A. Latar Belakang Masalah -...
Transcript of A. Latar Belakang Masalah -...
1
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi perilaku organisasi
(organization behavior) yang merupakan pencerminan dari perilaku (behavior)
dan sikap (attitude) orang-orang yang terdapat dalam organisasi yang
bersangkutan. Oleh karena itu guru adalah salah satu kunci keberhasilan untuk
mencapai tujuan sekolah, dalam hal ini mutu pendidikan terutama di Madrasah
Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. Keberhasilan pencapaian tujuan
organisasi akan bergantung pada keadaan dan kemampuannya dalam
mengoptimalkan unit-unit kerja yang terdapat pada organisasi bersangkutan.
Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) ditegaskan bahwa pendidikan adalah sebagai berikut:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2013
tentang penyelenggaran pendidikan madrasah pada Bab I Pasal 1, ditegaskan
mengenai jenjang pada pendidikan Madrasah Tsanawiyyah, sebagai berikut:
Madrasah tsanawiyyah yang selanjutnya disingkat MTs adalah satuan
pendidikan formal yang me nyelenggarakan pendidikan umum dengan
kekhasan agama islam yang terdiri dari 3 (tiga) tingkat pada jenjang
pendidikan dasar sebagai lanjutan dari Sekolah Dasar, MI, atau bentuk lain
yang sederajat, diakui sama atau setara Sekolah Dasar atau MI
Madrasah Tsanawiyyah (MTs) merupakan bentuk satuan pendidikan di
departemen agama yang menyelenggarakan program pendidikan tiga tahun
setelah sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI). Madrasah Tsnawiyyah (MTs)
berada dibawah naungan Kementrian Agama. Tujuan SLTP/MTs sebagaimana
tertuang dalam keputusan Mendikbud No.054/U/1993, Bab II Pasal 2 adalah:
2
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP/MTs) bertujuan untuk memberikan
bekal kemampuan dasar yang merupakan perluasan serta peningkatan
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di sekolah dasar yang
bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi,
anggota masyarakat, dan warga negara sesuai dengan tingkat
perkembangannya serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti
pendidikan menengah.
Pernyataan diatas mengandung arti, bahwa Madrasah Tsanawiyyah (MTs)
berfungsi sebagai sarana untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada
peserta didik untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota
masyarakat, warga negara dan anggora umat manusia, serta mempersiapkan
peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Madrasah Tsanawiyyah (MTs) sebagai lembaga pendidikan yang
mengedepankan moralitas dan nilai-nilai keagamaan sebagai basis konsentrasi
pengembangan pendidikannya, dewasa ini orang tua mulai memilih untuk
menyekolahkan putra-putri mereka ke madrasah yang dianggap lebih mampu
menciptakan manusia berilmu sekaligus bermoral. (Dirjen Pendis Kemenag, 2001,
hlm.1). Karena pendidikan pada hakikatnya adalah proses pembentukan watak
individu, maka lembaga pendidikan sudah semestinya menjadi lingkungan positif
bagi pertumbuhan dan watak generasi bangsa ini.
Berkaitan dengan peningkatan mutu di Madrasah Tsanawiyyah (MTs)
yang perlu diperhatikan adalah kualitas guru, karena mengingat bahwa guru
adalah kunci utama dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam UU Guru dan
Dosen No.14 Tahun 2005 pasal 8, “Dosen dan guru wajib memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Guru yang
berkualitas akan mampu mengembangkan strategi-strategi baru dalam
menghadapi lembaga pesaing sehingga tetap dapat menjadi yang terdepan dalam
bidang pendidikan yang digarapnya. Kekuatan daya saing dalam pendidikan
dewasa ini sangat perlu didukung SDM yang memiliki disiplin kerja yang tinggi
sehingga berpengaruh pada peningkatan kinerja guru, khususnya Guru di
Madrasah Tsanawiyyah se-kota Sukabumi.
3
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Guru merupakan salah satu komponen penting dalam proses
pendidikan yang ikut berperan dalam pembentukan Sumber Daya Manusia
(SDM). Peran guru dalam pendidikan tidak hanya sebatas dalam
pembelajaran, tetapi sebagai informator, organisator, motivator, fasilitator,
mediator, inisiator, dan evaluator. Untuk mencapai tujuan pendidikan sangat
dibutuhkan guru yang mempunyai potensi, rasa pengabdian yang tinggi dan
bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas profesinya. Moh. Uzer Usman
(2007, hlm.7) menyatakan bahwa, “Tugas guru sebagai profesi meliputi,
mendidik, mengajar, dan melatih”. Mendidik berarti meneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti
mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.
Mencermati uraian di atas, terlihat besarnya peran guru dalam
membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Guru memiliki
peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian, akhlak,
mentalitas, dan moral anak. Dengan demikian dapat dikatakan tercapainya tujuan
pendidikan di sekolah sangat dipengaruhi oleh sikap guru dalam
melaksanakan tugas profesinya. Kenyataan inilah yang mengharuskan guru
memiliki disiplin yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,
karena guru adalah tokoh yang menjadi panutan bagi peserta didik dan
lingkungannnya. Tulus Tu'u (2004, hlm.31) berpendapat tentang disiplin sebagai
berikut:
Disiplin sebagai ketaatan terhadap peraturan dan norna kehidupan
masyarakat berbangsa dan bernegara yang berlaku, yang dilaksanakan
secara sadar dan ikhlas, lahir bathin. sehingga timbul rasa malu
apabila terkena sangsi dan rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Perilaku tersebut diikuti berdasarkan dan keyakinan bahwa hal itulah
yang benar, dan keinsyafan bahwa hal itu bermanfaat bagi dirinya dan
masyarakat. Pada sisi lain, disiplin adalah alat untuk menciptakan
perilaku dan tata tertib manusia sebagai kelompok masyarakat. Oleh
sebab itu, disiplin berarti hukuman atau sangsi yang berbobot mengatur
dan mengendalikan perilaku.
4
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kedisiplinan adalah fungsi MSDM yang terpenting dan menjadi tolak ukur
untuk mengukur/mengetahui apakah fungsi-fungsi MSDM lainnya secara
keseluruhan telah dilaksanakan dengan baik atau tidak. Menurut Davis dan
Werther (2004,hlm.120) dalam Marwansyah (2012, hlm.411) disiplin kerja bisa
diartikan sebagai bentuk dari ketaatan atas perilaku seseorang di dalam mematuhi
peraturan-peraturan dan ketentuan tertentu yang ada kaitannya dengan pekerjaan.
Bedjo Siswanto (2003,hlm.97) menambahkan bahwa kedisiplinan guru mutlak
diperlukan agar seluruh aktivitas yang sedang dan akan dilaksanakan
berjalan sesuai mekanisme yang telah ditentukan. Kedisiplinan karyawan yang
baik mencerminkan bahwa fungsi-fungsi MSDM lainnya telah dilaksanakan
sesuai dengan rencana. Sebaliknya, jika kedisiplinan karyawan kurang baik,
berarti penerapan fungsi-fungsi MSDM kurang baik. Kedisiplinan adalah fungsi
operatif yang paling penting karena semakin baik suatu kedisiplinan guru maka
semakin tinggi pula kinerja guru. Kedisiplinan merupakan kunci terwujudnya
tujuan organisasi.
Disiplin sangat penting bagi guru dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pendidik dan pengajar. Dengan disiplin, guru dapat melaksanakan
tugas profesinya. Masalah disiplin kerja erat kaitannya dengan sikap dan
perilaku seseorang dalam melaksanaan pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya. Ada beberapa faktor yang diduga turut mempengaruhi disiplin kerja
guru, yang merupakan bagian dari perilaku setiap individu dalam
menjalankan aktivitas pekerjaannya. Pendapat Veithzal Rivai (2008, hlm.167)
menyatakan sebagai berikut:
Disiplin kerja guru dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor
internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang
dihubungkan dengan sifat seseorang, seperti motivasi kerja, semangat
kerja, dan inisiatif kerja. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang
berasal dari lingkungan seperti tingkat kesejahteraan, kepemimpinan
kepala sekolah, ketegasan, pengawasan, dan insentif.
Disiplin kerja harus ditanamkan secara terus menerus kepada guru.
Penanaman yang terus menerus menyebabkan disiplin tersebut menjadi
kebiasaan bagi guru. Orang-orang yang berhasil dalam bidangnya masing-
5
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masing, pada umumnya mempunyai kedisplinan yang tinggi. Sebaliknya
orang yang gagal, umumnya tidak disiplin.
Beberapa indikator yang bisa digunakan dalam mengukur tinggi atau
rendanya disiplin kerja guru di madrasah tsanawiyyah (MTs), Bedjo Siswanto
(2003, hlm.190) membagi dimensi disiplin kerja guru sebagai berikut :
(a)frekuensi kehadiran; (b) Ketaatan pada prosedur kerja; (c) Tingkat
kewaspadaan; (d) ketaatan pada peraturan. Untuk menjamin terpeliharanya tata
tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas dalam mencapai tujuan sekolah, maka
diperlukan guru yang penuh kesetiaan dan ketaatan pada peraturan yang berlaku
dan sadar akan tanggung jawabnya untuk menyelenggarakan tujuan sekolah.
Dengan kata lain kedisiplinan para guru sangat diperlukan dalam mencapai tujuan
sekolah.
Hal ini sejalan dengan penelitian Zesbendri dan Aryanti (2009,hlm.23),
menyebutkan bahwa “Disiplin merupakan modal utama yang mempengaruhi
tingkat kinerja karyawan.” Untuk itu, menerapkan disiplin merupakan hal yang
sangat penting. Dengan kedisiplinan di dalam mengajar, proses pembelajaran
akan terlaksana secara efektif dan efisien.
Pengertian diatas, memberikan gambaran pentingnya menerapkan disiplin
kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. Karena tanpa
disiplin kerja maka tujuan sekolah tidak akan tercapai dengan optimal. Tanpa
adanya disiplin kerja, guru hadir tidak tepat waktu, mengajar tidak sesuai jam
pelajaran, kurang memahami mekanisme kerja dan lain sebagainya.
Ketidakdisiplinan guru akan berdampak pada proses belajar mengajar dan
berdampak pada prestasi siswa. Siswa kurang mendapatkan materi pelajaran
dengan baik dan mempengaruhi hasil belajar siswa. Dalam hal ini, disiplin kerja
perlu mendapatkan perhatian serius dan diterapkan dengan baik oleh guru.
Berdasarkan data dari Kantor Kementerian Agama Kota Sukabumi pada
bulan Agustus 2014, di wilayah Kota Sukabumi terdapat 22 Madrasah
Tsanawiyyah (MTs), yaitu meliputi; 1 MTs berstatus Negeri dan 21 MTs berstatus
Swasta. Dengan jumlah total guru 448 orang.
6
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam meningkatkan disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs)
se-kota Sukabumi, tentunya mengalami beberapa kendala, diantaranya :
Pertama,Kurangnya disiplin dalam frekuensi kehadiran. Berdasarkan data dari
Kementerian Agama Kota Sukabumi mengenai rekapitulasi kehadiran guru
Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-Kota Sukabumi tahun 2009-2014 mengalami
presentasi kenaikan dan penurunan. Adapun persentase kehadiran guru sebagai
berikut; Periode tahun 2009-2010, frekuensi kehadiran guru sebesar 68%; tahun
2010-2011 sebesar 63%, ; tahun 2011-2012 sebesar 60%; tahun 2012-2013
mengalami kenaikan menjadi 80%; tahun 2013-2014 sebesar 88%. Data tersebut
menunjukan bahwa frekuensi kehadiran guru dari tahun 2009-2012 mengalami
penurunan setiap tahunnya. Mulai tahun 2012-2014 mengalami kenaikan
dikarenakan pemerintah mulai memberlakukan sistem finger print (sidik jari).
Tentunya upaya pemerintah sangat membantu dalam meningkatkan frekuensi
kehadiran guru. Kepala sekolah MTs.Syamsul ulum dan MTs Baiturrahman
mengemukakan kendala dari penggunaan finger print, yaitu ada beberapa guru
yang datang ke sekolah hanya untuk absensi kehadiran dengan menggunakan
finger print, setelah itu guru pulang atau melakukan kegiatan lain di luar sekolah.
Demikian pula halnya pada jam pulang kerja. Sehingga pada permasalahan ini
terlihat bahwa penggunaan finger print, kurang menimbulkan kesadaran guru
untuk menerapkan disiplin kehadiran dengan baik. Tetapi dikarenakan hanya
untuk memenuhi tuntutan pekerjaan, dikarenakan sanksi yang diterima guru jika
tidak mengisi kehadiran dengan sistem finger print, yaitu ada pemotongan gaji
(uang makan). Oleh karena itu dibutuhkannya peran kepemimpinan kepala
sekolah dan motivasi dari dalam diri guru agar guru memiliki kesdaran untuk
menerapkan disiplin kerja.
Kedua, Kepala sekolah yang belum melaksanakan fungsinya secara
maksimal seperti fungsi supervisi yang jarang dilaksanakan akibatnya dorongan
untuk meningkatkan disiplin dan kinerja guru menjadi terabaikan. Hal ini
dikemukakan oleh guru-guru MTs.Syamsul ulum dan MTs.Baiturrahman pada 25
November 2014. Hal ini tentunya perlu diperhatikan dengan seksama dan
7
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perlunya kesadaran kepala sekolah untuk melakukan supervisi dan controling
yang baik terhadap disiplin kerja guru yang berdampak pada kinerja guru
Ketiga, kurangnya disiplin guru dalam berpakaian rapih, dan rambut yang
rapih. Permasalahan indisipliner ini dipaparkan oleh wakil kepala sekolah Persis
68 Warudoyong pada 28 November 2014, bahwa ada guru yang tidak
menggunakan pakaian sesuai dengan harinya, berpakaian kurang rapih ketika
berpapasan atau ketika di kantor guru. Hal ini dikarenakan guru tersebut terburu-
buru datang ke sekolah sehingga tidak memperhatikan dengan seksama, ataupun
sedang jam istirahat. Selain itu, ada guru yang memiliki potongan rambut kurang
rapih/gondrong (untuk guru laki-laki) ketika berpapasan atau bertemu di kantor
guru, dikarenakan guru tersebut belum sempat atau baru akan memotong
rambutnya. Untuk permasalahan indisipliner ini, ketika guru ditegur sebagian
besar guru tersebut langsung merapihkan pakaiannya, ataupun langsung
memotong rambutnya ketika pulang kerja. Sehingga permasalahan indisipliner ini
dapat segera diatasi.
Keempat, kurangnya disiplin guru dalam waktu mengajar. Berdasarkan
pemaparan kepala sekolah MTs.syamsul „ulum dan Kabag.kurikulum
MTs.Jamiyatul Mutta‟alimin pada 25 November 2014, bahwa beberapa guru
terlambat masuk kelas dan memberikan materi ajar di kelas. Hal ini dikarenakan
guru terlambat datang ke sekolah atau masih berdiskusi di kantor guru. Dalam hal
ini, kabag. kurikulum bertanggungjawab agar guru mengajar sesuai dengan
jamnya. Untuk permasalahan indisipliner ini, guru tersebut langsung mendapatkan
teguran dari kabag kurikulum atau kepala sekolah dan tidak boleh mengulangi
kesalahan yang sama. Sebagian besar guru tidak mengulangi kesalahan atau
tindakan indisipliner setelah mendapatkan teguran.
Kelima, kurangnya guru dalam menjaga dan memelihara peralatan kantor/
peralatan kerja dengan baik. Seperti dikemukakan oleh Kabag kurikulum
MTs.Warudoyong pada 29 November 2014, bahwa ada beberapa guru yang
kurang memelihara kelengkapan kerja seperti infokus,komputer dan printer di
ruang kantor guru. Hal ini dikarenakan banyaknya guru yang menggunakan
fasilitas tersebut dan tidak merapihkan kembali ke tempatnya. Dalam hal ini, guru
8
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
harus menjaga kelengkapan kerja agar dapat digunakan dalam jangka panjang.
Sikap hati-hati dalam menggunakan peralatan kantor, dapat menunjukkan
bahwa seseorang memiliki disiplin kerja yang baik, sehingga peralatan kantor
dapat terhindar dari kerusakan.
Keenam, reward dan punishment sebagai ciri dari organisasi yang baik
belum dilaksanakan dengan baik. Hal ini diungkapkan oleh guru-guru Al-Fatah
dan MTs.At-Tafsiriyah pada 28 November 2014. Dengan kurang tegasnya reward
dan punishment, sehingga dorongan untuk meningkatkan disiplin kerja menjadi
sangat terbatas.
Spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja guru merupakan
bagian penting dari disiplin kerja. Keduanya merupakan hal yang membantu
dalam menerapkan disiplin kerja guru. Dalam menerapkan disiplin kerja guru dan
agar guru dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan disiplin yang tinggi, maka
diantaranya harus menekankan faktor organisasi (kepemimpinan) dan faktor
psikologis (motivasi).
Dokmauliate Gultom (2013,hlm.5) dalam penelitiannya menyebutkan
bahwa, “Kepemimpinan kepala sekolah mempengaruhi tinggi rendahnya disiplin
kerja guru”. Hal ini diperkuat oleh Penelitian Hallinger dan Lithwood (2006,
hlm.7) menyimpulkan bahwa “Organisasi sekolah yang efektif senantiasa
dipimpin oleh kepala sekolah yang efektif pula.” Kedua penelitian tersebut
didasarkan asumsi bahwa pemimpin merupakan agen perubahan yang terpenting.
Seorang pemimpin dituntut untuk mampu mengelola organisasi, mempengaruhi
secara konstruktif orang lain, dan menunjukan perilaku benar yang harus
dikerjakan bersama-sama serta mempengaruhi semangat kerja dan disiplin
kerja kelompok.
Mengacu pada jurnal diatas bahwa, dengan kepala sekolah yang efektif
maka akan mempengaruhi guru untuk menerapkan disiplin kerja yang baik
sehingga terciptanya sekolah yang efektif. Dalam menerapkan disiplin kerja guru,
tentunya membutuhkan kepemimpinan kepala sekolah yang tepat. Kepemimpinan
kepala madrasah harus mampu mengoptimalkan tingkat disiplin kerja guru
9
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melalui kebijakan dan teladan pimpinan sehingga dapat mengilhami dan
membangkitkan kesadaran guru agar memiliki disiplin kerja yang tinggi dan agar
tujuan sekolah dapat dicapai. Sehingga dalam penelitian ini difokuskan pada
spiritual leadership kepala sekolah.
Hendrick dan Ludeman (dalam Masaong dan Tilome, 2011,hlm.114)
mengemukakan bahwa spiritual leadership (kepemimpinan berbasis spiritual)
kepala sekolah adalah kepemimpinan yang mampu mengilhami , membangkitkan,
mempengaruhi dan menggerakan melalui keteladanan, pelayanan, kasih sayang
dan implementasi nilai dalam tujuan, proses, budaya dan perilaku kepemimpinan.
Ratna Pujiastuti (2014,hlm.2) mengemukakan dalam jurnalnya “Karakteristik
Spiritual Leadership Perangkat Desa di kabupaten Banyumas (Berdasarkan Teori
Spiritual Ledearship Fry)” mengemukakan bahwa “Teori kepemimpinan spiritual
merupakan pendekatan teori yang meletakan jiwa dalam setiap tindakan
kepemimpinannya. Teori ini dirancang untuk menciptakan motivasi intrinsik yang
terdiri dari nilai, sikap dan perilaku untuk memotivasi orang lain. Suryana,
(2013,hlm.56) mengemukakan bahwa :
Kepemimpinan berbasis spiritual menjunjung nilai-nilai kebenaran,
kejujuran, integritas, kredibilitas, kebijaksanaan, belas kasih , yang
membentuk akhlak dan moral diri sendiri dan orang lain. Spiritual
Leadership adalah kepemimpinan yang mengedepankan moralitas,
kepekaan (sensitivitas), keseimbangan jiwa, kekayaan batin dan etika
dalam berinteraksi dengan orang lain.
Spiritual leadership kepala sekolah mampu mengilhami dan
mempengaruhi guru dengan keteladanan perilakunya, sehingga guru merasa
terpanggil dan menerapkan disiplin dengan sepenuh hati dan menjadikan disiplin
menjadi bagian dari dirinya. Jika hanya mengandalkan hukuman dan pujian dalam
menerapkan disiplin, maka sewaktu-waktu disiplin dapat dilanggar, oleh karena
itu pentingnya spiritual leadership kepala sekolah, agar dapat mengajak,
mempengaruhi dan memberikan teladan kepada guru agar secara terus menerus
menerapkan disiplin kerja dan menjadikannya suatu kebiasaan, sehingga dapat
menanamkan kesadaran dalam diri guru untuk menerapkan disiplin kerja.
10
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kepala sekolah yang memiliki peranan penting dalam menerapkan disiplin
kerja guru. Sejalan dengan hal tersebut Rivai dan Murni (2009, hlm. 198)
mengemukakan bahwa :
Agar kepala sekolah berhasil memberdayakan segala sumber daya sekolah
untuk mencapai tujuan, diperlukan kepemimpinan kepala sekolah yang
profesional, yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dan spiritual
sebagai nilai dasar dalam menjalankan kepemimpinannya, selain itu kepala
sekolah juga harus memiliki kompetensi kepribadian, keahlian dasar,
pengalaman, pelatihan dan pengetahuan profesional, serta kompetensi
administrasi dan pengawasan.
Serangkaian strategi kepemimpinan kepala sekolah untuk mencapai tujuan
pendidikan meliputi cara membina, membimbing, mengembangkan, memotivasi,
bekerjasama, berkomunikasi, memantau, dan mengevaluasi seluruh komponen di
sekolah khususnya kompetensi guru sangat diperlukan untuk terciptanya kinerja
mengajar guru yang baik (Wahjosumidjo, 2004,hlm.105)
Kepemimpinan dengan pendekatan dan perilaku yang sesuai sangat
dibutuhkan untuk menghadapi perubahan yang sangat cepat, baik di luar maupun
di dalam lingkungan sekolah. Dengan demikian, perilaku kepemimpinan kepala
madrasah harus mampu mengembangkan gerakan inovatif, mampu
memberdayakan staf dan sekolah sebagai organisasi pendidikan ke dalam suatu
perubahan cara berfikir, pengembangan visi, pengertian dan pemahaman yang
terus menerus melalui pengolahan aktivitas kerja dengan memanfaatkan bakat,
keahlian, kemampuan, ide, dan pengalaman sehingga semua guru merasa terlibat
dan bertanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya. Diharapkan perilaku
kepemimpinan kepala madrasah di MTs di Kota Sukabumi dapat menfasilitasi
guru untuk memperbaiki, meningkatkan disiplin kerja guru, serta mampu
memotivasi kinerja guru.
Penelitian berjudul Going Deep: Exploring Spirituality in Life and
Leadership (Percy, 2003, hlm.7) menyimpulkan bahwa para direktur dan Chief of
Excutive Officer (CEO) yang efektif dalam hidup dan kepemimpinannya
memiliki nilai spiritual yang tinggi dan menerapkan gaya kepemimpinan
spiritual. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa “Kepemimpinan yang efektif
yaitu dengan menerapkan nilai-nilai spiritual dan keteladanan dalam
11
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kepemimpinanya”. Spiritualitas membantu membangun karakter dalam diri
sehingga mempengaruhi dalam pola kepemimpinan yang dijalankan. Pemimpin
yang berbasis spiritual, mereka berusaha untuk mengintegrasikan nilai-nilai
spiritual dalam aspek kehidupannya (Tobroni,2010, hlm.46). Kepemimpinan
spiritualitas, bukanlah tentang kecerdasan dan keterampilan dalam memimpin
saja. Namun juga menjunjung nilai-nilai kebenaran, keadilan, tanggung jawab,
integritas, kredibilitas, kebijaksanaan, yang membentuk akhlak dan moral diri
sendiri dan orang lain.
Selanjutnya Zohar dan Ian Marshall (2004, hlm.88) mengemukakan
bahwa, “kepemimpinan yang efektif harus bersumber pada kepemimpinan yang
berakar pada nilai-nilai, moral dan spiritual.” Dalam hal ini, spiritual leadership
kepala sekolah merupakan kepemimpinan yang tepat dalam menerapkan disiplin
kerja guru. Dalam meningkatkan disiplin kerja guru dibutuhkan kepala sekolah
yang memiliki sifat teladan, yang mampu mempengaruhi guru dengan perilaku
teladannya. Karena disiplin jika hanya dengan paksaan, tidak akan ada disiplin
yang efektif tetapi perlu adanya kesadaran dari dalam diri guru. Kepala sekolah
tidak hanya mengajak dan mengayomi ke arah yg lebih baik tetapi juga
peningkatan dan kecintaan serta kesadaran akan pentingnya disiplin kerja
sehingga menghasilkan kinerja yang optimal.
Faktor lain yang juga mempengaruhi disiplin kerja guru adalah
motivasi kerja. Menurut Sadirman (2011, hlm.54) motivasi adalah suatu sikap
atau dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan
suatu aktivitas tertentu. Pentingnya motivasi kerja disampaikan oleh Handoko
(2001, hlm.86), sebagai kekuatan pendorong yang dapat mewujudkan suatu
perilaku guna mencapai tujuan dan kepuasan dirinya. Shadare, Oluseyi dan
Hammed (2009,hlm.11) dalam penelitiannya menyebutkan, “motivasi karyawan
merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan disiplin karyawan.”
Karena pentingnya motivasi maka dalam suatu organisasi maupun
perusahaan diperlukan adanya motivasi yang baik demi tercapainya tujuan
perusahaan.
12
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari beberapa pernyataan diatas, mengindikasikan adanya hubungan
antara spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap disiplin
kerja guru. Penelitian yang relevan dengan ini sebelumnya dilakukan oleh
Muhammad Syukri (2012, hlm.15), dengan judul “Kontribusi Kepemimpinan
Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Disiplin Kerja Guru SMK
Negeri Kabupaten Lima Puluh Kota”. Hasil penelitian menunjukan bahwa
kontribusi kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap
disiplin kerja guru berada pada kategori kuat. Ini berarti bahwa terdapat hubungan
positif antara kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap
disiplin kerja guru. Selain itu, hasil penelitian tesis Yoiz Shofwa tahun 2012
dengan judul “Pengaruh Motivasi dan Kepemimpinan Spiritual Terhadap
Disiplin Kerja Dosen dan Karyawan STAIN Purwokerto”. Penelitian korelasional
ini menemukan bahwa motivasi dan kepemimpinan spiritual memberikan
pengaruh terhadap disiplin kerja dosen. Dalam hal ini, motivasi dan
kepemimpinan spiritual berpengaruh terhadap disiplin kerja dosen. Semakin
tinggi motivasi dari dalam diri, maka semakin tinggi pula penerapan disiplin
kerja. Selain itu, spiritual leadership pemimpin dibutuhkan agar dosen
menerapkan disiplin kerja dengan baik dan dengan kesadaran dari dalam diri,
bukan karena peraturan atau paksaan.
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota
Sukabumi. Penelitian ini lebih menekankan pada spiritual leadership kepala
sekolah dan motivasi kerja guru terhadap disiplin kerja guru. Berdasarkan hal
tersebut di atas, saya sangat tertarik untuk mengetahui apakah spiritual leadership
kepala sekolah dan motivasi kerja berpengaruh terhadap disiplin kerja guru di
Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. Oleh karena itu, penulis tertarik
untuk meneliti tentang “Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah dan
Motivasi Kerja terhadap Disiplin Kerja Guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-
Kota Sukabumi.”
13
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Menerapkan disiplin kerja guru merupakan suatu kegiatan yang sangat
penting karena berpengaruh pada kinerja guru. Disiplin merupakan kesediaan
seseorang menaati semua peraturan dan norma-norma yang berlaku. Hasibuan
(2012,hlm.194-198) mengungkapkan bahwa terdapat enam faktor yang
mempengaruhi tingkat disiplin kerja karyawan pada suatu organisasi diantaranya:
1) Teladan pimpinan (spiritual leadership) ; 2) Tujuan dan kemampuan;
3)Kompensasi; 4) Pengawasan; 5)Loyalitas karyawan; 6)Ketegasan dan sanksi
hukuman.
Beberapa faktor diatas dapat dijelaskan sebagai berikut; (1) Teladan
pimpinan (spiritual leadership), teladan pimpinan sangat berperan dalam
menentukan kedisiplinan karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan
panutan oleh para bawahannya; (2) Tujuan dan kemampuan, tujuan yang akan
dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi
kemampuan karyawan; (3) Kompensasi (Gaji dan Kesejahteraan) ikut
mempengaruhi kedisiplinan karyawan, karena kompensasi akan memberikan
kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaan/ pekerjaannya.
(4)Pengawasan merupakan tindakan nyata dan efektif dalam mewujudkan
kedisiplinan karyawan perusahaan; (5) Loyalitas karyawan dapat diartikan dengan
kesetiaan, kepatuhan dan ketaatan, yang didalamnya terdapat tanggung jawab
untuk berusaha memberikan pelayanan dan perilaku yang terbaik; (6) Ketegasan
dan sanksi hukuman. Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan
mempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan sanksi hukuman yang
semakin berat, karyawan akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan
perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner karyawan akan berkurang;
Sedangkan Robbins (2007, hlm.137) menjelaskan tentang motivasi kerja.
Motivasi merupakan proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan
usaha untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi terbentuk dari sikap (attitude)
karyawan dalam menghadapi situasi (situation) kerja di perusahaan . Motivasi
merupakan kondisi atau energi yang menggerakan diri karyawan yang terarah atau
14
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tertuju untuk mencapai tujuan organisasi. Sikap mental karyawan yang pro dan
positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerja untuk
meningkatkan disiplin kerja guru.
Ketika spiritual leadership kepala sekolah berhasil dilaksanakan, maka akan
mampu mempengaruhi guru untuk menerapkan disiplin kerja dengan baik.
Disiplin tidak hanya menjadi sebuah kewajiban, tetapi menjadi kebutuhan guru
untuk mencapai kinerja yang optimal. Guru akan menerapkan disiplin dengan
penuh kesadaran tanpa paksaan, sehingga mampu meminimalisisr sikap
indisipliner guru. Selain itu, motivasi kerja yang tinggi juga mempengaruhi
disiplin kerja guru. Dengan adanya motivasi yang tinggi dalam diri seorang guru,
maka disiplin guru pun akan meningkat. Namun jika guru tidak memiliki motivasi
yang tinggi, maka disiplin kerja pun tidak diterapkan dengan baik di sekolah.
Maka dari itu, yang mempengaruhi disiplin kerja guru dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.1
Disiplin Kerja Guru
(Sumber: Adaptasi dari Hasibuan, 2012, hlm.194-198 dan Robbins, 2007, hlm.207)
Disiplin Kerja Guru
Teladan pimpinan (spiritual
leadership)
Tujuan dan Kemampuan
Kompensasi
Pengawasan
Loyalitas karyawan
Ketegasan dan sanksi
hukuman Motivasi kerja
15
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari tujuh faktor yang menjadi indikator disiplin kerja guru, penulis akan
mengambil dua dari faktor tersebut untuk dijadikan variabel , yaitu spiritual
leadership dan motivasi kerja guru. Kurangnya guru dalam menerapkan disiplin
kerja, yaitu dalam frekuensi kehadiran, keterlambatan guru dalam mengajar,
pemahaman prosedur kerja, pemeliharaan peralatan kantor, kurangnya penerapan
reward dan punishment, akan berdampak pada proses belajar mengajar dan
prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, memerlukan dorongan dan arahan dari
kepala sekolah agar guru dapat menerapkan disiplin kerja dengan baik. Spiritual
leadership kepala sekolah mampu mempengaruhi dan menggerakan guru melalui
keteladanan, nilai-nilai dan moral sehingga mampu menumbuhkan kesadaran
dalam diri guru untuk menerapkan disiplin kerja guru. Selain itu, dengan adanya
motivasi kerja, maka guru akan memiliki kesadaran dalam dirinya untuk
menerapkan disiplin kerja dengan baik. Motivasi yang tinggi memiliki peran
penting untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di
kelas, dan disiplin dalam kehadiran, dan penyampaian materi ajar.
2. Rumusan Masalah
Agar permasalahan yang akan dibahas tidak terlampau luas ruang
lingkupnya dan mampu memperoleh kejelasan mengenai masalah yang akan
diteliti, secara umum rumusan masalahnya mengenai pengaruh spiritual
leadership kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru di
Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. Adapun rumusan masalah
secara khusus sebagai berikut:
1. Bagaimana spiritual leadership kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyyah
(MTs) se-kota Sukabumi?
2. Bagaimana motivasi kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota
Sukabumi?
3. Bagaimana disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota
Sukabumi?
4. Seberapa besar pengaruh spiritual leadership kepala sekolah terhadap
disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi?
16
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Seberapa besar pengaruh motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru di
Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi?
6. Seberapa besar pengaruh spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi
kerja terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota
Sukabumi?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis mengenai pengaruh spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi
kerja terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota
Sukabumi. Adapun tujuan khususnya diantaranya adalah :
a. Terdeskripsikannya spiritual leadership kepala sekolah di Madrasah
Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi.
b. Terdeskripsikannya motivasi kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs)
se-kota Sukabumi.
c. Terdeskripsikannya disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs)
se-kota Sukabumi.
d. Teranalisanya pengaruh spiritual leadership kepala sekolah terhadap
disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi.
e. Teranalisanya pengaruh motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru di
Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi.
f. Teranalisanya pengaruh spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi
kerja terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota
Sukabumi.
D. Manfaat Penelitian
Pada penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, sebagai berikut:
1) Dapat memberikan masukan bagi kepala sekolah tentang spiritual
leadership kepala sekolah dan motivasi kerja guru dalam upaya untuk
meningkatkan disiplin kerja guru di MTs.
2) Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
17
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
disiplin kerja guru, sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja dan
mempengaruhi disiplin kerja guru pada Madrasah Tsanawiyyah (MTs) di
kota sukabumi.
3) Sebagai masukan bagi para guru madrasah tsanawiyyah (MTs) di kota
Sukabumi, bahwa spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja
sangat berkaitan erat dengan disiplin kerja guru.
4) Acuan dan sumber inspirasi bagi peneliti lain yang akan memperdalam
permasalahan yang berkaitan dengan spiritual leadership kepala sekolah
dan motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru.
5) Memberikan pengalaman dan pembelajaran bagi peneliti. Karena
penelitian ini merupakan hal yang baru dalam mengkaji ranah administrasi
pendidikan.
E. Struktur Organisasi Tesis
Penulisan tesis ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan. Bab ini berisikan latar belakang masalah, identifikasi
dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
struktur organisasi tesis.
BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian.
Pada kajian pustaka berisikan: Konsep disiplin kerja guru, spiritual
leadership kepala sekolah, motivasi kerja guru. Kerangka
pemikiran, dan hipotesis.
BAB III Metode Penelitian. Bab ini berisikan metode penelitian, populasi,
sampel, teknik pengumpulan data, definisi operasional, instrumen
penelitian, uji validitas dan reliabilitas instrumen, teknik
pengolahan data dan analisis data.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini menguraikan tentang
analisis hasil penelitian dan pembahasan.
BAB V Kesimpulan dan rekomendasi. Bab ini berisikan kesimpulan dan
rekomendasi.