4. aspek aspek kritik sastra

91
Cahyo Hasanudin, M.Pd. Aspek-Aspek Kritik Sastra Pertemuan ke-4

Transcript of 4. aspek aspek kritik sastra

Page 1: 4. aspek aspek kritik sastra

Cahyo Hasanudin, M.Pd.

Aspek-Aspek Kritik SastraPertemuan ke-4

Page 2: 4. aspek aspek kritik sastra

Dalam Doaku(Sapardi Joko Damono, 1989, kumpulan sajak

“Hujan Bulan Juni”)

Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yangsemalaman tak memejamkan mata, yang meluas beningsiap menerima cahaya pertama, yang melengkung heningkarena akan menerima suara-suara

Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala,dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yanghijau senantiasa, yang tak henti-hentinyamengajukan pertanyaan muskil kepada anginyang mendesau entah dari mana

Page 3: 4. aspek aspek kritik sastra

Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burunggereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis,yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulubunga jambu, yang tiba-tiba gelisah danterbang lalu hinggap di dahan mangga itu

Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yangturun sangat perlahan dari nun di sana, bersijingkatdi jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnyadi rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku

Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku,yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakityang entah batasnya, yang setia mengusut rahasiademi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyibagi kehidupanku

Aku mencintaimu.Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakankeselamatanmu

Page 4: 4. aspek aspek kritik sastra

Analisis

Aspek-aspek Kritik Sastra

PenilaianPenafsiran

Page 5: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

Penafsiran atau interpretasi karya sastra berarti penjelasanmakna karya sastra. Penafsiran karya sastra berarti menangkapmakna karya sastra, tidak hanya menurut apa adanya, tetapimenerangkan juga apa yang tersirat dengan mengemukakanpendapat sendiri.

dalam memberikan penafsiran ada faktor subjektivitas(mengemukakan pendapat sendiri). Hasil penafsiran harusdapat dipertanggungjawabkan dengan mempertimbangkandua hal, yaitu1. Segala tafsiran harus disertai dengan alasan-alasan yang

logis, dapat diterima akal2. Alasan yang logis itu haruslah didasarkan pada sifat hakikat

karya sastra sendiri (meskipun tentang sifat hakikat karyasastra itu juga ada bermacam-macam menurut orientasinyaatau sudut pandang terhadap karya sastra

Page 6: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

1. Penafsiran berdasarkan pada orientasi sastra

Menurut Hirsch (1979: 8) arti yang diberikan oleh pembacaadalah makna (significance) yang diberikan kepada teks,sedangkan arti yang dimaksudkan oleh penulis disebut arti(meaning).

Jadi, arti yang diberikan pembaca tidak sama dengan artiyang dimaksudkan pengarangnya. Arti yang dimaksudkanpengarang itu tetap, sedangkan makna yang diberikanoleh pembaca itu berubah-ubah.

Page 7: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

1. Penafsiran berdasarkan pada orientasi sastra

Dalam interpretasi yang menjadi masalah adalahbagaimana kritikus dapat memberikan makna sepenuhdan sebulatnya kepada teks sastra yang diteliti, bukanmasalah kesahihan interpretasi.

Pendekatan Menafsirkan karya sastra

Mimetik Tiruan dunia ide, alam atau pun kehidupan

Pragmatik Menyampaikan pendidikan

Ekspresif Ekspresi jiwa sastrawan

Objektif Sistem tanda konvensi-konvensi yang ada dalam karya sastra

Page 8: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

2. Penafsiran dalam kerangka semiotik

Untuk dapat memahami karya sastra sepenuhnya sebagaistruktur harus diinsafi ciri khasnya sebagai tanda (sign).Tanda baru mendapat makna sepenuhnya bila sudahmelalui tanggapan pembaca.

Dengan demikian, ada pengaruh timbal balik antara tandadengan pembacanya. Pembaca dalam memberi maknaterikat konvensi tanda, tidak semau-maunya. Jadi, dengankerangka semiotik itu dapat diproduksi makna dalam karyasastra yang merupakan struktur sistem tanda-tanda itu.

Page 9: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

2. Penafsiran dalam kerangka semiotik

Dalam penafsiran karya sastra dengan kerangka semiotik,yang perlu diperhatikan untuk memproduksi maknaadalah:

a) Konvensi bahasa

b) Konvesi sastra

c) Kerangka kesejarahan

d) Relevansi sosial budayanya

Page 10: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

2. Penafsiran dalam kerangka semiotik

a) Konvensi Bahasa

Karya sastra adalah karya seni yang mediumnya sudahbersifat tanda yang mempunyai arti, yaitu bahasa. Tandakebahasaan itu adalah bunyi yang dipergunakan sebagaisimbol, yaitu tanda yang hubungannya dengan artinya itubersifat arbitrer atau semau-maunya. Arti tanda ituditentukan oleh konvensi masyarakatnya. Para pemakaibahasa tunduk kepada sistem konvensi bahasa itu, sepertikonvensi tata bahasa dan konvensi artinya. Para sastrawansebagai pemakai bahasa untuk karya sastranya tundukkepada sistem konvensi bahasa yang dipergunakannya(Teeuw, 1984: 96)

Page 11: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

2. Penafsiran dalam kerangka semiotik

b) Konvensi Sastra

Dalam memproduksi makna karya sastra, di samping harusmemperhatikan sistem konvensi bahasa yangdipergunakan, pembaca juga harus memperhatikan sistemkonvensi sastra. Jadi, arti bahasa (meaning) dalam karyasastra tidak semata-mata sama dengan sistem bahasa,tetapi mendapat arti tambahan yang merupakan maknasastra (significance) berdasarkan tempat dan fungsinyadalam struktur sastranya; maknanyan ditentukan fungsinyadalam struktur.

Page 12: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

2. Penafsiran dalam kerangka semiotik

b) Konvensi Sastra

Ketidaklangsungan pengucapan itu disebabkan oleh

1) Pemindahan atau pergantian arti (displacing ofmeaning)

2) Penyimpangan arti (distorting of meaning)

3) Penciptaan arti (creating of meaning)

Page 13: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

2. Penafsiran dalam kerangka semiotik

b) Konvensi Sastra

Pemindahan atau pergantian arti (displacing of meaning)terjadi pada metafora dan metonimia, perbandingan(simile), personifikasi, sinekdok. Misalnya dalam bait sajakChairil Anwar

SAJAK PUTIH

Bersandar pada tari warna pelangi

Kau depanku bertudung sutra senja

Di hitam matamu kembang mawar dan melati

Harum rambutmu mengalun bergelut senda

(1959: 19)

Page 14: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

2. Penafsiran dalam kerangka semiotik

b) Konvensi Sastra

Penyimpangan (distorting) arti terjadi bila dalam sajak adaambiguitas, kontradiksi, ataupun nonsense. Misalnyadalam sajak “Doa” Chairil Anwar (1959: 13)

DOA

Tuhanku

Aku hilang bentuk

Remuk

Tuhanku

Aku mengembara di negeri asing

Page 15: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

2. Penafsiran dalam kerangka semiotik

b) Konvensi Sastra

Kontradiksi terjadi pada paradoks dan ironi. Paradoksseperti terdapat dalam sajak “Pusat” Toto SudartoBachtiar

PUSAT

Serasa apa hidup yang terbaring mati

Memandang musim yang mengandung luka

Serasa apa kisah sebuahh dunia terhenti

Padaku, tanpa bicara

(1957: 7)

Page 16: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

2. Penafsiran dalam kerangka semiotik

b) Konvensi Sastra

Dalam sajak “Afrika Selatan” karya Subagio Sastrowardojoterdapat adanya ironi yang menggambarkan arti yangkontradiktif.

AFRIKA SELATAN

Kristus pengasih putih wajah

Kulihat dalam buku injil bergambar

Dan arca-arca dari marmar

Orang putih bersorak: "Hosannah!”

Dan ramai berarak ke sorga.

Page 17: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

2. Penafsiran dalam kerangka semiotik

b) Konvensi Sastra

Tapi kulitku hitam

Dan sorga bukan tempatku berdiam

....

Mereka boleh membunuh

Mereka boleh membunuh

Mereka boleh membunuh

Sebab mereka kulit putih

Dan kristus pengasih putih wajah

(1975: 26-27)

Page 18: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

2. Penafsiran dalam kerangka semiotik

b) Konvensi Sastra

Nonsense merupakan bentuk kata-kata yang secara linguistiktidak mempunyai arti sebab “menyalahi konvensi bahasa,”tidak terdapat dalam kosakata, misalnya tedapat dalam sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri:

penggabungan dua kata atau lebih menjadi bentuk baru,seperti “sepi”, “pisau”, dan “sapa” digabung menjadi “sepisaupisepisaupa”.

Pengulangan kata dalam satu kata: “terkekehkekehkehkehkeh”.

Page 19: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

2. Penafsiran dalam kerangka semiotik

b) Konvensi Sastra

Nonsense itu menimbulkan asosiasi-asosiasi tertentu,menimbulkan arti dua segi, menimbulkan suasana aneh,suasana gaib, ataupun suasana lucu. Semua itu merupakanmakna nonsense itu. Misalnya terdapat dalam sajak “Pot”(1981: 30):

“Potapa potipu potkaukah potaku?”

Page 20: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

2. Penafsiran dalam kerangka semiotik

b) Konvensi Sastra

Penciptaan arti terjadi bila ruang teks (spasi teks) berlakusebagai prinsip pengorganisasian untuk membuat tanda-tanda keluar dari hal-hal ketatabahasaan yangsesungguhnya secara lingiustik tidak artinya, misalnyasimitri, rima, enjambement, atau ekuivalensi-ekuivalensimakna (semantik) di antara persamaan-persamaan posisidalam bait (homologues). Misalnya homologues dalam baitsajak Rendra

Page 21: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran2. Penafsiran dalam kerangka semiotikb) Konvensi Sastra

Elang yang gugur tergeletakElang yang gugur terebahSatu harapku pada anakIngatkan pulang pabila lelah

Akan tetapi, selebihnya adalah efoni, diakhir dengan bait yang merdu berikut.

Ada pohon pulang ke sarangTembangnya panjang berulang-ulang_pulang ya pulang, hai petualang!

Ketapang, ketapang yang kembangBerumpun di dekat perigi tuaAnakku datang, anakku pulang

Kembali kucium, kembali kuriba

Page 22: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

2. Penafsiran dalam kerangka semiotik

b) Konvensi Sastra

Konvensi tema dan perwujudan (thema and ephiphany) adalahkonvensi makna (significance) yang relevan, makna yangrelevan dengan konteks sajak. Sajak menyatakan sesuatu secaraimplisit, mempunyai arti tambahan. Pernyataan-pernyataandalam puisi maknanya meluas. Puisi bukan hanya pernyataanpenyair saja, melainkan menjadi pernyataan manusia padaumumnya.

Misalnya sajak Chairil Anwar (1959: 9) “Selamat Tinggal”, temaatau masalahnya meluas, dan masalah aku si penyair menjadimasalah puisi itu sendiri, menjadi masalah manusia padaumumnya, yaitu manusia yang melihat pada dirinya sendiri.

Page 23: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran2. Penafsiran dalam kerangka semiotikb) Konvensi Sastra

SELAMAT TINGGALAku berkacaIni muka penuh lukaSiapa punya?

Kudengar seru menderuDalam hatiku?Apa hanya angin lalu?

Lagu lain pulaMenggelegar tengah malam butaAh ........!

Segala menebal, segala mengentalSegala tak kukenal......!Selamat tinggal......!

Page 24: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

2. Penafsiran dalam kerangka semiotik

c) Kerangka Kesejarahan: Hubungan Intertekstual

Dasar intertekstualitas adalah prinsip persamaan(vraisambable) teks yang satu dengan teks yang lain. Culler(1977: 139) mengutip pendapat Julia Kristeva bahwa setiapteks itu merupakan penyerapan dan transformasi teks-tekslain, setiap teks itu merupakan mosaik kutipan-kutipandari teks lain. Hubungan ini dapat berupa persamaan ataupertentangan.

Dikemukakan Riffaterre (1978: 11-23) bahwa sajak (teks)yang menjadi latar penciptaan sebuah karya sastra (teks)yang lain itu disebut hipogram.

Page 25: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

2. Penafsiran dalam kerangka semiotik

c) Kerangka Kesejarahan: Hubungan Intertekstual

Sebagai contoh dapatlah dikemukakan sebuah sajak ChairilAnwar yang berjudul “Penerimaan” (1959: 36) yangmenyerap dan mentransformasikan sajak Amir Hamzahyang menjadi hipogramnya: “Kusangka” (1959: 19)

Page 26: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

2. Penafsiran dalam kerangka semiotik

KUSANGKA (Amir Hamzah)

Kusangka cemburu kembang setangkai

Rupanya melur telah diseri.....

Hatiku remuk mengenangkan ini

Wasangka dan was-was silih berganti.

Kuharap cempaka baharu kembang

Belum tahu sinar matahari.....

Rupanya teratai patah kelopak

Dihinggapi kumbang berpuluh kali.

Page 27: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

Kupohonkan cempaka

Harum mula terserak.....

Melati yang ada

Pandai tergeletak.....

Mimpiku seroja terapung di paya

Teratai putih awan angkasa.....

Rupanya mawar mengandung lumpur

Kaca piring bunga renungan.....

Iguanku subuh, impianku malam

Kuntum cempaka putih bersih.....

Kulihat kumbang keliling berlagu

Kelopakmu terbuka menerima cembu.

Page 28: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

Kusangka hauri bertudung lingkup

Bulumata menyangga panah Asmara

Rupanya merpati jangan dipetik

Kalau dipetik menguku segera.

(Buah Rindu, 1959:19)

Page 29: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

PENERIMAAN (Chairil anwar)

Kalau kau mau kuterima kau kembali

Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi

Bak kembang sari sudah terbagi

Djangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kau kembali

Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi

(Deru Campur Debu, 1959: 36)

Page 30: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

2. Penafsiran dalam kerangka semiotik

D) Relevansi Sosial Budaya

Dalam memahami karya sastra tidak mungkin tanpapengetahuan mengenai kebudayaan yangmelatarbelakangi karya sastra dan tidak langsungterungkap dalam dalam sistem tanda bahasanya, sepertimisalnya pengetahuan tentang dalang, kayon,asmaradahana yang disebut oleh sastrawan dalamkaryanya.

Berikut sebuah sajak Darmanto Jt (1980: 40) yang didalamnya tercermin latar sosial budaya petani

Page 31: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

2. Penafsiran dalam kerangka semiotikD) Relevansi Sosial Budaya

ISTERIisteri mesti digemari

ia sumber berkah dan rejeki.(towikromo, Tambran, Pundong, Bantul)

Isteri sangat penting untuk mengurus kitaMenyapu pekaranganMemasak di dapurMencuci di sumurMengirim rantang ke sawahDan ngeroki kita kalau kita masuk anginYa. Isteri sangat penting untuk kita

Page 32: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

2. Penafsiran dalam kerangka semiotik

D) Relevansi Sosial Budaya

ia sisihan kita,

kalau kita pergi kondangan

ia tetimbangan kita,

kalau kita mau jual palawija

ia teman belakang kita,

kalau kita lapar dan mau makan

ia sigaraning nyawa kita,

kalau kita

ia sakti kita!

ah. Lihatlah. Ia menjadi sama penting

Page 33: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

2. Penafsiran dalam kerangka semiotik

D) Relevansi Sosial Budaya

Dengan kerbau, luku, sawah, dan pohon kelapa.

Ia kita cangkul malam hari dan tak pernah mengeluh walau cape

Ia selalu rapih menyimpan benih yang kita tanamkan dengan rasa

Sukur: tahu terima kasih dan meninggikan harkat kita sebagai lelaki

Ia selalu memelihara anak-anak kita dengan bersungguh-sungguh

Seperti kita memelihara ayam, itik, kambing atau jagung

Ah. Ya. Isteri sangat penting bagi kita justru ketika

Kita mulai melupakannya:

Page 34: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

2. Penafsiran dalam kerangka semiotik

D) Relevansi Sosial Budaya

....

Ah. Ah. Ah

Alangkah pentingnya isteri ketika kita mulai melupakannya

hormatilah isterimu

seperti kau menghormati Dewi Sri

sumber hidupmu

makanlah

Karena memang demikianlah suratannya!

.... Towikromo

Page 35: 4. aspek aspek kritik sastra

A. Penafsiran

Interpretasi merupakan sarana konkretisasi. Konkretisasimerupakan pemaknaan karya sastra. Dalam hubungan ini,perlulah diingat seluruh situasi karya sastra seperti yangdikemukakan oleh Abrams: alam, pembaca, sastrawan, dankarya sastra. Oleh karena itu, untuk mendapatkan maknasepenuhnya, hendaklah keempat orientasi itu (konvensibahasa, konvensi sastra, Kerangka Kesejarahan:Hubungan Intertekstual, dan relevansi sosial budaya)tidak dapat dipisahkan secara mutlak. Karena itu, dalamkonkretisasi penafsiran berdasarkan keempat orientasi itudapat dipergunakan, atau bahkan harus dipergunakan dimana perlu untuk mendapatkan makna yang optimal.

Misalnya karya Umar Kayam: Sri Sumarah dan Bawuk

Page 36: 4. aspek aspek kritik sastra

Analisis

Page 37: 4. aspek aspek kritik sastra

Aku ingin mencintaimu

Sapardi Djoko Damono

Aku ingin mencintaimuDengan sederhanaDengan kata yang tak sempatDiucapkan kayu kepada apiYang menjadikannya abu..Aku ingin mencintaimuDengan sederhanaDengan isyarat yang tak sempatDisampaikan awan kepada hujanYang menjadikannya tiada

Page 38: 4. aspek aspek kritik sastra

B. AnalisisContoh Puisi

TUTI ARTIC (Chairil Anwar)Antara bahagia sekarang dan nanti jurang ternganga,Adikku yang lagi keenakan menjilat es artic;Sore ini kau cintaku, kuhiasi dengan susu + coca cola.Isteriku dalam latihan: kita hentikan jam berdetik.

Kau pintar benar bercium, ada goresan tinggal terasa,, ketika kita bersepeda kuantar kau pulang,,Panas darahmu, sungguh lekas kau jadi dara,Mimpi tua bangka ke langit lagi menjulang,

Pilihanmu saban hari menjemput, saban kali bertukar;Besok kita berselisih jalan, tidak kenal tahu:Sorga hanya permainan sebentar.

Aku juga seperti kau, semua lekas berlaluAku dan Tuti+Greet+Amoi...hati terlantarCinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar

(1959:41)

Page 39: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

a) Lapis Suara (Sound Stratum)

Bila orang membaca puisi (karya sastra), yang tedengaradalah rangkaian bunyi yang dibatasi jeda pendek, agakpanjang, dan panjang. Akan tetapi, suara itu bukan hanyabunyi tanpa arti. Sesuai dengan konvensi bahasa, bunyi itudisusun begitu rupa hingga menimbulkan arti berdasarkankonvensi. Dengan adanya satuan-satuan suara, orangmenangkap artinya. Maka, lapis bunyi itu menjadi dasartimbulnya lapis arti.

Page 40: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

a) Lapis Suara (Sound Stratum)

Sajak tersebut berupa rangkaian satuan suara, yaitu suarasuku kata, kata, kelompok kata, dan suara kalimat. Satuan-satuan suara itu adalah satuan-satuan berdasarkan sistembunyi bahasa. misalnya:

Satuan suara suku kata : an-ta-ra, ba-ha-g i-a, se-ka-rang

Satuan suara kata : dan, nanti, jurang, ternganga

Dalam puisi juga terdapat asonansi, aliterasi, pola sajak(awal, dalam, tengah, dan akhir), kiasan suara, danorkestrasi.

Page 41: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

a) Lapis Suara (Sound Stratum)

Dalam bait I

Baris 1 : ada asonansi a dan aliterasi ng: antara bahagia,sekarang, dan nanti jurang ternganga

Baris 2 : ada asonansi i: lagi, menjilat, es artic

Baris 3 : ada aliterasi s: sore, kuhiasi, susu

Baris 4 : ada asonansi a digabung dengan aliterasi n:dalam latihan, kita hentikan jam

Pola sajak ahirnya : a-b-a-b; ternganga, artic, cola-cola,berdetik

Kombinasi asonansi, aliterasi, dan sajak akhir itumerupakan orkestrasi yang merdu dan berirama.

Page 42: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastraa) Lapis Suara (Sound Stratum)Dalam bait IIBaris 1 : ada asonansi a dan aliterasi r: pintar benar bercium, ada

goresan tinggal terasaBaris 2 : ada asonansi a yang berturut-turutBaris 3 : ada asonansi a berkombinasi dengan asonansi u dan

aliterasi h dan d: panas darahmu, sungguh lekas kau jadidara

Baris 4 : ada asonansi a berkombinasi dengan aliterasi m, ng, danl: mimpi tua bangka ke langit lagi menjulang

Pola sajak ahirnya : a-b-a-b; terasa, pulang, dara, menjulangKombinasi asonansi, aliterasi, dan sajak akhir dan kombinasi bunyi ngitu merupakan orkestrasi yang merdu, lebih-lebih pola sajak akhirdan kombinasi ng-nya: ada goresan tinggal terasa-kuantar kaupulang-jadi dara-ke langit lagi menjulang.

Page 43: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

a) Lapis Suara (Sound Stratum)

Dalam bait III

Baris 1 : terdapat bunyi yang berulang: saban harimenjemput, saban hari bertukar

Baris 2 : ada aliterasi s dan k: besok kita berselisih jalan,tidak kenal tahu

Baris 3 : ada asonansi a yang dikombinasikan denganaliterasi r: sorga hanya permainan sebentar

Pola sajak ahirnya : a-b-a; bertukar, tahu, sebentar

Page 44: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

a) Lapis Suara (Sound Stratum)

Dalam bait IV

Baris 1 : terdapat aliterasi s dan asonansi a-u yangberseling-seling au-ua-au-ua-a-au: aku jugaseperti kau, semua lekas berlalu

Baris 2 : ada asonansi i: Tuti-Amoi-hati

Baris 3 : ada asonansi a sepanjang baris: cinta adalahbahaya yang lekas jadi pudar

Pola sajak ahirnya : a-b-b; berlalu, terlantar, pudar

Page 45: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

b) Lapis Satuan Arti (Units of Meaning)

Fonem, suku kata, kata, kelompok kata, dan kalimat dalamsajak tersebut merupakan satuan-satuan arti. Akan tetapi,dalam sajak satuan arti minimum adalah kata, dan satuanterluas adalah kalimat. Arti kata-katanya adalah artileksikal seperti dalam kamus. Akan tetapi, dalam puisi(karya sastra) ada arti lain berdasarkan konvensi sastra,misalnya arti kiasan.

Page 46: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

b) Lapis Satuan Arti (Units of Meaning)

Bait I

Baris I : bahagia berarti kegembiraan, kesenangan;

sekarang: waktu kini

nanti: hari yang akan datang

jurang ternganga: ceruk dalam (gunung) yang lebartetapi di sini berarti kiasan: sesuatu yang memisahkanseperti lubang dalam yang mengerikan, sesuatu yangtidak diketahui yang mengerikan

Jadi baris pertama berarti antara kebahagiaan kini dan hariyang akan datang itu ada suatu pemisah yang penuh rahasiadan mengerikan

Page 47: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

b) Lapis Satuan Arti (Units of Meaning)

Bait I

Baris II : adikku berarti pacar si aku(yang diajak berdialog),ia sedang menjilati es artic yang terasa lezat(keenakan)

Baris III : sore ini kau cintaku: petang ini kau menjadikekasihku

kuhiasi: kuberi hiasan, maksudnya, diberi sesuatuyang indah, yang mewah, yaitu berupa kue“mewah” susu dan minuman “mewah” coca cola

Page 48: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

b) Lapis Satuan Arti (Units of Meaning)

Bait I

Baris IV : isteriku dalam latihan berarti isteri yang belumresmi, masih dalam taraf latihan, wanita yangdijadikan latihan sebagai isteri. Di sini pacar ituisteri dalam latihan

kita hentikan jam berdetik: jam berdetikdihentikan berarti waktu itu dihentikan, waktutidak diingat lagi.

Jadi baris keempat berarti mari, jangan diingat lagi waktudi saat orang sedang mengalami kebahagiaan, entah jarumjam sudah menunjuk pukul sepuluh atau sebelas malam

Page 49: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

b) Lapis Satuan Arti (Units of Meaning)

Bait II

Baris I : kau (si pacar) pintar (pandai) bercium, hingga adagoresan (bekas ciuman) yang tinggal (tetap,selalu) terasa: karena si pacar itu pandai bercium,si aku selalu merasakan bekas ciuman itu; ciumanpacar si aku itu begitu mengesankan

Baris II : ciuaman itu dilakukan ketika si aku sedangbersepeda mengantarkan gadisnya pulang

Page 50: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

b) Lapis Satuan Arti (Units of Meaning)

Bait II

Baris III : si aku merasakan panas darah si pacar, yangmenandakan pacarnya bergairah hidup, penuhhafsu erotik dan menandakan si pacar sudahdewasa meskipun umurnya baru baru belasantahun:

sungguh lekas kau jadi dara: kau sungguh cepatmenjadi dewasa, sudah pandai bercinta

Page 51: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

b) Lapis Satuan Arti (Units of Meaning)

Bait II

Baris IV : mimpi tua bangka: impian, angan-angan yangsudah lama sekali. Si aku pernah memimpikanatau berangan-angan tentang sesuatu yangindah, romantis, dan menyenangkan, misalnya iapernah berkeinginan mempunyai pacar yangmenggairahkan. Kini impian lama itu: ke langitmenjulang, bangkit lagi, timbul lagi karenamendapatkan pacar yang menggairahkan itu.

Page 52: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

b) Lapis Satuan Arti (Units of Meaning)

Bait III

Baris I : pilihanmu: orang yang kau pilih menjadi kekasih;saban hari menjemput: tiap hari mengambilmuuntuk berpacaran; saban kali bertukar: setiapkali berganti. Jadi, pacar gadis si aku itu tiap haridatang; si gadis itu tiap kali berganti pacar, diantaranya si aku sendiri.

Baris II : besok mereka (si aku dan gadis) berselisih jalan:saling berpisah; tidak kenal tahu; tidak salingmengenal lagi

Page 53: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

b) Lapis Satuan Arti (Units of Meaning)

Bait III

Baris III : sorga: kebahagiaan yang memuncak; hanyapermainan sebentar; Cuma kejadian (peristiwa)yang menyenangkan dalam waktu tidak lama

Page 54: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

b) Lapis Satuan Arti (Units of Meaning)

Bait IV

Baris I : aku juga seperti kau; si aku juga berbuat sepertiyang kau lakukan, yaitu berganti-ganti pacar danberpisah berulang-ulang; semua lekas berlalu:segalanya lekas lewat, lekas hilang. Karena itu,

Baris II : Aku dan Tuti dan Greet dan Amoi....hatiterlantar: hati menjadi kosong, sedih, tidak adayang dicintai lagi.

Page 55: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

b) Lapis Satuan Arti (Units of Meaning)

Bait IV

Baris III : cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar:percintaan itu sesuatu yang membuat sengsara,tetapi kesengsaraan itu lekas menghilang karenaakan terganti kebahagiaan yang lain denganbergantinya kekasih yang kemudian.

Page 56: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

C) Lapis Objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku,dan dunia pengarang

Objek-objek yang dikemukanan berupa:

Bahagia, jurang ternganga, gadis (adikku), es artic, susu,coca cola, ciuman, goresan ciuman, rasa panas darah,mimpi tua bangka, sorga, cinta, bahaya

Pelaku atau tokoh: si aku dan si gadis

Latar waktu: sekarang, sore, hari

Latar tempat: restoran atau tempat tamasya

Page 57: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

C) Lapis Objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku,dan dunia pengarang

Dunia pengarang di sini adalah peristiwa, cerita, ataupungambaran angan-angan yang diciptakan pengarang. Duniapengarang ini merupakan penggabungan antara objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku denganperbuatannya, dan peristiwa-peristiwa yang ditimbulkansebagai berikut:

Page 58: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

C) Lapis Objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku,dan dunia pengarang

Si aku menyatakan kepada gadisnya (Tuti Artic) yangsedang menikmati es artic di suatu tempat (restoran atautempat tamasya) bahwa kebagaiaan waktu kini dan waktunanti itu dipisahkan oleh sesuatu yang tidak diketahui,yang mengerikan. Oleh karena itu, pada saat bahagia itujangan ingat waktu lagi, nikmati kebahagiaan itusepuasnya.

Page 59: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

C) Lapis Objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku,dan dunia pengarang

Si aku mengatakan bahwa gadisnya pendai bercium hinggabekas ciuman itu selalu terasa. Betapa gadisnya itumenggairahkan dan terasa sudah dewasa. Mengalami halseperti itu, impian si aku yang telah lama diharapkan:impian hidup bersama gadis yang menggairahkan, kinitimbul lagi dengan hebatnya

Page 60: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

C) Lapis Objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku,dan dunia pengarang

Si aku menyadari bahwa kekasih si aku itu tiap kaliberganti pacar. Oleh karena itu, besok mereka akanberpisah dan tidak akan saling mengenal lagi. Betapakebahagiaan percintaan itu tidak kekal, hanya sebentarsaja.

Page 61: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

C) Lapis Objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku,dan dunia pengarang

Si aku pun seperti gadis pacarnya, percintaan tidaklangsung lama (setiap kali berganti pacar). Karena itu, siaku, Greet, Tuti, dan Amoi hatinya akan kosong: terlantartanpa cinta. Karena itu, sesungguhnya cinta itu adalahbahaya, tetapi juga lekas hilang berganti yang lain.

Page 62: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

D) Lapis “dunia” yang tidak usah dinyatakan, tetapisudah tersirat atau implisit

Pada bait I Dipandang dari sudut tertentu, yaitu dariobjek-objek: es artic, susu, dan coca cola, maka dialogpercintaan itu terjadi di restoran.

Adikku berarti pacar si aku, mengingat kata si aku: “sore inikau cintaku”. Pilihan kata kuhiasi itu menandakan bahwasusu dan coca cola itu makanan yang mewah (pada waktusekitar tahun 1945 saat sajak ditulis)

Page 63: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

D) Lapis “dunia” yang tidak usah dinyatakan, tetapisudah tersirat atau implisit

Pada bait II tergambar suasana percintaan yang romantik,bahkan erotik, tersirat dari kata-kata: kau pintar benarbercium, ada goresan tinggal terasa; panas darahmu,sungguh lekas kau jadi dara; mimpi tua bangka.

Page 64: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

D) Lapis “dunia” yang tidak usah dinyatakan, tetapisudah tersirat atau implisit

Pada bait III tersirat bahwa gadis si aku itu mudah jenuh,selalu berganti pacar, mudah bosab, penuh nafsu bercinta.Ini semua kelihatan dari kata-kata: pilihanmu saban harimenjemput, saban kali bertukar. Si gadis lekas melupakanpacar-pacarnya: besok kita berselisih jalan, tidak kenaltahu. Dipandang dari semua itu, maka segala sesuatu itutidak kekal, tidak tetap: Sorga hanya peramainan sebentar;cinta itu adalah bahaya yang lekas jadi pudar (bait IV, bariske-3)

Page 65: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

D) Lapis “dunia” yang tidak usah dinyatakan, tetapisudah tersirat atau implisit

Pada bait IV tergambar bahwa cinta itu membuatpenderitaan, membuat hati jadi kosong, terlantar tanpacinta, tetapi penderitaan akan lekas hilang juga: cintaadalah bahaya yang lekas jadi pudar

Page 66: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

E) Lapis Metafisik

Lapis metafisik meliputi sublim, tragis, mengerikan ataumenakutkan, dan suci yang menyebabkan pembacaberkontemplasi terhadap apa yang dikemukan dalamsajak.

Dalam sajak ini dikemukakan kengerian akan hal-hal yangtidak diketahui oleh manusia mengenai apa yang akandatang sebagai jurang yang menganga. Sebab itu,nikmatilah kebahagiaan yang didapat pada waktu kini,jangan pikirkan waktu yang berjalan: kita hentikan jamberdetik.

Page 67: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra

E) Lapis Metafisik

Di samping pikiran di atas, bahkan yang merupakan intipemikirannya segalanya itu tidak berlangsung lama, hanyasebentar, tidak kekal (bait III, IV): sorga hanya permainansebentar; cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar. Halini tentu merupakan ketragisan hidup manusia: percintaantidak berlangsung lama, hati terlantar, kosong tanpa cintaakibat ulah manusia sendiri: lekas bosan dan dikuasai olehnafsu. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Jean PaulSartre, tokoh eksistensialisme, bahwa “manusia itu adalahnafsu yang tidak berguna”. Hal ini membuat hidup menjadisia-sia, hampa.

Page 68: 4. aspek aspek kritik sastra

B. Analisis

2. Analisis Struktural: Hubungan antarunsur karya sastra

a) Analisis Struktur (Tema)

b) Struktur Tokoh dan penokohan

c) Alur

Page 69: 4. aspek aspek kritik sastra

Penilaian

Page 70: 4. aspek aspek kritik sastra

Hujan Bulan Juni – Sapardi Djoko Damono (1989)

tak ada yang lebih tabah

dari hujan bulan juni

dirahasiakannya rintik rindunya

kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak

dari hujan bulan juni

dihapusnya jejak-jejak kakinya

yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif

dari hujan bulan juni

dibiarkannya yang tak terucapkan

diserap akar pohon bunga itu

Page 71: 4. aspek aspek kritik sastra

C. Penilaian

karya sastra adalah karya imajinatif (rekaan) bermediumbahasa yang berfungsi estetiknya dominan (wellek danAustin, 1968: 22-25). Dengan demikian, dalam mengkritikkarya sastra harus ditunjukkan nilai seninya. Kalau tidakdemikian, kritik sastra belum sempurna memenuhifungsinya.

1. Aliran-aliran Penilaian

Pada garis besarnnya ada tiga paham penilaian karya sastrayang dikemukakan Wellek dan Austin (1968: 43) yaituabsolutisme, relativisme, dan perspektivisme.

Page 72: 4. aspek aspek kritik sastra

C. Penilaian

Absolutisme

Absolutisme adalah paham penilaian yang menilai karyasastra dari sudut pandang yang absolut (mutlak), yaitumenilai karya sastra berdasarkan paham tertentu, ide-idetertentu, politik, ataupun ide-ide pragmatik. Karya sastradipandang bernilai (seni) bila sesuai dengan paham, tujuanpendidikan, ataupun ide politik yang resmi. Pahampenilaian seperti ini dilakukan oleh antara lain negara-negara sosialis yang mengikuti ajaran Marxisme, kaumHumanis Baru, dan kaum Neo Thomist.

Page 73: 4. aspek aspek kritik sastra

C. Penilaian

Relativisme

Adalah aliran penilaian yang menilai karya sastraberdasarkan paham kenisbian, yaitu nilai karya sastra itunisbi, tergantung kepada tempat dan waktu lahirnya karyasastra. Tiap-tiap periode itu mempunyai konsep estetiksendiri-sendiri, tiap-tiap tempat itu mempunyai ukurandan konsep estetik sendiri. Oleh karena itu, penilaian tidakberlaku umum.

Page 74: 4. aspek aspek kritik sastra

C. Penilaian

Perspektivisme

Perspektivisme merupakan penilaian sastra yang menilai karyasastra sepanjang sejarahnya. Penilaian dipandang dari sudutpandang waktu lahir karya sastra, masa-masa yang dilaluinya,dan waktu sekarang.

Perspektivisme berarti mengenal adanya karya sastra yangdapat dibandingkan di segala zaman, berkembang, berubah,dan penuh kemungkinan.

Dengan demikian, setiap periode sastra akan menilai kembalikarya sastra tersebut. Oleh karena itu, berdasarkan penilaian-penilaian di setiap periode itu, dapat disimpulkan nilai karyasastra tersebut pada waktu sekarang.

Page 75: 4. aspek aspek kritik sastra

C. Penilaian

2. Penilaian berdasar Orientasi kepada Karya Sastra

Dasar Orientasi Misalnya

Kritik mimetik

Menghendaki peniruan yang setepat-tepatnya terhadap pengambaran atau yang hendak digambarkan

Gambaran tentang pabrik

Kritik pragmatik

Sesuai dengan orientasinya untuk tujuan tertentu, untuk pendidikan misalnya

Karya sastra yang dapatmencapai atau memenuhi tujuan pendidikan

Page 76: 4. aspek aspek kritik sastra

C. Penilaian

2. Penilaian berdasar Orientasi kepada Karya Sastra

Dasar Orientasi Misalnya

Kritik ekspresif

Menilai karya sastra sesuaidengan kesejatian pikiran dan perasaan penyair (sastrawannya

Melalu karya sastra seorangpengarang, orang dapat mengetahui apa yang dipikirkan, dicita-citakan, dan apa yang dimau

Kritik objektif

Menilai karya sastra berdasarkan ukuran yang objektif, ukuran yang universal yang dapat dikenakan pada setiap karya sastra

Karya sastra harus dinilai berdasarkan unsur intrinsiknya

Page 77: 4. aspek aspek kritik sastra

C. Penilaian

3. Kriteria Penilaian Karya Sastra

Dalam menilai karya sastra harus selalu diingat kodrat,fungsi, dan nilai karya sastra yang selalu erathubungannya (Wellek dan Austin, 1968: 238).

Karya sastra sebagai karya seni terdiri atas bahan danstruktur estetik (Wellek dan Austin, 1968: 241)

Dalam menilai karya sastra dikenai kriteria estetik untukstruktur estetik karya sastra dan kriteria ekstra estetikuntuk bahan-bahan karya sastra (Wellek dan Austin, 1968:241).

Page 78: 4. aspek aspek kritik sastra

C. Penilaian

3. Kriteria Penilaian Karya Sastra

Bahan-bahan karya sastra berupa kata-kata, tingkah lakumanusia, gagasan-gagasan, dan sikap-sikap manusia.Semuanya itu, termasuk bahasa, berada di luar karyasastra (sebelumnya). Namun, dalam karya sastra yangberhasil, bahan-bahan tersebut terjalin dalam hubungan-hubungan yang bermacam-macam oleh dinamika-dinamika tujuan estetik.

Karya sastra disebut besar (agung) itu adalah didasarkanpada kriteria ekstra estetik.

Page 79: 4. aspek aspek kritik sastra

C. Penilaian

3. Kriteria Penilaian Karya Sastra

Kriteria estetik dikenakan kepada struktur estetik karyasastra. Struktur estetik adalah semua usaha yang tersusununtuk mendapatkan nilai estetik (seni) karya sastra,misalnya persajakan (rima), penyusunan irama, pemilihankata yang tepat, gaya bahasa, penyusunan alur (sujet),konflik-konflik, humor, dan sebagainya, yang kesemuanyauntuk mendapatkan efek estetik.

Hal ini mengingat bahwa karya sastra itu karya imaginatifyang menghendaki adanya daya cipta (kreativitas).

Page 80: 4. aspek aspek kritik sastra

C. Penilaian

3. Kriteria Penilaian Karya Sastra

Fungsi karya sastra seperti diungkapkan Horace (Wellekdan Austin, 1968: 30) adalah gabungan dulce dan utile,menyenangkan dan berguna.

Sifat menyenangkan ini berhubungan dengan strukturestetiknya, sedangkan sifat berguna berhubungan denganbahan-bahan karya sastra yang besar (agung).

Karya sastra berdasarkan struktur estetiknya itumenyenangkan (dulce), sedangkan berdasarkankeagungan itu berguna (utile).

Page 81: 4. aspek aspek kritik sastra

C. Penilaian

4. Ciri-ciri Empiris Sifat Estetik Karya Sastra

Ciri empiris sastra menurut Shklovsky dalam Hawkes(1978: 62) “membuat aneh” (making strange). Bahasasastra membuat pembaca kecewa, frustasi terhadapharapannya yang sudah mempunyai konsep normatifterhadap bahasa yang dikenal dan dapat dipergunakannya.Pengecewaan terhadap harapan atau “harapan yangdikecewakan” (frustrated expectation) merupakan salahsatu ciri empiri sifat estetik karya sastra.

Bait pertama sajak Chairi Anwar “Sebuah Kamar” (1959:23) berikut inilah contohnya.

Page 82: 4. aspek aspek kritik sastra

C. Penilaian

4. Ciri-ciri Empiris Sifat Estetik Karya Sastra

Sebuah jendela menyerahkan kamar ini

Pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam

Mau lebih banyak tahu.

“Sudah lima anak bernyawa di sini

Aku salah satu!”

Orang meraskan keanehan bahwa jendela bisa“menyerahkan kamar” pada dunia dan begitu juga merasaaneh bahwa “bulan mau lebih banyak tahu”.

Page 83: 4. aspek aspek kritik sastra

C. Penilaian

4. Ciri-ciri Empiris Sifat Estetik Karya Sastra

Hal ini “mengecewakan harapan” pembaca, sebabpembaca mengharapkan hanya tokoh yang memilikitangan saja yang bisa “menyerahkan” dan hanya oranglahyang mempunyai keinginan untuk tahu, sedangkan bendamati seperti bulan tidak. Ucapan demikian merupakandefamiliarisasi atau deotomatisasi yang merupakan salahsatu sifat khusus bahasa puisi yang mencari efek.

Page 84: 4. aspek aspek kritik sastra

C. Penilaian

4. Ciri-ciri Empiris Sifat Estetik Karya Sastra

Ucapan tersebut bila dikatakan secara normatif akanmenjadi “Melalui jendela orang luar dapat melihat kamarini dan sinar bulan masuk membuat lebih terang kamar ini.Di dalam kamar ini sudah lahir lima orang anak, termasuk“aku”.

Kalau diucapkan demikian efek estetiknya menjadi hilang

Page 85: 4. aspek aspek kritik sastra

C. Penilaian

4. Ciri-ciri Empiris Sifat Estetik Karya Sastra

Contoh lain adalah bait sajak Amir Hamzah “Padamu Jua”berikut:

Engkau cemburu

Engkau ganas

Mangsa aku dalam cakarmu

Bertukar tangkap dengan lepas

Page 86: 4. aspek aspek kritik sastra

C. Penilaian

4. Ciri-ciri Empiris Sifat Estetik Karya Sastra

Ucapan: “Engkau ganas, mangsa aku dalam cakarmu,bertukar tangkap dengan lepas” ini membuat “kecewaharapan” pembaca. ucapan yang biasa: Engkau ganas,menangakap aku dengan cakarmu. Bergantian engkaumenangkap aku dan kemudian melepaskan, berulang-ulang. Akan tetapi, bila diucapkan secara normatif begitu,daya pesonanya menjadi hilang, tidak menarik lagi.

Page 87: 4. aspek aspek kritik sastra

C. Penilaian

4. Ciri-ciri Empiris Sifat Estetik Karya Sastra

Hal-hal yang baru dalam karya sastra, yang lain dari karyasebelumnya, biasanya menimbulkan keanehan dan“mengecewakan harapan” pembaca, misalnyapemotongan kata-kata, pembalikan suku kata (metatesis)yang disengaja seperti dalam sajak Sutardji Calzoum Bachri“Tragedi Winka & Sihka”.

Dalam karya Prosa, novel-novel Iwan Simatupang yanganeh dan “mengecewakan harapan” para pembacanyasebab hal-hal seperti itu belum pernah ada dalamkesusastraan Indonesia Modern.

Page 88: 4. aspek aspek kritik sastra

C. Penilaian

4. Ciri-ciri Empiris Sifat Estetik Karya Sastra

Armijan Pane dalam Belenggu yang memperbandingkankenangan Tono kepada Tini dan Yah seperti dua stasiunradio yang berdekatan, suaranya kadang bercampur,adalah sesuatu yang menimbulkan keanehan danmembuat harapan pembaca “dikecewakan”.

Penyair memilih kata-kata yang tepat, yang ekspresif,untuk melukiskan perasaan dan pikirannya, pemilihan itudisesuaikan dengan kata-kata kombinasinya yang sehargaatau senilai, baik arti maupun bunyinya. Misalnya:

Page 89: 4. aspek aspek kritik sastra

C. Penilaian

4. Ciri-ciri Empiris Sifat Estetik Karya Sastra

Bait sajak Amir Hamza berikut.

Habis kikis

Segala cintaku hilang terbang

Pulang kembali aku padamu

Seperti dahulu

Kombinsasi “habis kikis” dapat diganti “habis musnah”,“kikis” diganti “musnah” artinya sama atau hampir sama,tetapi bunyinya tidak sama dengan “habis”, maka dipilihkombinasi “habis kikis” bukan “habis musnah”.

Page 90: 4. aspek aspek kritik sastra

C. Penilaian

4. Ciri-ciri Empiris Sifat Estetik Karya Sastra

Begitupula kombinasi “hilang terbang” dapat diganti“hilang lenyap”, tetapi suara “lenyap” tidak sama dengansuara “hilang”, maka dipilih kombinasi “hilang terbang”bukan “hilang lenyap”

Page 91: 4. aspek aspek kritik sastra

C. Penilaian

5. Konsep-konsep Estetik

Untuk menilai sebuah karya sastra berdasarkankesejarahannya, perlu diperhatikan konsep-konsep estetiktiap periode yang dipergunakan sebagai saranakonkretisasi, aktualisasi, atau rekuperasi karya sastra,yang merupakan sarana untuk memberi makna danpenilaian karya sastra.