260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5 Dan 6

download 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5 Dan 6

of 23

description

anstrum

Transcript of 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5 Dan 6

  • LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM UJI SENYAWA GOLONGAN

    SULFONAMIDA BARBITURAT DAN ANTIBIOTIK

    NAMA : AYU APRILIANI

    HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : RABU, 16 APRIL 2015

    ASISTEN :1. IBRAHIM DALLI

    2. DAISY RAHMA F

    LABORATORIUM ANALISIS INSTRUMEN DAN PENGEMBANGAN

    METODE

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    JATINANGOR

    2015

  • I. Tujuan

    Praktikan dapat mengetahui dan memahami cara mengidentifikasi senyawa

    golongan sulfonamide dan barbiturate serta antibiotic.

    II. Prinsip

    2.1 Sulfonamide dan barbiturate

    Golongan sulfonamide adalah senyawa yang memiliki gugus fungsi seperti pada

    struktur berikut

    Asam barbiturate adalah senyawa yang mengandung gugus fungsi urea sebagai

    berikut

    Prinsip reaksi identifikasi untuk golongan sulfonamide

    Pengkopelan dengan reagensia pDAB menghasilkan endapan dengan

    spectrum warna kuning hingga merah

    Prinsip reaksi identifikasi untuk golongan barbiturate

    Pembentukan kompleks berwarna dengan reagensia parri. Caranya zat

    harus bebas air, diatas kertas saring tambahkan pereaksi parri(larutan

    kobal nitrat dan alcohol), paparkan kertas saring di atas uap ammonia.

  • 2.2 Antibiotika

    Golongan ini termasuk golongan antibiotic dengan berbagai gugus fungsi yang

    berbeda terdiri dari golongan obat yang mengandung beta laktam. Turunan

    aminoglikosida, turunan tetrasiklin dll. Yang secara kimia berbeda.

    Prinsip reaksi identifikasi:

    Reaksi dengan asam pekat atau basa pekat.

    III. Reaksi

    3.1 Golongan Sulfonamida

    Sulfamerazin

    a. Sulfamezatin ditambah reagen p DAB HCl

    b. Sulfamezatin ditambah reagen CuSO4

    c. Sulfamezatin ditambah reagen Vanilin Sulfat

  • 3.2 Barbiturat

    a. Luminal

    (Svehla, 1989).

    b. Barbital

    (Clark, 2003).

    3.3 Antibiotik

    a. Amoksisilin

    (Roth, 1985).

  • b. Kloramfenikol

    (Svehla, 1989).

    c. Tetrasiklin

    (Kelly, 2009).

    IV. Data Pengamatan

    4.1 Sulfonamida dan Barbiturat

    No Sampel Reagensia Prosedur Hasil

    1. Sulfanilamid P-DAB

    HCl

    Ditambahkan pereaksi

    p-DAB HCl ke dalama

    sampel. Diamati

    perubahan warnanya

    Larutan bewarna jingga

    kemerahan disertai

    endapan

  • CuSO4 Direkasikan sampel

    dengan CuSO4.

    Diamati perubahan

    warnanya

    Larutan bewarna biru

    muda diseryai endapan

    dan gelembung busa

    Vanilin+

    Asam

    Sulfat

    Ditambahkan 2 tetes

    asam sulfat pada smpel

    kemudian ditambahkan

    vanilin

    Larutan menjadi kuning

    bening

    Koppayl

    Zwikker

    Dilarutkan sampel

    dalam 1 ml etaol.

    Ditambahkan Koppayl

    Zwikker

    Terbentuk endapan

    merah muda, lama

    kelamaan cairan

    menguap.

  • Kristal

    Terbentuk kristal tidak

    beraturan

    2. Sulfamerazin p-DAB Ditambahkan pereaksi

    p-DAB ke dalam

    sampel. Diamati

    perubahan warnanya

    Terbentuk warna kuning

    coklat

    CuSO4 Direkasikan sampel

    dengan CuSO4.

    Diamati perubahan

    warnanya

    Terbentuk warna biru

    muda

    Vanilin+

    Asam

    Sulfat

    Ditambahkan 2 tetes

    asam sulfat pada smpel

    kemudian ditambahkan

    vanilin

    Terbentuk warna kuning

  • bening

    Koppayl

    Zwikker

    Dilarutkan sampel

    dalam 1 ml etaol.

    Ditambahkan Koppayl

    Zwikker. Dan diamati

    perubahan yang terjadi

    Terbentuk endapan

    merah muda,lama

    kelamaan cairan

    menguap.

    3. Luminal Asam

    sulfat+

    Naftol

    Dicampurkan sampel

    dengan iml reagensia,

    dimasukkan ke dalam

    penangas air 100 C

    .Ditambah air dan

    amati perubahan warna

    yang terjadi.

    Larutan bewarna putih

    kental

    Koppayl

    Zwikker

    Dilarutkan sampel

    dalam 1 ml etaol.

    Ditambahkan Koppayl

    Zwikker. Dan diamati

    perubahan yang terjadi

    Terbentuk larutan merah

  • muda yang lama-

    kelamaan menguap

    Lieberman Sampel di letakkan di

    plat tetes, kemudian

    ditambahkan pereaksi

    Liebermann. Dan amati

    perubahan yang terjadi

    Terbentuk warna jingga

    Kristal

    aseton air

    Sampel diletakkan di

    plat kaca, kemudian

    diteteskan aseton.

    Tunggu menguap.

    Kemudian ditambahkan

    air. Dan diamati bentuk

    kristal dibawah

    mikroskop.

    Terbentuk kristal bentuk

    jarum

    4. Barbital Asam

    sulfat+

    Naftol

    Dicampurkan sampel

    dengan iml reagensia,

    dimasukkan ke dalam

    penangas air 100 C.

    Ditambah air dan amati

    perubahan warna yang

    terjadi.

    Terbentuk larutan

    bewarna kuning

  • Koppayl

    Zwikker

    Didalam plat tetes,

    dimasukkan sampel

    kemudian ditambahkan

    reagen koppayi

    Zwikker. Dan diamati

    perubahan yang terjadi.

    Terbentuk larutan merah

    muda yang lama-

    kelamaan menguap

    Kristal

    aseton air

    Sampel diletakkan di

    plat kaca, kemudian

    diteteskan aseton.

    Tunggu menguap.

    Kemudian ditambahkan

    air. Dan diamati bentuk

    kristal dibawah

    mikroskop.

    Terbentuk kristal amorf,

    tidak beraturan

    4.2 Antibiotik

    No Sampel Reagensia Prosedur Hasil

    1. Amoksisilin H2SO4

    Dilakukan di plat tetes,

    masukkan sampel dan

    ditambahkan H2SO4.

    Dan diamati perubahan

    yang terjadi.

    Terbentuk warna kuning

    dengan endapan bewarna

    putih

  • Pada UV 254 nm

    berfluorosensi warna

    kuning kehijauan

    Kristal

    aseton air

    Dibuat kristal dan

    diamati bentuk kristal

    dibawah mikroskop.

    Terbentuk kristal amorf

    kecil

    Aroma/Bau Dipanaskan sampel

    diatas bunsen. Diamati

    aroma yang terbentuk

    Mengeluarkan bau

    menyengat seperti telur

    2. Kloramfeni

    kol

    Uji

    Fujiwara

    Sampel antibiotik

    ditambahkan reagen

    -

  • fujiwara dan diamati

    perubahan yang terjadi.

    Uji fujiwara dilakukan

    dengan cara

    menambahkan NaOH

    dan kemudian

    ditambahkan piridin

    dan di panaskan diair

    mendidih.

    Flame test Kawat ditetesi asam

    sulfat dan sampel

    diletakkan diatasnya.

    Dipanaskan diatas nyala

    api bunsen. Diamati

    warna nyala api.

    Terbentuk api oksidasi

    warna hijau

    Kristal-

    aseton air

    Sampel antibiotik

    dibuat bentuk kristalnya

    kemudian diamati

    bentuk kristalnya

    dibawah mikroskop.

    Terbentuk kristal bentuk

    jarum

  • 3. Tetrasiklin Benedict Sampel diplat tetes

    ditambahkan reagen

    benedict, dan diamati

    perubahan warna yang

    terjadi.

    Terbentuk larutan

    bewarna hijau lumut

    Lieberman Sampel diplat tetes

    ditambahkan reagen

    liebermann, dan diamati

    perubahan warna yang

    terjadi.

    Terbentuk larutam hitam

    pekat

    Mandelin Sampel diplat tetes

    ditambahkan reagen

    mandelin, dan diamati

    perubahan warna yang

    terjadi.

    Terbentuk larutam hitam

    kejinggan

    Marquis Sampel diplat tetes

    ditambahkan reagen

    marquis, dan diamati

    perubahan warna yang

  • terjadi. Terbentuk larutam hitam

    kehijauan

    Asam sulfat Sampel diplat tetes

    ditambahkan asam

    sulfat, dan diamati

    perubahan warna yang

    terjadi.

    Terbentukan larutan

    bewarna jingga dengan

    sedikit endapan

    4. Eritromisin Aseton+HC

    l+Klorofor

    m

    Dilarutkan sampel

    dalam aseton.

    Ditambahkan HCl dan

    Kloroform. Diamati

    perubahan warna yang

    terjadi

    Terbentuk larutan

    bewarna coklat

    H2SO4

    Ditambahkan H2SO4

    diatas pelat tetes pada

    sampel

    Terbentuk larutan

    bewarna kuning

    Kristal Diteteskan sampel pada

    objek glass dan

    menutup dengan ring

    sublimasi. Dipanaskan

  • diatas pembakar spirtus.

    Ditempelkan kapas

    basah diatasnya.

    Diamati perubahan

    yang terjadi

    Terbentuk kristal bulat

    tak beraturan

    V. Pembahasan

    Pada praktikum kali ini dilakukan reaksi reaksi pendahuluan terhadap

    senyawa golongan sulfonamida, barbiturat dan antibiotika. Tujuan dari percobaan

    ini adalah mengetahui dan memahami cara mengidentifikasi senyawa golongan

    sulfonamide dan barbiturate serta antibiotic .Pada praktikum ini dilakukan banyak

    reaksi warna untuk uji identifikasi dengan sampel yang digunakan untuk golongan

    sulfonamida adalah sulfanilamid dan sufamerazin. Untuk golongan barbiturat

    adalah luminal dan barbital sedangakan untuk antibiotika adalah amoksisilin,

    kloramfenikol , tetrasiklin dan eritromisin.

    Identifikasi dengan senyawa golongan sulfanilamid pada prinsipnya untuk

    identifikasi golongan sulfanilamid dengan menggunakan reagensia p-DAB yang

    akan membentuk senyawa kompleks berwarna kuning hingga merah. Golongan

    sulfonamida yang pertama diidentifikasi adalah sulfanilamid. Uji identifikasi

    pertama yang dilakukan terhadap sulfanilamid yaitu mereaksikan sampel dengan

    reagensia p-DAB dan asam klorida encer dihasilkan warna orange disertai dengan

    endapan didalamnya. Hal ini terjadi karena adanya reaksi antara gugus NH2 dan

    p-DAB sehingga dihasilkan perubahan menjadi orange.Uji identifikasi yang

    kedua terhadap sulfanilamid yaitu dengan penambahan CuSO4 menghasilkan

    warna biru muda dengan sedikit gelembung busa. Pada uji ini atom tembaga

    membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2, potensial oksidasinya

    bertanda negatif sehingga tembaga otomatis lebih sukar teroksidasi dibandingkan

  • dengan hidrogen. Larutan tembaga sulfat dalam asam akan mengakibtakan

    terjadinya hidrolisis dan segera menyerap asam sehingga manghasilkan warna

    biru. Uji identifikasi ketiga yaitu dengan penambahan reagen vanilin sulfat dan

    asam sulfat dimana dihasilkan warna kuning bening. Uji identifikasi keempat

    adalah dengan menambahkan Koppayl Zwikker dan beberapa tetes etanol

    terhadap sampel pada pelat tetes terbentuk larutan merah muda yang lama-

    kelamaan menguap. Dan uji identifikasi terakhir untuk sulfonilamid adalah

    pembentukkan kristal dengan menggunakan aseton air . Sejumlah sampel

    dilarutkan dalam air. Larutan dipipet dan diletakkan sedikit keatas kaca preparat

    an ditetesi dengan sedikit aseton. Aseton dibiarkan menguap dan diamati bentuk

    kristal yang terjadi. Dari hasil pengamatan bentuk kristal yang didapatkan yaitu

    bentuknya tidak beraturan.

    Golongan sulfonamida yang kedua diidentifikasi adalah sulfamerazin. Uji

    identifikasi pertama yang dilakukan terhadap sulfamerazin yaitu mereaksikan

    sampel dengan reagensia p-DAB . Sejumlah sampel tertentu diletakkan diatas

    pelat tetes kemudian ditambahakn 2 sampai 3 tetes reagen p-DAB. Dari

    identifikasi ini dihasilkan warna kuning sedikit kecoklatan. Hal ii terjadi karena

    gugus pDAB akan bertubrukan dengan gugus dari masing-masing sampel dimana

    pada reaksi ini akan terjadi perpindahan dari gugus karbon, hidrogen dan oksigen

    dari senyawa pDAB kedalam gugus sampel yang sedang diuji sehingga

    menghasilkan gugus benzen yang telah berikatan dengan gugus amin dan gugus

    karbon, hidrogen dan oksigen yang berasal dari pereaksi tersebut dan

    menghasilkan produk samping yaitu asam sulfat. Uji identifikasi yang kedua yaitu

    penambahan CuSO4 kedalam sampel diatas pelat tetes dihasilkan warna biru muda

    pucat . Identifikasi ketiga yang dilakukan terhadap sulfamerazin yaitu dengan

    penambahan reagensia vanilin sulfat. Sampel diletakkan diatas pelat tetes

    kemudian kedalam pelat tersebut ditambahakan serbuk vanilin dan beberapa tetes

    asam sulfat. Hasil dari identifikasi tersebut adalah adanya perubahan warna yaitu

    larutan kuning bening. Identifikasi terakhir adalah dengan penambahan Koppayl

    Zwikker dan beberapa tetes etanol terhadap sampel menghasilkan larutan merah

    muda yang lama-kelamaan menguap.

  • Uji identifikasi golongan kedua yaitu uji senyawa golongan barbiturat pada

    prinsipnya untuk identifikasi golongan barbiturat pembentukan kompleks

    berwarna dengan reagensia parri. Caranya zat harus bebas air, diatas kertas saring

    tambahkan pereaksi parri(larutan kobal nitrat dan alcohol), paparkan kertas saring

    di atas uap ammonia. Golongan barbiturat yang pertama diuji adalah Luminal.

    yang diidentifikasi dengan reagensia asam sulfat dan Naftol, Koppayi-Zwikker,

    Liebermann, dan pengamatan bentuk kristal aseton-air.Uji identifikasi luminal

    yang pertama dengan menambahkan asam sulfat dan Naftol yang menghasilkan

    larutan bewarna putih dan kental. Uji identifikasi luminal yang kedua adalah

    dengan penambahan reagensia koppayi-zwikker akan memberikan hasil positif

    pada senyawa tersebut berupa perubahan warna larutan sampel menjadi ungu.

    Senyawa Luminal memiliki gugus karbonil dan amina pada karbon yang

    berdampingan, hasil yang didapat dari praktikum ini larutan sampel berubah

    warna bukan menjadi ungu melainkan menjadi merah muda hal ini terjadi karena

    pada saat identifikasi, perbandingan antara jumlah sampel dan reagensia tidak

    sesuai, sehingga warna yang dihasilkan tidak sempurna. Larutan yang terbentuk

    lama kelamaan menguap karena reagen koppayi-zwikker terdiri dari kobal nitrat

    dalam etanol, etanol ini lah yang menyebebkan menguapnya larutan. Uji

    identifikasi luminal yang ketiga adalah dengan penambahan reagensia

    Liebermann terhadap sampel dapat digunakan untuk identifikasi senyawa yang

    memiliki cincin benzen terdistribusi tunggal, reagensia Liebermann akan

    memberikan hasil positif pada senyawa tersebut berupa perubahan warna larutan

    sampel menjadi jingga. Senyawa Luminal merupakan cincin benzen terdistribusi

    tunggal, hasil yang didapat dari praktikum ini larutan sampel berubah warna

    menjadi jingga, yg membuktikan bahwa memang benar senyawa Luminal

    merupakan benzene terdistribusi tunggal. Uji identifikasi luminal terakhir dengan

    Pembentukan kristal Luminal dilakukan dengan metode kristalisasi aseton-air

    yang berprinsip rekristalisasi. Sifat luminal bersifat sangat sukar larut dalam air

    dan larut dalam etanol, dalam eter, dalam alkali hidroksida dan dalam alkali

    karbonat .Karena sifat kelarutan dari Luminal ini, proses rekristalisasi dapat

    terjadi. Sampel dilarutkan dengan aseton, kemudian diteteskan ke atas object

  • glass yang sudah terdapat aquadest diatasnya. Dengan ditetesi dengan aseton akan

    menguap dan senyawa Luminal akan membentuk kristal karena tidak dapat

    terlarut dalam aquadest. Kristal yang dihasilkan adalah bentuk jarum panjang.

    Golongan barbiturat yang diidentifikasi selanjutnya adalah barbital, yang

    diidentifikasi dengan Naftol dan asam sulfat , Koppayi-Zwikker dan

    pengamatan bentuk kristal aseton-air. Uji identifikasi pertama barbital adalah

    dengan penambahan Naftol dan asam sulfat menghasilkan larutan bewarna

    kuning. Uji identifikasi kedua barbital adalah dengan penambahan reagensia

    Koppayi-Zwikker terbentuk larutan merah muda yang lama-kelamaan menguap .

    Senyawa Barbital tidak diidentifikasi dengan reagensia Liebermann karena

    senyawa barbital bukanlah senyawa benzen yang terdistribusi tunggal, atau jika

    diuji dengan reagensia Liebermann akan memberikan hasil negatif. Reagensia

    Koppayi-Zwikker digunakan untuk mengidentifikasi senyawa yang memiliki

    gugus karbonil dan amina pada karbon yang berdampingan, reagensia koppayi-

    zwikker akan memberikan hasil positif pada senyawa tersebut berupa perubahan

    warna larutan sampel menjadi ungu. Senyawa Barbital memiliki gugus karbonil

    dan amina pada karbon yang berdampingan, hasil yang didapat dari praktikum ini

    larutan sampel berubah warna bukan menjadi ungu melainkan menjadi merah

    muda. Hal ini dapat disebabkan karena pada saat identifikasi, perbandingan

    jumlah sampel dengan reagensia tidak sesuai sehingga warna yang dihasilkan

    tidak sempurna. Larutan yang terbentuk lama kelamaan menguap karena reagen

    koppayi-zwikker terdiri dari kobal nitrat dalam etanol, etanol ini lah yang

    menyebabkan menguapnya larutan. Uji identifikasi terakhir barbiturat dengan

    metode kristalisasi aseton-air yang berprinsip rekristalisasi. Senyawa Barbital

    bersifat larut dalam 130 bagian air dan dalam 6 bagian aseton dengan sifat

    kelarutan Barbital ini, proses rekristalisasi dapat terjadi. Sampel dilarutkan

    dengan aseton, kemudian diteteskan ke atas object glass yang sudah terdapat

    aquadest diatasnya. Aseton akan menguap dan senyawa Barbital akan

    membentuk kristal karena tidak dapat terlarut dalam aquadest. Kristal yang

    terbentuk dibawah pengamatan mikroskop yaitu amorf dan tidak beraturan.

  • Uji identifikasi golongan ketiga yaitu uji senyawa golongan antibiotika

    pada prinsipnya untuk identifikasi golongan antibiotika adalah reaksi dengan

    asam pekat atau basa pekat. Uji identifikasi golongan antibiotika yang pertama

    kali diidentifikasi adalah senyawa amoksisilin dengan penambahan H2SO4

    menghasilkan larutan warna kuning dengan endapan bewarna putih dan

    fluorosensi pada UV 254 nm menghasilkan warna kuning kehijauan. Penambahan

    asam sulfat membuat keadaan menjadi asam pada sampel. Pengamatan dibawah

    sinar UV 254 nm dilakukan karena pada panjang gelombang 254 nm, suatu zat

    yang dapat berfluorosensi akan memancarkan fluorosensinya sehingga tidak

    digunakan panjang gelombang 366 nm karena yang akan memancarkan

    fluorosensi bukanlah zat (sampel) melainkan wadah/background dari sampel

    tersebut. Uji identifikasi amoksisilin yang kedua yaitu dengan embentukan kristal

    Amoksisilin dilakukan dengan metode kristalisasi aseton-air yang berprinsip

    rekristalisasi. Amoksilin mempunyai sifat sukar larut dalam air .Dengan sifat

    kelarutan Amoksisilin ini, proses rekristalisasi dapat terjadi. Sampel dilarutkan

    dengan aseton, kemudian diteteskan ke atas object glass yang sudah terdapat

    aquadest diatasnya. Aseton akan menguap dan senyawa Amoksisilin akan

    membentuk kristal karena tidak dapat terlarut dalam aquadest. Kristal yang

    terbentuk yaitu amorf kecil dibawah pengamatan mikroskop. Uji identifikasi

    amoksisilin terakhir yaitu dengan mengamati aroma yang terjadi setelah sampel

    dipanaskan diatas pembakar spirtus. Aroma yang terbentuk setelah proses

    pemanasan adalah seperti bau telur yang menyengat .

    Golongan antibiotika yang diidentifikasi selanjutnya adalah kloramfenikol.

    Uji identifikasi pertama yaitu flame test dihasilkan api oksidasi warna hijau. Uji

    identifikasi kedua yaitu metode kristal-aseton air yang berprinsip rekristalisasi.

    Kloramfenikol bersifat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam

    propilenglikol, dalam aseton, dan dalam etil asetat. Dengan sifat kelarutan

    Kloramfenikol ini, proses rekristalisasi dapat terjadi. Sampel dilarutkan dengan

    aseton, kemudian diteteskan ke atas object glass yang sudah terdapat aquadest

    diatasnya. Aseton akan menguap dan senyawa Kloramfenikol akan membentuk

  • kristal karena tidak dapat terlarut dalam aquadest. Kristal yang terbentuk dibawah

    pengamatan mikroskop yaitu kristal bentuk jarum.

    Golongan ketiga antibiotika yang diidentifikasi selanjutnya adalah

    tetrasiklin. Uji identifikasi pertama yaitu dengan penambahan reagen benedict

    terhadap sampel menghasilkan larutan bewarna hijau lumut. Tetrasiklin memilki

    lebih dari 4 gugus hidroksil pada rantai alifatiknya. Sedangkan benedict

    digunakan untuk identifikasi senyawa yang mengandung paling sedikit 4 gugus

    hidroksil pada rantai alifatik, dengan memberikan reaksi positif berupa

    terbentuknya endapan merah Cu2O akibat reaksi dengan zat-zat pereduksi.

    Dihasilkan larutan bewarna hijau lumut setelah penambahan benedict menutup

    warna endapan merah yang dihasilkan didalam sampel. Uji identifikasi kedua

    adalah dengan penambahan regaensia lieberman pada sampel menghasilkan

    larutan bewarna hitam pekat. Uji identifikasi dengan menggunakan reagensia

    Liebermann melalui proses pemanasan senyawa yang mengandung cincin

    benzene tersubstitusi tunggal yang tidak bergabung dengan gugus karbanit, amida

    atau C=N-O. Warna jingga atau coklat kehitaman diberikan oleh beberapa

    senyawa yang mengandung dua cincin benzene tersubstitusi mono yang tergabung

    dengan satu atom karbon atau atom karbon berdampingan. Beragam warna

    diberikan oleh senyawa yang mengandung gugus hidroksil, O-alkil atau O-CH2-O

    yang terikat pada cincin benzene atau terikat pada struktur yang mengandung

    cincin benzene. Cincin benzene harus tidak mengikat NO2, halogen atau

    substituent O- pada posisi terhadap substituent oksi. Uji identifikasi ketiga

    tetrasiklin adalah dengan penambahan reagensia mandelin menghasilkan larutan

    hitam kejinggaan. Uji identifikasi tetrasiklin selanjutnya dengan penambahan

    reagensia marquis terbentuk larutan hitam kehijauan . Uji identifikasi terakhir dari

    senyawa Tetrasiklin adalah dengan penambahan reagensia asam sulfat ke dalam

    sampel menghasilkan larutan bewarna jingga dengan sedikit endapan. Endapan

    terjadi karena asal sulfat yang kurang pekat ataupun sifat tetrasiklin yang tidak

    larut sempurna dalam asam sulfat.

    Golongan keempat antibiotika yang diidentifikasi selanjutnya adalah

    eritromisin. Uji identifikasi pertama yaitu dengan penambahan reagen

  • Aseton+HCl+Kloroform pada sampel menghasilkan larutan bewarna coklat . Uji

    identifikasi kedua eritromisin yaitu dengan penambahan reagensia asam sulfat

    pada sampel menghasiklan warna larutan kuning. Dan uji identifikasi terakhir

    eritromisin yaitu dengan metode kristalisasi yang menghasilkan kristal berbentuk

    bulat tidak berarturan dibawah pengamatn mikroskop.

  • VI. Kesimpulan

    1. Senyawa-senyawa golongan sulfonamida dapat diidentifikasi dengan

    menambahkan pereaksi spesifik. Untuk sulfonilamida dapat diidentifikasi

    dengan menggunakan pereaksi p-DAB HCl, CuSO4 , vanilin+asam sulfat,

    koppayi Zwikker dan kristal Aseton-air. Yang masing masing sampel dan

    mempunyai reaksinya masing-masing.

    2. Senyawa-senyawa golongan barbiturat dapat diidentifikasi dengan

    menambahkan pereaksi spesifik. Untuk barbiturat dapat diidentifikasi

    dengan menggunakan pereaksi Asam sulfat + naftol, koppayi zwikker,

    lieberman dan kristal Aseton-air. Yang masing masing sampel dan

    mempunyai reaksinya masing-masing.

    3. Senyawa-senyawa golongan antibiotik dapat diidentifikasi dengan

    menambahkan pereaksi spesifik. Amoksisilin dapat diidentifikasi dengan

    menggunakan uji penambahan asam sulfat dan reaksi kritasl aseton-air.

    Kemudian untuk kloramphenikol adalah dengan uji nyala(flame test) dan

    uji kristal aseton-air. Identifikasi tetrasiklin dengan uji Benedict,

    Liebermann, Mandelin, Mandelin, Marquis dan asam sulfat. Dan terakhir

    identifikasi eritromisin menggunakan penambahan

    aseton+HCl+kloroform, uji kristal dan penambahan asam sulfat .

  • Daftar Pustaka

    Clark, A.V. 2003. Theory and Practice of Chemistry. London : SAGE

    Publications.

    Depkes RI. 1979. Farmakope Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik

    Indonesia.

    Depkes RI. 1995. Farmakope Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik

    Indonesia.

    Kelly. 2009. Identity of Phenol. tersedia online di

    http://www.sciencemadness.org/talk/files.php?pid=219850&aid=15724

    [diakses 18 April 2015].

    Lide, D.R. 2002. CRC Handbook of Chemistry and Physics 86th Edition. Boca

    Raton (FL) : CRC Press.

    Roth, H. 1985. Analisis Farmasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

    Svehla, G. 1989. Vogels Qualitative Inorganic Analysis. London: Pretince Hall.

    Toon, Y.T. 2004. Organic Chemistry for STPM. Selangor : Shah Alam.