65056142-LAPORAN-PENDAHULUAN-BBLR

22

Click here to load reader

Transcript of 65056142-LAPORAN-PENDAHULUAN-BBLR

Page 1: 65056142-LAPORAN-PENDAHULUAN-BBLR

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BERAT LAHIR RENDAH

Oleh :

HASRIANA

C12107034

CI Lahan CI Institusi

(................................) (................................)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2011

Page 2: 65056142-LAPORAN-PENDAHULUAN-BBLR

BAB I

KONSEP MEDIS

A. DEFINISI

1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang ketika dilahirkan

mempunyai berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan salah

satu penyebab utama kematian neonatal di Indonesia. Kejadian BBLR

dipengaruhi oleh berbagai faktor khususnya faktor maternal yang meliputi

umur, paritas, jarak kelahiran, penyakit dan komplikasi dalam kehamilan,

frekuensi ANC dan usia kehamilan saat melahirkan.

2. Bayi Berat Lahir Rendah atau Low Birth Weight (LBW) adalah berat lahir

kurang dari atau sama dengan 2500 gram. Very Low Birth Weight (VLBW)

adalah berat bayi lahir kurang dari 1500 gram dan Extremely Low Birth

Weght (ELBW) adalah berat bayi lahir kurang dari 1000 gram.6 Kelahiran

bayi prematur berberat badan lahir rendah atau prematur BBLR adalah

kelahiran bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram dan lahir sebelum

37 minggu usia kehamilan.

3. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari

2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi

yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.

4. Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) adalah : bayi baru lahir yang berat

badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonatus

dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500

gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru

lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight

Infants ( BBLR).

Page 3: 65056142-LAPORAN-PENDAHULUAN-BBLR

B. ETIOLOGI

1. Faktor Ibu.

a. Penyakit :

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan

misalnya :perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis,

DM,toksemia gravidarum, dan nefritis akut.

b. Usia ibu :

Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan

multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat.Kejadian terendah ialah

pada usia antara 26 – 35 tahun

c. Keadaan sosial ekonomi :

Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya prematuritas.

Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah.

Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan

pengawasanantenatal yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas

pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah.ternyata lebih

tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang

sah.

d. Sebab lain : ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat

narkotik.

2. Faktor janin.

Hidramion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom.

3. Faktor lingkungan

Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.

Page 4: 65056142-LAPORAN-PENDAHULUAN-BBLR

C. PATOFISIOLOGI

a. Prematuritas murni.

Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai

berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut

Neonatus Kurang Bulan – Sesuai Masa Kehamilan ( NKB- SMK).

Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan makin

tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Melalui pengelolaan yang optimal dan

dengan cara yang kompleks serta menggunakan alat-alat yang canggih,

beberapa sangguan yang berhubungan dengan prematuritas dan dapat

diobati, sehingga ejala sisa yang mungkin diderita dikemudian hari dapat

dicegah atau dikurangi. Bayi prematuritas murni digolongkan dalam tiga

kelompok, yaitu:

1) Bayi yang sangat prematur (extremely premature): 24-30 minggu. Bayi

dengan masa gestasi 24-27 minggu masih sangat sukar hidup terutama

di negara yang belum atau sedang berkembang. Bayi dengan masa

gestasi 28-30 minggu masih mungkin dapat hidup dengan perawatan

yang sangat intensif.

2) Bayi pada derajat prematur yang sedang (moderately premature) : 31-36

minggu. Pada golongan ini kesanggupan untuk hidup jauh lebih baik

dari pada golongan pertama dan gejala sisa yang dihadapinya di

kemudian hari juga lebih ringan, asal saja pengelolaan terhadap bayi ini

benar-benar intensif.

3) Borderline premature: masa gestasi 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai

sifat-sifat prematur dan matur. Biasanya beratnya seperti bayi matur dan

dikelola seperti bayi matur, akan tetapi sering timbul problematika

seperti yang dialami bayi prematur, misalnya sindrom gangguan

pernapasan, hiperbilirunemia, daya hisap yang lemah dan sebagainya,

sehingga bayi harus diawasi dengan seksama.

b. Dismaturitas.

Page 5: 65056142-LAPORAN-PENDAHULUAN-BBLR

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk

masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term.

Dismatur ini dapat juga: Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa

Kehamilan (NKB- KMK) Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan

(NCB-KMK), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NLB- KMK).

D. MANIFESTASI KLINIK

Menunjukkan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaannya

lemah:

1. Fisik.

a. bayi kecil

b. pergrakan kurang dan masih lemah

c. kepala lebih besar dari pada badan

d. berat badan < 2500 gram

2. Kulit dan kelamin

a. kulit tipis dan transparan

b. lanugo banyak

c. rambut halus dan tipis

d. genitalia belum sempurna

3. Sistem syaraf

a. refleks moro

b. refleks menghisap, menelan, batuk belum sempurna

4. Sistem muskuloskeletal

a. axifikasi tengkorak sedikit

b. ubun-ubun dan satura lebar

c. tulang rawan elastis kurang

d. otot-otot masih hipotonik

e. tungkai abduksi

f. sendi lutut dan kaki fleksi

Page 6: 65056142-LAPORAN-PENDAHULUAN-BBLR

g. kepala menghadap satu jurusan

5. Sistem pernafasan

a. pernafasan belum teratur sering apnoe

b. frekwensi nafas bervariasi

E. KOMPLIKASI

1. Kerusakan bernafas : fungsi organ belum sempurna

2. Pneumonia, aspirasi : refleks menelan dan batuk belum sempurna

3. Perdarahan intraventrikuler : perdarahan spontan di ventrikel otak lateral

disebabkan anoksia menyebabkan hipoksia otak yang dapat menimbulkan

terjadinya kegagalan peredaran darah sistemik.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan diagnostik

1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-

24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ).

2. Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih

menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau

hemoragic prenatal/perinatal ).

3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan

anemia atau hemolisis berlebihan ).

4. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan

12 mg/dl pada 3-5 hari.

5. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran

rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.

6. Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada

awalnya.

7. Pemeriksaan Analisa gas darah.

Page 7: 65056142-LAPORAN-PENDAHULUAN-BBLR

G. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan prematuritas murni

Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk

pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan

hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan,

pemberian makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi serta

mencegah kekurangan vitamin dan zat besi

a. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR

Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan

menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum

berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan

relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam

inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila bayi

dirawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan , 2 kg

adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg

adalah 33-34 derajat celcius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat

dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air

panas, sehingga panan badannya dapat dipertahankan.

b. Makanan bayi prematur

Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil,

enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5

gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat

meningkat.

Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan

menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah,sehingga

pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekwensi yang

lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama,sehingga ASI

lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang

maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan

Page 8: 65056142-LAPORAN-PENDAHULUAN-BBLR

atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan

diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/ hari dan terus dinaikkan sampai

mencapai sekitar 200 cc/kg BB/ hari.

c. Menghindari infeksi

Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh

yang masih lemah,kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan

anti bodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah

dilakukan sejak pengawasan antenatal sehinggatidak terjadi persalinan

prematuritas ( BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan

bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.

2. Penatalaksanaan dismaturitas (KMK)

a. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina serta

menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultra

sonografi.

b. Memeriksa kadar gula darah ( true glukose ) dengan dextrostix atau

laboratorium kalau hipoglikemia perlu diatasi.

c. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.

d. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi

SMK.

e. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita

aspirasi mekonium.

f. Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan danbila frekwensi

lebih dari 60 x/ menit dibuat foto thorax.

Page 9: 65056142-LAPORAN-PENDAHULUAN-BBLR

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian dasar neonatus

1. Aktivitas/ istirahat

Bayi sadar mungkin 2-3 jam bebrapa hari pertama tidur sehari rata-rata 20

jam.

2. Pernafasan

a. Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria

atau persentasi bokong.

b. Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari

dada dan abdomen, perhatikan adanya sekret yang mengganggu

pernafasan, mengorok, pernafasan cuping hidung,

3. Makanan/ cairan

Berat badan rata-rata 2500-4000 gram ; kurang dari 2500 gr menunjukkan

kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi dengan

dehidrasi harus diberi infus. Beri minum dengan tetes ASI/ sonde karena

refleks menelan BBLR belum sempurna,kebutuhan cairan untuk bayi baru

lahir 120-150ml/kg BB/ hari.

4. Berat badan

Kurang dari 2500 gram

5. Suhu

BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus

dipertahankan.

6. Integumen

Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan

kering.

Page 10: 65056142-LAPORAN-PENDAHULUAN-BBLR

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,

keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan,

ketidakseimbangan metabolic

2. Resiko tinggi tidak efektifnya thermoregulasi berhubungan dengan

perkembangan SSP imatur (pusat regulasi suhu), penurunan rasio massa

tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sub kutan.

3. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan immaturitas organ tubuh.

4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

kapiler rapuh dekat permukaan kulit.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan respon imun imatur.

C. RENCANA/INTERVENSI

1. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,

keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan,

ketidakseimbangan metabolik

Tujuan : Menunjukkan pola nafas yang efektif.

Kriteria : RR normal 40-60 kali/menit, jalan nafas paten, irama reguler.

INTERVENSI KEPERAWATAN

MANDIRI 1.Kaji frekuensi pernafasan dan pola pernafasan. Perhatikan adanya apnea dan

perubahan frekwensi jantung, tonus otot dan warna kulit berkenaan dengan prosedur atau perawatan, lakukan pemantauan jantung dan pernafasan yang kontiniu.

2.Hisap jalan nafas sesuai kebutuhan. 3.Pertahankan suhu tubuh optimal.4.Posisikan bayi pada abdomen atau posisi terlentang dengan gulungan popok di bawah

bahu untuk menghasilkan sedikit hiperekstensi.

KOLABORASI 1.Pantau pemeriksaan laboratorium (GDA, glukosa serum, elektrolit ) 2.Berikan oksigen sesuai indikasi

Page 11: 65056142-LAPORAN-PENDAHULUAN-BBLR

2. Resiko ketidak efektifan thermoregulasi berhubungan dengan perkembangan

SSP imatur (pusat regulasi suhu), penurunan rasio massa tubuh terhadap area

permukaan, penurunan lemak sub kutan.

Tujuan : Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal ( 36,4-37,4)

INTERVENSI KEPERAWATAN

MANDIRI 1. Kaji suhu dengan sering, periksa suhu rektal pada awalnya, selanjutnya periksa suhu

aksila atau gunakan alat termostat dengan dasar terbuka dan penyebab hangat. Ulangi setiap 15 menit selama penghangatan ulang

2. Tempatkan bayi pada isolette, penghangat, inkubator, tempat tidur terbuka dengan penyebar hangat, atau tempat tidur terbuka dengan pakaian tepat untuk bayi yang lebih besar atau lebih tua gunakan bantalan pemanas di bawah bayi bila perlu dalam hubungannya dengan tempat tidur isolette atau terbuka.

3. Ganti pakaian atau linen tempat tidur bila basah, pertahankan kepala bayi tetap tertutup.

KOLABORASI 1. Kolaborasi pemberian D-10 W dan ekspander volume secara intra vena bila

diperlukan 2. Berikan obat-obatan sesuai indikasi fenobarbital, natrium bikarbonat

3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

immaturitas organ tubuh.

Tujuan : - Peningkatan berat badan 20-30 gr/hr

- Mempertahankan berat badan

INTERVENSI KEPERAWATAN

MANDIRI 1.Timbang berat badan bayi saat menerima di ruangan perawatan dan setelah itu setiap

hari. 2.Auskultasi bising usus, perhatikan adanya distensi abdomen, adanya tangisan lemah

yang diam bila dirangsang oral diberikan dan perilaku menghisap. 3.Lakukan pemberian makan oral awal dengan 5-15 ml air steril, kemudian dextrose dan

air sesuai protokol rumah sakit, berlanjut pada formula untuk bayi yang makan melalui botol.

KOLABORASI Berikan glukosa dengan segera peroral atau intravena bila kadar dextrostik kurang dari 45 mg/dl.

Page 12: 65056142-LAPORAN-PENDAHULUAN-BBLR

4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

kapiler rapuh dekat permukaan kulit.

Tujuan : Mempertahankan kulit utuh bebas dari cedera dermal.

Kriteria : Integritas kulit baik.

INTERVENSI KEPERAWATAN

MANDIRI 1. Inspeksi kulit, perhatikan area kemerahan atau tekanan. 2. Berikan perawatan mulut dengan menggunakan salin atau gliserin scrab. 3. Berikan latihan gerak, perubahan posisi rutin dan bantal bulu domba atau terbuat dari

bahan yang lembut. 4. Mandikan bayi dengan menggunakan air steril dan sabun meminimalkan manipulasi

kulit bayi.

KOLABORASI 1. Berikan salep antibiotika. 2. Hindari penggunaan agen topikal keras, cuci tangan dengan hati-hati dengan fovidon

setelah prosedur.

5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur.

Tujuan : Tidak terjadi infeksi.

Kriteria : Leukosit normal, tali pusat tidak ada tanda-tanda infeksi.

INTERVENSI KEPERAWATAN

MANDIRI 1.Tingkatkan cara-cara mencuci tangan pada staf, orang tua dan pekerja lain. 2.Pantau pengunjung akan adanya lesi kulit. 3.Kaji bayi terhadap tanda-tanda infeksi, misalnya : suhu, letargi atau perubahan

perilaku. 4.Lakukan perawatan tali pusat sesuai _ocal_l_ rumah sakit. 5.Berikan ASI untuk pemberian makan bila tersedia.

KOLABORASI Berikan antibiotika sesuai indikasi

Page 13: 65056142-LAPORAN-PENDAHULUAN-BBLR

D. PENYIMPANGAN KDM

Faktor ibu: 1. Keadaan gizi ibu 2. Usia ibu 3. Penyakit ibu 4. Taksemia

gravidarum 5. Perdarahan

anteoartum 6. DM, Pre eklamsia 7. Keadaan lain,

perokok, alkohol, narkotik

8. Golongan sosial ekonomi

Faktor janin • Hidramion • Kehamilan ganda • Kelainan kromosom

Faktor lingkungan 1. Tempat tinggal di

dataran tinggi 2. Radiasi 3. Zat-zat racun

BBLR

1. Sindrom aspirasi 2. Akspiksia intra

uterin janin 3. Cairan amnion

bercampur dengan mekonium dan lengket di paru janin

1. Bayi tampak kurus 2. Relatif lebih panjang 3. Kulit longgar, jaringan

lemak

Gangguan Konjugasi hepar

Imaturias hepar

Hiperbilirubinemia

Defisit albumin

1. Resiko perubahan suhu

2. Resiko kerusakan integritas kulit

3. Masalah kolaborasi HIPOGLIKEMIA

4. Prematur KDG < 20 mg/dl

5. Matur KGD < 30 mg/dl

Bilirubin indirec > 20 mg/dl

Kernicterus 1. Letargi 2. Kejang tonus otot

meningkat, leher kaku kemampuan hisap menurun

Tanda: Pucat, tidak mau minum,

lemah, apatis, kejang

Page 14: 65056142-LAPORAN-PENDAHULUAN-BBLR

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M. dkk, 2001, Rencana perawatan maternal/bayi, Ed 2, Jakarta; EGC

Digitized by USU digital library, 2004 asuhan keperawatan pada bayi berat badan lahir rendah, http://trihariyono.usu.ac.id/2010/02/bblr3.pdf

Rahayu, E., 2010, Koping Ibu terhadap Bayi BBLR (berat badan lahir rendah) yang

Menjalani Perawatan Intensif di Ruang Nicu (neonatal intensive care unit),

http://eprints.undip.ac.id/15039/1/SKRIPSI_ENY_RAHAYU_D._P_G2B006018

.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25407/3/Chapter%20II.pdf