AKTIVITAS DAKWAH USTADZ YUKE SUMERU DI MAJLIS...
Transcript of AKTIVITAS DAKWAH USTADZ YUKE SUMERU DI MAJLIS...
AKTIVITAS DAKWAH USTADZ YUKE SUMERU DI MAJLIS TA’LIM AL-FALAAH BINTARO JAYA
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Atty Sulastri Yusuf NIM: 206051003903
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H/2010 M
AKTIVITAS DAKWAH USTADZ YUKE SUMERU DI MAJLIS TA’LIM AL-FALAAH BINTARO JAYA
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Atty Sulastri Yusuf NIM: 206051003903
Pembimbing
Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum. NIP. 196104221990032001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H/2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi ini berjudul AKTIVITAS DAKWAH USTADZ YUKE
SUMERU DI MAJLIS TA’LIM AL-FALAAH BINTARO JAYA telah
diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 22 Juli 2010. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 22 Juli 2010
Sidang Munaqosyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Drs. H. Mahmud Jajal, MA. Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA. NIP. 195204221981031002 NIP. 1971041222000032001
Anggota,
Penguji I Penguji II
Rubiyanah, MA. Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA. NIP. 197308221998032001 NIP. 1971041222000032001
Pembimbing
Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum. NIP. 196104221990032001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukakn untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Juli 2010
A tty Sulastri Yusuf
ABSTAK
Atty Sulastri Yusuf 206051003903 Aktivitas Dakwah Ustadz Yuke Sumeru di Majlis Ta’lim al-Falaah
Aktivitas dakwah meliputi semua kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan yang dilakukan seseorang da’i secara sadar untuk mengajak manusia mengarah pada jalan Allah. Salah seorang yang melakukan aktivitas dakwah yaitu ustadz Yuke Sumeru. Dia adalah seorang pemain band yang mempunyai kehidupan malam, lekat dengan obat-obatan terlarang dan minuman keras. Dengan kesadarannya ia meninggalkan semua itu dan menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an dan berkomitmen untuk berdakwah.
Aktivitas dakwah ustadz Yuke Sumeru merupakan kegiatan dakwah ustadz Yuke Sumeru dengan mengisi ceramah-ceramah di berbagai pengajian majlis ta’lim dan mengisi pengajian keluarga, selain itu memberikan santunan di tempat-tempat pemulung. Aktivitas dakwah Ustadz Yuke Sumeru di majlis ta’lim al-Falaah yaitu dengan mengisi ceramah pengajian. Metode yang digunakan Ustadz Yuke Sumeru memudahkan jamaah majlis ta’lim al-Falaah, sehingga jamaah cepat dapat menangkap ceramah yang disampaikan. Sehingga ini cukup menarik untuk diteliti.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang aktivitas dakwah yang dilakukan ustadz Yuke Sumeru di Majlis Ta’lim al-Falaah. Untuk mengetahui itu semua maka dilakukan penelitian dengan menggunakan metode yang sesuai. Metode yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Dalam mencari data-data yang dibutuhkan, maka penelitian ini dilakukan wawancara mendalam kepada ustadz Yuke Sumeru sebagai informan. Kemudian wawancara juga dilakukan kepada beberapa orang jemaah majlis ta’lim al-Falaah untuk mengetahui pandangan jamaah tentang aktivitas dakwah ustadz Yuke Sumeru. Selain itu dilakukan observasi untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya tentang aktivitas dakwah yang dilakukan subjek penelitian.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa aktivitas dakwah ustadz Yuke Sumeru menggunakan metode dalam Al-Qur’an yaitu; bil hikmah, bil mauidah hasanah dan mujadallah billati hiya ahsan. Kemudian di majlis ta’lim al-Falaah menggunakan metode mujaddalah billati hiya ahsan, yaitu dengan diskusi berupa tukar pikiran antara sesama jamaah dan da’i. Kemudian materi yang disampaikan dalam setiap ceramahnya yaitu materi tentang aqidah, syari’at dan akhlak. Selain itu materi yang akan ustadz Yuke sampaikan mempunyai silabus, yang terdiri dari tiga bagian, elemetery, intermediate dan advance. Kemudian dari tiga bagian tersebut, setiap bagiannya terdiri dari 12 pertemuan, jadi jumlah seluruhnya menjadi 36 dari satu silabus tersebut.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufiq, dan inayah-Nya, serta telah memberi jalan dalam
penyelesaian skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
baginda tercinta Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabat dan semoga
kepada umatnya yang selalu istiqomah dalam menegakkan kalimah Allah di muka
bumi ini.
Telah penulis sadari sepenuhnya bahwa dalam pengerjaan skripsi ini tidak
terlepas dari tantangan, rintangan dan halangan. Namun dengan izin Allah semua
itu telah dapat penulis lalui, berkat dukungan, bantuan dan dorongan semua
kalangan yang telah mengulurkan tangan. Selama proses penulisan skripsi ini,
tidak sedikit bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, maka izinkanlah dalam kesempatan ini untuk menyampaikan rasa terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, M.Ag., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Wahidin Saputra, MA., Drs. Mahmud Jalal, MA., dan Drs. Study Rizal
LK, MA., sebagai Pembantu Dekan Bidang Akademik, Pembantu Dekan
Bidang Administrasi, dan Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.
3. Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum., sebagai Koodinator Teknis Pogram Non
Reguler Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sekaligus pembimbing,
terimakasih atas bimbingan dan arahannya. Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA.,
sebagai Sekretaris Program Non Reguler.
i
4. Drs. Jumroni, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
(KPI), dan Dra. Umi Musyarofah, MA., sebagai Skretaris Jurusan KPI.
5. Para dosen dan staf Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
6. Pimpinan dan staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
7. Ustadz Yuke Sumeru yang telah bersedia untuk diwawancarai dan telah
memberikan informasi yang dibutuhkan.
8. Majlis Ta’lim Al-Falaah beserta jamaahnya.
9. Orang Tua tercinta Ibunda almarhumah Ariyana dan Ayahanda almarhum
Muhammad Yusuf, yang telah menginspirasi saya untuk menuntut ilmu
kembali setelah usia tidak lagi muda. Bagi kedua orang tua menuntut ilmu itu
tidak akan ada habisnya. Selain itu pesan dari ibu beberapa bulan sebelum
wafat beliau meminta saya untuk menuntaskan kuliah hingga menjadi sarjana,
itu yang tidak pernah kesampaian karena kesibukan merawat adik-adik dan
keluarga muda saya. Alhamdulillah keinginan itu dapat saya kabulkan.
10. Keluarga tercinta, Suami Izhar M. Fihir yang telah dengan rela makan malam
sendirian selama tiga setengah tahun dan mendorong saya untuk tetap maju
dan selalu mendukung selama masa kuliah, dan anak tunggal Ihsan F. Fihir
yang selalu memberi dukungan penuh, terimakasih atas kesabaran kalian.
11. Kakak dan adik-adik saya, beserta suami/istrinya dan keponakan, terimakasih
atas suport yang telah kalian berikan.
12. Teman-teman angkatan 2006 KPI non reguler; Husni Mubarok, Ade Wahyudi
Kusniti dan teman-teman lain yang tidak dapat saya sebutkan di sini terima
kasih telah sama-sama melalui hari-hari indah dan susah bersama dalam
menuntut ilmu dibangku kuliah.
ii
iii
Tidak ada kesempurnaan bagi mahluk termasuk dalam skripsi ini jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi isi, bahasa, penulisan dan lain sebagainya. Untuk itu
sekiranya ada saran dan kritik, dengan keterbukaan hati, akan saya terima demi
meraih kesempurnaan.
Akhir kata hanya kepada Allah kita berserah diri, karena kesempurnaan
hanya milik-Nya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat adanya, Aamiin.
Jakarta, Juli 2010
Atty Sulastri Yusuf
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah............................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian..... ........................................ 7
D. Metodologi Penelitian ........................................................... 7
E. Kajian Pustaka....................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 11
BAB II KERANGKA KOSEPTUAL
A. Pengertian Aktivitas .............................................................. 13
B. Pengertian Dakwah ............................................................... 14
C. Unsur-Unsur Dakwah ........................................................... 17
1. Da’i ................................................................................. 17
2. Mad’u .............................................................................. 20
3. Materi Dakwah................................................................ 22
4. Metode Dakwah .............................................................. 23
5. Media Dakwah ................................................................ 24
6. Tujuan Dakwah ............................................................... 26
D. Bentuk-bentuk Dakwah......................................................... 29
BAB III PROFIL USTADZ YUKE SUMERU DAN PROFIL MAJLIS
TA’LIM AL-FALAAH
A. Profil Ustadz Yuke Sumeru .................................................. 32
1. Latar Belakang Keluarga................................................. 32
2. Latar Belakang Pendidikan ............................................. 33
3. Tempat Kegiatan Dakwah Ustadz Yuke Sumeru............ 37
iv
v
B. Profil Majlis Ta’lim al-Falaah............................................... 39
BAB IV AKTIVITAS DAKWAH USTADZ YUKE SMERU
A. Aktivitas Dakwah.................................................................. 41
B. Metode Dakwah Ustadz Yuke Sumeru ................................. 44
C. Materi Dakwah Ustadz Yuke Sumeru................................... 47
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 51
B. Saran-saran............................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 54
LAMPIRAN................................................................................................. .
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah tidak dapat dipisahkan dari Islam yang merupakan agama
Rakhmatan lil Alamin yang menanamkan kasih sayang terhadap sesama mahluk
hidup, tidak saling menyakiti tapi saling menjaga dan memelihara. Islam adalah
agama dinamis yang menganjurkan umat untuk terus bergerak, menjalankan
silaturahmi, dan saling tolong menolong. Kemudian menjadi tugas setiap umat
islam untuk menyampaikan setiap kebaikan dan mencegah keburukan seperti
firman Allah yang tertuang dalam Al-Quran surat Ali-Imran ayat 110;
☺ ⌧ ☺
☺
⌧ “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.
Dalam al-Qur’an dan Sunnah, terdapat penjelasan tentang amar ma’ruf
nahi munkar dan perintah terhadap mereka yang layak untuk membawa bendera
dakwah Islam. Yaitu mereka yang mampu mengajarkan agama islam, baik
2
melalui tulisan, ceramah, maupun cara pengajaran lainnya, sehingga individu atau
masyarakat dapat memahami dan melaksanakannya.1
Dakwah merupakan kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap umat
Islam yang beriman, yang semula dilakukan oleh para Nabi dan
Rasul, merupakan manusia yang dipilih dan ditentukan oleh Allah
SWT. Mereka menjadi penyeru bagi umat manusia untuk patuh kepada Allah
SWT dengan mempelajari hukum dan syari’at yang terdapat dalam Al-Quran dan
Al-Hadits, agar manusia mendapat keselamatan dunia dan akhirat. Dalam Al-
Qur’an bahwa para Nabi dan Rasul adalah juru dakwah untuk menuju jalan
kepada Allah SWT, seperti yang tertuang dalam surah An-Nisa ayat 165:
1
⌧ ⌧
⌧
☺
“(Mereka kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira
dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”2
Para Rasul telah tercatat dalam sejarah dakwah dengan nama besarnya,
mereka adalah tokoh teladan dan panutan bagi para pengikutnya dalam gerakan
dakwah dan cerminan untuk menjalankan kehidupan sehari-hari. Perjuangan para
Nabi dan Rasul dalam menyampaikan risalah keagamaan kepada para pengikut
dan umat manusia secara umum bukan hal yang mudah. Dalam perjuangannya
1 Mustofa Ar-Rafi’I, Potret Juru Dakwah, (Jakarta: Pustaka al-Kausar, 2002), hal. 51 2 Departemen Agama (Depag) RI. Al-Qur`ân dan Terjemahnya, (Bandung: CV Gema
Risalah Press. tt).h.
3
penuh dengan makian, cacian, perlawanan yang bukan hanya dari masyarakat
tetapi juga dari dalam keluarganya sendiri.
Aktivitas dakwah ini terus berjalan secara berkesinambungan dari seorang
Nabi dan Rasul kepada Nabi dan Rasul berikutnya, setiap Nabi dan Rasul
mempunyai kader penerus dari pengikut-pengikutnya yang beriman. Sampai
kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penutup dari para Nabi dan Rasul yang
menyempurnakan kitab-kitab suci yang telah diturunkan sebelumnya sebagai
pedoman hidup untuk keselamatan dunia dan akhirat. Kemudian Islam sebagai
agama Rakhmatan Lil Alamin dan Allah SWT telah meridhai Islam sebagai satu-
satunya agama di dunia ini, seperti firman Allah yang tertulis dalam Al-Qur’an
surah Ali Imran di awal ayat 19:
.
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah agama
Islam.”
Setelah Rasullah SAW wafat, para sahabat dan pengikutnya meneruskan
aktivitas dakwah beliau. Sejak itu antara Islam dan dakwah merupakan bagian
yang tak terpisahkan lagi, seperti sabda Rasulullah SAW dalam haditsnya, dari
Abdullah bin Amru bin Ash, Rasul SAW bersabda “Sampaikan oleh kalian dariku
walau hanya satu ayat” (HR Bukhari). Hadits ini yang mendukung Al-Quran
surah Al-Baqarah ayat 159, Allah SWT berfirman:
☺
4
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah
kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati.”
Ketika seseorang telah mengetahui apa-apa yang sudah tertulis dalam Al-
Qur’an dan apa-apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW, kemudian
menutupinya, tidak menyebarkan atau tidak menyampaikannya kepada orang lain,
maka orang tersebut akan mendapat teguran dari Allah SWT berupa laknat dari
semua mahluk yang dapat melaknatnya.
Pentingnya menyampaikan, menyebarkan atau dakwah bagi umat Islam
merupakan bentuk bahwa manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang sangat
berbeda dari mahluk lain. Manusia diciptakan Allah SWT dengan kelebihan akal,
supaya dengan akal itu manusia dapat membedakan baik dan buruk. Manusia
dapat hidup saling menjaga hak masing-masing, dapat bersosialisasi dengan etika
dan aturan yang disepakati bersama serta dapat mencerna dengan baik aturan-
aturan syari’at agama yang tertuang dalam Al-Quran dan Hadits.
Banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan juga hadits-hadits Rasulullah SAW yang
menjelaskan tentang pentingnya dakwah atau mensyi’arkan ajaran-ajaran Islam.
Dalam kegiatan dakwah peranan da’i sangatlah penting, sebab tanpa da’i ajaran
Islam hanyalah idiologi yang tidak terwujud dalam kehidupan masyarakat. Walau
bagaimanapun sesungguhnya idiologi Islam itu harus disebarkan di masyarakat. Ia
akan tetap hanya sebagai ide, ia akan tetap hanya sebagai cita-cita yang tidak akan
5
pernah terwujud jika tidak ada manusia yang menyebarkannya, termasuk di
dalamnya yang berkaitan dengan perkara amar makruf dan nahi munkar.3
Dakwah harus selalu dilakukan, sebagaimana yang dianjurkan dalam
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Maryam (19) ayat 97:
☺
☺
“Maka Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an itu dengan
bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al-Qur’an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang.”
Kalau menilik dari ayat tersebut di atas bahwa Allah SWT telah
memudahkan manusia untuk menyampaikan dakwah yang dilakukan oleh setiap
individu kepada individu lainnya sehingga syi’ar Islam dapat berjalan dengan
lancar.
Dakwah yang dalam arti menjalankan amar makruf nahi munkar menjadi
dasar dari tujuan keselamatan dan kesempurnaan dalam hidup masyarakat, telah
menjadi kewajiban bagi fitrah manusia sebagai mahluk sosial dan menjadi
kewajiban yang telah tertuang dalam Al-Qur’an dan hadits.4
Berdasarkan hal itu, dengan kewajiban manusia untuk melaksanakan amar
makruf nahi munkar dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya, telah membuat
seorang pemain band yang bernama Yuke Sumeru meninggalkan kehidupan
malam yang lekat dengan obat-obatan terlarang dan minuman keras. Kesadaran
akan pentingnya menjadi seorang Islam yang memahami ajaran dan syari’at, serta
3 Hamzah Ya’qub, Publistik Islam, (Bandung: CV. Diponogoro, 1981), cet. ke- 2, hal.
37. 4 Mohammad Natsir, Fiqhud Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 2009). h. 109.
6
pentingnya dakwah bagi setiap individu muslim, Yuke Sumeru yang pada saat itu
menginjak usia 40 tahun, berkomitmen meninggalkan dunia malamnya dan band
yang telah menjadi bagian dari hidupnya dan memberinya limpahan materi.
Kemudian ia memilih untuk menuntut ilmu di Perguruan Tinggi Ilmu Al-
Qur’an (PTIQ) untuk dapat berbagi ilmu kepada sesama. Amar makruf dan nahi
munkar telah menarik hati Yuke Sumeru untuk menjalaninya dengan lebih
sempurna dan sejak itu ia siap untuk berdakwah saat Yuke Sumeru menyelesaikan
kesarjanaannya di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an tersebut. Selain
meninggalkan band, dunia malam dan minuman keras, Yuke Sumeru juga
mengganti gaya berpakaiannya. Maka Yuke Sumeru telah menjadi da’i di
berbagai Majelis Ta’lim dan selain itu ia aktif di Majelis Jamaah Tablig.
Metode yang digunakan Ustadz Yuke Sumeru memudahkan jamaahnya
sehingga cepat dapat menangkap ceramah yang disampaikan, di mana sebagian
besar jamaah adalah ibu-ibu. Kesungguhan Ustadz Yuke Sumeru terus
diperlihatkan dengan meneruskan pendidikannya hingga ke jenjang S2, dengan
mengambil Jurusan Tafsir Al-Qur’an, untuk menambah wawasan keagamaannya.
Dengan latar belakang tersebut di atas, maka sekiranya menarik untuk di lakukan
penelitian terhadap aktivitas dakwah Ustadz Yuke Sumeru dengan judul skripsi:
“Aktivitas Dakwah Ustadz Yuke Sumeru di Majelis Ta’lim Al-Falaah
Bintaro Jaya”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
7
Berdasarkan latar belakang di atas, maka batasan masalah pada penelitian
ini difokuskan pada aktivitas dakwah ustadz Yuke Sumeru di Majelis
Ta’lim Al-Falaah daerah Bintaro Jaya sektor I.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
“Bagaimana Aktivitas Dakwah yang dilakukan Ustadz Yuke Sumeru di
Majlis Ta’lim al-Falah”?.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas dakwah yang dilakukan
Ustadz Yuke Sumeru di Majlis Ta’lim Al-Falaah.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Akademis
Dapat menjadi referensi bagi penelitian berikutnya dalam dakwah Islam
dan sebagai bahan pustaka untuk menambah wawasan bagi yang
memerlukan, sebagai bahan perbandingan dalam penelitian mengenai
aktivitas dakwah.
b. Secara Praktis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan bagi
pembaca, para da’i dan masyarakat umum bahwa menjadi da’i dapat
8
dilakukan oleh siapa saja tanpa melihat latar belakang orang tersebut.
Siapapun bisa melakukan dakwah dengan tujuan untuk menegakan agama
Allah. Dengan menggunakan metode dakwah dan materi dakwah yang
sesuai dengan karakter dan kebutuhan mad’u.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Bentuk penelitian adalah studi lapangan (field research) dengan penelitian
langsung ke lapangan guna mendapatkan data yang di butuhkan. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk
menjelaskan suatu fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan
data sedalam-dalamnya.5 Dimana penelitian sosial dengan pendekatan kualitatif
memiliki relasi dengan analisis data visual dan data verbal yang merefleksikan
pengalaman sehari-hari.6 Sedangkan teknik penulisan bersifat deskriptif analisis
yaitu memberikan gambaran terhadap subjek atau objek penelitian.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian merupakan tempat memperoleh keterangan.7 Dalam
tulisan ini yang menjadi subjek adalah Ustadz Yuke Sumeru itu sendiri.
Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah aktivitas dakwahnya ustadz
Yuke Sumeru.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
5 Rahmat Kriyanto, Tehnik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Group
Media, 2006), h. 58. 6 M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi Teori dan aplikasi, (Yogyakarta:
Gitanyali, 2004), h.1. 7 Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian , (Jakarta: Rajawali Press,1989), h. 13.
9
Tempat penelitian dilakukan di Majlis Ta’lim al-Falaah Bintaro Jaya
Sektor I, dan waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan April-Juni 2010.
4. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
a. Sumber Data
Ada dua macam sumber data, yaitu primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang langsung diambil dari informan yang
bersangkutan. Dalam penelitian ini data didapat dari wawancara langsung
(in depth interview) dengan ustadz Yuke Sumeru. Sedangkan data
sekunder adalah data-data atau informasi lain yang memiliki relevansi
dengan masalah penelitian sebagai bahan pendukung penelitian yang
didapat baik dari jama’ahnya, media, buku-buku dan lain-lain.
b. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara (in depth interview)
Wawancara dilakukan dengan tatap muka langsung terhadap
subjek penelitian secara intensif, akrab, terbuka, dan mendalam.
Untuk mendapat kutipan langsung tentang pengalaman, pendapat,
perasaan pengetahuan dan data yang valid. Pada saat pengumpulan
data key informan juga diperlukan untuk dijadikan sumber informasi
tentang objek yang diteliti. Hasil pengamatan dan wawancara
mendalam direkam dan dicatat secara sistematis. Wawancara
dilakukan terhadap jamaah dan pengurus Majelis Ta’lim al-Falaah.
2. Observasi
Observasi merupakan pengamatan dilakukan secara langsung, dan
mencatat dengan sistematis setiap fenomena-fenomena yang ada pada
10
subjek seperti tentang kegiatan, perilaku, tindakan dan interaksi pada
objek yang diteliti. Pengamatan ini dilakukan berulang untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
3. Dokumentasi
Penelaahan terhadap dokumen-dokumen yang tertulis berupa
catatan-catatan formal, cuplikan, kutipan dengan mengumpulkan dan
menelaah beberapa literatur berupa buku-buku, catatan-catatan yang
berhubungan dengan objek yang diteliti.
4. Pengolahan Data
Dilakukan dengan cara mengklasifikasi atau mengategorikan data
berdasarkan beberapa tema sesuai dengan fokus penelitian.
Pengolahan data tidak harus dilakukan setelah data terkumpul dapat
dilakukan bersamaan dengan analisis data setelah data terkumpul.
5. Pedoman Penulisan
Pedoman penulisan dalam skripsi ini, penulis menggunakan
Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah (Skripsi, Tesis dan Desertasi),
yang diterbitkan oleh CeQDA, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
E. Kajian Pustaka
Kajian pustaka diperlukan untuk mengetahui dan menganalisa hasil
penelitian tentang aktivitas dakwah yang sudah ada dan faktor-faktor yang
mempengaruhi terbentuknya aktivitas dakwah untuk menjadi landasan analisa
terhadap aktivitas dakwah yang akan diteliti, supaya tidak terjadi kesamaan
11
dengan penelitian skripsi-skripsi yang sudah ada. Adapun judul-judul yang sudah
ada di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terdapat tentang Aktivitas
Dakwah. Berikut beberapa judul skripsi yang berkaitan dengan aktivitas dakwah
antara lain:
1. ”Aktivitas Dakwah Hasan bin Ja’far Assegaf di Majlis Ta’lim Nurul
Mustafa”. Skripsi ini dibuat oleh Muthmainnah, yang membahas tentang
aktivitas dakwah Habib Hasan Assegaf yang merupakan dakwah yang
relevan dengan untuk mangajakan amar ma’ruf nahi munkar. Dengan
metode dakwah yang digunakan adalah metode individual untuk
menyebarkan pesan dakwah yang sesuai dengan keadaan sekarang.
2. Skripsi yang dibuat oleh Uli Nuha dengan judul ”Aktivitas dakwah Habib
Munzir al-Musawa di Majlis Rasulullah SAW”. Skripsi ini membahs
tentang aktivitas dakwah Habib Munzir al-Musawa dengan merumuskan
aktivitas dakwah di Majlis Rasulullah menjadi masyarakat yang nabawi,
dan menjadi da’i yang memahami karakteristik mad’unya sehingga da’i
dapat mengetahui dakwah yang baik.
3. Aktivitas KH. Amiruddin Said SQ. MA. di Masjid Kubah Emas Dian Al-
Mahari. Skripsi ini disusun oleh Luthfi Anwar, membahs tentang aktivitas
dakwah yang dilakukan KH. Amiruddin Said SQ. MA merupakan sebuah
proses pentransferan nilai-nilai ajaran islam dengan cara taushiah atau
ceramah yang dilakukan dengan mengisi pengajian tentang ibadah dan
penjelasan tentang akhlak Rosul yang diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari.
12
Judul penelitian di atas merupakan beberapa judul tentang ”aktivitas
dakwah” yang ada di Perpustakan baik Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta atau Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Semua judul tersebut
membahas tentang aktivitas dakwah para da’i, yang membedakan dengan
penelitian ini yaitu terletak pada subjek dan objek penelitiannya. Dan tidak
ditemukan judul skripsi yang membahas tentang aktivitas dakwah Ustadz Yuke
Sumeru di Majlis Ta’lim al-Falaah.
F. Sistematika Penulisan
Supaya lebih terarah maka skripsi ini dibuat sistematika penulisan yang
tersusun dalam lima bab dengan masing-masing subnya sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini membahas tentang latar belakang masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, kajian
pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II KERANGKA KONSEPTUAL
Bab ini landasan teori yang membahas tentang pengertian dakwah, dan Unsur-
unsur dakwah yang meliputi da’i, mad’u, media dakwah, metode dakwah dan
tujuan dakwah.
BAB III PROFIL USTADZ YUKE SUMERU DAN PROFIL MAJLIS
TA’LIM AL-FALAAH
Bab ini membahas tentang profil ustadz Yuke Sumeru, yang mencakup latar
belakang pendidikan, riwayat hidup, kegiatan dakwah ustadz Yuke Sumeru
kemudian sekilas tentang profil Majlis Ta’lim al-Falaah.
13
BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISA
Bab ini membahas hasil temuan tentang aktivitas dakwah Yuke Sumeru yang
meliputi metode dakwah yang dilakukan dan materi dakwah yang disampaikan
ustadz Yuke Sumeru.
BAB V PENUTUP
Bab ini akhir dari pembahasan skripsi ini yang berisi kesimpulan dan saran-
saran.
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Pengertian Aktivitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas adalah keaktifan,
kegiatan, kesibukan atau juga berarti kerja yang dilaksanakan dalam setiap
bagian.1 Kemudian dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan aktivitas berasal dari
bahasa Inggris; activity, dan bahasa Latin; activus yang berarti aktif, tindakan.
Yakni berupa tindakan pada diri setiap mahluk yang menghasilkan sesuatu,
dengan aktivitas dapat memadai hubungan khusus antara manusia dengan dunia.2
Aktivitas berarti melakukan suatu kegiatan tertentu secara aktif. Aktivitas
menunjukkan adanya kebutuhan untuk aktif bekerja atau melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu.
Ada dua aktivitas dalam kehidupan manusia, yaitu aktivitas ekternal dan
aktivitas internal. Aktivitas ekternal yaitu jika operasi yang dilakukan manusia
terhadap objek-objek dilakukan dengan mengunakan lengan tangan, jari-jari, dan
kaki. Sedangkan aktivitas internal dilakukan menggunakan tindakan mental dalam
bentuk gambaran-gambaran dinamis, aktivitas interal merencanakan internal.3
Kemudian dalam Ilmu Sosiologi, aktivitas diartikan dengan segala bentuk
kegiatan yang ada di masyarakat, seperti kegiatan gotong royong atau kerja bakti,
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1997), Cet. 9. h. 20. 2 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan,(Jakarta: Lembaga Pengkajian
Kebudayaan Nusantara, 1997), Cet. I. h. 25. 3 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan,(Jakarta: Lembaga Pengkajian
Kebudayaan Nusantara, 1997), Cet. I. h. 26.
13
14
yang mana biasa disebut sebagai aktivitas sosial, ini dilakukan baik berdasarkan
hubungan tetangga, keluarga atau kekerabatan. 4
Menurut Samuel Soeito, aktivitas yang dilakukan manusia bukan hanya
sekadar kegiatan, menurutnya aktivitas dipandang sebagai usaha untuk mencapai
tujuan atau memenuhu kebutuhan.5
Salah satu aktivitas adalah aktivitas dakwah. Aktivitas dakwah merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan untuk menyampaian ajaran agama (islam) dengan
tujuan mengubah atau memperbaiki aqidah serta perbuatan manusia, sesuai
dengan tujuan dakwah. Aktivitas dakwah perlu dilakukan karena, Guru besar
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumut, M. Hatta mengatakan, bahwa
aktivitas dakwah menjadi salah satu bagian terpenting dalam menentukan nasib
masa depan bangsa yang berlandaskan nilai-nilai moral dan agama.6
B. Pengertian Dakwah
Secara etimologi dalam kamus Arab-Indonesia, kata dakwah berasal dari
bahasa Arab dan mempunyai dua akar kata yaitu: pertama, berasal dari kata
ةـوعد, ـوعيد, اعد yang berarti menyeru, memanggil dan mengajak. Kedua berasal
dari kata اعد, ـوعيد, اعد yang artinya memanggil, mendo’a, dan memohon.7
Secara umum, dakwah merupakan suatu proses untuk mendorong orang
lain agar memahami dan mengamalkan suatu keyakinan tertentu. Arti kata
dakwah seperti ini dapat dijumpai dalam Al-Quran surat Al-Hajj ayat 67:
4 Sogoyo dan Pujiwati Sogoyo, Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan, (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 1999), Cet. 12, Jilid. I. ha. 28. 5 Samuel Soeito, Psikologi Pendidikan II, (Jakarta: FEUI, 1982), h. 52. 6 Warta Medan, Aktivitas Dakwah Dapat Menentukan Masa Depan Bangsa, diakses pada
12 Juli 2010, dari www. waspada online.com. 7 Mahmud Yunus, Kamus Arab – Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), h.127.
15
“Dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus”. Kemudian dakwah juga merupakan ajakan untuk berbuat baik dan
mencegah kepada perbuatan munkar, sebagaimana firman Allah dalam surat Ali-
Imran ayat 104:
☺
☺
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
Sedangkan secara terminologi, dakwah mengandung beberapa arti dengan
rumusan-rumusan yang berbeda namun tetap bermuara pada ajakan kepada jalan
Allah, antara lain:
a. Menurut Quraish Shihab, mendefinisikan ”...dakwah adalah seruan atau
ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang
lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat...”.8
b. Menurut Arifin HM, menyebutkan bahwa dakwah adalah :
”Kegiatan, ajakan baik tulisan, lisan dan tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi manusia baik individual maupun kelompok, supaya dalam dirinya ada suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan, serta pengalaman agama sebagaimana pesan yang disampiakan padanya tanpa ada unsur paksaan.9
8 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1999), Cet ke-19 h. 194. 9 Arifin, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1976), h.
16
c. Menurut Toha Yahya Omar, mengatakan bahwa: ”...dakwah adalah suatu ilmu
pengetahuan yang berisi tentang cara-cara dan tuntutan, bagaimana menarik
perhatian untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideologi,
pendapat dan pekerjaan tertentu...”.10
d. Menurut KH. Isa Anshary, “…dakwah adalah mengajak dan memanggil umat
manusia agar menerima serta mempercayai keyakinan dan pandangan hidup
Islam, berdakwah artinya memprogram suatu keyakinan menyerukan suatu
pandangan iman dan agama…”.11
e. Pendapat Syekh Ali Mahfudz, seperti yang dikutif Munzier dan Harjani
mengatakan; ”...dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan
kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan
melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di
dunia dan akhirat. Pendapat ini juga selaras dengan pendapat al-Ghozali
bahwa amr ma’ruf nahi munkar adalah inti dakwah dan penggerakan dalam
dinamika masyarakat Islam...”. 12
f. Menurut Didin Hafidhuddin bahwa;
“Dakwah merupakan proses yang berkesinambungan yang ditangani para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah dan secara bertahap menuju kehidupan yang Islami”.13
g. Definisi dakwah menurut Team Proyek Penerangan Bimbingan dan
Dakwah/Khotbah Agama Islam (Pusat) Departemen RI, yang dikutip Asmuni
Syukir adalah; Dakwah yaitu setiap usaha yang mengajak untuk memperbaiki
10 Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1983), hal 1.
11 Isa Anshary, Mujahid Dakwah, Pembimbing Muballigh Islam, (Bandung: CV. Diponegoro, 1999), h. 17
12 Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2003), Cet. ke-1, h. 7.
13 Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), Cet. I. h.77.
17
usaha kehidupan yang lebih baik dan layak, sesuai dengan kehendak dan
tuntunan kebenaran.14
Dakwah ibarat bola lampu kehidupan, yang memberikan cahaya dan
menerangi jalan kehidupan yang lebih baik, dari kegelapan menuju terang
benderang, dari keserakahan menuju kedermawanan. Dakwah merupakan bagian
yang cukup terpenting bagi umat saat ini tatkala manusia dilanda kegersangan
spiritual, rapuhnya akhlak, maraknya korupsi, kolusi dan nepotisme, kesimpangan
sosial, kerusuhan, kecurangan dan tindakan-tindakan lain yang menyalahi aturan
agama. Dakwah merupakan seruan atau ajakan kepada keinsyafan, atau usaha
mengubah situasi yang buruk kepada situasi yang lebih baik dan sempurna.
C. Unsur-unsur Dakwah
1. Da’i (Subjek Dakwah)
Da’i atau komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan, mengajak
atau orang yang melakukan dakwah. Da’i adalah orang yang mengajak orang lain
secara langsung atau tidak langsung dengan kata-kata atau perbuatan atau tingkah
laku ke arah kondisi yang baik atau lebih baik menurut Al-Qur’an dan sunnah.
Dapat disebut juga sebagai orang yang melakukan amar makruf nahi munkar.15
Pengertian da’i atau juru dakwah secara garis besar mengandung dua
makna yang umum dan yang khusus. Secara umum setiap pribadi muslim di
wajibkan berdakwah, sebagaimana hadist Rasulullah ”sampaikan olehmu walau
hanya satu ayat”, demi terbentuknya amar makruf nahi munkar dan ukhuwwah
Islamiyah. Secara khusus da’i adalah para juru dakwah yang menempuh
14 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 20.
15 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), Cet. I, h. 68.
18
pendidikan untuk memperdalam ilmu agama atau bidang dakwah Islam, dengan
qudwah hasanah.16 Atau mereka yang mengambil keahlian khusus dalam bidang
agama Islam, yang dikenal dengan panggilan ulama.17
Dengan pendidikan yang khusus tentang penguasaan ilmu agama yang
luas, dan dalam seorang da’i juga harus mempunyai ilmu pengetahuan yang
universal yaitu mengenal ilmu-ilmu lain. Dalam abad teknologi modern ini
berkembangnya isu-isu hangat di masyarakat, maka dengan menguasai teknologi
dapat digunakan cara untuk menopang materi dakwah yang disampaikan supaya
tidak kering dan kaku. Selain itu da’i harus benar-benar mendalami ilmu
mengenai usul (pokok) dan furuk (cabang) Islam, sehingga apabila ia berdakwah
benar-benar memahami hakekat risalah yang sempurna bahwa Islam adalah
hubungan dengan Tuhan yang membimbing mukmin dalam seluruh aspek
kehidupannya.
Di dalam diri pendakwah terletak inti dari gerakan dakwah Islam yang
jiwanya terisi dengan kebenaran, kesadaran, kemauan, keberanian, tegas dan
semangat untuk siap menegakan amar makruf nahi munkar dan orang lain dapat
mengambil manfaat darinya. Seorang juru dakwah juga harus bertauhid dengan
sempurna artinya mengenal Tuhannya sebagai Sang Pencipta dengan kekuasaan
yang mutlak. Seorang juru dakwah harus berakhlakul karimah, karena merupakan
cerminan bagi orang yang di dakwahi.
Di dalam berdakwah terhadap sesama muslim, bagi juru dakwah wajib
untuk menanamkan perasaan pada diri sang pendakwah bahwa mad’u adalah
16 Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,2000), h.
27. 17 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), Cet ke-2. h.
42.
19
bagian dari dirinya dan juru dakwah juga adalah bagian dari masyarakat mad’u.
Tidak boleh menempatkan diri sebagai salah satu bentuk masyarakat Islam khusus
yang berbeda dengan masyarakat muslim yang lain, hal ini akan memberi jarak
antara da’i dan mad’unya dan akan mengakibatkan kemacetan dan menemukan
jalan buntu, karena mereka akan meninggalkan sang da’i yang dianggapnya
angkuh, padahal mereka merupakan ladang dakwah bagi para da’i.18 Seorang juru
dakwah harus sehat fisiknya, berwawasan luas, adil, jujur dan berani dalam
menyampaikan kebenaran.
Setiap juru dakwah harus mengetahui bahwa dalam berdakwah kepada
kebaikan tidak selalu berhasil dan dapat diterima oleh setiap orang. Oleh karena
itu ketika menyampaikan dakwah, reaksi mad’u terhadap pesan yang disampaikan
akan berbeda-beda, ada yang menerima dengan senang hati dan mengamalkannya,
ada yang menerima tapi tidak mengamalkannya dan ada juga yang menolak
dakwahnya.19
Seorang juru dakwah bukan seorang aktor, tetapi ketika ia berbicara juga
harus dilakukan. Dakwah juga dapat dilakukan melalui tulisan (dakwah bil
qolam), lisan (dakwah bil lisan) dan perbuatan (dakwah bil hal), maka setiap
individu di dalam aktivitasnya dapat berdakwah, tidak hanya seorang yang sering
menulis tentang keislaman, penceramah, mubaligh, guru mengaji atau pengelola
panti.20 Tetapi setiap individu dapat berdakwah, dalam artian pendakwah adalah
setiap individu muslim, yang dalam setiap gerak langkah, pakaian dan
perkataannya yang baik merupakan dakwah karena akan di ikuti oleh orang lain.
18 Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, (Solo: Era Intermedia,2001), Cet ke-3
h. 49. 19 Faizah & Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 197. 20 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet ke-2, h. 216.
20
2. Mad’u (Objek Dakwah)
Mad'u dapat disebut sebagai obyek atau sasaran dakwah, yaitu orang-
orang yang diseru, dipanggil, atau diundang. Maksudnya ialah orang yang diajak
ke dalam islam atau sesuai dengan ajaran islam sebagai penerima dakwah.21
Objek dakwah merupakan masyarakat penerima dakwah, secara individu
maupun kelompok sebagai objek dakwah yang memiliki strata dan tingkatan–
tingkatan yang berbeda. Obyek dakwah Islam adalah segenap manusia di muka
bumi ini, baik yang telah masuk Islam maupun yang belum.
Dalam aktivitas dakwanya, seorang da’i harus memahami karakter dan
latar belakang mad’u.22 Dengan beragamnya latar belakang dari pendidikan,
budaya, ekonomi dan pemahaman terhadap konsep Islam serta wawasan
pengetahuan umum yang di miliki mad’u, disamping menguasai materi dakwah
seorang juru dakwah juga membutuhkan pemahaman tentang karakteristik mad’u
yang beragam tersebut.
Menurut Asmuni Syukir, menjelaskan bahwa, yang dimaksud dengan
objek dakwah ”...adalah masyarakat luas, yang merupakan salah satu unsur
terpenting di dalam sistem dakwah yang tidak kalah penting perannya
dibandingkan dengan unsur-unsur dakwah yang lain...”.23
Kemudian dilihat berdasarkan penolakan dan penerimaan mad’u terhadap
ajakan da’i, maka mad’u di sini dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori
yaitu: mad’u dari kalangan orang mukmin, dari kalangan orang kafir dan dari
kalangan orang munafik.
21 Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,
(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. Ke-1, hal. 34. 22 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Azah, 2009), ed.1, Cet. 1, h. 23 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.
66.
21
1. Mukmin
Merupakan orang yang percaya akan eksistensi Allah, karena mukmin
berasal dari kata iman yang artinya percaya.24 Dakwah kepada orang mukmin
bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan orang mukmin,
mempertinggi kualitas kepribadian Islamnya serta memperkuat ketundukan
mukmin terhadap aturan dan ajaran Islam.
2. Kafir
Menurut Muhammad Galib M, seperti yang dikutip Faizah dan Lalu M.
Effendi menyatakan bahwa:
”seseorang diberi predikat kafir apabila mendustakan kerasulan Muhammad dan ajaran-ajaran yang dibawanya. Dengan perkataan lain, predikat tersebut diberi kepada mereka yang tidak menerima Islam yang dibawa Nabi Muhammad sebagai pedoman hidupnya”. 25
Dalam hal ini, dakwah kepada seseorang kafir bertujuan untuk mengubah
aqidahnya menjadi aqidah Islam, mengajak mereka untuk beriman hanya
kepada Allah dan mengakui kenabian Muhammad SAW. Seorang da’i dalam
menghadapi golongan ini harus memiliki sikap sabar dan tidak putus asa
untuk menyeru merekan.
3. Munafik
Berasal dari kata nifaq ialah memperlihatkan kebaikan padahal dalam
hatinya tidak seperti itu. Munafik adalah orang yang berpura-pura, antara
perkatanaan dan perbuatan berbeda dengan di hati (lain di mulut lain di hati).26
Dakwah kepada orang munafik bertujuan untuk menyadarkan mereka. Cara
menghadapinya yaitu tidak menjadikan orang munafik sebagai pelindung,
24 Faizah & Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 199. 25 Faizah & Lalu Muchsin Effendi, h. 206. 26 Faizah & Lalu Muchsin Effendi, h. 208.
22
penolong dan pemimpin, bersifat tegas dan memerangi mereka, serta bersikap
waspada terhadap mereka.
3. Materi Dakwah
Materi Dakwah (Madah ad-da’wah) yang merupakan isi pesan-pesan
dakwah Islam harus bersumber dari Al-Quran dan hadist sebagai sumber utama
yang meliputi tauhid, aqidah, syari’at, muamalah dan akhlak dengan berbagai
cabang ilmu yang di peroleh dari kedua sumber tersebut. Serta pengembangannya
akan tetap mencakup seluruh kultur Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan
sunnah Rasulullah SAW. Materi dakwah harus sesuai dengan bidang keahlian
juru dakwah melalui metode, media dan serta objek dakwah atau mad’unya.27
Karena tujuan dakwah adalah untuk membuat manusia memiliki kualitas
aqidah, ibadah dan akhlak yang tinggi serta akan terjadi perubahan dalam diri
manusia tersebut termasuk di dalamnya perubahan dalam pola pikir dan tingkah
laku,28 maka materi dakwah disesuaikan dengan kondisi mad’u. Di mana seorang
da’i harus melihat budaya, latar belakang dan pendidikan masyarakat/ mad’unya.
Seorang juru dakwah harus mengembangkan ide-ide baru yang tetap bersumber
dari ajaran Islam, supaya mad’u mendapat penyegaran.
Materi dakwah secara umum dapat diklasifikasikan pada pokok-pokok
seperti masalah aqidah, masalah akhlaq, masalah syari’ah, dan masalah
muamalah. Kemudian Ali Yafie dalam bukunya “Dakwah dalam Al-Qur’an dan
As-Sunnah” menyebutkan lima pokok materi dakwah, yaitu masalah kehidupan,
27 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos,1997), Cet. 1, h.
34. 28 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004), ed. 1,
Cet.1, h. 60.
23
masalah manusia, masalah harta benda, masalah ilmu pengetahuuan, dan masalah
aqidah. Yang terakhir inilah yang menjadi pangkal yaitu aqidah islamiyah
(aqidah yang mengikat hati manusia dan menguasai batinnya berdasarkan nilai
islam). Oleh karena itu yang pertama kali dijadikan sebagai materi dakwah
rasulullah adalah masalah aqidah dan keimanan.29
4. Metode Dakwah
Metode menurut K. Prente, menerjemahkan methodus sebagai cara
mengajar.30 Dalam bahasa Inggris disebut method, dan dalam bahasa Arab di
sebut dengan istilah uslub, tarikah, minhaj, dan nizam.31 Jadi metode adalah cara
yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.32
Metode dakwah (kaifiyah ad-da’wah) merupakan cara-cara penyampaian
dakwah, baik terhadap individu, kelompok atau masyarakat luas agar pesan-pesan
dakwah itu mudah diterima. Metode dakwah harus tepat dan sesuai dengan situasi
dan kondisi mad’u sebagai penerima pesan dakwah, di mana penerapan metode
dakwah harus mendapat perhatian yang utama dari para da’i.
Menurut Ki Moesa A. Machfoeld tentang metode dakwah perlu dikutip:
”adalah cara tertentu yang digunakan dalam kegiatan dakwah berdasarkan pemikiran yang cermat untuk mencapai tujuan dakwah. Yang dimaksud dengan pemikiran yang cermat adalah menentukan sebuah atau beberapa cara yang didasarkan atas pertimbangan rasional dan dilakukan secara terperinci. Terperinci tahapannya mulai dari awal hingga akhir, namun tidak sampai mengesampingkan fleksibilitas dan etika. Artinya,
29 Ali Yafie, Dakwah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, (Jakarta: Makalah Seminar,
1992), h. 10. 30 Woyo Wasito, Kamus Inggris –Indonesia, (Jakarta: Cy Press, 1974), h. 208. 31 Elyas Anten, Asli Injilizi Arabig, (Mesir : Elyas Modern Press, 1951), h. 438. 32 Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2003),
Cet. ke- 2, h. 6.
24
penerapannya harus luwes dan tanpa melangar norma yang ada dalam masyarakat, sehingga objek dakwah menjadi puas.” 33
Metode dakwah perlu dimodifikasi sedemikian rupa, disesuaikan dengan
tuntutan modernitas. Demikian pula dengan penggunaan metode dakwah yang
tercantum dalam Al-Qur’an; bil hikmah, bil mauidzah hasanah dan mujadalah
billati hiya ahsan, aplikasi metode dakwah tersebut harus disesuaikan dengan
mad’unya, maka dakwahnya juga dilakukan dengan cara berbeda-beda pula.
Untuk penerapan metode dakwah di atas tersebut, sebagaimana yang ditulis
Mohammad Natsir, perlu dikutip antara lain:
”a. Golongan cendik-cendikiawan yang cinta kebenaran, dan dapat berfikir secara kritis, cepat dapat menangkap arti persoalan. Maka mereka ini harus dipanggil dengan ”hikmah”, yakni dengan alasan-alasan, dengan dalil yang dapat diterima oleh akal mereka.
b. Golongan awam, orang kebanyakan yang belum dapat berfikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian yang tinggi-tinggi. Mereka dipanggil dengan ”mauidzatun hasanah”, dengan anjuran dan didikan yang baik-baik, dengan ajaran-ajaran yang mudah difahami.
c. Golongan yang tingkat kecerdasannya di antara kedua golongan tadi, belum dapat dicapai dengan hikmah, akan tetapi tidak akan sesuai pula bila dilayani seperti golongan awam; mereka suka membahas sesuatu tapi tidak hanya dalam batasan yang tertentu, tidak sanggup mendalam benar. Mereka ini dipanggil dengan ”mujadalah billati hiya ahsan”, yakni dengan bertukar fikiran, guna mendorong supaya berfikir secara sehat, dan dengan cara yang lebih baik”.34
5. Media Dakwah
Media Dakwah (washilah ad-da’wah) merupakan alat-alat fisik yang
dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah atau pesan-pesan dakwah dan
sebagai alat untuk menjelaskan isi pesan atau pengajaran. Sedangkan pengertian
media dakwah itu sendiri adalah alat obyektif yang menjadi saluran untuk
33 Ki Moesa A. Machfoeld, Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2004), h. 97.
34 Mohammad Natsir, Fiqhud Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 2003), h. 162.
25
menghubungkan ide dengan umat, dan juga membutuhkan suatu elemen yang
vital dan itu merupakan urat nadi dalam totalitet dakwah.35
Kalau dilihat dari segi sifatnya, media dakwah dapat digolongkan ke
dalam dua golongan, antara lain:
a. Media tradisional, yaitu media dakwah dengan berbagai macam seni dan
pertunjukan budaya lokal yang secara tradisional dipentaskan di depan
umum terutama sebagai hiburan yang memiliki sifat komunikasi seperti:
drama, pewayanan, ketoprak humor dan lain-lain. Dengan memakai media
tersebut, maka dakwah dapat dijalankan dengan cara memasukan pesan-
pesan dakwah di dalamnya.
b. Media modern, yaitu media dakwah dengan menggunakan teknologi
canggih yang banyak di konsumsi oleh masyarakat, seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah dan sebagainya.36 Dengan kelebihan media modern
ini, maka cukup baik dimanfaatkan untuk berdakwah.
Pada zaman sekarang ini telah banyak yang menggunakan media dakwah
teknologi canggih seperti televisi, radio, video, kaset rekaman, majalah, dan surat
kabar. Dalam semua aktivitas kehidupan manusia, media merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan keberadaannya, dikarenakan manusia mengkonsumsi berita
dalam sehari-harinya, tumbuh dan berpikir dengan berita dan hiburan yang
disuguhkan media massa/modern.37
35 Hamzah Ya`kub, Publisistik Islam, Tehnik Dakwah dan Leadership, (Bandung: CV.
Diponogoro, 1992) Cet. ke-4, h.46. 36 Adi Sasono, Solusi Islam atas Problematika Umat Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), cet.ke-1, h. 154
37 Muna Haddad Yakan, Hati-Hati Terhadap Media yang Merusak Anak, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), Cet. Ke-8, h.12.
26
Penggunan media yang tepat akan menghasilkan dakwah yang efektif,
artinya penggunaan media modern sangat diperlukan untuk menunjang proses
kegiatan dakwah Islamiyah, sehingga tujuan dakwah untuk mencapai masyarakat
yang Islami dapat terwujud. Dengan demikian tujuan dakwah dapat terealisasi,
maka ajaran-ajaran Islam dalam aspek kehidupan bisa mendatangkan sisi yang
positif, berupa kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia hingga akhirat nanti sesuai
dengan yang diharapkan.
Menurut M. Bahri Ghazali, kepentingan dakwah terhadap adanya media
atau alat yang tepat dalam berdakwah sangat urgen sekali, sehingga dapat
dikatakan dengan media dakwah pesan yang disampaikan akan mudah diterima
oleh komunikan (mad’u).38
6. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah sebagai bagian dari seluruh aktivitas dakwah mempunyai
peran penting sama seperti unsur-unsur dakwah. Seperti subjek dan objek dakwah,
metode dan lain sebagainya. Tujuan jangka pendek adalah untuk memberikan
pemahaman Islam kepada masyarakat sasaran dakwah agar supaya terhindar dari
sikap dan perbuatan yang tidak sesuai dengan aqidah Islam. Tujuan jangka
panjang adalah untuk mengadakan perubahan sikap masyarakat dakwah. 39
Tujuan dakwah bila dilihat dari pengertian yang di rumuskan oleh
beberapa ahli seperti yang tertulis di atas sudah sangat jelas bahwa dakwah
Islamiyah yaitu mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan aqidah
38 M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu
Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h. 12. 39 Abdul Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), Cet.3 hal.
13.
27
dan syari’at Islam yang telah lebih dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh
pendakwah sendiri.40
Adapun tujuan dakwah dalam Al-Qur’an Surat Al-Anfal ayat 24 adalah:
☺ ☺
☺
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul, apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”.
Yaitu mengubah pandangan hidup; ayat di atas menyebutkan bahwa yang
menjadi maksud tujuan dakwah adalah menyadarkan manusia akan arti hidup
yang sebenarnya. Hidup bukanlah makan, minum dan tidur saja, manusia dituntut
untuk mampu memaknai hidup yang dijalaninya
Dengan kata lain tujuan dakwah bukan untuk memperbanyak pengikut
tetapi memperbanyak orang yang sadar akan kebenaran Islam dan mengamalkan
amar makruf nahi munkar. Tujuan dakwah mempunyai kepedulian terhadap
lingkungan dengan membantu mengubah pola pikir masyarakat/mad’u. Untuk
mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan untuk hidup di dunia dan akhir nanti
dengan mendapat ridha Allah SWT. Nabi Muhammad SAW mencontohkan cara
berdakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan (perkataan) dan
hal (perbuatan), mulai dari lingkungan paling dekat keluarga yang merupakan unit
40 A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an (Jakarta: PT. Bulan Bintang 1994),
Cet ke-3. hal 17.
28
terkecil di dalam masyarakat, merupakan pondasi kuatnya masyarakat dan negara,
mutu suatu masyarakat sangat ditentukan oleh kelompok utama yang kecil ini.
Keluarga yang merupakan unit-unit kecil akan menjadi tempat tumbuhnya
pemuda-pemudi yang sehat bertanggung jawab dan menjadi harapan sebagai
generasi penerus. Apabila suatu keluarga sudah tertata dengan baik dan disiplin
maka ilmu keagamaan dapat di tularkan kepada teman-teman terdekat hingga
kepada masyarakat luas yaitu untuk menghidupkan kesempurnaan manusia
sehingga benar-benar hidup.41 Menegakkan keadilan dengan jaminan-jaminan
hukum dalam setiap gerak-gerik harus merupakan ibadah dan selalu merasa
bahwa Allah selalu mengawasi setiap gerak langkah sehingga menumbuhkan
disiplin yang datang dari hati nurani tiap-tiap umat.
Sesungguhnya tidak dapat dipisahkan antara halal-haram yang dianggap
menjadi urusan agama dan moral menjadi hak individu masing-masing. Pada
paham masyarakat tertentu agama hanya ada dalam mesjid-mesjid, di tempat
orang ketika sedang melakukan akad nikah dan dalam penguburan. Sedangkan di
luar itu agama tidak ada dalam mall, bioskop atau tempat hiburan lain. Hal ini
memberi peluang lebar untuk terjadinya kebobrokan moral dan menipisnya ilmu
keagamaan, agama lebih di kenal hanya secara seremonial dan hanya dalam
rangka mencari pahala.
Tujuan dakwah adalah untuk mengajak manusia untuk berlomba-lomba
dalam menunaikan kewajiban dan saling menjaga dan menghormati hak sesama
sehingga terbentuk keadilan dan kesetabilan di dalam masyarakat. Di mana
41 Mohammad Natsir, Fiqhud Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 2009), h. 63.
29
kesadaran dan kedudukan sebagai hamba Allah serta tanggung jawab sebagai
anggota masyarakat dapat di bangkitkan.
Selain itu dakwah Islam memiliki tujuan agar supaya timbul dalam diri
umat manusia suatu pengertian tentang nilai-nilai ajaran Islam, kesadaran sikap,
penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran agama dengan ikhlas. Abdul
Rosyad Shaleh berpendapat “…tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil yang
ingin dicapai oleh keseluruhan tindakan yakni terwujudnya kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhoi oleh Allah SWT…”.42
D. Bentuk-bentuk Dakwah
Dalam kegiatan dakwah ada tiga bentuk dakwah yang relevan disampaikan
di tengah masyarakat antara lain: dakwah bi al-lisan, dakwah bi al-qalam dan
dakwah bi al-hal.
1. Dakwah bil Lisan
Metode dakwah ini merupakan cara penyampaian pesan dakwah melalui
lisan, seperti ceramah atau komunikasi langsung antara da’i dan mad’u. Dakwah
seperti ini akan menjadi efektif apabila dipakai dalam acara-acara pengajian,
dalam khutbah Jum'at atau khutbah hari Raya. Dan kajian yang disampaikan
menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram, dengan metode dialog
berserta hadirin atau ceramah satu arah.
Atau menurut Ki Moesa A. Machfoeld, disebutkan dakwah ini bentuknya
dapat berupa ceramah keagamaan, pengajian dengan berbagai bentuknya. Dalam
42 Abdul Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang , 1993), cet. Ke-3,
h. 190.
30
ceramahnya tersebut, dapat juga diselingi dengan humor, baik melalui kata-kata
atau gerakan badan dan mimik wajah.43
2. Dakwah bil Qalam
Dakwah yang dilakukan dengan perantaraan tulisan, seperti menulis buku,
tulisan di majalah, surat kabar, buletin, dan lain-lain. Da`i di sini memerlukan
keterampilan jurnalistik (menulis dalam media massa), atau keterampilan menulis
buku. Metode ini merupakan suatu metode yang efektif, efisien, dan mengena.
Metode yang tetap meninggalkan gading ketika penulis telah tiada, dan dapat
dinikmati semua orang di berbagai penjuru dunia.
Bentuk dakwah ini juga dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW melalui
penyampaian surat ke berbagai pihak. Dalam sejarah dakwah, Nabi telah
menyampaikan surat sebanyak 105 surat untuk berdakwah yang dibagi ke dalam
tiga kategori, yaitu surat yang berisi seruan untuk masuk islam kepada
nonmuslim, berisi ajaran islam (seperti tentang zakat dan sadaqah), dan surat yang
berisi hal yang wajib dilakukan nonmuslim terhadap pemerintah Islam.44
Mengenai metode dakwah bil qalam Rasulullah SAW pernah bersabda:
”sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para syuhada”.45
3. Dakwah bil Hal
Dakwah bil hal merupakan sebuah bentuk metode dakwah melalui
perbuatan nyata dan perilaku konkrit yang dilakukan da’i. Dalam menyampaikan
dakwahnya, Rasul SAW tidak hanya bertabligh, mengajar, atau mendidik dan
43 Ki Moesa A. Machfoeld, Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya, (Jakarta:
PT. Bulan Bintang, 2004), h. 108. 44 Ki Moesa A. Machfoeld, Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya, h. 109. 45 Hussein Assegaf, Pembangunan dan Dakwah Bil Hall, (Jakarta: Mimbar Ulama, 1991),
h. 58.
31
membimbing, tetapi juga sebagai uswatun hasanah (mencontohkan). Beliau
memberikan contoh dalam pelaksanaanya, sangat memperhatikan dan
memberikan arahan terhadap kehidupan sosial, ekonomi seperti pertanian,
peternakan, perdagangan dan sebagainya.46
Sedangkan menurut Hasan Assegaf dakwah bil hal merupakan seluruh
kegiatan dakwah dalam bentuk perbuatan nyata untuk meningkatkan
kesejahteraan umat dalam rangka memecahkan persoalan yang ada dalam suatu
lingkungan masyarakat tertentu.47
46 H.S. Prodjokusumo, Dakwah bi al-Hal Sekilas Pandang dalam Tuntunan Tablig 1,
(Yogyakarta: Pustaka Suara Muhammadiyah, 1997). h.222. 47Hussein Assegaf, Pembangunan dan Dakwah Bil Hall, (Jakarta: Mimbar Ulama, 1991),
h. 56.
BAB III
PROFIL USTADZ YUKE SUMERU DAN PROFIL MAJLIS
TA’LIM AL-FALAAH
A. Profil Ustadz Yuke Sumeru
1. Latar Belakang Keluarga
Orang tua Yuke Sugiarto Suwargo atau yang akrab disapa Ustadz Yuke
Sumeru ini asli keturunan Malang, Jawa Timur. Kemudian kedua orangtuanya
hijrah ke Jakarta setelah mereka menikah. Ayahnya bernama Ir. Sumeru Suwargo
adalah seorang pengusaha dan Direktur di PT. Sarinah, selain itu beliau juga
merupakan dosen tidak tetap di ITTB (Institut Teknologi Tekstil Bandung). Dan
ibunya bernama Amie Kasdjono, seorang model.
Ketika usia kandungan Yuke belum genap tujuh bulan, ibunya pergi
menghadiri pesta pernikahan salah seorang kerabat di kota Bandung dan
mengalami kecelakaan mobil. Sehingga ia membutuhkan perawatan di rumah
sakit dan kandungannya harus diselamatkan. Maka saat itu lahirlah bayi kecil
dengan berat 1,6 kg secara prematur dan harus dimasukan ke dalam incubator
selama lima bulan. Bayi itu adalah Yuke Sumeru, yang lahir pada tanggal 18
Oktober 1958 di Bandung secara normal.1
Ketika kakeknya melihat betapa kecilnya bayi Yuke, maka ia spontan
memberi nama bayi itu ”Yuke”. Hal ini terinspirasi dari alat musik gitar kecil
yang disebut Ukulele. Yuke Sumeru merupakan anak kedua dari enam bersaudara.
1 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 15 April 2010.
32
33
Dari keenam bersaudara tersebut, Yuke dan saudaranya tidak ada satupun
dari mereka yang menjadi seniman. Kakak tertuanya seorang perempuan
merupakan seorang apoteker yang bersuami seorang dokter ahli syaraf. Dan
keempat adiknya dua orang di antaranya menjadi dokter.
Dalam keluarga Yuke tidak terdapat nuansa keislaman meskipun secara
KTP (Kartu Tanda Penduduk) mereka Islam, ayahnya hanya menekankan untuk
menjaga tata krama dan berbudi luhur terhadap anak-anaknya. Tetapi keluarga ini
juga bukan termasuk penganut Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atau
Kejawen. Dan bagi sang ayah semua agama adalah sama, yang penting menjadi
orang baik dan tidak menggangu orang lain, mereka bebas memilih faham
keagamaan yang mana saja.2
2. Latar Belakang Pendidikan
Semua anak-anak dari keluarga Yuke sejak Taman Kanak-kanak hingga
Sekolah Menengah Atas bersekolah di sekolah Katolik Ora et Labora. Ketika
Sekolah Menengah Pertama, Yuke pindah ke sekolah Katolik Budaya di jalan
Matraman. Sejak itu Yuke mulai nakal dan susah diatur, tetapi prestasinya
lumayan cukup baik, meskipun untuk pelajaran kesenian Yuke hanya mendapat
nilai tiga.
Untuk Sekolah Menengah Atas Yuke mengalami lima kali pindah sekolah,
pertama kali Yuke masuk di sekolah Katolik Kanisius. Kemudian kelas dua Yuke
pindah ke Bandung dan masuk di sekolah BPI, lalu pindah lagi ke Sekolah
Menengah Atas Katolik Dago, pindah lagi ke Sekolah Menengah Atas Negeri
2 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 15 April 2010.
34
Cicalengka, dan terakhir Yuke menyelesaikan Sekolah Menengah Tingkat
Atasnya di SMA Negeri IV kota Surabaya.3
Akibat dari kenakalan Yuke dan kedua orang tuanya sudah tidak ada jalan
lagi untuk menasehati Yuke, neneknya menganjurkan Yuke untuk menjadi
seorang katolik, ketika Yuke sedang duduk di bangku kelas dua. Setelah
menamatkan Sekolah Menengah Atas di Surabaya Yuke kembali lagi ke kota
Bandung, di mana Yuke mulai tertarik dengan musik dan mendirikan sempat
group Band sebelum pindah ke Surabaya.
Kecintaan Yuke terhadap musik berawal akibat pergaulannya dengan
kelompok pemusik, seperti mendiang Harry Rusli. Yuke bergabung dengan group
band The G’brill yang cukup populer pada masanya dan Yuke juga menulis lagu
antara lain di nyanyikan oleh Niki Astria dan Nike Ardila.4
Di tingkat Perguruan Tinggi, Yuke sempat kuliah di ITTB sampai enam
semester, yang tidak dijalaninya dengan serius karena musik lebih menarik di
bandingkan duduk belajar di Perguruaan Tinggi. Pada tahun 1982 Yuke pergi ke
Rotterdam untuk mengambil Short Course untuk komposer dan Bass.
Sekembalinya dari Rotterdam Yuke menjadi pemusik profesional dan di kontrak
oleh pemusik Jack Lesmana.
Terakhir keterlibatan Yuke di dunia musik bergabung dengan group band
Goong 2000 bersama Ahmad Albar. Dan akhirnya Yuke menikah dengan Wieke
di usia yang masih relatif muda yaitu ketika usianya baru 24 tahun. Wieke lahir
dari keluarga yang taat beragama dan di besarkan dalam keluarga tersebut. Dari
hasil pernikahannya tersebut Yuke dan Wieke dikaruniai tiga orang anak, dan
3 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 15April 2010. 4 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 15 April 2010.
35
ketiga anaknya telah menikah, sehingga Yuke mempunyai tiga orang cucu dari
tiga anaknya yang sudah menikah tersebut.5
Sifat Yuke senang berpetualang dan senang mencoba hal baru, ketika
tahun 1997 Yuke berkenalan dengan Robert atau Mustafa seorang muallaf
berkebangsaan Australia. Dari Mustafa ini Yuke banyak belajar tentang
kesabaran, Mustafa adalah orang yang sangat tenang dan tidak banyak bicara.
Mustafa sering datang ke studio tempat Yuke berlatih musik. Apabila terdengar
bunyi adzan dikumandang Mustafa bergegas berwudhu dan shalat. Tidak pernah
sekalipun Mustafa mengajak Yuke atau pemain musik lainnya yang beragama
Islam untuk shalat.
Diam-diam Yuke mulai mengagumi Mustafa yang melakukan dakwah bil
hal, Yuke mulai tertarik dan sering berdiskusi tentang Islam. Sejak itu maka Yuke
mulai belajar shalat dan mencoba melakukannya tepat diawal waktu dan selektif
dalam memilih teman.6
Pada tahun 1998 Yuke tertarik untuk belajar tulisan Arab yang dimulainya
dengan mengenal tulisan Alif, Ba, Ta, terlebih dahulu. Yuke tinggal di pesantren
selama satu minggu untuk meyakinkan dirinya bahwa ia sungguh-sungguh tertarik
dengan Islam dan ikut melakukan ibadah shalat bersama-sama anak-anak
pesantren lainnya. Bagi Yuke belajar agama Islam bukan dilakukan dalam sisa
waktu atau ketika mendapat problem. Tetapi ketika hatinya mulai mantap ia pun
meninggalkan dunia musik dan kehidupan malam yang telah menjadi bagian
dirinya hampir dari separuh umurnya itu.
5 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 15 April 2010. 6 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 15 April 2010.
36
Dengan seluruh keyakinannya tahun 2000 Yuke pergi menunaikan ibadah
haji, dan sekembalinya dari Tanah Suci keinginan Yuke Sumeru untuk
memperbaiki diri dan memperdalam agama semakin kuat. Di tahun 2003 ia
memutuskan dan memilih untuk menuntut ilmu di Perguruan Tinggi Ilmu Al-
Qur’an. Sambil kuliah Yuke Sumeru sudah berani berbagi ilmu agama meskipun
baru hanya kepada keluarga terdekat, dan teman-teman dekatnya. Keberanian
tersebut berangkan dari hadits Rasulullah SAW yang berbunyi ”sampaikanlah
walau hanya satu ayat”, maka Yuke mulai berdakwah.
Keinginannya memperdalam Islam semakin besar untuk menjalankan
dakwahnya. Baru sejak tahun 2006 ustadz Yuke sudah mulai berani berdakwah
secara luas di depan publik. Tidak hanya berbagi ilmu agama yang didapatnya,
tetapi ustadz Yuke juga mulai menjalani hidupnya dan merubah penampilannya
sesuai dengan sunnah Rasulullah. Rasulullah SAW telah menjadi panutannya
mulai dari bagaimana berpakaian dan berdakwah, ustadz Yuke mencoba untuk
berpedoman pada apa yang telah di contohkan Rasulullah SAW.7
Pada tahun 2007 ustadz Yuke dapat menyelesaikan pendidikannya dengan
nilai sangat memuaskan yang paling disyukurinya. Ustadz Yuke juga telah
menjadi penghapal Al-Qur’an, sesuatu yang tidak pernah di bayangkannya bahwa
dia akan mampu menjadi penghafal Al-Qur’an. Mengingat latar belakangnya yang
tidak pernah tersentuh oleh agama. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana Al-
Qur’an Yuke juga melanjutkan Magister Ilmu Tafsir di Perguruan Tinggi yang
sama. Ustadz Yuke mengambil Tesis dengan judul ”Sepuluh Sifat Manusia dalam
7 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 15 April 2010..
37
Al-Qur’an”, dan sidang ujian Tesisnya telah dilaksanakan pada Juli 2010, dengan
nilai Cumlaode.
Semenjak masuk di pendidikan Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an hingga
sekarang ustadz Yuke Sumeru banyak mengisi ceramah di Majelis Ta’lim ibu-ibu,
pasangan suami isteri dan remaja denga memberikan nasehat-nasehat, seperti
nasihat perkawinan. Ustadz Yuke juga tidak segan-segan untuk berdakwah di
daerah pemulung dan tidak menolak setiap diundang untuk memberi ceramah,
prinsipnya setiap muslim adalah saudara.8
3. Kegiatan Dakwah Ustadz Yuke Sumeru
Kegiatan dakwah Ustadz Yuke Sumeru tidak pernah berhenti, hampir
setiap hari ada jadwal untuk berdakwah, bahkan dalam sehari bisa mencapai
empat kali mengisi pengajian. Kegiatan dakwahnya ini kebanyakan dilakukan
untuk mengisi ceramah di pengajian-pengajian majlis ta’lim, terutama majlis
ta’lim ibu-ibu dan remaja. Berikut beberapa majlis ta’lim dimana ustadz Yuke
Sumeru mengisi ceramah, antara lain:
1. Bintaro
a. Majlis Ta’lim Al-Falaah
b. Majlis Ta’lim as-Sakinah, Bintaro Jaya sektor IX
c. Majlis Ta’lim Al-Mukmin
d. Majlis Ta’lim Sal Sabilla
e. Majlis Ta’lim Al-Muthmainnah
f. Majlis Ta’lim Nurul Ikhlas, Cempaka Bintaro
8 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 20 Mei 2010.
38
g. Majlis Ta’lim Cut Mutia
h. Majlis Ta’lim Silaturahmi
i. Majlis Ta’lim Nurul Iman
j. Majlis Ta’lim Al-Istiqomah
2. Bumi Serpong Damai (BSD)
a. Majlis Ta’lim Sakinah
b. Majlis Ta’lim Puspita Loka
c. Majlis Ta’lim Khairunnisa
d. Majlis Ta’lim Az-Zahra
e. Majlis Ta’lim Pavilion
f. Majlis Ta’lim At-Taqwa
g. Majlis Ta’lim De Rio
3. Luar Bintaro dan BSD
a. Majlis Ta’lim Putra Utama, Pondok Indah
b. Majlis Ta’lim KOPAJA, pengajian Adri Subono
c. Majlis Ta’lim Axis, Kuningan
d. Majlis Ta’lim Seulawah, Jatiwaringin
e. Majlis Ta’lim Al-Kautsa, Polda Metro Jaya
f. Majlis Ta’lim Gramedia Kompas
g. Majlis Ta’lim Halim PK
4. Majlis Ta’lim di Luar Jakarta
a. Masjid Baitur Rahman, Bogor
b. Masjid Al Muhajirin, Bogor
c. Majlis Ta’lim Al-Azhar, Bogor
39
d. Majlis Ta’lim Seminyak Bali
e. Majlis Ta’lim Taruna Bakti, Bandung 9
Selain kegiatan dakwah berupa ceramah di majlis ta’lim, kegiatan ustadz
Yuke Sumeru lainnya yaitu memberikan berupa santunan dan pengajaran terhadap
50 anak yatim dam Dhuafa di Tanah Sereal Bogor. Kemudian memberikan
santunan di Lebak Bulus yang diberikan saat ceramah berupa amplop dengan
uang Rp. 20.000-, tahap awal untuk menarik minat mereka. Pengajian dari 200
kepala keluarga ini dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu; kelompok ibu dan gadis,
bapak-bapak dan pemuda, dan anak-anak yang belum balig. Kemudian Ustadz
Yuke juga aktif di Jamaah Tablig.10
Kemudian sekarang ustadz Yuke Sumeru sudah mulai berdakwah bil
qalam, dengan menulis sebuah buku ”From Bass to Basyirah”. Dan sudah
mencapai 80%, hampir selesai.
B. Profil Majelis Ta’lim Al-Falaah
Majelis Ta’lim Al-Falaah terletak di daerah Bintaro Jaya sektor I, berdiri
pada tanggal 10 Maret tahun 2000, atas prakasa ibu Atty dan tiga orang tetangga
yaitu ibu Yahya, ibu Sambodo dan ibu Tjietje. Dengan konsep learning, listening
and sharing, itu merupakan tujuan utama untuk mendirikan majelis ta’lim al-
Falaah tersebut. Selain itu juga majelis ta’lim al-Falaah dimaksudkan sebagai
wadah syi’ar islam dan sebagai ukhuwah Islamiyah, dan hubungan persaudaraan
antar sesama umat Islam yang dapat saling mencerdaskan.11
9 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 20 Mei 2010. 10 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 20 Mei 2010. 11 Wawancara Pribadi dengan Ibu Neti, Jakarta, 15 April 2010.
40
Pengajian di majelis ta’lim al-Falaah ini dilakukan empat kali dalam satu
bulan, dua kali bersama ustadz yang regular dan dua minggu dengan ustadz atau
ustadzah yang bergantian. Awalnya tidak ada uang iuran, uang yang dikumpulkan
adalah uang infaq atau siapa saja yang ingin mengeluarkan sadaqah. Hanya uang
itu yang diberikan untuk transportasi ustadz atau ustadzah yang sudah ditentukan
berapa besar jumlah yang akan dikeluarkan, biasanya lebih banyak kurang dari
pada mencukupi.12
Dengan jumlah tiga puluh lima orang jamaah, majelis ta’lim al-Falaah
tidak mempunyai struktur layaknya sebuah organisasi majlis ta’lim lainnya.
Organisasi majlis ta’lim ini hanya terdiri atas ketua, bendahara, dan humas.
Meskipun demikian aktivitas majlis ini dapat berjalan dengan baik. Bahkan pada
ulang tahun yang pertama, majlis ta’lim al-Falaah melakukan sunatan massal bagi
tujuh belas anak yatim dan dhuafa. Selain itu melakukan kerja sosial pada tiap
hari Jum’at, memberi makanan kepada para pemulung dan kuli jalanan, juga
memberi sumbangan bagi korban bencana atau banjir.
Sampai saat ini usia Majelis Ta’lim al-Falaah telah mencapai sebelas tahun
dan hanya tinggal dua kali pengajian dalam satu bulan. Kemudian Ustadz Yuke
Sumeru sejak Januari 2010, merupakan ustadz tetap yang rutin mengisi pengajian
sekali dalam satu bulan.13
12 Wawancara Pribadi dengan Ibu Neti, Jakarta, 15 April 2010. 13 Wawancara Pribadi dengan Ibu Neti, Jakarta, 15 April 2010.
BAB IV
AKTIVITAS DAKWAH USTADZ YUKE SUMERU
A. Aktivitas Dakwah
Aktivitas dakwah dalam pandangan ustadz Yuke Sumeru merupakan
semua aktivitas yang berhubungan dengan keagamaan dalam rangka menjelaskan
tentang ilmu tauhid atau menjelaskan tentang Allah dengan segala ajaran-Nya.
Atau juga dapat di artikan sebagai segala sesuatu yang berbentuk kegiatan yang
dilakukan dengan sadar dan sengaja yang mengarah pada merubah seseorang atau
kelompok bagi yang belum paham menjadi paham dan yang sudah paham akan
menjadi lebih paham lagi.1
Menurut ustadz Yuke, berdakwah bukan hal yang mudah, karena da’i
mengajak manusia kepada jalan kebenaran dan mereka harus meninggalkan
kebiasaan-kebiasaan yang sudah lekat dengan masyarakat yang di dakwahinya.
Seorang da’i tidak boleh kesal dan merasa letih atau putus asa, karena tugas
seorang da’i hanya menyampaikan dan Allah SWT yang akan memberi petunjuk
dan Hidayah bagi mad’u. Karena sesungguhnya hidayah itu tidak akan mampu
bagi orang yang Allah tidak izinkan/ kehendaki, sebagaimana dalam surat Al-
Insaan; 76 ayat 29-30:
☺ ⌧ ⌧
⌧
⌧ ☺ ☺
” Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu peringatan, maka barang siapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) niscaya Dia mengambil
1 Wawancara Pribadi dengan ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 2 Juli 2010.
41
42
jalan kepada Tuhannya. (30). Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Seorang da’i harus mempunyai kesabaran tinggi dan lapang dada tidak
lantas meninggalkan mad’u ketika terbentur dengan pesoalan-persoalan. Ini
merupakan tugas seorang da’i untuk menerangkan dan menjelaskan tentang apa-
apa yang menyangkut dengan aqidah, syari’at dan akhlak.
Menurut ustadz Yuke Sumeru juga dalam berdakwah seorang da’i tidak
menyandarkan dakwahnya hanya berdasarkan teori dan metode saja, dakwah
diperlukan juga wawasan yang luas. Selain dari pemahaman tentang Al-Qur’an
yang mutlak harus dikuasai, ilmu-ilmu bantu lain seperti psikologi, adat istiadat
suatu daerah, teknologi harus dikuasai, supaya pendakwah tidak melakukan
kesalahan dengan menuding apa yang diperbuat masyarakat tersebut adalah salah.
Seorang da’i harus dapat membantu mad’u merubah pola pikir mereka dan
memperkaya pikiran-pikiran mad’u dengan isi Al-Qur’an dan al-Hadits. Yang
paling menarik seorang juru dakwah akan berhadapan dengan beragam daya serap
dan pemahaman dari tiap-tiap kepala yang berbeda. Bagaimanapun seorang da’i
harus bersikap bijaksana dan lapang dada, jeli dalam memandang masalah dan
berpandangan luas, sehingga mad’u tidak menolak apa-apa yang disampaikan
oleh da’i.
Untuk hal ini ustadz Yuke Sumeru mencontohkan metode dakwah yang di
lakukan oleh Wali Songo yang sangat berhasil pada masa itu. Dakwah yang di
lakukan oleh Wali Songo adalah tidak melukai masyarakat yang masih kental
dengan tradisi Hindu. Namum berhasil dalam menanamkan nilai-nilai islam serta
dapat merubah pola pikir masyarakat tentang aqidah. Ustadz Yuke Sumeru sangat
terkesan dengan sikap dan cara-cara dakwah yang di lakukan Wali Songo.
43
Aktivitas dakwah yang dilakukan ustadz Yuke Sumeru yaitu dakwah bil
lisan dengan berceramah di berbagai pengajian majlis ta’lim2 seperti di majlis
ta’lim al-Falaah dan pengajian-pengajian keluarga. Di samping ceramah ustadz
Yuke juga mempunyai 50 anak yatim dan melakukan dakwah bil hal dengan
memberikan santunan setiap kali berceramah di tempat pemulung, supaya mereka
bersemangat untuk mengikuti pengajian, dengan istilah subsidi silang3.
Dalam aktivitas dakwahnya, ustadz Yuke Sumeru berusaha untuk
menjauhi kepopuleran di media massa. Berbeda dengan ustadz-ustadz lainnya
yang berusaha untuk dakwah di media massa, dan besar namanya karena media
massa tersebut. Ustadz Yuke menganggap bahwa ketenaran mendekati neraka.
Bahkan ustadz Yuke pernah menolak tawaran dari salah satu stasiun televisi untuk
mengisi acara dakwah. Selain beranggapan tentang ketenaran mendekatkan ke
neraka dan pernah merasakan ketenaran, alasan ustadz Yuke menolak tawaran
tersebut karena di Televisi dalam berdakwah semuanya serba diatur. Mulai dari
materi dakwahnya, pakaian dan lain-lain, sehingga itu tidak sesuai dengan prinsip
dakwah ustadz Yuke Sumeru.
Demi kelancaran aktivitas dakwahnya, selain belajar tentang ilmu dakwah,
ustadz Yuke juga belajar tentang psikologi dakwah untuk memahami karakter
mad’unya. Adapun dalam aktivitas dakwanya, ustadz Yuke Sumeru mengamalkan
metode dakwah al-Qur’an, dengan strategi dalam pengaplikasiannya dan
menyampaikan materi dakwah yang mengutamakan dasar agama dengan cara
yang berbeda dari ustadz lainnya. Metode ini dipakai ustadz Yuke baik di
pengajian majlis ta’lim al-Falaah maupun di majlis-majlis ta’lim lainnya.
2 Bisa dilihat di halaman 35, beberapa majlis ta’lim yang ustadz Yuke mengisi ceramah. 3 Subsidi silang yaitu uang yang dihasilkan dari berceramah di kalangan orang kaya,
kemudian di sumbangkan lagi kepada jamaah pengajian di tempat-tempat pemulung.
44
B. Metode Dakwah Ustadz Yuke Sumeru
Metode dakwah yang digunakan ustadz Yuke sumeru menurutnya
memakai konsep dakwah Rasullah, yaitu bil hal-bil hikmah. Bil Hal berarti da’i
menjalankan terlebih dahulu sebagai uswah (contoh) bagi mad’u, baru kemudian
disampaikan kepada orang dengan hikmah. Bil hikmah berarti berbicara benar
dengan tidak menyinggung orang lain. Kemudian dalam cara berbicara ini dibagi-
bagi lagi dilihat dari konteks bicaranya dengan siapa dan kepada siapa. Ketika
berbicara dengan orang yang berilmu memakai mauidzah hasanah, kalau dengan
orang yang keras kepala memakai debat (mujaddalah). Sedangkan kalau berbicara
dengan orang yang tidak berilmu yaitu dengan kasih sayang.
Kemudian dalam ceramahnya ustadz Yuke Sumeru mengamalkan metode
dakwah yang tercantum dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 125:
☺
☺
☺
☺ ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Ustadz Yuke Sumeru menggunakan tiga metode dakwah di atas yaitu; bil
hikmah, bil mauidzah hasanah dan mujaddalah billati hiya ahsan. Metode
dakwah yang digunakan tergantung mad’unya, karena mad’u ustadz Yuke Sumeru
beraneka ragam mulai dari tingkat mentri sampai kegelandangan dan pemulung.
45
Berdakwah di mulai dari kolong jembatan sampai Pondok Indah pun masuk,
”....saya berdakwah itu ke mana-mana tanpa memandang tempat, begitu panggilan
Allah datang, saya berangkat...”.4
Adapun untuk penerapan metode dakwah yang dilakukan ustadz Yuke
sumeru dapat diklasifikasikan menjadi tiga, berdasarkan mad’unya:
1. Dakwah bil hikmah, menurut ustadz Yuke ”...hikmah itu tidak
menyudutkan mereka (mad’u)...”. Metode ini diterapkan kebanyakan
terhadap orang-orang yang keadaan ekonominya di bawah, yang usianya
lanjut, dan ilmunya sedikit.5
2. Dakwah bil mauidzat hasanah, metode ini di terapkan kepada orang-orang
yang memang attensinya benar-benar mau belajar, bukan hanya belajar
agama di waktu luang dan sisa waktu, kemudian kehidupan ekonominya
midlle up, berkecukupan dan mempunyai waktu untuk belajar. Berbeda
dengan berbicara di tempat pemulung kata ustadz Yuke ”...saya harus
bawa duit, kasih duit dulu baru saya ngomong...”.6
3. Terakhir dakwah mujadallah billati hiya ahsan, metode ini diterapkan
untuk menghadapi orang-orang yang kebanyakan orang Islam itu sendiri,
tetapi mereka merasa dirinya lebih baik dari orang lain. Karena ada umat
Islam yang beranggapan kalau tidak seperti ini itu salah, harus tetap seperti
ini. Kata ustadz Yuke ”..saya bilang sama mereka itu teori Iblis, ana
khairum minhu; aku lebih baik dari kamu itu teori Iblis…”. Maka mereka
didebat dengan cara yang baik, bertukar pikiran dan dengan contoh atau
4 Wawancara Pribadi dengan ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 2 Juli 2010. 5 Wawancara Pribadi dengan ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 2 Juli 2010. 6 Wawancara Pribadi dengan ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 2 Juli 2010.
46
alasan-alasan yang masuk akal, sehingga mereka dapat menerima dan
melaksanakan ajaran agama dengan benar.7
Di pengajian majlis ta’lim al-Falaah aktivitas dakwah ustadz Yuke Sumeru
menggunakan metode mujaddalah billati hiya ahsan. Dalam hal ini bukan berarti
berdebat, tetapi lebih kepada berdakwah dengan cara bertukar pikiran. Ustadz
Yuke tidak keberatan ketika di tengah ceramahnya mad’u atau jamaah bertanya
sehingga terbukanya diskusi. Dengan penuh pengertian ustadz Yuke Sumeru akan
memberi kesempatan para jamaah untuk saling memberikan pendapatnya
sehingga hampir semua jamaah ikut ambil bagian untuk mengemuakan pendapat.
Dari hasil tukar pikiran tersebut kemudian ustadz Yuke memberikan
kesimpulan, dan meluruskan apabila ada salah pemahaman dari jamaah. Sehingga
ini menghasilkan jamaah al-Falaah berani bicara untuk bertanya, berpendapat
dengan terbuka dan mendapat pengetahuan lebih luas. Dengan metode seperti ini
jamaah merasa semangat, karena tidak hanya dijejali ajaran agama tanpa diberi
kesempatan untuk bertanya atau mengemukakan pendapat.
Kemudian di majlis ta’lim al-Falaah dalam metode dakwahnya, ustadz
Yuke selalu mengajarkan untuk melakukan perbuatan baik selama tiga hari
berturut-turut tanpa terputus. Seperti contoh ketika memberikan ceramah tentang
akhlak, ustadz Yuke mengajarkan kepada jamaah untuk tidak berbohong dalam
waktu tiga hari, tanpa sekalipun berbohong. Atau ketika memberikan ceramah
mengenai al-Qur’an ustad Yuke juga menyarankan untuk membaca al-Qur’an dan
terjemahannya setiap hari, tanpa terputus.
7 Wawancara Pribadi dengan ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 2 Juli 2010.
47
Alasan ustadz Yuke kenapa menawarkan berbuat baik dalam waktu tiga
hari, karena merujuk pada keterang ”siapa yang berbuat baik tiga hari, akan dikali
sepuluh”, berdasarkan hal itu berarti jika beramal tiga hari berturut-turut berarti
sama dengan beramal satu bulan. Jika satu hari saja tidak melaksanakan, itu
artinya meninggalkan sepuluh hari. Kemudian jika dalam tiga hari tersebut dpat
dilaksanakan dengan lulus, maka menurut ustadz Yuke insya allah akan dapat
terus melaksanakan perbuatanbaik tersebut.8
C. Materi Dakwah Ustadz Yuke Sumeru
Tujuan aktivitas dakwah ustadz Yuke Sumeru adalah untuk mengenal
Islam secara komprehensif dan selalu Istiqamah di jalan Allah, dengan materi
dakwah yang disampaikan harus dimulai dari tauhid, syari’at dan akhlak. Karena
dengan mengenal Allah sejak awal pengenalan agama, maka mad’u dapat
mengenal siapa Allah Tuhan yang dia sembah itu.
Materi dakwah ustadz Yuke berawal dari Tauhid, menurutnya; ”...tauhid
itukan adanya dalam Al-Qur’an, di luar Al-Qur’an ga ada, kita mau kenal Allah
dari mana kalau tidak dari Al-Qur’an...”. Maka sebelum segala sesuatu, dalam
berdakwahnya ustadz Yuke selalu menganjurkan kepada mad’unya selalu untuk
membaca Al-Qur’an setiap hari beserta artinya dan harus istiqomah.
Dalam hal mempelajari Al-Qur’an, ustadz Yuke memberikan pandangan
yang berbeda, antara membaca Al-Qur’an secara kultur dan syari’at. Secara
kultur, seperti membaca surat Yasiin setiap malam Jum’at, itu belum cukup untuk
mengenal Allah. Kemudian diganti dengan membaca Al-Qur’an berdasarkan
8 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke, Jakarta, 1 Juli 2010.
48
syari’at. Dimana membaca Al-Qur’an berdasarkan syari’at mempunyai
konsekuensi menjadikan Al-Qur’an itu sebagai pelajaran. Adapun menjadikan Al-
Qur’an pelajaran dalam setiap hari membacanya mempunyai tiga aspek:9
1. Untuk belajar harus mempuyai Al-Qur’an dan terjemahnya sendiri, kalau
misalkan ada pasangan suami istri, mereka harus mempunyai Al-Qur’an
sendiri-sendiri.
2. Pelajaran itu harus ada jadwal khusus, tidak ada pelajaran seadanya atau
suka-suka waktunya. Jadi harus punya prame time, misalnya jam 9 malem
harus bertemu dan membaca Al-Qur’an apapun yang terjadi, bukan sisa
waktu atau dalam waktu luang.
3. Pelajaran itu harus ada terjemahannya, supaya memahami apa yang dibaca
sampai ke hati, bukan hanya iqra, membaca di mata. Membaca Al-Qur’an
sampai ke hati hingga bergetar karena paham dengan artinya. 10
Belajar Al-Qur’an tersebut Ustadz Yuke tawarkan dalam tiga hari dan
tidak boleh putus, dibaca dari depan perlembar.
Dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan sunnah Rasul SAW, Ustadz
Yuke selalu menganjurkan mad’unya untuk dapat mengerti apa isi kandungan Al-
Qur’an dan hadits. Menurut Ustadz Yuke manusia diibaratkan seperti berjalan
dalam gelap tanpa tahu arah tujuannya. Untuk itu ustadz Yuke Sumeru selalu
menekankan untuk membaca Al-Qur’an, karena Al-Qur’an sebagai penerang bagi
manusia.
Penyampaian dakwah Ustadz Yuke Sumeru mempunyai perbedaan dengan
ustadz lainnya. Dari materi utama dakwah yaitu, tauhid, syari’at, dan akhlak
9 Wawancara Pribadi dengan ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 2 Juli 2010. 10 Wawancara Pribadi dengan ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 2 Juli 2010.
49
tersebut dibuat silabus menjadi 36 kali, terbagi ke dalam tiga bagian. Seperti iman
dan taqwa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu elementery, intermediate dan
advance, dari setiap bagian terdiri dari 12 kali pertemuan dikali tiga.
Menurut ustadz Yuke Sumeru dalam masalah pengajian terkadang orang
sering salah mendefinisikannya, padahal pengajian itu berarti mengambil hukum
Allah dan rasulnya untuk merubah diri. Namun kebanyakan orang merubah
dirinya tidak, pengajian hanya untuk informasi saja buat orang lain. Padahal
menurutnya sudah jelas “…thalabul I’lmi fariidhatun a’la kulli muslimin wal
muslimat, menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan.
Ilmunya ini ilmu apa..!, ini yang masalahkan, ternyata di dalam hadits disebutkan,
nomer satu itu kenali dulu Allah dengan benar, syari’atnya baru akhlak...”.11
Untuk itu apapun tema dakwah yang disampaikan ustadz Yuke Sumeru,
selalu merujuk terlebih duhulu kepada tauhid, syari’at, kemudian akhlak, karena
apabila sudah mengenal Allah (bertauhid), maka perbuatan yang dilarang-Nya
tidak akan dijalankan.
Meskipun jamaah meminta tema khusus untuk dakwahnya, namun ustadz
Yuke selalu memulai dakwah dari tiga materi dasar tadi, yaitu aqidah, syari’at dan
akhlak. Seperti kata ustadz Yuke, ketika ibu-ibu suatu majlis ta’lim yang
mengundangnya dan meminta tolong untuk menerangkan tentang ghibah, apa
ayatnya, apa haditsya, dan bagaimana antipasinya. Maka ustadz Yuke
menjelaskan, dia tahu tentang ayat dan hadits ghibah, kemudian asbabul nuzul
dan asbabul wurudnya tahu, tetapi dia menjamin ibu-ibu tidak akan berubah,
karena ghibah adanya dalam akhlak. Untuk itu ustadz Yuke akan menerangkan
11 Wawancara Pribadi dengan ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 2 Juli 2010.
50
terlebih dahulu tentang akhlak. Dan akhlak tidak akan menjadi baik apabila tidak
menjalankan syari’at, dan syari’at pun tidak akan dijalani apabila tidak tahu
kekuatan yang membuatnya (ketauhidan kepada Allah), maka ceramanya akan
dimulai dengan ketauhidan.12
12 Wawancara Pribadi dengan ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 2 Juli 2010.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dakwah merupakan kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan
memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah Subhaanahu wa ta’ala
sesuai dengan garis aqidah, syari’at, dan akhlak Islam. Tujuan utama dakwah
yaitu mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup manusia di dunia dan di
akhirat yang diridhai oleh Allah. Bentuk dakwah kepada manusia dapat dilakukan
dengan berbagai cara, bisa melalui lisan (bil lisan), tulisan (bil qalam), dan
perbuatan (bil hal).
Aktivitas dakwah di artikan sebagai semua aktivitas yang berhubungan
dengan keagamaan yang dilakukan seseorang dengan sadar dan sengaja yang
mengarah pada mengubah seseorang atau kelompok menuju jalan Allah. Aktivitas
dakwah ustadz Yuke Sumeru merupakan kegiatan dakwah yang dilakukan ustadz
Yuke Sumeru di berbagai pengajian majlis ta’lim dan pengajian keluarga. Salah
satu aktivitas dakwahnya yang dilakukan ialah mengisi ceramah di majlis ta’lim
al-Falaah Bintaro Jaya.
Dari hasil penelitian ternyata aktivitas dakwahnya ustadz Yuke sumeru
mempunyai metode dan materi dakwah tertentu, yaitu:
1. Metode dakwah yang digunakan ustadz Yuke Sumeru memakai konsep
dakwah Rasul bil hal-bil lisan yaitu mempraktekan duhulu baru kemudian
menyampaikan kepada orang lain. Selain itu ustadz Yuke juga memakai
metode dakwah yang ada dalam al-Qur’an yaitu bil hikmah, bil mauidzah
hasanah, dan mujaddalah billati hiya ahsan, disesuaikan dengan keadaan
51
52
mad’unya. Di majlis ta’lim al-Falaah dilakukan dengan mujaddalah billati
hiya ahsan, namun bukan berarti berdebat, tetapi lebih cenderung kepada
bertukar pikiran, baik dengan ustadznya maupun dengan sesama jamaah,
sehingga pengajian menjadi lebih aktif.
2. Materi dakwah yang disampaikan ustadz Yuke Sumeru lebih menitik
beratkan kepada tiga materi utama, yaitu aqidah, syari’at dan akhlak. Yang
membuat beda dari ustadz lainnya, materi dakwah ustadz Yuke dibuatkan
silabus, yang terbagi ke dalam tiga bagian, elememtery, entermadiet dan
advance, setiap bagian 12 kali pertemuan. Kemudian dalam dakwahnya,
terlebih dahulu mad’u harus mempelajari al-Qur’an, karena mengenai
aqidah, syari’at, dan akhlak itu adanya dalam al-Qur’an. Untuk itu setiap
kali berceramah ustadz Yuke selalu menyarankan membaca al-Qur’an
setiap hari. Karena ustadz Yuke beranggapan dengan mengenal Allah dan
syari’atnya, dan berakhlak baik, manusia akan selalu berada di jalan Allah.
B. SARAN-SARAN
Dari penelitian yang sudah dilaksanakan, maka dengan melihat keadaan
zaman sekarang, kemudian dengan beragam karakteristik mad’u, maka penulis
menyarankan:
1. Kepada praktisi dakwah (da’i), sekiranya harus pandai-pandai dalam
memilih metode dakwah untuk mendapatkan perhatian mad’unya. Seorang
da’I tidak bisa mengeneralisir semua mad’u, metode dakwah yang dipakai
harus disesuaikan dengan karakteristik mad’unya. Karena di masa
53
sekarang mad’u yang memilih da’i, kalau cocok dipakai dan kalau tidak
diganti.
2. Selain itu kepada da’i dalam memberikan materi dakwah yang jangan
sampai dianggap basi, meskipun intinya tetap pada aqidah, syari’at dan
akhlak, tetapi dikemas dengan ilmu pengetahuan yang kontemporer.
3. Kepada para mad’u harus aktif merespon dalam menerima materi dakwah,
sehingga apabila ada yang tidak dimengerti harus berani bertanya kepada
da’inya. Tidak hanya menerima masukan saja meskipun tida di mengerti,
harus sampai mengerti dengan apa yang disampaikan da’i, sehingga dapat
memahami agama secara benar.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah, 2009. Anshary, Isa. Mujahid Dakwah, Pembimbing Muballigh Islam. Bandung: CV.
Diponegoro, 1999. Anten, Elyas. Asli Injilizi Arabig. Mesir: Elyas Modern Press, 1951. Arifin, Tatang M. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali Press, 1989. Arifin. Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia. Jakarta:
Bulan Bintang, 1976. Ar-Rafi’I, Mustofa. Potret Juru Dakwah. Jakarta: Pustaka al-Kausar, 2002. Aziz, Moh. Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009. Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos, 1997. Birowo, M. Antonius. Metode Penelitian Komunikasi Teori dan aplikasi.
Yogyakarta: Gitanyali, 2004. Daulay, Hamdan. Dakwah di Tengah Persoalan Budaya dan Politik. Yogyakarta:
LESFI, 2001. Departemen Agama (Depag) RI. Al-Qur`ân dan Terjemahnya. Bandung: CV
Gema Risalah Press. tt. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 1997. Cet. 9. Faizah & Effendi, Lalu Muchsin. Psikologi Dakwah. Jakarta: Prenada Media
2006. Ghazali, M. Bahri. Dakwah Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu
Komunikasi Dakwah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997. Hasanuddin. Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di
Indonesia. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996. Hasjmy, A. Dustur Dakwah Menurut Al Quran. Jakarta: PT. Bulan Bintang 1994.
54
55
Kriyanto, Rahmat. Tehnik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Group Media, 2006.
M. Dagun, Save. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 1997. Cet. I.
Machfoeld, Ki Moesa A. Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya.
Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2004. Masyhur, Musthafa. Teladan di Medan Dakwah. Solo: Era Intermedia,2001. Muriah, Siti. Metodologi Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Mitra Pustaka,2000. Natsir, Mohammad. Fiqhud Dakwah. Jakarta: Media Dakwah, 2009. Omar, Toha Yahya. Ilmu Dakwah. Jakarta: Wijaya, 1983. Prodjokusumo, H.S. Dakwah bi al-Hal Sekilas Pandang dalamTuntunan Tablig 1.
Yogyakarta: Pustaka Suara Muhammadiyah, 1997. Shaleh, Abdul Rasyad. Managenent Dakwah Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1993. Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 1999.
Soeito, Samuel. Psikologi Pendidikan II. Jakarta: FEUI, 1982. Sogoyo dan Sogoyo, Pujiwati. Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1999. Cet. 12, Jilid. I. Suparta, Munzier dan Hefni, Harjani. Metode Dakwah. Jakarta: Prenada Media,
2003. Cet. ke- 2. Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1983. Wasito, Woyo. Kamus Inggris –Indonesia. Jakarta: Cy Press, 1974. Ya`kub, Hamzah. Publisistik Islam, Tehnik Dakwah dan Leadership. Bandung:
CV Diponogoro, 1992, Cet. ke-4. Yafie, Ali. Dakwah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Jakarta: Makalah Seminar,
1992. Yakan, Muna Haddad. Hati-Hati Terhadap Media yang Merusak Anak. Jakarta:
Gema Insani Press, 1998. Cet. Ke-8. Yunus, Mahmud. Kamus Arab – Indonesia. Jakarta: Hidakarya Agung, 1990.
56
Wawancara Wawancara Pribadi dengan ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 15 April, 15 Juni dan 2
Juli 2010. Wawancara Pribadi dengan Ibu Neti dan Ibu Yanda Ishak, jemaah majlis ta’lim
al-Falaah, Jakarta. 2010.
Lampiran 1 Narasumber : Ustadz Yuke Sumeru
Tempat/waktu : Jakarta, Juni 2010.
Tanya : Kapan tertarik dengan dakwah?
Jawab : emm.. 2003, mulai berdakwah, di temen-temen aja, tapi kalau di orang
yang tidak tahu sama sekali ya…, tidak kenal itu mulai dari 2005, eh
2006.
Tanya : Mengapa beralih dari musik ke dakwah…?
Jawab : Itu satu proses karena saya mau berfikir ya, jadi musik itu setelah saya
berfikir, lama-lama timbul bahwa mudhorat dan manfaatnya bagi saya
lebih banyak mudhorotnya. Dan dengan proses dakwah itu menggeser
mainset saya menjadi dakwah no. satu ,tapi itu ga langsung, step by step.
Tanya : Hambatan apa yang dialami dalam aktivitas dakwah….?
Jawab : Alhamdulillah sampai sekarang dengan izin Allah tidak ada hambatan,
sama sekali.
Tanya : Tapi artinya gini misalkan menghadapi jamaah…?
Jawab : Ya tapi masih dalam frame saya, ada orang yang melihat dari sisi jelek
saya, seperti ada kemarin ya di reuni mimpin do’a, setelah mimipin do’a
temen-temen saya yang 30 tahun ga ketemu perempuan terutama, aku
tidak sudi sebenernya si yuke mimpin doa, he he. Tapi ada juga orang
yang tidak tahu jeleknya saya, tahu bagusnya saja. Saya bilang yang
penting selalu dakwah saya bilang manusia itu tidak dilihat awalnya kata
Allah. Surat aljumuah. ⌧
Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang
nyata, bahwa mereka orang-orang yang dulunya kedhaliman itu di
angkat menjadi orang baik oleh Allah, tapi allah melihat akhir dari
kehidupan ini, tidak dilihat awalnya, kan ada من آان أخـرالكالم ال اله اال اهللا
siapa yang akhir katanya mengucap laa ilaaha illa Allah dia , دخل الجنة
masuk surga. Kan kita ingin maca lailaaha illallah, harus latih terus, ga
bisa lailaaha illallah di orang fasik itu ga bisa.
Tanya : Jadi gada yang perlu ditanggulangi dong…?
Jawab : Ga, cuma sekarang yang mulai kerepotan itu ngatur jadwal, karena saya
sendiri yang ngatur jadwal, saya yang handel, saya prinsipnya yang
duluan, jadwal yang duluan tidak bisa digeser. Karena dakwahnya saya
udah konsep lillahi taala’. Karena saya bisnis kan, pembisnis yang
dakwah,
Tanya : Jadi dakwahnya dibisnisin dong..?
jawab : Bukan, saya bisnis untuk hidup, dakwahnya lillahi taala’.
Tanya : Apa faktor pendukung dalam setiap aktivitas dakwah?
Jawab : Saya liat jamaahnya, jadi modal saya untuk menjalankan psikologi
dakwah itu lebih kuat, karena saya tau ini audiens makanannya apa, ini
spageti, ini ketoprak, dan alhamdulillah 99 belum ada hambatan sama
sekali. Kaya misalnya saya kepake dalam kelompok orang yang paling
muda usia 74, coba kebayang ga..?, yang hubungin saya usia 74 laki-
laki, tapi mereka mantan pejabat semua yang bicaranya yang masih cium
pipi kanan kiri, yang masih seneng karoke dansa, saya dipanggil itu
rumahnya ada kolam renangnya gede, ustadz Yuke ini ustadz no. 5 yang
empat ga kepake.
Interviwer Interviwee
Atty Sulastry Yuke Sumeru
Nama : Yuke Sumeru
Tempat/waktu : Jakarta, Juni 2010.
Tanya : Konsep dakwah menurut ustadz pribadi itu seperti apa.?
Jawab : Konsep dakwah rosul itu udah bagus, bil hal-bil hikmah. Bilhal itu kita
jalanin dulu baru kita nomong sama orang dengan hikmah, dengan tidak
menyinggung. Nah cara ngomongnya ini dibagi-bagi lagi, kita lihat
ngomong kepada siapa….!, ngomong kepada yang ada ilmu kita pake
maudzatul, kalo yang keras kepala pake debat tapi yang hikmah
debatnya. Kalau orang yang tidak berilmu kita beri dengan kasih sayang.
Tanya : Selama ini metode yang dipake ustadz apa saja…?
Jawab : Metode dakwah saya tergantung mad’unya, karena mad’u saya dari
tingkat mentri sampai ke gelandangan, ke kolong jembatan saya masuk,
sampai ke pondok indah pun saya masuk, ke menrut….nya saya masuk
juga itu. Jadi kita all wider lah…, jadi kita lihat, kita ngomong sama
siapa kita pake bahasa bilhikmah buat dia gitu…!.
Tanya : Kalau misalkan diklasifikasikan bilhikmah, bilmauidzah dan bil
mujadalah kepada siapa saja?
Jawab : Yang bil hikmah itu kebanyakan saya ee..apa, hikmah itukan tidak
menyudutkan dia ya….!, orang-orang yang ekonominya di bawah,
kemudian usianya lanjut, yang hikmah itu dan ilmunya sedikit gitu…!,
kalau mauidzatul itu kita lihat buat orang-orang yang memang dia
atensinya mau belajar gitu, kan menghadapi pelajaran agama itu ada
yang sisa waktu, ya sambil nunggu anak sekolah, kalau libur ikut libur
kan lain tuh, ada orang yang bener-bener mau belajar ya, nah orang-
orang yang bener-bener mau belajar kemudian kehidupan ekonominya
itu midle up, jadi dia cukup, nah itu pake mauidzatul, dia ada waktu
untuk belajar, kalau bicara di tempat pemulung saya harus bawa duit,
kasih duit dulu baru saya ngomong. Mungkin kalau yang mujadallah itu
menghadapi orang-orang yang kebanyakan orang islam sendiri yang
merasa dirinya lebih baik, kan adakan kalau tidak begini salah harus
begini, saya bilang itu teori iblis, ana khairum minhu itu teori iblis aku
lebih baik dari kamu. Jadi ini sekarang dalam program bulan ini saja,
mendamaikan empat kelompok di Mesjid, Masjid Jami’ lo, Bogor, BSD,
Bintaro dan Depok. Jadi orang memperdebatkan seperti ini orang yang
tua yang sudah ratusan tahun dia ada Yasinan malem jum’at, ada tahlil,
dateng kelompok anak muda yang mau belajar tapi dia tidak hikmah dia
bilang itu bid’ah, itu tidak boleh tidak ada dasarnya itu haram…!, dia
tidak terima. Nah dengan ini saya menengahi, alhamdulillah dengan izin
Allah manfaatnya jadi saya suruh ngajarin mereka, jadi melihat sisi
positifnya semua, jadi saya bedakan antara orang berbuat baik sama
ibadah, itu yang tua ngerti yang anak-anak ngerti, jadi gini kalau ibadah
kan harus jelas ada contohnya dari rasul terus ikhlas jadi naik dia, tapi
kalau tidak ada contohnya…, janganlah pake bahasa bid’ah, apa..?
pakelah bahasa yang lebih santun, dia berbuat baik tapi tidak ada
contonya, lainkan berbuat baik dan ibadahkan…!, dia berbuat baik
yaudah jangan dikategorikan keibadah, saya bilang gitu. Nah saya tanya
orang Yasinan jadi kafir ga, orang tahlilan jadi kafir ga..?, ga kan…!
Kalau antum itu merasa dirinya baik semua, itu kalau penempatan
memberikannya tidak dengan hikmah ibarat makanan enak, ditaroh di
piring plastik ngasihnya dilempar, kira-kira mau dimakan ga coba..?.
Tanya : Kalau bentuk dakwah bil lisan itu ceramah ya...?
Jawah : Iya, cuma mungkin yang bikin saya beda ya dengan ustadz lain, saya itu
pake silabus, adi saya bikin 36, iman taqwa itu ada elementer,
entermadiat dan advan. Ini ada tiga kali 12 pertemuan, kemudian
pengajian ini orang salah sering definisinya kalau menurut saya,
pengajian itukan mengambil hukum Allah dan rasulnya untuk merubah
diri, nah ini merubah dirinya engga cuma untuk informasinya aja
kebanyakan, terus apa yang harus dikerjain dulu, jadi kalau kita mau ke
Z itukan harus ke A dulu, nah A nya ini pada ga tau mana dulu yang
dikerjain, kan tholabul ilmi faridhatun a’la kulli muslimin wal muslimat,
menunutut ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan,
ilmunya ini ilmu apa..!, ini yang masalahkan, ternyata di asbabul wurud
hadis disebutkan, nomer 1 kenali dulu Allah denga benar, syari’atnya
baru akhlak. Makanya ibu-ibu yang mengundang saya ustadz tolong
terangin soal ghibah, apa ayatnya, hadisya, terus antipasinya, saya bilang
gini, saya ngomong ghibah tau ayatnya, hadisnya tau, asbabul wurud dan
nuzulnya tau, tapi saya jamin ibu ga berubah karena adanya itu diakhlak,
ghibah itu adanya di akhlak dan akhlak tidak akan jadi baik kalau tidak
menjalankan syari’at, syari’at ini tidak akan dijalanin kalau tidak tahu
kekuatan yang bikinnya. Kayak sekaran ibu-ibu naik minyak goreng
berani ke gedung istana coba jaman pak Harto berani ga, karena tahu dia
ditangkap kalau begini. Nah kalu tahu Allah benar-bener ga berani kita,
nah kalau kenalnya remeng-remeng nah ini, lagi susah aja begini, tapi
begitu everything oke, nanem aja....he he.
Tanya : Jadi materi dakwah itu apa dulu...?
Jawab : Tauhid, tauhid itukan adanya dalam Qur’an, di luar Qur’an ga ada kita
mau kenal Allah dari mana kalau tidak dari Qur’an. Ketika Qur’an
makenya tidak tepat, itu tidak signifikan merubah orangnya karena saya
merasakan. Saya kasih contoh gini kita baca Qur’an itu ada dua, secara
kultur dan syariat, secara kultur bacanya surat Yasin hari kamis- hari
jum’at nah itu kebudayaankan, salah ga itu, ga salah, cuma seperti make
motor ke Bogor gigi satu, kira-kira jebol ga…?, karena saya bilang
Qur’an itu untuk dibaca, dipahami, diamalhan didakwahkan, jadi ga over
lap.
Tanya : Kenapa ustadz lebih tertarik kedawah?
Jawab : Islam itukan secara sistem kayak MLM, jadi saya ngajak berbuat baik,
situ berbuat baik saya dapet pahala, kan saya banyak dosa nih, saya
harus banyak nanam di orang, he…dakwahnya saya ga pilih-pilih
kemana saja, untuk latihan dulu mata duitan segalanya pake duit
sekarang disuruh ikhlas, emang gampang bu…!he he…!
Tanya : Jadi yang ngatur materi dakwah itu ustadz sendiri.?
Jawab : O Bikin sendiri, cuma saya belajar psikologi dakwah, kita kalau orang
level begitu itu ngomong apa.., kita tahu, ternyata untung saya belajar
psikologi dakwah ya…jadi ga mengeneral semua mad’u. Jadi kita
ngomong berdasarkan mad’u, seperti di Lebak Bulus dan Tanah Sereal,
kan ada banyak ustadz DKMnya bilang ustadz ini minta istiqomahnya
sebulan dua kali deh, cocok sama ustadz semua, kenapa….? Saya bilang,
karena yang bawa duit Ustadz Yuke katanya..he he. Bawa duit
diamplopin baru denger, jangan di ajarain sabar udah kelamaan
sabarnya…!
Tanya : Tapi yang paling penting dalam materi dakwah itu apa.?
Jawab : Jadi kalau buat saya, dari sekema saya ya…, yang pasti mengenal Allah,
tapikan harus lewat Qur’an tadi saya bilang, makanya saya kasih
pandangan jamaah itu kira-kira kalau baca Qur’annya seminggu sekali
yang dibaca surat Yasin terus kenal ga sama Allah…?, ga bakal kan…!,
sekarang kita ganti berdasarkan syari’at, 1. Qur’an itu buat orang
bertaqwa kalu kita megkondisikan diri kita bertaqwa ada konsekuensi
menjadikan Qur’an itu mauidzatul pelajaran, pelajaran itu setiap hari
jadi punya tiga aspek 1. Qur’an terjemah harus punya sendiri, jadi suami
istri harus punya, yang kedua pelajaran itu harus ada time timeli, tidak
ada pelajaran itu suka-suka waktunya, jadi kita harus punya prame time,
misalkan 9 malem harus ketemu Qur’an apapun yang terjadi, jadi bukan
sisa waktu, yang ketiga pelajaran itu harus ada terjemahannya, supaya
uthlu-uthlu itu membaca tapi sampai kehati, kalau iqra cuma membaca
mata, jadi membaca sampi ke hati hingga bergetar karena paham, saya
tawarkan bisa ga tiga hari, kenapa tiga hari…, barang siapa berbuat
kebaikan tiga hari kali sepuluh, tiga hari kali sepuluh berapa 30, sama
dengan satu bulan, tapi tidak boleh putus, ternya ada yang bisa berhasil.
Al-Qur’an dulu diluruskan, punya sendiri, terjadwal, punya artinya dan
dari depan, selembar sehari saya suruh.
Interviwer Interviwee
Atty Sulastri Yusuf Yuke Sumeru