A m a n a h

16
A M A N A H "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menunaikan amanah kepada yang berhak" (An-Nisa: 58) Menunaikan amanah adalah salah satu PERINTAH Allah, yang WAJIB untuk dilaksanakan dan dalam surat Al Mu'minuun dijanjikan Allah dengan surga sebagai balasan bagi mereka yang berlaku amanah. Amanah adalah nilai fitri, yang setiap hati merah manusia, baik Muslim ataupun kafir mengakuinya. Inilah ciri akhlaq islami, ciri yang tak dipunyai kaum munafiq. Rasulullah bersabda; Ciri munafiq itu ada 3, jika bicara dia berdusta, jika berjanji dia ingkar, jika dipercaya dia berkhianat (H.R. Bukhari, Muslim). Di awal masa tegaknya risalah Allah ini, Rasulullah Muhammad telah mencontohkan keharusan menegakkan amanah. Meski dalam keadaan sulit, sehubungan dengan persiapan hijrah ke Madinah, Rasulullah tetap menjaga amanah dan mengembalikan barang-barang yang dititipkan kepada beliau melalui Ali. R.A. Di tengah kondisi yang terjepit dan mendapat incaran para pembunuh bayaran, menjaga dan mengembalikan barang yang di- amanahkan orang lain tetap merupakan hal yang utama. Inilah diinul Islam. Dia tegak di atas sendi-sendi aturan "langit", di atas nilai-nilai luhur, dan berkembang dalam basis fitri kemanusiaan. Apalah artinya hijrah kalau amanah dilanggar; apalah artinya persiapan teliti untuk suatu perjuangan islam kalau amanah diabaikan ? Sesungguhnya Islam tegak dan ditegakkan untuk dan melalui nilai-nilai luhur yang datang dari Allah, bukan menegakkan kekuasaan untuk kekuasaan. Dan bukan pula meraih ke- kuasaan dahulu baru menegakkan nilai- nilai samawi. Sejak panji risalah ini dikibarkan, maka nilai-nilai "langit" ditegakkan di bumi dengan kekuasaan ataupun tidak. Karenanya dalam titik ini, menegakkan amanah, menegakkan satu nilai islami dalam diri seorang Muslim berarti menegakkan Islam dan memancarkan keharumannya. Inilah agama yang lurus. Islam adalah agama yang mulia. Hanya dengan kemuliaan dia ditegakkan dan untuk kemuliaan dia tegak. Hanya orang-orang yang berhati mulia ikut dalam barisannya dan tidak untuk mereka yang munafiq. Maka dalam pemahaman aqidah ini kekuasaan hanyalah alat bukan tujuan, perangkat kekuasaan dan politik adalah sarana bukan ghoyyah.

description

amanah

Transcript of A m a n a h

A M A N A H "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menunaikan amanah kepada yang berhak" (An-Nisa: 58) Menunaikan amanah adalah sal

A M A N A H "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menunaikan amanah kepada yang berhak" (An-Nisa: 58) Menunaikan amanah adalah salah satu PERINTAH Allah, yang WAJIB untuk dilaksanakan dan dalam surat Al Mu'minuun dijanjikan Allah dengan surga sebagai balasan bagi mereka yang berlaku amanah. Amanah adalah nilai fitri, yang setiap hati merah manusia, baik Muslim ataupun kafir mengakuinya. Inilah ciri akhlaq islami, ciri yang tak dipunyai kaum munafiq. Rasulullah bersabda; Ciri munafiq itu ada 3, jika bicara dia berdusta, jika berjanji dia ingkar, jika dipercaya dia berkhianat (H.R. Bukhari, Muslim). Di awal masa tegaknya risalah Allah ini, Rasulullah Muhammad telah mencontohkan keharusan menegakkan amanah. Meski dalam keadaan sulit, sehubungan dengan persiapan hijrah ke Madinah, Rasulullah tetap menjaga amanah dan mengembalikan barang-barang yang dititipkan kepada beliau melalui Ali. R.A. Di tengah kondisi yang terjepit dan mendapat incaran para pembunuh bayaran, menjaga dan mengembalikan barang yang di- amanahkan orang lain tetap merupakan hal yang utama. Inilah diinul Islam. Dia tegak di atas sendi-sendi aturan "langit", di atas nilai-nilai luhur, dan berkembang dalam basis fitri kemanusiaan. Apalah artinya hijrah kalau amanah dilanggar; apalah artinya persiapan teliti untuk suatu perjuangan islam kalau amanah diabaikan ? Sesungguhnya Islam tegak dan ditegakkan untuk dan melalui nilai-nilai luhur yang datang dari Allah, bukan menegakkan kekuasaan untuk kekuasaan. Dan bukan pula meraih ke- kuasaan dahulu baru menegakkan nilai-nilai samawi. Sejak panji risalah ini dikibarkan, maka nilai-nilai "langit" ditegakkan di bumi dengan kekuasaan ataupun tidak. Karenanya dalam titik ini, menegakkan amanah, menegakkan satu nilai islami dalam diri seorang Muslim berarti menegakkan Islam dan memancarkan keharumannya. Inilah agama yang lurus. Islam adalah agama yang mulia. Hanya dengan kemuliaan dia ditegakkan dan untuk kemuliaan dia tegak. Hanya orang-orang yang berhati mulia ikut dalam barisannya dan tidak untuk mereka yang munafiq. Maka dalam pemahaman aqidah ini kekuasaan hanyalah alat bukan tujuan, perangkat kekuasaan dan politik adalah sarana bukan ghoyyah. Qiadah (kepemimpinan) muncul dari tegaknya nilai-nilai islami dalam dada setiap Muslim, dan nilai-nilai itu yang ingin ditegak- kan dengan ataupun tanpa kekuasaan dan perangkatnya. Sesungguh- nya qiadah itu akan muncul dengan sendirinya, manakala kondisi islami telah tercipta. Ibarat buah, manakala tepung sari sudah menempel pada putik, secara alamiah sunatullah, buah akan mun- cul perlahan tapi pasti. Inilah diinul islam dengan misi tunggal rahmattan lil alamiin. Hasbunallah wa ni'mal wakiil. Wassalam, abu zahra

A M A N A H "Sesungguhnya Allah telah menawarkan amanah itu kepada langit, bumi dan bebukitan, namun semuanya menolak untuk menanggungnya karena khawatir meng- khianatinya, lalu dipikulah amanah itu oleh manu- sia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh" ( al-Ahzab: 72) Seperti juga kewajiban memelihara amanah dari manusia, maka memelihara amanah dari Allah, Tuhan manusia, adalah juga kewajiban yang mesti dijalankan manusia yang beriman. Adalah tidak logis kalau seorang manusia menjaga amanah dari sesamanya namun mengingkari amanah Allah. Bahkan da- lam sudut pandang aqidah ini, menjalankan amanah yang da- tang dari Allah adalah kemuliaan, karena Allah telah mem- percayai kita, Allah mengakui kelebihan kita dibanding makhluk yang lain. Suatu karunia yang amat besar. Tugas itu, amanah itu adalah untuk menegakkan diinullah di alam ini. Tugas yang teramat berat, langit, bumi, dan bebukitan menolak tugas ini. "sesungguhnya Kami akan menu- runkan perkataan yang berat" (al-Muzzammil: 5). Perkataan yang berat, berat dalam arti konsekuensi yang harus diteri- ma dalam meniti jalan itu. Itulah jalan kemuliaan, jalan yang lurus, jalan orang- orang yang diberi ni'mat, jalan para Nabi, shiddiqiin, syuhada dan para shalihiin, jalan yang sukar lagi mendaki, jalan ke- taqwaan. Amanah itu mesti dipenuhi agar tidak ada lagi fitnah, agar tidak ada lagi penyembahan manusia pada manusia, penyem- bahan manusia pada materi dan kekuasaan, pada pangkat dan nafsu syahwat. Semua penyembahan hanya untuk Allah Rabbal 'alamiin. Dalam skala individual amanah ini menjadi tanggung jawab pribadi Muslim. Dalam skala global adalah menjadi tugas qiyadah islamiyah (kepemimpinan islam) untuk mewujudkannya. Tugas dalam skala global itu kini praktis terbengkalai. Bukan hanya fitnah menghegemoni jagad, namun kondisi ummat sangat memperihatinkan. Umat Islam terhina dan dihinakan, baik di Bosnia maupun Palestina. Tiada qiadah islamiyah yang mempersatukan, membela, dan menegakkan izzah (harga diri) Islam dan ummatnya. Inilah azab atas kelalaian menjaga amanah Allah. " Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh " zalim terhadap dirinya sendiri dan bodoh terhadap diin yang telah dituntunkan Allah untuknya. Kini, tak ada waktu lagi untuk berfalsafah, kenapa mesti menerima amanah Allah itu dsb-dsb.? Yang perlu adalah menyambut amanah ini mewujudkan qiadah Allah di Bumi dalam semangat dan kesiapan sami'na wa atho'ana (kami dengar dan kami taat). Hasbunallah wa ni'mal wakiil. Wassalam, abu zahra

ISLAM: SATU-SATUNYA ALTERNATIF Kemerosotan peranan politik dan peradaban Islam tidaklah menyebabkan hilangnya system ajaran Islam sebagai suatu system nilai (value system) yang telah merasuk pada kalbu Muslimin, dan bahkan memberikan rembesan tumbuhnya embrio peradaban Barat modern. (Betapa banyak warisan kebudayaan Islam yang diambil alih dan di'claim' sebagai milik Barat). Sebagai system ajaran, Islam tetap memiliki alternatif satu-satunya bagi manusia yang ingin selamat dunia maupun akhirat. Islam juga akan tetap menjadi satu-satunya alternatif peradaban modern ummat manusia, pada hari ini dan hari depan. Secara konsepsional, Islamlah yang paling layak untuk menggantikan seluruh konsepsi spiritual yang telah ada. Hujjah tekstual tak usah dipertanyakan lagi. Semuanya bisa dilihat dan dikaji kebenarannya dari sumber-sumber pokok ajaran Islam, yaitu al_Qur'an dan as_Sunnah. Adapun hujjah intelektual ditangan pada peninjau yang dianggap 'netral', dengan mengikuti disiplin ilmiah tertentu, menyatakan tentang keunggulan Islam dan memperoleh pensubstitusian sehingga bebas dari kesan apologetik apapun. Contok tinjauan netral ini dilakukan oleh Ernest Gellner, seorang sosiolog agama. Gellner menunjukkan bahwa tradisi agung dalam Islam tetap bisa dimodernkan (modernizable) tanpa perlu memberi konsesi kepada pihak luar. Dan ini merupakan kelanjutan dialog ummat Islam sendiri sepanjang sejarahnya. "Diantara berbagai agama yang ada", kata Gellner, "Islam adalah satu-satunya yang mampu mempertahankan sistem keimanannya dalam abad modern ini, tanpa banyak gangguan doktrinal. Dalam Islam, dan hanya dalam Islam", lanjut Gellner, "pemurnian dan modernisasi di satu pihak, dan peneguhan kembali identitias ummat di pihak lain, dapat dilakukan dalam satu bahasa dan perangkat yang sama. Dunia Islam memang tidak begitu gemilang menerobos dan mempelopori ummat manusia memasuki abad modern. Tetapi karena watak dasar Islam sendiri, kaum Muslimin mungkin justru menjadi kelompok manusia yang memperoleh manfaat terbesar dari kemoderenan dunia. Tentunya kemoderenan disini bermakna kamajuan teknikalisme. Dengan kata lain, kunci keberhasilan Islam memasuki abad kegemilangannya terletak pada peneguhan kembali Warisan Syariah yang tak pernah lapuk. Kekokohan struktural harus dibangun di bawah, serta kemampuan mengambil alih dan merebut teknikalisme yang dimonopoli Barat". Sementara itu, optimisme di kalangan ummat tentang kebangkitan Islam, bukanlah optimisme yang tanpa alasan, terutama berkaitan dengan potensi besar yang dimiliki kaum Muslimin, yaitu: Pertama, potensi Syariah Islam itu sendiri sebagai warisan kemanusiaan yang diberikan oleh Allah SWT. Warisan yang tak pernah lapuk. Tidak ada satu agamapun di dunia ini yang masih terpelihara originalitasnya (asholah), kecuali Islam. Lebih dari itu, Islamlah satu-satunya agama yang sesuai dengan fitrah manusia itu sendiri. Kedua, potensi penduduk Muslim yang berjumlah kurang lebih satu per empat milyar jiwa. Ini berarti seperlima penduduk dunia adalah Muslim. Islam adalah agama yang paling muda, yang jumlah pengikutnya sebanding, bahkan melebihi agama-agama lain yang lebih tua, seperti Nasrani dan Yahudi. Meski gelombang politik Islam naik turun, tetapi jumlah penduduknya - secara global - tidak pernah berkurang. Islam ibarat air, senantiasa mencari tempat yang rendah untuk mengalir. Ketiga, potensi sumber-sumber kekayaan alam yang melimpah di negeri- negeri Muslim, khususnya minyak bumi dan sumber-sumber mineral lainnya. Potensi minyak bumi yang berada di negara-negara Teluk, di Aljazair, Brunei Darussalam, Indonesia, dan seterusnya. Bahkan di wilayah Sovyet (pen. former) dan RRC pun ditemukan sumber-sumber minyak yang ditempati kaum Muslimin Sovyet (pen. former) atau kaum Muslimin RRC. Memang Allah SWT. telah menyediakan energi material dan immaterial untuk membantu kaum Muslimin, membangun dan memanfaatkan untuk menegakkan agama-Nya, sekaligus memadamkan berbagai pemberontakan terhadap Allah SWT. di berbagai penjuru dunia ini. Keempat, potensi warisan sejarah. Islam pada masa lampau telah berjaya memegang kendali peradaban lebih dari tujuh abad lebih. Belum pernah ada satu agama maupun ideologi yang mampu mengembangkan peradaban- nya melebihi dari Islam. Peradaban Barat pun hari ini baru berumur kurang lebih 450 tahun. Jika Muslimin pada masa lampau menguasai peradaban, tentu bisa juga untuk masa depan. Kelima, janji Allah SWT. yang tidak pernah diingkari. Bahwa Allah akan mengembalikan kekhalifahannya di muka bumi kepada orang-orang yang beriman. (Al Qur'an surat 24:55)

KEBANGKITAN ISLAM (1) Pencanangan kebangkitan Islam di abad ke-15 Hijriah atau abad ke-21 telah disepakati banyak pemimpin Islam. Bahkan dalam beberapa konferensi Islam ditutup dengan tekad membang- kitkan Islam dalam abad ini--termasuk juga organisasi besar Islam seperti OKI memproklamirkan abad ke-21 ini sebagai masa bangkitnya gaung kebudayaan Islam di Bumi. Hari ini, kurang lebih 13 tahun berlalu, kini kita telah memasuki tahun 1413 H, gaung kebangkitan Islam tetap nampak dan iramanya menembus daerah Asia Tenggara, melalui Malaysia merambat ke Indonesia. Dalam khutbah-khutbah Jum'at, dalam diskusi-diskusi, tema kebangkitan Islam sering ditampilkan. Gemuruhnya nampak terasakan. Namun pertanyaannya, apakah ke- bangkitan Islam hanya seperti itu saja ? Hanya dalam bentuk khutbah Jum'at atau diskusi panel atau tableq akbar ? Sebenarnya apa dan bagaimana kebangkitan Islam ini bisa di- wujudkan dalam bentuk kenyataan yang merealitas ? Insha Allah tulisan ini menjadi bahan masukan. BUKAN UTOPI Kebangkitan Islam, bagi ummat Islam tak lain dipandang sebagai bangkit dan membuminya nilai-nilai Islam. Islam seba- gai ideologi, Islam sebagai sumber moral, Islam sebagai ilmu yang haq, dan Islam sebagai aturan hidup, secara terpadu di- bangkitkan dan bangkit di Bumi. Islam tidak lagi dipandang melulu sebagai bahan kajian, objek ilmu yang tak terpaut dengan realitas, tetapi dianggap sebagai konteks dimana ke- hidupan berlangsung. Dengan demikian, bersama kebangkitan Islam, dalam realitas muncul kebudayaan dan peradaban Islam dengan cahaya anggunya menyinari bumi dan manusia, mengarah- kan dan mengayomi kehidupan manusiawi. Hukum-hukum Allah men- dapat tempat yang utuh dan tepat, diterapkan dalam kenyataan. Keadilan ditegakkan, al haq dibesarkan. Maka kendali kepe- mimpinan dunia beralih pada ummat, melalui penumbangan hegemoni Barat. Dalam garis ini, maka kebangkitan Islam tidak lain dari kebangkitan ummat. Dimana ummat berkuasa menentukan jalan hidupnya sendiri, menetapkan kebijaksanaan intern sendiri, serta berkuasa akan penetapan hubungan-hubungannya sesuai dengan kehendaknya, sesuai dengan apa yang digariskan pencipta Yang Agung. Ummat berhak akan jalan hidupnya, se- bagaimana yang diyakininya. Ummat tidak lagi diserang dan dirongrong dengan konsep-konsep yang berbeda dengan jati dirinya. Ummat tidak lagi ditekan dan dipaksa untuk meme- nuhi kepentingan politik dan budaya orang lain. Ummat ti- dak lagi dijajah, bukan hanya secara fisik tapi secara budaya dan ideologis oleh orang lain. Dengan demikian, maka kebangkitan Islam adalah kebangkitan ummat, kebebasan dari dunia Barat, kebangkitan harga diri. Harga diri ummat, kebanggaan (izzah), tak lain muncul dari pemahaman akan jati diri, dan jati diri yang cemerlang saja yang akan membawa kebanggaan. Sebagaimana para sahabat terdahulu demikian berbahagia dan bangga dengan Islam, meski mereka kurang baik dari segi materi maupun peradaban. Ummat di hari ini belum seberapa memiliki harga diri, masih dibelenggu rasa rendah diri (inferior complex), karena kekalahan dalam setiap lapangan. Bukan saja kekalahan dilapangan fisik, namun juga intelektual. Bukan saja kekalah- an di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebudayaan, tapi juga kekalahan dalam hal pemahaman terhadap jati diri. kekalahan ini demikian parah, bahkan telah lebih parah dari penghinaan. Saudara kita di Palestina, dengan sisa-sisa kekuatan, anak- anak dan ibu-ibu berjuang dengan lemparan batu dan jepretan ketapel. Bayangkan, hanya dengan alat-alat yang sederhana, dengan alat-alat seperti itu intifhadah bertahan dan mencoba mencari simpati dunia. Bosnia dengan pembantaian membabi-buta, sungguh memilukan, mengiris dan menyayat-nyayat kalbu kita. Tidakkah mereka itu dipandang sebagai manusia lagi oleh Barat dan musuh-musuh Islam ? Kehormatan dan harga diri telah ter- campakkan pada tempat yang terbawah, terhinakan. Belum sele- sai ini semua menyusul Somalia. Kekalahan di bidang informatika melengkapi semua kekalahan- kekalahan ini. Maka bukan saja informasi bermanfaat tak sam- pai ke telinga kaum muslimin, bahkan informasi menjadi hilang maknanya. Yang ada hanyalah informasi hasil rekayasa yang di- abdikan untuk kepentingan kelompok tertentu. Maka ketika kata " Islam " diucapkan, citra yang ada hanya sekelompok orang/ masyarakat terbelakang , fanatikdan bodoh, kasar, teroris, masyarakat yang senang berperang, ajaran yang ditegakkan de- ngan pedang, yang menganjurkan beristri 4, yang menyuruh ber- puasa 1 bulan penuh, yang tidak boleh minum alkohol. Islam ditampilkan dengan wajah kotor dan keras. Pemutar-balikan in- formasi pun tak luput menimpa para pemimpin Islam. Tokoh Zia ul Haq (semoga Allah ridla kepadanya) dikesankan sebagai tokoh yang kasar lagi jahat, padahal dia lah yang melaksanakan perbaikan dan berusaha menegakkan Islam di Pakistan. Gammal Abdul Nasser dipopulerkan, ditokohkan, padahal dia lah yang menghukum gantung tokoh Islam seperti Hassan al Bana dan Sayid Qutb (semoga Allah ridla kepada jundullah ini). Citra buruk inilah yang memerosotkan harga diri. Dan sebagian kita yang tak tahan, segera mengcounter dengan argumen- tasi apologis, yang justru malah semakin mencerminkan sikap rendah diri, bKEBANGKITAN ISLAM (2) Dalam penggal pertama tulisan ini telah ditulis, bahwa ke- bangkitan Islam adalah project ummat, sasaran dan pelakunya adalah ummat. Dengan demikian, maka kebangkitan Islam bukan saja akan dibumikan di Timur Tengah atau Indonesia, tapi juga di Bosnia atau Somalia. Kebangkitan Islam menembus dimensi bangsa dan ruang--global. Ciri lain kebangkitan Islam adaah sifat progresif, maju ke- depan. Kalau kebangkitan Islam diidealkan sebagai bangkitnya masyarakat Madinah, maka tidak berarti bahwa peradaban manusia yang ada sekarang sama sekali dinihilkan, ditinggalkan, lalu kita kembali pada tingkat material masa-masa awal tahun Hijriah. Bukan demikian. Kemampuan material yang ada sekarang, yang dimiliki peradaban masa kini, tetap merupakan modal, namun tu- juan-tujuan dibalik penguasaan dan pengembangan kemampuan material/sarana ini mesti diresapi dengan nilai-nilai Islami. Dengan kata lain, penguasaan material mendapat porsinya yang tepat dalam kerangka dan visi Islam. Lalu dengan modal utama jati diri yang utuh, gerak progresif di segala lapangan dija- lankan. Kebangkitan Islam pekat dengan sifat harokah (gerakan) dan bukan melulu konsep di atas kertas yang tak berkait dengan tindakan-tindakan real. Dia merupakan suatu harokah yang tera- rah dan ummat berkuasa untuk mengarahkannya, dilandasi konsep yang benar dan dicontohkan rasulullah. Bersifat aktiv dan kon- tinu. Suatu gerakan total masyarakat Islam dunia. Konsep kebangkitan Islam yang dirumuskan para pemimpin Is- lam, pemimpin yang bukan saja mempunyai kemampuan ilmiah yang tinggi namun juga bahu membahu dalam gerakan Islam, melingkupi beberapa aspek yang menyangkut start awal, pendekatan dan visi ke muka. Pertama adalah menyangkut pembangkitan semangat. KEBANGKITAN SEMANGAT Adalah dapat difahami, bahwa langkah pertama yang mesti di- laksanakan sehubungan dengan kondisi ummat sekarang ini adalah pembangkitan semangat. Sebagaimana telah ditulis sebelumnya, bahwa ummat di hari ini telah kalah hampir pada setiap lapang- an. Ummat di hari ini memiliki rasa minder terhadap kemajuan Material dan hegemoni Barat. Belum lagi ditambah penghinaan, pengrusakan, serta pembantaian, maka lengkaplah pemburaman wa- jah ummat. Dalam level dunia, ummat masuk dalam warga kelas dua, bahkan mungkin lebih rendah lagi. Ummat yang digariskan Allah sebagai khalifah fil ardh, sebagai pemimpin dunia, telah jatuh dan terhinakan. Dengan bangga Thatcher, Bush dll merumus- kan Tatanan Dunia Baru (The New World Order), dunia baru yang nyaman untuk mereka dan menyesakkan dada ummat. Tatanan Dunia yang berdasarkan kehendak mereka, demokrasi ala mereka, dan hukum-hukum buatan mereka. Dalam level dunia ummat Islam telah demikian tersudut. Saking tersudutya hampir-hampir ummat frus- trasi. Ketika The Satanic Verse karya Salman Rusdhie (semoga Allah melaknatnya) muncul, memang ingin melawan 'book by book', 'article by article', namun kondisi ketidakadilan yang ada di dunia penerbitan Barat membuat ummat tak dapat memilih cara selain demonstrasi dan kekerasan. Kalau saja media informasi dan penerbitan Barat bisa netral, fair dan berlaku adil diyaki- ni jalan keluar kekerasan tak akan terjadi. Ummat punya banyak penulis, ummat memiliki banyak sastrawan, journalis dlsb. Rekan-rekan di Jepang mungkin dapat merasakan betapa ummat Islam dan pelajar-pelajar dari negara Islam mendapat perlakuan yang berbeda dengan rekannya dari Amerika atau Eropa. Belum lagi budaya minum sake di Jepang yang membuat mahasiswa-mahasiswa Islam menjadi kurang disenangi. Sebagaimana diketahui, bahwa untuk membina keakraban dan kekompakkan dalam lab, prof bersama- sama mahasiswa kerap mengadakan acara minum bersama. Maka tak pelak mahasiswa muslim tersisihkan, menempati kelas dua. Ringkasnya, adalah dapat difahami bahwa langkah pertama yang mesti dilaksanakan sehubungan dengan kebangkitan Islam adalah pembangkitan semangat ummat. Pembangkitan dari rasa minder, pembangkitan sehingga ummat memiliki lagi harga diri, izzah, kebanggaan akan Islam. Sebagaimana yang dimiliki Rubaya di hada- pan Panglima Rustum dari Parsia. Untuk pembangkitan semangat ini, paling tidak jalur yang ditempuh melalui 4 jalan, alaqotul; 1. iztimaiyah 2. ta'lifah 3. ilamiah 4. tarbawiyah Pembangkitan semangat melalui jalur iztimaiyah muncul dalam bentuk komunikasi sosial. Dalam bentuk khutbah-khutbah jum'at, dalam bentuk diskusi-diskusi panel, dalam bentuk tableq akbar, seminar dlsb. Gemuruh kebangkitan semangat dalam cara ini sam- pai dan ramai di Indonesia. Thema kebangkitan Islam mengisi pem- bicaraan-pembicaarn baik di masjid-masjid kampung, ruang kelas, maupun parkir timur Senayan. Gegap gempitanya, beberapa waktu lalu terasakan. Alaqotul ta'lifiah, berupa pembangkitan semangat melalui jalur percetakan, buku-buku, majalh. Buku-buku Islam, baik Merjemahan maupun karangan muslimin Indonesia, meramaikan pasar- an buku Indonesia. Majalah-majalah Islam pun bermunculan meski dengan variasi penampilan dan kedalaman isi seperti Estafet, Media Da'wah, Umi, Sabili, Amanah, Ulumul Qur'an dlsb. Pembangkitan semangat melalui jalur ilamiah, media iklan, elektronik adalah salah satu cara. Di Indonesia sendiri media ini cukup menggembirakan mesti kedalamannya bervariasi. Jakarta misalnya melalui radio Assafiiah, Attahiriah, atau radio Cendra- wasih mengisi siaran-siarannya dengan mimbar Islam. TVRI pun mu- lai menampilkan pelajaran Bahasa Arab disamping mimbar jum'at. Berita harian seperti Pelita atau Terbit pada hari Jum'at mengi- si kolom-kolomnya dengan mimbar Jum'at. Pembangkitan semangat melalui jalur tarbawiyah, pendidikan dan pembinaan integral merupakan salah cara. Di banyak negara, konsep tarbawiyah ini kadang terlupakan. Padahal konsep ini dan pelaksanaannya dicontohkan oleh rasulullah. Dimulai terhadap istri Beliau, rasulullah menempa para sahabat, mentarbiah mereka dalam rumah Arqom bin Abil Arqom. bersambung ...

ahkan mengingkari Al Qur'an. Lalu, dapatkah dengan kondisi separah ini Islam bangkit ? Tidakkah ini hanya sebuah utopi ? Allah tidak akan mengubah nasib seseorang, suatu kaum atau suatu bangsa kalau orang itu, kaum itu, atau bangsa itu tak berkehendak untuk mengubahnya. Kalau ummat mau, dengan bantuan Allah kebangkitan Islam insyaallah akan dapat diraih. Dengan demikian kata "mau" ini mesti diartikan dalam bentuk ikhtiar yang tak kenal lelah. Kebangkitan Islam bukanlah khayalan be- laka, bukan sebuah utopi. Dia bisa mewujud, kalau konsep yang jelas serta dicontohkan oleh tauhidul uswah, rasulullah, dimi- liki dan dijalankan dengan istiqomah. Barat mungkin akan menilai lain. Bagi mereka issue kebang- kita Islam ditanggapi dengan studi gejala untuk ini dan hasilnya didiskusikan diantara mereka untuk kepentingan mereka. Manakala dipersepsikan ummat bahwa kebangkitan Islam adalah mewujudkan lagi masyarakat Madinah, maka kata utopis diberikan para orientalis untuk persepsi ini. Dengan demikian dapat difahami, bahwa kebangkitan Islam adalah project ummat, dalam skala ummat, kerja ummat dan hanya ummat saja yang bertanggungjawab atasnya. Terpengaruh dengan ejekan Barat hanya akan menyurutkan langkah. Dan sekali lagi mesti dikatakan bahwa jati diri mesti terus digali sehingga cahayanya terpancar menepis keraguan, memberi semangat, dan kmembangkitkan harga diri.

Tawaazun (1) (Keseimbangan) Manusia (An-Naas) dan Dienul Islam (agama Islam) kedua-duanya merupakan ciptaan Allah yang sesuai dengan fitrah Allah. Mustahil Allah menciptakan Dienul Islam untuk manusia yang tidak sesuai dengan fitrah itu. Didalam Al-Quran surah Ar-Ruum ayat 30, Allah berfirman yang terjemahannya sbb: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Dien yang hanif (Agama Allah); tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia dengan fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Ayat ini menjelaskan pada kita bahwa manusia itu diciptakan sesuai dengan fitrah Allah yaitu memiliki naluri beragama (agama tauhid: Al-Islam) dan Allah menghendaki manusia untuk tetap dalam fitrah itu. Kalau ada manusia yang tidak beragama tauhid itu hanyalah karena pengaruh lingkungan. Sesuai dengan fitrah Allah itu, manusia memiliki 3 dimensi, yaitu Al-jasad, Al-'Aqal, dan Ar-Ruh. Islam menghendaki ke tiga dimensi tersebut berada dalam keadaan tawaazun (seimbang). Perintah untuk menegakkan neraca keseimbangan ini dapat dilihat pada Al-Quran Surat Ar-Rahman ayat 7 sampai 9. Ke tiga dimensi ini membutuhkan makanan (santapan). Al-jasad memerlukan Al-ghiza Al-jasadi. Al-'Aqal memerlukan Al-ghiza Al-'Aqli dan Ar-Ruh membutuhkan Al-ghiza Ar-Ruhi. Rasa lapar dari Al-Jasad lebih mudah terdeteksi daripada rasa lapar Al- 'Aqal. Dan rasa lapar Al-'Aqal lebih mudah terdeteksi dibandingkan dengan rasa lapar Ar-Ruh. Jadi rasa lapar Al- Jasad itu paling mudah terdeteksi, sedangkan rasa lapar Ar-Ruh itu paling sulit untuk diketahui. 1.Al-GHIZA AL-JASAADI (SANTAPAN FISIK/JASAD). Adapun Al-ghiza Al-Jasadi (santapan fisik) itu terdiri dari Al-Tha'am (makanan padat), As-Syiraab (makanan cair), An-Naum (tidur), Ar-Riyadhah (olah raga), Az-Zawaj (sexual need) dan Al-Libas (pakaian). Islam mengajarkan agar manusia memakan makanan yang halalan thayyiba. Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik.....(QS Al-Baqarah ayat 168). Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu......(QS Al-Baqarah ayat 172). Persyaratan halal saja belumlah cukup. Selain halal kita dianjurkan memakan makanan yang baik (yang memiliki nutrisi yang baik yang tidak akan menimbulkan mudharat terhadap kesehatan kita). Sedangkan tentang An-Naum Allah menjelaskan dalam Al-Quran Surat Al-Qashas mulai dari ayat 71 sampai 73. Dan Karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari karunia-Nya (pada siang hari).....QS Al-Qashas ayat 73. Sehubungan dengan Ar-Riyadhah Allah berfirman dalam surat Al- Anfaal ayat 60: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka dengan kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh-musuh Allah ......Kekuatan fisik dalam bentuk kebugaran jasmani serta endurance yang tinggi sangat diperlukan untuk menghadapi musuh-musuh Allah. Tentang Az-Zawaj (sexual need) Allah berfirman dalam Surat An- Nuur ayat 24: Dan kawinlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan........Adapun hukum perkawinan ini dapat dilihat pada QS An-Nisaa' ayat 22 sampai 25. Kebutuhan akan pakaian (Al-Libas) Allah berfirman: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap memasuki masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan..... (QS Al A'raaf ayat 31). Hai anak Adam sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik......(QS Al-A'raaf ayat 26). Kebutuhan fisik ini secara internal harus dipenuhi secara seimbang. Jangan sampai banyak makan kurang olah raga (gerak fisik). Atau kurang makan banyak tidur. Atau terlalu banyak olah raga sehingga kehilangan sexual desire sehingga hubungan suami isteri menjadi tidak harmonis. Atau mengurangi makan demi pakaian yang mahal/mewah dst. Pada dasarnya kebutuhan fisik ini harus dipenuhi dengan seimbang dan kita dilarang untuk berlebih-lebihan. Wassalam,

Tawaazun (2) (Keseimbangan) 2. AL-GHIZA AL-'AQLI (SANTAPAN AKAL). Al-'Aqal (akal) memerlukan santapan berupa Al-'Ilm (ilmu). Al- Ghazali membedakan 'ilmu ini kedalam 2 kelompok yaitu: Fardhu 'Ain (wajib untuk semua orang) dan Fardhu Kifayah (wajib sampai ada orang yang menguasai ilmu tersebut). Jadi wajib kifayah ini artinya tidak semua orang wajib hukumnya untuk menguasai ilmu kedokteran, atau ilmu teknik, ilmu ekonomi dsb. Yang termasuk kedalam kelompok fardhu 'ain adalah Al-maabaadi Al-Islamiyah (Prinsip-Prinsip Dasar Ajaran Islam). Prinsip- prinsip dasar ajaran Islam itu adalah: Syahadatain, Ma'rifatullah (merupakan tujuan), Ma'rifatur-rasul (merupakan ikutan/teladan), Ma'rifatul Islam (merupakan jalan/path), Ma'rifatul Insan berupa risalatul insan (missi penciptaan manusia) dan wazifatul insan (fungsi penciptaan manusia). Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 138: Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah. Shibghah Allah artinya celupan Allah (beriman kepada Allah yang tidak disertai kemusyrikan). Syhadatain ialah persaksian Allah yang tersebut dalam Taurat dan Injil bahwa Ibrahim a.s dan anak cucunya bukan penganut agama Yahudi atau Nasrani dan bahwa Allah akan mengutus Muhammad s.a.w. Ma'rifatullah, berupa tujuan hidup kita hanyalah untuk Allah. Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam... (QS Al An'aam ayat 162). Kita wajib memiliki pengetahuan bahwa seluruh perbuatan kita, hidup dan mati kita hanyalah untuk Allah semata. Ma'rifatur-rasul, merupakan ikutan/suri tauladan yang baik. Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah....(QS Al-Ahzaab ayat 21). Setiap muslim/muslimah harus memiliki pengetahuan bagaimana Muhammad s.a.w, melakukan shalat, puasa, zakat, dan ibadah lainnya serta seluruh perilaku beliau untuk diteladani. Ma'rifatul Islam, berupa jalan (path) untuk mencapai tujuan (ma'rifatullah). Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab, kecuali sudah datang pengetahuan pada mereka, karena kedengkian yang ada diantara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisabnya. (QS Ali 'Imran ayat 19). Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya (QS At-Taubah ayat 33). Wajib bagi setiap muslim/muslimah untuk mempelajari Al-Islam, karena hanya Islam-lah agama yang diridhai Allah. Ma'rifatul Insaan, dibagi kedalam dua bagian, yaitu: risalatul insan dan wazifatul insan. Risalatul insan artinya missi penciptaan manusia yaitu hanya untuk menyembah Allah. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku/mangabdi kepada Allah....(QS Adz Dzaariyaat ayat 56). Sedangkan wazifatul insan (fungsi penciptaan manusia) adalah untuk dijadikan khalifah dimuka bumi.......Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi......(QS Al-Baqarah ayat 30). Sama halnya dengan santapan jasad, maka santapan akalpun secara internal harus seimbang. Jangan sampai ma'rifatullah saja tanpa ma'rifatur-rasul sehingga sembahyang, puasa, zakat, hidup dan mati dengan cara semaunya sendiri. Atau ma'rifatul Islam saja tanpa ma'rifatur-rasul, sehingga menjadi inkarus- sunnah. Atau wazifatul insan saja sehingga kerjanya setiap hari hanya shalat saja di masjid sampai keluarga terlantar dst.

Tawaazun (3) (Keseimbangan) 3.AL-GHIZA AR-RUUHI (SANTAPAN ROHANI) Karena laparnya Ar-ruuh ini susah terdeteksi, maka sering terjadi kelaparan ruh ini sudah sangat parah yaitu disaat terjadinya keguncangan spritual. Adapun santapan ruh ini adalah zikir. Allah berfirman dalam Surat Thaha ayat 14: Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku. Pada ayat ini dijelaskan bahwa shalat merupakan salah satu cara untuk zikrullah (mengingat Allah). Selanjutnya pada Surat Al-Anfaal ayat 2, Allah berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakkal. Ayat ini menjelaskan tingginya sensitifitas ruh orang yang beriman; hatinya akan gemetar bila mendengar sifat-sifat yang mengagungkan Allah dan imannya bertambah bila mendengar ayat- ayat Allah. Dalam Surat Ar Ra'd ayat 28 Allah berfirman: Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. Dalam berzikir kita kenal istilah zikrul-lisaani dan zikrul- qalbi, yaitu zikir secara lisan yang diikuti oleh hati (kalbu). Dari ketiga ayat diatas, terlihat dengan jelas bahwa mengingat Allah (zikrullah) itu bisa dilakukan dengan shalat yang khusyu', dengan mengingat sifat-sifat keagungan Allah, dengan membaca ayat-ayat Al-Quran, secara lisan dan diikuti oleh qalbu (hati). Hasil yang diperoleh dari mengingat Allah ini adalah (tathmainul qulubu) hati yang tenteram, yaitu hati yang bersyukur disaat menerima rahmat Allah dan hati yang bersabar disaat menghadapi musibah. Ke tiga dimensi (Al-Jasad, Al-Aqal, Ar-Ruhi) harus seimbang dalam pengertian harus diberi santapan secara seimbang. Jika kita hanya memberikan santapan fisik saja, tanpa santapan akal dan ruh, maka kita hanya memuaskan kehendak fisik/jasad, tapi serta spritualitas yang sangat kering, sehingga hatipun tidak tenteram. Begitu juga halnya jika terlalu berat pada pemberian santapan akal saja, tanpa memperhatikan fisik dan ruh, maka manusia itu ibarat orang yang memiliki pengetahuan, tapi jasadnya sakit-sakitan dan hatipun tidak tenteram. Apalagi kalau ilmu yang diperoleh tanpa Al-maabaadi Al-Islamiyah, manusia yang demikian tidak tahu tujuan hidup, tidak tahu siapa yang harus diteladani, tidak tahu apa yang harus dipedomani, serta tidak tahu apa missi dan fungsi manusia ini diciptakan. Sebaliknya jika hanya dimensi Ruh saja yang diperhatikan, tanpa memberikan makanan fisik, dan akal berupa ilmu, terutama Al-maabaadi Al-Islamiyah, maka cara berzikirpun kehilangan pedoman sehingga lahirlah aliran Sufi (tanda petik). Rasullullah S.A.W bukan lagi menjadi teladan dalam bersufi, ma'rifatul Islam bukan lagi menjadi petunjuk/jalan dalam bersufi, ma'rifatullah bukan lagi menjadi tujuan dalam bersufi, dan ma'rifatul insanpun tidak diketahui sebagai missi dan fungsi manusia dimuka bumi dalam bersufi. Ini mungkin yang disebut sufi yang nyeleneh. Wallahu 'alam bissawaab. Wabillahi taufiq-walhidayah, Wassalam, Chairil A. Said.