31437005 Intubasi Endotrakeal by Aji Suyono

download 31437005 Intubasi Endotrakeal by Aji Suyono

of 19

Transcript of 31437005 Intubasi Endotrakeal by Aji Suyono

  • 8/3/2019 31437005 Intubasi Endotrakeal by Aji Suyono

    1/19

    Intubasi Endotrakeal

    BAB 1

    1. Pendahuluan

    Sejak dilakukannya tindakan bedah, sebenarnya kalangan medis telah

    berusaha untuk melakukan tindakan anestesi yang bertujuan untuk mengurangi

    dan menghilangkan rasa nyeri atau rasa sakit. (Anonim, 1989) Pada prinsipnya,

    seorang penderita akan dibuat tidak sadarkan diri dengan melakukan tindakan-

    tindakan yang sering dilakukan secara fisik seperti memukul, mencekik dan lain

    sebagainya. Hal tersebut terpaksa dilakukan agar pasien tidak merasa kesakitan

    dan akhirnya meloncat dari meja operasi yang mengakibatkan terganggunya

    jalannya acara operasi. (Anonim, 1986).

    Sejak diperkenalkannya penggunaan gas ether oleh William Thomas Greene

    Morton pada tahun 1846 di Boston Amerika Serikat, maka berangsur-angsur cara-

    cara kekerasan fisik yang sering dilakukan untuk mencapai keadaan anestesi

    mulai ditinggalkan. Penemuan tersebut merupakan titik balik dalam sejarah ilmu

    bedah, karena membuka cakrawala kemungkinan dilakukannya tindakan bedah

    yang lebih luas, mudah serta manusiawi. (Anonim, 1986).

    Dalam suatu tindakan operasi, seorang dokter bedah tidak dapat bekerja

    sendirian dalam membedah pasien sekaligus menciptakan keadaan anestesi.

    Dibutuhkan keberadaan seorang dokter anestesi untuk mengusahakan,

    menangani dan memelihara keadaan anestesi pasien. Tugas seorang dokter

    anestesi dalam suatu acara operasi antara lain :

    1. Menghilangkan rasa nyeri dan stress emosi selama dilakukannya proses

    pembedahan atau prosedur medik lain.

    2. Melakukan pengelolaan tindakan medik umum kepada pasien yang dioperasi,

    menjaga fungsi organ-organ tubuh berjalan dalam batas normal sehingga

    keselamatan pasien tetap terjaga.

    3. Menciptakan kondisi operasi dengan sebaik mungkin agar dokter bedah dapat

    melakukan tugasnya dengan mudah dan efektif.

    Salah satu usaha yang mutlak harus dilakukan oleh seorang dokter ahli

    anestesi adalah menjaga berjalannya fungsi organ tubuh pasien secara normal,

    1

  • 8/3/2019 31437005 Intubasi Endotrakeal by Aji Suyono

    2/19

    tanpa pengaruh yang berarti akibat proses pembedahan tersebut. Pengelolaan

    jalan napas menjadi salah satu bagian yang terpenting dalam suatu tindakan

    anestesi. Karena beberapa efek dari obat-obatan yang dipergunakan dalam

    anestesi dapat mempengaruhi keadaan jalan napas berjalan dengan baik.

    Salah satu usaha untuk menjaga jalan napas pasien adalah dengan

    melakukan tindakan intubasi endotrakheal, yakni dengan memasukkan suatu pipa

    ke dalam saluran pernapasan bagian atas. Karena syarat utama yang harus

    diperhatikan dalam anestesi umum adalah menjaga agar jalan napas selalu bebas

    dan napas dapat berjalan dengan lancar serta teratur. Bahkan, menurut Halliday

    (2002) penggunaan intubasi endotrakheal juga direkomendasikan untuk neonatus

    dengan faktor penyulit yang dapat mengganggu jalan napas. Tulisan ini akan

    menguraikan tentang intubasi endotrakheal, dan hanya akan dibatasi pada

    permasalahan tersebut.

    BAB 2 (Anatomi dan Fisiologi)

    2.1 Anatomi - Fisiologi Saluran Napas Bagian Atas.

    Dalam melakukan tindakan intubasi endotrakheal terlebih dahulu kita harus

    memahami anatomi dan fisiologi jalan napas bagian atas dimana intubasi itu

    2

  • 8/3/2019 31437005 Intubasi Endotrakeal by Aji Suyono

    3/19

    dipasang. Pada pembahasan tentang anatomi dan fisiologi ini, penyusun akan

    menguraikan tentang beberapa hal yang menyangkut fisiologi rongga orofaring,

    sebagian naso faring dan akan lebih ditekankan lagi pada bagian laring.

    Sistem respirasi manusia mempunyai gambaran desain umum yang dapat

    dihubungkan dengan sejumlah aktivitas penting. Secara esensial tentunya sistem

    ini terdiri dari permukaan respirasi dan bercabang menjadi pasase konduksi yang

    membentuk pohon pernafasan. Permukaan respirasi ini sangat luas kurang lebih

    200 m2, dan membentuk sesuatu yang sangat tipis, barier yang lembab untuk

    udara dan kapiler darah mengelilingi berjuta-juta kantong yang disebut alveolus

    yang akhirnya membentuk suatu massa paru-paru (William, 1995 : 1630).

    Anatomi Saluran Nafas Bagian Atas

    2.2 Respirasi Internal dan Eksternal

    Respirasi merupakan kombinasi dari proses fisiologi dimana oksigen

    dihisap dan karbondioksida dikeluarkan oleh sel-sel dalam tubuh. Hal ini

    merupakan proses pertukaran gas yang penting. Respirasi dibagi dalam dua fase.

    3

  • 8/3/2019 31437005 Intubasi Endotrakeal by Aji Suyono

    4/19

    Fase pertama ekspirasi eksternal dalam pengertian yang sama dengan bernafas.

    Ini merupakan kombinasi dari pergerakan otot dan skelet, dimana udara untuk

    pertama kali didorong ke dalam paru dan selanjutnya dikeluarkan. Peristiwa ini

    termasuk inspirasi dan ekspirasi. Fase yang lain adalah respirasi internal yang

    meliputi perpindahan / pergerakan molekul-molekul dari gas-gas pernafasan

    (oksigen dan karbondioksida) melalui membrana, perpindahan cairan, dan sel-sel

    dari dalam tubuh sesuai keperluan.

    2.3 Organ-organ pernafasan

    Traktus respiratorius ini meliputi: (a) rongga hidung (b) laring (c) trakea (d)

    bronkhus (e) paru-paru dan (f) pleura. Faring mempunyai dua fungsi yaitu untuk

    sistem pernafasan dan sistem pencernaan. Beberapa otot berperan dalam proses

    pernafasan. Diafragma merupakan otot pernafasan yang paling penting disamping

    muskulus intercostalis interna dan eksterna beberapa otot yang lainnya.

    Sistem Respirasi

    Sumber : http://universe-review.ca/I10-13-respiratory.jpg

    2.4 Faring dan Laring

    Hubungan faring dengan proses respirasi. Faring yang sering disebut-sebut

    adalah bagian dari sistem pencernaan dan juga bagian dari sistem pernafasan.

    Hal ini merupakan jalan dari udara dan makanan. Udara masuk ke dalam rongga

    4

    http://universe-review.ca/I10-13-respiratory.jpghttp://universe-review.ca/I10-13-respiratory.jpg
  • 8/3/2019 31437005 Intubasi Endotrakeal by Aji Suyono

    5/19

    mulut atau hidung melalui faring dan masuk ke dalam laring. Nasofaring terletak di

    bagian posterior rongga hidung yang menghubungkannya melalui nares posterior.

    Udara masuk ke bagian faring ini turun melewati dasar dari faring dan selanjutnya

    memasuki laring.

    Kontrol membukanya faring, dengan pengecualian dari esofagus dan

    membukanya tuba auditiva, semua pasase pembuka masuk ke dalam faring

    dapat ditutup secara volunter. Kontrol ini sangat penting dalam pernafasan dan

    waktu makan, selama membukanya saluran nafas maka jalannya pencernaan

    harus ditutup sewaktu makan dan menelan atau makanan akan masuk ke dalam

    laring dan rongga hidung posterior.

    2.4.1 Laring

    Organ ini (kadang-kadang disebut sebagai Adams Apple) terletak di antara

    akar lidah dan trakhea. Laring terdiri dari 9 kartilago melingkari bersama dengan

    ligamentum dan sejumlah otot yang mengontrol pergerakannya. Kartilago yang

    kaku pada dinding laring membentuk suatu lubang berongga yang dapat menjaga

    agar tidak mengalami kolaps. Dalam kaitan ini, maka laring membentuk trakeadan berbeda dari bangunan berlubang lainnya. Laring masih terbuka kecuali bila

    pada saat tertentu seperti adduksi pita suara saat berbicara atau menelan. Pita

    suara terletak di dalam laring, oleh karena itu ia sebagai organ pengeluaran suara

    yang merupakan jalannya udara antara faring dan laring.

    Bagian laring sebelah atas luas, sementara bagian bawah sempit dan berbentuk

    silinder. Kartilago laring merupakan kartilago yang paling besar dan berbentuk V

    yaitu kartilago tiroid. Kartilago ini terdiri dari dua kartilago yang cukup lebar,

    dimana pada bagian depan membentuk suatu proyeksi subkutaneus yang dikenal

    sebagai Adams Apple atau penonjolan laringeal. Kartilago ini menempel pada

    tulang lidah melalui membrana hyotiroidea, suatu lembaran ligamentum yang luas

    dan terhadap kartilago krikoid oleh suatu elastic cone suatu ligamentum yang

    sebagian besar terdiri dari jaringan elastik berwarna kuning.

    Kartilago krikoid lebih kecil tapi lebih tebal terdiri dari cincin depan, tetapi meluas

    ke dalam suatu struktur menyerupai plat untuk membentuk bagian bawah dan

    belakang laring.

    5

  • 8/3/2019 31437005 Intubasi Endotrakeal by Aji Suyono

    6/19

    Kartilago arytenoid berjumlah dua buah terletak pada batas atas dari

    bagian yang luas sebelah posterior krikoid. Kartilago ini kecil dan berbentuk

    piramid.Epiglotis, kartilago yang berbentuk daun terletak di pangkal lidah dan

    kartilago tiroid pada linea mediana anterior. Kartilago ini melebar secara oblik ke

    belakang dan atas.

    Rongga laring, rongga ini dimulai pada pertemuan antara faring dan laring

    serta ujung dari bagian bawah kartilago krikoid dimana ruangan ini akan berlanjut

    dengan trakhea. Bagian ini dibagi ke dalam dua bagian oleh vokal fold dan

    ventrikuler fold secara horizontal. Vokal fold atau pita suara merupakan dua

    ligementum yang kuat dimana meluas dari sudut antara bagian depan terhadap

    dua kartilago aritenoid pada bagian belakang. Ventrikuler fold sering disebut

    sebagai pita suara palsu yang terdiri dari lipatan membrana mukosa dan terselip

    suatu pita jaringan ikat. Lipatan-lipatan berada di samping terhadap pita suara

    yang asli. Ruangan di antara lipatan pita disebut sebagai glottis, bentuknya

    bervariasi sesuai dengan ketegangan lipatan pita.

    Fungsi laring, yaitu mengatur tingkat ketegangan dari pita suara yang

    selanjutnya mengatur suara. Laring juga menerima udara dari faring diteruskan kedalam trakhea dan mencegah makanan dan air masuk ke dalam trakhea. Kedua

    fungsi ini sebagian besar dikontrol oleh muskulus instrinsik laring.

    Pengaturan suara. Otot-otot laring baik yang memisahkan vokal fold atau yang

    membawanya bersama, pada kenyataannya mereka dapat menutup glotis kedap

    udara, seperti halnya pada saat seseorang mengangkat beban berat atau

    terjadinya regangan pada waktu defekasi dan juga pada waktu seseorang

    menahan nafas pada saat minum. Bila otot-otot ini relaksasi, udara yang tertahan

    di dalam rongga dada akan dikeluarkan dengan suatu tekanan yang membukanya

    dengan tiba-tiba yang menyebabkan timbulnya suara ngorok.

    Pengaliran udara pada trakhea, glotis hampir terbuka setiap saat dengan

    demikian udara masuk dan keluar melalui laring. Namun akan menutup pada saat

    menelan. Epiglotis yang berada di atas glottis berfungsi sebagai penutup laring.

    Ini akan dipaksa menutup glottis bila makanan melewatinya pada saat menelan.

    Epiglotis juga sangat berperan pada waktu memasang intubasi, karena dapat

    dijadikan patokan untuk melihat pita suara yang berwarna putih yang mengelilingi

    lubang.

    6

  • 8/3/2019 31437005 Intubasi Endotrakeal by Aji Suyono

    7/19

    BAB 3 ( Intubasi Endotrakeal )

    3.1 Pengertian Intubasi Endotrakheal.

    Menurut Hendrickson (2002), intubasi adalah memasukkan suatu lubang

    atau pipa melalui mulut atau melalui hidung, dengan sasaran jalan nafas bagian

    atas atau trakhea. Pada intinya, Intubasi Endotrakhea adalah tindakan

    7

  • 8/3/2019 31437005 Intubasi Endotrakeal by Aji Suyono

    8/19

    memasukkan pipa endotrakha ke dalam trakhea sehingga jalan nafas bebas

    hambatan dan nafas mudah dibantu dan dikendalikan (Anonim, 2002).

    3.2 Tujuan Intubasi Endotrakhea.

    Tujuan dilakukannya tindakan intubasi endotrakhea adalah untuk

    membersihkan saluran trakheobronchial, mempertahankan jalan nafas agar tetap

    paten, mencegah aspirasi, serta mempermudah pemberian ventilasi dan

    oksigenasi bagi pasien operasi. Pada dasarnya, tujuan intubasi endotrakheal :

    a. Mempermudah pemberian anestesia.

    b. Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas serta mempertahankan

    kelancaran pernafasan.

    c. Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi isi lambung (pada keadaan tidak

    sadar, lambung penuh dan tidak ada refleks batuk).

    d. Mempermudah pengisapan sekret trakheobronchial.

    e. Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.

    f. Mengatasi obstruksi laring akut.

    3.3 Indikasi dan Kontraindikasi.

    Indikasi bagi pelaksanaan intubasi endotrakheal menurut Gisele tahun

    2002 antara lain :

    a. Keadaan oksigenasi yang tidak adekuat (karena menurunnya tekanan oksigen

    arteri dan lain-lain) yang tidak dapat dikoreksi dengan pemberian suplai oksigen

    melalui masker nasal.

    b. Keadaan ventilasi yang tidak adekuat karena meningkatnya tekanan

    karbondioksida di arteri.

    c. Kebutuhan untuk mengontrol dan mengeluarkan sekret pulmonal atau sebagai

    bronchial toilet.

    d. Menyelenggarakan proteksi terhadap pasien dengan keadaan yang gawat atau

    pasien dengan refleks akibat sumbatan yang terjadi.

    Dalam sumber lain (Anonim, 1986) disebutkan indikasi intubasi endotrakheal

    antara lain :

    a. Menjaga jalan nafas yang bebas dalam keadaan-keadaan yang sulit.

    8

  • 8/3/2019 31437005 Intubasi Endotrakeal by Aji Suyono

    9/19

    b. Operasi-operasi di daerah kepala, leher, mulut, hidung dan tenggorokan,

    karena pada kasus-kasus demikian sangatlah sukar untuk menggunakan face

    mask tanpa mengganggu pekerjaan ahli bedah.

    c. Pada banyak operasi abdominal, untuk menjamin pernafasan yang tenang

    dan tidak ada ketegangan.

    d. Operasi intra torachal, agar jalan nafas selalu paten, suction dilakukan dengan

    mudah, memudahkan respiration control dan mempermudah pengontrolan

    tekanan intra pulmonal.

    e. Untuk mencegah kontaminasi trachea, misalnya pada obstruksi intestinal.

    f. Pada pasien yang mudah timbul laringospasme.

    g. Tracheostomi.

    h. Pada pasien dengan fiksasi vocal chords.

    Selain intubasi endotrakheal diindikasikan pada kasus-kasus di ruang bedah, ada

    beberapa indikasi intubasi endotrakheal pada beberapa kasus nonsurgical,

    antara lain:

    a. Asfiksia neonatorum yang berat.

    b. Untuk melakukn resusitasi pada pasien yang tersumbat pernafasannya, depresiatau abcent dan sering menimbulkan aspirasi.

    c. Obstruksi laryngeal berat karena eksudat inflamatoir.

    d. Pasien dengan atelektasis dan tanda eksudasi dalam paru-paru.

    e. Pada pasien-pasien yang diperkirakan tidak sadar untuk waktu yang lebih lama

    dari 24 jam seharusnya diintubasi.

    f. Pada post operative respiratory insufficiency.

    Menurut Gisele, 2002 ada beberapa kontra indikasi bagi dilakukannya intubasi

    endotrakheal antara lain :

    a. Beberapa keadaan trauma jalan nafas atau obstruksi yang tidak memungkinkan

    untuk dilakukannya intubasi. Tindakan yang harus dilakukan adalah

    cricothyrotomy pada beberapa kasus.

    b. Trauma servikal yang memerlukan keadaan imobilisasi tulang vertebra servical,

    sehingga sangat sulit untuk dilakukan intubasi.

    3.4 Posisi Pasien untuk Tindakan Intubasi.

    9

  • 8/3/2019 31437005 Intubasi Endotrakeal by Aji Suyono

    10/19

    Gambaran klasik yang betul ialah leher dalam keadaan fleksi ringan,

    sedangkan kepala dalam keadaan ekstensi. Ini disebut sebagai Sniffing in the air

    position. Kesalahan yang umum adalah mengekstensikan kepala dan leher.

    Posisi Untuk Intubasi

    Sumber : http://www.aic.cuhk.edu.hk/web8/Hi%20res/Laryngoscopy%201.jpg

    3.5 Alat-alat Untuk Intubasi

    Alat-alat yang dipergunakan dalam suatu tindakan intubasi endotrakheal (Anonim,

    1989) antara lain :

    a. Laringoskop, yaitu alat yang dipergunakan untuk melihat laring. Ada dua jenis

    laringoskop yaitu :

    i. Blade lengkung (McIntosh). Biasa digunakan pada laringoskop dewasa.

    ii.Blade lurus. Laringoskop dengan blade lurus (misalnya blade Magill) mempunyai

    teknik yang berbeda. Biasanya digunakan pada pasien bayi dan anak-anak,

    10

    http://www.aic.cuhk.edu.hk/web8/Hi%20res/Laryngoscopy%201.jpghttp://www.aic.cuhk.edu.hk/web8/Hi%20res/Laryngoscopy%201.jpg
  • 8/3/2019 31437005 Intubasi Endotrakeal by Aji Suyono

    11/19

    karena mempunyai epiglotis yang relatif lebih panjang dan kaku. Trauma pada

    epiglotis dengan blade lurus lebih sering terjadi.

    b. Pipa endotrakheal. Biasanya terbuat dari karet atau plastik. Pipa plastik yang

    sekali pakai dan lebih tidak mengiritasi mukosa trakhea. Untuk operasi tertentu

    misalnya di daerah kepala dan leher dibutuhkan pipa yang tidak bisa ditekuk yang

    mempunyai spiral nilon atau besi. Untuk mencegah kebocoran jalan nafas,

    kebanyakan pipa endotrakheal mempunyai balon (cuff) pada ujunga distalnya.

    Terdapat dua jenis balon yaitu balon dengan volume besar dan kecil. Balon

    volume kecil cenderung bertekanan tinggi pada sel-sel mukosa dan mengurangi

    aliran darah kapiler, sehingga dapat menyebabkan ischemia. Balon volume besar

    melingkupi daerah mukosa yang lebih luas dengan tekanan yang lebih rendah

    dibandingkan dengan volume kecil. Pipa tanpa balon biasanya digunakan padaanak-anak karena bagian tersempit jalan nafas adalah daerah rawan krikoid.

    Pada orang dewasa biasa dipakai pipa dengan balon karena bagian tersempit

    adalah trachea. Pipa pada orang dewasa biasa digunakan dengan diameter

    internal untuk laki-laki berkisar 8,0 9,0 mm dan perempuan 7,5 8,5 mm. Untuk

    intubasi oral panjang pipa yang masuk 20 23 cm. Pada anak-anak dipakai

    rumus :

    Panjang pipa yang masuk (mm) = Rumus tersebut merupakan perkiraan dan

    11

  • 8/3/2019 31437005 Intubasi Endotrakeal by Aji Suyono

    12/19

    harus disediakan pipa 0,5 mm lebih besar dan lebih kecil. Untuk anak yang lebih

    kecil biasanya dapat diperkirakan dengan melihat besarnya jari kelingkingnya.

    c. Pipa orofaring atau nasofaring. Alat ini digunakan untuk mencegah obstruksi

    jalan nafas karena jatuhnya lidah dan faring pada pasien yang tidak diintubasi.

    d. Plester untuk memfiksasi pipa endotrakhea setelah tindakan intubasi.

    e. Stilet atau forsep intubasi. Biasa digunakan untuk mengatur kelengkungan pipa

    endotrakheal sebagai alat bantu saat insersi pipa. Forsep intubasi (McGill)

    digunakan untuk memanipulasi pipa endotrakheal nasal atau pipa nasogastrik

    melalui orofaring.

    12

  • 8/3/2019 31437005 Intubasi Endotrakeal by Aji Suyono

    13/19

    f. Alat pengisap atau suction.

    3.6 Tindakan Intubasi.

    Dalam melakukan suatu tindakan intubasi, perlu diikuti beberapa prosedur yang

    telah ditetapkan (Anonim, 1989) antara lain :

    a. Persiapan.

    Pasien sebaiknya diposisikan dalam posisi tidur terlentang, oksiput diganjal

    dengan menggunakan alas kepala (bisa menggunakan bantal yang cukup keras

    atau botol infus 1 gram), sehingga kepala dalam keadaan ekstensi serta trakhea

    dan laringoskop berada dalam satu garis lurus.

    b. Oksigenasi.

    Setelah dilakukan anestesi dan diberikan pelumpuh otot, lakukan oksigenasi

    dengan pemberian oksigen 100% minimal dilakukan selama 2 menit. Sungkup

    muka dipegang dengan tangan kiri dan balon dengan tangan kanan.

    c. Laringoskop.

    Mulut pasien dibuka dengan tangan kanan dan gagang laringoskop dipegang

    dengan tangan kiri. Daun laringoskop dimasukkan dari sudut kiri dan lapangan

    13

  • 8/3/2019 31437005 Intubasi Endotrakeal by Aji Suyono

    14/19

    pandang akan terbuka. Daun laringoskop didorong ke dalam rongga mulut.

    Gagang diangkat dengan lengan kiri dan akan terlihat uvula, faring serta epiglotis.

    Ekstensi kepala dipertahankan dengan tangan kanan. Epiglotis diangkat sehingga

    tampak aritenoid dan pita suara yang tampak keputihan berbentuk huruf V.

    d. Pemasangan pipa endotrakheal.

    Pipa dimasukkan dengan tangan kanan melalui sudut kanan mulut sampai balon

    pipa tepat melewati pita suara. Bila perlu, sebelum memasukkan pipa asisten

    diminta untuk menekan laring ke posterior sehingga pita suara akan dapat tampak

    dengan jelas. Bila mengganggu, stilet dapat dicabut. Ventilasi atau oksigenasi

    diberikan dengan tangan kanan memompa balon dan tangan kiri memfiksasi.

    Balon pipa dikembangkan dan daun laringoskop dikeluarkan selanjutnya pipa

    difiksasi dengan plester.

    e. Mengontrol letak pipa.

    Dada dipastikan mengembang saat diberikan ventilasi. Sewaktu ventilasi,

    dilakukan auskultasi dada dengan stetoskop, diharapkan suara nafas kanan dan

    kiri sama. Bila dada ditekan terasa ada aliran udara di pipa endotrakheal. Bila

    terjadi intubasi endotrakheal akan terdapat tanda-tanda berupa suara nafas kananberbeda dengan suara nafas kiri, kadang-kadang timbul suara wheezing, sekret

    lebih banyak dan tahanan jalan nafas terasa lebih berat. Jika ada ventilasi ke satu

    sisi seperti ini, pipa ditarik sedikit sampai ventilasi kedua paru sama. Sedangkan

    bila terjadi intubasi ke daerah esofagus maka daerah epigastrum atau gaster akan

    mengembang, terdengar suara saat ventilasi (dengan stetoskop), kadang-kadang

    keluar cairan lambung, dan makin lama pasien akan nampak semakin membiru.

    Untuk hal tersebut pipa dicabut dan intubasi dilakukan kembali setelah diberikan

    oksigenasi yang cukup.

    f. Ventilasi.

    Pemberian ventilasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien bersangkutan.

    3.7 Langkah-langkah pemasangan

    1. Siapkan alat dan pasien

    2. Cuci tangan

    3. Pakai masker penutup hidung dan mulut dan sarung tangan

    14

  • 8/3/2019 31437005 Intubasi Endotrakeal by Aji Suyono

    15/19

    4. Atur posisi pasien,kepala ekstensi,leher fleksi

    5. Tangan kanan memegang kedua bibir lalu buka mulut pasien

    Tangan kiri memegang laringoscope,masukkan blade dari sebelah kanan

    mulut sambil membawa bagian lidah ke arah kiri sampai terlihat uvula danepiglottis.

    6. Dari arah luar tekan tulang rawan thyroid untuk membantu terbukanya

    epiglottis

    7. Masukkan endotracheal tube dengan arah miring ke kanan dan setelah

    masuk putar ke arah tengah

    8. Isi balon endotracheal dengan spuit kosong

    9. Sambungkan endotracheal dengan ventilator/bag

    10.Dengarkan bunyi nafas dengan stetoskop masuk ke esophagus, terlalu

    kanan atau terlalu kiri dari bronchus

    11.Fiksasi menggunakan plester

    Langkah-langkah intubasi

    15

  • 8/3/2019 31437005 Intubasi Endotrakeal by Aji Suyono

    16/19

    1 2

    3 4

    5 6

    3.8 Obat-Obatan yang Dipakai.

    16

  • 8/3/2019 31437005 Intubasi Endotrakeal by Aji Suyono

    17/19

    Berikut ini adalah obat-obat yang biasa dipakai dalam tindakan intubasi

    endotrakheal (Anonim, 1986), antara lain :

    a. Suxamethonim (Succinil Choline), short acting muscle relaxant merupakan obat

    yang paling populer untuk intubasi yang cepat, mudah dan otomatis bila

    dikombinasikan dengan barbiturat I.V. dengan dosis 20 100 mg, diberikan

    setelah pasien dianestesi, bekerja kurang dari 1 menit dan efek berlangsung

    dalam beberapa menit. Barbiturat Suxamethonium baik juga untuk blind nasal

    intubation, Suxamethonium bisa diberikan I.M. bila I.V. sukar misalnya pada bayi.

    b. Thiophentone non depolarizing relaxant : metode yang bagus untuk direct

    vision intubation. Setelah pemberian nondepolarizing / thiophentone, kemudian

    pemberian O2 dengan tekanan positif (2-3 menit) setelah ini laringoskopi dapat

    dilakukan. Metode ini tidak cocok bagi mereka yang belajar intubasi, dimana

    mungkin dihadapkan dengan pasien yang apneu dengan vocal cord yang tidak

    tampak.

    c. Cyclopropane : mendepresi pernafasan dan membuat blind vision intubation

    sukar.

    d. I.V. Barbiturat sebaiknya jangan dipakai thiopentone sendirian dalam intubasi.Iritabilitas laringeal meninggi, sedang relaksasi otot-otot tidak ada dan dalam

    dosis besar dapat mendepresi pernafasan.

    e. N2O/O2, tidak bisa dipakai untuk intubasi bila dipakai tanpa tambahan zat-zat

    lain. penambahan triklor etilen mempermudah blind intubation, tetapi tidak

    memberikan relaksasi yang diperlukan untuk laringoskopi.

    f. Halotan (Fluothane), agent ini secara cepat melemaskan otot-otot faring dan

    laring dan dapat dipakai tanpa relaksan untuk intubasi.

    g. Analgesi lokal dapat dipakai cara-cara sebagai berikut :

    - Menghisap lozenges anagesik.

    - Spray mulut, faring, cord.

    - Blokade bilateral syaraf-syaraf laringeal superior.

    - Suntikan trans tracheal.

    Cara-cara tersebut dapat dikombinasikan dengan valium I.V. supaya pasien dapat

    lebih tenang. Dengan sendirinya pada keadaan-keadaan emergensi. Intubasi

    17

  • 8/3/2019 31437005 Intubasi Endotrakeal by Aji Suyono

    18/19

    dapat dilakukan tanpa anestesi. Juga pada necnatus dapat diintubai tanpa

    anestesi.

    3.9 Komplikasi Intubasi Endotrakheal.

    A. Komplikasi tindakan laringoskop dan intubasi (Anonim, 1989)

    a. Malposisi berupa intubasi esofagus, intubasi endobronkial serta

    malposisi laringeal cuff.

    b. Trauma jalan nafas berupa kerusakan gigi, laserasi bibir, lidah atau

    mukosa mulut, cedera tenggorok, dislokasi mandibula dan diseksi

    retrofaringeal.

    c. Gangguan refleks berupa hipertensi, takikardi, tekanan intracranial

    meningkat, tekanan intraocular meningkat dan spasme laring.

    d. Malfungsi tuba berupa perforasi cuff.

    B. Komplikasi pemasukan pipa endotracheal.

    a. Malposisi berupa ekstubasi yang terjadi sendiri, intubasi ke endobronkial

    dan malposisi laringeal cuff.b. Trauma jalan nafas berupa inflamasi dan ulserasi mukosa, serta

    ekskoriasi kulit hidung

    c. Malfungsi tuba berupa obstruksi.

    C. Komplikasi setelah ekstubasi.

    a. Trauma jalan nafas berupa edema dan stenosis (glotis, subglotis atau

    trachea), suara sesak atau parau (granuloma atau paralisis pita suara),

    malfungsi dan aspirasi laring.

    b. Gangguan refleks berupa spasme laring.

    Anonim, (1986), Kesimpulan Kuliah Anestesiologi, edisi pertama, Aksara

    Medisina, Jakarta.

    18

  • 8/3/2019 31437005 Intubasi Endotrakeal by Aji Suyono

    19/19

    Anonim, (1989), Anestesiologi, edisi pertama, Bagian Anestesiologi dan Terapi

    Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

    Anonim, (2002), Endotracheal Intubation,

    http://www.medicinet.com/script/main/art.asp?li=mni&articlekey=7035

    Gail Hendrickson, RN, BS., (2002), Intubation,

    http://www.health.discovery.com/diseasesandcond/encyclopedia/1219.html

    Gisele de Azevedo Prazeres, MD., (2002), Orotracheal Intubation,

    http://www.medstudents.com/orotrachealintubation/medicalprocedures.html

    Halliday HL., (2002), Endotracheal Intubation at Birth for Preventing Morbidity and

    Mortality in Vigorous, Meconium-stained Infants Bord at Term, http://www.update-

    software.com/ceweb/cochrane/revabstr/ab000500.html

    Mansjoer Arif, Suprohaita, Wardhani W.I., Setiowulan W., (ed)., (2002), KapitaSelekta Kedokteran, edisi III, Jilid 2, Media Aesculapius Fakultas Kedokteran

    Universitas Indonesia, Jakarta.

    Michael B. Dobson, (1994), Penuntun Praktis Anestesi, EGC-Penerbit Buku

    Kedokteran, Jakarta.

    Tjunt & Earley, (1995), Anatomy and Physiology, FA Davis Company,

    Philadelphia.

    William, R. Peter, (1995), Grays Anatomy, Churchil Livingstone, New York.

    19

    http://www.medicinet.com/script/main/art.asp?li=mni&articlekey=7035http://www.medicinet.com/script/main/art.asp?li=mni&articlekey=7035