Agama sebagai sumber kebahagiaan

10
Segala puji kita haturkan kepada Allah Subhana wa Ta’ala Dzat Yang Maha Hikmah dan ilmuNya meliputi segala sesuatu. Sholawat serta salam semoga senantiasa terhatur kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, kepada keluarga, sahabat dan umat beliau. Kebahagiaan hidup dalam pandangan Islam tidak berkutat pada sisi materi. Walaupun Islam mengakui kalau materi menjadi bagian dari unsur kebahagiaan.Islam pada dasarnya memandang masalah materi sebagai sarana bukan tujuan. Oleh karenanya, Islam memberikan perhatian sangat besar pada unsur ma'nawi seperti memiliki budi pekerti yang luhur sebagai cara mendapatkan kebahagiaan hidup. Beberapa nash syar'i telah menunjukkan hal ini: َ ونُ لُ ك َ ا تَ ه نِ مَ وُ عِ ف اَ نَ مَ وٌ ء فِ ا دَ ه نِ ف مُ كَ ل اَ هَ قَ لَ خَ امَ ع نَ الَ وَ ونُ حَ ر سَ تَ ن يِ خَ وَ ونُ ح يِ رُ تَ ن يِ خٌ الَ مَ 9 ج اَ ه نِ ف مُ كَ لَ و"Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan. Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan." (QS. An-Nakhl: 5-6) ِ ق زِ ّ ر ل اَ نِ م@ ِ اتَ 9 نِ ّ B يَ ّ لط اَ وِ هِ ادَ 9 نِ عِ لَ جَ ر خَ ا يِ تَ ّ ل اِ َ ّ اَ ةَ ن يِ زَ مَ ّ رَ خ نَ م لُ ق"Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" (QS. Al-A'raf: 32) Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "di antara unsur kebahagiaan anak Adam adalah istri shalihah, tempat tinggal luas, dan tunggangan yang nyaman." (HR. Ahmad) Islam pada dasarnya memandang masalah materi sebagai sarana bukan tujuan. Oleh karenanya, Islam memberikan perhatian sangat besar pada unsur ma'nawi seperti memiliki budi pekerti yang luhur sebagai cara mendapatkan kebahagiaan hidup. Kebahagiaan dunia Islam telah menetapkan beberapa hukum dan beberapa kriteria yang mengarahkan manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya di dunia. Hanya saja Islam menekankan bahwa kehidupan dunia, tidak lain, hanyalah jalan menuju akhirat. Sedangkan kehidupan yang sebenarnya yang harus dia upayakan adalah kehidupan akhirat. Allah Ta'ala berfirman, ً ةَ 9 نِ ّ B يَ طً اهَ يَ حُ هَ ّ نَB يِ ن حُ نَ لَ قٌ نِ م ُ مَ وُ هَ ي وَ c ت يُ ا وَ اٍ رَ كَ د نِ م اً حِ ل اَ صَ لِ مَ ع نَ م"Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik." (QS. An-Nahl: 97) ا@َ ن k يُ ّ الدَ نِ مَ n كَ 9 نB يِ صَ نَ س k نَ t تَ لَ وَ هَ رِ خv @ الَ ازَ ّ الدُ َ ّ اَ nك َ تv ا اَ م يِ فِ عَ تْ 9 ي اَ و"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi." (QS. Al-Qashshash: 77) ٌ ل نِ لَ ق َ ّ لِ { اِ هَ رِ خv ال يِ ف اَ ن k يُ ّ الدِ اهَ يَ ح ل اُ اعَ نَ م اَ مَ ف"Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. " (QS. At-Taubah: 38) Kebahagiaan akhirat Kebahagiaan akhirat merupakan kebahagiaan abadi yang kekal. Menjadi balasan atas keshalihan hamba selama hidup di dunia. Allah berfirman, َ ونُ لَ م عَ ن مُ ت يُ ك اَ مِ 9 ب@ َ هَ ّ نَ9 ح ل وا اُ لُ خ ادُ مُ ك نَ لَ عٌ مَ لَ سَ ونُ ل وُ قَ نَ نB يِ 9 نِ ّ B يَ طُ هَ كِ تَ لَ م ل اُ مُ ه اَ ّ قَ وَ تَ t يَ ن يِ دَ ّ ال"(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun`alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". " (QS. Al Nahl: 32) َ ن يِ قَ ّ تُ م ل اُ ازَ دَ م عِ تَ لَ وٌ ر يَ خِ هَ رِ خv الُ ازَ دَ لَ وٌ ةَ نَ سَ ح ا@َ ن k يُ ّ الدِ هِ دَ ه يِ ف واُ تَ س حَ اَ ن يِ دَ ّ لِ ل"Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa." (QS. Al Nahl: 30) Islam telah menetapkan tugas manusia di bumi sebagai khalifah di dalamnya. Bertugas memakmurkan bumi dan merealisasikan kebutuhan manusia yang ada di sana. Hanya saja dalam pelaksanaannya senantiasa ada kesulitan, sehingga menuntutnya bersungguh-sungguh dan bersabar. Hidup tidak hanya kemudahan sebagaimana yang diinginkan dan diangankan orang. Bahkan dia selalu berganti dari mudah ke sulit, dari sehat ke sakit, dari miskin ke kaya, atau sebaliknya.

Transcript of Agama sebagai sumber kebahagiaan

Page 1: Agama sebagai sumber kebahagiaan

Segala puji kita haturkan kepada Allah Subhana wa Ta’ala Dzat Yang Maha Hikmah dan ilmuNya meliputi segala sesuatu. Sholawat serta salam semoga senantiasa terhatur kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, kepada keluarga, sahabat dan umat beliau.Kebahagiaan hidup dalam pandangan Islam tidak berkutat pada sisi materi. Walaupun Islam mengakui kalau materi menjadi bagian dari unsur kebahagiaan.Islam pada dasarnya memandang masalah materi sebagai sarana bukan tujuan. Oleh karenanya, Islam memberikan perhatian sangat besar pada unsur ma'nawi seperti memiliki budi pekerti yang luhur sebagai cara mendapatkan kebahagiaan hidup.

Beberapa nash syar'i telah menunjukkan hal ini:

�كلون تأ �ها ومن ومنافع ء دف� فيها لكم� خلقها �عام ن رحون  واأل� تس� وحين تريحون حين جمال فيها ولكم�

"Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan. Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan." (QS. An-Nakhl: 5-6)

ق ز� الر من بات والطي لعباده أخ�رج تي ال ه الل زينة م حر من� قل�

"Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" (QS. Al-A'raf: 32)

Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "di antara unsur kebahagiaan anak Adam adalah istri shalihah, tempat tinggal luas, dan tunggangan yang nyaman." (HR. Ahmad)

Islam pada dasarnya memandang masalah materi sebagai sarana bukan tujuan.Oleh karenanya, Islam memberikan perhatian sangat besar pada unsur ma'nawi seperti memiliki budi pekerti yang luhur sebagai cara mendapatkan kebahagiaan hidup.

Kebahagiaan dunia

Islam telah menetapkan beberapa hukum dan beberapa kriteria yang mengarahkan manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya di dunia. Hanya saja Islam menekankan bahwa kehidupan dunia, tidak lain, hanyalah jalan menuju akhirat. Sedangkan kehidupan yang sebenarnya yang harus dia upayakan adalah kehidupan akhirat. Allah Ta'ala berfirman,

بة طي حياة ه يين فلنح� مؤ�من وهو �ثى أن أو� ذكر من� صالحا عمل من�

"Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik." (QS. An-Nahl: 97)

�يا الدن من نصيبك �س تن وال خرة اآل� الدار ه الل آتاك فيما �تغ واب

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi." (QS. Al-Qashshash: 77)

قليل إال خرة اآل� في �يا الدن �حياة ال متاع فما

"Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit." (QS. At-Taubah: 38)

Kebahagiaan akhirat

Kebahagiaan akhirat merupakan kebahagiaan abadi yang kekal. Menjadi balasan atas keshalihan hamba selama hidup di dunia. Allah berfirman,

تع�ملون �تم� كن بما ة �جن ال اد�خلوا �كم علي سالم يقولون بين طي �مالئكة ال تتوفاهم ذين ال

"(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun`alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan"." (QS. Al Nahl: 32)

قين �مت ال دار ولنع�م �ر خي خرة اآل� ولدار حسنة �يا الدن هذه في أح�سنوا ذين لل

"Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa." (QS. Al Nahl: 30)

Islam telah menetapkan tugas manusia di bumi sebagai khalifah di dalamnya. Bertugas memakmurkan bumi dan merealisasikan kebutuhan manusia yang ada di sana. Hanya saja dalam pelaksanaannya senantiasa ada kesulitan, sehingga menuntutnya bersungguh-sungguh dan bersabar. Hidup tidak hanya kemudahan sebagaimana yang diinginkan dan diangankan orang. Bahkan dia selalu berganti dari mudah ke sulit, dari sehat ke sakit, dari miskin ke kaya, atau sebaliknya.

Ujian-ujian ini  akan selalu mengisi hidup manusia yang menuntunnya untuk bersabar, berkeinginan kuat, bertekad tinggi, bertawakkal, berani, berkorban, dan berakhlak mulia serta lainnya. Semua ini akan mendatangkan ketenangan, kebahagiaan, dan ridla.

Allah Ta'ala berfirman,

راجعون �ه إلي ا وإن ه لل ا إن قالوا مصيبة �هم� أصابت إذا ذين ال الصابرين ر وبش مرات والث �فس واألن األم�وال من ونق�ص �جوع وال �خو�ف ال من بشي�ء كم� �لون صلوات  ولنب �هم� علي أولئك�مه�تدون ال هم وأولئك ورح�مة هم� رب من�

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al Baqarah: 155-157)

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

له �را خي فكان صبر اء ضر �ه أصابت وإن� له �را خي فكان شكر اء سر �ه أصابت إن� �مؤ�من لل إال ألحد ذاك �س ولي �ر خي ه كل أم�ره إن �مؤ�من ال ألم�ر عجبا

"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Seluruh urusannya bernilai baik. Jika mendapat kebaikan dia bersyukur, dan itu baik untuknya. Dan jika tertimpa keburukan dia bersabar, dan itu baik untuknya." (HR. Muslim)

Cara meraih kebahagiaan

1.    Beriman dan beramal shalih.

Meraih kebahagiaan melalui iman ditinjau dari beberapa segi:

Page 2: Agama sebagai sumber kebahagiaan

a.    Orang yang beriman kepada Allah Yang Mahatinggi dan Yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dengan iman yang sempurna, bersih dari kotoran dosa, maka dia akan merasakan ketenangan hati dan ketentraman jiwa. Dia tidak akan galau dan bosan dengan kehidupannya, bahkan akan ridla terhadap takdir Allah pada dirinya, pastinya dia akan bersyukur terhadap kebaikan dan bersabar atas bala'.

Ketundukan seorang mukmin kepada Allah membimbing ruhaninya yang menjadi pondasi awal untuk lebih giat bekerja karena merasa hidupnya memiliki makna dan tujuan yang berusaha diwujudkannya. Allah berfirman,

مه�تدون    وهم� م�ن األ� لهم أولئك �م بظل إيمانهم� �بسوا يل ولم� آمنوا ذين ال

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al An'aam: 82)

b.    Iman menjadikan seseorang memiliki pijakan hidup yang mendorongnya untuk diwujudkan. Maka hidupnya akan memiliki nilai yang tinggi dan berharga yang mendorongnya untuk beramal dan berjihad di Jalan-Nya. Dengan itu pula, dia akan meninggalkan gaya hidup egoistis yang sempit sehingga hidupnya bermanfaat untuk masyarakat di mana dia tinggal.

Ketika seseorang bersifat egois  , tidak peka terhadap perasaan orang lain maka hari-harinya terasa sempit dan tujuan hidupnya terbatas. Namun ketika hidupnya dengan memikirkan fungsinya, maka hidup nampak panjang dan indah, dia akan merasakan hari-harinya penuh nilai.

c.    Peran iman bukan saja untuk mendapatkan kebahagiaan, namun juga sebagai sarana untuk menghilangkan kesengsaraan. Hal itu karena seorang mukmin tahu dia akan senantiasa diuji dalam hidupnya. Dan ujian-ujian itu termasuk untuk menguji keimanan, maka akan tumbuh dalam dirinya kekuatan sabar, semangat, percaya kepada Allah, bertawakkal kepada-Nya, memohon perlindungan kepada-Nya, dan takut kepada-Nya. Potensi-potensi ini termasuk sarana utama untuk merealisasikan tujuan hidup yang mulia dan siap menghadapi ujian hidup. 

 Allah Ta'ala berfirman:

جون ير� ال ما ه الل من جون وتر� �لمون تأ كما �لمون يأ هم� فإن �لمون تأ تكونوا إن�

"Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Al Nisaa': 104)

2.    Memiliki akhlak mulia yang mendorong untuk berbuat baik kepada sesama.

Manusia adalah makhluk sosial yang harus melakukan interaksi dengan makhluk sebangsanya. Dia tidak mungkin hidup sendiri tanpa memerlukan orang lain dalam memenuhi seluruh kebutuhannya. Jika bersosialisasi dengan mereka merupakan satu keharusan, sedangkan manusia memiliki tabiat dan pemikiran yang bermacam-macam, maka pasti akan terjadi kesalahpahaman dan kesalahan yang membuatnya sedih. Jika tidak disikapi dengan sikap bijak maka interaksinya dengan manusia akan menjadi sebab kesengsaraan dan membawa kesedihan dan kesusahan. Karena itulah, Islam memberikan perhatian besar terhadap akhlak dan pembinaannya. Hal ini dapat kita saksikan dalam beberapa ayat dan hadits berikut ini:

a.    Firman Allah dalam menyifati Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam,

عظيم خلق لعلى ك وإن

"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS. Al Qalam: 4)

م�ر األ� في هم� وشاور� لهم� تغ�فر� واس� �هم� عن فاع�ف حو�لك من� �فضوا الن �ب �قل ال غليظ فظا �ت كن ولو� لهم� �ت لن ه الل من رح�مة فبما

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu." (QS. Ali Imran: 159)

b.    Perintah Allah kepada kaum mukminin agar tolong menolong dalam kebaikan,

�عد�وان وال �م ث اإل� على تعاونوا وال ق�وى والت �بر ال على وتعاونوا

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (QS. Al Maidah: 2)

c.    Perintah Allah agar membalas keburukan orang dengan kebaikan,

عظيم حظ ذو إال يلقاها وما صبروا ذين ال إال يلقاها وما حميم ولي ه كأن عداوة �نه وبي �نك بي ذي ال فإذا أح�سن هي تي بال اد�فع� ئة ي الس وال �حسنة ال توي تس� وال

"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar." (QSl Fushshilat: 34-35)

d.    Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia."

e.    Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal kasih sayang, kecintaan dan kelemah-lembutan diantara mereka adalah bagaikan satu tubuh, apabila ada satu anggotanya yang sakit maka seluruh tubuh juga merasakan sakit dan tidak bisa tidur." (Muttafaqun ‘Alaihi)

3.    Memperbanyak dzikir dan merasa selalu disertai Allah.

Sesungguhnya keridlaan hamba tergantung pada dzat tempat bergantung. Dan Allah Dzat yang paling membuat hati hamba tentram dan dada menjadi lapang dengan mengingat-Nya. Karena kepadaNya seorang mukmin meminta bantuan untuk mendapatkan kebutuhan dan menghindarkan dari mara bahaya. Karena itulah, syariat mengajarkan beberapa dzikir yang mengikat antara seorang mukmin dengan Allah Ta'ala sesuai tempat dan waktu, yaitu ketika ada sesuatu yang diharapkan atau ada sesuatu yang menghawatirkannya. Dzikir-dzikir tadi mengikat seorang hamba dengan penciptanya sehingga dia akan mengembalikan semua akibat kepada yang mentakdirkannya.

Berikut ini beberapa nash yang menunjukkan hubungan dzikir dengan kebahagiaan seorang hamba.

a.    Firman Allah Ta'ala:

�قلوب ال �مئن تط ه الل �ر بذك أال ه الل �ر بذك قلوبهم� �مئن وتط آمنوا ذين ال

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Al Ra'du: 28)

b.    Perintah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kepada seorang muslim ketika menikah.

�ه علي �تها جبل ما شر ومن� ها شر من� بك وأعوذ �ه علي �تها جبل ما �ر وخي �رها خي ألك أس� ي إن هم الل

Page 3: Agama sebagai sumber kebahagiaan

"Ya Allah, aku memohon kebaikannya dan kebaikan tabi'at yang dia bawa, dan aku berlindung dari keburukannya dan keburukan tabi'at yang dia bawa." (HR. Abu Daud no 2160, Ibnu Majah no1918 dan al Hakim).

c.    Doa ketika terjadi angin ribut:

به �ت سل أر� ما وشر �ها في ما وشر ها شر من� بك وأعو�ذ به، �ت سل أر� ما �ر وخي �ها في ما �ر وخي �رها خي ألك أس� ي� إن هم الل

"Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon kepadaMu kebaikan angin (ribut ini), kebaikan apa yang di dalamnya dan kebaikan tujuan angin dihembuskan. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan angin ini, kejahatan apa yang di dalamnya dan kejahatan tujuan angin dihembuskan." (Muttafaq 'Alaih)

d.    Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mewajibkan untuk melakukan sebab (usaha), minta tolong kepada Allah, dan tidak sedih jika hasil yang diharapkan tidak terwujud. "Bersemangatlah mencari yang bermanfaat bagimu, minta pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah. Jika engkau tertimpa musibah janganlah berkata: ‘Seandainya saya berbuat begini maka tentu tidak terjadi begitu.’ Namun katakanlah: ‘Allah telah menakdirkan musibah ini. Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi’. Karena perkataan ‘Seandainya’ dapat membuka perbuatan syetan." (HR. Muslim)

"Bersemangatlah mencari yang bermanfaat bagimu, minta pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah. . . " al hadits

4.    Menjaga kesehatan.

Kesehatan di sini mencakup semua sisi; badan, jiwa, akal, dan ruhani. Menjaga kesehatan badan merupakan fitrah manusia, karena berkaitan dengan kelangsungan hidup dan juga menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan materi seperti makan, minum, pakaian, dab kendaraan.

Islam sangat menghargai kehidupan manusia. Karenanya Islam melarang membunuh tanpa ada sebab yang dibenarkan syari'at sebagaimana Islam melarang setiap yang bisa membahayakan badan dan kesehatannya. Allah Ta'ala berfirman, "dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar." (QS. Al An'am: 151 dan al Isra': 33)

". . dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk . . " (QS. Al A'raaf: 157)

Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Tidak (boleh melakukan/menggunakan sesuatu yang) berbahaya atau membahayakan (orang lain)." (HR. Ahmad dalam Musnadnya, Malik dan Ibnu Majah)

Islam sangat menghargai kehidupan manusia.

Karenanya Islam melarang membunuh tanpa ada sebab yang dibenarkan syari'at sebagaimana Islam melarang setiap yang bisa membahayakan badan dan kesehatannya.

- Kesehatan jiwa: banyak orang yang tidak memperhatikan kesehatan jiwa dan tidak memperdulikan cara untuk menjaganya, padahal dia pilar pokok untuk meraih kebahagiaan. Karena itu, Islam sangat memperhatikan pendidikan jiwa dan menyucikannya dengan sifat-sifat mulia.  banyak orang - orang yang tidak menyadari keberadaan dari kesehatan mental atau jiwa nya  , yang berefek ia tidak sadar apa yang ia lakukan sebenarnya adalah salah tapi merasa benar saja  , mudah mudah berprasangak buruk ,  mudah mencurigai orang lain  , dll penyakit hati . . . . atau sadar kalau itu salah tapi selalu mencari cari alasan untuk pembenaran2 atas kesalahan yang dia perbuat.

Kesehatan jiwa tegak dengan iman lalu dihiasi dengan akhlak terpuji dan disterilkan dari akhlak buruk seperti marah, sombong, berbangga diri, bakhil, tamak, iri, dengki, dan akhlak buruk lainnya.Allah Ta'ala berfirman,

وأبقى خير ربك ورزق فيه لنفتنهم الدنيا الحياة زهرة منهم أزواجا به متعنا ما إلى عينيك تمدن وال

"Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal." (QS. Thaahaa: 131)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "jika kalian bertiga, janganlah yang dua orang berbisik-bisik tanpa mengikutkan yang satunya sehingg mereka berkumpul dengan orang banyak supaya tidak membuatnya sedih." (Muttafaq 'Alaih)

Allah Ta'ala berfirman, "Hai orang-orang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain, boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok). Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman. Barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim." (QS. Al Hujuraat: 11)

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (QS. Al Hujuraat: 12)

- Kesehatan akal: Akal adalah sebab utama manusia mendapat taklif (beban syari'at). Karenanya Allah memerintahkan untuk menjaganya dan mengharamkan sesuatu yang membahayakan dan merusaknya. Sebab utama yang menghilangkan kesadaran akal adalah hal-hal yang memabukkan dan yang diharamkan. 

Allah Ta'ala berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)." (QS. Al Maaidah: 90-91)

- Kesehatan ruhani: Syari'at sangat memperhatikan sarana-sarana yang bisa menjaga kesehatan ruhani. Makanya seorang mukmin diperintahkan untuk dzikrullah setiap saat sebagaimana mewajibkan, batas minimal, untuk memenuhi nutrisi ruhani seperti perintah shalat wajib, puasa, zakat, haji dan medan yang lebih luas lagi dalam bentuk amal sunnah dan segala amal untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Ibadah-ibadah ini mengikat seorang hamba dengan Rabb-Nya dan mengembalikannya kepada Sang Pencipta ketika tersibukkan oleh dunia. Karenanya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "dan dijadikan kebahagiaan hatiku dalam shalat." Beliau bersabda kepada Bilal, "wahai bilal, hibur kami dengan shalat."

Syari'at juga melarang segala tindakan yang bisa merusak ruhani dan melemahkannya. Syari'at melarang mengikuti hawa nafsu, syubuhat, dan memanjkan diri dalam kenikmatan; karena menyebabkan hati menjadi buta dan lalai dari dzikrullah. Karena itulah Allah menyifati orang-orang kafir laksana binatang, "Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)." (QS. Al Furqaan: 44)

Page 4: Agama sebagai sumber kebahagiaan

"Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka." (QS. Muhammad: 12)

5.    Berusaha meraih materi yang mendatangkan kebahagiaan.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Islam tidak mengingkari urgensi  meteri untuk merealisasikan kebahagiaan. Hanya saja, semua materi ini bukan sebagai syarat mutlak untuk mendapatkan kebahagiaan, namun hanya sebagai sarana saja. Banyak nash menguatkan kenyataan ini, di antaranya firman Allah Ta'ala,

زق الر من والطيبات لعباده أخرج التي الله زينة م حر من قل

"Katakanlah: 'Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" (QS. Al A'raaf: 32)

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "sebaik-baik harta adalah yang dimiliki hamba shalih." Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "di antara unsur kebahagiaan anak Adam: istri shalihah, tempat tinggal luas, dan kendaraan nyaman."

Islam tidak mengingkari urgensi meteri untuk merealisasikan kebahagiaan.Hanya saja, semua materi ini bukan sebagai syarat mutlak untuk mendapatkan kebahagiaan, namun hanya sebagai sarana saja.

6.    Memanajemen waktu. Waktu adalah modal utama manusia selama hidup di dunia.

Karenanya Islam sangat memperhatikan waktu dan akan meminta pertanggungjawaban seorang mukmin tentang waktunya. Dan kelak di hari kiamat, dia akan ditanya tentang waktunya. Perintah dalam Islam sangat membantu manusia uantuk mengatur waktunya dan memanfaatkannya dengan baik antara memenuhi kebutuhan hidup dan materinya di satu sisi, dan untuk memenuhi kebutuhan ruhani dan ibadah pada sisi lainnya. Islam telah memerintahkan orang beriman untuk memanfaatkan waktu unutk kebaikan dan amal shalih.

Allah Ta'ala berfirman,

يأتي . أن قبل من رزقناكم ما من وأنفقوا الخاسرون هم فأولئك ذلك يفعل ومن الله ذكر عن أوالدكم وال أموالكم تلهكم ال آمنوا الذين ياأيهاالحين الص من وأكن دق فأص قريب أجل إلى رتني أخ لوال رب فيقول الموت أحدكم

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari  mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: 'Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh?'." (QS. Al Munaafiquun: 9-10)

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak tergelincir dua kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga Allah menanyakan empat hal: Umurnya, untuk apa selama hidupnya dihabiskan; Waktu mudanya, digunakan untuk apa saja; Hartanya, darimana dia mendapatkan dan untuk apa saja dihabiskannya; Ilmunya, apakah diamalkan atau tidak." (HR. Tirmidzi )

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda yang lain,

والفراغ ة ح الص الناس من كثير فيهما مغبون نعمتان

"Ada dua nikmat yang mayoritas orang merugi pada keduanya, yaitu (nikmat) sehat dan waktu luang." (HR. Al Bukhari dari Ibnu Abbas)

NIKMAT & BAHAGIANYA BERIBADAH LILLAHI TA'ALA

Tidak diragukan lagi bahwa ibadah menghadirkan rasa nikmat, kebahagiaan hati kelapangan dada, dan ketentraman jiwa. Rasa-rasa ini hadir ketika seorang hamba sedang melaksanakan ibadah kepada penciptanya. Dan rasa itu terus berlanjut walau sudah selesai dari melaksanakannya.

Seorang 'abid (yang beribadah) merasakan manisnya iman dalam hatinya, kenikmatan bermunajat dalam dzikir mereka, ketenangan dan ketentraman jiwa ketika ruku' dan sujud. Semua ini adalah kenikmatan ibadah yang sebenarnya diharap oleh nafsun muthmainnah (jiwa yang tenang).

Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam sabdanya:

الة الص في عيني ة قر وجعلت

“Dan dijadikan penyejuk mataku di dalam shalat.” (HR. An-Nasai, dihasankan Asy-Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahihul Musnad, 1/82)

Beliau shallallahu 'alaihi wasallam memberikan pernyataan seperti ini karena beliau mendapatkan kelezatan dan kebahagiaan hati ketika mengerjakan shalat. Panjangnya shalat malam beliau merupakan satu bukti tentang kelezatan yang beliau peroleh tatkala bermunajat kepada Rabb-nya.

Menjelang wafat, Mu’adz bin Jabal radhiallahu 'anhu menangis. Namun ia bukan menangisi ajal yang akan menjemputnya. Berikut sebab tangisnya:

الذكر خلق عند كب بالر العلماء مزاحمة و تاء الش ليل قيام و الهواجر ظمأ على أبكي إنما

“Aku menangis hanyalah karena aku tidak akan merasakan lagi rasa dahaga (orang yang berpuasa) ketika hari sangat panas, bangun malam untuk melaksanakan shalat di musim yang dingin, dan berdekatan dengan orang-orang yang berilmu saat bersimpuh di halaqah dzikir."

Aku menangis hanyalah karena aku tidak akan merasakan lagi rasa dahaga (orang yang berpuasa) ketika hari sangat panas, bangun malam untuk melaksanakan shalat di musim yang dingin, . .  (Mu'adz bin Jabal)

Kenikmatan yang dirasakan seorang hamba dalam ibadahnya tadi merupakan anugerah Allah terbesar baginya. Dia akan selalu rindu dengan ibadah dan senantiasa menunggu-nunggu kehadirannya. Sebelum waktu ibadah itu tiba, dia sudah bersiap diri menyambutnya.

Namun, tidak semua orang yang beribadah merasakan kenikmatan tersebut. Allah sebutkan tentang kondisi orang munafikin yang kosong dari kenikmatan dalam melaksanakan ibadah yang paling utama, yaitu shalat.

قليال إال الله يذكرون وال الناس يراءون كسالى قاموا الة الص إلى قاموا وإذا

"Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali." (QS. An Nisa': 142)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam menfasirkan ayat di atas, "inilah sifat orang munafikin terhadap amal ibadah yang paling mulia, utama, dan terbaik, yaitu shalat. Jika melaksanakannya, mereka berdiri dengan malas. Hal ini disebabkan karena tidak ada niatan dalam dirinya, tidak mengimaninya, dan tidak memahami maknanya."

Page 5: Agama sebagai sumber kebahagiaan

Sesungguhnya orang yang merasakan kenikmatan ibadah memiliki tanda-tanda dzahir sebagaimana iman juga memiliki indikasi-indikasi dzahirnya. Allah berfirman,

جود الس أثر من وجوههم في سيماهم

"Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud." (QS. Al Fath: 29)

Abu Darda', salah seorang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Wahai Ahlul Madinah, kenapa aku tidak melihat kenikmatan iman pada diri kalian? Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalau seandainya seekor hewan merasakan kenikmatan iman pasti akan terlihat manisnya iman padanya." (Dalam az Zuhd libni al Mubarak dan Syu'ab al Iman milik Imam al Baihaqi: III/130)

Di antara tanda-tanda orang merasakan nikmatnya ibadah adalah bersegera melaksanakan ketaatan, memperpanjang bacaan shalat, merutinkan puasa, memperbanyak tilawah al Qur'an, merasa rugi jika tertinggal dari melaksanakan ketaatan, dan rindu bertemu dengan Allah untuk merasakan kenikmatan terbesar.

Pertama, bersegera melaksanakan ketaatan

Sikap seorang mukmin jika menghadapi macam ibadah apapun, dia akan bersegera melaksanakannya karena rindu dengan kedatangannya. Baik terhadap waktu shalat, kedatangan bulan ramadlan, haji, jihad atau ibadah lainnya.

Dia berusaha agar tidak didahului oleh orang lain dalam masalah ibadah. Sebagaimana dia tidak mau menjadi urutan pertama dalam urusan dunia dan terlambat dalam urusan akhirat. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

منها خارج آخر وال وق الس داخل أول تكن ال

"Janganlah menjadi orang yang pertama kali masuk ke dalam pasar dan yag terakhir keluar darinya." (HR. at Thabrani dalam al Kabir dengan sanad shahih dan al Baihaqi dalam Syu'ab al Iman) karena pasar menjadi markaz syetan dan dikibarkan bendera mereka. Hal ini menunjukkan agar seorang mukmin tidak berlomba dan berkompetisi dalam urusan dunia, tapi mereka hanya mau berkompetisi dalam urusan akhirat.

Berlomba-lomba menjadi juara pertama dalam urusan akhirat tidaklah masuk kategori kompetisi yang tercela. Bahkan mengalah dalam hal ini tidak diperbolehkan. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

اآلخرة عمل في إال خير شيء كل في التؤدة

"Mengalah (mendahulukan yang lain) dalam segala sesuatu itu baik, kecuali dalam urusan akhirat." (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh al Hakim dan disepakati oleh al Dzahabi dari Sa'id bin Abi Waqqash dalam Shifatus Shafwah (III/304).

'Adi bin Hatim, salah seorang shabat, sudah bersiap-siap melaksanakan shalat sebelum datang waktunya dan selalu rindu dengan kehadirannya. Dia menyatakan, "tidaklah datang waktu shalat kecuali aku sudah siap. Dan tidaklah datang waktu shalat kecuali aku sudah sangat rindu melaksanakannya."

Tokoh besar Tabi'in, Sa'id bin Musayyib mengatakan, "sejak tiga puluh tahun, tidaklah seorang mu'adzin mengumandangkan adzan kecuali aku sudah berada di masjid."

. . . sejak tiga puluh tahun, tidaklah seorang mu'adzin mengumandangkan adzan kecuali aku sudah berada di masjid. . . (Sa'id bin Musayyib)

Beliau juga pernah mengatakan, "aku tidak pernah ketinggalan takbir pertama dalam shalat selama 50 tahun. Aku juga tak pernah melihat punggung para jamaah, karena aku selalu berada di shaf terdepan selama 50 tahun."

Muhammad bin Sama'ah at Tamimi rahimahullah menyatakan selama empat puluh tahun tidak pernah tertinggal takbiratul ihramnya imam, kecuali ketika ibunya meninggal.

Muhammad bin Sama'ah at Tamimi . . . selama empat puluh tahun tidak pernah tertinggal takbiratul ihramnya imam. . .

Al Imam al Qari', 'Ashim bin Abil Junud ketika melewati sebuah masjid pasti beliau mampir untuk melaksanakan shalat di sana. Hal ini karena beliau sangat rindu dengan shalat.

Yunus bin Ubaid sudah dalam kondisi siap sebelum perintah Allah datang kepadanya. Makanya dia senantiasa dalam kondisi suci supaya tidak tertinggal dari shalat sunnah atau shalat wajib ketika datang waktunya.

Juga perlu diketahui, syetan berusaha keras agar seorang mukmin terlambat melaksanakan ibadah. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan, syetan mengikatkan tiga ikatan pada tengkuk seseorang ketika sedang tidur. Pada setiap ikatan tadi syetan mengatakan, "malam masih panjang teruslah tidur." Dan ketika orang tadi bangun lalu mengingat Allah, maka lepaslah satu ikatan darinya. Lalu jika dia berwudlu, lepas satu ikatan lagi. Dan jika ia shalat maka lepaslah seluruh ikatan syetan sehingga di pagi hari dia akan semangat. Dan jika  tidak melakukan semua tadi, di paginya dia akan malas."(HR. Al Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

. . . syetan berusaha keras agar seorang mukmin terlambat melaksanakan ibadah . . . Karenanya jangan ditunda-tunda ketika ingin melaksanakan ibadah dan ketika tiba kesempatan beribadah.

Kedua, memperpanjang bacaan shalat

Orang yang merasakan nikmatnya ibadah tidak akan merasakan banyaknya waktu yang dihabiskannya, bahkan waktu yang panjang terasa sebentar.

Setahun dihabiskan untuk kesenangan terasa sebentar Sehari yang berisi keburukan terasa setahun

Dari sini, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan qiyamullail dengan membaca surat al Baqarah, Ali Imran, dan al Nisa' dalam satu rakaat. Tidak terasa waktu yang lama itu karena terisi nikmatnya munajat.

Begitu juga yang dijalankan oleh para sahabat beliau shallallahu 'alaihi wasallam dan para pengikut mereka. Diriwayatkan dari khalifah Utsman bin 'Affan, beliau menghatamkan Al Qur'an dalam satu rakaat. (Diriwayatkan Abu 'Ubaid dalam Fahlaa-il al Qur'an: hal. 90).

Beliau bisa begitu karena tidak merasa capek dengan lamanya berdiri dalam shalat karena merasakan nikmatnya membaca Al Qur'an. Beliau sendiri pernah berkata:

ربكم كالم من شبعتم ما قلوبكم طهرت لو

"Jika hati kalian bersih, pasti tidak akan pernah kenyang untuk membaca al Qur'an." (HR. Ahmad dalam Zawaid al Zuhd: 155)

Page 6: Agama sebagai sumber kebahagiaan

Tamim ad Daari, Sa'id bin Jubair, dan Imam Abu Hanifah rahimahumullah menghatamkan Al Qur'an dalam satu raka'at bersama beberapa orang, sebagaimana yang dikomentari oleh Imam Nawawi rahimahullah, "boleh jadi ini pada malam musim dingin yang panjang, ditambah lagi berkahnya masa pada zaman itu." (At Tibyan fi Aadaab Hamalah Al Qur'an: 81)

"Jika hati kalian bersih, pasti tidak akan pernah kenyang untuk membaca al Qur'an."Abu Ishaq al Sabi'ii rahimahullah ketika sudah tua tidak mampu berdiri shalat sehingga harus dibantu. Jika sudah berdiri shalat, beliau membaca seribu ayat. Beliau mengatakan, "aku sudah tua dan tulangku sudah lemah, sungguh hari ini, aku berdiri shalat dengan membaca surat al Baqarah dan Ali Imran."

Subhanallah, di kala sudah tua dan lemah, beliau berdiri shalat dan tidak ruku' kecuali setelah membaca surat al Baqarah dan Ali Imran. Untuk membaca kedua surat tadi, paling tidak dibutuhkan waktu satu seperempat jam.

Di bawah itu ada 'Atha bin Abi Rabbaah (w. 114 H.) pada saat sudah tua dan lemah, beliau melaksanakan shalat dan membaca dua ratusan ayat dari suarat al Baqarah dengan berdiri, selama itu beliau tidak bergeser dan tidak bergerak. (Dikeluarkan oleh al Baihaqi dalam Syu'ab al Imaan: 6/783)

Khalid bin Daarik berkata, "kami memiliki seorang imam di Bashrah. Dia menghatamkan Al Qur'an empat hari sekali selama bulan Ramadlan. Dan kami menilainya sudah meringankan bacaan." Artinya dia membaca seperempat Al Qur'an setiap harinya, dan masih dianggap telah meringankannya. Tidak ada penafsiran lain kecuali mereka itu jika sudah menghadap Rabb-nya Yang Mahasuci dan Maha tinggi, mereka lupa kepada selain-Nya.

Ada bentuk memanjangkan shalat yang lain, yaitu shalat Shubuh dengan wudlu isya'. Dan sudah banyak  ulama Salafus Shalih yang mengerjakannya. Maknanya mereka tidak tidur semalaman, waktunya diisi dengan ibadah dan berkhalwah (menyendiri) dengan Allah 'Azza wa Jalla.

Di antara mereka adalah Sa'id bin Musayyib rahimahullah. Disebutkan bahwa beliau melakukan shalat Shubuh dengan wudlu Isya' selama lima puluh tahun. Ini adalah imam at tabi'in dan pemimpin mereka. Dalam amalnya tidak ada yang diingkari. Hal itu tidak hanya dikerjakan satu atau dua tahun. Kalau seandainya jumlah yang disebutkan itu dibesar-besarkan, maka prakteknya tidak akan kurang dari setengahnya.

Ulama salaf lainnya adalah Sulaiman al Taimi al Bashri rahimahullah yang shalat shubuh dengan wudlu' isya' selama 40 tahun.

Di antara salafus Shalih ada yang bersungguh-sungguh ibadah sehingga kalau dikatakan kiamat terjadi besok hari, dia tidak bisa lagi menambah amal ibadahnya, karena sudah dikerjakan melebihi kemampuan. Di antara mereka ada Abu Muslim al Khaulani rahimahullah, beliau berkata, "kalau dikatakan padaku, Jahannam sudah dinyalakan, maka aku tak bisa lagi menambah amalku."

Kenikmatan ibadah yang dirasakan sebagian ulama menjadikan mereka berdoa kepada Allah agar menganugerahkan shalat di kuburnya. Harapannya supaya bisa merasakan nikmatnya shalat di alam kubur sebagaimana yang dirasakannya di dunia. Dan Allah mengabulkan permohonannya itu.

"Ya Allah, jika Engkau masih memberikan kesempatan untuk shalat dalam kuburnya, maka berikan aku kesempatan shalat dalam kuburku." (doa Tsabit al Bannaani)

Tsabit bin Aslam al Bannaani al Bashri rahimahullah berkata, "tidak ada sesuatu yang kurasakan dalam hatiku lebih nikmat daripada qiyamullail." Dan beliaupun berdo'a "Ya Allah, jika Engkau masih memberikan kesempatan untuk shalat dalam kuburnya, maka berikan aku kesempatan shalat dalam kuburku." (Dikeluarkan oleh al Baihaqi dalam Syu'ab al Imaan: 6/402)

Lalu Allah mengabulkan permintaannya, maka dilihat oleh Abu Sinan -orang yang menguburkannya-Tsabit shalat dalam kuburnya. Dan ada orang yang bersumpah telah bermimpi melihatnya shalat di kubur dengan memakai pakaian sutera hijau.

Mereka menghidupkan malamnya dengan ketaatan kepada Rabb-nyaDengan tilawah, tadharru', dan berdoa

Air mata mereka mengalir dengan derasSeperti mengalirnya lembah karena hujanDi waktu malam laksana rahib, dan ketika berjihadmenghadapi musuhnya, mereka ksatria paling beraniDi wajahnya terdapat bekas sujud pada tuhan-nyaDengannya kilauan pancaran cahaya-nya

Imam al Syatibi rahimahullah berkata, "yang disebutkan tentang orang shalih terdahulu berupa amal-amal mereka yang berat yang tidak bisa dikerjakan kecuali oleh pribadi-pribadi yang telah Allah persiapkan untuk melaksanakannya dan menyiapkannya untuk mereka. Allah telah menjadikan mereka suka kepada amal-amal itu. Hal itu tidaklah menyimpang dari sunnah, bahkan mereka tergolong dalam kelompok as Sabiqiin (bersegera melaksanakan ketaatan), semoga Allah menjadikan kita dalam barisan mereka. Hal itu dikarenakan alasan yang menjadikan dilarangnya beramal yang berat telah hilang dari diri mereka. Maka larangan itu tidak berlaku atas mereka." (Al Muwafaqaat: 2/140)

Sesungguhnya kenikmatan ibadah bukan ada pada zaman dahulu saja. Al Hamdulillah, zaman kita sekarang juga masih ada. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz rahimahullah selalu menjaga qiyamullail dalam kondisi muqim atau safar. Dikisahkan oleh salah seorang sahabat beliau, dalam sebuah perjalan darat dari Riyadl ke Makkah. Di pertengahan malam, pukul 24.00 waktu setempat, Syaikh berkata: "Bagaimana kalau kita tidur dulu di sini kemudian kita lanjutkan perjalanan esok pagi?" Orang-orang yang dalam rombongan beliau setuju. Lalu mereka tidur, sedangkan  Syaikh minta air untuk wudlu kemudian shalat sebanyak yang beliau mau, setelah itu beliau tidur. Ketika bangun shalat Shubuh, mereka dapati Syaikh telah lebih dulu bangun dan sudah shalat. (Sekilas biografi Syaikh Abdul 'Aziz bin Bazz oleh Andurrahman al Rahmah : 236-237)

Suatu kali beliau diundang ke Jeddah -waktu itu beliau berada di Makkah-, beliau sanggupi undangan itu. Beliau kembali ke rumahnya di Makkah pada pukul 02.00 dini hari. Orang-orang dalam rombongan beliau tidur. Ketika sudah masuk waktu untuk shalat tahajjud, sekitar pukul 03.00, beliau membangunkan mereka untuk shalat. Kamudian beliau shalat hingga masuk shubuh. Setelah shalat, beliau menyampaikan ceramah sebentar lalu melakukan aktifitas mu'amalah. 

Itulah beliau, di tengah-tengah agenda harian beliau yang padat, tidak pernah meninggalkan qiyamullail.

Wahai ikhwan fillah, contoh-contoh yang disebutkan di depan terasa jauh dari angan-angan kita. Jika antum sekalian mau, pasti bisa Insya Allah. Caranya, laksanakan secara bertahap, sedikti-demi sedikit. Mulailah shalat malam dengan beberapa surat pendek. Setelah berjalan beberapa hari, mulailah membaca surat-surat panjang. Lama-kelamaan, antum akan terbiasa melaksanakan shalat dengan lama. Jangan seperti orang yang langsung shalat dengan bacaan panjang lalu berhenti, tidak melaksanakannya lagi. 

Sesungguhnya amal yang disenangi Allah adalah yang kontinyu walau sedikit.

Sudahkan Anda Merasakan Nikmatnya Ibadah?

Sesungguhnyaibadah itu memiliki rasa nikmat, kebahagiaan dan ketentraman yang hanya bisadiketahui oleh orang yang merasakannya. Bahkan, kesempurnaan ibadah seseorangditandai kalau dia bisa merasakan bahwa ibadah itu nikmat. Karenanya, ia akanmengesampingkan segala kenikmatan dunia untuk mencapai kenikmatan tersebut. Kenikmatanibadah merupakan buah dari keimanan yang menancap kuat dalam diri seorang hambalalu dibuktikannya dengan melaksanakan ibadah dan beramal shalih. Maka dalamibadah dan amal shalih yang didasari iman dan muncul dari keimanan yang bisamelahirkan kenikmatan dan kelezatan serta kebahagiaan.

Page 7: Agama sebagai sumber kebahagiaan

 Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernahbersabda berkaitan dengan kenikmatan ibadah ini, 

رسوال وسلم عليه الله صلى د ديناوبمحم وباإلسالم ربا بالله رضي من اإليمان ذاقطعم “Pastiakan merasakan manisnya iman orang yang ridla Allah sebagai Rabb, Islam sebagaidien/aturan hidup, dan Muhammad shallallahu'alaihi wasallam sebagai rasul.” (HR. Muslim dari al Abbas binAbdil Muthalib). Kenikmatanibadah merupakan buah dari keimanan yang menancap kuat dalam diri seorang hambalalu dibuktikannya dengan melaksanakan ibadah dan beramal shalih. MenurutIbnul Qayyim rahimahullah,kalau tiga keridlaan ini ada dalam diri seseorang maka dia menjadi orang yangbenar-benar jujur dalam beriman. Hal ini sesuai dengan firman Allah, 

ادقون همالص أولئك الله سبيل في وأنفسهم بأموالهم يرتابواوجاهدوا لم ثم ورسوله بالله آمنوا الذين إنماالمؤمنون “Sesungguhnya orang-orang mukmin yangsebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudianmereka tidak ragu-ragu lagi, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa merekadi jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. alHujurat: 15) Dalam Shahihain, dari Anas binMalik, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda, “tigahal yang terdapat dalam diri seseorang, maka ia akan merasakan manisnya iman:Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, tidaklah ia mencintaiseseorang kecuali karena Allah, dan ia benci kembali kepada kekufuran setelahAllah menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.” Dalamriwayat Imam Ahmad, dari Abu Razin al ‘Uqaili rahimahullah, “apabila kamu seperti itu maka benar-benar iman sudahmasuk ke dalam hatimu sebagaimana masuknya kecintaan kepada air bagi orang yangkehausan di tengah hari yang terik.” Maknamanisnya iman adalah nikmatnya melaksanakan ketaatan dan menanggung beban beratdalam melaksanakan sesuatu yang diridlai Allah an Rasul-Nya sertamengutamakan hal tersebut atas tawaran dunia. Maknamanisnya iman adalah nikmatnya melaksanakan ketaatan dan menanggung beban beratdalam melaksanakan sesuatu yang diridlai Allah 'Azza wa Jala dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam sertamengutamakan hal tersebut atas tawaran dunia. IbnulQayim bercerita tentang gurunya, Ibnu Taimiyah: “sungguh aku pernah mendengarSyaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “sesungguhnya di dalam dunia ada sebuahsurga. Barangsiapa yang tidak memasukinya, maka ia tidak akan bisa memasukisurga akhirat.” sesungguhnyadi dalam dunia ada sebuah surga. Barangsiapa yang tidak memasukinya, maka iatidak akan bisa memasuki surga akhirat.” Ibnu Taimiyah Padasuatu hari ia juga bercerita kepadaku, “apa yang yang akan dilakukan olehmusuh-musuhku terhadapku? Sesungguhnya surgaku dan tamanku ada di dalam dadaku.Kemanapun aku pergi ia selalu bersamaku. Sungguh penjaraku adalah khalwat(menyepi)ku bersama Allah, kematianku adalah kesyahidan, dan pengusiran dirikudari negeriku adalah tamasya.” Dalampenjaranya di sebuah benteng, Ibnu Taimiyah berkata, “jika benteng bersamaisinya ini diganti dengan emas, tentu itu tidak imbang dengan nilai syukurkukepada Allah atas nikmat ini.” Atau dengan ungkapan lain, pahala kebaikan dariibadah yang dilakukannya di dalam benteng penjaranya tidak bisa diukur denganbanyaknya kemewahan dunia. Dalamsujud di tempat penjaranya, beliau berdoa, “Ya Allah mudahkanlah diriku untukberdzikir kepadamu, bersyukur kepada-Mu, dan memperbagus ibadah kepada-Mu.”Kemudian beliau berkata kepadaku, “penjara adalah untuk orang yang inginmemenjarakan hatinya hanya buntuk Allah, sedangkan istana adalah untuk orangyang ingin mengumbar nafsunya.” KetikaIbnu Taimiyaha sudah ke dalam benteng penjara dan ia melihar pagar temboktinggi yang memagarinya, maka ia membaca ayat Al Qur’an, 

العذاب منقبله وظاهره حمة الر فيه باطنه باب له بسور فضرببينهم “lalu diadakan di antara mereka dindingyang mempunyai pintu. Di bagian dalamnya ada rahmat dan di bagian luarnya adaadzab.” (QS. Al Hadid: 13) Demiilmu Allah, dan aku tidak melihat seseorang pun yang hidupnya lebih bahagiadaripada Ibnu Taimiyah, walaupun ia berada pada sempitnya penghidupan, tiadanyakesejahteraan dan kenikmatan. Justru aku melihat kebalikannya. Memang ia beradadalam penjara, intimidasi dan siksaan, namun ia adalah manusia yang palingbahagia hidupnya, paling lapang dadanya, paling kuat hatinya dan paling tenangjiwanya sampai kebahagiaan dan kedamaiannya memancarkan cahaya di wajahnya. Demiilmu Allah, dan aku tidak melihat seseorang pun yang hidupnya lebih bahagiadaripada Ibnu Taimiyah, walaupun ia berada pada sempitnya penghidupan, tiadanyakesejahteraan dan kenikmatan. Jikakami dihantui ketakutan dan dihimpit urusan dunia, maka kami datang kepadanya.Tatkala kami melihatnya dan mendengarnya petuahnya, maka hilanglah segalaketakutan dan kehinaan. Setelah itu kami menjadi bahagia, kuat, yakin, dantenang. Mahasuci Allah yang telah menunjukkan surga kepada hamba-hamba-Nyasebelum mereka bertemu dengan-Nya. Maha Suci Allah yang telah membukakanpintu-pintu surga di dunia sehingga mereka merasakan kedamaian, kebahagiaan,dan kebaikan selama mereka terus berusaha dan berlomba-lomba untukmendapatkannya.” (AlWabilush Shayyib, karya Ibnul Qayim, hal. 63) Sebagianulama mengatakan, “orang miskin di dunia yang sebenarnya adalah orang yangmeninggalkan dunia, sementara mereka belum pernah merasakan yang paling indahdi dalamnya, yaitu cinta kepada Allah dan beribadah kepada-Nya.” Orangmiskin di dunia adalah orang yang belum pernah merasakan cinta kepada Allah dannikmatnya beribadah kepada-Nya. Orang-orangshaleh merasakan kebahagiaan hidup dengan shalat, ibadah dan dzikir malam.Karena itu ada ada salah seorang dari mereka sampai mengatakan, “selama empatpuluh tahun aku tidak meras sedih melainkan sedih atas datangnya waktu siang.” AlFudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “ketika matahari terbenam, aku akanmenjadi bahagia. Karena dalam kegelapan malam aku bermunajat kepada Allah.” .. . kenikmatan yang dirasakan orang-orang yang beribadah pada malam hari lebihterasa nikmat daripada hiburan orang-orang yang berfoya-foya di siang hari. . . AbuSulaiman ad Darani rahimahullah berkata,“kenikmatan yang dirasakan orang-orang yang beribadah pada malam hari lebihterasa nikmat daripada hiburan orang-orang yang berfoya-foya di siang hari.Jika bukan karena waktu malam, maka aku tidak suka berlama-lama hidup didunia.”