Akhlaq Mid Test

41
YAYASAN WAKAF UMI UNIVERSITAS MUSLIM IANDONESIA MATA KULIAh AKHLAQ Dosen Pembina H. M. Arfah Shiddiq

description

ahlak

Transcript of Akhlaq Mid Test

YAYASAN WAKAF UMIUNIVERSITAS MUSLIM IANDONESIA

MATA KULIAh AKHLAQ

Dosen Pembina

H. M. Arfah Shiddiq

BAB I MUKADDIMAH

Sejarah telah menunjukkan bukti bahwa tinggi rendahnyasuatu umat mulia dan hinanya suatu bangsa adalah tergantung kepada akhlaknya. Para ahli filsafat dan pemimpin umat sangat mengutamakan pendidikan akhlak daripada pendiidkan yang lain.

Lanjutan

• Konsep Akhlak dalam Islam berdasar pada basis kepercayaan dan prinsip-prinsip tertentu, yaitu Allah sebagai pencipta dan sumber semua kebaikan, kebenaran dan keindahan serta menjadikan segala yang terkandung di bumi dan di langit untuk kebutuhan manusia.

Lanjutan

• Dimensi akhlak dalam Islam ditunjukkan dalam bentuk komitmen kebaikan dan menghindari prilaku yang telarang.

• Akhlak Islam adalah merupakan kombinasi dari iman kepada Allah, ritus keagamaan (kegiatan spiritual), perilaku sosial dan semua aspek kehidupan manusia.

I. Pengertian Akhlak

• Secara etimologi, akhlak berasal dari kata Khalaqa yang kata asalnya Khuluqun yang berarti perangai, tabiat, adat, system perilaku yang dibuat. Oleh karenanya akhlak secara kebahasaan bisa baik atau buruk tergantung kepada tata nilai yang dipakai sebagai landasannya

Menurut terminology

• Ibnu Araby: Akhlak adalah suatu keadaan jiwa manusia yang mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan tanpa mengadakan pemikiran dan pertimbangan lebih dahulu.

• Al Ghazaly dan Al Jurjani, mengemukakan sebagai berikut: Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu)

Ruang Lingkup Pembahasan Akhlak.Subyek ada dua macam yaitu: Perbuatan oleh diri sendiri, yaitu tindakan yang dilakukan oleh diri sendiri dalam situasi bebas. Perbuatan ini disebut perbuatan sadar.Perbuatan tak sadar ialah tindakan yang terjadi begitu saja di luar kontrol sukmanya, namun bukan pula terjadi karena tekanan atau paksaan

Fungsi dan Peranan (Urgensi) Akhlak

• Akhlak sangat penting bagi kehidupan manusia baik secara individu maupun dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, bahkan juga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

• Akhlak adalah merupakan suatu sarana yang membedakan antara manusia dan binatang. Oleh karena itu manusia disebut Homo sapiens (makhluk yang berbudi/akhlak).

Lanjutan

• Manusia tanpa akhlak akan kehilangan derajat kemanusiaannya sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia. Apabila demikian, maka manusia yang tidak berakhlak turun derajatnya kepada binatang buas atau “Homo homini lupus” = manusia laksana serigala bagi sesamanya.

Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan

• Bila timbul penyakit dalam lingkungan masyarakat dihajatkan ilmu kedokteran / kesehatan untuk mengurangi dan melenyapkan penyakit itu serta menyelamatkan manusia dari bahaya yang menimpanya, Demikian pula bila timbul gejala-gejala keburukan dalam masyarakat, terasa benar kebutuhan kita kepada ilmu akhlak untuk mengobati jiwanya dan membersihkan dari keburukan yang mengancamnya.

Lanjutan

• Oleh karena itu, meskipun tiap-tiap manusia dan bangsa itu menghajatkan kepada ilmu pengetahuan, tetapi kepada akhlak lebih menghajatkannya. Adapun kedzaliman, kema’syiatan, penghisapan, perbudakan, dan penjajahan adalah lebih banyak yang ditimbulkan oleh ketiadaan akhlak daripada ketiadaan ilmu, bahkan seringkali hal itu dilakukan oleh mereka yang berilmu pengetahuan.

Cara Memperoleh Akhlak Yang Baik

• Hidayah Allah, Yakni merupakan karunianya Allah secara langsung, tidak melalui pendidikan dan pengalaman, seperti akhlak “Al Amin” bagi Nabi Muhammad SAW, di samping akhlak “Shiddiq” = Jujur dan benar dalam kata dan perbuatan, “Amanah” = dapat dipercaya, konsekwen, “Fathonah” = Cerdas, tanggap dan “Tablig” menyempaikan kebenaran bagi para Nabi dan Rasul.

Lanjutan• Melalui latihan dan pembiasaan, yakni dengan

cara dilatih dan dibiasakan dengan sifat-sifat yang baik sesuai dengan ajaran agama. Oleh karena itu, pembinaan akhlak seharusnya dimulai sedini mungkin, semenjak anak masih kecil bahkan ada pendapat yang menyatakan, bahwa pembinaan akhlak harus dimulai semenjak anak masih dalam kandungan orang tuanya.

Pembinaan Akhlak

a. Perluasan wawasan berfikir. Sikap yang demikian ini jelas menampakkan kepentingannya yang benar untuk meninggikan akhlak.

b. Berkawan dengan orang yang berakhlak baik. Sikap yang demikian merupakan setengah dari yang dapat membina akhlak.

Lanjutan

Pikiran yang sempit tidak akan membuahkan akhlak yang tinggi. Kita melihat takutnya beberapa orang disebabkan karena khurafat yang memenuhi otak mereka.

Lanjutan

c. Membaca dan memempelajari kehidupan para pahlawan dan orang-orang yang berpikiran luar biasa.

d. Mewajibkan dirinya untuk senantiasa melakukan perbuatan baik yang dapat dijadikan teladan bagi orang yang sekitarnya.

e.Senatiasa berupaya menundukkan jiwa dan raga kita menerima perintah Allah dengan ridha.

Antara Moral, Etika, dan Akhlak

Menurut Paul Roubiczek: Morality ialah a pattern of behavior based on the absolut value of the good = Moral ialah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak dari kebaikan

Segi persamaan moral, etika, dan akhlak

• Dilihat dari segi pengertian di atas, maka antara moral dan akhlak mempunyai persamaan dalam hal: Obyek/ruang lingkup, keduanya membahas masalah perbuatan manusia

• .

Perbedaan moral, etika, dan akhlak

Dari segi sumber:

Moral dan Etika Akhlak• Hasil Pikiran manusia Al-Qur’an• Perasaan Al-Hadits • Adat istiadat Ra’yu• Kenyataan alam

Lanjutan

Dari segi sifat

• Filosofis/rational Religious• Relatif Absolut• Temporer Abadi• Regional/Lokal Universal

Lanjutan

Dari segi Sanksi:

• Sanksi yang diberikan atas pelanggaran moral hanya di dunia saja, dan sangat subyektif, sedangkan sanksi akhlak memberikan pada pelanggaran di dunia sampai di akhirat, dan sangat manusiawi dan adil.

BAB IINILAI DAN NORMA

A. Pengertian Nilai dan Norma

Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak khusus kepada pola pemikiran, perasaan keterikatan, maupun perilaku.Norma adalah merupakan penjabaran tata nilai di dalam bentuk formula, peraturan atau ketentuan pelaksanaannya yang sesuai dengan tata nilai.

B. Sumber Nilai dan Norma

• Nilai dan norma yang bersifat Ilahi, sumbernya adalah Al-Qur’an, Hadits/Sunnah, dan Ra’yu (Ijmak dan qiyas).

• Nilai dan Norma yang bersifat duniawi (mondial) sumbernya adalah pikiran adat-istiadat dan kenyataan alam.

Lanjutan

• Nilai yang bersumber dari Al-Qur’an seperti shalat, zakat, puasa, haji, dan lain-lain

• Nilai yang bersumber dari Sunnah yang hukumnya wajib seperti tata cara pelaksanaan shalat, pelaksanaan thaharah, dll

Lanjutan

• Nilai-nilai yang bersumber dari Ra’yu seperti penafsiran dan penjelasan terhadap Al-Qur’an dan Sunnah dan Hal-hal yang berhubungan dengan kemasyarakatan dan yang tidak terdapat nash-nya secara jelas dalam Al-Qur’an dan Hadist.

Lanjutan

• Nilai yang berasal dari adat istiadat, seperti tatacara berkomunikasi, interaksi sesama manusia, dan lain sebagainya.

• Nilai yang berasal dari kenyataan alam, misalnya tatacara berpakaian, tatacara makan dan sebagainya.

III. Pengaruh Nilai dan Norma Terhadap Tingkah Laku

• Pengaruh sistem nilai dan norma kepada perilaku sangat tergantung kepada:A. Keyakinan yang menyeluruh

terhadap sistem nilai dan norma.B. Daya serap daripada individu dan

masyarakat dalam penggunaan sistem nilai norma.

Lanjutan

C. Ada atau tidak adanya pengaruh interpendensi dari sistem nilai dan norma yang lain.

D. Kondisi Psikologis seseorang.E. Kondisi fisik.

Lanjutan

• Di antara faktor pelaksanaan ini pada dasarnya merupakan kewajiban yang mutlak kecuali dengan beberapa gangguan yang tidak dapat dihindari penolakannya untuk pelaksanaan perilaku (ibadah) yang disebabkan karena penolakan secara sadar, maka orang tersebut tergolong kafir, yang tertutup hatinya dan akan memperoleh siksa yang besar, (Lh. Surah Al-Baqarah ayat (7).

Sistem Moral dan Etika

• Dilihat dari segi sumber dan sifat moral, dapat dibedakan antara lain:

1.Moral keagamaan2.Moral Sekuler

Lanjutan

• Moral Keagamaan• Dalam pembahasan moral, kita tidak

dapat menghindarkan diri dari kecenderungan fitrah manusia terutama sekali agama yang merupakan hak asasi bagi setiap manusia.

• Baik melalui bimbingan wahyu maupun melalui hasil pikiran manusia.

Lanjutan

• Sebagian ahli membagi moral keagamaan pada tiga kelompok, yaitu:

a. Moral Politheistikb. Moral zuhud, danc. Moral Monotheistik

Moral Politheistik

• Politheistik adalah salah satu faham yang ber-Tuhan banyak. Konsep tersebut dikembangkan dan diakui oleh pengikut agama budaya, karena memang ia adalah produk akal manusia.

Moral Zuhud• Moral zuhud adalah moral yang

berdasarkan faham-faham keagamaan dengan ciri utamanya menjauhi dunia dan mengutamakan akhirat. Mereka mengambil sikap tidak peduli akan masalah hidup yang praktis, dan ada kalanya membatasi aktifitasnya pada beberapa tindakan yang tertentu dengan meninggalkan kepentingan hidupnya di dunia.

Moral Monotheistik

Monotheistik adalah faham yang ber-Tuhan satu. Jadi moral monotheistik adalah moral yang berdasarkan ajaran-ajaran agama monotheistik yaitu agama yang ber-Tuhan satu.

Ada dua macam Monoteistik:a. Monoteistik Murnib. Monoteistik yang mengalami proses

Moral Sekuler

• Sekuler adalah mengenai hal-hal dunia, atau saeculum berarti keduniawian. Jadi moral sekuler adalah moral yang tidak berdasarkan pada ajaran agama dan bersifat duniawi semata-mata. Mereka menolak bimbingan Tuhan.

Keutamaan Akhlak Islam dan kelemahan moral sekuler

1. Akhlak Islam memiliki disiplin moral yang sangat kuat dan ketat, karena segala sesuatunya harus dipertanggung – jawabkan kepada Allah Yang Maha Tahu akan segala yang ada, sehingga manusia tidak dapat mengelakkan diri dari pertanggung jawaban tersebutAl-Qur’an surah Az-Zalzalah: ayat (7-8) ; Q.S. Al-An’am : 59 dan 164; Q.S. An-Najm : 39-40

Lanjutan

2. Akhlak Islam tidak memusuhi dan tidak menolak dunia, meskipun Islam memerintahkan manusia untuk tidak didominasi kehidupannya dengan dunia. Islam memantapkan prinsip keseimbangan antara dunia dan akhirat, sebagaimana tercantum dalam Q.S.Al-Qashash : 77.

Lanjutan

3. Akhlak Islam memiliki standar moral yang absolut dan universal, karena berpijak pada landasan wahyu Allah yang kokoh lagi kuat, tidak mudah goyah dan berubah-ubah, berdasarkan adanya perbedaan ruang dan waktu,

4. Akhlak Islam memiliki moral force, karena didasari oleh aqiedah yang kuat.Lihat Q.s An Nahl: 97.

Lanjutan

• Sayid Qutub, bahwa Islam terdiri aqidah yang memancarkan syari’ah itu berdiri nidzam (tatacara hidup termasuk akhlak di dalamnya) yang ketiganya terjalin dan terpadu saling hidup menghidupkan dan saling menopang.

Kelemahan Moral Sekuler

Dengan moral sekuler, orang sekedar tahu tentang baik dan buruk, tetapi belum tentu mampu mendorong untuk melaksanakannya, sehingga tidak otomatis menjadi orang yang bermoral.

Untuk lebih memantapkan pelaksanaan akhlak tersebut, maka ajaran Islam disampailkan secara langsung melalui ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi,