81924256 Laporan KP TEL
-
Upload
muhammad-riswan -
Category
Documents
-
view
100 -
download
4
description
Transcript of 81924256 Laporan KP TEL
2.1.1 Sifat Kimia Kayu
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Bahan Baku
Bahan baku berasal dari jenis kayu Accasia Mangium yang akan mengalami beberapa
proses untuk menghasilkan pulp. Bahan baku tersebut dperoleh dari Hutan Tanaman Industri
PT. Musi Hutan Persada (PT MHP).
Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam dan merupakan bahan mentah
yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki
beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan lain.
Sifat umum yang terdapat pada kayu adalah :
1. Semua batang pohon mempunyai pengatur vertical dan sifat simetris radial.
2. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan sel nya
terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemiselulosa (unsure karbohidrat) serta
berupa lignin (non karbohidrat).
3. Semua kayu bersifat anisotripic, yaitu memperlihatkan sifat yang berlainan jika diuji
menurut tiga arah utamanya (longitudinal, tangensial, dan radial). Hal ini disebabkan
struktur dan orientasi selulosa dalam dinding sel , bentuk memanjang sel kayu dan
pengaturan sel terhadap sumber vertical dan horizontal pada batang pohon.
4. Kayu merupakan suatu yang bersifat higroskopik, yaitu bertambah kelembabannya
akibat perubahan kelembaban dan suhu udara sekitarnya.
5. Kayu dapat diserang oleh makhluk hidup perusak kayu, dapat juga terbakar terutama
kayu dalam keadaan kering. (J.F.Dumanauw, 1990)
Sumber : Vadamecum kehutanan 1976
Komponen didalam kayu mempunyai arti penting, karena menentukan kegunaan dari
jenis kayu tersebut, pada umumnya komponen kimia kayu daun lebar dan kayu daun jarum
terdiri dari 3 unsur :
a. Karbohidrat terdiri dari sellulosa dan hemiselulosa
b. Non karbohidrat yang berupa lignin
c. Ekstraktif, yaitu yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan
Distribusi komponen kimia tersebut dalam dinding sel kayu merata, dan kadar selulosa serta
hemiselulosanya banyak terdapat dalam dinding sekunder. Sedangkan lignin banyak terdapat
dalam dinding primer dan lamella tengah. Zat ekstraktif terdapat diluar dinding sel kayu.
Unsur-unsur kimia dalam zat kayu adalah
a. Karbohidrat 50 %
b. Hidrogen 6 %
c. Nitrogen 0,04 –0,1 %
d. Abu 0,2-0,5%
e. Sisanya O2
KomponenGolongan Kayu
Kayu Daun Lebar (%) Kayu Daun Jarum (%)
Sellulosa 40-45 41-44
Lignin 18-33 28-32
Pentosa 21-24 8-13
Zat Ekstraktif 1-12 2-0.3
Abu 0,22-6 0,89
2.1.2 Sifat Fisik Kayu
Beberapa sifat fisik yang terdapat pada kayu adalah sebagai berikut :
1. Berat Jenis
Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda, yaitu antara 0,2 – 1,8. Berat jenis merupakan
petunjuk penting bagi beberapa sifat kayu, makin berat kayu maka pada umumnya makin
kuat pula kayu tersebut. Berat jenis kayu ditentukan oleh tebal dinding sel kayu, dan
kecilnya rongga sel kayu yang membentuk pori-pori.
2. Keawetan Alami Kayu
Keawetan alami kayu adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsure unsure
perusak kayu dari luar, seperti ; jamur, rayap, bubuk, cacing dan lainnya yang diukur
dalam jangka tahunan.
3. Warna Kayu
Ada beberapa macam warna kayu, antara lain warna kuning, keputih-putihan, coklat
muda, coklat tua, kehitam-hitaman, dan kemerah-merahan. Warna pada kayu disebabkan
oleh zat pengisi warna.
4. Higroskopik
Higroskopik adalah suatu sifat yang dapat menyerap atau melepaskan air atau
kelembaban kayu sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu udara.
5. Berat Kayu
Berat suatu jenis kayu tergantung dari jumlah zat kayu yang tersusun
2.2. Proses Produksi
Bahan baku berasal dari jenis kayu Accasia Mangium akan mengalami beberapa tahap
proses dari tahap persiapan hingga akhir menjadi pulp.
Kegiatan utama terdiri dari :
1. Penyiapan bahan baku (Woodyard and chipyard preparation)
2. Pemasakan (digesting)
3. Pencucian (washing and screening)
4. Delignifikasi (oxygen delignifikasi)
5. Post Oxygen Washing
6. Pemutihan (bleaching)
7. Pengeringan dan pembentukan lembaran pulp (Pulp drying finishing)
Selain proses produksi diatas terdapat juga proses pendukung yaitu penyiapan bahan
kimia (chemical preparation plant)
2.2.1 Penyiapan Bahan Baku
Tujuan dari proses ini adalah untuk menyiapkan bahan baku yang baik dan memenuhi
criteria yang diinginkan sebagai bahan untuk proses pemasakan di unit Digester. Sedangkan
limbah yang dihasilkan dari penyiapan bahan baku berupa limbah padat (13 % Bulk + 3 % Fines)
akan digunakan sebagai bahan baku di power boiler.
Bahan baku yang telah dipotong dengan ukuran panjang 2,4 m dan diameter berkisar
antara 10-60 cm di area HTI PT.MHP dikirim dengan menggunakan truk kemudian disimpan di
area penyimpanan (woodyard) untuk pengeringan secara alami selama 24 hari dan kayu dijaga
kering untuk mencegah serangga yang dapat merusak mutu. Selanjutnya kayu tersebut akan
mengalami proses sebagai berikut :
a. Pengulitan (Debarking)
Proses pengulitan yang efektif sangat diperlukan untuk menjamin kualitas kayu yang baik
agar dapat menghasilkan pulp yang bermutu tinggi. Potongan kayu akan dimasukkan ke unit
drum barker dengan kapasitas 500 m3/jam. Limbah yang dihasilkan berupa kulit kayu (bark)
dan selanjutnya dikirim ke penampungan (hog pile), untuk dijadikan bahan bakar di power
boiler.
b. Pembentukan serpih kayu (Chipping)
Kayu yang telah dikuliti dilewati dengan belt conveyer ke unit chipper untuk dibentuk
menjadi serpihan-serpihan yang berukuran seragam, yaitu sekitar 2cm x 3cm x 0,2 cm, yang
biasa disebut accept size. Selanjutnya dikirim ke tempat penampungan sementara (chipyard) dan
dikumpulkan serta dikeringkan disana selama 28 hari. Sedangkan chip yang berukuran besar
(Over Size) dipotong kembali untuk memenuhi ukuran yang seragam kemudian dikirim ke
chipyard. Bahan baku yang telah diserpih dengan ukuran yang seragam akan mudah dimasak di
unit digester, sehingga menghasilkan pulp dengan mutu baik. Limbah dari penyerpihan berupa
kayu (sawdust) dan selanjutnya dikirim ke penampungan sisa kayu (hog pile) untuk dijadikan
bahan bakar power boiler.
c. Pengayakan serpih kayu (screening)
Hanya serpih kayu yang memenuhi syarat saja yang akan dimasak dalam digester.
Serpihan kayu yang memenuhi ukuran yang diinginkan dikirim ke tempat penumpukan serpihan
kayu (chipple) untuk selanjutnya dimasak diunit digester, tempat penyimpanan serpih tersebut
berlantai beton dan dapat menampung 18.000 m3/hari. Sedangkan serpihan kayu (hog pile)
bersama bark dan saw dust dimanfaatkan sebagai bahan bakar di power boiler.
2.2.2 Pemasakan Serpih Kayu (Digester)
A. Diamondback Chip Bin
Chip yang sudah disaring di woodyard diangkut dengan convenyor masuk ke airlock
Feeder yang terpasang dibagian atas chip bin. Airlock feeder dirancang untuk membatasi jumlah
udara yang masuk ke chip bin. Sebuah pintu penutup (chip gate) juga dipasang di bagian atas
chip bin sebagai pembatas (seal) tambahan untuk mengurangi jumlah udara luar dari chip bin.
Chip gate dijaga tertutup oleh pembeban (bandul) hingga tekanan chip melebihi tekanan
pembeban lalu chip gate terbuka. Untuk mencegah terbuangnya gas-gas berbau (meladorous
gas) ke udara dari dalam chip bin, NCG di dorong dari daerah penguapan (vapor zone) chip bin
lalu dikondensasi di chip bin relief condenser, dan dikirim ke sebuah tempat penampungan NCG.
Chip bin mempunyai dua fungsi utama pertama untuk menyediakan waktu tinggal dan
kesinambungan pengoperasian Digester selama ada masalah mengenaii aliran chip yang masuk
ke chip bin. Juga untuk menyediakan waktu tinggal yang diperlukan untuk pemanasan awal
yang cukup (presteaming) didalam chip bin.
Untuk memperoleh hasil pulp yang berkualitas, cairan pemasak harus disebarkan
(difusse) secara merata dan sempurna masuk ke dalam chip. Cairan pemasak akan tersebar
masuk kelubang udara antara serat kayu dengan aksi penekanan (Capilary Action). Saat
penetrasi pada sisi chip, udara yang terperangkap menjadi tertekan oleh aksi penekanan kedua
sisi dan terjadi penyerapan cairan pemasak. Karena itu perlu pengeluaran udara yaitu dengan
cara pemasakan awal (presteaming). Fungsi utama pemasakan awal (Presteming) adalah untuk
mengeluarkan gas dan udara dari chip, menaikkan temperature chip kira-kira 880 C,
dan membuat kandungan air (moisture) chip merata, pemanasan (steaming) menyebabkan
perluasan panas dari udara yang ada didalam chip sehingga udaranya keluar.
Pemanasan yang cukup
terhadap chip dapat membantu pengendalian kappa number yang dihasilkan dan mengurangi
Reject serta membantu efektifitas penggunaan cairan pemasak. Steam didistribusikan secara
merata kedalam chip bin melalui dinding bagian dalam diamontback chip bin. Untuk pemanasan
secara terus menerus, diperlukan sedikit waktu tinggal dan aliran steam ke chip bin. Level chip
bin harus dijaga stabil mungkin pada satu ketinggian yang cukup untuk mengoptimumkan waktu
pemanasan awal kondisi operasi normal.
B. Chip Meter dan Low Pressure Feeder
Chip yang keluar dari chip bin masuk ke chip meter. Bentuk diamondback pada bagian
bawah chip bin dibuat untuk mendapatkan aliran chip yang merata masuk kedalam chip meter.
Diamondback dari chip bin posisinya tetap, tidak ada bagian yang bergerak. Diamondback
dibuat berbentuk geometris untuk membentuk aliran chip masuk ke dalam chip meter. Chip
meter adalah alat pengukur (Volumetric) yang digunakan untuk menentukan laju produksi
Digester. Chip meninggalkan chip meter masuk ke LP-Feeder. LP-feeer berbentuk bintang yang
merupakan pembatas (seal) pemisah antara tekanan atmosfier di chip meter dengan chip bin dan
tekanan tinggi di steaming vessel lebih kurang 124 kpa.
C. Steaming Vessel
Steaming vessel merupakan silinder yang datar (horizontal) yang didalamnya adan screw
conveyor. Fungsi utamanya yaitu memisahkan gas dan udara dari dalam chip , menaikkan
temperature chip dan menyeregamkan kandungan air (moisture) dalam chip. Adapun fungsi
kedua adalah untuk menjaga keseimbangan tekanan pada pengisian chip (Chip feeding system).
Pemisahan gas dan udara tujuannya adalah supaya chip tenggelam didalam tabung Digester
untuk mendapatkan ruang gerak chip (chip column) yang didalam Digester dan untuk
mempermudah penetrasi cairan pemasak masuk ke dalam chip. Untuk mendapatkan pemanasan
(steaming) yang lebih efektif, steam masuk melalui bagian bawah steaming vessel melalui
beberapa nozzle dari heater inlet. Noozle utama pada pipa utama saluran masuk (inlet heater)
terdapat saringan. Hal ini bertujuan untuk menjaga supaya chip tidak terdorong dari steaming
vessel ke flash tank 1, saat tekanan tidak seimbang didalam sistem.
D. Chip Chute dan High Pressure Feeder
Setelah melewati vessel, chip jatuh ke chip chute. Chip chute adalah tebung tegak yang
bertekanan (vertical pressure vessel) yang menghubungkan steaming vessel dengan HP-feeder.
HP-feeder ini mempunyai rotor dengan 4 kantong pengisi (Pocket helical) yang mengalir dari
suatu sisi rotor ke sisi rotor ke sisi yang lain, dan saling berhubungan sama-sama yang lainnya.
HP-Feeder berputar sesuai dengan arah jarum jam jika dilihat dari ujung penyetelannya.
E. Sand, In-line Drainer dan Level Tank
Cairan yang dikeluarkan dari pompa Chip chute mengalir ke sand separator, berfungsi
untuk memisahkan pasir dari sistem. Cairan masuk separator melalui bagian bawah outlet, gaya
sentrifugal dibentuk oleh pemasukan yang membentuk sudut sehingga membawa pasir ke
sekeliling sand separator, menjauhi lubang pengeluaran sehingga memungkinkan pasir
mengendap ke bagian bawah. Cairan yang dikeluarkan dari sand separator mengalir melalui
inline drainer level tank dikendalikan untuk menjaga level chip chuter agar tetap konstan
(stabil), level chip chute harus dijaga sekitar 40-60%. Inline drainer mempunyai saringan tipe
slot untuk mencegah pin chip masuk ke level tank dan menyebabkan masalah di pemasukan
pompa make up liquor. Setelah melewati online drainer, sirkulasi cairan chip chute yang
tertinggal dikembalikan ke chip chute di atas level cairan.
F. Digester
Pipa sirkulasi bagian atas mengalir chip dan cairan dari pengeluaran HP-Feeder ke top
separator di bagian atas Digester dan mengembalikan cairan yang di ekstrak melalui saringan top
separator ke pemasukan pompa sirkulasi bagian atas. Variasi level chip Digester akan
mempengaruhi waktu impregnasi, chip column compaction dan aliran cairan ke bawah
diperlukan untuk menjaga kestabilan level. Chip level Digester dikendalikan dengan menjaga
keseimbangan antara laju chip masuk Digester dan laju Pulp yang dikeluarkan dari Digester.
Pengendalian level chip sangat penting untuk menjamin waktu tinggal (retention time) yang
konstan di daerah pemasakan (cooking zone).
Chip berada di daerah impregnasi (impregnasi zone) dimana terjadi penetrasi oleh
cairan pemasak (Cooking liquor) selama lebih kurang 30 menit sesuai kapasitas pada
temperature lebih kurang 117 di awal impregnasi dan 129 pada akhir impregnasi.
Dari daerah impregnasi, chip dan cairan terus menerus ke daerah-daerah dibawahnya.
Pada akhir impregnasi , solid tersebut turun dan mengalir melalui pusat tabung melewati chip
column menuju saringan upper cooking yang itempatkan di sekeliling diameter bagian dalam
shell digester. Cairan mengalir lewat saringan dan di ekstrak di flash tank.
Pada daerah pemasakan berlawanan arah, setelah saringan upper cooking, chip masuk ke
daerah pemasukan lower. Chip bergerak turun sementara cairan pemasak bergerak ke atas untuk
keluar pada saringan upper cooking. Pada daerah pemasakan satu arah terdapat dua baris
saringan pada sirkulasi lower. Cairan mengalir melalui saringan plate ke internal header pada
masing—masing baris saringan. Lindi putih dan col mbahkan ke bagian pemasukan pompa
lower cooking dan masuk ke sirkulasi cairan cooking. Cairan tersebut dipanaskan di heater
sampai lebih kurang 1550C. Cairan panas dikembalikan ke tengah digester di atas saringan
sirkulasi lower melalui pipa sentral. Penambahan white liquor pada sirkulasi lower cooking dan
pemasakan menjaga chip dengan konsentrasi kimia yang merata dalam digester. Temperature
pemasakan diperbolehkan rendah dan menjaga seluruh pemasakan dengan hati-hati. Pulp
dimasak mencapai kappa number rendah sementara kekuatan pulp dipertahankan. Penambahan
filtrate cold blow menurunkan konsentrasi solid dalam filtrate selama pemasakan chip.
Lower cooking zone berfungsi sebagai :
a. Menaikkan temperature cairan pemasak
b. Menjaga konsentrasi alkali Digester dengan penambahan lindi putih yang baru
c. Menjaga kestabilan aliran cairan ke Digester untuk menunjang aliran tak searah ke daerah
ekstraksi upper dan aliran searah di daerah pemasakan.
d. Mensidtribusikan filtrate cold blow yang ditambahkan pada bagian pemasukan pompa
lower cooking.
Setelah melewati zone pemasakan maka chip akan memasuki zone ekstraksi. Tujuan dari
zonaekstraksi ini adalah mengeluarkan bahan pemasak yang kandungan residual alkali nya sudah
rendah pryanhg bisa menyebabkan kappa number yang tinggi dan jumlah shieves yang tinggi
pada akhir pemasakan. Aliran ekstraksi masuk ke flash tank 1. Flash steam yang dihasilkan
digunakan untuk memanaskan chip ke streaming vessel dan sisanya masuk ke chip bin. Jumlah
flash steam yang dihasilkan tergantung dari jumlah aliran cairan dan temperature cairan
ekstraksi. Dari flash tank 1 ke flash tank 2. Steam dari flash tank 2 dialirkan masuk ke chip bin
dan sisanya masuk ke flash steam condenser. Dari ekstraksi zone chip turun masuk ke daerah
pencucian yang disebut dengan Hi-heat washing, pada bagian ini juga dilakukan penambahan
white liquor. Di sini terjadi counter current. Pada daerah Hi-heat wash dilution factor
merupakan perbedaan antara aliran cairan pencuci yang naik dan aliran cairan bersama Pulp
yang turun. Cairan pencuci yang naik bervariasi dengan pengaturan aliran cairan ekstraksi. Pada
laju produksi yang konstan, penambahan aliran naik, dan aliran akan menambah naik, dan aliran
akan menambah dilution factor. Dilution factor yang normal adalah 0,5-1,0 ton dari cairan
pencuci per ADT pulp pada daerah pencucian. Terlalu rendah dilution factor akan menyebabkan
laju pulp turun terhambat. Dilution factor dipertambahkan mengekstraksi cairan yang cukup
pada screen ekstraksi. Efisiensi pencucian akan naik dengan menambah temperature pada liquor
untuk mempertahankan residu alkali. Di daerah wash sirkulasi terdapat satu baris saringan ,
aliran cairan melalui plat saringan menuju kedua pipa utama di bagian luar . Setiap saringan
dihubungkan dengan salah satu dari kedua pipa utama tersebut.
Cairan pencuci yang berasal dari tangki Filtrate Pressure Diffuser yang dipompakan ke
bagian bawah Digester. Tujuan penambahan cairan ini untuk mendinginkan Pulp sebelum
dikeluarkan (Blowing), juga berfungsi untuk menjaga tekanan dibawah digester. Cairan pencuci
akan menggantikan cairan pemasak dan juga sebagai pengencer untuk menurukan konsentrasi
pulp sebelumkeluar sampai 10 %. Chip yang telah masak dikeluarkan melalui outlet device.
Perbedaan tekanan antara Digester bagian dalam dengan outlet device dan blow line akan
mengakibatkan chip yang telah masak menjadi serat.
G. Pressure Diffuser
Setelah pemasakan pulp dikeluarkan dan dikirim ke pressure diffuser untuk dilakukan
pencucian yang tujuannya untuk memisahkan Pulp dari cairan hasil pemasakan. Pada pencucian
air pencuci dimasukkan pada sekeliling diffuser kemudian masuk ke dalam pulp lalu naik ke atas
saringan ekstraksi. Tinggi naiknya saringan ekstraksi adalah 0,76 m dan kecepatan naiknya
diatur 15 % lebih cepat dari kecepatan pulp. Ketika saringan naik ke atas serat-serat akan
banyak menempel pada permukaan saringan dan akan dilepaskan degan dua cara, yaitu dengan
turunnya saringan yang cepat (kira-kira 0,9 detik) saringan membantu melepaskan serat-serat
dari saringan dan karena dari bentuk saringan kerucut, kecepatan turunnya berkurang pada
daerah ekstraksi yang mengakibatkan cairan ekstraksi keluar melalui lubang saringan dan
mengeluarkan serat-serat yang masuk ke lubang saringan. Stack yang keluar dari pressure
diffuser dikeluarkan melalui noozle dibagian atasnya dibantu oleh device scrapper, dan tekanan
dalam diffuser harus diusahakan dalam keadaan stabil, cairan pencuci diffuser yang stabil dan
cairan ekstraksi yang stabil sangat membantu pengendalian tekanan diffuser.
2.2.3 Pencucian dan Penyaringan
A. Deknoting
Setelah tahap pemasakan, sebagian besar Pulp masih mengandung knot dan mata kayu
yang yang tidak masak yang harus dipisahkan. Kandungan tersebut harus dipisahkan dari pulp
pada awal dari proses . Jika tidak, kandungan tersebut akan mengurang nilai hasil akhir (final
product) dan dapat menyebabkan gangguan pada departemen lainnya.
Pemisahan Knot dilakukan dalam tiga tahap untuk mencapai pemisahan yang efisien.
Tujuan utama adalah pemisahan knot dari aliran pulp utama, primary knotter dan mengurangi
kandungan Pulp sekecil mungkin terbawa knot pada pemisahan tahap ketiga (Reject dari coarse
screen).
Pada primary knotter, semua knot adalah reject, tapi dalam hal ini masih banyak fiber
yang terikut, untuk mengurangi agar fiber tidak banyak terbuang , maka reject dari tahap pertama
disaring lagi pada secondary knotter, dimana sebagian dari pulp dipisahkan dari knot sebelum
dikirim ke coarse screen, knot dan pulp tuntas dipisahkan dan knot dapat dikirim ke Digester
untuk dimasak lagi, sedangkan Pulp dikembalikan ke sistem.
B. Screening
Screening dilakukan dalam tiga tahap yaitu : primary screening, secondary screening,
tertiary screening. Pada primary screen sebagian besar shive adalah Reject, tetapi dalam
pemisahan fiber masih banyak yang terikut. Agar tidak banyak fiber atau pulp yang terbuang,
maka Reject dari tahap pertama (primary screen) disaring lagi di tahap ketiga (tertiary screen)
sebelum dikeluarkan dari sistem melalui Reject press dimana konsistensi bisa mencapai 30 %.
Tujuan dipakainya Reject press ini adalah untuk mengurangi kehilangan bahan kimia (chemical
loss) dan mempermudah penanganan Reject. Accept dari tahap kedua dan ketiga ini
dikembalikan ke inlet dari tahap sebelumnya (cascade).
Bersama-sama shive, pasir juga ikut terbawa oleh aliran Reject screen dan dibawa ke
Reject press , karena dalam penngoperasian sebagian besar pasir terbawa aliran accept bersama
filtrate. Untuk mencegah penumpukan pasir di dalam sistem, yang akan menyebabkan
kerusakan dari peralatan, maka pasir dipisahkan dari filtrate pada sand seperatore.
C. Brown Stock Washing
Pulp yang dihembus (blown) dari Digester, masih bercampur dengan sebagian cairan
pemasak yang mengandung sisa bahan kimia pemasak dan juga lignin yang terlarut dari kayu.
Kotoran-kotoran yang terbawa pada pulp tersebut dicuci di brown stock yang dilakukan secara
berlawanan arah (Counter Current) dimana air segar hanya digunakan sebagai pencuci di tahap
awal pencucian. Dengan cara ini pulp dapat dicuci secara efisien dengan hanya memakai air
segar. Banyaknya air segar yang dipakai pada tahap akhir pencucian, tergantung pada dilution
factor dari rantai pencucian.
Setelah dari blow tank dan screening room, pencucian brown stock telah mengalami dua
tahap, tahapan di Hi-Heat washing zone dari Digester continous dan kemudian di dalam pressure
diffuser.
Tahapan ketiga atau tahapan terakhir dari tahapan pencucian brown stock adalah
dewatering press setelah O2 reaktor.
Pada dewatering press, Pulp dicuci dengan filtrate hasil dari pencucian di first post
oksigen washer dan pencucian yang terjadi sesuai dengan prinsip pengenceran dan pengentelan
(dilution/thickening), sehingga tidak ada penggantian (displacement) didalam dewatering press.
Cairan hasil pencucian post oksigen washing bisa ditambahkan sebagai cairan pengencer di awal
dewatering flash dan screening room.
Pada dewatering press pulp di press untuk mencapai konsistensi sekitar 30 % dan setelah
itu Pulp diencerkan dengan filtrate dari post oksigen press dan screw dilution sehingga menjadi
12 %. Alkali yang digunakan untuk delignification ditambahkan bersama dengan cairan
pengencer.
Filtrat yang meninggalkan dewatering press masih mengandung sebagian cairan pencuci
di pressure diffuser. Pemisahan dilakukan didalam liquor screw, dari sana filtrate yang bersih
disalurkan ke pressure diffuser dan serat yang telah dipisahkan, dikembalikan ke akumulator
tank bersama filtrate lainnya.
2.2.4 Delignifikasi Oksigen
Proses oksigen delignifikasi adalah proses untuk mengurangi kandungan lignin dari Pulp
coklat (yang belum mengalami proses pemutihan). Setelah mengalami proses oksigen
delignifikasi maka bilangan kappa berkurang menjadi 8. Adapun fungsi dari oksigen
delignifikasi adalah untuk menghemat bahan-bahan kimia yang mahal di tahap pemutihan dan
dalam waktu bersamaan dapat menurunkan dampak terhadap lingkungan.
Proses O2 delignifikasi dilangsungkan pada kosistensi menengah dengan temperature dan
tekanan yang tinggi, sedangkan bahan kimia yang dipakai adalah O2dan alkali , dipakai salah
satu NaOH atau WL oksidasi. Sebelum masuk ke reactor, Pulp dipanaskan terlebih dahulu
dengan menambahkan steam sampai 1000C.
Delignifikasi berlangsung didalam alian ke atas (up flow) reactor. Dimana waktu yang
dibutuhkan (Retention Time) adalah satu jam menurut kapasitas yang dirancang untuk mencegah
waktu singkat dalam reactor yang disebabkan Channelling, yang menjadi penyebab pendeknya
waktu yang dibutuhkan, maka aliran yang merata dan stabil didalam reactor sangat diperlukan,
yang dapat dicapai dengan menjaga konsistensi Pulp sekitar 10 %. Reaksi eksotermis dalam
reactor akan mendorong naik temperature beberapa derajat pada aliran pulp yang melalui reactor.
Ketika Pulp masuk oksigen blow tank, steam terdorong dan terlepas sebagai gas buang,
karena temperature pulp yang tinggi dan tekanan yang rendah dalam blow tank. Tekanan yang
rendah dijaga oleh kondensasi dari steam dalam condenser dan fan pembuangan. Dari fan
pembuangan steam gas tersebut dapat dilepas ke udara.
2.2.5. Post Oksigen Washing
Selama proses post oksigen delignifikasi, sebagian besar zat-zat organic dipisahkan dari
kayu, bersama-sama sisa dari kayu sebagian alkali. Zat-zat organic dan kimia harus dipisahkan
dari Pulp dan didaur ulang di recovery boiler sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku
untuk produksi steam,serta untuk mendaur ulang bahan-bahan kimia pemasakan. Dari konsumsi
bahan kimia sisa reaksi yang terbawa ke bleaching plant harus sekecil mungkin agar tidak
membuang biaya dan menaikkan konsumsi bahan-bahan kimia pemutih yang berbahaya terhadap
lingkungan. Pada akhirnya zat-zat organic yang terbawa ke bleaching plant akan diklorinasi dan
dengan demikian akan ikut menyokong pengaruh buruk terhadap lingkungan, seandainya
dikeluarkan bersama limbah pabrik.
Pencucian di wash oksigen termasuk dengan pencucian di brown stock. Terdiri dari
displacement diantara brown stock . Terdiri dari displacement diantara brown stock HD tower,
merupakan bagian dari pencucian counter current. Hanya air segar (fresh water ) yang
ditambahkan ke second post oksigen fresh. Banyaknya air dikendalikan oleh dilution factor.
Filtrate yang berlebihan dari proses kedua digunakan sebagai cairan pencuci wash liquor pada
fresh pertama dan kelebihan pertama dari proses pertama untuk mengencerkan screen room
diawal dari dewatering press. Ini adalah cara kerja pencucian counter current yang
dikembangkan, dimana pulp yang bersih dapat dihasilkan dengan menggunakan sedikit jumlah
cairan pencuci. Didalam dua displacement press pulp dicuci dengan pengganti cairan
disekeliling Pulp oleh cairan dari tahap pencucian sebelumnya atau dengan air panas. Setelah
terjadi penggantian pulp di press sampai mencapai konsistensi 30% dn akhirnya diencerkan ke
dalam dilution sreew konsistensi mencapai 12 %. Contoh press di atas merupakan gabungan dua
prinsip pencucian yang dinamai dengan prinsip displacement dan dilution.
Diantara kedua displacement press, brown stock HD tower ditwmpatkan sebagai tahap
pelepasan bleaching zat-zat organic dari tahap oksigen sehingga lebih mudah dilepaskan secara
displacement dalam flash kedua untuk menjamin efisiensi bleaching dalam HD tower dan untuk
mencegah lignin terlarut dengan cepat kedalam serat-serat maka pH yang tinggi diperlukan pada
post oksigen washing.
2.2.6 Pemutihan (Bleaching Plant)
Pulp yang dihasilkan setelah proses delignifikasi akan mengalami proses pemutihan.
Proses pemutihan di PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper menggunakan proses ECF, yaitu
proses pemutihan dengan menggunakan senyawa klor dalam bentuk ClO2, juga ditambah
peroksida untuk meningkatkan derajat keputihan. Proses pemutihan memiliki urutan-urutan
yang terdiri dari tahapan berikut :
1. Tahap Pemutihan (Do) yaitu menggunakan ClO2
2. Tahap Ekstraksi (Eop) yaitu menggunkan NaOH, O2, H2O
3. Tahap pemutihan kembali (D1/D2) yaitu menggunakan ClO2
Proses pemutihan semuanya berlangsung pada konsistensi medium 10-12 %.
Temperature yang diinginkan untuk tahap-tahap pemutihan antrara 60-75Oc untuk tahap Do, 60-
800 C untuk tahap Eo, dan 70-80 % untuk tahap D1/D2.
Dari tahap pencucian terakhir pulp dipompakan ke tower Do yang dipompakan oleh MC-
pump yang dilengkapi dengan mixer untuk mempercepat pencampuran pulp dengan menambah
ClO2. Waktu retensi yang dibutuhkan 60 menit pada temperature 50 C pH 1,8-2 dan tingkat
kecerahan 50% ISO. Pulp jatuh dari puncak Do tower melalui pipa vertical dimana pulp
diencerkan hingga 8%, kemudian dipompakan kealat press hingga menghasilkan konsistensi
32%. Cairan pengencer kemudian ditambahkan pada conveyor untuk menurunkan konsistensi
hingga 12%. Cairan tersebut merupakan recycle dari Eo filtrate.
Proses pengendapan diikuti dengan pencucian Pulp untuk melarutkan bahan kimia
berlebih dan lignin yang telah dipisahkan. NaOH dan H2O ditambahkan ke dalam cairan
pencuci tersebut sebagai bahan kimia pengekstrak untuk pemutih pada tahap Eo. Dari Do press ,
pulp dipompakan ke tahap Eo melalui pulp heater dan mixe. Tahap Eo terdiri dari tube
bertekanan dengan waktu retensi 15 menit serta tower dengan retensi waktu 75 menit. Ekstrak
pulp diencerkan hingga konsistensi 8 % pada dasar tower D2 pulp diencerkan kembali hingga 12
%. Dari alat press, Pulp dipompakan ke penampungan HD-Bleached Pulp, dan siap diproses di
unit Pulp mesin.
2.2.7 Pengeringan dan Pembentukan Lembaran Pulp
Tahap ini mengelola pulp yang telah menjadi bentuk lembaran Pulp dengan kandungan
airnya 10 %. Tahap pembentukan lembaran pulp PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
diramcang dengan kapasitas 1430 ton/hari dengan menggunakan bahan baku kayu acasia
mangium.
Proses pembuatan lembaran Pulp melewati beberapa tahap :
1. Tahap penyaringan (screening)
2. Tahap pengurangan kadar air (wet end)
3. Tahap pengeringan akhir (dryer)
4. Tahap pembentukan gulungan
1. Tahap Penyaringan (Screening)
Tahap penyaringan adalah salah satu unit untuk memisahkan kotoran yang
terkandung dalam pulp dengan menggunakan perbedaan berat jenis dan memberikan tekanan
fluida masuk ke dalam penyaringan untuk menghasilkan gaya sentrifugal. Bahan yang telah
diputihkan dipompakan ke heat density tank (HDT) untuk dilakukannya pengenceran Pulp,
sehingga mempunyai konsistensi 4% pada bagian bawah tanki, kemudian pulp dipompakan lagi
ke low kosistensi tank, sedangkan Reject yang masih mengandung Pulp masuk ke penyaringan
tahap 2 (second screen) dan accept dari penyaringan kedua masuk kembali ke penyaringan
pertama, sedangkan kotorannya ditampung pada tangki penampungan.
2. Tahap Pengurangan Kadar Air
Proses pengurangan kadar air dari Pulp yang masih berbentuk bubur dilakukan
dengan cara memasukkan Pulp di atas wire sehingga air akan jatuh dengan gaya gravitasi.
Bahan dipompakan ke machine Chest untik diencerkan sehinggga mencapai konsentrasi 2,8%,
selanjutnya Pulp dari machine chest dipompakan ke fan pump yang berfungsi untuk
menstabilkan konsentrasi Pulp. Sehingga mempunyai konsentrasi 1,0-1,5% dan bahan
dipompakan ke head box, kemudian Pulp dialirkan di atas wire (fourdriner) pada proses ini
terjadi pengurangan air secara gravitasi dan pengisapan dengan menggunakan vakum sistem air
dan hasil pengurangan di wire ditampung untuk digunakan kembali pada proses penyaringan dan
pemutihan. Pulp yang dihasilkan pada proses ini mempunyai konsistensi 35% dan kedua sisinya
dipotong untuk merapikan lembaran dengan lebar 7,8m, lalu lembaran itu ditransferkan ke press
part. Pada tahap proses pengurangan kadar air dilakukan dengan cara pengepresan dimana
airnya diserap lewat felt bagian atas dan bawah yang juga berfungsi sebagai penghantar pulp.
Pada felt dipasang suction box yang dihubungkan dengan vakum sistem untuk menyerap air.
Dryness akhir pada proses pengurangan air 40-50% dan siap ditransfer ke dryer.
3. Tahap Pengeringan Akhir (Dryer)
Sewaktu lembaran yang ditransfer dari press part bergerak melewati dryer, udara
panas secara continue dihembuskan pada permukaan atas dan bawah lembaran Pulp, udara panas
ini menyebabkan air yang berada pada lembaran Pulp menguap. Ketika lembaran Pulp bergerak
diantara blow box, udara dihembuskan ke dalam blow box pada bagian atas dan bawah. Fungsi
dari blow box adalah untuk menjaga lembaran Pulp agar tetap mengambang dari permukaan
blow box serta membantupenguapan air, sedangkan blow box pada bagian atas berfungsi sebagai
penyempurna penguapan air pada lembaran Pulp.
Lembaran yang telah sampai Di outlet dryer ditampung pada pulp 2 untuk
diencerkan kembali sehingga konsentrasinya 3,5-4% dan dipompakan ke broke storage tank.
Pada proses selanjutnya lembaran pulp siap ditransferkan ke layboy untuk dipotong menjadi
lembaran bale. Proses penyabungannya adalah memakai cross cutter di mana potongan selebar
30 cm.
4. Tahap Pembentukan Gulungan
Lembaran Pulp yang sudah dipotong ditumpuk pada suatu peralatan yang disebut
layboy, berupa bale yang sudah siap ditimbang, dipress dan dibungkus. Bale finishing
merupakan proses akhir dari Pulp mesin dimana bale yang keluar dari layboy diteruskan ke
timbangan bale yang ditimbang untuk seberat 260 kg/bale, lalu bale tersebut di press di bale
press mesin dengan tekanan 1000 KN dengan tujuan untuk mengurangi ketinggian bale dan
untuk memadatkan bentuk bale itu sendiri menjadi ketiggian 52 cm. Kemudian bale yang telah
di press dibungkus dengan wrapper mesin. Unit bale yang telah diikat rapi diteruskan ke gudang
penyimpanan dengan menggunakan peralatan Fork Lift dan siap untuk dipasarkan.
2.2.8. Chemical Preparation Plant
Untuk memenuhi kebutuhan bahan kimia pada proses di pabrik pulp, PT
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper akan memproduksi sendiri bahan-bahan kimia di unit
chemical plant. Bahan kimia yang dihasilkan dari chemical plant adalah NaOH, HCl, ClO2, dan
O2. Sedangkan bahan baku yang diperlukan untuk proses di chemical plant adalah garam
(NaCl) dan Na2CO3.
a. Chlor Alkali Plant
Dalam proses ini digunakan bahan baku NaCl yang direaksikan dengan air, dan reaksinya
sebagai berikut :
2 NaCl + 2 H2O → 2 NaOH + H2 + Cl2
Kondisi operasi pada reaksi diatas adalah :
1. Temperature : 770 0C
2. Konsentrasi : 290-310 gr/l
NaOH yang dihasilkan masuk ke cooking bleaching plant, sedangkan Cl2 yang
dihasilkan untuk mensintesa HCl.
b. ClO2 Plant
NaClO3 yang dihasilkan dari NaClO3 plant dialirkan kedalam ClO2 plant, selanjutnya
dalam suasana asam NaClO3 tersebut mengalami proses reduksi menghasilkan ClO2 dan hasil
samping berupa Cl2.
Reaksi yang terjadi dalam proses ini adalah :
2 NaClO3 + 4 HCl → Cl2(g) + 2 NaCl (l) + H2O(l) + 2 ClO2(g)
ClO2 yang dihasilkan kemudian disera dalam air untuk selanjutnya digunakan dalam
proses bleaching. Sedangkan hasil samping yang berupa Cl2 tersebut dialirkan dalam HCl plant.
Hasil samping lainnya adalah NaCl dikirimkan kembali ke NaCl03 plant.
c. NaClO3 plant
Pada unit ini dilakukan elektrolisa larutan garam NaCl untuk menghasilkan NaClO3 yang
akan digunakan sebagai bahan pembuatan ClO2 pada ClO2 plant. Garam yang digunakan dalam
unit NaClO3 ini sebagian berupa hasil samping dari ClO2 plant dan sebagian lagi merupakan
garam murni yang dipersiapkan. Selain menghasilkan NaClO3 sebagai hasil utama, dari unit ini
juga dihasilkan H2 yang selanjutnya dialirkan kedalam HCl Plant.
Reaksi yang terjadi dalam proses ini adalah :
NaCl3 (l) + 3 H2O NaClO3 + 3 H2
Kondisi operasi pada pembuatan NaClO3 adalah
: Temperature : 800 C
Ph : 5,8 – 6,4 dengan hasil gas O2 2 % dan Cl2 0,5 %
d. HCl Plant
Reaksi antara Cl2 dengan H2 akan menghasilkan HCl yang selanjutnya digunakan
dalam proses reduksi pada ClO2 plant
Reaksi yang terjadi dalam proses ini adalah :
H2(g) + ClO2 → 2 HCl
Dalam proses ini diterapkan pula nitrogen purge system untuk mengurangi bahaya
ledakan. Dalam penyiapan bahan kimia ini, Cl2 yang dihasilkan dari HCl plant tidak digunakan
dalam proses pemutihan, melainkan hanya merupakan bahan yang digunakan untuk
memproduksi ClO2. ClO2 inilah yang selanjutnya digunakan sebagai bahan kimia dalam proses
pemutihan.
2.3 Produk
Adapun produk yang dihasilkan pada PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper adalah
berupa lembaran bubur kertas, karena dalam lembaran akan lebih mudah untuk dipasarkan dan
lebih efisien.
Spesifikasi dari Pulp
PARAMETER UNIT GRADE
PRIME DOWN REPULP
A AB B R
PRELIMINARBrightness % ISO ≥89 ≥89 ≥85 <85
Dirt Ppm ≤2 ≤2 ≤10 >10
Meet all
standard
parameter
Not meet
All standar
parameter
Information
Sumber : Laboratorium Physical PT TEL PP
2.4 Utilitas
Adapun unit yang menyediakan berbagai macam sumber energy yang diperoleh oleh
produksi suatu pabrik. Utilitas yang ada di PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper meliputi :
a. Penyediaan kebutuhan air
b. Penyediaan kebutuhan listrik
c. Penyediaan kebutuhan uap (steam)
2.4.1 Penyediaan Kebutuhan Air
Pemakaian air oleh pabrik Pulp dan town site berasal dari sungai lematang dengan
kebutuhan air rata-rata 86.850 m3/hari. Kebutuhan air untuk proses produksi adalah sebesar
85.850 m3/hari. Kebutuhan air untuk proses produksi adalah sebesar 85.800 m3/hari. Atau
sekitar 600 m3/hari akan dialirkan untuk kebutuhan domestic. Air sungai lematag akan
mengalami proses dissolving sebelum dialirkan melalui pompa ke lokasi pabrik. Sedimentasi
dan penyaringan dengan pasir di water treatment plant akan mengurangi turbiditas air sungai.
Disamping itu flokulan, NaOH dan Hidrocloric Acid juga diperlukan.
Dari proses pengolahan air baku akan dihasilkan limbah padat berupa sludge dari proses
sedimentasi sebanyak 50gr/l . Sludge yang dhasilkan dikumpulkan dan penanganannya dikirim
ke Effluent Treatment.
2.4.2 Penyediaan Kebutuhan Listrik
Pada PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper, listrik dihasilkan dari generator yang
digerakkan oleh sebuah turbin yang dihasilkan 75 MW untuk proses mill dan perumahan.
Turbin ini digerakkan oleh steam yang dihasilkan dari power boiler dan recovery boiler.
2.4.3 Penyediaan Kebutuhan Uap (steam)
Uap (steam) diperoleh dari power boiler dan recovery plant dimana pada power boiler,
steam yang dihasilkan mempunyai tekanan 6300 Kpa dan laju 98 kg/s. Pada power boiler
menggunakan bahan bakar berupa kulit kayu sludge, dan yang lainnya yang merupakan Reject
dari debarking drum. Reject tersebut dibakar di BFB 9 (Bubling Fluidized Bed) boiler dengan
menggunakan pasir sebagai media pemanas. Pada recovery plant steam dihasilkan dari aliran
ekstraksi pada Digester yang masuk ke flash tank 1 yang kemudian dialirkan ke flash tank 2.
Dari flash tank 1 dan 2 akan dihasilkan flash steam yang digunakan sebagai presteaming pada
chip bin dan steaming vessel.
2.4.4 Pemulihan Kembali Bahan Kimia (Chemical Recovery)
Proses pembuatan Pulp di PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper menggunakan proses
kraft, dimana cairan sisa pemasak (black liquor) dapat dipulihkan kembali menjadi cairan
pemasak (White Liqour), proses pemulihan ini dilakukan di chemical recovery plant.
a. Evaporator Plant
Black Liqour merupakan hasil samping pemasakan kayu di digester. Lindih
hitam yang dialirkan dari digester disebut weak black liquor (lindih hitam dengan
konsentrasi rendah). Lindih hitam ini akan ditampung di tanki WBL 1 dan 2. Lindi
hitam dari tanki WBL (1 atau 2) dipompakan di flash tank di efek 3 untuk menurunkan
temperature lindih hitam tersebut. Setelah itu Black liquor akan mengalir ke flash tank di
effek 4. Setelah terjadi penurunan temperature selanjutnya Black liquor akan mengalir ke
effek 5.
Black liquor yang masuk ke effek 5 akan mengalami proses kenaikan total solid
dan sebagian besar kandungan uap air didalamnya akan menguap, kemudian dengan
bantuan pompa Black Liqour akan dialirkan ke effek 4, begitu juga di effek 4, black
liquor akan mengalami kenaikan total solid dan sebagian besar kandungan air didalamnya
akan menguap, kemudin dengan bantuan pompa black liquor akan dialirkan ke effek 3,
kemudian ke effek 2 dan effek 1. Pada effek 1 terdiri dari 4 unt evaporator yaitu :
1A, 1B, 1C dan 1D. Tujuan dari penggunaan 4 unit ini untuk mengurangi terjadinya
kerak (scalling) akibat dari lindi hitam yang konsentrasinya sudah tinggi.
Produk dari evaporator effek 1 berupa heavy black liquor (black liquor dengan
konsentrasi tinggi) dipompakan ke dalam heavy black liquor flash tank. Black liquor
yang ada di heavy black liquor flash tank akan dipompakan ke heavy liquor storage tanks
(tanki HBL 1 dan 2). Selanjutnya black liquor dari tanki HBL akan dipompakan ke
recovery boiler untuk menjadi bahan bakar.
b. Recovery Plant
Black liquor yang berasal dari seksi evaporator akan di spray ke dalam furnace
recovery boiler oleh stationery liquor spray. Noozle-noozle pada akhir sprayer akan
membentuk butiran-butiran yang akan jatuh ke bagian bawah furnace dan membentuk
cher bed, Kemudian hasil pembakaran lindi hitam ini akan membentuk smelt yang
selanjutnya akan dikirim ke rechausetizing plant untuk di ubah menjadi cairan pemasak
kembali.
c. Rechausetizing Plant
Pada rechausetizing plant ada dua tahap pengolahan yaitu :
1. Proses Rechausetizing
Green liquor (GL) yang berasal dari recovery boiler diumpankan ke stabilization
tank, dimana tanki ini berfungsi untuk menghomogenasikan konsentrasi dan densitas
yang tinggi. Green liquor yang telah stabil dipompakan ke GL-Clarifier (GLC) akan
mengendap dan membentuk flok-flok, sehingga akan menaikkan berat jenis dan
kecepatan gravitasi.
Flok yang telah mengendap dan mengumpul di tengah-tengah GLC kemudian
dipompakan ke dreg filter. Dreg filter bekerja secara vakum, difilter ini flok
dicampur dengan air panas, lalu dregs filter di vakum yang akan menyebabkan dregs
akan menempel pada dinding drum, kemudian akan dikikis oleh stripper dan
ditampung dalam bunker, sedangkan filtratnya kembali ke stabiiton tank.
Filtrat yang berasal dari GLC yang sudah jernih dipompakan menuju ke slaker
classifier yang mempunyai dua buah pengaduk didalam slaker ditambahkan CaO
yang berasal dari ime bin dan terjadi proses slaking dimana reaksi yang terjadi
adalah :
H2O(l) + CaO → Ca(OH)2
\Sluge yang berasal dari slaker masuk ke bunker sedangkan filtratnya yang berupa
slurry dipompakan ke caustizer tiga untuk menyempurnakan reaksi dari slaking untuk
menghasilkan reaksi white liquor yang sempurna. Dimana reaksi yang terjadi pada
caustizing adalah :
Ca(OH)2(S) + Na2CO3 → 2 NaOH(l) + CaCO3
Setelah dari tanki causthizer tiga cairan ke WL-clarifier untuk dilakukan
pemisahan antara white liquor jernih dan padatan CaCO3, White liquor jernih
dipompakan ke sulfur mixing tank, disini terjadi penambahan sulfur dengan
konsentrasi antara 30-35% yang berfungsi untuk menyempurnakan reaksi pebentukan
white liquor yang mengandung NaOH dan Na2S dengan adanya proses pengadukan.
Setelah reaksi terbentuk sempurna maka white liquor dikirim ke digester.
2. Lime Kiln
CaCO3 padatan (lime mud) dengan konsentrasi 30 % yang berasal dari WL-
Clarifier dipompakan ke mixing tank dengan ditambahkan air panas yang berfungsi
untuk mengurangi soda yang terbuang. Dari proses pengadukan ime mud dialirkan
masuk ke dalam lime mud clarifier untuk dilakukan pemisahan dengan cara
pengadukan, untuk memisahkan cairan lime mud yang kemudian dikirim ke weak
wash, sedangkan padatan lime mud dengan viskositas 1,5 kg/m3 dipompakan
menuju ime mud fliter dimana pada filter ini dilakukan penvakuman sehingga lime
mud akan menempel pada dinding drum yang kemudian dikikis oleh stripper
sehingga lime mud akan jatuh ke conveyor menuju lime kiln.
Sebelum ke lime kiln,dilakukan terlebih dahulu pengeringan oleh cylone, setelah
itu lime mud akan ditangkap oleh elektrostatik precipitator (ESP), dimana lime mud
akan berubah menjadi debu dan menempel pada lempengan ESP lalu akan jatuh ke
conveyor dan dikirim ke lime kiln sedangkan udara yang dihasilkan pada proses
pengeringan ditangkap oleh stack.
Didalam lime kiln terjadi pembakaran dan menghasilkan CaO yang kemudian
dihancurkan dengan menggunkan crushear sebelum dikirim ke lime bin. CaO akan
jatuh ke dreg chain conveyor lalu masuk ke elevator. Quicklime (CaO) kemudian
ditampung didalam lime bin dengan menggunakan lime elevator. Quicklime yang
telah berada dalam lime bin siap digunakan didalam proses slaker classifier.
Reaksi yang terjadi dalam proses ini adalah :
CaCO3(s) → CaO(s) + CO2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala berkat rahmat
dan hidayah-Nya jualah sehingga kerja praktek dan penulisan laporan ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Selanjutnya shalawat serta salam kami sampaikan kepada surin tauladan
kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membimbing umatb manusia menuju kea lam
penuh pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil kerja praktek dan materi yang didapat selama kerja
praktek di PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper mulai tanggal 1 Juli – 31 Juli 2010 pada seksi
Quality Control/ Quality Assurance department.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini juga terdapat adanya
kekurangan-kekurangan. Untuk itu penulis juga menerima masukan dan kritik. Dalam penulisan
ini, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbaga pihak, oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra Fatma M.S selaku ketua jurusan kimia Universitas Sriwijaya
2. Bapak Muhammad Said, S.T, M.T selaku dosen pembimbing kerja praktek Universitas
Sriwijaya
3. Bapak Edi Cahyono, sebagai Manager MQD PT. Tanjungenim Lestari
4. Bapak Arif Helmi , sebagai Section Head QA/QC PT.Tanjungenim Lestari
5. Bapak Batara L. Toruan, sebagai pembimbing lapangan yang telah banyak membantu
dan memberikan masukan selama kerja praktek.
6.
Penulis mengharapkan semoga adanya laporan ini dapat beerguna dan bermanfaat bagi
semua pihak serta dapat memenuhi fungsinya. Amin
Palembang, Juli 2010
Penulis
BAB III TINJAUAN
KHUSUS
3.1 Judul
Pengujian Kadar Sodium (Na+) dan Potasium (K+) di dalam HBL Virgin dan HBL
Mixing pada Recovery Boiler PT Tanjungenim Lestari Pulp and paper berdasarkan
kandungan inorganic didalamnya dengan metode Inductivity Couple Plasma – Atomic
Emission Spectrometer by Varian
3.2 Latar Belakang
3.3 Tujuan
Adapun tujuan dari tugas khusus ini adalah :
1. Untuk mengetahui kadar Na+ dan K+ pada HBL Virgin dan HBL Mixing pada
recovery boiler PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
2. Melihat perbedaan Kadar Na dan K pada HBL Virgin dan Mixing dan hubungannya
dengan kandungan inorganiknya.
3.4. Manfaat
manfaat yang dapat diharapkan dari tugas khusus ini adalah :
1. Mengetahui standar pemakaian saltcake yang efisien
2. Mengetahui kandungan zat padat kering yang ada dalam Black Liqour yang akan dibakar
di Recovery Boiler
3. Mengetahui kandungan inorganic dalam Black Liqour agar dapat diatur pembakarannya
da hasil terbentuknya smelt untuk menghasilkan green liquor.
4. Dapat menggunakan peralatan ICP-AES by Varian untuk mengukur kadar logam
sekaligus.
3.5. Perumusan Masalah
Untuk mengetahui kandungan Na dan K dalam HBL virgin dan mixing pada Recovery
Boiler PT TEL PP, maka perlu dilakukan analisa sampel yang diambil.
3.6.4 Metode Analisa
1.. Analisa Total Solid dalam Black Liqour (BL)
Untuk mengetahui kandungan zat padat yang kering yang ada dalam Black Liqour yang
akan dibakar di Recovery Boiler.
Peralatan :
Oven
Neraca
Batang Pengaduk
Cawan Petri
Desikator
Moisture Analizer
Cawan Aluminium Foil
Langkah Kerja :
Masukkan 10 gr sea sand ke dalam cawan petri, lalu panaskan dalam oven 105 0 C selama
24 jam (A)
Lalu dinginkan ke dalam cawan petri yang telah berisi HBL sebanyak 1-1,5 gr (B)
Masukkan dalam oven dengan T = 105 0 C selama 18-24 jam
Masukkan ke dalam desikator 10 menit , lalu timbang dan catat beratnya (C)
Total Solid (%) = x `100 %
2. Analisa Inorganic Content Dalam HBL Spray
Peralatan :
Cawan Porselin
Neraca analitik
Oven
Desikator
Furnace
Bahan Kimia : N.A
Langkah Kerja :
1. Persiapan
Cawan yang dgunakan terlebih dahulu dicuci bersih, lalu di ovenkan dan
masukkan ke dalam furnace, lalu ovenkan kembali.. Masukkan desikator, lalu
timbang
2. Treatment
Timbang sampel HBL sebanyak 3-4 gr ke dalam cawan porselin yang sudah
diketahui beratnya (A)
Masukkan ke dalam oven suhu 1050C selama 1 jam
Pindahkan ke dalam furnace suhu 850 0 C selama 1 jam
Pindahkan ke dalam oven suhu 105 0 C selama 15
menit Pindahkan ke dalam desikator selama 10 menit
Timbang cawan yang berisi sisa sampel dan catat beratnya (B)
Perhitungan :
OD sampel = Berat sampel (AD) x TS ( %)
Inorganic = x 100 %
Organic = 100 % - Inorganic
3. Analisa Na dan K pada HBL dengan ICP-AES
Peralatan :
Alat :
Seperangkat ICP-AES Varian
Labu ukur 100 ml
Labu ukur 1000 ml
Kertas Saring whatmann 110
Corong Gelas
Beker Gelas 100 ml
Botol Sampel
1. Persiapan Sampel
Timbang masing-masing 2-3 gr HBL Virgin, HBL Mixing dan Esp Ash
Larutkan dengan air panas sampai homogen
Encerkan dengan labu ukur 100 ml
Disaring dengan menggunakan kertas saring whatmann 110
Pipet 1 ml
Encerkan dengan labu ukur 1000 ml
Letakkan dalam botol sampel yang selanjutnya akan dianalisa