2. Kawasan Pengembangan Pertanian - tidorekota.go.id fileLuas kawasan budidaya peruntukan pertanian...
Transcript of 2. Kawasan Pengembangan Pertanian - tidorekota.go.id fileLuas kawasan budidaya peruntukan pertanian...
RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 9
2. Kawasan Pengembangan Pertanian
Luas kawasan budidaya peruntukan pertanian terdiri atas lahan basah dan lahan kering yang
mencakup kawasan budidaya hortikultura, perkebunan, tanaman pangan, dan peternakan. Total
luas lahan yang dimanfaatkan untuk tanaman perkebunan adalah 14.621,37 Ha untuk tanaman
kelapa, cengkeh, pala, coklat, vanili, kayu manis, sagu dan enau. Dimana kelapa merupakan
komoditi yang memiliki tingkat produksi yang tertinggi.
Sementara luas lahan yang dimanfaatkan untuk tanaman pangan adalah 1.433,73 Ha, untuk
tanaman : padi (69,25 ha), jagung 1059 ha), ubi kayu (154,34 ha), kacang tanah (45,6 ha), ubi
jalar (105,54 ha). Produksi tertinggi untuk tanaman pangan adalah jagung dan berikutnya ubi
kayu.
Total luas lahan yang saat ini dimanfaatkan untuk tanaman sayuran adalah seluas 817,26 Ha,
yakni untuk ketimun, bayam, kangkung, kacang panjang, petsai, terong, bawang merah,
lombok/cabe, dan tomat. Produksi tertinggi saat ini adalah dari tanaman tomat.
Luas lahan yang dimanfaatkan untuk tanaman buah-buahan adalah seluas 488,13 Ha, masing-
masing untuk tanaman : alpokat, jeruk, mangga, langsat/duku, durian, rambutan, pepaya, nenas,
pisang, nangka, suku dan naga.
Kegiatan peternakan dikembangkan melalui peningkatan teknologi, pendayagunaan pasar, dan
budidaya tanaman sebagai pakan ternak. Kawasan budidaya peternakan yang dikembangkan di
Kota Tidore Kepulauan dibagi menjadi dua yaitu: (1) di Pulau Halmahera dikembangkan
peternakan ruminansia secara intensif yaitu sapi dan kambing yang merupakan potensi yang
dapat diunggulkan di Kota Tidore Kepulauan, (2) di Pulau Tidore dikembangkan peternakan
unggas sebagai bentuk kegiatan peternakan di lingkungan perkotaan.
3. Kawasan Pengembangan Pariwisata
Kota Tidore Kepulauan juga memiliki potensi pengembangan pariwisata yang diharapkan dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan daerah, penyediaan lapangan kerja, dan
meningkatkan pendapatan masyarakat sebagaimana telah dituangkan dalam Peraturan Daerah
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah Tidore
Kepulauan. Potensi pariwisata daerah meliputi : pariwisata bahari, pariwisata alam, pariwisata
sejarah, pariwisata seni dan budaya, agrowisata, makanan dan penganan khas (kuliner).
Potensi pariwisata bahari meliputi : Pantai Ake Sahu, Pantai Gamgau, Pantai Jikocobo dan Pulau
Failonga di Kecamatan Tidore Timur. Pantai Tugulufa di Kecamatan Tidore. Kahia masolo di
Pulau Mare di Kecamatan Tidore Selatan. Pantai Rum, Tanjung Bune atau Rum Bune, Pulau
RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 10
Maitara dan Pantai Tahua di Kecamatan Tidore Utara. Pulau Woda, Pulau Raja, Pulau Guratu,
Pulau Tameng, Pulau Joji, Pantai Boso-boso di Kecamatan Oba. Pulau Sibu, Mangrove Guraping,
Pantai Paceda dan Pantai Somahode di Kecamatan Oba Utara. Pantai Noramaake, Pantai Loko
di Kecamatan Oba Tengah. Selain itu, terdapat spot diving seperti : Maitara, Mare, Failonga,
Akesahu, Pasi, Tugulufa, Tahua, Rum Bune, Tanjung Soasio.
Potensi pariwisata alam meliputi : Mata Air Ake Bai (Kelurahan Seli Kecamatan Tidore), Mata Air
Goyoba (Kelurahan Fobaharu Kecamatan Tidore Utara), Talaga (Kelurahan Rum Balibunga
Kecamatan Tidore Utara), Mata Air Luku Celeng (Kalaodi Kecamatan Tidore Timur), Taman
Rekreasi Cobo (Kelurahan Jikocobo Kecamatan Tidore Timur), Mata Air Ake Lada (Cobo
Kecamatan Tidore Timur), Air Terjun Sigela (Desa Sigela Kecamatan Oba), Taman Nasional
Aketajawi (Kecamatan Oba, Oba Tengah dan Oba Utara), Burung endemik (burung bidadari
Halmahera) di Taman Nasional Aketajawi Lolobata dan Gurua Marasai (Kelurahan Guraping
Kecamatan Oba Utara).
Potensi wisata sejarah meliputi : Kedaton Kesultanan, Masjid Sultan (Sigi Kolano), Dermaga
Kesultanan, Museum Sonyine Malige, Benteng Tahula, Benteng Tore, Makam Kapitalau, Makam
Sultan Nuku, Makam Sultan Zainal Abidin Syah, Makam Imam Jawa Konora, Makam Mahdum
Abd.Kadir, Makam Aulia Gamgau, Makam Sultan Syaifuddin Syah, Makam Al’Habib Umar Faroek
Rahmatullah, Makam Goya Salawati, Makam Sultan Muh.Taher, Makam Lufu Doroba, Makam
Jou Guru, SMUN 1 Soasio, Bekas Kedaton Biji Negara, Makam Sultan Djamaluddin, Makam
Sultan Al’Mansyur, Tugu Pendaratan Spanyol, Benteng Ts Tjobe, Benteng Maresku, Makam Jere
Toroka, Makam Ebamadoa, dan Eks Kediaman Gubernur Irian Barat terletak di Kelurahan
Tomagoba
Potensi pariwisata seni dan budaya meliputi : seni kerajinan bambu di Kelurahan Fobaharu, seni
kerajinan gerabah di Pulau Mare, Kadato Gimalaha Tomayou di Kelurahan Gamtufkange, Rumah
Adat Tidore di Kelurahan Soasio, Rumah Adat Soaromtoha di Kelurahan Gurabunga, Upacara
Legu Gam, Hari Jadi Tidore, Pandai Besi Toloa, Tarian Soya-Soya, Tarian Dana-Dana, Dabus,
Bambu Gila, dan Maitara Festival.
Potensi pariwisata agro meliputi : agrowisata Gurabunga, agrowisata Lada Ake, terletak di Dusun
Lada Ake, agrowisata Kalaodi, agrowisata Dusun Talaga, agrowisata Jaya, agrowisata
Transmigrasi Kosa, dan agrowisata Transmigrasi Maidi.
Sementara makanan dan penganan yang dapat mendukung wisata kuliner meliputi : Popeda/gibi
soru, Tela Gule/uge ake, Gohu nyao, Lapis Tidore, Mam Raha, Mam Satu, Kue Pelita, Paco,
RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 11
Srikaya, Kole, Dalampa, Bubengka, Hula Igo, Hula Gula, Nasi Jaha, Apang Coe, Apang Polote,
Roti Kica, Kolombeng, Kue Bilolo, Kue Bubur, Kue Angka, Kue Talam, Waji, Kopi Dabe, Sarabati,
Ake Guraka, Ake Roro dan Amo Maitara.
4. Kawasan Pengembangan Perdagangan dan Jasa
Pengembangan perdagangan dan jasa terdiri atas : pasar tradisional dan pusat perbelanjaan.
Kegiatan peningkatan pasar tradisional di setiap kecamatan sementara pusat perbelanjaan
melalui pengembangan kawasan terpadu dilakukan di Kecamatan Tidore dan Kecamatan Oba
Utara. Kawasan terpadu ini meliputi perdagangan, jasa, pergudangan dan transportasi.
Pengembangan kawasan terpadu di dua tempat ini berkaitan dengan keberadaan pusat
pemerintahan Kota Tidore Kepulauan di Kecamatan Tidore dan Ibukota Provinsi Maluku Utara di
Kecamatan Oba Utara.
5. Kawasan Pertambangan
Potensi pertambangan di Kota Tidore Kepulauan hampir dapat dijumpai di seluruh wilayah. Usaha
pertambangan di Kota Tidore Kepulauan yang telah ada antara lain pertambangan pasir, batu dan
emas. Kawasan peruntukan pertambangan terpusat di Desa Noramaake Kecamatan Oba
Tengah. Pengembangan wilayah usaha pertambangan (WUT) bijih besi (Mineral Logam) berada
di wilayah Kecamatan Oba Tengah dan Oba Utara seluas kurang lebih 8.500 Ha; nikel berada di
wilayah Kecamatan Oba, Oba Tengah dan Oba Selatan seluas kurang lebih 14.685 Ha; pasir besi
berada di wilayah Kecamatan Oba Utara, Oba Tengah, Oba dan Oba Selatan seluas kurang lebih
11.501 Ha; dan emas berada di wilayah Kecamatan Oba Tengah seluas kurang lebih 9.063 Ha.
Potensi sumber daya mineral dan bahan galian antara lain :
a). Emas ( Au )
Endapan bahan galian emas terdapat di :
- Kecamatan Oba Tengah Desa Noramake, Desa Akedotilou, Desa Aketobololo dan
Kelurahan Akelamo. Hasil analisi laboraturium menunjukan kedutaan kandungan emas di
daerah Oba Tengah dari sedimen sungai mencapai nilai tertinggi hingga 127gr/t dari soil
mencapai 803 mgr/t Au sedangkan dari batu 328 gr/t Au. Untuk Kelurahan Akelamo telah
dieksplorsi oleh PT. Gema Nusantara Bhakti dan PT. Shana Tova Anugrah.
- Kecamatan Oba Utara terdapat di Desa Kaiyasa namun belum ada hasil analisa
laboraturium.
- Kecamatan Oba Selatan terdapat di Desa Nuku dengan nilai sampel tertinggi, cu 0,36%.
Au 0,094 g/t, Ag 5,29 g/t.
RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 12
b). Nikel ( NI )
Endapan bahan galian nikel terdapat di :
- Kecamatan Oba Desa Woda dari hasil análisis X-Ray menunjukan kandungan Ni 1,38%, Fe
203 29,25%, MgO 16,00%, Mn02 0,68%, Si02 32,84%. Untuk Kecamatan Oba, Nikel telah
dieksplorasi oleh PT. Banua Sanggam Lestari, PT. Usaha Kita Kinerjatama. PT. Mulia
Anugrah Sawitindo dan PT Cetara Bagun Persada.
- Kecamatan Oba Selatan Desa Hager dari hasil analisa laboraturium sampel permukaan
hasil tertinggi, Fe 10,16%, Ni 0,005%. Untuk Kecamatan Oba Selatan, Nikel telah
dieksplorasi oleh PT Usaha Kita Kinerjatama dan PT. Cetara Bangun Persada.
c). Pasir Besi
Lokasi endapan bahan galian pasir besi terdapat di Desa Kususinopa Kecamatan Oba. Dari
hasil análisis Fe 59,35%, Sio2 2,02% dan Tio2 7,20%. Pasir Besi ini telah dieksplorasi oleh
PT. Berkat Anugrah Maju Abadi.
d). Batubara
Terdapat di Desa Gita dan Woda Kecamatan Oba dengan hasil analisa laboraturium Cal/g
4.513 dan Cal/g 5.205.
e). Batu Andesit
Batu Andesit terdapat di sebagian wilayah Pulau Tidore yaitu Kelurahan Tuguiha dan
Kelurahan Tongowai Kecamatan Tidore Selatan, Kelurahan Tambula Kecamatan Tidore dan
Kelurahan Mareku Kecamatan Tidore Utara.
F). Batu Apung (Pumice)
Batu apung terdapat di bagian wilayah Pulau Tidore yaitu Kelurahan Rum, Kelurahan Rum
Balibunga Kecamatan Tidore Utara, Kelurahan Indonesiana dan Kelurahan Goto Kecamatan
Tidore serta Kelurahan Mafututu Kecamatan Tidore Timur.
g). Pasir Pantai
Bahan galian pasir pantai tersebar di sepanjang dataran Oba Pulau Halmahera yaitu : Desa
Kusu Kecamatan Oba Utara, Desa Pasigau dan Desa Akedotilou Kecamatan Oba Tengah.
h). Batu dan Sirtu
Batu dan sirtu terdapat di wilayah Kota Tidore Kepulauan di Kali Oba Kecamatan Oba Utara,
Kali Tobatu dan Kali Akelamo Kecamatan Oba Tengah serta Kali Tayawi Kecamatan Oba.
RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 13
6. Kawasan Hutan Lindung
Pada wilayah Kota Tidore Kepulauan, terdapat hutan konservasi Taman Nasional Aketajawe-
Loloba dengan luas 41.084 Ha dengan spesies endemik burung Bidadari. Keberadaan TN
Aketajawe-Loloba ini sangat strategis untuk menjaga keberlangsungan hutan dan spesies
endemik yang ada di dalamnya. Hal yang perlu dilakukan adalah mengoptimalkan potensi ini
untuk kemanfaatan bagi kesejahteraan masyarakat, misalkan dalam pengembangan ekowisata.
Selain itu terdapat pula hutan lindung di Pulau Tidore seluas 3.140 Ha yang sangat strategis dalam
menjaga keberlanjutan air tanah serta mencegah terjadinya banjir di pulau Tidore sebagai pulau
yang masuk dalam kategori pulau kecil.
2.1.1.8. Wilayah Rawan Bencana
Potensi kebencanaan yang ada di wilayah Kota Tidore Kepulauan meliputi :
a. Bencana Banjir.
Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan deras,
peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai. Daerah rawan banjir terutama pada daerah
yang berada di hilir sungai besar seperti di hilir Sungai Akelamo dan Payahe.
b. Bencana Gerakan tanah
Gerakan tanah adalah perpindahan material pembentuk lereng, berupa batuan, bahan timbunan,
tanah, atau material campuran tersebut bergerak ke arah bawah dan keluar lereng. Di daerah
perencanaan gerakan tanah banyak terjadi di daerah Halmahera. Jenis gerakan tanah tersebut
adalah jatuhan (rock fall) dan aliran masa batuan (debris flow).
c. Bencana Letusan Gunung api
Gunung Kiematubu adalah merupakan gunung api. Saat ini gunung ini mengalami stadium tidak
aktif. Namun tidak menutup kemungkinan Gunung Kiematubu dapat aktif kembali. Untuk
mengantisipasi ini maka perlu adanya zonasi daerah rawan terhadap dampak letusan Gunung
Kiematubu. Dengan memperhatikan dampak bencana di sekitar gunung api dengan radius 3,5 km
dan morfologi daerah Gunung Kiematubu.
d. Bencana Kegempaan
Kegempaan di Indonesia berkaitan dengan zona subduksi yang berbagai bentuk dan bermacam
arah. Zona subduksi merupakan daerah utama gempa bumi, sebagian besar gempa terjadi di zona
subduksi, baik gempa dangkal, menengah maupun dalam, sehingga zona ini disebut sebagai zona
seismik aktif. Palung laut dan gunung api terdapat di zona ini.
RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 14
Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yaitu lempeng Eurasia
di Utara, lempeng Indo-Australia di Selatan, lempeng Pasifik di Timur dan lempeng kecil Filipina
diantara ke tiga lempeng utama tersebut. Batas lempeng-lempeng ini di wilayah Indonesia
umumnya berbentuk zona subduksi yang mempunyai arah dan jenis penunjaman berbeda-beda
Secara umum struktur tektonik Indonesia bagian timur lebih rumit dibanding Indonesia bagian
Barat. Di wilayah Indonesia bagian Barat, lempeng Indo-Australia menunjam dari arah Selatan ke
Utara di bawah lempeng Eurasia, ditandai dengan jalur gempa Mediteran. Sedangkan di wilayah
Indonesia bagian Timur, lempeng Pasifik bertemu dengan lempeng Filipina, lempeng Eurasia dan
lempeng Indo-Australia, ditandai dengan bertemunya jalur gempa Mediteran dengan jalur gempa
Sirkum Pasifik.
2.1.2 . Demografi
2.1.2.1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kota Tidore Kepulauan menurut data yang bersumber dari Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tidore Kepulauan sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2015
mengalami peningkatan, yakni dari 102.622 jiwa di tahun 2011 menjadi 110.102 jiwa pada tahun 2015.
Pada selang waktu tersebut, tercatat jumlah penduduk Kota Tidore Kepulauan mengalami penurunan
di tahun 2014, yakni dari 109.227 jiwa di tahun 2013 menjadi 109.202 jiwa di tahun 2014, atau
menurun sebanyak 25 orang atau 0,02 persen. Grafik pertumbuhan jumlah penduduk sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 2.1. Dengan jumlah penduduk tersebut dan membandingkan dengan luas
wilayah Kota Tidore Kepulauan, dapat dikatakan bahwa rata-rata tingkat kepadatan penduduk dalam
kurun waktu 2011 – 2015 adalah 64,3 jiwa/km2. Rincian data tersebut sebagaimana diperlihatkan pada
Tabel 2.6
Tabel 2.6. Jumlah Penduduk Kota Tidore Kepulauan Periode Tahun 2011 – 2015
No
Tahun
Jml Penduduk
Perubahan
Pertumbuhan Kepadatan (Jiwa/km2)
1 2011 102.622 3.206 3,22 61,48 2 2012 105.741 3.119 3,04 63,34 3 2013 109.227 3.486 3,30 65,43 4 2014 109.202 (25) (0,02) 65,42 5 2015 110.102 900 0,82 65,96
Sumber : Diolah
RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 15
Tabel 2.7. Jumlah Penduduk Kota Tidore Tahun 2016 Di Rinci Per Kecamatan
No.
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Kepadatan (Jiwa/km2)
1 Tidore 23.702 935 2 Tidore Utara 17.624 415 3 Tidore Selatan 15.045 497 4 Tidore Timur 9.219 313 5 Oba Utara 17.129 52 6 Oba Tengah 9.608 16 7 Oba 12.733 30 8 Oba Selatan 6.371 38
Jumlah 111.431 67
Sumber : diolah
Perkembangan Jumlah Penduduk
109,227 109,202 110,102
105,741
102,622
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
Gambar 2.2. Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Tidore Kepulauan
Dilihat dari penyebaran penduduk pada tiap kecamatan pada tahun 2015, maka Kecamatan
Tidore yang paling banyak penduduknya dengan jumlah 23.989 jiwa atau 21,79 % dan kecamatan
yang berpenduduk paling sedikit adalah Kecamatan Oba Selatan dengan jumlah penduduk sebesar
6.300 jiwa atau 5,72 %.
Jumlah penduduk pada tahun 2015 sebesar 110.102 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk
di Kota Tidore Kepulauan di dominasi oleh migrasi penduduk antar daerah (dari wilayah Sulawesi,
Jawa dan Sumatera) bila dibanding pertambahan secara alami (natural increase). Angka Kematian
di Kota Tidore Kepulauan mengalami peningkatan berdasarkan data yang di dapat angka kematian
Kasar pada tahun 2014 adalah 182 jiwa dan tahun 2015 adalah 538 jiwa.
RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 16
2.1.2.2. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, pada tahun 2015 penduduk Kota Tidore Kepulauan terdiri dari
56.042 jiwa laki-laki dan perempuan 54.060 jiwa , sehingga nilai seks rasionya sebesar 103,67 Artinya,
bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 103-104 penduduk laki-laki. Dibandingkan dengan
tahun 2011, seks rasio tahun 2011 tidak mengalami perbedaan yang cukup jauh yaitu lebih rendah
0,3% dari tahun 2012 yaitu 103,7 seperti yang tercantum pada tabel berikut.
Tabel 2.8. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota Tidore Kepulauan Periode Tahun
2011 – 2015
No.
Tahun Jumlah Penduduk
Seks Rasio Laki-laki Perempuan L + P
1 2011 52.285 50.337 102.622 103,9 2 2012 53.830 51.911 105.741 103,7 3 2013 55.606 53.621 109.227 103,7 4 2014 55.557 53.645 109.202 103,56 5 2015 56.042 54.060 110.102 103,67
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tahun 2015
2.1.2.3.Komposisi Penduduk Berdasarkan Struktur Usia
Sebagian besar komposisi penduduk produktif tahun 2015 tersebar pada kelompok umur
usia muda, 15-34 tahun dengan titik threshold terjadi pada usia kerja 25-29 tahun dan kemudian mulai
turun pada usia 30 sampai 75 tahun ke atas. Komposisi penduduk menurut usia kelompok umur
memperlihatkan pola piramida tidak normal, dimana penduduk berusia muda (15 tahun ke bawah)
relatif besar, yaitu mencapai 26,56% artinya lebih dari seperempat penduduk Kota Tidore Kepulauan.
Hal ini harus menjadi perhatian karena 5 tahun mendatang kelompok ini akan menjadi entri tenaga
kerja baru, yang memerlukan ketrampilan dan kualitas SDM yang memadai baik ketrampilan maupun
etos kerja dan kepribadian. Untuk memperoleh hal tersebut, diperlukan asupan gizi yang cukup,
pendidikan yang memadai serta lingkungan pergaulan yang cukup, baik di rumah maupun di
masyarakat. Sehingga ketika mereka memasuki pasar kerja, mampu memperoleh peluang kerja yang
tersedia. Disisi lain Pemerintah Kota Tidore Kepulauan harus mampu pula menciptakan pasar kerja
yang menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi. Jika dicermati lebih lanjut, ternyata 5,75% penduduk
Kota Tidore Kepulauan merupakan balita. Kondisi ini menuntut perhatian Pemerintah Kota Tidore
Kepulauan dalam penanganan penduduk balita terutama dari segi kesehatan dan investasi bidang
pendidikan.
RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 17
Rasio beban ketergantungan (dependency ratio) dihitung dari perbandingan antara
banyaknya penduduk yang belum/tidak produktif secara ekonomi (usia dibawah 15 tahun dan 65 tahun
ke atas) dengan banyaknya penduduk yang berusia produktif (usia 15-64 tahun). Rasio
ketergantungan penduduk Kota Tidore Kepulauan pada tahun 2015 tercatat sebesar 31,0 persen.
Secara kasar, hal ini berarti setiap 100 penduduk produktif menanggung sekitar 31 orang yang belum
produktif dan sudah tidak produktif. Semakin tinggi rasio ketergantungan menunjukkan semakin
tingginya beban yang harus ditanggung penduduk usia produktif.
Tabel 2.9. Komposisi Penduduk Berdasarkan Struktur Usia Periode Tahun 2011 – 2015
No.
Golongan Umur Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16
0 – 4 5 – 9
10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69 70 – 74
75 +
6.634 11.366 10.751
9.809 9.840
10.329 9.238 8.382 6.786 5.767 4.278 3.470 2.183 1.591
996 1.202
6.813 11.544 11.316
9.906 10.015 10.101
9.940 8.634 7.129 5.839 4.539 3.554 2.464 1.604 1.128 1.215
6.568 11.762 11.767 10.314 10.031 10.363 10.233
8.947 7.523 6.077 4.861 3.747 2.749 1.652 1.259 1374
6.650 11.366 11.838 10.623
9.857 10.345 10.168
9.171 7.305 6.387 4.997 3.751 2.817 1.648 1.155 1.124
6.334 10.929 11.983 10.893
9.665 10.383
9.996 9.445 7.778 6.436 5.057 4.130 2.806 1.860 1.159 1.248
Total 102.622 105.741 109.227 109.202 110.102
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tahun 2015
70 – 74
60 - 64
50 – 54
40 – 44
30 – 34
20 – 24
10 – 14
0 – 4
0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000
Gambar 2.3. Grafik Komposisi Penduduk Berdasarkan Struktur Usia Tahun 2015
RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 18
2.1.2.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Berdasarkan status dalam pekerjaan utama, mayoritas penduduk bekerja di Kota Tidore
Kepulauan melakukan kegiatan kerja sebagai petani/pekebun. Pada tahun 2011, komposisi pekerja
yang berstatus sebagai petani/pekebun mencapai 20,5% dan pada tahun 2015 proporsinya
cenderung menurun 16,9%. Secara kasar, penurunan proporsi pekerja sektor pertanian
menggambarkan kondisi sektor pertanian yang semakin jenuh untuk menampung kelebihan angkatan
kerja karena lambatnya peningkatan produktivitas dan penyempitan lahan pertanian. Akibatnya,
terjadi perpindahan status dari pekerja di sektor pertanian menjadi pekerja di sektor lainnya. Pada
tahun 2011 proporsi pekerja yang statusnya berwirausaha mencapai 7,2%, perkembangan proporsi
pekerja yang berusaha berwirausaha pada tahun 2015 mencapai 9,1% menunjukkan pola yang
semakin naik, bahwa dari tahun ketahun perkembangan penduduk yang berwirausaha semakin
meningkat.
Komposisi penduduk Kota Tidore Kepulauan berdasarkan jenis pekerjaan dari tahun 2011
hingga 2015, dirinci pada Tabel 2.10.
Tabel 2.10. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Periode 2011 – 2015
No
Jenis Pekerjaan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 Belum Bekerja 36.782 37.213 37.481 37.374 35.670
2 Mengurus Rumah Tangga 10.270 10.915 11.630 12.004 12.550
3 Pelajar/Mahasiswa 16.143 17.802 19.334 19.928 22.040
4 Pensiunan 510 535 576 567 500
5 PNS 4.501 4.168 4.301 4.300 4.242
6 TNI/POLRI 437 472 509 512 520
7 Pedagang/Wiraswasta 7.669 8.759 9.703 9.971 10.140
8 Petani/Pekebun/Peternak 21.055 20.389 20.105 18.851 18.581
9 Nelayan/ Perikanan 1.622 1.653 1.636 1.581 1.566
10 Transportasi_Sopir 450 442 432 420 445
11 Dosen/Guru 1.590 1.741 1.843 1.841 1.882
12 Dokter/Bidan/Perawat 82 163 175 149 161
13 Lainnya 1.511 1.489 1.502 1.704 1.805
Total 102.622 105.741 109.227 109.202 110.102 Sumber : SIAK Dinas Dukcapil, 2015 (diolah)
RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 19
2.1.2.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan, komposisi penduduk Kota Tidore Kepulauan dalam kurun
waktu tahun 2011-2015, jumlah terbanyak adalah yang tamat SD/sederajat dan tamat SMA/sederajat.
Khususnya di tahun 2015, yang tertinggi adalah tamat SMA/sederajat dan terendah yang strata
2/strata 3.
Tabel 2.11. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2011 - 2015
No
Tingkat Pendidikan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 1 Tidak/Belum Sekolah 22.953 23.155 23.586 23.549 22.900
2 Tidak Tamat SD/Sederajat 13.255 13.901 14.322 13.956 14.595
3 Tamat SD/Sederajat 24.774 24.997 25.003 24.384 24.277 4 SLTP/Sederajat 13.967 14.302 14.708 14.512 14.685 5 SLTA/Sederajat 20.643 22.022 23.489 24.144 24.678 6 Diploma II/Sederajat 1.486 1.486 1.495 1.426 1.384 7 Diploma III/Sederajat 764 783 840 931 959 8 Strata I / Seterusnya 4.626 4.928 5.590 6.088 6.393 9 Strata II/III 154 167 194 212 231
Total 102.622 105.741 109.227 109.202 110.102
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tahun 2015
Tdk/ Blm
Sekolah
Tdk Tamat SD/
Sederajat
Tamat SD/
Sederajat
SLTP/Sederajat SLTA/Sederajat D2/ Sederajat D3/Sederajat S1/ Seterusnya S2/ S3
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
Gambar 2.4. Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 20
Walau demikian bila mencermati data sebagaimana tertera pada Tabel 2.11 dan grafik pada
gambar 2.2. memperlihatkan bahwa ada kecenderungan menurunnya angka penduduk yang tamatan
SD/sederajat dan sebaliknya ada peningkatan jumlah penduduk dengan tingkat pendidikan
SMP/sederajat dan SMA/sederajat. Demikian pula penduduk yang berpendidikan Diploma II bergerak
turun, dan sebaliknya yang berpendidikan strata 1 (sarjana) bergerak naik. Hal ini memperlihatkan
ada kesadaran untuk memperbaiki kualitas sumberdaya manusia lewat jenjang pendidikan formal.
2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan
yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan
pendapatan, dan tingkat pengangguran. Kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat akan
memberikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan dari aspek kesejahteraan masyarakat dapat dilihat
dari capaian indikator kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni
budaya dan olahraga.
2.2.1.Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Indikator Keberhasilan fokus kesehatan dan pemerataan ekonomi meliputi : pertumbuhan
PDRB, laju inflasi, PDRB per kapita, indeks gini, pemertaan pendapatan versi Bank Dunia, persentase
penduduk di bawah garis kemiskinan, rasio kesenjangan kemiskinan dan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM).
2.2.1.1 Pertumbuhan PDRB
Berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun
2011 - 2015, terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Tidore Kepulauan pada tahun 2011 adalah
yang tertinggi yakni 6,43 persen, selanjutnya berturut-turut tahun 2012 (6,35 persen), tahun 2013 (6,23
persen), tahun 2014 (6,12 persen), dan tahun 2015 (6,20 persen). Bila dicermati data tersebut,
memperlihatkan bahwa sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang bila dilihat dari struktur
ekonomi merupakan sektor utama pembentuk PDRB Kota Tidore Kepulauan, namun pertumbuhannya
sangat kecil, yakni dari 3,3 persen (tahun 2011), sempat naik menjadi 7,74 persen di tahun 2013 dan
pada akhirnya turun menjadi 1,67 persen di tahun 2015.
RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 21
Tabel 2.12. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (Juta Rupiah) Kota Kepulauan
Tahun 2011-2015
Kategori
Uraian Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,33 5,86 7,74 2,62 1,67 B Pertambangan dan Penggalian 5,77 7,80 3,20 5,29 4,59 C Industri Pengolahan 1,99 3,11 4,09 4,11 2,95 D Pengadaan Listrik dan Gas 18,92 20,14 -6,33 58,27 54,54
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
Daur Ulang
2,96
5,82
5,24
5,79
5,63
F Konstruksi 6,65 12,65 3,75 4,06 7.00
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
6,00
7,97
8,49
10,02
10,01
H Transportasi dan Pergudangan 4,60 7,45 7,44 8,48 7,69 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4,00 5,87 5,65 6,81 3,21 J Informasi dan Komunikasi 5,81 5,26 6,85 7,25 9,70 K Jasa Keuangan dan Asuransi 25,56 10,21 8,19 3,39 4.11 L Real Estate 7,17 5,56 5,92 6,56 8,55 M,N Jasa Perusahaan 2,89 3,57 4,51 6,29 5,55
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
9,00
5,72
5,34
8,33
8,29
P Jasa Pendidikan 6,23 3,71 3,52 4,63 4,05 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6,59 5,59 6,79 7,55 8,59 R,S,T,U Jasa lainnya 1,21 3,40 3,25 5,38 6,07
PDRB 6,43 6,35 6,23 6,12 6,20 Sumber: BPS Kota Tidore Kepulauan
Pertumbuhan ekonomi Kota Tidore Kepulauan tertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 6,43
persen. Tahun 2015 pertumbuhan ekonomi ditopang oleh pengadaan listrik dan gas yang tumbuh
43,01 persen, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor yang tumbuh 10,08
persen, Informasi dan komunikasi sebesar 9,69 persen.
PDRB Kota Tidore Kepulauan pada tahun 2015 mengalami perubahan setelah diberlakukan
Sistem Neraca Nasional (SNA) yang diimplementasikan melalui perubahan perhitungan tahun dasar
atau acuan penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB) dari tahun dasar 2000 menjadi 2010 oleh
Badan Pusat Statistik (BPS). Perubahan tersebut disertai dengan penambahan sektor lapangan
usaha dari 9 sektor menjadi 17 sektor.
Penghitungan PDRB Kota Tidore Kepulauan Tahun 2015 menggunakan tahun dasar 2010
atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp.2.09 T, sedangkan atas dasar harga konstan sebesar
Rp1.60 T. Hal ini menunjukan terjadi peningkatan dibanding tahun 2014, dimana PDRB atas dasar
harga berlaku sebesar Rp1.87 T, sedangkan atas dasar harga konstan sebesar Rp1.51 T. Dari data
yang dirilis oleh BPS menunjukan bahwa PDRB atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan
selama 5 (lima) tahun terakhir.
RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 22
Tabel 2.13. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Tidore Kepulauan Tahun 2011 – 2015 (Juta
Rupiah)
Kategori
Uraian
2012
2013
2014
2015
2016
A Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan
400,605.6
451,225.6
502,212.8
541.141,7
583.314,4
B Pertambangan dan Penggalian 891.5 952.4 1,063.2 1.182,4 1.257,6 C Industri Pengolahan 63,674.1 68,356.5 74,199.5 79.942,8 85.838,9 D Pengadaan Listrik dan Gas 1,141.1 978.5 1,598.4 2.587,1 3.996,3
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
1,995.9
2,213.4
2,481.9
2.717,1
2.907,3
F Konstruksi 98,270.8 104,810.5 117,252.3 135.227,7 150.468,8
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
140,754.0
156,751.5
181,450.1
210.164,1
245.374,0
H Transportasi dan Pergudangan 48,164.8 56,134.1 67,154.7 78.821,2 87.879,5
I Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum
2,487.2
2,771.6
3,210.6
3.563,3
3,927,9
J Informasi dan Komunikasi 48,081.0 52,632.5 59,404.4 66.665,3 70.969,1 K Jasa Keuangan dan Asuransi 33,988.5 38,648.8 41,765.1 45.316,1 49.624,0 L Real Estate 1,231.7 1,363.0 1,511.5 1.721,4 2.002,8 M,N Jasa Perusahaan 5,945.6 6,417.4 7,174.3 7.926,3 8.432,8
O
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
540,175.8
598,136.5
690,169.2
786.102,3
842.108,9
P Jasa Pendidikan 59,302.9 63,675.3 71,109.8 79.974,4 89.887,9
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial
27,617.6
31,128.0
36,588.2
42.261,4
45.712,8
R,S,T,U Jasa lainnya 8,231.8 8,624.7 9,603.9 10.911,7 11.809,6 PDRB 1,482,559.9 1,644,820.1 1,644,820.1 2,101,017.1 2.285.512,5
Sumber: BPS Kota Tidore Kepulauan
Sejak pertengahan tahun 2010 adanya perpindahan ibu kota Provinsi Maluku Utara ke Sofifi
yang merupakan salah satu bagian dari wilayah Kota Tidore Kepulauan merupakan faktor utama yang
menyebabkan perubahan struktur ekonomi Kota Tidore Kepulauan. Jika sebelumnya kategori
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan paling mendominasi struktur perekonomian maka pada tahun
2015 turun menjadi urutan kedua dalam menopang perekonomian dengan menyumbang sebesar
25,82% dari total PDRB Kota Tidore Kepulauan. Kategori Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib pada tahun 2015 mendominasi struktur perekonomian dengan menyumbang
sebesar 37,5% dari total PDRB Kota Tidore Kepulauan. Namun demikian, data Survey Kerja Angkatan
Nasional 2014 mendukung bahwa sebesar 40% penduduk masih bekerja di sektor pertanian. Pada
urutan ketiga kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
mendominasi struktur perekonomian sebesar 10,03%.
RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 23
2.2.1.2. Laju Inflasi
Inflasi merupakan salah satu indikator penting yang dapat memberikan informasi tentang
dinamika perkembangan harga barang daan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat dan pengaruhnya
terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Tingkat laju inflasi Kota Tidore Kepulauan dari tahun
2011 hingga 2015 selalu di atas rata-rata inflasi nasional, kecuali di tahun 2013 dimana inflasi di Kota
Tidore Kepulauan berada di bawah inflasi nasional. Pada tahun tahun 2015, tingkat inflasi di Kota
Tidore Kepulauan sebesar 4,52% sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.14. Nilai Inflasi Rata-rata Tahun 2011s.d 2015 Kota Tidore Kepulauan
Uraian
2011
2012
2013
2014
2015
Rata-rata Inflasi Per
Tahun Tidore Kepulauan (%) 6,07 6,25 6,08 9,34 4,52 6,45
Nasional (%) 3,79 4,30 8,36 8,36 3,35 5,63 Sumber: BPS Kota Tidore Kepulauan
2.2.1.3. Pendapatan Regional Perkapita
Bila PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah itu, maka
akan dihasilkan suatu PDRB per kapita. PDRB per kapita secara kasar dapat digunakan sebagai
pendekatan indikator pendapatan per kapita yang mencerminkan pendapatan yang diterima oleh
masing-masing penduduk di suatu wilayah. Pendapatan per kapita juga merupakan indikator yang
menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat,
secara ekonomi semakin tinggi pula tingkat kemakmuran masyarakat tersebut.
Perbandingan pendapatan perkapita nasional, Provinsi Maluku Utara dan Kota Tidore
Kepulauan disajikan pada Tabel 2.15.
Tabel 2.15. Perbandingan Pendapatan Regional Perkapita Kota Tidore Kepulauan dengan Provinsi Maluku Utara dan Kab/Kota Tetangga Tahun 2010-2015
PDRB Per Kapita (Ribu Rp) Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 Nasional 28.778,2 32.363,7 35.105,2 38.279,9 41.808,7 Maluku Utara 14.361,5 16.002,6 17.726,1 19.230,1 21.124,3 Tidore Kepulauan 13.076,2 14.388,4 15.890,4 17.313,9 19.513,9 Ternate 18.899,0 21.460,3 24.081,9 26.746,6 30.007,3 Halmahera Barat 9.342,6 10.342,6 11.311,0 12.278,7 13.459,6 Sumber: BPS Prov.Malut
RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 24
PDB per kapita tahun 2014 atas dasar harga berlaku tercatat 41.808,7 ribu rupiah (sekitar
41,8 juta rupiah) sedangkan untuk Provinsi Maluku Utara, tercatat sebesar 21,1 juta rupiah. PDRB per
kapita Kota Tidore Kepulauan berada dibawah Provinsi Maluku Utara yaitu sebesar 19, 5 juta rupiah
Tabel 2.16. PDRB Perkapita Tahun 2011s.d 2015 Kota Tidore Kepulauan
Uraian Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 Nilai PDRB (Rp) 1.322.089,50 1.482.559,90 1.644.820,30 1.867.244,60 2.096.226,30 Jumlah Penduduk
(jiwa)
102.622
105.741
109.227
109.202
110.102
PDRB perkapita
(Rp/jiwa)
12.883,10
14.020,67
15.058,73
17.099,00
19.038,95
Sumber: BPS Kota Tidore Kepulauan
2.2.1.4. Ketimpangan Pendapatan/Indeks Gini
Gini ratio merupakan ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat
ketimpangan pendapatan secara menyeleluruh. Nilai gini ratio antara 0 dan 1. Nilai 0 (nol) pada indeks
gini menunjukan tingkat pemerataan yang sempurna, dan semakin besar nilai gini makasemakin tidak
sempurna tingkat pemerataan pendapatan atau semakin tinggi pula tingkat ketimpangan pengeluaran
antar kelompok penduduk berdasarkan golongan pengeluaran. Standar penilaian ketimpangan Gini
ratio ditentukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
- GR < 0,4 : dikategorikan sebagai ketimpangaan rendah
- 0,4<GR<0,5 : dikategorikaan sebagai ketimpangan sedang (moderat)
- GR > 0,5 : dikategorikan sebagai ketimpangan tinggi
Tabel 2.17. Perbandingan Gini Rasio Antara Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara dan
Nasional 2010-2015
Gini Ratio Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Nasional 0,380 0,410 0,410 0,410 0,410 0,410
Maluku Utara 0,320 0,335 0,332 0,315 0,324 0,280
Tidore Kepulauan 0,227 0,251 0,239 0,257 0,222 0,205
Ternate 0,233 0,276 0,289 0,254 0,293 0,245
Halmahera Barat 0,311 0,255 0,252 0,223 0,249 0,234
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Nilai gini ratio Indonesia sejak tahun 2011-2015 sebesar 0,41. Nilai gini ratio Maluku Utara tahun
2015 sebesar 0,280, menurun bila dibandingkan pada tahun sebelumnya. Nilai gini ratio baik Maluku
Utara, Kota Ternate, Kota Tidore Kepulauan maupun Halmahera Barat masih di bawah nasional. Hal
RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 25
ini berarti ketimpangan pendapatan penduduk Maluku Utara masih lebih baik dibandingkan dengan
Nasional.
2.2.1.5. Indeks Pembangunan Manusia
Aspek geografi dan demografi, aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum,
serta aspek daya saing daerah seluruhnya dirahkan untuk mencapai Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) dengan melakukan pengelolaan yang lebih sistematis dan terarah agar dapat sesuai dengan
kapasitas dan daya dukung yang ada, serta dikelola dalam kerangka keharmonisan lingkungan
(environmental friendly). Seluruh aspek tersebut bersinergi dalam mewujudkan peningkatan IPM
sebagai tujuan penyelenggaraan pembangunan daerah.
Angka IPM memberikan gambaran komprenhensif mengenai tingkat capaian pembangunan
manusia. IPM dihitung berdasarkan tiga indikator yaitu Indeks Pendidikan (Angka Melek Huruf (%)
dan Rata-rata Lama Sekolah (tahun), Indeks Kesehatan (Angka Harapan Hidup).
IPM Kota Tidore Kepulauan 5 (lima) tahun terakhir 2009-2013 cenderung mengalami
peningkatan yaitu pada tahun 2009 IPM Kota Tidore Kepulauan adalah 69,28, selanjutnya
meningkatkan menjadu 69,62 pada tahun 2010, dan terus meningkat menjadi 69,97 pada tahun 2011.
Peningkatan ini juga terus bertambah padatahun 2012 menjadi 70,45 dan kembali meningkat menjadi
70,80. Peningkatan ini mengindikasikan terjadinya peningkatan disektor pendidikan dan kesehatan
masyarakat serta daya beli masyarakat.
IPM Kota Tidore Kepulauan jika dibandingkan dengan IPM 10 Kabupaten dan Kota dalam
lingkup Provinsi Maluku Utara, maka IPM Tidore Kepulauan berada pada urutan kedua di bawah Kota
Ternate. IPM Kota Ternate 78,44 sementara Kota Tidore kepulauan adalah 70,80. Angka ini lebih
tinggi dari IPM Provinsi Maluku Utara yaitu 70,63.
2.2.1.6 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu faktor keberhasilan pembangunan di suatu
wilayah. Pertumbuhan ekonomi berarti peningkatan kapasitas produksi dalam suatu perekonomian
secara berkesinambungan yang diwujudkan dengan meningkatnya pendapatan regional.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 melambat sejak empat tahun terakhir.
Perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 6,17 persen di tahun 2011 terus melambat hingga 5,02
persen tahun 2014.
RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 26
Sedangkan secara agregat perekonomian Prov.Maluku Utara melambat sejak tahun 2012,
yaitu 6,98 persen pada tahun 2012 hingga 5,49 persen pada tahun 2014. Bila dilihat menurut
kabupaten/kota, Perekonomian Kota Ternate dan Tidore Kepulauan Tahun 2014 tumbuh di atas
pertumbuhan Provinsi Maluku Utara yaitu masing-masing 8,87 persen dan 6,89 persen seperti terlihat
pada Tabel 2.18.
Tabel 2.18. Pertumbuhan Ekonomi 2011 s.d 2014 Kota Tidore Kepulauan dan Provinsi
Maluku Utara serta Daerah Tetangga
Pertumbuhan Ekonomi (%) Tahun
2011 2012 2013 2014 Nasional 6,17 6,03 5,58 5,02
Maluku utara 6,80 6,98 6,37 5,49
Tidore Kepulauan 6,43 6,35 6,11 6,89
Ternate 9,65 9,04 7,65 8,87
Halbar 6,03 5,90 5,75 5,40
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara
Berdasarkan uraian di atas, capaian indikator kinerja fokus kesejahteraan dan pemerataan
ekonomi sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.19.
Tabel 2.19. Capaian Kinerja Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Kota Tidore Kepulauan
Tahun 2011 - 2015
No.
Bidang Urusan/ Indikator
Capaian Kinerja Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1. Pertumbuhan PDRB (%) 6,43 6,35 6,23 6,12 6,20
2. Laju Inflasi (%) 6,07 6,25 6,08 9,34 4,52
3. PDRB per kapita (juta) 13.076 14.388 15.89 17.313 19.513
4. Indeks Gini (%) 0,25 0,24 0,26 0,22 0,21
5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 64,80 65,42 66,25 66,76 67,45
2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial
Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan sosial dilakukan terhadap indikator angka melek
huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan,
angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan hidup, persentase
penduduk yang memiliki lahan, dan rasio penduduk yang bekerja.
RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 27
2.2.2.1. Pendidikan
A. Angka Melek Huruf
Angka Melek Huruf 15 tahun ke atas di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2011 adalah 87,45
persen. Angka ini mengalami peningkatan di tahun 2015 menjadi 95,49 persen sebagaimana tertera
dalam Tabel 2.20.
Tabel 2.20. Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2011 s.d 2015 Kota Tidore Kepulauan
No
Uraian Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 1 Jumlah penduduk usia diatas 15
tahun yang bisa membaca dan menulis
64.601
68.427
71.429
73.417
77.206
2 Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas
73.871
76.068
79.130
79.348
80.856
3 Angka melek huruf 87,45 % 89,96% 90,27% 92,53% 95,49% Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tidore Kepulauan
Dengan semakin meningkatnya angka melek huruf di Kota Tidore Kepulauan yang mencapai
95,49 persen di tahun 2015, maka angka buta huruf usia 15 tahun ke atas di Kota Tidore Kepulauan
semakin berkurang dibandingkan dengan tahun 2014.
B. Angka Rata-rata Lama Sekolah
Rata-rata Lama bersekolah berdasarkan jenjang pendidikan dan kelas di Kota Tidore
Kepulauan sesuai dengan usia sekolah sebagaimana Tabel 2.21 berikut ini.
Tabel 2.21. Rata-rata Lama Sekolah Tahun 2011 – 2015 Kota Tidore Kepulauan
No
Uraian Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 Tidore Kepulauan 8,27 8,44 8,61 8,72 8,91
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tidore Kepulauan
C. Angka Partisipasi Kasar
Angka Partisipasi Kasar (APK) Kota Tidore Kepulauan Tahun 2011 untuk SD/MI sebesar
91,23%, SLTP/MTs sebesar 90,09% dan SMA/MA/SMK sebesar 84,40%. Tahun 2012 untuk SD/MI
sebesar 93,71%, SLTP/MTs sebesar 91,46% dan SMA/MA/SMK sebesar 87,84%. Tahun 2013 untuk
SD/MI sebesar 96.62%, SLTP/MTs sebesar 93,83% dan SMA/MA/SMK sebesar 89.08%. Tahun 2014
untuk SD/MI sebesar 98,27%, SLTP/MTs sebesar 95,24% dan SMA/MA/SMK sebesar 93,42%.
RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 28
Sedangkan Tahun 2015 untuk SD/MI sebesar 99,01%, SLTP/MTs sebesar 97,40% dan SMA/MA/SMK
sebesar 95,77%.
Tabel 2.22. Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Tahun 2011 s.d 2015 Kota Tidore Kepulauan
No
Jenjang Pendidikan/Uraian Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 1 SD/MI
1.1 Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SD/MI
11102
12923
13774
13996
13993
1.2 Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun
12169
13791
14256
14242
14133
1.3 APK SD/MI 91.23 93.71 96.62 98.27 99.01 2 SMP/MTs
2.1 Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMP/MTs
4120
5839
6300
6625
6903
2.2 Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun
4573
6384
6714
6956
7087
2.3 APK SMP/MTs 90.09 91.46 93.83 95.24 97.40 3 SMA/SMK/MA
3.1 Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMA/SMK/MA
4922
5307
5482
5994
6407
3.2 Jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun
5832
6042
6154
6416
6690
3.3 APK SMA/SMK/MA 84.40 87.84 89.08 93.42 95.77 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tidore Kepulauan
D. Angka Partisipasi Murni
Adapun Angka Partisipasi Murni (APM) Kota Tidore Kepulauan Tahun 2011 untuk untuk
SD/MI sebesar 83,01%, SLTP/MTs sebesar 87,89% dan SMA/SMK/MA sebesar 82,22%. Tahun 2012
untuk SD/MI sebesar 87,31%, SLTP/MTs sebesar 88,85% dan SMA/SMK/MA sebesar 84,00%. Tahun
2013 untuk SD/MI sebesar 95,30%, SLTP/MTs sebesar 91,54% dan SMA/SMK/MA sebesar 87,34%.
Tahun 2014 untuk untuk SD/MI sebesar 97,96%, SLTP/MTs sebesar 93,85% dan SMA/MA sebesar
91,99%. Sedangkan Tahun 2015 untuk SD/MI sebesar 98,37%, SLTP/MTs sebesar 94,36% dan
SMA/SMK/MA sebesar 92,69%. Data tersebut menunjukan bahwa motivasi penduduk Kota Tidore
Kepulauan dalam mengikuti program pendidikan dasar 9 tahun hingga ke pendidikan menengah
cukup tinggi dan pelayanan Pemerintah Daerah terhadap ketersediaan dan keterjangkauan
kesempatan memperoleh pendidikan bagi seluruh masyarakat cukup baik.
RPJMD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2016-2021 | II - 29
Tabel 2.23. Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2011 s.d 2015
Kota Tidore Kepulauan
No.
Jenjang Pendidikan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 SD/MI
1.1. Jumlah siswa kelompok usia 7-12 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SD/MI
10.102
12.041
13.586
13,952
13.903
1.2. Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun 12.169 13.791 14.256 14.133 14.242 1.3. APM SD/MI 83,01 87,31 95,30 97,96 98,37 2 SMP/MTs
2.1.
Jumlah siswa kelompok usia 13-15 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SMP/MTs
4.019
5.672
6.146
6.528
6.687
2.2. Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun
4.573
6.384
6.714
6.956
7.087
2.3. APM SMP/MTs 87,89 88,85 91,54 93,85 94,36 3 SMA/MA/SMK
3.1.
Jumlah siswa kelompok usia 16-18 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SMA/MA/SMK
4.795
5.075
5.375
5.902
6.201
3.2. Jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun
5.832
6.402
6.154
6.416
6.690
3.3. APM SMA/MA/SMK 82,22 84,00 87,34 91,99 92,69 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tidore Kepulauan