211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

25
211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan tentang: (A) kebijakan Pendidikan Anak Usia Dini, (B) pendidikan sastra untuk PAUD dengan Nyanyian Kanak, (C) implikasi dimensi emosional dan spiritual Nyanyian Kanak pada Pendidikan Anak Usia Dini, dan (D) implementasi penggunaan Nyanyian Kanak pada Pendidikan Anak Usia Dini A. Kebijakan Pendidikan Anak Usia Dini Anak adalah penerus generasi keluarga dan bangsa yang perlu mendapat pendidikan yang baik sehingga potensi-potensi dirinya dapat berkembang dengan pesat, sehingga akan tumbuh menjadi manusia yang memiliki kepribadian yang tangguh dan memiliki berbagai macam kemampuan dan ketrampilan yang bermanfaat. Oleh karena itu penting bagi keluarga, lembaga-lembaga pendidikan berperan dan bertanggung jawab dalam memberikan berbagai macam stimulasi dan bimbingan yang tepat sehingga akan tercipta generasi penerus yang tangguh. Sementara itu, perubahan pandangan dalam dunia pendidikan dan berbagai perkembangan dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Ipteks) membawa dampak pada berbagai aspek pendidikan, termasuk pada kebijakan pendidikan. Undang-undang Sistem Penddikan Nasional menyebutkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. PAUD pendidikan formal berbentuk Taman Kanak- kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sejenis. PAUD jalur

Transcript of 211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

Page 1: 211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

211

BAB V

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Bab V menjelaskan tentang: (A) kebijakan Pendidikan Anak Usia Dini, (B)

pendidikan sastra untuk PAUD dengan Nyanyian Kanak, (C) implikasi dimensi

emosional dan spiritual Nyanyian Kanak pada Pendidikan Anak Usia Dini, dan

(D) implementasi penggunaan Nyanyian Kanak pada Pendidikan Anak Usia Dini

A. Kebijakan Pendidikan Anak Usia Dini

Anak adalah penerus generasi keluarga dan bangsa yang perlu mendapat

pendidikan yang baik sehingga potensi-potensi dirinya dapat berkembang dengan

pesat, sehingga akan tumbuh menjadi manusia yang memiliki kepribadian yang

tangguh dan memiliki berbagai macam kemampuan dan ketrampilan yang

bermanfaat. Oleh karena itu penting bagi keluarga, lembaga-lembaga pendidikan

berperan dan bertanggung jawab dalam memberikan berbagai macam stimulasi

dan bimbingan yang tepat sehingga akan tercipta generasi penerus yang tangguh.

Sementara itu, perubahan pandangan dalam dunia pendidikan dan berbagai

perkembangan dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Ipteks) membawa

dampak pada berbagai aspek pendidikan, termasuk pada kebijakan pendidikan.

Undang-undang Sistem Penddikan Nasional menyebutkan bahwa Pendidikan

Anak Usia Dini (PAUD) dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal,

nonformal dan informal. PAUD pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-

kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sejenis. PAUD jalur

Page 2: 211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

212

nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA)

atau bentuk lain yang sederajat, sedangkan PAUD jalur informal berbentuk

pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan

(Syarah, 2009: 1).

Hingga hari ini pun masih banyak orang tua yang mengharapkan anak-

anaknya pintar, terlahir dengan IQ (intelligence quotient) diatas level normal.

Padahal skor tersebut tidak berdiri sendiri. Ia berhubungan dengan pola asuh,

hubungan anak dengan orang tua, kebiasaan belajar, dan faktor lingkungan

lainnya.

Intelligence adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir

rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Dalam arti yang lebih

luas, para ahli mengartikan intelligence sebagai suatu kemampuan mental yang

melibatkan proses berpikir secara rasional. Bukan semata-mata mencerminkan

dimensi terbaik seseorang (Syarah, 2009: 1).

Untuk dapat meningkatkan dimensi emosional, bisa dikatakan bahwa hal itu

sama saja dengan mengubah struktur kimia otak anak. Atau tepatnya, mendidik

mereka suatu cara mengendalikan fungsi otaknya. Karena emosi bukanlah

gagasan abstrak yang telah diciptakan oleh para psikolog, melainkan sesuatu yang

sangat nyata. Martuti (2009: 24) mengatakan bahwa emosi menyiratkan adanya

kecenderungan bertindak dan merupakan hal mutlak dalam emosi. Karena itu,

emosi menyiapkan seseorang untuk menanggapi pristiwa yang mendesak tanpa

membuang waktu untuk memikirkan reaksi yang diberikan. Dengan ini kita dapat

mengajari anak bagaimana cara mengubah biokimia emosi mereka, membantu

Page 3: 211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

213

mereka agar lebih adaptif, lebih mampu mengendalikan diri, dan merasakan

kebahagiaan yang murni.

Dimensi spiritual merupakan satu lagi dimensi yang harus dimiliki oleh

manusia, jika ingin mencapai kebahagiaan, yang pada kenyataannya bagi orang

yang tidak mempercayai terdapat hal lebih besar diluar dirinya, tak akan

mempunyai kemampuan untuk mencerdaskan spiritualnya. Walaupun

sesungguhnya spiritualitas tidaklah identik dengan religiusitas, sekalipun

keduanya sangat berdekatan dan saling menopang. Zohar dan Marshall (2007:

63) mengatakan bahwa spiritual berarti sesuatu yang memberikan kehidupan

atau vitalitas pada sebuah sistem.

Nggermanto (2005: 113) mengatakan bahwa nilai spiritual adalah sumber

yang mengilhami dan mengangkat semangat kita dan mengikat kita pada

kebenaran tanpa batas waktu mengenai aspek humanitas. Karena itu, spiritualitas

merupakan dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, dan moral. Spiritual

memberi arah dan arti pada kehidupan, dan akan terus hidup menjadi indah karena

diri manusia tidak dikurung oleh batas-batas fisik.

Untuk membangun dan mengembangkan PAUD, berbagai kebijakan telah

dikeluarkan oleh pemerintah, mulai dari sistem perundang-undangan, sampai

dengan hal-hal yang bersifat teknis operasional. Berbagai ketentuan tentang

Pendidikan Anak Usia Dini termuat dalam UU RI No. 20/2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, khususnya ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan

seluruh jenjang pendidikan, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),

sampai dengan jenjang pendidikan tinggi.

Page 4: 211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

214

Sebagai implementasi dari undang-undang tersebut Pemerintah telah

mengeluarkan PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan UU No.

14/2005 tentang Guru dan Dosen, dimana salah satu ketentuannya menyebutkan

bahwa pendidik anak usia dini wajib memiliki kualifikasi akademik pendidikan

minimum D-IV atau S1 serta kompetensi sebagai pendidik. Para calon guru yang

telah memiliki kualifikasi akademik S1 dan kompetensi sebagai pendidik,

selanjutnya harus mengikuti uji kompetensi untuk mendapatkan sertifikat

pendidik. Selain perundang-undangan, telah ditetapkan pula kebijakan pemerintah

berkenaan dengan tugas dan ekspektasi kinerja guru PAUD. Arah kebijakan

tersebut berkenaan dengan pengembangan konsep PAUD, pengembangan

pendidikan guru anak usia dini, pengembangan anak sesuai dengan potensinya

secara optimal, serta pengembangan sarana dan prasarananya.

Pendidikan Anak Usia Dini dianggap penting karena ketika anak lahir telah

dibekali oleh Tuhan dengan berbagai potensi genetis, tetapi lingkungan memberi

peran sangat besar dalam pembentukan sikap kepribadian dan pengembangan

kemampuan anak. Selain itu jaringan otak manusia yang paling menentukan

terjadi ketika anak masih berusia dini, dan usia 4 tahun pertama merupakan usia

yang paling rawan. Perlu diperhatikan dari anak adalah seberapa jauh anak merasa

diperhatikan, diberi kebebasan atau kesempatan untuk mengekspresikan ide-

idenya, dihargai hasil karya atau prestasinya, didengar isi hatinya, tidak ada

paksaan atau tekanan, ancaman terhadap dirinya dan mendapatkan layanan

pendidikan sesuai tingkat usia dan perkembangan kejiwaannya.

Page 5: 211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

215

B. Pendidikan Sastra untuk PAUD dengan Nyanyian Kanak.

Di antara strategi implikasi dimensi emosional dan spiritual Nyanyian

Kanak pada PAUD ialah melalui pendidikan sastra. Pendidikan sastra bertujuan

untuk mengembangkan kompetensi apresiasi sastra, kritik sastra, dan proses

kreatif sastra. Kompetensi yang diasah dalam pendidikan sastra adalah

kemampuan menikmati karya sastra dan menghargai karya sastra (Siswanto,

2008: 168). Ini berarti peserta diajak untuk langsung menikmati dan memahami

karya sastra.

Secara umum tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia dibidang sastra menurut kurikulum 2004 adalah agar (1) peserta didik

mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan

kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan

dan kemampuan berbahasa; dan (2) peserta didik menghargai dan membanggakan

sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia

(Siswanto, 2008: 168-169).

Tujuan tersebut dijabarkan ke dalam kompetensi mendengarkan, berbicara,

membaca dan menulis sastra. Kemampuan mendengarkan sastra dikatakan

Siswanto (2008: 169) meliputi kemampuan mendengarkan, memahami, dan

mengapresiasi karya sastra baik asli maupun saduran/terjemahan, sesuai dengan

tingkat kemampuan peserta didik.

Transformasi dimensi emosional dan spiritual dapat dilaksanakan melalui

pendidikan sastra. Menurut Siswanto (2008: 169) bahwa melalui sastra kira bisa

mengembangkan peserta didik dalam hal keseimbangan antara spiritual,

Page 6: 211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

216

emosional, etika, logika, estetika, dan kinestetika; pengembangan kecakapan

hidup, serta pendidikan kemenyeluruhan dan kemitraan.

Pendidikan sastra pada kelompok Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

sangat strategis digunakan untuk mengembangkan kompetensi atau dimensi

emosional dan spiritual peserta didik, karena memang dapat diasah melalui

pendidikan sastra. Berkenaan dengan kompetensi emosional dikatakan Siswanto

(2008: 172) sebagaimana berikut:

kompetensi emosional merupakan kompetensi untuk memahami diri sendiri dan orang lain. Kemampuan untuk memahami diri sendiri (intrapersonal) antara lain dapat berupa kemandirian, ketahanbantingan, keindependenan, kreativitas, produktivitas, kejujuran, keberanian, keadilan, keterbukaan, mengelola diri sendiri, dan menempatkan diri sendiri secara bermakna serta berorientasi pada keunggulan yang sesuai dengan kehidupan global. Kemampuan untuk memahami orang lain memungkinkan peserta didik untuk bekerja sama dengan orang lain secara multikultural dengan baik.

Selanjutnya berkeaitan dengan kompetensi spiritual dikatakan Siswanto

(2008: 172) sebagaimana berikut:

Kompetensi spiritual adalah kemampuan seseorang yang memiliki kecakapan transenden, kesadaran yang tinggi untuk menjalani ke-hidupan, menggunakan sumber-sumber spiritual untuk memecahkan permasalahan hidup, dan berbudi luhur. Ia mampu berhubungan dengan baik dengan Tuhan, manusia, alam dan dirinya sendiri. Pendidikan sastra di sekolah termasuk kepada PAUD hendaknya digunakan

sebagai salah satu unsur kecakapan untuk hidup yang dibakukan dan harus dicapai

oleh peserta didik melalui pengalaman belajar. Dalam kurikulum 2004 kecakapan

ini disebut dengan standar kompetensi lintas kurikum. Siswanto (2008: 173)

mengatakan kecakapan hidup dapat dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu: (1)

kecakapan mengenal diri [self awareness] atau kecakapan personal, (2) kecakapan

Page 7: 211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

217

berpikir rasional [thinking skill], (3) kecakapan sosial [social skill], (4) kecakapan

akademik [academic skill], dan (5) kecakapan vokasional [vocational skill].

Layanan pendidikan bagi anak usia dini merupakan bagian dan pencapaian

tujuan pendidikan nasional, sebagaimana diatur dalam Undang-undang No 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu Pendidikan anak usia dini

adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani

agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Kompetensi yang dimiliki oleh anak setelah menyelesaikan pendidikan anak

usia dini dan melanjutkan ke pendidikan selanjutnya adalah menjadi makhluk

mulia yang tekun beribadah dan berperilaku sopan dan baik, dimensi kinestetik

dengan gerakan halus dan kasar, mampu menyampaikan komunikasi dengan aktif

dan santun, cara berpikirnya logis, kritis dalam memecahkan masalah, memiliki

interes atau kreatif yang baik terhadap musik, adanya kecintaan pada alam sekitar,

adat, dan budaya. Pencapaian kompetensi ini antara lain dilakukan melalui

bermain sesuai dengan tingkat kemampuan anak, memperhatikan perbedaan

individual anak, adanya suasana penuh perhatian dan kasih sayang pada anak, dan

memperhatikan kebutuhan dan kondisi sosial budaya setempat.

Nyanyian Kanak Masyarakat Tambelan merupakan bentuk tradisi lisan yang

diungkapkan melalui nyanyian. Simalungun (2007: 1) mengatakan bahwa

nyanyian adalah ungkapan perasaan hati yang dalam yang disertai melodi dan

disuarakan secara bersama-sama atau secara sendiri-sendiri. Kemudian Yusof

Page 8: 211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

218

(2005: 8) mengatakan bahwa nyanyian ini mempunyai pesan keagamaan, ketaatan

kepada ibu bapa, serta pembinaan perwatakan yang baik yang membantu

menyemai nilai murni dalam jiwa anak. Seterusnya Nurgiyantoro (2005: 100-101)

mengatakan bahwa nyanyian itu mempunyai beragam maksud, misalnya

meninabobokan, membuatnya terlena dan segera tidur, membuatnya senang, atau

sesuatu yang lain.

Penggunaan tradisi lisan Nyanyian Kanak Masyarakat Tambelan

Kepulauan Riau sebagai bahan ajar di PAUD, sejalan dengan keinginan

Kementerian Pendidikan Nasional yang memang berjanji menjadikan tradisi lisan

sebagai salah satu bahan ajar untuk pengembangan karakter bangsa. Kearifan

lokal dalam tradisi lisan diyakini bisa kembali menyadarkan pentingnya

kehidupan multikultural. Wamendiknas Fasli Jalal saat membuka Seminar

Internasional Tradisi Lisan VII di Pangkal Pinang, Sabtu (20/11/2010),

menjanjikan bahwa, Kementerian Pendidikan Nasional akan menjadikan tradisi

lisan Nusantara sebagai salah satu bahan ajar. Lembaga Peningkatan Mutu

Pendidikan di bawah Kementerian Pendidikan Nasional akan dilibatkan untuk

menggagas kompetensi guru dan tenaga pendidik yang dibekali pengetahuan soal

tradisi lisan lokal. Diakui pentingnya tradisi lisan sebagai salah satu stimulus bagi

pengembangan pendidikan anak usia dini. Tradisi lisan membantu anak didik,

terutama di usia dini, mengembangkan mimpi dan karakter mereka saat dewasa.

Lebih lanjut Wamendiknas Fasli Jalal mengatakan bahwa:

karakter bangsa Indonesia sebagai bangsa yang multikultur dan menghargai keharmonisan mestinya bisa dibentuk sejak awal jika tradisi lisan tetap hidup dan menjadi stimulus setiap anak didik. Anak ketika lahir sudah diberkati Tuhan dengan 100 miliar sel otak. Saya

Page 9: 211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

219

membayangkan tradisi lisan yang sudah embedded dalam kultur bangsa ini bisa menjadi stimulus bagi pengembangan sel-sel otak anak. Kalau sel-sel otak ini distimulasi dengan kekayaan dalam tradisi lisan Nusantara, mereka tidak akan mati, dan menyelamatkan anak Indonesia dari kebodohan. Nyanyian Kanak sama dengan nursery rhymes, yaitu senandung orang tua

untuk bayi dan anak sejak dalam buaian. Syairnya tidak hanya kata-kata

sederhana namun tercakup pula cerita-cerita atau dongeng. Dari nyanyian

sederhana ini, ternyata memiliki banyak manfaat untuk ibu dan bayi. Sebelum

bernyanyi, pastikan paham dan kenal dengan nursery rhymes yang akan

disenandungkan. Lagu yang tepat usia dan suasana akan membuat anak merasa

nyaman, dan jangan lupa, usahakan kontak mata (http://mall-baby.com/news/47/).

Melalui Nyanyian Kanak di PAUD yang berkaitan dengan dimensi

emosional dan spiritual, anak akan menjadi terbiasa untuk berbuat sesuatu tanpa

terpaksa. Bila anak dibiasakan untuk melakukan kebaikan, niscaya dia akan

tumbuh menjadi baik. Sebaliknya jika anak dibiasakan dengan keburukan serta

terlantarkan niscaya ia akan menjadi orang yang berperilaku buruk dan cenderung

merusak. Secara prinsip bentuk pembiasaan yang baik berdimensi emosional dan

spiritual yang perlu diberikan pada anak menurut Mardiya

(http://mardiya.wordpress.com) ada 14 macam, yaitu :

(1) berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan; (2) beribadah sesuai aturan dan keyakinannya; (3) berbuat baik terhadap sesama makhluk Tuhan; (4) selalu memberi dan membalas salam, berbicara dengan suara yang lemah dan teratur (tidak berteriak), mengucapkan terima kasih bila diberi sesuatu; (5) membedakan mana yang benar dan salah; (6) mentaati peraturan yang ada; (7) menghormati orang tua dan orang yang lebih tua, mendengarkan dan memperhatikan orang lain berbicara; (8) berbahasa sopan dan bermuka manis; (9) senang bermain dan bekerjasama dengan orang lain, dapat memuji, mengakui

Page 10: 211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

220

kelebihan teman/orang lain; (10) berani bertanya, mengemukakan pendapat dan mampu mengambil keputusan secara sederhana; (11) suka menolong, mau memohon dan memberi maaf; (12) menolong diri sendiri, memelihara kebersihan diri dan lingkungannya; (13) berhemat; (14) bertanggung jawab.

Tertanamnya dimensi emosional dan spiritual secara baik pada anak, anak

akan mampu menfilter pengaruh buruk dari luar. Mampu memilih hal yang pantas

dan tidak pantas untuk dilakukan sebagai seorang anak, mampu membedakan baik

buruk, serta antara yang hak dengan yang bukan haknya. Oleh karenanya, ia siap

untuk dididik menjadi generasi penerus bangsa yang dapat diharapkan perannya

dalam pembangunan menuju kebesaran dan kejayaan bangsa di kemudian hari.

Anak-anak dilahirkan dengan potensi spiritual yang tinggi, tetapi perlakuan

orangtua dan lingkungan yang menyebabkan mereka kehilangan potensi spiritual

tersebut. Padahal pengembangan potensi spiritual sejak dini akan memberi dasar

bagi terbentuknya potensi emosional pada usia selanjutnya.

Berkenanan dengan uraian tersebut, maka Nyanyian Kanak pada umumnya

mempunyai kegunaan atau fungsi dalam kehidupan bersama atau kolektif. Karena

memang telah digunakan dalam pengasuhan anak dalam buaian, maka dengan

lajunya perkembangan dunia pendidikan sangatlah mungkin Nyanyian Kanak

tersebut digunakan dalam pendidikan anak usia dini baik melalui jalur sekolah,

luar sekolah dan keluarga, khususnya untuk mentransformasi dimensi emosional

dan spiritual kepada anak.

Page 11: 211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

221

C. Implikasi Dimensi Emosional dan Spiritual Nyanyian Kanak pada PAUD

Anak usia dini memiliki proses pertumbuhan dan perkembangan yang

bersifat unik. Secara fisik pertumbuhan anak usia dini sangat pesat, tinggi badan

dan berat badan anak bertambah cukup pesat, dibanding dengan pertumbuhan

pada usia diatasnya. Begitu pula pertumbuhan otak anak, otak sebagai pusat

koordinasi berbagai kemampuan manusia tumpuh sangat pesat pada anak usia

dini. Pada usia 4 tahun pertumbuhan otak anak sudah mendekati 80 % sempuma.

Pada usia 4-12 tahun pertumbuhan otak tersebut mencapai kesempumaan.

Pemberian stimulasi pendidikan pada saat pertumbuhan fisik anak yang pesat dan

otak sedang tumbuh dan mengalami kelenturan atau pada usia kematangannya

akan mendapat hasil yang maksimal disbandingkan pada usia sebelum dan

sesudahnya. Dengan demikian sebagai pendidik perlu memahami kapan

munculnya masa peka atau usia kematangan anak tersebut (Setiawati, 2006: 42).

Di samping pertumbuhan, perkembangan anak usia dinipun muncul

dengan pesat. Setiawati (2006:42), mengatakan bahwa berbagai macam aspek

yang berkembang sering dikelompokkkan sebagai perkembangan fisik (motorik

halus dan kasar), inteligensi (daya piker dan daya cipta), bahasa (kosa kata,

komuikasi), social-emosional (sikap, kebiasaan, perilaku, moral). Pada usia dini

perkembangan masing-masing aspek memiliki karakteistik khusus yang berbeda

pada usia-usia tertentu. Pemberian stimulasi yang sesuai dengan karakteristik

perkembangan anak akan menjadikan berbagai aspek perkembangan anak

berkembang maksimal. Dengan demikian pemahaman para pendidik terhadap

Page 12: 211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

222

berbagai karakteristik perkembangan anak usia dini sangat diperlukan guna

memberikan perlakuan yang baik pada anak didiknya.

1. Implikasi Dimensi Emosional Nyanyian Kanak pada PAUD

Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi

merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Dimensi

emosional yang difokuskan dalam kajian ini meliputi kesadaran diri, pengelolaan

emosi, memanfaatkan emosi secara produktif, empati, dan membina hubungan.

Emosi pada anak, pada abad pertengahan, muncul anggapan bahwa anak adalah

orang dewasa dalam bentuk mini sehingga perlakuan yang diberikan oleh

lingkungan sama dengan perlakuan yang diberikan terhadap orang dewasa. Pada

tahun-tahun setelah itu, berkembang ide bahwa masa anak merupakan periode

perkembangan yang khusus karena memiliki kebutuhan psikologis, pendidikan,

serta kondisi fisik yang khas dan berbeda dengan orang dewasa.

Pada usia awal anak suka bermain fantasi dan memungkinkan anak-anak

untuk berperilaku berbeda dengan cara yang aman dan memperoleh perasaan yang

kuat karena merasa diterima oleh teman-teman imajiner mereka. Berfantasi juga

membantu perkembangan sosial anak. Dengan berfantasi, mereka belajar untuk

menyelesaikan konflik dengan orang tua atau anak-anak lain, sehingga membantu

mereka melampiaskan frustrasi dan mempertahankan harga diri.

Untuk membahas implikasi dimensi emosional ini, maka kajian teori pada

penelitian ini tetap menjadi acuan, seperti Goleman (2002), Martuti (2009),

Hurlock (2002), Suseno (2009), Muallifah (2009) Gozali (2009), Alkarimi (2009),

Papalia et al (2009), dan Fakhrurrozi (2009). Dimensi emosional yang banyak

Page 13: 211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

223

disebut akhir-akhir ini dengan dimensi emosional kini menjadi perhatian dan

prioritas. Dimensi emosional merupakan bekal terpenting dalam mempersiapkan

anak menyongsong masa depan, karena dengannya seseorang akan dapat berhasil

dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil

secara akademis. Selain itu, dimensi emosi juga sangat penting dalam hubungan

pola asuh anak dengan orang tua.

Dimensi emosional merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali,

mengekspresikan, dan mengelola emosi, baik emosi dirinya anak itu sendiri

maupun orang lain, dengan tindakan konstruktif, yang mempromosikan kerja

sama sebagai tim yang mengacu pada produktifutas dan bukan konflik. Ternyata

hasil penelitian menyebutkan bahwa untuk sukses dalam hidup, peran IQ ternyata

hanya 20 %. Selebihnya adalah dimensi emosional (EI/EQ). Di dunia IQ rata-rata

meningkat menjadi lebih baik sebanyak 20 % . Namun kenaikan ini berbanding

terbalik dengan moral manusia. Tanpa cinta, atensi, dan apresiasi dalam hidup,

sebagaimana lazimnya dalam pola asuh yang keliru, melahirkan anak yang tidak

baik dimensi emosionalnya, cenderung merusak diri dan lingkungannya.

Peranan penting dimensi emosional dalam proses kegiatan PAUD dengan

Nyanyian Kanak, di mana emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran pikiran

khasnya ( keadaan biologis atau psikisnya), serta serangkaian kecenderungan

untuk bertindak. Terdapat banyak emosi beragam campurannya, misalnya, (1)

Amarah; beringas mengamuk, benci, jengkel, kesal hati, berang, tersinggung,

bermusuhan dan lainnya. (2) Rasa takut; cemas, gugup, khawatir, fobia, tidak

tenang dan lainnyal. (3) Kenikmatan ; bahagia gembira, puas, bangga, terpesona

Page 14: 211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

224

dan senang. (4) Cinta; kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat

kasmaran dan lainnya.

Dimensi emosional tersebut dapat mengharuskan pendidik yang ingin

menjadi seorang profesional tidak boleh mengabaikan dimensi emosional untuk

menjadi modal dalam membantu anak didik meraih kebahagiaan dan masa depan

yang baik.

Masa depan tersebut harus tercapai melalui implikasi penggunaan media

Nyanyian Kanak tersebut di PAUD, yaitu: (1) Mengenali emosi diri: inti dan

dimensi emosional adalah kesadaran akan perasaan diri sendiri yang timbul dalam

diri sehingga dapat memahami dan menyikapinya dengan baik atau positif; (2)

Mengelola emosi: emosi bukan untuk ditekan, karena setiap perasaan mempunyai

nilai dan makna. Sebagaimana yang diamati Ariestoteles yang dikehendaki adalah

ekspresi yang wajar, yakni adanya keselarasan antara perasaan dan lingkungan,

sehingga dapat mengendalikan diri; (3) Memotivasi diri sendiri: dimensi

emosional dapat menjadi dimensi yang utama apabila pengelolaan tingkat emosi

dengan jalan mempertinggi kemampuan lainnya; (4) Mengenali emosi orang lain:

akar permasalahan disini adalah empati yang artinya adalah ikut merasakan

perasaan orang lain. Dan hal ini tumbuh sejak usia balita; dan (5) Membina

hubungan sosial: Salah satu kunci kecakapan sosial adalah seberapak baik atau

buruk seseorang mengungkapkan perasaanya sendiri.

Dalam bersosialisasi hendaknya kita mempunyai tampilan emosi yang

baik. Karena dimensi emosional menyangkut dalam menangani hubungan sosial

dan dapat menularkan emosi positif. Sebagai pendidik yang terampil secara

Page 15: 211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

225

emosional dapat sangat membantu anak didik dengan memberikan ketrampilan

emosional di sekolah. Hasil dari anak yang telah mendapatklan pendidikan

dimensi emosional dengan Nyanyian Kanak dengan baik akan mempunyai

karakter sebagai berikut; (1) Lebih pintar menangani emosi dan lebih stabil,

sehingga disukai banyak anak didik yang lain juga guru; (2) Lebih dapat

berkonsentrasi dalan kegiatan pendidikan; (3) Lebih bertanggung jawab atas

tugas-tugas yang diberikan dan lebih tegas (dalam menjauhi kecurangan-

kecurangan dalan proses belajar mengajar); (4) Lebih memahami orang lain; (5)

Lebih terampil dalam menyeleseikan konflik (cerdas dalam pemecahan masalah);

(6) Berfikir dahulu sebelum bertindak, kematangan emosi membuat tenang alam

bertindak dan mengambil keputusan; dan (7) Lebih memahami akibat dari tindak

tanduk mereka.

Berkenaan dengan uraian di atas, maka dimensi emosional ini semakin

perlu dipahami, dimiliki dan diperhatikan dalam pengembanganya karena

mengingat kondisi kehidupan dewasa ini yang semakin kompleks. Kehidupan

yang semakin kompleks ini memberikan dampak yang sangat buruk terhadap

konstelasi kehidupan emosional individu. Oleh karena itu, pada PAUD dimensi

emosional ini dapat dilatih, dibina dan dididik dengan menggunakan Nyanyian

Kanak, baik diterapkan dalam bentuk bermain, bernyanyi dan bercerita.

2. Implikasi Dimensi Spiritual Nyanyian Kanak pada PAUD

Anak-anak dilahirkan dengan dimensi spiritual yang tinggi, tetapi

perlakuan orangtua dan lingkungan yang menyebabkan mereka kehilangan

potensi spiritual tersebut. Padahal pengembangan dimensi spiritual sejak dini akan

Page 16: 211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

226

memberi dasar bagi terbentuknya dimensi intelektual dan emosional pada usia

selanjutnya. Krisis akhlak yang menimpa Indonesia berawal dari lemahnya

penanaman nilai spiritual terhadap anak pada usia dini. Pembentukan akhlak

terkait erat dengan dimensi emosi, sementara itu dimensi itu tidak akan berarti

tanpa ditopang oleh dimensi spiritual. Prasekolah atau usia balita adalah awal

yang paling tepat untuk menanamkan nilai-nilai kepada anak. Namun, yang terjadi

sebaliknya, anak lebih banyak dipaksa untuk mengekplorasi bentuk dimensi yang

lain, khususnya dimensi intelektual, sehingga anak sejak awal sudah ditekankan

untuk selalu bersaing untuk menjadi yang terbaik, sehingga menyebakan

tercerabutnya kepekaan anak.

Untuk membahas implikasi dimensi spiritual Nyanyian Kanak pada

PAUD, maka kajian teori pada bagian terdahulu digunakan, yaitu: Nashori dan

Mucharam (2002), Daryati (2007), Agustian (2005), Khan (2000), Prijasaksono

dan Erningpraja (2003), Zohar dan Marshall (2005), Nggermanto (2005)dan

Djamarah (2004). Dimensi spiritual melupakan kelanjutan mata rantai keilmuan

dalam bidang psikologi, setelah keberadaan pengukuran dimensi melalui metode

IQ dan EQ, semakin dipertanyakan. Kelemahan dasar dari konsep IQ dan skor IQ

ternyata dapat ditingkatkan secara signifikan melalui pelatihan yang tepat.

Pengetahuan spiritual perlu ditancapkan ke ranah kesadaran. Karena spiritualitas

sebatas pengetahuan menjadi tidak bermakna. Orang yang cerdas secara spiritual

bukan berarti kaya dengan pengetahuan spiritual, melainkan sudah merambah ke

dalam kesadaran spiritual. Kesadaran ini terefleksikan ke dalam kehidupan sehari-

Page 17: 211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

227

hari, menjadi sikap hidup yang arif dan bijak secara spiritual, toleran, terbuka,

jujur, cinta kasih dan lain-lain.

Perspektif dimensi spiritual merupakan pembimbing untuk meraih

kebahagiaan spiritual. Sebagai makhluk spiritual, kebahagiaan manusia tidak bisa

lagi diukur dengan uang, kesuksessan, kepuasan seksual dan lain-lain, tetapi

kebahagiaan yang diletakan pada wilayah spiritual. Dengan demikian jika dimensi

IQ bersandarkan pada nalar, rasio intelektual, sementara dimensi emosi (EQ)

bersandar pada emosi, maka hakikat dimensi spiritual (SQ) disandarkan kepada

dimensi jiwa, ruhani dan spiritual. Dimensi spiritual adalah dimensi spiritual

generasi ketiga yang diyakini mampu melahirkan kembali manusia setelah sekian

lama mengalami alienasi dan dioreientasi hidup.

Dan makna dimensi spiritual pada anak adalah, bukan berarti anak mampu

melakukan ritual keagamaandengan baik, tetapi anak percaya ada kekuatan non

fisikyang melebihi kekuatan manusia. Sebuah kesadaran yang menghubungkan

manusia dengan Tuhan lewat hati nurani. Hakikat spiritual anak-anak tercermin

dalam sikap spontan, imajinasi, dan kreatifitas yang tidak terbatas, dan semua ini

dilakukan dengan terbuka dan ceria. Sesungguhnya dimensi spiritual tidak identik

dengan religiusitas, sekalipun keduanya sangat berdekatan dan saling menopang.

Spiritualitas adalah, dasar bagi tumbuhnya harga diri,nilai-nilai dan moral.

Spiritualitas memberi arah dan arti pada kehidupan.

Mengembangkan dimensi spiritual kepada anak-anak sejak dini dengan

mengimplementasikannya melalui Nyanyian Kanak pada PAUD menjadi sangat

penting dan diperlukan. Anak dilahirkan dengan dimensi spiritual yang tinggi,

Page 18: 211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

228

tetapi perlakuan orang tua dan lingkungan yang menyebabkan mereka kehilangan

potensi spiritual tersebut. Padahal pengembangan dimensi spiritual sejak dini akan

memberi dasar bagi terbentuknya dimensi intelektual dan dimensi emosional pada

usia selanjutnya. Pembentukan akhlak terkait erat dengan emosi namun dimensi

ini tidak berarti jika tidak ditopang oleh dimensi spiritual.

Pra sekolah atau balita adalah awal yang apling tepat untuk menanamkan

nilai-nilai spiritual kepada anak di sekolah. Usia dini adalah usia emas

pembentukan akhlak. Orang tua dan lembaga PAUD adalah tempat untuk

mewujudkan anak yang mempunyai dimensi spiritual yang tinggi.

Dimensi spiritual yang meyakini Tuhan sebagai penguasa, penentu,

pelindung, pemaaf dan kita percaya atas keadilanNya. Cerdas tidaknya anak

tergantung orang tua dan keluarga sebagai tempat belajar pertama, sekolah dan

lingkungan adalah yang kedua.

Tingkatan spiritual pada anak: (1) Spiritual yang hidup: untuk hal ini anak

harus diajarkan mengenal Tuhannya; (2) Spiritual yang sehat: orang tua harus

mengajarkan anak cara untuk berkomunikasi yangbaik dengan Pencipta.misal

dengan melatih mengerjakan ibadah wajib; (3) Bahagia secara spiritual: untuk hal

ini anak harus dilatih mengerjakan sebagai tambahan (sunnah Rosul); (4) Damai

secara spiritual: yaitu bentuk kecintaan yang ada di dunia tidak melebihi terhadap

bentuk kecintan kepada Allah SWT; (5) Arif secara spiritual: seseorang akan

membingkai segala aktrivitasnya adalah sebagai bagian ibadah kepada Allah.

Berdasarkan penelitian anak yang memiliki dimensi spiritual yang tinggi , maka

semakin tinggi pula rasa ingin tahunya, sehingga akan selalu memiliki dorongan

Page 19: 211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

229

untuk selalu belajar dan memiliki kretivitas yang tinggi. Dan untuk menumbuhkan

dimensi ini, yang penting adalah membersihkan hatinya lebih dulu. Dengan hati

yang bersih maka aktivitas yang lain akan menjadi lebih mudah.

Untuk itu dimensi spiritual dapat dioptimalkan dengan Nyanyian Kanak

melalui PAUD yaitu: (1) Memberikan bantuan kepada anak untuk merumuskan

tujuan hidupnya; (2) Sesering mungkin pendidik menceritakan kisah-kisah agung,

menarik, mengesankan, seperti kisah para Rasul dalam Alquran, atau pahlawan

lainnya; (3) Mendiskusikan segala persoalan dengan perspektif ruhaniyah; (4)

Sering melibatkan anak dalam ritual/ibadah keagamaan; (5) Mengajak anak

mengunjungi dan berempati apad orang yang menderita atau meninggal dunia.

Berkenaan dengan uraian di atas, maka dimensi spiritual ini semakin perlu

dipahami, dimiliki dan diperhatikan dalam pengembanganya karena mengingat

kondisi kehidupan dewasa ini yang semakin kompleks. Kehidupan yang semakin

kompleks ini memberikan dampak yang sangat buruk terhadap konstelasi

kehidupan spiritual individu. Oleh karena itu, pada PAUD dimensi spiritual ini

dapat dilatih, dibina dan dididik dengan menggunakan Nyanyian Kanak, baik

diterapkan dalam bentuk bermain, bernyanyi dan bercerita.

D. Implementasi Penggunaan Nyanyian Kanak pada Pendidikan Anak Usia

Dini

Anak usia dini memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda dengan

anak-anak usia yang lebih tua. Ini memberikan implikasi bahwa kurikulum dan

pembelajaran yang akan diimplementasikan harus disesuaikan dengan

karakteristik perkembangan anak tersebut. Pembelajaran yang tidak sesuai dengan

Page 20: 211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

230

karakteristik perkembangan anak, dengan sendirinya akan menghambat dan

merusak perkembangan anak. Untuk itu, pembelajaran yang relevan untuk anak

usia dini adalah pembelajaran terpadu.

Menurut Tim Bina Potensi (2001: 50-51) mengenai program pembelajaran

Pendidikan Anak Usia Dini:

kegiatan bermain mingguan dan harian disusun berdasarkan perencanaan tahunan dan semester. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan ditetapkan dalam kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini meliputi (a) tema kegiatan; (b) kelompok yang akan melakukan kegiatan bermain; (c) semester dan tahun ajaran; (d) jumlah waktu; (e) hari dan tanggal pelaksanaan; (f) jam pelaksanaan; (g) tujuan kegiatan bermain; (h) materi yang akan dimainkan sesuai dengan tema; (i) bentuk kegiatan bermain; (j) setting lingkungan; (k) bahan dan lat yang diperlukan dalam bemain; dan (l) evaluasi perkembangan anak.

Pendidik dalam menyusun program pembelajaran harus sesuai dengan

pengalaman mereka yang aspek-aspek perkembangan dipadukan dalam

pengembangan yang utuh mencakup (a) bidang pengembangan pembiasaan; dan

(b) bidang pengembangan kemampuan dasar. Sebagaimana dalam kurikulum

2004 bidang pengembangan pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan

secara terus-menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi

kebiasaan yang baik. Bidang pengembangan pembiasaan meliputi aspek

perkembangan moral dan nilai agama serta pengembangan sosial, emosional, dan

kemandirian. Dari aspek perkembangan moral dan nilai-nilai agama diharapkan

akan meningkatkan ketaqwaan anak terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan

membina sikap anak dalam rangka meletakkan dasar agar anak menjadi warga

negara yang baik. Aspek perkembangan sosial dan kemandirian dimaksudkan

untuk membina anak agar dapat mengendalikan emosinya secara wajar dan dapt

Page 21: 211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

231

berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan orang dewasa dengan baik serta

dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan hidup. Di sinilah

Nyanyian Kanak dapat digunakan dan diimplementasikan dalam pembelajaran di

PAUD.

Untuk mempermudah pendidik dalam proses pembelajaran, maka Nyanyian

Kanak dapat dipadukan dengan media gambar. Untuk menjelaskan gambar

tersebut, maka pendidik dapat menggunakan Nyanyian Kanak, kemudian anak

dapat menceritakan gambar tadi sesuai dengan arahan pendidik melalui Nyanyian

Kanak tadi. Berikut ini akan dipaparkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran anak

usia dini dengan menggunakan Nyanyian Kanak (7) yang berisikan perintah

agama untuk melaksanakan ibadah solat dengan didukung media gambar/poster

agar anak tertarik dan bersemangat melakukan kegiatan tersebut.

Page 22: 211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

232

Tata Cara Melakukan Ibadah Solat:

Nyanyian Kanak (7) Burung kenek-kenek Hinggap di atas dahan Pesan datuk nenek Sujudlah pada Tuhan Geleng-geleng sapi Berbulu di telinga Atur tapak kaki Berdiri lama-lama Geleng-geleng sapi Sapi berbulu merah Atur tapak kaki Cepat-cepat melangkah Burung kenek-kenek Hinggap tepi perigi Pesan datuk nenek Bangun pagi-pagi Burung kenek-kenek Hinggap di atas atap Pesan datuk nenek Rajin-rajin baca kitab Burung kenek-kenek Hinggap di atas bumbung Pesan datuk nenek Jangan laku sombong Burung kenek-kenek Hinggap pohon kelapa Pesan datuk nenek Patuh ibu bapa

Page 23: 211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

233

Berikut pelaksanaan kegiatan pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini.

1. Kegiatan awal (pembukaan)

a) Pendidik dan anak duduk melingkar. Pendidik member salam dan

menanyakan kabar anak-anak.

b) Pendidik meminta anak-anak untuk memperhatikan siapa saja yang hadir

hari ini.

c) Berdoa bersama.

d) Pendidik menyampaikan tema hari ini dan dikaitkan dengan kehidupan

anak.

e) Pendidik menyanyikan Nyanyian Kanak (7) dan diikuti oleh anak-anak.

f) Pendidik mencontohkan tentang tata cara melaksanakan ibadah solat

dengan menggunakan media poster yang telah disediakan.

2. Kegiatan inti

a) Pendidik berkeliling untuk memperhatikan kebutuhan anak.

b) Memberikan waktu kepada anak untuk mengulangi kembali mengenai tata

cara pelaksanaan ibadah solat.

c) Memberikan kesempatan kepada anak untuk bersosialisasi antar anak

dengan cara saling memberikan dukungan.

3. Penutup

a) Anak diminta menceritakan kegiatan yang baru selesai dilakukan

(pernyataan perasaan anak).

b) Memberi komentar umum pada aktifitas pembelajaran yang baru selesai

dan menginformasikan rencana kegiatan besok.

Page 24: 211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

234

c) Sebelum mengakhiri pertemuan, pendidik dan anak-anak menyanyikan

kembali Nyanyian Kanak (7) dengan penuh semangat dan riang gembira.

d) Berdoa sebelum pulang dan mengucapkan salam.

Hasil belajar anak dicatat dalam bentuk perkembangan anak. Setiap hasil

karya anak dan hasil penilaian harus selalu didokumentasikan. Oleh karenanya

setiap anak memiliki data dokumentasi hasil belajarnya. Hasil belajarnya dapat

pula disusun dalam bentuk portofolio. Ketika guru menampilkan portofolio

tersebut dapat pula diperkuat dengan lagu Nyanyian Kanak yang seuai supaya

anak bertambah gembira dan potensi emosional dan spiritual semakin menguat.

Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis,

sosial, moral dan sebagainya masa kanak-kanak juga masa yang paling penting

untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa kanak-kanak adalah masa

pembentukan fondasi dan dasar kepribadian yang akan menentukan pengalaman

anak selanjutnya. Sedemikian pentingnya usia tersebut maka memahami

karakteristik anak usia dini menjadi mutlak adanya bila ingin memiliki generasi

yang mampu mengembangkan diri secara optimal. Pengalaman yang dialami anak

pada usia dini akan berpengaruh kuat terhadap kehidupan selanjutnya.

Pengalaman tersebut akan bertahan lama, bahkan tidak dapat terhapuskan.

Kalaupun bisa, hanya tertutupi. Bila suatu saat ada stimulasi yang memancing

pengalaman hidup yang pernah dialami maka efek tersebut akan muncul kembali

walau dalam bentuk yang berbeda.

Page 25: 211 BAB V PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bab V menjelaskan ...

235

Anak-anak dilahirkan dengan potensi spiritual yang tinggi, tetapi perlakuan

orangtua dan lingkungan yang menyebabkan mereka kehilangan potensi spiritual

tersebut. Padahal pengembangan potensi spiritual sejak dini akan memberi dasar

bagi terbentuknya potensi emosional pada usia selanjutnya.

Orangtua juga harus ingat bahwa tidak hanya Intelectual Quotient (IQ) yang

akan menentukan keberhasilan masa depan anak-anak. Kemampuan Emotional

Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ) adalah yang paling penting. Hal ini

berarti orangtua juga harus tetap mendidik anak-anak sejak usia dini dengan tidak

meningggalkan komunitas, lingkungan keluarga, belajar dan bermain, serta

meningkatkan kesadaran anak terhadap fitrah manusia sjak dini yang berarti anak

tidak terlepas dari asa hubungan antar manusia, lingkungan, dan Tuhannya.

Tertanamnya dimensi emosional dan spiritual secara baik pada anak, anak

akan mampu menfilter pengaruh buruk dari luar. Mampu memilih hal yang pantas

dan tidak pantas untuk dilakukan sebagai seorang anak, mampu membedakan baik

buruk, serta antara yang hak dengan yang bukan haknya. Oleh karenanya, ia siap

untuk dididik menjadi generasi penerus bangsa yang dapat diharapkan perannya

dalam pembangunan menuju kebesaran dan kejayaan bangsa di kemudian hari.