260110140084_ai Siti Rika F_modul 1
-
Upload
ai-siti-rika-fauziah -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
description
Transcript of 260110140084_ai Siti Rika F_modul 1
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PEMERIKSAAN KADARBAHAN BAKU VITAMIN C DENGAN IODIMETRI
NAMA : AI SITI RIKA FAUZIAH
NPM :260110140084
HARI/TANGGAL : SELASA, 15 SEPTEMBER 2015
PRAKTIKUM
ASISTEN :1. HASYA AQDAN
2. HESTI JUWITA SARI
LABORATORIUM ANALISIS FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
ABTRAK
Penentuan kadar vitamin C dilakukan dengan metode titrasi iodimetri dimana titran
yang digunakan merupakan larutan iodin. Prinsip dalam titrasi ini yaitu adanya proses
reaksi redoks, yaitu oksidator lemah (larutan iodin) mengoksidasi larutan vitamin C
yang merupakan reduktor kuat pada titik akhir titrasi dalam suasana netral. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui kadar dari suatu sampel sehingga diketahui sampel
tersebut sesuai atau tidak dengan FI.Indikator yang digunakan dalam titrasi iodimetri
ini yaitu amilum dengan perubahan warna pada titik akhir biru.Larutan iodin
distandardisasi dengan larutan standar As2O3. Didapat normalitas I2 hasil pembakuan
yaitu 0,20715 N. Sedangkan hasil titrasi dalam penentuan kadar vitamin C yaitu
228,02%.
Kata kunci: Kadar, titrasi iodimetri, indicator
ABSTRACT
Concentration determination of vitamin C was done with iodimetry titration method
that used iodium as a titer.The principle of this titration there was a redox reaction,
it was weak oxidizing agent (iodium solution) that oxidizing vitamin C solution that
was a strong reduxing agent at the end point of titration on neutral condition. The
purpose of this practice to know concentration from the sample so known that
thesample appropriate with the rule on the FI.The indicator that used in this titration
was starch with the color changed at the end point was blue. Iodium solution was
standardization with the standard solution As2O3. The concentration of I2 was
0,20715 N. The result from titration of the concentration vitamin C was 228,02%.
Key words: Concentration, iodimetric titration, indicator
I. PENDAHULUAN
Menurut Taylor (1993),
Vitamin C adalah salah satu zat gizi
yang berperan sebagai antioksidan dan
efektif mengatasi radika bebas yang
dapat merusak sel atau jaringan,
termasuk melindungi lensa dari
kerusakan oksidatif yang ditimbulkan
oleh radiasi. Satatus vitamin C
seseorang sangat tergantung dari usia,
jenis kelamin, asupan vitamin C
harian, kemampuan adsorpsi dan
eksresi serta adanya penyakit tertentu
(Schetman, 1989).
Ada beberapa metode yang
dikembangkan untuk penentuan kadar
vitamin C diantaranya adalah meode
spektrofotometri UV-Vis dan metode
iodimetri. Metode iodimetri
merupakan metode yang mudah dan
sederhana diterapkan dalam suatu
penelitian (Munson, 1991).
Titrasi merupakan suatu proses
analisis dimana suatu volume larutan
standar ditambahkan ke dalam larutan
dengan tujuan mengetahui komponen
yang tidak dikenal. Berdasarkan
kemurniannya, larutan standar dibagi
menjadi larutan standar primer dan
sekunder.Larutan standar primer
adalah larutan dengan kemurnian
tinggi sedangkan larutan standar
sekunder adalah larutan dengan
kemurnian relative rendah sehingga
konsentrasi diketahui dari hasil
standardisasi (Day & Underwood,
1999).
Iodin adalah salah satu reagen
yang paling sering digunakan dalam
kimia analaisis.Dalam titrasi iodimetri,
iodin digunakan sebagai titran dengan
reaksi langsung.Iodimetri ini
didasarkan pada reaksi antara reduktor
kuat dengan ion iodide untuk
menghasilkan jumlah ekivalen iodin
dari analit.Iodin dititrasi dengan
larutan standar oleh agen reduktor
(Christian, 1994). Sedangkan
iodometri adalah titrasi yang
menggunakan larutan natrium tiosulfat
sebagai titran, salah satu reduktor
stabil dalam proses titrasi. Iodometri
digunakan untuk mengetahui
konsentrasi oksidator melalui reaksi
tidak langsung (Naviglio,
2010).Kondisi dari larutan berperan
penting dalam reaksi iodimetri.Untuk
menghasilkan reaksi yang cepat
diperlukan oksidan dengan potensial
reduksi yang rendah (seperti natrium
tiosulfat, hydrogen sulfide) (Ciesilski
& Zakrzewski, 2006).
`Terdapat beberapa cara untuk
mengetahui titik akhir titrasi dalam
titrasi iodimetri. Kanji merupakan
indicator yang paling sering digunakan
dalam titrasi iodimetri.Hasil dari
formasi antara iodin dan kanji adalah
berwarna biru kompleks.Warna yang
dihasilkan berasal dari adsorpsi dari
ion triodida ke dalam makromolekul
dari kanji. Sensitivitas dari perubahan
warna ini menurun pada temperature
yang tinggi (Ciesilski & Zakrzewski,
2006).
II. METODE
Alat
Buret, gelas kimia, gelas ukur, labu
volumetric, pipet.
Bahan
Indikator amilum (0,5%), iodin 0,1 N,
natrium tiosulfat, vitamin C.
Larutan Iodin 0,1 N
Ditimbang 1,9 gram I2 di atas kaca
arloji lalu dilarutkan dalam beaker
glass dengan15 ml aquades. Ditimbang
KI sebanyak 2,7 gram dan dilarutkan
ke dalam 20 ml aquadest. Kedua
larutan tersebut dicampurkan dan di ad
dengan aquades sampai 150 ml.
Larutan amilum (0,5 %)
Ditimbang amilum 0,25 % gram
amilum lalu dilarutkan dalam air panas
50 ml dalam gelas kimia, dikocok
sampai larut.
Pembakuan I2 oleh As2O3
Ditimbang As2O3 75 mg dilarutkan
dalam NaOH 0,1 N 10 ml.
Ditambahkan amilum 4 pipet penuh,
HCl 1 N 4 tetes, kemudian
ditambahkan aquades 2ml, dititrasi
dengan larutan iodin sampai mencapai
titik akhir titrasi.
Analisis Kemurnian Bahan Baku
Vitamin C
Bahan baku vitamin C ditimbang 500
mg lalu dilarutkan dengan aquades
dalam labu ukur 250ml. Dipipet 20 ml
aliquot sampel ke dalam Erlenmeyer.
Ditambahkan 1 ml indicator amilum.
Sampel dititrasi dengan larutan iodin
0,1 N sebanyak 3 kali, kemudian
dihitung kemurnian bahan baku
vitamin C.
III. HASIL
Pembakuan I2 dengan As2O3
No. Perlakuan Hasil
1 As2O3 ditimbang 75 mg,
dilarutkan dalam larutan
NaOH 0,1 N sebanyak 10
ml lalu ditambah aquades
20 ml
As2O3 larut
2 Amilum dipipet sebanyak
4 kali dan ditambahkan
HCl 1 N 4 tetes
Suasana larutan bisa
diasumsikan netral
3 Larutan dititrasi dengan
larutan iodin secara triplo.
Volume titran:
-Titrasi 1= 7,9 ml
-Titrasi 2= 6,8 ml
Rata-rata volume= 7,35 ml
Analisis Kemurnian Bahan Baku Vitamin C
No. Perlakuan Hasil
1 Bahan baku vitamin C ditimbang
500 mg dan dilarutkan dengan
250 ml aquades dalam labu ukur.
Vitamin C larut
2 Dipipet 20 ml sampel ke dalam
Erlenmeyer, ditambah 1 ml
amilum lalu dititrasi dengan
larutan iodin 0,1 N
Volume titran:
-Titrasi 1= 5 ml
-Titrasi 2= 5 ml
-Titrasi 3= 5 ml
Rata-rata volume= 5 ml
Kadar vit. C (%)=. . . /
x 100%
=, . , . ,
x100%
= 228,02 %
IV. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini bertujuan
untuk mengetahui kadar dari bahan
baku vitamin C dengan menggunakan
prinsip titrasi iodimetri. Alasan
pengujian kadar ini dengan metode
titrasi iodimetri karena sampel yang
digunakan (vitamin C) bersifat
reduktor kuat dan analit yang dalam
hal ini adalah iodin merupakan larutan
oksidator lemah. Ini sesuai dengan
prinsip titrasi iodimetri dimana
akanterjadi titrasi langsung terhadap
zat-zat yang potensial oksidasinya
lebih rendah dari system iodium-
iodida, sehingga zat akan tereoksidasi
oleh iodin secara kuantitatif pada titik
ekuivalennya.
I2 dilarutkan dalam larutan KI,
karena I2sukar larut dalam air dan
mudah larut dalam larutan yang
mengandung ion iodide.Selain itu, hal
ini dilakukan untuk mengurangi
dispasi penguapan sehingga terbentuk
ion tri iodide.Larutan ini harus
terlindung dari cahaya untuk
menghindari penguraian HIO oleh
cahaya matahari yang akan
menyebabkan hasil dari titrasi menjadi
tidak tepat. Karena I2 merupakan
larutan baku sekunder yang belum
diketahui normalitas yang sebenarnya,
maka larutan iodin dibakukan terlebih
dahulu dengan menggunakan larutan
standar As2O3. Dalam pembuatan
larutan As2O3 diperlukan larutan
NaOH karena Arsen trioksidsukar larut
dalam air akan tetapi mudah larut
dalam larutan natrium hidroksida
(NaOH) dengan membentuk natrium
arsenit. Ditambahkan juga HCl 1 N
untuk mengubah suasana larutan dari
basa menjadi netral karena titrasi
iodimetri berjalan pada suasana asam
lemah, basa lemah, atau netral. Selain
menggunakan larutan As2O3,
pembakuan I2 juga bisa dilakukan
dengan menggunakan larutan baku
primer lain yaitu larutan natrium
tiosulfat. Dengan menggunakan
larutan natium tiosulfat ini, maka
prinssip titrasi yang digunakan adalah
prinsip titrasi iodometri dimana adanya
kelebihan I2 yang akan dititrasi lebih
lanjut oleh tiosulfat.
Indikator yang digunakan yaitu
kanji. Hal ini disebabkan karena
kompleks kanji-iodium merupakan uji
sangat peka terhadap iodium dengan
memberikan kompleks biru kuat.
Warna biru ini dikarenakan adsorpsi
iod atau ion triiodia pada permukaan
makromolekul kanji.Kepekaan warna
berkurang dengan naiknya temperatur
larutan. Kanji tidak dapat digunakan
dalam medium yang sangat asam
karena akan terjadi hidrolisis pada
kanji itu sendiri.
Hasil pembakuan I2 oleh
larutan As2O3 yang dilakukan secara
duplo yaitu 0,20715 N. Hal ini tidak
sesuai dengan normalitas berdasarkan
perhitungan yaitu 0,1 N. Ini
disebabkan oleh beberapa
kemungkinan. Yang pertama, dalam
pembuatan larutan I2 konsentrasinya
tidak sesuai dengan yang diharapkan
(0,1N) karena tidak semua I2 larut
sehingga dapat menyebabkan
konsentrasinya tidak tepat atau karena
larutan I2 saat pembuatan terkena
cahaya sehingga kadarnya tidak sesuai
lagi karena adanya proses penguraian
dari I2 sendiri. Kemungkinan kedua
yaitu dalam pembuatan larutan
As2O3tidak tepat dikarenakan adanya
kesalahan dalam penimbangan arsen
trioksida yang menyebabkan proses
titrasi tidak menghasilkan titik akhir
yang sesuai dan akurat. Atau
kemungkinan yang lain yaitu
As2O3tidak larut sempurna, masih
terdapat padatan yang tidak larut
sehingga larutan iodin hanya bereaksi
dengan sebagian arsen trioksida tidak
bereaksi secara sempurna sesuai
dengan yang diinginkan sehingga titik
akhir titrasi berlangsung secara cepat.
Titrasi untuk penentuan kadar
vitamin C dilakukan secara triplo. Hal
ini bertujuan agar data yang didapat
bisa akurat dan presisi dengan
mempertimbangkan standar deviasi
dari data yang didapat. Volume titran
yang bereaksi dari titrasi 1, 2, dan 3
yaitu sebanyak 5 ml. DIlihat dari hasil
ini, maka dapat dikatakan bahwa titrasi
dalam penentuan kadar ini akurat
tanpa adanya standar deviasi. Dari
hasil perhitungan, didapat kadar
vitamin C yaitu sebanyak 228,02
%.Data yang digunakan dalam
perhitungan kadar ini salah satunya
menggunakan data dari pembakuan I2
oleh arsen trioksida yang tidak tepat
karena adanya kesalahan. Oleh karena
itu, bisa dikatakan bahwa kadar
vitamin C tersebut tidak tepat karena
nilainya yang terlalu besar, jauh
melampaui kadar yang ditetapkan
dalam FI. Menurut FI Edisi IV (1995),
kadar asam askorbat (vitamin C) yaitu
tidak kurang dari 99 % dan tidak lebih
dari 100,5%. Pada rentang tersebutlah
vitamin C mempunyai kadar yang baik
digunakan oleh tubuh. Vitamin C yang
beredar di pasaran harus memenuhi
kadar pada rentang tersebut agar
mempunyai khasiat dan kegunaan
yang sesuai seperti yang diharapkan.
Apabila kadarnya kurang dari 99%,
berarti khasiatnya kurang atau bahkan
tidak ada sedangkan apabila kadarnya
terlalu tinggi maka akan menyebabkan
efek lain yang tidak diinginkan.
V. KESIMPULAN
1. Berdasarkan dari data perhitungan,
bahan baku vitamin C yang diuji
memiliki kadar 228,02%.
2. Kadar vitamin C dapat ditentukan
dengan menggunakan metode titrasi
iodimetri.
3. I2 berperan sebagi oksidator
sedangkan sampel (vitamin C)
berperan sebagai reduktor.
DAFTAR PUSTAKA
Christian, G.D. 1994. Analytical Chemistry. New York: John Wiley and Son.
Ciesilski & Zakrzewski, 2006.Odimetric Titration of Sulfur Compounds in Alkaline
Medium.Chemistry Analysis (Warsaw), 51, 653.
Day & Underwood. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Depkes Ri. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI.
Naviglio, D. 2010. Iodometry and Iodimetry. Tersedia online di
www.federica.unina.it/agraria/analytical-chemistry/iodometry/
Schetman, G. 1989. Am. J. Public Health. The Influence of Smoking on Vitamin C
Status in Adult. 79. 158-162
Taylor, A. 1993. J. Am. Coll. Nutr. Relationship Between Nutrition and Oxidation.
12. 138-146
Lampiran
Perhitungan
Standardisasi I2
1 ml I2 0,1 N ~~ 4,946 mg As2O3
0,1 mEk I2 = 4,946 mg As2O3
,=,
X = 1,516 mEk
Titrasi ke:
1. mEk = NI2. V I2
1,516 = NI2. 7,8
N I2 = 0,19462. mEk = NI2. V I2
1,516 = NI2. 6,9
N I2 = 0,2197 N
Nrata-rata I2 =, ,
= 0,20715 N
Analisi kemurnian bahan baku vitamin C
VI2 titrasi ke 1 = titrasi 2 = titrasi 3 = 5 ml
mEk vitamin C= mEk I2
= NI2. VI2