tidore Kepulauan juga memiliki potensi pengembangan pariwisata yang diharapkan dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan daerah, penyediaan lapangan kerja, dan

meningkatkan pendapatan masyarakat sebagaimana telah dituangkan dalam Peraturan Daerah

Nomor 9 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah Tidore

Kepulauan. Potensi pariwisata daerah meliputi : pariwisata bahari, pariwisata alam, pariwisata

sejarah, pariwisata seni dan budaya, agrowisata, makanan dan penganan khas (kuliner).

Potensi pariwisata bahari meliputi : Pantai Ake Sahu, Pantai Gamgau, Pantai Jikocobo dan Pulau

Failonga di Kecamatan Tidore Timur. Pantai Tugulufa di Kecamatan Tidore. Kahia masolo di

Pulau Mare di Kecamatan Tidore Selatan. Pantai Rum, Tanjung Bune atau Rum Bune, Pulau

RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 10

Maitara dan Pantai Tahua di Kecamatan Tidore Utara. Pulau Woda, Pulau Raja, Pulau Guratu,

Pulau Tameng, Pulau Joji, Pantai Boso-boso di Kecamatan Oba. Pulau Sibu, Mangrove Guraping,

Pantai Paceda dan Pantai Somahode di Kecamatan Oba Utara. Pantai Noramaake, Pantai Loko

di Kecamatan Oba Tengah. Selain itu, terdapat spot diving seperti : Maitara, Mare, Failonga,

Akesahu, Pasi, Tugulufa, Tahua, Rum Bune, Tanjung Soasio.

Potensi pariwisata alam meliputi : Mata Air Ake Bai (Kelurahan Seli Kecamatan Tidore), Mata Air

Goyoba (Kelurahan Fobaharu Kecamatan Tidore Utara), Talaga (Kelurahan Rum Balibunga

Kecamatan Tidore Utara), Mata Air Luku Celeng (Kalaodi Kecamatan Tidore Timur), Taman

Rekreasi Cobo (Kelurahan Jikocobo Kecamatan Tidore Timur), Mata Air Ake Lada (Cobo

Kecamatan Tidore Timur), Air Terjun Sigela (Desa Sigela Kecamatan Oba), Taman Nasional

Aketajawi (Kecamatan Oba, Oba Tengah dan Oba Utara), Burung endemik (burung bidadari

Halmahera) di Taman Nasional Aketajawi Lolobata dan Gurua Marasai (Kelurahan Guraping

Kecamatan Oba Utara).

Potensi wisata sejarah meliputi : Kedaton Kesultanan, Masjid Sultan (Sigi Kolano), Dermaga

Kesultanan, Museum Sonyine Malige, Benteng Tahula, Benteng Tore, Makam Kapitalau, Makam

Sultan Nuku, Makam Sultan Zainal Abidin Syah, Makam Imam Jawa Konora, Makam Mahdum

Abd.Kadir, Makam Aulia Gamgau, Makam Sultan Syaifuddin Syah, Makam Al’Habib Umar Faroek

Rahmatullah, Makam Goya Salawati, Makam Sultan Muh.Taher, Makam Lufu Doroba, Makam

Jou Guru, SMUN 1 Soasio, Bekas Kedaton Biji Negara, Makam Sultan Djamaluddin, Makam

Sultan Al’Mansyur, Tugu Pendaratan Spanyol, Benteng Ts Tjobe, Benteng Maresku, Makam Jere

Toroka, Makam Ebamadoa, dan Eks Kediaman Gubernur Irian Barat terletak di Kelurahan

Tomagoba

Potensi pariwisata seni dan budaya meliputi : seni kerajinan bambu di Kelurahan Fobaharu, seni

kerajinan gerabah di Pulau Mare, Kadato Gimalaha Tomayou di Kelurahan Gamtufkange, Rumah

Adat Tidore di Kelurahan Soasio, Rumah Adat Soaromtoha di Kelurahan Gurabunga, Upacara

Legu Gam, Hari Jadi Tidore, Pandai Besi Toloa, Tarian Soya-Soya, Tarian Dana-Dana, Dabus,

Bambu Gila, dan Maitara Festival.

Potensi pariwisata agro meliputi : agrowisata Gurabunga, agrowisata Lada Ake, terletak di Dusun

Lada Ake, agrowisata Kalaodi, agrowisata Dusun Talaga, agrowisata Jaya, agrowisata

Transmigrasi Kosa, dan agrowisata Transmigrasi Maidi.

Sementara makanan dan penganan yang dapat mendukung wisata kuliner meliputi : Popeda/gibi

soru, Tela Gule/uge ake, Gohu nyao, Lapis Tidore, Mam Raha, Mam Satu, Kue Pelita, Paco,

RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 11

Srikaya, Kole, Dalampa, Bubengka, Hula Igo, Hula Gula, Nasi Jaha, Apang Coe, Apang Polote,

Roti Kica, Kolombeng, Kue Bilolo, Kue Bubur, Kue Angka, Kue Talam, Waji, Kopi Dabe, Sarabati,

Ake Guraka, Ake Roro dan Amo Maitara.

4. Kawasan Pengembangan Perdagangan dan Jasa

Pengembangan perdagangan dan jasa terdiri atas : pasar tradisional dan pusat perbelanjaan.

Kegiatan peningkatan pasar tradisional di setiap kecamatan sementara pusat perbelanjaan

melalui pengembangan kawasan terpadu dilakukan di Kecamatan Tidore dan Kecamatan Oba

Utara. Kawasan terpadu ini meliputi perdagangan, jasa, pergudangan dan transportasi.

Pengembangan kawasan terpadu di dua tempat ini berkaitan dengan keberadaan pusat

pemerintahan Kota Tidore Kepulauan di Kecamatan Tidore dan Ibukota Provinsi Maluku Utara di

Kecamatan Oba Utara.

5. Kawasan Pertambangan

Potensi pertambangan di Kota Tidore Kepulauan hampir dapat dijumpai di seluruh wilayah. Usaha

pertambangan di Kota Tidore Kepulauan yang telah ada antara lain pertambangan pasir, batu dan

emas. Kawasan peruntukan pertambangan terpusat di Desa Noramaake Kecamatan Oba

Tengah. Pengembangan wilayah usaha pertambangan (WUT) bijih besi (Mineral Logam) berada

di wilayah Kecamatan Oba Tengah dan Oba Utara seluas kurang lebih 8.500 Ha; nikel berada di

wilayah Kecamatan Oba, Oba Tengah dan Oba Selatan seluas kurang lebih 14.685 Ha; pasir besi

berada di wilayah Kecamatan Oba Utara, Oba Tengah, Oba dan Oba Selatan seluas kurang lebih

11.501 Ha; dan emas berada di wilayah Kecamatan Oba Tengah seluas kurang lebih 9.063 Ha.

Potensi sumber daya mineral dan bahan galian antara lain :

a). Emas ( Au )

Endapan bahan galian emas terdapat di :

- Kecamatan Oba Tengah Desa Noramake, Desa Akedotilou, Desa Aketobololo dan

Kelurahan Akelamo. Hasil analisi laboraturium menunjukan kedutaan kandungan emas di

daerah Oba Tengah dari sedimen sungai mencapai nilai tertinggi hingga 127gr/t dari soil

mencapai 803 mgr/t Au sedangkan dari batu 328 gr/t Au. Untuk Kelurahan Akelamo telah

dieksplorsi oleh PT. Gema Nusantara Bhakti dan PT. Shana Tova Anugrah.

- Kecamatan Oba Utara terdapat di Desa Kaiyasa namun belum ada hasil analisa

laboraturium.

- Kecamatan Oba Selatan terdapat di Desa Nuku dengan nilai sampel tertinggi, cu 0,36%.

Au 0,094 g/t, Ag 5,29 g/t.

RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 12

b). Nikel ( NI )

Endapan bahan galian nikel terdapat di :

- Kecamatan Oba Desa Woda dari hasil análisis X-Ray menunjukan kandungan Ni 1,38%, Fe

203 29,25%, MgO 16,00%, Mn02 0,68%, Si02 32,84%. Untuk Kecamatan Oba, Nikel telah

dieksplorasi oleh PT. Banua Sanggam Lestari, PT. Usaha Kita Kinerjatama. PT. Mulia

Anugrah Sawitindo dan PT Cetara Bagun Persada.

- Kecamatan Oba Selatan Desa Hager dari hasil analisa laboraturium sampel permukaan

hasil tertinggi, Fe 10,16%, Ni 0,005%. Untuk Kecamatan Oba Selatan, Nikel telah

dieksplorasi oleh PT Usaha Kita Kinerjatama dan PT. Cetara Bangun Persada.

c). Pasir Besi

Lokasi endapan bahan galian pasir besi terdapat di Desa Kususinopa Kecamatan Oba. Dari

hasil análisis Fe 59,35%, Sio2 2,02% dan Tio2 7,20%. Pasir Besi ini telah dieksplorasi oleh

PT. Berkat Anugrah Maju Abadi.

d). Batubara

Terdapat di Desa Gita dan Woda Kecamatan Oba dengan hasil analisa laboraturium Cal/g

4.513 dan Cal/g 5.205.

e). Batu Andesit

Batu Andesit terdapat di sebagian wilayah Pulau Tidore yaitu Kelurahan Tuguiha dan

Kelurahan Tongowai Kecamatan Tidore Selatan, Kelurahan Tambula Kecamatan Tidore dan

Kelurahan Mareku Kecamatan Tidore Utara.

F). Batu Apung (Pumice)

Batu apung terdapat di bagian wilayah Pulau Tidore yaitu Kelurahan Rum, Kelurahan Rum

Balibunga Kecamatan Tidore Utara, Kelurahan Indonesiana dan Kelurahan Goto Kecamatan

Tidore serta Kelurahan Mafututu Kecamatan Tidore Timur.

g). Pasir Pantai

Bahan galian pasir pantai tersebar di sepanjang dataran Oba Pulau Halmahera yaitu : Desa

Kusu Kecamatan Oba Utara, Desa Pasigau dan Desa Akedotilou Kecamatan Oba Tengah.

h). Batu dan Sirtu

Batu dan sirtu terdapat di wilayah Kota Tidore Kepulauan di Kali Oba Kecamatan Oba Utara,

Kali Tobatu dan Kali Akelamo Kecamatan Oba Tengah serta Kali Tayawi Kecamatan Oba.

RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 13

6. Kawasan Hutan Lindung

Pada wilayah Kota Tidore Kepulauan, terdapat hutan konservasi Taman Nasional Aketajawe-

Loloba dengan luas 41.084 Ha dengan spesies endemik burung Bidadari. Keberadaan TN

Aketajawe-Loloba ini sangat strategis untuk menjaga keberlangsungan hutan dan spesies

endemik yang ada di dalamnya. Hal yang perlu dilakukan adalah mengoptimalkan potensi ini

untuk kemanfaatan bagi kesejahteraan masyarakat, misalkan dalam pengembangan ekowisata.

Selain itu terdapat pula hutan lindung di Pulau Tidore seluas 3.140 Ha yang sangat strategis dalam

menjaga keberlanjutan air tanah serta mencegah terjadinya banjir di pulau Tidore sebagai pulau

yang masuk dalam kategori pulau kecil.

2.1.1.8. Wilayah Rawan Bencana

Potensi kebencanaan yang ada di wilayah Kota Tidore Kepulauan meliputi :

a. Bencana Banjir.

Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan deras,

peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai. Daerah rawan banjir terutama pada daerah

yang berada di hilir sungai besar seperti di hilir Sungai Akelamo dan Payahe.

b. Bencana Gerakan tanah

Gerakan tanah adalah perpindahan material pembentuk lereng, berupa batuan, bahan timbunan,

tanah, atau material campuran tersebut bergerak ke arah bawah dan keluar lereng. Di daerah

perencanaan gerakan tanah banyak terjadi di daerah Halmahera. Jenis gerakan tanah tersebut

adalah jatuhan (rock fall) dan aliran masa batuan (debris flow).

c. Bencana Letusan Gunung api

Gunung Kiematubu adalah merupakan gunung api. Saat ini gunung ini mengalami stadium tidak

aktif. Namun tidak menutup kemungkinan Gunung Kiematubu dapat aktif kembali. Untuk

mengantisipasi ini maka perlu adanya zonasi daerah rawan terhadap dampak letusan Gunung

Kiematubu. Dengan memperhatikan dampak bencana di sekitar gunung api dengan radius 3,5 km

dan morfologi daerah Gunung Kiematubu.

d. Bencana Kegempaan

Kegempaan di Indonesia berkaitan dengan zona subduksi yang berbagai bentuk dan bermacam

arah. Zona subduksi merupakan daerah utama gempa bumi, sebagian besar gempa terjadi di zona

subduksi, baik gempa dangkal, menengah maupun dalam, sehingga zona ini disebut sebagai zona

seismik aktif. Palung laut dan gunung api terdapat di zona ini.

RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 14

Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yaitu lempeng Eurasia

di Utara, lempeng Indo-Australia di Selatan, lempeng Pasifik di Timur dan lempeng kecil Filipina

diantara ke tiga lempeng utama tersebut. Batas lempeng-lempeng ini di wilayah Indonesia

umumnya berbentuk zona subduksi yang mempunyai arah dan jenis penunjaman berbeda-beda

Secara umum struktur tektonik Indonesia bagian timur lebih rumit dibanding Indonesia bagian

Barat. Di wilayah Indonesia bagian Barat, lempeng Indo-Australia menunjam dari arah Selatan ke

Utara di bawah lempeng Eurasia, ditandai dengan jalur gempa Mediteran. Sedangkan di wilayah

Indonesia bagian Timur, lempeng Pasifik bertemu dengan lempeng Filipina, lempeng Eurasia dan

lempeng Indo-Australia, ditandai dengan bertemunya jalur gempa Mediteran dengan jalur gempa

Sirkum Pasifik.

2.1.2 . Demografi

2.1.2.1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kota Tidore Kepulauan menurut data yang bersumber dari Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tidore Kepulauan sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2015

mengalami peningkatan, yakni dari 102.622 jiwa di tahun 2011 menjadi 110.102 jiwa pada tahun 2015.

Pada selang waktu tersebut, tercatat jumlah penduduk Kota Tidore Kepulauan mengalami penurunan

di tahun 2014, yakni dari 109.227 jiwa di tahun 2013 menjadi 109.202 jiwa di tahun 2014, atau

menurun sebanyak 25 orang atau 0,02 persen. Grafik pertumbuhan jumlah penduduk sebagaimana

diperlihatkan pada Gambar 2.1. Dengan jumlah penduduk tersebut dan membandingkan dengan luas

wilayah Kota Tidore Kepulauan, dapat dikatakan bahwa rata-rata tingkat kepadatan penduduk dalam

kurun waktu 2011 – 2015 adalah 64,3 jiwa/km2. Rincian data tersebut sebagaimana diperlihatkan pada

Tabel 2.6

Tabel 2.6. Jumlah Penduduk Kota Tidore Kepulauan Periode Tahun 2011 – 2015

No

Tahun

Jml Penduduk

Perubahan

Pertumbuhan Kepadatan (Jiwa/km2)

1 2011 102.622 3.206 3,22 61,48 2 2012 105.741 3.119 3,04 63,34 3 2013 109.227 3.486 3,30 65,43 4 2014 109.202 (25) (0,02) 65,42 5 2015 110.102 900 0,82 65,96

Sumber : Diolah

RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 15

Tabel 2.7. Jumlah Penduduk Kota Tidore Tahun 2016 Di Rinci Per Kecamatan

No.

Kecamatan

Jumlah Penduduk

Kepadatan (Jiwa/km2)

1 Tidore 23.702 935 2 Tidore Utara 17.624 415 3 Tidore Selatan 15.045 497 4 Tidore Timur 9.219 313 5 Oba Utara 17.129 52 6 Oba Tengah 9.608 16 7 Oba 12.733 30 8 Oba Selatan 6.371 38

Jumlah 111.431 67

Sumber : diolah

Perkembangan Jumlah Penduduk

109,227 109,202 110,102

105,741

102,622

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

Gambar 2.2. Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Tidore Kepulauan

Dilihat dari penyebaran penduduk pada tiap kecamatan pada tahun 2015, maka Kecamatan

Tidore yang paling banyak penduduknya dengan jumlah 23.989 jiwa atau 21,79 % dan kecamatan

yang berpenduduk paling sedikit adalah Kecamatan Oba Selatan dengan jumlah penduduk sebesar

6.300 jiwa atau 5,72 %.

Jumlah penduduk pada tahun 2015 sebesar 110.102 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk

di Kota Tidore Kepulauan di dominasi oleh migrasi penduduk antar daerah (dari wilayah Sulawesi,

Jawa dan Sumatera) bila dibanding pertambahan secara alami (natural increase). Angka Kematian

di Kota Tidore Kepulauan mengalami peningkatan berdasarkan data yang di dapat angka kematian

Kasar pada tahun 2014 adalah 182 jiwa dan tahun 2015 adalah 538 jiwa.

RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 16

2.1.2.2. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, pada tahun 2015 penduduk Kota Tidore Kepulauan terdiri dari

56.042 jiwa laki-laki dan perempuan 54.060 jiwa , sehingga nilai seks rasionya sebesar 103,67 Artinya,

bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 103-104 penduduk laki-laki. Dibandingkan dengan

tahun 2011, seks rasio tahun 2011 tidak mengalami perbedaan yang cukup jauh yaitu lebih rendah

0,3% dari tahun 2012 yaitu 103,7 seperti yang tercantum pada tabel berikut.

Tabel 2.8. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota Tidore Kepulauan Periode Tahun

2011 – 2015

No.

Tahun Jumlah Penduduk

Seks Rasio Laki-laki Perempuan L + P

1 2011 52.285 50.337 102.622 103,9 2 2012 53.830 51.911 105.741 103,7 3 2013 55.606 53.621 109.227 103,7 4 2014 55.557 53.645 109.202 103,56 5 2015 56.042 54.060 110.102 103,67

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tahun 2015

2.1.2.3.Komposisi Penduduk Berdasarkan Struktur Usia

Sebagian besar komposisi penduduk produktif tahun 2015 tersebar pada kelompok umur

usia muda, 15-34 tahun dengan titik threshold terjadi pada usia kerja 25-29 tahun dan kemudian mulai

turun pada usia 30 sampai 75 tahun ke atas. Komposisi penduduk menurut usia kelompok umur

memperlihatkan pola piramida tidak normal, dimana penduduk berusia muda (15 tahun ke bawah)

relatif besar, yaitu mencapai 26,56% artinya lebih dari seperempat penduduk Kota Tidore Kepulauan.

Hal ini harus menjadi perhatian karena 5 tahun mendatang kelompok ini akan menjadi entri tenaga

kerja baru, yang memerlukan ketrampilan dan kualitas SDM yang memadai baik ketrampilan maupun

etos kerja dan kepribadian. Untuk memperoleh hal tersebut, diperlukan asupan gizi yang cukup,

pendidikan yang memadai serta lingkungan pergaulan yang cukup, baik di rumah maupun di

masyarakat. Sehingga ketika mereka memasuki pasar kerja, mampu memperoleh peluang kerja yang

tersedia. Disisi lain Pemerintah Kota Tidore Kepulauan harus mampu pula menciptakan pasar kerja

yang menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi. Jika dicermati lebih lanjut, ternyata 5,75% penduduk

Kota Tidore Kepulauan merupakan balita. Kondisi ini menuntut perhatian Pemerintah Kota Tidore

Kepulauan dalam penanganan penduduk balita terutama dari segi kesehatan dan investasi bidang

pendidikan.

RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 17

Rasio beban ketergantungan (dependency ratio) dihitung dari perbandingan antara

banyaknya penduduk yang belum/tidak produktif secara ekonomi (usia dibawah 15 tahun dan 65 tahun

ke atas) dengan banyaknya penduduk yang berusia produktif (usia 15-64 tahun). Rasio

ketergantungan penduduk Kota Tidore Kepulauan pada tahun 2015 tercatat sebesar 31,0 persen.

Secara kasar, hal ini berarti setiap 100 penduduk produktif menanggung sekitar 31 orang yang belum

produktif dan sudah tidak produktif. Semakin tinggi rasio ketergantungan menunjukkan semakin

tingginya beban yang harus ditanggung penduduk usia produktif.

Tabel 2.9. Komposisi Penduduk Berdasarkan Struktur Usia Periode Tahun 2011 – 2015

No.

Golongan Umur Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16

0 – 4 5 – 9

10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69 70 – 74

75 +

6.634 11.366 10.751

9.809 9.840

10.329 9.238 8.382 6.786 5.767 4.278 3.470 2.183 1.591

996 1.202

6.813 11.544 11.316

9.906 10.015 10.101

9.940 8.634 7.129 5.839 4.539 3.554 2.464 1.604 1.128 1.215

6.568 11.762 11.767 10.314 10.031 10.363 10.233

8.947 7.523 6.077 4.861 3.747 2.749 1.652 1.259 1374

6.650 11.366 11.838 10.623

9.857 10.345 10.168

9.171 7.305 6.387 4.997 3.751 2.817 1.648 1.155 1.124

6.334 10.929 11.983 10.893

9.665 10.383

9.996 9.445 7.778 6.436 5.057 4.130 2.806 1.860 1.159 1.248

Total 102.622 105.741 109.227 109.202 110.102

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tahun 2015

70 – 74

60 - 64

50 – 54

40 – 44

30 – 34

20 – 24

10 – 14

0 – 4

0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000

Gambar 2.3. Grafik Komposisi Penduduk Berdasarkan Struktur Usia Tahun 2015

RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 18

2.1.2.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Berdasarkan status dalam pekerjaan utama, mayoritas penduduk bekerja di Kota Tidore

Kepulauan melakukan kegiatan kerja sebagai petani/pekebun. Pada tahun 2011, komposisi pekerja

yang berstatus sebagai petani/pekebun mencapai 20,5% dan pada tahun 2015 proporsinya

cenderung menurun 16,9%. Secara kasar, penurunan proporsi pekerja sektor pertanian

menggambarkan kondisi sektor pertanian yang semakin jenuh untuk menampung kelebihan angkatan

kerja karena lambatnya peningkatan produktivitas dan penyempitan lahan pertanian. Akibatnya,

terjadi perpindahan status dari pekerja di sektor pertanian menjadi pekerja di sektor lainnya. Pada

tahun 2011 proporsi pekerja yang statusnya berwirausaha mencapai 7,2%, perkembangan proporsi

pekerja yang berusaha berwirausaha pada tahun 2015 mencapai 9,1% menunjukkan pola yang

semakin naik, bahwa dari tahun ketahun perkembangan penduduk yang berwirausaha semakin

meningkat.

Komposisi penduduk Kota Tidore Kepulauan berdasarkan jenis pekerjaan dari tahun 2011

hingga 2015, dirinci pada Tabel 2.10.

Tabel 2.10. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Periode 2011 – 2015

No

Jenis Pekerjaan Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

1 Belum Bekerja 36.782 37.213 37.481 37.374 35.670

2 Mengurus Rumah Tangga 10.270 10.915 11.630 12.004 12.550

3 Pelajar/Mahasiswa 16.143 17.802 19.334 19.928 22.040

4 Pensiunan 510 535 576 567 500

5 PNS 4.501 4.168 4.301 4.300 4.242

6 TNI/POLRI 437 472 509 512 520

7 Pedagang/Wiraswasta 7.669 8.759 9.703 9.971 10.140

8 Petani/Pekebun/Peternak 21.055 20.389 20.105 18.851 18.581

9 Nelayan/ Perikanan 1.622 1.653 1.636 1.581 1.566

10 Transportasi_Sopir 450 442 432 420 445

11 Dosen/Guru 1.590 1.741 1.843 1.841 1.882

12 Dokter/Bidan/Perawat 82 163 175 149 161

13 Lainnya 1.511 1.489 1.502 1.704 1.805

Total 102.622 105.741 109.227 109.202 110.102 Sumber : SIAK Dinas Dukcapil, 2015 (diolah)

RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 19

2.1.2.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan, komposisi penduduk Kota Tidore Kepulauan dalam kurun

waktu tahun 2011-2015, jumlah terbanyak adalah yang tamat SD/sederajat dan tamat SMA/sederajat.

Khususnya di tahun 2015, yang tertinggi adalah tamat SMA/sederajat dan terendah yang strata

2/strata 3.

Tabel 2.11. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2011 - 2015

No

Tingkat Pendidikan Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 1 Tidak/Belum Sekolah 22.953 23.155 23.586 23.549 22.900

2 Tidak Tamat SD/Sederajat 13.255 13.901 14.322 13.956 14.595

3 Tamat SD/Sederajat 24.774 24.997 25.003 24.384 24.277 4 SLTP/Sederajat 13.967 14.302 14.708 14.512 14.685 5 SLTA/Sederajat 20.643 22.022 23.489 24.144 24.678 6 Diploma II/Sederajat 1.486 1.486 1.495 1.426 1.384 7 Diploma III/Sederajat 764 783 840 931 959 8 Strata I / Seterusnya 4.626 4.928 5.590 6.088 6.393 9 Strata II/III 154 167 194 212 231

Total 102.622 105.741 109.227 109.202 110.102

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tahun 2015

Tdk/ Blm

Sekolah

Tdk Tamat SD/

Sederajat

Tamat SD/

Sederajat

SLTP/Sederajat SLTA/Sederajat D2/ Sederajat D3/Sederajat S1/ Seterusnya S2/ S3

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

Gambar 2.4. Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 20

Walau demikian bila mencermati data sebagaimana tertera pada Tabel 2.11 dan grafik pada

gambar 2.2. memperlihatkan bahwa ada kecenderungan menurunnya angka penduduk yang tamatan

SD/sederajat dan sebaliknya ada peningkatan jumlah penduduk dengan tingkat pendidikan

SMP/sederajat dan SMA/sederajat. Demikian pula penduduk yang berpendidikan Diploma II bergerak

turun, dan sebaliknya yang berpendidikan strata 1 (sarjana) bergerak naik. Hal ini memperlihatkan

ada kesadaran untuk memperbaiki kualitas sumberdaya manusia lewat jenjang pendidikan formal.

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan

yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan

pendapatan, dan tingkat pengangguran. Kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat akan

memberikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan dari aspek kesejahteraan masyarakat dapat dilihat

dari capaian indikator kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni

budaya dan olahraga.

2.2.1.Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Indikator Keberhasilan fokus kesehatan dan pemerataan ekonomi meliputi : pertumbuhan

PDRB, laju inflasi, PDRB per kapita, indeks gini, pemertaan pendapatan versi Bank Dunia, persentase

penduduk di bawah garis kemiskinan, rasio kesenjangan kemiskinan dan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM).

2.2.1.1 Pertumbuhan PDRB

Berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun

2011 - 2015, terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Tidore Kepulauan pada tahun 2011 adalah

yang tertinggi yakni 6,43 persen, selanjutnya berturut-turut tahun 2012 (6,35 persen), tahun 2013 (6,23

persen), tahun 2014 (6,12 persen), dan tahun 2015 (6,20 persen). Bila dicermati data tersebut,

memperlihatkan bahwa sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang bila dilihat dari struktur

ekonomi merupakan sektor utama pembentuk PDRB Kota Tidore Kepulauan, namun pertumbuhannya

sangat kecil, yakni dari 3,3 persen (tahun 2011), sempat naik menjadi 7,74 persen di tahun 2013 dan

pada akhirnya turun menjadi 1,67 persen di tahun 2015.

RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 21

Tabel 2.12. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (Juta Rupiah) Kota Kepulauan

Tahun 2011-2015

Kategori

Uraian Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,33 5,86 7,74 2,62 1,67 B Pertambangan dan Penggalian 5,77 7,80 3,20 5,29 4,59 C Industri Pengolahan 1,99 3,11 4,09 4,11 2,95 D Pengadaan Listrik dan Gas 18,92 20,14 -6,33 58,27 54,54

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan

Daur Ulang

2,96

5,82

5,24

5,79

5,63

F Konstruksi 6,65 12,65 3,75 4,06 7.00

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

6,00

7,97

8,49

10,02

10,01

H Transportasi dan Pergudangan 4,60 7,45 7,44 8,48 7,69 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4,00 5,87 5,65 6,81 3,21 J Informasi dan Komunikasi 5,81 5,26 6,85 7,25 9,70 K Jasa Keuangan dan Asuransi 25,56 10,21 8,19 3,39 4.11 L Real Estate 7,17 5,56 5,92 6,56 8,55 M,N Jasa Perusahaan 2,89 3,57 4,51 6,29 5,55

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib

9,00

5,72

5,34

8,33

8,29

P Jasa Pendidikan 6,23 3,71 3,52 4,63 4,05 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6,59 5,59 6,79 7,55 8,59 R,S,T,U Jasa lainnya 1,21 3,40 3,25 5,38 6,07

PDRB 6,43 6,35 6,23 6,12 6,20 Sumber: BPS Kota Tidore Kepulauan

Pertumbuhan ekonomi Kota Tidore Kepulauan tertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 6,43

persen. Tahun 2015 pertumbuhan ekonomi ditopang oleh pengadaan listrik dan gas yang tumbuh

43,01 persen, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor yang tumbuh 10,08

persen, Informasi dan komunikasi sebesar 9,69 persen.

PDRB Kota Tidore Kepulauan pada tahun 2015 mengalami perubahan setelah diberlakukan

Sistem Neraca Nasional (SNA) yang diimplementasikan melalui perubahan perhitungan tahun dasar

atau acuan penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB) dari tahun dasar 2000 menjadi 2010 oleh

Badan Pusat Statistik (BPS). Perubahan tersebut disertai dengan penambahan sektor lapangan

usaha dari 9 sektor menjadi 17 sektor.

Penghitungan PDRB Kota Tidore Kepulauan Tahun 2015 menggunakan tahun dasar 2010

atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp.2.09 T, sedangkan atas dasar harga konstan sebesar

Rp1.60 T. Hal ini menunjukan terjadi peningkatan dibanding tahun 2014, dimana PDRB atas dasar

harga berlaku sebesar Rp1.87 T, sedangkan atas dasar harga konstan sebesar Rp1.51 T. Dari data

yang dirilis oleh BPS menunjukan bahwa PDRB atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan

selama 5 (lima) tahun terakhir.

RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 22

Tabel 2.13. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Tidore Kepulauan Tahun 2011 – 2015 (Juta

Rupiah)

Kategori

Uraian

2012

2013

2014

2015

2016

A Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan

400,605.6

451,225.6

502,212.8

541.141,7

583.314,4

B Pertambangan dan Penggalian 891.5 952.4 1,063.2 1.182,4 1.257,6 C Industri Pengolahan 63,674.1 68,356.5 74,199.5 79.942,8 85.838,9 D Pengadaan Listrik dan Gas 1,141.1 978.5 1,598.4 2.587,1 3.996,3

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

1,995.9

2,213.4

2,481.9

2.717,1

2.907,3

F Konstruksi 98,270.8 104,810.5 117,252.3 135.227,7 150.468,8

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

140,754.0

156,751.5

181,450.1

210.164,1

245.374,0

H Transportasi dan Pergudangan 48,164.8 56,134.1 67,154.7 78.821,2 87.879,5

I Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum

2,487.2

2,771.6

3,210.6

3.563,3

3,927,9

J Informasi dan Komunikasi 48,081.0 52,632.5 59,404.4 66.665,3 70.969,1 K Jasa Keuangan dan Asuransi 33,988.5 38,648.8 41,765.1 45.316,1 49.624,0 L Real Estate 1,231.7 1,363.0 1,511.5 1.721,4 2.002,8 M,N Jasa Perusahaan 5,945.6 6,417.4 7,174.3 7.926,3 8.432,8

O

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

540,175.8

598,136.5

690,169.2

786.102,3

842.108,9

P Jasa Pendidikan 59,302.9 63,675.3 71,109.8 79.974,4 89.887,9

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial

27,617.6

31,128.0

36,588.2

42.261,4

45.712,8

R,S,T,U Jasa lainnya 8,231.8 8,624.7 9,603.9 10.911,7 11.809,6 PDRB 1,482,559.9 1,644,820.1 1,644,820.1 2,101,017.1 2.285.512,5

Sumber: BPS Kota Tidore Kepulauan

Sejak pertengahan tahun 2010 adanya perpindahan ibu kota Provinsi Maluku Utara ke Sofifi

yang merupakan salah satu bagian dari wilayah Kota Tidore Kepulauan merupakan faktor utama yang

menyebabkan perubahan struktur ekonomi Kota Tidore Kepulauan. Jika sebelumnya kategori

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan paling mendominasi struktur perekonomian maka pada tahun

2015 turun menjadi urutan kedua dalam menopang perekonomian dengan menyumbang sebesar

25,82% dari total PDRB Kota Tidore Kepulauan. Kategori Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib pada tahun 2015 mendominasi struktur perekonomian dengan menyumbang

sebesar 37,5% dari total PDRB Kota Tidore Kepulauan. Namun demikian, data Survey Kerja Angkatan

Nasional 2014 mendukung bahwa sebesar 40% penduduk masih bekerja di sektor pertanian. Pada

urutan ketiga kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

mendominasi struktur perekonomian sebesar 10,03%.

RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 23

2.2.1.2. Laju Inflasi

Inflasi merupakan salah satu indikator penting yang dapat memberikan informasi tentang

dinamika perkembangan harga barang daan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat dan pengaruhnya

terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Tingkat laju inflasi Kota Tidore Kepulauan dari tahun

2011 hingga 2015 selalu di atas rata-rata inflasi nasional, kecuali di tahun 2013 dimana inflasi di Kota

Tidore Kepulauan berada di bawah inflasi nasional. Pada tahun tahun 2015, tingkat inflasi di Kota

Tidore Kepulauan sebesar 4,52% sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.14. Nilai Inflasi Rata-rata Tahun 2011s.d 2015 Kota Tidore Kepulauan

Uraian

2011

2012

2013

2014

2015

Rata-rata Inflasi Per

Tahun Tidore Kepulauan (%) 6,07 6,25 6,08 9,34 4,52 6,45

Nasional (%) 3,79 4,30 8,36 8,36 3,35 5,63 Sumber: BPS Kota Tidore Kepulauan

2.2.1.3. Pendapatan Regional Perkapita

Bila PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah itu, maka

akan dihasilkan suatu PDRB per kapita. PDRB per kapita secara kasar dapat digunakan sebagai

pendekatan indikator pendapatan per kapita yang mencerminkan pendapatan yang diterima oleh

masing-masing penduduk di suatu wilayah. Pendapatan per kapita juga merupakan indikator yang

menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat,

secara ekonomi semakin tinggi pula tingkat kemakmuran masyarakat tersebut.

Perbandingan pendapatan perkapita nasional, Provinsi Maluku Utara dan Kota Tidore

Kepulauan disajikan pada Tabel 2.15.

Tabel 2.15. Perbandingan Pendapatan Regional Perkapita Kota Tidore Kepulauan dengan Provinsi Maluku Utara dan Kab/Kota Tetangga Tahun 2010-2015

PDRB Per Kapita (Ribu Rp) Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 Nasional 28.778,2 32.363,7 35.105,2 38.279,9 41.808,7 Maluku Utara 14.361,5 16.002,6 17.726,1 19.230,1 21.124,3 Tidore Kepulauan 13.076,2 14.388,4 15.890,4 17.313,9 19.513,9 Ternate 18.899,0 21.460,3 24.081,9 26.746,6 30.007,3 Halmahera Barat 9.342,6 10.342,6 11.311,0 12.278,7 13.459,6 Sumber: BPS Prov.Malut

RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 24

PDB per kapita tahun 2014 atas dasar harga berlaku tercatat 41.808,7 ribu rupiah (sekitar

41,8 juta rupiah) sedangkan untuk Provinsi Maluku Utara, tercatat sebesar 21,1 juta rupiah. PDRB per

kapita Kota Tidore Kepulauan berada dibawah Provinsi Maluku Utara yaitu sebesar 19, 5 juta rupiah

Tabel 2.16. PDRB Perkapita Tahun 2011s.d 2015 Kota Tidore Kepulauan

Uraian Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 Nilai PDRB (Rp) 1.322.089,50 1.482.559,90 1.644.820,30 1.867.244,60 2.096.226,30 Jumlah Penduduk

(jiwa)

102.622

105.741

109.227

109.202

110.102

PDRB perkapita

(Rp/jiwa)

12.883,10

14.020,67

15.058,73

17.099,00

19.038,95

Sumber: BPS Kota Tidore Kepulauan

2.2.1.4. Ketimpangan Pendapatan/Indeks Gini

Gini ratio merupakan ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat

ketimpangan pendapatan secara menyeleluruh. Nilai gini ratio antara 0 dan 1. Nilai 0 (nol) pada indeks

gini menunjukan tingkat pemerataan yang sempurna, dan semakin besar nilai gini makasemakin tidak

sempurna tingkat pemerataan pendapatan atau semakin tinggi pula tingkat ketimpangan pengeluaran

antar kelompok penduduk berdasarkan golongan pengeluaran. Standar penilaian ketimpangan Gini

ratio ditentukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:

- GR < 0,4 : dikategorikan sebagai ketimpangaan rendah

- 0,4<GR<0,5 : dikategorikaan sebagai ketimpangan sedang (moderat)

- GR > 0,5 : dikategorikan sebagai ketimpangan tinggi

Tabel 2.17. Perbandingan Gini Rasio Antara Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara dan

Nasional 2010-2015

Gini Ratio Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Nasional 0,380 0,410 0,410 0,410 0,410 0,410

Maluku Utara 0,320 0,335 0,332 0,315 0,324 0,280

Tidore Kepulauan 0,227 0,251 0,239 0,257 0,222 0,205

Ternate 0,233 0,276 0,289 0,254 0,293 0,245

Halmahera Barat 0,311 0,255 0,252 0,223 0,249 0,234

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Nilai gini ratio Indonesia sejak tahun 2011-2015 sebesar 0,41. Nilai gini ratio Maluku Utara tahun

2015 sebesar 0,280, menurun bila dibandingkan pada tahun sebelumnya. Nilai gini ratio baik Maluku

Utara, Kota Ternate, Kota Tidore Kepulauan maupun Halmahera Barat masih di bawah nasional. Hal

RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 25

ini berarti ketimpangan pendapatan penduduk Maluku Utara masih lebih baik dibandingkan dengan

Nasional.

2.2.1.5. Indeks Pembangunan Manusia

Aspek geografi dan demografi, aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum,

serta aspek daya saing daerah seluruhnya dirahkan untuk mencapai Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) dengan melakukan pengelolaan yang lebih sistematis dan terarah agar dapat sesuai dengan

kapasitas dan daya dukung yang ada, serta dikelola dalam kerangka keharmonisan lingkungan

(environmental friendly). Seluruh aspek tersebut bersinergi dalam mewujudkan peningkatan IPM

sebagai tujuan penyelenggaraan pembangunan daerah.

Angka IPM memberikan gambaran komprenhensif mengenai tingkat capaian pembangunan

manusia. IPM dihitung berdasarkan tiga indikator yaitu Indeks Pendidikan (Angka Melek Huruf (%)

dan Rata-rata Lama Sekolah (tahun), Indeks Kesehatan (Angka Harapan Hidup).

IPM Kota Tidore Kepulauan 5 (lima) tahun terakhir 2009-2013 cenderung mengalami

peningkatan yaitu pada tahun 2009 IPM Kota Tidore Kepulauan adalah 69,28, selanjutnya

meningkatkan menjadu 69,62 pada tahun 2010, dan terus meningkat menjadi 69,97 pada tahun 2011.

Peningkatan ini juga terus bertambah padatahun 2012 menjadi 70,45 dan kembali meningkat menjadi

70,80. Peningkatan ini mengindikasikan terjadinya peningkatan disektor pendidikan dan kesehatan

masyarakat serta daya beli masyarakat.

IPM Kota Tidore Kepulauan jika dibandingkan dengan IPM 10 Kabupaten dan Kota dalam

lingkup Provinsi Maluku Utara, maka IPM Tidore Kepulauan berada pada urutan kedua di bawah Kota

Ternate. IPM Kota Ternate 78,44 sementara Kota Tidore kepulauan adalah 70,80. Angka ini lebih

tinggi dari IPM Provinsi Maluku Utara yaitu 70,63.

2.2.1.6 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu faktor keberhasilan pembangunan di suatu

wilayah. Pertumbuhan ekonomi berarti peningkatan kapasitas produksi dalam suatu perekonomian

secara berkesinambungan yang diwujudkan dengan meningkatnya pendapatan regional.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 melambat sejak empat tahun terakhir.

Perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 6,17 persen di tahun 2011 terus melambat hingga 5,02

persen tahun 2014.

RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 26

Sedangkan secara agregat perekonomian Prov.Maluku Utara melambat sejak tahun 2012,

yaitu 6,98 persen pada tahun 2012 hingga 5,49 persen pada tahun 2014. Bila dilihat menurut

kabupaten/kota, Perekonomian Kota Ternate dan Tidore Kepulauan Tahun 2014 tumbuh di atas

pertumbuhan Provinsi Maluku Utara yaitu masing-masing 8,87 persen dan 6,89 persen seperti terlihat

pada Tabel 2.18.

Tabel 2.18. Pertumbuhan Ekonomi 2011 s.d 2014 Kota Tidore Kepulauan dan Provinsi

Maluku Utara serta Daerah Tetangga

Pertumbuhan Ekonomi (%) Tahun

2011 2012 2013 2014 Nasional 6,17 6,03 5,58 5,02

Maluku utara 6,80 6,98 6,37 5,49

Tidore Kepulauan 6,43 6,35 6,11 6,89

Ternate 9,65 9,04 7,65 8,87

Halbar 6,03 5,90 5,75 5,40

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara

Berdasarkan uraian di atas, capaian indikator kinerja fokus kesejahteraan dan pemerataan

ekonomi sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.19.

Tabel 2.19. Capaian Kinerja Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Kota Tidore Kepulauan

Tahun 2011 - 2015

No.

Bidang Urusan/ Indikator

Capaian Kinerja Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

1. Pertumbuhan PDRB (%) 6,43 6,35 6,23 6,12 6,20

2. Laju Inflasi (%) 6,07 6,25 6,08 9,34 4,52

3. PDRB per kapita (juta) 13.076 14.388 15.89 17.313 19.513

4. Indeks Gini (%) 0,25 0,24 0,26 0,22 0,21

5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 64,80 65,42 66,25 66,76 67,45

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial

Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan sosial dilakukan terhadap indikator angka melek

huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan,

angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan hidup, persentase

penduduk yang memiliki lahan, dan rasio penduduk yang bekerja.

RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 27

2.2.2.1. Pendidikan

A. Angka Melek Huruf

Angka Melek Huruf 15 tahun ke atas di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2011 adalah 87,45

persen. Angka ini mengalami peningkatan di tahun 2015 menjadi 95,49 persen sebagaimana tertera

dalam Tabel 2.20.

Tabel 2.20. Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2011 s.d 2015 Kota Tidore Kepulauan

No

Uraian Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 1 Jumlah penduduk usia diatas 15

tahun yang bisa membaca dan menulis

64.601

68.427

71.429

73.417

77.206

2 Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas

73.871

76.068

79.130

79.348

80.856

3 Angka melek huruf 87,45 % 89,96% 90,27% 92,53% 95,49% Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tidore Kepulauan

Dengan semakin meningkatnya angka melek huruf di Kota Tidore Kepulauan yang mencapai

95,49 persen di tahun 2015, maka angka buta huruf usia 15 tahun ke atas di Kota Tidore Kepulauan

semakin berkurang dibandingkan dengan tahun 2014.

B. Angka Rata-rata Lama Sekolah

Rata-rata Lama bersekolah berdasarkan jenjang pendidikan dan kelas di Kota Tidore

Kepulauan sesuai dengan usia sekolah sebagaimana Tabel 2.21 berikut ini.

Tabel 2.21. Rata-rata Lama Sekolah Tahun 2011 – 2015 Kota Tidore Kepulauan

No

Uraian Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

1 Tidore Kepulauan 8,27 8,44 8,61 8,72 8,91

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tidore Kepulauan

C. Angka Partisipasi Kasar

Angka Partisipasi Kasar (APK) Kota Tidore Kepulauan Tahun 2011 untuk SD/MI sebesar

91,23%, SLTP/MTs sebesar 90,09% dan SMA/MA/SMK sebesar 84,40%. Tahun 2012 untuk SD/MI

sebesar 93,71%, SLTP/MTs sebesar 91,46% dan SMA/MA/SMK sebesar 87,84%. Tahun 2013 untuk

SD/MI sebesar 96.62%, SLTP/MTs sebesar 93,83% dan SMA/MA/SMK sebesar 89.08%. Tahun 2014

untuk SD/MI sebesar 98,27%, SLTP/MTs sebesar 95,24% dan SMA/MA/SMK sebesar 93,42%.

RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 28

Sedangkan Tahun 2015 untuk SD/MI sebesar 99,01%, SLTP/MTs sebesar 97,40% dan SMA/MA/SMK

sebesar 95,77%.

Tabel 2.22. Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Tahun 2011 s.d 2015 Kota Tidore Kepulauan

No

Jenjang Pendidikan/Uraian Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 1 SD/MI

1.1 Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SD/MI

11102

12923

13774

13996

13993

1.2 Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun

12169

13791

14256

14242

14133

1.3 APK SD/MI 91.23 93.71 96.62 98.27 99.01 2 SMP/MTs

2.1 Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMP/MTs

4120

5839

6300

6625

6903

2.2 Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun

4573

6384

6714

6956

7087

2.3 APK SMP/MTs 90.09 91.46 93.83 95.24 97.40 3 SMA/SMK/MA

3.1 Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMA/SMK/MA

4922

5307

5482

5994

6407

3.2 Jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun

5832

6042

6154

6416

6690

3.3 APK SMA/SMK/MA 84.40 87.84 89.08 93.42 95.77 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tidore Kepulauan

D. Angka Partisipasi Murni

Adapun Angka Partisipasi Murni (APM) Kota Tidore Kepulauan Tahun 2011 untuk untuk

SD/MI sebesar 83,01%, SLTP/MTs sebesar 87,89% dan SMA/SMK/MA sebesar 82,22%. Tahun 2012

untuk SD/MI sebesar 87,31%, SLTP/MTs sebesar 88,85% dan SMA/SMK/MA sebesar 84,00%. Tahun

2013 untuk SD/MI sebesar 95,30%, SLTP/MTs sebesar 91,54% dan SMA/SMK/MA sebesar 87,34%.

Tahun 2014 untuk untuk SD/MI sebesar 97,96%, SLTP/MTs sebesar 93,85% dan SMA/MA sebesar

91,99%. Sedangkan Tahun 2015 untuk SD/MI sebesar 98,37%, SLTP/MTs sebesar 94,36% dan

SMA/SMK/MA sebesar 92,69%. Data tersebut menunjukan bahwa motivasi penduduk Kota Tidore

Kepulauan dalam mengikuti program pendidikan dasar 9 tahun hingga ke pendidikan menengah

cukup tinggi dan pelayanan Pemerintah Daerah terhadap ketersediaan dan keterjangkauan

kesempatan memperoleh pendidikan bagi seluruh masyarakat cukup baik.

RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 29

Tabel 2.23. Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2011 s.d 2015

Kota Tidore Kepulauan

No.

Jenjang Pendidikan Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

1 SD/MI

1.1. Jumlah siswa kelompok usia 7-12 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SD/MI

10.102

12.041

13.586

13,952

13.903

1.2. Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun 12.169 13.791 14.256 14.133 14.242 1.3. APM SD/MI 83,01 87,31 95,30 97,96 98,37 2 SMP/MTs

2.1.

Jumlah siswa kelompok usia 13-15 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SMP/MTs

4.019

5.672

6.146

6.528

6.687

2.2. Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun

4.573

6.384

6.714

6.956

7.087

2.3. APM SMP/MTs 87,89 88,85 91,54 93,85 94,36 3 SMA/MA/SMK

3.1.

Jumlah siswa kelompok usia 16-18 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SMA/MA/SMK

4.795

5.075

5.375

5.902

6.201

3.2. Jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun

5.832

6.402

6.154

6.416

6.690

3.3. APM SMA/MA/SMK 82,22 84,00 87,34 91,99 92,69 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tidore Kepulauan