Afsyus salam

download Afsyus salam

If you can't read please download the document

Transcript of Afsyus salam

  • 1. AFSYUS SALM: Dari Ucapan Menuju TindakanOleh: Muhsin HariyantoAda sebuah pernyataan dari Abu Hurairah r.a. (salah seorangsahabat Nabi s.a.w.), bahwa beliau pernah bersabda: Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman. Dantidaklah kalian beriman hingga saling mencintai. Kemudianbeliu bersabda: Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalanyang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan salingmencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian. (HadisRiwayat Muslim).1

2. Hadis ini memberi isyarat akan artipentingnya salm. Sekadarmengucapkan salam? Tentu saja tidak sesederhana itu. Karena katasalm dalam hadis itu bisa dimaknai lebih daripada sekadarmengucapkan salam secara verbal. Lebih jauh dari itu, salm bisa dimaknaisebagai kedamaian dalam pengertian luas. Tebarkan kedamaian untuksiapa pun dalam konteks apa pun. Karena Islam hadir dengan tawarandamai: peace for all (damai untuk semuanya), selaras dengan misikerahmatannya, rahmatan li al-lamn. Itulah kurang-lebih makna kalimatafsyus salm (tebarkanlah kedamaian untuk semua orang) dalam hadisdi atas.Nabi Muhammad s.a.w. mengajarkan kepada umatnya untuk selalumeningkatkan kecintaan terhadap saudara sesama umat manusia,merekatkan persaudaraan dan kasih sayang. Dan untuk mewujudkannya,beliau perintahkan untuk menyebarkan salm dalam artikulasi yangsantun dan ramah, dengan ucapan assalmu alaikum, dan bahkanmenganjurkan untukdisempurnakandengan ungkapan warahmatullhi wa baraktuh (kedamaian yang diharapkan hadirbersama kasih sayang dan keberkahan dari Allah).Perhatikan makna firman Allah SWT berikut:"Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil(yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuatbaiklah kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, danorang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baikkepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecildarimu, dan kamu selalu berpaling." (QS al-Baqarah [2]: 83) 2 3. Namun, seiring dengan hilangnya semangat berbagi di zamanedan. Ini (meminjam istilah Ronggowarsito), ucapan salam ini sebegitumudah ditinggalkan oleh sebagian umatnya yang kurang peduli dan dengan serta-merta berubah menjadi s-u zhan (prasangka buruk),kecurigaan yang berbuah pada ketidak-pedulian, dan bahkan sikappermusuhan antarmanusia yang berlarut-larut. Antarkomunitas manusiamenjadi terkotak-kotak dalam semangat sektarian-sempit dengan berbagaikepentingan: ideologi, etnis, agama, serta sejumlah kepentingan duniawiyang lain, dan bahkan lebih ironis (terpilah) karena kepentingan politikjangka-pendek, yang ujung-ujungnya adalah: hubbud dunya (cinta-dunia).Konon, kini sudah ada sejumlah berhala yang menjadi pilihan hidup, danmenjadikan umat manusia rela berpecah-belah karena kepentingan-kepentingan pemberhalaan terhadap sesuatu yang sesungguhnya tidakpantas diberhalakan. Mereka seolah tak hirau lagi dengan seruan Allahdalam QS li Imrn [3]: 103: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Sebuah ayat yang mengingatkan kehancuran peradaban disebabkanoleh perpecahan yang terjadi karena mereka lupa untuk mengingat Allah.Begitulah nasib umat manusia di ketika mereka lalai untuk bertuhankepada Tuhan (Allah) semata, satu-satunya Tuhan yang layakdipertuhankan, dan justeru mempertuhankan tuhan-tuhan palsu yangmereka ciptakan dalam imajinasi mereka, yang akhirnya benar-benarmenjadi thght (sesuatu yang disembah selain Allah). Mereka asyikdalam kekeliruan, dan menganggap kekeliruan-kekeliruan itu sebagaikebenaran, karena selama ini telah menjadi bagian dari apa yang merekayakini sebagai Tuhan. Kini saatnya syirik, ternyata telah merambahdalam benak dan lubuk hati yang paling dalam pada kehidupanmuamalah (baca: interaksi-sosial) umat manusia di seputar kita, hinggamereka lupa bersinergi untuk kepentingan kemashlahatan mereka sendiri,membangun kekuatan bersama dengan: berbagi salm (saling menebarkedamaian). 3 4. Hingga kini, ucapan as-salmu `alaikum memang boleh jadi selaludiucapkan oleh setiap muslim utamanya -- untuk sesama muslim. Hanyasaja ucapan-ucapan salm mereka boleh jadi tidak tumbuh dari lubuk hatiyang paling dalam, hingga para pengucapnya sendiri tidak sadar bahwamakna ucapannya benar-benar memiliki spirit-utama: mendoakan kepadasetiap orang yang dijumpainya agar mendapatkan kedamaian. Olehkarenanya para pengucap itu kemudian tidak berhasrat untuk mewujudkanucapan-ucapan verbalnya ke dalam tindakan nyata: menebarkankedamaian kepada siapa pun yang diberi ucapan salm. Begitu jugaspontanitas para penerima salm yang secara verbal membalas ucapansalm -verbal para pemberi salm barangkali tidak semuanya sadarbahwa makna jawaban salm nya adalah doa bagi setiap para pemberisalm mereka. Akhirnya, tidak berbeda dengan para pemberi salm,mereka pun sama sekali boleh jadi tidak berhasrat untuk mewujudkanjawaban verbalnya ke dalam tindakan nyata: menebarkan kedamaiankepada siapa pun yang memberi ucapan salm. Dan konklusi pentingnya:salm hingga kini -- tetap hanya sekadar menjadi ucapan-upan verbaltanpa makna, tak berujung pada kedamaian nyata untuk semuanya.Padahal, kalau kita cermati, hadis Nabi Muhammad s.a.w. di atassebenarnya telah mengingatkan kepada kita semua bahwa salm yangselalu terungkap dalam ucapan verbal as-salmu `alaikum besertakesempurnaan ucapannya seharusnya menjadi pijakan awal untuk berbagikedamaian di antara kita, agar kita menjadi umat manusia yang saling-mencintai, sebagai bukti dari keberimanan kita. Dan, pada akhirnya kita punberhak menagih janji Allah berupa surga, kenikmatan hakiki yang abadiyang senanntiasa kita dambakan. Akhirnya, salam yang senantiasa kita ucapkan seharusnyamengingatkan kita bahwa kita semua adalah ummah whidah (satukesatuan umat), ikhwah (bersaudara) dan perlu selalu merekatkankedekatan kita dengan semangat ukhuwwah (persaudaraan). Dan olehkarenanya kita harus mulai membudayakannya bukan sekadar menjadiucapan-verbal, tetapi lebih dari itu menjadikannya sebagai instrumenpenting untuk membangun cinta antarsesama, hingga kita antarmanusiabisa saling-mencintai. Dan tentu saja, salam yang kita implementasikanmenjadi tindakan nyata, bisa menjadi prasyarat kita (umat Islam) untukmenjadi khairu ummah (umat yang terbaik) di tengah hiruk-pikukperadaban dunia, kini dan masa mendatang.Maan-Najh (semoga sukses)4 5. 5