4. Laporan Pap - Transpirasi

30
Laporan Praktikum PLANT ANATOMY AND PHYSIOLOGY TRANSPIRASI DISUSUN OLEH Dika Muftia Patappa NIM F05112072 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2014

Transcript of 4. Laporan Pap - Transpirasi

Laporan Praktikum

PLANT ANATOMY AND PHYSIOLOGY

TRANSPIRASI

DISUSUN OLEH

Dika Muftia Patappa

NIM F05112072

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2014

ABSTRAK

Water is one of the determining factors for the plants. The amount of water in the plant body always fluctuated depending on the speed of entry of water into the plant body, the speed of the process water use by plants, and the speed of the body's loss of water from plants. Transpiration directly related to light intensity. The greater the light intensity the higher the rate of transpiration. Other environmental factors that affect transpiration include: CO2 concentration, temperature, relative humidity, air density and wind speed. While the factors that affect plant transpiration rate is the number of leaves and stomata.

Experimentation Transpiration was held on 5 April 2014 which use plant Coleus sp as matter by the photometric method. 3 treatments done is to put them at different places. Under display sunlight, in front of a fan, and on the table. The sequence begins fastest transpiration from plants that are under the sunlight, followed by which in front of a fan and a desk. However, because the weather is so hot, so the plants are on the table, has similar transpiration rate to that in front of a fan.

Keywords: leaf, stomata, evaporation, evaporation rate, temperature, sunlight, photometer

Air merupakan salah satu faktor penentu bagi berlangsungnya kehidupan tumbuhan. Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi tergantung pada kecepatan proses masuknya air ke dalam tubuh tumbuhan, kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan, dan kecepatan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Transpirasi berhubungan langsung dengan intensitas cahaya. Semakin besar intensitas cahaya semakin tinggi laju transpirasi. Faktor-faktor lingkungan lainnya yang berpengaruh terhadap transpirasi antara lain: konsentrasi CO2, temperatur, kelembaban relatif, kepadatan udara, dan kecepatan angin. Sedangkan faktor tanaman yang mempengaruhi laju transpirasi adalah jumlah daun dan stomata.Praktikum mengenai transpirasi ini dilaksanakan pada tanggal 5 April 2014 menjadikan tumbuhan coleus sp sebagai percobaan dengan metode fotometri. 3 perlakuan yang dilakukan adalah dengan meletakkan ketiganya di tempat yang berbeda. dI bawan paparan cahaya matahari, di depan kipas angin, dan di atas meja. Urutan transpirasi tercepat dimulai dari tumbuhan yang berada di bawah paparan cahaya matahari, disusul yang berada di depan kipas angin, dan meja. Namun karena cuaca yang begitu terik, sehingga tumbuhan yang berada di meja, memiliki kecepatan transpirasi yang sama dengan yang di depan kipas angin.Kata kunci : daun, penguapan, kecepatan penguapan, suhu, cahaya matahari, fotometerPENDAHULUANTujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengukur kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan absorpsi airnya.Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangna tersebut sangat kecil dibanding dengan yang hilang melalui stomata.Sebatang tumbuhan yang tumbuh di tanah dapat dibayangkan sebagai dua buah sistem percabangan, satu di bawah dan satu lagi di atas permukaan tanah. Kedua sistem ini dihubungkan oleh sebuah sumbu utama yang sebagian besar terdapat di atas tanah. Sistem yang ada dalam tanah terdiri atas akar yang bercabang-cabang menempati hemisfer tanah yang besar. Akar-akar terkecil terutama yang menempati bagian luar hemisfer tersebut. Karena sumbu yang menghubungkan akar dan daun memungkinkan air mengalir dengan tahanan wajar, maka tidak dapat dielakkan lagi bahwa air akan mengalir sepanjang gradasi tekanan air yang membentang dari tanah ke udara dalam tubuh tumbuhan. Oleh karena itu seluruh tumbuhan dapat dibandingkan dengan sumbu lampu, yang menyerap air dari tanah melalui akar, mengalirkannya melalui batang dan kemudian menguapkannya ke udara dari daun-daun. Aliran air ini dikenal dengan istilah alur transpirasi, merupakan konsekuensi struktur tumbuhan dalam hubungannya dengan lingkungan (Loveless, 1991).Kondisi Yang Mempengaruhi Laju TranspirasiDalam bukunya Loveless (1991) menuliskan, oleh karena transpirasi melibatkan difusi uap air dari ruang-ruang antar sel ke udara melalui stomata, maka laju transpirasi akan bergantung pada:1. Tahanan jalur yang dilalui terhadap molekul-molekul uap air yang berdifusi, dan2. Perbedaan konsentrasi antara uap air di dalam dan di luar daun, yaitu ketajaman gradasi difusi.Bila stomata terbuka dan karena itu tahanan minimal, laju transpirasi dipengaruhi oleh sembarang faktor yang mempengaruhi ketajaman gradasi difusi antara ruang antarsel dan athmosfer. Bila stomata terbuka, laju transpirasi bergantung kepada perbedaan antara tekanan uap udara jenuh di dalam daun dan tekanan uap udara di luar daun. Bila faktor-faktor lain sama, semakin rendah tekanan uap dalam udara luar semakin cepat transpirasi terjadiProses-proses transpirasi1) Evaporasi air dari dinding sel ke ruang antar sel yang ada dalam daun. Proses ini akan terus berlangsung sampai rongga antar sel jenuh dengan uap air. Sel-sel yang menguapkan air ke rongga antar sel akan kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Pada tahap inilah air yang diserap oleh akar akan dibawa naik melalui pembuluh xylem sampai bagian daun.2) Difusi air dari ruang antar sel ke atmosfer melalui stomata, kutikula ataupun lentisel.Di samping mengeluarkan air dalam bentuk uap air, tumbuhan dapat pula mengeluarkan air dalam bentuk tetesan air yang prosesnya disebut gutasi dengan melalui alat yang disebut hidatoda, yaitu yaitu suatu lubang yang terdapat pada ujung urat daun yang sering kita jumpai pada spesies tumbuhan tertentu.Stomata tumbuhan pada umumnya membuka pada saat matahari terbit dan menutup saat hari gelap sehingga memungkinkan masuknya CO2 yang diperlukan untuk fotosintesis pada siang hari. Umumnya, proses pembukaan memerlukan waktu 1 jam dan penutupan berlangsung secara bertahap sepanjang sore. Stomata menutup lebih cepat jika tumbuhan ditempatkan dalam gelap secara tiba-tiba (Salisbury dan Ross, 1995). Loveless (1991) dalam literaturnya menyebutkan terbukanya stomata pada siang hari tidak terhambat jika tumbuhan itu berada dalam udara tanpa karbon dioksida, yaitu keadaan fotosintesis tidak dapat terlaksana.Kalau tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel, uap air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi.Cahaya fotosintesis dalam sel-sel mesophyl berkurangnya CO2 dalam ruang antar sel menaikan pH dalam sel penutup perubahan enzimatik menjadi gula menaikkan kadar gula menaikkan tekanan osmotic dari getah sel menaikkan turgor stomata membuka (Pandey dan Sinha, 1983).Air yang berlebihan akan disingkirkan melalui proses transpirasi. Jika kadar kehilangan air melalui transpirasi melebihi kadar pengambilan air tumbuhan tersebut, pertumbuhan pokok akan terhalang. Akibat itu, mereka yang mengusahakan pernanaman secara besar besaran mungkin mengalami kerugian yang tinggi sekira mengabaikan faktor kadar transpirasi tumbuh tumbuhan. ( Devlin, 1983 ) . Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel 80% air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata, paling besar peranannya dalam transpirasi. ( Michael, 1964 ) .Uap air berdifusi dari ruangan udara yang lembap pada daun ke udara yang lebih kering melalui stomata. Penguapan dari lapisan tipis air yang melapisi sel-sel mesofil mempertahankan kelembapan tinggi ruangan udara itu. Kehilangan air ini menyebabkan lapisan tipis air itu membentuk meniskus, yang semakin lama semakin cekung ketika laju transpirasi meningkat. Terbentuknya meniskus ini terjadi karena kombinasi kedua gaya yang bekerja pada air. Dalam artian, air itu ditarik oleh gaya adhesi dan kohesi. Kohesi air akibat ikatan hydrogen memungkinkan transpirasi mampu menarik air ke atas melewati pembuluh xylem dan trakeid yang sempit yang tanpa kolom air ini menjadi pecah. Pada kenyataannya, daya tarik transpirasi itu dengan bantuan kohesi air dihantarkan dari akar ke seluruh daun. Aliran massal air ke puncak suatu pohon digerakkan tenaga surya, karena penyerapan cahaya matahari oleh daun yang menyebabkan penguapan yang bertanggung jawab atas daya tarik transpirasional. ( Campbell, 2003 ) .Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya. Besarnya uap air yang ditranspirasikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Faktor dari dalam tumbuhan (jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata), (2) Faktor luar (suhu, cahaya, kelembaban, dan angin). ( Salisbury, 1992 ) . Faktor-faktor tanaman yang mempengaruhi evapotranspirasi : 1.) Penutupan stomata. Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk masing-masing satuan penambahan lebar stomata. Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan. 2.) Jumlah dan ukuran stomata. Dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata 3.) Jumlah daun. Makin luas daerah permukaan daun, makin besar evapotranspirasi. 4.) Penggulungan atau pelipatan daun. Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas. 5.) Kedalaman dan proliferasi akar. Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah ) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen. ( Gardner, 1991 ) .Ruang interseluler udara dalam daun mendekati keseimbangan dengan larutan dalam fibrill sel pada dinding sel. Hal ini berarti sel-sel hampir jenuh dengan uap air, padahal banyaknya udara di luar daun hampir kering. Difusi dapat terjadi jika ada jalur yang memungkinkan adanya ketahanan yang rendah. Kebanyakan daun tertutup oleh epidermis yang berkutikula yang memiliki resistansi (ketahanan) tinggi untuk terjadinya difusi air. Namun stomata memiliki resistansi rendah ketika membuka dan uap air berdifusi ke luar melalui stomata. (Loveless, 1991) .Jumlah difusi keluarnya uap air dari stomata tergantung pada tingkat kecuraman gradien konsentrasi uap air. Lapisan pembatas yang tebal memiliki gradien yang lebih rendah, dan lapisan pembatas yang tipis memiliki gradien yang lebih curam. Oleh karena itu, transpirasi melalui lapis pembatas yang tebal lebih lambat dari pada yang tipis. Angin membawa udara dekat ke daun dan membuta pembatas lebih tipis. Hal ini menunjukkan mengapa laju transpirasi pada tumbuhan lebih tinggi pada udara yang banyak hembusan angin. ( Khairunnisa, 2000 ) .Transpirasi dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas, penyerapan air tidak mampu mengimbangi laju transpirasi, w sel turun, p menurun, tanaman layu, layu permanent, mati, hasil tanaman menurun. Sering terjadi di daerah kering, perlu irigasi, meningkatkan lengas tanah, pada kisaran layu tetap kapasitas lapangan. (Jumin, 1992 ) .Cekaman kekeringan merupakan kondisi dimana kadar air tanah berada pada kondisi yang minimum untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Pengaruh cekaman kekeringan pada stadi vegetatif dapat mengurangi laju pelebaran daun dan LAI pada tingkat perkembangan berikutnya. Cekaman air yang parah dapat menyebabkan penutupan stomata, yang mengurangi pengambilan karbondioksida dan produksi berat kering. Selama terjadi cekaman kekeringan terjadi penurunan laju fotosintesis yang disebabkan oleh penutupan stomata dan terjadinya penurunan transport elektron dan kapasitas fosforilasi didalam kloroplas daun. ( Purwanto, 2010 ) .Transpirasi efisiensi (TE) didefinisikan sebagai produksi biomassa per unit air terjadi, dan indeks panen. sebagai perbaikan TE berarti memaksimalkan produksi tanaman per unit penggunaan air, itu adalah salah satu komponen penting bagi meningkatkan ketahanan kekeringan. Meskipun TE telah diakui sebagai sangat relevan sifat, sejauh ini usaha yang sangat sedikit penelitian yang telah dibuat terhadap skrining lapangan untuk itu, terutama karena kesulitan dalam mengukur TE dalam metode skrining. Metode ini dikembangkan oleh (Farquhar, 1982) untuk memperkirakan TE melalui pengukuran diskriminasi terhadap 13oC dengan daun selama fotosintesis, dan pembentukan hubungan yang erat antara karbon isotop diskriminasi dan TE di banyak kacang-kacangan tanaman seperti kacang, kacang tunggak, kacang tanah, dan kacang kedelai memiliki memberikan metode yang berguna skrining. ( Kashiwagi, 2006 ) .Manfaat TranspirasiBagi tumbuhan, transpirasi yang berlangsung memberikan beberapa manfaat, antara lain :1) Menyebabkan terjadinya daya isap daun sehingga terjadi transport air di batang.2) Membantu penyerapan air dan zat hara oleh akar.3) Mengurangi air yang terserap secara berlebihan.4) Mempertahankan temperature yang sesuai untuk daun.5) Mengatur fotosintesis dengan menbuka dan meututupnya stomata.2.5 Adaptasi tanaman terhadap kekurangan airBanyaknya sekali sifat-sifat yang membantu tumbuhan untuk meniadakan pengaruh keadaan yang tidak menguntungkan dan sebagai akibatnya memperluas jangkauan kisaran tempat hidupnya.a. Adaptasi morfologiSebagai contoh dapat dilihat pada tumbuhan gurun atau setengah gurun yang mempunya bentuk perakaran yang dalam yang memungkinkan pengambilan cadangan air di bawah tanah, dan pada rumpun-rumpun yang terancam rapar di daerah-daerah setengah kering, yang membantu menahan air bila ada dari sumber-sumber dalam udara (misalnya embun) (Polunin, 1990). Sifat morfologis lain yang dianggap menyokong kemampuan hidup tanaman di iklim kering, yaitu : rambut daun, berputarnya daun, penyimpangan air dalam bulb, umbi dan akar (Fitter dan Hay, 1991).b. Adaptasi anatomisSebagai contoh suatu tanaman rumput yang memiliki anatomi daun yang spesifik, dapat mengikat CO2. Stomata tanaman CAM menutup di siang hari untuk mengurangi kehilangan air akibat transparasi ( Fitter dan Hay, 1991).c. Adaptasi BiokimiaAdaptasi biokimia bertujuan untuk melindungi sel-sel dan jaringan dari kerusakan dan kematian selama keadaan kering yang berat. Contohnya biji-biji tanaman dari species ephemeral mendukung (mengandung cukup air) untuk perkecambahannya.\METODOLOGIPraktikum Transpirasi ini di Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP UNTAN pada hari Sabtu, 5 April 2014 pukul 10.00 12.30 . Praktikum ini menggunakan alat yaitu fotometer, sumbat karet berlubang, silet, dan ember kotak plastik. Sementara bahannya menggunakan tumbuhan Coleus yang kokoh, air, dan vaselin. Sedangkan cara kerjanya adalah mula-mula tumbuhan Coleus dengan batang yang kokoh dipilih, kemudian batang basal dipotong dan secepatnya diletakkannya dalam air. Saat masih dalam air, masukkan ujung batang Coleus ke dalam sumbat karet berlubang hingga tidak bergerak tetapi tidak sampai patah. Selanjutnya fotometer diisi dengan air dengan cara merendam fotometer dalam air hingga semuanya terisi air dan tidak ada gelembung air di dalamnya. Lalu kemudian sumbat karet disisipkan (yang telah terisi oleh Coleus) ke dalam fotometer (masih dalam air). Gelas fotometer dipegang saat memasukkan sumbat karet. Hati-hati jangan sampai pecah. Setelah itu seluruh sistem fotometer diangkat dari air dan tempat pada penyokongnya. Kemudian diolesi dengan parafin bagian antara tanaman dan lubang pada sumbat karet jika diperlukan. Selanjutnya Coleus dibiarkan sebentar untuk bertranspirasi sampai ada gelembung pada ujung tabung fotometer. Lalu ujung tabung fotometer ditempatkan ke dalam beaker glass. Pada saat gelembung memasuki daerah berskala pada tabung, maka praktikan menyiapkan pencatatan dengan menghitung jarak yang ditempuh oleh gelembung per satuan waktu. Selanjutnya mengukur kecepatan transpirasi minimal 3 kali dalam kondisi:a. Pada meja praktikumb. Di depan kipas anginc. Di bawah matahari terang benderang.Setelah pengukuran terakhir (di bawah cahaya matahari terang ), praktikan mengolesi bagian atas lamina Coleus dengan vaselin lalu mengukurnya kembali di bawah matahari terang dengan tiga kali pengamatan. Kemudian mengolesi bagian bawah lamina Coleus dengan vaselin dan mengukurnya kembali di bawah matahari terang benderang. Terakhir adalah menganalisa data yang di peroleh dan membandingkan kecepatan transpirasi diantara 3 kondisi: meja praktikum, dengan kipas angin, dan matahari terang benderang. Lalu membandingkan transpirasi diantara daun tanpa dan dengan vaselin baik sebelah atas maupun keduanya dibawah cahaya matahari..HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASANNoPerlakuanKelV = cm/s1Di bawah cahaya matahari14V = 0,125 / 600 = 0.0000212Didepan kipas angin25V = 0,01 / 600 = 0.00000173Di Meja praktikum36V = 0,01 / 600 = 0.0000017Praktikum ini bertujuan untuk mengukur kecepatan transpirasi. Tumbuhan yang digunakan adalah tumbuhan coleus dan perlakuan yang dilakukan berupa 3 tempat eksperimen yang berbeda yaitu di meja praktikum, di depan kipas angin, dan di bawah cahaya matahari. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan kecepatan transpirasi tanaman Coleus pada tempat yang berlainan.Dari hasil pengamatan yang didapatkan oleh kelompok, pada kondisi di bawah cahaya matahari dalam waktu 10 menit gelembung yang dihasilkan tanaman Coleus menempuh jarak 0,125 mm. Berarti kecepatan transpirasi tanaman Coleus pada kondisi ini sebesar 0.000021 mm/s. Sedangkan pada kondisi di depan kipas angin gelembung menempuh jarak 0,01 mm selama 10 menit sehingga disimpulkan bahwa kecepatan transpirasi pada kondisi ini yaitu sebesar 0.0000017 mm/s. Dan untuk kondisi di meja praktikum dalam waktu 10 menit gelembung mencapai skala 0,01 mm yang berarti kecepatan pada kondisi ini yaitu 0.0000017 mm/s. Berdasarkan teori, seharusnya kecepatan transpirasi di bawah matahari adalah yang tercepat, disusul oleh di depan kipas angin, dan terakhir di meja praktikum. Namun yang terjadi pada praktikum kali ini, kecepatan transpirasi di meja praktikum dan di depan kipas angin sama. Hal ini kemungkinan disebabkan, posisi fotometer ditempatkan di meja praktikan, dan temperature ruangan yang cukup besar.Jadi memang benar bahwa kecepatan transpirasi dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu baik yang berupa faktor luar maupun dalam. Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata sedangkan faktor luarnya berupa kelembaban, suhu, cahaya, angin, dan kandungan air tanahFaktor Yang Mempengaruhi TranspirasiKegiatan transpirasi terpengaruh oleh banyak faktor baik faktor-faktor dalam ataupun faktor-faktor luar, yang terhitung sebagai faktor-faktor dalam adalah:1. Besar kecilnya daun2. Tebal tipisnya daun3. Berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun4. Banyak sedikitnya bulu di permukaan daun5. Banyak sedikitnya stomata6. Bentuk dan lokasi stomataKegiatan transpirasi terpengaruh oleh banyak faktor, baik faktor faktor dalam maupun faktor-faktor luar. Yang terhitung sebagai faktor-faktor dalam ialah besar-kecilnya daun, tebal-tipisnya daun, berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak-sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak- sedikitnya stoma, bentuk dan lokasi stomata ; hal-hal ini semua mempengaruhi kegiatan transpirasi. Disamping itu kita kenal faktor-faktor luar seperti radiasi, temperatur, kebasahan udara, tekanan udara, angin, keadaan air dalam tanah1. Sinar matahariSeperti yang telah dibicarakan didepan, maka sinar menyebabkan membukanya stomata dan gelap menyebabkan tertutupnya stomata, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama sinar infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan tempratur. Kenaikan tempratur sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stomata dan dengan demikian memperbesar transpirasi.Kita merumuskan bahwa suhu daun dan sekitarnya adalah sama. Pada kenyataannya daun-daun yang terkena cahaya matahari langsung mempunyai suhu beberapa derajat lebih tinggi daripada udara disekitarnya, dan karena itu cahaya mempegaruhi transpirasi bukan hanya melalui pengendalian pembukaan dan penutupan stomata tetapi juga melalui efek sekunder terhadap suhu daun2. TemperaturMerupakan faktor lingkungan yang terpenting yang mempengaruhi transpirasi daun yang ada dalam keadaan turgor. Suhu daun di dalam naungan kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun yang kena sinar matahari mempunyai suhu 10o -20o F lebih tinggi daripada suhu udara.Pengaruh tempratur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain, yaitu didalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uap air di luar daun. Kenaikan tempratur menambah tekanan uap di dalam daun. Kenaikan tempratur itu sudah barang tentu juga menambah tekanan uap di luar daun, akan tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak di dalam ruang yang terbatas, maka tekanan uap tiada akan setinggi tekanan uap yang terkurung didalam daun. Akibat dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap air akan mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas3. Kebasahan udara (Kelembaban udara)Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih tinggi dari pada tekanan uap di luar daun, atau dengan kata lain, ruang di dalam daun itu lebih kenyang akan uap air daripada udara di luar daun, jadi molekul-molekul air. berdifusi dari konsentrasi tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (diluar daun). Kesimpulannya ialah, udara yang basah menghambat transpirasi, sedang udara kering melancarkan transpirasi4. Angin Pada umumnya angin yang sedang, menambah kegiatan transpirasi. Karena angin membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma. Dengan demikian, maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan untuk difusi ke luar.Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa angin cenderung untuk, meningkatkan laju transpirasi, baik di dalam naungan atau cahaya, melalui,penyapuan uap air. Akan tetapi, di bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap, penurunan suhu daun, dengan demikian terhadap penurunan laju transpirasi, cenderung lebih penting daripada pengaruhnya terhadap penyingkiran uap airDalam udara yang sangat tenang suatu lapisan tipis udara jenuh terbentuk di sekitar permukaan daun yang lebih aktif bertranspirasi. Jika udara secara keseluruhan tidak jenuh, maka akan terdapat gradasi konsentrasi uap air dari lapisan udara jenuh tersebut ke udara yang semakin jauh semakin tidak jenuh. Dalam kondisi seperti itu transpirasi terhenti karena lapisan udara jenuh bertindak sebagai penghambat difusi uap air ke udara di sekitar permukaan daun. Oleh karena itu, dalam udara yang tenang terdapat dua tahanan yang harus ditanggulangi uap air untuk berdifusi dari ruang-ruang antar sel ke udara luar. Yang pertama adalah tahanan yang harus dilalui pada lubang-lubang stomata, dan yang kedua adalah tahanan yang ada dalam lapisan udara jenuh yang berdampingan dengan permukaan daun. Oleh karena itu dalam udara yang bergerak, besarnya lubang stomata mempunyai pengaruh lebih besar terhadap transpirasi daripada dalam udara tenang. Namun, pengaruh angin sebenarnya lebih kompleks daripada uraian tadi karena kecendrungannya untuk meningkatkan laju transpirasi sampai tahap tertentu dikacaukan oleh kecendrungan untuk mendinginkan daun-daun sehingga mengurangi laju transpirasi. Tetapi efek angin secara keseluruhan adalah selalu meningkatkan transpirasi5. Keadaan air dalam tanahAir di dalam tanah ialah satu-satunya suber yang pokok, dari mana akar-akar tanaman mendapatkan air yang dibutuhkannya. Absorpsi air lewat bagian-bagian lain yang ada di atas tanah seperti batang dan daun juga ada, akan tetapi pemasukan air lewat bagian-bagian itu tiada seberapa kalau dibanding dengan penyerapan air melalui akar.Tersedianya air dalam tanah adalah faktor lingkungan lain yang mempengaruhi laju transpirasi. Bila kondisi air tanah sedemikian sehingga penyediaan air ke sel-sel mesofil terhambat, penurunan laju transpirasi akan segera tampak. Mekanisme TranspirasiSecara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan. Proses kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya. Daun tersusun atas sel-sel epidermis atas, jaringan mesofil yang terdiri atas jaringan palisade dan jaringan bunga karang dengan ikatan pembuluh diantara sel epidermis bawah dengan stomata. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel jaringan bunga karang merupakan rongga yang besar, sehingga dapat menampung uap air dalam jumlah yang banyak. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap air. Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel tentu akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan air ini akan diisi oleh air yang berasal dari xylem tulang daun yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang menerima dari akar.Uap air yang terkumpul dalam rongga antar sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut selama stomata pada epidermis daun tidak membuka. Kalaupun ada uap air yang keluar menembus epidermis dan kutikula, jumlahnya hanya sedikit dan dapat diabaikan. Agar transpirasi dapat berjalan, maka stomata pada epidermis tadi harus membuka. Apabila stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer.Mekanisme transpirasiTranspirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel sel mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel jaringan bunga karang merupakan rongga yang besar, sehingga dapat menampung uap air dalam jumlah banyak. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap air.Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel, tentu akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan ini akan diisi oleh air yang berasal dari xilem tulang daun, yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang menerima dari akar dan seterusnya. Uap air yang terkumpul dalam ronga antara sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut, selama stomata pada epidermis daun tidak membuka. Aapabila stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer kalau tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel maka uap air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi. Jadi syarat utama untuk berlangsungnya transpirasi adalah adanya penguapan air didalam daun dan terbukanya stomata.Kegunaan dan kerugian transpirasi1.Kegunaan transpirasiPada tanaman, transpirasi itu pada hakekatnya suatu penguapan air yang baru yang membawa garam-garam mineral dari dalam tanah. Transpirasi juga bermanfaat di dalam hubungan penggunaan sinar (panas) matahari. Kenaikan temperatur yang membahayakan dapat dicegah karena sebagia dari sinar matahari yang memancar itu digunakan untuk penguapan air. Mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui pembulih xilem, membuang kelebihan air, menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal, mengatur bukaan stomata, dan sebagai salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu daun. pengangkutan unsur hara tetap dapat berlangsung jika transpirasi tidak terjadi. Akan tetapi, laju pengangkutan terbukti akan berlangsung lebih cepat jika transpirasi berlangsung secara optimum. Transpirasi jelas merupakan suatu proses pendinginan, pada siang hari radiasi matahari yang diserap daun akan meningkatkan suhu daun. Jika transpirasi berlangsung maka peningkatan suhu daun ini dapat dihindari. 2. Kerugian transpirasiTranspirasi dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas, penyerapanair tidak mampu mengimbangi laju transpirasi, tanaman layu, layu permanent, mati, hasil tanaman menurun. Sering terjadi di daerah kering, perlu irigasi.KESIMPULANKecepatan transpirasi pada setiap tumbuhan tidaklah sama, tergantung pada tebal tipis kutikula, letk dan jumlah stomata, sertatebal tipis daun. Apabila kecepatan transpirasi tumbuhan sejenis dibandingkan, maka factor eksternallah yang mempengaruhinya, seperti cahaya, angin kelembaban, suhu, dan lain-lain. Seperti pada praktikum ini, Coleus dengan transpirasi paling cepat adalah Coleus yang diletakkan di bawah paparan sinar mentari, karena suhu lingkungan yang lebih besar, kelembaban yang lebih rendah daripada yang berada di meja praktikan maupun di depan kipas angin.SARANPraktikum benar-benar kurang efisien. Semestinya ada lebih dari satu baskom untuk mengisi fotometer dengan air, sebab satu kelompok saja bisa bocor berkali-kali., dan itu sangat memakan waktu. Selain itu, sepertinya kondisi alat sudah menurun karena sudah digunakan dari tahun ketahun, sumbatnya ada yang tidak ada dan lain sebagainya. Hal ini tentu saja bukanlah kesalahan dari praktikan, apabila praktikum berjalan sangat lambat. Namun semoga kedepannya lebih dipersiapkan lagi. Juga untuk praktikannya, hendaknya sudah membuat sumbat dari rumah, apabila tahu kondisi alatnya kurang baik. Terima kasih.DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 2003. Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit PT Gramedia : Jakarta

Devlin. 1983. Plant Phisiology. Boston: Williard grant press.

Gardner. 1991. Fisiologi Tanamanan Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Jumin. 1992. Ekologi Tanaman suatu Pendekatan Fisiologi. Jakarta: Rajawali Press.

Kashiwagi. 2006. Relationships between Transpiration Efficiency and Carbon Isotope Discrimination in Chickpea (C. arietinum L). SAT eJournal ejournal.icrisat.org. ( Vol 2 ) ( Hal 1 ).

Khairunnisa. 2000. Tanggapan Tanaman Terhadap Kekurangan Air. Medan: Fakultas Pertanian USU.

Lakitan. 2007. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Loveless. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 1. Jakarta: PT Gramedia.

Michael. 1964. General Phisiology Kogasuma. Tokyo: Company.

Purwanto. 2010. Kajian Fisiologi Tanaman Kedelai Pada Kondisi Cekaman Kekeringan Dan Berbagai Kepadatan Gulma Teki. Journal Staf Pengajar Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto. ( Vol 12).

Salisbury. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Bandung: ITB.

Tjitrosopoemo, S.S. 1990. Botani Umum 2. Penerbit Angkasa : Bandung