Agama
description
Transcript of Agama
Adapun harta-harta yang wajib dizakati itu adalah sebagai berikut:
1. Harta yang berharga, seperti emas dan perak.
2. Hasil tanaman dan tumbuh-tumbuhan, seperti padi, gandum, kurma, anggur.
3. Binatang ternak, seperti unta, sapi, kambing, dan domba.
4. Harta perdagangan.
5. Harta galian termasuk juga harta rikaz.
Adapun orang yang berhak menerima zakat adalah:
1. Fakir, ialah orang yang tidak mempunyai dan tidak pula berusaha.
2. Miskin, ialah orang yang tidak cukup penghidupannya dengan pendapatannya sehingga ia selalu
dalam keadaan kekurangan.
3. Amil, ialah orang yang pekerjaannya mengurus dan mengumpulkan zakat untuk dibagikan
kepada orang yang berhak menerimanya.
4. Muallaf, ialah orang yang baru masuk Islam yang masih lemah imannya, diberi zakat agar
menambah kekuatan hatinya dan tetap mempelajari agama Islam.
5. Riqab, ialah hamba sahaya atau budak belian yang diberi kebebasan berusaha untuk menebus
dirinya agar menjadi orang merdeka.
6. Gharim, ialah orang yang berhutang yang tidak ada kesanggupan membayarnya.
7. Fi sabilillah, ialah orang yang berjuang di jalan Allah demi menegakkan Islam.
8. Ibnussabil, ialah orang yang kehabisan biaya atau perbekalan dalam perjalanan yang bermaksud
baik (bukan untuk maksiat).Zakat (Bahasa Arab: transliterasi: Zakah) adalah jumlah harta ;زكاة
tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan
yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya) menurut ketentuan yang telah ditetapkan
oleh syarak. Zakat merupakan rukun ketiga dari Rukun Islam. Zakat dari segi prakteknya adalah
kegiatan bagi-bagi yang diwajibkan bagi umat islam. Zakat berbeda dengan gratifikasi. Gratifikasi
adalah kegiatan bagi-bagi yang tidak diperkenankan oleh negara atau ketentuan pemerintah.
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya
syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah seperti salat, haji, dan
puasa yang telah diatur secara rinci berdasarkan Alquran dan Sunah. Zakat juga merupakan sebuah
kegiatan sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan umat manusia dimana pun
Zakat terbagi atas dua jenis yakni:
Zakat fitrah
Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan suci Ramadan. Besar zakat
ini setara dengan 3,5 liter (2,7 kilogram) makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan.
Zakat maal (harta)
Zakat yang dikeluarkan seorang muslim yang mencakup hasil perniagaan, pertanian,
pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing jenis
memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.
Hak zakatSunting
Yang berhak menerima
Ada delapan pihak yang berhak menerima zakat, tertera dalam Surah at-Taubah ayat 60 yakni:
Fakir - Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan
pokok hidup.
Miskin - Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk
hidup.[4]
Amil - Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat.[5]
Mu'allaf - Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri
dengan keadaan barunya.
Hamba sahaya - Budak yang ingin memerdekakan dirinya
Gharimin - Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak sanggup untuk
memenuhinya.[6]
Fisabilillah - Mereka yang berjuang di jalan Allah (misal: dakwah, perang dsb)
Ibnus Sabil - Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan
Yang tidak berhak menerima[7]
Orang kaya dan orang yang masih memiliki tenaga.[8]
Hamba sahaya yang masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya.
Keturunan Rasulullah (ahlul bait).[9]
Orang yang dalam tanggungan dari orang yang berzakat, misalnya anak dan istri.
Faedah Zakat[10]
Hikmah ZakatSunting
Hikmah dari zakat antara lain:
Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan mereka yang miskin.
Pilar amal jama'i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan da'i yang berjuang dan
berda'wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT.
Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk
Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.
Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan
Untuk pengembangan potensi ummat
Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam
Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi ummat.
Zakat dalam Al Qur'anSunting
QS (Al-Baqarah (2):43) ("Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang
yang ruku'".)
QS (At-Taubah (9):35) (Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar
dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah
harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari)
apa yang kamu simpan itu.")
QS (At-Taubah (9):103) ("Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka...")
-Disunnahkan bagi seorang muslim untuk menentukan jenis haji ini sewaktu ihram. Jika telah
melakukan ihram tanpa menentukan satu dari tiga cara ini ihramnya sah, demikian juga hajinya
jika melakukan satu dari tiga cara di atas. Diperbolehkan bagi orang yang telah berniat tamattu’
berpindah ke qiran, sebagaimana bagi ifrad pindah ke qiran, diperbolehkan pula bagi yang telah
berniat qiran untuk berpindah ke ifrad sebelum thawaf. Dan berikut ini akan dijelaskan tiga
macam cara itu dengan singkat.
A. Ifrad
Haji ifrad adalah orang yang berniat saat ihramnya hanya untuk haji saja. Ia mengucapkan ( لبيك�
.kemudian memasuki Mekah untuk thawaf qudum, dan terus ihram hingga datang waktu haji (بحج�
Kemudian ia tunaikan manasik haji; wukuf di Arafah, mabit di Muzdallifah, melontar jumrah
Aqabah, thawaf ifadhah, sa’iy antara Shafa Marwa, bermalam di Mina untuk melontar jumrah
pada hari tasyriq. Kemudian setelah usai menunaikan seluruh manasik haji itu ia tahallul kedua,
lalu keluar dari Mekah memulai ihram yang kedua dengan niat umrah, jika mau melaksanakan
manasiknya.
Haji ifrad adalah manasik paling afdhal menurut Syafi’i dan Maliki karena dengan manasik ini
tidak membayar dam. Dan kewajiban dam adalah untuk menambal kekurangan yang ada.
Sebagaimana haji Rasulullah saw, menurut mereka adalah ifrad.
B. Tamattu’
Haji tamattu’ adalah haji dengan terlebih dahulu ihram untuk melaksanakan umrah dari miqat.
Dengan mengucapkan ( بع�مرة kemudian memasuki kota Mekah, menyempurnakan manasik (لبيك
umrah thawaf dan sa’i lalu memotong atau mencukur rambut, kemudian tahallul dari ihram. Halal
baginya segala larangan ihram termasuk berhubungan suami istri. Ia dalam keadaan demikian
sehingga dating tanggal 8 Dzulhijjah lalu ihram haji, melaksanakan manasiknya wukuf di Arafah,
thawaf, sa’i dsb. Ia melaksanakan seluruh manasik umrah, kemudian melaksanakan manasik haji
dengan sempurna pula. Haji tamattu’ adalah cara paling afdhal menurut mazhab Hambali.
Syarat haji tamattu adalah memadukan umrah dan haji dalam satu perjalanan di satu musim
(bulan) haji di tahun yang sama menurut jumhurul fuqaha’. Mazhab Hanafi menambahkan syarat
lain yaitu: bukan penduduk Mekah, seperti dalam firman Allah: “…. Apabila kamu telah (merasa)
aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan `umrah sebelum haji (di dalam bulan haji),
(wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. (QS. Al Baqarah: 196) dhamir (kata
ganti) dalam kata ( ) menurut mazhab Hanafi kembali kepada tamattu’ umrah, sedangkan ulama
lainnya mengembalikan dhamir ini kepada hadyu atau shiyam.
C. Qiran
Haji qiran adalah dengan berniat ketika ihram sekaligus haji dan umrah dengan mengucapkan:
kemudian memasuki Mekah thawaf qudum, dan terus dalam keadaan ihram sehingga datang
waktu melaksanakan manasik haji. Ia melaksanakan manasik itu dengan sempurna, wuquf di
Arafah, melontar jumrah, thawaf ifadhah, sa’i antara Shafa dan Marwa serta manasik lainnya. Ia
tidak berkewajiban thawaf dan sa’i lain untuk umrah, cukup dengan thawaf dan sa’i haji. Seperti
yang pernah Rasulullah katakana kepada Aisyah RA: thawaf-mu di Ka’bah dan sa’i-mu antara
Shafa dan Marwa sudah cukup untuk haji dan umrahmu” HR. Muslim.
Haji Qiran adalah haji yang paling afdhal menurut mazhab Hanafi.
Bagi orang menunaikan haji tamattu’ dan qiran wajib menyembelih hewan hadyu, minimal seekor
kambing, dan jika tidak mampu bias diganti dengan puasa sepuluh hari: tiga hari di antaranya
dilakukan pada waktu haji, (setelah memulainya dengan ihram) dan yang afdhal pada sepuluh
hari pertama Dzulhijjah, diperbolehkan pula puasanya pada hari tasyriq juga seperti dalam hadits
Al Bukhari: Tidak ada rukhshah berpuasa di hari tasyriq kecuali bagi orang yang tidak
mendapatkan al hadyu. Jika puasa tiga hari lewat waktunya maka ia wajib mengqadha’nya. Dan
tujuh hari lainnya ketika sudah kembali ke tanah air, tidak disyaratkan berkelanjutan puasa itu
kecuali pada tiga hari pertama. Dan tujuh hari berikutnya tidak wajib berurutan.
ون� �ز� �ن �ك �ف�ض!ة� الذ!ه�ب� ي � و�ال �ه�ا و�ال �نف�ق�ون �يل� ف�ي ي ب 1ه� س� ه�م الل �ر �ش4 �ع�ذ�اب� ف�ب � ب �يم �ل �و�م�. أ �ح�م�ى ي ي �ه�ا �ي �ار� ف�ي ع�ل !م� ن �و�ى ج�ه�ن �ك �ه�ا ف�ت �اه�ه�م� ب ب �ه�م� ج� ه�م� و�ج�نوب ذ�ا و�ظ�ه�ور� �م� م�ا هـ� ت ��ز �ن �م� ك ك �نف�س� أل
� �م� م�ا ف�ذ�وق�وا �نت ون� ك �ز� �ن �ك ت
“…Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan
Allâh, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.
Pada hari dipanaskan emas dan perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dahi, lambung dan
punggung mereka dibakar dengannya, (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu
yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu
simpan itu”. (QS. at-Taubah/9:34-35)
MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT
2.1 Konsep Masyarakat Madani
Konsep “masyarakat madani” merupakan penerjemahan atau pengislaman konsep “civil society”.
Orang yang pertama kali mengungkapkan istilah ini adalah Anwar Ibrahim dan dikembangkan di
Indonesia oleh Nurcholish Madjid. Pemaknaan civil society sebagai masyarakat madani merujuk
pada konsep dan bentuk masyarakat Madinah yang dibangun Nabi Muhammad. Masyarakat
Madinah dianggap sebagai legitimasi historis ketidakbersalahan pembentukan civil society dalam
masyarakat muslim modern.
Makna Civil Society “Masyarakat sipil” adalah terjemahan dari civil society. Konsep civil society
lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan masyarakat. Cicero adalah orang Barat yang
pertama kali menggunakan kata “societies civilis” dalam filsafat politiknya. Konsep civil society
pertama kali dipahami sebagai negara (state). Secara historis, istilah civil society berakar dari
pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga orang ini mulai menata suatu
bangunan masyarakat sipil yang mampu mencairkan otoritarian kekuasaan monarchi-absolut dan
ortodoksi gereja (Larry Diamond, 2003: 278).
Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana yang telah dikemukakan di atas,
masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk menerjemahkan konsep di luar menjadi
“Islami”. Menilik dari subtansi civil society lalu membandingkannya dengan tatanan masyarakat
Madinah yang dijadikan pembenaran atas pembentukan civil society di masyarakat Muslim
modern akan ditemukan persamaan sekaligus perbedaan di antara keduanya.
Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil society merupakan buah
modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari gerakan Renaisans; gerakan masyarakat
sekuler yang meminggirkan Tuhan. Sehingga civil society mempunyai moral-transendental yang
rapuh karena meninggalkan Tuhan. Sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buaian dan
asuhan petunjuk Tuhan. Dari alasan ini Maarif mendefinisikan masyarakat madani sebagai sebuah
masyarakat yang terbuka, egalitar, dan toleran atas landasan nilai-nilai etik-moral transendental
yang bersumber dari wahyu Allah (A. Syafii Maarif, 2004: 84).
Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki banyak arti atau sering
diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk kepada Bahasa Inggris, ia berasal dari kata
civil society atau masyarakat sipil, sebuah kontraposisi dari masyarakat militer. Menurut Blakeley
dan Suggate (1997), masyarakat madani sering digunakan untuk menjelaskan “the sphere of
voluntary activity which takes place outside of government and the market.” Merujuk pada
Bahmueller (1997).
2.1.1 Pengertian Masyarakat Madani
Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firman-Nya dalam Q.S. Saba’
ayat 15:
Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu
dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah
olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya.
(Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun”.
2.1.2 Masyarakat Madani Dalam Sejarah
Ada dua masyarakat madani dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai masyarakat madani,
yaitu:
1) Masyarakat Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman.
2) Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjjian Madinah antara Rasullullah SAW
beserta umat Islam dengan penduduk Madinah yang beragama Yahudi dan beragama Watsani dari
kaum Aus dan Khazraj. Perjanjian Madinah berisi kesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk
saling menolong, menciptakan kedamaian dalam kehidupan sosial, menjadikan Al-Qur’an sebagai
konstitusi, menjadikan Rasullullah SAW sebagai pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap
keputusan-keputusannya, dan memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk memeluk agama
serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
2.1.3 Karakteristik Masyarakat Madani
Ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:
1. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam masyarakat
melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
2. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi dalam
masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.
3. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara dengan program-
program pembangunan yang berbasis masyarakat.
4. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena keanggotaan organisasi-
organisasi volunter mampu memberikan masukan-masukan terhadap keputusan-keputusan
pemerintah.
5. Tumbuhkembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-rejim totaliter.
6. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu mengakui
keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.
7. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial dengan berbagai
ragam perspektif.
8. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang beragama, yang
mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai landasan yang mengatur
kehidupan sosial.
9. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu maupun secara
kelompok menghormati pihak lain secara adil.
10. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang dapat mengurangi
kebebasannya.
11. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah diberikan oleh Allah
sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa terganggu oleh aktivitas pihak lain yang berbeda
tersebut.
12. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.
13. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki kecintaan terhadap ilmu
pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk umat manusia.
14. Berakhlak mulia.
Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani
Dalam sejarah Islam, realisasi keunggulan normatif atau potensial umat Islam terjadi pada masa
Abbassiyah. Pada masa itu umat Islam menunjukkan kemajuan di bidang kehidupan seperti ilmu
pengetahuan dan teknologi, militer, ekonomi, politik dan kemajuan bidang-bidang lainnya. Umat
Islam menjadi kelompok umat terdepan dan terunggul. Nama-nama ilmuwan besar dunia lahir
pada masa itu, seperti Ibnu Sina, Ubnu Rusyd, Imam al-Ghazali, al-Farabi, dan yang lain.
2.2.1 Kualitas SDM Umat Islam
Dalam Q.S. Ali Imran ayat 110
Artinya:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik.
Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah menyatakan bahwa umat Islam adalah umat yang
terbaik dari semua kelompok manusia yang Allah ciptakan. Di antara aspek kebaikan umat Islam
itu adalah keunggulan kualitas SDMnyadibanding umat non Islam. Keunggulan kualitas umat
Islam yang dimaksud dalam Al-Qur’an itu sifatnya normatif, potensial, bukan riil.
Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanya kesejahteraan umat maka kita
sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan yang signifikan. Selain itu, kita
juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa yang sedang terjadi di masyarakat sekarang ini.
Agar di dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak ketinggalan berita. Adapun beberapa
kesimpulan yang dapat saya ambil dari pembahasan materi yang ada di bab II ialah bahwa di
dalam mewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat haruslah berpacu pada Al-Qur’an
dan As-Sunnah yang diamanatkan oleh Rasullullah kepada kita sebagai umat akhir zaman.
Sebelumnya kita harus mengetahui dulu apa yang dimaksud dengan masyarakat madani itu dan
bagaimana cara menciptakan suasana pada masyarakat madani tersebut, serta ciri-ciri apa saja
yang terdapat pada masyarakat madani sebelum kita yakni pada zaman Rasullullah.
Akhlakul Karimah Rasulullah
Akhlak adalah tingkah laku makhluk yang diridhai Allah SWT, maka akhlak adalah bentuk
perilaku makhluk dalam berhubungan baik kepada khaliknya atau kepada sesama. Sesungguhnya
semua akhlak telah dituliskan dalam Al Qur’an dan Hadist baik yang terpuji maupun tercela.
Semuanya telah tertulis jelas di Qur’an dan Hadist dan semuanya mempunyai balasan tersendiri.
Tinggal manusianya sendiri yang menjalankan dan mempertanggung jawabkannya nanti di hari
akhir. Rasulullah pun berperilaku sesuai Qur’an dan Hadist. Karena sifatnya itu beliau dijuluki
Akhlakul karimah yakni akhlak yang mulia. Hal ini digambarkan oleh al-Quran surat Al-Ahzab,
33: 21 yang berbunyi:
ا Gير� �ث ك !ه� الل �ر� و�ذ�ك اآلخ�ر� �و�م� �ي و�ال !ه� الل ج�و ��ر ي �ان� ك ��م�ن ل Mة� ن ح�س� Mو�ة �س� أ !ه� الل س�ول� ر� ف�ي ��م �ك ل �ان� ك ��ق�د ل
“Sesunggunya pada diri Rasulullah saw. terdapat contoh tauladan bagi mereka yang
menggantungkan harapannya kepada Allah dan Hari Akhirat serta banyak berzikir kepada Allah.”
Akhlakul karimah yang patut kita puji dan tiru antara lain :
Sifat yang wajib bagi rasul seperti siddiq, amanah, tabligh, dan fahtanah: jujur, dapat dipercaya,
menyampaikan apa adanya, dan cerdas. Keempat sifat ini membentuk dasar keyakinan umat Islam
tentang kepribadian Rasul saw.
Integritas. Integritas juga menjadi bagian penting dari kepribadian Rasul Saw. yang telah
membuatnya berhasil dalam mencapai tujuan risalahnya. Integritas personalnya sedemikian kuat
sehingga tak ada yang bisa mengalihkannya dari apapun yang menjadi tujuannya.
kesamaan di depan hukum. Prinsip kesetaraan di depan hukum merupakan salah satu dasar
terpenting
Penerapan pola hubungan egaliter dan akrab. Salah satu fakta menarik tentang nilai-nilai
manajerial kepemimpinan Rasul saw. adalah penggunaan konsep sahabat (bukan murid, staff,
pembantu, anak buah, anggota, rakyat, atau hamba) untuk menggambarkan pola hubungan antara
beliau sebagai pemimpin dengan orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya. Sahabat
dengan jelas mengandung makna kedekatan dan keakraban serta kesetaraan.
kecakapan membaca kondisi dan merancang strategi. Keberhasilan Muhammad saw. sebagai
seorang pemimpin tak lepas dari kecakapannya membaca situasi dan kondisi yang dihadapinya,
serta merancang strategi yang sesuai untuk diterapkan.
tidak mengambil kesempatan dari kedudukan. Rasul Saw. wafat tanpa meninggalkan warisan
material. Sebuah riwayat malah menyatakan bahwa beliau berdoa untuk mati dan berbangkit di
akhirat bersama dengan orang-orang miskin.
visioner futuristic. Sejumlah hadits menunjukkan bahwa Rasul SAW. adalah seorang pemimpin
yang visioner, berfikir demi masa depan (sustainable).
menjadi prototipe bagi seluruh prinsip dan ajarannya. Pribadi Rasul Saw. benar-benar
mengandung cita-cita dan sekaligus proses panjang upaya pencapaian cita-cita tersebut. Beliau
adalah personifikasi dari misinya. Terkadang kita lupa bahwa kegagalan sangat mudah terjadi
manakala kehidupan seorang pemimpin tidak mencerminkan cita-cita yang diikrarkannya.
Akhlak Rasul yang seperti ini patutlah kita tiru dan kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Rasul sangat mencintai Allah dan Allah lebih mencintai beliau karena sesungguhnya siapa yang
mencintai Allah maka Allah lebih mencintainya. Dan apabila orang yang dekat kepada Allah,
Allah selalu memudahkan segala urusannya. Allah Maha Pemberi apa yang dibutuhkan semua
umatNya. Allah tidak pernah merasa rugi apabila Ia memberi kepada umatNya meskipun umatNya
tidak pernah mengingatnya ataupun bersyukur terhadapNya. Allah Maha Pemberi Maaf bagi
umatNya yang mau berubah.
AKHLAKUL KARIMAH
ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB
Dalam hidup manusia mempunyai 2 macam akhlak,yaitu akhlakul karimah merupakan akhlak
yang baik dan akhlakul mazmumah merupkan akhlak yang buruk.
kita harus mempunyai akhlak mazmumah, penerapan akhlak yang benar akan menciptakan
keselarasan dalam setiap segi kehidupan. menurut kepada siapa harus dilaksanakan, akhlak dalam
Islam terbagi dalam 3 macam akhlak berikut ini:
1. akhlak terhadap Allah swt.
akhlak terhadap Allah swt. bertolak dario pengakuan dan kesadaran manusia bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah swt. akhlak tersebut akan melahirkan sikap-sikap, diantaranya:
a. menyucikan dan memuji Allah swt.
b. bertawakal kepada Allah swt.
c. berbaik sangka kepada Allah swt
2. aklak terhadap sesama manusia
akhlak terhadap sesama manusia meliputi akhlak terhadap orang tua, kaum kerabat dan tetangga
a. akhlak terhadap orang tua
Akhlak terhadap oarng tua akan melahirkan sikap-sikap,diantaranya
1). Memlihara keridaan orang tua
2) Menaati, melayani dan berbakti kepada orang tua
3) Memelihara etiket pergaulan, seperti merendahkan diri dan berkata lemah lembut
kepada orang tua.
b. akhlak terhadap kaum kerabat
Akhlak yang paling utama yang paling utama terhadap kaum kerabat adalah emnjalin silaturrahmi.
c. Akhlak terhadap tetangga
Akhlak terhadap tetangga dilakukan dengan cara berbuat ihsan kepada ettanga, baik perkataan
maupun perbuatan. Contohnya, melakukan takziah ketika terkena musibah, dan menjenguk ketika
sakit.
3. Akhlak terhadap lingkungan
Lingkungan di sekitar mnusia meliputi binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda tak hidup lainnya.
Akhlak yang baik terhadap lingkungan harus dilaksanakan oleh manusia sebab manusia
mengemban amanat dari Allah swt. seabgai kahlifah di bumi
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pengajaran".( QS An-Nahl{16}: 90)
Dalam kitab suci Al-Quran digunakan beberapa term/istilah yang digunakan
untuk mengungkapkan makna keadilan. Lafad-lafad tersebut jumlahnya banyak
dan berulang-ulang. Diantaranya lafad "al-adl" dalam Al-quran dalam berbagai bentuk terulang
sebanyak 35 kali. Lafad "al-qisth" terulang sebanyak 24 kali. Lafad "al-wajnu" terulang sebanyak
23 kali. Dan lafad "al-wasth" sebanyak 5 kali (Muhamad Fu`ad Abdul Bagi dalam Mu`jam
Mupathos Lialfaadhil Qur`an).
Dr. Hamzah Yakub membagi keadilan-keadilan menjadi dua bagian.
Adil yang berhubungan dengan perseorangan dan adil yang berhubungan dengan
kemasyarakatan.
Adil perseorangan adalah tindakan memihak kepada yang mempunyai hak, bila seseorang
mengambil haknya tanpa melewati batas, atau memberikan hak orang lain tanpa menguranginya
itulah yang dinamakan tidak adil.
Adil dalam segi kemasyarakatan dan pemerintahan misalnya tindakan hakim yang
menghukum orang-orang jahat atau orang-orang yang bersengketa sepanjang neraca keadilan. Jika
hakim menegakan neraca keadilanya dengan lurus dikatakanlah dia hakim yang adil dan jika dia
berat sebelah maka dipandanglah dia zalim. Pemerintah dipandang adil jika dia mengusahakan
kemakmuran rakyat secara merata, baik di kota-kota maupun di desa-desa.
Allah berfirman dalam Al-Quran: "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-
orang yang menegakan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap satu kaum, mendorong untuk kamu berbuat tidak adil. Berlaku
adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Al-Maidah [5] : 8)
Keadilan adalah ketetapan Allah bagi kosmos atau alam raya ciptaan-Nya, karena menurut ajaran
Islam keadilan adalah prinsip yang merupakan hukum seluruh hajat raya. Oleh karenanya
melanggar keadilan adalah melanggar hukum kosmos dan dosa ketidak adilan akan mempunyai
dampak kehancuran tatanan masyarakat manusia. (Nurcholish Majid).
Sebagai gambaran dari keadilan Rasululah saw memberi contoh kepada
kita, kalau beliau ingin pergi jauh beliau undi antara isteri-isterinya. Siapa
yang kena undian maka itulah yang dibawanya. Sebagai kepala negara dan
hakim, beliau selalu menerapakan keadilan dengan betul, hingga beliau
pernah menyatakan: "Jika sekiranya Fatimah binti Muhamad mencuri, niscaya aku potong
tangannya". (HR. Bukhori).
Ada beberapa faktor yang menunjang keadilan, diantaranya:
a. Tentang di dalam mengambil keputusan. Tidak berat sebelah dalam tindakan
karena pengaruh hawa nafsu, angkara murka ataupun karena kecintaan kepada seseorang.
Rasululah saw dalam salah satu sabdanya mengingatkan agar
janganlah seorang hakim memutuskan perkara dalam keadaan marah. Emosi yang tidak stabil
biasanya seseorang tidak adil dalam putusan.
b. Memperluas pandangan dan melihat persoalannya secara obyektif.
Mengumpulkan data dan fakta, sehingga dalam keputusan seadil mungkin.
Jika adil adalah sifat dan sikap Fadlilah (utama) maka sebagai kebalikannya
adalah sikap zalim. Zalim berarti menganiaya, tidak adil dalam memutuskan
perkara, berarti berat sebelah dalam tindakan, mengambil hak orang lain
lebih dari batasnya atau memberikan hak orang lain kurang dari semestinya.
Sikap zalim itu diancam Allah dalan firmannya: "Tidakkah bagi orang zalim itu sahabat karib atau
pembela yang dapat ditakuti". (Al-mu`min : 18).
Dalam ayat lain Allah berfirman lagi : "Dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang
penolongpun".(Ali Imran[3] : 192).
Dalam hal ini, ahli-ahli akhlak mengemukakan hal-hal yang mendorong seseorang berlaku zalim:
a. Cinta dan benci. Barang siapa yang mencintai seseorang, biasanya ia berlaku berat sebelah
kepadanya. Misalnya orang tua yang karena cinta kepada anak-anaknya, maka sekalipun anaknya
salah, anak itu dibelanya. Demikian pula kebencian kepada seseorang, menimbulkan satu sikap
yang tidak lagi melihat kebaikan orang itu, tetapi hanya menonjolkan kesalahannya.
b. Kepentingan diri sendiri. Karena perasaan egois dan individualis, maka
keuntungan pribadi yang terbayang menyebabkan seseorang berat sebelah,
curang dan culas.
c. Pengaruh luar. Adanya pandangan yang menyenangkan, keindahan pakaian,
kewibawaan, kepasihan pembicaraan dan sebagainya dapat mempengaruhi
seseorang berat sebelah dalam tindakannya. Pengaruh-pengaruh tersebut dapat
menyilaukan perasaan sehingga langkahnya tidak obyektif.
Oleh karena itulah, bisa disimpulkan bahwa keadilan dan kezaliman bisa muncul karena adanya
beberapa faktor, diantaranya:
a. Kondisi orang tersebut pada saat itu
b. Luas dan sempitnya pengetahuan yang dimiliki
c. Latar belakan cinta dan benci
d. Terdorong oleh kepentingan sendiri atau golongan
e. Adanya pengaruh dari luar (extern)
Rupanya itulah yang bisa saya sampaikan pada tulisan kali ini semoga kitas emua selalu dijaga
oleh Allah selalu bisa berbuat adil dan selalu terhindar
Allah Ta'ala memberi contoh perkataan mulia Luqman saat memerintahkan anaknya:
"... dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya itu termasuk hal-hal
yang diwajibkan (oleh Allah)". [QS. Lukman : 17]
Berdasarkan firman Allah di atas telah jelas tentang diwajibkannya ber-amar ma'ruf nahi mungkar.
Fenomena yang terjadi sekarang ini di tengah-tengah kita adalah keengganan seseorang dalam
melaksanakan kewajiban ini.
Dari firman Allah tersebut, ada beberapa poin utama yang terkandung di dalamnya, yaitu:
Perintah untuk ber-amar ma'ruf (menyuruh manusia lain mengerjakan kebaikan),
Perintah untuk ber-nahi mungkar (mencegah dari perbuatan yang mungkar),
Perintah untuk bersabar terhadap apa yang menimpa,
Penegasan kembali dari Allah Ta'ala tentang diwajibkannya ketiga hal tersebut.
Inilah hakikat akhlaq yang harus dimiliki oleh seorang Muslim. Allah Ta'ala berfirman: "Adalah
engkau sekalian itu sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk seluruh manusia, karena engkau
semua memerintah dengan kebaikan dan melarang dari kemungkaran." [QS. Ali-Imran: 110]
Berlepasnya seseorang dari ketiga poin tersebut (amar ma'ruf, nahi mungkar, dan kesabaran) akan
menyebabkan kerusakan yang meluas, dan yang terutama adalah merugikan bagi orang yang
meninggalkannya.
Allah Ta'ala berfirman: "Demi masa, sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." [QS. Al-'Ashr: 1-3]
Keutamaan Orang Yang Ber-Amar Ma'ruf, Nahi Mungkar, dan Sabar
Sejatinya suatu hal yang diwajibkan oleh Allah kepada manusia mempunyai keutamaan yang
besar bagi seseorang yang menunaikannya.
1. Diselamatkan dari keburukan/bencana/musibah yang akan menimpa
Allah Ta'ala berfirman: "Kami menyelamatkan orang-orang yang melarang dari keburukan dan
Kami menerapkan hukuman kepada orang-orang yang menganiaya dengan siksaan yang pedih
dengan sebab mereka berbuat kefasikan." [QS. Al-A'raf: 165]
2.Allah memasukan kebahagian ke dalam hati
Allah Ta'ala berfirman: "Hendaklah ada diantara engkau semua itu suatu umat -golongan- yang
mengajak kepada kebaikan, memerintah dengan kebaikan serta melarang dari kemungkaran.
Mereka itulah orang-orang yang berbahagia." [QS. Ali-Imran: 104]
Tapi dibalik itu maka meninggalkan Amar Ma'ruf, Nahi Mungkar, dan Sabar, juga mempunyai
konsekuensi yang seimbang dengan keutamaan di atas.
A. Teks Ayat dan Tarjamahnya
��م �ت �ن �ر� ك ي م!ة� خ�� �خ�ر�ج�ت� أ !اس� أ �لن ون� ل م�ر�
� �أ وف� ت �م�ع�ر� �ال �ه�و�ن� ب �ن �ر� ع�ن� و�ت �ك �م�ن �ون� ال �ؤ�م�ن !ه� و�ت �الل �و� ب و�ل
�م�ن� �ه�ل� آ �اب� أ �ك�ت �ان� ال �ك ا ل Gر� ي �ه�م� خ� �ه�م� ل �ون� م�ن �م�ؤ�م�ن ه�م� ال �ر� �ث ك� ق�ون� و�أ �ف�اس� ال
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik. Qs.3:110
!ك� �ن �ع�لى و�إ ل�ق� ل � خ� ع�ظ�يم4. Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.