Akidah Pokok Dn Cbng

16
A. Aqidah Pokok Para ahli ilmu tauhid membagi aqidah atas dua, yaitu aqidah pokok dan aqidah cabang. Aqidah pokok disebut dengan rukun iman ada enam yaitu: 1. Iman kepada Allah 2. Iman kepada malaikat-malaikat Allah 3. Iman kepada kitab-kitab Allah 4. Iman kepada rasul-rasul Allah 5. Iman kepada hari kiamat 6. Iman kepada qaha dan qadar Pengertian Iman Iman menurut bahasa berarti keyakinan atau kepercayaan, sedangkan menurut istilah berarti kepercayaan tentang adanya Allah sekaligus membenarkan apa saja yang datang dari Allah dengan cara meyakini dalam hati, menyatakan dengan lisan, dan membuktikan dengan amal nyata. sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala: “Dan tidaklah engkau akan beriman (membenarkan) kami walaupun kami adalah orang- orang yang jujur.” (QS. Yusuf: 17) Adapun secara terminologi, maka iman adalah: 1. Pengucapan dengan lisan 2. keyakinan dengan hati 3. pengamalan dengan anggota tubuh 4. bertambah dengan melaksanaan ketaatan, dan

description

akidah

Transcript of Akidah Pokok Dn Cbng

A. Aqidah Pokok

Para ahli ilmu tauhid membagi aqidah atas dua, yaitu aqidah pokok dan aqidah cabang. Aqidah pokok disebut dengan rukun iman ada enam yaitu:

1. Iman kepada Allah

2. Iman kepada malaikat-malaikat Allah

3. Iman kepada kitab-kitab Allah

4. Iman kepada rasul-rasul Allah

5. Iman kepada hari kiamat

6. Iman kepada qaha dan qadar

Pengertian Iman

Iman menurut bahasa berarti keyakinan atau kepercayaan, sedangkan menurut istilah berarti kepercayaan tentang adanya Allah sekaligus membenarkan apa saja yang datang dari Allah dengan cara meyakini dalam hati, menyatakan dengan lisan, dan membuktikandengan amal nyata.

sebagaimana dalam firman Allah Taala:

Dan tidaklah engkau akan beriman (membenarkan) kami walaupun kami adalah orang-orang yang jujur.(QS. Yusuf: 17)

Adapun secara terminologi, maka iman adalah:

1. Pengucapan dengan lisan

2. keyakinan dengan hati

3. pengamalan dengan anggota tubuh

4. bertambah dengan melaksanaan ketaatan, dan

5. berkurang dengan melaksanakan kemaksiatan.

1. Iman kepada Allah

Inti pokok ajaran Al-Quran adalah aqidah. Sedangkan inti dari aqidah adalah tauhid yakni keyakinan bahwa Allah SWT Maha Esa. Tidak ada tuhan selain-Nya. Allah berfirman:

Katakanlah: Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan dia. (Q.S.Al-Ikhlas : 1-4)

Iman kepada Allah ialah percaya sepenuhnya, tanpa keraguan sedikit pun, akan adanya Allah SWT Yang Maha Esa dan Maha Sempurna, baik zat, sifat maupun Afan-Nya. Dalam mengenal Allah SWT, manusia hanya mampu sampai batas mengetahui bahwa zat Tuhan Yang Maha Esa itu ada (wujud) dan tidak lebih dari itu. Untuk lebih lanjut manusia memerlukan wahyu sebagai petunjuk dari Tuhan. Sebab itulah, Tuhan mengutus para Rasul atau Nabi-Nya untuk menjelaskan apa dan bagaimana Tuhan itu dengan petunjuk wahyu.

Meskipun demikian, Nabi hanya menjelaskan bentuk sifat-sifat Allah yang maha kuasa dengan bukti keberadaan, keesaan, dan kekuasaan-Nya. Nabi sendiri dalam salah satu hadisnya menyatakan tidak diperkenankan-Nya memikirkan zat Allah, sebab tidak akan mencapai hakikat yang sebenarnya. Seorang mukmin hanya perlu berpikir mengenai apa yang telah diciptakan-Nya dan menghayati sepenuhnya akan keberadaan zat Allah Yang Maha Esa . Dengan demikian, keimanan seseorang mukmin kepada Allah terhimpun dalam persepsi yang sama.

Sifat wajib Allah

Allah memiliki 20 sifat wajib terdiri dari 13 sifat yang harus ada pada Allah ditambah 7 sifat maha[[1]] atau 11 sifat wajib pertama dan 9 sifat wajib kedua.

Sifat wajib pertama: Sifat wajib kedua:

1. Wujud 1. Wahdaniyah

2. Qidam 2. Qudrah

3. Baqa 3. Iradah

4. Mukhalafatu lil hawaditsi 4. ilmu

5. Qiyamuhu binafsihi 5. Hayat

6. Samu 6. Kaunuhu qadiran

7. Bashar 7. Kaunuhu mukraman

8. Kalam 8. Kaunuhu aliman

9. Kaunuhu samian 9. Kaunuhu hayyan

10. Kaunuhu bashiran

11. Kaunuhu mutakaliman

Sifat Jaiz Allah

Sifat mungkin bagi Allah untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Sifat Jaiz bagi Allah hanya satu, yaitu sifat wewenang bagi Allah untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu menurutkehendaknya.

Sebagaimana firman Allah:

Dia akan memberikan rahmat kepadamu jika Dia menghendaki, dan Dia akan mengazabmu jika Dia menghendaki. (Q.S. Al-Isra :54)

Sifat mustahil Allah

Sifat mustahil Allah adalah kebalikan dari sifat wajib Allah seperti al adam yang artinya tidak ada, al huduts yang artinya baru ihtiyajuhu ila ghairihi yang artinya membutuhkan kepada yang lain dan lain sebagainya.

2. Iman kepada malaikat

Iman kepada malaikat berarti mempercayai adanya malaikat Allah yang mempunyai tugas untuk melaksanakan segala perintah-Nya.

Dalil naqli tentang malaikat Allah:

Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.(QS. Al-Anbiya: 19-20)

- Jumlah dan nama-nama malaikat Allah serta tugas-tugasnya

Hanya Allah yang tahu jumlah seluruh malaikat. Namun, yang wajib kita ketahui seperti yang diterangakan dalam Al-Quran dan Hadits ada sepuluh, sbb:

1) Jibril, bertugas menyampaikan wahyu kepada para Nabi dan Rasul.

2) Mikail, bertugas membagi rezeki kepada seluruh makhluk.

3) Israfil, bertugas meniup sangkakala (terompet) atas perintah Allah.

4) Izrail, bertugas mencabut nyawa makhluq Allah.

5) Munkar, bertugas menanyakan dan memeriksa amal manusia di alam kubur.

6) Nakir, bertugas menanyakan dan memeriksa amal manusia di alam kubur.

7) Raqib, bertugas mencatat semua amal perbuatan manusia yang baik.

8) Atid, bertugas mencatat semua amal perbuatan manusia yang buruk.

9) Malik, bertugas menjaga neraka.

10) Ridwan, bertugas menjaga surga.

3. Iman kepada kitab-kitab Allah

Pengertian iman kepada kitab-kitab Allah adalah mempercayai dan meyakini sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitabnya kepada para nabi atau rasul yang berisi wahyu Allah untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Dalam Al-Quran disebutkan bahwa ada 4 kitab Allah. Taurat diturunkan kepada nabi Musa A.S, Zabur kepada nabi Daud A.S, Injil kepada nabi Isa A.S, dan Al-Quran kepada nabi Muhammad SAW. Al-Quran sebagai kitab suci terakhir memiliki keistimewaan yakni senantiasa terjaga keasliannya dari perubahan atau pemalsuan sebagaimana firman Allah berikut:

Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al Quran dan Sesungguhnya Kami yang memeliharanya. (Al Hijr : 9)

4. Iman kepada rasul-rasul Allah

Iman kepada para rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah swt. untuk menerima wahyu dari-Nya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebagaimana dalam firman Allah:

Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad) melainkan beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tiada mengetahui. (Q.S. al Anbiya: 7)

: : ( )

"Dari Abu Dzar ia berkata: Saya bertanya, wahai Rasulullah : berapa jumlah para nabi? Beliau menjawab: Jumlah para Nabi sebanyak 124.000 orang dan di antara mereka yang termasuk rasul sebanyak 315 orang suatu jumlah yang besar." (H.R. Ahmad)

Berdasarkan hadis di atas jumlah nabi dan rasul ada 124.000 orang, diantaranya ada 315 orang yang diangkat Allah swt. menjadi rasul. Diantara 315 orang nabi dan rasul itu, ada 25 orang yang nama dan sejarahnya tercantum dalam Al-Quran.

5. Iman kepada hari kiamat

Hari kiamat (Hari Akhirat) ialah kehancuran alam semesta segala yang ada didunia ini akan musnah dan semua makhluk hidup akan mati, selanjutnya akan berganti dengan yang baru yang disebut Alam Akhirat. Iman kepada hari kiamat berarti mempercayai akan adanya hari tersebut dan kehidupan sesudah mati serta beberap hal yang berhubungan dengan hari kiamat. Seperti kebangkitan dari kubur, Hisab (Perhitungan Amal), Sirat (Jembatan yang terbentang diatas punggung neraka), Surga dan Neraka. Kapan hari kiamat akan datang, tidak seorangpun yang tahu dan hanya Allah saja yang mengetahui. Manusia hanya diberi tahu melalui tanda-tandanya sebelum hari kiamat tiba. Para ulama telah sepakat dalam masalah adanya hari kiamat dan hal-hal yang terjadi didalamnya hanya saja mereka Ikhtilaf tentang apa yang akan dibangkitkan. Pendapat pertama mengatakan bahwa yang dibangkitkan meliputi jasmani dan rohani. ini dikeluarkan oleh golongan Ahlus Sunah Wal Jamaah. Adapun pendapat kedua yang dibangkitkan adalah rohnya.

6. Iman kepada qadha dan qadar

Beriman kepada takdir artinya seseorang mempercayai dan meyakini bahwa Allah SWT. Tidak menjadikan segala makhluk dengan Kudrat dan Iradat-Nya dan dengan segala hikmah-Nya. Allah berfirman :

Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukurannya. (Q.S.Al-Qamar : 49)

Beriman kepada takdir bagi setiap orang muslim bukan dimaksudkan untuk menjadikan manusia lemah, pasif, statis atau menyerah tanpa usaha. Bahkan dengan beriman kepada takdir mengharuskan manusia untuk bangkit dan berusaha keras demi mencapai takdir yang sesuai kehendak yang diinginkan.

B. Aqidah Cabang

Yang dimaksud aqidah cabang adalah cabang-cabang aqidah yang pemahamannya bervariasi dari masing-masing aspek rukun iman yang enam. Misalnya pemahaman yang berbeda (ikhtilaf) dalam sekitar pembahasan ketuhanan diantaranya mengenai zat, sifat, dan afal/perbuatan Tuhan. Dalam masalah zat Tuhan muncul pendapat yang menggambarkan Tuhan dengan sifat-sifat bentuk jasmani/fisik. Golongan ini disebut Mujassimah (orang-orang yang merumuskan Tuhan).

Sedangkan masalah sifat Tuhan juga muncul persoalan, apakah Tuhan itu mempunyai sifat atau tidak. Dalam hal ini muncul 2 golongan pendapat : Pertama : Golongan Muatilah yang diwakili oleh Golongan Mutazilah yang berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat. Dia adalah Esa, bersih dari hal-hal yang menjadikan tidak Esa. Mereka meng Esakan Tuhan dengan mengosongkan Tuhan dari berbagai sifat-sifat. Kedua : Golongan Ahlus Sunah Wal Jamaah yang diwakili oleh golongan (Asyariyah dan Maturidiyah ) meyakini bahwa Tuhan mempunyai sifat yang sempurna dan tidak ada yang menyamai-Nya. Mensifati Tuhan dengan sifat-sifat kesempunaan tidak akan mengurangi ke Esaan-Nya dan dalam masalah perbuatan/Af-Al Tuhan muncul perbedaan cabang seperti apakah Tuhan mempunyai kewajiban berbuat. Golongan Mutazilah berpendapat bahwa Tuhan mempunyai kewajiban berbuat baik dan terbaik bagi manusia (As Salah Al Asbah). Sebaliknya, golongan Ahlus Sunah Wal Jamaah (Asyariyah dan Maturidiyah) berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai kewajiban kepada makhluk-Nya[[2]]. Tuhan dapat berbuat sekehendak-Nya terhadap makhluknya karena kalau Tuhan mempunyai kewajiban berbuat berarti kekuasaan Tuhan dan kehendak Tuhan tidak mutlak.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku:

Ilmy, Bachrul. 2008. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Soleh, Arif. 2007. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Arya Duta

Jawaz, Yazid bin Abdul Qadir. Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah. ___: Pustaka Imam Asy-Syafii

Aminuddin. 2009. Aqidah. Jakarta: Universitas Islam Negeri. Sumber lain:

http://fara-cantika.blogspot.com/2011/04/aqidah-aqidah-pokok_23.html

http://www.muslimaccess.com/quraan/arabic

http://id.wikipedia.org/wiki/Malaikat

[1] Agama Islam Tingkat Semenjana, Grafindo hal.20, th. 2006

[2] Syariah Aqidah Ahlussunah wal Jamaah karya Yazid bin Abdul QJ.

A. PENGERTIAN AKIDAHSecara etimologis akidah berasal dari kata aqada- yaqidu- uqdatan- aqidatan. Artinya simpul, ikatan atau perjanjian. Jadi aqidah adalah keyakinan yang tersimpul kuat didalam hati bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. Para ulama mendefinisan aqidah sebagai

sesuatu yang terikat kepadanya hati dan hati nurani.Dalam Al-quran kata aqidah diartikan sebagai :

wahai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu [footnoteRef:1][1] [1: ]

Sedangkan secara terminologi akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang teguh oleh orang yang mempercayainya. Menurut Hasan al-Banna aqaid (jama akidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan. Dan menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy, akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia baik secara akal, dan fitroh. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia didalam hati serta diyakini keshahihannya dan keberadaannya secara pasti .[footnoteRef:2][2] [2: ]

B. AKIDAH POKOKAkidah pada masa Nabi dan pada masa 2 kholifah masih dapat dipertahankan, yaitu Rukun Iman yang mencakup 6 aspek, dalam pembahasan ini disebut dengan akidah pokok yaitu sbb: a. Iman kepada Allahb. Iman kepada Malaikat- Malaikat Allahc. Iman kepada kitab-kitab Allahd. Iman kepada Rasul-Rasul Allah e. Iman kepada Hari Kiamat f. Iman kepada Qada dan QadarJadi akidah pokok adalah akidah umat islam yang masih terpelihara dan masih murni sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW yang tercakup didalam Arkanul Iman.

C. AKIDAH CABANGSetelah berakhirnya kepemimpinan kholifah Umar bin Khattab umat islam mulai terjadi perpecahan. Kemudian muncul permasalahan yang menimbulkan terjadinya pembunuhan khalifah Ustman bin affan (th 345-656 M) oleh pemberontak yang sebagian besar dari Mesir yang tidak puas dengan kebijakan politiknya.Awalnya peristiwa ini hanya sebuah permasalan politik yang akhirnya berkembang menjadi persoalan teologi sehingga melahirkan berbagai aliran dengan teologi dan pandangan yang berbeda-beda. Pada masa ini umat islam tidak mampu lagi mempertahankan kesatuan dan keutuhan akidahnya, karena masing-masing berusaha membuka persoalan akidah yang sebelumnya terkunci. Maka lahirlah cabang-cabang akidah yang pemahamannya bervariasi dari masing-masing aspek rukun iman, diantanya: a. Masalah TuhanDalam masalah zat Tuhan muncul pendapat yang menggambarkan Tuhan dengan sifat-sifat bentuk jasmani atau fisik. Sedangkan dalam masalah sifat Tuhan juga muncul persoalan, apakah Tuhan itu mempunyai sifat atau tidak. Dalam hal ini muncul 2 golongan yang berpendapat berbeda:Pertama : golongan Mutazilah berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat. Dia adalah Esa, bersih dari hal-hal yang menjadikannya tidak Esa. Mereka meng-EsakanTuhan dengan mengkosongkan Tuhan dari berbagai sifat-sifat.[footnoteRef:3][3] [3: ]

Kedua : Golongan Ahlussunnah Wal Jamaah yang diwakili oleh golongan Ayariyah dan Maturidiyah meyakini bahwa Tuhan mempunyai sifat yang sempurna dan tidak ada yang menyamai-Nya. Mensifati Tuhan dengan sifat-sifat kesempurnaan tidak akan mengurangi ke-Esaan-Nya. b. Masalah Kitab-kitabPermasalahan yang diikhtilafkan dikalangan orang islam ialah apakah Al-Quran itu Qadim (kekal) atau Hadis (baru). Golongan Asyariyah dan Maturidiyah berpendapat bahwa Al-Quran adalah Qadim bukan makhluk (diciptakan). Sedangkan pendapat yang lain mengatakan bahwa Al-Quran tidak Qadim karena Al-Quran itu makhluk (diciptakan). c. Masalah Nabi dan Rasul Masalah yang masih diperselisihkan dalam kaitannya dengan iman kepada para Nabi dan Rasul adalah mengenai jumlahnya. Hanya Allah yang mengetahui jumlahnya. Sebagian ulama mengatakan bahwa jumlah seluruhnya adalah 124.000 orang. Dari jumlah itu yang diangkat menjadi Rasul sebanyak 313 orang. d. Masalah Hari KiamatPara ulama telah sepakat dalam masalah adanya hari kiamat dan hal-hal yang terjadi didalamnya, hanya saja mereka ikhtilaf tentang apa yang akan yang dibangkitkan. Ada yang berpendapat bahwa yang akan dibangkitkan meliputi jasmani dan rohani, dan pendapat kedua mengatakan bahwa yang dibangkitkan adalah rohnya saja. e. Masalah Taqdir Dalam masalah taqdir, orang islam sepakat perlunya meyakini adanya ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk yang ada dialam semesta ini. Namun berbeda dalam memahami dan memperaktekkannya. Pertama : Qodariyah berpendapat bahwa segala perbuatan manusia baik maupun buruk semuanya ditentukan oleh manusia itu sendiri. Allah tidak mempunyai sangkut pautnya dalam hal ini karena Allah telah menyerahkan kodratnya kepada manusia. Allah akan memberi pahala kepada orang yang telah berbuat baik, karena dia telah menggunakan kodrat yang diberikan Allah dijalan yang baik. Dan bagi orang yang berbuat jahat maka Allah akan menyiksanya karena kodrat yang diberikan digunakn untuk jalan keburukan.[footnoteRef:4][4] [4: ]

Kedua : kaum Jabariyyah mempunyai Itiqod yang bertolak belakang dengan Itiqod kaum Qodariyah. Jabariyyah berpendapat bahwa manusia tidak punya daya apa-apa karena segalanya telah ditentukan oleh Allah. Manusia tidak punya usaha, tidak punya ikhtiar sebab seluruhnya yang menentukan adalah Allah.Pendapat Jabariyyah ini dianggap menyimpang oleh golongan Ahlussunnah Waljamaah. Memang semuanya ini ditentukan oleh Allah tetapi Allah juga telah menciptakan usaha dan ikhtiar manusia. Oleh karena itu manusia mempunyai keharusan untuk berusaha.[footnoteRef:5][5] [5: ]

Ketiga : sebenarnya Itiqod Ahlussunnah Waljamaah merupakan perpaduan dari Itiqod Jabriyyah dan Qodariyah, artinya segala sesuatu dialam ini memang telah ditentukan oleh Allah, namun manusia diberi kewenangan untuk melakukan ikhtiar terlebih dahulu.

BAB IIIPENUTUPA. KESIMPULAN Dari pemaparan makalah diatas maka dapat kita simpulkan sebagai berikut : 1. Akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang teguh oleh orang yang mempercayainya. Menurut Hasan al-Banna aqaid (jama akidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan. 2. akidah pokok adalah akidah umat islam yang masih terpelihara dan masih murni sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW yang tercakup didalam Arkanul Imana. Iman kepada Allahb. Iman kepada Malaikat- Malaikat Allahc. Iman kepada kitab-kitab Allahd. Iman kepada Rasul-Rasul Allah e. Iman kepada Hari Kiamat f. Iman kepada Qada dan Qadar3. Perpecahan umat islam mulai terjadi setelah berakhirnya kepemimpinan kholifah Umar bin Khattab. Kemudian muncul permasalahan yang menimbulkan terjadinya pembunuhan khalifah Ustman bin affan (th 345-656 M) oleh pemberontak yang sebagian besar dari Mesir yang tidak puas dengan kebijakan politiknya. Awalnya peristiwa ini hanya sebuah permasalan politik yang akhirnya berkembang menjadi persoalan teologi sehingga melahirkan berbagai aliran dengan teologi dan pandangan yang berbeda-beda. Pada masa ini umat islam tidak mampu lagi mempertahankan kesatuan dan keutuhan akidahnya, karena masing-masing berusaha membuka persoalan akidah yang sebelumnya terkunci. Maka lahirlah cabang-cabang akidah yang pemahamannya bervariasi dari masing-masing aspek rukun iman.

DAFTAR PUSTAKA

Alfat, Masan. dkk. 1997. Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah kelas 1. Semarang: PT. Karya Toha PutraIlyas, Yunahar. 2006. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: LPPI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Umar, A. Chumaidi. dkk. 1996. KE-NU-an Ahlussunnah Wal Jamaah Madrasah Tsanawiyah kelas 3. Semarang: CV. Wicaksana Djamilun, H.M, dr. dkk. 1990. KE-NU-an Madrasah Aliyah kelas 3. Semarang: CV. Wicaksanas