2. Pem. Diagnostik

download 2. Pem. Diagnostik

of 23

description

makalah ini berisi tentang pemeriksaan diagnostik

Transcript of 2. Pem. Diagnostik

MAKALAHPemeriksaan Diagnostik dan Penatalaksanaan Farmakologi Sistem EndokrinDosen pembimbing: Ns. Achmad Kusyairi, S.Kep. M.Kep

Di Susun OlehKelompok 3:

1. Asip nur hayati

14201.06.140022. Hamim Hidayatullah14201.06.140153. Mualfa wulandari14201.06.140284. Saiful Islam

14201.06.14039PRODI S-1 KEPERAWATANSTIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG

PAJARAKAN PROBOLINGGO

2015HALAMAN PENGESAHANMAKALAHPEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGI SISTEM ENDOKRINDisusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar

Sistem EndokrinMengetahui,

Dosen Mata Ajar

Ahmad kusyairi, S.Kep, Ns., M.Kep.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia, pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni Nabi Muhammad SAW.

Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di STIKES Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh pondok pesantren Zainul Hasan Genggong

2. Ns. Iin Aini Isnawaty, S.Kep.,M.Kes. sebagai ketua STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong

3. Ns. Achmad Khusyairi, S.Kep,.M.Kep. sebagai Ketua Prodi S1 Keperawatan

4. Ns. Achmad Khusyairi, S.Kep,.M.Kep. sebagai dosen mata ajar Sistem EndokrinPada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum sempurna. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak dosen dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.

Probolinggo, September 2015Penyusun DAFTAR ISI

Halaman Sampul........................................................................................................................i

Lembar Pengesahan..................................................................................................................ii

Kata Pengantar........................................................................................................................iiiDaftar Isi..................................................................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .....................................................................................................................11.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................21.3 Tujuan...................................................................................................................................21.4 Manfaat.................................................................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi......................................................................................................................32.2 Pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan farmakologi pada kelenjar hipofisis..........2.3 Pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan farmakologi pada kelenjar tyroid.................2.4 Pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan farmakologi pada kelenjar paratiroid.......2.5 Pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan farmakologi pada kelenjar pankreas.....2.6 Pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan farmakologi pada kelenjar adrenal..........2.7 Pemeriksaan diagnostik pada sistem endokrin..........................................................2.8 Hasil pemeriksaan diagnostik pada berbagai penyakit.....................................................3BAB 3 TINJAUAN KASUS3.1. Pengkajian.....................................................................................................................3.2. Diagnosa Keperawatan................................................................................................3.3. Intervensi Keperawatan...............................................................................................3.4. Implementasi Keperawatan..........................................................................................3.5. Evaluasi Keperawatan.................................................................................................BAB 4 PEMBAHASAN

4.1

BAB 5 PENUTUP4.1. Kesimpulan........................................................................................................................144.2. Saran..................................................................................................................................14DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................15BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Pemeriksaan diagnostik merupakan hal penting dalam perawatan klien di rumah sakit. Tidak dapat dipisahkan dari rangkaian pengobatan dan perawatan. Validitas dari hasil pemeriksaan diagnostik sangat ditentukan oleh bahan pemeriksaan, persiapan klien, alat dan bahan yang digunakan serta pemeriksaannya sendiri. Dua hal pertama menjadi tugas dan tanggung jawab perawat. Oleh karena itu pemahaman perawat terhadap berbagai pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien sangatlah menentukan keberhasilannya. Begitu halnya pada klien yang diduga atau yang menderita gangguan sistem endokrin, pemahaman perawat yang lebih baik tentang berbagai prosedur diagnostik yang lazim sangatlah diharapkan. (Rumahorbo, 1997)Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf. Bila sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf (Hardanita, 2011). Kelenjar endokrin juga merupakan kelenjar buntu yang mengirimkan hasil sekresinya langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan. Tanpa melewati duktus atau saluran dan hail ekskresinya di sebut hormone.1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimanakah pemeriksaan diagnostik sistem endokrin ?

2. Bagaimanakah penatalaksaan farmakologi sistem endokrin ?

1.3 Tujuan Tujuan

1.3.1 Tujuan UmumTujuan penelitian secara umum adalah mengetahui pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan farmakologi sistem endokrin. 1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pemeriksaan diagnostik sistem endokrin

2. Mengindentifikasi penatalaksanaan farmakologi sistem endokrin1.4 Manfaat1.4.1 Bagi Mahasiswa:

Mahasiswa dapat memahami pengertian dan memahami modeldan konsep dari Teori pemeriksaan diagnostik sistem endokrin.1.4.2 Bagi Institusi:

Masukan bagi institusi mencetak mahasiswa yang berpengalaman dalam menerapkan pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan sistem endokrin.1.4.3 Bagi Profensi:

Perawat lebih memahami modeldan konsep dari Teori Konseptual Keperawatan serta memberikan dorongan, semangat, bahkan pemikiran para perawat, dengan makalah ini menjadi pedoman kaidah yang baik.BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DefinisiKata hormon berasal dari bahasa Yunani hormon yang artinya membuat gerakan atau membangkitkan. Hormon mengatur berbagai proses yang mengatur kehidupan. Sistem endokrin mempunyai lima fungsi umum :1. Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang2. Menstimulasi urutan perkembangan3. Mengkoordinasi sistem reproduktif4. Memelihara lingkungan internal optimal5. Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat2.2 Pemeriksaan Diagnostik dan Penatalaksanaan pada Kelenjar Hipofise

2.2.1 Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar hipofise

1. Foto tengkorak (kranium)Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga atropi. Tidak dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namun pendidikankesehatantentang tujuan dan prosedur sangatlah penting. ( Rumahorbo, 1999)2. Foto tulang osteoDilakukan untuk melihat kondisi tulang. Pada klien dengan gigantisme akan dijumpai ukuran tulang yang bertambah besar dari ukuran maupun panjangnya. Pada akromegali akan dijumpai tulang-tulang perifer yang bertambah ukurannya ke samping. Persiapan fisik secara khusus tidak ada, pendidikan kesehatan diperlukan.( Rumahorbo, 1999)3. CT Scan otakDilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofise atau hipotalamus melalui komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik secara khusus, namun diperlukan penjelasan agar klien dapat diam tidak bergerak selama prosedur.(Rumahorbo,1999)4. Pemeriksaan Darah dan Urina. KadarGrowth Hormon

Nilai normal 10 p.g ml baik pada anak dan orang dewasa. Pada bayi dibulan-bulan pertama kelahiran nilai ini meningkat kadarnya. Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 cc. Persiapan khusus secara fisik tidak ada.b. Kadar Tiroid Stimulating Hormon (TSH)Nilai normal 6-10 1.1.g/ml. Dilakukan untuk menentukan apakah gangguan tiroid bersifat primer atau sekunder. Dibutuhkan darah lebih kurang 5 cc. Tanpa persiapan secara khusus.c. Kadar Adrenokartiko Tropik (ACTH)Pengukuran dilakukan dengan test supresi deksametason. Spesimen yang diperlukan adalah darah vena lebih kurang 5 cc dan urine 24 jam.Persiapan

1) Tidak ada pembatasan makan dan minum2) Bila klien menggunakan obat-obatan seperti kortisol atau antagonisnya dihentikan lebih dahulu 24 jam sebelumnya.3) Bila obat-obatan harus diberikan, lampirkan jenis obat dan dosisnya pada lembaran pengiriman spesimen4) Cegah stres fisik dan psikologisPelaksanaan:

1) Klien diberi deksametason 4 x 0,5 ml/hari selama-lamanya dua hari2) Besok paginya darah vena diambil sekitar 5 cc3) Urine ditampung selama 24 jam4) Kirim spesimen (darah dan urine) ke laboratorium.Hasil Normal bila:1. ACTH menurun kadarnya dalam darah. Kortisol darah kurang dari 5 ml/dl.2. Z17-Hydroxi-Cortiko-Steroid (17-OHCS) dalam urine 24 jam kurang dari 2,5 mg. Cara sederhana dapat juga dilakukan dengan pemberian deksametasaon 1 mg per oral tengah malam, baru darah vena diambil lebih kurang 5 cc pada pagi hari dan urine ditampung selama 5 jam. Spesimen dikirim ke laboratorium. Nilai normal bila kadar kortisol darah kurang atau sama dengan 3 mg/dl dan eksresi 17 OHCS dalam urine 24 jam kurang dari 2,5mg.(Rumahorbo,1999).2.2.2 Penatalaksanaan Farmakologi Kelenjar Hipofise

Derivat Testosteron dan Steroid Anabolik

OBATSIFAT UNIK

Derivat testosteron

Testosteron enantatIM. Kerja lama

Testosteron enantat

Testosteron propionatIM. Kerja pendek. Untuk pengobatan paliatif kanker payudara karena terapi dapat cepat dihentikan jika terjadi hiperkalemia.

Fluoksimesteron Preparat oral kerja singkat lebih nyaman, tapi kurang efektif dibadingkan preparat di atas. Untuk mengobati hipogonadisme yang terjadi pada masa dewasa.

Metiltestosteron Serupa dengan fluoksimesteron, tersedia bentuk bukal

Steroid anabolik

Etilesteron PO. Anemia refrakter, penyakit yang menguruskan, katabolisme yang diinduksi kortikosteroid.

Metandrostenolon PO. Digunakan untuk mengobati osteoporosis

Nadrolon dekanoatIM. Terapi tambahan untuk anemia

Nandrolon fenproplonatIM. Terapi kanker payudara metastasis

Oksandronolon PO. Tidak diindikasikan untuk anemia. Untuk semua indikasi yang tertulis pada bagian atas halaman

OksimetolonPO. Pengobatan anemia

Danazol PO. Endometriosis, penyakit payudara fibrokistik, angioedema herediter

Stanozol PO. Terapi angioedema herediter. Dapat menyebabkan pematangan epifisis prematur.

2.3 Pemeriksaan diagnostik dan Penatalaksanaan farmokologi pada Kelenjar Tiroid

2.3.1 Up take radioaktifTujuan Pemeriksaan adalah untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap iodida.

Persiapan:

1. Klien puasa 6-8 jam2. Jelaskan tujuan dan prosedurPelaksanaan:

1. Klien diberi Radioaktoif jodium per oral sebanyak 50 microcuri. Dengan alat pengukur yang ditaruh diatas kelenjar tiroid diukur radioaktif yang tertahan.2. Juga dapat diukur melalui ginjal dengan mengumpulkan urine selama 24 jam dan diukur kadar radioaktiof jodiumnya.Banyaknya yang ditahan oleh kelenjar tiroid dihitung dalam persentase sebagai berikut:1. Normal: 10-35%2. Kurang dari: 10% disebut menurun, dapat terjadi pada hipotiriodisme.3. Lebih dari: 35% disebut meninggi, dapat terjadi pada tirotoxikosis atau pada defisiensi jodium yang sudah lama dan pada pengobatan lama hipertiroidisme.(Hotma Rumahorbo,1997)2.2.2 T3 dan T4 serumPersiapan fisik secara khusus tidak ada. Spesimen yang dibutuhkan adalah darah vena sebanyak 5-10cc.1. Normal Dewasa: Jodium bebas: 0,1-0,6 mg/dl2. T3: 0,2 - 0,3 mg/dl3. T4: 6 12 mg/dl4. Normal bayi atau anak: T3 : 180 240 mg/dl (Hotma Rumahorbo,1997)2.2.3 Up Take T3ResinTujuan mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau thyrcid binding globulin (TBG) tak jenuh. TBG meningkat pada hippertirodisme menurun pada hipotiroidisme.1. Spesimen darah vena 5cc2. Persiapan: puasa 6-8 jam3. Nilai normal:a. Dewasa: 25-35% uptake oleh resinb. Anak: umumnya tidak ada (Hotma Rumahorbo,1997)2.2.4 Protein Bound Iodine (PBI)Bertujuan mengukur Iodium yang terikat dengan protein plasma. Nilai normal 4-8 mg% dalam 100 ml darah. Specimen yang dibutuhkan darah vena sebanyak 5-10 cc. Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan 6-8 jam.(Hotma Rumahorbo,1997)2.2.5 Laju metabolisme basalTujuan: pengukuran secara tidak langsung jumlah oksigen yang dibutuhkan di bawah kondisi basal selama beberapa waktu.Persiapan :

1. Klien puasa 12 jam2. Hindari kondisi yang menimbulkan kecemasan dan stress3. Klien harus tidur sedikit nya 8 jam4. Tidak mengkonsumsi analgetik & sedative5. Jelaskan pada klien tujuan pemeriksaandan prosedur nya6. Tidak boleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan di lakukanPenatalaksanaan:

1. Segera setelah bangun, dilakukan pengukuran tekanan darah dan nadi2. Dihitung dengan rumus: BMR (0,75 x pulse)+(0,74 x tek Nadi)-723. Nilai normal BMR: -10 s/d 15%Pertimbangan faktor umum, jenis kelamin dan ukuran tubuh dengan kebutuhan oksigen jaringan. Pada klien yang sangat cemas, dapat diberikan fenobarbital yang penguurannya disebut Sammolent Metabolisme Rate. Normalnya 8-13% lebih rendah dari BMR. (Hotma Rumahorbo,1997)Nilai normal:1. Pria 53 kalori perjam2. Wanita 60 kalori perjamMetode Harris Benedict Untuk Mengukur BMR:1. Pria:BMR= 66 + (13,7 x BB(kg) ) + ( 5 x TB(cm) ) +(6,8 x U(thn)2. Wanita BMR= 665 + (9,6 x BB(kg) + (1,8 x TB (cm) ) + (4,7 x U (thn) )2..2.6 Scanning tiroidDapat digunakan beberapa teknik antara lain:1. Radio lodine scanningDigunakan untuk menentukan apakah nodul tiroid tunggal atau majemuk dan apakah panas atau dingin (berfungsi atau tidak berfungsi). Nodul panas menyebabkan hipersekresi jarang bersifat ganas. Sedangkan nodul dingin (20%) adalah ganas (Hotma Rumahorbo,1997)2. Uptake iodinea) Untuk menentukan pengambilan yodium dari plasmab) Nilai normal 10-30% dalam 24jamObat yang di gunakan :

1. Metimazol a) Mekanisme Kerja

Menghambat transformasi yodium inorganik, menjadi yodium organik. Tiroksin tak dapat dibentuk tanpa yodium organik. Juga menghambat perangkaingkaian iodotirosin. Tidak ada efek klinis yang di amati selama beberapa hari.

b) indikasi

Mengendalikan hipertiroid sampai pembedahan atau terapi. Terapi obat jangka panjang untuk menghindari pembedahan atau terapi kira kira separuh pasien akan tetap eutiroid jika obat di hentikan setelah penggunaan lama.

c) efek tak di inginkan

Hipotiroid sementara (obati dengan tiroksin), agranulositosis, ruam, tiroid hiper plasti. Tidak diberikan pada wanita yang mungkin hamil dalam waktu tiga tahun. Menghancurkan tiroid janin2.4 Pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan pada Kelenjar Paratiroid2.4.1 Percobaan SulkowitchDilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam urine, sehingga dapat diketahui aktivitas kelenjar paratiroid. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Reagens Sulkowitch. Bila pada percobaan tidak terdapat endapan maka kadar kalsium plasma diperkirakan antara 5 mg/dl. Endapan sedikit one white cloud) menunjukkan kadar kalsium darah normal (6 ml/d1). Bila endapan banyak, kadar kalsium tinggi. (Rumahorbo,1997)Persiapan:1. Urine 24 jam ditampung2. Makanan rendah kalsium 2 hari herturut-turutPelaksanaan:1. Masukkan urine 3 ml ke dalam tabung (2 tabung)2. Kedalam tabung pertama dimasukkan reagens sulkowitch 3 ml, tabung kedua hanya sebagai kontrol Pembacaan hasil secara kwantitatif:1. Negatif (-): Tidak terjadi kekeruhan2. Positif (+): Terjadi kekeruhan yang halus3. Positif (+ +): Kekeruhan sedang4. Positif (+ + +): Kekeruhan banyak timbul dalam waktu kurang dari 20 detik5. Positif (+ + + +): Kekeruhan hebat, terjadi seketika2.4.2 Percobaan Ellworth-HowardPercobaan didasarkan pada diuresis pospor yang dipengaruhi oleh parathormon.1. Cara Pemeriksaana) Klien disuntik dengan paratharmon melalui intravena kemudian urine di tampung dan diukur kadar pospornya. Pada hipoparatiroid, diuresis pospor bisa mencapai 5-6 x nilai normal.b) Urin ditampung dan diukur kadar fosfatnya.2. Pada hiperparatiroid, diuresis pospornya tidak banyak berubahPercobaan kalium intra venaPercobaan ini didasarkan pada anggapan bahwa bertambahnya kadar serum kalsium akan menekan pembentukan paratharmon. Normal bila pospor serum meningkat dan pospor diuresis berkurang. Pada hiperparatiroid, pospor serum dan pospor diuresis tidak banyak berubah. Pada hipoparatiroid, pospor serum hampir tidak mengalami perubahan tetapi pospor diuresis meningkat. (Hotma Rumahorbo,1997)Pemeriksaan radiologiPersiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya kalsifikasi tulang, penipisan dan osteoporosis. Pada hipotiroid, dapat dijumpai kalsifikasi bilateral pada dasar tengkorak. Densitas tulang bisa normal atau meningkat. Pada hipertiroid, tulang meni-pis, terbentuk kista dalam tulang serta tuberculae pada tulang. (Hotma Rumahorbo,1997)Pemeriksaan Elektrocardiogram (ECG)Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kelainan gambaran EKG akibat perubahan kadar kalsium serum terhadap otot jantung. Pada hiperparatiroid, akan dijumpai gelombang Q-T yang memanjang sedangkan pada hiperparatiroid interval Q-T mungkin normal.EMGPemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan kontraksi otot akibat perubahan kadar kalsium serum. Persiapan khusus tidak ada. (Rumahorbo,1997)

Obat yang di gunakan :

LEVOTIROKSINMerupakan obat yang paling sering di gunakan untuk melakukan pergantian tiroid. Livotiroksin adalah obat pilihan untuk pengobatan hipotiroidisme.

2.5 Pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan pada kelenjar pankreas

2.5.1 Pemeriksaan GlukosaJenis pemeriksaannya adalah gula darah puasa. Bertujuan untuk menilai kadar gula darah setelah puasa selama 8-10 jam. (Rumahorbo,1997)Nilai normal:1. Dewasa: 70-110 md/d1 Bayi: 50-80 mg/d2. Anak-anak: 60-100 mg/dl2.4.2 Persiapan dan pelaksanaan yang dilakukan perawatPersiapan:1. Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan dilakukan2. Jelaskan tujuan prosedur pemeriksaanPelaksanaan:1. Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 s/d 10 cc2. Gunakan anti koagulasi bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan segera3. Bila klien mendapat pengobatan insulin atau oral hipoglikemik untuk sementara tidak diberikan4. Setelah pengambilan darah, klien diberi makan dan minum serta obatobatan sesuai program.Gula darah 2 jam setelah makan. Sering disingkat dengan gula darah 2 jam PP (post prandial). Bertujuan untuk menilai kadar gula darah dua jam setelah makan. Dapat dilakukan secara bersamaan dengan pemeriksaan gula darah puasa artinya setelah pengambilan gula darah puasa, kemudian klien disuruh makan menghabiskan porsi yang biasa lalu setelah dua jam kemudian dilakukan pengukuran kadar gula darahnya. Atau bisa juga dilakukan secara terpisah tergantung pada kondisi klien.Prinsip persiapan dan pelaksanaan sama saja namun perlu diingat waktu yang tepat untuk pengambilan spesimen karena hal ini dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Bagi klien yang mendapat obat-obatan sementara dihentikan sampai pengambilan spesimen dilakukan.

Obat yang di gunakan :

Menggunakan obat herbal aitu menggunakan kulit manggis terdapat kandungan khasiat yang sangat baik untuk kesehatan dan kecantikan, karena dalam kulit manggis terdapat senyawa xanthone yang berfungsi sebagai antioksidan yang mampu menangkap radikal bebas yang mencegah kerusakan sel sehingga proses degenerasi sel terlambat. Kadarnya mencapai 123,97 mg per ml. khasiat senyawa xanthone bukan hanya antioksidan tetapi juga antikanker. Senyawa xantogen dalam kulit manggis mampu mengobati berbagai jenis kanke`r seperti kanker hati, kanker darah, pencernaan, kanker paru paru dan lain lain2.6 Pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan pada kelenjar adrenal2.6.1 Pemeriksaan Hemokonsentrasi darahNilai normal:a) Dewasa wanita: 37-47% Pria: 45-54%b) Anak-anak: 31-43%c) Bayi: 30-40%d) Neonatal: 44-62%Tidak ada persiapan secara khusus. Spesimen darah dapat diperoleh dari perifer seperti ujung jari atau melalui pungsi intravena. Bubuhi antikoagulan ke dalam darah untuk mencegah pembekuan. (Hotma Rumahorbo,1997)2.6.2 Pemeriksaan Elektrolit Serum(Na, K , CI), dengan nilai normal:a) Natrium: 310-335 mg (13,6-14 meq/liter) Kalium: 14-20 mg% (3,5-5,0 meq/liter) Chlorida: 350-375 mg% (100-106 meq/liter)b) Pada hipofungsi adrenal akan terjadi hipernatremi dan hipokalemi, dan sebaliknya terjadi pada hiperfungsi adrenal yaitu hiponatremia dan hiperkalemia. Tidak diperlukan persiapan fisik secara khusus.2.6.3 Percobaan Vanil Mandelic Acid (VMA)Bertujuan untuk mengukur katekolamin dalam urine. Dibutuhkan urine 24 jam. Nilai normal 1-5 mg. Tidak ada persiapan khusus.2.6.4 Stimulasi TestDimaksudkan untuk mengevaluasi dan menedeteksi hipofungsi adrenal. Dapat dilakukan terhadap kortisol dengan pemberian ACTH. Stimulasi terhadap aldosteron dengan pemberian sodium. (Hotma Rumahorbo,1997)

2.6.5 Obat yang di gunakan :

2.6.5.1 Mitotan

Menghancurkan sel adrenokortikal. Adrenal metastatik, obat ini di gunakan untuk terapi paliatik karsinoma

2.6.5.2 Metirapon

Memblok aktifitas hidroksilase-11b, jadi menghambat sintesis steroid. Sedang di teliti penggunaannya pad penyakit cushing.2.7 Pemeriksaan diagnostik sistem endokrin

Tes diagnostik memvalidasi riwayat keperawatan awal, menguji hasil dari pengkajian fisik dan merupakan data yang paling objektif dalam proses pengkajian.

Terdapat pertimbangan berikut ini saat mengguanakan tes atau prosedur diagnostik :

1. Nilai normal sehubungan dengan tes atau prosedur.

2. Variasi individual nilai prosedur atau tes yang dihasilkan dari proses penyakit atau tingkat perkembangan pasien (seperti: penyakit paru obstruksi kronik, proses penuaan, jenis kelamin).

3. Tujuan dari tes atau prosedur.

4. Faktor yang mempengaruhi hasil laboratorium (contoh: obat-obatan, diet, tahnik pengumpulan)

5. Kebenaran, keabsahandan spesifikasi dari tes atau prosedur.

6. Keuntungan, kerugian dan keterbatasantes atau prosedur.

7. Implikasi keperawatan.,

8. Waktu terjadi, biaya pada pasien, dan waktu pemulihan.

9. Kemampuan pasien untuk mentolerasi pengkajian atau prosedur.10. Kemungkinan terjadi kesalahan dalam prosedur pengumpulan atau kerusakan alat

Pemeriksaan diagnostik pada sistem endokrin dibagi menjadi 3

1) Pemeriksaan radiografik

NOPENGKAJIANHASIL NORMAL ORANG DEWASAKETERANGAN

1.Tes penyerapan radioaktif yodium (radioactive iodine penyerapan tes [RAIU])2 jam: 4-12% diabsorbsi oleh tyroid

6 jam: 6-15% absorbsi

24 jam: 8-30% absorbsiDefisiensi yodium akan memberikan nilai tinggi yang salah untuk menyerap, pasien hypotiroid akan mengalami penurunan penyerapan dan pasien hipertiroid mengalami peningkatan penyerapan.

2.Scan tyroidKelenjar tyroid akan normal pada ukuran, bentuk, pasisi dan fungsinya, penyerapan radionukleid akan sama.Berguna dalam evaliuasi fungsi tiroid dan pada deteksi massa tiroid.

3.Angiografi adrenalStruktur vaskular arterial kelenjar adrenal normal.Berguna untuk mengidentifikasi umur adrenal, benigna dan maligna, juga hiperplasia adrenal.

4.Venografi adrenalKadar hormon adrenal dan vaskularisasi vena normalMembedakan tumor adrenal unilateral dari hiperplasia adrenal bilateral dan membedakan feokromositoma, unilateral, bilateral, ekstraadrenal.

5.Radiografi sela tursikaStruktur sela tursika normal, tak ada erosi.Erosi sela tursika mengindikasikan tumor hipofilis

6. CT Scan adrenalUkuran, bentuk, dan posisi adrenal normal.Perdarahan adrenal, hiperplasia adrenal bilateral,dan tumor adrenal dapat dideteksi.

2) Pemeriksaan darah

NOPENGKAJIANHASIL NORMAL ORANG DEWASAKETERANGAN

1. Indeks tiroksin bebas0,9-2,3 ng/dlKadar tinggi mengindikasikan hipertiroidisme, penurunan kadar mengindikasikan hipotyroidisme

2.Tes tiroksin serume (T)5-10 g/dlMengevaluasi fungsi tiroid dan mendiagnosa hiper tiroidisme dan hipotiroidisme

3.Tes tryodotironim (T)

110- 230 ng/dlPenurunan kadar mengidentifikasi hipotiroidisme, peningakatan kadar mengidentifikasikan hipertiroidisme dan toksikosis T

4.Tes tiroid-stimolating hormon ( TSH)1-4 u/ml Kadar meningkat mengindikasikan hipotiroidisme primer disebabkan oleh disfusi hipofisis mungkin debedakan dari yang disebabkan oleh disfusi tiroid

5.Tes deprifasi air osmolaritas urine > 800 mOs/Kg air

osmolaritas urine > osmolaritas serum d mengkaji produksi hormon anti bioretik oleh tubuh dan membedakan macam tipe polyuria

6.Tes toleransi glukosaKonsentrasi glukosa serum

Puasa 70-115 mg/dl

30 menit-1 jam < 200 mg/dl

2 jam