A G U S T U S 2 0 1 6 / N O . 2 9 0 W W W . U K I . C A U ... · berita yang menyedihkan. Semuanya...

12
M e w a r t a k a n I m a n d a n K a s i h AGUSTUS 2016/NO.290 WWW.UKI.CA UKITORONTO GEREJA St. Anselm’s Church 1 MacNaughton Rd. (Bayview & Millwood) Toronto ON M4G 3H3 Ph: (416) 485-1792 Subway Stn: Davisville Redaksi: Angelina Hanapie Julian Wibowo Christine Budihardjo Randy Danurahardja Novius Handy Penasehat: Rm. J. Juliwan M. SCJ Alamat Redaksi: c/o Priests of the Sacred Heart 58 High Park Blvd. Toronto ON M6R 1M8 Email: [email protected] Rm. Antonius Purwono SCJ Pastor Pamong UKI, 2013-2014 Thank You “...in Rome” Buona Fortuna

Transcript of A G U S T U S 2 0 1 6 / N O . 2 9 0 W W W . U K I . C A U ... · berita yang menyedihkan. Semuanya...

M e w a r t a k a n I m a n d a n K a s i h

A G U S T U S 2 0 1 6 / N O . 2 9 0 W W W . U K I . C A U K I T O R O N T O

GEREJA

St. Anselm’s Church

1 MacNaughton Rd. (Bayview & Millwood)

Toronto

ON M4G 3H3

Ph: (416) 485-1792

Subway Stn:

Davisville

Redaksi:

Angelina Hanapie

Julian Wibowo

Christine Budihardjo

Randy Danurahardja

Novius Handy

Penasehat:

Rm. J. Juliwan M. SCJ

Alamat Redaksi:

c/o Priests of the

Sacred Heart

58 High Park Blvd.

Toronto

ON M6R 1M8

Email:

[email protected]

Rm. Antonius Purwono SCJ Pastor Pamong UKI,

2013-2014

Thank You

“...in Rome”

Buona Fortuna

Pastor Pamong Rm. Johanes Juliwan Maslim SCJ,

(647) 532.1318 [email protected]

Deacon Deacon Val Danukarjanto,

(416) 497.2274 [email protected]

DEWAN PENGURUS UMAT KATOLIK INDONESIA

Koordinator Damianus Indyarta, (416) 284.4707

[email protected]

Sekretaris Christianita Kuswoyo,

(647) 774.3801 [email protected]

Bendahara

Evy Patuwo, (647) 323.3525 [email protected]

WILAYAH TIMUR

Ketua Wilayah Harty Tantono-Doyle, (647) 533.6246

[email protected] Seksi Liturgi

Gabriella Eufrasia Laniewati, (647) 345.3896 [email protected]

Seksi Bina Iman Natalia Yurita Saputra, (647) 293-5338

[email protected] Seksi Sosial

Lusia Lie [email protected], (416) 903.9718

Seksi Rumah Tangga Isabella Iman, (416) 838.6282

[email protected] Usher

Janto Dinoto, (416) 402.7106 [email protected]

WILAYAH BARAT

Ketua Wilayah Michael Karta Lanson, (416) 917.3888

[email protected] Seksi Liturgi

Stephanus Limpi, (416)827.2800 [email protected]

Seksi Bina Iman Sri Ratna Sari Djunaedi, (647) 404.8901

[email protected] Seksi Sosial

Christine Tanuwijaya, (647) 818.2608 [email protected]

Seksi Rumah Tangga Rica Hendra, (647) 994.7789

[email protected] Usher

Diana Lucas, (416) 824.4069 [email protected]

BIDANG KHUSUS

Mudika, Felicia Wirahardja [email protected]

PELAKSANA KHUSUS

Ketua Lektor

Lilian Tjokro, (905) 887.9546 [email protected]

Ketua Sakristan/Pembagi Komuni Hendry Wijaya, (416) 450.6536

[email protected] Ketua Altar Server

Budiman Widjaja, (416) 250.1655 [email protected]

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIADIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIADIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA 17 AGUSTUS 1945 17 AGUSTUS 1945 17 AGUSTUS 1945 --- 17 AGUSTUS 201617 AGUSTUS 201617 AGUSTUS 2016

Foto courtesy of KJRI Toronto

A G U S T U S 2 0 1 6 / N O . 2 9 0 H A L A M A N 3

Bersambung ke halaman 4,

ealita dunia sekarang ini...

Mata dan telinga kita

sekarang ini selalu

memandang dan

mendengarkan banyak kejadian dan

peristiwa yang menegangkan. Sajian

berita, baik melalui surat kabar,

televisi atau media elektronik lainnya,

hampir selalu

menampilkan

berita yang

menyedihkan.

Semuanya itu

membuat kita

berpikir, apa

yang sedang

terjadi di dalam

dunia kita

sekarang ini?

Mengapa

semuanya itu

terjadi? Semua

kejadian itu

mengajak kita

untuk sungguh

merenungkan

keadaan dunia

kita dan juga diri

kita masing-masing.

Tidak perlu melihat terlalu

jauh ke negara lain, kota lain atau

daerah lain untuk melihat berbagai

situasi yang menyedihkan itu. Kita

bisa mulai dari keluarga atau rumah

kita masing-masing, yang paling

dekat dengan kita. Kita masing-

masing juga mempunyai pengalaman

yang tidak selalu indah dan

menggembirakan. Terkadang juga

terjadi konflik, keributan bahkan

pertengkaran yang keras dalam

kehidupan kita bersama. Bahkan kita

mendengar juga ada keluarga yang

hancur, perkawinan yang retak dan

perceraian. Hingga juga sampai pada

hidup beriman, karena anak-anak

mulai menjauh dari Gereja dan juga

dari Tuhan. Semua realita itu

membuat kesedihan dan terkadang

juga kekecewaan hingga ada yang

merasa putus asa.

Namun demikian, kita tidak

boleh hanya melihat semua kejadian

yang mencekam dan menyedihkan

itu. Kita pun harus mampu membuka

mata dan telinga untuk begitu banyak

hal baik yang terjadi setiap hari.

Terkadang semua yang baik itu kita

biarkan berlalu dan menjadi biasa saja

sehingga tidak lagi direnungkan dan

disyukuri. Lihatlah mulai dari diri kita

sendiri, betapa luar biasanya karunia

Tuhan bagi kita. Melalui kesehatan,

rejeki dan semua kebutuhan hidup

yang tercukupi sampai hari ini,

bukankah semuanya itu anugerah

yang perlu selalu disyukuri. Begitu

juga kehidupan dalam keluarga

dengan kesetiaan yang masih tetap

terus bertahan. Kehidupan bersama

yang indah dengan berbagai

kebersamaan dan dukungan satu sama

lain. Begitu pula dalam kehidupan

bersama di dunia ini, yang begitu

kaya dan menakjubkan. Diperlukan

mata jasmani dan mata hati untuk

melihat dan sungguh menyadarinya

supaya kehidupan kita menjadi

sungguh seimbang dan tidak berat

sebelah.

Kasih yang terus mengalir...

Kita sungguh bersyukur akan

pribadi Paus Fransiskus yang begitu

menakjubkan kita semua serta dunia.

Tentu saja beliau melakukan sesuatu

bukan supaya dilihat orang untuk

dipuji, namun untuk diteruskan oleh

semua orang lain. Kita bisa mengikuti

perjalanan

beliau setiap

hari dan apa

yang

dilakukannya.

Dengan tenang

Paus

melakukan

berbagai

kegiatan

sederhana dan

langsung

menyentuh

semua manusia

bahkan yang

tersingkirkan.

Paus

mengunjungi

penjara,

rehabilitasi tuna

susila, rumah sakit, tempat

pengungsian dan berbagai kegiatan

lainnya. Semua yang dilakukannya itu

hanya mempunyai satu tujuan, yakni

menghadirkan Kasih dan Belaskasih

Tuhan di tengah dunia.

Tindakan Paus Fransiskus ini

membuka mata kita akan kehadiran

Yesus sendiri yang adalah Kasih

sejati. Tuhan Yesus tidak hadir dalam

rupa manusia seperti dulu lagi, namun

Ia sungguh hadir di dalam KasihNya.

Kasih Tuhan itu hadir di dalam

pribadi semua orang yang mengikuti

dan mengimaniNya, itulah yang

seharusnya terjadi. Kita semua adalah

perpanjangan tangan Kasih Tuhan

bagi sesama kita, kita adalah

pembawa damai dan sukacita. Jika

kita menyadari hal ini dengan

sungguh, maka dunia ini akan

sungguh dipenuhi dengan Kasih dan

kedamaian. Perlulah kita semakin

Belaskasih Yang Membawa

Harapan

Berjuang menghadapi tantangan di jaman ini...

| oleh Rm. Johanes Juliwan Maslim SCJ |

R

H A L A M A N 4 A G U S T U S 2 0 1 6 / N O . 2 9 0

Sambungan dari halaman 3, Belaskasih...

Bersambung ke halaman 11,

mengenal Tuhan Yesus dan menimba

kekayaan kasih dariNya. Menimba

setiap saat dan bukan hanya sekali,

maka diperlukan ketekunan dan

kesetiaan.

Paus Fransiskus telah

menjadikan Tahun 2016 ini sebagai

Tahun Belaskasih atau Kerahimam

Allah. Dengan hadirnya Tahun

Belaskasih ini, kita semua semakin

dibantu untuk mengalami Kasih Allah

yang begitu besar bagi kita. Semua

orang diajak untuk mengalami kasih

Tuhan melalui berbagai pengalaman

hidupnya. Kasih itu nyata di dalam

rahmat pengampunan yang diberikan

secara melimpah kepada semua orang

yang mau bertobat dan mendapat

kehidupan baru di dalam dirinya.

Gerakan kasih yang terjadi

dalam Gereja Katolik sekarang ini

merupakan gerakan untuk melawan

budaya kejahatan dan kematian yang

sedang melanda dunia kita sekarang

ini. Semua kejahatan hanya dapat

dikalahkan dengan kebaikan dan

kasih sejati. Keselamatan manusia

terjadi karena Yesus yang telah

memberikan diriNya sampai wafat di

salib, karena kasih. Dengan demikian

maut dan kejahatan dikalahkan

dengan kasih Yesus itu dan manusia

selamat. Maka masa depan dan

harapan bagi keselamatan manusia

sudah dibuka dengan lebar. Sekarang

diperlukan kita masing-masing untuk

mau menerima kasih itu dengan kasih

kita dan masuk ke dalam pintu Kasih

dan Keselamatan yang telah tersedia.

Pintu Harapan yang selalu

terbuka

Di tengah suramnya dunia

sekarang ini dengan berbagai kejadian

yang menyedihkan itu, ternyata masih

tetap selalu ada harapan. Pintu

Harapan itu selalu terbuka, yakni

pintu menuju kebahagiaan sejati dan

abadi. Harapan selalu menunjuk

kepada masa depan yang lebih baik

dan membahagiakan. Harapan ada

karena ada kepercayaan atau iman

kepada Tuhan yang Mahakasih.

Secara khusus Belaskasih

Tuhan itulah yang memberi kepada

kita semua pengharapan dan

keyakinan akan masa depan yang

cerah. Bagi Tuhan Yesus semua

adalah baik dan semua manusia

diundang untuk kembali dan tinggal

di Rumah BapaNya. Maka tidak ada

keraguan untuk melangkah memasuki

Pintu Harapan dan Iman. Jika Gereja

telah memberikan jalan dan Tuhan

telah membuka Pintu BelaskasihNya,

masihkah kita membiarkannya berlalu

begitu saja? Kita perlu bertanya diri

sekarang ini, apa yang telah kita

lakukan sejak dimulainya Tahun

Balaskasih ini? Diam saja atau

berbuat sesuatu untuk keselamatan

diri dan keluarga serta semua umat?

Priests of the Sacred Heart Regional Assembly Looks Toward The Future

From August 08 to 11 the Canadian Region met in Assembly at Ermitage Saint-Croix in Pierrefonds, Québec. In prepa-

ration for the Assembly the three communities of the Region had responded to a questionnaire that asked each of the

communities to take stock of its present composition and its ministries. Where would the community be in ten years? In

view of that future, what projects do we wish to maintain at all costs? Would the present community in its make-up still

be viable? What in our communities will need strengthening; what needs to be re-visioned, what provisions would need

to be made re-

garding the

members, the

house, finances,

care, support?

Each of the com-

munities pre-

sented their vi-

sion at the As-

sembly.□

|scjcanada.org| Top, Rm Johanes Juliwan Maslim SCJ, Rm Aegidius Warsito SCJ.

Bottom, Fr Rein van Leeuwen, SCJ. Rm Antonius Purwono SCJ Fr Jim Casper SCJ at the podium

A G U S T U S 2 0 1 6 / N O . 2 9 0 H A L A M A N 5

eskipun sudah

dirayakan sejak

abad ke-4,

pengangkatan

Maria ke surga jiwa

dan badan baru ditegaskan secara

resmi sebagai bagian ajaran

kepercayaan iman pada tahun 1950.

Sekitar awal abad ke-20 di beberapa

kalangan para teolog berkembang

aliran berpikir yang pada dasarnya

menolak hal-hal yang tak bisa

diterangkan dengan akal budi dan

pengetahuan pada waktu itu.

Pendapat seperti ini meluas

pengaruhnya dalam Gereja, juga di

kalangan para rohaniwan. Salah

satu akibat dari cara berpikir ini

ialah penolakan adanya sisi-sisi

keramat dalam kehidupan,

termasuk perkara-perkara yang

biasa disebut mukjizat, dan tentu

saja tradisi mengenai Maria

diangkat ke surga langsung

sesudah wafatnya. Namun

pengalaman pahit dalam dua

perang dunia mengajarkan betapa

manusia sesungguhnya tidak

berdaya menghadapi sisi-sisi gelap

kemanusiaan sendiri. Berangsur-

angsur ketergantungan manusia

pada kekuatan ilahi makin disadari

kembali. Dalam hubungan ini

penegasan kepercayaan Maria

diangkat ke surga jiwa dan badan

itu menjadi pernyataan sikap resmi

Gereja untuk tidak mengikuti cara

berpikir yang tidak

memperhitungkan tindakan ilahi di

dunia. Penegasan ini juga

mengakhiri periode pertentangan

teologis di kalangan Gereja sendiri.

MARIA DIANGKAT KE

SURGA

Bagaimana kita sekarang dapat

mendalami makna perayaan Maria

diangkat ke surga? Merayakan

peristiwa itu dapat menjadi

ungkapan kepercayaan akan masa

depan kemanusiaan sendiri. Pada

satu saat nanti umat manusia

seluruhnya akan kembali berada

bersama dengan Tuhan di surga.

Hal ini sering digambarkan bakal

terjadi lewat “pemurnian” dengan

pelbagai cara seperti halnya tempat

penantian, pengadilan terakhir

yang memisahkan orang baik dari

orang jahat, atau pembersihan jiwa

kedosaan. Inti pemikirannya sama,

yakni satu ketika nanti kita akan

pulih menjadi warga firdaus

kembali dan masuk ke sana. Dan

kita percaya bahwa itu dapat terjadi

karena salah satu dari

kemanusiaan, yakni Maria, sudah

ada di sana dan kini ia melantarkan

doa-doa permohonan dari yang

biasa hingga yang aneh-aneh

kepada Tuhan Yang Mahakuasa.

Kita acapkali menyadari bahwa

Tuhan lebih mendengarkan kita –

berkat Maria – daripada kita

mendengarkan-Nya. Maria tahu

jalan-jalan menyampaikan doa kita

kepada Yang Mahakuasa.

Menurut Kitab Kejadian,

manusia dan istrinya diusir dari

firdaus karena melanggar larangan

memakan buah pengetahuan baik

dan buruk. Ini dosa. Dosa

membuat kemanusiaan merosot.

Sebelumnya mereka akrab dengan

dunia ilahi, dapat bercakap-cakap

dengan Tuhan. Manusia merasa

aman di hadapan-Nya. Tapi begitu

mereka sadar telah melanggar

larangannya mereka takut bertemu

dengan-Nya dan menyembunyikan

diri. Rasa saling percaya rusak dan

tidak lagi mereka dapat berdiam di

firdaus. Tuhan mengusir mereka

M | oleh Prof. A. Gianto, SJ |

Maria Diangkat

Ke Surga

Bersambung ke halaman 6,

H A L A M A N 6 A G U S T U S 2 0 1 6 /

Bersambung ke halaman 10,

dan bahkan menempatkan malaikat

penjaga berpedang api agar mereka

tak bisa mendekat ke pohon

kehidupan. Manusia kini harus

berjerih payah mencari makan agar

hidup terus. Istrinya harus

menderita tiap kali mau menjadi

ibu. Dan penggoda mereka, ular,

dikutuk jalan melata. Tapi juga

dikatakan seorang keturunan

perempuan yang diperdayanya itu

nanti akan meremukkan kepalanya.

Ini semuanya ada dalam Kitab

Kejadian 3.

Mari kita bayangkan

kelanjutannya. Setelah mengusir

manusia dari firdaus, Tuhan pun

menghela nafas...dan semua

penghuni surga pun tertunduk

diam. Seluruh firdaus seperti

sedang berkabung. Dan memang

suasana ini membuat Tuhan

merasa kesepian. Suatu hari Ia

mengambil keputusan untuk turun

ke dunia mencari manusia yang

sudah diusir-Nya. Ia mengubah diri

menjadi suara batin yang ada

dalam diri manusia. Dengan

demikian manusia diam-diam

dituntun-Nya melangkah, mungkin

dengan jatuh bangun, pada jalan

kembali ke firdaus, lewat jalan lain

yang tidak dijaga malaikat

berpedang api. Begitulah Ia

berharap satu ketika nanti manusia

akan bisa berada kembali di surga

mengusir suasana murung untuk

selama-lamanya. Hari Minggu, 14 Agustus 2016

dirayakan kembalinya satu dari

keturunan yang telah terusir dari

firdaus tadi. Bukan itu saja.

Dirayakan pulihnya suasana

gembira di surga sana. Dirayakan

kebesaran Tuhan yang dapat

membawa kembali kemanusiaan ke

surga. Dirayakan juga kemampuan

manusia untuk bekerja sama

dengan Tuhan. Dirayakan seorang

yang hidup tulus mengikuti suara

batin, yang membiarkan diri

dituntun suara batin.. Dan lebih

dari itu. Dan kandungan suara

batinnya itu menjadi darah daging

juga – menjadi manusia. Dan

menjadi manusia pertama yang

bangkit dari kematian dan naik ke

surga. Yesus dan dia yang kini

mengisi surga dengan

kegembiraan. Dia itulah yang

menuntun manusia kembali ke

sana. Sebagai Guru. Sebagai

Gembala yang baik. Sebagai

Penyelamat. Tak mengherankan

yang pernah membawanya masuk

ke dunia ini dengan sendirinya ikut

terbawa kembali ke surga. Dia itu

Maria, ibu Yesus. Ia itu Oma

Miryam-nya Luc, Ma Mir-nya Oom

Hans. Bunda Maria-nya kita-kita

ini.

KIDUNG MAGNIFICAT

Bacaan Injil, Luk 1:39-56,

memuat dua bagian, yakni kisah

Maria mengunjungi Elizabet (ayat

39-45) dan Kidung Pujian

“Magnificat” (ayat 46-56) dan

berakhir dengan ayat 56 sebagai

penutup kisah. Bagian pertama

sudah dibicarakan sebelum Natal.

Dua perempuan yang merasa

dipermainkan dalam jalan hidup

mereka itu kini menemukan diri

mereka beruntung. Elizabet yang

termasuk kaum yang kena aib

karena tak bisa mengandung

sampai usia senja kini akan

melahirkan Yohanes Pembaptis.

Dan dia yang masih ada dalam

rahim itu melonjak kegirangan

mendengar salam yang diucapkan

Maria yang datang berkunjung.

Maria sendiri harus melewati hari-

hari tak enak memikirkan

bagaimana menjelaskan keadaan

dirinya kepada Yusuf, tunangannya.

Ia tanyakan kepada malaikat yang

datang kepadanya, bagaimana

mungkin semuanya terjadi. Jawab

malaikat, Roh Kudus akan turun.

Begitulah kisah yang disampaikan

kepada kita oleh Lukas. Dan

kelanjutannya kita ketahui. Maria

membiarkan Roh Kudus bekerja

dalam dirinya. Itu dia Tuhan yang

mengubah diri menjadi suara hati

manusia. Dan suara hatinya itu

jugalah yang membuatnya berkata

“Aku ini hamba Tuhan, terjadilah

padaku menurut perkataanmu!” Roh yang sama itu juga yang

membuat Maria mengidungkan

pujian yang dibacakan hari ini.

Kidung itu mulai pada ayat 46

dengan pujian Maria kepada Tuhan

dengan gembira – Ia itu Allah yang

menyelamatkan. Ia membuat hidup

ini berarti. Ia membuat penderitaan

bermakna. Kemudian dalam ayat 48

terungkap pengakuan bahwa

Tuhan menyayangi orang-orang

yang kecil sehingga mereka

menjadi tinggi di mata orang. Tak

perlu kita tafsirkan ini sebagai

teologi pembalikan nasib orang

miskin jadi kaya dan orang kaya

jadi melarat. Ayat itu mewartakan

kebesaran Tuhan yang tidak takut

berdekatan dengan orang kecil,

bukan karena orang kecil itu

romantik, ideal, melainkan orang

kecil itu dapat memberinya

naungan dan mengurangi

kesepiannya! Orang yang hina dina

biasanya ingat Tuhan dan itu

cukup membuatnya menemukan

kembali secercah kegembiraan

yang telah hilang dari surga dulu.

Ini teologi sehari-hari.

Ayat-ayat selanjutnya, yakni 49-

55, berupa pembacaan kembali

sejarah terjadinya umat Israel.

Ditekankan tindakan-tindakan

H A L A M A N 7 A G U S T U S 2 0 1 6 /

Camping UKICamping UKI Algonquin Provincial Park, July 29Algonquin Provincial Park, July 29–– August 1August 1 Whitefish Campground # 507, 508, 510, 511Whitefish Campground # 507, 508, 510, 511

H A L A M A N 8 A G U S T U S 2 0 1 6 / N O . 2 9 0

Wahyu 14: 13 "Dan aku mendengar suara dari sorga berkata. Tuliskan:

“Berbahagialah orang-orang yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini.” “Sungguh,” kata Roh, “supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah

mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.”

Umat Katolik Indonesia di Toronto dan sekitarnya, menyatakan TURUT BERDUKA CITA atas berpulangnya:

Bp. Paulus Surya Widjaja Tan Hoay Djin (95 thn)

17 Juli 2016 di Jakarta

Istri: Almh. Elizabeth Iriany Singgih

Keluarga yang ditinggalkan: Anak & Menantu:

Leny Widjaja & Alm. Gunawan Danurahardja (Oei Yong An) Jahja Widjaja & Detty Laij

Hamid Widjaja & Lenny Muljadi Erni Widjaja & Andre Wibisono Sylvia Widjaja & Hadi Widjaja

Cucu & Cucu menantu:

Randy & Anita, Sheila & James, Cheryl & Yogi, Nithia & Aditya,

Neysa, Harun, Reza & Ira, Almira & Rendian, Danica & Marli, Prayogi

Cicit-cicit: Arianna, Maya, Nando, Nadine, Marissa, Aline, Christopher

Bp. Fransiskus Herman Rusly Lie Kim Eng (73 thn) 9 Agustus 2016 di Jakarta

Keluarga yang ditinggalkan: Istri: Hani Harjani Jodi Rusly

Anak & Menantu:

Hernawaty Rusly & Paulus Harijanto Teddy Kurniawan Rusly & Kristina Pranata

Henny Setiawaty Rusly & Bernard Lo Hertika Kurniawaty Rusly & Laurence Edwin Pradjanata

Yanti Regina Rusly & Terry Gunardy Adhy Kurniawan Rusly & Lanny Tan Widjaja

Venny Natasha Rusly Amelia Edwin Rusly & Felix Nyoman

Beserta segenap cucu.

Bp. Johny Widjaja Wang Ie Siang (53 thn) 12 Agustus 2016 di Surabaya

Keluarga yang ditinggalkan: Istri: Ratna Inadewi

Anak-anak:

Justin Giovanny Wijaja, Steven Leonardo Widjaja, Arian Hartanto Widjaja, Jeffrey Touring Widjaja.

Bp. Robert Widjaja Wang Tjin Sia (41 thn) 15 Agustus 2016 di Surabaya

Keluarga yang ditinggalkan: Istri: Meylani Rahayu

Anak: Alice Nathania Yocelin Widjaja.

Mereka adalah saudara sekandung dari:

Orangtua: Alm. Hadi Widjaja/Idawati Widjaja Saudara/saudara ipar:

Agus Widjaja (Awi)/Indahwati Nani Widjaja/Janto Dinoto

Viany Widjaja/Hendri Supriadi

Semoga Tuhan Yang Maha Rahim memberikan keselamatan kekal dan tempat peristirahatan yang indah di surga, dan bagi keluarga yang ber-

duka diberikan kekuatan, ketabahan serta penghiburan dari-Nya.

H A L A M A N 9 A G U S T U S 2 0 1 6 /

"Sesaat ketika Anda mendoakan

orang lain, maka Tuhan sendirilah

yang akan menjawabnya sehingga

doamu mendatangkan berkat bagi

dia/mereka yang Anda doakan."

Contoh doa dan harapan yang

dilandasi dengan iman dan

kepercayaan yang teguh kita baca

dalam Injil hari ini tentang perwira

yang memohon kesembuhan bagi

hambanya; "Tuan, hambaku

terbaring di rumah karena sakit

lumpuh, dan ia sangat

menderita...Tuan, aku tidak layak

menerima tuan di dalam rumahku.

Katakan saja sepatah kata, maka

hambaku itu akan sembuh." Sang

perwira percaya bahwa Yesus dapat

melakukan segala sesuatu. Ia percaya

bahwa biarpun tanpa menyentuh dan

melihat, tapi kuasa-Nya melampau

ruang dan waktu untuk mendatangkan

berkat bagi yang sakit dan menderita.

Dan, apa yang terjadi? Hamba itu

pun sembuh karena iman yang teguh

dari sang perwira tuannya.

Di akhir pekan ini ingin kubisikkan

kepadamu sahabatku; "Luangkanlah

waktumu selalu untuk mendoakan

sanak keluarga dan sahabat kenalan

yang membutuhkan pertolonganmu,

serahkanlah mereka kepada Tuhanmu

karena Ia mempunyai kuasa untuk

melepaskan mereka dari sakit dan

derita, dari problem dan masalah

yang mendera mereka. Sesaat ketika

engkau berpasrah da memohon

dengan sungguh dan tulus kepada

Tuhan untuk mereka yang engkau

doakan, maka

nantikanlah...nantikanlah

pertolongan Tuhan untuk mereka. Ia

akan melakukan apa yang telah

diperbuat kepada hamba perwira itu

kepadamu, agar engkau bangga dan

percaya bahwa engkau mempunyai

seorang Tuhan Yesus yang luar biasa,

ajaib dan mengherankan.

Ia yang berkuasa akan menunjukkan

mujizat-Nya lewat doa-doamu untuk

mereka yang Anda telah, sedang dan

akan doakan.

Selamat berakhir pekan

Salam dan doa dari seorang sahabat

untuk para sahabatnya,

***Rinnong - Duc in Altum***

Dalam Doaku”

“ Kusebut Namamu Kawan

Perayaan Ekaristi Hari Minggu Biasa XX, 14 Agustus 2016

A G U S T U S 2 0 1 6 / H A L A M A N 1 0 Sambungan dari halaman 6, Maria...

hebat Tuhan yang membela orang-orang yang dikasihi

-Nya di hadapan pihak-pihak yang mau menindas

mereka. Puji-pujian yang terungkap dalam Magnificat

ini senada dengan ungkapan kegembiraan dan

kepercayaan akan perlindungan ilahi seperti terdapat

dalam Kidung Hana dalam 1Sam 2:1-10. Orang sering beranggapan bahwa penderitaan,

kemelaratan, ketakberuntungan, aib ialah hukuman

dari atas bagi kesalahan. Ada anggapan bahwa

hukuman bisa juga dikenakan kepada keturunan orang

yang bersalah. Dosa menurun, hukuman berkelanjutan.

Dalam Kidung Magnificat pendapat seperti ini tidak

diikuti. Malah ditegaskan bahwa Tuhan membela

orang yang percaya kepadanya yang meminta

pertolongan dari-Nya. Bagaimana dengan orang yang

hidupnya beruntung, menikmati kelebihan, tidak

kurang suatu apa? Apakah mereka itu akan dikenai

malapetaka? Kiranya bukan itulah yang dimaksud.

Orang-orang yang beruntung dihimbau agar

mengambil sikap seperti Tuhan sendiri, yakni

memperhatikan mereka yang kurang beruntung.

Samasekali bertolak belakang bila orang membiarkan

kekayaan, kedudukan, kepintaran membuat sesama

yang kurang beruntung menjadi terpojok atau kurang

mendapat kesempatan untuk maju. Inilah yang kiranya

hendak disampaikan dalam ayat 52-53 yang

mengatakan bahwa orang congkak hati akan

diceraiberaikan, orang berkedudukan akan

direndahkan, orang kaya akan disuruh pergi dengan

tangan hampa. Kidung Magnificat mengajak orang-

orang yang merasa beruntung diberkati oleh Tuhan

dengan kelebihan bukan untuk menikmatinya

melainkan untuk memungkinkan sesama ikut

beruntung. Di sini tidak ditawarkan sebuah teologi

penjungkirbalikan nasib, melainkan pelurusan hakikat

kehidupan sendiri. Kepercayaan akan kebesaran Tuhan tidak bisa

dipakai begitu saja untuk memerangi ketimpangan

sosial yang mengakibatkan adanya ketidakadilan yang

melembaga. Namun demikian, kepercayaan ini dapat

membuat manusia makin peka dan mencari jalan

memperbaiki kemanusiaan sendiri. Keterbukaan

kepada dimensi ilahi akan membuat orang makin

lurus.

MEMELIHARA FIRMAN ALLAH

Bacaan Injil dalam misa vigilia perayaan Maria

diangkat ke surga menyebutkan orang yang menyebut

wanita yang melahirkannya berbahagia (Luk 11:27).

Namun Yesus menambah dalam ayat selanjutnya,

“Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan

firman Alah dan yang memeliharanya.” Kata Indonesia

“memelihara” ini dengan tepat mengutarakan kembali

ungkapan aslinya yang memuat pengertian menjaga,

menelateni, membesarkan. Agak disentuh teologi

sabda seperti diutarakan dalam pembukaan Injil

Yohanes. Yang menarik ialah penekanan kepada

kegiatan pihak manusia. Dikatakan manusia

memelihara sabda Allah yang didengarkan. Berarti

sabda itu juga bisa berkembang dalam diri manusia

dan bahkan menjadi bagian kehidupannya. Maria ialah

salah satu yang menjalankannya. Seperti diutarakan

dalam Luk 1:38 “Terjadilah padaku menurut

perkataanmu itu”, sabda Allah yang dibawakan

malaikat kepadanya menjadi kehidupan karena

diterimanya dan dikandungnya. Dan Maria

melahirkannya tadi dalam ujud manusia. Kata-kata

Yesus yang diteruskan dalam Luk 11:28 tadi

memperjelas apa artinya berbahagia karena bisa

melahirkan dan membesarkannya. Maria berbahagia

karena ia mendengarkan firman Alah serta

memeliharanya.

Salam hangat,

A. Gianto

PI Ursula’s Picnic at Kiwanis Heydenshore Park, June 23, 2016

Cukup banyak kita mendengar berita duka, karena ada

yang meninggal, juga dari kenalan kita. Selain itu mereka yang

kena penyakit dan terkadang sudah parah. Menghadapi itu

semua, terkadang kita menjadi sedih dan bahkan ada yang

merasa tidak punya harapan. Apalagi merasa bahwa doa dan

permohonan kepada Tuhan tidak dikabulkan. Inilah tantangan

nyata. Keadaan seperti inilah yang mengajak kita untuk melihat

Belaskasih Tuhan yang masih tetap mengalir. Dalam

menghadapi situasi yang tidak mudah ini, mata kita perlu tertuju

kepada Tuhan yang penuh cinta. Kita perlu menyerahkan

kepada Penyelenggaraan Ilahi dan bukan hanya keinginan

manusiawi. Membuka hati bagi Tuhan dan berserah diri akan

membawa ketenangan dalam hati walaupun berbagai

penderitaan dan masalah dialami.

Saatnya sekarang ini kita semakin menyatukan hati

kita dengan Hati Yesus yang Mahakudus yang memancarkan

Belaskasih kepada kita semua. Kita perlu menimpa terus aliran

Kasih Tuhan itu dan jangan membiarkan diri kita kehausan dan

jauh dari Sumber Kasih yang sejati. Kehidupan dunia kita

sekarang ini menyedihkan karena banyak orang menjauh dari

Sumber Hidup Ilahi dan berfokus pada diri sendiri dan

kepandaian yang Tuhan berikan. Baiklah kita mulai dari diri

kita sendiri dan membawanya kepada mereka yang ada di

sekitar kita. Marilah kita mengubah wajah dunia ini menjadi

wajah penuh harapan, mulai dari hal kecil dan sederhana,

mulailah berbagi Kasih dan menghidupi Belaskasih Tuhan.

Berkat Tuhan.... Rm. Johanes Juliwan Maslim, SCJ

Sambungan dari halaman 4,