91372112 Laporan Basis Gigi Tiruan Akrilik
-
Upload
iqbal-sirait -
Category
Documents
-
view
100 -
download
13
Transcript of 91372112 Laporan Basis Gigi Tiruan Akrilik
Basis Gigi Tiruan Akrilik
LAPORAN TUTORIAL
diajukan untuk memenuhi tugas tutorial Blok Ilmu Bahan dan
Teknologi Kedokteran Gigi I
yang dibina oleh drg. Sukanto, M.Kes
Oleh
Kelompok Tutorial 4
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2012
Tutorial Basis Gigi Tiruan Akrilik
Pembimbing : drg. Sukanto, M.Kes
Ketua : Rifqi Afdila (11-26)
Scriber Papan : Lia Martina (11-46)
Scriber Meja : Chusna Sekar Wardani (11-45)
Anggota Kelompok Tutorial 4 :
1. Maharja Jathi Perkasa (11-27)
2. Avinandri Mantrasari (11-32)
3. Hayyu Rizky Nur Rahma (11-34)
4. Whylda Dyasti Evabrina (11-38)
5. Amalia Hayudiarti (11-39)
6. Lulu Rosima Putri (11-41)
7. Aulia Mursyida (11-42)
8. Alindia Destasari (11-44)
KATA PENGANTAR
Pertama, Puji syukur kehadirat Illahi Robbi, Tuhan Yang Maha Esa , karena
atas segala bimbingan dan petunjuk-Nya , serta berkat rahmat, nikmat, dan
karunia-Nya sehingga kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan
Laporan tutorial yang berjudul ―Basis Gigi Tiruan Akrilik ‖. Laporan
tutorial yang kami buat ini sebagai salah satu sarana untuk lebih mendalami
materi tentang basis gigi tiruan akrilik . Kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. drg. Sukanto, M.Kes yang telah memberi kami kesempatan dan
bimbingan untuk lebih mendalami materi dengan pembuatan laporan
tutorial ini.
2. Teman-teman kelompok tutorial 4 yang telah berperan aktif dalam
pembuatan laporan tutorial ini.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini mengandung banyak
kekurangan,baik dari segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, kami
mohon maaf jika ada kesalahan karena kami masih dalam proses
pembelajaran. Kami juga berharap laporan tutorial yang telah kami buat ini
dapat bermanfaat bagi kami dan teman-teman yang lain.
Jember, 26 April 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Basis gigi tiruan adalah bagian dari gigi tiruan yang bersandar
pada jaringan lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir
gigitiruan. Berbagai macam bahan telah digunakan dalam pembuatan
basis gigitiruan seperti kayu, tulang, keramik, logam, logam aloi dan
beberapa jenis polimer.
Akrilik merupakan derivat dari etilen dan mengandung grup
vinyl (-C=C-) dalam formula strukturalnya. Akrilik adalah salah satu
bahan yang paling banyak digunakan di bidang kedokteran gigi
terutama dalam bidang prostodonsia. Akrilik dipilih karena sifatnya
yang cukup elastik dan cukup rigid atau keras terhadap tekanan
kunyah, stabil dalam cairan mulut, biokompatibel, warna menyerupai
warna gusi, mudah direstorasi bila patah tanpa mengalami distorsi,
mudah dibersihkan sendiri oleh pasien, mudah dimanipulasikan dalam
masa yang relatif singkat, serta harga yang cukup murah dan tahan
lama.
1.2 Skenario
Pak Bowo 43th merasa kurang percaya diri karena 2ngigi
depannya ompong, setelah berkonsultasi dengan isterinya akhirnya
pak Bowo pergi ke dokter gigi. Sore hari P. Bowo bersama isterinya
pergi ke dokter gigi, setelah sampai di tempat praktek ternyata sudah
banyak pasien yang antre. Sambil menunggu antrian iseng-iseng
P.Bowo tanya pada salah seorang pasien yang ingin membetulkan gigi
palsunya yang patah, pasien ini bilang kalau dokter gigi ini bisa
memperbaiki gigi palsu yang patah tanpa menunggu lama dan
sambungannya tidak kelihatan. Tiba saatnya giliran P.Bowo dan
isterinya masuk ruang praktek, set tidak kelihatan. Tiba saatnya giliran
P.Bowo dan isterinya masuk ruang praktek, setelah berkonsultasi dan
mendapat penjelasan dari dokter akhirnya ayah Ilham memilih gigi
tiruan dengan basis resin akrilik. P.Bowo juga menanyakan pada
dokter apakah gigi tiruannya nanti setelah dipakau ada kemungkinan
rusak dan bagaimana cara menyambungnya. Dokter menjelaskan cara
mereparasi gigi tiruan dengan cara yang cepat dengan bahan yang
sama tetapi berbeda cara pengerasannya.
1.3 Perumusan Masalah
1 Apa saja syarat, sifat serta komposisi resin akrilik yang digunakan
dalam kedokteran gigi?
2 Bagaimana klasifikasi resin akrilik ?
3 Bagaimana proses manipulasi resin akrilik ?
4 Apa saja kegunaan resin akrilik dalam kedokteran gigi ?
5 Bagaimana cara mereparasi gigi tiruan ?
1.4 Tujuan Pembelajaran
1. Mampu mengetahui dan menjelaskan syarat, sifat, komposisi resin
akrilik
2. Mampu mengetahui dan menjelaskan klasifikasi resin akrilik
3. Mampu mengetahui dan menjelaskan manipulasi resin akrilik
4. Mampu mengetahui dan menjelaskan aplikasi resin akrilik di KG
5. Mampu mengetahui dan menjelaskan cara mereparasi gigi tiruan
1.5 Mapping
Syarat Umum
Resin akrilik dan penggunaanya dalam KG
Syarat, komposisi, sifat kimia, mekanik dan fisik resin akrilik secara khusus
Rusak
Reparasi
BAB II
PEMBAHASAN
1. Syarat, sifat, komposisi resin akrilik
1.1 Syarat Resin Akrilik Dalam Kedokteran Gigi
1. Pertimbangan biologis → Tidak berbau, tidak berasa, tidak toksik
dan tidak mengiritasi jaringan mulut.
2. Sifat fisik memiliki kekuatan terhadap tekan gigit atau
pengunyahan, tekanan benturan, keausan, kestabilan dimensi.
3. Sifat estetik → Menunjukkan translusensi dan tidak berubah
warna setelah pembentukan.
4. Tahan abrasi, mudah direparasi dan dibersihkan
5. Biokompabilitas dengan jaringan lunak mulut
6. Biaya ekonomis dan mudah dalam manipulasi
1.2 Sifat Resin Akrilik
a. Curing Shrinkage
Ketika monomer metil metakrilat berpolimerisasi akan terjadi
perubahan kepatadan. Perubahan kepadatan menyebakan
shrinkage polimerisasi sebesar 21 %. Umunya perbadinga
powder-liquid adalah sebesar 3–3,5 :1 (vol ) atau 2,5 :1 (berat).
Pada proporsi adonan akrilik ini akan terjadi Shrinkage sebesar
7%. Hal ini disebabkan karena resin akrilik selama ini
menunjukkan shrinkage yang terdistribusi merata disetiap
permukaan basis sehingga tidak begitu mempengaruhi adaptasi
basis mukosa.
b. Strength (Kekuatan )
Kekuatan resin akrilik tergantung dari komposisi resin, teknik
prosesing, dan lingkungan gigi tiruan itu sendiri. Resin akrilik
mempunyai modulus elastisitas yang relatif rendah yaitu 2400
Mpa, oleh karena itu basis tidak boleh kurang dari 1 mm.
c. Porositas
Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa
akrilik yang telah mengalami polimarisasi. Timbulnya porositas
menyabababkan efek negatif terhadap kekuatan dari resin akrilik.
Ada 2 jenis porositas yang dapat kita temukan pada basis gigi
tiruan yaitu shrinkage porosity dan gaseous porosity. Shrinkage
porosity kelihatan sebagai gelembung yang tidak beraturan bentuk
di seluruh permukaan gigi tiruan sedangkan gaseous porosity
terlihat berupa gelembung kecil halus yang uniform, biasanya
terjadi terutama pada protesa yang tebal dan di bagian yang lebih
jauh dari sumber panas.
d.Stabilitas dimensi
Stabilitas dimensi dapat dipengaruhi oleh proses, molding,
cooling, polimerisasi, absorbsi air dan temperatur tinggi.
e. Crazing
Retakan yang terjadi pada permukaan basis resin, hal ini
disebabkan karena adanya tensile stress, sehingga terjadi
pemisahan barat molekul.
f. Fraktur
Gigi tiruan yang tidak sesuai karena desain yang tidak baik dapat
menyebabkan daya fleksural yang berkelanjutan sehingga terjadi
fatigue dan akhirnya menyebabkan gigi tiruan fraktur.
g. Radiologi
Akrilik tidak dapat dideteksi dalam foto karena sifat
radiolusensinya. Ini disebabkan karena atom C,H,O yang terdapa
dalam alrilik melemahkan, menyerap sinar x- ray. Hal ini akan
meyulitkan jika terjadi kecelakaan dimana ada bagian akrilik yang
tertelan atau tertanam di dalam jaringan lunak.
h. Reaksi alergi
Sangat jarang pasien yang mengalami reaksi alergi akibat kontak
dengan resin akrilik yang berasal sdari gigi tiruan. Kebanyakan
kasus yang dilaporkan adalah akibat dari gigi tiruan yang tidak
bersih dan gigi tiruan yang tidak sesuai kedudukanya dalam
rongga mulut sehingga mengakibatkan trauma pada jaringan lunak
mulut, tetapi banyaknya residual monomer yang terdapat pada
basis resin akrilik yang tidak mengalami polimerisasi secara
sempurna akan mengakibatkaniritasi pada jaringan mulut pasien.
i. Penyerapan air
Resin akrilik meyerap air secara peerlahan dengan nilai
equilibrium absorpsi 2 – 2,5 % aka terjadi setelah 6 bulan atau
lebih tergantung dari ketebalan basis. Peyerapan air ini akan
menyebabkan perubahan dimensiomnal, tetapi hal ini adalah tidak
signifikan dan biasanya bukan merupakan penyebab utama
ketidak sesuaian gigi tiruan.
j. Berat molekul
Resin akrilik polimerisasi panas memiliki berat molekul polimer
yang tinggi yaitu 500.000 – 1.000.000 dan berat molekul
monomernya yaitu 100. Berat molekul polimer ini akan
bertambah hingga mencapai angka 1.200.000 setelah
berpolimerisasi dengan benar. Rantai polimer dihubungkan antara
satu dengan lainnya oleh gaya Van der Waals dan ikatan
antarrantai molekul. Bahan yang memiliki berat molekul tinggi
mempunyai ikatan rantai molekul yang lebih banyak dan
mempunyai kekakuan yang besar dibandingkan polimer yang
memiliki berat molekul yang lebih rendah.
k. Resisten terhadap asam, basa, dan pelarut organic
Resistensi resin akrilik terhadap larutan yang mengandung asam
atau basa lemah adalah baik. Penggunaan alkohol dapat
menyebabkan retaknya protesa. Ethanol juga berfungsi sebagai
plasticizer dan dapat mengurangi temperatur transisi kaca. Oleh
karena itu, larutan yang mengandung alkohol sebaiknya tidak
digunakan untuk membersihkan protesa.
1.3 Komposisi Resin Akrilik
Pada umumnya terdapat dalam bentuk powder yang berisi polimer
yang belum teraktivasi. Selain powder terdapat juga dalam bentuk
liquid yang mengandung komponen monomer yang dalam
berinteraksi dengan polimer dapat berperan sebagai aktivator.
Selain monomer, terdapat komponen aktivator dan inhibitor.
Untuk mengaktifkan polimer dalam powder, terjadi proses
polimerisasi.
Powder (polimer) yaitu poli( metil metakrilat ) adalah resin
transparan yang dapat menyalurkan cahaya dalam range
ultraviolet hingga yang mempunyai wavelength 250nm. Ia
mempunyai kekerasan dari 18 hingga 20 Knoop Number.
Kekuatan tensilnya dianggarkan dalam 60 Mpa, ketumpatannya
adalah 1.19 g/cm2 dan modulus elasticity dianggarkan 2.4 Gpa
(2400 Mpa).
Polimer ini sangat stabil. Ia tidak mengalami diskolorisasi dalam
cahaya ultraviolet, secara kimiawi stabil dalam panas dan
melembut pada 125°C dan dapat dibentuk seperti bahan
termoplastik. Depolimerisasi terjadi pada suhu di antara 125°C
dan 200°C. Sekitar suhu 450°C, 90% polimer telah
terdepolimerisasi membentuk monomer.
Poli (metil metakrilat) mempunyai kecenderungan untuk meresap
air melalui proses imbibisi. Ini karena, struktur non-kristalinnya
mempunyai tenaga internal yang tinggi. Jadi, diffusi molekul
dapat terjadi dengan mudah karena tidak memerlukan tenaga
aktivasi yang banyak. Disebabkan poli (metil metakrilat) adalah
polimer yang linear, ia dapat larut dalam beberapa pelarut organik
seperti kloroform dan aseton.
Liquid (monomer) adalah metil metakrilat yaitu suatu cairan
bening pada suhu ruangan yang mempunyai sifat fisikal berikut :
a. Berat molekul : 100 u
b. Suhu lebur : - 48°C
c. Suhu didih : 100.8°C
d. Ketumpatan : 0.945 g/mL pada 20°C
e. Tenaga polimerisasi : 12.9 kcal/mol
Metil metakrilat menunjukkan tekanan uap yang tinggi dan
merupakan pelarut organik yang baik.
Agen Cross linked polimer akrilik adalah lebih kaku, lebih tahan
terhadap perubahan suhu dan lebih tahan larut dibandingkan
dengan polimer yang non cross linked. Cross linked polimer juga
lebih tahan terhadap surface cracking atau crazing didalam mulut
dan tahan terhadap keterlarutan dalam pelarut organik seperti
etanol. Ia juga lebih mudah digrind dan dipolish.
2. Klasifikasi Resin Akrilik
Pada dasarnya, dari semua tipe resin akrilik memiliki tujuan
sama dalam awal reaksinya yakni untuk mengaktifkan radikal bebas.
Radikal bebas merupakan suatu muatan listrik netral dimana di
dalamnya terkandung atom-atom yang tidak berpasangan. Radikal ini
merupakan hasil pemanasan benzoil peroksida yang digunakan
sebagai inisiator.
A. Heat Cured Acrylic (Resin Akrilik teraktivasi Panas)
Pada resin jenis ini, energy thermal diperoleh dari proses
perendaman akrilik di dalam air, selain itu juga diperoleh dari proses
perebusan. Resin ini memiliki komposisi bubuk atau powder berupa
polimethyl metakrilat dengan tambahan inisiator berupa benzoil
peroksida. Disamping juga ada liquid atau cairan berupa methyl
metakrilat yang di dalamnya terkandung sedikit kandungan
hydroquinone yang ditambah dengan glikol dimetakrilat sebagai
bahan ikat silang.
Kelebihan dari heat cured acrylic adalah nilai estetis unggul
dimana warna hasil akhir akrilik sama dengan warna jaringan lunak
rongga mulut. Selain itu, resin akrilik ini tergolong mudah
dimanipulasi dan harga terjangkau. Sedangkan jika dilihat dari segi
kekurangan heat cured acrylic adalah daya tahan abrasi atau benturan
masih tergolong rendah, fleksibilitas juga masih rendah dan hasil akhir
dari manipulasi akrilik akan terjadi penyusutan volume.
B. Self Cured Acrylic (Resin Akrilik teriaktivasi Kimia)
Berbeda dengan heat cured acrylic, self cured acylic
menggunakan activator berupa cairan kimia. Cairan kimia yang
digunakan adalah dari golongan amin tersier biasanya adalah dietil
paratuloidin. Jenis ini memang tidak sesempurna tipe I karena residu
monomer yang terbentuk dari proses polimerisasi dan manipulasi
lebih banyak. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan mengatur suhu
dan waktu manipulasi secara tepat.
Kelebihan dari tipe ini adalah mudah dilepaskan dari kuvet,
fleksibilitas lebih tinggi dari tipe I, pengerutan volumeakhir tergolong
rendah karena proses polimerisasi dari tipe ini tergolong kurang
sempurna. Sedang kekurangannya adalah elastisitas dari tipe ini
tergolong kurang dari tipe I, kemudian karena digunakan bahan kimia
hal tersebut dapat mengiritasi jaringan rongga mulut, dandari segi
ekonomis lebih mahal.
C. Light Cured Acrylic (Resin Akrilik teriaktivasi Cahaya)
Cahaya yang dapat digunakan sebagai activator pada resin
akrilik jenis ini adalah sinar UV dengan panjang gelombang 290-4—
nm dan sinar tampak dengan panjang gelombang 400-700 nm. Pada
proses manipulasi resin akrilik jenis ini, ditambahkan bahan inisiator
berupa champorquinon.
Kelebihan dari resin akrilik jenis ini adalah penyusutan saat
polimerisasi rendah, hasil akhir manipulasinya dapat dibentuk dengan
baik dan resin ini dapat dimanipulasi dengan peralatan sederhana.
Kekurangan dari resin akrilik ini adalah elastisitas dari resin akrilik ini
kecil dan penggunaan sinar UV pada resin ini dapat merusak jaringan
rongga mulut.
D. Microwave Cured Acrylic (Resin Akrilik teriaktivasi Kimia)
Activator pada resin akarilik ini adalah gelombang mikro
dimana gelombang ini membuat molekul bergerak secara merata dan
seimbang ke segala arah sehingga hasil akhir dari resin akrilik ini
lebih sempurna dari yang lain. Hal tersebut disebabkan karena hamper
semua monomer beraksi sehingga proses polimerisasinya sempurna.
Kelebihan dari jenis resin akrilik ini adalah waktu pemanasan
yang dibutuhkan dari resin ini lebih singkat, perubahan warna kecil,
sisa monomer lebih sedikit karena polimerisasinya lebih sempurna.
Kekurangan dari resin jenis ini yakni resin akrilik ini masih dapat
menyerap air, selain itu harga cukup mahal karena peralatan
manipulasinya canggih.
Jenis Resin Aktivator Kelebihan Kekurangan
Heat Curing
acrylic resin
Energi termal
yang berasal dari
panas
Warna stabil dan
murah
Terdapat
pengerutan volume
akhir,
pembuatannya
tidak praktis
Self Curing
acrylic resin
Dimethyl
paratoluidine
atau amin tersier
Pengerutan
volume akhir
lebih kecil,
praktis, dan
relatif murah
Terdapat sisa-sisa
monomer,
kestabilan warna
rendah, sisa
monomer lebih
banyak, porositas
lebih tinggi.
Light Curing
acylic resin
Sinar tampak dan
sinar UV
Waktu
polimerisasi
dapat diatur
Bila menggunakan
sinar UV dapat
merusak jaringan.
Microwave
Curing
acrylic
Gelombang
mikro
Waktu lebih
singkat,
polimerisasi
lebih sempurna,
proses
pembuatannya
lebih bersih, sisa
monomer lebih
sedikit.
Membutuhkan
peralatan yang
lebih mahal, masih
bersifat menyerap
air.
3. Manipulasi Resin Akrilik
Manipulasi Heat Cured Acrylic Perbandingan monomer dan
polymer akan menentukan sturktur resin. Perbandingan monomer dan
polymer, biasanya 3 sampai 3,5/1 satuan volume atau 2,5/1 satuan berat.
Bila ratio terlalu tinggi, tidak semua polymer sanggup dibasahi oleh
monomer akibatnya acrylic yang digodok akan bergranula. Selain itu juga
tidak boleh terlalu rendah karena sewaktu polmerisasi monomer murni
terjadi pngerutan sekitar 21% satuan volume. Pada adonan acrylic yang
berasal dari perbandingan monomer dan polymer yang benar, kontraksi
sekitar 7%. Bila terlalu banyak monomer, maka kontraksi yang terjadi akan
lebih besar.Pencampuran polymer dan monomer harus dilakukan dalam
tempat yang terbuat dari keramik atau gelas yang tidak tembus cahaya
(mixing jar). Hal ini dimaksudkan supaya tidak terjadi polymerisasi awal.
Bila polymer dan monomer dicampuur, akan terjadi reaksi dengan
tahap-tahap sebagai berikut:
Tahap 1 : Adonan seperti pasir basah (sandy stage).
Tahap 2 : Adonan seperti Lumpur basah (mushy stage).
Tahap 3 : Adonan apabila disentuh dengan jari atau alat bersifat
lekat, apabila ditarik akan membentuk serat (stringy
stage). Butir-butir polimer mulai larut, monomer bebas
meresap ke dalam polimer.
Tahap 4 : Adonan bersifat plastis (dough stage). Pada tahap ini sifat
lekat hilang dan adonan mudah dibentuk sesuai dengan
yang kita inginkan.
Tahap 5 : Kenyal seperti karet (rubbery stage). Pada tahap ini lebih
banyak monomer yang menguap, terutama pada
permukaannya sehingga terjadi permukaan yang kasar.
Tahap 6 : Kaku dan keras (rigid stage). Pada tahap ini adonan telah
menjadi keras dan getas pada permukaannya, sedang
keadaan bagian dalam adukan masih kenyal.Waktu dough
(waktu sampai tercapainya konsistensi liat) tergantung pada:
1. Ukuran partikel polymer; partikel yang lebih kecil akan
lebih cepat dan lebih cepat mencapai dough.
2. Berat molekul polymer; lebih kecil berat molekul lebih
cepat terbentuk konsistensi liat.
3. Adanya Plasticizer yang bisa mempercepat terjadinya
dough.
4. Suhu; pembentukan dough dapat diperlambat dengan
menyimpan adonan dalam tempat yang dingin.
5. Perbandingan monomer dan polymer; bila ratio tinggi
maka waktu dough lebih singkat.
Pengisian Ruang Cetak (Mould Space) dengan Acrylic
Ruang cetak adalah rongga/ruangan yang telah disiapkan untuk diisi
dengan acrylic. Ruang tersebut dibatasi oleh gips yang tertanam dalam
kuvet (pelat logam yang biasanya terbuat dari logam). Sebelum rongga
tersebut diisi dengan acrylic, lebih dulu diulasi dengan bahan
separator/pemisah, yang umumnya menggunakan could mould seal (CMS).
Ruang cetak diisi dengan akrilik pada waktu adonan mencapai tahap plastis
(dough stage). Pemberian separator tersebut dimaksudkan untuk:
a. Mencegah merembesnya monomer ke bahan cetakan (gips) dan
ber-polimerisasi di dalam gips sehingga menghasilkan permukaan yang
kasar dan merekat dengan bahan cetakan/gips.
b. Mencegah air dari bahan cetakan masuk ke dalam resin acrylic.
Sewaktu melakukan pengisian ke dalam cetakan pelu diperhatikan :
- Cetakan terisi penuh.
- Sewaktu dipress terdapat tekanan yang cukup pada cetakan, ini
dapat dicapai dengan cara mengisikan dough sedikit lebih banyak ke dalam
cetakan. Selama polimerisasi terjadi kontraksi yang mengakibatkan
berkurangnya tekanan di dalam cetakan. Pengisian yang kurang dapat
menyebabkan terjadi shrinkage porosity. Ruang cetak diisi dengan acrylic
pada tahap adonan mencapai tahap plastis (dough). Agar merat dan padat,
maka dipelukan pengepresan dengan menggunakan alat hydraulic bench
press. Sebaiknya pengepresan dilakukan dilakukan berulang-ulang agar
rongga cetak terisi penuh dan padat.
Cara pengepresan yang benar adalah:
1. Adonan yang telah mencapai tahap dough dimasukkkan ke dalam
rongga cetak, kemudian kedua bagian kuvet ditutup dan diselipi
kertas selofan.
Pengepresan awal dilakkukan sebesar 900psi, kelebihan acrylic
dipotong dengan pisau model. Kedua bagian kuvet dikembalikan,
diselipi kertas selofan.
2. Pengepresan dilakukan lagi seperti di atas, tetapi tekanan
ditingkatkan menjadi 1200 psi. Kelebihan acrylic dipotong dengan
pisau model. Kedua bagian kuvet dikembalikan tanpa diselipi
kertas selofan.
3. Pengepresan terakhir dilakukan dengan tekanan 1500 psi,
kemudian kuvet diambil dan dipindahkan pada begel.Pemasakan
(Curing)
Untuk menyempurnakan dan mempercepat polimerisasi, maka
setelah pengisian (packing) dan pengepresan perlu dilakukan pemasakan
(curing) di dalam oven atau boiling water (air panas). Di dalam pemasakan
harus diperhati-kan, lamanya dan kecepatan peningkatan suhu/temperature.
Metode pemasakan dapat dilakukan dengan cara cepat atau lambat.
Ada tiga metode pemasakan resin acrylic, yaitu:
1. Kuvet dan Begel dimasukkan ke dalam waterbath, kemudian diisi
air setinggi 5 cm diatas permukaan kuvet. Selanjutnya dimasak
diatas nyala api hingga mencapai temperature 700C
(dipertahankan selama 10 menit). Kemudian temperaturnya
ditingkatkan hingga 1000C (dipertahankan selama 20 menit).
Selanjutnya api dimatikan dan dibiarkan mendingin sampai
temperature ruang.
2. Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C),
kemudian kuvet dan beugel dimasukkan dan ditunggu hingga
mendidih kembali (dipertahankan selama 20 menit), api dimatikan
dan dibiarkan mendingin sampai temperature ruang.
3. Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C),
kemudian kuvet dan beugel dimasukkan dan ditunggu hingga
mendidih kembali. Setelah mendidih api segera dimatikan dan
dibiarkan selama 45 menit.
Kuvet dan begel yang terletak dalam water bath harus dibiarkan
dingin secara perlahan-lahan. Selama pendinginan terdapat
perbedaan kontraksi antara gips dan acrylic yang menyebabkan
timbulnya stress di dalam polimer. Pendinginan secara perlahan-
lahan akan akan memberi kesempatan terlepasnya stress oleh
karena perubahan plastis. Selama pengisian mould space,
pengepresan dan pemasakan perlu dikontrol perbandingan antara
monomer dan polimer. Karena monomer mudah menguap, maka
berkurangnya jumlah monomer dapat menyebabkan kurang
sempurnanya polimerisasi dan terjadi porositas pada permukaan
acrylic.
Hal-hal yang menyebabkan berkurangnya jumlah monomer adalah:
1. Perbandingan monomer dan polimer yang tidak tepat.
2. Penguapan monomer selama proses pengisisan rongga cetak.
3. Pemasakan yang terlalu panas, melebihi titik mdidih monomer
(100,30C).
Secara normal setelah pemasakan terdapat sisa monomer 0,2-0,5%.
Pemasakan pada temperature yang terlalu rendah dan dalam waktu
singkat akan menghasilkan sisa monomer yang lebih besar. Ini harus
dicegah, karena:
a. Monomer bebas dapat lepas dari gigi tiruan dan mengiritasi
jaringan mulut.
b. Sisa monomer akan bertindak sebagai plasticizer dan membuat
resin menjadi lunak dan lebih flexible.
Porositas dapat memberi pengaruh yang tidak menguntungkan pada
kekuatan dan sifat-sfat optic acrylic. Porositas yang terjadi dapat berupa
shrinkage porosity (tampak geleembung yang tidak beraturan pada
permukaan acrylic) dan gaseous porosity (berupa gelembung uniform,
kecil, halus dan biasanya terjadi pada bagian acrylic yang tebal dan jauh
dari sumber panas).
Permasalahan yang sering timbul pada acrylic yang telah mengeras
adalah terjadinya crazing (retak) pada permukaannya. Hal ini disebabkan
adanya tensile stress ysng menyebabkan terpisahnya moleku-molekul
primer. Retak juga dapat terjadi oleh karena pengaruh monomer yang
berkontak pada permukaan resin acrylic, terutama pada proses reparasi.
Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena :
1. Stress mekanis oleh karena berulang-ulang dilakukan pengerigan
dan pembasahan denture yang menyebabkan kontraksi dan ekspansi secara
berganti-ganti. Dengan menggunakan bahan pengganti tin-foil untuk
lapisan cetakan maka air dapat masuk ke dalam acrylic sewaktu pemasakan;
selanjutnya apabila air ini hilang dari acrylic maka dapat menyebabkan
keretakan.
2. Stress yang timbul karena adanya perbedaan koefisien ekspansi
termis antara denture porselen atau bahan lain seperti klamer dengan
landasan denture acrylic;retak-retak dapat terjadi di sekeliling bahan
tersebut.
3. Kerja bahan pelarut; missal pada denture yang sedang direparasi,
sejumlah monomer berkontak dengan resin dan dapat menyebabkan
keretakan.
Denture dapat mengalami fraktur atau patah karena:
1. Impact; missal jatuh pada permukaan yang keras.
2. Fatigue; karena denture mengalami bending secara berulang-ulang
selama
pemakaian.( E. Combe 1992)
SELF CURED ACRYLIC
Komposisi serupa dengan bahan heat cured acrylic, kecuali bahwa
cairannya mengandung bahan activator seperti dimethyl-p-toluidine.
Perbandingan bahan akrilik heat cured dengan bahan akrilik self
cured sebagai berikut :
a. Berbeda dalam metode aktivasinya.
b. Komposisinya sama tapi pada bahan self cured cairannya
mengandung bahan activator seperti dimethyl paratoluidin.
c. Porositas bahan self cured lebih daripada bahan heat cured,
meskipun tidak mudah dilihat pada resin yang diberi pigmen. Hal ini
disebabkan oleh karena terlarutnya udara dalam monomer yang tidak larut
dalam polimer pada suhu kamar.
d. Secara umum bahan self cured mempunyai berat molekul yang
lebih rendah dan mengandung lebih banyak sisa monomer, yaitu sekitar 2-
5%.
e. Bahan self cured tidak sekuat heat cured; transverse strength
bahan ini kirakira 80% dari bahan heat cured. Ini mungkin berkaitan dengan
berat molekulnya yang lebih rendah.
f. Mengenai sifat-sifat rheologinya; bahan heat cured lebih baik dari
self curedkarena bahan self cured menunjukkan distorsi yang lebih besar
dalampemakaian. Pada pengukuran creep bahan poly (polymethyl
methacrylate),polimer heat cured mempunyai deformasi awal yang lebih
kecil, juga lebihsedikit creep, dan lebih cepat kembali dibandingkan dengan
bahan self cured.
g. Stabilitas warna bahan self cured jelek, bila dipakai activator
amina tertier dapat terjadi penguningan setelah beberapa lama. (E. Combe
1992)
4. Aplikasi Resin Akrilik Di Kedokteran Gigi
a. Sebagai bahan restorasi
Kelebihan resin akrilik untuk bahan restorasi antara lain daya alir
tinggi, aplikasi mudah setting dengan Light Curing selama 10 menit,
dan menghasilkan permukaan yang sangat halus dan mengkilat.
b. Sebagai sendok cetak
Sendok cetak resin dibuat untuk menyesuaikan lengkung tertentu
sehingga sering disebut sendok cetak individual. Bahan yang
digunakan adalah bahan self-cured resin. Tetapi akhir-akhir ini
sering digunakan bahan resin urethra dimetakrilat yang diaktivasi
sinar. Sendok cetak dari bahan ini mempunyai dimensi yang stabil
selama pasca polimerisasi tetapi rapuh dan melepaskan partikel
bubuk selama proses pengasahan.
c. Sebagai alat ortodonsi lepasan
Dipakai sebagai plat dasar alat ortodontik lepasan yang berupa
lempengan plat akrilik berbentuk melengkung mengikuti permukaan
palatum atau permukaan lingual lengkung mandibula. Jenis resin
yang dipakai adalah heat curing dan cold curing. Bahan dari cold
curing memiliki berat molekul lebih rendah sehingga
pengkerutannya lebih sedikit namun memiliki porositas lebih banyak
sehingga kekuatannya lebih rendah. Cold curing polimerisasinya
lebih cepat sehingga waktu pengolahannya pun singkat. Waktu
pembuatan yang singkat ini membuat bahan ini cocok untuk
pembuatan alat ortodontik lepasan dan untuk reparasi plak akrilik.
Selain itu cold curing juga mudah dimanipulasi dalam pembuatan.
d. Sebagai reparasi
Bahan yang biasa digunakan adalah jenis self-cured dan heat-
cured.
e. Relining
Relining adalah mengganti permukaan protesa yang
menghadap jaringan. Bahan yang biasa digunakan adalah self-cured.
Namun juga digunakan resin yang diaktivasi dengan energy panas,
sinar, atau gelombang mikro yang nantinya akan menghasilkan panas
yang cukup besar dan distorsi basis protesa cenderung terjadi. Tahap
awal dari relining itu membersihkan permukaan yang menghadap
jaringan untuk meningkatkan perlekatan antara resin yang ada
dengan bahan relining. Lalu resin yang tepat dimasukkan dan
dibentuk dengan teknik molding tekanan.
f. Rebasing
Rebasing adalah mengganti keseluruhan basis protesa. Bahan
yang biasa digunakan adalah sel-cured. Caranya adalah bahan self-
cured dicampur sampai konsistensi encer lalu dimasukkan ke daerah
yang kan direparasi. Polimerisasi yang timbul akan lebih sedikit
apabila polimerisasi dilakukan di bawah tekanan hydrolic hingga
sebesar 250 kN/m pada suhu 40-50oC.
5. Cara Mereparasi Gigi Tiruan
Reparasi gigi tiruan dapat menggunakan cara cold curing acrylic, yaitu:
1. Mencari pada landasan gigi tiruan yang retak
2. Pada bagian landasan gigi tiruan yang berkontak dengan jaringan
mulut disekitar daerah yang retak dicor dengan gips
3. Tepi bagian yang retak dilebarkan dengan bur sehingga terdapat
celah
4. Buat bevel kearah keluar untuk menambah retensinya
5. Permukaan model kerja diulasi dengan separating medium/cold mold
seal
6. Kemudian gigi tiruan diletakkan diatas model kerja
7. Menaruh cold curing acrylic pada bagian yang akan direparasi
8. Setelah cold curing acrylic mengeras dilakukan penyelesaian dan
pemolesan
Reparasi gigi tiruan dengan menggunakan self curing acrylic:
1. Mempersatukan 2 gigi riruan yang patah atau retak dapat
disambungkan dengan bentuk ekor burung dara atau kedua sisi gigi
tiruan yang patah diasah untuk member ruang untuk bahan perekat
(self curing acrylic)
2. Model dilapisi dengan media pemisah (kertas selofan) dan bagian
basis protesa dicekatkan ke model lalu dilakukan perekatan dengan
manipulasi acrylic secara kimia
3. Sejumlah kecil monomer diulaskan pada permukaan basis protesa
yang telah diasah. Monomer dan polimer tersebut ditambahkan
sedikit demi sedikit ke daerah perbaikan dengan menggunakan kuas
dan diberikan agak banyak untuk mencegah pengerutan
4. Daerah perbaikan yang dibentuk kemudian dipoles dengan teknik
konvensional.
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, Kenneth J. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Alih
bahsa, Johan Arief Budiman, Susi Purwoko ; editor edisi bahasa
Indonesia, Lilian Juwono. Ed. 10. Jakarta : EGC, 2003.
Combe EC. Sari dental material. Trans. Slamat Tarigan. Jakarta: Balai
Pustaka, 1992
Craig RG, Powers JM. Restorative Dental Materials. 11th
Ed.Missouri : Mosby Inc 2002
Powers JM, Wataha JC. Dental Materials Properties and
Manipulation. 9th Ed. Missouri : Mosby Elsevier 2008
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23569/5/Chapte
r%20I.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23569/5/Chapte
r%20I.pdf
http://alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/2138827684_abs.pdf
http://www.researchgate.net/publication/42349578_Efek_Mono
mer_Sisa_Resin_Akrilik_Polimerisasi_Panas_Dari_Basis_Gigitiruan
_Terhadap_Kesehatan_Rongga_Mulut_Dan_Usaha_Penanggulangan
nya