AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM

34
AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM Makalah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Semester 1 Kelas Sore Program Studi Sosiologi STISIPOL RAJA HAJI TANJUNGPINANG Disusun Oleh REVAN RASKI 12103093 DEANI PUSPITA 12103022 M.KHALIQ LAGUHU 12103023 DOSEN PENGAJAR/PEMBIMBING Drs.H.Muhammad Idris DM. MM,Msi

Transcript of AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM

Page 1: AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM

AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM

Makalah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Akhir Semester

Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

Semester 1 Kelas Sore Program Studi Sosiologi

STISIPOL RAJA HAJI

TANJUNGPINANG Disusun Oleh

REVAN RASKI 12103093

DEANI PUSPITA 12103022

M.KHALIQ LAGUHU 12103023

DOSEN PENGAJAR/PEMBIMBING

Drs.H.Muhammad Idris DM. MM,Msi

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSISAL DAN ILMU POLITIK

RAJA HAJI

TANJUNGPINANG TAHUN AJARAN 2012-2013

Page 2: AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam adalah rahmat bagi semesta alam. Menjadi rahmat bagi orang yang tidak mempercayai Islam sekalipun, bahkan orang-orang yang memusuhi Islam. Islam yang hadir pada saat manusia dalam kegelapan dan kebekuan moral, telah merubah dunia dengan wajah baru, terutama dalam hal “revolusi akhlak”.Nabi Muhammad SAW di utus, tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia dari kebiadaban menuju umat yang berkedaban.

Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabiat, perangai, karakter manusia yang baik maupun buruk dalam hubungannya dengan Allah SWT dan sesama makhluk. Tak bisa dipungkiri betapa pentingnya kita sebagai seorang muslim mengenal akhlak dalam aplikasi kehidupan kita dalam hubungan dengan lingkungan, sesama manusia, bangsa dan negara, hingga hubungan kita dengan Allah SWT.

Perintah untuk bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla senantiasa relevan dengan waktu dan tempat, kapanpun dan dimanapun. Mengingat, ragam fitnah yang mengancam hati seorang hamba, lingkungan yang tidak kondusif ataupun lantaran hati manusia yang rentan mengalami perubahan dan sebab-sebab lainnya yang berpotensi menimbulkan pengaruh negatif pada keimanan dan ketakwaan.

Taqwa sangat penting dan dibutuhkan dalam setiap kehidupan seorang muslim. Namun masih banyak yang belum mengetahui hakekatnya. Setiap jumat para khatib menyerukan taqwa dan para makmumpun mendengarnya berulang-ulang kali. Namun yang mereka dengar terkadang tidak difahami dengan benar dan pas.

Persoalan yang kemudian muncul adalah bagaimana cara kita berakhlak dan bertakwa dengan benar sehingga kita dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan kita secara benar pula. Sebagaimana kenyataan saat ini, bangsa kita yang tercinta ini tengah dilanda persoalan pelik yang sesungguhnya berakarkan terpuruknya akhlak dan ketakwaan manusia-manusia kita, serta hilangnya dasar-dasar penanaman moral dan etika.

B. RUMUSAN MASALAH

Untuk berakhlak dan bertakwa dengan benar tentu bukan masalah yang gampang, banyak benturan benturan yang akan di alami kita selaku manusia, untuk itu di perlukan pengajaran yang baik tentang cara berakhlak dan bertakwa yang benar

Page 3: AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM

serta adanya dorongan dari diri sendiri untuk melakukan hal hal yang tidak bertentangan dengan akidah islam.

Maka diperlukan sub pokok bahasan yang paling berhubungan, sehingga penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. apa pengertian dari akhlak dan takwa dalam islam?

2. apa yang dimaksud dengan akhlakul karimah dan madzmumah?

3. bagaimanakah pengaruh akhlak dalam kehidupan?

4. bagaimakah kedudukan takwa dalam islam?

C. ALASAN PENULISAN MAKALAH

Tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir semester mata kuliah pendidikan agama islam semester 1, kelas sore, program studi sosiologi dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan penulis dan pembaca tentang akhlak dan takwa dalam islam , dan dapat mengimplementasikan dalam kehidupan.

Page 4: AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Akhlak

A,1. Pengertian Dan Ruang Lingkup Akhlak

            Kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun ق�� ل yang خ�menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun ق�� ل yang berarti خ�kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq �ق� ال ;yang berarti pencipta  خ�demikian pula dengan akhluqun و�ق�� ل .yang berarti yang diciptakan م�خ�

Secara epistemologi atau istilah akhlak bisa diartikan berbagai perspektif sesuai dengan para ahli tasawuf diantaranya :

Ibnu Maskawaih memberikan definisi sebagai berikut:

�ة و�ي و�ر� �ر� ف�ك �ر� غ�ي م�ن� �ه�ا �ف�ع�ال ا �ى �ل ا � له�ا �ة� ي د�اع� �ف�س� �لن ل ح�ال$

Artinya:

“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.

Imam Al-Ghozali mengemukakan definisi Akhlak sebagai berikut:

�ة� ه�و�ل �س� ب ف�ع�ال� �ال� ا �ص�د�ر� ت �ه�ا ع�ن خ�ة� اس� ر� �ف�س� الن ف�ى �ة� �ئ ه�ي ع�ن� ة� �ار� ب ع� ل�ق� �خ� �ل ا�ة� و�ي و�ر� �ر� ف�ك �ل�ى ا ح�اج�ة� �ر� غ�ي ر�م�ن� �س� و�ي

Artinya:

Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memertrlukan pertimbangan pikiran(lebih dahulu)”.

Prof. Dr. Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang disebut akhlak “Adatul-Iradah” atau kehendak yang dibiasakan. Definisi ini terdapat dalam suatu tulisannya yang berbunyi:

$ �أ ي ش� �اد�ت� اع�ت �ذ�ا ا اد�ة� ر� �إل� ا ن�� أ �ى �ع�ن ي اد�ة� ر� �ال� ا ع�اد�ة� �ه� ن

� �أ ب �ق� ل �لخ� ا �ع�ض�ه�م� ب ف� ع�ر��ق� �خ�ل �ال ب م�اة� �م�س� ال ه�ي� �ه�ا ف�ع�اد�ت

Artinya:

“Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinakamakan akhlak.”

Page 5: AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM

Makna kata kehendak dan kata kebiasaan dalam penyataan tersebut dapat diartikan bahwa kehendak adalah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedang kebiasaan ialah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan dari kekuatan yang besar inilah dinamakan Akhlak.

Sekalipun ketiga definisi akhlak diatas berbeda kata-katanya, tetapi sebenarnya tidak berjauhan maksudnya, Bahkan berdekatan artinya satu dengan yang lain. Sehingga Prof. Kh. Farid Ma’ruf membuat kesimpulan tentang definisi akhlak ini sebagai berikut:

“Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu”.

Karena itulah, maka kebenaran pedoman dan tuntunan untuk mengetahui segala perbuatan yang buruk sangatlah diperlukan. Masalahnya adalah dari mana manusia dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk? Tentu jawabannya adalah Al-Quran dan Sunah. Dari kedua sumber itulah manusia dapat mengetahui berbagai pedoman dan tuntunan mengenai perbuatan-perbuatan yang baik dan perbuatan-perbuatan yang buruk.

Adapun dalam makalah ini penulis membagi ruang lingkup akhlak menjadi 2 bagian yaitu:

1. akhlak terhadap Allah

2. akhlak terhadap makhluk

Akhlak kepada allah antara lain :

1.Beribadah kepada Allah, 2.Berzikir kepada Allah, 3. Berdoa kepada Allah, 4. Tawakal kepada Allah, 5. Tawaduk kepada Allah.

Akhlak kepada makhluk antara lain :

1. Akhlak terhadap manusia diantaranya yaitu terhadap Rasulullah, orang tua, diri sendiri,dan masyarakat.

2. Akhlak terhadap bukan manusia diantaranya yaitu terhadap malaikat,jin,lingkungan hidup.

A,2. Akhlakul Karimah dan Madzmumah

a.Akhlakul karimah

Akhlakul karimah (Akhlak terpuji) adalah suatu aturan atau norma yang mengatur hubungan antar sesama manusia dengan tuhan dan alam semesta.

Page 6: AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM

Macam-macam Akhlakul karimah

1. Khusnudzhan

Berasal dari lafal husnun ( baik ) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka buruk terhadap seseorang. Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib, wujud husnuzan kepada Allah dan Rasul-Nya antara lain: Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul-Nya Adalah untuk kebaikan manusia. Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti berakibat buruk. Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan). Husnuzan kepada sesama manusia berarti menaruh kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan. Husnuzan berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri maupun orang lain.

Hikmah yang dapat kita ambil dari husnudzhan kepada Allah, yaitu :

a) Banyak bersyukur kepada Allah

b) Selalu beribadah kepada Allah

c) Tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun

d) Mencintai Allah SWT dengan cara mencintai perintah-perintah-Nya dan membenci perbuatan yang dilarang-Nya.

e) Ridho dan ikhlas terhadap qadha dan qadar Allah.

f) Mentaati, takut dan bertaqwa kepada Allah SWT.

g) Bertaubat kepada Allah

h) Selalu mencari keridhaan Allah SWT

i)  Selalu memohon dan berdoa kepada Allah

j) Meniru sifat-sifat Allah, meneladani asmaul husna yang diterapkan dalam kehidupan.

Husnudzhan terhadap sesama manusia yaitu memiliki sifat berprasangka baik terhadap sesama manusia dan jangan memiliki prasangka buruk terhadap manusia.

2. Qana’ah

Qana’ah dalam kacamata ilmu akhlak memiliki arti menerima segala naugerah yang diberikan Allah SWT serta bersabar atas ketentuannya besar dan tidak meninggalkan usaha dan ikhtiar lahiriyah.

Page 7: AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM

Orang mempunyai sifat qana’ah akan memiliki pendirian apa yang diperoleh atau apa yang ada pada dirinya adalah sesuai dengan Qadar ketentuan Allah SWT sebagai firman-Nya.

Orang-orang yang bersifat qana’ah ialah mereka yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Ia menerima anugerah yang diberikan Allah SWT dan sabar atas ketentuan (ujian, cobaan) yang menimpanya.

b. Ia meminta tambahan yang layak, berusaha dan tawakal.

c.  Hatinya tidak tertarik (terpedaya) dengan kekayaan duniawi.

3. Tawaduk

Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan diri dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur. Allah berfirman , Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya, dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ”Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (Q.S. Al Isra/17:24) Ayat di atas menjelaskan perintah tawaduk kepada kedua orang tua.

4.  Ta’awun

Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan sesama manusia. Allah berfirman, ”…dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan…”(Q.S. Al Maidah/5:2)

5. Ikhlas

Ikhlas adalah mengerjakan sesuatu perbuatan yang baik tanpa pamrih kecuali hanya karena Allah dan mengharapkan ridha-Nya. Allah SWT berfirman :

Beramal dengan ikhlas akan menjadikan seseorang bekerja dengan jujur, disiplin dan tanggung jawab, serta sanggup berkorban dalam melaksanakan tugas pekerjaan tersebut.

6. Sabar

Sabar artinya tahan uji, tahan menderita, menerima apa yang diberikan Allah baik yang berupa nikmat maupun berupa penderitaan.

Orang yang sabar adlaah orang yang memiliki keteguhan dan ketabahan hati dalam usaha mencapai cita-cita. Pantang menyerah terhadap segala rintangan yang menghadangnya dan selalu sabar bahwa setiap cita-cita luhur memerlukan kesabaran (ketabahan). Sabar bukan berarti menyerah ketika mengalami kegagalan tanpa usaha yang maksimal. Akan tetapi ulet dan tahan banting di dalam menghadapi segala rintangan.

Page 8: AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM

7. Istiqomah

Dalam bahasa Indonesia padanan kata istiqomah adalah kata “taat asas”, yakni selalu taat dan setia kepada asas suatu keyakinan oleh sebab itulah orang yang istiqomah dikatakan juga sebagai orang yang taat asas.

Orang yang berlaku istiqomah disebut juga orang yang mempunyai resiko yang tidak kecil seperti mendapat celaan. Dalam hal ini orang yang istiqomah tidak pernah ragu, walalupun ia menghadapi kesulitan dalam perjuangannya.

8. Tasammuh

Dalam bahasa Indonesia, kata tasammuh dapat diartikan dengan tenggang rasa, lapang dada atau toleransi. Oleh karena itu orang yang bersifat tasammuh berarti memiliki kelapangan dada, menghormati orang yang berpendapat atau berpendirian lain, tidak mau mengganggu kebebasan berfikir dan orang berkeyakinan lain.

9. Ikhtiar (Kerja Keras)

Untuk mempertahankan hidup dan kehidupan, manusia dituntut untuk berjuang baik secara perorangan (individu) maupun secara kelompok (kolektif). Tuntutan tersebut berdasarkan fitrah (naluri) kemanusiaan yang tumbuh karena adanya hidayah dari Allah sesuai asas penciptaan-Nya. Sebagai mana Firman Allah SWT.

10. Berdoa

Yaitu memohon kepada Allah, agar segala yang telah kita lakukan ada dalam ridha Allah SWT dan diqobulkan oleh Allah SWT. 

b)Akhlak Al-Mazmumah

Akhlak Al-mazmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik seagaimana tersebut di atas. Dalam ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami  dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya.

Macam-macam akhlak Al-Mazmumah

1.Berbohong

Yaitu  memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak 

sesuai dengan yang sebenarnya.

2.Takabur (sombong)

Yaitu merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain.Pendek kata merasa dirinya lebih hebat.

Page 9: AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM

3.Dengki

Yaitu rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain.

4.Bakhil atau kikir

Yaitu sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk orang lain.

A,3.Akhlak Kepada Allah

Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian Agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikatpun tidak akan menjangkau hakekatnya.

1.Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang mulim beribadah membuktikan ketundukan dan kepatuhan terhadap perintah Allah. Berakhlak kepada Allah dilkakukan melalui media komunikasi yang telah disediakan, antara lain ibadah salat.

2.Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berdzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati sebagaimana diungkapkan dalam firman Allah :

... �ق�ل�وب� ال Dن� �ط�م�ئ ت الله� �ر� �ذ�ك �ب ال� أ

“Ingatlah, dengan dzikir kepada Allah akan mententramkan hati.” (Ar-Ra’d, 13: 28)

3. Berdoa kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidak mampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemaha kuasaan Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan do’a dalam ajaran Islam sangat luar biasa, karena ia mampu menembus kekuataan akal manusia. Oleh karena itu, berusaha dan berdoa merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu secara utuh dalam aktifitas hidup setiap muslim. Orang yang tidak pernah berdoa adalah orang yang tidak memnerima keterbatasan dirinya sebagi manusia karena itu dipandang sebagai orang yang sombong; suatu perilaku yang tidak disukai Allah.

4. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhn ya kepada Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat suatu keadaan.

Page 10: AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM

�ه� �ي �ل و�إ ر�ض�� �أل و�ا م�او�ات� الس� �ب� غ�ي و�لله�

�ه� �ي ع�ل �ل� �و�ك و�ت �د�ه� ف�اع�ب Dه� �ل ك م�ر�� �أل ا ج�ع� �ر� ي

�ون� �ع�م�ل ت ع�م�ا �غ�اف�ل� ب Dك� ب و�م�ار�

“Dan kepunyaan Allah-lah segala rahasia langit dan bumi, dan kepada-Nyalah dikembalikan segala urusan. Oleh karena itu sembahlah dia dan bertawakalah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak akan melupakan apa yang kamu kerjakan.” (Hud, 11:123)

Tawakal bukanlah menyerah kepada keadaan, sebaliknya tawakal mendorong orang untuk bekerja karena Allah tidak menyia-nyiakan kerja manusia. Setelah bekerja keras apa pun hasilnya akan diterimanya sebagai sesuatu yang terbaik bagi dirinya, tidak kecewa atau putus asa.

5. Tawaduk kepada Allah adalah rendah hati dihadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina dihadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah. Nabi bersabda :

“Sedekah tidak mengurangi harta dan Allah tidak menambah selami kehormatan pada seseorang yang memberi maaf. Dan tidak seorang yang tawaduk secara ikhlas karena Allah, melainkan dia dimuliakan allah.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

Oleh karena itu tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak bertawaduk kepada Allah karena manusia diciptakan dari bahan yang hina nilainya, yaitu tanah.

A,4. Akhlak Kepada ManusiaManusia adalah makhluk social yang kelanjutan eksistensinya secara

fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain, untuk itu, ia perlu bekerjasama dan saling tolong-menolong dengan orang lain. Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara,Karena ia berjasa dalam ikut serta mendewasaan kita, dan merupakan orang yang palingdekat dengan kita. Caranya dapat dilakukan dengan memuliakannya, memberikan bantuan,pertolongan dan menghargainya.Jadi, manusia menyaksikan dan menyadari bahwa Allah telah mengaruniakankepadanya keutamaan yang tidak dapat terbilang dan karunia kenikmatan yang tidak bisadihitung banyaknya, semua itu perlu disyukurinya dengan berupa berzikir dengan hatinya.

Page 11: AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM

a. Akhlak Kepada Diri Sendiri

1.Sabar adalah perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan, dan ketika ditimpa musibah dari Allah.Sabar melaksanakan perintah adalah sikap menerima dan melaksanakan segala perintah tanpa pilih-pilih dengan ikhlas. Sedangkan sabar dalam menjauhi larangan Allah adalah berjuang mengendalikan diri untuk meninggalkannya. Sabar terhadap musibah adalah menerima musibah apa saja yang menimpa dengan tetap berbaik sangka kepada Allah serta tetap yakin bahwa ada hikmah dalam setiap musibah itu. Sabar terhadap musibah merupakan gambaran jiwa yang tenang dan keyakinan yang tinggi terhadap Allah, karena itu pantaslah kalau Allah menghapus dosa-dosanya sebagaimana sabda Nabi :

“Tidak ada seorang muslim yang terkena suatu gangguan, baik berupa duri atau lebih dari itu, melainkan akan menghapus kesalahannya dan menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana gugurnya daun dari pohon.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Syukur adalah sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan hamdalah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan keharusannya, seperti bersyukur diberi penglihatan dengan menggunakannya untuk membaca ayat-ayat Allah baik yang tersurat dalam Al-Qur’an maupun tersirat pada alam semesta.

Orang yang suka bersyukur terhadap nikmat Allah akan ditambah nikmat yang diterimanya sebagimana firman-Nya :

�م� ت �ف�ر� ك �ن �ئ و�ل �م� �ك ز�يد�ن� أل �م� ت �ر� ك ش� �ن �ئ ل

د�يد�� ل�ش� �ي ع�ذ�اب �ن� إ“Kalau kalian bersyukur, tentu aku akan menambah (nikmat) untukmu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Ibrahim, 14:7)

3. Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk lahir dari kesadaran akan hakikat dirinya sebagai manusia yang lemah dan serba terbatas yang tidak layak untuk bersikap sombong dan angkuh dimuka bumi. Allah berfirman :

Page 12: AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM

ف�ي �م�ش� �ت و�ال �اس� �لن ل خ�د�ك� �ص�عVر� �ت و�الح$ا م�ر� ر�ض�

� �أل ا“Janganlah kamu palingkan mukamu dari manusia dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan sombong.” (Luqman, 31 : 18)

Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhi dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.

b.Akhlak Kepada Ibu Bapak

Akhlak kepada Ibu Bapak adalah berbuat baik kepada keduanya (birrulwalidain) dengan ucapan dan perbuatan. Allah mewasiatkan agar manusia berbuat baik kepada kedua Ibu Bapak sebagaimana firman-Nya :

مDه� � أ �ه� �ت ح�م�ل �ه� �د�ي �و�ال ب ان� �نس� �إل ا �ا �ن و�و�ص�ي

�ن� ع�ام�ي ف�ي �ه� و�ف�ص�ال و�ه�ن� ع�ل�ى $ا و�ه�ن�م�ص�ير� ال �ى� �ل إ �ك� �د�ي �و�ال و�ل ل�ي �ر� ك اش� ن�

� أ“Dia kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua Ibu Bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang tua Ibu Bapakmu, hanya kepada-ku-lah kembalimu”. (Luqman, 31:14).

Dalam ayat di atas Allah menyuruh manusia untuk berbakti kepada Ibu Bapak dengan cara mengajak manusia untuk menghayati pengorbanan yang diberikan ibu ketika mengandung, melahirkan, merawat dan mendidik anaknya. Karena itu do’a yang diajarkan Allah untuk orang tua diungkapkan sedemikian rupa dengan mengenang jasa mereka :

ح�م�ة� الر� م�ن� VلDالذ �اح� ن ج� �ه�م�ا ل و�اخ�ف�ض�ا ص�غ�ير$ �ي �ان �ي ب ر� �م�ا ك ح�م�ه�م�ا ار� Vب ر� و�ق�ل

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua (orang tuamu) dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah : “Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagimana mereka berdua telah mendidik dan merawatku dengan penuh kasih sayang ketika aku kecil.”(Al-Israa, 17:24).

Page 13: AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM

Berbuat baik kepada Ibu Bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain: menyayangi dan mencintai Ibu Bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut, menaati perintah, meringankan beban, serta menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.Berbuat baik kepada orang tua tidak hanya ketika mereka hidup, tetapi terus berlangsung walaupun mereka telah meninggal dunia dengan cara mendoakan dan meminta ampunan untuk mereka, menepati janji mereka yang belum terpenuhi, meneruskan silaturahmi dengan sahabat-sahabat sewaktu mereka hidup. Hal ini diungkapkan Nabi :Dari Abi Usaid ia berkata : ketika kami duduk di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki dari bani salamah seraya bertanya :”ya Rasulullah, apakah masih bisa saya berbuat baik kepada kedua ibu bapakku sedangkan mereka telah meninggal dunia?” Rasulullah menjawab: Ya (yaitu dengan jelas) mendoakan keduannya, meminta ampun bagi keduanya, menepati janji keduanya, memelihara silaturahmi yang pernah dibuat keduanya dan memuliakan teman-temannya. (HR. Abu Daud).

c.Akhlak kepada keluarga

Akhlak kepada keluarga adalah mengembangkan kasih sayang di antara golongan keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Komunikasi dalam keluarga diungkapkan dalam bentuk perhatian baik melalui kata-kata, isyarat-isyarat, maupun perilaku. Komunikasi yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan dirasakan oleh seluruh anggota keluarga. Apabila kasih sayang telah mendasari komunikasi orang tua dengan anak, maka akan lahir wibawa kepada orang tua. Demikian sebaliknya, akan lahir kepewrcayaan orang tua pada anak. Oleh karena itu kasih sayang harus menjadi muatan utama dalam komunikasi semua pihak dalam keluarga.

Dari komunikasi semacam itu akan lahir saling keterkaitan batin, keakraban, dan keterbukaan di antara anggota keluarga dan menghapuskan kesenjangan di antara mereka. Dengan demikian rumah bukan hanya menjadi tempat menginap (house), tetapi betul-betul menjadi tempat tinggal (home) yang damai dan menyenangkan, menjadi surga bagi para penghuninya. Melalui komunikasi seperti itu pula dilakukan pendidikan dalam keluarganya, yaitu menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anak sebagai landasan bagi pendidikan yang akan mereka terima pada masa-mas selanjutnya.

Pendidikan yang ditanamkan dalam keluarga akan menjadi ukuran utama bagi anak dalam menghadapi pengaruh yang datang kepada anak-anak diluar rumah. Dengan dibekali nilai-nilai dari rumah, anak-anak dapat menjaring segala pengaruh yang datang kepadanya. Sebaliknya anak-anak yang tidak dibekali nilai dari rumah, jiwanya kosong dan akan mudah sekali terpengaruh oleh lingkungan diluar rumah. Inilah yang dimaksud dengan ayat :

Page 14: AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM

�ي� �ن �اب ي �ع�ظ�ه� ي و�ه�و� �ه� �ن الب �ق�م�ان� ل �ذ�ق�ال� و�إ�م� �ظ�ل ل ك� ر� Vالش �ن� إ �الله� ب ر�ك� �ش� �ت ال

ع�ظ�يم�“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Luqman, 31 : 13)

Nilai esesiensi yang dididikkan kepada anak didalam keluarga adalah aqidah, yaitu keyakinan tentang eksistensi tentang eksistensi Allah. Apabila keyakinan terhadap Allah ini telah tertanam dalam diri anak sejak dari rumah, maka kemana pun ia pergi dan apa pun yang dilakukannya akan hati-hati dan waspada karena selalu merasa diawasi oleh Allah.

A,5. Akhlak Kepada Lingkungan Hidup

Misi agama Islam adalah mengembangkan rahmat bukan hanya kepada manusia tetapi juga kepada alam dan lingkungan hidup, sebagai mana firman Allah :

�م�ين� �ع�ال Vل ل ح�م�ة$ �ر� �ال إ �اك� �ن ل س� ر�� أ و�م�آ

“Tidaklah kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (Al-Anbiyaa’, 21 :107)

Misi tersebut tidak terlepas dari tujuan diangkatnya manusi sebagai khalifah dimuka bumi, yaitu sebagai wakil Allah yang bertugas memakmurkan, mengelola, dan melestarikan alam. Berakhlak kepada lingkungan hidup adalah menjalin dan mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam sekitarnya.Memakmurkan alam adalah mengelola sumber daya sehingga dapat memberi manfaat bagi kesejahteraan manusia tanpa merugikan alam itu sendiri. Allah menyediakan bumi yang subur ini untuk disikapi oleh manusia dengan kerja keras mengelola dan memeliharanya sehingga melahirkan nilai tambah yang tinggi sebagaimana firman-Nya:

Page 15: AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM

�م� ... ك �ع�م�ر� ت و�اس� ر�ض�� �أل ا مVن� �م �ك أ �نش� أ ه�و�

...ف�يه�ا

“…Dia menciptakan kalian dari bumi dan menjadikan kalian sebagai pemakmurannya...” (Hud, 11:61)

Kekayaan alam yang berlimpah disediakan Allah untuk disikapi dengan cara mengambil dan memberi manfaat dari dan kepada alam serta melarang segaola bentuk perbuatan yang meneruskan alam. Firman Allah :

�غ� �ب �ت و�ال �ك� �ي �ل إ الله� ن� �ح�س� �م�آأ ك �ح�س�ن و�أ Dح�ب� �ي ال الله� �ن� إ ر�ض�

� �أل ا ف�ي اد� �ف�س� ال

د�ين� �م�ف�س� ال“…..dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan jangalah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qasas, 28:77)

Alam dan lingkungan yang terkelola dengan baik dapat memberi manfaat yang berlifat-lifat, sebaliknya alam yang dibiarkan merana atau hanya diambil manfaatnya akan mendatangkan malapetaka bagi manusia.

Akibat akhlak yang buruk terhadap lingkungan dapat disaksikan dengan jelas bagaimana hutan yang menghancurkan hutan dan habitat hewan-hewannya. Eksploitasi kekayaan laut yang tanpa memperhitungkan kelestarian ekologi laut melahirkan kerusakan hebat habitat hewan laut.

Semua itu karena semata-mata mengejar keuntungan ekonomis yang bersifat sementara, mendatangkan kerusakan alam yang parah yang tidak bisa direhabilitasi dalam waktu puluhan bahkan ratusan tahun.

Inilah persoalan yang dihadapi oleh manusia pada abad ini, apabila tidak diatasi akan dapat menghancurkan lingkungan sekaligus mendatangkan malapetaka yang hebat bagi manusia itu sendiri. Firman Allah:

�م�ا ب �ح�ر� �ب و�ال Vر� �ب ال ف�ي اد� �ف�س� ال ظ�ه�ر��ع�ض� ب �ذ�يق�ه�م �ي ل �اس� الن �د�ي �ي أ �ت� ب �س� ك

ج�ع�ون� �ر� ي �ه�م� �ع�ل ل �وا ع�م�ل �ذ�ي ال

Page 16: AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM

“Telah tampak kerusakan didaratan dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar)”. (Ar-Ruum, 30:41)

kerusakan alam dan ekosistem di lautan dan daratan terjadi akibat manusia tidak sadar, sombong, egois, rakus, dan angkuh;p bentuk akhlak terhadap lingkungan yang buruk dan sangat tidak terpuji.

A,6. PENGARUH AKHLAK DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Akhlak merupakan garis pemisah antara yang berakhlak dengan orang yang tidak berakhlak. Akhlak juga merupakan roh Islam yang mana agama tanpa akhlak samalah seperti jasad yang tidak bernyawa. Oleh itu salah satu misi yang dibawa oleh Rasulullah saw ialah membina kembali akhlak manusia yang telah runtuh sejak zaman para nabi yang terdahulu ekoran penyembahan berhala oleh pengikutnya yang telah menyeleweng. Hal ini juga berlaku pada zaman jahiliyyah yang mana akhlak manusia telah runtuh berpunca daripada mewarisi perangai umat yang terdahulu dengan tradisi meminum arak, membuang anak, membunuh, melakukan kezaliman sesuka hati, menindas, suka memulau kaum yang rendah martabatnya dan sebagainya. Dengan itu mereka sebenarnya tidak berakhlak dan tidak ada bezanya dengan manusia yang tidak beragama.

Akhlak juga merupakan nilai yang menjamin keselamatan daripada api neraka. Islam menganggap mereka yang tidak berakhlak tempatnya dia dalam neraka. Umpamanya seseorang itu melakukan maksiat, menderhaka kepada ibu bapa, melakukan kezaliman dan sebagainya, sudah pasti Allah akan menolak mereka daripada menjadi ahli syurga. Selain itu, akhlak juga merupakan ciri-ciri kelebihan di antara manusia kerana ianya lambang kesempurnaan iman, ketinggian taqwa dan kealiman seseorang manusia yang berakal. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda yang bermaksud : "Orang yang sempurna imannya ialah mereka yang paling baik akhlaknya."

Kekalnya sesuatu ummah juga kerana kukuhnya akhlak dan begitulah juga runtuhnya sesuatu ummah itu kerana lemahnya akhlaknya. Hakikat kenyataan di atas dijelaskan dalam kisah-kisah sejarah dan tamadun manusia melalui al-Quran seperti kisah kaum Lut, Samud, kaum nabi Ibrahim, Bani Israel dan lain-lain. Ummah yang berakhlak tinggi dan sentiasa berada di bawah keredhaan dan perlindungan Allah ialah ummah yang seperti di Madinah pada zaman Rasulullah saw. Ketiadaan akhlak yang baik pada diri individu atau masyarakat akan menyebabkan berlaku pelbagai krisis dalaman dan luaran seperti krisis nilai diri, keruntuhan rumahtangga, masyarakat belia yang mundur dan boleh membawa kepada kehancuran sesebuah negara. Presiden Perancis ketika memerintah Perancis dulu pernah berkata : "Kekalahan Perancis di tangan tentera Jerman disebabkan tenteranya runtuh moral dan akhlak."

Pencerminan diri seseorang sering digambarkan melalui tingkah laku atau akhlak yang ditunjukkan. Malahan akhlak merupakan perhiasan diri bagi seseorang sebagaimana aqidah merupakan tunjang agama, syariat merupakan cabang dan

Page 17: AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM

rantingnya manakala akhlak adalah yang mewarnai seperti bunga-bungaan yang menyerikan hiasan pokok tersebut.Akhlak tidak dapat dibeli atau dinilai dengan wang ringgit Ia wujud di dalam diri seseorang hasil daripada didikan kedua ibu bapa atau penjaga serta pengaruh dari masyarakat sekeliling mereka. Jika sejak kecil kita didedahkan dengan akhlak yang mulia, maka secara tidak langsung ia akan mempengaruhi tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari hinggalah seterusnya.

Proses pembentukan sebuah masyarakat adalah sama seperti membina sebuah bangunan. Kalau dalam pembinaan bangunan, asasnya disiapkan terlebih dahulu, begitu juga dengan membentuk masyarakat mesti dimulakan dengan pembinaan asasnya terlebih dahulu. Jika kukuh asas yang dibina maka tegaklah masyarakat itu. Jika lemah maka robohlah apa-apa sahaja yang dibina di atasnya.Akhlak amat penting kerana merupakan asas yang dilakukan oleh Rasulullah saw ketika memulakan pembentukan masyarakat Islam. Sheikh Mohamad Abu Zahrah dalam kitabnya Tanzim al-Islam Li al-Mujtama' menyatakan bahawa budi pekerti atau moral yang mulia adalah satu-satunya asas yang paling kuat untuk melahirkan manusia yang berhati bersih, ikhlas dalam hidup, amanah dalam tugas, cinta kepada kebaikan dan benci kepada kejahatan.

B. TAQWA

B.1. Pengertian Taqwa dan Ruang Lingkup Nya

Secara etimologis , kata “taqwa” berasal dari bahasa arab taqwa. Kata taqwa memiliki kata dasar waqa yang berarti menjaga, melindungi, hati-hati, waspada, memerhatiakn, dan menjauhi. Adapun secara terminologis, kata “taqwa” berarti menjalankan apa yang diperintahankan oleh Allah dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.

Para penerjemah Al-Qur’an mengartikan “taqwa” sebagai kepatuhan, kesalihan, kelurusan, perilaku baik, teguh melawan kejahatan, dan takut kepada Tuhan.Allah swt berfirman:

(Q.S.Ali Imran [3]:102)

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.

Takwa yang telah menjadi perbendaharaan bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab taqwa. Menurut penelitian al-Muqaddasi (Beirut, 1323) di dalam al-Qur’an terdapat 256 kata takwa pada 251 ayat dalam berbagai hubungan dan variasi

Page 18: AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM

makna. Akar katanya adalah waqa,yaqi,wiqayatan  artinya antara lain: terlindung atau menjaga diri dari sesuatu yang berbahaya. Taqwa juga berarti takut.

Karena itu, orang yang bertakwa adalah orang yang takut kepada Allah berdasarkan kesadaran: mengerjakan suruhan-Nya, tidak melanggar larangan-Nya, takut terjerumus ke dalam perbuatan dosa. Orang yang takwa adalah orang yang menjaga (membentengi) diri dari kejahatan; memelihara diri agar tidak melakukan perbuatan yang tidak diridai Allah; bertanggung jawab mengenai sikap, tingkah laku dan perbuatannya, dan memenuhi kewajiban.

Dari berbagai makna yang dikandung perkataan takwa itu, dalam bukunya Keterangan Filsafat tentang Tauhid, Takdir dan Tawakkal, cendekiawan muslim Indonesia almarhum Haji Agus Salim, merumuskan makna takwa dengan mempergunakan memelihara sebagai titik tolak.

Menurut H.A. Salim, takwa adalah sikap mental seseorang yang selalu ingat dan waspada terhadap sesuatu dalam rangka memelihara dirinya dari noda dan dosa, selalu berusaha melakukan perbuatan yang baik dan benar, pantang berbuat salah dan melakukan kejahatan terhadap orang lain, sendiri dan lingkungannya (Gazalba, 1976: 46).

B,2. Kedudukan Taqwa

Kedudukan takwa, karena itu, sangat penting dalam agama Islam dan kehidupan manusia. Pentingnya kedudukan takwa itu antara lain dapat dilihat dalam catatan berikut. Disebutkan di sebuah hadis bahwa Abu zar al-Gifari, pada suatu hari, meminta nasihat kepada Rasulullah. Rasulullah menasihati al-Gifari, "Supaya ia takwa kepada Allah, karena takwa adalah pokok segala pekerjaan muslim. Dari nasihat Rasulullah itu dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa takwa adalah pokok (pangkal) segala pekerjaan muslim. Selain sebagai pokok, takwa juga adalah ukuran. 

Di dalam surat al Hujurat (49) ayat 13, Allah mengatakan bahwa, "(Manusia) yang paling mulia di sisi Allah adalah (orang) yang paling takwa.” Dalam surat lain, takwa sebagai dasar persamaan hak antara pria dan wanita (suami dan isteri) dalam keluarga, karena pria dan wanita diciptakan dari Jenis yang sama (QS.4:1) dalam surat al-Baqarah (2) ayat 177, makna taqwa terhimpun dalam pokok-pokok kebajikan. Ini dapat dibaca dalam QS. 2:177 yang terjemahan (artinya) lebih kurang sebagai berikut, "Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan (cetak miring dari saya MDA) ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintai kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dari orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa."

Dari pokok-pokok kebajikan (perbuatan baik yang mendatangkan keselamatan, keberuntungan dan sebagainya) yang disebut dalam ayat 177 surat al-Baqarah tersebut di atas, jelas dimensi keimanan dan ketakwaan, itu beriringan

Page 19: AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM

(bergandengan) satu dengan yang lain. Kedua dimensi itu secara konsisten disebutkan di dalam berbagai ayat yang bertebaran dalam al-Quran.

B,3. Hubungan Manusia Dengan Allah

Hubungan manusia dengan Allah, Tuhan Yang Maha Esa sebagai dimensi takwa pertama, menurut ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa seperti telah disinggung pada awal kajian ini, merupakan prima causa hubungan-hubungan yang lain.Ketakwaan atau pemeliharaan hubungan dengan Allah dapat dilakukan antara lain sebagai contoh :

1. Beriman kepada Allah.

2. Beribadah kepada-Nya dengan jalan melaksanakan shalat lima kali sehari semalam.

3. Mensyukuri nikmat-Nya dengan jalan menerima, mengurus, memanfaatkan semua pemberian Allah kepada mansuia.

4. Bersabar menerima cobaan Allah dalam makna tabah, tidak putus asa ketika mendapat musibah atau menerima bencana.

5. Memohon ampun atas segala dosa dan tobat dalam makna sadar untuk tidak lagi melakukan segala perbuatan jahat atau tercela.

B,4. Hubungan Manusia Dengan Manusia

Hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat dapat dipelihara, antara lain dengan : tolong menolong, bantu membantu, suka memaafkan kesalahan orang lain, menepati janji, lapang dada, dan menegakkan keadilan dan berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain.

B,5. Hubungan Manusia Dengan Diri Sendiri

Hubungan manusia dengan diri sendiri  sebagai dimensi takwa yang kedua dapat dipelihara dengan jalan menghayati benar patokan-patokan akhlak, yang disebutkan Tuhan dalam berbagai ayat al-Qur’an. Diantaranya : sabar, pemaaf, adil, ikhlas, berani, memegang amanah, mawas diri, dan mengembangkan semua sikap yang terkandung dalam akhlak aau budi pekerti yang baik.

B,6. Hubungan Manusia Dengan Lingkungan Hidup

Konsekuensi dari empat pemeliharaan hubungan dalam rangka ketakwaan tersebut adalah bahwa manusia harus selalu menumbuhkan dan mengembangkan dalam dirinya empat T yakni empat (kesadaran) tanggung jawab yaitu :1. Tanggung jawab kepada Allah.2. Tanggung jawab kepada hati nurani sendiri3. Tanggung jawab kepada manusia lain4. tanggung jawab untuk memelihara lingkungan

Takwa dalam makna memenuhi kewajiban perintah Allah yang menajdi kewajiban manusia takwa untuk melaksanakannya pada pokoknya adalah :1. Kewajiban kepada Allah

Page 20: AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM

Kewajiban ini harus ditunikan manusia, untuk memenuhi tujuan hidup dan kehidupannya di dunia ini yakni mengabdi kepada Ilahi, “Tidak kuciptakan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi kepadaKu,” demikian makna firman Tuhan dalam al-Qur’an surat az-Dzariyat (51) ayat 56.Misalnya : kewajiban shalat, kewajiban zakat, kewajiban menunaikan ibadah haji bagi yang mampu.

2. Kewajiban kepada diri sendiriKepajiban kepada diri sendiri adalah fardu ‘ain bagi setiap muslim dan muslimat untuk melakukannya.

3. Kewajiban kepada masyarakatKewajiban ini merupakan dimensi ketiga pelaksanaan takwa. Kewajiban ini mulai dari :a. Kewajiban terhadap keluargab. Kewajiban terhadap tetanggac. Kewajiban terhadap masyarakat luasd. Kewajajiban terhadap negara

4. Kewajiban terhadap lingkungan hidupKewajiban terhadap lingkungan hidup dapat disimpulkan dari pernyataan Tuhan dalam al-Qur’an yang menggambarkan kerusakan yang telah terjadi di daratan dan dilautan, karena (ulah) tangan manusia, yang tidak mensyukuri kurnia Ilahi. Untuk mencegah derita yang dirasakan oleh manusia, sepertri yang terjadi di Afrika, manusia wajib memelihara kelestarian lingkungan.

Hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat dapat dipelihara, antara lain dengan : tolong menolong, bantu membantu, suka memaafkan kesalahan orang lain, menepati janji, lapang dada, dan menegakkan keadilan dan berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain.

BAB III

KESIMPULAN

Setelah menelaah dan memahami akhlak kepada sesama sebagai kesimpulannya adalah sesungguhnya dalam kehidupan,kita tidak terlepas dari apa yang sudak ada dalam diri kita sebagai manusia termasuk salah satunya adalah akhlak.Karena akhlak adalah salah satu predikat tang disandang oleh manusia akhlak akan berjalan setelah manusia itu sendiri berada dalam alam social.Baik dan buruknya akhlak kepada sesama tergantung dari orang menjalani hidup,apakah membentuk karakternya dengan akal atau dengan hati karena keduanya adalah sumber.Jadi kesimpulan akhlak antar sesama yaitu sangat dianjurkan selama apa yang dilakukan punya nilai ibadah .

Dengan demikian orang yang berakal dan beriman wajib untuk mengerahkan segala kemampuannya untuk meluruskan akhlaknya dan berperilaku dengan perilaku yang dicintai Allah SWT.Serta melaksanakan maksud dan tujuan dari terutusnya baginda Rasullulah SAW yang bersabda:

“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan Akhlak”

Page 21: AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM

Dari penjelasan ini menunjukkan bahwa: kesempurnaan akhlak yang hanya untuk itu Rasullulah diutus,merupakan ukuran baik dan tidaknya seseorang baik di dunia ini atau di akhirat nanti.Oleh karena itu wajib bagi setiap kaum muslimin agar budi pekertinya.Baik kepada dirinya,keluarga,dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya.

Pengertian akhalak adalah :

“Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu”.

Karena itulah, maka kebenaran pedoman dan tuntunan untuk mengetahui segala perbuatan yang buruk sangatlah diperlukan. Masalahnya adalah dari mana manusia dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk? Tentu jawabannya adalah Al-Quran dan Sunah. Dari kedua sumber itulah manusia dapat mengetahui berbagai pedoman dan tuntunan mengenai perbuatan-perbuatan yang baik dan perbuatan-perbuatan yang buruk.

Akhlakul karimah (Akhlak terpuji) adalah suatu aturan atau norma yang mengatur hubungan antar sesama manusia dengan tuhan dan alam semesta.

Akhlak Al-mazmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik seagaimana tersebut di atas. Dalam ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami  dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya.

Akar katanya adalah waqa,yaqi,wiqayatan  artinya antara lain: terlindung atau menjaga diri dari sesuatu yang berbahaya. Taqwa juga berarti takut.

Orang yang takwa adalah orang yang menjaga (membentengi) diri dari kejahatan; memelihara diri agar tidak melakukan perbuatan yang tidak diridai Allah; bertanggung jawab mengenai sikap, tingkah laku dan perbuatannya, dan memenuhi kewajiban.

Ketakwaan atau pemeliharaan hubungan dengan Allah dapat dilakukan antara lain sebagai contoh :1. Beriman kepada Allah.

2. Beribadah kepada-Nya dengan jalan melaksanakan shalat lima kali sehari semalam.

3. Mensyukuri nikmat-Nya dengan jalan menerima, mengurus, memanfaatkan semua pemberian Allah kepada mansuia.

4. Bersabar menerima cobaan Allah dalam makna tabah, tidak putus asa ketika mendapat musibah atau menerima bencana.

5. Memohon ampun atas segala dosa dan tobat dalam makna sadar untuk tidak lagi melakukan segala perbuatan jahat atau tercela.

Hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat dapat dipelihara, antara lain dengan : tolong menolong, bantu membantu, suka memaafkan kesalahan orang lain, menepati janji, lapang dada, dan menegakkan keadilan dan berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain.

Page 22: AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM

Hubungan manusia dengan diri sendiri  sebagai dimensi takwa yang kedua dapat dipelihara dengan jalan menghayati benar patokan-patokan akhlak, yang disebutkan Tuhan dalam berbagai ayat al-Qur’an. Diantaranya : sabar, pemaaf, adil, ikhlas, berani, memegang amanah, mawas diri, dan mengembangkan semua sikap yang terkandung dalam akhlak aau budi pekerti yang baik.

Konsekuensi dari empat pemeliharaan hubungan dalam rangka ketakwaan tersebut adalah bahwa manusia harus selalu menumbuhkan dan mengembangkan dalam dirinya empat T yakni empat (kesadaran) tanggung jawab yaitu :1. Tanggung jawab kepada Allah.2. Tanggung jawab kepada hati nurani sendiri3. Tanggung jawab kepada manusia lain4. tanggung jawab untuk memelihara lingkungan

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia. 1989. Jakarta : CV Toha Putra Semarang.

Drs.H.Muhammad Idris DM, Msi Pendiidkan Agama Islam.

Amin, Ahmad. 1975. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang.

Anwar, Rosihan. 2008. Akidah Akhlak. Bandung: Pustaka Setia.

Mustafa. 1999. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia.

Page 23: AKHLAK DAN TAQWA DALAM ISLAM

Yakub U.M Drs, dkk, 2006, Pendidikan Agama Islam SMA Kelas X; MGMP; PAI Kab Kuningan.

Hasanuddin H.A Drs, 2006, Aqidah Akhlak, Bandung Rosda Karya.

Husein, Mochtar. 2008. Hakikat Islam Sebuah Pengantar Meraih Islam Kaffah.

        Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Mufid AR, Ahmad. 2008.  Tanya Jawab Aqidah Islamiah. Yogyakarta : Insan Madani.