Analisis Kekritisan Dengan GIS

download Analisis Kekritisan Dengan GIS

of 21

description

Georafis

Transcript of Analisis Kekritisan Dengan GIS

Analisa Tingkat Kekritisan Daerah Aliran Sungai (DAS) menggunakan Sistem Informasi Geografi(GIS)Posted on15 Juni 2010byZul Abrarhttp://zulabrar.wordpress.com/2010/06/15/analisa-tingkat-kekritisan-daerah-aliran-sungai-das-menggunakan-sistem-informasi-geografi-gis/

Posted on15 Juni 2010byZul Abrar

Posted by kotiKebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan DAS seharusnya mendorong dilaksanakannya praktek-praktek pengelolaan lahan yang kondusif terhadap pencegahan degradasi tanah dan air. Harus selalu disadari bahwa biaya yang dikeluarkan untuk rehabilitasi DAS jauh lebih mahal daripada biaya yang dikeluarkan untuk usaha-usaha pencegahan dan perlindungan DAS.Sedikit cuplikan artikel dari studi saya terdahulu ini semoga dapat menjadi bahan renungan dan pertimbangan akan pentingnya menjaga kelestarian alam lingkungan di Bumi ini. Semoga artikel yang singkat ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan.RINGKASANIttok Kasiwi Fajar Surgawan, 9701060391, Juli 2004,Analisa Tingkat Kekritisan DAS di Sub DPS Bango dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografi. Tugas Akhir Jurusan Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Dosen Pembimbing : Ir. M. Bisri, MS. dan Dian Sisinggih, ST., MT.Proses hidrologi yang terjadi di suatu Daerah Aliran Sungai berkaitan dengan terjadinya erosi, transpor sedimen, dan deposisi sedimen di bagian hilir. Perubahan tata guna lahan dan praktek pengelolaan DAS juga akan mempengaruhi terjadinya erosi dan sedimentasi.Elevasi permukaan bumi yang direpresentasikan dalam bentukDigital Elevation Model(DEM) dengan menggunakan perangkat lunak berbasiskan Sistem Informasi Geografi memberikan kemudahan dalam melakukan pengolahan data dan analisa spasial kondisi fisik di Sub Daerah Pengaliran Sungai Bango. Dengan mengetahui kondisi fisik di Sub DPS Bango faktor-faktor fisik yang berpengaruh kemudian dapat ditentukan untuk melakukan perhitungan besarnya erosi, hasil sedimen, tingkat bahaya erosi, urutan tingkat kekritisan sub DAS, dan arahan penggunaan lahan. Dimana perhitungan erosi dan hasil sedimen menggunakan modelSWAT(Soil And Water Assessment Tool) dengan metodeMUSLE(Modified Universal Soil Loss Equation) dan perangkat lunak yang dipakai adalahAVSWAT 2000versi 1.0 danArcView GIS 3.2a.Dari hasil perhitungan yang didapatkan kemudian melakukan analisa kondisi tata guna lahanexistingdengan arahan penggunaan lahan, erosi setiap unit lahanHRU(Hydrologic Response Units), dan tingkat bahaya erosi setiap unit lahanHRU, dari analisa tersebut akan dilakukan modifikasi terhadap tataguna lahanexistinguntuk mengurangi tingkat bahaya erosi pada unit lahan yang mempunyai kelas bahaya erosi berat dan sangat berat, dari hasil modifikasi tersebut akan didapatkan tataguna lahan modifikasi. Dengan melakukan analisa perbandingan hasil simulasi perhitungan erosi, hasil sedimen, dan tingkat bahaya erosi pada kondisi tata guna lahanexistingdan tata guna lahan modifikasi maka arahan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah di Sub DPS Bango dapat ditentukan.Setelah melakukan simulasi perhitungan diketahui bahwa laju erosi dan hasil sedimen di Sub DPS Bango pada kondisi tata guna lahanexistingadalah sebesar 1.926.913,136 ton/tahun dan 1.194.000,000 ton/tahun, sedangkan laju erosi dan hasil sedimen pada kondisi tata guna lahan modifikasi adalah sebesar 577.864,054 ton/tahun dan 461.200,000 ton/tahun, sehingga persentase penurunan laju erosinya adalah sebesar 70,011 % dan persentase penurunan hasil sedimennya adalah 61,374 %. Simulasi perubahan kondisi tata guna lahanexistingmenjadi kondisi tata guna lahan modifikasi sesuai dengan arahan penggunaan lahan dan kondisi lahan kritisnya akan menurunkan sebaran lahan kritis (tingkat bahaya erosi berat dan sangat berat) di sub DPS Bango, besarnya persentase penurunan luas lahan dengan tingkat bahaya erosi sedang adalah 50,597 %, persentase penurunan luas lahan dengan tingkat bahaya erosi berat dan sangat berat adalah 100 %. Untuk menurunkan laju erosi sebesar 70,011 % dan hasil sedimen sebesar 61,374 %, serta untuk menurunkan sebaran lahan kritis di Sub DPS Bango maka prioritas rehabilitasi lahan dan konservasi tanah di Sub DPS Bango dapat bepedoman pada peta arahan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah di Sub DPS Bango.METODOLOGI PENELITIAN3.1 Lokasi StudiStudi ini dilakukan di Sub Daerah Pengaliran Sungai (DPS) Bango pada DPS Brantas Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur. Daerah studi ini seluas 22.630,629 Ha atau 226,306 Km2dan menurut proyeksi peta UTM 1983 dengan datum global WGS84 secara geografi wilayahnya terletak diantara titik 9115843 9141425 mS sampai titik 672794 696354 mT pada zona 49. Dasar pemilihan lokasi didasarkan pada ketersediaan data yang dibutuhkan.3.2 Data-data yang DiperlukanData-data yang diperlukan untuk menyelesaikan studi sesuai dengan batasan dan perumusan masalah seperti pada bab I adalah sebagai berikut :1. Data curah hujan dari tahun 1990-2001 diperoleh dari Balai PSDA Bango Gedangan Malang.2. Peta Topografi skala 1:25.000 dari BAKOSURTANAL.3. Peta batas DPS dan jaringan sungai sub DPS Bango diperoleh dari Balai RLKT Brantas di Malang.4. Peta tataguna lahan sub DPS Bango skala 1:25.000 diperoleh dari Balai RLKT Brantas di Malang.5. Peta jenis tanah sub DPS Bango skala 1:25.000 diperoleh dari Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.6. Peta solum tanah, peta tekstur tanah, dan peta struktur tanah skala 1:25.000 diperoleh dari Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.7. Data pengambilan contoh tanah dan analisa butiran metode hidrometer diperoleh dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.3.3 Langkah-langkah Studi3.3.1 Analisa HidrologiAnalisis hidrologi digunakan untuk menguji konsistensi data hujan yang diperoleh dengan menggunakan teknik lengkung massa ganda. Data hujan yang tidak konsisten biasanya disebabkan karena perubahan atau gangguan lingkungan di sekitar tempat penakar hujan tersebut dipasang, misalnya, penakar hujan terlindung oleh pohon, terletak berdekatan dengan gedung tinggi, perubahan cara penakaran dan pencatatan, pemindahan letak penakar dan sebagainya, sehingga memungkinkan terjadi penyimpangan terhadaptrendsemula.Data curah hujan yang diperoleh harus terlebih dahulu diuji konsistensinya sebelum digunakan untuk perhitungan selanjutnya, adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :1. Membuat kumulatif data hujan tahunan stasiun yang akan diuji.2. Membuat rata-rata tahunan dari data hujan stasiun pembanding.3. Membuat kumulatif data hujan tahunan stasiun pembanding.4. Ploting data masing-masing data hujan diatas padaChart MS Excel.5. Menarik garis regresi diantara titik-titik tersebut.6. Analisa apakah ada penyimpangan garis yang terjadi.7. Jika terjadi penyimpangan data asli dikoreksi menggunakan rumus :Hz = (tg a . tg ao-1) . Ho (3 1).3.3.2 Metode PengolahanDTM/DEMPengolahanDEM/DTMpada studi ini digunakan untuk mendapatkan peta kontur dalam formatgriddari peta topografi digital dengan skala 1:25.000. Kemudian dariDEMdalam formatgridtersebut akan digunakan dalam analisa spasial untuk melakukan perhitungan arahan penggunaan lahan, erosi, hasil sedimen, dan indeks potensi erosi.Dengan mendapatkan peta kontur digital dalam formatgridselanjutnya dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik fisik daerah yang berupa kemiringan(slope), penentuan arah aliran(flow direction), penentuan panjang aliran(flowlenght)dariupstreamDPS sampaioutlet.Kualitas dariDEMditentukan oleh skala dari peta topografi dan ketelitian dalam proses digitasinya. Sedangkan langkah-langkah yang digunakan untuk mengolahDEMadalah sebagai berikut :1. Mempersiapkan peta topografi digital dengan skala 1:25.000 dari BAKOSURTANAL yang meliputi wilayah DPS Bango, dimana kesemuanya terdiri dari 6sitepeta dalam formatfileprogram autocad (*.dwg).2. Meng-eksportpolyline kontur peta topografi tersebut ke dalam formatfileprogramArcView(*.shp) dengan bantuan programCHAD2Shape1.0.3. Menggabungkanthemedari keenamsitepeta kontur yang sudah dalam formatfile*.shp tersebut dengan programArcView3.2a dari fasilitasGeo Processing Wizarddengan pilihanoptionadalahmerge theme together.4. Membangkitkan hasil gabungan (merge) peta kedalamDEMdalam bentuk 3 dimensi dengan formatTIN(triangular irregular network).5. KonversiDEMdari formatTINke dalam struktur formatgriddengan ukuran 25 m x 25 m.6. Identifikasi anomali atau biasa disebutsinkdariDEM.7. Manipulasi darisink-sinkyang terdapat.8. Membangkitkan grid arah aliran(flow direction).9. Membangkitkan grid panjang aliran dari upstream sampai outlet(flow length).10. Membangkitkan jaringan sungai sintetik(stream network)dariDEM11. Koreksi jaringan sungai sintetikDEMdengan jaringan sungai hasil digitasi.12. Secara skematik proses pengolahanDEMdari peta topografi dapat digambarkan denganflowchartseperti pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Prosedur Pengolahan DEM3.3.3 Penetapan Arahan Penggunaan Lahan dengan Menggunakan Sistem Informasi GeografiSemua proses pengolahan data untuk menetapkan arahan penggunaan lahan tersebut akan dilakukan dengan bantuan perangkat lunakArcView3.2a dan untuk menentukan status kawasan berdasarkan fungsinya menggunakan kriteria dari BRLKT (Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, Departemen Kehutanan). Dimana tahapan proses di dalam Sistem Informasi Geografis adalah sebagai berikut :1. Pemasukan data2. Penyimpanan dan pemanggilan data (manajemen data)3. Manipulasi dan analisa data4. Penyajian hasil atau informasiAdapun langkah-langkah pengolahan data untuk menetapkan arahan penggunaan lahan adalah sebagai berikut :1. Dari peta jenis tanah dengan skala 1:25.000 diklasifikasikan menjadi 5 kelas tanah menurut kepekaannya terhadap erosi, dimana hasil klasifikasi setiap kelasnya direpresentasikan dengan model data vektor berupa polygon.2. Penyusunan database informasi dari setiap polygon kelas tanah tersebut dengan menambahkan data atribut kelas tanah, jenis tanah, dan nilai skor ke dalam tabel.3. Penyusunan database koordinat-koordinat unsur titik stasiun hujan ke dalam tabel.4. Menampilkan unsur spasial titik dari koordinat-koordinat yang ditampung di dalam tabel tersebut di atas peta digital di dalamview.5. Menambahkan data atribut curah hujan rata-rata tiap stasiun hujan ke dalam tabel yang disebutkan pada langkah 3.6. Membangkitkan Polygon Thiessen.7. Menghitung nilai rata-rata tinggi curah hujan setiap area/polygon sebagai nilai rata-rata timbang luas polygon.8. Klasifikasi polygon berdasarkan kelas intensitas hujan harian rata-rata.9. Penyusunan database informasi dari setiap polygon kelas intensitas hujan harian rata-rata dengan menambahkan data atribut kelas intensitas hujan harian rata-rata dan nilai skor ke dalam tabel.10. Dari proses pengolahanDEMakan didapatkan peta digital dalam formatgridyang kemudian digunakan untuk membangkitkangridkemiringan lereng.11. Mengklasifikasikan kelas kemiringan lereng, kemudian dari hasil klasifikasi setiap kelasnya tersebut dikonversikan ke dalam model data vektor berupa polygon.12. Penyusunan database informasi dari setiap polygon kelas kemiringan lereng dengan menambahkan data atribut kelas kemiringan lereng dan nilai skor ke dalam tabel.13. Overlay peta kelas jenis tanah, peta kelas intensitas hujan rata-rata harian, dan peta kelas kemiringan lereng.14. Dari hasil overlay tersebut akan didapatkan peta polygon unit lahan beserta database tabel yang berisi nilai skor dari ketiga jenis kelas peta tersebut.15. Penjumlahan skor pada setiap peta unit lahan16. Menentukan arahan penggunaan lahan menurut BRLKT dari total nilai skor setiap unit lahan, sehingga akan didapatkan area kawasan lindung, kawasan penyangga, kawasan budidaya tanaman tahunan, dan kawasan budidaya tanaman semusim.17. Secara skematik proses pengolahan data untuk menetapkan arahan penggunaan lahan tersebut dapat digambarkan dengan flowchart seperti pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Penetapan Arahan Penggunaan Lahan dengan menggunakan SIG3.3.4 Perhitungan Erosi dan Hasil Sedimen dengan menggunakanAVSWAT2000 (ArcView Interface for SWAT2000)AVSWAT2000 (versi 1.0) (Di Luzio et al., 2002) merupakanextensiontambahan perangkat lunakArcViewyang berbasiskanGUI(Graphical User Interface) dengan menggunakan modelSWAT(Soil and Water Assessment Tool).Langkah-langkah perhitungan erosi dan hasil sedimen adalah sebagai berikut :A.Deliniasi DAS dariDEMberformatgrid:1. MenjalankanextensionAVSWAT2000 dari perangkat lunakArcView3.2a.2. Menjalankan menuautomatic deliniationdari menutoolbarAVSWAT2000, untuk melakukan analisa spasialDEMberformatgriddari hasil pengolahanDEM.3. Mendefinisikan proyeksi peta : dengan unit satuan meter, dengan kategori sistem proyeksi peta UTM 1983 pada zone 49 dan datum global WGS84.4. Membuatmask griduntuk memfokuskan proses deliniasi DAS.5. Mendefinisikan proses digitasi type aliran (stream) dan batas luas minimal sub-DAS yang akan dihasilkan.6. MemprosesDEMuntuk mengeliminasisink.7. Dari proses tersebut akan didapatkan jaringan sungai sintetik dan outlet setiap jaringan sungai dalam format vektor (*.shp).8. Mendefinisikan outlet utama dari DAS Bango dari point outlet pada peta outlet jaringan sungai.9. Memproses deliniasi DAS dan sub-DAS.10. Dari proses tersebut akan didapatkan peta batas DAS dan peta batas sub-DAS dalam format vektor (*.shp).11. Melakukan kalkulasi parameter sub-DAS, untuk mendapatkan data topografi yang berisi data statistik distribusi luasan dan elevasi untuk setiap DAS dan sub-DAS.B.Pengolahan tataguna lahan :1. Klasifikasi Polygon tataguna lahan menurut model klasifikasiSWAT.2. MenjalankanextensionAVSWAT2000 dari perangkat lunakArcView3.2a.3. Menjalankan menuLand Use and Soil definitiondari menutoolbarAVSWAT2000, untuk melakukan analisa spasial peta tataguna lahan.4. Dari peta tataguna lahan yang sudah ditambahkan ke dalamviewdidefinisikan menurut klasifikasi tataguna lahanSWATsesuai kategorinya.5. Memproses klasifikasi ulang, sehingga akan didapatkan petagridtataguna lahan menurutSWAT(SWAT Landuse Class).C.Pengolahan jenis tanah :1. Klasifikasi Polygon jenis tanah menurut model klasifikasiSWAT.2. MenjalankanextensionAVSWAT2000 dari perangkat lunakArcView3.2a.3. Menjalankan menuLand Use and Soil definitiondari menutoolbarAVSWAT2000, untuk melakukan analisa spasial peta jenis tanah.4. Dari peta jenis tanah yang sudah ditambahkan ke dalamviewdidefinisikan menurut klasifikasi jenis tanahSWATsesuai kategorinya.5. Memproses klasifikasi ulang, sehingga akan didapatkan petagridjenis tanah menurutSWAT(SWAT Soil Class).D.Melakukan overlay antara petagridtataguna lahan menurutSWATdengan petagridjenis tanah menurutSWAT.E.Dari hasil overlay tersebut akan menghasilkanLanduse soil report SWATyang mendeskripsikan secara detail distribusi tataguna lahan dan jenis tanah pada setiap sub-DAS.F.Menjalankan menuHRU DistributiondaritoolbarAVSWAT2000 untuk memproses distribusiHydrologic Response Unitdari setiap sub-DAS, sehingga akan dihasilkan database tabelDistrswatyang berisi informasi penyebaran distribusi tataguna lahan dan jenis tanah pada DAS dan sub-DAS.G.Pengolahan data hujan :1. Pembuatan database informasi koordinat-koordinat unsur titik stasiun curah hujan dan database curah hujan hariannya.2. Menjalankan menuWeather stationsdari menuinputpadatoolbarAVSWAT2000, untuk melakukan import tabel data stasiun hujan dan data curah hujan harian.H.Input SWATdengan menjalankan menuWrite allyang akan melakukan input dari hasil proses data-data yang telah didefinisikan sebelumnya.I.Pengecekan data-data untuk nilaiCN,K,C, danPdari menusub basins datapada menu toolbarEdit inputAVSWAT2000.J.Menjalankan menuRun SWATdari menusimulationpadatoolbarAVSWAT2000.K.MelakukanSet Upuntuk periode waktu simulasi, dan frekuensi waktu hasilrunning.L.RunningSWATdari toolsetup SWAT Run.M.Dari hasil running tersebut akan didapatkan database tabel erosi dengan perhitungan metodeMUSLEdanUSLEserta database tabel hasil sedimen dengan perhitungan metodeMUSLEyang dipresentasikan untuk setiap sub-DAS sesuai dengan periode waktu simulasi dan frekuensi waktunya.N.Secara skematik proses pengolahan data untuk menetapkan arahan penggunaan lahan tersebut dapat digambarkan dengan flowchart seperti pada gambar 3.3.

Gambar 3.3 Gaftar Alir Perhitungan Erosi dan Hasil Sedimen dengan menggunakan Model SWAT dan SIG3.3.5 Analisa Hasil PerhitunganSetelah melakukan langkah-langkah pengolahan data dan perhitungan seperti yang telah disebutkan di atas, akan didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut :1. Erosi (ton/ha/thn) dengan metodeMUSLEuntuk setiap unit lahanHRU(Hydrologic Response Unit) pada kondisi tata guna lahanexisting.2. Erosi (ton/ha/thn) dengan metodeMUSLEuntuk setiap sub DAS pada kondisi tata guna lahanexisting.3. Hasil sedimen (ton/thn) di outlet setiap sub DAS dengan metodeMUSLEpada kondisi tata guna lahanexisting.4. Urutan tingkat kekritisan unit lahanHRU(Hydrologic Response Unit) menurut besarnya erosi dan tingkat bahaya erosi pada kondisi tata guna lahanexisting.5. Urutan tingkat kekritisan sub DAS di DPS Bango menurut besarnya erosi dan tingkat bahaya erosi pada kondisi tata guna lahanexisting.6. Peta penetapan Arahan penggunaan lahan menurut BRLKT : Kawasan Lindung Kawasan Penyangga Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan Kawasan Budidaya Tanaman SemusimDari hasil perhitungan di atas kemudian melakukan analisa sebagai berikut : Analisa kondisi tataguna lahanexistingdengan arahan penggunaan lahan, erosi setiap unit lahanHRU, dan tingkat bahaya erosi setiap unit lahanHRU, kemudian dari analisa tersebut akan dilakukan modifikasi terhadap tataguna lahanexistinguntuk mengurangi tingkat bahaya erosi pada unit lahan yang mempunyai kelas bahaya erosi berat dan sangat berat, dari hasil modifikasi tersebut akan didapatkan tataguna lahan modifikasi. Analisa perbandingan erosi, hasil sedimen, tingkat kekritisan unit lahanHRU, dan tingkat kekritisan sub DAS yang terjadi antara tataguna lahan yang sekarang dengan tataguna lahan modifikasi sesuai arahan penggunaan lahan dari BRLKT. Analisa prioritas rehabilitasi lahan dan konservasi tanah di sub DPS Bango.

Gambar 3.4 Gaftar Alir Penyelesaian StudiPENGOLAHANDEM/DTMPenggunaanDTM/DEM(Digital Terrain Model) adalah untuk merepresentasikan karakteristik fisik atau relief dari permukaan bumi. Basis data yang digunakan adalah peta kontur digital yang merupakan hasil digitasi peta topografi dengan skala 1 : 25.000 yang diproduksi oleh BAKOSURTANAL Jakarta.PengolahanDEM/DTMpada studi ini digunakan untuk mendapatkan peta kontur dan peta kemiringan lereng dalam formatgrid. Hasil pengolahanDTM/DTMyang berupa peta kontur berformatgridtersebut nantinya akan digunakan sebagai input proses deliniasi DAS pada programAVSWAT 2000. Sedangkan hasil pengolahanDEM/DTMyang berupa peta kemiringan lereng berformatgridakan digunakan untuk mendapatkan peta sebaran klasifikasi kemiringan lereng pada sub DPS Bango dalam format vektor dengan modelthemepolygon, dimana kelas kemiringan lereng ini merupakan salah satu faktor sebagai penentu arahan penggunaan lahan menurut Balai RLKT. Proses yang terjadi pada saat deliniasi DAS pada programAVSWAT 2000sebenarnya sama halnya dengan proses pengolahanDEM/DTMyang digunakan untuk mengidentifikasikan arah aliran (flow direction) yang akan terjadi, akumulasi aliran (flow accumulation), dan panjang aliran (flow length) dari titik terjauh terhadap outlet dalam satu wilayah DPS dengan menggunakanextensionHydrologic ModelingpadaArcView 3.2a.Struktur data yang dipakai untuk pemodelan karakteristik permukaan dalam studi ini adalah struktur data dalam bentukTIN(Triangular Irregular Network)dan struktur dataraster/grid(bujursangkar) dengan ukuran sel 25 m x 25 m. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :1. Mempersiapkan peta topografi digital dengan skala 1:25.000 dari BAKOSURTANAL yang meliputi wilayah DPS Bango, dimana kesemuanya terdiri dari 6sitepeta dalam formatfileprogram autocad (*.dwg).2. Meng-eksportpolylinekontur peta topografi tersebut ke dalam formatfileprogramArcView(*.shp) dengan bantuan programCHAD2Shape1.0. Proses pemilihanpolylinekontur peta topografi pada programCHAD2Shape1.0 tersebut didasarkan pada kode unsur topografi, dimana setiap kode mewakili satu layer dan satu unsur topografi sebagai berikut : 3212 : garis kontur (12,5 m), tertutup tetumbuhan. 3222 : garis kontur indeks (50 m), tertutup tetumbuhan. 3232 : garis kontur antara (6,25m), tertutup tetumbuhan. 3242 : garis kontur depresi (12,5 m), tertutup tetumbuhan. 3282 : garis kontur depresi, indeks (50 m), tertutup tetumbuhan. 3292 : garis kontur depresi, garis antara (6,25 m), tertutup tetumbuhan. 3512 : garis kontur (12,5 m), tanpa tetumbuhan. 3522 : garis kontur indeks (50 m), tanpa tetumbuhan. 3532 : garis kontur antara (6,25 m), tanpa tetumbuhan. 3542 : garis kontur depresi (12,5 m), tanpa tetumbuhan. 3582 : garis kontur depresi, indeks (50 m), tanpa tetumbuhan. 3592 : garis kontur depresi, garis antara (6,25 m), tanpa tetumbuhan.3. Menggabungkanthemedari keenamsitepeta kontur yang sudah dalam formatfile*.shp tersebut dengan programArcView3.2a dari fasilitasGeo Processing Wizarddengan pilihanoptionadalahmerge theme together.4. Membangkitkan hasil gabungan (merge) peta kedalamDEMdalam bentuk 3 dimensi dengan formatTIN(triangular irregular network). (gambar 4.19)5. KonversiDEMdari formatTINke dalam struktur formatgriddengan ukuran sel 25 m x 25 m.6. Identifikasi anomali atau biasa disebutsinkdariDEM.7. Manipulasi darisink-sinkyang terdapat. (gambar 4.20)8. Membangkitkangridkemiringan lereng. (gambar 4.21)Hasil dari pengolahanDEM/DTMyang berupa petaDEMberformatTINdapat dilihat pada gambar 4.19, petaDEMberformatgriddapat dilihat pada gambar 4.20, dan peta kemiringan lereng berformatgriddapat dilihat pada gambar 4.21.HRU(Hydrologic Response Units)Hydrologic Response Units(HRU) adalah unit satuan lahan dengan unsur karakteristik sub DAS yang perpengaruh terhadap terjadinya erosi. SetiapHRUakan memiliki informasi sebagai berikut : sub DAS, no.HRU, jenis penutup lahan, jenis tanah, dan luasHRU. PendefinisianHRUdilakukan melalui menuHRUDistributiondaritoolbar AVSWAT 2000, dengan pilihanMultiple Hydrologic Response Units. Dari hasil tumpang susun peta batas sub DAS, peta tata guna lahan, dan peta jenis tanah di sub DPS Bango denganArcView 3.2adan hasil pendefinisianHRUdenganAVSWAT 2000didapatkan 139 unit lahanHRU(lihat tabel 4.25).RUNNING SWATSetelah menjalankanInput SWATdengan menjalankan menuWrite Alluntuk melakukan masukan data dari hasil pengolahan data yang sudah didefinisikan sebelumnya, maka programAVSWAT 2000siap untuk menjalankanRun SWATdari menusimulationpadatoolbar AVSWAT 2000. Sebelum menjalankan perintahRun SWAT, beberapaoptionyang harus disetadalah :1. Period of simulation: 1 Januari 1990 31 Desember 19992. Rainfall/Runoff/Routing:Daily Rain/CN/Daily3. Rainfall distribution:Skewed normal4. Crack flow:not active5. Channel water routing method:Muskingum6. Channel dimensions:Acvtive7. Printout frequency:yearlyBeberapa parameter yang merupakan faktor variabel dalam perhitungan transportasi sedimen ditentukan menggunakan nilaidefaultdariSWAT, faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut : Peak rate adjustment factor (prf): bervariasi antara 0.0 2.0, nilaidefault1,0. Koefisien transport sedimen (Csp) : bervariasi antara 0.001 0.010, nilaidefault0.001. Nilai eksponen transport sedimen (spexp) : dalam kondisi normal bervariasi antara 1.0 2.0, nilaidefault1.5.Nilai dari ketiga faktor di atas dimasukkan melalui menubsnpada jendela menuRun SWATsebelum menjalankan perintahRun SWAT. Faktor erodibilitas saluran (Kch) (cm/jam/Pa) : bervariasi antara -0.05 0.6, nilaidefault0. Faktor penutup saluran (Cch) : bervariasi antara -0.001 1.000, nilaidefault0.Nilai Kch dan Cch dimasukkan melalui menuinterfaceSubbasins data pada menu toolbar Edit Input dengan pilihan Select Input File adalah .Rte.

Gambar 4.24 Jendela Tampilan Menu Run SWATDAFTAR PUSTAKA Prahasta, Eddy. 2001. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Informatika Bandung. Prahasta, Eddy. 2002. Sistem Informasi Geografis. Informatika Bandung. Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Utomo, Hadi, Wani. 1987. Erosi dan Konservasi Tanah. Communications Soil Science UNIBRAW No. 23, Universitas Brawijaya Malang. Utomo, Hadi, Wani. 1994. Erosi dan Konservasi Tanah. IKIP Malang. S.L. Neitsch, J.G. Arnold, J.R. Kiniry, J.R. Williams, K.W. King. 2002.Soil and Water Assessment Tool Theoretical Documentation version 2000. Grassland, Soil and Water Research Laboratory. Agricultural Research Service. Temple, Texas. Blackland Research Center. Texas Agricultural Experiment Station. Temple, Texas. Published 2002 by Texas Water Resources Institute, College Station, Texas.ftp.brc.tamus.edu/pub/swat.http://www.brc.tamus.edu/swat/. M. Di Luzio, R. Srinivasan, J.G. Arnold, S.L. Neitsch. 2002.ArcView Interface for SWAT 2000 : Users Guide. Grassland, Soil and Water Research Laboratory. USDA Agricultural Research Service. Temple, Texas. Blackland Research and Extension Center. Texas Agricultural Experiment Station. Temple, Texas. Published 2002 by Texas Water Resources Institute, College Station, Texas.ftp.brc.tamus.edu/pub/swat.http://www.brc.tamus.edu/swat/. Aronoff, Stan. 1993.Geographic Information Systems : A Management Perspective. WDL Publications Ottawa, Canada. Chow Ven Te, David R. Maidment, Larry W. Mays.1988.Applied Hydrology,New York : Mc Graw Hill. Colosimo.C, G Mendicino. Gis for Distributed RainfallRunoff Modeling DalamGeographical Information Systems In Hydrology, diedit oleh Vijay P. Sigh, M.Florentino 195 235. Kluwer Academic Publishers, London. Kilgore L Jennifer. 1997.Development And Evaluation Of A GIS-Based Spatially Distributed Unit Hydrograph Model. Thesis submitted to the Faculty of the Virginia Polytechnic Institute and State University in partial fulfillment of the requirements for the degree of Master of Science in Biological Systems Engineering Muzik I. 1996. Lumped Modeling and GIS in Flood Prediction. DalamGeographical Information Systems In Hydrology, diedit oleh Vijay P. Sigh, M.Florentino 269-301. Kluwer Academic Publishers, London. Sole. A, Valanzano.A 1996. Digital Terain Modelling. DalamGeographical Information Systems In Hydrology, diedit oleh Vijay P. Sigh, M.Florentino 175-194. Kluwer Academic Publishers, London. Soemarto, CD. 1995. Hidrologi Teknik. Jakarta : Erlangga. Arsyad, S.1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor. AGWA(Automated Geospatial Watershead Assessment).Gis-Hydrology. DokumentasiAGWA. Tarboton, David. 2000.Distributed Modeling in Hydrology using Digital Data and Geographic Information Systems. Utah State University.http://www.engineering.usu.edu/dtarb/. Moore D. Ian. 1996. Hydrologic Modeling and GIS Dalam GIS and Enviromental Modeling Progress and Research Issues, diedit oleh Goodchild, M.F, L.T. Steyaert, B.O. Parks, C Johnston, D.Maidment, M.Crane dan S. Glendinning, 143 148 GIS World Books Forth Collins, USA. Sutan Haji, Tunggul. Sri Legowo. 2001. Pemanfaatan Sistim Informasi Geografi (SIG) untuk Model Hidrologi Sebar Keruangan . Proseding PIT HATHI XVIII Malang.